maturitl cobit

31
7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Sistem Informasi Sistem informasi adalah transformasi data yang berguna untuk pengambilan keputusan sehingga memungkinkan manajer untuk membuat rencana, melaksanakan, dan mengontrol suatu tindakan (Romney & Steinbart, 2003). Sistem informasi mencakup beberapa komponen, yaitu manusia, komputer, teknologi informasi, dan prosedur kerja, yang saling berinteraksi untuk mengolah data menjadi informasi, yang digunakan untuk mencapai suatu tujuan organisasi. Manfaat sistem informasi (Umar, 2002) : Mengurangi biaya Mengurangi kesalahan Meningkatkan kecepatan aktivitas Meningkatkan perencanaan dan pengendalian aktivitas Dengan adanya sistem informasi dapat membuat proses bisnis menjadi lebih efektif dan membantu dalam pengambilan keputusan bagi para stakeholder.

Upload: ciicialciiizdihar

Post on 18-Jan-2016

59 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

cobit.

TRANSCRIPT

Page 1: maturitl cobit

  

 

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Sistem Informasi

Sistem informasi adalah transformasi data yang berguna untuk

pengambilan keputusan sehingga memungkinkan manajer untuk membuat

rencana, melaksanakan, dan mengontrol suatu tindakan (Romney & Steinbart,

2003). Sistem informasi mencakup beberapa komponen, yaitu manusia, komputer,

teknologi informasi, dan prosedur kerja, yang saling berinteraksi untuk mengolah

data menjadi informasi, yang digunakan untuk mencapai suatu tujuan organisasi.

Manfaat sistem informasi (Umar, 2002) :

• Mengurangi biaya

• Mengurangi kesalahan

• Meningkatkan kecepatan aktivitas

• Meningkatkan perencanaan dan pengendalian aktivitas

Dengan adanya sistem informasi dapat membuat proses bisnis menjadi

lebih efektif dan membantu dalam pengambilan keputusan bagi para stakeholder.

Page 2: maturitl cobit

8  

 

2.2. DeLone and McLean IS Success Model

Menurut Nicho & Cusack (2007), kesuksesan sistem informasi dibagi

dalam beberapa level :

• Kesuksesan level teknikal didefinisikan dengan akurasi dan efisiensi

sistem.

• Kesuksesan level semantik adalah dapat menyampaikan informasi sesuai

dengan maksudnya.

• Kesuksesan level efektivitas adalah dampak informasi untuk penerima

informasi.

• Kesuksesan level fungsional fokus pada usaha memghasilkan functional

scorecard untuk mengukur kinerja sistem informasi, berdasarkan tiga

dimensi output, yaitu kinerja sistem, efektivitas informasi, dan kinerja

servis.

The DeLone and McLean (D&M) Information Systems Success Model

adalah framework dan model untuk mengukur variabel complex-independent pada

penelitian sistem informasi. DeLone dan McLean, menekankan pada kebutuhan

untuk memvalidasi instrumen efektifitas sistem informasi, yaitu menyediakan

standarisasi untuk proses mekanisme evaluasi perbandingan pada departemen,

sistem, user, dan organisasi (Ozkan, 2006).

D&M model adalah framework yang digunakan untuk pengukuran

kesuksesan IS. Ada 6 dimensi untuk mengukur kesuksesan model IS, yaitu

(Petter, DeLone, &McLean, 2008).:

• Kualitas sistem : karakteristik yang diinginkan dari sebuah sistem

informasi, Contohnya : mudah digunakan, fleksibel, system reliability,

Page 3: maturitl cobit

9  

 

mudah dipelajari, dan fitur sistem yang intuitif, sophistication, flexibility,

functionality, kualitas data, portability, integration, importance, dan

response times.

• Kualitas informasi : karakteristik yang diinginkan dari output sistem, yaitu

management reports dan halaman Web. Contohnya : relevan, mudah

dimengerti, akurat, ringkas, lengkap, keamanan, currency, timeliness, dan

usability.

• Kualitas servis : kualitas dalam mendukung sistem yang diterima user dari

anggota departemen IS dan IT support. Contohnya : responsiveness,

accuracy, reliability, technical competence, dan empati dari anggota staf.

• Penggunaan sistem : tingkat/kadar dan sikap pada staf dan customer dalam

menggunakan kapabilitas sistem informasi. Contohnya : waktu

penggunaan, jumlah penggunaan, frekuensi penggunaan, nature of use,

kalayakan penggunaan, perluasan penggunaan, dan tujuan penggunaan.

• Kepuasan pengguna : level kepuasan user terhadap report, web sites, dan

servis pendukung. Contohnya : tingkah laku pengguna.

• Manfaat bersih : perluasan pada IS dalam berkontribusi untuk kesuksesan

individu, grup, organisasi, industri, dan nations. Contohnya :

meningkatkan pengambilan keputusan, meningkatkan produktivitas,

meningkatkan penjualan, mengurangi biaya, meningkatkan keuntungan,

efesiensi pasar, kesejahteraan pemakai, dan membangun ekonomi.

Page 4: maturitl cobit

10  

 

Gambar 2.1 DeLone and McLean IS success model (Sumber : Devos, Landeghem, & Deschoolmeester, 2012)

 

2.3. Pengukuran Terhadap Dimensi D&M Model

Untuk mengukur 6 dimensi kesuksesan model informasi, berikut

operasionalisasinya (Petter, DeLone, &McLean, 2008) :

• Pengukuran kualitas sistem dirasakan mudah menggunakan pengukuran

TAM. Menurut Rivard et al. (1997), ada 8 faktor untuk mengukur kualitas

sistem, yaitu reliability, portability, user friendliness, understandability,

effectiveness, maintainability, economy, dan verifiability.

• Pengukuran kualitas informasi adalah kunci dari instrumen kepuasan

pemakai. Hasilnya kualitas informasi sering disamakan sebagai

pengukuran kepuasan pemakai.

• Pengukuran kualitas servis dilakukan dengan validitas SERVQUAL.

SERVQUAL adalah pengukuran yang paling sering digunakan sebagai

Page 5: maturitl cobit

11  

 

pengukuran kualitas servis pada sistem informasi. Pengukuran lainnya

untuk kualitas servis adalah kemampuan, pengalaman, dan kapabilitas dari

staf pendukung (Yoon & Guimaraes, 1996). Seiring dengan

berkembangnya sistem outsourcing, biasanya sistem development dan

support dikelola oleh pihak eksternal.

• Pengukuran penggunaan terdiri dari tujuaan penggunaan, frekuensi

penggunaan, pengunaan self-reported, dan pengunaan aktual. Perbedaan

pengukuran dapat menghasilkan hasil yang beragam antara penggunaan

dan konstruksi lainnya pada D&M model.

• Pengukuran kepuasan pengguna biasanya menggunakan instrumen End-

User Computing Support (EUCS) dan User Information Satisfaction

(UIS). EUCS lebih bagus diterapkan pada accounting IS dibandingkan

dengan UIS. Tetapi, keduanya mengandung item yang berhubungan

dengan kualitas sistem, kualitas informasi, dan kualitas servis, daripada

hanya sebagai pengukuran kepuasan pengguna sistem. Karenanya

beberapa peneliti memilih menguraikan beberapa dimensi kualitas dari

instrumen ini dan menggunakan satu item untuk menghitung kepuasan

keseluruhan dari sistem informasi atau menggunakan skala semantic

differential. Yang lainnya menggunakan skala untuk perilaku yang sesuai

dengan konsep kepuasan user.

• Pengukuran manfaat bersih, ada banyak pengukuran manfaat bersih untuk

level analisis individu dan organisasi. Kegunaan yang dirasakan atau

dampak pada pekerjaan adalah pengukuran yang paling umum di level

individu. Salah satunya menggunakan faktor analisis dengan

Page 6: maturitl cobit

12  

 

menghilangkan sebuah item “pekerjaan menjadi lebih cepat” dalam

kontruksi penggunaannya. Sebagai tambahan ditemukannya kinerja

pekerjaan dan efektifitas tidak sesuai dengan arti kegunaan. Ada tiga

faktor, yaitu persepsi kemudahan penggunaan, kegunaan yang dirasakan,

dan efektivitas. Pengukuran dari aspek lainnya, yaitu produktivitas

pekerjaan, inovasi pekerjaan, kepuasan konsumen, dan kontrol manajemen

untuk tambahan pada instrumen EUCS. Pada level organisasi, beberapa

mengukur pemakaian/pekerjaan, tetapi pengukuran keuntungan lebih

diutamakan. Kunci utama dalam pengukuran manfaat pada organisasi,

peneliti harus memastikan orang yang melakukan evaluasi manfaat di

organisasi berada dalam posisi menjawab pertanyaan-pertanyaan. Meminta

pengguna sistem dalam menilai peningkatan manfaat selama penggunaan

sistem bukan pendekatan yang terbaik. Meminta manajer senior atau

mengacu pada data objektif dari laporan tahunan lebih tepat dalam

mengukur manfaat organisasi.

Page 7: maturitl cobit

13  

 

Berikut contoh matriks kesuksesan e-commerce (DeLone & McLean,

2003) :

Tabel 2.1 Matriks Kesuksesan E-Commerce Systems quality  Information quality  Service quality  Adaptability   Completeness  Assurance  Availability   Ease of understanding  Empathy  Reliability   Personalization  Responsiveness  Response time   Relevance     Usability   Security    

  Use  User satisfaction  Net benefits  Nature of use  Repeat purchases  Cost savings  Navigation patterns  Repeat visits  Expanded markets  Number of site visits  User surveys  Incremental additional sales  Number of transactions executed     Reduced search costs       Time savings 

2.4. Hubungan Antar Dimensi Pada D&M Model

Tidak ada batasan industri, tipe sistem informasi, nature wajib sebuat

sistem untuk batasan pasti dan ruang lingkup kondisi untuk D&M model. Berikut

tabel hubungan antara 6 dimensi kesuksesan model informasi pada D&M model

(Petter, DeLone, &McLean, 2008):

Page 8: maturitl cobit

14  

 

Tabel 2.2 Proposed Success Relationship Posited in D&M Model (Sumber : Petter, DeLone, &McLean, 2008)

System quality   System use System quality   User satisfaction System quality   Net benefits Information quality  System use Information quality  User satisfaction Information quality  Net benefits Service quality  System use Service quality  User satisfaction Service quality  Net benefits System use  User satisfaction System use  Net benefits User satisfaction  System use User satisfaction  Net benefits Net benefits  System use Net benefits  User satisfaction 

2.4.1. Pengaruh Kualitas Sistem Terhadap Penggunaan

Banyak studi mengukur kualitas sistem sebagai kemudahan penggunaan

yang dirasakan dan menemukan hubungan positif dengan berbagai

operasionalisasi penggunaan sistem pada analisa di level individu (Petter,

DeLone, &McLean, 2008). Kemudahan penggunaan sistem berhubungan dengan

ketergantungan pada sistem, tujuan penggunaan sistem, perluasan penggunaan,

dan penggunaan self-reported. Iivari (2005) menemukan hubungan positif antara

kualitas sistem dan penggunaan. Studi lainnya mengidentifikasikan hubungan

yang signifikan antara kemudahan pengunaan dan kegunaan sistem sebagai

pengukuran sejumlah aplikasi yang digunakan, sejumlah pekerjaan bisnis yang

didukung oleh komputer, durasi, dan frekuensi pengunaan pada level organisasi.

Menurut Suh et al. (1994) ada korelasi signifikan antara kinerja sistem informasi

(kemudahan pengunaan, akurasi, dsb) dan frekuensi penggunaan, dan

ketergantungan sistem.

Page 9: maturitl cobit

15  

 

2.4.2. Pengaruh Kualitas Sistem Terhadap Kepuasan

Pengguna

Pada analisa unit individu, ada dukungan kuat untuk hubungan antara

kualitas sistem dan kepuasan user (Iivari, 2005). Beberapa tipe sistem informasi

sudah diperiksa dan tipe sistem informasi berdampak pada pengukuran kualitas

sistem (Petter, DeLone, &McLean, 2008). Contohnya, kegunaan manajemen

sistem informasi, yang merupakan salah satu pengukuran sistem kualitas,

ditemukan secara signifikan berhubungan dengan kepuasan pengguna. Untuk

knowledge management systems, kualitas sistem juga ditemukan berhubungan erat

dengan kepuasan pengguna. Untuk web sites, kualitas sistem, pengukuran pada

reliability dan waktu download, secara signifikan berhubungan dengan kepuasan

pengguna.

Kemudahan penggunaan yang dirasakan juga berhubungan signifikan

dengan kepuasan pengguna. Ditemukan juga hubungan erat antara sistem kualitas

dengan kepuasan pengguna menggunakan berbagai pengukuran dan sistem

informasi. Sebuah studi kasus menemukan adanya hubungan antara kualitas

sistem dengan kepuasan pengguna, dan kemudahan penggunaan dengan kepuasan

pengguna (Lexlercq, 2007). Pada level organisasi, beberapa studi memeriksa

hubungan kualitas sistem dengan kepuasan pengguna. Premkumar et al. (1994)

menemukan tidak ada hubungan antara sistem yang kompleks dengan kepuasan

pengguna.

Page 10: maturitl cobit

16  

 

2.4.3. Pengaruh Kualitas Sistem Terhadap Manfaat Bersih

Pada umumnya, ada dampak positif pada kinerja individu, meskipun

hubungan antara kemudahan penggunaan sebagai pengukur kualitas sistem dan

kegunaan yang dirasakan dapat menghasilkan hasil berbeda-beda. Beberapa studi

menemukan ada hubungan yang signifikan, dan beberapa tidak menemukan

asosiasi yang signifikan (Kulkarni et al., 2006; Wu & Wang, 2006). Ditemukan

bahwa kualitas sistem berhubungan secara signifikan dengan kegunaan yang

dirasakan. Sistem yang terpercaya dan mudah digunakan mempunyai dampak

pada produktivitas dan efektivitas. McGill & Klobas (2005) menemukan tidak ada

hubungan antara kualitas sistem dan dampak individu sebagai pengukuran kualitas

pengambilan keputusan dan produktivitas. Kositanurit et al. (2007)

mengidentifikasi adanya hubungan yang signifikan antara kemudahan penggunaan

dan kinerja, tetapi tidak ada hubungan antara reliability dan kinerja untuk

pengguna individu dari sistem ERP. Bharati & Chaudhury (2006) menemukan

hubungan yang signifikan antara kualitas sistem, pengukuran reliability,

fleksibilitas, kemudahan penggunaan, dan kenyamanan akses, untuk pengambilan

keputusan yang memuaskan dalam lingkungan e-commerce.

Pada level organisasi, terdapat pendukung kuat untuk hubungan kualitas

sistem dengan manfaat bersih (Petter, DeLone, &McLean, 2008). Kualitas sistem

ditemukan berhubungan dengan efesiensi organisasi, penjualan, dan

organizational image. Kualitas sistem pada data warehouse berhubungan dengan

pengurangan waktu dan usaha dalam pengambilan keputusan. Studi lainnya

membandingkan kualitas sistem dan dampak penggunaan sistem pada operasional,

Page 11: maturitl cobit

17  

 

tactical, dan level strategi (Bradley et al., 2006). Hubungan antara kualitas sistem

dan dampak penggunaannya signifikan (Petter, DeLone, &McLean, 2008).

2.4.4. Pengaruh Kualitas Informasi Terhadap Penggunaan

Beberapa studi memeriksa hubungan kualitas informasi dengan

penggunaan keduanya pada tingkat individu dan organisasi. Salah satu alasannya

adalah kualitas informasi dimasukkan sebagai komponen pengukuran kepuasan

pengguna, bukan dievaluasi sebagai kontruksi terpisah (Petter, DeLone,

&McLean, 2008). Banyak studi memeriksa hubungan antara kualitas informasi

dan penggunaan yang berfokus pada model sukses sistem informasi, seperti Rai et

al. (2002) menemukan bahwa kualitas berhubungan secara signifikan dengan

penggunaan, ketika penggunaan diukur sebagai ketergantungan sistem. Studi

knowledge management systems menemukan bahwa kualitas

informasi/pengetahuan secara signifikan berhubungan dengan niat/tujuan

penggunaan (Halawi et al., 2007). Pada level organisasi ada hubungan positif

antara kualitas informasi dengan penggunaan sistem.

2.4.5. Pengaruh Kualitas Informasi Terhadap Kepuasan

Pengguna

Hubungan antara kualitas informasi dan kepuasan user didukung kuat oleh

literatur (Iivari, 2005; Wu & Wang, 2006). Studi menemukan hubungan yang

konsisten/signifikan antara kualitas informasi dengan kepuasan pengguna pada

level individu (Rai et al., 2002; McGill et al., 2005; Almutairi & Subramanian,

Page 12: maturitl cobit

18  

 

2005; Wixom & Todd, 2005; Kulkarni et al., 2006; Chiu et al., 2007; Halawi et

al., 2007). Studi secara spesifik memeriksa kualitas informasi pada web sites,

seperti content dan layout, ditemukan hubungan yang signifikan antara konstruksi

ini dengan kepuasan pengguna. Marble (2003), tidak menemukan hubungan yang

signifikan antara pengukuran kualitas informasi dengan kepuasan user pada dua

organisasi sistem informasi yang ditelitinya.

Pada analisa level organisasi, ditemukan adanya efek kualitas informasi

pada kepuasan pengguna, tetapi tidak ada studi yang cukup memeriksa hubungan

ini untuk mendapatkan kesimpulan yang kuat (Petter, DeLone, &McLean, 2008).

Pada studi kualitatif sistem yang sukses, kualitas data dan kepuasan pengguna,

diukur dengan tingkah laku pengguna, ditemukan bahwa ada relasi langsung

antara satu dengan yang lainnya. Studi kasus kualitatif lainnya mengidentifikasi

bermacam komentar dari saran responden ada asosiasi antara kualitas informasi

(contoh : content, akurasi, timeliness, dan format) dan kepuasan pengguna

(Scheepers et al., 2006). Studi kualitatif juga menemukan hubungan yang

siginifikan antara kualitas informasi dengan kepuasan manajerial dari hardware,

software, and support sistem informasi.

2.4.6. Pengaruh Kualitas Informasi Terhadap Manfaat Bersih

Ada pendukung yang cukup untuk dampak positif antara kualitas

informasi terhadap kinerja individu (Petter, DeLone, &McLean, 2008). Gatian

(1994) menemukan bahwa kualitas informasi berhubungan dengan efisiensi

pengambilan keputusan. Kualitas informasi juga ditemukan berhubungan dengan

kualitas bekerja dan time savings dan kepuasan pengambilan keputusan. Kualitas

Page 13: maturitl cobit

19  

 

informasi yang dirasakan secara signifikan berhubungan dengan kegunaan yang

dirasakan (seperti manfaat yang didapat). Kositanurit et al. (2006) menemukan

hubungan yang signifikan antara kualitas informasi dengan kinerja pengguna

sistem ERP.

Hubungan antara kualitas informasi dan manfaat bersih pada level

organisasi bisa mempunyai hasil yang beragam tergantung bagaimana pengukuran

manfaat bersih tersebut (Petter, DeLone, &McLean, 2008). Kualitas informasi

ditemukan secara signifikan berhubungan pada persepsi yang lebih baik untuk

lingkungan kerja (seperti : moral, isi pekerjaan, ketertarikan pekerjaan) dan untuk

efisiensi organisasi, penjualan, dan organizational image. Kualitas data secara

langsung dirasakan dapat mengurangi waktu dan usaha dalam pengambilan

keputusan. Ditemukan juga kualitas informasi tidak berhubungan secara

signifikan terhadap organisasi dengan pengukuran berdasarkan produktivitas,

kompetitif, dan peningkatan manajemen. Menurut Bradley et al. (2006), kualitas

informasi dan dampak kegunaan sistem pada perusahaan formal dan

entrepreneurial ditemukan hasil yang tidak signifikan.

2.4.7. Pengaruh Kualitas Servis Terhadap Penggunaan

Ada hubungan lemah antara anggota the IS support dengan frekuensi dan

keinginan penggunaan sistem (Choe, 1996). Ada studi yang memeriksa bahwa

pemberian training dan pendidikan kepada pengguna dengan penggunaan sistem

mempunyai hubungan yang tidak signifikan antara frekuensi dan keinginan

penggunaan (Petter, DeLone, &McLean, 2008). Sebuah studi tentang knowledge-

management systems ditemukan bahwa kualitas servis tidak bisa diprediksi untuk

maksud penggunaan (Halawi et al., 2007).

Page 14: maturitl cobit

20  

 

Pada level organisasi, keefektifan peran staf teknikal (kualitas servis)

berhubungan positif dengan penggunaan sistem. Caldeira & Ward (2002), studi

pada Portuguese SMEs, menemukan kompetensi staf support, vendor support, dan

ketersediaan training mempengaruhi penggunaan dan adopsi sistem informasi.

2.4.8. Pengaruh Kualitas Servis Terhadap Kepuasan Pengguna

Beberapa studi memeriksa hubungan antara kualitas servis dengan

kepuasan pengguna dan ditemukan beragam hasil. Beberapa peneliti mengukur

kualitas servis dengan memeriksa karakteristik support personnel, tetapi

memeriksa hubungan karakteristik support personnel dengan kepuasan pengguna

menghasilkan hasil yang berbeda-beda (Petter, DeLone, &McLean, 2008).

Sebagai analisa tambahan, jika suatu sistem sudah diimplementasikan,

pengalaman staf support sistem informasi sedikit berhubungan dengan kepuasan

pengguna, tidak ada hubungan yang signifikan antara lamanya pengalaman dan

kepuasan pengguna (Petter, DeLone, &McLean, 2008).

Studi lainnya menemukan kinerja teknikal dari developers (berdasarkan

respon terhadap masalah) secara positif berhubungan dengan kepuasan pengguna

(Leonard-Barton & Sinha, 1993). Kemampuan developers mempunyai dampak

yang signifikan terhadap kepuasan pengguna expert systems. Leclercq (2007)

menemukan hubungan antara fungsi IS dan pengguna, yaitu support dan servis

yang disediakan oleh fungsi IS mempunyai dampak terhadap kepuasan pengguna.

Dapat digunakan instrumen SERVQUAL, untuk memeriksa ekspektasi

dan persepsi pengguna terhadap kualitas servis (Petter, DeLone, &McLean, 2008).

Kualitas servis secara positif dan signifikan berhubungan dengan kepuasan

Page 15: maturitl cobit

21  

 

pengguna servis informasi dalam survei pada mahasiswa undergraduate di

university’s computing services department. Studi lainnya menemukan hubungan

antara kualitas servis dan kepuasan pengguna dan software upgrades, waktu

respon staf, dan dokumentasi material training sebagai faktor kualitas servis

mempunyai pengaruh banyak terhadap kepuasan pengguna (Shaw et al., 2002).

Studi mengenai web sites menemukan bahwa responsif site dalam hal ini,

feedback, assistance, dan frequently asked questions tidak berhubungan dengan

kepuasan pengguna web site. Halawi et al. (2007) menemukan hubungan yang

signifikan antara kualitas servis (pengukuran menggunakan SERVQUAL) dan

kepuasan pengguna dalam konteks knowledge management.

Studi kualitatif pada sistem yang sukses ditemukan bahwa kualitas tinggi

pada training dan staf IS support yang ramah berpengaruh positif terhadap tingkah

laku pada sistem.(Coombs et al.,2001). Ditemukan bahwa level tinggi pada

efektifitas konsultan dan vendor support menghasilkan kepuasan pengguna yang

lebih tinggi. Ditemukan juga bahwa organisasi yang bekerja dengan vendor pada

implementasi sistem informasi lebih puas daripada organisasi yang tidak

menggunakan vendor dan konsultan.

2.4.9. Pengaruh Kualitas Servis Terhadap Manfaat Bersih

Igbaria et al. (1997) menemukan bahwa external computing support

berhubungan dengan kegunaan sistem yang dirasakan, tetapi internal computing

support tidak berhubungan dengan kegunaan yang dirasakan. Respon developer

dan user training yang disediakan internal computing department ditemukan

berhubungan dengan kegunaan sistem. Kinerja teknikal dari developers,

Page 16: maturitl cobit

22  

 

berdasarkan respon terhadap masalah, secara positif berhubungan dengan

peningkatan efisiensi. Personalized IT support lebih efektif daripada generalized

IT support.

Pada unit organisasi ditemukan level tinggi dari vendor support dan

efektifitas berhubungan dengan penurunan biaya operasi. Vendor yang bisa diajak

bekerja sama dengan baik akan membuat penggunaan sistem dirasa lebih baik

(Gefen, 2000).

2.4.10. Pengaruh Penggunaan Terhadap Kepuasan Pengguna

Ditemukan bahwa kegunaan sistem, pengukuran frekuensi penggunaan,

dan kepuasan pengguna, diukur menggunakan 9 item dari instrument Bailey dan

Pearson, secara positif dan signifikan saling berhubungan. Pada konteks

knowledge-management, Halawi et al. (2007) mendefinisikan hubungan yang

signifikan antara tujuan penggunaan dan kepuasan pengguna. Iivari (2005)

menemukan bahwa pada kondisi penggunaan adalah diperintah, pengukuran

penggunaan berdasarkan jumlah penggunaan perhari dan frekuensi penggunaan,

secara signifikan berhubungan dengan kepuasan pengguna.

Tetapi pada level organisasi, Gelderman (2002), menemukan hasil yang

beragam dalam korelasi antara pengukuran berbeda dalam penggunaan sistem

(seperti : frekuensi dan durasi) dan kepuasan pengguna.

Page 17: maturitl cobit

23  

 

2.4.11. Pengaruh Penggunaan Terhadap Manfaat Bersih

Beberapa studi menemukan penggunaan IS berhubungan positif terhadap

pengambilan keputusan. Burton-Jones & Straub (2006) menemukan hubungan

yang signifikan antara penggunaan sistem dan task performance. Halawi et al.

(2007) mengidentifikasikan hubungan antara maksud penggunaan dan manfaat

bersih diukur dengan peningkatan kinerja pekerjaan. Banyak studi yang

menemukan hubungan yang signifikan antara penggunaan sistem dan manfaat

bersih (Petter, DeLone, &McLean, 2008). Waktu proses self-reported

menggunakan sistem informasi diantara manajer berkolerasi positif terhadap

pengambilan keputusan di perusahaan Jerman. Zhu & Kraemer (2005)

menemukan penggunaan IS untuk ebusinesses mempunyai hubungan positif yang

berdampak pada nilai developed dan developing countries. Penggunaan executive

IS berdampak pada produktifitas, pengambilan keputusan, dan biaya internal

secara positif. Gelderman (1998) menemukan penggunaan sistem, dalam hal

durasi waktu, tidak berhubungan signifikan terhadap peningkatan penghasilan dan

manfaat.

2.4.12. Pengaruh Kepuasan Pengguna Terhadap Penggunaan

Kepuasan pengguna berhubungan kuat dengan penggunaan ketika

pengukuran dengan sistem ketergantungan, frekuensi dan durasi penggunaan,

jumlah aplikasi dan tasks dalam penggunaan sistem informasi, dan maksud

penggunaan (Petter, DeLone, &McLean, 2008). Wixom & Todd (2005)

menemukan hubungan yang kuat antara kepuasan dan tujuan penggunaan ketika

menggunakan konstruksi teknologi yang sesuai. Winter et al. (1998) menemukan

Page 18: maturitl cobit

24  

 

kepuasan pada sistem berhubungan dengan waktu penggunaan dan penambahan

tasks. Hsieh & Wang (2007) menemukan hubungan positif yang signifikan antara

kepuasan dan tingkat penggunaan antara pengguna ERP, yaitu pengamatan pada

hubungan antara ekspetasi, kegunaan yang dirasakan, kepuasan, dan tingkat

penggunaan, tetapi hubungan antara kepuasan dan tingkat penggunaan menjadi

tidak signifikan ketika ditempatkan pada model yang lebih besar yang terpisah

dari kemudahan penggunaan.

2.4.13. Pengaruh Kepuasan Pengguna Terhadap Manfaat

Bersih

Ada asosiasi kuat antara kepuasan pengguna dengan manfaat sistem

(Iivari, 2005). Kepuasan pengguna ditemukan mempunyai dampak positif pada

pekerjaan pengguna (Torkzadeh & Doll, 1999), meningkatkan kinerja,

meningkatkan produktifitas dan efektifitas, meningkatkan pengambilan

keputusan, dan meningkatkan kepuasan pekerjaan. Tetapi, kepuasan pengguna

mempunyai korelasi yang rendah terhadap kinerja pengambilan keputusan.

Ditemukan juga, bahwa kepuasan pengguna berhubungan dengan kinerja

berdasarkan profitabilitas dan pendapatan (Law & Ngai, 2007).

2.4.14. Pengaruh Manfaat Bersih Terhadap Penggunaan

Pada analisa level individu, pengukuran manfaat bersih menggunakan

metrik penggunaan yang dirasakan, banyak studi yang menemukan hubungan

antara behavioral intention dan penggunaan sistem (Klein, 2007). Studi lainnya

Page 19: maturitl cobit

25  

 

menemukan hubungan yang kuat antara kegunaan yang dirasakan dan penggunaan

self-reported, tingkat penggunaan, atau ketergantungan pada sistem informasi

(Petter, DeLone, &McLean, 2008). Agarwal & Prasad (1997) menemukan tidak

ada hubungan antara manfaat relatif sistem dalam kinerja seseorang dengan

frekuensi penggunaan self-reported, tetapi ada hubungan yang signifikan dengan

maksud penggunaan.

Pada level organiasai, kegunaan yang dirasakan secara signifikan

berhubungan dengan penggunaan self-reported (Gefen & Keil, 1998; Gefen,

2000). Belcher & Watson (1993) melakukan evaluasi terhadap executive

information systems (EIS) dan menemukan manfaat pemakaian EIS,

meningkatkan produktivitas pekerja, meningkatkan kemampuan pengambilan

keputusan, dan aliran informasi yang lebih baik dan konektivitas antara pekerja,

mendukung penggunaan sistem berkelanjutan. Premkumar et al. (1994)

menemukan hubungan yang signifikan antara manfaat relatif dari sistem yang

diukur oleh peningkatan profitabilitas, penjualan, dan manfaat sistem dan

penggunaan sistem, sebagai pengukuran untuk maksud penggunaan dan

penyebaran penggunaan pada tipe aktivitas berbeda diperusahaan, tetapi

kompleksitas dan kompabilitas dengan proses pekerjaan diprediksi tidak

signifikan untuk maksud penggunaan dan penyebaran penggunaan sistem.

2.4.15. Pengaruh Manfaat Bersih Terhadap Kepuasan

Pengguna

Ditemukan hubungan positif yang signifikan antara kegunaan yang

dirasakan (seperti manfaat bersih) dan kepuasan pengguna (Hsieh & Wang,

Page 20: maturitl cobit

26  

 

2007). Studi kualitatif menemukan hubungan antara kegunaan yang dirasakan dan

kepuasan pengguna (Leclercq, 2007). Dampak expert system pada pekerjaan

pengguna secara langsung mempengaruhi kepuasan pengguna. Ditemukan

hubungan antara kepuasan pengambilan keputusan dan kepuasan pengguna secara

keseluruhan pada studi e-commerce web sites (Bharati & Chaudhury, 2006).

Pada level organisasi, manfaat bersih diukur oleh manfaat pada organisasi

atau dampaknya, yang secara signifikan berhubungan dengan kepuasan pengguna

(Teo & Wong, 1998; Jones & Beatty, 2001). Efek IS pada lingkungan pekerjaan

tidak berhubungan secara signifikan untuk kepuasan pengguna (Teo & Wong,

1998; Jones & Beatty, 2001). Premkumar et al. (1994) menemukan tidak ada

hubungan antara manfaat relatif (peningkatan keuntungan, penjualan, dan

penghasilan dari sistem) dengan kepuasan pengguna, tetapi kesesuaian dengan

pekerjaan individu secara signifikan berhubungan dengan kepuasan pengguna.

2.5. COBIT

COBIT dikembangkan oleh IT Governance Intitute (ITGI). Control

Objective for Information and Related Technology (COBIT) adalah framework

tata kelola IT, yang diterapkan pada manajemen, servis IT, control department,

audit functions, dan penting untuk pemilik bisnis proses memastikan keakuratan,

integritas, ketersediaan data dan informasi penting dan sensitif. Pada dasarnya

COBIT dikembangkan untuk membantu memenuhi berbagai kebutuhan

manajemen dengan menjembatani kesenjangan informasi antara risiko bisnis,

kontrol, dan masalah teknis (Tanuwijaya & Sarno, 2010). COBIT lebih banyak

fokus pada kontrol daripada eksekusi. COBIT membantu dalam investasi IT,

Page 21: maturitl cobit

27  

 

memastikan pemberian servis, dan menyediakan pengukuran untuk penilaian

ketika ada hal yang salah (ITGI, 2007). Orientasi bisnis pada COBIT terdiri dari

menyelaraskan tujuan bisnis kepada tujuan IT, menyediakan metrik dan maturity

models untuk mengukur pencapaian, dan identifikasi asosiasi tanggung jawab

bisnis dan proses IT (ITGI, 2007).

Kerangka kerja COBIT mengklasifikasikan 17 tujuan bisnis yang terkait

dengan aktivitas TI dalam organisasi, selain itu COBIT juga mengklasifikasikan

28 tujuan IT. Tahapan-tahapan yang dilakukan untuk penyelarasan tujuan bisnis

dan IT dari menentukan hubungan antara tujuan bisnis yang dipilih dengan tujuan

IT yang terkait berdasarkan tingkat resiko sesuai dengan tujuan organisasi

(Tanuwijaya, 2010).

COBIT mendukung IT Governance dengan menyediakan framework untuk

memastikan (ITGI, 2007) :

• IT selaras dengan bisnis

• IT enable dengan bisnis dan memaksimalkan keuntungan

• Sumber daya IT digunakan secara bertanggung jawab

• Resiko IT dikelola dengan baik

Gambar 2.2 Basic COBIT Principle (Sumber : ITGI, 2007)

Page 22: maturitl cobit

28  

 

2.5.1. COBIT Framework

COBIT tidak hanya menyediakan pemetaan tujuan bisnis dan tujuan TI

tetapi menyediakan hubungan antara tujuan TI dan proses TI. Berikut adalah

prinsip dasar pada framework COBIT (ITGI, 2007) :

Gambar 2.3 The COBIT Cube (Sumber : ITGI, 2007)

Kerangka kerja COBIT terdiri dari beberapa guidelines (arahan), yakni

(ITGI, 2007) :

• Control Objectives

Terdiri atas 4 tujuan pengendalian tingkat tinggi (high level control

objectives)

yang tercermin dalam 4 domain, yaitu : planning & organization

(menyediakan arahan dalam pemberian solusi dan servis), acquisition

&implementation (menyediakan solusi dan mengubahnya menjadi servis) ,

delivery & support (menerima solusi dan membuatnya agar berguna untuk

end users), dan monitoring & evaluate (mengamati semua proses untuk

memastikan direction yang dipersiapkan sudah dilakukan).

Page 23: maturitl cobit

29  

 

Gambar 2.4 The Four Interrelated Domains of COBIT (Sumber : ITGI, 2007)

• Audit Guidelines

Berisi sebanyak 318 tujuan-tujuan pengendali rinci (detailed control

objectives) untuk membantu para auditor dalam memberikan management

assurance atau saran perbaikan.

• Management Guidelines

Berisi arahan baik secara umum maupun spesifik mengenai apa saja yang

harus dilakukan, terutama untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut:

Sejauh mana IT harus bergerak, dan apakah biaya IT yang

dikeluarkan sesuai dengan manfaat yang dihasilkannya?

Apa saja indikator untuk suatu kinerja yang bagus?

Apa saja faktor atau kondisi yang harus diciptakan agar dapat

mencapai sukses (critical success factors)?

Apa saja resiko-resiko yang timbul, apabila kita tidak mencapai

sasaran yang ditentukan?

Bagaimana dengan perusahaan lainnya, apa yang mereka lakukan?

Bagaimana anda mengukur keberhasilan dan bagaimana pula

membandingkannya?

Page 24: maturitl cobit

30  

 

• Maturity Models

Untuk memetakan status maturity proses-proses IT (dalam skala 0 – 5).

Framework COBIT juga terdiri dari (Ozkan, 2006):

• Maturity models : untuk memetakan status maturity IT pada organisasi

(dalam skala 0-5) dibandingkan dengan “the best in the class in the

Industry” dan “International best practices”.

• Critical Success Factors (CSFs) : arahan implementasi bagi manajemen

agar dapat melakukan control atas proses IT.

• Key Goal Indicators (KGIs) : kinerja proses-proses IT sehubungan dengan

kebutuhan bisnis.

• Key Performance Indicators (KPIs) : kinerja proses IT sehubungan dengan

tujuan proses.

2.5.2. COBIT Domain

COBIT framework mencakup tujuan pengendalian yang terdiri dari 4

domain, yaitu (ITGI, 2007) :

• Perencanaan dan Organisasi (Planning and Organization)

Mencakup strategi dan taktik yang menyangkut identifikasi tentang

bagaimana TI dapat memberikan kontribusi terbaik dalam pencapaian

tujuan bisnis organisasi sehingga terbentuk sebuah organisasi yang baik

dengan infrastruktur teknologi yang baik pula.

1) PO1 Define a strategic IT plan.

2) PO2 Define the information architecture.

Page 25: maturitl cobit

31  

 

3) PO3 Determine technological direction.

4) PO4 Define the IT processes, organisation and relationships.

5) PO5 Manage the IT investment.

6) PO6 Communicate management aims and direction.

7) PO7 Manage IT human resources.

8) PO8 Manage quality.

9) PO9 Assess and manage IT risks.

10) PO10 Manage project.

• Perolehan dan Implementasi (Acquisition and Implementation)

Identifikasi solusi TI dan kemudian diimplementasikan dan diintegrasikan

dalam proses bisnis untuk mewujudkan strategi TI.

1) AI1 Identify automated solutions.

2) AI2 Acquire and maintain application software.

3) AI3 Acquire and maintain technology infrastructure.

4) AI4 Enable operation and use.

5) AI5 Procure IT resources.

6) AI6 Manage changes.

7) AI7 Install and accredit solutions and changes.

• Penyerahan dan Pendukung (Delivery and Support)

Domain yang berhubungan dengan penyampaian layanan yang diinginkan,

yang terdiri dari operasi pada sistem keamanan dan aspek kesinambungan

bisnis sampai dengan pengadaan training.

1) DS1 Define and manage service levels.

2) DS2 Manage third-party services.

Page 26: maturitl cobit

32  

 

3) DS3 Manage performance and capacity.

4) DS4 Ensure continuous service.

5) DS5 Ensure systems security.

6) DS6 Identify and allocate costs.

7) DS7 Educate and train users.

8) DS8 Manage service desk and incidents.

9) DS9 Manage the configuration.

10) DS10 Manage problems.

11) DS11 Manage data.

12) DS12 Manage the physical environment.

13) DS13 Manage operations.

• Monitoring and Evaluate

Semua proses TI perlu dinilai secara teratur dan berkala bagaimana

kualitas dan kesesuaiannya dengan kebutuhan kontrol.

1) ME1 Monitor and evaluate IT performance.

2) ME2 Monitor and evaluate internal control.

3) ME3 Ensure compliance with external requirements.

4) ME4 Provide IT governance

Page 27: maturitl cobit

33  

 

Gambar 2.5 Overall COBIT Framework (Sumber : ITGI, 2007)

2.5.3. COBIT Maturity Model

Maturity model di desain sebagai profil dari posess IT yang merupakan

penggambaran kondisi perusahaan saat ini dan di masa yang akan datang (ITGI,

2007). Maturity model menggunakan suatu metode penilaian sedemikian rupa

sehingga suatu organisasi dapat menilai dirinya sendiri dari non-existence ke

Page 28: maturitl cobit

34  

 

optimised (dari 0 ke 5) (ITGI, 2007). Pendekatan ini dikembangkan dari maturity

model yang digunakan oleh Software Engineering Institute untuk menilai

kemapanan pengembangan software. Dengan menggunakan maturity model untuk

tiap-tiap satu dari 34 proses IT, manajemen dapat memetakan (ITGI, 2007):

• Status kinerja organisasi saat ini – dimana organisasi saat ini

• Status industri sekarang – sebagai perbandingan

• Strategi dan target organisasi untuk peningkatan – dimana posisi yang

ingin dicapai organisasi

• Langkah yang dibutuhkan untuk peningkatan kondisi “as-is” menjadi “to-

be”

Skala yang digunakan oleh maturity model COBIT adalah sebagaimana

terlihat pada gambar berikut :

Gambar 2.6 Graphic Representation of Maturity Models (Sumber : ITGI, 2007)  

Dalam ITGI (2007), untuk memetakan maturity level proses-proses

teknologi informasi dalam skala 0 – 5, berikut penjelasannya :

Page 29: maturitl cobit

35  

 

• Skala 0 : Non-Existent;

Sama sekali tidak ada proses IT yang diidentifikasi. Perusahaan belum

menyadari adanya isu yang harus dibahas.

• Skala 1 : Initial /Ad Hoc;

Perusahaan sudah mulai mengenali proses teknologi informasi di

perusahaannya, belum ada standarisasi, dilakukan secara individual, dan

tidak terorganisasi. Terdapat bukti bahwa perusahaan telah menyadari

adanya isu yang perlu dibahas. Tidak ada proses yang baku; sebagai

gantinya ada pendekatan khusus (adhoc) yang cenderung diterapkan per

kasus. Pendekatan manajemen secara keseluruhan masih belum

terorganisasi.

• Skala 2 : Repeatable but Intuitive;

Perusahaan sudah mulai memilliki prosedur dalam proses teknologi

informasi tetapi tidak ada pelatihan dan komunikasi formal tentang

prosedur standar tersebut. Tanggung jawab terhadap proses tersebut masih

dibebankan pada individu dan tingkat ketergantungan pada kemampuan

individu sangat besar sehingga terjadi kesalahan.

• Skala 3 : Defined Process;

Prosedur di perusahaan sudah distandarisasi, terdokumentasi, dan

dikomunikasikan melalui pelatihan tetapi implementasi masih tergantung

pada individu apakah mau mengikuti prosedur tersebut atau tidak.

Prosedur yang dibuat tersebut tidak rumit, hanya merupakan formalisasi

kegiatan yang sudah ada.

Page 30: maturitl cobit

36  

 

• Skala 4 : Managed and Measurable;

Perusahaan dapat mengukur dan memonitor prosedur yang ada sehingga

mudah ditanggulangi jika terjadi penyimpangan. Proses yang ada sudah

berjalan dengan baik dan konstan. Otomasi dan perangkat teknologi

informasi yang digunakan terbatas.

• Skala 5 : Optimized;

Proses yang ada sudah mencapai best practice melalui proses perbaikan

yang terus menerus. Teknologi informasi sudah digunakan terintegrasi

untuk otomatisasi proses kerja dalam perusahaan, meningkatkan kualitas,

efektivitas, serta kemampuan beradaptasi terhadap perusahaan.

Maturity models dibangun dari model umum kualitatif untuk prinsip-

prinsip dari atribut berikut (ITGI, 2007) :

• Awareness and communication

• Policies, plans and procedures

• Tools and automation

• Skills and expertise

• Responsibility and accountability

• Goal setting and measurement

Page 31: maturitl cobit

37  

 

Tabel 2.3 Maturity Attribute Table (Sumber : ITGI, 2007)