audit berbasis cobit

28
DAFTAR ISI BAB 1 ― PENDAHULUAN Latar Belakang 2 Tujuan dan Manfaat 3 Tujuan Penulisan 3 Manfaat Penulisan 3 Metodologi Penulisan 3 Objek Penulisan 3 Teknik Pengambilan Data 3 BAB 2 ― PEMBAHASAN ISACA (Information System Audit and Control Association) 4 Kode Etik Profesional 4 CISA (Certified Information Systems Auditor) 5 COBIT (Control Objective for Information and related Tecnology) 6 Pengertian 6 Sejarah Perkembangan 7 Tujuan Pembentukan 7 Kegunaan 8 Kerangka Kerja 8 Konsep Pengendalian 12 Pengguna 13 Sumber Daya TI 13 Page | 1

Upload: valley-anastasia

Post on 11-Aug-2015

783 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

makalah audit dengan metode cobit

TRANSCRIPT

Page 1: audit berbasis cobit

DAFTAR ISI

BAB 1 ― PENDAHULUAN

Latar Belakang 2

Tujuan dan Manfaat3

Tujuan Penulisan 3

Manfaat Penulisan 3

Metodologi Penulisan 3

Objek Penulisan 3

Teknik Pengambilan Data 3

BAB 2 ― PEMBAHASAN

ISACA (Information System Audit and Control Association) 4

Kode Etik Profesional 4

CISA (Certified Information Systems Auditor) 5

COBIT (Control Objective for Information and related Tecnology) 6

Pengertian 6

Sejarah Perkembangan 7

Tujuan Pembentukan 7

Kegunaan 8

Kerangka Kerja 8

Konsep Pengendalian 12

Pengguna 13

Sumber Daya TI 13

COBIT 4.1 vs COBIT 5 14

Contoh Penerapan dalam Organisasi 17

BAB 3 ― PENUTUP

Simpulan 20

Saran 20

Page | 1

Page 2: audit berbasis cobit

BAB I

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Pengendalian (controlling) adalah salah satu fungsi manajemen dalam mencapai

tujuan organisasi, yang merupakan manifestasi dari usaha manajemen untuk

mengurangi resiko kerugian dan penyimpangan dalam suatu organisasi.

Pengendalian Internal yang efektif merupakan salah satu faktor kunci dalam

kesuksesan sebuah organisasi. Dengan adanya sistem pengendalian internal yang

efektif, dapat membantu dalam mencapai tujuan organisasi yang antara lain dapat

mengurangi resiko kerugian organisasi, menghasilkan suatu laporan keuangan yang

andal dan sesuai, serta meningkatkan efisiensi. Dengan semakin dominannya

penggunaan komputer dalam membantu kegiatan operasional diberbagai organisasi,

maka diperlukan standar-standar yang tepat sebagai alat pengendali internal untuk

menjamin bahwa data elektronik yang diproses adalah benar. Sehingga data

elektronik tersebut menghasilkan pelaporan keuangan perusahaan yang dapat

dipertanggungjawabkan. Dalam perkembangannya terdapat banyak standar –

standar kontrol yang muncul dengan latar belakang yang berbeda. Oleh karena itu,

dalam penulisan ini akan diuraikan salah satu standar kontrol untuk EDP (Electronic

Data Processing) yaitu COBIT (Control Obejctive for Information and related

Technology). Framework COBIT digunakan untuk menyusun dan menerapkan

model audit sistem infromasi dengan tujuan untuk memberikan masukan dan

rekomendasi bagi pihak manajemen organisasi untuk perbaikan pengelolaan sistem

informasi di masa mendatang. COBIT dirancang agar dapat menjadi alat bantu yang

dapat memecahkan permasalahan dalam memahami dan mengelola resiko serta

keuntungan yang behubungan dengan sumber daya informasi organisasi.

Page | 2

Page 3: audit berbasis cobit

1.2 Tujuan dan Manfaat

1.2.1 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan paper ini adalah :

• Meneliti metode COBIT yang ada agar dapat mengevaluasi kelebihan dan kekurangan sistem informasi dalam organisasi dengan efektif.

• Menganalisa dan mengidentifikasi kebutuhan keamanan yang diperlukan organisasi, khususnya dalam mengelola teknologi informasi.

• Menjabarkan lebih luas tentang pengetahuan Audit Sistem Informasi dan Teknologi Informasi terkait dengan standar COBIT

1.2.2 Manfaat Penulisan

Adapun manfaat – manfaat dari penulisan paper ini adalah :

• Memberikan penilaian yang berorientasi pada bisnis dengan menggunakan standar COBIT terhadap kebutuhan kontrol organisasi bagi pihak manajemen

• Proses dan hasil penelitian dapat dijadikan arah dalam penerapan IT Governance yang baik bagi organisasi.

• Memberikan pemahaman secara intens tentang konsep COBIT

1.3 Metodologi Penulisan

1.3.1 Objek Penulisan

Objek tulisan ini adalah COBIT sebagai landasan untuk menyusun dan menerapkan

model audit sistem infromasi dalam memberikan masukan dan rekomendasi bagi

pihak manajemen perusahaan untuk perbaikan pengelolaan sistem informasi di

masa mendatang.

1.3.2 Teknik Pengambilan Data

Informasi mengenai COBIT sebagai topik penulisan diperoleh dari berbagai sumber

baik berupa internet, perkuliahan dengan mata kuliah terkait, maupun jurnal atau

tesis yang relevan dengan objek yang dikaji.

Page | 3

Page 4: audit berbasis cobit

BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 ISACA (Information System Audit and Control Association)

ISACA atau Information Systems Audit and Control Association merupakan

perkumpulan atau asosiasi yang anggota-anggotanya terdiri dari Auditors,

Indonesian System Auditor dan mereka yang mempunyai minat terhadap control,

audit dan security system informasi.

2.1.1 Kode Etik Profesional

The Information Systems Audit and Control Association (ISACA) mengeluarkan kode

etik professional (Code of Professional Ethics) untuk dijadikan panduan perilaku bagi

para personal maupun professional anggota asosiasi dan atau para penyandang

sertifikasi, yaitu anggota dan para penyandang sertifikasi ISACA, harus :

1. Mendukung penerapan, dan mendorong kesesuaian dengan, standar, prosedur

dan pengendalian sistem informasi yang tepat.

2. Melakukan tugas-tugas mereka secara sungguh-sungguh (due diligence) dan

profesional, sesuai dengan standar-standar professional dan praktik terbaik (best

practices).

3. Memenuhi kebutuhan para stakeholders dengan secara jujur dan memenuhi

aturan/hukum, sambil menjaga tindakan dan perilaku, dan tidak terlibat dalam

tindakan-tindakan yang merugikan profesi.

4. Tetap menjaga privasi dan kerahasiaan informasi yang diperoleh selama

melakukan tugas-tugas mereka, kecuali hal itu diminta oleh pihak yang berwajib

(legal authority). Informasi semacam itu tak boleh digunakan untuk keuntungan

pribadi atau diberikan kepada pihak yang tidak berkompeten.

Page | 4

Page 5: audit berbasis cobit

5. Tetap menjaga kompetensi di bidang masing – masing dan bersedia hanya

melakukan kegiatan tersebut, yang dapat mereka harapkan untuk diselesaikan

dengan kompetensi profesional.

6. Memberitahu para pihak yang berkompeten mengenai hasil kerja yang dilakukan;

memberitahu semua fakta nyata kepada mereka.

7. Mendukung edukasi professional kepada para stakeholder dalam upaya

meningkatkan pemahaman mereka mengenai keamanan dan pengendalian

sistem informasi.

2.2 CISA (Certified Information Systems Auditor)

Program Certified Information Systems Auditor™ (CISA) didirikan pada Tahun 1978

oleh Information Systems Audit and Control Association® (ISACA) dengan tujuan:

a. Mengembangkan dan memelihara instrument testing yang dapat digunakan

untuk mengevaluasi kompetensi individu dalam melakukan audit sistem

informasi.

b. Menyediakan mekanisme untuk memotivasi sistem informasi auditor untuk

memelihara kompetensi dan memonitor kesuksesan maintenance program.

c. Membantu top manajemen dalam membangun fungsi audit sistem informasi

dengan menyediakan kriteria untuk seleksi dan pengembangan personel.

Program CISA telah menjadi satu-satunya designation yang dikenal secara global

untuk audit sistem informasi dan profesional kontrol. CISA designation mendapat

penghargaan tinggi dari pemerintah dan pemilik perusahaan di berbagai industri,

bahkan telah menjadi kriteria pekerjaan dan/atau kemajuan dalam organisasi.

Dengan dikenal sebagai CISA, akan memberikan nilai profesional dan sejumlah

besar keuntungan. Pencapaian dari program CISA mendemonstrasikan keahlian

audit sistem informasi serta memberikan tanda dalam melayani sebuah organisasi

Page | 5

Page 6: audit berbasis cobit

dengan perbedaan. Mereka yang telah memiliki gelar CISA akan bergabung dengan

para profesional dunia yang telah mendapatkan professional designation.

Sertifikasi profesional ini memberikan bukti pencapaian pengetahuan dan keahlian

profesional tersebut. Dengan kata lain, sertifikasi untuk exclusive program worldwide

untuk professional audit IS, kontrol, dan keamanan di bidang mereka adalah

Certified Information Systems Auditor™(CISA) Designation. Seperti Certified

Professional Accountant (CPA) atau Chartered Accountant (CA) designation

untuk profesional akuntansi, CISA designation menunjukkan kemampuan individu

dalam mengaplikasikan audit SI, kontrol, prinsip dan praktik keamanan. Bagi

employers worldwide, profesional audit SI dan kontrol dengan CISA designation

lebih diminati dan seringkali mendapatkan kompensasi yang lebih tinggi. Sebagai

tambahan, pemegang CISA ini juga tetap perlu berkecimpung dalam profesi mereka

dengan mengikuti pendidikan profesional yang berkesinambungan.

2.3 COBIT (Control Objective for Information and related Tecnology)

2.3.1 Pengertian COBIT

Control Objectives for Information and Related Technology (COBIT) dapat

definisikan sebagai alat pengendalian untuk informasi dan teknologi terkait dan

merupakan standar terbuka untuk pengendalian terhadap teknologi informasi yang

dikembangkan oleh Information System Audit and Control Association (ISACA)

melalui lembaga yang dibentuknya yaitu Information and Technology Governance

Institute (ITGI) pada tahun 1992. Secara terstruktur, COBIT terdiri dari seperangkat

control objectives untuk bidang teknologi informasi, dirancang untuk memungkinkan

tahapan bagi audit. Menurut IT Governance Institute, COBIT adalah sekumpulan

dokumentasi best practices untuk IT governance yang dapat membantu auditor,

manajemen and pengguna (user) untuk menjembatani gap antara risiko bisnis,

kebutuhan kontrol dan permasalahan-permasalahan teknis dalam perusahaan.

COBIT memungkinkan kebijakan pembangunan yang jelas dan baik untuk seluruh

organisasi kontrol TI. COBIT menekankan peraturan, membantu organisasi untuk

meningkatkan nilai dicapai dari TI, dan memungkinkan pengaturan dan

penyederhanaan pelaksanaan pada kerangka COBIT.

Page | 6

Page 7: audit berbasis cobit

2.3.2 Sejarah Perkembangan COBIT

COBIT yang pertama kali diluncurkan pada tahun 1996, mengalami perubahan

berupa perhatian lebih kepada dokumen sumber, revisi pada tingkat lebih lanjut

serta tujuan pengendalian rinci dan tambahan seperangkat alat implementasi

(implementation tool set) pada edisi keduanya yang dipublikasikan pada tahun 1998.

COBIT pada edisi ketiga ditandai dengan masuknya penerbit utama baru COBIT

yaitu ITGI. COBIT edisi 4.1 diperluas dengan arahan lebih kepada IT Governance.

COBIT edisi kelima merupakan versi terakhir dari tujuan pengendalian untuk

informasi dan teknologi terkait dengan mencakup keseluruhan dari COBIT 4.1

dengan tambahan tentang Risk IT dan Val IT. ISACA telah meluncurkan Val IT yang

berhubungan dengan proses COBIT untuk proses manajemen senior yang

dibutuhkan untuk mendapatkan nilai baik dari investasi TI.

2.3.3 Tujuan Pembentukan COBIT

Tujuan diluncurkan COBIT adalah untuk mengembangkan, melakukan riset dan

mempublikasikan suatu standar teknologi informasi yang diterima umum dan selalu

up to date untuk digunakan dalam kegiatan bisnis sehari-hari. Dengan bahasa lain,

COBIT dapat pula dikatakan sebagai sekumpulan dokumentasi best practices untuk

IT governance yang dapat membantu auditor, manajemen and pengguna (user)

untuk menjembatani gap antara risiko bisnis, kebutuhan kontrol dan permasalahan –

permasalahan teknis, meningkatkan tingkatan kemapanan proses dalam IT dan

memenuhi ekspektasi bisnis dari IT. COBIT mampu menyediakan bahasa yang

umum sehingga dapat dipahami oleh semua pihak. Adopsi yang cepat dari COBIT di

seluruh dunia dapat dikaitkan dengan semakin besarnya perhatian yang diberikan

terhadap corporate governance dan kebutuhan perusahaan agar mampu berbuat

lebih dengan sumber daya yang sedikit meskipun ketika terjadi kondisi ekonomi

yang sulit. Fokus utama COBIT adalah harapan bahwa melalui adopsi COBIT ini

perusahaan akan mampu meningkatkan nilai tambah melalui penggunaan TI dan

mengurangi resiko-resiko inheren yang teridentifikasi didalamnya.

Page | 7

Page 8: audit berbasis cobit

2.3.4 Kegunaan COBIT

Dalam membantu auditor, COBIT memiliki fungsi – fungsi diantaranya adalah :

Meningkatkan pendekatan/program audit

Mendukung audit kerja dengan arahan audit secara rinci

Memberikan petunjuk untuk IT governance

Sebagai penilaian benchmark untuk kendali IS/IT

Meningkatkan control IS/IT

Sebagai standarisasi pendekatan/program audit.

2.3.5 Kerangka Kerja COBIT

COBIT Framework

COBIT merupakan kerangka kerja pengendalian internal yang berkaitan dengan

teknologi informasi, yang dipublikasikan oleh Information System Audit and Control

Foundation di tahun 1996 dan di-update pada tahun 1998 dan 2000. COBIT dibuat

Page | 8

Page 9: audit berbasis cobit

dengan tujuan melakukan penelitian dan pengembangan terhadap sekumpulan

kontrol teknologi informasi, yang dapat diterima secara internasional bagi

kepentingan auditor dan manajer bisnis suatu organisasi. COBIT mengelompokkan

semua aktivitas bisnis yang terjadi dalam organisasi menjadi 34 proses yang terbagi

ke dalam empat buah domain proses, meliputi :

1. Plan and Organise (10 proses)

Meliputi strategi dan taktik yang berkaitan dengan identifikasi pemanfaatan IT

yang dapat memberikan kontribusi dalam pencapaian tujuan bisnis.

Proses dalam domain ini adalah :

Menetapkan rencana strategis TI

Menetapkan susunan informasi

Menetapkan kebijakan teknologi

Menetapkan hubungan dan organisasi TI

Mengelola investasi IT

Mengkomunikasikan arah dan tujuan manajemen

Mengelola sumberdaya manusia

2. Acquire and Implement (7 proses)

Merupakan domain proses yang merealisasikan strategi IT, serta solusi – solusi

IT yang diperlukan untuk diterapkan pada proses bisnis organisasi. Pada domain

ini pula dilakukan pengelolaan perubahan terhadap sistem eksisting untuk

menjamin proses yang berkesinambungan.

Langkah – langkah domain ini adalah :

Mengidentifikasi solusi terotomatisasi

Mendapatkan dan memelihara software aplikasi

Mendapatkan dan memelihara infrastruktur teknologi

Mengembangkan dan memelihara prosedur

Page | 9

Page 10: audit berbasis cobit

Memasang dan mengakui sistem

Mengelola perubahan

3. Delivery and Support (13 proses)

Domain ini berfokus utama pada aspek penyampaian atau pengiriman dari IT.

Domain ini mencakup area-area seperti pengoperasian aplikasi – aplikasi dalam

sistem IT dan hasilnya, dan juga, proses dukungan yang memungkinkan

pengoperasian sistem IT tersebut dengan efektif dan efisien. Proses dukungan

ini termasuk isu atau masalah keamanan dan juga pelatihan.

Proses dalam domain ini adalah :

Menetapkan dan mengelola tingkat pelayanan

Mengelola pelayanan kepada pihak lain

Mengelola kinerja dan kapasitas

Memastikan pelayanan yang kontinyu

Memastikan keamanan sistem

4. Monitor and Evaluate (4 proses)

Merupakan domain yang memberikan pandangan bagi pihak manejemen

berkaitan dengan kualitas dan kepatuhan dari proses yang berlangsung dengan

kendali-kendali yang diisyaratkan.

Proses dalam domain ini sebagai berikut :

Memonitor proses

Menaksir kecukupan pengendalian internal

Mendapatkan kepastian yang independen

Kerangka kerja COBIT juga memasukan hal-hal berikut :

1. Maturity Models

Page | 10

Page 11: audit berbasis cobit

Untuk memetakan status maturity proses-proses TI (dalam skala 0 – 5)

dibandingkan dengan “the best in the class in the Industry” dan juga International

best practices.

Skala – skala maturity models akan dijabarkan sebagai berikut :

Skala 0 - Not Existance

Karena perusahaan tidak menyadari pentingnya membuatperencanaan strategis

di bidang teknologi informasi. Dalam skala ini penting untuk dilakukan evaluasi

pengendalian dan dijadikan sebagai temuan yang penting.

Skala 1 – Initial

Adanya fakta – fakta bahwa perusahaan telah menyadari akan pentingnya

pembuatan perencanaan strategis di bidang teknologi informasi. Namun, tidak

ada prosesyang distandarisasi; perencanaan, perancangan dan manajemen

masih belum terorganisir dengan baik. Dalam skala ini keperluan untuk dijadikan

temuan tidak diutamakan, karena tingkat kemungkinan terjadinya resiko tidak

sebesar skala nol.

Skala 2 – Repeatable

Perusahaan telah menetapkan prosedur untuk dipatuhi oleh karyawan, namun

belum dikomunikasikan dan belum adanya pemberian latihan formal kepada

setiap karyawan mengenai prosedur; dan tanggung jawab diberikan sepenuhnya

kepada individu sehingga pemberian kepercayaan sepenuhnya kemungkinan

dapat terjadi penyalahgunaan.

Skala 3 – Defined

Seluruh proses telah didokumentasikan dan telah dikomunikasikan,serta

dilaksanakan berdasarkan metode pengembangan sistem komputerisasi yang

baik, namun belum ada proses evaluasi terhadap sistem tersebut, sehingga

masih ada kemungkinan terjadinya penyimpangan.

Page | 11

Page 12: audit berbasis cobit

Skala 4 - Managed

Proses komputerisasi telah dapat dimonitor dan dievaluasi denganbaik,

manajemen proyek pengembangan sistem komputerisasi sudah dijalankan

denganlebih terorganisir.

Skala 5 – Optimised

Best Practices (pedoman terbaik) telah diikuti dan diotomatisasi pada sistem

berdasarkan proses yang terencana, terorganisir dan menggunakan metodologi

yang tepat.

2. Critical Success Factors (CSFs)

Adalah arahan implementasi bagi manajemen agar dapat melakukan kontrol atas

proses TI.

3. Key Goal Indicators (KGIs)

Merupakan kinerja proses-proses TI sehubungan dengan business requirement.

4. Key Performance Indicators (KPIs)

Adalah kinerja proses-proses TI sehubungan dengan process goals.

2.3.6 Konsep Pengendalian COBIT

Dalam hal tujuan pengendalian, COBIT mendefinisikannya sebagai “Suatu

pernyataan atas hasil yang diinginkan atau tujuan yang ingin dicapai dengan

mengimplementasikan prosedur pengendalian dalam aktivitas IT tertentu”. COBIT

melihat pengendalian dalam tiga dimensi berbeda yaitu Sumber IT, Proses IT, dan

Kriteria Informasi IT. Sumber IT sebagai dimensi pertama akan dijabarkan lebih

mendalam pada sub-bab berikutnya. Proses IT sebagai dimensi kedua dari COBIT

terdiri dari tiga segmen, yaitu domains, proses, dan aktivitas. Sedangkan dalam

dimensi ketiganya, COBIT menetapkan kriteria informasi yang berguna dalam

Page | 12

Page 13: audit berbasis cobit

mendukung tercapainya tujuan organisasi dengan merujuk pada kebutuhan

informasi di organisasi atau perusahaan. COBIT mengkombinasikan beberapa

prinsip penyusunan informasi berdasarkan model model yang sudah ada, dan

merumuskannya kedalam tiga kategori utama, yaitu quality, fiduciary responsibility

dan security yang kemudian diuraikan lebih lanjut dalam kriteria-kriteria sebagai

berikut :

Efektifitas

Efisiensi

Kerahasiaan

Integritas

Ketersediaan

Kepatuhan

2.3.7 Pengguna COBIT

COBIT dirancang untuk digunakan oleh tiga pengguna berbeda yaitu :

1. Manajemen

Dengan penerapan COBIT, manajemen dapat terbantu dalam proses

penyeimbangan resiko dan pengendalian investasi dalam lingkungan IT yang tidak

dapat diprediksi.

2. User

Pengguna dapat menggunakan COBIT untuk memperoleh keyakinan atas layanan

keamanan dan pengendalian IT yang disediakan oleh pihak internal atau pihak

ketiga.

3. Auditor

Page | 13

Page 14: audit berbasis cobit

Dengan penerapan COBIT, auditor dapat memperoleh dukungan dalam opini yang

dihasilkan dan/atau untuk memberikan saran kepada manajemen atas pengendalian

internal yang ada.

2.3.8 Sumber Daya TI

Sumber daya TI yang diidentifikasikan dalam COBIT dapat diterangkan atau

diidentifikasikan sebagai berikut :

Data, adalah obyek-obyek dalam pengertian yang lebih luas (yakni internal dan

eksternal), terstruktur dan tidak terstruktur, grafik, suara dan sebagainya.

Sistem aplikasi, dipahami untuk menyimpulkan atau meringkas, baik prosedur

manual maupun yang terprogram.

Teknologi, mencakup hardware, sistem operasi, sistem manajemen database,

jaringan (networking), multimedia, dan lain- lain.

Fasilitas, adalah semua sumber daya untuk menyimpan dan mendukung system

informasi.

Manusia termasuk staf ahli, kesadaran dan produktivitas untuk merencanakan,

mengorganisasikan atau melaksanakan, memperoleh, menyampaikan,

mendukung dan memantau layanan sistem informasi.

2.3.9 COBIT 4.1 vs COBIT 5

COBIT dikenal luas sebagai standard defacto untuk kerangka kerja tata kelola TI (IT

Governance) dan yang terkait dengannya. Di sisi lain standard atau framework ini

terus berevolusi sejak pertama kali diluncurkan di 1996 hingga rilis terakhir yaitu

COBIT 5 yang diluncurkan pada Juni 2012 yang lalu. Pada setiap rilisnya, kerangka

kerja ini melakukan pergeseran – pergeseran beberapa paradigma. Teknologi

Informasi dan pemanfaatannya yang berkembang dengan cepat tentunya menuntut

perubahan dalam tata cara pengelolaannya juga, sehingga frameworknya juga perlu

penyesuaian. Selain itu penerapan apapun pada tataran konseptual ke dalam

tataran praktis akan selalu memunculkan titik-titik yang dapat diperbaiki dan

disempurnakan terus-menerus. Perbaikan yang cukup telah dilakukan terhadap

Page | 14

Page 15: audit berbasis cobit

COBIT framework untuk posisi sebagai model tata kelola teknologi informasi di

perusahaan. Tidak seperti pendahulunya (COBIT 4.1) dan ITIL v3, COBIT 5

framework mengalamatkan tiga tingkat dari sebuah framework tata kelola TI.

Perbaikan dalam COBIT 5 meliputi restrukturisasi deskripsi dari proses individu,

mengidentifikasi dasar praktek-praktek yang sebenarnya dalam setiap proses dan

menggambarkan kegiatan utama dalam setiap dasar praktek. Perubahan yang

paling signifikan untuk COBIT adalah reorganisasi framework dari sebuah model

proses TI ke framework tata kelola TI dengan serangkaian penerapan tata kelola TI,

sistem manajemen untuk perbaikan terus-menerus di kegiatan TI dan model proses

dengan dasar praktek. COBIT 5 akan didasarkan pada prinsip-prinsip tata kelola

perusahaan yang sehat dan akan membantu organisasi mengelola risiko

operasional, serta tetap bertahan di atas persyaratan kepatuhan yang terus

berkembang.

Ada beberapa perubahan penting yang dibawa oleh COBIT rilis teranyar ini

dibanding versi pendahulunya. Apakah itu?

Pertama, prinsip baru dalam tata kelola TI untuk organisasi, Governance of

Enterprise IT (GEIT). COBIT 5, sebagaimana juga Val IT dan Risk IT, lebih

berorientasi pada prinsip dibanding pada proses. Berdasarkan feedback yang

masuk, menyatakan bahwa ternyata penggunaan prinsip – prinsip lebih mudah

dipahami dan diterapkan dalam konteks enterprise secara lebih efektif.

Kedua, COBIT 5 memberi penekanan lebih kepada Enabler. Walaupun sebenarnya

COBIT 4.1 juga menyebutkan adanya enabler – enabler, hanya saja COBIT 4.1 tidak

menyebutnya dengan enabler. Sementara COBIT 5 menyebutkan secara spesifik

ada 7 enabler dalam implementasinya. Berikut ini adalah ketujuh enabler COBIT 5

dan perbandingan untuk hal yang sama di COBIT 4.1 :

1. Prinsip-prinsip, kebijakan dan kerangka kerja. Kalau di COBIT 4.1, poin-poin ini

tersebar dalam beberapa proses-proses COBIT 4.1.

Page | 15

Page 16: audit berbasis cobit

2. Proses-proses. Proses adalah sentral dari COBIT 4.1.

3. Struktur Organisasi. Dalam COBIT 4.1, struktur organisasi tercermin dalam

RACI chart yang mendefinisikan peran dan tanggung-jawab para pihak dalam

setiap proses.

4. Kultur, etika dan perilaku. Poin ini terselip di beberapa proses COBIT 4.1

5. Informasi. Dalam COBIT 4.1, informasi merupakan salah satu sumber daya TI

(IT resources).

6. Layanan, Infrastruktur, dan Aplikasi. Dalam COBIT 4.1, infrastruktur dan

aplikasi (disatukan dengan layanan) merupakan sumber daya TI juga.

7. Orang, keterampilan (skills) dan kompetensi. Dalam COBIT 4.1, hanya

disebutkan “orang” sebagai salah satu sumber daya (walau sebenarnya

mencakup juga keterampilan dan kompetensinya)

Ketiga, COBIT 5 mendefinisikan model referensi proses yang baru dengan

tambahan domain governance dan beberapa proses baik yang sama sekali baru

ataupun modifikasi proses lama serta mencakup aktifitas organisasi secara end-to-

end. Selain mengkonsolidasikan COBIT 4.1, Val IT, dan Risk IT dalam sebuah

framework, COBIT 5 juga dimutakhirkan untuk menyelaraskan dengan best

practices yang ada seperti misalnya ITIL v3 2011 dan TOGAF.

Keempat, seperti disinggung sebelumnya, bahwa dalam COBIT 5 terdapat proses-

proses baru yang sebelumnya belum ada di COBIT 4.1, serta beberapa modifikasi

pada proses-proses yang sudah ada sebelumnya di COBIT 4.1. Secara sederhana

dapat dikatakan bahwa model referensi proses COBIT 5 ini sebenarnya

mengintegrasikan konten COBIT 4.1, Risk IT dan Val IT. Sehingga proses-proses

pada COBIT 5 ini lebih holistik, lengkap dan mencakup aktifitas bisnis dan IT secara

end-to-end.

Page | 16

Page 17: audit berbasis cobit

Kelima, Praktik dan Aktifitas. Praktik dan aktifitas tata kelola dan manajemen pada

COBIT 5 sebenarnya ekuivalen dengan control objective COBIT 4.1 serta proses-

proses pada Val IT dan Risk IT. Sementara itu aktifitas pada COBIT 5 sebenarnya

identik dengan dengan control practices pada COBIT 4.1 dan management practices

pada Val IT dan Risk IT.

Keenam, Goal dan Metrik. COBIT 5 menggunakan konsep goal dan metrik yang

sama dengan COBIT 4.1, Val IT, dan Risk IT. Hanya saja COBIT 5 mengubah

namanya menjadi enterprise-goal, IT-related goal dan process goal untuk

mencerminkan view secara organisasi. COBIT 5 juga memberikan contoh-contoh

goal dan metriknya pada tingkatan enterprise, proses dan manajemen pada

tingkatan praktis. Inilah bedanya dengan COBIT 4.1, Val IT, dan Risk IT yang

bermain satu tingkatan di bawahnya.

Ketujuh, Input dan Output. Framework COBIT 5 menyediakan input dan output

untuk setiap management practice, sementara COBIT 4.1 hanya menyediakan ini

pada tingkatan proses saja. Hal ini dapat dijadikan petunjuk tambahan dalam

mendesain proses-proses berikut produk kerja yang dihasilkan dan membantu

integrasi antar proses-proses yang ada.

Kedelapan, RACI Chart. Pada dasarnya COBIT 5 menyediakan diagram RACI yang

menjelaskan peran dan tanggung jawab dengan cara yang sama seperti pada

COBIT 4.1, Val IT, maupun Risk IT. Hanya saja COBIT 5 memberikan diagram yang

lebih lengkap, detail dan rentang yang lebih jelas dari setiap pihak baik IT maupun

bisnis untuk setiap praktik manajemen. Tentunya hal ini akan lebih memudahkan

dalam proses desain dan penerapan proses-prosesnya.

Kesembilan, Model dan Asesmen terhadap Process Capability. Framework COBIT

5 tidak lagi menggunakan pendekatan berbasis CMM seperti yang digunakan dalam

COBIT 4.1, Val IT, maupun Risk IT. Sebagai gantinya COBIT 5 akan menggunakan

pendekatan baru yang berbasis pada ISO/IEC 15504. Pendekatan yang digunakan

COBIT 4.1, Val IT dan Risk IT menggunakan atribut dan skala pengukuran yang

berbeda dengan pendekatan berbasis ISO/IEC 15504 ini. Pendekatan baru ini

menurut ISACA merupakan pendekatan yang lebih baik, handal dan juga lebih

Page | 17

Page 18: audit berbasis cobit

repeatable sebagai sebuah metode penilaian kematangan/kemampuan proses. Bagi

yang sudah biasa menggunakan metode sebelumnya berbasis CMM, maka tentu

dibutuhkan penyesuaian – penyesuaian dan penyelarasan – penyelarasan.

2.3.10 Contoh Penerapan COBIT Dalam Organisasi

Implementasi pada BUMN

Dipandang dari cukup luasnya cakupan COBIT dalam pengendalian IT organisasi,

maka dapat disimpulkan bahwa BUMN dapat (bahkan seharusnya) mengadopsi

guidelines COBIT dalam pengelolaan dan pengendalian IT-nya. Sebelum uraian

lebih lanjut mengenai aspek – aspek COBIT yang sesuai untuk BUMN, terlebih

dahulu akan diuraikan mengenai keunggulan – keunggulan COBIT dalam

pengendalian internal terhadap manajemen sistem dan informasi sebagai berikut :

Akseptansi secara internasional, karena didasarkan atas pengalaman praktik dan

profesionalitas para ahli di seluruh dunia.

Memenuhi standar ISO17799, COSO I dan II, dan standar – standar terkait

lainnya.

COBIT menjadi jembatan komunikasi antara fungsi IT, bisnis dan auditor dengan

menyediakan suatu pendekatan umum yang dapat dimengerti oleh semuanya

pihak.

COBIT berorientasi kepada manajemen, dapat diaplikasikan, dan mudah

digunakan.

COBIT menyediakan dukungan yang kuat untuk audit IT, meminimalisasi biaya

resiko audit, dan dapat meningkatkan kualitas audit dan opini audit.

COBIT dapat menghemat waktu dalam mengimplementasikan praktek-praktek

yang efektif.

COBIT bersifat fleksibel dan mudah beradaptasi untuk menyesuaikan dengan

ukuran dan budaya organisasi, serta kebutuhan khusus lainnya.

COBIT adalah sebuah konsep yang lengkap dan terintegrasi, dan dikelola oleh

organisasi non profit yang sudah memiliki reputasi, yakni ISACA.

Page | 18

Page 19: audit berbasis cobit

Selain berbagai keunggulan – keunggulan yang disebutkan diatas, terdapat

beberapa alasan lain mengapa sebuah organisasi mengadopsi COBIT yaitu :

COBIT memberikan perhatian kepada tata kelola IT yang baik (Good IT

Governance).

Untuk menguji akuntabilitas manajemen terhadap sumber daya teknologi

informasi.

Adanya kebutuhan khusus untuk pengendalian sumber daya TI.

Sebuah solusi yang berorientasi bisnis, karena COBIT mengedepankan

penggunaan sumber daya TI yang efektif dan efisien.

COBIT menyediakan kerangka untuk penilaian resiko atas IT.

Berbasis otorisasi.

Meningkatkan komunikasi antara manajemen, pengguna (users), dan auditor.

Dari keuntungan diatas, dapat disimpulkan bahwa penerapan COBIT dalam

pengelolaan IT BUMN adalah sebuah keharusan. Keseluruhan aspek dalam

kerangka kerja COBIT dapat diadopsi, uraian singkat berikut akan memberikan

penjelasan lebih lanjut :

Manajemen dapat mengadopsi control objectives COBIT dalam perancangan

model pengelolaan dan pengendalian IT perusahaan. Proses perancangan

tersebut dapat diadopsi dari langkah – langkah atau proses yang ada dalam

domain – domain COBIT.

Manajemen dapat mengadopsi management guideline COBIT sebagai tools

dalam perumusan kebijakan management baik kebijakan mengenai IT maupun

kebijakan lainnya yang berhubungan dengan kinerja organisasi.

Pengawas internal (auditor) dapat menggunakan audit guideline COBIT sebagai

standar dalam perancangan dan pelaksanaan audit atas sistem informasi

organisasi. Secara rinci, auditor menggunakannya dalam :

Perencanaan audit dan pengembangan program audit.

Validasi kontrol – kontrol TI

Evaluasi resiko – resiko TI

Page | 19

Page 20: audit berbasis cobit

Mudahnya adopsi COBIT dalam pengelolaan IT pada dasarnya disebabkan oleh

mudahnya modifikasi guidelines COBIT sesuai dengan kondisi industri dan kondisi

IT perusahaan atau organisasi.

BAB 3

PENUTUP

3.1 Simpulan

Melalui penulisan ini, dapat disimpulkan :

a. Pengendalian merupakan aspek penting dalam manajemen organisasi dalam

mengurangi resiko kerugian dan penyimpangan dalam organisasi tersebut.

b. COBIT adalah suatu standar dalam audit sistem informasi yang berperan dalam

pengendalian terhadap teknologi informasi yang diterima secara internasional.

c. COBIT berfungsi dalam mendukung kinerja audit dengan arahan atau guidelines

secara rinci, serta memberikan petunjuk untuk tata kelola TI dalam organisasi

d. Keseluruhan aspek dalam kerangka kerja COBIT dapat digunakan sebagai

landasan perumusan kebijakan management baik kebijakan mengenai IT

maupun kebijakan lainnya yang berhubungan dengan kinerja organisasi.

3.2 Saran

Page | 20

Page 21: audit berbasis cobit

Cobit dapat dijadikan sebagai alat bantu yang digunakan untuk mengefektifkan 4

good practices IT governance dalam organisasi dimana 4 good practices tersebut

merupakan domain dari COBIT, yaitu Planning-Organization (PO), Acquisition-

Implementation (AI), Delivery-Support (DS), dan Monitoring (M). Kerangka kerja

COBIT digunakan untuk membantu auditor, manajemen dan pengguna untuk

menjembatani gap antara resiko bisnis, kebutuhan control dan permasalahan-

permasalahan teknis. Dari keunggulan – keunggulan COBIT tersebut dapat

diketahui bahwa COBIT merupakan tools yang baik bagi manajemen perusahaan

atau organisasi dalam menerapkan kinerja audit sistem informasi yang bertujuan

mengurangi kemungkinan resiko dan mendukung manajemen dalam melakukan

perbaikan tata kelola sistem informasi dalam organisasi agar menjadi lebih baik lagi.

Page | 21