materi tes teori sim c · tertentu (contoh untuk pemeriksaan cukai) 76 dilarang berjalan terus,...
TRANSCRIPT
MATERI TES TEORI SIM C
Tabel Rambu-Rambu Petunjuk
No Rambu Keterangan
1
Tikungan ke kiri
2
Tikungan ke kanan
3
Tikungan tajam ke kiri
4
Tikungan tajam ke kanan
5
Tikungan Ganda, tikungan pertama ke kiri
6
Tikungan Ganda, tikungan pertama ke kanan
7
Banyak tikungan atau urutan beberapa tikungan, tikungan pertama ke
kiri
No Rambu Keterangan
8
Banyak tikungan atau urutan beberapa tikungan, tikungan pertama ke
kanan
9
Pengarah tikungan ke kanan
10
Pengarah tikungan ke kiri
11
Turunan
12
Turunan curam
13
Tanjakan
14
tanjakan terjal
15
Penyempitan di kiri dan kanan jalan
No Rambu Keterangan
16
Penyempitan di kiri
17
Penyempitan di kanan jalan
18
Jembatan atau penyempitan di jembatan
19
Pengurangan lajur kiri
20
Pengurangan lajur kanan
21
Jembatan angkat
22
Jalan menuju tepian air, tepian jurang
23
jalan tidak datar, bergelombang atau berbukitbukit
No Rambu Keterangan
24
Jalan cembung atau jembatan cembung
25
Jalan cekung
26
Jalan licin
27
Kerikil lepas
28
Longsoran tanah atau batu yang berjatuhan dari sebelah kiri jalan
29
Longsoran tanah atau batu yang berjatuhan dari sebelah kanan jalan
30
Penyeberangan orang
31
Banyak anak-anak
32
Banyak orang bersepeda dan sering menyeberang jalan
No Rambu Keterangan
33
Banyak satwa jinak dan sering menyeberang jalan
34
Banyak satwa liar dan sering menyeberang jalan
35
Ada pekerjaan di jalan
36
Lampu pengatur lalulintas
37
Lintasan pesawat terbang
38
Angin dari samping
39
Lalulintas dua arah
40
Awal bangunan pemisah untuk lalulintas dua arah
41
Akhir bangunan pemisah untuk lalulintas dua arah
No Rambu Keterangan
42
Awal bangunan pemisah untuk lalulintas satu arah
43
Persimpangan empat
44
Persimpangan tiga sisi kiri
45
Persimpangan tiga sisi kanan
46
Persimpangan tiga serong kiri
47
Persimpangan tiga serong kiri
48
Persimpangan tiga serong kanan
49
Persimpangan tiga serong kanan
50
Persimpangan tiga type T
No Rambu Keterangan
51
Persimpangan tiga type Y
52
Persimpangan ganda kiri kanan
53
Persimpangan ganda kanan kiri
54
Persimpangan tiga ganda kiri
55
Persimpangan tiga ganda kanan
56
Persimpangan tiga dengan prioritas
57
Persimpangan tiga sisi kiri dengan prioritas
58
Persimpangan tiga sisi kanan dengan prioritas
59
Persimpangan tiga serong kiri dengan prioritas
No Rambu Keterangan
60
Persimpangan tiga serong kanan dengan prioritas
61
Persimpangan bundaran dengan prioritas
62
Tinggi ruang bebas ... m
63
Lebar ruang bebas ... m
64
Persilangan datar dengan lintasan kereta api berpintu
65
Persilangan datar dengan lintasan kereta api tanpa pintu
66
Hati-hati
67
Rambu tambahan menyatakan jarak 450 m
68
Rambu tambahan menyatakan jarak 300 m
No Rambu Keterangan
69
Rambu tambahan menyatakan jarak 150 m
70
Peringatan tentang bahaya tanah longsor di musim hujan
71
Dilarang berjalan terus, wajib berhenti sesaat dan meneruskan
perjalanan setelah mendapat kepastian aman dari lalu lintas arah lainnya
72
Dilarang berjalan terus apabila mengakibatkan rintangan, hambatan,
gangguan bagi lalulintas dari arah lain yang wajib didahulukan
73
Dilarang berjalan terus, pada persilangan-persilangan sebidang lintasan
kereta api jalur unggal, wajib berhenti sesaat untuk
mendapatkan kepastian aman
74
Dilarang berjalan terus, pada persilangan-persilangan sebidang lintasan
kereta api jalur ganda, wajib berhenti sesaat untuk
mendapatkan kepastian aman
75
Dilarang berjalan terus, wajib berhenti sesaat dan meneruskan
perjalanan setelah melaksanakan sesuatu kegiatan / kewajiban
tertentu (contoh untuk pemeriksaan cukai)
76
Dilarang berjalan terus, wajib berhenti sesaat sebelum bagian jalan
tertentu dan meneruskan perjalanan setelah mendahulukan kendaraan
yang datang dari arah depan secara bersamaan
77
Larangan masuk bagi semua kendaraan bermotor maupun tidak
bermotor dari kedua arah
78
Larangan masuk bagi semua kendaraan bermotor maupun tidak
bermotor
No Rambu Keterangan
79
Larangan masuk bagi kendaraan bermotor roda empat atau lebih
80
Larangan masuk bagi kendaraan bermotor roda tiga
81
Larangan masuk bagi kendaraan bermotor roda tiga
82
Larangan masuk bagi kendaraan bermotor
83
Larangan masuk bagi bus
84
Larangan masuk bagi mobil barang
85
Larangan masuk bagi kendaran bermotor dengan kereta gandeng
86
Larangan masuk bagi kendaran bermotor dengan kereta tempel
87
Larangan masuk bagi kendaran untuk keperluan khusus, antara lain
forklift, penggilas alan, traktor
No Rambu Keterangan
88
Larangan masuk bagi delman dan sejenisnya
89
Larangan masuk bagi gerobak pedati dan sejenisnya
90
Larangan masuk bagi gerobak dorong dan sejenisnya
91
Larangan masuk bagi gerobak dan dokar
92
Larangan masuk bagi semua kendaraan tidak bermotor
93
Larangan masuk bagi sepeda
94
Larangan masuk bagi becak
95
Larangan masuk bagi sepeda dan becak
96
Larangan masuk bagi pejalan kaki
No Rambu Keterangan
97
Larangan berhenti sampai jarak 15 m dari tempat pemasangan rambu
menurut arah lalulintas, kecuali dinyatakan lain dengan papan tambahan
98
Larangan parkir sampai jarak 15 m dari tempat pemasangan rambu
menurut arah lalulintas, kecuali dinyatakan lain dengan papan tambahan
99
Larangan berbelok ke kiri bagi kendaraan bermotor maupun tidak
bermotor utnuk masuk jalan simpangan atau berpindah jalur yang
searah lalulintas
100
Larangan berbelok ke kanan bagi kendaraan bermotor maupun tidak
bermotor untuk masuk jalan simpangan atau berpindah jalur yang
searah lalulintas
101
Larangan berbalik arah bagi kendaraan bermotor maupun tidak bermotor
102
Larangan mendahului kendaraan lain yang berjalan di depan
103
Larangan menggunakan isyarat suara
104
Larangan masuk bagi kendaraan dengan panjang lebih dari ... m
105
Larangan masuk bagi kendaraan dengan lebar lebih dari ... m
No Rambu Keterangan
106
Larangan masuk bagi kendaraan dengan tinggi lebih dari ... m
107
Larangan masuk bagi kendaraan tidak bermotor dengan panjang lebih
dari ... m
108
Larangan masuk bagi kendaraan yang seluruh berat termasuk muatannya
lebih dari 5 ton
109
Larangan masuk bagi kendaraan dengan muatan sumbu lebih dari 8 ton
110
Larangan masuk bagi kendaraan dengan muatan sumbu terberat (MST)
lebih besar dari 10 ton atau ukuran lebar tidak melebihi 2.500 milimeter
atau ukuran panjang tidak melebihi 18.000 milimeter
111
Larangan masuk bagi kendaraan dengan muatan sumbu terberat (MST)
lebihb besar dari 8 ton atau ukuran lebar tidak melebihi 2.500 milimeter
atau ukuran panjang tidak melebihi 18.000 milimeter
112
kendaraan dengan muatan sumbu terberat (MST) lebih besar dari 8 ton
atau ukuran lebar tidak melebihi 2.500 milimeter atau ukuran
panjang tidak melebihi 12.000 milimeter
113
sumbu terberat (MST) lebih besar dari 8 ton atau ukuran lebar tidak
melebihi 2.100 milimeter atau ukuran panjang tidak melebihi 9.000
milimeter
114
Larangan Kecepatan kendaraan lebih dari 40 km perjam
No Rambu Keterangan
115
Larangan mengikuti kendaraan di depan kurang dari jarak 15 meter
116
Batas akhir kecepatan maksimum 40 km/jam
117
Batas akhir larangan mendahului kendaraan lain
118
Batas akhir semua larangan setempat terhadap kendaraan bergerak
119
Larangan untuk mendahului
120
Wajib mengikuti arah ke kiri
121
Wajib mengikuti arah ke kanan
122
Wajib mengikuti arah yang ditunjuk
123
Wajib mengikuti arah yang ditunjuk
No Rambu Keterangan
124
Wajib berjalan lurus ke depan
125
Wajib mengikuti arah yang ditentukan pada bundaran
126
Wajib mengikuti salah satu arah yang ditunjuk
127
Wajib mengikuti salah satu arah yang ditunjuk
128
Lajur atau bagian jalan yang wajib dilewati
129
Lajur atau bagian jalan yang wajib dilewati
130
Wajib melewati salah satu lajur yang ditunjuk
131
Wajib untuk pejalan kaki
132
Wajib untuk lalulintas bersepeda
No Rambu Keterangan
133
Wajib untuk lalulintas becak
134
Wajib untuk lalulintas pengendara berkuda
135
Wajib untuk lalulintas dokar
136
Wajib untuk lalulintas pedati
137
Wajib untuk lalulintas pedati, gerobak dorong dan dokar
138
Perintah kecepatan minimum yang diwajibkan
139
Batas Akhir kecepatan minimum yang diwajibkan
140
Wajib memakai rantai pada ban
141
Batas akhir wajib memakai rantai pada ban
No Rambu Keterangan
142
Rambu pendahulu petunjuk jurusan pada persimpangan di depan
143
Rambu pendahulu petunjuk jurusan yang menunjukkan arah daerah
144
Rambu pendahulu petunjuk jurusan yang menentukan arah yang harus
ditempuh pada suatu daerah
145
Rambu pendahulu petunjuk jurusan yang menyatakan arah untuk
mencapai suatu tempat keluar dari jalan Tol
146
Rambu pendahulu petunjuk jurusan yang menyatakan lajur kiri yang
harus dilewati untuk jurusan yang dituju
147
Rambu pendahulu petunjuk jurusan yang menyatakan lajur kanan yang
harus dilewati untuk jurusan yang dituju
148
Rambu pendahulu petunjuk jurusan yang menyatakan adanya pilihan
lajur sesuai jurusan pada persimpangan
150
Rambu petunjuk jurusan Purwakarta dengan jarak 70 km
151
Rambu petunjuk jurusan menuju jalan tol jagorawi
152
Rambu petunjuk jurusan ke pelabuhan udara
153
Rambu petunjuk jurusan untuk ke arah perkemahan
154
Rambu petunjuk jurusan untuk wisata ke arah pesanggrahan pemuda
155
Rambu petunjuk jurusan daerah wisata Dieng dengan jarak 10 km
156
Rambu petunjuk jurusan ke daerah Taman Nasional
157
Jalan ini menuju ke Tomohn 3 km dan ke Tondano 15 km
158
Awal batas wilayah kota Kediri
159
Keluar batas wilayah kota Kediri
160
4c. Awal Batas wilayah jalan Tol
Jagorawi
161
4d. Akhir batas wilayah jalan Tol
Jagorawi
No Rambu Keterangan
162
Tempat penyeberangan orang
163
Jalan satu arah kanan. Untuk mempertegas arti dapat digunakan papan
tambahan di bawahnya dengan tulisan ”SATU ARAH”
164
Jalan satu arah kiri. Untuk mempertegas arti dapat digunakan papan
tambahan di bawahnya dengan tulisan ”SATU ARAH”
165
6c. Jalan satu arah lurus.
Untuk mempertegas arti dapat
digunakan papan tambahan di
bawahnya dengan tulisan
”SATU ARAH”
166
Rambu petunjuk tempat berbalik arah
167
Jalan buntu
168
Jalan buntu
169
Jalan tol
170
Batas akhir jalan tol
No Rambu Keterangan
171
6i. khusus kendaraan bermotor
172
Batas akhir jalan yang khusus untuk kendaraan bermotor
173
Tempat pemberhentian bus
174
6l. Awal lajur bus
175
6m. Bagian lajur yang dapat
digunakan lalulintas lainnya
176
6n. Rambu yang menjelaskan
bahwa akan memasuki jalan
yang mempunyai lajur khusus
bus
177
6o. Lajur bus searah dengan arah
lalulinta
178
6p. Lajur bus berlawanan arah
dengan arah lalulintas
179
6r. Tempat pemberhentian
kendaraan dengan lintas tetap
(trem, kereta api, aero movel)
No Rambu Keterangan
180
6s. Memasuki daerah penggunaan
sabuk pengaman
(dihapus berdasarkan
Peraturan Menhub No. 60
Tahun 2006, Pasal 1 ayat 6)
181
6q. Akhir lajur bus
182
7. Mendapat Prioritas atas
lalulintas dari depan
183
8. Tempat Parkir
184
9a. Rumah Sakit
185
9b. Balai Pertolongan Pertama
186
9c. Bengkel Perbaikan Kendaraan
187
9d. Telepon umum
188
9e. Pompa Bahan Bakar
No Rambu Keterangan
189
9f. Hotel / Motel
190
9g. Rumah Makan
191
9h. Kedai kopi
192
9i. Tempat Wisata
193
9j. Tempat Berjalan kaki
194
9k. Tempat Berkemah
195
9l. Tempat Kereta Kemah
196
9m. Tempat Berkemah dan Kereta
Kemah
197
9n. Pesanggrahan Pemuda
No Rambu Keterangan
198
9p. Rumah Ibadat Umat Islam
199
9q. Rumah Ibadat Umat Kristen
200
9r. Rumah Ibadat Umat Hindu
201
Rumah Ibadat Umat Budha
202
9t. Museum
203
9u. Stadion / Lapangan Terbuka
(Stadium / Sport Field)
204
9v. Lapangan Gantole
(Glidding)
205
9w. Gedung / Bangsal Olahraga
(Sport Hall)
206
10. Papan Nama Jalan
Isyarat pengaturan lalu lintas dengan menggunakan gerakan tangan yang di gunakan
Kepolisian republik Indonesia dan wajib di pahami pengendara kendaraan bermotor.
Tangan kanan petugas seperti gambar diatas disertai
tiupan peluit Priiit... :
Berhenti untuk kendaraan dari semua arah (depan, belakang, kanan, dan kiri)
Gerakan diatas dan tiupan peluit Priitt.... :
Berhenti untuk kendaraan yang ditujukan.
Berhenti dari arah depan dan belakang : Gerakan diatas plus tiupan peluit Priittt....
Gerakan seperti diatas plus tiupan peluit Priiitttt.... :
Berhenti dari arah depan.
Gerakan seperti diatas plus tiupan peluit Priiitttt.... :
Berhenti dari arah belakang.
Pritt Pritt... Pritt Pritt... Pritt Pritt... Pritt Pritt... pus gerakan seperti diatas:
Jalan dari kiri dan kanan polisi.
Pritt Pritt... Pritt Pritt... Pritt Pritt... Pritt Pritt... pus gerakan seperti diatas:
Jalan dari kanan polisi.
Pritt Pritt... Pritt Pritt... Pritt Pritt... Pritt Pritt... pus gerakan seperti diatas:
Jalan dari kiri polisi.
Isyarat tangan kanan dari 90 derajat menuju 45 derajat
disertai tiupan peluit Priiit Priiit... Priiit Priiit... Priiit Priiit...:
Perlambat dari depan polisi.
Isyarat tangan kiri dari 90 derajat menuju 45 derajat
disertai tiupan peluit Priiit Priiit... Priiit Priiit... Priiit Priiit...:
Perlambat dari belakang polisi.
Gerakan pada gambar diatas disertai tiupan
peluit Prit Prit Prit...Prit Prit Prit...Prit Prit Prit... :
Percepat dari kanan polisi.
Gerakan pada gambar diatas disertai tiupan peluit
Prit Prit Prit...Prit Prit Prit...Prit Prit Prit... :
Percepat dari kiri polisi.
Dan isyarat gerakan buka-kepal tangan Petugas Polisi tanpa tiupan peluit yang artinya
kendaraan harus menyalakan lampu utama disiang hari.
Marka Jalan Suatu tanda yang berada dipermukaan jalan atau di atas permukaan jalan yang meliputi
peralatan atau tanda yang membentuk garis membujur, garis melintang, garis serong serta
lambang lainnya yang berfungsi untuk mengarahkan arus lalu lintas dan membatasi daerah
kepentingan lalu lintas.Selain marka jalan yang berupa garis, ada juga marka yang berupa
benda atau sebuah bidang seperti pita penggaduh dan pulau lalu lintas. Marka jalan dibagi
menjadi lima bagian diantaranya :
1. Marka Membujur
Marka membujur adalah tanda yang sejajar dengan sumbu jalan. Marka menbujur dibagi
menjadi 3 bagian, diantaranya :
a. Marka membujur berupa garis putus - putus, berfungsi sebagai :
1. Mengarahkan arus lalu lintas
2. Peringatan ada
garis marka utuh
3. Pembatas pada jalan
dua arah
b. Marka membujur berupa garis utuh, berfungsi sebagai :
1. Larangan bagi
kendaraan untuk melawati garis tersebut
2. Menandakan tepi
jalur jalan
c. Marka membujur berupa garis utuh dan garis utuh, berfungsi sebagai :
1. Lalu lintas yang berada pada garis utuh dilarang melewati garis ganda tersebut
2. Lalu lintas yang berada pada garis putus - putus dapat melewati garis ganda
tersebut
2. Marka Melintang
Marka melintang adalah tanda yang tegak lurus dengan sumbu jalan. Dibagi menjadi 2
diantaranya :
a. Marka melintang berupa garis utuh, berfungsi sebagai :
1. Batas berhenti kendaraan yang diwajibkan oleh :
o Alat pemberi isyarat lalu lintas
o Rambu larangan IIA/1a
o Rambu larangan IIA/1c
o Rambu larangan IIA/1e
o Rambu larangan
IIA/1f
o Apabila tidak
dilengkapi rambu larangan, maka harus didahului marka lambang yang
berupa segitiga
2. Marka melintang berupa garis ganda putus - putus, berfungsi sebagai :
o Batas berhenti kendaraan
sewaktu mendahulukan kendaraan lain yang diwajibkan oleh Rambu
Larangan Tabel IIA / No. 1 b
3. Marka Serong
Marka serong adalah tanda yang membentuk garis utuh yang tidak termasuk pengertian
marka melintang dan membujur , untuk menyatakan suatu daerah permukaan jalan yang
bukan merupakan jalur lalu lintas. Marka serong menyatakan :
1. Daerah yang tidak boleh
dimasuki kendaraan
2. Pemberitahuan awal bahwa sudah
mendekati pulau lalu lintas
4. Marka Lambang
Marka lambang adalah tanda yang mengandung arti tertentu untuk menyatakan peringatan,
perintah dan larangan untuk melengkapi atau menegaskan maksud yang telah disampaikan
oleh rambu atau tanda lalu lintas lainnya.
5. Marka Lainnya
1. Marka untuk penyebrang pejalan kaki, dinyatakan oleh :
o Zebra cross
o
o
o Dua buah marka utuh
2. Marka untuk menyatakan larangan parkir pada suatu sisi, dinyatakan oleh :
o Garis berbiku - biku pada
sisi jalur lalu lintas
o Garis utuh berwarna kuning
pada tepi jalan
Alat pemberi isyarat lalu lintas atau (APILL) berfungsi untuk mengatur kendaraan dan/atau
pejalan kaki.
1) Lampu tiga warna :
Cahaya berwarna merah, menyatakan kendaraan harus berhenti.
Cahaya berwana kuning, menyatakan kendaraan yang belum sampai pada marka
melintang dengan garis utuh bersiap untuk berhenti.
Cahaya berwarna hijau, menyatakan kendaraan harus maju.
2) Cahaya
Cahaya berwarna merah
Cahaya berwarna hijau.
3) Lampu satu warna,
untuk memberikan peringatan bahaya kepada pemakai jalan yaitu cahaya berwarna kuning
atau merah kelap-kelip.
Prosedur Pelaksanaan Razia Kendaraan Bermotor di Jalan Pemeriksaan atau yang sering disebut razia kendaraan bermotor di jalan dapat kita temui
dalam PP No. 42 Tahun 1993 tentang Pemeriksaan Kendaraan Bermotor di Jalan(“PP
42/1993”).Definisi pemeriksaan, menurut Pasal 1 angka 2 PP 42/1993, adalah serangkaian
tindakan yang dilakukan oleh pemeriksa terhadap pengemudi dan kendaraan bermotor
mengenai pemenuhan persyaratan teknis dan laik jalan serta pemenuhan kelengkapan
persyaratan administratif.
Pada dasarnya, pemeriksaan (razia) yang dilakukan pada siang hari maupun malam hari
memiliki prosedur yang sama. Hanya terdapat sedikit perbedaan yang selanjutnya akan
dijelaskan di bawah ini.
Pemeriksaan kendaraan bermotor di jalan dapat dilakukan oleh Polisi Negara Republik
Indonesia (Polri) dan Pegawai Negeri Sipil yang memiliki kualifikasi tertentu di bidang lalu
lintas dan angkutan jalan (Pasal 2 PP 42/1993).
Pemeriksa yang melakukan pemeriksaan kendaraan bermotor di jalan wajib dilengkapi
dengan surat perintah tugas yang dikeluarkan oleh (Pasal 13 PP 42/1993):
a. Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia untuk pemeriksaan yang dilakukan oleh
petugas polisi negara Republik Indonesia;
b. Menteri untuk pemeriksaan yang dilakukan oleh pemeriksa Pegawai Negeri Sipil.
Disebutkan dalam Pasal 14 PP 42/1993 bahwa surat perintah tugas sebagaimana dimaksud
jalan Pasal 13 sekurang-kurangnya memuat:
a. alasan dan jenis pemeriksaan;
b. waktu pemeriksaan;
c. tempat pemeriksaan;
d. penanggung jawab dalam pemeriksaan;
e. daftar petugas pemeriksa;
f. daftar pejabat penyidik yang ditugaskan selama dalam pemeriksaan.
Selain itu, Pasal 15 ayat (1) s/d (3) PP 42/1993 menentukan bahwa pada tempat pemeriksaan
wajib dilengkapi dengan tanda yang menunjukkan adanya pemeriksaan kendaraan bermotor.
Tanda dimaksud harus ditempatkan pada jarak sekurang-kurangnya 100 (seratus) meter
sebelum tempat pemeriksaan. Untuk pemeriksaan yang dilakukan pada jalur jalan yang
memiliki lajur lalu lintas dua arah yang berlawanan dan hanya dibatasi oleh marka jalan,
tanda harus diletakkan pada jarak sekurang-kurangnya 100 meter sebelum dan sesudah
tempat pemeriksaan.
Khusus untuk pemeriksaan yang dilakukan pada malam hari, selain harus dilengkapi tanda
yang menunjukkan adanya pemeriksaan, juga wajib dipasang lampu isyarat bercahaya kuning
terang (Pasal 15 ayat [4] PP 42/1993).
Petugas pemeriksanya sendiri pada saat melakukan pemeriksaan wajib menggunakan atribut
sebagaimana ditentukan dalam Pasal 16 PP 42/1993 sebagai berikut:
(1) Pemeriksa yang melakukan tugas pemeriksaan wajib menggunakan pakaian seragam,
atribut yang jelas, tanda-tanda khusus sebagai petugas pemeriksa, dan perlengkapan
pemeriksaan.
(2) Pakaian seragam, atribut, tanda-tanda khusus dan perlengkapan pemeriksaan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) ditetapkan oleh:
a. Kepala Kepolisian Republik Indonesia, bagi pemeriksa sebagaimana dimaksud dalam Pasal
2 huruf a;
b. Menteri, bagi pemeriksa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf b.
Hal-hal tersebut di atas memang harus kita perhatikan dengan saksama, terutama jika ada
razia di malam hari yang dimungkinkan dilakukan oleh pihak-pihak yang tidak berwenang
dan tidak bertanggung jawab yang akan membahayakan diri kita.
Jadi, secara umum pemeriksaan yang dilakukan siang hari dan malam hari memiliki
kesamaan, perbedaannya hanya pada malam hari wajib dipasang lampu isyarat bercahaya
kuning terang.
Pengetahuan Dasar Lalu Lintas Lalu Lintas adalah berpindahnya barang bergerak dari tempat yang satu ketempat lain baik
menggunakan mesin maupun tidak.
Ketentuan umum didalam undang-undang lalulintas ada istilah:
Pengemudi : Orang yang mengatur jalannya kendaraan secara langsung mengawasi orang
lain mengemudikannya.
Mobil Penumpang : Setiap kendaraan bermotor diperuntukkan untuk mengangkut paling
banyak 7 orang termasuk pengemudi.
Jalan : Sarana/tempat memakai jalan.
Kendaraan Bermotor : Setiap kendaraan yang digerakkan dengan peralatan teknik.
Kendaraan Umum : Setiap kendaraan yang biasanya disewakan untuk mengangkut
orang/barang dengan memungut biaya.
PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PENGATURAN LALU LINTAS DALAM
KEADAAN TERTENTU DAN PENGGUNAAN JALAN SELAIN UNTUK KEGIATAN
LALU LINTAS
Pasal 7
Pengaturan lalu lintas dalam keadaan tertentu dengan isyarat bunyi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 5 huruf b yaitu:
a.tiupan panjang satu kali berarti berhenti;
b.tiupan pendek dua kali berarti jalan; dan
c.tiupan pendek berulang-ulang (lebih dari 2 kali) untuk meminta perhatian pengguna jalan
guna mempercepat laju kendaraan.
6. Pita Penggaduh
Pita Penggaduh adalah kelengkapan tambahan pada jalan yang berfungsi untuk membuat
pengemudi lebih meningkatkan kewaspadaan menjelang suatu bahaya. Pita penggaduh
berupa bagian jalan yang sengaja dibuat tidak rata dengan menempatkan pita-pita setebal 10
sampai 40 mm melintang jalan pada jarak yang berdekatan, sehingga bila mobil yang
melaluinya akan diingatkan oleh getaran dan suara yang ditimbulkan bila dilalui oleh ban
kendaraan. Pita penggaduh biasanya ditempatkan menjelang perlintasan sebidang, menjelang
sekolah, menjelang pintu tol atau tempat-tempat yang berbahaya bila berjalan terlalu cepat.
7. Pulau Lalu Lintas
Pulau lalu lintas adalah bagian jalan yang tidak dapat dilalui oleh kendaraan, dapat berupa
marka jalan atau bagian jalan yang ditinggikan. Pulau lalu lintas berfungsi untuk
meningkatkan keselamatan lalu lintas pada ruas jalan ataupun di persimpangan jalan melalui
pemisahan arus.
Termasuk dalam pengertian pulau adalah:
kanalisasi arus pada persimpangan untuk memisahkan arus lalu lintas dalam rangka
pengendalian konflik yang terjadi di persimpangan;
pulau pemisah jalan pada tempat penyeberangan pejalan kaki / pelican crossing ;
median jalan;
bundaran lalu lintas;
marka chevron di persimpangan.
Persimpangan Jalan Persimpangan jalan adalah suatu daerah umum dimana dua atau lebih ruas jalan (link) saling
bertemu I berpotongan yang mencakup fasilitas jalur jalan (roadway) dan tepi jalan (road
side), dimana lalu lintas dapat bergerak didalamnya. Persimpangan ini adalah merupakan
bagian yang terpenting dari jalan raya sebab sebagian besar dari efisiensi, Kapasitas lalu
lintas , kecepatan, biaya operasi, waktu perjalanan, keamanan dan kenyamanan akan
tergantung pada perencanaan persimpangan tersebut.
Hak pada persimpangan tanpa lampu lalu lintas
Pada persimpangan sebidang yang tidak dikendalikan dengan lampu lalu lintas, pengemudi
wajib memberikan hak utama kepada :
1. kendaraan yang datang dari arah depan dan atau dari arah cabang persimpangan yang
lain jika hal itu dinyatakan dengan rambu lalu lintas atau marka jalan;
2. kendaraan dari jalan utama apabila pengemudi tersebut datang dari cabang
persimpangan yang lebih kecil atau dari pekarangan yang berbatasan dengan jalan ;
3. kendaraan yang datang dari arah cabang persimpangan sebelah kirinya apabila cabang
persimpangan 4 (empat) atau lebih dan sama besar;
4. kendaraan yang datang dari arah cabang sebelah kirinya di persimpangan 3 (tiga)
yang tidak tegak lurus;
5. kendaraan yang datang dari arah cabang persimpangan yang lurus pada persimpangan
3 (tiga) tegak lurus.
Hak pada bundaran
Kita tentu pernah mengalami melewati sebuah bundaran. Biasanya yang terjadi adalah saling
serobot siapa yang duluan itulah yang boleh lewat terlebih dulu. Tapi benarkah seperti itu
tatacara kita berprilaku di bundaran? Ataukah ada sebuah aturan entah itu yang dipahami
sesama pemakai jalan atau mungkin sebenarnya ada aturan yang mengaturnya tapi kita tidak
tahu. Paling tidak karena kita hidup di Indonesia, pernahkah kita bertanya dalam hati, ada gak
sih undang-undang yang mengatur kita melewati bundaran? Jawabanya, ada!
Perhatikan gambar dibawah ini Pengetahuan Dasar Berlalulintas Sesuai Dengan UU RI
No.22/2009.
Apabila persimpangan dilengkapi dengan alat pengendali lalu lintas yang berbentuk bundaran
lalu lintas, pengemudi harus memberikan hak utama kepada kendaraan lain yang telah berada
di seputar bundaran seperti ditunjukkan pada gambar.
Jadi ketika anda akan melewati bundaran, maka yang memiliki prioritas alias yang memiliki
hak untuk lewat lebih dulu adalah kendaraan yang datang dari sebelah kanan yang sedang
melaju di bundaran. Hal penting kedua adalah nyalakan sein ketika akan keluar
bundaran dan bukan saat memasuki bundaran. Seperti pada gambar karena A ada dibundaran maka B harus menunggu, C boleh masuk
karena dikanan C kosong, dan E boleh masuk bundaran karena D menyalakan sein tanda
keluar bundaran.
Tata cara berlalu lintas a. Penggunaan Jalur Jalan
1. Tata cara berlalu lintas di jalan adalah dengan mengambil jalur jalan sebelah kiri.
2. Penggunaan jalan selain jalur sebelah kiri hanya dapat dilakukan apabila :
o Pengemudi bermaksud akan melewati kendaraan didepannya;
o Ditunjuk atau ditetapkan oleh petugas yang berwenang, untuk gunakan jalur
kiri yang bersifat sementara.
b. Gerakan Lalu Lintas Kendaraan Bermotor
1. Tata Cara Melewati
o Pengemudi yang akan melewati kendaraan lain harus mempunyai pandangan
bebas dan menjaga ruang yang cukup bagi kendaraan yang dilewatinya.
o Pengemudi mengambil lajur atau jalur jalan sebelah kanan dari kendaraan
yang akan dilewati.
o Dalam keadaan tertentu pengemudi dapat mengambil lajur atau jalur jalan
sebelah kiri dengan tetap memperhatikan keselamatan lalu lintas.
Lajur sebelah kanan atau lajur paling kanan dalam keadaan macet
Bermaksud akan belok kiri.
o Apabila kendaraan yang akan dilewati telah memberi isyarat akan mengambil
lajur atau jalur jalan sebelah kanan, maka pengemudi yang akan menyalip
pada saat yang bersamaan dilarang melewati kendaraan tersebut.
o Pengemudi harus memperlambat kendaraannya apabila akan melewati:
Kendaraan umum yang sedang berada pada tempat turun-naik
penumpang
Kendaraan tidak bermotor yang ditarik oleh hewan, hewan yang
ditunggangi, atau hewan yang digiring.
o Pengemudi mobil bus sekolah yang sedang berhenti untuk menurunkan
dan/atau menaikkan anak sekolah wajib menyalakan tanda lampu berhenti
mobil bus sekolah dan Pengemudi kendaraan yang berada di belakang mobil
bus sekolah yang sedang berhenti wajib menghentikan kendaraannya.
o Pengemudi dilarang melewati :
Kendaraan lain di persimpangan atau persilangan sebidang;
Kendaraan lain yang sedang memberi kesempatan menyeberang
kepada pejalan kaki atau pengendara sepeda.
o Pengemudi yang akan dilewati kendaraan lain wajib :
Memberikan ruang gerak yang cukup bagi kendaraan yang akan
melewati;
Memberi kesempatan atau menjaga kecepatan sehingga dapat melewati
dengan aman.
2. Tata Cara Berpapasan
o Pengemudi yang berpapasan dengan kendaraan lain dari arah berlawanan pada
jalan dua arah yang tidak dipisah-kan secara jelas, harus memberikan ruang
gerak yang cukup di sebelah kanan kendaraan.
o Jika pengemudi terhalang oleh suatu rintangan atau pemakai jalan lain di
depannya, harus mendahulukan kendaraan yang datang dari arah berlawanan.
o Pada jalan tanjakan/menurun yang tidak memungkinkan bagi kendaraan untuk
saling berpapasan, pengemudi kendaraan yang arahnya turun harus memberi
kesempatan jalan kepada kendaraan yang menanjak.
3. Tata Cara Membelok
o Pengemudi yang akan membelok atau berbalik arah, harus mengamati situasi
lalu lintas di depan, samping dan belakang kendaraan dan memberikan isyarat
dengan lampu penunjuk arah atau isyarat lengannya.
o Pengemudi yang akan berpindah lajur atau bergerak ke samping, harus
mengamati situasi lalu lintas di depan, samping dan belakang kendaraan serta
memberikan isyarat.
o Pengemudi dapat langsung belok ke kiri pada setiap persimpangan jalan,
kecuali ditentukan lain oleh rambu-rambu atau alat pemberi isyarat lalu lintas
pengatur belok kiri.
4. Tata Cara Memperlambat Kendaraan
Pengemudi yang akan memperlambat kendaraannya, harus mengamati situasi lalu
lintas di samping dan belakang kendaraan serta memperlambat kendaraan dengan cara
yang tidak membahayakan kendaraan lain.
5. Posisi Kendaraan di Jalan
o Pada lajur yang memiliki dua atau lebih lajur serah, kendaraan yang
berkecepatan lebih rendah daripada kendaraan lain harus mengambil lajur
sebelah kiri.
o Pada jalur searah yang terbagi atas dua atau lebih lajur, gerakan perpindahan
kendaraan ke lajur lain harus memperhatikan situasi kendaraan di depan,
samping dan belakang serta memberi isyarat dengan lampu penunjuk arah
o Pada jalur searah yang terbagi atas dua atau lebih lajur yang dilengkapi rambu-
rambu dan/atau marka petunjuk kecepatan masing-masing lajur, maka
kendaraan harus berada pada lajur sesuai kecepatnnya.
o Pada persimpangan yang dikendalikan dengan bundaran, gerakan kendaraan
harus memutar atau memutar sebagian bundaran searah jarum jam, kecuali
ditentukan lain yang dinyatakan dengan rambu-rambu dan/atau marka jalan.
6. Jarak Antara Kendaraan
Pengemudi pada waktu mengikuti atau berada di belakang kendaraan lain, wajib
menjaga jarak dengan kendaraan yang berada didepannya.
c. Hak Utama Pada Persimpangan dan Perlintasan Sebidang
1. Pada persimpangan sebidang yang tidak dikendalikan dengan alat pemberi isyarat lalu
lintas, pengemudi wajib memberikan hak utama kepada :
o Kendaraan yang datang dari arah depan dan/atau dari arah cabang
persimpangan yang lain jika hal itu dinyatakan dengan rambu-rambu atau
marka jalan;
o Kendaraan dari jalan utama apabila pengemudi tersebut datang dari cabang
persimpangan yang lebih kecil atau dari pekarangan yang berbatasan dengan
jalan;
o Kendaraan yang datang dari arah cabang persimpangan sebelah kirinya
apabila cabang persimpangan 4 (empat) atau lebih dan sama besar;
o Kendaraan yang datang dari arah cabang sebelah kirinya di persimpangan 3
(tiga) yang tidak tegak lurus;
o Kendaraan yang datang dari arah cabang persimpangan yang lurus pada
persimpangan 3 (tiga) tegak lurus.
2. Apabila persimpangan dilengkapi dengan alat pengendali lalu lintas yang berbentuk
bundaran, pengemudi harus memberikan hak utama kepada kendaraan lain yang telah
berada di seputar bundaran.
3. Pada persilangan sebidang antara jalur kereta api dengan jalan, pengemudi harus:
o Mendahulukan kereta api;
o Memberikan hak utama kepada kendaraan yang lebih dahulu melintasi rel.
d. Hak Utama Penggunaan Jalan Untuk Kelancaran Lalu Lintas
1. Pemakai jalan wajib mendahulukan sesuai urutan prioritas sebagai berikut:
o Kendaraan pemadam kebakaran yang sedang melaksanakan tugas;
o Ambulans mengangkut orang sakit;
o Kendaraan untuk memberik pertolongan pada kecelakaan lalu lintas;
o Kendaraan Kepala Negara atau Pemerintah Asing yang menjadi tamu negara;
o Iring-iringan pengantaran jenazah;
o Konvoi, pawai atau kendaraan orang cacat;
o Kendaraan yang penggunaannya untuk keperluan khusus atau menyangkut
barang-barang khusus.
2. Kendaraan yang mendapat prioritas harus dengan pengawalan petugas yang
berwenang atau dilengkapi dengan isyarat atau tanda-tanda lain.
3. Petugas yang berwenang, melakukan pengamanan apabila mengetahuinya adanya
pemakai jalan sebagaimana dimaksud diatas.
4. Perintah atau larangan yang dinyatakan dengan alat pemberi isyarat lalu lintas tentang
isyarat berhenti tidak diberlakukan kepada kendaraan sebagaimana dimaksud diatas.
e. Berhenti dan Parkir
1. Setiap jalan dapat dipergunakan sebagai tempat berhenti atau parkir apabila tidak
dilarang oleh rambu-rambu atau marka atau tanda-tanda lain atau di tempat-tempat
tertentu.
2. Tempat-tempat tertentu tersebut adalah :
o Sekitar tempat penyeberangan pejalan kaki / tempat penyeberangan sepeda
yang telah ditentukan
o Pada jalur khusus pejalan kaki
o Pada tikungan tertentu
o Di atas jembatan
o Pada tempat yang mendekati perlintasan sebidang dan persimpangan
o Di muka pintu keluar masuk pekarangan
o Pada tempat yang dapat menutupi rambu-rambu atau alat pemberi isyarat lalu
lintas
o Berdekatan dengan keran pemadam kebakaran atau sumber air sejenis
3. Setiap kendaraan bermotor atau kereta gandengan atau tempelan yang berhenti atau
parkir dalam keadaan darurat wajib memasang segitiga pengaman, lampu isyarat
peringatan bahaya atau isyarat lainnya dan tidak berlaku untuk sepeda motor tanpa
kereta samping.
4. Parkir kendaraan di jalan dilakukan secara sejajar/membentuk sudut menurut arah lalu
lintas.