materi tentang k3

33
 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dalam era globalisasi ini , dunia industri berkembang dan tumbuh secara cepat. Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa arus globalisasi tersebut membawa pengaruh yang besar bagi dunia industri. Namun pemanfaatan teknologi dalam proses industri mengandung berbagai resiko. Sebuah organisasi baik perusahaan maupun instansi dalam melakukan aktivitasnya sudah tentu memerlukan sumber daya manusia yang mendukung usaha pencapaian tujuan yang telah ditetapkan oleh organisasi. Dalam operasional kerja suatu industri , khususnya industri berat tentunya mengandung potensi bahaya yang sangat tinggi (hazard). Kecelakaan , penyakit dan cedera dapat mengganggu jalanya suatu pekerjaan , mengganggu rutinitas dan pada akhirnya menimbulkan biaya tambahan dan kerugian lainnya . Beberapa fakta yang menyebutkan bahwa masih banyak terjadi kecelakaan kerja seperti laporan Global Estimates Fatalites in 2003 Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) sebanyak 6000 pekerja di seluruh dunia kehilangan nyawa mereka setara dengan satu orang setiap 15 detik atau 2,2 juta orang per tahun akibat kecelakaan atau sakit yang sesuia dengan pekerjaan mereka. Hal tersebut dapat menjadi bukti bahwa penerapan K3 di perusahaan – perusahaan belum terlalu efektif atau sesuai dengan yang diharapkan. Juka hal ini masih terus terjadi tanpa kita sadari dapat mengganggu perekonomian kita karena kurangnya sumber daya manusia. Dengan adanya pelaksanaan program kesehatan dan keselamatan kerja di harapakan para karyawan akan merasa terlindungi dan aman sehingga dapat bekerja secara efisien dan efektif. Pada umumnya kesehatan tenaga pekerja sangat mempengaruhi perkemban gan ekonomi dan pe mbangunan nasiona l. Hal ini dapat dilihat pada negara-negara yang sudah maju. Secara umum bahwa kesehatan dan lingkungan d apat mempeng aruhi pembangunan ekonomi.

Upload: astri-fidyawati

Post on 08-Mar-2016

84 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: Materi tentang K3

7/21/2019 Materi tentang K3

http://slidepdf.com/reader/full/materi-tentang-k3 1/33

 

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Dalam era globalisasi ini , dunia industri berkembang dan tumbuh secara

cepat. Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa arus globalisasi tersebut membawa

pengaruh yang besar bagi dunia industri. Namun pemanfaatan teknologi dalam

proses industri mengandung berbagai resiko. Sebuah organisasi baik perusahaan

maupun instansi dalam melakukan aktivitasnya sudah tentu memerlukan sumber

daya manusia yang mendukung usaha pencapaian tujuan yang telah ditetapkan oleh

organisasi.

Dalam operasional kerja suatu industri , khususnya industri berat tentunya

mengandung potensi bahaya yang sangat tinggi (hazard). Kecelakaan , penyakit dan

cedera dapat mengganggu jalanya suatu pekerjaan , mengganggu rutinitas dan pada

akhirnya menimbulkan biaya tambahan dan kerugian lainnya .

Beberapa fakta yang menyebutkan bahwa masih banyak terjadi kecelakaan kerja

seperti laporan Global Estimates Fatalites in 2003 Organisasi Perburuhan

Internasional (ILO) sebanyak 6000 pekerja di seluruh dunia kehilangan nyawa

mereka setara dengan satu orang setiap 15 detik atau 2,2 juta orang per tahun

akibat kecelakaan atau sakit yang sesuia dengan pekerjaan mereka. Hal tersebut

dapat menjadi bukti bahwa penerapan K3 di perusahaan – perusahaan belum terlalu

efektif atau sesuai dengan yang diharapkan. Juka hal ini masih terus terjadi tanpa

kita sadari dapat mengganggu perekonomian kita karena kurangnya sumber daya

manusia.

Dengan adanya pelaksanaan program kesehatan dan keselamatan kerja di

harapakan para karyawan akan merasa terlindungi dan aman sehingga dapat

bekerja secara efisien dan efektif. Pada umumnya kesehatan tenaga pekerja sangat

mempengaruhi perkembangan ekonomi dan pembangunan nasional. Hal ini dapat

dilihat pada negara-negara yang sudah maju. Secara umum bahwa kesehatan dan

lingkungan dapat mempengaruhi pembangunan ekonomi.

Page 2: Materi tentang K3

7/21/2019 Materi tentang K3

http://slidepdf.com/reader/full/materi-tentang-k3 2/33

 

Dimana industrilisasi banyak memberikan dampak positif terhadap

kesehatan, seperti meningkatnya penghasilan pekerja, kondisi tempat tinggal yang

lebih baik dan meningkatkan pelayanan, tetapi kegiatan industrilisasi juga

memberikan dampak yang tidak baik juga terhadap kesehatan di tempat kerja dan

masyarakat pada umumnya.Melihat adanya bahaya yang dapat ditimbulkan oleh energi listrik ini, maka PT

PLN (Persero) juga mementingkan segi keamanan pada setiap unitnya. Hal ini

dikarenakan untuk menghasilkan zero accident dan safety condition bagi karyawan

PLN, masyarakat sekitar maupun lingkungan. Salah satu cara untuk menghasilkan

kondisi tersebut maka PT PLN (Persero) selalu berusaha melaksanakan prosedur K2

(Keselamatan Ketenagaanlistrikan) dan K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja)

pada setiap pekerjaannya.

1.2 MAKSUD DAN TUJUAN

Maksud dan tujuan dalam penulisan makalah ini adalah :

1. Memperkenalkan bagaimana pelaksanaan dan penerapan prosedur

Keselamatan Ketenagalistrikan (K2) serta Keselamatan dan Kecelakaan Kerja(K3) di PT. PLN Persero.

2. Mengetahui apa saja permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan K2

dan K3.

3. Mengetahui solusi dari masalah yang dihadapi dalam penerapan K2 dan K3.

4. Mengetahui undang-undang ketenagalistrikan dan dasar hukum, peraturan

K3 konstruksi serta kebijakan direksi PLN mengenai K3.

1.3 METODOLOGI PENELITIAN

Dalam penulisan makalah ini, untuk mendapatkan data dan informasi yang

diperlukan, kami mempergunakan metode studi pustaka. Metode studi pustaka atau

literatur ini dilakukan dengan cara mendapatkan data atau informasi tertulis yang

bersumber dari buku-buku, dan berbagai artikel diinternet yang menurut saya dapat

mendukung penelitian ini.

Page 3: Materi tentang K3

7/21/2019 Materi tentang K3

http://slidepdf.com/reader/full/materi-tentang-k3 3/33

 

BAB II

ISI

2.1  Pelaksanaan dan Penerapan Prosedur Keselamatan Ketenagalistrikan

serta Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di PT.PLN Persero

Perusahaan Listrik Negara (PLN) didirikan berdasarkan peraturan pemerintah

No.30 Tahun 1970. PT.PLN Persero menjalankan bisnis kelistrikan dan bidang

usaha lain yang terkait, berorientasi kepada kepuasaan pelanggan , anggota

perusahaan dan pemegang saham dengan mewujudkan upaya – upaya sebagai

berikut :

1. Menjadikan tenaga listrik sebagai media untuk meningkatkan kualitas

kehidupan masyarakat.

2. Mengupayakan agar tenaga listrik menjadi pendorong kegiatan ekonomi.

3. Menjalankan kegiatan usaha yang berwawasan lingkungan.

2.1.1 Keselamatan Ketenagalistrikan (K2)

Keselamatan Ketenagalistrikan (K2) merupakan segala upaya atau langkah- langkah

pengamanan instalasi tenaga listrik dan pengamanan pemanfaatan tenaga listrik

untuk mewujudkan kondisi andal bagi instalasi dan kondisi aman dari bahaya bagi

manusia, serta kondisi akrab lingkungan (ramah lingkungan) dalam arti tidak

merusak lingkungan hidup disekitar instalasi tenaga listrik.

Keselamatan Kerja adalah suatu usaha pencegahan terhadap kecelakaan kerja yang

dapat menimbulkan berbagai kerugian, baik kerugian harta benda (rusaknya

peralatan), maupun kerugian jiwa manusia (luka ringan, luka berat, cacat bahkantewas).

Kesehatan Kerja adalah suatu upaya atau pemikiran dan penerapannya yang

ditujukan untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun

rohaniah tenaga kerja pada khususnya dan manusia pada umumnya, hasil karya dan

budayanya, untuk meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja.

Page 4: Materi tentang K3

7/21/2019 Materi tentang K3

http://slidepdf.com/reader/full/materi-tentang-k3 4/33

 

Hubungan antara K2 dan K3 dalam pelaksanaan pekerjaan adalah bila K2 dan K3

tidak dilaksanakan maka akan mudah terjadinya kecelakaan kerja, yang dapat

merugikan bukan hanya personil yang melaksanakan pekerjaan, tetapi masyarakat

dan lingkungan di sekitar pelaksanaan pekerjaan.

Bahaya listrik merupakan segala sesuatu yang dapat meningkatkan atau

menimbulkan kecelakaan, bencana, kerugian, dan sejenisnya yang diakibatkan oleh

adanya arus listrik.

Bahaya listrik yang dapat terjadi contohnya adalah bahaya Kuat Medan Magnet

(KMM) dan Kuat Medan Listrik (KML), selain itu besarnya arus dan tegangan induksi

yang mengalir dalam tubuh.

Besarnya KML dan KMM yang biasanya ditakutkan oleh masyarakat biasanya

dikarenakan akibat adanya pembangunan SUTET/ SUTT di daerah penduduk. Oleh

karena pembangunan trnsmisi pada PT PLN (Persero) ditetapkan berdasarkan IRPA

/ INIRC / WHO tahun 1990 yaitu 5 kV/m untuk KML dan 0,1 mT untuk KMM pada

waktu yang tidak terbatas. Sedangkan 10 kV/m untuk KML dan 0,5 mT untuk KMM

selama jam kerja.

 Arus listrik yang mengalir pada tubuh manusia dapat menyebabkan kesemutan,pingsan, terbakar bahkan kematian. Berikut tabel pengaruh arus induksi yang

mengalir terhadap tubuh manusia :

Tabel 1 Pengaruh Besarnya Arus terhadap Tubuh Manusia

Besarnya Arus (mA) Pengaruh terhadap tubuh manusia

0 – 0,9 Belum dirasakan pengaruhnya

0,9 – 1,2 Baru terasa adanya arus listrik

1,2 – 1,6 Mulai terasa seakan –akan ada yang merayapdi dalam tangan

Page 5: Materi tentang K3

7/21/2019 Materi tentang K3

http://slidepdf.com/reader/full/materi-tentang-k3 5/33

 

1,6 – 6,0 Tangan sampai siku merasa kesemutan

6,0 – 8,0 Tangan mulai kaku, rasa kesemutan makinbertambah

13,0 – 15,0Rasa sakit tak tertahankan, penghantar masihbisa dilepaskan dengan gaya yang besarsekali

15,0 – 20, 0 Otot tidak sanggup lagi melepaskanpenghantar

20,0 – 50,0 Dapat mengakibatkan kerusakan pada tubuh

manusia

50,0 – 100,0 Batas arus yang dapat menyebabkankematian

Lingup Keselamatan Ketenagalistrikan K2

1. StandarisasiGunakan Standard dalam melaksanakan OPHAR (IEC, SNI, Dll)

Bekerja memggunakan Prosedur, IK

2. KESELAMATAN (4 JALUR)

Keselamatan Kerja

Keselamatan Umum

Keselamatan Lingkungan

Keselamatan Instalasi

3. SERTIFIKASI

KOMPETENSI TENAGA TEKNIK

SERTIFIKASI LAIK OPERASI

MULAI TAHUN 2004 K2 SUDAH MASUK KINERJA PERUSAHAAN

TERTUANG PADA SK DIREKSI NO. 024&025.K/010/DIR/2004.

Penerapan kegiatan kinerja K2, maksimum tidak melaksanakan Kegiatan

K2 terhadap Target kinerja maka akan mendapat pengurangan nilai kinerja.

Page 6: Materi tentang K3

7/21/2019 Materi tentang K3

http://slidepdf.com/reader/full/materi-tentang-k3 6/33

 

2.1.2 Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Pengertian K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja)

Dibagi menjadi 2 pengertian, yaitu:

!  Secara Filosofis

Suatu pemikiran atau upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan

baik jasmani maupun rohani, tenaga kerja pada khususnya dan

masyarakat pada umumnya terhadap hasil karya dan budayanya menuju

masyarakat adl dan makmur.

!  Secara Keilmuan

Ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah

kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja.

Tujuan dari K3:

o  Melindungi kesehatan, keamanan dan keselamatan dari tenaga kerja.

o  Meningkatkan efisiensi kerja.

o  Mencegah terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja.

 Adanya Ilmu Tentang K3

o  Mempelajari tentang k3

o  Melaksanakan tentang k3

o  Memperoleh hasil yang sempurna dalam mencegah terjadinya

kecelakaan kerja

Sasaran K3

o  Menjamin keselamatan pekerja

o  Menjamin keamanan alat yang digunakan

o  Menjamin proses produksi yang aman dan lancer

Norma-Norma yang Harus Dipahami dalam K3

o  Aturan yang berkaitan dengan keselamatan dan kesehatan kerja 

o  Diterapkan untuk melindungi tenaga kerja 

o  Resiko kecelakaan dan penyakit kerja 

Page 7: Materi tentang K3

7/21/2019 Materi tentang K3

http://slidepdf.com/reader/full/materi-tentang-k3 7/33

 

Tujuan norma-norma : agar terjadi keseimbangan dari pihak perusahaan

dapat menjamin keselamatan pekerja. 

1. Peraturan Umum SMK3 yang Harus Dilaksankan

Dalam pelaksanaan SMK3 pada PT.PLN Persero ada beberapa peraturan umumyang harus dilaksakan oleh seluruh staf dan karyawan. Peraturan umum itu antar

lain :

- Seluruh karyawan dan pekerja yang terlibat dalam pelaksanaan pekerjaan harus

memahami dan mematuhi kaedah dan peraturan keselamat dan kesehatan kerja.

- Semua yang terlihat dalam pelaksanaan pekerjaan harus perduli dan tanggap akan

bahaya kebakaran yang mungkin timbul.

- Penanggung jawab K3 harus menetapkan sanksi atau hukaman terhadappelanggaran peraturan K3.

- Orang yang tidak berkepentingan dilarang masuk.

- Semua yang terlibat dalam pelaksnaan pekerjaan yang berupa gardu induk harus

peduli dan tanggap untuk menjaga kerapihan dan kebersihan pada lokasi perbaikan.

- Pada lokasi – lokasi yang berbahaya harus dipasang tanda – tanda peringatan

adanya bahaya seperti zona terlarang yang merupakan daerah vital yang memilki

tingkat kecelakaan cukup tinggi sehingga diperlakukan izin untuk masuk.

2. Pedoman SMK3 PT.PLN Persero

Pedoman SMK3 ini memuat kebijakan K3 ,daftar dokumen berupa prosedur

kerja yang terkait K3 dan instruksi kerja K3 , serta bagan organisasi K3. Pedoman

SMK3 ini dapat digunakan sebagai informasi kepada pelanggan dan berbagai pihak

yang berkepentingan sehubungan dengan pekerjaan yang dilakukakan di PT.PLN

Persero. Pedoman SMK3 ini juga digunakan sebagai bahan pelatihan pegawai

PT.PLN Persero dalam memahami komitmen perusahaan dan peranan mereka

dalam SMK3.

3. Keamanan Bekerja Berdasarkan SMK3

Dalam SMK3 , keamanan bekerja harus diperhatikan dan diutamakan oleh

seluruh staf dan pegawai yang terlibat dalam perbaikan instalasi. Keamanan bekerja

harus tercermin dari beberpa faktor – faktor berikut :

Page 8: Materi tentang K3

7/21/2019 Materi tentang K3

http://slidepdf.com/reader/full/materi-tentang-k3 8/33

 

a. Sistem Kerja

- Potensi bahya dan nilai resikonya dalam proses kerja yang harus diidentifikasi dan

dinilai oleh petugas yang berkompeten.

- Upaya pengendalian resiko dibahas dalam rapat tinjauan SMK3 di tempat kerja.

- Semua pekerjaan yang beresiko tinggi setelah dilakukan inspeksi yang ketat harusdiberlakukan prosedur “ ijin kerja “ sebelum pekerjaan dimulai dan disetujui oleh para

ahli keselamatan kerja atau para ahli yang berkompeten.

- Metode kerja yang aman untuk seluruh resiko yang diidentifikasi dan

didokumentasi.

- Alat pelindung diri harus tersedia dan digunakan secara tepat dan selalu

terpelihara, dan sebelum digunakan harus diperiksa dan sesuai standar serta layak

pakai.- Bila terjadi perubahan metode kerja / proses kerja maka pola pengendalian resiko

harus diuji oleh.

- Untuk pekerjaan berbahaya hanya dilakukan oleh personil yang telah terlatih dan

profesional serta memnuhi syarat yang ditetapkan.

b. Tugas dan Waktu Kerja

Pegawai atau Petugas yang berada pada instalasi Tegangan Tinggi (TT) dibagi

menjadai dua bagian yaitu :

- Operator Gardu Induk yang ebrtugas memantau beban trafo sutter dan memantau

peralatan yang terpasang di Gardu Induk (GI).

- Petugas pemeliharaan bertugas memlihara peralatan instalasi Tegangan tinggi

(TT).

Jam kerja karyawan Gardu Induk dan Pemeliharaan diatur pada jadwal yang telah

ditentukan :

- Pada jam kerja operator gardu induk diatur pada jadwal yang ditentukan 24 jam,

 jam kerja operator gardu induk dibagi menjadi 3 shift yaitu : jam 07.30 WIB – 15.00

WIB, 15.00 WIB – 22.00 WIB , 22.00 WIB – 07.30 WIB.

- Pada jam kerja bagian Pemeliharaan yaitu jamkerja dilakukan setiap hari yaitu pada

pukul 07.30 WIB – 16.00 WIB.

c. Pengawasan

- Tiap pekerjaan yang berlangsung harus diawasi untuk memastikan dilaksankannya

pekerjaan yang aman dan mengikuti instruksi dan pedoman kerja yang telah

ditetapkan.

Page 9: Materi tentang K3

7/21/2019 Materi tentang K3

http://slidepdf.com/reader/full/materi-tentang-k3 9/33

 

- Setiap orang diawasi berdasarkan tingkat kemampuan dan tingkat resiko tugasnya.

- Pengawas harus serta mengidentifikasi bahaya dan melakukan upaya

pegendalian.

- Pengawas harus ikit serta dalam pelaporan dan penyelidikan.

Pekerja pemeliharaan peralatan instalasi Tegangan Tinggi (TT) diawasi oleh 3

pengawas yaitu :

- Pengawas Manuver , Pengawas yang bertugas langsung di lokasi pekerjaan ,

mengontrol semua pekerja yang terlibat dan semua pekejaan yang dilakukan , dan

mengetahui apakah pekerjaan tersebut sesuai dengan prosedur atau tidak.

- Pengawas Pekerjaan , Pengawas yang bertugas mengontrol suatu pekerjaan yangsedang berlangsung, mengetahui kekurangan – kekurangan hasil yang telah

dikerjakan, dan memberikan pengarahan kepada pekerja jika pekerjaan yang

dilakukan tidak sesuai.

- Pengawas K3 , Pengawas yang bertugas mengontrol kelengkapan keselamatan

pekerja dalam melakukan suatu pekerjaan sehingga tidak terjadinya kecelakaan.

d. Seleksi dan Penempatan Tenaga Kerja

- Tenaga kerja yang dipekerjakan harus diseleksi dan ditempatkan sesuai

persyaratan tugasnya dan persyartan kesehatnnya.

- Penugasan pekerjaan harus disesuiakan dengan kemampuan dan tingkat

ketrampilan masing – masing tenaga kerja.

e. Lingkungan Kerja

- Lingkungan kerja di Gardu Induk Tegangan Tinggi, semua pekerja instalasi

Tegangan Tinggi (TT) berbahaya , resiko kecelakaan tinggi , pada pelaksanaan

pekerjaan pemeliharaan wajib mengikuti atau melaksankan Sistem Operasional

Prosedur (SPO) yang telah ditetapkan.

- Tempat – tempat yang memilki pembatasan izin masuk harus dikendalikan.

- Rambu – rambu peringatan K3 dan tanda – tanda daerah berbahaya harus

dipasang sesuai instruksi.

- Lingkungan kerja harus dinilai agar diketahui daerah – daerah yang harus memiliki

pembatasan izin masuk.

f. Kesiapan Untuk Menangani Keadaan Darurat

- Keadaan darurat seperti kebakaran telah dikutip dalam Sistem Operasional

Page 10: Materi tentang K3

7/21/2019 Materi tentang K3

http://slidepdf.com/reader/full/materi-tentang-k3 10/33

 

Prosedur (SOP) penanggulangan kebakaran baik di kantor region maupun di unit –

unit pelaksanaan.

- Keadaan darurat yang potensila di sekitar tempat kerja telah diidentifikasi sesuai

dengan instruksi kerja SMK3.

- Kondisi keadaan darurat setidaknya diuji sekali dalam 3 tahun.

- Intruksi kerja untuk keadaan darurat perlu diuji dan ditinjau ulang secara periodik

oleh petugas yang berkompeten.

- Tenaga kerja mendapatka penjelasan dan pelatihan instruksi kerja keadaan

darurat.

- Petugas penanganan keadaan darurat diberikan pelatihan khusus.

- Pemberitahuan kondisi keadaan darurat diberikan secara jelas dan diketahui olehseluruh tenaga kerja.

- Alat dan sistem keadaan darurat diperiksa , diuji dan dipelihara secar berkala.

- Kesesuaian penempatan dan kemudahan untuk mendapatkan alat keadaan darurat

telah dinilai oleh ahli yang berkompeten.

- Pengujiaan keadaan darurat meliputi : pengujian sistem alarm ,lampu emergency ,

tanda keluar , pintu darurat ,peralatan P3K , fasilitas komunikasi (internal &eksternal)

,tempat evakuasi dan peralatan pemadam.

4. Peralatan Pelindung Tubuh

Selain faktor – faktor keamanan bekerja yang telah disebutkan diatas , ada beberpa

hal penting mengenai perlengkapan pelindung tubuh untuk menjaga keselamatn

pekerja di lapangan,antara lain :

- Semua pekerja , karyawan dan tamu harus menggunakan topi pengaman saat

(Helm) saat berada di lapangan.

- Sabuk pengaman dan tali penyelamat harus digunakan saat bekerja pada

ketinggian di atas 2 meter.

- Pakai seragam oprator Gardu Induk Tegangan Tinggi.

- Sarung tangan harus digunakan sewaktu memegang barang atau benda yang

menimbulkan listrik atau pada saat memperbaiki listrik tegangan tinggi / instalasi

listrik.

- Alat pelindung telinga harus digunkan jika bekerja pada situasi kerja yang bising

atau pada ruangan trafo tegangan tinggi.

Page 11: Materi tentang K3

7/21/2019 Materi tentang K3

http://slidepdf.com/reader/full/materi-tentang-k3 11/33

 

5. Penggunaan tangga pada saat berkerja di tempat tinggi

Pada saat bekerja di tempat yang tinggi harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut:

- Tangga digunakan untuk memperbaiki instalasi listrik yang berada pada ketinggian.

- Tangga terdapat berapa macam ada tangga yang berbentuk huruf A dan tangga

yang memilki tinggi lebih dari 2 meter dan disambung – sambung.

- Pemakaian tangga untuk keadaan berbahaya harus sesuai dengan Sistem

Operasional Prosedur (SOP).

- Kemiringan tangga harus diaturs edemikian rupa sehingga aman saat digunakan.

6. Kondisi pekerjaan di tempat yang tinggi.

Yang dimaksud bekerja di tempat tinggi adalah kondisi dimana terjadi perbedaanketinggian pada lokasi pekerjaan sehingga kemungkinan terjadinya kecelakaan

cukup besar.ketentuan – ketentuan yang harus diperhatikan :

- Pekerja harus dalam keadaan sehat , tidak takut ketinggian , menggunakan APD

yang sesuai dengan aspek kerja.

- Harus dilakukan brefing / pembekalan oleh pengawas kepada pekerja yang akan

berkerja.

- Pekerja haruslah orang yang telah mahir melakukan pekerjaan pada ketinggian.

- Pekerja harus memilki atau mengacu pada DP3 (Dokumen Prosedur Pelaksanaan

Pekerjaan) dan SOP (Sistem Operasional Prosedur).

7. Prosedur Izin Kerja Untuk Pekerjaan Berbahaya atau Berisiko Tinggi

Tujuan dibuatnya prosedur izin kerja untuk keadaan berbahaya dan beresiko

tinggi adalah untuk memberikan pedoman pada seluruh karyawan, tenaga kerja dan

mitra kerja tentang persyartan yang harus dipenuhi sebelum melakukan pekerjaan

yang berisiko tinggi dalam rangka keselamatan dan kesehatan kerja.

Pekerjaan berbahaya yang rutin dilaksanakan yaitu pada pemeliharaan peralatan

Tegangan Tinggi (TT), maka dari itu prosedur kerjanya telah diatur dalam DP3

(Dokumen Prosedur Pelaksanaan Pekerjaan ) meliputi sebagai berikut :

- Briefing rencana kerja.

- Izin pembebasan instalasi untuk dikerjakan

- Pelaksanaan manuver pembebasan tegangangan , yaitu pelaksanaan yang

dillakukan pada instalasi yang seluruh tegangan di non-aktifkan.

Page 12: Materi tentang K3

7/21/2019 Materi tentang K3

http://slidepdf.com/reader/full/materi-tentang-k3 12/33

 

- Pernyataan pekerjaan selesai.

Kecelakaan adalah suatu kejadian yang tidak diinginkan / tidak diharapkan yang

dapat menimbulkan berbagai kerugian ,baik kerugian harta benda (rusaknya

peralatan) maupun kehilangan jiwa manusia.

Suatu kecelakaan dapat terjadi disebabkan oleh 2 (dua) hal, yaitu :

1. Unsafe Action, yaitu sikap atau tingkah laku manusia yang tidak aman

(berbahaya).

2. Unsafecondition,yaitukondisi/keadaantempat kerja atau peralatan kerja yang tidak

aman (berbahaya). Dengan prosentase penyebab kecelakan kerja adalah dengan

80% akibat unsafe act, 18% unsafe condition dan 2% akibat yang lainnya.

Kecelakaan kerja dapat dikurangi dan dicegah dengan penerapan safety engineering

dan penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) yang sesuai dengan pekerjaan yang

akan dilaksanakan.

2.2  Masalah Dalam Pelaksanaan K2 dan K3 di PT.PLN Persero

PT.PLN Persero telah menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan

Kerja (SMK3) dengan cara menetapkan beberapa Peraturan , Pedoman , Kebijakan ,

dan Prosedur kerja yang bertujuan unruk mencegah dan mengendalikan potensi

bahaya kecelakaan yang timbul saat berlangsungnya operasi.

Dalam pelaksanaan pengoperasian SMK3 di PT.PLN Persero terdapat beberapa

masalah yang berkaitan dengan pengoperasian teknis karyawan maupun lingkungan

dimana terdapat beberapa hal yang merugikan perusahaan maupun masyarakat di

lingkungan sekitar. Kecelakaan kerja yang terjadi pada karyawan banyak diakibatkan

oleh kelalaian dalam menggunakan APD dalam melaksanakan tugas serta tingginya

angka kecelakaan yang diakibatkan oleh teganggan tinggi pada individu , keluarga

dan masyarakat.

Page 13: Materi tentang K3

7/21/2019 Materi tentang K3

http://slidepdf.com/reader/full/materi-tentang-k3 13/33

 

 Adapun permasalahan yang dihadapi PT.PLN Persero dalam penerpan SMK3

adalah :

a. Adanya beberapa pekerja yang tidak memenuhi kebijaksanaan keselamatan

kerja yang telah ditetapkan perusahaan yaitu dengan mengkesampingkan

pemakaian APD. Contohnya : pada saat perbaikan instalasi Gardu Induk TeganganTinggi masih ada pekerja yang tidak menggunakan APD dengan alasan tidak

nyaman.

b. Kurang pahamnya pekerja mengenai prosedur kerja. Contohnya : ada pekerja

yang tidak memilki surat izin kerja , tidak menggunakan sarung tangan saat

perbaikan listrik dengan alasan hanya perbaikan sedikit ,dan pekerja yang tidak

paham penggunaan peralatan kerja dan buku manual peralatan kerja terutama

peralatan di luat yang berkaitan dengan sinar X,Radioaktif,Medam magnet dsb.

Hambatan dari Penerapan K3

a) Hambatan dari sisi pekerja/ masyarakat : 

-  Tuntutan pekerja masih pada kebutuhan dasar  

-  Banyak pekerja tidak menuntut jaminan k3 karena SDM yang

masih rendah. 

b) Hambatan dari sisi perusahaan: 

Perusahaan yang biasanya lebih menekankan biaya produksi atau

operasional dan meningkatkan efisiensi pekerja untuk menghasilkan

keuntungan yang sebesar-besarnya. 

2.3 Solusi Dari Masalah Yang Dihadapi Dalam Penerapan K2 dan K3 :

a. Dengan memperkerjakan karyawan sesuai dengan keahlian masing – masing

serta menyampaikan atau merealisasikan kebijakan K3 dengan kata – kata

yang mudah di pahami oleh pegawai , melakukan inspeksi keselamatan dan

kelengkapan alat pelindung diri yang berada di dalam kantor yang merupakan

salah satu cara untuk menjaga agar kondisi peralatan tetap baik dan aman

untuk digunakan.

Page 14: Materi tentang K3

7/21/2019 Materi tentang K3

http://slidepdf.com/reader/full/materi-tentang-k3 14/33

 

b. Dengan memberikan pelatihan – pelatihan kepada para pekerja mengenai

prosedur kerja yang ditetapkan perusahaan , serta dengan melakukan

breafing kecil saat melakukan tugas. Sehingga dengan begitu pegawai akan

memahami prosedur kerja yang berlaku sehingga kecelakaan bisa dikurangi.

c. Kekurangan dan Kelebihan dalam Pelaksanaan SMK3 di PT.PLN Persero.Dalam pelaksanaan SMK3 PT. PLN Persero terdapat beberapa kekurangan

dan kelebihan dimana faktor inilah yang menjadi kendala dalam perusahaan

dan bermanfaat untuk mengevaluasi kinerja perusahaan untuk berkembang

lebih baik,bermutu dan berhasil serta dapat menjawab kebutuhan pasar.

1. Kelebihan

- Produktifitas perusahaan meningkat karena adanya tingkat kepuasaan padakonsumen dan kebutuhan listik masyarkat yang semakin meningkat dari tahun

ke tahun.

- Tingkat efisien karyawan / pegawai memenuhi visi dan misi perusahaan

sehingga tercipta suasana kerja yang aman , nyaman dan relatif disiplin.

- Berkurangnya angka kecelakaan kerja dalam frekuensi yang kecil.

2. Kekurangan

- Masih terdapat karyawan / pegawai yang tidak mematuhi aturan dan

kebijakan perusahaan dalam pelaksanaan kerja.

- Masih terdapat angka kecelakaan kerja walaupun dalam skala yang kecil.

- Kurangnya sosialisasi dari perusahaan kepada konsumen dan masyarakat

di sekitar lingkungan tentang upaya pencegahan dan perlindungan diri

terhadap barang / jasa yang dipakai ( listrik).

Page 15: Materi tentang K3

7/21/2019 Materi tentang K3

http://slidepdf.com/reader/full/materi-tentang-k3 15/33

 

2.4 Undang-Undang Ketenagalistrikan dan Dasar Hukum,Peraturan K3

Konstruksi serta Kebijakan Direksi PLN Mengenai K3.

2.4.1 Dasar Hukum Ketenagalistrikan antara lain :

a. Undang-undang Republik Indonesia No. 30 Tahun 2009 tentangKetenagalistrikan

b. Keteknikan PASAL 43

Keteknikan ketenagalistrikan terdiri atas:

1. Keselamatan ketenagalistrikan ; dan

2. Pemanfaatan jaringan tenaga listrik untuk kepentingan telekomunikasi,

multimedia, dan infomatika.3.

c. PASAL 44

(1) Setiap kegiatan usaha ketenagalistrikan wajib

memenuhi ketentuan keselamatan ketenagalistrikan.

(2) Ketentuan keselamatan ketenagalistrikan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) bertujuan untuk mewujudkan

kondisi:

a). Andal dan aman bagi instalasi;

b). Aman dari bahaya bagi manusia dan makhluk hidup lainnya; dan

c.) Ramah lingkungan

(3) Ketentuan keselamatan ketenagalistrikan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) meliputi:

a). Pemenuhan standardisasi peralatan dan pemanfaat

tenaga listrik;

Page 16: Materi tentang K3

7/21/2019 Materi tentang K3

http://slidepdf.com/reader/full/materi-tentang-k3 16/33

 

b). Pengamanan instalasi tenaga listrik; dan

c). Pengamanan pemanfaat tenaga listrik.

(4) Setiap instalasi tenaga listrik yang beroperasi wajib memiliki sertifikat laik

operasi.

(5) Setiap peralatan dan pemanfaat tenaga listrik wajib memenuhi ketentuan

standar nasional Indonesia.

(6) Setiap tenaga teknik dalam usaha ketenagalistrikan wajib memiliki

sertifikat kompetensi.

(7) Ketentuan mengenai keselamatan ketenagalistrikan,sertifikat laik operasi,

standar nasional Indonesia, dan sertifikat kompetensi sebagaimana dimaksud

pada ayat(1) sampai dengan ayat (6) diatur dengan Peraturan Pemerintah.

d. Undang – undang Ketenagalistrikan Nomor 30 Tahun 2009 Tanggal 23

September 2009

BAB XV. KETENTUAN PIDANA

Pasal 50

1) Setiap orang yang tidak memenuhi keselamatan ketenagalistrikan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 ayat (1) yang mengakibatkan matinya

seseorang karena tenaga listrik dipidana dengan pidana penjara paling lama

10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus

 juta rupiah).

2) Apabila perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh

pemegang izin usaha penyediaan tenaga listrik atau pemegang izin operasi

dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda

paling banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

Page 17: Materi tentang K3

7/21/2019 Materi tentang K3

http://slidepdf.com/reader/full/materi-tentang-k3 17/33

 

(3) Selain pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (2), pemegang izin usaha

penyediaan tenaga listrik atau pemegang izin operasi juga diwajibkan untuk

memberi ganti rugi kepada korban.

(4) Penetapan dan tata cara pembayaran ganti rugi sebagaimana dimaksud

pada ayat (3) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan

Pasal 51

(1). Setiap orang yang tidak memenuhi keselamatan ketenagalistrikan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 ayat (1) sehingga mempengaruhi

kelangsungan penyediaan tenaga listrik dipidana dengan pidana penjara

paling lama 3 (tiga) tahun dan denda palingbanyak Rp500.000.000,00 (lima

ratus juta rupiah).

(2) Apabila perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)mengakibatkan

terputusnya aliran listrik sehingga merugikan masyarakat, dipidana dengan

pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak

Rp2.500.000.000,00 (dua miliar lima ratus juta rupiah).

2.4.2 Dasar Hukum K3, Peraturan K3 Proyek Konstruksi serta Kebijakan

Direksi PLN Mengenai K3

Dasar hukum K3 :

!  UU No.1 tahun 1970 

!  UU No.21 tahun 2003 

!  UU No.13 tahun 2003 

!  Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No. PER-5/MEN/1996. 

Peraturan tentang K3 Proyek Konstruksi

Pemerintah telah sejak lama mempertimbangkan masalah perlindungan

tenaga kerja, yaitu melalui UU No. 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan

Kerja. Sesuai dengan perkembangan jaman, pada tahun 2003, pemerintah

mengeluarkan UU 13/2003 tentang Ketenagakerjaan. Undang undang ini

mencakup berbagai hal dalam perlindungan pekerja yaitu upah,

Page 18: Materi tentang K3

7/21/2019 Materi tentang K3

http://slidepdf.com/reader/full/materi-tentang-k3 18/33

 

kesejahteraan, jaminan sosial tenaga kerja, dan termasuk juga masalah

keselamatan dan kesehatan kerja.

 Aspek ketenagakerjaan dalam hal K3 pada bidang konstruksi, diatur

melalui Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.PER-01/MEN/1980 Tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Konstruksi

Bangunan. Peraturan ini mencakup ketentuan-ketentuan mengenai

keselamatan dan kesehatan kerja secara umum maupun pada tiap bagian

konstruksi bangunan. Peraturan ini lebih ditujukan untuk konstruksi

bangunan, sedangkan untuk jenis konstruksi lainnya masih banyak aspek

yang belum tersentuh. Di samping itu, besarnya sanksi untuk pelanggaran

terhadap peraturan ini sangat minim yaitu senilai seratus ribu rupiah.

Sebagai tindak lanjut dikeluarkannya Peraturan Menakertrans tersebut,

pemerintah menerbitkan Surat Keputusan Bersama Menteri Pekerjaan

Umum dan Menteri Tenaga Kerja No.Kep.174/MEN/1986-104/KPTS/1986:

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Tempat Kegiatan

Konstruksi. Pedoman yang selanjutnya disingkat sebagai ”Pedoman K3

Konstruksi” ini merupakan pedoman yang dapat dianggap sebagai standar

K3 untuk konstruksi di Indonesia.

Pedoman K3 Konstruksi selama hampir dua puluh tahun masih menjadi

pedoman yang berlaku. Baru pada tahun 2004, Departemen Permukiman

dan Prasarana Wilayah, yang kini dikenal sebagai Departemen Pekerjaan

Umum, mulai memperbarui pedoman ini, dengan dikeluarkannya KepMen

Kimpraswil No. 384/KPTS/M/2004 Tentang Pedoman Teknis Keselamatan

dan Kesehatan Kerja pada Tempat Kegiatan Konstruksi Bendungan.

”Pedoman Teknis K3 Bendungan” yang baru ini khusus ditujukan untuk

proyek konstruksi bendungan, sedangkan untuk jenis-jenis proyek

konstruksi lainnya seperti jalan, jembatan, dan bagunan gedung, belum

dibuat pedoman yang lebih baru. Namun, apabila dilihat dari cakupan

isinya, Pedoman Teknis K3 untuk bendungan tersebut sebenarnya dapat

digunakan pula untuk jenis-jenis proyek konstruksi lainnya. ”Pedoman

Page 19: Materi tentang K3

7/21/2019 Materi tentang K3

http://slidepdf.com/reader/full/materi-tentang-k3 19/33

 

Teknis K3 Bendungan” juga mencakup daftar berbagai penyakit akibat

kerja yang harus dilaporkan.

Bila dibandingkan dengan standar K3 untuk jasa konstruksi di Amerika

Serikat misalnya, (OSHA, 29 CFR Part 1926), Occupational Safety andHealth Administration (OSHA), sebuah badan khusus di bawah

Departemen Tenaga Kerja yang mengeluarkan pedoman K3 termasuk

untuk bidang konstrusksi, memperbaharui peraturan K3-nya secara

berkala (setiap tahun).Pedoman yang dibuat dengan tujuan untuk

tercapainya keselamatan dan kesehatan kerja, bukan hanya sekedar

sebagai aturan, selayaknya secara terus menerus disempurnakan dan

mengakomodasi masukan-masukan dari pengalaman pelaku konstruksi dilapangan. Dengan demikian, pelaku konstruksi akan secara sadar

mengikuti peraturan untuk tujuan keselamatan dan kesehatan kerjanya

sendiri.

Kebijakan direksi PLN mengenai K3

1. SK Direksi No.: 090.K/DIR/2005 Tanggal 19 Mei 2005 Tentang Pedoman

Keselamatan Instalasi

BAB VIII

STANDARISASI KESELAMATAN INSTALASI

Pasal 12

(1) Setiap Unit Perseroan agar menerapkan program gangguan dankerusakan instalasi seminimal mungkin bagi semua instalasi penyediaan

tenaga listrik, bangunan dan saranya.

(2) Setiap Unit Perseroan agar menerapkan Standar Nasional Indonesia

(SNI) di bidang ketenagalistrikan, khususnya yang berkaitan dengan

keselamatan instalasi, yang diperlukan guna mendukung program gangguan

dan kerusakan instalasi seminimal mungkin pada Ayat (1) Pasal ini.

Page 20: Materi tentang K3

7/21/2019 Materi tentang K3

http://slidepdf.com/reader/full/materi-tentang-k3 20/33

 

BAB IX

KINERJA KESELAMATAN INSTALASI Pasal 13

Kinerja keselamatan kerja merupakan bagian dari kinerja keselamatan

ketenagalistrikan pada kontrak kinerja perusahaan antara Unit setingkat

Cabang dengan Kantor Unit setingkat Wilayah, atau antara Unit setingkat

Wilayah dengan Kantor Pusat. Angka perhitungan yang diperoleh dari

penyimpangan / kekurangan / ketidak- sesuaian dalam pelaksanaan

keselamatan instalasi merupakan angka pengurang bagi nilai kinerja Unit

Perseroan yang bersangkutan.

BAB X

KOMITE KESELAMATAN KETENAGALISTRIKAN

Pasal 14

(1) Perusahaan yang mempekerjakan > 100 tenaga kerja dan atau memiliki

karakteristik proses atau bahan produksi yang dapat mengakibatkan

kecelakaan kerja, penyakit yang timbul karena hubungan kerja, kebakaran,

ledakan dan sebagainya, wajib membentuk P2K3 / Komite Keselamatan

Ketenagalistrikan.

(2) Komite Keselamatan Ketenagalistrikan mempunyai tugas untuk

membahas / mendiskusikan setiap permasalahan keselamatan

ketenagalistrikan, khusunya keselamatan instalasi meliputi kegiatan

perlindungan, pencegahan dan pengamanan terhadap kemungkinan

terjadinya gangguan dan kerusakan pada instalasi, agar dapat dicapai tingkat

keselamatan instalasi yang tinggi pada setiap instalasi penyediaan tenaga

listrik, bangunan dan sarana, dan hasil dari pembahasan / diskusi tersebut

disampaikan ke Pimpinan Unit Perseroan sebagai bahan pengambilan

keputusan dalam kegiatan keselamatan instalasi.

Page 21: Materi tentang K3

7/21/2019 Materi tentang K3

http://slidepdf.com/reader/full/materi-tentang-k3 21/33

 

(3) Unit-unit setingkat Cabang yang memenuhi kriteria sebagaimana

dimaksud dalam Ayat (1) Pasal ini, agar membentuk P2K3 / Komite

Keselamatan Ketenagalistrikan dan dilaporkan / diinformasikan kepada Dinas

Tenaga Kerja serta Dinas Energi dan Sumberdaya Mineral pada Pemerintah

Daerah setempat sesuai ketentuan dan peraturan perundang-undangan dandilaporkan ke kantor Pusat.

BAB XI

MANAJEMEN KESELAMATAN KETENAGALISTRIKAN

Pasal 15

(1) Manajemen keselamatan ketenagalistrikan dalam pelaksaan keselamatan

instalasi berdasarkan pada SMK3 sebagai standar nasional, dan dapat

berdasarkan pada OHSAS 18000 sebagai standar internasional.

(2) Perusahaan yang memperkerjakan > 100 tenaga kerja dan atau memiliki

karakteristik proses atau bahan produksi yang dapat mengakibatkan

kecelakaan kerja, penyakit yang timbul karena hubungan kerja, kebakaran,

ledakan dan sebagainya, wajib menerapkan SMK3.

(3) Unit-unit setingkat Cabang yang memenuhi kriteria pada Ayat (2) Pasal

ini, agar menerapkan SMK3, dan bagi Unit-unit yang telah siap untuk

berorientasi kearah perusahaan kelas dunia (global company) dapat

menerapkan OHSAS 18000.

(4) Keberhasilan dalam pelaksanaan keselamatan instalasi dinilai dengan

melaksanakan Audit SMK3 dan hasilnya disampaikan kepada Dinas Tenaga

Kerja pada Pemerintah Daerah setempat untuk mendapatkan penghargaan

dari Pemerintah sebagai pengakuan tingkat nasional, dan atau dinilai dengan

melaksanakan Audit OHSAS 18000 untuk mendapatkan penghargaan atau

pengakuan tingkat internasional.

Page 22: Materi tentang K3

7/21/2019 Materi tentang K3

http://slidepdf.com/reader/full/materi-tentang-k3 22/33

 

BAB XII

PENGAWASAN DAN PEMBINAAN KESELAMATAN INSTALASI

Pasal 16

(1) Pengawasan dan pembinaan keselamatan instalasi pada Unit-unit

setingkat Cabang dilaksanakan oleh Pengawas pekerjaan, Pejabat

penanggung jawab pekerjaan, Pejabat keselamatan ketenagalistrikan, dan

Pimpinan Unit.

(2) Pengawasan dan pembinaan keselamatan instalasi pada Kantor-kantor

Unit setingkat Wilayah dilaksanakan oleh Pejabat keselamatan

ketenagalistrikan dan Pimpinan Unit.

(3) Pengawasan dan pembinaan pelaksanaan keselamatan kerja ini pada

Kantor Pusat dilaksanakan oleh Pejabat keselamatan ketenagalistrikan.

(4) Pembinaan pelaksanaan Keputusan ini untuk keseluruhan Perseroan

dilaksanakan oleh Direksi c.q. Deputi Direktur Lingkungan dan Keselamatan

Ketenagalistrikan.

BAB XIII

SANKSI-SANKSI KESELAMATAN INSTALASI

Pasal 17

(1) Sanksi administratip dan kewajiban dari Perseroan :

a. Sanksi administratip dari Perseroan untuk kasus kerusakan instalasi

yang diakibatkan oleh kelalaian dari pegawai Pelaksana pekerjaan /

Pejabat Manajemen Perseroan, berupa hukuman disiplin yang dapat

dijatuhkan kepada yang bersangkutan, berdasarkan bukti dari hasil

investigasi oleh Tim Investigasi Kecelakaan yang diproses melalui Tim

Pemeriksa Pelanggaran Disiplin Pegawai (TP2DP) dan diputuskan oleh

Pejabat SDM / Pimpinan Unit Perseroan. Bila kasusnya merupakan

Page 23: Materi tentang K3

7/21/2019 Materi tentang K3

http://slidepdf.com/reader/full/materi-tentang-k3 23/33

 

kelalaian dari outsourcing Pelaksana pekerjaan, maka diselesaikan

sesuai dengan perjanjian kerjanya.

b. Perseroan wajib memberikan ganti rugi / kompensasi kepada pegawai

Pelaksana pekerjaan yang mengalami kecelakaan kerja atau menderita

penyakit yang timbul karena hubungan kerja yang disebabkan oleh

kerusakan instalasi. Bila kasusnya dialami oleh outsourcing, maka

diselesaikan sesuai dengan perjanjian kerjanya.

(2) Sanksi Pidana dari Pemerintah : Kelalaian dari pegawai / Pejabat

Manajemen Perseroan / outsourcing yang mengakibatkan pegawai lain dan

atau outsourcing lain dan atau masyarakat umum tewas karena kerusakan

instalasi, dapat dipidana dengan pidana sesuai peraturan perundang-

undangan yang berlaku

2. SK Direksi No.: 091.K/DIR/2005 Tanggal 19 Mei 2005 Tentang Pedoman

Keselamatan Umum.

BAB IV

KECELAKAAN MASYARAKAT UMUM 

Bagian Pertama Jenis Kecelakaan Masyarakat Umum 

Pasal 4 

(1) Kecelakaan masyarakat umum karena listrik, yang terjadi pada

daerah instalasi penyediaan tenaga listrik milik Perseroan sampai

dengan Alat Pembatas dan Pengukur (APP), merupakan kecelakaan

masyarakat umum pada daerah hukum dari Perseroan;

(2) Kecelakaan masyarakat umum karena listrik, yang terjadi pada

daerah instalasi pemanfaatan tenaga listrik milik pelanggan (setelah

 APP), merupakan kecelakaan masyarakat umum pada daerah hukum

dari pelanggan. Kecelakaan ini tidak menjadi tanggung jawab

Page 24: Materi tentang K3

7/21/2019 Materi tentang K3

http://slidepdf.com/reader/full/materi-tentang-k3 24/33

 

Perseroan, tetapi Perseroan berkepentingan memperoleh informas dan

data kecelakaan sebagai bahan penyuluhan keselamaan umum kepada

masyarakat.

3) Kecelakaan masyarakat umum karena listrik, yang terjadi padadaerah instalasi pemanfaatan tenaga listrik milik Pemerintah Daerah

seperti instalasi penerangan jalan umum (PJU), instalasi lampu

pengatur lalu lintas, instalasi taman kota dan instalasi sarana

masyarakat umum (setelah Fuse / APP), merupakan kecelakaan

masyarakat umum pada daerah hukum dari Pemerintah Daerah.

Kecelakaan ini tidak menjadi tanggung jawab Perseroan, tetapi

Perseroan berkepentingan memperoleh informasi dan data kecelakaan

sebagai bahan penyuluhan keselamatan umum kepada masyarakat.

(4) Kecelakaan masyarakat umum bukan karena listrik, karena sebab

lain yang berhubungan dengan kegiatan Perseroan. Bagian

Kedua Penyebab Dasar Terjadinya Kecelakaan Masyarakat Umum

Pasal 5

(1) Penyebab dasar berupa kondisi berbahaya (unsafe condition) yang

merupakan kelalaian dari Manajemen Perseroan, antara lain :

Tidak memberikan penyuluhan keselamatan akan bahaya listrik

kepada masyarakat yang berada dan atau melaksanakan

kegiatan disekitar instalasi penyediaan tenaga listrik milik

Perseroan.

Tidak memberikan penyuluhan keselamatan kepada masyarakat

umum yang berhubungan dengan kegiatan bangunan / sarana

milik Perseroan dan kepada masyarakat sebagai tamu Perseroan.

Tidak melaksanakan pemasangan tanda peringatan dan / atau poster

larangan pada instalasi-instalasi penyediaan tenaga listrik milik

Page 25: Materi tentang K3

7/21/2019 Materi tentang K3

http://slidepdf.com/reader/full/materi-tentang-k3 25/33

 

Perseroan yang berpotensi bahaya bagi masyarakat umum.

Tidak melakukan pengujian / melengkapi sertifikat laik operasi bagi

instalasi penyediaan tenaga listrik milik Perseroan yang

dioperasikan.

Tidak memastikan bahwa instalasi penyediaan tenaga listrik milik

Perseroan selalu terkendali dan kondisinya aman dari bahaya

listrik (baik dalam keadaan beroperasi maupun tidak beroperasi

atau sedang mengalami kerusakan / perbaiakan).

Kelalaian-kelalaian lain yang menyebabkan terjadinya kecelakaan

masyarakat umum yang bukan karena listrik yang berhubungan

dengan kegiatan Perseroan.

(2) Penyebab dasar berupa perbuatan berbahaya (unsafe act) yang

merupakan kelalaian dari masyarakat umum, antara lain :

Melaksanakan kegiatan tidak aman dengan sengaja / tidak sengaja

menyentuh bagian yang berbahaya dari instalasi penyediaan tenagalistrik milik Perseroan.

Melaksanakan kegiatan tidak aman dengan sengaja / tidak sengaja

menyentuh bagian berbahaya dari instalasi pemanfaatan tenaga listrik

milik pelanggan sendiri.

Melaksanakan kegiatan tidak aman dengan sengaja / tidak sengaja

menyentuh bagian berbahaya dari instalasi pemanfaatan tenaga listrik

milik Pemerintah Daerah.

Menggunakan tenaga listrik secara tidak sah (mencuri aliran listrik).

Kelalaian-kelalaian lainnya yang menyebabkan terjadinya kecelakaan

masyarakat umum yang bukan karena listrik, tetapi karena sebab lain

yang berhubungan dengan kegiata Perseroan.

Page 26: Materi tentang K3

7/21/2019 Materi tentang K3

http://slidepdf.com/reader/full/materi-tentang-k3 26/33

 

(3). Penyebab dasar berupa kondisi berbahaya (unsafe condition) yang

merupakan kelalaian dari masyarakat umum, antara lain :

Kurang paham akan bahaya listrik.

Penggunaan / pemilikan produk pemanfaat tenaga listrik (peralatan

kerja / peralatan rumah tangga) yang tidak memenuhi syarat

keselamatan / tidak dilengkapi dengan sertifikat tanda keselamatan.

Penggunaan / pemilikan instalasi pemanfaatan tenaga listrik (instalasi

pelanggan) yang tidak memenuhi syarat keselamatan / tidak dilengkapi

dengan sertifikat kesesuaian dengan standar PUIL. Bagian

Ketiga Penyebab Perantara Terjadinya Kecelakaan Masyarakat Umum

Pasal 6

(1) Penyebab perantara karena listrik (tenaga listrik), berupa

tersengatlistrik baik secara langsung maupun tidak langsung dan / atau

kebakaran / terbakar karena loncatan api listrik / panas listrik,

merupakan penyebab yang paling umum terjadi.

(2) Penyebab perantara bukan karena listrik, seperti tertimpa bangunan

milik Perseroan, tertabrak kendaraan milik Perseroan dan sebagainya.

Bagian Keempat Akibat Terjadinya Kecelakaan Masyarakat Umum

Pasal 7

(1) Akibat yang diderita oleh masyarakat umum, dapat berupa :

c. Luka / tewas pada saat terjadi kecelakaan.

d. Cacat / meninggal dunia, setelah memperoleh perawatan akibat

kecelakaan.

e. Kerusakan harta milik masyarakat umum.

(2) Akibat yang diderita oleh Perseroan, dapat berupa kerusakan

Page 27: Materi tentang K3

7/21/2019 Materi tentang K3

http://slidepdf.com/reader/full/materi-tentang-k3 27/33

 

instalasi penyediaan tenaga listrik / bangunan / sarana milik Perseroan

dan kerugian karena energi listrik yang tidak tersalurkan yang

disebabkan karena kerusakan instalasi penyediaan tenaga listrik.

BAB V 

PERLINDUNGAN DAN PENCEGAHAN TERHADAP TERJADINYA

KECELAKAAN MASYARAKAT UMUM 

Pasal 8 

Setiap Unit Perseroan wajib melaksanakan perlindungan dan

pencegahan terhadap kecelakaan masyarakat umum yang

berhubungan dengan kegiatan Perseroan, dengan melakukan kegiatan

sebagai berikut :

1. Pengendalian teknis untuk mencegah kondisi berbahaya dari instalasi /

bangunan / sarana milik Perseroan, meliputi kegiatan :

a. Melaksanakan pemasangan tanda peringatan dan atau poster

larangan pada lokasi-lokasi instalasi / bangunan / sarana milik

Perseroan yang berpotensi bahaya yang berada disekitar tempat tingal

atau sekitar tempat kegiatan masyarakat umum.

b. Melaksanakan pengawasan dan patroli jaringan tenaga listrik (SUTET /

SUTT / SUTM / SUTR) milik Perseroan secara berkala untuk

memastikan kondisi jaringan tersebut agar tetap terkendali dan aman

dari bahaya listrik, dan memastikan tidak adanya kegiatan masyarakat

umum yang membahayakan terhadap jaringan tenaga listrik tersebut.

c. Melengkapi sertifikat laik operasi bagi instalasi penyediaan tenaga

listrik milik Perseroan.

Page 28: Materi tentang K3

7/21/2019 Materi tentang K3

http://slidepdf.com/reader/full/materi-tentang-k3 28/33

 

d. Meningkatkan kemampuan Pelaksana pekerjaan sebagai tenaga

teknik ketenagalistrikan dengan pendidikan dan pelatihan, serta

melengkapinya dengan sertifikat kompetensi dalam melaksanakan

pekerjaan pemasangan / pemeliharan / pengoperasian instalasi

penyediaan tenaga listrik milik Perseroan.

2. Pengendalian teknik untuk mencegah kondisi berbahaya pada instalasi

pemanfaatan tenaga listrik dan atau alat pemanfaat tenaga listrik milik

pelanggan, meliputi kegiatan :

a. Menganjurkan kepada pelanggan, agar instalasi pemanfaatan tenaga

listrik yang dimiliknya dilengkapi dengan sertifikat kesesuaian denganstandar PUIL.

b. Menganjurkan kepada pelanggan / masyarakat, agar alat pemanfaat

tenaga listrik (peralatan kerja dan atau peralatan rumah tangga) yang

dimilikinya dilengkapi dengan tanda keselamatan.

3. Pengendalian personil untuk mencegah perilaku berbahaya dari

masyarakat umum, meliputi kegiatan :

a. Memberikan penyuluhan tentang keselamatan akan bahaya listrik

kepada pelanggan dan atau kepada masyarakat yang bertempat

tinggal atau melaksanakan kegiatan disekitar instalasi penyediaan

tenaga listrik milik Perseroan.

b. Memberikan penyuluhan keselamatan kepada masyarakat yangberhubungan dengan kegiatan bangunan dan sarana milik Perseroan

dan kepada masyarakat sebagai tamu atau melaksanakan kegiatan

pada Perseroan.

Page 29: Materi tentang K3

7/21/2019 Materi tentang K3

http://slidepdf.com/reader/full/materi-tentang-k3 29/33

 

c. Memberikan penyuluhan tentang larangan terhadap kegiatan

masyarakat yang dapat membahayakan keselamatan dirinya dan

merugikan Perseroan, seperti larangan penggunaan tenaga listrik

secara tidak sah atau mencuri aliran listrik.

4. Serta kegiatan-kegiatan lain dalam rangka memberikan perlindungan

dan pencegahan terhadap kemungkinan terjadinya kecelakaan

masyarakat umum.

3. SK Direksi No.: 092.K/DIR/2005 Tanggal 19 Mei 2005 Tentang Pedoman

Keselamatan Kerja.

BAB VIII

STANDARISASI KESELAMATAN KERJA

Pasal 15

(1) Setiap Unit Perseroan agar menerapkan program kecelakaan nihil

(kecelakaan kerja dan atau penyakit yang timbul karena hubungan kerja nihil)

bagi seluruh pegawai dan outsourcing.

(2) Setiap Unit Perseroan agar menerapkan Standar Nasional Indonesia (SNI)

di bidang ketenagalistrikan, khususnya yang berkaitan dengan keselamatan

kerja, yang diperlukan guna mendukung program kecelakaan nihil pada Ayat

(1) Pasal ini.

BAB IX

KINERJA KESELAMATAN KERJA

Pasal 16

Kinerja keselamatan kerja merupakan bagian dari kinerja keselamatan

ketenagalistrikan pada kontrak kinerja perusahaan antara Unit setingkat

Cabang dengan Kantor Unit setingkat Wilayah, atau antara Unit setingkat

Page 30: Materi tentang K3

7/21/2019 Materi tentang K3

http://slidepdf.com/reader/full/materi-tentang-k3 30/33

 

Wilayah dengan Kantor Pusat. Angka perhitungan yang diperoleh dari

penyimpangan / kekurangan / ketidak- sesuaian dalam pelaksanaan

keselamatan kerja merupakan angka pengurang bagi nilai kinerja Unit

Perseroan yang bersangkutan.

BAB XIII

PENGAWASAN DAN PEMBINAAN KESELAMATAN KERJA

Pasal 19

(1) Pengawasan dan pembinaan keselamatan kerja pada Unit-unit setingkat

Cabang dilaksanakan oleh Pengawas pekerjaan, Pejabat penanggung-jawab

pekerjaan, Pejabat keselamatan ketenagalistrikan, Pejabat SDM dan

Pimpinan Unit.

(2) Pengawasan dan pembinaan keselamatan kerja pada Kantor-kantor Unit

setingkat Wilayah dilaksanakan oleh Pejabat keselamatan ketenagalistrikan,

Pejabat SDM dan Pimpinan Unit.

(3) Pengawasan dan pembinaan pelaksanaan keselamatan kerja ini pada

Kantor Pusat dilaksanakan oleh Pejabat keselamatan ketenagalistrikan dan

Pejabat SDM.

(4) Pembinaan pelaksanaan Keputusan ini untuk keseluruhan Perseroan

dilaksanakan oleh Direksi PT PLN (Persero) c.q. Deputi Direktur Lingkungan

dan Keselamatan Ketenagalistrikan di Kantor Pusat.

Page 31: Materi tentang K3

7/21/2019 Materi tentang K3

http://slidepdf.com/reader/full/materi-tentang-k3 31/33

 

BAB XIV

SANKSI-SANKSI KESELAMATAN KERJA

Pasal 20

(1) Sanksi administratip dan kewajiban dari Perseroan :

. Sanksi administratip dari Perseroan untuk kasus kecelakaan yang diakibatkan

oleh kelalaian dari pegawai sebagai Pelaksana pekerjaan atau sebagai

Pejabat Manajemen Perseroan berupa hukuman disiplin yang dapat

dijatuhkan kepada yang bersangkutan, berdasarkan bukti dari hasil investigasi

oleh Tim Investigasi Kecelakaan yang diproses melalui Tim Pemeriksa

Pelanggaran Disiplin Pegawai (TP2DP) dan diputuskan oleh Pejabat SDM /

Pimpinan Unit Perseroan. Bila kasusnya merupakan kelalaian dari outsourcing

sebagai Pelaksana pekerjaan, maka diselesaikan sesuai dengan perjanjian

kerjanya.

. Perseroan wajib memberikan ganti rugi / kompensasi kepada pegawai

Pelaksana pekerjaan yang mengalami kecelakaan kerja atau menderita

penyakit yang timbul karena hubungan kerja yang bukan karena tindakan

kelalaian / kesengajaan dari pegawai itu sendiri. Bila kasusnya dialami olehoutsourcing sebagai Pelaksana pekerjaan, maka diselesaikan sesuai dengan

perjanjian kerjanya.

(2) Sanksi pidana dari Pemerintah : Kelalaian dari Pejabat Manajemen

Perseroan yang mengakibatkan pegawai dan atau outsourcing tewas karena

tenaga listrik atau karena penyebab bukan listrik, dapat dipidana dengan

pidana sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

4. SK Direksi No.: 228.K/DIR/2005 tanggal 14 Oktober 2005 tentang

Penataan Fungsi Lingkungan Dan Keselamatan Ketenagalistrikan (K2)

Pada Unit – Unit di lingkungan PT PLN (Persero).

5. SK Direksi No.: 040.K & 041.K /DIR/2006 Tanggal 20 Maret 2006 Tentang

Sistem Penilaian Tingkat Kinerja Pada Unit Organisasi PT PLN (Persero)

PIKITRING dan Unit – Unit Bisnis).

Page 32: Materi tentang K3

7/21/2019 Materi tentang K3

http://slidepdf.com/reader/full/materi-tentang-k3 32/33

 

BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Berdasarkan apa yang telah dijelaskan pada pembahasan dapat dikatakan

penerapan SMK3 di PT.PLN Persero sudah cukup bagus dikarenakan perusahaan

telah menentukan prosedur kerja yang berdasarkan SOP dan DP3 sehingga resiko

terjadinya kecelakaan saat kerja bisa di kurangi dan dikendalikan walaupun belum

sepenuhny. Hal ini dikarenakan masih ada dari para pekerja yang tidak mematuhi

peraturan K3 karena alasan yang tidak seharusnya.

3.2 SARAN

1. Dengan kecelakaan yang masih ada walaupun dalam skala kecil maka PT.PLN

harus lebih memperhatikan kebutuhan para pekerja seperti menyediakan fasilitas

untuk keselamatan dan kesehatan kerja lebih baik lagi.

2. Melakukan penyelenggaran K3 sehingga para karyawan lebih memahami lagi

masalah dan prosedur K3.

3. Memberikan sanksi bagi pekerja yang melanggar peraturan K3 sehingga perlahan

timbul kesadaran pada pekerja untuk mentatai peraturan K3 demi keselamatan diri

sendiri.

Page 33: Materi tentang K3

7/21/2019 Materi tentang K3

http://slidepdf.com/reader/full/materi-tentang-k3 33/33

3.3 DAFTAR PUSTAKA

!"  Modul K3L (Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lingkungan) dan Hukum

 #"  Himpunan Peraturan Perundang-Undangan Keselamatan dan Kesehatan

Kerja

Disusun Oleh: Sekretaris Direktorat Jenderal Pembinaan Pengawasan

Ketenagakerjaan

$"

  http://haris08.community.undip.ac.id/2012/06/03/k3-konstruksi-bangunan/Ditulis Oleh: Abdul Haris

%"  http://www.ftsl.itb.ac.id/kk/manajemen_dan_rekayasa_konstruksi/wp-

content/uploads/2007/05/makalah-reini-d-wirahadikusumah.pdf

Ditulis Oleh: Reini D. Wirahadikusumah.

&"  http://teknik-ketenagalistrikan.blogspot.com/2013/05/keselamatan-kerja-

listrik.html