materi seminar fixk

36
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gangguan jiwa merupakan suatu penyakit yang disebabkan karena adanya kekacauan pikiran, persepsi dan tingkah laku di mana individu tidak mampu menyesuaikan diri dengan diri sendiri, orang lain, masyarakat, dan lingkungan. Pengertian seseorang tentang penyakit gangguan jiwa berasal dari apa yang diyakini sebagai faktor penyebabnya yang berhubungan dengan biopsikososial (Stuart & Sundeen, 2006). Salah satu bentuk dari gangguan jiwa adalah halusinasi yaitu gangguan jiwa pada individu yang ditandai dengan perubahan sensori persepsi. Individu merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaan, atau penghiduan. Pasien merasakan stimulus yang sebenarnya tidak ada (Keliat & Akemat,2009. Hal 109). Terapi aktifitas kelompok merupakan suatu psikoterapi yang dilakukan bersama-sama dengan jalan berdiskusi satu sama lain yang dipimpin atau diarahkan oleh seorang terapi atau petugas kesehatan jiwa yang telah terlatih (Yosep, 2009. Hlm. 356). Terapi aktifitas kelompok sering digunakan dalam praktek keperawatan jiwa, bahkan dewasa ini terapi aktifitas kelompok merupakan hal yang penting dari keterampilan terapeutik dalam keperawatan (Purwaningsih, 2009. Hlm. 32). Setelah dilakukan terapi aktivitas kelompok, penderita mempunyai kemampuan untuk menyelesaikan 1

Upload: rizky-dwi-wulansari

Post on 27-Sep-2015

228 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

n

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Gangguan jiwa merupakan suatu penyakit yang disebabkan karena adanya kekacauan pikiran, persepsi dan tingkah laku di mana individu tidak mampu menyesuaikan diri dengan diri sendiri, orang lain, masyarakat, dan lingkungan. Pengertian seseorang tentang penyakit gangguan jiwa berasal dari apa yang diyakini sebagai faktor penyebabnya yang berhubungan dengan biopsikososial (Stuart & Sundeen, 2006). Salah satu bentuk dari gangguan jiwa adalah halusinasi yaitu gangguan jiwa pada individu yang ditandai dengan perubahan sensori persepsi. Individu merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaan, atau penghiduan. Pasien merasakan stimulus yang sebenarnya tidak ada (Keliat & Akemat,2009. Hal 109). Terapi aktifitas kelompok merupakan suatu psikoterapi yang dilakukan bersama-sama dengan jalan berdiskusi satu sama lain yang dipimpin atau diarahkan oleh seorang terapi atau petugas kesehatan jiwa yang telah terlatih (Yosep, 2009. Hlm. 356). Terapi aktifitas kelompok sering digunakan dalam praktek keperawatan jiwa, bahkan dewasa ini terapi aktifitas kelompok merupakan hal yang penting dari keterampilan terapeutik dalam keperawatan (Purwaningsih, 2009. Hlm. 32). Setelah dilakukan terapi aktivitas kelompok, penderita mempunyai kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang diakibatkan oleh paparan stimulus kepadanya dalam bentuk : klien dapat mempersepsikan stimulus yang dipaparkan kepadanya dengan tepat, penderita juga dapat menyelesaikan masalah yang timbul dari stimulus yang dialami ( Kaliat & Akemat, 2004. Hlm.16).

Berdasarkan data WHO tahun 2001 (dalam Yosep, 2009. Hal.18) memperkirakan ada sekitar 250 juta jiwa orang di dunia mengalami gangguan kesehatan jiwa. Berdasarkan hasil riset kesehatan dasar(Riskesdas) yang dilakukan Kementrian Kesehatan pada tahun 2007, prevalensi masalah mental emosional yakni depresi dan ansietas sebanyak 11,60% dari jumlah penduduk Indonesia sekitar 24.708.000 jiwa. Kemudian prevalensi gangguan jiwa berat yakni psikosis sekitar 0,46%. Sedangkan berdasarkan data profil kesehatan Indonesia ( 2008 ), menunjukkan bahwa dari 1000 penduduk terdapat 185 penduduk mengalami gangguan jiwa. Hasil survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2007 diketahui bahwa prevalensi gangguan jiwa per 1000 anggota rumah tangga terdapat 140/1000 penduduk usia 15 tahun keatas, dan diperkirakan sejak awal tahun 2009 jumlah penduduk yang mengalami gangguan jiwa sebesar 25% dari populasi penduduk Indonesia.

Berdasarkan Data dari Dinas Kesehatan Jawa Timur menyatakan, pada tahun 2010, penduduk jawa timur yang mengalami gangguan jiwa sebanyak 0,9 persen. Artinya, jumlah penduduk Jawa timur saat ini sebanyak 37 juta jiwa, maka 0,9 persennya sebesar 333.000 orang mengalami gangguan jiwa.

Berdasarkan hasil survei yang dilakukan pada tahun 2010, yang dilakukan Kementrian Kesehatan Nasional, mengatakan bahwa Kabupaten Malang yang mengalami gangguan jiwa mencapai 23% atau sekitar 585 ribu orang dari total penduduk sebanyak 2,4 juta orang. Berdasarkan data yang diperoleh di Ruangan Kakaktua dan Sedap Malam RSJ Dr.Radjiman Wediodiningrat Lawang Malang, pada tahun 2012 ( Bulan Januari-November) jumlah pasien yang mengalami gangguan halusinasi sebanyak 395 orang.

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada 10 orang pasien dengan halusinasi , diperoleh data sebagai berikut: sebanyak 5 orang (50%) dapat mengontrol halusinasi dengan cara menghardik, 2 orang (20%) yang dapat mengontrol halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain, sedangkan 3 orang (30%) tidak mampu untuk mengontrol halusinasi.

Halusinasi biasanya berkembang melalui empat fase yaitu, pada fase pertama atau fase comforting klien mengalami stress, cemas, perasaan perpisahan, rasa bersalah, kesepian yang memuncak, dan tidak dapat diselesaikan. Pada fase kedua atau fase condemming ( ansietas berat ) pasien memiliki karateristik halusinasi yang menjijikkan dan menakutkan, kecemasan meningkat, melamun, dan berpikir sendiri jadi dominan. Mulai dirasakan ada bisikan yang tidak jelas. Sedangkan pada fase ketiga atau fase controlling yaitu pengalaman sensori menjadi berkuasa. Mulai adanya bisikkan, suara, isi halusinasi semakin menonjol, mengusai dan mulai mengontrol klien. Pada fasse keempat atau fase conquering atau panic yaitu dimana klien lebur dalam halusinasinya. Halusinasi yang dirasakan berubah menjadi mengancam, memerintah, dan memarahi klien. Klien menjadi takut, tidak berdaya, hilang control, dan tidak dapat berhubungan secara nyata dengan orang lain di lingkungan, (Farida & Yudi, 2010, Hal.106).

Penatalaksaan gangguan jiwa meliputi pengobatan medis dan non medis. Pengobatan yang dilakukan secara medis yaitu dengan obat-obatan psikotropik, elektrokonvulsi (ETC), sedangkan secara non medis meliputi terapi lingkungan sosial , psikolog, proses asuhan keperawatan yang berkesinambungan,serta terapi modalitas : Terapi Aktivitas Kelompok. Terapi Aktivitas Kelompok sendiri merupakan salah satu terapi modalitas yang dilakukan perawat kepada sekelompok klien yang mempunyai masalah keperawatan yang sama. Aktivitas digunakan sebagai terapi, dan kelompok digunakan sebagai target asuhan. Di dalam kelompok terjadi dinamika interaksi yang saling bergantung, saling membutuhkan, dan menjadi laboratorium tempat klien berlatih perilaku baru yang adaptif untuk memperbaiki perilaku lama yang maladaptive ((Keliat dan Akemat, 2004, hal.1). Sedangkan penatalaksanaan khusus pada pasien dengan Halusinasi adalah Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi yaitu upaya untuk memfasilitasi kemampuan klien dalam mengenal dan mengontrol halusinasinya (Keliat dan Akemat, 2004, hal.81).

Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik mengambil kasus Asuhan Keperawatan Jiwa pada Klien dengan Masalah Keperawatan Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi Pendengaran dengan Diagnosis Medis Skizofrenia Hebefrenik di ruang Puri Mitra Permata Harapan RSJ Menur Surabaya

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan dan fenomena di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: bagaimana asuhan keperawatan jiwa pada Ny. C dengan diagnosa keperawatan gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan umum :

Untuk memberikan gambaran nyata tentanf pemberian asuhan keperawtan jiwa pada pasien dengan masalah utama gangguan persepsi sensori: halusinasi pendengaran

1.3.2 Tujuan khusus :

1. Menggambarkan hasil pengkajian keperawatan jiwa pada kliem Ny. C dengan masalah gangguan persepsi sensori: halusinasi pendengaran

2. Mendiskripsikan diagnosa keperawatan jiwa pada pada klien Ny. C dengan masalah gangguan persepsi sensori: halusinasi pendengaran

3. Menyusun perencanaan keperawatan jiwa pada klien Ny. C dengan masalah gangguan persepsi sensori: halusinasi pendengaran

4. Melakukan implementasi pada klien Ny. C dengan masalah gangguan persepsi sensori: halusinasi pendengaran

5. Melakukan evaluasi tindakan keperawatan yang dilakukan pada klien Ny. C dengan masalah gangguan persepsi sensori: halusinasi pendengaran

1.4 Manfaat

1.4.1 Bagi Responden

Hasil dari asuhan keperawatan ini dapat digunakan klien sebagai proses untuk mempercepat penyembuhan pada masalah gangguan persepsi sensori: halusinasi pendengaran

1.4.2 Bagi Petugas Kesehatan

Hasil dari asuhan keperawatan ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan atau kebijaksanaan untuk mengatasi masalah-masalah yang berkaitan dengan kejiwaan khususnya dalam memberikan tindakan pada klien dengan masalah gangguan persepsi sensori: halusinasi pendengaran

1.4.3 Bagi Profesi Keperawatan

Hasil asuhan keperawatan ini dapat digunakan sebagai informasi tambahan khususnya tentang asuhan keperawatan jiwa pada klien dengan masalah gangguan persepsi sensori: halusinasi pendengaran

1.4.4 Bagi Peneliti

Hasil asuhan keperawatan ini dapat digunakan untuk meningkatkan wawasan dan pengetahuan peneliti lain dalam memberikan asuhan keperawatan jiwa pada klien dengan masalah gangguan persepsi sensori: halusinasi pendengaran

BAB II

LANDASAN TEORI

I. Kasus (Masalah Utama)

Halusinasi

II. Konsep Dasar Halusinasi

A. Definisi

Halusinasi adalah pencerapan tanpa adanya rangsang apapun pada panca indra seorang pasien, yang terjadi dalam keadaan sadar atau bangun, dasarnya mungkin organik, fungsional, psikotik ataupun histerik (Maramis, 2004).

B. Klasifikasi

a. Halusinasi penglihatan

Stimulus visual dalam bentuk kilatan atau cahaya, gambar atau bayangan yang rumit dan kompleks. Bayangan bisa menyenangkan dan menakutkan.

b. Halusinasi pendengaran

Mendengarkan suara atau kebisingan suara yang jelas ataupun yang kurang jelas, dimana terkadang suara tersebut memerintahklien untuk melakukan sesuatu.

c. Halusinasi penghidu

Membau bau-bauan tertentu seperti bau darah, urine, feses, parfum, atau bau yang lain. Ini sering terjadi pada seseorang pasca serangan stroke, kejang atau demensia.

d. Halusinasi pengecapan

Merasa mengecap rasa seperti darah, urine feses atau yang lainnya.

e. Halusinasi perabaan

Merasa mengalami nyeri, rasa tersertrum atau ketidaknyamanan tanpa stimulus yang jelas.

f. Halusinasi conesthetic

Merasakan fungsi tubuh seperti aliran darah di vena atau arteri, pencernaan makanan atau pembentukan urine.

g. Halusinasi kinestetika

Merasakan pergerakan sementara berdiritanpa bergerak.

C. Rentang respon

Respon adatif Respon maladaptif

Pikiran logisDistorsi pikiranWaham

Persepsi akuratIlusiHalusinasi

Emosi konsistenMenarik diriSulit berespon

Perilaku sesuaiReaksi emosi berlebihan / diamPerilaku disorganisasi

Hubungan sosialPerilaku yang tidak biasaIsolasi sosial

D. Penyebab

1) Faktor Predisposisi

Kaji faktor predisposisi yang pada munculnya biologi seperti pada halusinasi antara lain :

a. Faktor genetis

b. Faktor neurobiologi

c. Faktor neurotransiniter

d. Teori virus

e. Psikologi

2) Faktor Presipitasi

Kaji gejala-gejala pencetus neurobiologis meliputi :

a. Kesehatan : nutrisi kurang, kurang tidur, kelelahan, infeksi, obat ssp, hambatan untuk menjangkau pelayanan kesehatan.

b. Lingkungan : lingkungan yang memasuki, masalah di rumah tangga, sosial, tekanan kerja, kurangnya dukungan sosial, kehilangan kebebasan hidup.

c. Sikap/ prilaku merasa tidak mampu (harga diri rendah), putus asa merasa gagal, kehilangan rendah diri, merasa malang, perilaku agresif, perilaku kekerasan, ketidakadekuatan pengobatan

E. Tanda dan gejala

Pasien dengan halusinasi cenderung menarik diri, sering didapatkan duduk terpaku dengan pandangan mata pada satu arah tertentu, tersenyum atau berbicara sendiri, secara tiba-tiba marah atau menyerang orang lain, gelisah, melakukan gerakan seperti sedang menikmati sesuatu. Juga keterangan dari pasien sendiri tentang halusinasiyang dialaminya (apa yang dilihat, didengar atau dirasakan). Berikut ini merupakan gejala klinis bersdasarkan halusinasi :

a. Tahap 1: halusinasi bersifat tidak menyenangkan

Gejala klinis:

1. Menyeringai/tertawa tidak sesuai

2. Menggerakkan bibir tanpa bicara

3. Gerakan mata cepat

4. Bicara lambat

5. Diam dan pikiran dipenuhi sesuatu yang mengasikkan

b. Tahap 2: halusinasi bersifat menjijikkan

Gejala klinis:

1. Cemas

2. Konsentrasi menurun

3. Ketidakmampuan membedakan nyata dan tidak nyata

c. Tahap 3: halusinasi bersifat mengendalikan

Gejala klinis:

1. Cenderung mengikuti halusinasi

2. Kesulitan berhubungan dengan orang lain

3. Perhatian atau konsentrasi menurut dan cepat berubah

4. Kecemasan berat (berkeringat, gemetar, tidak mampu mengikuti petunjuk).

d. Tahap 4: halusinasi bersifat menaklukkan

Gejala klinis:

1. Pasien mengikuti halusinasi

2. Tidak mampu mengendalikan diri

3. Tidak mampu mengikuti perintah nyata

4. Beresiko mencederai diri, orangn lain, dan lingkungan

F. Akibat

Adanya gangguan persepsi sensori halusinasi dapat beresiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan. Menurut Townsend, M.C suatu keadaan dimana seseorang melakukan sesuatu tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik pada diri sendiri maupun orang lain.

Seseorang yang dapat beresiko melakukan tindakan kekerasan terhadap diri sendiri dan orang lain dapat menunjukan perilaku:

Data subyektif:

a. Mengungkapkan, mendengar atau melihat obyek yang mengancam

b. Mengungkapkan perasaan takut cemas dan khawatir

Data obyektif

a. Wajah tegang, merah

b. Mondar-mandir

c. Mata melotot rahang mengatup

d. Tangan mengepal

e. Keluar keringat banyak

f. Mata merah

III. Proses Terjadinya Masalah

1. Fase pertama (fase comforting)

a. Bisa disebut fase comforting atau fase menyenangkan

b. Termasuk golongan nonpsikotik

c. Karakteristik fase ini, seperti :

1) Mengalami stres

2) Cemas

3) Perasaan perpisahan

4) Rasa bersalah

5) Kesepian memuncak dan tidak dapat diselesaikan

6) Melamun

7) Mulai memikirkan hal yang menyenangkan.

d. Perilaku fase ini, seperti :

1) Tersenyum atau tertawa yang tidak sesuai,

2) Menggerakan bibir tanpa suara

3) Pergerakan mata cepat

4) Respon verbal yang lambat jika sedang asik dengan halusinasinya

5) Suka menyendiri

2. Fase kedua (fase codemming)

a. Bisa disebut fase codemming atau ansietas berat halusinasi menjadi menjijikan

b. Termasuk golongan psikotik ringan

c. Karakteristik fase ini, seperti :

1) Pengalaman sensori yang menjijikan dan menakutkan

2) Kecemasan meningkat

3) Melamun dan berfikir sendiri jadi dominan

4) Mulai dirasakan ada bisikan yang tidak jelas

5) Klien tidak ingin orang lain tau dan dapat mengontrol

d. Perilaku fase ini, seperti :

1) Meningkatnya tanda-tanda system saraf otonom

2) Seperti peningkatan denyut jantung dan tekanan darah

3) Klien asyik dengan halusinasi dan tidak dapat membedakan realitas

3. Fase ketiga (fase controling)

a. Bisa disebut fase controling atau ansietas berat : pengalaman sensorik berkuasa

b. Termasuk golongan psikotik

c. Karakteristik fase ini, seperti :

1) Halusinasi semakin menonjol

2) Halusinasi dapat menguasai klien sehingga menjadi terbiasa dan tidak berdaya melawannya

d. Perilaku fase ini, seperti :

1) Kemauan untuk dikendalikan halusinasinya

2) Perhatian hanya beberapa menit atau detik

3) Tanda fisik pasien berkeringat

4) Tremor

5) Tidak mampu mematuhi perintah

4. Fase keempat (fase conquering)

a. Bisa disebut fase conquering atau panic

b. Termasuk golongan psikotik

c. Karakteristik fase ini, seperti :

1) Halusinasi berupa menjadi mengancam

2) Halusinasi memerintah dan memarahi klien, membuat klien menjadi takut

3) Tidak berdaya hilang control

4) Tidak dapat berhubungan secara nyata dengan orang lain di lingkungan

d. Perilaku fase ini, seperti :

1) Panik akibat terror

2) Potensi bunuh diri

3) Perilaku kekerasan

4) Agitasi

5) Menarik diri

IV. Pohon Masalah

Risiko mencederai diri sendiri

Gangguan persepsi sensori : Halusinasi penglihatan / pendengaran

Isolasi sosial : Menarik diri

Gangguan konsep diri (Harga Diri Rendah)

V. Diagnosa Keperawatan

Gangguan persepsi sensori : Halusinasi

VI. Rencana Keperawatan

No

Tujuan

Kriteria hasil

Intervensi

Rasional

1.

2.

3.

4.

5.

Pasien dapat membina hubungan saling percaya.

Pasien dapat mengenal halusinasinya.

Pasien dapat mengontrol halusinasinya.

Pasien dapat mengontrol halusinasinya.

Pasien dapat mengontrol halusinasinya

Pasien dapat membina hubungan saling percaya dengan K.H :

a. Membalas sapaan perawat

b. Ekspresi wajah bersahabat.

c. Mau berjabat tangan

d. Mau menyebut nama

Pasien dapat mengenal halusinasinya dengan K.H :

a. Pasien dapat menimbulkan waktu timbul halusinasinya.

b. Pasien dapat mengidentifikasi, kapan frekuensi situasi saat terjadi halusinasi.

c. Pasien dapat mengungkapkan parasaannya saat muncul halusinasi.

Pasien dapat mengidentifikasi tindakan yang dilakukan untuk mengendalikan halusinasinya.

Pasien dapat memilih cara mengatasi halusinasinya dengan cara melakukan kegiatan.

Pasien dapat menggunakan obat dengan benar untuk mengendalikan halusinasinya

Sp1 :

1. Membina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapiotik.

a. Sapa pasien dengan ramah, baik verbal maupun non verbal

b. Perkenalkan diri dengan sopan

c. Tanyakan nama lengkap pasien dan nama yang disukai pasien

d. Jelaskan maksud dan tujuan interaksi pada pasien.

2. Beri kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan perasaannya

Dengarkan ungkapan pasien dengan empati

a. Tanyakan apa yang dilihat dari halusinasinya.

b. Tanyakan kapan halusinasinya datang.

c. Tanyakan apa isi halusinasinya.

d. Bantu pasien mengenal halusinya.

Sp2 :

1. Identifikasi bersama pasien, tindakan yang bisa dilakukan bila terjadi halusinasi.

2. Diskusi manfaat dan cara yang digunakan pasien, jika bermanfaat berikan pujian.

3. Bantu pasien cara memutuskan halusinasi secara bertahap.

4. Melatih pasien mengendalikan halusinasinya dengan bercakap-cakap kepada pasien lainnya.

Sp3 :

1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien.

2. Melatih pasien mengendalikan halusinasinya dengan cara melakukan kegiatan.

3. Menganjurkan pasien memasukkan ke dalam jadwal harian.

4. Anjurkan pasien untuk mengikuti TAK.

Sp4 :

1. Identifikasi kemmapuan atau pengetahuan klien mengenai obat - obatan klien tentang obat yang di minum.

2. Anjurkan pasien bicara dengan dokter cara menfaat dan efek samping obat yang dirasakan.

3. Diskusikan akibat berhenti obat tanpa konsultasi.

4. Bantu pasien menggunakan obat dengan benar, dengan prinsip 5 benar obat.

5. Evaluasi kembali kemampuan kliuen dalam obat - obatan, cara , manfaat dan akibat yang timbul.

Hubungan saling percaya merupakan langkah awal menentukan keberhasilan rencana selanjutnya.

Mengetahui apakah halusinasi datang dan menentukan tindakan yang tepat atas halusinasinya.

Membantu pasien menentukan cara mengetahui halusinasinya periode berlangsung halusinasinya periode berlangsung halusinasi.

Membantu pasien menentukan cara mengetahui halusinasinya periode berlangsung halusinasinya periode berlangsung halusinasi.

1. Memberi support pada pasien.

2. Menambah pengetahuan pasien untuk melakukan tindakan pencegahan halusinasi.

Partisipasi pasien dalam kegiatan tersebut membantu pasien beraktifitas sehingga halusinasinya tidak muncul.

BAB III

TINJAUAN KASUS

Asuhan Keperawatan Pada Ny.C dengan Masalah Utama Gangguan

Persepsi : Halusinasi Pendengaran dengan

Diagnosa Medis Skizofrenia Hebefrenik di Ruang Puri Mitra RSJ. Menur Surabaya.

I. PENGKAJIAN

Ruangan rawat: Ruang Puri Mitra RSJ. Menur Surabaya

Tanggal rawat: 8 Januari 2015

1. Identitas klien

Inisial: Ny C

Jenis kelamin: Perempuan

Umur: 29 tahun

Informan: Pasien dan rekam medis

Tanggal pengkajian:13 Juanuari 2015

No. RM: 02-77-XX

2. Alasan masuk

Alasan masuk : Seminggu terakhir klien dirumah sering bicara dan cekikian sendiri. Klien mengatakan karena ayahnya capek merawatnya ,maka ayah klien membawanya ke RSJ Menur.

Keluhan utama : klien mengatakan sering mendengar suara-suara yang membuat klien merasa ketakutan mendengar suara tersebut

3. Faktor Predisposisi

a. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu

Klien pernah mengalami keadaan seperti ini (ngomel dan cekikikan sendiri) tahun 2005, klien hanya diperiksakan ke poli RSJ Menur. Sehabis itu klien hanya dikontrolkan ke RSJ Menur, klien kontrol tidak teratur. Kunjungan terakhir tanggal 1 Desember 2015.

b. Pengobatan sebelumnya

Dalam pengobatan klien kurang berhasil, kontrol klien tidak teratur. klien meminum obatnya pada saat di rumah sakit dan saat di rumah pasien jarang meminum obatnya, meminumnya saat ingat saja.

c. Pengalaman Kekerasan

Klien tidak pernah mengalami aniaya fisik maupun kekerasan

Masalah keperawatan: ketidakefektifan program pengobatan

d. Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa

Sepupu klien atau putra dari kakak ibu klien ada yang mengalami gangguan jiwa.

Masalah Keperawatan : ketidakefektifan koping keluarga : Penurunan

e. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan

Klien tidak memiliki pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan

Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah

4. Fisik

a. Tanda vital

TD : 110/70 mmHgN : 102 x/menit S : 36,5oC P : 16 x/menit

b. Ukur

TB : 158cmBB : 51kg

c. Keluhan fisik

Pasien tidak pernah mengalami masalah pada bagian fisiknya, dan pasien tidak pernah mengeluh sakit.

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

5. Psikososial

a. Genogram

Klien anak kedua dari empat bersaudara, klien tinggal bersama ayah dan ibunya serta adik lelakinya. Sepupu klien ada yang mengalami gangguan jiwa.

Masalah Keperawatan : ketidakefektifan koping keluarga : Penurunan

Keterangan:

= Laki-laki = Klien= Ibu ...=Tinggal serumah

= Perempuan = Bapak= Meninggal

b. Konsep diri

1) Gambaran diri: klien seorang wanita, klien mengatakan kalau dirinya jelek. Bagian tubuh yang paling dia sukai adalah kakinya karena kecil.

2) Identitas: klien mengatakan bernama CR panggilannya R, klien berusia 29 tahun dan pendidikan terakhir SMA

3) Peran: klien dirumah sebagai anak dan membantu ibunya bersih-bersih rumah seperti menyapu dan merapikan tempat tidur.

4) Ideal diri: tidak terkaji karena klien berbicara ngelantur dan jawaban berubah-ubah.

5) Harga diri: tidak terkaji karena klien berbicara ngelantur dan jawaban berubah-ubah.

Masalah Keperawatan : Gangguan konsep diri

c. Hubungan sosial

1) Orang yang berarti

Klien mengatakan orang yang berarti adalah ibunya, karena ibunya mengajarkan sholat dirumah

2) Peran serta dalam kegiatan kelompok / masyarakat

Klien mengatakan tidak mengikuti kegiatan kelompok di kampungnya, saat di RSJ klien meninggalkan TAK dan Kegiatan Rehabilitasi dengan alasan capek.

3) Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain

Klien susah dalam berhubungan dengan orang lain. Klien hanya mau berinteraksi dengan orang lain ketika ditanya atau diajak komunikasi

Masalah Keperawatan : Hambatan interaksi social

d. Spiritual

1) Nilai dari keyakinan : klien mengatakan beragama islam

2) Kegiatan ibadah:Klien tidak pernah sholat ketika di rumah sakit.

Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan

6. Status mental

a. Penampilan

Klien menggunakan baju rumah sakit dengan rapi, rambut bersih dan kuku pendek.

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

b. Pembicaraan

Nada bicara klien pelan, respon untuk menjawab lama dan ngelantur/inkoheren

Masalah Keperawatan : Hambatan komunikasi verbal

c. Aktivitas motorik

Klien sering berada di tempat tidur dan jarang berinteraksi dengan pasien lain.

Masalah Keperawatan : Menarik Diri

d. Alam perasaan

Klien mengatakan ketakutan jika suara-suara itu muncul, klien sering terlihat menutupi telinganya dengan bantal atau tangannya.

Masalah Keperawatan : Ansietas

e. Afek

Afek klien labil, tiba-tiba klien tersenyum sendiri di sela-sela pembicaraan.

Masalah Keperawatan : Hambatan Komunikasi verbal

f. Interaksi selama wawancara

Bila diajak bicara kontak mata kurang dan terkadang klien tiba-tiba diam saat diajak bicara.

Masalah Keperawatan : Hambatan komunikasi verbal

g. Persepsi Halusinasi

Klien mengatakan mendengarkan suara lelaki yang memanggil-manggil namanya itu berkata (perkataan kotor) dan palsu, suara datang tiba-tiba saat dia melamun. klien merasa ketakutan dan klien mengatakan astaghfirullahaladzim ketika suara itu muncul.

Masalah Keperawatan : Gangguan persepsi sensori: halusinasi pendengaran

h. Proses pikir

Flight of ideas. Ketika diajak berbicara, topik pembicaraan klien berubah-ubah. Ketika ditanya klien menjawab berkali-kali dengan jawabanya yang berbeda.

Masalah Keperawatan : Gangguan Proses Pikir

i. Isi pikir

Tidak ditemukan gangguan isi pikir

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah

j. Tingkat kesadaran

Klien berbicara ngelantur dan pembicaraan sering berubah-ubah.

Masalah Keperawatan : Gangguan proses pikir.

k. Memori

Klien tidak dapat menceritakan masa lalunya dengaan benar karena perkataan klien sering berubah-ubah.

Masalah Keperawatan : Gangguan proses pikir

l. Tingkat konsentrasi dan berhitung

Konsentrasi klien mudah beralih, klien sering berpindah-pindah topik pembicaraan. Klien dapat menulis nama lengkap dan alamat rumah klien. Klien mampu membaca dan berhitung sederhana.

Masalah Keperawatan : Gangguan proses pikir

m. Kemampuan penilaian

Klien mengatakan terganggu dengan suara-suara yang didengarnya.

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

n. Daya tilik diri

Pasien mengetahui kalau sekarang dia di rumah sakit jiwa, klien mengaku disini untuk refresing.

Masalah Keperawatan : Gangguan proses pikir

7. Kebutuhan pulang

1) Kemampuan pasien memenuhi / menyediakan kebutuhan

Ketika tiba waktu makan, klien harus dijemput dan diarahkan oleh perawat ke meja makan untuk mengambil makanan

Masalah Keperawatan: Gangguan pemeliharaan kesehatan

2) Kegiatan hidup sehari-hari

a. Perawatan diri

Klien mandi, BAK, BAB dilakukan sendiri. Klien menggosok giginya setiap kali mandi. Kuku klien terlihat bersih.

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

b. Nutrisi

Klien mengatakan makan 3X sehari dan mendapatkan makanan ringan 2X sesuai menu rumah sakit. Nafsu makan klien baik. Klien memiliki alergi udang.

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

c. Tidur

Klien mengatakan tidak sulit untuk tidur, klien tidur siang, klien tidak tau tidur malam jam berapa, dan klien bangun jam 6 sehabis subuh. Klien terlihat menutup telinganya dengan tangan setiap kali tidur.

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

3) Kemampuan Klien

Klien tidak bisa mengantisipasi kegiatannya. Klien hanya mampu melaksanakan sesuai arahan petugas kesehatan pada saat minum obat klien tidak mampu mem. Klien tidak berinisiatif melakukan sendiri.

Masalah Keperawatan : Ketidakefektifan penatalaksanaan program terapeutik

4) Klien memiliki sistem pendukung

Klien memiliki sitem pendukung keluarga , klien dijenguk keluarga dan dibawakan pakaian ganti serta makanan ringan.

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

5) Apakah klien menikmati saat bekerja yang menghasilkan atau hobi

Klien mengatakan suka bermain bulu tangkis dengan adik lelakinya.

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

8. Mekanisme koping

Adaptif

a. Bicara dengan orang lain: tidak

b. Mampu menyelesaikan masalah: tidak

c. Teknik relokasi: tidak

d. Aktifitas konstruktif: tidak

e. Olahraga: tidak

f. Lainnya: tidak

Maladaptif

a. Minum alkohol: tidak

b. Reaksi lambat / berlebihan: iya

c. Bekerja berlebihan: tidak

d. Menghindar: tidak

e. Menciderai diri: tidak

f. Lainnya: tidak

Masalah Keperawatan: Koping individu tidak efektif

9. Masalah psikososial dan lingkungan

a. Masalah dengan dukungan kelompok,

Spesifik klien mendapat dukungan dari keluarga, keluarga klien sekali menjenguk klien..

b. Masalah berhubungan dengan lingkungan,

Spesifik klien acuh dengan lingkungan sekitarnya, klien lebih sering menyendiri dan bermalas-malasan di tempat tidur dan kurang berinteraksi dengan klien lain.

c. Masalah dengan pendidikan,

Spesifik klien lulusan SMA, klien tidak pernah tidak naik kelas.

d. Masalah dengan pekerjaan,

Spesifik klien tidak bekerja, klien hanya membantu ibunya bersih-bersih rumah.

e. Masalah dengan perumahan,

Spesifik klien tinggal bersama ayah, ibu dan adik lelaki klien.

f. Masalah dengan ekonomi,

Spesifik kebutuhan klien ditanggung oleh keluarganya.

g. Masalah dengan pelayanan kesehatan,

Spesifik klien mampu mengikuti apa yang diarahkan oleh petugas kesehatan, seperti mandi, senam, makan, minum obat dll.

h. Masalah lainnya, spesifik tidak ada

Masalah Keperawatan : Ketidakmampuan

10. Data lain-lain

Tanggal : 10 Januari 2015 , Hasil Laboratorium

Parameter

Hasil

Unit

Normal Range

CBL :

WBC

RBC

HGB

HCT

MCV

MCH

MCHC

PLT

RDW

PDW

MPV

P-LCR

8,0

4,88

12,7

38,7

79,3

26,0

32,8

345

13,1

10,4

8,7

15,5

103/uL

106/uL

g/dl

%

fL

pg

g/dl

103/uL

%

fL

fL

%

4.8 - 10.8

4.2 - 6.1

12 - 18

37 - 52

79 - 99

27 - 31

33 - 37

150 - 450

11.5 - 14.5

9 - 17

9 - 13

13 - 43

DEFERENTAL :

NEUT%

LYMPH

MXD%

NEUT#

LYMPH#

MXD#

LED

59

31

10

4,7

2,5

0,8

42-67

%

%

%

103/uL

103/uL

103/uL

mm/jam

50 - 70

25 - 40

25 - 30

2 - 7.7

0.8 - 4

2 - 7.7

11. Aspek medik

Diagnosis medik: Skizofrenia Hebefrenik

Terapi medik:

a. Clozapine2x25 mg 1-0-1

b. Trihexyphenidyl 2x25mg 1-0-1

c. Triflourophenidine 2x5 mg 1-0-1

12. Daftar Masalah Keperawatan

a. Ketidakefektifan program pengobatan

b. Ketidakefektifan koping keluarga: penurunan

c. Gangguan konsep diri

d. Hambatan komunikasi verbal

e. Hambatan interaksi social : menarik diri

f. Ketidakmampuan

g. Gangguan Proses Pikir

h. Ancietas

i. Gangguan persepsi sensori: halusinasi pendengaran

j. Gangguan pemeliharaan kesehatan

k. Ketidakefektifan program terapeutik

l. Koping individu tidak efektif

m. Kurang pengetahuan

13. Daftar diagnosis keperawatan

Gangguan persepsi sensori : Halusinasi Pendengaran

ANALISA DATA SINTESA

Nama : Ny.C

NIRM: 02-77-XX

Ruangan: Puri Mitra RSJ Menur

Tgl

Data

Etiologi

Masalah

TTD

13-01-2015

DS :

Klien mengatakan mendengar suara lelaki yang memanggil namanya berkata JK dan palsu.

Suara tersebut datang tiba-tiba ketika dia melamun

Klien merasa terganggu dan ketakutan dengan suara itu.

Klien mengatakan astaghfirullahaladzim saat suara itu muncul.

DO :

Klien sering tersenyum sendiri disela lamunan ataupun pembicaraannya.

Klien terlihat sering malas-malasan dikasur dengan menutup telinganya dengan tangan atau bantal.

Gangguan persepsi sensori : Halusinasi Pendengaran

Pohon Masalah

Risiko mencederai diri sendiri ( Akibat

Gangguan persepsi sensori : Halusinasi penglihatan / pendengaran ( CP

Isolasi sosial : Menarik diri ( Etiologi

Gangguan konsep diri: Harga diri rendah

I

B

P

I

P

B

25