materi pembahasan

42
BAB I PENDAHULUAN Negara Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang. Seiring dengan naiknya pendapatan perkapita penduduk Indonesia, meningkat pula kebutuhan akan protein hewani. Masyarakat semakin menyadari akan pentingnya protein hewani bagi pertumbuhan jaringan tubuh. Salah satu sumber protein adalah daging ayam broiler. Ditinjau dari nilai gizinya, daging ayam broiler tidak kalah dibandingkan dengan daging dari ternak lain. Selain itu daging ayam broiler mudah didapatkan dan harganya relatif murah, karena pemeliharaan ayam broiler relatif singkat yaitu 35 hari. Meskipun tingkat konsumsi daging ayam masyarakat Indonesia sudah tinggi, namun belum diiringi dengan kenaikan populasi dan produksi ayam broiler itu sendiri. Hal ini disebabkan karena manajemen pemeliharaan yang belum baik dan efektif. Hanya sebagian kecil dari peternakan rakyat yang sudah menerapkan manajemen pemeliharaan yang sesuai dan diikuti dengan penerapan teknologi. Ini merupakan salah satu hambatan dalam peningkatan populasi ayam broiler. Padahal jika kita lihat, Indonesia memiliki kondisi lingkungan yang baik untuk pengembangan ayam broiler, terutama temperature luar yang lebih rendah dibandingkan dengan temperature tubuh ayam. Sehingga peluang pemeliharaan ayam broiler di Indonesia masih sangat terbuka lebar. Melalui praktikum Manajemen Ternak Unggas ini, diharapkan akan diketahui cara pemeliharaan ayam mulai dari DOC sampai finisher, peralatan yang digunakan, pemberian pakan, vaksinasi dan sistem perkandangan sehingga pada akhirnya dapat diterapkan di lapangan.

Upload: hudansyailendra

Post on 25-Jul-2015

303 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: Materi pembahasan

BAB I

PENDAHULUAN

 

 

Negara Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang. Seiring dengan naiknya pendapatan perkapita penduduk Indonesia, meningkat pula kebutuhan akan protein hewani. Masyarakat semakin menyadari akan pentingnya protein hewani bagi pertumbuhan jaringan tubuh.

Salah satu sumber protein adalah daging ayam broiler. Ditinjau dari nilai gizinya, daging ayam broiler tidak kalah dibandingkan dengan daging dari ternak lain. Selain itu daging ayam broiler mudah didapatkan dan harganya relatif murah, karena pemeliharaan ayam broiler relatif singkat yaitu 35 hari.

Meskipun tingkat konsumsi daging ayam masyarakat Indonesia sudah tinggi, namun belum diiringi dengan kenaikan populasi dan produksi ayam broiler itu sendiri. Hal ini disebabkan karena manajemen pemeliharaan yang belum baik dan efektif. Hanya sebagian kecil dari peternakan rakyat yang sudah menerapkan manajemen pemeliharaan yang sesuai dan diikuti dengan penerapan teknologi. Ini merupakan salah satu hambatan dalam peningkatan populasi ayam broiler. Padahal jika kita lihat, Indonesia memiliki kondisi lingkungan yang baik untuk pengembangan ayam broiler, terutama temperature luar yang lebih rendah dibandingkan dengan temperature tubuh ayam. Sehingga peluang pemeliharaan ayam broiler di Indonesia masih sangat terbuka lebar.

Melalui praktikum Manajemen Ternak Unggas ini, diharapkan akan diketahui cara pemeliharaan ayam mulai dari DOC sampai finisher, peralatan yang digunakan, pemberian pakan, vaksinasi dan sistem perkandangan sehingga pada akhirnya dapat diterapkan di lapangan.

 

 

 

 

 

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

 

 

Page 2: Materi pembahasan

Ayam Broiler

 

Ayam broiler merupakan  hasil teknologi yang memiliki karakteristik ekonomis, pertumbuhan yang cepat sebagai penghasil daging, konversi pakan rendah, dipanen cepat karena pertumbuhannya yang cepat, dan sebagai penghasil daging dengan serat lunak (Murtidjo, 1987). Menurut North (1984) pertambahan berat badan yang ideal adalah 400 gram per minggu untuk jantan dan untuk betina 300 gram per minggu.

Untuk mendapatkan bobot badan yang sesuai  dengan yang dikehendaki pada waktu yang tepat, maka perlu diperhatikan pakan yang ttepat. Kandungan energi pakan yang tepat dengan kebutuhan ayam dapat mempengaruhi konsumsi pakannya, dan ayam jantan memerlukan energi yang lebih banyak daripada betina, sehingga ayam jantan mengkonsumsi pakan lebih banyak, (Anggorodi, 1985). Hal-hal yang terus diperhatikan dalam pemeliharaan ayam broiler antara lain perkandangan, pemilihan bibit, manajemen pakan, sanitasi dan kesehatan, recording dan pemasaran. Banyak kendala yang akan muncul apabila kebutuhan ayam tidak terpenuhi, antara lain penyakit yang dapat menimbulkan kematian, dan bila ayam dipanen lebih dari 8 minggu akan menimbulkan kerugian karena pemberian pakan sudah tidak efisien dibandingkan kenaikkan / penambahan berat badan, sehingga akan menambah biaya produksi (Anonimus, 1987)

 

Perkandangan

 

Kandang merupakan unsur penting dalam usaha peternakan ayam. Kandang dipergunakan mulai dari awal hingga masa berproduksi. Pada prinsipnya, kandang yang baik adalah kandang yang sederhana, biaya pembuatan murah, dan memenuhi persyaratan teknis (Martono, 1996). Hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan kandang adalah: bentuk kandang dan kondisi tempat yang tersedia, keadaan tanah yang akan dipergunakan, biaya yang tersedia dan bahannya. Sedangkan fungsi kandang antara lain: untuk berlindung dari panas dan hujan, dan untuk mempermudah tata laksana dan untuk melindungi bahaya atau gangguan dari luar (predator).

 

Lokasi kandang

            Kandang yang baik yang sesuai untuk peternakan ayam harus terletak di lokasi yang lebih tinggi dari tempat sekitarnya, arah kandang menghadap ke barat-timur, dan ipisahkan dari percampuran orang, predator maupun unggas lain. (Martono, 1996)

 

Konstruksi kandang

Page 3: Materi pembahasan

            Menurut Martono (1996) konstruksi kandang yang baik terdiri dari beberapa bagian, yaitu:

            Atap. Atap kandang diusahakan menggunakan genting, karena tidak mudah menyerap panas yang bisa mengakibatkan temperatur di dalam kandang menjadi tinggi. Kemudian bentuk atap yang biasa digunakanadalah atap muka dua dengan lubang angin (=sistem monitor) dan atap tunggal denga lubang udara (sistem semi monitor).

            Dinding. Dinding kandang biasa dibuat dengan menggunakan bahan bambu, dan atau kawat. Celah celah pada dinding kandang hendaknya tidak dapat diterobos binatang pengganggu maupun predator.

            Ventilasi. Ventilasi disin diusahakan dibuat sebaik mungkin, sehingga akan terjadi perputaran udara di kandang, yaitu udara kotor didalam kandang akan keluar dengan mudah, dan digantikan dengan udara segar dari luar kandang.

            Cahaya matahari. Hal ini juga diusahakan, karena cahaya matahari dapat menghambat pertumbuhan bibit penyakit, dan merupakan provitamin D.

 

 

 

Tipe Kandang

            Bentuk kandang sebemnarnya dapat dibangun sesuai selera dan kebutuhan peternak.menurut Martono (1996) kandang yang biasa dipergunakan antara lain:

            Ren. Kandang yang mempunyai halaman pengumbaran sehingga ayam dapat bergerak dengan bebas. Sistem kandang ini mempunyai dua bagian, yaitu bagian kandang utama dan umbaran. Keuntungan sistem ren adalah ayam akan mendapat cahaya matahari lebih, dan ayam bisa mendapatkan tambahan pakan dari bagian umbaran. Kerugiannya antara lain penyakit akan dapat menyebar secara cepat dan ayam yang produktif dan yang kurang produktif sulit dibedakan.

            Cage. Bangunan kandang berbentuk sangkar berderet menyerupai batere dan alasnya dibuat berlubang (bercelah). Keuntungan sistem ini adalah tingkat produksi individual dan kesehatan masing-masing terkontrol, memudahkan tata laksana, penyebaran penyakit tidak mudah. Kelemahan sistem ini adalahbiaya pembuatan semakin tinggi, ayam dapat kekurangan mineral, sering banyak lalat.

            Litter. Merupakan kandang yang menggunakan litter sebagai alas kandang.Keuntungan sistem ini adalah biaya relatif rendah,menghilangkan bau kotoran,jika litter kering,pembuangan kotoran lebih mudah.Kekurangannya adalah penyeberan penyakit lebih mudah ,pengawasan kesehatan lewat kotoran sulit diamati.

            Panggung.Sistem ini biasanya dibuat diatas kolam ikan Bahan yang biasa digunakan untuk alas lantai adalah bambu yang dipasang secara berderet agar ayam tidak

Page 4: Materi pembahasan

terperosok.Kelebihannya adalah sisa pakan dapat dimanfaatkan sebagai pakan ikan,penyebaran penyakit relatif rendah.Kekurangannya jika jarak pemasangan bambu unutk alas terlalu lebar,akan dapat mengakibatkan ayam terperosok,biaya pembuatan relatif mahal.

 

Tipe Atap Kandang

            Atap kandang merupakan komponen kandang yang penting,karena atap kandang akan melindungiternak dari panas dan hujan.Tipe-tipe kandang menurut Martono  (1996) antara lain:

            Monitor. Tipe monitor yaitu atap kandang yang terdiri dari sisi pada bagian puncaknya.

            Shade. Atap kandang yang hanya memiliki satu sisi dan digunakan pada kandang sempit

            Saw thoth. Atap kandang yang terdiri atas beberapa sisi yang terputus dan membentuk celah sebagai ventilasi.

            Gable. Atap yang terdiri atas duia sisi dan tidak terdapat lubang diatasnya.

 

            Kemudian kepadatan kandang yang baik (populasi) per meter persegi menurut Martono (1996) adalah seperti tercantum dalam label berikut:

Tabel 1.  Kepadatan kandang pada ayam

Minggu ke- Jumlah ayam / m21 30-50 ekor2 20-25 ekor3 10-20 ekor4 10 ekor5 8-10 ekor6 6-8 ekor

 

 

 

Pakan

 

            Nutrisi atau bahan makanan adalah segala sesuatu yang dapat dimakan, disukai, dan tidak membahayakan ternak (Tillman et.al., 1984). Selanjutnya dikatakan bahwa bahan

Page 5: Materi pembahasan

makanan dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu bahan makanan yang berasal dari hewan dan tumbuh-tumbuhan.

            Harga pakan untuk ayam broiler adalah 65 – 85% dari biaya produksi. Dan pakan yang diberikan pada yam broiler merupakan pakan ternak dengan rasio yang lengkap. Pakan broiler pada umumnya diberikan dalam bentuk crumble untuk fase starter dan pellet untuk periode pertumbuhan (grower) (Parkhurst, et al., 1987).

Kandungan zat-zat ransum dalam produksi broiler bersifat kritis. Ransum itu harus menyediakan semua makanan yang penting untuk pertumbuhan yang cepat dan adalah biasa untuk menambahkan antibiotika dan mungkin bahan-bahan tambahan lainnya (Payne et al., 1993)

Pada pemeliharaan ayam broiler, Anggorodi (1985), mengemukakan bahwa sumber energi pakan dapat berasal dari karbohidrat, lemak, dan protein. Energi yang dikonsumsi dari ransum dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan kerja, mampu diubah menjadi energi panas, dan dapat disimpan sebagi lemak tubuh. Semakin tinggi energi ransum, semakin rendah konsumsi pakannya, karena ayam makan untuk memenuhi kebutuhan energinya. Ayam Broiler untuk keperluan hidupnya memerlukan zat makanan seperti karbohidrat, lemak, mineral, protein, vitamin, dan air.

            Karbohidrat disamping merupakan kebutuhan pokok untuk hidup, juga untuk pertumbuhan daging. Kebutuhan energi untuk ayam broiler adalah 2800 – 3200 kcal/kg (NRC, 1984).

            Protein mempunyai manfaat yang sangat penting untuk membangun dan membentuk jaringan tubuh, pembentukkan enzim, reproduksi, dan dapat diubah menjadi energi bila pada tubuh ayam terjadi kekurangan energi. Kebutuhan protein tergantung pada umur ayam, tingkat pertumbuhan , iklim, dan penyakit. Anak ayam mulai menetas (DOC) sampai umur 6-7 minggu diberikan ransum mengandung protein 20 – 21%, sedangkan setelah itu 17 – 18%.   Vitamin berfungsi antara lain melancarkan proses kehidupan di dlam alat-alat tubuh seperti pencernaan, pembentukkan tulang, perumbuhan, dan memberikan daya tahan tubuh terhadap penyakit atau infeksi (Anonimous, 1984). Vitamin dibedakan menjadi dua yaitu vitamin yang larut dalam lemak yaitu A, D, E, dan K serta vitamin yang larut dalam air yaitu vitamin B1, B, B6, C, dan asam penthathenat.

            Mineral yang dibutuhkan oleh ayam broiler adalah Ca, P, K, Cl, dan Mn. Sumber mineral (C, O, dan P) antara lain tepung tulang, kapur karang, kapur, dan lain-lain.

            Air sangat penting bagi tubuh ayam, maka air harus tersedia terus-menerus sepanjang hari. Kebutuhan air minum akan lebih banyak dengan bertambahnya umur ayam (Anggorodi, 1985). Air merupakan komponen zat gizi, pemberiannya secara khusus dipisahkan dari pakan walaupun pakan itu sendiri masih mempunyai kadar air tertentu.

            Fungsi air untuk pengangkutan zat-zat makanan dalam tubuh, pembuangan sisa, dan pengaturan suhu. Menurut Anonimous (1984), air menduduki proporsi 55% sampai 75% dari berat badan.

Page 6: Materi pembahasan

            Menurut North (1984), metode pemberian pakan yang dibatasi disesuai dengan kebutuhan yang diperlukan setiap harinya. Metode ini tidak cocok untu ayam broiler karena akan mengurangi pertambahan berat badan dan efisiensi pakan.

            Menurut Sidadolog (1999), pembatasan pakan secara kualitatif, pada ayam tetap diberi pakan secara adlibitum, tetapi kualitas pakan yang diberikan dibatasi sesuai dengan kebutuhannya yaitu dengan beberapa metode pemberian pakan yang kaya dengan serat kasar, penambahan tepung daun, dan bekatul sehingga pakan tersebut menjadi bulky.

 

Page 7: Materi pembahasan

Manajemen Pemeliharaan

 

Persiapan Ternak Broiler

            Persiapan yang baik merupakan modal pertama yang harus dimiliki sebelum mendatangkan bibit ayam broiler yang akan dipelihara. Tersedianya saran yang lengkap akan memudahkan dalam pengelolaan secara baik dan sempurna. Persiapan yang diperlukan antara lain yaitu tersedianya boks atau kandang DOC, boks ini diletakkan di atas lantai kandang, tirai plastik dipasang pada keempat sisi boks, lampu pemanas digantung 15 cm dari lantai boks, termometer untuk mengontrol panas bisa digantung atau diikat pada kandang (Murtidjo, 1987).

            Pemeliharaan saat DOC tiba merupakan awal dari pemeliharaan selanjutnya. DOC yang baru datang biasanya mengalami stress dan kemunduran kondisi. Oleh karena itu, pemberian air minum dilakukan setelah DOC beristirahat kira-kira 2-3 jam. Air minum yang diberikan pertama kali biasanya diberi tambahan gula jawa sebagai suplay energi. Pemberian air harus ad libitum dan ditempatkan secara merata disekitar sumber pemanas. Kandang DOC harus diberi pemanas karena pada umumnya sistem kekebalan tubuh DOC belum stabil dalam fungsinya. Pada keesokan harinya, air minum di tambah suplemen (vitamin) (Ginsono, 1986).

Ginsono (1986) menambahkan ransum pakan yang diberikan untuk DOC harus mengandung kadar protein 23% dan metabolisme energi (ME) 2000-3000 kcal.

 

Pemeliharaan Minggu Pertama

            Pemeliharaan minggu pertama memerlukan pengawasan yang khusus karena di dlam periode ini, DOC sedang mengalami tahap penyesuaian dengan tempat yang baru. Pemeliharaan DOC umur 1 minggu dengan cara: DOC yang barudibeli satu-persatu dipindahkan ke kandang yang sudah terdapat lampu sebagai pemanas. Jangan diberi minum atau pakan lebih dahulu, dibiarkan selama 25 menit untuk mengenali lingkungan yang baru. Selanjutnya dapat diberikan air minum dicampur gula pasir dengan perbandingan 20 gram gula pasir dicampur 4 liter air putih untuk 100 ekor DOC. Gunakan tempat minum tabung ukuran 1 liter. Peranannya sangat penting untuk pengembalian kondisi DOC selama perjalanan. Pada hari kedua air minum dicampur dengan antibiotik, dan pada hari keempat diberi vaksin ND (Murtidjo, 1987).

 

Pemeliharaan Minggu Kedua

            Pemeliharaan minggu kedua, meskipun masih memerlukan pengawasan, namun lebih ringan dibandingkan pada minggu pertama. Pemanas masih diperlukan. Tirai plastik salah satu kandang bisa dibuka untuk memperlancar sirkulasi udara. Pemanas bisa diturunkan

Page 8: Materi pembahasan

hingga suhu 320C dengan cra meninggikan lampu pemanas. Penambahan  jatah pakan dan air minum. Ayam memerlukan pakan 33 gr/ekor.

 

Pemeliharaan Minggu Ketiga

            Pemeliharaan minggu ketiga masih memerlukan pemanas. Ayam sudah lincah dan nafsu makan tinggi. Selain itu pertumbuhan bulu sudah cukup baik sehingga tirai plastik penutup sisi boks dapat dibuka. Temperatur diturunkan sehingga 290C. penambahan jatah makan dan minum. Pakan dibutuhkan sebanyak 48 gram/ekor. Air minum dicampur antibiotik dan pada minggu dilakukan vaksinasi ND II (Murtidjo, 1987).

 

Pemeliharaan Minggu Keempat

            Pada minggu keempat, bulu sudah lebat sehingga sudah tidak membutuhkan pemanas lagi`. Dilakukan penambahan jatah makan dan minum, yaitu jatah makan sebesar 65 gram/ekor. Nafsu makan baik, jatah yang diberikan tidak tersisa. Pada malam hari tidak usah diberi penerang, tetapi jika pakan yang diberikan tidak habis, dianjurkan untuk diberi penerangan. Penerangan dihentikan jika jatah ransum sudah habis (Murtidjo, 1987).

Pemeliharaan Minggu Kelima

            Pada minggu kelima dilakukan penambahan jatah makan dan minum. Ayam diberi pakan 88 gram/ekor. Air minum ditambah dengan obat cacing untuk menyiapkan periode pertumbuhan yang cepat. Obat cacing cukup diberikan sekali saja dengan dosis sesuai anjuran penggunaan merk obat ccing yang dibeli (Murtidjo, 1987).

 

Pemeliharaan Minggu Keenam

            Pada pemeliharaan minggu keenam, pengawasan yang berkaitan dengan performan ayam broiler mulai dilakukan khususnya bagi ayam yang akan dipasarkan pada akhir minggu keenam, sehingga dengan pengawasan rutin dan program yang baik bisa dicapi berat badan optimal. Selain itu perlu dilaksanakan program penerangan tambahan pada malam hari. Dilakukan penambahan jatah makan dan minum yaitu jatah makan 117 gram/ekor. Program penambahan penerangan pada malam hari dilakukan mulai pukul 02.00 – 06.00 dengan intensitas cahaya 30 watt/20m2 luas kandang. Sebelum ayam dikeluarkan, alat-alat kandang dikeluarkan terlebih dahulu. Penanggkapan ayam hendaknya dilakukan pada malam hari. Penangkapan dilakukan dengan bantuan penerangan lampu pijar warna biru/hijau. Hindarkan perlakuakn kasar, ambil satu-persatu, dan pegang kakinya. Tempat untuk ayam hasil penangkapan dianjutkan keranjang yang bertepi bulat. Isilah keranjang sesuai kapasitas dan jangan terlalu padat (Murtidjo, 1987).

 

 

Page 9: Materi pembahasan

Penampilan Produksi

 

Feed Intake

Konsumsi pakan adalah banyaknya pakan yang dapat dimakan pada waktu tertentu. Ayam mengkonsumsi pakan dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan energinya ( Wahyu, 1988 ). Konsumsi pakan ayam tergantung dari beberapa faktor yaitu : besar  tubuh ayam ( jenis galur ), keaktifan badannya sehari –hari, suhu atau temperatur di dalam dan disekitar kandang, kualitas dan kuantitas pakan yang diberikan pada ayam pedaging itu, dan cara pengelolaan yang dipraktekkan sehari – hari untuk memelihara ayam pedaging itu ( Siregar et al., 1981 ). Selain itu ayam pedaging cenderung untuk meningkatkan jumlah konsumsi pakan yang berenergi rendah ( Suprawiro et al., 1981 ).

Tingkat konsumsi pakan pada ayam cenderung dipengaruhi oleh tingkat energi pakan, maka kandungan nutrien dalam pakan perlu disesuaikan dengan tingkat energi dan protein. Asam –asam amino pakan hanya digunakan secara efektif jika tingkat energinya cukup ( Scott et al., 1982 ).

NRC ( 1984 ) merekomendasikan bahwa kwbutuhan energi ayam broiler adalah 3200 kcal ME / kg dengan protein kasar 20 % untuk ayam umur 3 –6 minggu. Sedangkan Wahyu ( 1988 ) menyatakan bahwa konsumsi pakan komulatif pada minggu 3 – 6 berturut – turut adalah : 783.9; 1416.5; 2165.4 dan 3030 gram / ekor. Sedang standart konsumsi pakan menurut NRC ( 1984 ) sebanyak 3000 gram / ekor per minggu selama pertumbuhan 0 – 6 minggu.

 

Feed Convertion Ratio

Konversi pakan atau feed convertion ratio ( FCR ) adalah perbandingan antara jumlah pakan ( kg ) yang dikonsumsi dengan berat hidup ( kg ) sampai ayam itu dijual ( Siregar dkk., 1980 ). Sehingga semakin kecil angka konversi pakan menunjukkan semakin baik efisiensi penggunaan pakan. Bila ngka perbandingan kecil berarti kenaikan berat badan memuaskan atau ayam makan tidak terlalu banyak untuk meningkatkan berat badannya ( North, 1984 ).

Anggorodi ( 1985 ) menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi besar kecilnya konversi pakan meliputi daya cerna ternak, kualitas pakan yang dikonsumsi, serta keserasian nilai nutrien yang dikandung pakan tersebut.

Togatrop ( 1991 ) mengatakan bahwa konversi pakan ayam broiler yang mendapat pakan mengandung tingkat protein kasar 20 % dan 22 % serta energi 3.200 kcal ME / kg dan 3.400 kcal ME / kg berturut – turut adalah 2,264; 2,193; 2,219 dan 2,174. Menurut laporan Amrullah dkk ( 1986 ) dengan perlakuan protein kasar 20,59 % dan energi 2.897,4 kcal ME/ kg didapat konversi pakan sebesar 2,76 ± 0,23.

 

Gain / Pertumbuhan

Page 10: Materi pembahasan

Pertumbuhan adalah proses pertambahan berat hidup sejak pembuahan dan lahir hingga mencapai berat dan ukuran dewasa. Pertumbuhan merupakan hasil interaksi antara bibit, ransum dan tata laksana yang baik untuk menjamin suksesnya setiap usaha peternakan ayam broiler ( Siregar et al., 1980 ).

Pada dasarnya pertumbuhan yang timbuk itu sebenarnya merupakan manifestasi dari perubahan – perubahan yang erjadi dalam sel yang mengalami proses – proses “hiperplasi” atau pertambahan jumlah yang selanjutnya diikuti dengan proses “ hypertrophy “ atau pembesaran ukuran dari pada sel tersebut ( Williams, 1982 ).

Dari banyak faktor yang dapat mempengaruhi cepat lambatnya proses pertumbuhan itu terjadi, banyak peneliti menyebutkan bahwa pertumbuhan ataupun pertambahan berat badan itu adalah merupakan interaksi antara potensi genetik ( breed ) dengan dfaktor lingkungan ( Williams, 1982 ).

Anggorodi ( 1980 ) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan pertumbuhan murni adalah termasuk pertambahan bentuk dan berat dari jaringan – jaringan bangunan seperti urat daging, jantung, otak dan  semua jaringan tubuh lainnya kecuali lemak. Biasanya pertumbuhan badan dinyatakan dengan pengukuran kenaikan berat badan tiap hari, tiap minggu atau tiap waktu lainnya ( Tilman et al., 1983 ).

Pertumbuhan hewan ditentukan oleh takaran makanannnya,bila takaran makanannya tinggi maka pertumbuhannya juga cepat dan hewan akan mencapai suatu berat badan tertentu pada umur muda ( Tilman et al., 1983 ).

Perbedaan kecepatan pertumbuhan organ sesuai dengan fungsi organ tersebut, organ yang dibutuhkan untuk kehidupan berkembang lebih dahulu, sedangkan organ yang berfungsi untuk produksi berkembang lebih lambat ( Hammond et al., 1983 ). Hal ini diperkuat hasil penelitian Sammer dan Lesson ( 1980 ) bahwa berdasar persentase bobot hati, jantung dan empedal terhadap bobot tubuh ayam broiler menunjukkan perkembangan cepat sejak menetas sampai umur 7 hari, kemudian menurun terus sampai umur potong yaitu 47 hari. Alat –alat reproduksi, tulang, otot dan lemak berkembang lebih lambat dibandingkan perkembangan hati, jantung dan empedal ( Soeparno, 1982 ).

Faktor – faktor yang mempengaruhi pertumbuhan adalah genetik, jenis kelamin dan hormon ( Williams, 1982 ).

Tahapan pertumbuhan hewan akan membentuk kurva sigmoid ( Anggorodi, 1984 ). Pada awal pertumbuhan lambat, kemudian berkembang lebih cepat dan akhirnya perlahan lagi menjelang dewasa tubuh ( Mc Donald et al., 1984 ). Tilman et al. ( 1984 ) menyatakan bahwa pertumbuhan anak ayam sampai dewasa dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu pakan, genetik, cara pameliharaan, lingkungan dan penyakit, dikatakan pula bahwa hewan yang sedang tumbuh memerlukan pakan yang lebih banyak mengandung protein dengan kualitas yang baik dan banyak mengandung gizi yang mudah dicerna serta cukup mineral Ca, P dan vitamin yang dibutuhkan.

 

 

Page 11: Materi pembahasan

Vaksinasi dan Pencegahan Penyakit

 

Vaksinasi

Vaksinasi adalah preparat yang mengandung mikroorganisme kidup tetapi  non aktif. Bila diberikan pada ternak, tidak akan menimbulakan penyakit, tapi merangsang kekebalan tubuh untuk membentuk antibodi yang sesuai dengan mikroorganisme ( Yuwono, 1992).

Tujuan vaksinasi adalah mengusahakan kekebalan tubuh secara efektif terhadap ayam yang ada untuk jangka waktu tertentu.Agar vaksinasi berhasi dengan baik, dalam melakukan vaksinasi perlu diperhatikan hal – hal berikut : ayam yang divaksin adalah ayam yang sehat saja. Apabila pelaksanaan vaksin melalui air minum, maka tempat minum harus dicuci lebih dahulu tetapi tidak boleh memakai desinfektan, detergent, dan sabun. Air minum yang digunakan untuk bermacam – macam vaksin hendaknya tidak mengandung chloor atau zat –zat lain yang dapat mematikan virus. Oleh karena itu agar vaksinasi ini aman, dianjurkan mamakai air sumur, aquadest, air hujan, tapi jangan memakai air ledeng ( Yuwono, 1992 ).

 

Pencegahan penyakit

Unggas yang telah diberi pakan dengan baik dan dikelola dan divaksinasi terhadap penyakit – penyakit lokal terkenal biasanya tetap sehat. Penekanan haruslah pada pencegahan penyakit, tetapi jika ada suatu penyakit, unggas – unggas yang sakit harus dipisahkan dari unggas – unggas yang sehat. Tindakan – tindakan kebersihan ( sanitasi ) yang ketat harus dilakukan dalam semua kandang dan seorang petugas dokter hewan atau penyuluh harus diberitahukan dengan segera ( Williamson dan Payne, 1993 ).

Mikroplasmolisis ( CRD atau Chronic Respiratory Disease ). Menurut Blakely ( 1991 ), perlakuan terhadap telur – telur yang menetas dengan menggunakan antibiotik talah terbukti berhasil mematahkan penyebaran penyakit secara vertikal. Selanjutnya isolasi dan sanitasi yang baik untuk mendapatkan kelompok – kelompok ayam yang bebas mikroplasma, mirip dengan SPF ( Spesifik Pathogen Free ) pada babi, telah terbukti dapat mencegah penyebaran horisontal ( Blakely, 1991 ).

Penyakit Infectious Bronchitis. Menurut Blakely ( 1991 ) pengendalian penyakit ini dapat dilakukan melalui vaksinasi dengan mengguinakan suatu vaksin yang dapat dilaksanakan secara masal dengan memasukkan ke dalam air minum.

Penyakit Newcastle. Pengendalian penyaklit Newcastle terutama dilakukan melalui inokulasi ( Blakely, 1992 ). Vaksin bisa digunakan dalam air minum, atau disemprotkan untuk suatu kelompok ayam, melalui inokulasi pada selaput sayap, atau melalui metoda – metoda langsung yang lain ( Blakely, 1991 ).

Menurut Williamson dan Payne ( 1993 ), vaksinasi pertama bisa dilakukan pada umur 8 minggu ketika anak –anak ayam meninggalkan kandang indukan. Vaksin diinjeksikan dibawah kulit leher pada dosis 1 ml / ekor/ unggas.

Page 12: Materi pembahasan

Penyakit Laryngotrachitis. Blakely ( 1991 ) menyarankan agar unggas yang sudah sembuh dikeluarkan dan stock yang baru divaksinasi pada waktu dimasukkan ke dalam kelompok untuk produksi. Unggas lama yang sudah menderita laryngotracheitis harus disingkirkan meskipun nampaknya normal. Oleh karena itu tidak disarankan vaksinasi rutin untuk laryngotrachietis kecuali kalau dikandang tersebut ada masalah penyakit itu sebelumnya.

Penyakit Infectious Coryza. Pengobatan yang paling efektif menggunakan obat seperti misalnya Sulfathiazole dalam pakan atau pemberian injeksi streptomycin. Pemisahan unggas yang terserang, penyingkiran ayam betina tua pada akhir tahun, dan suatu pemeliharaan dengan isolasi yang terkontrol dan lingkungan yang bersih, merupakan kunci untuk mencegah penyakit ini ( Blakely, 1991 ).

Aspergillosis. Pencegahan dilakukan dengan menjaga makanan dan alas ( litter ) agar tetap rendah kandungan uap airnya hingga pertumbuhan jamur dapat dicegah ( Blakely, 1991 ).

Penyakit Marek’s ( Range Paralysis ). Vaksin tersedia untuk mengembangkan kekebalan tubuh terhadap penyakit ini pada unggas, dan beberapa stain telah pula diseleksi ketahanan alamiyahnya terhadap penyakit Marek’s ( Blakely, 1991 ).

Penyakit Infeksi Bursal ( Penyakit Gumboro ). Di daerah –daerah dimana penyakit ini diketahui menjadi maslah, tersedia vaksinasi komersial untuk mengendalikannya ( Blakely, 1991 ).

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB III

KEGIATAN PRAKTIKUM

 

 

Page 13: Materi pembahasan

Praktikum Manajemen Ternak Unggas dilaksanakan dengan kegiatan memelihara ayam broiler sejak DOC  sampai siap dipasarkan. Sebelum DOC masuk, kandang dibersihkan dari semua kotoran baik didalam kandang maupun diluar kandang. Kandang, yang digunakan praktikan adalah kandang model panggung. Tirai berupa kertas koran dipasang disekeliling kandang sampai rapat  kecuali di bagian atas. Alas lantai panggung diberi koran sebanyak tiga lapis agar DOC terlindung dari udara langsung terutama dimalam hari dan agar DOC tidak terperosok. Kandang disemprot dengan disinfektan dan diistirahatkan selama 2 hari. Satu hari sebelum DOC masuk, pemanas harus sudah terpasang. Pemanas menggunakan lampu 25 wattt.

Praktikum pemeliharaan ayam broiler dilaksanakan selama 5 minggu ( 35 hari ). Strain ayam yang digunakan adalah Arbor Acres, yang diusahakan oleh PT Charoen Pokphan dengan kode CP 707 sebanyak 10 ekor. DOC ditimbang untuk mengetahui berat awalnya dan kemudian diberi nomor 171 – 180. DOC diberi air minum yang diberi gula ( 5-8 % ) untuk mengganti energi yang hilang selama transportasi.

 

Minggu I

Pemeliharaan ayam fase starter dimulai dari ayam umur 1 hari ( DOC ) sampai umur 4 minggu. Minggu I pakan diberikan sebanyak 25 gram / ekor / hari. Jenis pakan adalah BR I. Pakan diberikan dua kali pada pagi dan sore hari yang diletakkan diatas tempat pakan yang berbentuk nampan. Air minum merupakan larutan gula yang diberikan  secara adlibitum dan ditambah dengan suplement vitasress.Vaksinasi yang dilakukan adalah vaksinasi ND I yang diberikan pada umur 4 hari. Metode faksinasi yang digunakan adalah tetes mata. Setiap ekor ayam diberi satu tetes vaksin kedalam mata. Metode tetes mata ini adalah metode yang paling baik karena vaksin cepat bekerja dan tidak bterkontaminasi dengan udara luar. Setiap minggu ayan ditimbang untuk mengetahui pertumbuhannya dan dihitung Feed Convertion Ratio ( FCR ).

 

Minggu II

 Pada minggu ke – 2 pakan diberikan sebanyak 45 gram / ekor / hari. Jenis pakan adalah BR I dan air minum diberikan secara adlibitum. Vaksinasi dilakukan pada minggu ke – 2 adalah vaksinasi Gumboro dan metode yang digunakan adalah melalui air minum. Sebelum vaksinasi dilakukan air minum diberikan secara terbatas agar ayam merasa kehausan sehingga vaksin yang diberikan dapat terminum semua. Pada akhir minggu ke – 2 ayam ditimbang dan dihitung FCR- nya.

 

Minggu III

Pada minggu ke – 3 pakan yang diberikan masih BR I sebanyak 70 gram / ekor / hari. Air minum diberikan secara adlibitum. Pada minggu ketiga tidak dilaksanakan vaksinasi. Ayam ditimbang dan dihitung FCR-nya. Pada minggu ke – 3 koran dilepas karena fungsi

Page 14: Materi pembahasan

kekebalan tubuh ayam sudah mulai berfungsi dengan baik. Lampu pemanas lebih ditinggikan lagi.

 

Minggu IV

Minggu ke - 4 pakan yang diberikan berupa BR II dengan jumlah 100 gram / ekor / hari. Aire minum diberikan secara adlibitum. Vaksinasi yang dilakukan adalah ND II. Metode yang digunakan adalah injeksi ( suntikan ) pada bagian paha secara intramuscular ( tusukan daging ). Dilakukan di paha karena paha merupakan tempat yang mudah dijangkau, komposisi dagingnya yang tebal, dan untuk mengurangi resiko injeksi yang dilakukan terlalu dalam bahkan menusuk jantung jika dil;akukan di bagian dada mengingat praktikan masih dalam tahap latihan. Dosis yang digunakan adalah 0,5 ml / ekor. Pada akhir minggu ke – 4 ayam ditimbang dan dihitung FCR-nya.

 

 

Minggu V

            Minggu ke – 5 pakan yang diberikan adalah BR II sebanyak 130 gram / ekor / hari. Air minum diberikan secara ad libitum. Pada akhir minggu ke – 5 ayam ditimbang dan dihitung FCR – nya dan kemudian ayam dipanen.

Page 15: Materi pembahasan

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

 

 

Ayam Broiler

 

            Ayam yang digunakan pada praktikum adalah ayam broiler yang merupakan strain arbor acres. Ayam tersebut dipelihara mulai dari DOC hingga berumur 5 minggu pada saat dipanen. Rata-rata berat DOC saat pelaksanaan pemasukan adalah ……..gram. keadaan DOC pada saat pelaksanaan pemasukan berada dalam kondisi yang cukup sehat. Kemudian pada saat dipanen, yaitu pada saat berumur 5 minggu berat badan ayam broiler rata-rata adalah …..gram. berat badan ini sudah sangat baik, karena menurut North (1984), berat badan yang baik (optimal) pada saat dipanen adalah antara 1,5 Kg hingga 2 Kg, dengan pertumbuhan /pertambaan berat badan antara 300 gram hingga 400 gr per minggu.

            Untuk pemilihan bibit ( DOC) ayam broiler dilakukan oleh asisten, sehingga praktikan tidak dapat mengetahui apakah DOC tersebut merupakan bbit yang baik atau tidak. Namun DOC yang diberikan berada dalam keadaan yang baik. Pada saat pelaksanaan praktikum tidak terjadi kendala yang cukup berarti, karena kebutuhan-kebutuhan ayam dapat terpenuhi dengan baik, antara lain: tidak adanya bibit penyakit yang menyerang, hal tersebut dikarenakan sanitasi yang baik.

 

 

Perkandangan

 

            Dalam perkandangan hal yang perlu dipehatikan adalah kebersihan, dan perlengkapan dari kandang. Kebersihan kandang dapat dijaga melalui sanitasi. Selain itu hal-hal seperti ventilasi, cahaya matahari, dan konstruksi bangunan.

            Perkandangan untuk ayam DOC dan ayam broiler dewasa mempunyai material yang berbeda. Yaitu untuk DOC menggunakan lampu untuk menghangatkan tubuh DOC. Sedangkan pada kandang untuk ayam broiler dewasa sudah tidak diperlukan lagi. Pada kandang untuk DOC lampu digunakan sebagai pemanas, hal tersebut dilakukan karena DOC belum dapat melakukan thermoregulasi dengan sempurna. Sehingga untuk mendapatkan temperatur lingkunan yang sesuai dilakukan pemanasan menggunakan lampu. Sedangkan untuk ayam broiler sudah tidak diperlukan, karena pada ayam broiler dewasa telah dapat  mengatur thermoregulasi dengan sempurna.

Page 16: Materi pembahasan

 

Konstruksi Kandang

            Atap. Atap kandang yang digunakan terbuat dari genteng, hal tersebut sudah baik karena genting tidak mudah menyerap panas yang berlebihan, sehingga suhu di dalam kandang dapat dijaga dari panas yang tinggi.

            Dinding. Dinding kandang menggunakan kayu yang dikombinasikan dengan kawat yang bercelah kecil sehingga predator tidak dapat masuk dan mengganggu.

            Ventilasi. Ventilasi paa kandang yang digunakan pada praktikum sudah baik, karena 1/3 dinding bagian atas berbahan kawat bercelah, sehingga udara segar dari luar dapat berganti dengan udara di dalam kandang.

            Cahaya matahari. Cahaya matahari pada kandang yang dipergunakan kurang dapat masuk ke dalam kandang, sehingga pro vitamin Dengan dari sinar matahari kurang didapat secara optimal.

 

Tipe Kandang

            Tipe kandang yang dipergunakan pada praktikum adalah tipe Cage dan Litter. Sistem cage menggunakan alas yang berlubang. Sistem kandang ini sangat bergantung pada peternak dalam melakukan sanitasi, karena kotoran yang keluar langsung jatuh ke lantai yang diberi lapisan plastik. Apabila peternak kurang rajin membersihkan lantai maka akan dapat menimbulkan bau dan juga akan didatangi oleh lalat yang akan dapat mengganggu ayam.

            Tipe yang lain adalah sistem litter. Sistem litter ini pada praktukum menggunakan sekam dan serbuk gergaji sebagai alas. Alas yang terbuat dari sekam dan serbuk gergaji tersebut dapat menghilangkan atau mengubur kotoran, sehingga sanitasi tidak begitu dibutuhkan. Namun predator dapat mengganggu ternak pada tipe kandang ini karena kandang terletak di lantai.

 

Kepadatan kandang

            Pada praktikum, populasi yang terjadi adalah 1000 cm2/ekor atau pada kandang berukuran 1m2 terdapat 10 ekor ayam.Kepadatan populasi ini sudah baik, karena pada umur 5 minggu atau ketika dipanan kepadatannya sesuai dengan yang dikatakan oleh Martono (1996).Namun pada usia 1 minggu dan 2 minggu kepadatannya kurang, karena pada umur 1 minggu kepadatan populasinya 20-30 ekor/m2. Hal tersebut dapat mengakibatkan pertambahan berat badan kurang optimal, karena aktivitas ternak terlalu bebas.

 

 

Page 17: Materi pembahasan

Pakan

 

            Pemberian pakan pada praktikum manajemen ternak unggas dilakukan sebanyak dua kali setiap hari (pukul 06.30 07.00) dan sore hari (15.30-16.00). Jumlah pemberiannya setiap minggu mengalami penambahan dengan data sebagai berikut :

Tabel 2. Jumlah pakan yang diberikan selama 5 minggu

WAKTU PEMBERIAN

(GR)

SISA

(GR)

KONSUMSI KONVERSI

Minggu I 1750 25 1725 1,54Minggu II 3150 - 3150 1,87Minggu III 4900 - 4900 1,64Minggu IV 8000 - 8000 1,57Minggu V 9100 100 9000 1,78

 

Dari data diatas menunjukkan bahwa pemberian pakan broiler, dimana pada praktikum ini menggunakan pakan jenis BR-1 dan BR-2 dengan kandungan PK = 21% buatan Cargill, tiap minggunya senantiasa ditambah jumlahnya. Hal ini berkaitan dengan pensuplaian zat gizi terutama energi dan protein untuk menstabilkan dan terus memacu pertumbuhan broilerpada puncak umur produktif, sehingga ayam broiler dapat dipanen dengan beratb yang optimal.

Penambahan jumlah pakan juga berkaitan dengan bertambahnya umur ayam broiler, mulai dari fase starter menjadi grower, dan dari grower menjadi finisher, sehingga membutuhkan konsumsi pakan yang sesuai untuk mencukupi kebutuhan maintenance dan produksi dagingnya. Menurut Hartono (1997) bahwa penyajian pakan yang baik harus diatur sesuai jumlahnya, akan tetapi jumlah kebutuhan tidak boleh dikurangi. Dalam arti pemberian pakan disesuaikan dengan kebutuhan yang dibutuhkannya. Sehingga tidak akan kekurangan atau kelebihan. Jumlah bahan pakan yang benar yaitun diberikan secara bertahap dan tidak diberikan sekaligus pada waktu yang sama, karena pemberian pakan yang sekaligus dapat memboroskan bahan pakan yang diberikan. Ditambahkan oleh Sidadolog (1999), pembatasan pakan secara kualitatif, pada ayam tetap diberi pakan secara adlibitum, tetapi kualitas pakan yang diberikan sesuai dengan kebutuhannya.

Rata-rata konversi pakan selama pemeliharaan adalah 1,68 (kelompok XVIII), 2,10 (kelompok VII) dan 1,68 (kelompok IV). Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa tingkat konsumsi pakan ayam broiler terhadap pertumbuhan berat badannya sudah cukup efisien dan baik, meskipun belum optimal. Mnurut Scott et al.,(1978) bahwa konversi pakan broiler yang mengkonsumsi pakan berenergi 3300Kcal ME/kg pakan dengan PK 20,5% adalah 1,99. Ditambahkan Siregar (1982) bahwa konversi pakan erat kaitannya dengan efisiensi penggunaan pakan selama pertumbuhan ayam pedaging dan didefinisikan sebagai pembanding antara konsumsi pakan dengan pertumbuhan berat badan. Notrth (1984) mengatakan bahwa nilai konversi pakan semakin kecil menunjukkan semakin efisien penggunaaan pakan.

Page 18: Materi pembahasan

 

 

 

Manajemen Pemeliharaan

 

            Kegiatan yang dilakukan sebelum DOC masuk kandang meliputi : 1) Pembersihan dan penyiapan peralatan kandang, sepert kandang, tempat pakan dan minum, lampu penerang dan penutup kandang yang berupa kertas koran.; 2) penimbangan DOC yang akan masuk dalam kandang; 3) pemberian identifikasi setiap DOC setelah ditimbang dengan tujuan untuk mempermudah dalam pencatatan dan pengamatan pertumbuhan dan perkembangan DOC; 4) penimbangan pakan awal untuk DOC yang kemudian disediakan dalam kandang saat DOC masuk dalam kandang.

            Manajemen pemeliharaan dalam pelaksanaan praktikum selama 35 hari (5minggu) pada dasarnya sudah cukup baik dan teratur. Hal ini dapat ditunjukkan dengan angka kematian 0%, dan pertumbuhan berat badan yang cukup signifikan dan merata.

            Manajemen pemeliharan pada praktikum meliputi: pemeliharaan pada fesa starter, fase grower dan fase finisher, terutama dalam hal pemberian pakan dan vaksin. Setiap minggi dalam 5 minggu, pakan ayam senantiasa ditambahkan sesuai pertumbuhanayam, begitu pula dengan water intake senantiasa ditambahkan pula dalam tiap minggunya, dan dalam waktu tertentu water intake dicampur dengan beberapa bahan tambahan yaitu: 10. Gula, pada saat anak ayam broiler (DOC) baru dimasukkan dalam kandang; 2). Obat stress seperti vita stress. Untuk vaksindiberikan tiga vaksin dalam 35 hari yaitu: 1). Vaksin ND pada minggu pertama, pada hari ke 4 pemeliharaan; 2) Vaksin gumboro pada minggu kedua pada hari ke-10 pemeliharaan dan 3) Vaksin ND II pada minggu keempat pada hari ke-27 pemeliharaaan. Menurut Murtidjo (1987) bahwa pada hari kedua air minum dicamppur dengan gula pasir dan pada hari keempat diberi vaksin ND.

            Pemberian minum menggunakan tempat khusus yang terpisah denagn tempat pemberian pakan. Tempat minum pada fase starter diletakkan di lantai, tetapi kemudian mulai ditinggikan sesuai dengan pertumbuhan ayam broiler yang semakin tinggi, sehingga tidak menyulitkan ayam broiler untuk minum. Demikian dengan tempat pemberian pakan yang berbentuk bulat, dimana pada fase starter, tempat pakan diletakkan di lantai kandang dan tidak ditutup dengan kap tengah tempat pakan, tetapi selanjutnya dinaikkan posisinya dan diseka dengan kap tengah tempat pakan , yang dapat mencegah ayam naik ke tempat pakan dan sekaligus pemerataan dalam pemberian pakan untuk 10 ekor ayam dalam satu kandang. Dan jarak antara tempat pakan dan minum tidak diletakkan jauh. Hal ini sesuai dengan Siregar et al., (1982) yang mengatakan bahwa ukuran dan tinggi tempat air minum disesuaikan dengan besar dan tinggi dada ayam dan tempat ransum jangan terlalu jauh dari tempat air minum.  

            Pemanasan pada fase starter dilakukan sejak DOC masuk dalam kandang, dengan menggunakan lampu boklam 25 watt, dan diupayakan dekat dengan tempat pakan dan minum, sehingga DOC  memperoleh pemanasan yang cukup, dan berguna untuk melatih

Page 19: Materi pembahasan

DOC untuk beradaptasi dengan suhu lingkungan sekitarnya. Menurut Murtidjo (1987) bahwa pemeliharaan minggu pertama, kedua dan ketiga ayam broiler masih memerlukan pemanas sedangkan untuk minggu keempat, ayam broiler sudah tidak membutuhkan pemanas lagi,

 

 

Penampilan Produksi

 

Feed Intake

Konsumsi pakan adalah banyaknya pakan yang dapat dimakan pada waktu tertentu. Ayam mengkonsumsi pakan dalam rngaka untuk memenuhi kebutuhan energinya ( Wahyu, 1988 ).

Konsumsi pakan pada waktu praktikum pemeliharaan ayam broiler berbeda untuk tiap minggunya. Pada minggu I, ayam per ekor mengkonsumsi pakan sebanyak 172,5 gram. Pada minggu II 315 gram, minggu III 490 gram, minggu IV 800 gram dan pada minn\ggu V 900 gram. Rata –rata konsumsi pakan per ekor per minggu 535,5 gram. Konsumsi pakan selama 0 – 5 minggu adalah 2677,5 gram. Konsumsi pakan ini melebihi standart konsumsi pakan menurut NRC ( 1984 ). Sedang standar konsumsi pakan menurut ANRC ( 1984 ) sebanyak 3000 gram / ekor per minggu selama pertumbuhan 0-6 minggu.

Konsumsi pakan kumulatif pada minggu 3 – 5 tidak sesuai dengan standar menurt Wahyu ( 1988 ). Pada praktiku ini, konsumsi pakan kumulatif pada minggu 3 – 5 berturut – turut adalah 977,5; 1777,5 dan 2677,5 gram / ekor. Sedangkan Wahyu ( 1988 ) menyatakan bahwa konsumsi pakan kumulatif pada minggu 3 – 6 berturut – turut adalah 783,9; 1416,5; 2165,4 dan 3030 gram / ekor.

Pada praktikum konsumsi pakan lebih besar dibandingkan konsumsi pakan menurut Wahyu ( 1988 ) karena dipengaruhi oleh kualitas pakan yang diberikan pada ayam dan cara pengelolaan yang dipraktekkan sehari – hari. Ayam terbiasa untuk mengkonsumsi pakan yang diberikan sampai habis untuk setiap harinya. Hal ini sesuai dengan pandapat Siregar et al.( 1982 ) yang menyatakan bahwa konsumsi pakan ayam tergantung dari beberapa faktor yaitu besar tubuh ayam ( jenis galur ), keaktifan badannya sehari – hari, suhu atau temperatur di dalam dan disekitar kandang, kualitas dan kuantitas pakan yang diberikan pada ayam pedaging, dan cara pengelolaan yang dipraktekkan sehari –hari untuk memelihara ayam pedaging itu.

Konsumsi pakan kelimpok IV pada pemeliharaan minggu 1 – 5 adalah sebagai berikut : 160,5; 332; 611; 1032,22 dan 1552,2 gram. Dan konsumsi pakan rata –ratanya adalah 737,584 gram. Konsumsi pakan kelompok VII pada pemeliharaan minggu 1 – 5 adalah sebagai berikut : 175,5; 366,5; 679; 1029 dan 1462 gram. Konsumsi pakan rata – ratanya adalah 742,4 gram. Kelompok IV dan VII menggunakan kandang sistem litter . Jika dibandingkan dengan kelompok XVIII, konsumsi pakan kelompok IV dan VII lebih tinggi. Tipe kandang yang lebih baik pada pemeliharaan broiler adalah dengan panggung. Hal ini dibuktikan dengan konsumsi pakan yang lebih rendah daripada kandang sistemlitter.

Page 20: Materi pembahasan

 

Feed Convertion Ratio

Pada praktikum pemeliharaan ayam broiler, feed convertion ratio ( FCR ) dihitung tiap minggu. FCR diperoleh dari perbandingan antara jumlah pakan yang dikonsumsi dengan berat hidup. Konversi pakan atau FCR adalah perbandingan antara jumlah pakan ( kg ) yang dikonsumsi dengan berat hidup ( kg ) sampai ayam itu dijual ( Siregar et al,., 1980 ).

Nilai FCR pada minggu 1 – 5 berturut – turut adlah sebagai berikut : 1,54; 1,87; 1,64; 1,57 dan 1,78. Rata – rata FCR yang diperoleh adalah 1,68. Nilai rata –rata FCR ini lebih rendah dari konversi pakan menurut Amrullah ( 1986 ). Menurut laporan Amrullah ( 1986 , dengan perlakuan protein kasar 20,59 % dan energi 2.897,4 kcal ME/ kg didapat konversi pakan sebesar 2,76 ± 0,23.

Menurut Togatrop ( 1991 ), penampilan ayam broiler yang mendapat pakan mengandung tingkat protein kasar 20 % dan 22 % serta energi 3200 kcal ME / kg dan 3400 kcal ME / kg berturut – turut adalah 2,264; 2,193; 2,219; dan 2,174. Nilai FCR ini rendah bila dibandingkan dengan FCR menurut Togatrop ( 1991 ), karena daya cerna ternak tinggi, kualitas pakan yang dikonsumsi bagus dan nilai nutrien yang dikandung pakan cukup serasi. Hal ini sesuai dengan pendapat Anggorodi ( 1985 ) yang menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi besar kecilnya konversi pakan meliputi daya cerna ternak, kualitas pakan yang dikonsumsi serta keserasian nilai nutrien yang dikandung pakan tersebut.

FCR kelompok IV pada pemeliharaan minggu 1 – 5 adalah sebagai berikut : 1,408; 1,84; 1,75; dan 1,66. FCR rata – ratanya adalah 1,6816. Feed Convertion Ratio kelompok VII pada pemeliharaan minggu 1- 5 adalah sebagai berikut : 1,23; 1,65; 1,57;2 dan 2,10. FCR rata –ratanya adalah 1,71. Kelompok IV dan VII menggunakan kandang sistem litter. Nilai rata – rata  kelompok IV dan VII lebih tinggi jika dibandingkan dengan FCR rata – rata kelompok XVIII yang menggunakan kandang dengan sistem panggung. Maka, penggunaan kandang dengan sistem panggung lebih baik dari pada dengan letter, terbukti dengan nilai FCR yang lebih rendah.

 

Gain ( pertumbuhan )

Pada praktikum pemeliharaan ayam broiler, gain dihitung seminggu sekali. Biasanya pertumbuhan badan dinyatakan dengan pengukuran kenaikan berat badan tiap hari, tiap minggu atau tiap waktu lainnya ( Tilman et al., 1983 ).

Berikut ini adalah nilai gain ayam broiler sampai dengan minggu kelima yang dihitung tiap minggu sekali : 111,698; 168,5; 298; 508 dan 503;5. Pertumbuhan ini pada awalnya lambat, kemudian berkembang lebih cepat terutama pada penimbangan IV ( usia 4 minggu ). Pada penimbangan V, pertumbuhan perlahan kembali. Pada minggu ini ayam menjelang dewasa tubuh. Hal ini sesuai dengan pernyataan Anggorodi ( 1984 ) yang mengatakan bahwa  tahapan pertumbuhan hewan akan membentuk kurva sigmoid. Pada awal pertumbuhan lambat, kemudian berkembang lebih cepat dan akhirnya perlahan  lagi menjelang dewasa tubuh ( Mc Donald et al., 1984 ).

Page 21: Materi pembahasan

Gain kelompok IV pada pemeliharaan minggu 1 – 5 adalah sebagai berikut : 119,97; 171,5; 279; 421,22; dan 519,98. Gain rata –ratanya adalah 302,33. Gain kelompok VII adalah sebagai berikut : 135,6349; 191; 321,5; 345,433 dan 1426,04. Gain rata –ratanya adalah 568,63. Kelompok IV dan VII memelihara broiler dengan lantai litter. Sedangkan kelompok XVIII memelihara dengan sistem panggung dimana gain rata – ratanya adalah 317,9. Gain kelompok VII yang menggunakan lantai litter lebih tinggi daripada kelompok XVIII. Ini disebabkan karena pakan ayam yang diberikan pada kelompok XVIII banyak yang tercecer ( tidak seluruhnya dikonsumsi ayam ). Maka, manajemen pemberian pakannya perlu diubah untuk mencukupi kebutuhan ayam.

 

 

Vaksinasi dan Pencegahan Penyakit

 

Vaksinasi

Pada praktikum pemeliharaan ayam broiler yang telah dilakukan, vaksinasi dilakukan sebanyak tiga kali yaitu vaksin ND I, ND II dan Gumboro. Ayam yang divaksin adalah ayam yang sehat. Agar vaksinasi berhasil baik, dalam melakukan vaksinasi perlu diperhatikan hal – hal berikut, yaitu ayam yang divaksin adalah ayam yang sehat saja ( Yuwono, 1992 ).

            Selama praktikum dilakukan 3 kali vaksinasi yaitu vaksinasi ND I yang dilakukan pada hari ke-3 karena pada 1-3 hari pertama resiko infeksi terserang ND relatif tinggi. Vaksinasi ND I ini dilakukan dengan metode tetes mata. Vaksin gumboro dilakukan pada hari ke-10 dan sebelumnya ayam dipuasakan terlebih dahulu agar vaksin yang diberikan harus habis dalam waktu kurang dari 2 jam. Vaksin gumboro ini dilakukan pada hari ke-10 karena resiko infeki penyakit gumboro tinggi pada hari 4-14. Vaksinasi yang terakhir diberikan yaitu vaksinasi ND II yang dilakukan pada hari ke-28 dengan metode injeksi intramuscular dosis 0,5 ml/ekor.

 Ayam yang divaksinasi hanyalah ayam-ayam yang sehat saja untuk menghindari ayam dari kematian. Vaksinasi injeksi intramuscular banyak dilakukan oleh peternak karena dosis vaksin yang dimaksud lebih tepat daripada melalui air minum. Akan tetapi cara ini memilki kelemahan yaitu membutuhkan waktu yang lama apalagi jumlah ayam yang harus diinjeksi cukup banyak.

 

Pencegahan penyakit

Selain vaksinasi, program pencegahan penyakit lainnya yaitu dengan cara memberikan vitamin/vitachick yang berfungsi untuk untuk mencegah ayam stess dari perjalanan yang cukup jauh.

Page 22: Materi pembahasan

Pencegahan  penyakit dilakukan sejak sebelum DOC dimasukkan kandang.Kelompok XVIII menggunakan kandang dengan sistem panggung. Kandang dibersihkan dan dicuci terlebih dahulu.

Waktu pemasukan DOC, lantai kandang diberi alas koran untuk menampung kotoran dan memudahkan aktivitas DOC. Setelah ayam bisa menapak kuat pada lantai panggung, kandang tidak diberi lagi alas koran,tapi alas berupa karan dan plastik  yang diletakkan dibawah kandang. Alas ini untuk menmpung kotoran agar mudah didalam membersihkannya.

Selama pemeliharaan usaha lain untuk pencegahan penyakit  adalah dengan cara tindakan hygienis dan sanitasi kandang yang teratur, membersihkan tempat pakan dan minum minimal 2 kali sehari serta menjaga kebersihan lingkungan sekitar kandang.

 

 

 

 

 

Analisis Ekonomi

 

Data :

Ø      Biaya pakan :

Harga BR I    : Rp. 113.500; / sak

           BR II  : Rp. 111.000; / sak

Ø      Harga DOC : Rp. 1.950;/ ekor

Ø      Biaya vaksin dan obat – obatan untuk 200 ekor :

-         Vaksin ND I : Rp. 30.000;

-         Gumboro : Rp. 27.500;

-         ND II : Rp. 24.000;

-         Anti stress : Rp. 20.000;

-         Obat : Rp. 19.500;

-         Desinfektan : Rp. 6.000;

Page 23: Materi pembahasan

Ø      Biaya pemanas ( lampu ) per 200 ekor :

-         Lampu 20 buah @ Rp. 2.000; : Rp. 40.000;

-         Petting lampu 20 buah @ Rp. 900; : Rp. 18.000;

Ø      Biaya litter : Rp. 1.000;

 

Pemasukan :

Penjualan ayam / kg @ Rp. 5.700;

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

KELOMPOK XVIII

 

Perhitungan dengan data sebenarnya :

Pengeluaran :

Ø      Pakan :

Harga BR I  / kg :

Page 24: Materi pembahasan

Harga BR II / kg :

  Biaya pakan :

BR I  : Konsumsi BRI ( minggu I-III ) x Harga pakan BR I / kg

 : 9,775 kg x Rp. 2.270; / kg

 : Rp. 22.189,25

BR II : Konsumsi BR II ( minggu IV – V ) x Harga pakan BR II / kg

 : 17 Kg x Rp. 2.220; /kg

 : Rp. 37.740;

Total biaya pakan : Rp. 22.189,25 + Rp. 37.740;

: Rp. 59.929,25

Ø      Biaya DOC :

10 ekor x Rp. 1.950; : Rp. 19.500;

Ø      Biaya vaksin dan obat – obatan :

Untuk 200 ekor :

 Vaksin ND I                 : Rp. 30.000;

                         Gumboro                     : Rp. 27.500;

Vaksin ND II               : Rp. 24.000;

Anti stress                     : Rp. 20.000;

Obat                             : Rp. 19.500;

Desinfektan                   : Rp.   6.000;    +

   Rp.127.000;

Ø      Biaya untuk 10 ekor : (Rp. 127.000; : 200 ekor) x 10 ekor := Rp. 6.350;

 

Ø      Biaya pemanas lamou untuk 10 ekor :

Page 25: Materi pembahasan

Lampu                       : Rp. 2.000;

Petting lampu : Rp.     900;  +

  Rp. 2.900;

 

Total pengeluaran keseluruhan :

-         Biaya pakan                                         : Rp. 59.929,25

-         Biaya DOC                                          : Rp. 19.500;

-         Biaya vaksin dan obat – obatan             : Rp.   6.350;

-         Biaya pemanas lampu               : Rp.   2.900;    +

  Rp. 88.679,25

 

Pemasukan :

Keseluruhan Berat badab ayam pada saat panen : 16,295 kg

Harga penjualan ayam / kg = Rp. 5.700;

Penjualan ayam : 16,295 kg x Rp. 5.700; = Rp. 92.881,15

 

Total Pemasukan : Rp. 92.881,15

 

Perhitungan untung / rugi :

:Total pemasukan – total pengeluaran

: Rp. 92.881,15 – Rp. 88.679,25

: Rp. 4.201,9

Jadi usaha pemeliharaan ayam selama 35 hari mengalami keuntungan sebesar  Rp. 4.201,9

 

 

Page 26: Materi pembahasan

 

 

 

 

Perhitungan dengan asumsi biaya pakan menduduki 70 % dari total biaya produksi :

 

Pengeluaran :

Ø      Pakan

BR I  : 9,775 kg x Rp. 2.270;/kg    = Rp. 22.189,25

BR II :      17 kg x Rp. 2.220; / kg = Rp. 37.740;      +

                                                                            Rp. 59.929,25

Biaya pakan menduduki 70 % total biaya produksi, maka

100/70 x Rp. 59.929,25 = Rp. 85.613,21

Jadi total pengeluaran : Rp. 85.613,21

 

Pemasukan :

Penjualan ayam : 16,295 kg x Rp. 5.700;/ kg = Rp. 92.881,15

 

Perhitungan untung / rugi :

=Total pengeluaran – total pemasukan

= Rp. 92.881,15 – Rp. 85.613,21

=          Rp. 7.267,94

Jadi usaha pemeliharaan ayam selama 35 hari dengan asumsi biaya pakan menduduki 70 % dari total biaya produksi, mengalami keuntungan sebesar      Rp. 7.267,94

 

Harga jual / kg hidup agar BEP :

Page 27: Materi pembahasan

 

Biaya pakan menduduki 70 % dari total biaya produksi : Rp. 85.613,21

BEP =

         =

         = Rp. 4.777,5

KELOMPOK IV

 

Perhitungan dengan data yang sebenarnya :

Pengeluaran :

Ø      Pakan

Biaya pakan :

BR I  : Konsumsi BR I ( minggu I – III ) x Harga pakan BR I / kg

 : 9,740 kg x Rp. 2.270;/ kg

 : Rp. 22.109,8         

BR II : Konsumsi BR II ( minggu IV – V ) x Harga pakan BR II / kg

 : 14,705 kg x Rp. 2.220; / kg

 : Rp. 32.645;

Total biaya pakan = Rp. 22.109,8 + Rp. 32.645;  = Rp. 54.745,9

Ø      Biaya DOC :10 ekor x Rp. 1.950; = Rp. 19.500;

Ø      Biaya vaksin dan obat – obatan :

Untuk 10 ekor ayam = Rp. 6.350;

Ø      Biaya pemanas lampu untuk 10 ekor ayam = Rp.2.900;

Ø      Biaya Litter : Rp. 1.000;

Page 28: Materi pembahasan

 

Total pengeluaran keseluruhan :

-         Biaya pakan                                        : Rp. 54.754,9

-         Biaya DOC                                          : Rp. 19.500;

-         Biaya vaksin dan obat – obatan              : Rp.    6.350;

-         Bioaya pemanas lampu             : Rp.   2.900;

-         Biaya litter                                             : Rp.   1.000;   +

               Rp. 84.504,9

 

Pemasukan :

Keseluruhan BB ayam pada saat panen : 15,970 kg.

Harga penjualan ayam per kg : Rp. 5.700;

Penjualan ayam : 13,970 kg x Rp. 5.700;  = Rp. 79.629;

Perhitungan Untung / Rugi :

= Pemasukan – pengeluaran

= Rp. 79.629; - Rp. 84.504,9

= (-) Rp. 4.875,9

 

Jadi usaha pemeliharaan ayam mengalami kerugian sebesar Rp. 4.875,9

 

Dengan asumsi biaya pakan menduduki 70 % dari total biaya produksi :

 

Pengeluaran :

Pakan :

 

Page 29: Materi pembahasan

 

BR I : 9,740 kg x Rp. 2.270; /kg = Rp. 22.109,8

BR II : 14,705 kg x Rp. 2.220;/ kg = Rp. 32.645,1

Rp. 54.754,9

Total biaya produksi : 100/ 70 x Rp. 54.754,9 = Rp. 78.221,28

 

Pemasukan :

Penjualan ayam : 13,970 kg x Rp. 5.700/ kg = Rp. 79.629;

 

Perhitungan untung / rugi :

: Pemasukan – pengeluaran

: Rp. 70.629; - Rp. 78.221,28

: Rp. 1.407,72J

Jadi, usaha mengalami keuntungan sebesar Rp. 1.407,82

 

Harga jual per kg hidup agar BEP :

BEP =

=

= Rp. 5.700,82

 

KELOMPOK VII

Perhitungan dengan data sebenarnya :

Biaya pakan :

Page 30: Materi pembahasan

BR I : Konsumsi BR I ( minggu I – III ) x Harga pakan BR I / kg

: 9,710 kg x Rp. 2.270;/ kg

= Rp. 22.041,7

BR II : Konsumsi BR II ( Minggu IV _ V ) x Harga BR II / kg

: 16,100 kg x Rp. 2.220; / kg

= Rp. 35.742;

Biaya DOC : Rp. 19.500;

Biaya vaksin dan obat – obatan untuk 10 ekor ayam : Rp. 6.350;

Biaya pemana lampu untuk 10 ekor ayam : Rp. 2.900;

Biaya litter : Rp. 1.000;

Total pengeluaran :

-         Biaya pakan : Rp. 57.783,7

-         Biaya DOC : Rp. 19.500;

-         Biaya vaksin dan obat –obatan : Rp. 6.300;

-         Biaya pemanas dan lampu : Rp. 2.900;

-         Biaya litter : Rp. 1.000;

Rp. 87.483,7

Pemasukan :

Keseluruhan BB ayam pada sast panen : 14,620 kg

Harga penjualan ayam / kg : Rp. 5.700;

Penjualan ayam : 14,630 kg x Rp. 5.700;

= Rp.83.334;

 

Perhitungan untung / rugi :

Pemasukan – pengeluaran

Page 31: Materi pembahasan

= Rp. 83.334; - Rp. 87.483,7

= (-) Rp. 4.149,7

 

Jadi, usaha pemeliharaan mengalami kerugian sebesar Rp. 4.149,7

 

Dengan asumsi biaya pakan menduduki 70 % dari total biaya produksi :

Pengeluaran :

Pakan : BR I = 9,710 kg x Rp. 2.270; / kg = Rp. 22.041,7

BR II = 16,100 kg x Rp. 2.220; / kg = Rp. 35.742;

Rp. 57.783,7

Total biaya produksi : 100/70 x Rp.57.783,7 = Rp. 82.548,14

 

Pemasukan :

Penjualan ayam = 14,620 kg x Rp. 5.700; / kg = Rp. 83.334;

 

Perhitungan Untung / Rugi :

Pemasukan – pengeluaran

: Rp. 83.334; - Rp. 52.548,14

= Rp. 785,86

 

Jadi usaha pemeliharaan yam mengalami keuntungan sebedar Rp. 785,86

 

Harga jual ayam per kg agar BEP :

BEP =

Page 32: Materi pembahasan

=

= Rp. 5090;

Page 33: Materi pembahasan

 

v