materi moneva 2

Download Materi Moneva 2

If you can't read please download the document

Upload: jan-amq

Post on 19-Jun-2015

209 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

MONITORING DAN EVALUASI (MONEVA)1)Oleh: Dr. Undang Rosidin, M.Pd2)A. Pendahuluan Komite sekolah merupakan badan mandiri yang mewadahi peran serta masyarakat dalam rangka meningkatkan mutu, pemerataan, dan efisiensi pengelolaan pendidikan di satuan pendidikan, baik pada pendidikan prasekolah, jalur pendidikan sekolah maupun luar sekolah. Dilihat dari perannya, komite sekolah antara lain memiliki peran sebagai pengontrol (controlling agency) dalam rangka transparansi dan akuntabilitas penyelenggaraan dan keluaran pendidikan di satuan pendidikan. Adapun dari fungsinya, komite sekolah antara lain memiliki fungsi untuk melakukan evaluasi dan monitoring (pemantauan) terhadap kebijakan, program, penyelenggaraan, dan keluaran pendidikan di satuan pendidikan (Ditjen Dikdasmen, 2002: 9-10). Hampir setiap satuan pendidikan memiliki program kerja baik jangka pendek maupun jangka panjang. Program tersebut merupakan kegiatan yang direncanakan untuk mencapai tujuan. Dengan demikian keberhasilan program harus dapat diukur sejauhmana pencapaiannya dan ada tidaknya penyimpangan dari tujuan yang telah ditentukan. Program kerja merupakan sederetan/seperangkat kegiatan yang direncanakan untuk dilaksanakan dalam rangka mencapai suatu tujuan, dan disusun berdasarkan analisis kekuatan, kelemahan, peluang, tantangan atau analisis situasi dan kondisi dengan memperhatikan ketentuan perundang-undangan yang berlaku serta tuntutan masyarakat. Program kerja dikatakan baik jika program tersebut dapat dilaksanakan sesuai dengan kemampuan, dapat diukur kemajuannya, memiliki rincian siapa yang melaksanakan dan berapa biaya yang diperlukannya. ------------------------------------------------------------------------------------------------------1)

Makalah disajikan dalam kegiatan pelatihan komite sekolah yang diselenggarakan oleh Direktorat TK-SD Dosen FKIP Universitas Lampung

2)

2

Setiap pembuat program akan selalu ingin tahu sejauhmana program tersebut dapat dilaksanakan secara efektif, yang akhirnya bermanfaat dan membantu bagi para pengambil keputusan. Pengambilan keputusan dapat dilakukan dengan tepat jika didasarkan data yang lengkap, benar dan akurat mengenai hal-hal yang berkaitan dengan permasalahan. Salah satu untuk mewujudkan hal tersebut, secara sistematis perlu dilakukan monitoring dan evaluasi dengan baik dan benar. Monitoring dan evaluasi dapat membantu mengontrol pelaksanaan suatu program agar dapat diketahui tindak lanjut dari pelaksanaan program tersebut. B. Pengertian dan Tujuan Moneva Monitoring dan evaluasi (moneva) pada dasarnya terdiri dari dua aspek kegiatan, yaitu monitoring dan evaluasi. Meskipun kedua istilah tersebut seringkali dipandang memiliki satu pengertian, sesungguhnya masing-masing memiliki makna dan fokus yang agak berbeda . Monitoring merupakan suatu kegiatan untuk mengawasi atau memantau proses dan perkembangan pelaksanaan program. Monitoring dilakukan untuk mengetahui keterlaksanaan program dan hambatan yang dihadapi atau penyimpangan yang mungkin terjadi. Fokus monitoring adalah untuk mendapatkan informasi mengenai pelaksanaan program bukan pada hasilnya. Lebih khusus lagi, fokus monitoring adalah pada komponen proses pelaksanaan program, baik menyangkut proses pengambilan keputusan, pengelolaan kelembagaan, pengelolaan program, maupun pengelolan proses belajar mengajar di sekolah. Evaluasi merupakan suatu proses sistematis dalam mengumpulkan, menganalisis, dan menginterpretasikan informasi untuk mengetahui tingkat keberhasilan pelaksanaan program dengan kriteria tertentu untuk keperluan pembuatan keputusan. Evaluasi adalah proses mendapatkan informasi untuk mengetahui tingkat keberhasilan program yang telah tercapai berdasarkan pertimbangan tertentu secara obyektif. Informasi hasil evaluasi dibandingkan dengan sasaran yang telah ditetapkan pada program. Apabila hasilnya sesuai dengan sasaran yang ditetapkan, berarti program tersebut efektif. Jika sebaliknya, maka program tersebut dianggap tidak efektif (ga-

3

gal). Perbedaan mendasar antara pemantauan dengan evaluasi ialah bahwa pemantauan memusatkan perhatian pada proses pelaksanaan program, sedangkan evaluasi pada hasil yang dicapai setelah satu tahapan program dipandang memadai. Monitoring dilakukan untuk tujuan pengawasan, yaitu untuk mengetahui apakah program berjalan sebagaimana yang direncanakan, apa hambatan yang terjadi dan bagaimana cara mengatasi masalah tersebut. Dengan kata lain monitoring menekankan pada pemantauan proses pelaksanaan program dan sedapat mungkin dapat diberikan saran untuk mengatasi masalah yang terjadi. Hasil monitoring digunakan sebagai bahan masukan dan umpan balik untuk perbaikan dan untuk penyempurnaan program yang sedang berlangsung. Evaluasi dilakukan untuk tujuan mengetahui apakah program telah mencapai sasaran yang diharapkan. Evaluasi menekankan pada aspek hasil (out put). Konsekuensinya, evaluasi baru dapat dilakukan jika program sudah berjalan dalam satu periode tertentu sesuai dengan tahapan sasaran yang dirancang. Misalnya untuk satu catur wulan, satu semester atau satu tahun. Dengan demikian evaluasi dimaksudkan untuk mengetahui keberhasilan program sekolah sebagai bahan pengambilan kebijakan selanjutnya. Adapun fungsi pokok evaluasi adalah menentukan tingkat keberhasilan dan pencapaian tujuan dari program. Di samping itu evaluasi juga dapat berfungsi untuk mengetahui jika ada hasil sampingan dari pelaksanaan program, baik yang bersifat positif maupun negatif. Contoh: Suatu program bertujuan untuk meningkatkan peranserta masyarakat dalam bidang pendidikan. Evaluasi dari program tersebut yang pokok adalah mengetahui seberapa telah terjadi peningkatan peranserta masayarakat setelah diterapkannya program tersebut. Aspek-aspek yang Dimonitor dan Dievaluasi Aspek yang dimonitor dan dievaluasi meliputi konteks (contex), input, proses (proces), output dan outcome. Komponen konteks mencakup keterkaitan program dengan (1) landasan hukum/kebijakan pendidikan yang berlaku; (2) kondisi geografis

4

dan sosial ekonomi masyarakat; (3) Aspirasi pendidikan masyarakat sekitar; dan (4) daya dukung masyarakat. Komponen Input adalah sesuatu yang harus tersedia dan siap untuk membantu keterlaksanaannya proses. Komponen masukan (Input ) meliputi: (1) Kurikulum; ((2) Anak didik; (3) Ketenagaan; (4) Sarana prasarana; (5) Organisasi; (6) Pembiayaan; (7) Manajemen sekolah; dan (8) Peran serta masyarakat. Komponen proses adalah suatu perubahan dari sesuatu menjadi sesuatu yang lain. Komponen proses meliputi (1) Proses manajerial; (2) Proses belajar mengajar. Komponen keluaran (Output) adalah hasil nyata dari pelaksanaan program sekolah, yang merupakan program jangka pendek. Hasil nyata dapat berupa: Prestasi akademik, misalnya NUAN, rapor, hasil EBTA, lomba karya tulis. Prestasi nonakademik, misalnya prestasi olahraga, prestasi kesenian, prestasi keterampilan, dan lain-lain. Sedangkan hasil (outcome) adalah hasil sekolah jangka panjang yang menitik beratkan pada dampak pelaksanaan program baik terhadap individu maupun sosial (pendidikan lanjut, pengembangan karir, kesempatan untuk berkembang, dan sebagainya). Pelaksana dan Cara Melakukan Moneva Pelaksanaan monitoring dan evaluasi dapat dilakukan oleh pihak internal dan oleh pihak eksternal. Tentu saja kedua pelaksana monitoring dan evaluasi tersebut masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangannya. Intenal Sekolah sendiri (kepala sekolah, guru) BP3/Komite Sekolah /Unit Peranserta Masyarakat Eksternal 1. Dinas /Instansi terkait (Dinas Kabupaten/Kota, Dinas Propinsi, Depdiknas Pusat) 2. LSM/kelompok profesional yang bergerak di bidang pendidikan seperti HEPI (Himpunan Evaluasi Pendidikan Indonesia) dll.

5

Adapun cara melakukan monitoring dan evaluasi ditempuh dengan langkahlangkah sebagai berikut: Mendiskusikan dengan pihak terkait (orang tua siswa, masyarakat, dll) tentang langkah-langkah yang dilakukan dalam monitoring dan evaluasi. Merumuskan tujuan monitoring dan evaluasi. Membuat kisi-kisi monitoring dan evaluasi. Merumuskan kriteria keberhasilan. Mengembangkan alat ukur (intrumen) yang sesuai dengan tujuan dan kriteria (indikator). Langkah-langkahnya adalah: Merumuskan tujuan yang ingin dicapai dengan instrumen yang akan disusun Penyusunan instrumen tanpa tahu untuk apa data yang terkumpul, apa yang harus dilakukan setelah data terkumpul, dan apa fungsi setiap jawaban dari setiap butir jawaban dari setiap masalah tidak ada gunanya. Contoh: Tujuan menyusun angket untuk mengumpulkan data tentang tinggi rendahnya disiplin guru di sekolah. Membuat kisi-kisi instrumen Kisi-kisi berisikan tentang perincian variabel/komponen yang akan digunakan untuk mengukur bagian variabel yang bersangkutan. Misalnya untuk mengukur kegiatan belajar mengajar di kelas diperlukan pedoman wawancara, observasi dan dokumen. Contoh ada dilampiran 1. Membuat butir-butir instrumen Setelah kisi-kisi terbentuk, langkah berikutnya adalah membuat butir-butir instrumen sesuai dengan yang ada pada kisi-kisi. Contoh ada dilampiran 2. Menyunting instrumen Pekerjaan terakhir dari penyusunan instrumen adalah penyuntingan (editing) instrumen, langhkah-langahnya adalah: Mengurutkan butir menurut sistematika yang dikehendaki untuk mempermudah pengolahan data Menuliskan petunjuk pengisian dan identitas Membuat pengantar permohonan pengisian bagi angket yang diberikan orang

6

lain Untuk pedoman wawancara dan observasi serta dokumentasi hanya identitas yang menunjuk pada sumber data dan identitas pengisi. Perlu diingat bahwa instrumen harus dibuat menarik agar mendorong responden untuk bersedia mengisinya. Aturan-aturan yang harus diperhatikan pada saat menyusun angket: Menghindari penggunaan kata yang tidak mempunyai arti jelas dalam jumlah, karena akan membinggungkan. Sedapat mungkin mempergunakan kalimat yang pendek agar lebih mudah dipahami Menghindari rumusan negatif Tidak membuat butir yang mengandung dua pengertian. Menghindari kalimat sugestif Melakukan pengumpulan data Setelah instrumen tersusun, maka pengawas dan evaluator akan melakukan kegiatan selanjutnya yaitu mengumpulkan data yang dapat dilakukan dengan berbagai instrumen, yaitu: Penggunaan angket Adalah seperangkat pertanyaan tertulis yang diberikan kepada responden untuk mengungkap pendapat, keadaan, kesan yang ada pada diri responden sendiri (angket langsung) atau orang lain (angket tidak langsung). Angket dapat dibuat anonim (tanpa identitas) dan dapat pula lengkap dengan identitas dir serta latar belakangnya. Sebelum angket disebarkan untuk digunakan sebagai alat pengumpul data, harus dicobakan terlebih dahulu kepada subyek yang mempunyai karakteristik yang sama dengan subyek yang akan dijadikan responden. Hal ini mempunyai tujuan untuk: Mengetahui apakah rumusan kalimat yang ada dalam angket sudah cukup mudah dipahami. Mengetahui cara mengadministrasikan dengan tepat Mengetahui apakah pertanyaan-pertanyaan yang ada dalam angket cukup lengkap atau perlu ditambah sehingga memperjelas data.

7

Mengetahui reaksi responden terhadap pertanyaan angket atau kesediaan untuk mengembalikan angket yang bersifat meningkatkan kualitas perolehan data. Penggunaan wawancara Sebelum melakukan wawancara, pewawancara harus menyusun pedoman wawancara atau check list sesuai dengan data yang dikumpulkan. Pertanyaan yang ditanyakan harus benar-benar sama dengan permasalahan yang dituliskan di dalam pedoman wawancara. Ada dua macam pedoman wawancara, yaitu yang tersusun dan yang tidak tersusun. Pedoman yang tersusun mirip checklist atau memang berbentuk checklist, karena pengawas sudah dapat menduga jawaban responden pada waktu wawancara Penggunaan obsevasi Observasi akan dapat mengatasi kelemahan penggunaan data yang dilaporkan sendiri oleh responden. Tetapi kelemahan dari observasi adalah adanya unsur subjektivitas dari si observer dan memerlukan waktu yang relatif cukup banyak. Observasi dilihat dari cara pencatatan ada empat, yaitu pencatatan dengan jangka waktu, pencatatan dengan penghitungan frekuensi, pencatatan dengan interval, dan pencatatan terus menerus. Penggunaan dokumentasi Dokumentasi merupakan metode pengumpulan data yang obyeknya adalah dokumen baik yang tertulis dan yang bukan tertulis. Menganalisis data sesuai dengan jenis data yang dikumpulkan. Sebelum evaluator mengadakan monitoring dan evaluasi harus memiliki kriteria yang harus terpenuhi dari objek evaluasinya., yang semuanya itu akan mengambarkan ukuran keadaan yang dikehendaki dan sebagai pembanding bagi data yang diperoleh dari pelaksanaan program. Sejauh ana data pelaksanaan sesuai dengan kriteria, aka menentukan bentuk, tingkat, jenis, isi pengambilan keputusan. Kriteria yang digunakan dalam evaluasi suatu program kegiatan dapat mengan-

8

dung ukuran yang bersifat kuantitatif dan kualitatif. Contoh: Keteraturan memberi tugas (dengan kriteria kuantitatif)Sangat teratur: jika tugas diberikan tiap hari dengan rata-rata sekitar 1-2 tugas (skor 4) Teratur Cukup : jika diberikan selang sehari : jika diberikan 2 kali seminggu (skor 3) (skor 2) (skor 1)

Tidak teratur : jika frekuensi pemberiannya tidak menentu

Keteraturan memberi tugas (dengan kriteria kualitatif)Sangat teratur: jika tugas yang diberikan sangat memotivasi siswa untuk belajar (skor 4) Teratur Cukup : jika tugas yang diberikan memotivas siswa untuk belajar (skor 3) : jika tugas yang diberikan cukup memotivasi siswa untuk belajar (skor 2)

Tidak teratur : jika tugas yang diberikan tidak memotivasi siswa untuk belajar (skor 1)

Menginterprestasikan data berdasarkan standar kriteria yang ditetapkan. Mengembangkan usulan/rekomendasi yang perlu dilaksanakan lebih lanjut. E. Kriteria dan Tindak Lanjut Setiap evaluasi senantiasa membutuhkan kriteria sebagai acuan untuk mempertimbangkan dan memberikan makna terhadap apa saja yang dicapai setelah pelaksanaan tindakan. Kriteria dapat bersifat normatif atau relatif, dan dapat pula dipakai kriteria absolut. Kriteria normatif tersebut dapat berasal dari dalam dan luar. Kriteria dalam adalah keadaan sebelum program dilaksanakan. Apabila ternyata keadaan setelah program dilaksanakan lebih baik, maka dapat dikatakan bahwa program telah berhasil, tetapi kalau tidak ada bedanya atau bahkan lebih jelek, maka program belum berhasil atau telah gagal. Kriteria luar adalah keadaan lain yang tidak dikenai program, dengan syarat bahwa keadaan lain tersebut memiliki sifat dasar setara dengan keadaan yang dikenai program, sehingga dipertanggungjawaban bahwa kalau pada akhirnya lebih baik adalah berkat pengaruh program. Kriteria absolut berasal dari sumber ideal, misalnya bersumber pada teori yang relevan dengan hasil program, ideologi, peraturan, kebijakan. Dengan demikian hasil program diukur dan dibandingkan dengan kriteria absolut tersebut. Evaluasi di-

9

tuntut mampu menilai apakah dengan dilaksanakannya program dapat makin mendekati kriteria absolut tersebut. Dalam evaluasi, kriteria berfungsi sebagai pembanding untuk menentukan tingkat keberhasilan program. Tingkat keberhasilan ini ditentukan berdasarkan pertimbangan yang masak oleh evaluator. Agar supaya pertimbangan tersebut dilakukan dengan baik, di samping perlu ditunjang dengan data yang cukup, juga seyogyanya meminta pertimbangan juga dari para ahli atau kompeten dalam bidangnya. Tentu saja pertimbangan tambahan tersebut sangat bergantung pada permasalahannya. Setelah didapatkan simpulan tentang tingkat keberhasilan dari program yang telah dilakukan, maka bagian yang berhasil dan yang tidak berhasil harus dapat diidentifikasi, dan dicari penjelasannya. Berdasarkan kesimpulan evaluasi tersebut dirumuskan permasalahan yang masih harus dicari pemecahannya, dan dirumuskan rencana program berikutnya yang paling strategis. Hasil monitoring dan evaluasi perlu diinformasikan ke pihak yang berkepentingan dengan sekolah dan selanjutnya digunakan untuk penyempurnaan program. F. Cara Menyusun Laporan Monitoring dan Evaluasi Penyusunan suatu laporan merupakan kegiatan monitoring dan/atau evaluasi. Hasilnya perlu dikomunikasikan kepada pihak yang berkepentingan. Tujuannya antara lain untuk perbaikan program, pertanggungjawaban, pembuktian, penyelidikan, perekomendasian, perolehan dukungan, dan promosi pada masyarakat. Bentuk laporan (out line) sangat beragam tergantung peran/keperluan, objek, atau konteks yang dievaluasi. Contoh umum bentuk laporan sebagai berikut. Laporan lengkap (teknis), yaitu laporan yang secara lengkap berisi tentang pelaksanaan program beserta hasilnya. Adapun isi laporan lengkap untuk bentuk laporan sebagai berikut. Pendahuluan Latar belakang Ruang lingkup Gambaran umum sekolah Program-program sekolah Hasil Keterlaksanaan program

10

Perkembangan aspek-aspek monitoring dan evaluasi. Input Kurikulum Anak didik Ketenagaan Sarana dan prasarana Organisasi Pembiayaan Manajemen sekolah Peranserta masyarakat Proses Proses Manajerial Proses belajar mengajar Output Prestasi akademik (NUAN, hasil EBTA, rapor, karya tulis) Prestasi nonakademik (olahraga, kesenian, keterampilan) Kesimpulan dan saran Lampiran-lampiran G. Self Evaluation (evaluasi mandiri) Evaluasi mandiri atau sering juga diistilahkan sebagai evaluasi diri perlu dilakukan oleh Komite Sekolah. Hal ini terkait erat dengan tidak adanya badan pengawas atau badan pembina yang mengontrol atau mengawasi langsung terhadap kinerja komite sekolah. Untuk itu komite sekolah perlu memiliki kemampuan untuk melakukan evaluasi diri secara terus menerus terhadap keberhasilan kinerjanya. Adapun ukuran dan kriteria penentuan keberhasilan komite sekolah dapat diklasifikasikan dengan indeks keberhasilan sebagai berikut. Sangat berhasil (nilai antara 90 100) Berhasil (nilai antara 70 89) Kurang berhasil (50-69) Tidak berhasil (0 49) Kriteria sangat berhasil (A) apabila: kegiatan operasional dilaksanakan secara rutin kegiatan operasional dilaksanakan secara optimal

11

hasilnya sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan Kriteria berhasil (B) apabila: kegiatan operasional dilaksanakan secara rutin kegiatan operasional dilaksanakan secara optimal hasilnya kurang sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan Kriteria cukup berhasil (C) apabila: kegiatan operasional dilaksanakan tidak secara rutin kegiatan operasional dilaksanakan tidak secara optimal hasilnya kurang sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan Kriteria tidak berhasil (D) apabila: kegiatan operasional dilaksanakan tidak secara rutin kegiatan operasional dilaksanakan tidak secara optimal hasilnya tidak sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan Contoh Instrumen Evaluasi Diri (Self Evaluation) Kegiatan Operasional Komite Sekolah A 1.1.1 Memberikan masukan dan pertimbangan kepada kepala sekolah dalam penyusunan visi, misi, tujuan, kebijakan program dan kegiatan pendidikan 1.1.1 dst Hasil evaluasi menggunakan rumus sebagai berikut: SR Indeks = -------------- x 100 SR Keterangan: SR = skor riil SI = skor ideal Indikator Kinerja B C D

DAFTAR PUSTAKASuharsimi A. (1988). Penilaian Program Pendidikan. Depdikbud Ditjen Dikti Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidkan. Jakarta.

12

Depdiknas. (2002). Manajemen Berbasis Sekolah Untuk SD. Jakarta: Depdiknas. Ditjen Dikdasmen Direktorat Pendidikan TK dan SD. ----------------. (2000). Bekerjasama dengan Masyarakat. Jakarta: Depdiknas Ditjen Dikdasmen ---------------- . (2002). Panduan Umum Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah. Jakarta: Ditjen Dikdasmen Depdiknas. Direktorat PLP. (2000). Proyek Perluasan dan Peningkatan Mutu SLTP. Jakarta Universitas Lampung. (2001). Panduan Penyusunan Evaluasi Diri. Bandar Lampung: Unila.

13

Lampiran 1. Contoh Kisi-Kisi Penyusunan Istrumen. No Variabel/SubVariabel Wawancara Angket Observasi Doku mentasi

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

Mulai dan berakhirnya pelajaran Aktivitas siswa Kesulitan penerapan KBK Kelengkapan sarana Pelaksanaan tes Mutu soal tes Pengambilan nilai akhir Pengadministrasian Situasi belajar secara umum

Guru Siswa Pengelo la V V V V V V V V V V V V V V V V V V

Siswa V V V V V V V V V V V V

V

Lampiran 2. Conoh instrumen obsevasi Pelaksanaan pelajaran di Kelas No A. 1. 2. 3. 4. B. 1. Peristiwa / Kegiatan / Kejadian PENDAHULUAN Cara memasuki ruangan. Perhatian terhadap hal-hal yang dapat mengganggu jalannya pelajaran. Kontak awal dengan siswa-siswa dalam kelas. Perhatian kepada seluruh kelas. B S K

KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR Cara menghubungkan pelajaran lalu dengan bahan pelajaran yang akan diberikan. 2. Penjelasan tentang kompetensi dasar. 3. Penyampaian pokok-pokok materi pelajaran. 4. Penggunaan alat pelajaran / media. 5. Cara mengikut sertakan siswa dalam kegiatan 6. Cara mengajukan pertanyaan kepada siswa. 7. Cara memberikan motivasi. 8. Hubungan guru dengan siswa. 9. Mengatasi siswa yang mengalami kesulitan belajar. 10. Cara guru menangani siswa yang tidak tertib. 11. Variasi pemberian contoh.

14

12. Evektivitas penggunaan waktu yang tersedia dan sebagainya.

Keterangan: B : Baik S : Sedang K : Kurang