materi 2 semen

22
BAB II BAHAN SEMEN DAN PERSYARATANNYA 2.1 Bahan Semen Dalam pembahasan bahan beton dan persyaratannya tidak bisa lepas dari standar- standar yang sering digunakan di Indonesia, misalnya Standar Industri Indonesia (SII), American Society for Testing Material (ASTM) dan British Standard (BS) serta Standar SK SNI S-04-1989-F. Didalam standar-standar tersebut dijelaskan bagaimana mengenai pengujian dan syarat-syarat bahan yang dapat dipakai untuk beton. Standar Bangunan Bagian A, SK SNI S-04-1989-F, Bab I Standar-standar dan syarat-syarat yang diterbitkan oleh Departemen Pekerjaan Umum melalui Yayasan LPMB, Bandung. Dalam pelaksanaannya menurut Standar SK SNI S-04-1989-F, rekaman lengkap dari hasil uji bahan semen dan beton harus disimpan dengan baik oleh pengawas ahli dan selalu tersedia untuk keperluan pemeriksaan selama pekerjaan dan selama 2 tahun sesudah proyek bangunan tersebut dilaksanakan. 2.2 Semen Portland 2.2.1 Pembuatan Semen dan Komponen Utamanya Dari definisi Semen Portland (PC) dapat dilihat bahwa semen portland dibuat dari Cacareous seperti batu kapur (limestone atau chalk) dan bahan silika atau aluminium yang terdapat pada tanah liat (clay atau shale). Batu kapur mengandung komponen CaO, lempung mengandung komponen SiO 2 dan Al 2 O 3 (oksida alumina) dan FeO 3 (oksida besi). Pada dasarnya proses pembuatan semen portland terdiri dari penggilingan, pencampuran menurut suatu proses tertentu dan pengawasan harus ketat. Dengan penggilingan dari klinker bulat yang berputar disertai pemanasan mencapai material akan menjadi klinker. Klinker ini dipindahkan dan digiling sampai halus (fine powder), disertai penambahan 3-5% gips (gypsum) untuk mengendalikan setting time akan menghasilkan semen portland yang siap untuk digunakan sebagai bahan pengikat dari campuran beton. C ° 1450 Semen portland ini dapat langsung dimasukkan kantong-kantong atau mobil container dan silo tempat penyimpanan dari semen. II - 1

Upload: yudhahermawankinoy

Post on 25-Nov-2015

70 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Dalam pembahasan bahan beton dan persyaratannya tidak bisa lepas dari standar-standar yang sering digunakan di Indonesia, misalnya Standar Industri Indonesia (SII), American Society for Testing Material (ASTM) dan British Standard (BS) serta Standar SK SNI S-04-1989-F. Didalam standar-standar tersebut dijelaskan bagaimana mengenai pengujian dan syarat-syarat bahan yang dapat dipakai untuk beton. Standar Bangunan Bagian A, SK SNI S-04-1989-F, Bab I Standar-standar dan syarat-syarat yang diterbitkan oleh Departemen Pekerjaan Umum melalui Yayasan LPMB, Bandung.Dalam pelaksanaannya menurut Standar SK SNI S-04-1989-F, rekaman lengkap dari hasil uji bahan semen dan beton harus disimpan dengan baik oleh pengawas ahli dan selalu tersedia untuk keperluan pemeriksaan selama pekerjaan dan selama 2 tahun sesudah proyek bangunan tersebut dilaksanakan.

TRANSCRIPT

  • BAB II

    BAHAN SEMEN DAN PERSYARATANNYA

    2.1 Bahan Semen

    Dalam pembahasan bahan beton dan persyaratannya tidak bisa lepas dari standar-

    standar yang sering digunakan di Indonesia, misalnya Standar Industri Indonesia (SII),

    American Society for Testing Material (ASTM) dan British Standard (BS) serta Standar SK

    SNI S-04-1989-F. Didalam standar-standar tersebut dijelaskan bagaimana mengenai

    pengujian dan syarat-syarat bahan yang dapat dipakai untuk beton. Standar Bangunan

    Bagian A, SK SNI S-04-1989-F, Bab I Standar-standar dan syarat-syarat yang diterbitkan

    oleh Departemen Pekerjaan Umum melalui Yayasan LPMB, Bandung.

    Dalam pelaksanaannya menurut Standar SK SNI S-04-1989-F, rekaman lengkap

    dari hasil uji bahan semen dan beton harus disimpan dengan baik oleh pengawas ahli dan

    selalu tersedia untuk keperluan pemeriksaan selama pekerjaan dan selama 2 tahun sesudah

    proyek bangunan tersebut dilaksanakan.

    2.2 Semen Portland

    2.2.1 Pembuatan Semen dan Komponen Utamanya

    Dari definisi Semen Portland (PC) dapat dilihat bahwa semen portland dibuat dari

    Cacareous seperti batu kapur (limestone atau chalk) dan bahan silika atau aluminium yang

    terdapat pada tanah liat (clay atau shale). Batu kapur mengandung komponen CaO,

    lempung mengandung komponen SiO2 dan Al2O3 (oksida alumina) dan FeO3 (oksida besi).

    Pada dasarnya proses pembuatan semen portland terdiri dari penggilingan,

    pencampuran menurut suatu proses tertentu dan pengawasan harus ketat. Dengan

    penggilingan dari klinker bulat yang berputar disertai pemanasan mencapai

    material akan menjadi klinker. Klinker ini dipindahkan dan digiling sampai halus (fine

    powder), disertai penambahan 3-5% gips (gypsum) untuk mengendalikan setting time akan

    menghasilkan semen portland yang siap untuk digunakan sebagai bahan pengikat dari

    campuran beton.

    C1450

    Semen portland ini dapat langsung dimasukkan kantong-kantong atau mobil

    container dan silo tempat penyimpanan dari semen.

    II - 1

  • Secara jelas proses pembuatan semen dapat dilihat pada Gambar 2.1 dan

    Gambar 2.2

    Bahan semen yang digiling dalam kondisi basah dan kondisi kering masing-masing

    disebut proses basah dan proses kering. Diameter kilen berkisar 5-7 meter dan panjang

    kilen dapat mencapai 230 meter.

    Lime Stone Quarrying Crushing

    Other row Materials

    Clay, shale, Quarrying crushing

    Storage

    Granding & blending

    Storage

    Storage & Final blending

    Burning (kilen)

    Penyimpanan

    Preheater

    Storage

    Finishing grinding

    Distribusi ke pasaran

    Gambar 2.1 Sket Pembuatan Semen Portland

    Gypsum

    II - 2

  • cooling1550C

    1450

    Clinker out

    Formatin of C3S

    Formation of melt

    Initial formation of C2S

    Clay dicomposesFormation of Initial composedFree

    water Lime stone dicimposes

    50

    450C

    600

    800C

    zone calculation

    zone dehidration

    zone clinkering

    1000

    1200C

    1350

    1350C

    Gambar 2.2 Sketsa kondisi dan reaksi dalam tipical rotary kilen (proses kering)

    2.2.2 Komponen karakteristik dari Semen Portland

    Secara diagram pembentukan komponen karakteristik dari hidrasi dari portland

    semen dapat digambarkan seperti Gambar 2.3.

    Unsur (senyawa) C3S C2S C3A C4AF semen

    Semen Portland Type I II III IV V

    Komponen CaO SiO Al2O3 Fe2O3 Oksida

    Hasil Hidratasi C-S-H (gel) Ca(OH)2

    Elemen O Si Ca Al Fe

    Gambar 2.3 Pembentukan komponen karakteristik dan

    hidratasi dari portland semen

    II - 3

  • Mengenai hasil hidratasi semen yaitu Calsium Silikat Hidrat, Tricalsium Alumina Hidrat.

    2 C3S + 6 H C3S2H3 + 3 CH

    2 C2S + 4 H C3S2H3 + CH

    C3A + CSH2 + 10 H C4ASH12 C3A + CH + 12 H C4AH13 C4AF + 2 CH + 2 CSH2 + 18 H C8AFS2H24 C4AF + 4 CH + 22 H. C8AFH26dimana,

    S = SO3 ; H = H2O ; CH = Ca(OH)2 Pemilihan Pemakaian Bahan Semen

    a. Semen untuk membuat campuran beton harus memenuhi salah satu dari ketentuan

    berikut :

    1. SNI 15 - 2049 1994 Semen Portland ( ASTM C 150 )

    2. Spesifikasi Semen Blended Hidrolis ( ASTM C 595 ), kecuali type S dan

    type SA yang tidak diperuntukkan sebagai unsur pengikat utama struktur

    beton.

    3. Spesifikasi Semen Hidrolis Ekspansif ( ASTM C 845 )

    b. Semen yang digunakan pada pekerjaan konstruksi harus sesuai dengan semen yang

    digunakan pada perhitungan porporsi campuran beton, yang berkaitan dengan

    kekuatan dan karakteristik yang harus diperhatikan.

    Hal ini berarti bahwa semen yang dipakai untuk satu jenis pekerjaan harus berasal dari

    sebuah produsen semen yang telah menetapkan standar pengujian terhadap bahan semen

    yang diproduksi

    Bila dipakai semen dari produsen yang berbeda maka akan berpengaruh pada :

    - perhitungan proporsi campuran beton

    - berat jenis dan berat volume beton

    - waktu pengikatan dan waktu pengerasan beton

    Dengan demikian akan berpengaruh dalam pelaksanaan pekerjaan pembetonan, jadi untuk

    satu proyek harus dipakai satu produsen semen.

    II - 4

  • Pada dasarnya semen yang dipergunakan dalam pembuatan beton ialah semen

    portland dan semen portland pozolan. Didalam SII 0132-81 dinyatakan semen tersebut

    harus memenuhi syarat-syarat :

    - Klasifikasi semen portland (ada 5 jenis)

    - Syarat mutu yang terdiri dari :

    Syarat kimia Syarat fisika

    Untuk semen portland pozolan harus memenuhi syarat-syarat yang ada dalam SII 0132-75

    atau ASTM C595 Spesification for Blended Hidraulic Cement, dan ASTM C595.

    Dalam spesifikasi SII 0132-75 dinyatakan bahwa semua portland pozolan harus

    memenuhi :

    - Golongan semen portland pozolan jenis SPP 400 dan SPP 200

    - Syarat mutu

    - Syarat kimia

    - Syarat fisika

    2.2.3 Persyaratan Semen

    a. Yang disebut semen hidrolik adalah suatu bahan pengikat yang mengeras jika

    bereaksi dengan air serta menghasilkan produk yang tahan air. Contoh-contoh

    semen hidrolik adalah semen portland, semen alumina, semen putih dll. Gips,

    bukan merupakan semen hidrolik, karena setelah mengeras bereaksi dengan air,

    produk ini larut dengan air.

    Kapur yang telah mengeras adalah tahan air tetapi mengerasnya kapur setelah

    bereaksi dengan karbon dioksida, bukan dengan air.

    b. Komponen utama dari semen portland adalah :

    - Batu kapur yang mengandung komponen CaO (kapur,lime)

    - Lempung yang mengandung komponen SiO2 (silika), Al2O3 (oksida

    alumina), Fe2O3 (oksida besi)

    II - 5

  • Bahan-bahan ini dengan pengawasan yang ketat, digiling dan dicampur menurut

    suatu proses tertentu. Campuran ini dipanaskan dalam oven pada suhu sampai

    menjadi klinker. Klinker ini dipindahkan, digiling sampai halus disertai penambahan 3-5 %

    gips untuk mengendalikan waktu pengikatan semen supaya tidak berlangsung terlalu cepat.

    C1450

    Reaksi-reaksi yang terjadi waktu proses pembuatan semen adalah sebagai berikut :

    1) Batu kapur : CaO + CO2

    Kapur karbon dioksida

    Lempung : SiO2 + Al2O3 + Fe2O3 + H2O

    Silica alumina oksida besi air

    2) 3CaO + SiO2 3 CaOSiO2

    Trikalsium silikat (C3S)

    2CaO + SiO2 2 CaOSiO2

    Dikalsium silikat (C2S)

    3CaO + Al2O3 3 CaO.Al2O3

    Trikalsium Aluminat (C3A)

    4CaO + Al2O3 + Fe2O3 4 CaO.Al2O3.Fe2O3

    Tetrakalsium Aluminoferit (C4AF)

    Bahan-bahan tersebut merupakan klinker semen.

    Trikalsium silikat (C3S), Trikalsium Aluminat (C3A) dan Tetrakalsium Aluminat

    dan Tetrakalsium Aluminoferit (C4AF) merupakan komponen karakteristik dari semen

    portland.

    II - 6

  • 2.3 Evaluasi Semen Portland

    2.3.1 Sifat-sifat teknis semen portland

    Sifat-sifat semen portland bergantung kepada :

    - Susunan kimia

    - Kadar gips

    - Kehalusan butirannya

    a. Apabila dilakukan analisis kimia mengenai semen portland, maka dapat diketahui

    komposisisnya. Sebagai contoh dibawah ini tercantum hasil analisa suatu jenis semen

    tertentu.

    Komponen

    CaO

    SiO2

    Al2O3

    Fe2O3

    MgO

    SO3

    K2O + Na2

    Ignitionloss

    Bahan-bahan sisa

    Balace

    (Mn. Ti dsb.)

    Jumlah

    Prosentase (%)

    64.0

    19.0

    5.5

    3.5

    1.4

    1.9

    1.1

    2.1

    0.6

    0.9

    100 %

    Lain-lain

    SR =2.6

    AR = 1.6

    LSF = 1.01

    C3S = 59.4

    C2S = 10.0

    C3A = 8.7

    C4AF = 10.3

    Dari hasil analisa diatas jelas tampak bahwa kapur merupakan komponen yang

    jumlahnya terbanyak, disusul oleh silika, alumina dan oksida besi. Oksida-oksida itu

    II - 7

  • merupakan ke-4 oxida utama dalam semen portland. Disamping itu terdapat juga

    komponen lainnya, jumlah oksida-oksida tersebut berkisar antara :

    Kapur (CaO) 60 66 %

    Silica (SiO2) 19 25 %

    Alumina (Al2O3) 3 8 %

    Oksida besi (Fe2O3) 1 5 %

    Oksida magnesium (MgO) dibatasi sampai dengan 4 %.

    b. Komposisi mineral dalam prosen berat menurut BOGUE dapat ditentukan dari hasil

    analisa kimia sebagai berikut :

    Trikalsium Silikat :

    C3S = 3CaO. SiO2 = 4O7CaO ( 7.6SiO2 + 6.72Al2O3 + 1.43Fe2O3 + 2.85SO3 )

    Dikalsium Silikat :

    C2S = 2 CaOSiO2 = 2.87 SiO2 0.754 C3S

    Trikalsium Aluminat :

    C3A = 3 CaO.Al2O3 = 2.65 Al2O3 1.69 C3S

    Tetrakalsium Alumino Ferit

    C4AF = 4 CaO.Al2O3.Fe2O3

    c. Tipe-tipe semen portland bisa diperoleh dengan mengadakan variasi-variasi dalam

    proporsi-proporsi relatif dari komponen-komponen karakteristiknya serta derajat

    kehalusan penggilingan bahan klinkernya, misalnya :

    untuk bangunan-bangunan beton yang akan mendapat serangan sulfat, harus digunakan semen dengan kadar C4A dan C4AF yang rendah.

    untuk pembetonan sebuah atau pembetonan bangunan luas lainnya harus digunakan jenis semen yang mengeluarkan panas hidrasi rendah.

    d. Komposisi kimia semen portland dapat dinilai dengan menentukan perbandingan Silika

    SR (Silika Ratio) dan perbandingan Alumina AR (Alumina Ratio).

    3232

    2

    OFeOAlSiOSR +=

    II - 8

  • Nilai SR menunjukkan apakah semen itu kaya akan Silika atau tidak.

    Pada umumnya 1.6 < SR < 3.5 dengan nilai rata-rata 2.0 2.5

    0.232

    32 ==OFeOAlAR

    Nilai-nilai AR yang lebih rendah dijumpai pada jenis semen yang tahan terhadap

    sulfat, sedangkan harga-harga AR yang lebih tinggi dijumpai pada semen putih. Akan

    tetapi biasanya nilai AR yang dikehendaki adalah nilai AR yang serendah mungkin.

    Faktor kejenuhan kapur atau lime saturation factor LSF, adalah perbandingan jumlah

    kapur dalam prosen berat semen terhadap ke 3 jumlah komponen-komponen utama

    pembuat klinker,

    32322 OFeOAlSiO

    CaOLSF ++=

    Apabila nilai LSF terlalu rendah, maka semen kekurangan komponen C3S. Jika harga

    LSF lebih besar dari 1.0, maka semua Silika menjadi Calsium Silikat sehingga dalam

    semen terdapat Kapur bebas. Bilamana nilai C3S terlalu rendah, maka mutu semen

    jelek. Kapur bebas dalam semen akan menyebabkan semen yang terhidrasi itu tidak

    stabil volumenya.

    Jadi secara umum 0.66 < LSF < 1.02. LSF lebih besar dari 1.02 (LSF>1.02) mutu

    semen jelek karena terdapat kapur bebas dalam semen.

    LSF = 1.00 semua Silika yang terdapat dalam bentuk C3S.

    LSF < 1.00 Silika yang terdapat dalam bentuk campuran C2S dan C3S.

    LSF < 0.66 terdapat terlalu banyak C2S.

    e. Disamping komponen-komponen utama, dalam semen terdapat pula bahan-bahan lain

    dalam jumlah kecil, akan tetapi mempengaruhi sifat-sifatnya. Adapun baha-bahan

    tersebut adalah :

    1) Magnesia, MgO

    Seperti pada saat mencampur kapur (CaO) dengan air, bilamana Oxida

    Magnesium tercampur dengan air, maka hal ini akan diikuti oleh penambahan volume.

    II - 9

  • Dengan sendirinya penambahan volume itu akan dialami oleh beton yang menggunakan

    bahan tersebut disertai dengan retak-retak. Kadar MgO dibatasi sampai 5%.

    2) Sulphuric Anhydrate (sisa asam sulfit), SO3

    SO3 merupakan bahan yang sangat penting dalam semen portland, karena berfungsi

    sebagai pengatur waktu pengikatan semen. SO3 terdapat dalam gips Ca SO4. Apabila

    kadar gips terlalu tinggi, maka selam berlangsungnya proses pengerasan akan timbul

    pengembangan gips. Oleh karena itu kadar SO3 biasanya dibatasi sampai dengan

    2.5 3.0 %.

    3) Alkali, Na2O dan K2O

    Na2O dan K2O selalu dijumpai dalam bahan-bahan baku untuk semen. Apabila

    bahan agregat yang akan digunakan untuk campuran beton mengandung Silikat reaktif,

    maka akan timbul reaksi kimia yang merugikan beton.

    Hidroksida-hidroksida Alkali terjadi dari alkali-alkali yang terdapat pada semen

    yang sedang mengeras, akan menyerang butir-butiran agregat yang mengandung silika

    reaktif itu. Sebagai hasil reksi kimia itu akan terjadi gel-gel alkali dari jenis yang

    dapat mengembang tak terbatas. Gel-gel ini akan menyerap air, kemudian

    mengembang sedemikian sehingga dapat menyebabkan tegangan-tegangan intern yang

    menjalar dan kemudian menimbulkan pengembangan menyeluruh.

    Pengembangan yang meluas ini akan menimbulkan retak-retak serta pecah-pecah

    dalam beton, dan akhirnya merusak seluruhnya. Bahan-bahan reaktif seperti opal,

    tridymite, opaline silika, chalcodony, bila keadaan memaksa dapat dipergunakan asalkan

    memakai jenis semen portland dengan kadar alkali rendah yaitu kurang atau sama

    dengan 0.6 % ( < 0.6% ).

    4) Kehilangan berat akibat pemanasan (Ignitionloss)

    Substansi yang terbuang dari semen akibat pemanasan adalah air dan karbon

    dioksida. Kehilangan berat akibat pemanasan menunjukkan bahwa semen yang

    bersangkutan mempunyai kadar air tinggi. Kadar air yang tinggi dalam semen dapat

    menyebabkan waktu pengerasan yang lama. Berdasarkan pengurangan berat yang

    diijinkan adalah 5% pada suhu . Oleh karena semen merupakan bahan yang C1000

    II - 10

  • higroskopis maka selama penyimpanannya di gudang harus diusahakan agar supaya

    tidak dapat menghisap air akibat udara lingkungan yang lembab, harus diusahakan pula

    agar supaya semen disimpan di tempat-tempat kering serta bebas dari aliran udara.

    5) Kehalusan Butiran

    Kehalusan butiran-butiran semen mempengaruhi waktu pengerasan pasta semen.

    Lebih luas permukaan yang dapat dihidrasi, lebih banyak gel semen dapat terbentuk

    pada umur muda, maka lebih tinggi kekuatan tekan awal yang dapat dicapai oleh semen.

    Akan tetapi gel semen yang terbentuk itu memperlambat waktu hidrasi akibat suatu aksi

    gel-gel sendiri yang mencegah terbentuknya gel-gel lain lebih cepat, jika telah terbentuk

    gel-gel semen dalam jumlah besar.

    Oleh karenanya, penggilingan extra halus butiran-butiran semen itu, efisien dalam

    penambahan kekuatan tekan hanya sampai pada umur 7 hari.

    Sifat-sifat yang berhubungan dengan kehalusan butiran-butiran semen adalah :

    Kekuatan awal tinggi Cepat mundurnya mutu semen jika dipengaruhi cuaca Reaksi kuat dengan bahan agregat reaktif Retak-retak Daya penyusutan tinggi Pengikatan yang cepat Kebutuhan air yang banyak Mengurangi bleeding

    Semen portland biasa mempunyai luas permukaan minimum 2250 cm2 per gram,

    sedangkan semen yang cepat mengeras 3200 cm2 per gram.

    2.4 Semen Portland Khusus (Special)

    a. Mineral-mineral dalam semen portland secara individu masing-masing mempunyai sifat-

    sifat tersendiri mengenai batas waktu hidrasi, perkembangan kekuatan tekan,

    perkembangan panas hidrasi dan sebagainya.

    Dengan menentapkan batas-batas tertentu pada kombinasi kimianya, terbuka

    kemungkinan untuk mengubah sifat-sifat semen portland sedemikian sehingga menjadi

    lebih cocok bagi penggunaannya dalam keadaan-keadaan khusus.

    II - 11

  • b. Kita mengenal 5 tipe semen portland yaitu tipe I, II, III, IV, V sesuai dengan klasifikasi

    yang ditentukan oleh ASTM. Apabila semen bereaksi dengan air maka timbulah panas

    hidrasi yang cukup banyak. Komponen C3S dan C3A menghidrasi cukup cepat,

    sedangkan C2S dan C3AF menghidrasi lebih lambat serta mengeluarkan panas hidrasi

    dengan kecepatan yang lebih rendah.

    Banyaknya panas untuk 1 gram bahan dalam kalori per gram pada saat terjadi hidrasi

    ialah :

    136 (C3S) + 62 (C2S) + 200 (C3A) + 30 (C4AF)

    Tabel 2.1 Tipe-tipe semen sesuai standar ASTM

    Prosentase

    Tipe ASTM

    Penggunaan

    Karakteristik C3S C2S C3A

    C3A

    F

    Tipe I

    Biasa, penggunaan

    umum

    Bangunan-

    bangunan beton

    biasa

    53

    24

    8

    8

    Tipe II

    Modified panas

    hidrasi, ketahanan

    terhadap sulfat sedang

    Pembetonan

    massal

    dan biasa

    -

    47

    max

    50

    32

    3

    max

    8

    12

    Tipe III

    Cepat mengeras

    Kekuatan awal tinggi

    Pembetonan di

    musim dingin

    -

    58

    16

    8

    8

    Tipe IV

    Panas hidrasi rendah

    Pembetonan

    massal

    Mempunyai

    kadar

    26

    max

    35

    54

    min

    40

    2

    max

    7

    12

    II - 12

  • C3A dan C3S

    yang tinggi

    Tipe V

    Tanah terhadap sulfat

    Air mengandung

    sulfat atau air di

    laut

    Kadar rendah

    dari

    C3A dan C3S

    max

    50

    max

    5

    Semen putih

    Beton putih

    khusus

    Kadar rendah

    dari

    C3A, C4AF, &

    MgO

    51

    26

    11

    1

    Tipe I :

    Dipakai untuk keperluan konstruksi yang tidak memerlukan persyaratan khusus

    terhadap panas hidrasi dan kekuatan tekan awal. Cocok dipakai pada tanah dan air yang

    mengandung sulfat antara 0,0 - 0,10 % dan dapat digunakan untuk bangunan rumah

    pemukiman, gedung-gedung bertingkat dan lain-lain.

    Tipe II

    Dipakai untuk konstruksi bangunan dari beton massa yang memerlukan ketahanan

    sulfat (pada lokasi tanah dan air yang mengandung sulfat antara 0,10 0,20 %) dan

    panas hidrasi sedang, misalnya bangunan dipinggir laut, bangunan dibekas tanah rawa,

    saluran irigasi, beton massa untuk dam-dam dan landasan jembatan .

    Dengan memperhatikan rumus untuk menghitung panas hidrasi jelaslah bahwa C3A

    dan C3S menghidrasi sangat cepat, sedangkan C2S dan C4AF menghidrasi lambat,

    dengan menimbulkan panas hidrasi lebih rendah. Dengan menambah prosentase C2S

    dari semen portlad tipe I dan mengurangi prosentase C3A dan C3S diperoleh semen yang

    mengeluarkan panas hidrasi lebih rendah; disamping itu semen jenis II ini lebih tahan

    terhadap serangan sulfat daripada tipe I. Semen tipe II disebut juga modified portland

    II - 13

  • cement dan penggunaannya sama seperti untuk tipe I ditambah dua keuntungan yang

    disebut diatas.

    Tipe III

    Dipakai untuk konstruksi bangunan yang memerlukan kekuatan tekan awal tinggi

    pada fase pemulaan setelah pengikatan terjadi, misalnya untuk pembuatan jalan beton,

    bangunan tingkat tinggi, bangunan dalam air yang tidak memerlukan ketahanan terhadap

    serangan sulfat.

    Semen tipe III disebut juga semen dengan kekuatan awal tinggi. Jenis ini

    digunakan bilamana kekuatan harus dicapai dalam waktu singkat, walaupun harganya

    sedikit lebih mahal. Biasanya dipakai pada pembuatan jalan yang harus cepat dibuka

    untuk lalu-lintas; juga apabila acuan itu harus bisa dibuka dalam waktu singkat. Panas

    hidrasi 50% lebih tinggi dari pada yang ditimbulkan semen tipe I.

    Tipe IV

    Dipakai untuk kebutuhan pengecoran yang tidak menimbulkan panas, pengecoran

    dengan penyemprotan (setting time lama) yang dalam penggunaannya memerlukan

    panas hidrasi yang rendah.

    Semen portland tipe IV ini menimbulkan panas hidrasi rendah dengan prosentase

    maksimum untuk C3S sebesar 35 %, untuk C3A sebesar 7 % dan untuk C2S prosentase

    minimum sebesar 40 %. Tipe IV ini tidak lagi diproduksi dalam jumlah besar seperti

    pada waktu pembuatan Hoover Dam, akan tetapi telah diganti dengan tipe II yang

    disebut modified portland cement.

    Tipe V

    Dipakai untuk konstruksi bangunan pada tanah/air yang mengandung sulfat

    melebihi 0,20 % dan sangat cocok untuk instalasi pengolahan limbah pabrik, konstrksi

    dalam air, jembatan, terowongan, pelabuhan dan pembangkit tenaga nuklir.

    Semen portland tipe V ini tahan terhadap serangan sulfat serta mengeluarkan panas.

    Reaksi antara C3A dan CaSO4 menyebabkan terjadinya Calcium Sulfoaluminate.

    II - 14

  • Dengan cara yang sama, dalam semen yang telah mengeras, hidrat dari C3A dapat

    bereaksi dengan garam-garam sulfat dari luar, kemudian membentuk Calcium

    Sulfoaluminate di dalam struktur pasta yang telah terhidrasi tersebut.

    Penambahan volume pada fase padat, jika terbentuk Calcium Sulfoaluminate dalam

    jumlah besar yaitu 227%, sehingga akibat reaksi-reaksi sulfat ini akan terjadi disintegrasi

    dari beton.

    Reaksi-reaksi lain yang mungkin terjadi antara lain : Ca(OH)2 dengan garam-garam

    sulfat dari luar yang hasilnya adalah terbentuknya gips yang diikuti dengan penambahan

    volume pada fase padat sebesar 124%.

    Reaksi-reaksi tersebut diatas dikenal sebagai serangan-serangan sulfat, yang paling

    aktif menyerang ialah garam-garam MgSO4 dan Na2SO4. Serangan-serangan ini akan

    dipercepat apabila disertai dengan silih bergantinya keadaan basah dan kering.

    Terutama di daerah-daerah yang terkena pengaruh pasang surut pada bangunan-

    bangunan beton dilaut menderita serangan-serangan sulfat ini. Gunakanlah semen tipe

    V ini untuk menahan serangan-serangan ini.

    Semen tipe V ini mengandung kurang dari 5% C3A dan sejumlah terbatas C4AF

    dan Mg. Kadar C3S dibatasi sampai dengan 50% oleh karena C3S melepaskan sejumlah

    banyak Ca(OH)2 selama berlangsungnya hidrasi, sehingga akan mengurangi ketahanan

    semen terhadap serangan kimia.

    Oil Well Cement

    Semen ini digunakan untuk penyemenan sumuran minyak yang didalamnya dapat

    mencapai beberapa ribu feet.

    Adukan semen harus tahan terhadap tekanan sampai dengan 1000 atmosfir dan

    suhu sampai 247 F tanpa menunjukkan gejala pengikatan sebelum waktunya. Dalam semen jenis ini komponen C3A yang cepat menghidrasi tidak digunakan,

    disamping itu dibubuhkan bahan-bahan serbuk khusus penghambat waktu pengikatan

    semen.

    Semen-semen dengan kadar Alkali rendah

    II - 15

  • Jenis semen ini digunakan di negara-negara penghasil agregat yang reaktif terhadap

    iklim. Jenis semen ini tidak menggunakan Alkali dalam komposisinya.

    Semen Putih

    Jenis semen ini dibuat dari batu kapur yang bebas besi, quarts, pasir dan kaolin.

    Semen putih menunjukkan suatu produk dari teknologi tertinggi yang dapat dicapai oleh

    industri semen. Sesuai syarat-syarat untuk semen portland dapat dipenuhinya.

    Oleh karena penggilingan serbuknya mahal, demikian juga bahan bakunya, maka

    semen putih termasuk jenis semen portland yang mahal.

    2.5 Pengikatan serta Pengerasan Semen Portland

    a. Hal penting yang harus mendapat perhatian kita pada semen portland adalah pengikatan

    dan pengerasannya.

    Semen portland dalam keadaan kering mempunyai energi latent yang besar, energi ini

    mulai aktif setelah semen itu dibubuhi air. Masa ini kemudian menjadi plastis sehingga

    dapat dikerjakan dengan mudah. Semen portland merupakan bahan pengikat hidrolis,

    yang berarti bahwa pengerasannya melulu tergantung pada reaksi kimia yang disebabkan

    oleh air dan semen, oleh karenanya semen portland dapat mengeras meskipun didalam

    air. Patut diketahui apabila pada saat berlangsungnya proses pengerasan pemberian air

    itu kita hentikan maka reaksi kimia antara air dan semen berhenti. Nilai dari semen

    portland sebagai bahan pengerasan ditentukan oleh kelangsungan terjadinya reaksi

    kimia antara semen dengan air secara baik. Pada umumnya dibutuhkan sebanyak

    kira-kira 20% air dari berat semen yang dipakai agar semen itu dapat mengeras.

    b. Pada reaksi antara semen dan air kita bedakan menjadi 2 (dua) periode yang berlainan :

    periode pengikatan dan periode pengerasan. Pengikatan adalah peralihan dari

    keadaan plastis kedalam keadaan keras, sedangkan pengerasan adalah penembahan

    kekuatan setelah pengikatan itu selesai.

    c. Yang harus kita perhatikan adalah awal pengikatan, yaitu pada saat mulainya semen

    menjadi kaku, saat ini ditentukan dalam jam dan menit setelah semen itu kita aduk

    dengan air.

    II - 16

  • d. Selanjutnya kita perhatikan waktu pengikatan, yaitu periode yang berlangsung antara

    permulaan semen menjadi kaku dan saat semen itu beralih kedalam keadaan keras/padat.

    Keadaan ini dapat diartikan bahwa pasta semen telah menjadi keras, akan tetapi belum

    cukup kuat. Setelah ini pengerasan berlangsung terus mula-mula secara cepat,

    kemudian lebih lambat untuk jangka waktu yang lama.

    e. Pengikatan harus terus berlangsung dengan lambat, sebab jika tidak demikian adukan

    beton akan sukar dikerjakan. Oleh karena itu spesifikasi-spesifikasi untuk semen

    mensyaratkan bahwa awal pengikatan dari pasta semen tidak boleh terjadi kurang dari

    satu jam (1 jam) setelah kita membubuhkan air pada semen. Pada umumnya waktu ini

    adukan beton berlangsung lebih lama kira-kira 3-5 jam. Namun demikian teknologi

    beton menghendaki bahwa semen itu cepat mengeras, karena dengan ini dapat dicapai

    keuntungan-keuntungan teknis maupun finansial seperti : waktu pembongkaran acuan

    yang dapat dilaksanakan tanpa harus menunggu lama.

    f. Dengan memperhatikan hal-hal yang telah diuraikan di atas jelaslah bahwa :

    1) Terutama pada saat-saat permulaan, waktu beton sedang mencapai kekuatannya,

    harus dijaga agar supaya beton tidak menjadi kering. Hal ini dapat dilaksanakan

    dengan pembasahan dengan air, sehingga dapat mencegah penguapan air dari

    massa beton.

    2) Penusukan dan/atau penggetaran adukan beton dapat dilakukan tanpa

    membahayakan, selama belum terjadi pengikatan. Apabila penusukan dan/atau

    penggetaran adukan beton dilakukan setelah terjadinya pengikatan, maka kesatuan

    yang telah terjadi antara bahan-bahan campuran beton akan terganggu sehingga

    tidak akan tercapai kekuatan yang dikehendaki karena semen yang telah mulai

    mengikat itu tidak akan mampu mempersatukan kembali butir-butir pasir dan

    kerikil.

    3) Harus diberikan waktu yang cukup pada beton supaya dapat mengeras serta harus

    diusahakan agar supaya reaksi kimia antarase dan air dapat berlangsung

    memuaskan tanpa kekurangan air.

    II - 17

  • g. Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi waktu pengikatan awal dari semen.

    1) Umur Semen Selama semen itu disimpan untuk jangka waktu yang lama, maka semen itu

    akan menghisap air dan zat asam arang dari udara, sehingga terjadi pra-hidrasi.

    Sebagai akibatnya, semen itu akan menunjukkan proses pengikatan yang

    lambat. Disamping itu akan dicapai kekuatan tekan lebih rendah.

    2) Suhu Kecepatan suatu reaksi kimia tergantung pada suhu dari masa yang bereaksi

    serta suhu lingkungannya. Reaksi antara semen dan air berlangsung lebih

    cepat pada suhu yang tinggi (perawatan dengan uap misalnya), akan tetapi

    untuk proses pengikatan suhu yang paling tepat kira-kira 23 C

    3) Jumlah air yang Dibutuhkan Agar reaksi kimia antara semen dan air berlangsung dengan memuaskan,

    dibutuhkan air sebanyak kira-kira 20% dari berat semen.

    Dalam adukan beton yang memerlukan lebih banyak air, panas hidrasi akan

    timbul disebarkan dengan lebih meluas pada bahan-bahan agregat yang lainnya,

    sehingga suhu pada saat terjadinya pengikatan akan jauh lebih rendah dari pada

    suhu waktu terjadi pengikatan hanya antara air dan semen,sehingga waktu

    pengikatan pada adukan beton akan berlangsung lebih lama.

    h. Sebagai gambaran tentang pengaruh umur semen terhadap kemunduran mutunya, dapat

    dilihat pada hasil penelitian di bawah ini yang berhubungan dengan hal tersebut.

    II - 18

  • Tabel 2.2 Pengaruh umur semen terhadap mutu beton

    Waktu

    Pengurangan Kekuatan Tekan (%)

    Setelah 1 bulan

    Setelah 2 bulan

    Setelah 6 bulan

    Setelah 12 bulan

    5 10

    10 20

    20 30

    30 - 40

    i. Dibawah ini tertera hasil-hasil penelitian mengenai perbedaan-perbedaan kekuatan tekan

    beton dengan menggunakan semen-semen tipe lain dibandingkan dengan kekuatan

    tekan beton yang menggunakan semen portland biasa tipe I.

    Tabel 2.3 Kekuatan tekan beton dengan menggunakan berbagai macam tipe semen

    Kekuatan tekan % dari kekuatan tekan

    semen portland

    Tipe semen portland

    Umur

    3 hari

    Umur

    28 hari

    Umur

    3 bulan

    Tipe I

    Biasa, penggunaan

    umum

    100

    100

    100

    Tipe II

    Modified panas hidrasi,

    ketahanan terhadap

    sulfat sedang

    80

    85

    100

    II - 19

  • Tipe III

    Cepat mengeras

    Kekuatan awal tinggi

    190

    130

    115

    Tipe IV

    Panas hidrasi rendah

    50

    65

    90

    Tipe V

    Tahan terhadap sulfat

    65

    65

    85

    Harga-harga tersebut diatas berdasarkan pada contoh-contoh benda uji beton

    yang mendapat perawatan dengan pembahasan secara kontinyu sampai tiba

    saatnya untuk diperiksa kekuatan tekannya.

    j. Semen portland sebagai bahan pengikat dalam konstruksi beton bertulang merupakan

    unsur yang sangat penting. Oleh karena semen portland adalah suatu produk kimia yang

    mutunya tidak dapat ditentukan dengan pengamatan secara visual, maka mutu semen

    portland harus diperiksa di sebuah laboratorium pemeriksaan bahan-bahan.

    l. Pengujian semen portland hanya akan mempunyai arti bila kita dapat menyajikan data-

    data yang dapat kita bandingkan. Jelaskan bahwa data-data tersebut hanya dapat

    diperoleh bilamana ada keseragaman tentang :

    a) Komposisi mortar semen yang akan diuji

    b) Nilai faktor air semen

    c) Cara mencampur dan mengaduk semen

    d) Cara mengisi cetakan

    e) Cara pengujian benda uji

    II - 20

  • m. Biasanya pengujian semen portland meliputi pengujian secara mekanis. Disetiap negara

    yang telah maju pada umumnya telah tersedia spesifikasi-spesifikasi untuk pengujian

    semen yang telah dinormalisasikan, di Indonesia dapat digunakan NI-8, juga cara-cara

    yang diuraikan dalam ASTM (American Standard for Testing and Materials).

    2.6 Cara Pengangkutan dan Penimbunan Semen

    2.6.1 Pengangkutan Semen

    Di dalam pabrik semen, untuk pengangkutan produk-produk semen dapat berbentuk

    kantong empat lapis dengan isi 40 kg - 50 kg. Atau dengan bulk yang pengisiannya sudah

    dilengkapi dengan skala timbangan berapa yang diisikan. Baik kantong maupun bulk ini

    dapat diangkut dengan truk atau KA khusus untuk semen.

    Cara mengatur kantong-kantong semen dalam truk dan KA dapat langsung di bawah belt

    conveyor, ditumpuk dengan tenaga manusia sampai sejumlah 200 kantong tipa truk dan

    750 kantong tiap gerbong KA.

    Kalau diangkut dengan bulk langsung dibawah silo tergantung kapasitasnya, pengisiannya

    biasanya antar 10-12 ton.

    Khusus untuk kapal, pengangkutannya harus diketahui :

    a) syarat kapal (certificate, trayek)

    b) kelas kapal (jenis, tahun, ukuran)

    c) kegiatan pemuatan (jumlah pecah, susut, rusak, hilang)

    d) kegiatan pembongkaran (sistem bongkar muat, canvas sling, kecepatan,

    hasil pembongkaran)

    Setelah diadakan perjanjian terperinci baru dilaksanakan pemuatannya lewat pelabuhan

    semen, dikirim antar-pulau, maupun untuk eksport.

    2.6.2 Penimbunan Semen

    Disimpan dalam gudang, sedapat mungkin yang tidak lembab udara, dan tidak dapat

    kemasukan air baik dari hujan maupun air tanah yang merembes atau tembus kedalam

    gudang.

    Kalau persyaratan ini sudah dipenuhi cara menimbun adalah sbb. :

    II - 21

  • a) maximum tinggi tumpukan = 18 kantong

    b) dari dinding gudang berjarak 0,5 m

    c) dari lantai diberi udara/angin-angin berjarak 10 cm

    d) sebagai alasnya sebaiknya dari kayu kering

    e) umur semen dalam gudang maksimum 3 bulan

    f) selebihnya 3 bulan berakibat mutu semen akan turun

    II - 22