materi bab ii - · pdf filediktat ekonomi kelas xi ips 21 a. pengertian , fungsi , tujuan...

18
Diktat Ekonomi Kelas XI IPS 20 BAB II KEUANGAN NEGARA dan PAJAK

Upload: hoangnguyet

Post on 31-Jan-2018

224 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Materi BAB II -   · PDF fileDiktat Ekonomi Kelas XI IPS 21 A. Pengertian , Fungsi , Tujuan APBN dan APBD 1. Pengertian APBN ... Pajak dalam negeri, misalnya: pajak penghasilan,

Diktat Ekonomi Kelas XI IPS 20

BAB II

KEUANGAN NEGARA dan PAJAK

Page 2: Materi BAB II -   · PDF fileDiktat Ekonomi Kelas XI IPS 21 A. Pengertian , Fungsi , Tujuan APBN dan APBD 1. Pengertian APBN ... Pajak dalam negeri, misalnya: pajak penghasilan,

Diktat Ekonomi Kelas XI IPS 21

A. Pengertian , Fungsi , Tujuan APBN dan APBD

1. Pengertian APBN dan APBD

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yaitu merupakan daftar

sistematis dan terperinci yang memuat rencana penerimaan dan pengeluaran

negara selama satu tahun.

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yaitu merupakan daftar

sistematis dan terperinci yang memuat rencana penerimaan dan pengeluaran

daerah selama satu tahun.

2. Fungsi APBN dan APBD

Dalam UU No.17 Tahun 2003, pasal 3 ayat (4) , dijelaskan beberapa fungsi yang diemban oleh APBN,

sebagai berikut:

a. Fungsi otorisasi, yaitu bahwa anggaran negara/daerah menjadi dasar untuk melaksanakan

pendapatan dan belanja pada tahun yang bersangkutan.

b. Fungsi perencanaan, artinya bahwa anggaran negara dapat menjadi pedoman bagi negara untuk

merencanakan kegiatan pada tahun tersebut.

c. Fungsi pengawasan,berarti anggaran negara harus menjadi pedoman untuk menilai apakah

kegiatan penyelenggaraan pemerintahan negara sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan.

d. Fungsi alokasi, mengandung arti bahwa anggaran negara/daerah harus diarahkan untuk

mengurangi pengangguran dan pemborosan sumber daya, serta meningkatkan efisiensi dan

efektivitas perekonomian.

e. Fungsi distribusi, yaitu bahwa kebijakan anggaran negara harus memperhatikan rasa keadilan dan

kepatutan.

f. Fungsi stabilisasi, artinya bahwa anggaran pemerintah menjadi alat untuk memelihara dan

mengupayakan keseimbangan fundamental perekonomian.

3. Tujuan APBN dan APBD

Yaitu mengatur pembelanjaan negara dan daerah dari penerimaan yang direncanakan supaya dapat

mencapai sasaran yang ditetapkan, yaitu menciptakan pertumbuhan ekonomi dan kemakmuran

masyarakat.

Penyusunan Anggaran

a. Prinsip Penyusunan APBN

1) Berdasarkan Aspek Pendapatan

• Intensifikasi penerimaan anggaran dalam hal jumlah dan kecepatan penyetoran

• Intensifikasi penagihan dan pemungutan piutang negara

• Penuntutan ganti rugi atas kerugian yang diderita oleh negara dan penuntutan denda

2) Berdasarkan Aspek Pengeluaran

• Hemat, efisien dan sesuai dengan kebutuhan

• Terarah, terkendali, sesuai dengan rencana program atau kegiatan

• Semaksimal mungkin menggunakan hasil produksi dalam negeri dengan memperhatikan

kemampuan atau potensi nasional

b. Azas Penyusunan APBN

• Kemandirian, yaitu meningkatkan sumber penerimaan dalam negeri

• Penghematan atau peningkatan efisiensi dan produktifitas

• Penajaman prioritas pembangunan

c. Landasan Hukum APBN

• UUD 1945 pasal 23 ayat 1 tentang APBN yang ditetapkan setiap tahun

• Undang-undang yang ditetapkan setiap tahun tentang pendapatan dan belanja negara

• Keputusan Presiden yang ditetapkan setiap tahun tentang pelaksanaan APBN

Page 3: Materi BAB II -   · PDF fileDiktat Ekonomi Kelas XI IPS 21 A. Pengertian , Fungsi , Tujuan APBN dan APBD 1. Pengertian APBN ... Pajak dalam negeri, misalnya: pajak penghasilan,

Diktat Ekonomi Kelas XI IPS 22

d. Cara Penyusunan APBN

• Presiden dibantu para menterinya menyusun RAPBN dalam bentuk nota keuangan yang

kemudian disampaikan kepada DPR (Dewan Perwakilan Rakyat) untuk disidangkan. RAPBN

biasanya disampaikan sebelum tahun anggaran berjalan.

• RAPBN yang diajukan presiden kepada DPR akan disidangkan dan dibahas oleh DPR mengenai

kelayakannya.

• Jika disetujui oleh DPR, RAPBN tersebut akan menjadi APBN. APBN ini akan dikembalikan

kepada pemerintah untuk dilaksanakan

• Apabila RAPBN tersebut ditolak DPR, pemerintah harus menggunakan kembali APBN tahun

lalu tanpa perubahan.

4. Siklus Penyusunan APBN

5. Asumsi dasar penyusunan APBN

Indikator makro yang digunakan sebagai asumsi dasar penyusunan APBN yaitu:

a. Produk Domestik Bruto (miliar Rp)

b. Pertumbuhan ekonomi tahunan (%)

c. Inflasi tahunan (%)

d. Nilai tukar rupiah per US $

e. Suku bunga SBI (%)

f. Harga minyak dunia (US $/barel)

g. Lifting minyak Indonesia (juta barel/hari)

Page 4: Materi BAB II -   · PDF fileDiktat Ekonomi Kelas XI IPS 21 A. Pengertian , Fungsi , Tujuan APBN dan APBD 1. Pengertian APBN ... Pajak dalam negeri, misalnya: pajak penghasilan,

Diktat Ekonomi Kelas XI IPS 23

B. Sumber –sumber Penerimaan Pemerintah Pusat dan Daerah

1. Sumber APBN

Terdiri dari dua sumber :

a. Penerimaan dalam negeri, yaitu penerimaan yang sumbernya berasal dari kemampuan dalam

negeri.

1) Penerimaan Perpajakan

� Pajak dalam negeri, misalnya: pajak penghasilan, pajak pertambahan nilai, pajak bumi dan

bangunan, bea perolehan hak atas tanah dan bangunan, cukai

� Pajak Perdagangan Internasional, misalnya: bea masuk dan pajak/pungutan ekspor

2) Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)

� Penerimaan SDA

� Bagian Laba BUMN

� PNBP lainnya

� Pendapatan BLU

b. Hibah, sumbernya berasal dari hadiah luar negeri

2. Sumber APBD

Sumber-sumber pelaksanaan pembangunan daerah terdiri atas :

a. Pendapatan Asli Daerah

Merupakan pendapatan yang diperoleh daerah dari sumber-sumber dalam wilayahnya sendiri

yang dipungut berdasarkan peraturan daerah yang berlaku. Yang termasuk Pendapatan Asli

Daerah, yaitu :

• hasil pajak daerah

• hasil retribusi daerah

• hasil perusahaan milik daerah

• hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan

• lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah

b. Dana Perimbangan

Merupakan alokasi dana yang disetujui secara bersama antara pemerintah pusat dan pemerintah

daerah. Yang termasuk Dana Perimbangan, yaitu :

• Bagian daerah dari dana PBB, Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan, dan Penerimaan

Sumber Daya Alam.

• Dana alokasi umum, yaitu jumlah alokasi umum untuk propinsi dan kabupaten/kota, antara

lain dana transmigrasi, dana pembangunan prasarana baru dan dana reboisasi.

c. Pinjaman Daerah Pendamping

Merupakan dana pinjaman dari pihak luar selain modal dan pendapatan daerah. Berikut yang

termasuk Pinjaman Daerah Pendamping :

• Pinjaman dari Sumber Dalam Negeri merupakan pinjaman yang bersumber dari pemerintah

pusat, lembaga komersial dan penerbitan obligasi daerah.

• Pinjaman dari Sumber Luar Negeri merupakan pinjaman dari negara lain yang disalurkan

melalui pemerintah pusat.

d. Lain-lain Penerimaan yang Sah

Merupakan penerimaan yang berasal dari hibah, dana darurat dan penerimaan lain sesuai

peraturan perundang-undangan yang berlaku.

3. Pengaruh APBN dan APBD terhadap perekonomian

a. Apabila suatu negara dalam APBN-nya menunjukkan prioritas dalam bidang industri,

perekonomiannya cenderung mengarah kepada peningkatan di bidang industri.

b. Jika di dalam APBN suatu negara memprioritaskan pembangunan sarana dan prasarana,

perekonomian negara tersebut ingin memotivasi para investor baru untuk membuka dan

meningkatkan investasi.

c. Jika APBN dikaji dari segi moneter, pengaruhnya akan tampak pada gejala-gejala penyakit

ekonomi, yaitu inflasi dan deflasi. Hal ini bisa terjadi apabila suatu negara menganut salah satu

Page 5: Materi BAB II -   · PDF fileDiktat Ekonomi Kelas XI IPS 21 A. Pengertian , Fungsi , Tujuan APBN dan APBD 1. Pengertian APBN ... Pajak dalam negeri, misalnya: pajak penghasilan,

Diktat Ekonomi Kelas XI IPS 24

asas penyusunan APBN defisit dan surplus. Jika menganut APBN defisit, artinya pengeluaran

negara lebih besar daripada penerimaan negara. Biasanya negara yang menganut APBN defisit,

dalam mengatasi kekurangan penerimaannya akan melakukan pencetakan uang baru demi

terhindar dari pinjaman luar negeri yang terlalu besar. Pencetakan uang baru ini akan

menyebabkan jumlah uang yang beredar makin banyak, suku bunga turun dan harga-harga barang

naik. Gejala inilah yang disebut penyakit ekonomi inflasi. Jika suatu negara menganut APBN

surplus, pengeluaran negara lebih kecil daripada penerimaannya. Hal ini berarti pengeluaran-

pengeluaran negara menjadi sedikit yang akan menyebabkan jumlah uang beredar menjadi

berkurang. Akibatnya, tingkat suku bunga akan naik dan harga-harga barang akan turun. Inilah

yang disebut deflasi.

d. Apabila suatu negara menganut APBN berimbang, artinya pengeluaran negara sama dengan

penerimaan negara sehingga diharapkan negara tersebut mengalami pertumbuhan ekonomi yang

stabil, terutama di bidang moneter.

C. Jenis-jenis Pengeluaran Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah

Belanja Negara

Terdiri atas:

1. Anggaran belanja pemerintah pusat

Terdiri dari :

a. Belanja Kementrian/Lembaga (K/L)

b. Belanja Non K/L, antara lain:

• Pembayaran bunga utang

• Subsidi

� Subsidi energi (BBM dan Listrik)

� Subsidi Non Energi

• Belanja lain-lain

2. Transfer ke daerah

Terdiri dari:

a. Dana Perimbangan, misalnya

� Dana Bagi Hasil

Ditujukan untuk menghilangkan kesenjangan antara pemerintah pusat dengan pemerintah

daerah.Bersumber dari pajak dan sumber daya alam

Sumber Dana Bagi Hasil dari Pajak terdiri dari:

• Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)

• Bea Perolehan atas Hak Tanah dan Bangunan(BPHTB)

• Pajak Penghasilan (PPh) pasal 25 dan pasal 29 WP orang pribadi dalam negeri dan PPh

pasal 21

Sumber Dana Bagi Hasil dari SDA terdiri dari

• Kehutanan

• Pertambangan Umum

• Perikanan

• Pertambangan minyak bumi

• Pertambangan gas bumi

• Pertambangan panas bumi

� Dana Alokasi Umum (DAU)

DAU dialokasikan untuk tujuan pemerataan dengan memperhatikan potensi daerah, luas

daerah, keadaan geografis, jumlah penduduk dan tingkat pendapatan masyarakat di daerah

sehingga perbedaan antara daerah maju dengan daerah yang belum berkembang dapat

diperkecil (horizontal fiscal imbalance)

Pagu DAU ditetapkan sekurang-kurangnya 26% dari Penerimaan Dalam Negeri Netto

Page 6: Materi BAB II -   · PDF fileDiktat Ekonomi Kelas XI IPS 21 A. Pengertian , Fungsi , Tujuan APBN dan APBD 1. Pengertian APBN ... Pajak dalam negeri, misalnya: pajak penghasilan,

Diktat Ekonomi Kelas XI IPS 25

� Dana Alokasi Khusus (DAK)

DAK bertujuan untuk membantu membiayai kebutuhan-kebutuhan khusus daerah dan untuk

menanggulangi keadaan mendesak, seperti bencana alam

b. Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara tahun 2008 dan 2009 (dalam triliun rupiah)

Sumber Penerimaan 2008 2009

A. Pendapatan Negara dan Hibah

I. Penerimaan Dalam Negeri

1. Penerimaan Perpajakan

a. Pajak Dalam Negeri

i. PPh

ii. PPN

iii. PBB

iv. BPHTB

v. Cukai

vi. Pajak Lainnya

b. Pajak Perdagangan Internasional

i. Bea Masuk

ii. Bea Keluar

2. Penerimaan Negara Bukan Pajak

a. Penerimaan Sumber Daya Alam

i. Migas

ii. Non-Migas

a. Bagian Laba BUMN

b. PNBP lainnya

c. Pendapatan BLU

II. Hibah

B. Belanja Negara

I. Belanja Pemerintah Pusat

1. Belanja K/L

2. Belanja Non-K/L, a.l:

a. Pembayaran bunga utang

b. Subsidi

II. Belanja Ke Daerah

1. Dana perimbangan

2. Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian

C. Keseimbangan Primer

D. Surplus/Defisit Anggaran (A-B)

E. Pembiayaan ( I + II )

I. Pembiayaan dalam Negeri

1. Perbankan dalam Negeri

2. Non-Perbankan dalam Negeri

II. Pembiayaan Luar Negeri

1. Penarikan Pinjaman LN (bruto)

2. Pembayaran Cicilan Pokok Utang LN

895,0

892,0

609,2

580,2

305,0

195,5

25,3

5,4

45,7

3,4

29,0

17,8

11,2

282,8

192,8

182,9

9,8

31,2

53,7

5,1

2,9

989,5

697,1

290,0

407,0

94,8

234,4

292,4

278.4

14,0

0,3

-94,5

94,5

107,6

-11,7

119,3

-13,1

48,1

-61,3

985,7

984,8

725,8

697,3

357,4

249,5

28,9

7,8

49,5

4,3

28,5

19,2

9,3

258,9

173,5

162,1

11,4

30,8

49,2

5,4

0,9

1037,1

716,4

322,3

394,1

101,7

166,7

320,7

297,0

23,7

50,3

-51,3

51,3

60,8

16,6

44,2

-9,4

52,2

-61,6

Sumber: fiskal.depkeu.go.id

Page 7: Materi BAB II -   · PDF fileDiktat Ekonomi Kelas XI IPS 21 A. Pengertian , Fungsi , Tujuan APBN dan APBD 1. Pengertian APBN ... Pajak dalam negeri, misalnya: pajak penghasilan,

Diktat Ekonomi Kelas XI IPS 26

Struktur Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

Uraian Jumlah

I. Penerimaan

1. Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun yang Lalu

2. Pendapatan Asli Daerah

a. Hasil Pajak Daerah

b. Hasil Retribusi Daerah

c. Hasil BUMD dan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan

d. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah

3. Dana Perimbangan

a. Bagian Daerah dari Bagi Hasil

b. Dana Alokasi Umum

c. Dana Alokasi Khusus

4. Lain-lain Pendapatan yang Sah

xxx

xxx

xxx

xxx

xxx

xxx

xxx

xxx

xxx

xxx

xxx

xxx

II. Pengeluaran

1. Pengeluaran Belanja

a. Belanja Rutin

1) Administrasi Umum

a) Belanja Pegawai

b) Belanja Barang

c) Belanja Perjalanan Dinas

d) Belanja Pemeliharaan

2) Operasi dan Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Umum

b. Belanja Investasi

1) Publik

2) Aparatur

2. Pengeluaran Transfer

a. Angsuran Pinjaman dan Bunga

b. Bantuan

c. Dana Cadangan

3. Pengeluaran Tak Terduga

Xxx

xxx

xxx

xxx

xxx

xxx

xxx

xxx

xxx

xxx

xxx

xxx

xxx

xxx

xxx

xxx

xxx

III. Surplus/Defisit Anggaran Xxx

IV. Pembiayaan

1. Dalam Negeri

2. Luar Negeri

Xxx

xxx

xxx

D. Kebijakan Pemerintah di Bidang Fiskal

Kebijakan Fiskal

1. Pengertian

Kebijakan fiskal merupakan kebijakan pemerintah di bidang ekonomi yang bertujuan untuk mengatur

pendapatan dan pengeluaran negara guna mencapai kestabilan ekonomi sehingga dapat

meningkatkan kesejahteraan umum.

2. Tujuan Kebijakan Fiskal

Kebijakan yang diambil pemerintah di bidang fiskal punya beberapa tujuan, yakni :

a. menciptakan stabilitas perekonomian

b. memacu atau mendorong terjadinya pertumbuhan ekonomi

c. memperluas dan menciptakan lapangan kerja

d. menciptakan terwujudnya keadilan sosial bagi masyarakat

e. mewujudkan pendistribusian dan pemerataan pendapatan

Page 8: Materi BAB II -   · PDF fileDiktat Ekonomi Kelas XI IPS 21 A. Pengertian , Fungsi , Tujuan APBN dan APBD 1. Pengertian APBN ... Pajak dalam negeri, misalnya: pajak penghasilan,

Diktat Ekonomi Kelas XI IPS 27

3. Macam-macam Kebijakan Fiskal

Kebijakan fiskal ada dua jenis yaitu :

1. Kebijakan fiskal ekspansioner (expansionary fiscal policy)

Kebijakan ini dilakukan apabila kondisi perekonomian lesu dan angka pengangguran tinggi

sehingga dirasa perlu untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan menurunkan angka

pengangguran. Kebijakan ini dapat dijalankan dengan cara meningkatkan pengeluaran/belanja

pemerintah dan/ menurunkan pajak.

2. Kebijakan fiskal Kontraksioner

Kebijakan ini dilakukan apabila kondisi perekonomian dalam keadaan inflasi tinggi . Kebijakan ini

dilaksanakan dengan cara menurunkan pengeluaran/belanja pemerintah dan / menaikkan pajak

Kebijakan fiskal sering juga disebut kebijakan anggaran. Hal ini disebabkan kebijakan ini memang

berhubungan erat dengan anggaran pemerintah untuk memacu pertumbuhan ekonomi. Secara

teoritis kebijakan anggaran dapat dijalankan melalui empat jenis pembiayaan yaitu :

a. Pembiayaan fungsional (Functional Finance)

b. Dalam hal ini, pengeluaran pemerintah ditentukan dengan melihat akibat tidak langsung yang

ditimbulkan terhadap pendapatan nasional terutama untuk peningkatan kesempatan kerja.

Penerimaan pajak dipakai untuk mengatur pengeluaran swasta, bukan untuk meningkatkan

penerimaan pemerintah. Sementara pinjaman pemerintah. Sementara itu pinjaman pemerintah

dipakai sebagai alat untuk menekan inflasi lewat pengurangan dana yang tersedia dalam

masyarakat.

c. Pengelolaan anggaran ( The Managed Budget Approach)

Dalam pendekatan ini, pengeluaran pemerintah, penerimaan pajak dan pinjaman pemerintah

dimaksudkan untuk mencapai kestabilan ekonomi yang lebih mantap. Dalam pendekatan ini selalu

diusahakan anggaran belanja yang seimbang.

d. Stabilisasi Anggaran Otomatis (The Stabilizing Budget)

e. Dalam stabilisasi anggaran ini diharapkan atau dengan sendirinya terdapat keseimbangan antara

penerimaan dan pengeluaran tanpa campur tangan pemerintah yang disengaja.

f. Anggaran belanja seimbang ( Balanced Budget Approach)

g. Anggaran yang disesuaikan dengan keadaan, tujuannya adalah tercapainya anggaran berimbang

dalam jangka panjang.

Selain itu, berikut ini adalah macam-macam anggaran yang biasa ditempuh beberapa negara dalam

mencapai manfaat tertingi dalam mengelola anggaran.

1) Kebijakan Anggaran Defisit

Adalah kebijakan anggaran dimana pengeluaran pemerintah lebih besar dibandingkan dengan

penerimaan dalam satu tahun anggaran. Contoh kebijakan anggaran defisit adalah APBN tahun

2000.

Selisih akibat lebih besarnya pengeluaran pemerintah ini diatasi dengan melakukan pinjaman

kepada :

a. Individu, perusahaan dan lembaga-lembaga keuangan dalam sektor swasta melalui penjualan

obligasi pemerintah dengan bunga yang tinggi agar para kreditur tersebut tertarik untuk

membeli obligasi pemerintah.

b. Sektor luar negeri melelui penjualan surat-surat berharga pemerintah. Hal ini akan berdampak

terhadap neraca pembayaran.

c. Sektor perbankan komersial meleui penerbitan surat-surat berharga keuangan pada bank-

bank komersial tersebut.

2) Kebijakan Anggaran Surplus

Adalah kebalikan dari kebijakan anggaran defisit. Kebijakan ini menyatakan penerimaan

pemerintah lebih besar dari pengeluaran pemerintah.

3) Kebijakan Anggaran Berimbang

Kebijakan ini menyatakn suatu keadaan penerimaan pemerintah sama besar dengan pengeluaran

pemerintah. Kebijakan ini sering dipakai oleh pemerintah orde baru.

Page 9: Materi BAB II -   · PDF fileDiktat Ekonomi Kelas XI IPS 21 A. Pengertian , Fungsi , Tujuan APBN dan APBD 1. Pengertian APBN ... Pajak dalam negeri, misalnya: pajak penghasilan,

Diktat Ekonomi Kelas XI IPS 28

4) Kebijakan Anggaran Dinamis

Adalah suatu bentuk anggaran

4. Pajak

a. Pengertian

Pajak adalah iuran kepada negara yang terutang oleh yang wajib membayarnya (wajib pajak)

berdasarkan undang-undang dengan tidak mendapat prestasi kembali (balas jasa) secara langsung.

Berdasarkan pengertian tersebut pajak mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

1) Pungutan pajak berdasarkan undang-undang.

2) Wajib pajak tidak mendapatkan balas jasa secara langsung.

3) Pihak yang berwenang memungut pajak adalah pemerintah, baik pemerintah pusat maupun

pemerintah daerah.

4) Wajib pajak yang tidak memenuhi kewajibannya dapat dikenai sanksi sesuai dengan peraturan

(undang-undang yang berlaku).

5) Pendapatan pajak digunakan untuk pembelanjaan negara dan pembiayaan investasi masyarakat.

6) Pajak dapat digunakan sebagai alat unruk mengatur pemerataan pendapatan.

7) Pajak merupakan iuran wajib kepada negara atau pemerintah.

8) Pembayar pajak disebut wajib pajak.

b. Pungutan Resmi selain Pajak

Pungutan resmi selain pajak adalah sebagai berikut :

1) Bea ekspor dan bea impor

Bea ekspor adalah pungutan resmi kepada eksportir yang akan mengekspor barang dagangannya

ke luar negeri.

2) Bea impor adalah pungutan terhadap

importir saat mengimpor barang dari

luar negeri. Besar kecilnya pungutan

diatur dengan peraturan pemerintah.

3) Cukai

Adalah pungutan resmi yang harus

dibayar oleh pengusaha atau

produsen kepada pemerintah yang

diatur berdasarkan peraturan

pemerintah. Contohnya : cukai

tembakau, minyak wangi dan

minuman beralkohol.

4) Retribusi

Adalah pungutan yang harus dibayar

oleh wajib pajak kepada pemerintah

karena wajib pajak telah menerima atau mendapatkan imbalan jasa secara langsung. Retribusi

dapat berarti bahwa wajib bayar telah memperoleh fasilitas secara langsung. Contohnya : bea

parkir, sewa pasar dan bea pungutan sampah.

5) Ipeda dan Ireda

Pungutan ini diatur dengan peraturan daerah atau perda. Baik Ipeda maupun Ireda merupakan

sumber pendapatan daerah. Saat ini nama tersebut lebih dikenal dengan PBB (pajak bumi dan

bangunan).

Page 10: Materi BAB II -   · PDF fileDiktat Ekonomi Kelas XI IPS 21 A. Pengertian , Fungsi , Tujuan APBN dan APBD 1. Pengertian APBN ... Pajak dalam negeri, misalnya: pajak penghasilan,

Diktat Ekonomi Kelas XI IPS 29

Perbedaan pajak dengan pungutan resmi lainnya :

Indikator Pajak Pungutan resmi

lainnya

1. Imbalan jasa

(kontraprestasi)

2. Dasar pemungutan

3. Cara perhitungan

4. Jatuh tempo

5. Sanksi hukum

6. Surat ketetapan

(kohir)

7. Sifat pemungutan

� Tidak diterima secara

langsung

� Menurut undang-undang

� Dihitung sendiri oleh wajib

pajak

� Sesuai tahun pajak

� Ada dalam undang-

undang

� Ada surat ketetapan

pajaknya

� Bayar paksa

� Diterima secara langsung

� PP, Kepmen, Kep. Daerah

� Aparatur pemerintah

� Sesuai pemakaian

� Sesuai kebijakan pemerintah

� Tidak ada kohirnya

� Sesuai kebijaksanaan

pemerintah

c. Asas-asas Pajak

Berikut ini asas-asas pajak menurut beberapa tokoh:

Adam Smith

Adam Smith mengemukakan asas-asas sebagai berikut :

1) Ability to Pay

Adalah asas perpajakan yangdidasarkan atas kemampuan membayar para wajib pajak. Asas ini

memperhitungkan kondisi wajib pajak.

2) Asas Kepastian (Certainty)

Untuk memungut pajak pemerintah harus memberikan jaminan / kepastian terhadap pungutan

tersebut. Artinya, aturan pungutan harus pasti dan jelas.

3) Asas Kesenangan (Convenience)

Sebaiknya pajak dipungut pada saat wajib pajak baru menerima uang (penghasilan / gaji) dan

waktunya tidak mendadak / tiba-tiba.

4) Asas Ekonomi (Economy)

Pungutan pajak diupayakan seefektif dan seefisien mungkin dengan mengacu agar beban / biaya

pemungutan pajak ditekan sekecil mungkin.

WJ. Langen

WJ. Langen mengemukakan asas-asas sebagai berikut :

1) Asas Kesamaan

Asas ini mengandung makna bahwa pungutan pajak dikenakan bagi semua warga tanpa ada

pengecualian sehingga pemungutan pajak dirasakan adil.

2) Asas Daya Pikul

Beban pajak didasarkan pada kemampuan wajib pajak, sehingga masyarakat yang penghasilannya

besar akan dikenakan pajak yang besar dan masyarakat yang penghasilannya kecil beban pajaknya

rendah.

3) Asas Manfaat

Asas ini mengandung makna bahwa selain pungutan pajak didasarkan atas barang dan jasa yang

dinikmati wajib pajak, juga mengandung arti bahwa hasil pungutan pajak yang telah diterima

pemerintah hendaknya dapat dibelanjakan untuk pembelanjaan atau pengeluaran yang benar-

benar bermanfaat bagi kemajuan perekonomian masyarakat.

4) Asas Kesejahteraan

Pungutan pajak yang diterima pemerintah dapat dibelanjakan sesuai dengan pos yang telah

ditetapkan, dengan tujuan agar dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

5) Asas Beban Sekecil-kecilnya

Pungutan pajak yang diterima pemerintah selalu diusahakan serendah-rendahnya.

Page 11: Materi BAB II -   · PDF fileDiktat Ekonomi Kelas XI IPS 21 A. Pengertian , Fungsi , Tujuan APBN dan APBD 1. Pengertian APBN ... Pajak dalam negeri, misalnya: pajak penghasilan,

Diktat Ekonomi Kelas XI IPS 30

6) Asas Istimewa

Asas ini khusus diperuntukkan bagi masyarakat yang mendapatkan penghasilan secara istuimewa

7) Asas Pelaksaan

Pelaksanaan pungutan pajak diusahakan sebaik mungkin meskipun sering terjadi hambatan dan

keluhan dari para wajib pajak.

Adolf Wagner

Adolf Wagner mengemukakan asas-asas sebagai berikut :

1) Asas Politik Potensial

Asas ini berisikan bahwa pungutan pajak mempunyai dua sasaran, yaitu :

a) pungutan pajak harus bersifat dinamis

b) perolehan hasil pungutan pajak jumlahnya memadai

2) Asas Ekonomis

Sasaran penarikan pajak harus tepat, antara lain terhadap pendapatan, penanaman modal, barang

mewah dan sebagainya.

3) Asas Keadilan

Asas ini mengandung pengertian :

a) pungutan pajak hendaknya bersifat umum dan universal

b) terhadap obyek pajak yang sama harus ada kesamaan beban

4) Asas Administrasi

Asas ini berisikan pengertian :

a) pungutan pajak harus disertai dasar pungutan yang pasti (undang-undang, peraturan

pemerintah atau peraturan daerah.

b) cara pemungutan atau penagihan harus fleksibel atau luwes dan tidak memaksa atau tidak ada

unsur tekanan.

c) biaya pemungutan pajak diusahakan sekecil mungkin.

5) Asas Yuridis

Asas ini mengandung makna :

a) pungutan pajak harus didasarkan pada undang-undang yang berlaku

b) penafsiran kata pada undang-undang harus seragam dan punya pengertian yang sama

d. Pembagian Pajak

1) Berdasarkan golongan

� Pajak langsung adalah pajak yang bebannya harus ditanggung sendiri oleh wajib pajak dan

tidak dapat dialihkan kepada pihak lain, contohnya : pajak penghasilan.

� Pajak tidak langsung adalah pajak yang bebannya dapat dialihkan kepada pihak lain, contoh :

PPN dan PPnBM.

2) Berdasarkan wewenang pemungut pajak

� Pajak pusat atau pajak negara adalah pajak yang dipungut oleh

pemerintah pusat atau negara meleui Dirjen Pajak, contoh : PPh

dan PBB.

� Pajak daerah adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah,

yang dalam hal ini ditangani oleh Dinas Pendapatan Daerah, yaitu

antara lain:

� Propinsi; Pajak Kendaraan Bermotor, Bea balik Nama

kendaraan bermotor, Pajak bahan Bakar Kendaraan Bermotor

dan Kendaraan di atas air, Pajak Pengambilan dan

Pemanfaatan Air Bawah tanah dan air Permukaan

� Kabupaten; Pajak hotel, pajak reklame, pajak restoran, pajak

hiburan, pajak penerangan jalan

3) Berdasarkan sifat

� Pajak subjektif adalah pajak yang memperhatikan kondisi wajib pajak yang akan dikenakan

pajak.

Page 12: Materi BAB II -   · PDF fileDiktat Ekonomi Kelas XI IPS 21 A. Pengertian , Fungsi , Tujuan APBN dan APBD 1. Pengertian APBN ... Pajak dalam negeri, misalnya: pajak penghasilan,

Diktat Ekonomi Kelas XI IPS 31

� Pajak objektif adalah pajak yang pada awalnya memperhatikan obyek yang menyebabkan

timbulnya kewajiban membayar, kemudian dicari subyeknya, baik pribadi atau badan.

e. Fungsi Pajak

1) Fungsi anggaran

Maksudnya bahwa pajak adalah andalan pendapatan negara. Fungsi ini menjelaskan bahwa pajak

merupakan bagian dari pendapatan negara yang sangat penting.

2) Fungsi mengatur

Pajak dapat berfungsi sebagai alat pendistribusian pendapatan masyarakat dan sekaligus sebagai

alat pemerataan pendapatan masyarakat.

3) Fungsi stabilisasi

Dengan pendapatan dari pajak, pemerintah dapat membelanjai pengeluaran-pengeluarannya, baik

rutin maupun pengeluaran pembangunan. Bila pemerintah dapat membelanjai pengeluaran-

pengeluarannya sesuai dengan anggaran belanja yang telah ditetapkan berarti tidak akan terjadi

fluktuasi, hambatan ataupun keresahan di dalam penyelenggaraan perekonomian negara yang

berarti stabilitas ekonomi dapat terjamin.

f. Pajak Penghasilan (PPh)

Subyek Pajak Penghasilan

Yang menjadi subyek pajak penghasilan adalah sebagai berikut :

1) Orang pribadi.

2) Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang berhak.

3) Badan, terdiri dari perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, BUMN dan

BUMD dengan nama dan dalam bentuk apapun, persekutuan, perkumpulan, firma, kongsi,

koperasi, yayasan atau organisasi yang sejenis, lembaga, dana pensiun dan bentuk badan usaha

lainnya.

4) Bentuk usaha tetap.

Subyek pajak ini terdiri dari subyek pajak dalam negeri dan subyek pajak luar negeri. Yang

dimaksud subyek pajak dalam negeri adalah sebagai berikut :

1) Orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia atau orang pribadi yang berada di

Indonesia.

2) Badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia.

3) Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang berhak.

Yang dimaksud subyek pajak luar negeri adalah sebagai berikut :

1) Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau berada di Indonesia tidak lebih

dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, dan badan yang tidak didirikan dan tidak

bertempat kedudukan di Indonesia yang menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui

bentuk usaha tetap di Indonesia.

2) Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau berada di Indonesia tidak lebih

dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, dan badan yang tidak didirikan dan tidak

bertempat kedudukan di Indonesia yang dapat menerima atau memperoleh penghasilan dari

Indonesia bukan dari menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap

di Indonesia.

Page 13: Materi BAB II -   · PDF fileDiktat Ekonomi Kelas XI IPS 21 A. Pengertian , Fungsi , Tujuan APBN dan APBD 1. Pengertian APBN ... Pajak dalam negeri, misalnya: pajak penghasilan,

Diktat Ekonomi Kelas XI IPS 32

Perbedaan perlakuan pengenaan PPh antara Wajib pajak Dalam Negeri dan Wajib Pajak Luar

Negeri

Keterangan Wajib Pajak Dalam Negeri Wajib pajak Luar negeri

Objek pajak Penghasilan baik yang diterima

atau diperoleh dari Indonesia dan

dari luar Indonesia

Penghasilan yang berasal dari

sumber penghasilan di Indonesia

Dasar Pengenaan

Pajak

Penghasilan Netto Penghasilan Bruto

Tarif Pasal 17 UU PPh Pasal 26 UU PPh

Pelaporan Wajib menyampaikan Surat

Pemberitahuan (SPT)

Tidak Wajib menyampaikan SPT

Bentuk usaha tetap adalah bentuk usaha yang dipergunakan oleh orang pribadi yang tidak

bertempat tinggal di Indonesia atau berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka

waktu 12 bulan atau badan yang tidak bertempat kedudukan di Indonesia untuk menjalankan

usaha atau melakukan kegiatan di Indonesia yang dapat berupa :

1) tempat kedudukan manajemen

2) cabang perusahaan

3) kantor perwakilan

4) gedung kantor

5) pabrik

6) bengkel

7) pertambangan dan penggalian sumber alam wilayah kerja pengeboran yang digunakan

eksplorasi pertambangan.

8) Perikanan, peternakan, pertanian, perkebunan atau kehutanan.

9) Proyek konstruksi, instalasi atau perakitan oleh orang lain sepanjang dilakukan lebih dari 60

hari dalam jangka waktu 12 bulan.

10) Orang atau badan yang berlaku sebagai agen yang kedudukannya tidak bebas.

11) Agen atau pegawai dari perusahaan asuransi yang tidak didirikan dan tidak bertempat

kedudukan di Indonesia yang menerima premi asuransi atau menanggung risiko di Indonesia.

Yang tidak termasuk subyek pajak adalah sebagai berikut :

1) Badan perwakilan negara asing

2) Pejabat-pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat atau pejabat-pejabat lain dari negara

asing, dan orang-orang yang diperbantukankepada mereka yang bekerja pada dan bertempat

tinggal bersama-sama mereka dengan syarat bukan warga Indonesia dan di Indonesia tidak

menerima atau memperoleh penghasilan lain di luar jabatan atau pekerjaannya tersebut serta

negara yang bersangkutan memberi perlakuan timbal balik.

3) Organisasi-organisasi internasional yang ditetapkan oleh Keputusan Menteri Keuangan,

dengan syarat :

a) Indonesia menjadi organisasi tersebut

b) Tidak menjalankan usaha atau tuntutan lain untuk memperoleh penghasilan dari

Indonesia dan tidak menjalankan usaha atau kegiatan atau pekerjaan lain yang

memperoleh penghasilan dari Indonesia

4) Pejabat-pejabat perwakilan organisasi internasional yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan

dengan syarat:

i. Bukan warga negara Indonesia

ii. Tidak menjalankan usaha atau kegiatan atau pekerjaan lain untuk memperoleh

penghasilan dari Indonesia

Page 14: Materi BAB II -   · PDF fileDiktat Ekonomi Kelas XI IPS 21 A. Pengertian , Fungsi , Tujuan APBN dan APBD 1. Pengertian APBN ... Pajak dalam negeri, misalnya: pajak penghasilan,

Diktat Ekonomi Kelas XI IPS 33

Obyek Pajak

Yang menjadi obyek pajak adalah penghasilan, yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang

diterima atau diperoleh wajib pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia yang

dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan wajib pajak yang bersangkutan,

dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk :

1) Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima termasuk gaji,

upah, tunjangan, honorarium, komisi, bonus, gratifikasi, uang pensiun atau imbalan dalam bentuk

lainnya kecuali ditentukan lain dalam undang-undang ini.

2) Hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan dan penghargaan.

3) Laba usaha.

4) Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta

5) Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya.

6) Bunga termasuk premium, diskonto dan imbalan karena jaminan pengembalian utang.

7) Dividen, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk dari perusahaan asuransi kepada

pemegang polis dan pembagian SHU koperasi.

8) Royalti.

9) Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta.

10) Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala.

11) Keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan jumlah tertentu yang ditetapkan

dengan peraturan pemerintah.

12) Keuntungan karena selisih kurs mata uang asing.

13) Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva.

14) Premi asuransi.

15) Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang terdiri dari wajib pajak

yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas.

16) Tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan belum dikenakan pajak.

Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

Menurut UU Pajak No.36 tahun 2008, besarnya PTKP adalah sebagai berikut:

PTKP setahun diberikan sebesar :

1) Rp 15.840.000,00 untuk wajib pajak orang pribadi.

2) Rp 1.320.000,00 tambahan untuk wajib pajak yang kawin.

3) Rp 15.840.000,00 tambahan untuk seorang isteri yang penghasilannya digabung dengan

penghasilan suami sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 ayat (1)

4) Rp 1.320.000,00 tambahan untuk setiap anggota keluarga sedarah dan sekeluarga, semenda

dalam garis keturunan lurus serta anak angkat yang menjadi tanggungan sepenuhnya, paling

banyak 3 orang untuk setiap keluarga.

Penetapan PTKP ditentukan oleh keadaan pada awal tahun pajak atau awal bagian tahun pajak.

Penyesuaian besarnya PTKP ditetapkan dengan keputusan menteri keuangan.

Tarif Pajak Penghasilan

Tarif pajakPasal 17 UU Pajak Penghasilan yang diterapkan adalah sebagai berikut :

1) Wajib pajak orang pribadi dalam negeri

a) Penghasilan sampai dengan Rp 50.000.000,00, tarif pajak 5 %.

b) Penghasilan di atas Rp 50.000.000,00 sampai dengan Rp 250.000.000,00, tarif pajak

15 %

c) Penghasilan di atas Rp 250.000.000,00 sampai dengan Rp 500.000.000,00, tarif pajak 25 %

d) Penghasilan di atas Rp500.000.000,00, tarif pajak 30 %

2) Wajib pajak badan dalam negeri dan bentuk usaha tetap adalah 28%

Page 15: Materi BAB II -   · PDF fileDiktat Ekonomi Kelas XI IPS 21 A. Pengertian , Fungsi , Tujuan APBN dan APBD 1. Pengertian APBN ... Pajak dalam negeri, misalnya: pajak penghasilan,

Diktat Ekonomi Kelas XI IPS 34

Contoh penghitungan pajak yang terutang untuk wajib pajak orang pribadi:

Jumlah penghasilan kena pajak Rp 700.000.000,00

Pajak penghasilan yang terutang:

5% x Rp 50.000.000,00 = Rp 2.500.000,00

15% x Rp 200.000.000,00 = Rp 30.000.000,00

30% x Rp 200.000.000,00 = Rp 60.000.000,00

Rp155.000.000,00

g. Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa (PPN) dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (PPnBM)

I. PPN

PPN diatur dengan UU Nomor 18 Tahun 2000.

1. Subyek PPN adalah Pengusaha Kena Pajak (PKP), yaitu pengusaha yang melakukan penyerahan

Barang Kena Pajak (BKP) atau Jasa Kena Pajak (JKP).

Obyek dari PPN adalah :

(a) Penyerahan BKP dan JKP di dalam daerah pabean yang dilakukan

oleh Pengusaha Kena Pajak (PKP), baik barang berwujud maupun

tidak berwujud dalam rangka kegiatan usaha atau pekerjaannya.

(b) Impor dan ekspor BKP oleh PKP.

(c) Pemanfaatan BKP tidak berwujud dan JKP dari luar daerah pabean

di dalam daerah pabean.

(d) Kegiatan membangun sendiri yang dilakukan tidak dalam kegiatan

usaha atau pekerjaan oleh orang pribadi atau badan yang hasilnya

digunakan sendiri atau digunakan pihak lain

(e) Penyerahan aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk

diperjualbelikan (bukan inventory) oleh PKP, sepanjang pajak

masukan yang dibayar pada saat perolehannya menurut ketentuan

dikreditkan

2. Jenis-jenis barang yang tidak dikenakan PPN

Menurut UU No. 18 Tahun 2000 jenis barang yang tidak dikenakan PPN yaitu:

� Barang hasil pertambangan atau hasil pengeboran yang diambil langsung dari sumbernya,

meliputi: minyak mentah, gas bumi, panas bumi, pasir dan kerikil, batubara sebelum diproses

menjadi briket batu bara, bijih ( timah, besi, nikel, perak, bauksit)

� Barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan oleh rakyat banyak, yaitu: segala jenis beras

dan gabah, segala jenis jagung, sagu, segala jenis kedelai, garam, makanan dan minuman

(tidak termasuk makanan dan minuman yang diserahkan oleh usaha katering atau usaha jasa

boga), uang, emas batangan dan surat-surat berharga

3. Pengecualian JKP berdasarkan peraturan pemerintah tidak dikenakan PPN adalah kelompok jasa

sebagai berikut:

• Jasa di bidang kesehatan medis

• Jasa di bidang pelayanan sosial

• Jasa di bidang pengiriman surat dengan perangko

• Jasa di bidang perbankan, asuransi dan sewa guna usaha dengan dengan hak opsi

• Jasa di bidang keagamaan

• Jasa di bidang pendidikan

• Jasa di bidang tenaga kerja dan bidang yang dilaksanakan instansi pemerintah

4. Cara Kerja Sistem Pajak Pertambahan Nilai

PPN dikenakan atas pertambahan nilai (value added) dari barang yang dihasilkan atau diserahkan

oleh PKP. Pajak dipungut secara bertingkat pada jalur produksi dan distribusi dengan tidak ada unsur

pajak berganda.

II. PPnBM

PPnBM adalah pajak yang dikenakan terhadap penyerahan atau impor barang-barang berwujud

yang tergolong mewah. PPnBM hanya dikenakan satu kali pada sumbernya, yaitu pabrikan atau

Page 16: Materi BAB II -   · PDF fileDiktat Ekonomi Kelas XI IPS 21 A. Pengertian , Fungsi , Tujuan APBN dan APBD 1. Pengertian APBN ... Pajak dalam negeri, misalnya: pajak penghasilan,

Diktat Ekonomi Kelas XI IPS 35

saat impor dan tidak dapat dikreditkan. PPnBM tidak dapat dikenakan tersendiri tanpa PPN. Jadi

penarikan PPnBM harus selalu bersama PPN.

Subyek PPnBM adalah PKP yang menghasilkan barang mewah dalam lingkungan perusahaan atau

pekerjaannya dan pengusaha yang mengimpor barang yang tergolong mewah.

Obyek PPnBM adalah penyerahan barang berwujud yang tergolong mewah dan impor barang yang

tergolong mewah, seperti sedan built-up, komputer dan lain-lain barang berwujud yang tergolong

mewah sebagaimana ditetapkan oleh peraturan pemerintah.

Tarif PPN dan PPnBM

� Tarif PPN adalah 10%

� Tarif PPnBM adalah paling rendah 10% dan paling tinggi 75%

h. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)

PBB diatur melalui UU no 12 tahun 1994. Pajak ini dikenakan pada bumi atau tanah dan bangunan

yang dibangun pada tanah atau bumi tersebut. Ketentuan perhitungan pungutan PBB adalah 0,5 %

dari 20 % nilai jual obyek pajak. Nilai jual obyek pajak adalah taksiran nilai jual bumi dan bangunan

dikurangi dengan bangunan tidak kena pajak (BTKP). BTKP bagi tiap-tiap wajib pajak sebesar Rp

8.000.000,00. Bagi seorang wajib pajak yang memiliki tanah dan bangunan lebih dari satu buah, maka

BTKP hanya diberikan pada satu bangunan saja.

1. Obyek Pajak

a) Yang menjadi obyek pajak adalah bumi dan/atau bangunan.

b) Klasifikasi obyek pajak sebagaimana dimaksud di atas diatur oleh menteri keuangan.

2. Obyek Pajak yang tidak Dikenakan PBB

a) Obyek pajak yang tidak dikenakan PBB adalah obyek pajak yang :

• Digunakan semata-mata untuk melayani kepentingan umum di bidang ibadah, sosial,

kesehatan, pendidikan dan kebudayaan nasional yang tidak dimaksudkan untuk

memperoleh keuntungan.

• digunakan untuk kuburan, peninggalan purbakala atau yang sejenis dengan itu.

• merupakan hutan lindung, hutan suaka alam, hutan wisata, taman nasional, tanah

penggembalaan yang dikuasai oleh desa, dan tanah negara yang belum dibebani suatu hak

• digunakan oleh badan atau perwakilan organisasi internasional yang ditentukan oleh

menteri keuangan.

b) Obyek pajak yang digunakan oleh pemerintah untuk penyelenggaraan pemerintahan,

penentuan pengenaan pajaknya diatur dengan peraturan pemerintah.

c) Batas nilai jual Bangunan Tidak Kena Pajak akan disesuaikan dengan suatu faktor penyesuaian

yang ditetapkan oleh menteri keuangan.

3. Subyek Pajak

Adalah orang atau badan yang secara nyata mempunyai hak atas bumi dan/atau memperoleh

manfaat atas bumi, dan/atau memiliki, menguasai dan/atau memperoleh manfaat atas bangunan.

4. NJOP

Adalah harga rata-rata yang diperoleh dari transaksi jual beli yang rejadi secara wajar

5. Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP)

Adalah surat yang digunakan oleh wajib pakjak untuk melaporkan data objek menurut ketentuan

undang-undang pajak bumi dan bangunan

6. Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT)

Adalah surat yang digunakan oleh DJP untuk memberitahukan besarnya pajak terutang kepada

wajib pajak

7. Tarif Pajak

Tarif pajak yang dikenakan atas obyek pajak adalah sebesar 0,5 %.

8. Dasar Pengenaan dan Cara Menghitung Pajak

a) Dasar pengenaan pajak adalah nilai jual kena pajak (NJKP)

• 40% untuk objek pajak perumahan yang wajib pajaknya perseorangan dengan NJOP sama

atau lebih dari Rp 1.000.000.000,00.

Page 17: Materi BAB II -   · PDF fileDiktat Ekonomi Kelas XI IPS 21 A. Pengertian , Fungsi , Tujuan APBN dan APBD 1. Pengertian APBN ... Pajak dalam negeri, misalnya: pajak penghasilan,

Diktat Ekonomi Kelas XI IPS 36

b) Nilai Objek Pajak Tidak Kena Pajak (NJOPTKP)

Mulai 1 Januari 2001 NJOPTKP untuk setiap daerah ditetapkan setinggi-tingginya Rp

12.000.000,00 untuk tiap wajib pajak

7. Dasar perhitungan PBB

Dasar perhitungan PBB adalah Nilai Jual Kena Pajak (NJKP).

Besarnya persentase NJKP adalah sebagai berikut:

� Objek pajak perkebunan adalah 40%

� Objek pajak kehutanan adalah 40%

� Objek pajak pertambangan adalah 40%

� Objek pajaklainnya (pedesaan dan perkotaan):

• Apabila NJOP-nya lebih besar atau sama dengan Rp 1.000.000.000,00 adalah 40%

• Apabila NJOP-nya kurang dari Rp 1.000.000.000,00 adalah 20%

Contoh soal.

Manohara memiliki sebidang tanah seluas 300 m2. Di atas tanah tersebut berdiri sebuah bangunan seluas

150 m2. taksiran harga tanah per m2 Rp 160.000,00 dan taksiran nilai jual bangunan per m2 Rp 180.000,00.

Hitunglah besar PBB yang harus dibayar oleh Manohara !

Jawab :

Nilai jual tanah/bumi = 300 X Rp 160.000,00 Rp 48.000.000,00

Nilai jual bangunan = 150 X Rp 180.000,00 Rp 27.000.000,00

Taksiran nilai jual bumi dan bangunan Rp 75.000.000,00

NJOPTKP (Rp 12.000.000,00)

Nilai jual obyek pajak Rp 63.000.000,00

Nilai jual kena pajak 20 % X Rp 63.000.000,00 = Rp 12.600.000,00

Besarnya PBB = 0,5 % x Rp 12.600.000,00 = Rp 63.000,00

i. Pajak Ekspor dan Impor

Pajak ekspor adalah pajak yang dikenakan pada barang yang akan diekspor ke luar negeri. Yang

menghitung besar kecilnya pajak ekspor adalah petugas pabean. Pajak impor adalah pajak yang

dikenakan pada barang yang diimpor dari luar negeri.

j. Pajak Kendaraan Bermotor

Merupakan pendapatan daerah, sehingga tidak dimasukkan dalam APBN. Pajak ini dipungut dimana

kendaraan bermotor tersebut berdomisili. Besar kecilnya pajak didasarkan pada jenis, bahan bakar,

kekuatan (cc), bobot dan tahun pembuatan.

k. Bea Materai

Tarif bea materai ada dua, yaitu Rp 6.000,00 dan Rp 3.000,00, yang penggunaannya sebagai berikut

1) Tarif bea materai Rp 6.000,00

• Surat perjanjian dan surat-surat lainnya yang dibuat dengan tujuan untuk digunakan sebagai

alat pembuktian mengenai perbuatan, kenyataan atau keadaan yang bersifat perdata

• Akta – akta notaris termasuk salinannya

• Akta yang dibuat PPAT termasuk rangkap-rangkapnya

• Surat yang memuat jumlah uang yang mempunyai harga nominal lebih dari Rp 1.000.000,00

Page 18: Materi BAB II -   · PDF fileDiktat Ekonomi Kelas XI IPS 21 A. Pengertian , Fungsi , Tujuan APBN dan APBD 1. Pengertian APBN ... Pajak dalam negeri, misalnya: pajak penghasilan,

Diktat Ekonomi Kelas XI IPS 37

2) Tarif bea materai Rp 3.000,00

• Dokumen yang mempunyai harga nominal lebih dari Rp 250.000,00 sampai dengan

Rp 1.000.000,00

• Cek dan bilyet giro tanpa batas pengenaan besarnya harga nominal

• Efek

l. Tarif Pajak

1. Tarif tunggal

a) Tarif tetap, tarif yang jumlahnya tetap, tidak bergantung kepada besar kecilnya objek pajak.

b) Tarif proporsional, yaitu tarif pajak yang menggunakan persentase tetap, berapapun jumlah objek

pajak.

2. Tarif tidak tunggal

a) Sistem Progresif

Pajak progresif adalah pajak yang dikenakan semakin besar kepada wajib pajak yang mempunyai

pendapatan semakin tinggi. Contoh : pajak penghasilan.

b) Sistem Degresif

Adalah kebalikan dari sistem progresif., dimana persentase pajak yang dikenakan akan semakin

besar jika pendapatan semakin rendah dan akan semakin kecil jika pendapatan semakin besar.

l. Sistem Pemungutan Pajak

a) Official Assesment System (OAS)

Yaitu cara pemungutan pajak yang memberi wewenang

kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya

pajak yang terutang oleh wajib pajak

b) Self Assesment System (SAS)

Yaitu cara pemungutan pajak yang memberi wewenang

kepada wajib pajak untuk menentukan sendiri besarnya

pajak yang terutang

c) Semi Self Assesment System (SSAS) dan With Holding

System (WHS)

Semi self Assesment System yaitu cara pemungutan pajak

yang memberikan wewenang kepada wajib pajak dan fiskus untuk sama-sama menentukan

besarnya pajak terutang.

With Holding System adalah cara pemungutan pajak yang tidak memberikan wewenang kepada

wajib pajak dan fiskus untuk menentukan besarnya pajak terutang, tetapi diserahkan kepada pihak

ketiga yang ditunjuk.