materi
DESCRIPTION
BAB I1.docxTRANSCRIPT
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gangguan pada sistem kardiovaskuler merupakan masalah kesehatan utama yang
dialami masyarakat pada umumnya. Hal ini dikarenakan, jantung mempunyai suatu sistem
pembentukan rangsang tersendiri. Pada zaman modern ini. Angka kejadian penyakit jantung
semakin meningkat. Baik di Negara maju maupun berkembang, penyebab yang sering
ditemukan adalah gaya hidup misalnya, diet yang salah, stress, kondisi lingkungan yang
buruk, kurang olahraga, kurang istirahat dan lain-lain. Diet yang salah, seperti terlalu banyak
mengkonsumsi junk food yang notabene banyak mengandung kolesterol jahat, yang
berujung pada kegagalan jantung. Apalagi ditambah dengan lingkungan yang memiliki
tingkat stressor tinggi, kurang olahraga, dan istirahat, maka resiko untuk terkena penyakit
jantung akan semakin tinggi,
Berbagai macam penyakit jantung seperti penyakit jantung koroner, infark miokard
akut, hipertensi yang semuanya berujung pada gagal jantung. Hal ini sangat membahayakan
bagi kehidupan seseorang, sehingga untuk mencegah komplikasi lebih lanjut harus segera
mendapat perawatan medis di rumah sakit.
Kehamilan dapat mengubah fungsi serta fisiologi kardiovaskuler sehingga dapat
mempengaruhi tindakan maupun prognosis terhadap jantung .untuk hal tersebut perlu
mempertimbangkan akibat keadaan dan pengobatan jantung si ibu terhadap keadan fetus
yang akan dilahirkan .
Prevalensi :
o Di USA insidensnya 1 dalam 3000 sampai 15000 persalinan .
o Puncak insidens peripartum kardiomiopati terjadi pada bulan kedua postpartum.
o Lebih dari 50% pasien dengan peripartum kardiomiopati didapatkan fenomena pulmonari
dan sistemik embolis
Menurut data statistik jumlah Ibu berpenyakit jantung yang mendapatkan kehamilan
berkisar antara 1-4%. Penyakit jantung yang paling banyak dijumpai pada kehamilan
biasanya dikarenakan penyakit hipertensi, tirotoksikosis (keracunan kelenjar gondok), dan
anemia.
1
Pada usia kehamilan 32-36 minggu volume darah ibu hamil akan mencapai
puncaknya. Hal ini ditandai dengan terjadinya pembengkakan pada kaki maupun tangan ibu
hamil. Di saat inilah kelainan jantung yang diderita oleh ibu hamil menjadi lebih berat.
Selain pada kehamilan, penyakit jantung ini juga terasa berat pada saat persalinan maupun
setelah persalinan dimana darah dari ruang plasenta bayi (yang telah lahir) mulai kembali
masuk ke sirkulasi darah ibu hamil,
Dan mamberatkan kerja jantung.
Dari latar belakang diatas, untuk mrmberikan perawatan medis yang tepat dan
efektif, khususnya bagi tenaga keperawatan, harus memahami konsep asuhan keperawatan
pada gangguan kardiovaskuler. Apalagi dalam keadaan kedaruratan yang membutuhkan
keahlian dalam memberikan pertolongan pada pasien.
B. Rumusan Masalah
1. Apadefinisi dari penyakit Kardiomiopati peripartum/gagal jantung pada kehamilan ?
2. Apa etiologi dari penyakit gagal jantung pada kehamilan ?
3. Apa saja manifestasi klinis dari penyakit gagal jantung pada kehamilan ?
4. Bagaimana patofisiologi dari penyakit gagal jantung pada kehamilan ?
5. Apa komplikasi dari penyakit gagal jantung pada kehamilan?
6. Penatalaksanaan dari penyakit gagal jantung pada kehamilan ?
7. Bagaimana Asuhan Keperawatan gagal jantung pada kehamilan ?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
a. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami mengenai penyakit gagal jantung
pada kehamilan
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu memahami definisi dari penyakit gagal jantung pada kehamilan
b. Mahasiswa mampu memahami etiologi dari penyakit gagal jantung pada kehamilan
c. Mahasiswa mampu memahami Menifestasi Klinis dari penyakit gagal jantung pada
kehamilan
2
d. Mahasiswa mampu memahami Patofisiologi dari penyakit gagal jantung pada
kehamilan
e. Mahasiswa mampu memahami Komplikasi penyakit gagal jantung pada kehamilan
f. Mahasiswa mampu memahami Penatalaksanaan penyakit gagal jantung pada
kehamilan
g. Mahasiswa mampu memahami Asuhan Keperawatangagal jantung pada kehamilan
BAB II
3
TINJAUAN TEORI
A. Definisi
Gagal jantung ialah keadaan dimana jantung tidak mampu lagi memompakan darah
secukupnya dalam memenuhi kebutuhan sirkulasi badan untuk keperluan metabolisme
jaringan tubuh pada keadaan tertentu, sedangkan tekanan pengisian ke dalam jantung masih
cukup tinggi. (Soeparman ; Ilmu Penyakit Dalam jilid 2 edisi kedua, 1987 : 193)
Gagal jantung adalah keadaan dimana jantung sudah tidak mampu lagi memompa
darah sesuai dengan kebutuhan tubuh. (Long, Barbara C.; Perawatan Medikal Bedah : Suatu
Pendekatan Proses Keperawatan 2, 1996 ; 579)
Kardiomiopati peripartum adalah gagal jantung kongestif yang terjadi pada bulan
terakhir masa kehamilan atau dalam lima bulan setelah melahirkan tanpa diketahui sebab
dan pathofisiologinya.
Kardiomiopati peripartum adalah bentuk dari dilated cardiomyopathy dengan
disfungsi sistolik ventrikel kiri, merupakan penyakit gagal jantung yang berhubungan
dengan kehamilan atau keadaan setelah melahirkan.
B. Anatomi Fisiologi
Jantung adalah organ berupa otot, berbentuk kerucut, berongga dan dengan basisnya
di atas dan puncaknya di bawah, apex (puncak) miring ke sebelah kiri. Berat jantung kira-
kira 300 gram. Otot jantung merupakan jaringan istimewa karena dilihat dari bentuk dan
susunannya sama dengan otot serat lintang, tetapi cara kerjanya menyerupai otot polos yaitu
di luar kemauan kita (dipengaruhi oleh susunan saraf otonom). (Pearce, Evelyn C, Anatomi
dan Fisiologi Untuk Paramedis, 2000; Syaifudin, Anatomi dan Fisiologi Untuk Siswa
Perawat, 1992)
a. Kedudukan jantung
Jantung berada dalam thorax antara kedua paru-paru dan di belakang sternum dan
lebih menghadap ke kiri daripada ke kanan, tepatnya di dalam rongga dada sebelah depan.
Sebelah kiri bawah dari pertengahan rongga dada, di atas diafragma, pangkalnya terdapat di
belakang kiri antara kosta V dan VII dua jari di bawah papilla mammae. Pada tempat ini
teraba adanya pukulan jantung yang disebut iktus kordis.
4
(Syaifudin, Anatomi Fisiologi Untuk Siswa Perawat, 1992)
b. Lapisan-lapisan jantung
Lapisan-lapisan jantung terdiri atas :
1) Endokardium; merupakan lapisan jantung yang terdapat di sebelah dalam sekali yang
terdiri dari jaringan endotel atau selaput lendir yang melapisi permukaan rongga
jantung.
2) Miokardium; merupakan lapisan inti dari jantung yang terdiri dari otot-otot jantung,
otot jantung ini membentuk bundalan-bundalan otot yaitu bundalan otot atria yang
membentuk serambi atau aurikula kordis, bundalan ventrikuler yang membentuk
bilik jantung. Bundalan otot atrioventrikuler yang merupakan dinding pemisah antara
serambi dan bilik jantung.
3) Pericardium; lapisan jantung sebelah luar yang merupakan selaput pembungkus
terdiri dari 2 lapisan yaitu : lapisan parietal dan visceral yang bertemu di pangkal
jantung membentuk katup jantung. Di antara dua lapisan jantung ini terdapat lendir
sebagai pelican untuk menjaga agar pergesekan antara pericardium pleura tidak
menimbulkan gangguan terhadap jantung.
(Syaifudin, Anatomi Fisiologi Untuk Siswa Perawat, 1992)
c. Siklus jantung
Jantung adalah alat pompa dan kejadian-kejadian yang terjadi dalam jantung
selama peredaran darah disebut siklus jantung. Gerakan jantung berasal dari nodus sinus
atrial. Kemudian kedua atrium berkontraksi. Gelombang kontraksi ini bergerak melalui
berkas his dan kemudian ventrikel berkontraksi. Gerakan jantung terdiri atas dua jenis
yaitu kontraksi atau systole dan pengendoran atau diastole. Kontraksi dari kedua atrium
terjadi serentak dan disebut systole atrial, pengendorannya adalah diastole atrial. Serupa
dengan itu kontraksi dan pengendoran ventrikel disebut juga systole dan diastole
ventrikuler. Lama kontraksi ventrikel adalah 0,3 detik dan tahap pengendorannya selama
0,5 detik. Dengan cara ini jantung berdenyut terus menerus, siang malam selama
hidupnya. Dan otot jantung mendapat istirahat selama diastole ventrikuler.
Kontraksi kedua atrium pendek, sedangkan kontraksi ventrikel lebih lama dan
lebih kuat. Dan yang dari ventrikel kiri adalah yang terkuat karena mendorong darah ke
seluruh tubuh untuk mempertahankan tekanan darah arteri sistemik. Meskipun ventrikel
5
kanan juga memompa volume darah yang sama, tetapi tugasnya mengirimkannya ke
sekitar paru-paru dimana tekanannya lebih kuat. (Pearce, Evelyn C, Anatomi dan
Fisiologi Untuk Paramedis, 2000)
d. Bunyi jantung
Selama gerakan jantung dapat terdengar dua macam suara yang disebabkan oleh
katup-katup yang menutup secara pasif. Bunyi pertama disebabkan menutupnya katup
atroventrikuler dan kontraksi dari ventrikel, bunyi kedua karena menutupnya katup aortic
dan pulmoner sesudah kontraksi dari ventrikel. Yang pertama adalah panjang terdengar
“lub” dan yang kedua pendek dan tajam terdengar “dub”. Dalam keadaan normal jantung
tidak mempunyai bunyi lain, tetapi bila arus darah cepat atau bila ada kelainan pada
katup atau salah satu ruangnya, maka dapat terjadi bunyi lain, biasanya disebut “bising”.
(Syaifudin, Anatomi Fisiologi Untuk Siswa Perawat, 1992)
e. Daya pompa jantung
Pada orang yang sedang istirahat jantungnya berdebar sekitar 70 kali semenit dan
memompa 70 ml setiap denyut. Jumlah darah yang setiap menit dipompa dengan
demikian adalah 70 x 70 ml atau sekitar 5 liter. Sewaktu banyak bergerak kecepatan
jantung dapat menjadi 150 setiap menit dan volume denyut lebih dari 150 ml, yang
membuat daya pompa jantung 20 sampai 25 liter setiap menit.
Tiap menit sejumlah volume yang tepat sama kembali dari vena ke jantung. Akan
tetapi bila pengembalian dari vena tidak seimbang dan ventrikel gagal mengimbanginya
dengan daya pompa jantung, maka terjadi payah jantung. Vena-vena besar dekat jantung
menjadi membengkak berisi darah, sehingga tekanan dalam vena naik. Dan kalau
keadaan in tidak cepat ditangani maka terjadi edema. (Pearce, Evelyn C, Anatomi dan
Fisiologi Untuk Paramedis, 2000)
f. Katup-katup pada jantung
Di dalam jantung terdapat katup-katup yang sangat penting artinya dalam susunan
peredaran darah dan pergerakan jantung manusia.
1) Valvula Trikuspidalis. Terdapat antara atrium dekstra dengan ventrikel dekstra yang
terdiri dari 3 katup.
2) Valvula Bikuspidalis. Terletak antara atrium sinistra dengan ventrikel sinistra yang
terdiri dari 2 katup.
6
3) Valvula semilunaris arteri pulmonalis. Terletak antara ventrikel dekstra dengan arteri
pulmonalis, dimana darah mengalir menuju ke paru-paru.
4) Valvula semilunaris aorta. Terletak antara ventrikel sinistra dengan aorta dimana
darah mengalir menuju ke seluruh tubuh.
g. Sirkulasi darah
Jantung adalah organ utama sirkulasi darah. Aliran darah dari ventrikel kiri
melalui arteri, arteriola dan kapiler kembali ke atrium kanan melalui vena disebut
peredaran darah besar atau sirkulasi sistemik. Aliran darah ventrikel kanan melalui paru-
paru ke atrium kiri adalah peredaran darah kecil atau sirkulasi pulmonal.
1) Pembuluh darah pada peredaran darah kecil, terdiri atas :
a) Arteri pulmonalis, merupakan pembuluh darah yang keluar dari ventrikel dekstra
menuju ke paru-paru.Mempunyai 2 cabang yaitu dekstra dan sinistra untuk paru-
paru kanan dan kiri yang banyak mengandung CO2 di dalam darahnya.
b) Vena pulmonalis, merupakan vena pendek yang membawa darah dari paru-paru
masuk ke jantung bagian atrium sinistra. Di dalamnya berisi darah yang banyak
mengandung O2.
2) Pembuluh darah pada peredaran darah besar, terdiri atas :
a) Aorta, merupakan pembuluh darah arteri yang besar yang keluar dari jantung
bagian ventrikel sinistra melalui aorta asendens lalu membelok ke belakang melalui
radiks pulmonalis sinistra, turun sepanjang kolumna vertebralis menembus
diafragma lalu menurun ke bagian perut.
Jalannya arteri terbagi 3 (tiga) bagian :
(1) Aorta asendens, aorta yang naik ke atas dengan panjangnya ± 5 cm, cabangnya
arteri koronaria masuk ke jantung.
(2) Arkus aorta, yaitu bagian aorta yang melengkung arah ke kiri, di depan trakea
sedikit ke bawah sampai vena torakalis IV.Cabang-cabangnya : arteri brakia
sefalika atau arteri anomina, arteri subklavia sinistra dan arteri karotis komunis
sinistra.
(3) Aorta desendens, bagian aorta yang menurun mulai dari vertebra torakalis IV
sampai vertebra lumbalis IV.
Letaknya :
7
(a). Aorta torakalis. Dimulai dari vertebra torakalis IV sampai menembus diafragma.
Percabangannya sampai pada dinding toraks dan alat-alat visceral yang ada di
dalam rongga toraks.
(b).Aorta abdominalis. Pada vertebra torakalis XII terbagi 2 : arteri iliaka komunis
dekstra dan arteri iliaka komunis sinistra. Percabangannya sampai pada dinding
perut dan alat dalam rongga perut, panggul dan anggota gerak bawah.
Peredaran darah kecil, darah dari jantung ventrikel destra → valvula semilunaris → arteri
pulmonalis → paru-paru kiri dan kanan → vena pulmonalis.
Peredaran darah besar, darah dari jantung bagian ventrikel sinistra → valvula semilunaris
aorta → aorta → arteri → arteriole → kapiler arteri → kapiler vena → venolus → vena kava →
atrium dekstra.
(Syaifudin, Anatomi Fisiologi Untuk Siswa Perawat, 1992)
Perubahan anatomi dan fisiologi sistem kardiovaskuler dalam kehamilan
Minggu ke-5 kehamilan cardiac output mulai meningkat, minggu ke-10 dan 20 terjadi
peningkatan volume plasma (selama hamil meningkat 40-45%). Peningkatan estrogen dan
progesteron menyebabkan vasodilatasi dan penurunan resistensi veskular periver. Ventrikel kiri
mengalami hipertropi dan dilatasi sehingga memfasilitasi perubahan cardiac output,
kontraktilitas tidak berubah. Bersamaan dengan perubahan posisi difragma, apeks akan bergerak
ke anterior dan kekiri. Minggu ke-6 s.d ke-8 Volume darah akan meningkat, puncaknya minggu
ke-32 s.d 34. Jumlah sel darah merah sebanyak 20-30% tidak sebanding dengan peningkatan
volume plasma sehingga terjadi hemodilusi. Penurunan konsentrasi hemoglobin dari 15 gr/dl
menjadi 12,5 g/dl dan perempuan bisa mencapai < 11 g/dl. Pada pertengahan sampai akhir
kehamilan cardiac output dipengaruhi oleh posisi tubuh. Sebagai akibat pembesaran uterus yang
mengurangi venus retum dari ekstremitas bawah. Posisi tubuh wanita hamil turut mempengaruhi
cariac output dimana bila dibandingkan dalam posisi lateral kiri, pada saat posisi supinasi maka
cardiac output akan menurun 0,6 l/menit dan pada posisi tegak akan menurun sampai 1,2 l/menit.
C. Etiologi
8
Penyebab gagal jantung peripartum belum jelas dan masih disangsikan bahwa
kardiomiopati merupakan kondisi khusus yang terjadi pada kehamilan. Beberapa hal yang
diduga etiologi penyakit ini :
1. Nutrisi yang jelek akan memudahkan terjadinya penyakit jantung pasca melahirkan
2. Virus. (Parvovirus B19, Human Herpes Virus, Epstein-Barr virus, and Human
Cytomegalovirus) Hubungan antara kehamilan dan miokarditis karena virus telah
dibuktikan.
3. Imunologi. Pada kardiomiopati peripartum terjadi degenerasi yang cepat dari uterus
yang menghasilkan fragmentasi dari tropokolagen oleh ensim kolagenolitik yang
melepaskan aktin, miosin dan metabolitnya. Antibodi dibentuk melawan aktin yang
mengalami reaksi silang dengan otot jantung dan penderita kemudian mengalami
kardiomiopati.
4. Hormonal. Beberapa hormon seperti estrogen, progesteron dan prolaktin telah
menunjukkan pengaruh pada sistem kardiovaskuler namun bukti yang ada menunjukkan
tidak ada kelainan hormonal yang dapat diidentifikasi pada kardiomiopati peripartum.
D. Manifestasi Klinis
Wanita dengan cardiomiopati memperlihatkan tanda dan gejala gagal jantung.
Karena puncak peningkatan beban hemodinamik terjadi pada minggu ke 32 ( trimester ke
tiga).
1. Pada gagal jantung kiri terdapat gejala :
a. Badan lemah, cepat lelah, dan berdebar-debar
b. Anoreksia
c. Batuk dan keringat dingin
d. Dyspnoe (dysnoe d’effort)
e. Orthopnoe
f. Paroksismal noktural dyspnoe
g. Ronkhi basah di bagian basal paru
h. Suara jantung III/bunyi derap S3
i. Tachycardia
2. Pada gagal jantung kanan terdapat gejala :
9
a. Edema tumit dan tungkai
b. Pembesaran hati (hepatomegali)
c. Peningkatan tekanan vena jugularis
d. Gangguan gastrointestinal : perut kembung, anoreksia, nausea, ascites, dan perasaan
tidak enak pada epigastrium
e. Berat badan bertambah akibat edema tungkai
f. Irama derap atrium kanan atau murmur
3. Sedangkan pada gagal jantung kongestif terjadi manifestasi gabungan gagal jantung kiri
dan gagal jantung kanan.
(Mansjoer Arif, dkk, Kapita Selekta Kedokteran, 1999)
New York Association (NYHA)membuat klasifikasi fungsioanal dalam empat kelas:
Kelas 1 : Bila pasien dapat melakukan aktifitas berat tanpa keluhan.
Kelas 2: Bila pasien tidak dapat melakukan aktifitas lebih berat dari aktifitas sehari-hari tanpa
keluhan.
Kelas 3 : Bila pasien tidak dapat melakukan aktifitas sehari-hari tanpa keluahan.
Kelas 4: Bila pasien sama sekali tidak dapat melakukan aktifitas apapun dan harus tirah baring.
E. Patofisiologis
Penyebab gagal jantung peripartum belum jelas dan masih disangsikan bahwa
kardiomiopati merupakan kondisi khusus yang terjadi pada kehamilan.
Kelainan intrinsic pada kontraktilitas miokardium yang khas pada gagal jantung
akibat penyakit jantung iskemik, mengganggu pengosongan ventrikel yang efektif.
Kontraktilitas ventrikel kiri yang menurun mengurangi curah sekuncup atau menurunnya
curah jantung kiri sehingga meningkatkan volume residu ventrikel. Dengan meningkatnya
volume akhir diastolic ventrikel, maka terjadi pula peningkatan tekanan akhir diastolik
ventrikel kiri. Derajat peningkatan tekanan tergantung dari kelenturan ventrikel. Dengan
meningkatnya tekanan akhir diastolic ventrikel kiri, maka terjadi pula peningkatan tekanan
atrium kiri karena atrium dan ventrikel berhubungan langsung selama diastole. Peningkatan
tekanan atrium kiri diteruskan ke belakang ke dalam anyaman vaskuler paru-paru,
meningkatkan tekanan kapiler dan vena paru-paru. Jika tekanan hidrostatik dari anyaman
10
kapiler paru-paru melebihi tekanan onkotik vaskuler, maka akan terjadi transudasi cairan ke
dalam interstitial. Jika kecepatan transudasi cairan melebihi kecepatan drainase limfatik,
maka akan terjadi edema interstitial. Peningkatan tekanan lebih lanjut dapat meningkatkan
cairan merembes ke dalam alveoli dan terjadilah edema paru-paru dengan segala keluhan
dan tanda-tanda akibat adanya tekanan dalam sirkulasi paru yang meninggi. Keadaan yang
terakhir ini merupakan hambatan bagi ventrikel kanan yang menjadi pompa darah untuk
sirkulasi kecil. Bila beban pada ventrikel kanan tersebut terus bertambah, akan merangsang
ventrikel kanan untuk melakukan kompensasi dengan mengalami hypertropi dan dilatasi
sampai batas kemampuannya dan bila beban tersebut diatas tetap meninggi maka pada suatu
saat tidak teratasi lagi oleh ventrikel kanan, maka terjadilah gagal jantung kanan.
Serentetan kejadian seperti yang terjadi pada jantung kiri juga dapat terjadi pada
jantung kanan dimana akhirnya akan terjadi kongesti sistemik dan edema. (Price, Sylvia A,
et al, Patofosiologi; Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit 1994)
Kardiak output (curah jantung) yang tidak adekuat memicu beberapa respon
kompensasi yang berusaha untuk mempertahankan perfusi organ-organ tubuh yang vital
(lihat tabel berikut)
Respon-respon terhadap ketidakadekuatan kardiak output
Respon Pengaruh awal Pengaruh akhir
Rangsangan
terhadap saraf
simpati
Peningkatan kecepatan dan
kekuatan kontraksi
miokardium, vasokonstriksi
perifer -arus darah ke organ-
organ vital, peningkatan arus
balik vena, peningkatan
tekanan darah.
Meningkatnya kebutuhan
oksigen untuk miokardium,
meregangkan serabut-serabut
miokardium di bawah garis
kemampuan kontraksi
Pengaktifan
sistem renin-
angiotensin
Peningkatan reabsorbsi
sodium dan air-peningkatan
volume darah, vasokonstriksi
perifer
Meningkatnya beban jantung
Hypertrofi Peningkatan kontraktilitas Peningkatan kebutuhan
11
ventrikuler miokardium oksigen untuk miokardium
(Long, Barbara C, Perawatan Medikal Bedah : Suatu Pendekatan Proses Keperawatan, 1996)
F. WOC
Gangguan Fungsi Pompa Ventrikel
12
Curah jantung kanan
Tekanan akhir systole ventrikel kanan
Suplai darah dan O2 ke
jantung
Curah jantung kiri
G. Komplikasi
Komplikasi dapat berupa :
1. Kerusakan atau kegagalan ginjal
13
2. Gagal jantung dapat mengurangi aliran darah ke ginjal, yang akhirnya dapat
menyebabkan gagal ginjal jika tidak di tangani. Kerusakan ginjal dari gagal jantung dapat
membutuhkan dialysis untuk pengobatan.
3. Masalah katup jantung
4. Gagal jantung menyebabkan penumpukan cairan sehingga dapat terjadi kerusakan pada
katup jantung.
5. Kerusakan hati
6. Gagal jantung dapat menyebabkan penumpukan cairan yang menempatkan terlalu banyak
tekanan pada hati. Cairan ini dapat menyebabkab jaringan parut yang mengakibatkanhati
tidak dapat berfungsi dengan baik.
7. Serangan jantung dan stroke.
8. Karena aliran darah melalui jantung lebih lambat pada gagal jantung daripada di jantung
yang normal, maka semakin besar kemungkinan Anda akan mengembangkan pembekuan
darah, yang dapat meningkatkan risiko terkena serangan jantung atau strok
H. Penatalakasaan
1. Pendekatan umum
o Penanganannya berupa penatalaksanaan gagal jantung termasuk istirahat, restriksi
garam, medikal terapi dengan penurunan afterload, diuretik, ionotropik, antikoagulans
atau beberapa kombinasi atau pada kasus yang lanjut dengan transplantasi.
o Intake sodium dibatasi dan diuretik diberikan untuk mengurangi preload.
o Pengurangan afterload dengan hydralazine atau vasodilator yang lain dianjurkan
meski demikian angiotensin converting enzyme inhibitor harus dicegah jika wanita
tersebut belum melahirkan.
o Digoksin yang diberikan untuk memberikan efek innotrofic jika tidak ditemukan
kompleks aritmia. Karena meningkatnya insidens embolisme pulmonal maka “low –
molecular - weight “ heparine sering kali direkomendasikan. Biopsi endomiocardial
dini dianjurkan untuk mengidentifikasi gambaran histologi adanya inflamasi
miocarditis dimana memberikan respons pada immunoterapi.
o Diet:
Diet rendah garam, restriksi cairan
14
o Pendidikan pasien:
K I E pada penderita dan keluarga
o Monitoring pasien
Monitor penyakit dalam 24 – 48 jam, kardiak monitoring harus dipertimbangkan
selama persalinan sampai 24 - 48 jam postpartum dan pengawasan ketat termasuk
pengukuran fungsi jantung dalam 3-6 bulan pengobatan.
2. Pendekatan Khusus
Rendahnya volume darah ibu dan bayi juga disebabkan kondisi ibu yang memang
sebelum hamil sudah menderita penyakit jantung. Keadaan ini makin parah apabila
terdapat penyakit yang ada sebelumnya, seperti hipertensi, usia lanjut, aritmia (denyut tidak
teratur) jantung, anemia (kurang kadar Hb) serta riwayat gagal jantung sebelumnya.
Terapi utama penderita gagal jantung adalah harus istirahat berbaring dan diberi
obat digitalis (nama obat untuk membantu kerja jantung). Jika gagal jantung terjadi pada
waktu persalinan, diperlukan pengawasan khusus dan sedapat mungkin diusahakan
melahirkan pervaginam (lewat jalan lahir/vagina).
Bagi penderita jantung rasa nyeri dan penderitaan ini perlu dikurangi, lebih-lebih
apabila diperkirakan persalinan akan berlangsung cukup lama. Pemberian obat untuk
mengurangi rasa nyeri selama ini dinilai dapat menguntungkan ibu, disamping pendekatan
psikologis agar ibu merasa lebih tenang dan aman.
Pada pelaksanaan persalinan, pasien ditidurkan setengah duduk apabila posisi ini
memang lebih menyenangkan baginya.
Apabila tidak timbul sesak nafas, sang anak boleh saja lahir spontan, namun
sedapat mungkin siibu tidak mengejan selama persalinan.
Jika bayi belum lahir setelah 20 menit berlangsung persalinan atau ibu dilarang
mengejan, sebaiknya persalinan diakhiri dengan alat forsep (alat bantu untuk menarik
kepala bayi) atau ekstraktor vakum (alat bantu menyedot kepala bayi).
Pemakaian Gurita.
Masa nifas (waktu sesudah melahirkan sampai 40 hari) dapat berbahaya bagi
penderita penyakit jantung, penderita yang hanya sedikit menunjukkan gejala gawat
jantung selama kehamilan dan persalinan, dapat mengalami kolaps setelah anaknya lahir.
15
Ini disebabkan oleh karena kotraksi yang terus menerus dari uterus (rahim) yang
mengakibatkan terjadinya pengembalian darah kedalam sirkulasi besar kurang lebih 1 liter.
Selain itu, perdarahan setelah persalinan, infeksi nifas, dan tromboemboli
(sumbatan di pembuluh darah ibu karena jendalan darah atau air ketuban) merupakan
komplikasi yang lebih berbahaya bagi ibu dengan penyakit jantung.
Demi menghindari perburukan penyakit, sebaiknya penderita jantung dirawat
dirumah sakit sekurang-kurangnya selama 14 hari setelah melahirkan dengan istirahat dan
mobilisasi bertahap serta menghindari infeksi.
3. Penatalaksanaan berdasarkan Klasifikasi
Sebaiknya dilakukan dalam kerjasama dengan ahli penyakit dalam atau ahli
jantung. Secara garis besar penatalksanaan mencakup mengurangi beban kerja jantung
dengan tirah baring, menurunkan preload dengan deuretik, meningkatkan kontraktilitas
jantung dengan digitalis, dan menurunkan after load dengan vasodilator.
Penatalaksanaan dilakukan berdasarkan klasifikasinya yaitu :
Kelas I : Tidak memerlukan pengobatan tambahan
Kelas II : Umumnya tidak memerlukan pengobatan tambahan, hanya harus menghindari
aktifitas yang berlebihan, terutama pada UK 28-32 minggu. Pasien dirawat bila keadaan
memburuk.
Kedua kelas ini dapat meneruskan kehamilan sampai cukup bulan dan melahirkan
pervaginam, namun harus diawasi dengan ketat. Pasien harus tidur malam cukup 8-10 jam,
istirahat baring minimal setengah jam setelah makan, membatasi masuknya cairan (75
mll/jam) diet tinggi protein, rendah garam dan membatasi kegiatan. Lakukan ANC dua
minggu sekali dan seminggu sekali setelah 36 minggu. Rawat pasien di RS sejak 1
minggun sebelum waktu kelahiran. Lakukan persalinan pervaginam kecuali terdapat kontra
indikasi obstetric. Metode anastesi terpilih adalah epidural
Kala persalinan biasanya tidak berbahaya. Lakukan pengawasan dengan ketat.
Pengawasan kala I setiap 10-15 menit dan kala II setiap 10 menit. Bila terjadi takikardi,
takipnea, sesak nafas (ancaman gagal jantung), berikan digitalis berupa suntikan sedilanid
16
IV dengan dosis awal 0,8 mg, dapat diulang 1-2 kali dengan selang 1-2 jam. Selain itu
dapat diberi oksigen, morfin (10-15 mg), dan diuretic.
Pada kala II dapat spontan bila tidak ada gagal jantung. Bila berlangsung 20 menit
dan ibu tidak dapat dilarang meneran akhiri dengan ekstraksi cunam atau vacum dengan
segera. Tidak diperbolehkan memakai ergometrin karena kontraksi uterus yang bersifat
tonik akan menyebabkan pengembalian darah ke sirkulasi sistemik dala jumlah besar.
Rawat pasien sampai hari ke 14, mobilisasi bertahap dan pencegahan infeksi, bila
fisik memungkinkan pasien dapat menusui.
Kelas III: Dirawat di RS selam hamil terutama pada UK 28 minggu dapatdiberikandiuretic
KelasIV: Harus dirawat di RS
Kedua kelas ini tidak boleh hamil karena resiko terlalu berat. Pertimbangkan
abortus terapeutik pada kehamilan kurang dari 12 minggu. Jika kehamilan dipertahankan
pasien harus terus berbaring selama hamil dan nifas. Bila terjadi gagal jantung mutlak
harus dirawat dan berbaring terus sampai anak lahir. Dengan tirah baring, digitalis, dan
diuretic biasanya gejala gagal jantung akan cepat hilang.
Pemberian oksitosin cukup aman. Umumnya persalinan pervaginam lebih aman
namun kala II harus diakhiri dengan cunam atau vacuum. Setelah kala III selesai, awasi
dengan ketat, untuk menilai terjadinya decompensasi atau edema paru. Laktasi dilarang
bagi pasien kelas III dan IV.
Operasi pada jantung untuk memperbaiki fungsi sebaiknya dilakukan sebelum
hamil. Pada wanita hamil saat yang paling baik adalah trimester II namun berbahaya bagi
bayinya karena setelah operasi harus diberikan obat anti pembekuan terus menerus dan
akan menyebabkan bahaya perdarahan pada persalinannya. Obat terpilih adalah heparin
secara SC, hati-hati memberikan obat tokolitik pada pasien dengan penyakit jantung karena
dapat menyebabkan edema paru atau iskemia miocard terutama pada kasus stenosis aorta
atau mitral.
I. Pemeriksaan penunjang
1. EKG : Hipertrofi atrial atau ventrikuler, penyimpangan aksis, iskemia kerusakan pola
mungkin terlihat. Disritmia mis : takhikardi, fibrilasi atrial. Kenaikan segmen ST/T
17
persisten 6 minggu atau lebih setelah imfark miokard menunjukkan adanya aneurime
ventricular.
2. Sonogram : Dapat menunjukkan dimensi pembesaran bilik, perubahan dalam
fungsi/struktur katub atau are penurunan kontraktilitas ventricular.
3. Skan jantung : Tindakan penyuntikan fraksi dan memperkirakan pergerakan dinding.
4. Kateterisasi jantung : Tekanan abnormal merupakan indikasi dan membantu
membedakan gagal jantung sisi kanan dan sisi kiri, dan stenosi katup atau insufisiensi.
Juga mengkaji potensi arteri koroner. Zat kontras disuntikkan kedalam ventrikel
menunjukkan ukuran bnormal dan ejeksi fraksi/perubahan kontrktilitas.
5. Rontgen dada
6. Dapat menunjukkan pembesaran jantung, bayangan mencerminkan dilatasi
atau hipertropi bilik, atau perubahan dalam pembuluh darah abnormal.
Oksimetri nadi
Saturasi Oksigen mungkin rendah terutama jika gagal jantung kongestif akut
menjadi kronis.
Analisa gas darah (AGD)Gagal ventrikel kiri ditandai dengan alkaliosis respiratori
ringan (dini) atauhipoksemia dengan peningkatan PCO2 (akhir).
Blood ureum nitrogen (BUN) dan kreatinin
Peningkatan BUN menunjukkan penurunan fungsi ginjal. Kenaikan baik BUN
dan kreatinin merupakan indikasi gagal ginjal.
Pemeriksaan tiroid
Peningkatan aktifitas tiroid menunjukkan hiperaktifitas tiroid sebagai pre
pencetus gagal jantung kongesti
J. Prognosis
1. Angka kematian kardiomiopati peripartum sebesar 25-50%. Setengah kematian
terjadi dalam 3 bulan pertama pasca salin dan penyebabnya karena gagal jantung
18
kongesti, aritmia atau komplikasi tromboemboli. Kematian karena fenomena emboli
(sistemik dan pulmonal ) 30%.
2. Prognosis baik bila fungsi ventrikel kiri menjadi normal dalam 5 bulan serta pada
kondisi ini harapan hidup lebih bermakna. Namun timbul pertanyaan apakah wanita
dengan kardiomiopati pertipartum dan fungsi ventrikel kiri yang sembuh dapat secara
aman hamil kembali, jawabannya masih kontroversi ? Jawabannya bahwa pada
penderita yang menunjukan tanda-tanda disfungsi ventrikel kiri yang persisten
kehamilan berikutnya harus dicegah. Tetapi pada penderita dengan ventrikel kiri yang
“sembuh” dobutamine chalange test dapat dipertimbangkan sebelum kehamilan
berikutnya disetujui.
3. 5 year survival rate kira-kira 50%, konseling prekonsepsi sangat penting dilakukan
meski gagal jantung tidak didapatkan.
4. Beberapa tulisan menunjukan bahwa prognosis untuk kehamilan akan datang
didasarkan pada ukuran jantung. Mortaliti rate 11-14% jika ukuran jantung kembali
ke ukuran normal pada 6-12 bulan dan mortaliti rate 40-80% dengan cardiomegali
yang menetap.
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
19
A. Pengkajian
1. Anamnesis
a. Pengumpulan data : nama, usia, jenis kelamin, suku/bangsa, agama, pendidikan,
pekerjaan, alamat
b. Riwayat Penyakit / keluhan utama : Lemah saat meakukan aktivitas, sesak nafas
c. Riwayat penyakit sekarang :
Penyebab kelemahan fisik setelah melakukan aktifitas ringan sampai berat.
Seperti apa kelemahan melakukan aktifitas yang dirasakan, biasanya disertai
sesak nafas.
Apakah kelemahan fisik bersifat local atau keseluruhan system otot rangka dan
apakah disertai ketidakmampuan dalam melakukan pergerakan.
Bagaimana nilai rentang kemampuan dalam melakukan aktifitas sehari-hari.
Kapan timbulnya keluhan kelemahan beraktifitas, seberapa lamanya kelemahan
beraktifitas, apakah setiap waktu, saat istirahat ataupun saat beraktifitas.
d. Riwayat Penyakit dahulu :
Apakah sebelumnya pernah menderita nyeri dada, darah tinggi, DM,
hiperlipidemia.
Obat apa saja yang pernah diminum yang berhubungan dengan obat diuretic,
nitrat, penghambat beta serta antihipertensi. Apakah ada efek samping dan alergi
obat.
e. Riwayat penyakit keluarga : Penyakit apa yang pernah dialami keluarga dan adakah
anggota keluarga yang meninggal, apa penyebab kematiannya.
f. Riwayat pekerjaan/ kebiasaan :
Situasi tempat kerja dan lingkungannya
Kebiasaan dalam pola hidup pasien.
Kebiasaan merokok
2. Pemeriksaan fisik
20
a. BREATHING
• Terlihat sesak
• Frekuensi nafas melebihi normal
b. BLEEDING
• Inspeksi : adanya parut, keluhan kelemahan fisik, edema ekstrimitas.
• Palpasi : denyut nadi perifer melemah, thrill
• Perkusi : Pergeseran batas jantung
• Auskultasi : Tekanan darah menurun, bunyi jantung tambahan
c. BRAIN
• Kesadaran biasnya compos mentis
• Sianosis perifer
• Wajah meringis, menangis, merintih, meregang dan menggeliat.
d. BLADDER
• Oliguria
• Edema ekstrimitas
e. BOWEL
• Mual
• Muntah
• Penurunan nafsu makan
• Penurunan berat badan
f. BONE
• Kelemahan
• Kelelahan
• Tidak dapat tidur
• Pola hidup menetap
• Jadwal olahraga tak teratur
g. PSIKOSOSIAL
• Integritas ego : menyangkal, takut mati, marah, kuatir.
• Interaksi social : stress karena keluarga, pekerjaan, kesulitan biaya ekonomi,
kesulitan koping.
21
3. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri b/d ketidakseimbangan suplai darah dan oksigen dg kebutuhan miokardium
akibat sekunder dari penurunan suplai darah ke miokardium
b. Penurunan curah jantung b/d perubahan, irama, konduksi elektrikal
c. Ketidakefektifan pola napas b/d pengembangan paru tidak optimal, kelebihan cairan
akibat sekunder dari udema paru.
4. Intervensi dan Implentasi
NO DIAGNOSA NOC NIC
1 Nyeri b/d
ketidakseimbangan
suplai darah dan
oksigen dg
kebutuhan
miokardium akibat
sekunder dari
penurunan suplai
darah ke
miokardium
NOC:
Pain level
Pain control
Comfort level
Kriteria Hasil:
Mampu mengontrol
nyeri
Melaporkan bahwa
nyeri berkurang
dengan menggunakan
manajemen nyeri
Mampu mengenali
nyeri
Mengatakan rasa
nyaman setelah nyeri
berkurang
Tanda vital dalam
rentang normal.
NIC:
Pain Management
- Lakukan pengkajian nyeri secara
komprehensif termasuk
lokasi,karakteristik,durasi,frekuensi,kualita
s, dan faktornya
- Observasi reaksi nonverbal dari
ketidaknyamanan
- Gunakan teknik komunikasi terapeutik
- Kaji kultur yang mempengaruhi respon
nyeri
- Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
- Control lingkungan yang dapat
mempengaruhi nyeri
- Pilih dan lakukan penanganan nyeri
(farmakologi,non farmakologi dan
interpersonal)
- Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
menentukan intervensi
- Ajarkan tentang teknik non farmakologi
- Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
- Evaluasi keefektifan control nyeri
22
- Tingkatkan istirahat
- Kolaborasikan dengan dokter jika ada
keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil
- Monitor penerimaan pasien tentang
Analgesic Administration
- Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas,
dan derajat nyeri sebelum pemberian obat
- Cek instruksi dokter tentang jenis obat,
dosis, dan frekuensi
- Cek riwayat alergi
- Pilih analgesik yang diperlukan atau
kombinasi dari analgesik ketika pemberian
lebih dari satu
- Tentukan pilihan analgesik tergantung tipe
dan beratnya nyeri
- Tentukan analgesik pilihan, rute
pemberian, dan dosis optimal
- Pilih rute pemberian secara IV, IM untuk
pengobatan nyeri secara teratur
- Monitor sign sebelum dan sesudah
pemberian analgesik pertama kali
- Berikan analgesik tepat waktu terutama
saat nyeri hebat
- Evaluasi efektivitas analgesik, tanda, dan
gejala (efek samping).
2 Penurunan curah
jantung b/d
perubahan, irama,
konduksi elektrikal
Batasan
karakteristik:
Tujuan: Penurunan
curah jantung teratasi
NOC:
Cardiac pump
effectiveness
NIC:
Cardiac care
- Evaluasi adanya nyeri dada (intensitas
lokasi durasi)
- Catat adanya disritmia jantung
- Catat adanya tanda dan gejala penurunan
23
Perubahan frekuensi
atau irama jantung
- Aritmia
- Bradikardi
- Perubahan EKG
- Palpitasi
Perubahan preload
- Penurunan tekanan
vena sentral
- Penurunan tekanan
arteri paru
- Edema,keletiha
- Peningkatan CVP
- Peningkatan PAWP
Perubahan afterload
- Kulit lembab
- Penurunan nadi
perifer
- Penurunan
resistansi vascular
paru
- Penurunan
resistansi vascular
sistemik
- Peningkatan PVR
- Peningkatan CVR
Perubahnan
kontraktilitas
- Batuk
- Penirunan indek
jantung
Circulation status
Vital sign status
Kriteria hasil :
Tanda vital dalam
rentang
normal(tekanan
darah,nadi,respires)
Dapat mentoleransi
aktivitas,tidak ada
kelelahan
Tidak ada edema
paru,perifer,dan tidak
ada asites
Tidak ada penurunan
kesadaran
cardiac output
- Monitor status kardio vaskuler
- Monitor status pernafasan yang
menandakan gagal jantung
- Monitor abdomen sebagai indicator
penurunan perfusi
- Monitor balance cairan
- Monitor adanya perubahan tekanan darah
- Monitor respon pasien terhadap efek
pengobatan antiaritmia
- Atur periode latihan dan istirahat untuk
menghindari kelelahan
- Monitor toleransi aktivitas pasien
- Monitor adanya dyspneu, fatigue, takipneu,
dan ortopneu
- Anjurkan untuk menurunkan stress
Vital sign monitoring
- Monitor TD, nadi, suhu, RR
- Catat adanya fluktuasi tekanan darah
- Monitor VS saat pasien berbaring, duduk
atau berdiri
- Auskultasi TD pada kedua lengan dan
bandingkan
- Monitor TD, nadi, RR, sebelum selama
dan setelah aktivitas
- Monitor kualitas dari nadi
- Monitor adanya pulsus paradoksus
- Monitor adanya pulsus alterans
- Monitor jumlah dan irama jantung
- Monitor bunyi jantung
- Monitor frekuensi dan irama pernafasan
24
- Penurunan fraksi
ejeksi
- Ortopnea
- Dipsnea
paroksismal
noktural
- Monitor suara paru
- Monitor pola pernafasan abnormal
- Monitor suhu warna dan kelembapan kulit
- Monitor sianosis perifer
- Monitor adanya cushing triat
- Identifikasi penyebab dari perubahan vital
sign
3 Ketidakefektifan
pola napas b/d
pengembangan paru
tidak optimal,
kelebihan cairan
akibat sekunder dari
udema paru
Tujuan: Pencapaian
pola napas yang
efektif pada pasien
NOC:
- Airway Management
- Oxygen Therapy
- Respiratory
Monitoring
Kriteria Hasil
Mendemonstrasikan
batuk efektif dan
suara nafas yang
bersih
Menunjukkan jalan
nafas yang paten
Tanda-tanda vital
dalam rentang normal
Airmay Management
- Buka jalan nafas, gunakan teknik chin lift
atau jaw trust bila perlu
- Posisikan klien untuk memaksimalkan
ventilasi
- Identifikasi klien perlunya pemasangan
alat jalan nafas buatan
- Pasang mayo bila perlu
- Lakukan fisioterapi dada bila perlu
- Keluarkan sekret dengan batuk atau
suction
- Auskultasi suara nafas, catat adanya suara
berlebihan
- Lakukan suction pada mayo
- Berikan bronchodilator bila perlu
- Berikan pelembab udara
- Atur intake cairan utuk mengoptimalkan
keseimbangan
- Monitor respirasi dan status oksigen
Oxygen Therapy
- Bersihkan jalan nafas dari sekret
- Pertahankan jalan nafas tetap efektif
- Berikan oksigen sesuai instruksi
25
- Monitor aliran oksigen, canul oksigen, dan
humidifier
- Observasi tanda tanda hipoventilasi
- Monitor respon klien terhadap pemberian
oksigen
- Monitoring Vital Sign
- Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
- Catat adanya fluktuasi TD
- Auskultasi TD pada kedua lengan dan
bandingkan
- Monitor kualitas nadi
- Monitor bunyi jantung
- Monitor frekuensi dan irama pernafasan
- Monitor suhu, warna, dan kelembaban
kulit
- Monitor sianosis perifer
- Monitor adanya chusing triad (tekanan
nadi yang melebar, bradikardia,
peningkatan sistolik)
- Identifikasi penyebab dan perubahan vital
sign
Respiratory Monitoring
- Monitor pola nafas: bradipnea, takipnea,
kusmaul, hiperbentilasi, cheyne stokes, biot
- Auskultasi suara nafas, catat area
penurunan atau tidak adanya ventilasi dan
suara tambahan
- Tentukan kebutuhan suction dengan
mengauskultasi crakles dan ronchi pada
jalan nafas utama
26
- Auskultasi suara paru setelah tindakan
untuk mengetahui hasilnya
- Monitor kemampuan klien untuk batuk
efektif
- Monitor sekret respirasi klien
- Catat onset, karakteristik, dan durasi batuk
- Monitor dyspnea dan kejadian yang
meningkatkan atau memperburuk respirasi
- Posisikan klien pada satu sisi untuk
mencegah aspirasi
- Lakukan tindakan terapi respiratori
5. Evaluasi
Fase akhir dari proses keperawatan adalah evaluasi asuhan keperawatan, hal-hal
yang di evaluasi adalah keakuratan, kelengkapan dan kualitas data, teratasi atau tidaknya
masalah klien, serta pencapaian tujuan serta ketepatan pada praktek.
Kehamilan menginduksi perubahan fisiologis yang luas pada sistem
kardiovaskular., yang menyebabkan gangguan pada jantung dan sirkulasi yang patut
dipertimbangkan. Hasil adaptasi kardiorespirasi dapat ditoleransi dengan baik pada
wanita yang sehat. Namun perubahan-perubahan ini dapat menjadi ancaman pada wanita
dengan penyakit jantung.
Adapun evaluasi diagnosa keperawatan secara teoritis dapat dilihat pada masing-
masing diagnosa keperawatan, yaitu :
a. Nyeri b/d ketidakseimbangan suplai darah dan oksigen dg kebutuhan miokardium
akibat sekunder dari penurunan suplai darah ke miokardium
b. Penurunan curah jantung b/d perubahan, irama, konduksi elektrikal
c. Ketidakefektifan pola napas b/d pengembangan paru tidak optimal, kelebihan cairan
akibat sekunder dari udema paru.
27
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kardiomiopati peripartum adalah gagal jantung kongestif yang terjadi pada bulan
terakhir masa kehamilan atau dalam lima bulan setelah melahirkan tanpa diketahui sebab dan
pathofisiologinya. Pada banyak kasus gagal jantung didasarkan karena hipertensi heart
disease, stenosis mitralis yang tersembunyi, obesitas atau myocarditis. Jika pasien melewati
episode akut gagal jantung hampir separuhnya mengalami disfungsi ventrikel kiri yang
menetap, mempunyai prognosis jangka panjang yang sama dengan penyakit jantung karena
hal lain.
Penanganan wanita hamil dengan penyakit jantung sebaiknya ditangani oleh
kerjasama dokter spesialis kandungan dengan dokter spesialis penyakit dalam atau spesialis
jantung.
B. SARAN
Dalam menerapkan Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gagal jantung
diperlukan pengkajian, konsep dan teori oleh seoranag perawat.
Informasi atau pendidkan kesehatan berguna untuk klien dengan gagal jantung selain
itu pengobatan terbaik untuk gagal jantung adalah pencegahan atau pengobatan dini terhadap
penyebabnya.
28
DAFTAR PUSTAKA
Latief, abdul dkk.1985.Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak 2.Jakarta: Fakultas Kedokteran UI
Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit:Buku Kedokteran ECG
Noer,sjaifuoellah.dkk.1996.Buku Ajar Ilmu Penyakit DalamJilid 1.Jakarta:balai penerbit FKUI
http://ASKEP gagal jantung pd kehamilan/artikel_detail-35458-Kep Kardiovaskuler-Askep
Gagal Jantung lengkap.html diakses pada tanggal 16 juni 2014
Nurafif, Huda Amin. 2013. Aplikasi Keperawatan Berdasarkan diagnosa Medis dan NANDA
NIC NOC. Yogyakarta : Mediaction.
Smeltzer, S.C. & Bare, B.G. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC.
29