mataram isi
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kerajaan mataram berdiri pada tahun 1582 pusat kerajaan ini terletak
disebelah tenggara Yogyakarta, yakni di Kota Gede, para raja memerintah di
Kerajaan Mataram ini yaitu Penembahan Senopati (1584 – 1601), Mas Jolang
(1601 – 1677), Mas Jolang (1606 – 1677) dan Adipati Martapura.
Pada awalnya daerah mataram dikuasai oleh Kesultanan Pajang sebagai
balas jasa atas perjuangan dalam mengalahkan Arya penangsung, Sultan
Hadiwijaya menghadiahkan daerah Mataram kepada Ki Ageng Pemanahahan.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dirumuskan beberapa
masalah tentang latar belakang berdirinya Kerajaan Mataram Islam, Raja-raja
yang memerintah di Kerajaan Islam dan perebutan Kerajaan Mataram.
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk menyelesaikan tugas Sejarah.
2. Mengasah kemampuan penulis secara akademik untuk membahas tentang
Kerajaan Mataram Islam.
3. Untuk menambah wawasan atau pemahaman terhadap Mataram Islam.
1.4 Manfaat penulisan
Dengan penulisan ini semoga bermanfaat bagi para pelajar dalam menggali
ilmu dan pengetahuan tentang Mataram Islam.
1
BAB II
SEJARAH KERAJAAN MATARAM ISLAM
2.1 Latar Belakang Kerajaan Mataram
Kerajaan Mataram berdiri pada tahun 1582, pusat kerajaan ini terletak
disebelah tenggara Yogyakarta, yakni di Kota Gede, para raja yang pernah
memerintah di kerajaan Mataram ini yaitu Panembahan senopati (1584-1601),
pemerintahan Seda Krapyak (1601-1677). Kesultanan mataram memiliki
peranan yang cukup penting dalam perjalanan sejarah kerajaan. Kerajaan islam
di Nusa Tenggara (Indonesia). Pada awalnya daerah Mataram dikuasai
Kesultanan Pajang sebagai balas jasa. Atas perjuangan dalam mengalahkan
Arya Penangsang. Sultan Hadiwijaya menghadiahkan daerah Mataram kepada
Ki Ageng Pamanahan, selanjutnya Ki Ageng Pamanahan membangun
Mataram sebagai tempat pemukiman baru dan persawahan.
Ki Ageng Pamanahan melanjutkan pembangunan. la membangun
pusat kekuasaan di Picred dan menyiapkan strategi untuk menundukkan para
penguasa yang menentang kehadirannya pada tahun 1575, Parnanahan
meninggal dan digantikan oleh putranya Danane Sutawijaya. la bercita-cita
membebaskan diri dan kekuasaan Pajang. Sehingga hubung anntara Mataram
dengan pajang memburuk.
2.2. Pemerintahan dan Masyarakatnya
Sistem pemerintahan yang dianut Maataram Islam iaiah sistem Dewa
Raja. Artinya pusat kekuasaan tertinggi dan mutlak ada apa diri sultan,
seorang sultan atau raja sering digambarkan memiliki sifat keramat yang
tiada tara. Raja menampakkan diri pada rakyat sekali seminggu dialun-alun
istana.
Selain sultan, pejabat lainnya adalah kaum priyai yang merupakan
penghubung antara raja dan rakyat. Sejain itu panglima perang yang bergelar
Kusumadayu, serta perwira rendahan atau Yudanegara. Pejabat lainnya adalah
Sastranegara, pejabat administrasi.
2
Dengan sistem pemerintahan seperti itu. Penambahan Senapati terus
menerus memperkuat pengaruh mataram dalam berbagai bidang sampai ia
meninggal pada tahun 1601. Ia digantikan oleh putranya, Mas jolang atau
Panembahan Sedaing Krapyak (1601-1613). Mas jolang meninggal ia
digantikan Mas Rangsang (1613 – 1645). Pada masa pemerintahannya
penarik kejayaan.
2.3. Hubungan dengan Bangsa Asing
Pada akhir 1604-an mulai ada pendekatan antara Mataram dan VOC.
Dengan pulihnya perdagangan dengan VOC diharapkan adanya keuntungan
banyak bagi Mataram, untuk memperlancar perdagangan itu, sistem monopoli
dihapus khususnya dalam hal beras. Raja berhak atas sebagian dari keuntungan
upeti, namun mengalami banyak kesulitan. Pusat menganggap sumbangan
daerah kurang dan sebaliknya.
Konflik terus terjadi. Dalam hubungan ini peranan VOC menjadi
penting, tidak hanya sebagai pedagang tetapi juga kreditor. Mataram hendak
menjalankan monopoli namun penyelundupan tidak dapat diberantas.
Pelabuhan terpaksa ditutup tahun 1655 dan dibuka pada tahun 1657. Sistem
bea masuk tidak dapat dilaksanakan karna VOC tidak setuju membayar bea
yang tinggi.
Pada seperempat abad ke XVII, ruang gerak perdagangan pesisir mulai
menyempit. Komoditinya adalah beras, perdagangan lada berpusat di wilayah
sebelah barat Indonesia, dan cengkeh serta pala di Makasar dan VOC.
Mataram juga menjalin hubungan dengan kerajaan lain sangat vital yang turut
menentukan perkembangan perdagangan dan sejarah Indonesia. Sati demi satu
kerajaan jatuh ketangan VOC yaitu Makasar, Banten dan Mataram. Penetrasi
VOC semakin mmendalam dan meluas apabila da pergolakan dan adanya
golongan yang cenderung menerima bantuan VOC dalam perjuangan
kekuasaannya.
3
2.4 Hubungan dengan Kerajaan Di Indonesia
Dinasti Banten menganggap dirinya lebih tua sebagai cabang keturunan
Demak. Raja Cirebon yang mempunyai kewibawaan di mata Banten dan
bersahabat dengan Mataram tidak dapat mengajak Sultan Banten menghadap
ke Mataram. Tahun 1650 Sultan Banten mengirim utusan ke Mataram namun
tidak berhasil, bahkan ketegangan semakin memuncak. Cirebon memihak
Mataram mengirim ekspedisi ke Banten. Angkatan laut di pimpin oleh P.
Martasari dan Ngabei Pajang Jawa berlayar mudik melawan S. Tanara dengan
60 kapal tempur di bawah pimpinan Lurah Astrasusila, hanya satu kapal
Cirebon dapat menyelamatkan diri.
Tahun 1652 politik Mataram terhadap Banten berubah, ostpolitik dengan
cara pura-pura bersahabat dengan Banten. Menurut Belanda ada pengaruh
golongan agama dan motivasi religius yang mengubah haluan politik raja.
Perang terhadap Blambangan harus didahulukan karena masih kafir.
Ketegangan terjadi 4 tahun kemudian karena kesamaan kedudukan yang tidak
dapat di selesaikan, pecah perang 1657, namun pasukan Mataram banyak
mengalami rintangan dan tidak berdaya untuk melakukan serangan.
Perundingan berdamai diselenggarakan pada tahun 1659. Perjuangan segi tiga
antara Mataram, Banten dan VOC. Banten dapat menembus monopoli VOC,
dan banyaklah ditampung pengungsian dari Pesisir Jawa dan Makasar,
berkembanglah gerakan religius yang menentang Belanda. Mataram dibawah
Amangkurat 1 menjalankan penekanan terhadap golongan religius yang
bertentangn dengan Banten dan akirnya keduanya saling melemahkan.
Perdagangan beras dari Mataram ke Palembang dan Jambi membuat
keduanya berhubungan baik. Kewibawaan Mataram sangat tinggi membuat
hubungannya semakin erat. Tahun 1650 dan 1658 lalu lintas diplomatik
berjalan lancar. Permusuhan Makasar dan VOC merupakan rintangan bagi
hubungan Mataram dan Makasar. Utusan dari Makasar ke Mataram berturut-
turut 1656-1657 dan 1658-1659, bertujuan memperoleh bantuan. Perjanjian
1659 mencapai kebuntuan kartena Sultan Amangkurat menuntut Makasar
sedang dalam perjanjian kedua kerajaan harus saling bantu melawan VOC.
4
2.5 Kemunduran Kerajaan Mataram
Kerajaan Mataram Islam dalam Penambahan Senopati 1575 mencapai
puncak kejayaan pada masa pemerintahan Sultan Agung. Raja ke-3
rnemerintah tahun 1613-1645 pada waktu wilayah kekuasaan meliputi
wilayah Jawa Tengah bagian dari jawa barat namun dalam masa
pemerintahannya. Raja yang menggantikannya terlihat kemunduran
berangsur wilayahnya semakin sempit akibat anexasi yang dilakukan oleh
Belanda, sebagai imbauan intervensi Belanda dalam pertentangan di
kerajaan. Setelah perang Trunajoyo berakhir 1678 Mataram harus
melepaskan daerah Krawang. Sebagian dari daerah Priangan dan Semarang
lebih lanjut setelah perang Cina 1743. Seluruh daerah pantai utara Jawa dan
seluruh pulau Madura sudah dikuasai Belanda. Tahun 1755 kerajaan
Mataram pecah menjadi 2 kerajaan yaitu Kerajaan Surakarta dan Kerajaan
Yogyakarta. Tahun 1757-1813 wilayah terpecah lagi dan muncul
kekuasaan Mangkunegara dan Pakualam.
2.6 Perebutan Hagemoni Mataram I
Awal perkembangan kerajaan Mataram adalah daerah Kuropaten yang
dikuasai oleh Ki Gede Pamanahan, daerah tersebut diberikan oleh pangeran
Adi Jaya, Joko Tingkir yaitu Raja Pajang kepada Ki Gede Pamanahan atas
jasanya membantu perang saudara di Demak yang menjadi latar belakang
munculnya Kerajaan Pajang.
Ki Gede Pemanahan memiliki seorang putra bernama Sutajaya yang juga
mengabdi kepada Raja Pajang sebagai Komandan Pasukan Pengabdi Raja.
Setelah Ki Gede Pemanahan meninggal 1575, maka Sutawijaya
menggantikannya sebagai penganti Mahkota Ki Gede tersebut, setelah
pemerintahan Sutawijaya kerajaan Pajang berakhir, maka terjadi perang
saudara antara pangeran Benomo putra hadiwijaya dengan Alfa pangiri, bupati
Demak yang merupakan keturunan dari Raden Tenggono. Akibat peran
saudara tersebut maka banyak daerah yang dikuasai Pajang melepaskan diri,
sehingga inilah yang mendorong Pangeran Binimo meminta bantuan kepada
5
Sutawijaya. Atas bantuan Sutawijaya tersebut maka perang saudara dapat di
atasi dan karena ketidak mampuannya, maka secara suka rela pangeran
Benowo menyerahkan tahtanya jepada Sutawijaya. Dengan demikian
berpindahlah kerajaanya. Muncullah kerajaan Mataram. Lokasi kerajaan
Mataram tersebutdi Jawav tengah bagian selatan tengah pusatnyadi Kota Gede
yaitu disekitar kota Yogyakarta sekarang.
2.6.1 Sebab Terjadinya Perlawanan / Perebutan Hegemoni di Mataram
1) Hubungan Mataram-Madura
Pendiri kerajaan Mataram adalah Sultawijaya yaitu putra kyai
Ageng Pemanahan kerajaan Mataram mencapai puncak
kejayaannya pada masa pemerintahan Sultan Agung ketika Sultan
Agung naik tahta kerajaan Mataram sudah berkembang.
Pada tahun 1629 setekah menghadapi perlawanan bupati dan bupati
Madura yang pemberani yang gigih akhirnya Mataram dapat juga
menduduki daerah tersebut. Sultan Agung mengangkat bupati
sampang menjadi penguasa seluruh Madura dan diberi gelar tahta
ningrat 1 dan kemudian dikawinkan dengan adik Sultan Agung.
Itulah penilaian hubungan antara hubungan antara Mataram dengan
Madura yang disebut keluarga Cakraningrat di Madura yang
berkuasa selain berabad-abad.
2) Hubungan Mataram-VOC
Sebagai seorang raja besar kekurangan Sultan Agung meliputi
seluruh jawa timur, Jawa Tengah sebagian Jawa Barat,(Cirebon
Jombang dan beberapa bagian sebelah selatan).
Liku-liku Sultan Agung
1. Ingin menguasai pulau Jawa
2. Anti VOC (penjajahan)
3. Merubah tahun saka menjadi tahun masehi.
Perhatian Sultan Agung dikerjakan ke Banten, ia berpendapat
daerah Banten adalah haknya, tentu saja Banten tidak mau
6
tunduk kepada Mataram,kemudian Sultan Agung mencoba
mengajak kompeni Batavia untuk menyerang Banten.
Kompeni menolak dengan pertimbangan kalau Banten jatuh
ketangan Mataram Sultan Agung menjadi kuat akan
membahayakan kompeni sendiri.Apabila hubungan antara
Mataram dan kompeni tidak begitu baik.
Pemerintahan kerajaan ditandai dengan perebutan tahta dan
perselisihan antara anggota keluarga yang sering dicampuri
oleh Batavia.Kompeni yang membutuhkan harus berusaha
memeperbaiki hubungan dengan Mataram.Sultan Agung mau
berdamai kalau Belanda menguasai sebai raja yang tertinggi
diseluruh pulau Jawa.
2.6.2 Akibat terjadinya perlawanan /perebutan Hegomoni Si Mataram.
Pada akhir tahun 1628 J-Ploen menyuruh bakar Jepara san diulang
lagi pada tahun 1619 waktu perjalanan dari Ambon ke Jakarta tetapi
pertahanan Jepara yang cukup kuat meninggalkan J.P Coen merebut
kota itu akibatnya :
- Semenjak peristiwa itu hibungan antara Mataram dengan kompeni
tidak pernah baik, keadaan bertambah buruk ke kota Batavia.
Mempersulit perdagangan antara Mataram dengan Maluku.
- Sultan Agung mengadakan persiapan untuk menyerang kompeni di
Batavia, pantai utara pulau jawa mulai ditutupi bagi perdadangan asing.
Motif dari penyerangan disamping untuk membalas penyerangan
orang-orang Mataram pada tahun 1618 terhadap kentor perdagangan
VOC juga untuk merusakkan kantor dagang inggris dan untuk
membuat orang-orang cina pindah ke Jakarta.
7
2.7 Politik Kerajaan Mataram
2.7.1 Kehidupan Politik Kerajaan Mataram
Pendiri kerajaan Mataram adalah Sutawijaya. Ia bergelar Penembahan
Senopati, memerintah tahun 1586-1601. Pada awal pemerintahannya ia
berusaha menunjukan daerah-daerah seperti Madium, Pasuruan, Cirebon serta
Bali.
Sebelum usahanya untuk memperluas dan memperkuat kerajaan
Mataram Sutawijaya digantikan oleh putranya yaitu Mas Jolang yang bergelar
Sultan Raja tahun 1601-1613.
Sebagai Raja Mataram yang berusaha menyingkirkan apa yang telah
dilakukan oleh panembahan Senopati untuk memperoleh kemenangan
Mataram dengan mengandalkan daerah-daerah yang melepaskan diri dari
mataram. Akan tetapi sebelum usahanya selesai Mas Jolang meninggal tahun
1613 dan di kenal dengan sebutan Panembahan Seto Kiopati. Untuk
selanjutnya yang menjadi Raja Mataram adalah Mas Rangrang yang bergelar
Sultan Agung Senopati Indoyo Ngabdurrahman yang memerintah pada tahun
1613-1645. Sultan Agung merupakan Raja terbesar dari kerajaan ini. Pada
masa pemerintahannya Mataram mencapai puncaknya, karena seorang raja
yang gagah berani, cakap dan bijaksana.
Daerah-daerah tersebut yang diperuntukkan untuk Mataram antara lai
adalah melalui ikatan perkawinan antara adipati-adipati dengan putri-putri
Mataram, bahkan Sultan Agung sendiri menikah dengan Putri Cirebon
sehingga daerah cirebon menjadi daerah kekuasaan Mataram.
Disamping mempersatukan berbagai daerah pulau Jawa, Sultan Agung
juga berusaha mengusir VOC Belanda dari Batavia. Untuk itu Sultan Agung
melakukan penyerangan terhadap VOC ke Batavia pada tahun 1628 dan 1629
akan tetapi serangan tersebut mengalami kegagalan. Penyebab kegagalan
serangan terhadap VOC antara lain karena jarak tempuh dari pulau Mataram
ke Batavia terlalu jauh kira-kira membutuhkan waktu 1 bulan untuk berjalan
kaki, sehingga bantuan tentara sulit diharapkan dalam waktu singkat. Dan
daerah-daerah yang dipersiapkan untuk mendukung pasukan sebagai lambang
8
padi yaitu kerduang dari bekasi kebatavia dibakar oleh VOC sebagi akibatnya
pasujan Mataram kekurangan bahan makanan. Dampak pembakaran lumbung
padi maka tersbar wabah penyakit yang menjangkiti pasukan Mataram.
Serangan pengorbanan belum sempurna. Hal inilah yang banyak
menimbulkan korban dari pasukan Mataram. Disamping itu juga system
persenjataan Belanda lebih unggul dibanding pasukan Mataram.
Dalam pemberitaan VOC nama Surapati sudah disebut pada tahun 1678.
Dikabarkan bahwa Surapati bersama beberapa pemuka Bali lain telah masuk
Islam. Rupanya telah masuk islam. Rupanya telah menjadi kezaliman bahwa
budak-budak berasal dari Bali masuk islam setelah menetap di Pulau Jawa.
Beberapa pemuka lain yang disebut antara lain Nayawangsa, Cakrayuda, Sura
yuda, Derpayana, Sarantaka dan Wirantaka. Yang paling terkemuka adalah
Cakarayuda. Anatara lain karena mudah berubah loyalitas. Sebagai gejala
sejarah mirip dengan condottier di Itali (condottier = adalah orang yang
mempunyai profesi “berperang” dan dapat diswa oleh pihak mana saja).
Dalam ekspedisi kumpeni di daerah pedalamana kontingen itu menjadi
tulang punggung karena dapat memasuki daerah yang sulit ditempuh oleh
Kontingen Eropa. Justru ciri-ciri condottier yang ada pada pasukan Bali,
loyalitas tidak dapat diandalkan sehingga mudah terjadi “pelarian” dari barisan
VOC.
Sepeninggalan Surapati ada usaha-usaha untuk mendekatinya, antara lain
oleh Ruys dan Van Happel, keduanyamenghimbau agar dia kemabali pada
pangkuan Kumpeni. Setelah Surapati memakai alasan bahwa kakinya sakit,
pihak kumpeni menyadari sukar dicapai persetujuan. Diputuskan oleh kumpeni
untuk menangkap Surapati dan akan dikejar sampai dimana saja. Suatu ancaman
terhadap Batavia oleh kedatangan angakatan laut Inggris, kumpeni terpaksa
menunda pengiriman ekspedisi untuk pengejaran itu.
Pasukan Couper yang dikirim pada tanggal 24 September 1684
menghadapi serangan barisan Surapati di Rajapalah. Barisan itu terdiri dari
pasukan Bali 500 orang dan 300 orang pasukan Jawa. Pengejaran terhambat oleh
9
banjir dan penyergapan di Madura tidak berhasil menangkap Surapati. Dengan
pasukannya dia telah meneruskan hijrahnya ke Mataram lewat Banyumas.
Daerah Banyumas dan Bagelen pada masa itu masih banyak dijelajah
oleh gerombolan-gerombolan pemberontak (Krantan) antara lain dari sisa
pasukan Trunajaya; petualangpetualang, tentara sewaan, dan unsur-unsur
perbanditan sosial. Dari gerombolan itu yang disebut antara lain gerombolan
sebesar kurang lebih 60 orang Bali di bawah Singaderpa-, gerombolan
Surapati kurang lebih 30 orang (110 orang termasuk keluarga) di bawah
Surapati, Cakrayuda, dan Suralelana dan 40 orang di bawah seorang Daeng.
Bentrokan terjadi dengan pasukan penjagaan di Banyumas dibawah Arya
Wirabrata, akhirnya diketengahi oleh barisan Wates dan Kediri di bawah Ngabei
Wirawidigda, Wiranija dan Mandaraka dan juga oleh barisan Bagelen di
bawah Curuda dan Widigda, Surapati segera menyatakan loyalitasnya terhadap
Sunan Mataram. Kemudian pernimpin pasukan Bali yang telah mengabdi di
Mataram di bawah Wangsanata dan Singabarong turut serta dalam
perundingan.
2.7.2 Suasana Politik di Kartasura (1684-1686)
Kedatangan Surapati beserta rombongannya mempunyai arti
penting bagi perkembangan politik Mataram terutama yang
berhubungan dengan perbandingan politik antar Mataram dan VOC.
Pemerintah Amangkurat dimulai dalam masa pergolakn dan akan
berakhir dalam suasana kekacauan sedang dalam periode di antaranya
terus-menerus dialami kegelisahan sosial serta pergolakan politik.
Kehadiran Surapati di Kartasura meningkatkan krisis politik di dalam
lingkungan yang sudah cukup kompleks itu.
Sementara Kartasura dibangun sebagai kota istana baru,
pemerintahan Mataram mengalami proses reorganisasi, namun
konsolidasi tidak sempat dilaksanakan. Oleh karena, gangguan kkonflik
internal antara kelompok atau klik-klik. Pada waktu itu semangat anti-10
Kumpeni meluap lagi, meskipun tidak selalu tampak di permukaan.
Partai anti-Belanda dipimpin oleh Patih Nerangkusuma. Di lingkungan
isatana permaisuri Sunan sendiri, ratu Amngkurat dan Nyai Asem,
seorang emban sunan, sangat benci terhadap Belanda. Selanjutnya di
kalangan para penguasa pesisir juga terdapat tokoh-tokoh, yaitu
Suranata dari Demak dan Kyai Demang Leksamana, Syahbandar
Jepara.
Sunan sendiri semakin lama semakin anti-kumpeni karena
pengaruh Nerangkusuma. Sebagai akibat kontrak yang ditanda tangani
pada tahun 1677 dan pada tahun 1678, Mataram kehilangan banyak
daerah, utang besar kepada VOC yang mustahil dapat dilunasi oleh
Mataram.
Kehadiran pasukan Kumpeni di lingkungan keraton sangat
menonjoldan merupakan “duri dalam mata” Keraton Kartasura.
Pengutusan yang terdiri dari R. Arya Sindureja, T.Singawangsa dan T.
Surawikrama dikirim ke Batavia untuk merundingkan pengurangan
pasukan Kumpeni di Kartasura dan Jepara. Pihak Kumpenim menunda-
nunda tanggapan, menyusullah pergolakan Surapati yang dengan
mendadak mebuat situasi sangat kritis bagi VOC.
2.7.3 Surapati di Karatsura (1685)
Sebelum masuk Kartasura, Surapati telah berjasa dalam
penumpasan pemberontakkan di Kembang Kuning. Dengan pasukan
kecil yang lebih kurang 400 orang. Di Kartasura rombongan Surapati
diterima dengan baik dan diberi rempat tinggal tidak jauh dari kepatihan.
Mereka masih dianugerahi sawah dan wanita. Sunan berkenan untuk
mengangkat pasukan Surapati sebagai pengawalnya. Sedangkan Surapati
diakui sebagai pemimpin seluruh pasukan Bali di Karatasura.
11
Kehadiran Surapati di Kartasura serta perlindungan Sunan yang
dinikmatinya me-nimbulkan kejengkelan pada pihak Kumpeni, salah
satu masalah yang perlu diselesaikan oleh utusannya pada bulan oktober
1685, ialah Francois Tack, Sunan mengatakan bahwa ia tidak mampu
memindahkan Surapati dari Karatasura.
Misi Kapten Tack juga diberi tugas menyelesaikan masalah
dengan Surapati, hidup atau mati harus dipegang oleh Kumpeni.
Rupanya tujuan misi itu diketahui di Kartasura, maka ekspedisi Tack
menjadi ancaman besar. Pasukan Tack tiba di Semarang pada tanggal 22
Desember tetapi pada tanggal 27 januari terjadi kekacauan.
Nerangkusuma meminta racun kepada Greving, Komandan Kumpeni
untuk membinasakan Surapati akan tetapi usaha itu gagal karena racun
itu tidak mempan. Kemudian Cakraningrat II menjadi perantara. Dan
pada tanggal 7 Februari 1686 kumpeni hendak bertindak terhadap
Surapati, akan tetapi Cakraningrat memanggil VOC agar penangkapan
Surapati diserahkan kepada pasukan Jawa. Digerakkannya pasukan Jawa
sebesar seribu orang dan pasukan Madura, untuk mengepung tempat tinggal
Surapati. Surapati dan barisannya berhasil menembus kepungan itu,
maka orang-orang mulai sangsi akan loyalitas Cakraningrat. Setiba di
Kartasura pada tanggal 8 Februari 1686 Kapten Tack menyiapkan
pasukannya untuk mengadakan serbuan terhadap keraton. Sementara itu,
Sunan telah meninggalkan keraton, tetapi kemudian dapat ditemukan
oleh Pasukan Tack dan diamankan di keraton lagi dengan pengamanan
yang ketat. Urawan diminta oleh tack untuk menunjukkan jalannya
disertai pasukannya tanpa persenjataan yang cukup. Waktu bergerak dari
Pajang dan sampai ke rumah-rumah yang terbakar, terdengarlah
temabakan-temabakan dari arah keraton. Pasukan kumpeni telah
diserang oleh pasukan Surapati, Greving dan anak buahnya gugur.
Dalam pertempuran yang berikutnya antara pasukan Tack dan
pasukan pemberontak, tack mati terbunuh. Dari perjalanan pertempuran
12
itu terbukti bahwa ada persekongkolan dan pengertian antara Sunan dan
Surapati.
Peristiwa Kartasura yang di uraikan di atas memberikan sorotan
kepada posisi Sunan Amangkurat II, sikapnya yang mendua. Bial
dibandingkan dengan peranannya semasa kedudukan sebagai Putra
mahkota menjdai jelas sikap dan perwatakannya. Kecenderungannya
untuk bersimpati kepada VOC juga cukup jelas, maka dia senantiasa
terombang-ambing antara kedua pendirian, jadi politiknya setengah-
setengah.
13
BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Kerajaan Mataram adalah salah satu kerajaan besar dalam sejarah
kerajaan-kerajaan besar yang ada di nusantara. Sejak awal berdirinya, masa
perkembangan hingga eksistensinya kini sangat berpengaruh dalam sejarah
budaya dan pemerintahan Indonesia. Kerajaan Mataram merupakan salah satu
kerajaan yang hingga kini masih menunjukkan eksistensi bentuk kerajaannya.
Dengan mempelajari sejarah kerajaan mataram ini penulis menjadi lebih
memahami nilai-nilai sejarah baik dari segi politik maupun budayanya. Nilai-
nilai yang bisa dipelajari adalah nilai patriotisme dan cinta tanah air.
3.2. SARAN
Tiada sesuatupun yang sempurna di dunia ini, begitu juga dengan
makalah yang penulis susun ini juga masih banyak kekurangan. Oleh karena itu,
kritik dan saran akan penulis terima dengan senang hati demi melengkapi
makalah ini.
14
DAFTAR PUSTAKA
1. Marwati, Djoned Poesponegoro Nugroho Notosusantu. 1984.
Sejarah Nasional Indonesia III. diterbitkan oleh Depertemen
Pendidikan dan Kebudayaan.
2. Perang sukseri Jawa III (1747-1757) antara Pakubuwono II dilanjutkan
Pakubuwono III melawan Hamengkubuwono dan Mangkunegara.
3. Dra.Fatimah. 1981. Sejarah Indonesia sampai tahun 1900.
Diterbitkan oleh Jurusan ilmu pengetahuan Sosial budaya, Fakultas
Keguruan Pengetahuan IKIP Padang.
15