mata lapsus.docx

28
BAGIAN ILMU KESEHATAN MATA LAPORAN KASUS FAKULTAS KEDOKTERAN Maret 2014 UNIVERSITAS PATTIMURA EROSI KORNEA Oleh: Zainuddin Surkan Hadisaputra 2009-83-009 Pembimbing dr. Carmila Tamtelahitu, Sp.M DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK

Upload: zainuddin-surkan-h

Post on 13-Dec-2015

255 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

gsdhsafeyafetyrytwr

TRANSCRIPT

Page 1: MATA LAPSUS.docx

BAGIAN ILMU KESEHATAN MATA LAPORAN KASUS

FAKULTAS KEDOKTERAN Maret 2014

UNIVERSITAS PATTIMURA

EROSI KORNEA

Oleh:

Zainuddin Surkan Hadisaputra

2009-83-009

Pembimbing

dr. Carmila Tamtelahitu, Sp.M

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK

BAGIAN ILMU KESEHATAN MATA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PATTIMURA

AMBON

Page 2: MATA LAPSUS.docx

BAB I

PENDAHULUAN

A. DEFINISI

Trauma tumpul kornea dapat menimbulkan kelainan kornea mulai dari erosi

kornea sampai laserasi kornea. Bilamana lesi terletak dibagian sentral, lebih-lebih bila

mengakibatkan pengurangan ketajaman penglihatan. Benda asing dan erosi di kornea

menyebabkan nyeri dan iritasi yang dapat dirasakan sewaktu mata dan kelopak

digerakkan. Pada trauma tumpul mata, kornea diperiksa untuk mencari apakah

terdapat kehilangan lapisan epitel (erosi), laserasi dan benda asing. Erosi kornea

merupakan terkikisnya lapisan kornea (epitel) oleh karena trauma pada bagian

superfisial mata. Erosi kornea adalah cedera mata yang paling umum dan mungkin

salah satu yang paling diabaikan. Hal ini terjadi karena gangguan pada integritas

epitel kornea atau permukaan kornea karena dikerok atau gundul sebagai akibat dari

kekuatan eksternal fisik. Lecet epitel kornea dapat kecil atau besar. Erosi kornea

biasanya sembuh dengan cepat, tanpa gejala sisa yang serius. Akibatnya, hal ini

sering dianggap kecil akibatnya. Namun, keterlibatan kornea yang lebih dalam dapat

menyebabkan pembentukan formasi jaringan parut dalam epitel dan stroma. Erosi

kornea terjadi dalam pada keadaan yang menyebabkan kompromi epitel seperti mata

kering, cedera kornea superfisial atau cedera mata misalnya disebabkan oleh benda

asing, dan penggunaan lensa kontak.1 Erosi kornea umumnya sembuh dengan cepat

dan harus diterapi dengan salep antibiotik dan pelindung mata.2,3 Ada 2 kategori pada

Page 3: MATA LAPSUS.docx

erosi kornea yaitu erosi superfisial, hanya sebatas lapisan epitel saja dan arbrasi

profunda, erosi yang terjadi hingga pada membran descemen tanpa disertai ruptur

pada membran tersebut. Erosi dapat diakibatkan oleh karena benda asing, lensa

kontak, pengusap pipi untuk make-up, ranting kayu dan tertusuknya mata oleh jari.2,3

B. ANATOMI

Dinding bola mata bagian depan ialah kornea yang merupakan jaringan yang

jernih dan bening, bentuknya dan bening, yang mempunyai beberapa tujuan:

perlindungan, refraksi , dan filtrasi dari beberapa cahaya ultraviolet. bentuknya

hampir sebagai lingkaran dan sedikit lebih lebar pada arah transversal (12mm)

dibanding arah vertikal. Kornea disisipkan ke sklera di limbus. Kornea dewasa rata-

rata mempunyai ketebalan 0,54 mm di tengah, sekitar 0,65 mm di tepi dan

diameternya sekitar 11,5 mm. Dari anterior ke posterior, kornea mempunyai 5 lapisan

yang berbeda-beda.Dimulai dari lapisan epitel, membran Bowman, stroma, membran

descemen dan lapisan endotel.3,4,5 Kornea tidak memiliki pembuluh darah dan

menerima nutrisi melalui air mata serta dari aqueous humor. Dipersarafi terutama

oleh saraf trigeminal serta saraf oculomotor.6

C. ETIOLOGI

Potensi penyebab erosi kornea meliputi7,8 :

1. Cedera (misalnya, jari, kuku, kertas, sikat maskara, cabang-cabang pohon,

paparan merica semprot

Page 4: MATA LAPSUS.docx

2. Hembusan debu, pasir

3. Lensa kontak dengan penggunaan lama

4. Benda asing pada kelopak mata bawah

5. Pasien tidak sadar, luka karena kecelakaan oleh pekerja perawatan kesehatan

6. Benda asing kornea Objek yang sulit untuk melihat (misalnya, pecahan kaca

kecil )

7. Keratitis UV

8. Cedera margo kelopak mata dan avulsi

9. Laserasi pada kanalikuli dan pungtal

D. EPIDEMIOLOGI

Erosi kornea adalah cedera mata yang paling umum dan sangat umum di

kalangan orang-orang yang memakai lensa kontak . Meskipun erosi kornea mencapai

sekitar 10 % dari keadaan darurat mata terkait, kejadian diperkirakan bervariasi

menurut populasi dan tergantung pada bagaimana mereka didefinisikan dan kegiatan

yang terlibat dalam mekanisme cedera. Insiden cedera tanpa penetrasi pada mata

yang meliputi erosi kornea, 1.57 % per tahun. Insiden erosi kornea lebih tinggi di

antara orang usia kerja karena orang-orang muda lebih aktif daripada orang tua;

Namun, orang-orang dari segala usia dapat memiliki resiko terkena erosi kornea.

Pekerja otomotif antara usia 20 dan 29 tahun memiliki insiden tertinggi cedera mata.9

E. MANIFESTASI KLINIS

Page 5: MATA LAPSUS.docx

Pada erosi kornea, diagnosa dapat ditegakkan dengan melakukan anamnesis dan

pemeriksaan oftamologi yang tepat. Pada anamnesis yang didapatkan adanya riwayat

trauma tumpul dengan gejala-gejala seperti rasa nyeri pada mata, fotopobia, rasa

mengganjal, blefarospasme, pengeluaran air mata berlebihan dan visus yang

menurun.10 Pada pemeriksaan slit lamp adanya defek yang terjadi pada lapisan epitel

bersamaan dengan adanya edema kornea. Pada kasus berat, dengan edema yang berat

harus diperhatikan pada lapisan membran descemen juga. Dengan tes fluoresensi,

daerah defek/erosi dapat dilihat pada daerah yang berwarna hijau. Riwayat pasien

biasanya meliputi trauma pada mata baik karena benda asing atau lensa kontak.

Gejala biasanya dimulai segera setelah trauma terjadi dan dapat berlangsung menit ke

hari, tergantung pada ukuran dari erosinya. Gambaran klinis biasanya unilateral

ketika erosi kornea berhubungan dengan trauma. Mungkin bilateral jika dikaitkan

dengan penyakit diwariskan atau distrofi.

Ketajaman visual harus dinilai. Jika erosi mempengaruhi sumbu visual,

mungkin ada defisit dalam ketajaman yang harus jelas bila dibandingkan dengan mata

terluka. Jika pemeriksaan dibatasi oleh rasa sakit, anestesi topikal seperti tetrakain

atau proparacaine dapat digunakan. Jumlah anastesi yang digunakan harus minimal,

karena agen ini biasanya akan memperlambat penyembuhan luka.

Page 6: MATA LAPSUS.docx

F. DIAGNOSIS

Pada erosi kornea, diagnosa dapat ditegakkan dengan melakukan anamnesis dan

pemeriksaan oftamologi yang tepat. Pada anamnesis yang didapatkan adanya riwayat

trauma tumpul dengan gejala-gejala seperti rasa nyeri pada mata, fotopobia, rasa

mengganjal, blefarospasme, pengeluaran air mata berlebihan dan visus yang

menurun. Pada pemeriksaan slit lamp adanya defek yang terjadi pada lapisan epitel

bersamaan dengan adanya edema kornea. Pada kasus berat, dengan edema yang berat

harus diperhatikan pada lapisan membran descemen juga. Dengan tes fluoresensi,

daerah defek/erosi dapat dilihat pada daerah yang berwarna hijau.

Gambar 1.1. Defek pada epitel kornea ketika diperiksa

dengan lampu biru setelah diteteskan flourescein11

Page 7: MATA LAPSUS.docx

G. PENATALAKSANAAN

Erosi kornea umumnya sembuh dengan cepat dan harus diterapi dengan salep

antibiotik dan pelindung mata. Dilatasi pupil dengan siklopentolat 1% dapat

membantu menghilangkan nteri yang disebabkan oleh spasme otot siliar. Kornea

memiliki kemampuan untuk menyembuhkan diri sendiri, dimana pengobatan

bertujuan untuk mencegah komplikasi lebih lanjut. Jika erosi yang terjadi ringan,

maka terapi yang diberikan hanyalah lubrikasi pada mata yang sakit dan kemudian

dilakukan follow-up untuk hari berikutnya. Penyembuhan ini dapat berlangsung

selama 2 hari ataupun dalam waktu seminggu. Bagaimanapun untuk menghindari

infeksi, pemberian antibiotik dianjurkan. Namun tak lepas dari pengobatan, seorang

dokter harus tetap melakukan follow up untuk meyakinkan bahwa tidak terjadi

inefeksi nantinya.12 Sebagai langkah awal, diberikan pengobatan yang berisifat

siklopegi seperti atropine 1% pada kasus yang berat, hematropine 5% pada kasus

sedang dan cyclopentolate 1% untuk pasien dengan erosi yang ringan. Anjuran

selanjutnya yaitu pada obat topical antibiotic yang terdiri dari polytrim, gentamycin

dan tombramycin. Selain itu, pasien dianjurkan untuk istirahat total (bed-rest)

diharapkan tidak adanya pergerakkan pasien secara aktif. Apabila pasien merasa

nyeri, diberikan pengobatan topical nonsteroid anti inflamasi (Voltaren, Acular atau

Ocufen).

Page 8: MATA LAPSUS.docx

H. KOMPLIKASI

Komplikasi yang terjadi apabila penyembuhan epitel tidak terjadi secara baik

atau minimal sehingga kerusakan lapisan kornea bisa terjadi hingga pada daerah

Membrane Descemen. Dengan keadaan seperti itu, maka akan terjadi pelepasan pada

lapisan kornea hingga terjadi Recurrent Corneal Erosions (RCE) dalam beberapa

bulan atau hingga beberapa tahun.2, 12

I. PROGNOSIS

Pada pengobatan topical umumnya dengan prognosis yang baik. Penyembuhan

pada lapisan kornea ini dapat terjadi dalam beberapa hari. Pada erosi yang terjadi

agak dalam dapat terjadi penyembuhan dengan jaringan sikatriks berupa nebula,

makula ataupun leukoma kornea.4

Erosi kornea yang tidak diobati secara sempurna dapat menjadi ulkus kornea.

Beberapa erosi dalam (misalnya yang melibatkan lapisan stroma kornea) dalam pusat

sumbu visual (yaitu, daerah pusat kornea langsung di atas pupil) sembuh tapi

meninggalkan bekas luka yang dalam sehingga memiliki kerugian permanen

ketajaman visual. Penyembuhan erosi yang kecil diharapkan sembuh dalam waktu

24-48 jam. Erosi luas atau mendalam mungkin memerlukan satu minggu untuk

penyembuhan. Morbiditas yang signifikan jarang terjadi dan sebagian besar biasanya

dengan komplikasi infeksi atau alergi terhadap obat yang digunakan untuk

pengobatan. Pada dasarnya semua ulkus kornea dimulai dengan erosi. Erosi kornea

yang terkait dengan lensa kontak dapat menjadi infeksi pseudomonas atau keratitis

Page 9: MATA LAPSUS.docx

amoebic dan menyebabkan kerusakan mata lebih lanjut (termasuk perforasi atau

jaringan parut kornea) jika tidak segera diobati. Sedangkan erosi yang disebabkan

oleh tanaman biasanya menjadi ulkus jamur.13

BAB II

LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PENDERITA

Nama : TN. AS

Jenis Kelamin : Laki-laki

Umur : 36 tahun

Agama : Kristen

Alamat : Jalan Rijali (Belakang Soya)

Page 10: MATA LAPSUS.docx

Suku/Bangsa : Maluku

Pekerjaan : PNS

Tanggal : 1 April 2014

Pemeriksa : dr. X

II. ANAMNESIS

Autoanamnesis dilakukan pada tanggal 1 April 2014 pukul 12.00 WIT di

Poliklinik Mata RSUD.

Keluhan Utama : Nyeri pada mata sebelah kanan

Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien dating ke Poliklinik Mata dengan keluhan mata sebelah kanan terasa

nyeri sejak 1 hari yang lalu. Pasien juga mengeluh mata berair, terasa silau dan

penglihatan sedikit kabur. Tampak konjungtiva pasien hiperemis. Pasien

mengaku sebelumnya mengendarai sepeda motor dan mata terkena daun pohon

di pinggir jalan.

Riwayat Penyakit Sebelumnya:

- Riwayat penyakit mata sebelumnya disangkal

- Riwayat memakai kacamata dan lensa kontak disangkal

Riwayat dalam keluarga:

- Ada gejala yang sama disangkal

Page 11: MATA LAPSUS.docx

Riwayat sosial: -

III. PEMERIKSAAN FISIK

a. Keadaan Umum

Kesadaran : Compos Mentis (C4 M6 V5)

Tekanan Darah : Tidak dilakukan

Nadi : Tidak dilakukan

Pernapasan : Tidak dilakukan

b. Status Oftalmologi

- Visus OD : 6/6 F

Visus OS : 6/6

- Segmen anterior ODS

OD OS

Udem(-), Hematom (-),

Blefarospasme (+)

Palpebra Normal

Hiperemis(+), Injeksi Siliar

(+), sekret (-)

Konjungtiva Dalam batas normal

Flourescein Tes(+) Kornea Jernih

Normal Bilik Mata Depan Normal

Radier, coklat Iris Radier, coklat

Page 12: MATA LAPSUS.docx

Isokor, central Refleks

Pupil(+)

Pupil Isokor, Refleks

pupil(+)

Jernih Lensa Jernih

Gambar Skematik

Flourescein Tes (+) injeksi siliar

- Tekanan Intra Okuli ODS: tidak dilakukan

- Pergerakan Bola Mata : tidak dilakukan

- Funduskopi ODS: tidak dilakukan

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Pemeriksaan Lab Darah Lengkap

V. DIAGNOSA KERJA

OD Trauma Okuli cum OD Erosi Kornea

Page 13: MATA LAPSUS.docx

VI. DIAGNOSIS BANDING

1. Keratitis

2. Benda Asing pada kornea

3. Ulkus kornea

4. Trikiasis

VII. PERENCANAAN1. Diagnosis

- Kultur Bakteri

- Pewarnaan KOH

2. Terapi

Terapi yang direncanakan adalah:

- Antibiotik topikal digunakan untuk mencegah komplikasinya. Biasanya yang

dianjurkan adalah Ofloxsacin dan Torbamicin.

- Agen Sikloplegia kerja cepat seperti Tropikamide dapat diberikan untuk

memberikan rasa nyaman pasien.

- Dibebat selama 24 jam.

- Bed Rest (Istirahat total)

3. Monitoring

Page 14: MATA LAPSUS.docx

- Keluhan

- Visus

- Segmen Anterior (Kornea, Konjugtiva)

4. Edukasi

Memberikan penjelasan kepada pasien dan keluarga tentang

- Kondisi mata kanan pasien

- Pemberian obat sesuai anjuran dokter

- Bimbingan Rohani

VIII. PROGNOSIS

- Quo ad Vitam : Bonam

- Quo ad Visam : Bonam

- Quo ad Sanasionam : Dubia at Bonam

Page 15: MATA LAPSUS.docx

BAB III

PEMBAHASAN

Pada erosi kornea, diagnosa dapat ditegakkan dengan melakukan anamnesis dan

pemeriksaan oftamologi yang tepat. Pada anamnesis yang didapatkan adanya riwayat

trauma tumpul dengan gejala-gejala seperti rasa nyeri pada mata, fotopobia, rasa

mengganjal, blefarospasme, pengeluaran air mata berlebihan dan visus yang

menurun. Pada pemeriksaan slit lamp adanya defek yang terjadi pada lapisan epitel

bersamaan dengan adanya edema kornea. Pada kasus berat, dengan edema yang berat

Page 16: MATA LAPSUS.docx

harus diperhatikan pada lapisan membran descemen juga. Dengan tes fluoresensi,

daerah defek/erosi dapat dilihat pada daerah yang berwarna hijau. Tanda-tanda

meliputi cacat epitel dan edema, dan sering injeksi konjungtiva, kelopak mata

bengkak. Dalam kasus ini tidak didapatkan kelopak mata bengkak, tetapi terdapat

injeksi siliar. Penglihatan mungkin kabur, baik dari pembengkakan kornea dan air

mata berlebih. Pada pasien ini visusnya sedikit menurun. Pemeriksaan laboratorium

dilakukan untuk mengetahui adanya penyakit penyerta antara lain glaukoma, diabetes

mellitus, maupun kelainan darah. Erosi kornea umumnya sembuh dengan cepat dan

harus diterapi dengan salep antibiotik dan pelindung mata. Meskipun erosi kecil

mungkin tidak memerlukan pengobatan khusus. Pada kasus ini diberikan antibiotic

untuk mencegah infeksi, kemudian matanya dibebat. Tujuannya pada kasus ini

erosinya tidak terlalu luas sehingga dengan mata yang dibebat diharapkan epitel

kornea dapat sembuh dalam waktu 24 jam. Pada erosi yang lebih besar biasanya

diobati selama beberapa hari dengan antibiotik topikal untuk mencegah infeksi dan

kadang-kadang cycloplegic topikal untuk mengurangi nyeri dan meningkatkan

kenyamanan.  Kornea memiliki kemampuan untuk menyembuhkan diri sendiri,

dimana pengobatan bertujuan untuk mencegah komplikasi lebih lanjut. Jika erosi

yang terjadi ringan, maka terapi yang diberikan hanyalah lubrikasi pada mata yang

sakit dan kemudian dilakukan follow-up untuk hari berikutnya. Penyembuhan ini

dapat berlangsung selama 2 hari ataupun dalam waktu seminggu. Bagaimanapun

untuk menghindari infeksi, pemberian antibiotik dianjurkan. Sebagai langkah awal,

diberikan pengobatan yang berisifat siklopegi seperti atropine 1% pada kasus yang

Page 17: MATA LAPSUS.docx

berat, hematropine 5% pada kasus sedang dan cyclopentolate 1% untuk pasien

dengan abrasi yang ringan. Dalam kasus ini pasien diberikan sikloplegia dengan

waktu paruh paling cepat seperti tropikamide. Anjuran selanjutnya yaitu pada obat

topical antibiotik yang terdiri dari polytrim, gentamycin dan tombramycin. Selain itu,

pasien dianjurkan untuk istirahat total (bed-rest) diharapkan tidak adanya

pergerakkan pasien secara aktif. Apabila pasien merasa nyeri, diberikan pengobatan

topical nonsteroid anti inflamasi (Voltaren, Acular atau Ocufen). Untuk erosi kornea

berulang, pengobatan mungkin telah dengan operasi laser disebut keratectomy

phototherapeutic. Anestesi topikal tidak akan digunakan untuk mengontrol rasa sakit

terus karena mereka dapat mengurangi penyembuhan dan menyebabkan keratitis

sekunder. Komplikasi yang terjadi apabila penyembuhan epitel tidak terjadi secara

baik atau minimal sehingga kerusakan lapisan kornea bisa terjadi hingga pada daerah

membrane descemen. Dengan keadaan seperti itu, maka akan terjadi pelepasan pada

lapisan kornea hingga terjadi Recurrent Corneal Erosions (RCE) dalam beberapa

bulan  atau hingga beberapa tahun. Pada pengobatan topical umumnya dengan

prognosis yang baik. Penyembuhan pada lapisan kornea ini dapat terjadi dalam

beberapa hari. Pada erosi yang terjadi agak dalam dapat terjadi penyembuhan dengan

jaringan sikatriks berupa nebula, makula ataupun leukoma kornea. Meskipun erosi

kecil mungkin tidak memerlukan pengobatan khusus, erosi yang lebih besar biasanya

diobati selama beberapa hari dengan antibiotik topikal untuk mencegah infeksi.

Page 18: MATA LAPSUS.docx

DAFTAR PUSTAKA

1. Mann I. Study of epithelial regeneration in living eye. Br J Ophthalmol.

1944;28:26.

2. Anonim, Corneal Abrasion in Encyclopedia of Medicine 2006. Available at

http://www.healthatoz/transform.jps.html. Accessed on : February 24th 2009.

3. Anonim, Corneal Abrasion and Reccurent Corneal Erosions. Avalable at

http://www.yahoo.com/revoptomSECT3F.html. Accessed on : February 24th

2009.

Page 19: MATA LAPSUS.docx

4. Ilyas, Sidarta., Trauma Tumpul Mata : Ilmu Penyakit Mata. Sagung Seto, Jakarta,

2002. Hal : 263-6.

5. Batterburry, Mark., Trauma : Ophthalmology. Elsevier, London, 2007. Hal : 76,7

6. Dua HS, Gomes JA, Singh A. Corneal epithelial wound healing. Br J

Ophthalmol. May 1994;78(5):401-8

7. Brown L, Takeuchi D, Challoner K. Corneal abrasions associated with pepper

spray exposure. Am J Emerg Med. May 2000;18(3):271-2.

8. Duma SM, Jernigan MV, Stitzel JD, Herring IP, Crowley JS, Brozoski FT, et al.

The effect of frontal air bags on eye injury patterns in automobile crashes. Arch

Ophthalmol. Nov 2002;120(11):1517-22.

9. Wong TY, Lincoln A, Tielsch JM, Baker SP. The epidemiology of ocular injury

in a major US automobile corporation. Eye (Lond). 1998;12 ( Pt 5):870-4.

10. Ilyas, S. Ilmu Penyakit Mata. FKUI. Jakarta, 2010. Hal: 262

11. Lang, GK. Ophthalmology: a short textbook. Thieme, Stuttgart · New York 2000

12. Anonim, Corneal Abrasion in Encyclopedia of Medicine 2006. Available at

http://www.healthatoz/transform.jps.html. Accessed on : February 24th 2009.

13. Quinn SM, Kwartz J. Emergency management of contact lens associated corneal

abrasions. Emerg Med J. Nov 2004;21(6):755.