masalalah yang ada dalam keluarga
TRANSCRIPT
MAKALAHSTRATEGI PERMASALAHAN YANG ADA
DALAM KELUARGA
Dosen PengampuDrs. H. Saukani, M.M.
OLEH:
KELOMPOK VIII
1. ROHAIDA (09020184)
2. SAHRU RIZAL (09020001)
3. YUNASNAR (09020081)
4. KARTINI (09020128)
5. SITI HAYATI (09020256)
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
(STKIP) MUHAMMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG
2011
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat
dan hidayah – Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul
“Permasalahan Yang Ada Dalam Keluarga” dengan lancar dan dapat di selesaikan
tepat pada waktunya.
Tak lupa penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak
yang telah banyak memberikan bimbingan, saran, petunjuk, serta dorongan demi
kelancaran penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari makalah ini belumlah sempurna, oleh karena itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca demi
penyempurnaan makalah ini.
Pringsewu, Mei 2011
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................. i
KATA PENGANTAR................................................................................ ii
DAFTAR ISI............................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................... 1
A. Latar Belakang....................................................................... 1
B. Permasalahan......................................................................... 4
C. Tujuan dan Manfaat............................................................... 4
BAB II TINJAUAN TEORI DAN PEMBAHASAN........................... 5
A. Sebab dan Akibat Masalah Keluarga.................................... 5
B. Pendekatan dalam Mengatasi Masalah dalam Keluarga....... 14
C. Tips Mengatasi Masalah dalam Keluarga............................. 16
BAB III PENUTUP.................................................................................. 21
A. Kesimpulan............................................................................ 21
B. Saran...................................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kita terlahir ke dunia ini ,juga karena kasih sayang kedua orang tua kita kan
dan mungkin, beberapa dari kita sekarang masih menghirup nafas selain
karena anugrah Tuhan YME, juga karena kasih sayang keluarga kita, mulai
dari kakek nenek kita sampe kedua orang tua tercinta kita. Jika kita hidup
dalam sebuah lingkungan keluarga yang kecil, sedang maupun besar, hal
yang tak pernah luput menjadi perbincangan sehari-hari dalam lingkungan
keluarga ialah masalah. Semua orang pasti ingin keluarganya jauh dari
masalah-masalah yang berat dan yang mereka anggap terlalu berat.
Sebenarnya, masalah dalam keluarga itu jika dapat diselesaikan secara
bersama-sama, maka hubungan kekeluargaan bisa semakin erat. Jadi tidak
jarang dalam beberapa lingkungan keluarga, ada banyak masalah yang bisa
membuat hubungan antar anggota keluarga semakin dekat. Saya ambil contoh
keluarga teman saya, beberapa bulan lalu, keluarganya dihadapi masalah,
adiknya terserang penyakit demam berdarah, awalnya ayah dan ibunya lebih
sibuk mengurus urusan pekerjaannya, menurut teman saya, ayahnya jarang
memperhatikan dan memberi kasih sayang kepada kedua anaknya, namun
pada saat mengetahui kondisi anaknya yang sedang sakit, sang ayah langsung
menyingkirkan urusan pekerjaannya dan setelah sembuh hubungan
keluarganya menjadi lebih erat. Dari contoh kisah diatas, kita bisa mengambil
kesimpulan, bahwa masalah keluarga tadi bisa mendekatkan hubungan antar
anggota keluarga.
1
Masalah dalam keluarga merupakan aspek kehidupan yang pasti ada dalam
lingkungan keluarga. Masalah yang sering kita liat di sekeliling kita, ialah
Ekonomi. Ekonomi merupakan masalah yang bisa berujung pada masalah
yang lebih besar lagi, misalnya perceraian, bunuh diri (seperti kasus bunuh
diri ibu anak karena gak mampu membiayai kehidupan anak-anaknya
beberapa tahun lalu). Di masa sekarang ini, kita bisa melihat keluarga-
keluarga sekeliling kita, kita coba mengamati permasalahan ekonomi
keluarga yang hidup dalam kekurangan ekonomi atau bisa dibilang keluarga
yang hidup dalam kemiskinan.
Banyak keluarga yang hidup kekurangan berawal dari kemalasan individual
maupun seluruh anggota keluarganya, masalah ekonomi ini banyak terdapat
di kota-kota besar. Masalah ini dapat diatasi dengan kesadaran seluruh
anggota keluarga paling tidak kepala keluarga untuk dapat lebih berusaha
dalam mencari nafkah untuk penghidupannya yang lebih layak, caranya
gimana?? Menurut saya pekerjaan yang baik adalah jika kita menguasai dan
memahami apa yang kita kerjakan, yaitu mencari pekerjaan dengan
memahami kemampuan yang kita miliki, jaman sekarang orang mau hidup
enak tapi malas bekerja ??? bisa ?? NOL. Ada juga yang berawal dari
keterbatasan fisik maupun mental individu yang dulunya menjadi tumpuan
keluarga. Masalah yang seperti ini biasanya dapat diatasi dengan kesadaran
dari anggota keluarga lainnya untuk mengubah strata sosial. Jika kepala
keluarga yang mengalami keterbatasan tadi, mungkin sang istri bisa
mengganti kedudukan suami dalam konteks mencari nafkah.
2
Selanjutnya, masalah dalam bidang sosial. Semua keluarga pasti pernah
menghadapi masalah sosial, mulai dari kurangnya perhatian dan kasih sayang
orang tua, sampe perceraian orang tua. Kedua orang tua merupakan sosok
manusia yang paling penting bagi seorang anak, karena yang pertama kita
kenal dalam kehidupan kita adalah orang tua, orang tua kitalah yang
mengajarkan tentang kehidupan yang kita jalani sekarang, orang tua kitalah
manusia yang memberikan kasih sayang terbesar kepada kita, namun apa
jadinya jika orang tua malah jarang memperhatikan kita dan memberi kasih
sayang ?? Bagi sebagian anak, kadang mereka menganggap bahwa orang tua
mereka jarang memberikan kasih sayang, namun saya yakin sejahat-jahatnya
orang tua, pasti dalam hati mereka, mereka sangat sayang sama anak-
anaknya, hanya saja, mungkin cara mereka dalam memberikan kasih sayang
tidak dapat dipahami anak-anaknya. Terus caranya gimana ?? menurut saya,
cara yang paling penting dalam mengatasi masalah seperti ini adalah dengan
komunikasi, orang tua yang baik ialah orang tua yang bisa mengerti dan
memahami anaknya, mengerti dan memahami bukan berarti menuruti semua
permintaan anaknya, tapi dengan cara membicarakan masalah-masalah yang
dialami anaknya serta pendekatan psikologis ke anak sehingga masalah sosial
apapun dapat teratasi. Gimana kalo tidak bisa teratasi ?? jika masalah sosial
dibiarkan maka akan berdampak pada lingkungan di luar keluarga. Kita dapat
mengamati, masalah kenakalan remaja yang saat ini melanda anak-anak usia
sekolah. Salah satu faktor penyebab timbulnya kenakalan remaja adalah
masalah sosial dalam keluarga. Kesalahan orang tua dalam mendidik serta
ketidak pahaman orang tua dalam metode pendekatan adalah salah satu
3
sumber timbulnya kenakalan remaja tadi. “Guru kencing berdiri, murid
kencing berlari” peribahasa itu mungkin cocok untuk anak yang tiap hari
dididik terlalu keras oleh orang tuanya, lalu metode orang tuanya tadi
diaplikasikan di lingkungan masyarakat. Keluarga seharusnya menjadi media
pendidikan psikologis serta pendidikan sosial, sehingga jika anggota keluarga
telah berbaur dengan masyarakat, nilai-nilai sosial di masyarakat dapat
dikembangkan sesuai pendidikan sosial dalam keluarga tadi.
B. Permasalahan
1. Apakah sebab dan akibat yang ditimbulkan pada masalah-masalah yang
ada dalam keluarga ?
2. Bagaimana pendekatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah-
masalah yang ada dalam keluarga ?
3. Bagaimana tips yang dapat dipraktekkan untuk mengatasi masalah-
masalah yang ada dalam keluarga ?
C. Tujuan dan Manfaat
1. Untuk mengetahui sebab dan akibat yang ditimbulkan pada masalah-
masalah yang ada dalam keluarga.
2. Untuk mengetahui pendekatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi
masalah-masalah yang ada dalam keluarga.
3. Untuk mengetahui tips yang dapat dipraktekkan untuk mengatasi
masalah-masalah yang ada dalam keluarga.
4
BAB II
TINJAUAN TEORI DAN PEMBAHASAN
A. Sebab dan Akibat Masalah Keluarga
Anggota keluarga yang datang untuk konseling biasanya memerlukan
bantuan karena krisis yang tidak dapat mereka tangani sendiri. Krisis tersebut
dapat dilihat dari persamaan berikut ini:
abc=x
a = peristiwa atau situasi yang membuat stres
b = sumber-sumber kekuatan dalam keluarga
c = cara anggota keluarga memandang situasi yang terjadi
Secara bersama-sama, ketiga poin tersebut menentukan keseriusan krisis yang
mereka alami, yaitu x. Dari gambaran di atas, konseling keluarga akan
mencakup:
1. membantu anggota keluarga mengurangi stres/tekanan,
2. memberikan cara bagaimana menangani krisis dengan lebih baik,
3. menolong melihat situasi dari sudut pandang yang baru atau berbeda.
Pendekatan kepada setiap keluarga harus dilakukan secara berbeda- beda
karena setiap tekanan yang dialami setiap keluarga adalah unik. Setiap
keluarga juga mempunyai kemampuannya sendiri-sendiri dalam mempelajari
ketrampilan baru untuk mengatasinya, karena masing- masing anggota
keluarga mempunyai tingkat kematangan spiritual dan emosi yang berbeda.
5
Karena keunikan ini, maka tidak mudah merangkum penyebab-penyebab dari
masalah keluarga dalam beberapa kalimat saja. Namun bagi kebanyakan
keluarga, beberapa faktor di bawah ini adalah penyebab masalah keluarga
yang seringkali timbul:
1. Kurangnya Kemampuan Berinteraksi Antar Pribadi Dalam
Menanggulangi Masalah
Dalam usahanya untuk menghadapi masa transisi dan krisis, banyak
keluarga mengalami kesulitan menangani karena kurangnya pengetahuan,
kemampuan, dan fleksibilitas untuk berubah. Menurut seorang konselor
yang berpengalaman, keluarga yang mengalami kesulitan beradaptasi
seringkali berkutat pada halangan-halangan yang ada dalam keluarga --
yaitu sikap dan tingkah laku yang manghambat fleksibilitas dan
menghalangi penyesuaian kembali dengan situasi yang baru. Jenis
halangan-halangan tersebut dapat muncul dengan tipe yang berbeda- beda:
a. Halangan dalam komunikasi timbul jika masing-masing anggota
keluarga tidak tahu bagaimana mereka harus membagikan perasaan
mereka dengan anggota keluarga lainnya atau bagaimana
mengungkapkan perasaan mereka dengan jelas. Beberapa keluarga
mempunyai topik-topik pembicaraan yang dianggap tabu. Mereka tak
pernah membicarakan tentang uang, seks, hal-hal rohani, atau perasaan
mereka. Sementara itu keluarga yang lain tak pernah tertawa selama
mereka di rumah, jarang berbicara tentang apa yang mereka pikirkan,
tidak dapat mendengarkan orang lain, atau tidak dapat berkomunikasi
tanpa berteriak atau tanpa menggunakan sarkasme dan bentuk-bentuk
6
komunikasi lain yang merusak. Ada juga keluarga yang menyampaikan
pesan ganda, kata-kata mereka mengungkapkan satu hal tetapi tindakan
mereka berkata lain. Hal yang sulit bagi sebuah keluarga untuk
menghadapi krisis adalah jika masing-masing dari anggota keluarga
tidak dapat berkomunikasi secara efektif.
b. Halangan dalam hal keakraban/kedekatan merupakan ciri dari keluarga
yang mempunyai hubungan yang tidak erat satu sama lain. Kadang-
kadang anggota keluarga merasa takut untuk bersikap akrab. Mereka
jarang meluangkan waktu untuk bersama-sama, tidak saling percaya
atau tidak menghormati anggota keluarga yang lain, jarang berbagi
masalah, dan punya kesulitan dalam menangani krisis karena mereka
tidak pernah belajar untuk bekerjasama dengan akrab.
c. Halangan dalam hal aturan keluarga yang tidak tertulis, bahkan
seringkali tidak dikatakan, namun biasanya merupakan hukum-hukum
yang diterima tentang siapa tidak boleh melakukan apa. Hampir semua
keluarga tidak mempunyai aturan yang baku sehingga hal ini seringkali
membingungkan terutama bagi anak-anak. Ada juga keluarga yang
mempunyai aturan yang kaku sehingga menghambat pertumbuhan
individu-individu dalam keluarga. Keluarga yang religius, keluarga
yang ingin maju secara sosial, keluarga yang mempunyai paling sedikit
satu anggota tetap, keluarga militer, dan beberapa keluarga minoritas
lainnya diidentifikasikan sebagai keluarga yang seringkali mempunyai
aturan kuat yang dapat mencegah fleksibilitas, mengabaikan sumber-
7
sumber pertolongan dari luar, dan menghambat kemampuan untuk
mengatasi masalah pada saat-saat tekanan terjadi dalam keluarga.
d. Halangan sehubungan dengan sejarah keluarga, termasuk rahasia
keluarga yang tidak boleh diungkapkan oleh anggota keluarga atau
berita-berita yang "tidak didiskusikan oleh keluarga." Kadang- kadang
anggota keluarga menyembunyikan rahasia-rahasianya dari anggota
keluarga lainnya -- misalnya kehamilan yang tidak sah, anak cacat yang
diaborsi, pernikahan dini dan perceraian, atau hutang yang tidak
dibicarakan. Sikap seperti ini akan membuat beberapa anggota keluarga
bersikap berjaga-jaga, sementara yang lainnya merasa curiga akan
adanya sesuatu yang tidak mereka ketahui. Kadang-kadang rahasia
tersebut diketahui oleh seluruh anggota keluarga tetapi mereka
merahasiakannya terutama untuk menjaga kehormatan keluarga.
Semuanya ini akan menghalangi kejujuran untuk mengatasi krisis
dimana faktor kejujuran sangat penting.
e. Halangan mengenai tujuan yang berhubungan dengan masalah
ekonomi, akademis, sosial, politik, atau tujuan-tujuan lainnya yang
ditetapkan oleh beberapa anggota keluarga bagi mereka sendiri atau
bagi anggota keluarga yang lain. Ada seorang pendeta yang
mengharuskan ketiga anak laki-lakinya masuk dalam pelayanan. Ketika
seorang dari mereka memberontak secara terang-terangan atas
keinginan ayahnya ini, dan yang satunya menolak tapi dengan sikap
pasif, maka sang pendeta menanggapinya dengan penuh kemarahan.
Mempunyai cita-cita dan ambisi keluarga merupakan hal yang sehat,
8
tetapi jika tujuan dan ambisi tersebut dipertahankan secara kaku atau
ketika seorang anggota keluarga menetapkan cita-cita bagi anggota
yang lain, hal ini justru akan menimbulkan kesulitan terutama ketika
hasil yang dicapai tidak seperti yang diharapkan. Hidup jarang sekali
berjalan dengan mulus dan keluarga yang tidak mampu menyesuaikan
cita-cita yang dimiliki seringkali terlibat dalam masalah-masalah
keluarga.
f. Halangan mengenai nilai-nilai yaitu cara berpikir yang sebelumnya
diterima keluarga tetapi kemudian ditolak oleh salah satu/banyak
anggota keluarga lainnya. "Semua keluarga kita masuk ke perguruan
tinggi", "Perempuan dalam keluarga kita tidak boleh bekerja di luar
rumah", "Tidak boleh ada anggota keluarga kita yang minum minuman
keras", "Semua orang dalam keluarga kita adalah Presbiterian",
merupakan contoh nilai-nilai yang dipegang teguh namun seringkali
ditentang oleh beberapa anggota keluarga, terutama anggota keluarga
yang lebih muda. Ketika keluarga tidak mau atau mampu beradaptasi
dengan perubahan, konflik seringkali timbul.
Dari daftar halangan di atas, mungkin bisa ditambahkan halangan-
halangan yang berhubungan dengan orang ketiga ((triangulation) dan
pelimpahan kesalahan (detouring). Dua istilah teknis tersebut
menggambarkan tingkah laku yang seringkali nampak dalam keluarga.
Triangle atau segitiga adalah kelompok tiga orang dimana dua anggotanya
mengucilkan anggota yang ketiga. Ibu dan anak perempuannya misalnya,
9
membentuk suatu koalisi melawan sang ayah. Salah satu dari pasangan
suami-istri merangkul salah satu dari anaknya untuk melawan
pasangannya. Kadang-kadang seorang suami dapat bersekutu dengan
wanita simpanannya untuk melawan istrinya. Keluarga triangulasi seperti
ini jarang sekali berfungsi dengan baik.
Pelimpahan kesalahan (detouring) adalah istilah lain dari mencari
'kambing hitam'. Dengan mengkritik anak laki-lakinya yang memberontak,
anak perempuannya yang menolak untuk makan, atau guru sekolah yang
tidak kompeten, dapat membuat kedua orangtua terus sibuk beradu
argumen satu sama lain. Masalah yang lebih mendasar, seperti konflik
perkawinan, dikesampingkan atau diabaikan sehingga dua pasangan
tersebut berjuang bersama melawan musuh mereka. Masalah "detouring"
ini kelihatannya menjadi masalah yang sering muncul dalam keluarga-
keluarga di gereja. Memerangi dosa, atau terlibat dalam politik gereja,
untuk sementara waktu dapat membuat anggota keluarga melupakan rasa
sakitnya sehubungan dengan masalah serius yang sedang dihadapi
keluarga mereka.
2. Kurangnya Komitmen Terhadap Keluarga
Menjadi sangat sulit untuk membangun kebersamaan keluarga dan
menangani masalah jika satu atau lebih dari anggota keluarga tidak
mempunyai keinginan atau waktu untuk terlibat. Orang-orang dimotivasi
oleh karir bekerja dalam perusahaan yang mengharapkan pekerjanya
10
memberikan 100% komitmen. Pekerjaan yang dilakukan menuntut
kesediaan mereka bekerja keras dan dalam waktu yang panjang bagi
"keluarga" perusahaan. Para pekerja ini seringkali kehabisan energi untuk
membangun hubungan dalam keluarga mereka sendiri atau untuk
menangani masalah-masalah yang berubah dari waktu ke waktu.
Konselor yang menangani masalah keluarga kadang-kadang berjuang
dengan masalah etika saat ia harus memaksa anggota keluarga yang
enggan berpartisipasi untuk memecahkan masalah keluarga. Sering
anggota keluarga yang sibuk tersebut dapat dibujuk untuk datang paling
tidak untuk satu pertemuan, dan waktu-waktu tersebut merupakan sarana
untuk membujuknya memberikan komitmen lebih besar terhadap isu-isu
dalam keluarga. Namun, sering juga konselor keluarga harus bekerjasama
dengan anggota keluarga yang bersedia saja, karena menyadari bahwa
menangani anggota keluarga yang terlalu sibuk dan tidak memiliki
motivasi untuk terlibat akan lebih sulit.
3. Peran Yang Kurang Jelas Dari Anggota Keluarga
Setiap keluarga menetapkan peran masing-masing anggotanya. Beberapa
peran ini termasuk aktivitas; misalnya siapa yang akan membuang sampah
keluar rumah, siapa yang mencatat keuangan, siapa yang memasak, atau
siapa yang membawa anak-anak ke dokter gigi. Peran lain bersifat
emosional; seperti beberapa anggota menjadi pemberi semangat, menjadi
penghibur, pemecah masalah, atau penasihat masalah etika. Biasanya
11
peran-peran dimulai perlahan-lahan di awal perkawinan tetapi kadang-
kadang timbul konflik tentang siapa yang akan melakukan apa. Konflik ini
akan meruncing jika masing-masing anggota memegang perannya secara
kaku atau kalau ada kebingungan peran.
Ahli psikologi, Paul Vitz, akhir-akhir ini mengadakan penelitian ulang
terhadap buku-buku pegangan yang digunakan di sekolah dasar. Pada
hampir lima belas ribu halaman dari buku-buku yang ditelitinya tersebut
tak satupun yang menyinggung tentang hal keagamaan dan gambaran
tentang keluarga diberikan secara samar-samar. Salah satu dari buku
pegangan itu mendefinisikan keluarga sebagai "sekelompok orang" dan di
dalam buku-buku itu istilah "suami" atau "istri" tak pernah digunakan,
istilah "perkawinan" hanya disinggung satu kali saja, istilah "ibu rumah
tangga" tidak ditemukan, dan tidak disinggung satupun peran traditional
gender (jenis kelamin) dalam keluarga secara jelas.
Keluarga memang sedang mengalami perubahan. Model keluarga lama
dimana perempuan menikah sekali untuk selamanya kepada seorang pria,
kemudian bekerja sama dengan pasangannya membesarkan dua atau tiga
anak-anaknya, merupakan gambaran keluarga yang semakin jarang dilihat
dalam kebudayaan kita sekarang ini. Lebih sering kita melihat keluarga
dengan orangtua tunggal; ketidakstabilan perkawinan yang menjurus pada
perceraian, pernikahan lagi (remarriage) dan pembentukan keluarga tiri;
hubungan orangtua - anak yang terbalik dimana yang masih muda
12
mengadopsi tingkah laku sebagai orangtua (memelihara, mendukung, atau
merawat) dan orangtua berusaha menyenangkan anak-anaknya atau
mencari persetujuan dari anaknya; koalisi orangtua - anak dimana masing-
masing pasangan bersekutu dengan satu atau dua anak-anaknya untuk
melawan pasangannya. atau hubungan orangtua - anak yang terlalu ikut
campur sehingga orangtua terperangkap dalam aktivitas-aktivitas anak,
urusan sekolah, dan gaya hidup anak. Jadi bukanlah hal yang
mengherankan bila ada beberapa anggota keluarga, termasuk anak-anak,
yang merasa bingung dengan peran yang harus dijalankannya dan tidak
mampu berbuat apa-apa ketika krisis menciptakan tekanan, dan tak
seorang pun tahu siapa yang seharusnya melakukan apa.
4. Kurangnya Kestabilan Lingkungan
Masalah-masalah yang terjadi dalam keluarga kerap kali berasal dari luar
rumah. Kita telah membahas tentang berbagai krisis, perubahan pandangan
sosial tentang keluarga, dan tekanan pekerjaan yang membuat kekacauan
di beberapa keluarga. Televisi telah merubah pola komunikasi dalam
rumah tangga, karena menggantikan rasa kebersamaan, dan menyajikan
banyak program yang memberikan gambaran negatif tentang keluarga.
Selain itu ditambah dengan maraknya gerakan- gerakan, penggabungan
perusahaan, kehilangan pekerjaan yang tidak diharapkan atau trend
ekonomi yang membuat beberapa anggota keluarga terpaksa berada jauh
dari keluarga mereka untuk bekerja. Hal lain yang menambah
ketidakstabilan jika kedapatan adanya penyakit AIDS di anggota keluarga,
13
keputusan dari satu anggota keluarga (seringkali adalah si ayah) untuk lari
dan meninggalkan rumah, munculnya kekerasan dalam rumah tangga,
penggunaan obat-obatan atau alkohol, atau adanya campur tangan keluarga
mertua dan orang-orang lain yang dapat mengganggu kestabilan keluarga.
B. Pendekatan dalam Mengatasi Masalah dalam Keluarga
Disharmoni keluarga merupakan hal yang ditakuti oleh suatu keluarga.
Banyaknya permasalahan dalam keluarga berpotensi menimbulkan
disharmoni keluarga. Dalam usaha mengatasi masalah keluarga (disharmoni),
beberapa pendekatan dapat digunakan secara terpisah atau terpadu dan juga
secara multidisipliner.
1. Pendekatan Psikodinamik
Pendekatan ini berusaha memahami apa yang terjadi dan mengapa sampai
timbul atau terjadi keadaan seperti itu. Memahami latar belakang
terjadinya sesuatu permasalahan dapat dipergunakan untuk menentukan
langkah-langkah untuk memperbaiki, membina dan mengarahkan, agar
terjadi perubahan sesuai dengan yang diharapkan. Pendekatan ini akan
memberi jawaban mengenai "apa", "mengapa", "bagaimana" terjadinya
suatu masalah, (misalnya mengenai disharmoni dalam keluarga) dan
"dengan cara apa" dapat diatasi.
2. Pendekatan Behavioristik
Suatu pendekatan yang menitik beratkan pada usaha mengatasi gejala
(tingkah laku/psikis) yang ada, yang terlihat, tanpa perlu memperhitungkan
14
proses terjadinya atau "mengapanya" tetapi secara langsung untuk
mengatasi gejala tersebut. Dalam hal ini perlu dikaitkan dengan prinsip-
prinsip dalam dunia pendidikan atau proses belajar dan perubahan-
perubahannya yang diharapkan terjadi. Suatu gejala dianggap sebagai
sesuatu produk dari proses belajar sebelumnya yang mempengaruhi.
Karena itu proses ini bisa dipengaruhi oleh sesuatu proses belajar yang lain
atau sesuatu yang baru untuk mengatasi atau mengubah gejala tingkah
laku, sesuai dengan yang diharapkan.
3. Pendekatan Gestalt
Pendekatan yang menitikberatkan pada keseluruhan, pada kepribadian
sebagai totalitas yang melebihi jumlah aspek-aspeknya. Meskipun
masalahnya terdapat pada sesuatu aspek atau beberapa aspek kepribadian
saja, namun tidak bisa dilihat, hanya pada satu aspek tertentu saja.
Melainkan harus dilakukan terhadap pribadi sebagai kesatuan atau
keseluruhan.
4. Pendekatan Konseling
Melalui hubungan atau percakapan yang terus menerus, seseorang bisa
diarahkan unutk berfikir atau bertingkahlaku sesuai dengan yang
diharapkan. Berbagai proses peniruan (imitasi), sugesti, suportif bahkan
pelegaan melalui pengungkapan dari keadaan perasaan seseorang
(catharsis).
15
5. Pendekatan Melalui Agama
Iman dan kepercayaan yang kuat merupakan sumber kekuatan untuk
mengatasi atau menghadapi hal-hal yang tidak baik. Agama juga menjadi
dasar dan patokan dari semua tingkahlaku agar orang tidak kacau, ragu-
ragu dan mudah terpengaruh oleh rangsangan-rangsangan negatif yang
datang dari luar.
Demikian beberapa pendekatan yang dapat kita lakukan dalam mengatasi
masalah-masalah disharmoni keluarga. Hal ini hanyalah pendekatan saja,
masalah keluarga hanya andalah yang sangat mengetahui harus dengan
pendekatan apa untuk bisa menyelesaikannya. Yang terpenting adalah niat
kita untuk terus memperbaiki dan meningkatkan kualitas keluarga.
"Jika kita tak dapat bergaul baik dengan orang-orang, maka paling dulu
janganlah mencari kesalahannya pada orang lain, tetapi carilah pada diri
anda sendiri."
"Segala iri hati atau kedengkian, pada dasarnya adalah suatu pengajuan
rasa rencah diri terhadap orang yang diirikan."
(Brown W.J.)
C. Tips Mengatasi Masalah dalam Keluarga
Dalam sebuah keluarga pasti tak luput terjadi masalah, masalah bukan untuk
dihindari tetapi dihadapi dan diselesaikan, berikut adalah beberapa cara untuk
mengatasi masalah dalam keluarga :
16
1. Tentukan Waktu Bicara
Hindari membicarakan masalah pada waktu-waktu biasanya Anda atau
pasangan hidup cenderung untuk marah. Misalnya, saat baru pulang kantor
ketika sedang lelah dan mudah terpancing emosi. Sebaliknya, berbicaralah
pada waktu santai dan perhatikan kondisi hati apakah sedang dalam
kondisi yang menyenangkan. Berbicara pada waktu yang tidak tepat akan
memperburuk masalah.
Walaupun awalnya Anda berniat membicarakan suatu masalah dengan
baik, tetapi bisa saja masalah tersebut memancing emosi Anda dan
pasangan. Nada bicara yang keras semakin memperkeruh suasana. Jika hal
ini terjadi, ada baiknya Anda berdiam diri sejenak sampai suasana kembali
tenang. Tahan emosi Anda dan jangan terpancing dengan ucapan pasangan
hidup Anda.
Jika pembicaraan tidak mungkin dilanjutkan pada saat itu, bicaralah
dengan respek kepada pasangan hidup Anda bahwa hal ini akan Anda
bicarakan lain waktu. Tentukan waktunya dan jangan terlalu lama dari saat
Anda menghentikan pembicaraan. Ingat, untuk meminta dibicarakan lain
waktu dengan nada bicara dan sikap yang hormat. Bukan dengan
perkataan merendah seperti “Malas bicara sama kamu!” atau “Udah, gak
perlu diomongin lagi!”. Jangan lupa untuk meneepati janji untuk berbicara
pada waktu yang sudah Anda tetapkan untuk membicarakan hal ini
sehingga menimbulkan rasa kepercayaan pasangan.
17
2. Bicarakan dengan Jujur
Jangan berpikir bahwa pasangan hidup Anda tahu apa yang mengganggu
hati Anda. Pasangan hidup Anda adalah manusia biasa yang tidak dapat
membaca hati. Maka, daripada mendiamkan pasangan hidup Anda karena
berpikir dia tahu masalahnya, lebih baik ada bicarakan dengan jujur
perasaan Anda. Ingat, ketika mengatakan perasaan Anda dengan nada
yang baik bukan langsung marah-marah.
Katakan secara jelas apa dan kapan masalahnya serta bagaimana perasaan
Anda. Jika masalah yang ingin dibahas ada beberapa, Anda dapat
menuliskannya beserta solusinya. Hindari juga sikap suka mengungkit
kesalahan pasangan agar permasalahan tidak melebar.
3. Mendengarkan
Yang tidak kalah penting dalam komunikasi adalah mendengarkan.
Pasangan hidup mungkin merasa bahwa Anda tidak mendengarkan saat
dia sedang berbicara. Hal ini, mungkin disebabkan karena Anda merasa
telah mengetahui perasaan pasangan atau merasa mengetahui apa yang
akan dibicarakan. Hindari perasaan merasa telah mengetahui perasaan atau
apa yang dipikirkannya. Coba pahami perasaannya jika Anda ada di
posisinya, Anda pasti ingin agar perkataan Anda didengarkan.
Ketika pasangan Anda sedang berbicara jangan menyela kata-katanya,
biarkan sampai pasangan Anda selesai mengutarakan semuanya. Berikan
18
perhatian penuh saat pasangan Anda sedang mengutarakan perasaannya.
Tunjukkan dengan sikap yang sungguh-sungguh dalam mendengarkan.
Misalnya, jangan mendengarkan tetapi mata Anda tetap asyik menonton
TV. Ini dapat membuat pasangan Anda tidak diperhatikan.
Setelah selesai mendengarkan, coba untuk mengungkapkan kembali apa
yang telah Anda dengar. Tanyakan apakah yang Anda ungkapkan sudah
sesuai dengan maksud dari pasangan hidup Anda. Minta koreksi apabila
ternyata ada yang tidak sesuai. Hal ini untuk menghindari kesalahpahaman
di antara suami istri.
4. Buat Kesepakatan Solusi
Tujuan dari membicarakan masalah adalah agar tercipta suatu solusi yang
dapat menghilangkan masalah tersebut. Setelah berbicara, Anda akan lebih
mengetahui apa masalah yag sebenarnya terjadi dan bagaimana perasaan
pasangan Anda. Kini, buatlah solusi agar masalah tidak semakin berlarut-
larut dan dapat mengganggu keharmonisan keluarga Anda.
Sampaikan solusi yang Anda pikitkan begitu juga dengan pasangan Anda
temukan yang mendapat kesempatan untuk menyampaikan saran-saran
solusi. Jika perlu, catatlah kemungkinan solusi-solusi yang terpikirkan.
Setelah selesai, sepakati solusi mana yang Anda berdua pilih. Solusi
tersebut harus mendapat kesepakatan dari Anda berdua agar tidak ada yang
merasa keberatan dengan solusi di kemudian hari.
19
Setelah kesepakatan disetujui, tetapkan kapan Anda dan pasangan akan
membicarakan tentang pelaksanaan dari solusi yang telah ditetapkan.
Apakah sudah dilaksanakan dan bagaimana tingkat keberhasilan atau
dampak-dampak yang mungkin timbul.
Komunikasi adalah hal yang vital dalam kehidupan keluarga. Maka,
upayakan terus menjalin komunikasi yang lancar dalam keluarga.
Komunikasi juga harus dilakukan dengan itikad baik dan penuh hormat.
Membicarakan masalah bukan seperti pertempuran, dimana kedua belah
pihak saling menyerang, saling merasa benar dan menuduh pihak lawan
yang salah. Hal tersebut tidak akan menghasilkan keadaan yang baik
karena akan melukai keduanya.
Ingat, bahwa tujuan Anda adalah mencari jalan keluar yang melegakan
Anda dan pasangan sehingga kehidupan menjadi lebih bahagia.
20
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Beberapa faktor penyebab timbulnya permasalahan-permasalahan dalam
keluarga, antara lain :
1. Kurangnya kemampuan berinteraksi antar pribadi dalam menanggulangi
masalah
2. Kurangnya komitmen terhadap keluarga
3. Peran yang kurang jelas dari anggota keluarga
4. Kurangnya kestabilan lingkungan
Dalam usaha mengatasi masalah keluarga (disharmoni), beberapa pendekatan
dapat digunakan secara terpisah atau terpadu dan juga secara multidisipliner.
Pendekatan tersebut antara lain:
1. Pendekatan Psikodinamik
2. Pendekatan behavioristik
3. Pendekatan Gestalt
4. Pendekatan konseling
5. Pendekatan melalui agama
Beberapa tips dan cara untuk mengatasi masalah dalam keluarga, yaitu antara
lain :
1. Tentukan waktu bicara
2. Bicarakan dengan jujur
3. Mendengarkan
4. Buat kesepakatan solusi
21
B. Saran
Pada saat terjadi permasalahan pada keluarga maka, hendaknya
bermusyawarah untuk menyelesaikannya dan jangan membiarkan
permasalahan tersebut berlarut-larut karena akan mempengaruhi
keharmonisan dalam keluarga
22
DAFTAR PUSTAKA
http://leysehan.net/article/education/pendekatan-dalam-mengatasi-masalah-
keluarga.html
http://www.keluargabesar.net/index.php?
option=com_content&view=article&id=120%3Asebab-dan-akibat-masalah-
keluarga&catid=35%3Akeluarga& Itemid=55
http://id.shvoong.com/lifestyle/family-and-relations/2021746-tips-mengatasi-
masalah-dalam-keluarga/
23