masalah terkait diare kie-

3
Masalah-masalah terkait diare Penyakit diare merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang seperti Indonesia karena morbiditas dan mortalitasnya yang masih tinggi. Kejadian Luar Biasa (KLB) diare juga masih sering terjadi, dengan case fatallity rate (CFR) yang masih tinggi. Pada tahun 2008 terjadi KLB di 69 Kecamatan dengan jumlah kasus 8133 orang, kematian 239 orang (CFR 2,94%). Pada tahun 2009 terjadi KLB di 24 Kecamatan dengan jumlah kasus 5.756 orang, dengan kematian 100 orang (CFR 1,74%), sedangkan tahun 2010 terjadi KLB diare di 33 kecamatan dengan jumlah penderita 4204 dengan kematian 73 orang (CFR 1,74%) (Kemenkes RI, 2011). Tantangan yang dihadapi Indonesia terkait dengan masalah air minum, hygiene dan sanitasi masih sangat besar. Hasil studi Indonesia Sanitation Sector Development Program (ISSDP) tahun 2006, menunjukkan 47% masyarakat masih berperilaku buang air besar ke sungai, sawah, kolam, kebun dan tempat terbuka. Berdasarkan studi Basic Human Services (BHS) di Indonesia tahun 2006, perilaku masyarakat dalam mencuci tangan adalah (i) setelah buang air besar 12%, (ii) setelah membersihkan tinja bayi dan balita 9%, (iii) sebelum makan 14%, (iv) sebelum memberi makan bayi 7%, dan (v) sebelum menyiapkan makanan 6 %. Sementara studi BHS lainnya terhadap perilaku pengelolaan air minum rumah tangga menunjukan 99,20% merebus air untuk mendapatkan air minum, tetapi 47,50 % dari air tersebut masih mengandung Eschericia coli. Penyakit diare merupakan salah satu penyakit berbasis lingkungan. Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan terbesar di Indonesia karena masih buruknya kondisi sanitasi dasar, lingkungan fisik maupun rendahnya perilaku masyarakat untuk hidup bersih dan sehat. Diare juga merupakan salah satu penyakit infeksi dan penyebab utama kesakitan dan kematian pada anak balita terutama anak di bawah dua tahun. Kelompok balita terutama tahun kedua kehidupanmerupakan umur yang penuh dengan risiko. Hal ini berkaitan dengan faktor makanan, imunitas terhadap infeksi dan ketergantungan psikologi. Secara biologis umur 6- 24 bulan merupakan periode rentan terhadap infeksi, gizi dan diare. Penyakit diare disebabkan karena infeksi dari bakteri yang disebabkan oleh kontaminasi dari makanan maupun air minum, infeksi karena virus, alergi makanan

Upload: azkhaknowles3279

Post on 24-Nov-2015

32 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

kie diare

TRANSCRIPT

Masalah-masalah terkait diare Penyakit diare merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang seperti Indonesia karena morbiditas dan mortalitasnya yang masih tinggi. Kejadian Luar Biasa (KLB) diare juga masih sering terjadi, dengan case fatallity rate (CFR) yang masih tinggi. Pada tahun 2008 terjadi KLB di 69 Kecamatan dengan jumlah kasus 8133 orang, kematian 239 orang (CFR 2,94%). Pada tahun 2009 terjadi KLB di 24 Kecamatan dengan jumlah kasus 5.756 orang, dengan kematian 100 orang (CFR 1,74%), sedangkan tahun 2010 terjadi KLB diare di 33 kecamatan dengan jumlah penderita 4204 dengan kematian 73 orang (CFR 1,74%) (Kemenkes RI, 2011).Tantangan yang dihadapi Indonesia terkait dengan masalah air minum, hygiene dan sanitasi masih sangat besar. Hasil studi Indonesia Sanitation Sector Development Program (ISSDP) tahun 2006, menunjukkan 47% masyarakat masih berperilaku buang air besar ke sungai, sawah, kolam, kebun dan tempat terbuka. Berdasarkan studi Basic Human Services (BHS) di Indonesia tahun 2006, perilaku masyarakat dalam mencuci tangan adalah (i) setelah buang air besar 12%, (ii) setelah membersihkan tinja bayi dan balita 9%, (iii) sebelum makan 14%, (iv) sebelum memberi makan bayi 7%, dan (v) sebelum menyiapkan makanan 6 %. Sementara studi BHS lainnya terhadap perilaku pengelolaan air minum rumah tangga menunjukan 99,20% merebus air untuk mendapatkan air minum, tetapi 47,50 % dari air tersebut masih mengandung Eschericia coli.

Penyakit diare merupakan salah satu penyakit berbasis lingkungan. Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan terbesar di Indonesia karena masih buruknya kondisi sanitasi dasar, lingkungan fisik maupun rendahnya perilaku masyarakat untuk hidup bersih dan sehat. Diare juga merupakan salah satu penyakit infeksi dan penyebab utama kesakitan dan kematian pada anak balita terutama anak di bawah dua tahun. Kelompok balita terutama tahun kedua kehidupanmerupakan umur yang penuh dengan risiko. Hal ini berkaitan dengan faktor makanan, imunitas terhadap infeksi dan ketergantungan psikologi. Secara biologis umur 6- 24 bulan merupakan periode rentan terhadap infeksi, gizi dan diare. Penyakit diare disebabkan karena infeksi dari bakteri yang disebabkan oleh kontaminasi dari makanan maupun air minum, infeksi karena virus, alergi makanan khususnya susu atau laktosa, dan parasit yang masuk melalui makanan atau minuman yang kotor (Beverly et al, 2005).

Beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang pendidikan, sosial budaya, dan ekonomi menyebabkan terjadinya bermacam pengertian, sikap dan tanggapan dan penerimaan masyarakat terhadap diare, kepadatan penduduk yang tinggi, higiene dan sanitasi yang buruk mempertinggi kejadian diare. Faktor-faktor tersebut mempermudah penyebaran atau penularan infeksi. Berdasar pemaparan di atas maka penanganan diare juga perlu diperhatikan sanitasi, perilaku manusia dalam memanfaatkan sanitasi, keadaan gizi, sosial ekonomi, budaya yang juga berpengaruh terhadap terjadinya diare. Selain itu penyebab terjadinya diare juga sangat dipengaruhi oleh waktu, tempat dan faktor umur.

Sebenarnya sudah banyak promosi kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah dan tenaga kesehatan dalam meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang diare dan cara penanganan serta pencegahannya. Namun muncul juga berbagai macam masalah, seperti metode penyuluhan yang kurang menarik, kepercayaan masyarakat tentang penyakit diare dan anggapan-anggapan masyarakat tentang diare. Anggapan itu antara lain yaitu, masyarakat menganggap bahwa diare adalah penyakit yang biasa terjadi dan tidak berbahaya. Masalah lainnya yaitu adanya keterbatasan biaya dalam promosi kesehatan. Sesuai permasalahan-permasalahan diatas, maka sangat diperlukan tindakan KIE terhadap masyarakat untuk menurunkan angka kejadian diare.

Beverly, C. J., Mc Afee, R., Costello, J., Chernoff, R., (2005), Needs assessment of rural communities: a focus on older adults, Journal of Community Health,30 (3), June, pp. 197-212.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2011. Situasi Diare di Indonesia. Buletin jendela Indonesia, Data dan Informasi Kesehatan.

Elfi Rahmawati, Retna Siwi Padmawati, Rendra Widyatama. 2008. Analisis Kebutuhan Program Promosi Pencegahan Diare pada Anak Berusia Dibawah Dua Tahun. Berita Kedokteran Masyarakat, Vol. 24, No. 3.