masalah tenaga kerja - upn
DESCRIPTION
mjkjlk;pk;l;TRANSCRIPT
MASALAH TENAGA
KERJA PADA PELAYANAN
KESEHATAN TINGKAT PRIMER
MASALAH TENAGA
KERJA PADA PELAYANAN
KESEHATAN TINGKAT PRIMER
Astrid Sulistomo
Departemen Keokteran Komunitas FKUI
Kolegium Kedokteran Okupasi Indonesia
Tujuan :Tujuan :
Memberikan pemahaman kepada para peserta mengenai:
Pengaruh Lingkungan Kerja terhadap Kesehatan Pekerja
Masalah Kesehatan Tenaga Kerja Pelayanan Kesehatan Kerja di Tingkat Primer
Pelayanan Kedokteran Okupasi - A.S
204/21/23
LATAR BELAKANGLATAR BELAKANG
Pekerja manghabiskan kurang lebih 1/3 kehidupannya ditempat kerja
Selama bekerja, terpajan oleh berbagai potensi bahaya terhadap kesehatan maupun keselamatannya
Pencegahan penyakit menjadi penting Diperlukan pekerja sehat, agar dapat
produktif
Pelayanan Kedokteran Okupasi - A.S
304/21/23
DATA I.L.O.DATA I.L.O.
Setiap tahun 270 juta pekerja mengalami kecelakaan kerja dan 160 juta terkena penyakit akibat kerja
Tingkat kecelakaan fatal di negara berkembang 4 X lebih tinggi
Di negara berkembang kecelakaan dan penyakit akibat kerja terbanyak terjadi di sektor pertanian, kehutanan, pertambangan dan konstruksi,
Pelayanan Kedokteran Okupasi - A.S
404/21/23
04/21/23 Pelayanan Kedokteran Okupasi - A.S5
LINGKUNGAN MANUSIA:LINGKUNGAN MANUSIA:
LivingEnvironment
Work Environment
FamilyEnvironment
HUMAN
04/21/23 Pelayanan Kedokteran Okupasi - A.S6
Personalbehavior
Psycho-socio-Economic
Environment
Human biology
Physicalenvironment
The Mandala of HealthA model of human ecosystem
culture
community
lifestyle
workSickcaresystem
Human-Made Environment
biosphere
spirit
body mind
family
04/21/23 Pel. Kedokteran Okupasi- PLD08/A.S. 7
Penyebab Penyakit akibat kerja:Penyebab Penyakit akibat kerja:
Golongan fisik:– Bising, Radiasi, Suhu
ekstrem, Tekanan udara, Vibrasi, Penerangan
CONTOH : PENYAKIT AKIBAT KERJA Akibat Pajanan Fisik
CONTOH : PENYAKIT AKIBAT KERJA Akibat Pajanan Fisik
PENYEBAB
Bising Panas Radias Mengion Radiasi non-ion Vibrasi
PAK
TAB, Gg. Keseimbangan Dehidrasi Kronik, Gg. Ginjal Kanker, Infertilitas Katarak White Finger sindrome
Pelayanan Kedokteran Okupasi - A.S
804/21/23
04/21/23 Pel. Kedokteran Okupasi- PLD08/A.S. 9
Golongan Kimiawi:– Semua
bahan kimia dalam bentuk debu, uap , gas, larutan, kabut
– >150.000
CONTOH : PENYAKIT AKIBAT KERJA Akibat Pajanan Kimia
CONTOH : PENYAKIT AKIBAT KERJA Akibat Pajanan Kimia
PENYEBAB
Benzena Asbest DBCP Vinyl Chloride
PAK
Leukemia, Anemia Aplastik Kanker Paru, Mesothelioma Azoospermia Angiosarkoma Hati
Pelayanan Kedokteran Okupasi - A.S
1004/21/23
04/21/23 Pel. Kedokteran Okupasi- PLD08/A.S. 11
Golongan biologik:
– Bakteri, virus, jamur dll.
04/21/23 Pel. Kedokteran Okupasi- PLD08/A.S. 12
Golongan Fisiologik/ergonomik:Desin tempat kerja, beban kerja
04/21/23 Pel. Kedokteran Okupasi- PLD08/A.S. 13
Golongan Psikososial:– Stress psikis, monotoni kerja,
tuntutan pekerjaan dllDi negara maju faktor fisik, biologi dan kimiawi
sudah dapat dikendalikan – sehingga golongan fisiologik dan psikososial yang menjadi penyebab utama
ASPEK HUKUMASPEK HUKUM
Implementasi program K3 diharuskan di Indonesia:– UU no 1/1970 mengenai Keselamatan
Kerja: Mengatur mengenai keselamatan kerja Mewajibkan adanya tim K3Pencegahan primer di tempat kerja
Pelayanan Kedokteran Okupasi - A.S
1404/21/23
UU TENAGA KERJA (no 13/2003)UU TENAGA KERJA (no 13/2003)
Pelayanan Kedokteran Okupasi - A.S
1504/21/23
Pasal 86:
– Setiap pekerja berhak atas perlindungan terhadap kesehatan dan keselamatan . . . . . . . .
Pasal 87:
– Setiap perusahaan hasrus menerapkan sistem Manajemen K3
UU KESEHATAN nr. 36/2009 UU KESEHATAN nr. 36/2009
Menggantikan UU no 23/1993 Pasal XII, ayat 164 – 166 Kesehatan
Kerja:
– Mengatur mengenai ruang lingkup, tanggung jawab dan kewajiban, pemerintah, perusahaan dan pekerja dalam melindungi kesehatan pekerja
Pelayanan Kedokteran Okupasi - A.S
1604/21/23
Pelayanan Kedokteran Okupasi - A.S17
PERATURAN MENNAKERTRANSNO. 2/MEN/1980PERATURAN MENNAKERTRANSNO. 2/MEN/1980
PEMERIKSAAN KESEHATAN SEBELUM BEKERJA
PEMERIKSAAN KESEHATAN BERKALA
PEMERIKSAAN KESEHATAN KHUSUS
04/21/23
WHO:WHO:
The global coverage of OHS has been on the decline rather than on the growth during the era of globalization.
At best , only 10 – 15% of the approx. 3 billion workers in the world have access to OHS
In many cases the content and quality, availability dan distribution of services do not meet the real needs
Div. Occ.Med-UI 18
Tekanan Internasional Tekanan Internasional
WHO: – Global Plan of Action on Workers' Health
(GPA) (2008-2017)
AFTA:– Exported products have to meet
ISO 14,000: Health of work environmentOHSAS 18,000: Occupational Health and
Safety
Pelayanan Kedokteran Okupasi - A.S
1904/21/23
KESEHATAN KERJA KESEHATAN KERJA
Occupational Health is the promotion and maintenance of the highest degree of physical, mental and social well-being of workers in all occupations by preventing departures from health, controlling risks and the adaptation of work to people, and people to their jobs. (ILO / WHO 1950)
Pelayanan Kedokteran Okupasi - A.S
2004/21/23
Definisi lainDefinisi lain
Occupational health and safety is a cross-disciplinary area concerned with protecting the safety, health and welfare of people engaged in work or employment. The goal of all occupational health and safety programs is to foster a safe work environment
Components of Occupational Health:– Occupational Medicine, Industrial Hygiene,
Occupational Health Nursing, Ergonomi, Industrial Toxicology, Industrial Psychology
Pelayanan Kedokteran Okupasi - A.S
2104/21/23
Relationship of OHS ProfessionalsRelationship of OHS Professionals
Sources
INDUSTRIAL HYGIENIST
OH – DOCTOR & NURSESAFETY OFFICER
I. KEDOKTERAN OKUPASII. KEDOKTERAN OKUPASI
Disiplin Ilmu Kedokteran yang bertujuan agar pekerja/komunitas pekerja memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya, baik fisik, mental maupun sosial dengan usaha-usaha promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif terhadap penyakit/gangguan kesehatan yang diakibatkan faktor pekerjaan dan lingkungan kerja.
Pelayanan Kedokteran Okupasi - A.S
2304/21/23
PELAYANAN KESEHATAN KERJAPELAYANAN KESEHATAN KERJA
PELAYANAN MEDIS:
– Pelayanan yang diberikan dokter, dibantu oleh tenaga kesehatan lain
PELAYANAN NON-MEDIS:– Promosi Kesehatan– Pengendalian Lingkungan Kerja
Pelayanan Kedokteran Okupasi - A.S
2404/21/23
04/21/23 Pelayanan Kedokteran Okupasi - A.S25
SASARAN PROGRAM KESEHATAN KERJA : SASARAN PROGRAM KESEHATAN KERJA :
1. Komunitas dan individu pekerja
2. Komunitas di sekitar lingkungan tempat kerja.
Pelayanan Medis :Pelayanan Medis :
Pemeriksaan Pra kerja Fit to Work Pemeriksaan Berkala Diagnosis Dini Penyakit Akibat Kerja Diagnosis dan Penanganan PAK/KAK Return to Work Evaluation Penentuan Kecacadan & Perhitungan
KompensasiPelayanan Kedokteran Okupasi -
A.S2604/21/23
04/21/23 Pel. Kedokteran Okupasi- PLD08/A.S. 27
PEMERIKSAAN PRA-KERJAPEMERIKSAAN PRA-KERJA
– Melakukan pemeriksaan kesehatan yang sesuai dengan beban kerja dan proses kerja yang akan dilakukan pekerja
– Menilai risiko yang dihadapi pekerja sesuai dengan status kesehatannya
FITNESS UNTUK BEKERJAFITNESS UNTUK BEKERJA
Menentukan Tuntutan Pekerjaan sesuai dengan tugas dalam pekerjaan
Menentukan apakah kondisi kesehatan dapat memenuhi tuntutan pekerjaan
Menilai risiko bagi pekerja maupun rekan kerja
Menilai toleransi pekerja maupun rekan kerja
Pelayanan Kedokteran Okupasi - A.S
2804/21/23
04/21/23 Pel. Kedokteran Okupasi- PLD08/A.S. 29
PEMERIKSAAN BERKALAPEMERIKSAAN BERKALA
Tujuan: Mengidentifikasi pekerja terpajan dan/atau diagnosis dini gangguan kesehatan/ penyakita akibat kerja
Cara: – Skrining– Monitoring biologis– Monitoring Medis
04/21/23 Pel. Kedokteran Okupasi- PLD08/A.S. 30
Membuat Diagnosis Okupasi Membuat Diagnosis Okupasi
Pajanan ditempat kerja menyebabkan penyakit
Pajanan ditempat kerja merupakan salah satu penyebab bermakna bersama dengan faktor risiko lain
Pajanan ditempat kerja memperberat penyakit yang sudah diderita sebelumnya
Penyakit tidak ada hubungan dengan pekerjaan
04/21/23 Pel. Kedokteran Okupasi- PLD08/A.S. 31
Evaluasi kembali bekerja:
Evaluasi kembali bekerja:
Melakukan evaluasi keadaan kesehatan pekerja sesudah mengalami sakit/kecelakaan untuk menentukan apakah bisa bekerja kembali bekerja dengan beban kerja yang sama, masih memerlukan proses rehabilitasi, memerlukan modifikasi pekerjaan dll.
PENENTUAN KECACADANPENENTUAN KECACADAN
Menilai kecacatan yang terjadi akibat kerja
Menghitung hak kompensasi bagi pekerja
Mengajukan klaim kompensasi bagi pekerja
Pelayanan Kedokteran Okupasi - A.S
3204/21/23
Pelayanan Kedokteran Okupasi - A.S33
RESULT
IMMEDIATE CAUSES
UNSAFE CONDITIONS
UNSAFE ACTS
CONTRIBUTING CAUSES
HUBUNGAN KESEHATAN PEKERJA DENGAN RISIKO KECELAKAAN
SAFETYMANAGEMENTPROGRAM
MENTALCONDITIONOF WORKERS
PHYSICAL CONDITIONOF WORKERS
ACCIDENT
04/21/23
STEPWISE DEVELOPMENT OF OHS (ILO/WHO 2005)STEPWISE DEVELOPMENT OF OHS (ILO/WHO 2005)
Pelayanan Kedokteran Okupasi - A.S
3404/21/23
04/21/23 Pelayanan Kedokteran Okupasi - A.S35
DIAGNOSIS PENYAKIT
AKIBAT KERJA
DIAGNOSIS PENYAKIT
AKIBAT KERJA
04/21/23 Pel. Kedokteran Okupasi- PLD06/A.S. 37
TUJUAN DIAGNOSIS PENYAKIT AKIBAT KERJA TUJUAN DIAGNOSIS PENYAKIT AKIBAT KERJA
Hak pekerja Dasar Therapy Membatasi kecacadan Melindungi pekerja lain
04/21/23 Pel. Kedokteran Okupasi- PLD06/A.S. 38
“Gunung Es” Penyakit Akibat Kerja “Gunung Es” Penyakit Akibat Kerja
DILAPORKAN
TDK DILAPOR
Terkena, tanpa gejala
Ada gejala, tidak berobat
Berobat, tidak terD/ PAK
D/P.A.K.
04/21/23 Pel. Kedokteran Okupasi- PLD06/A.S. 39
Dasar Membuat Diagnosis Penyakit Akibat Hubungan Kerja
Dasar Membuat Diagnosis Penyakit Akibat Hubungan Kerja
Membedakan:– Pajanan ditempat kerja menyebabkan
penyakit – Pajanan ditempat kerja merupakan
salah satu penyebab bermakna bersama dengan faktor risiko lain
– Pajanan ditempat kerja memperberat penyakit yang sudah diderita sebelumnya
04/21/23 Pel. Kedokteran Okupasi- PLD06/A.S. 40
Diagnosis & Identifikasi:Diagnosis & Identifikasi:
Pendekatan Epidemiologis (Komunitas):– Untuk identifikasi hubungan kausal
antara pajanan dan penyakit:Kekuatan asosiasiKonsistensiSpesifisitasHubungan waktuHubungan dosis
04/21/23 Pel. Kedokteran Okupasi- PLD06/A.S. 41
Pendekatan Klinis (Individu):– 7 langkah mendiagnosis penyakit akibat kerja:
Diagnosis klinis Pajanan yang dialami Hubungan pajanan dengan penyakit Pajanan yang dialami cukup besar Peranan faktor individu Faktor lain diluar pekerjaan Diagnosis PAK atau bukan PAK
04/21/23 Pel. Kedokteran Okupasi- PLD06/A.S. 42
1. Diagnosis Klinis1. Diagnosis Klinis
Sebelum menegakkan diagnosis penyakit akibat kerja, harus ditegakkan diagnosis klinis terlebih dahulu:– Asma bronkhiale– Pneumokoniosis– Bronkhitis
Bisa melibatkan spesialisasi klinis lain yang terkait
04/21/23 Pel. Kedokteran Okupasi- PLD06/A.S. 43
2. Pajanan yang dialami 2. Pajanan yang dialami
Lakukan anamnesis pekerjaan yang lengkap:
– Deskripsi semua pekerjaan secara kronologis
– Apa yang diproduksi
– Bahan apa saja yang digunakan
– Cara kerja
04/21/23 Pel. Kedokteran Okupasi- PLD06/A.S. 44
3. Hubungan pajanan dg penyakit3. Hubungan pajanan dg penyakit
Identifikasi pajanan mana yang ada hubungan dengan penyakit
Evidence based Hubungan gejala dengan waktu kerja Menurut pekerja apakah keluhan ada
hubungan dengan pekerjaan
04/21/23 Pel. Kedokteran Okupasi- PLD06/A.S. 45
4. Pajanan dialami cukup besar4. Pajanan dialami cukup besar
Cara kerja Alat Pelindung Diri yang digunakan Masa kerja pekerjaan dengan pajanan Lama kerja per hari atau per minggu Jumlah pajanan (kuantitatif & kualitatif):
– Data lingkungan– Data monitoring biologis– Hasil surveilans
04/21/23 Pel. Kedokteran Okupasi- PLD06/A.S. 46
5. Peranan faktor individu5. Peranan faktor individu
Riwayat keluarga Riwayat atopi Pengaruh terhadap pekerja lain
04/21/23 Pel. Kedokteran Okupasi- PLD06/A.S. 47
6. Faktor lain diluar pekerjaan 6. Faktor lain diluar pekerjaan
Kebiasaan: merokok, minum alkohol dll Hobby Pekerjaan sambilan
04/21/23 Pel. Kedokteran Okupasi- PLD06/A.S. 48
7. Tentukan Diagnosis PAK atau non-PAK7. Tentukan Diagnosis PAK atau non-PAK
Melakukan analisis berdasarkan informasi yang ada
Hasil:– Diagnosis Penyakit akibat kerja:
Asma Bronkhiae akibat TDIPneunokoniosis akibat asbes & silika
– D/ PAK belum dapat ditegakkan masih diperlukan informasi tambahan
– Bukan PAK
Pelayanan Kedokteran Okupasi - A.S
49
KESIMPULANKESIMPULAN
Undang-undang dan peraturan mengenai Kesehatan dan Keselamatan Kerja sangat ekstensif di Indonesia
Ketersediaan pelayanan Kesehatan Kerja sangat esensial dalam memelihara/ meningkatkan produktifitas pekerja
Diperlukan profesionalisme dalam melaksanakan program kesehatan kerja yang efektif dan efisien
04/21/23
REFERENSI:REFERENSI: Markannen, P. , Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Indonesia, ILO,
subregional Southeast Asia and South Pacific, Manila, Phillipines, April 2004
McCunney, R.J. A practical Approach to Occupational and Environmental Medicine, 3rd ed., Lippincot, Williams & Wilkins, Philadelphia, 2003
Yanri, Z ed. Himpunan Peraturan Perundangan Kesehatan Kerja, Citratama Bangun Mandiri, Jakarta, 1999
Garabrant, D., Sulistomo, A. The functions of Occupational Medicine Clinics, Majalah Kedokteran Kerja Indonesia, Vol. 1 no. 1- April 1996, p 4 - 8
Pelayanan Kedokteran Okupasi - A.S
5004/21/23
04/21/23 Pelayanan Kedokteran Okupasi - A.S51
Occupational Medicine Services for ALLOccupational Medicine Services for ALL