masalah pembangunan jalan tol surabaya - mojokerto

33
1 Pengadaan Lahan Bagi Pembangunan Jalan Tol Surabaya-Mojokerto BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lahan adalah bagian dari bentang alam (landscape) yang mencakup pengertian lingkungan fisik termasuk iklim, topografi, tanah, hidrologi, dan bahkan keadaan vegetasi alami yang semuanya secara potensial akan berpengaruh terhadap penggunaan lahan (FAO 1976 dalam Niin 2010). Penggunaan lahan merupakan setiap bentuk campur tangan manusia terhadap sumber daya lahan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya baik materil maupun spiritual (Vink 1975 dalam Gandasasmita 2001). Setiap bentuk campur tangan manusia baik langsung maupun tidak langsung dapat berupa pemanfaatan lahan yaitu seperti pertanian, permukiman, fasilitas umum, industri, rekreasi dan transportasi, sehingga dapat dikatakan bahwa lahan merupakan sumberdaya alam yang sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia. Saat ini tidak dapat dielakkan bahwa bentuk pengadaan lahan di suatu wilayah berkaitan erat dengan pertumbuhan penduduk dan aktivitasnya. Semakin meningkatnya jumlah penduduk dan semakin intensif aktivitas penduduk, maka akan berdampak pada makin meningkatnya kebutuhan terhadap pengadaan lahan. Namun tidak hanya itu, pengadaan lahan juga disebabkan karena adanya kebutuhan akan pergerakan dari tempat asal ke tempat tujuan. Pergerakan ini akan semakin meningkat, yang kemudian harus diimbangi dengan peningkatan sarana dan prasarana transportasi, diantaranya seperti penambahan jaringan jalan dan peraturan lalu lintas. Pada pembahasan ini, penulis lebih menitikberatkan pada pengadaan lahan untuk fasilitas umum yaitu transportasi. Dan studi kasus yang dipilih adalah pengadaan lahan bagi pembangunan Jalan Tol Surabaya-Mojokerto. Proyek pembangunan Jalan Tol Surabaya- Mojokerto ini dimaksudkan sebagai jalan alternatif lain untuk menggantikan peran dari jalan yang lama dan mempermudah aksesibilitas antar wilayah di Jawa Timur. Jawa Timur merupakan propinsi yang mengalami perkembangan lalu lintas yang sangat pesat, sehingga dengan adanya pembangunan Jalan Tol Surabaya-Mojokerto akan berdampak positif pada pertumbuhan Jawa Timur, terutama di bidang ekonomi. Dengan demikian diperlukan adanya pengadaan lahan untuk merealisasikan proyek tersebut, di samping perencanaan metode pelaksanaan, waktu, serta perhitungan anggaran biaya.

Upload: ellen-deviana-arisadi

Post on 24-Nov-2015

659 views

Category:

Documents


25 download

TRANSCRIPT

  • 1

    Pengadaan Lahan Bagi Pembangunan Jalan Tol Surabaya-Mojokerto

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Lahan adalah bagian dari bentang alam (landscape) yang mencakup pengertian

    lingkungan fisik termasuk iklim, topografi, tanah, hidrologi, dan bahkan keadaan vegetasi

    alami yang semuanya secara potensial akan berpengaruh terhadap penggunaan lahan (FAO

    1976 dalam Niin 2010). Penggunaan lahan merupakan setiap bentuk campur tangan

    manusia terhadap sumber daya lahan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya baik

    materil maupun spiritual (Vink 1975 dalam Gandasasmita 2001). Setiap bentuk campur

    tangan manusia baik langsung maupun tidak langsung dapat berupa pemanfaatan lahan

    yaitu seperti pertanian, permukiman, fasilitas umum, industri, rekreasi dan transportasi,

    sehingga dapat dikatakan bahwa lahan merupakan sumberdaya alam yang sangat penting

    bagi kelangsungan hidup manusia.

    Saat ini tidak dapat dielakkan bahwa bentuk pengadaan lahan di suatu wilayah

    berkaitan erat dengan pertumbuhan penduduk dan aktivitasnya. Semakin meningkatnya

    jumlah penduduk dan semakin intensif aktivitas penduduk, maka akan berdampak pada

    makin meningkatnya kebutuhan terhadap pengadaan lahan. Namun tidak hanya itu,

    pengadaan lahan juga disebabkan karena adanya kebutuhan akan pergerakan dari tempat

    asal ke tempat tujuan. Pergerakan ini akan semakin meningkat, yang kemudian harus

    diimbangi dengan peningkatan sarana dan prasarana transportasi, diantaranya seperti

    penambahan jaringan jalan dan peraturan lalu lintas.

    Pada pembahasan ini, penulis lebih menitikberatkan pada pengadaan lahan untuk

    fasilitas umum yaitu transportasi. Dan studi kasus yang dipilih adalah pengadaan lahan bagi

    pembangunan Jalan Tol Surabaya-Mojokerto. Proyek pembangunan Jalan Tol Surabaya-

    Mojokerto ini dimaksudkan sebagai jalan alternatif lain untuk menggantikan peran dari jalan

    yang lama dan mempermudah aksesibilitas antar wilayah di Jawa Timur.

    Jawa Timur merupakan propinsi yang mengalami perkembangan lalu lintas yang

    sangat pesat, sehingga dengan adanya pembangunan Jalan Tol Surabaya-Mojokerto akan

    berdampak positif pada pertumbuhan Jawa Timur, terutama di bidang ekonomi. Dengan

    demikian diperlukan adanya pengadaan lahan untuk merealisasikan proyek tersebut, di

    samping perencanaan metode pelaksanaan, waktu, serta perhitungan anggaran biaya.

  • 2

    Pengadaan Lahan Bagi Pembangunan Jalan Tol Surabaya-Mojokerto

    1.2 Tujuan Penulisan

    Tujuan dari penulisan makalah ini adalah:

    Mengidentifikasi kasus pengadaan lahan untuk pembangunan Jalan Tol Surabaya-

    Mojokerto

    Menganalisis isu, potensi, dan permasalahan kasus pengadaan lahan untuk

    pembangunan Jalan Tol Surabaya-Mojokerto

    Merumuskan strategi dan program penanganan kasus pengadaan lahan untuk

    pembangunan Jalan Tol Surabaya-Mojokerto

    1.3 Sistematika Penulisan

    Sistematika dari penulisan makalah ini adalah:

    BAB I PENDAHULUAN

    Berisi latar belakang yang memberikan gambaran singkat mengenai pokok bahasan,

    tujuan penulisan, dan sistematika penulisan yang menjabarkan substansi dimasing-

    masing bab.

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA

    Berisi teori-teori dan kajian dari berbagai literature yang berhubungan dengan pengadaan

    lahan untuk pembangunan Jalan Tol Surabaya-Mojokerto.

    BAB III GAMBARAN UMUM

    Berisi orientasi wilayah studi dan identifikasi berbagai potensi dan permasalahan

    pengadaan lahan untuk pembangunan Jalan Tol Surabaya-Mojokerto.

    BAB IV ANALISIS

    Berisi hasil analisis disertai dengan skema penanganan terkait pengadaan lahan untuk

    pembangunan Jalan Tol Surabaya-Mojokerto.

    BAB V PENUTUP

    Berisi kesimpulan dari hasil pembahasan dan rekomendasi yang merupakan usulan

    strategi dan program penanganan pengadaan lahan untuk pembangunan Jalan Tol

    Surabaya-Mojokerto.

  • 3

    Pengadaan Lahan Bagi Pembangunan Jalan Tol Surabaya-Mojokerto

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Pola Pembatasan Pemilikan Tanah Menurut UUPA

    Sebagai landasan hukum di bidang pertanahan adalah UU No. 5 Tahun 1960 yang

    dikenal dengan UUPA yang mendasarkan pada pasal 33 ayat 3 UUD 1945. Sesuai dengan

    dasar falsafahnya maka ketentuan pertanahan ditujukan untuk tercapainya keadilan sosial

    bagi seluruh masyarakat dalam kaitannya dengan perolehan dan pemanfaatan sumber daya

    alam, khususnya tanah.

    Pada bagian penjelasan umum UUPA ditegaskan bahwa tujuan dibentuknya UUPA

    adalah:

    Meletakkan dasar-dasar bagi penyusunan hukum agraria nasional, yang akan merupakan

    alat untuk membawakan kemakmuran, kebahagiaan dan keadilan bagi negara dan

    rakyat, terutama rakyat tani, dalam rangka mencapai masyarakat yang adil dan makmur;

    Meletakkan dasar-dasar untuk mengadakan kesatuan dan kesederhanaan dalam hukum

    pertanahan;

    Meletakkan dasar-dasar untuk memberikan kepastian hukum mengenai hak-hak atas

    tanah bagi rakyat seluruhnya.

    Kepastian hukum hak-hak atas tanah itu, khususnya mengenai pemilikan tanah dan

    penguasaannya akan memberikan kejelasan mengenai orang atau badan hukum yang

    menjadi pemegang hak atas tanah (subyek hak), maupun kepastian mengenai letak, batas-

    batasnya, luasnya dan sebagainya (obyek hak). Beberapa hal penting terkait pola

    pembatasan pemilikan tanah menurut UUPA adalah:

    Konsep pemilikan hak atas tanah menurut UUPA adalah bersifat komunalistik, yang

    senantiasa memperhatikan keseimbangan antara kepentingan pribadi dan kepentingan

    umum sesuai dengan esensi tanah bersifat sosial.

    Pola pembatasan pemilikan tanah secara umum yang telah diamanatkan UUPA bersifat

    kualitatif dengan membatasi kewenangannya maupun bersifat kuantitatif dengan

    membatasi luasnya, pengaturannya lebih lanjut dalam bentuk UU maupun Peraturan

    Pemerintah.

    Pembatasan terhadap pemilikan tanah pertanian telah dilakukan dengan UU No. 56 PRP

    Tahun 1960, tentang Penetapan Luas Tanah Pertanian dengan memperhatikan jumlah

    kepadatan penduduk daerah Tk. II setempat.

  • 4

    Pengadaan Lahan Bagi Pembangunan Jalan Tol Surabaya-Mojokerto

    Pembatasan terhadap pemilikan tanah non-pertanian masih bersifat parsial dan insidental

    yakni berupa perijinan serta dalam bentuk ketentuan yang belum sesuai dengan amanat

    UUPA sendiri yang harus berbentuk UU ataupun PP.

    2.2 Pengadaan Tanah bagi Pelaksanaan Pembangunan untuk Kepentingan

    Umum menurut PP No. 65 Tahun 2006

    Pengadaan tanah adalah setiap kegiatan untuk mendapatkan tanah dengan cara

    memberikan ganti rugi kepada yang melepaskan atau menyerahkan tanah, bangunan,

    tanaman, dan benda-benda yang berkaitan dengan tanah. Beberapa ketentuan tentang

    pengadaan tanah untuk kepentingan umum menurut PP No. 65 Tahun 2006 adalah:

    Pasal 2

    1. Pengadaan tanah bagi pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum oleh

    Pemerintah atau Pemerintah Daerah dilaksanakan dengan cara pelepasan atau

    penyerahan hak atas tanah.

    2. Pengadaan tanah selain bagi pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum oleh

    Pemerintah atau Pemerintah atau Pemerintah Daerah dilakukan dengan cara jual beli,

    tukar menukar, atau cara lain yang disepakati secara sukarela oleh pihak-pihak yang

    bersangkutan.

    Pasal 5

    Pembangunan untuk kepentingan umum yang dilaksanakan Pemerintah atau

    Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, yang selanjutnya dimilki oleh

    Pemerintah atau Pemeritah Daerah, meliputi :

    a. Jalan umum da jalan tol, rel kereta api (diatas tanah, di ruang atas tanah, ataupun di

    ruang bawah tanah), saluran air minum/air bersih, saluran pembuangan air dan

    sanitasi;

    b. Waduk, bendungan, bendungan irigasi dan bangunan pengairan lainnya;

    c. Pelabuhan, bandar udara, stasiun kereta api, dan terminal;

    d. Fasilitas keselamatn umum, seperti tanggul penanggulangan bahaya banjir, lahar, dan

    lain-lain bencana;

    e. Tempat pembuangan sampah;

    f. Cagar alam dan cagar budaya;

    g. Pembangkit, transmisi, distribusi tenaga listrik.

  • 5

    Pengadaan Lahan Bagi Pembangunan Jalan Tol Surabaya-Mojokerto

    Pasal 6

    1. Pengadaan tanah untuk kepentingan umum di wilayah Kabupaten/Kota dilakukan

    dengan bantuan panitia pengadaan tanah Kabupaten/Kota yang dibentuk oleh

    Bupati/Walikota.

    2. Panitia Pengadaan Tanah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta dibentuk oleh

    Gubernur.

    3. Pengadaan tanah yang terletak di dua wilayah Kabupaten/kota atau lebih, dilakukan

    dengan bantuan panitia pengadaan tanah provinsi yang dibentuk oleh Gubernur.

    4. Pengadaan tanah yang terletak di dua wilayah provinsi atau lebih, dilakukan dengan

    bantuan panitia pengadaan tanah yang dibentuk oleh Menteri Dalam Negeri yang terdiri

    atas unsur Pemerintah dan nsur Pemerintah Daerah terkait.

    5. Susunan keanggotaan panitia pengadaan tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

    ayat (2), dan ayat (3) terdiri atas unsur perangkat daerah terkait dan unsur Badan

    Pertanahan Nasional.

    Pasal 7

    Panitia pengadaan tanah bertugas:

    a. mengadakan penelitian dan inventarisasi atas tanah, bangunan, tanaman dan benda-

    benda lain yang ada kaitannya dengan tanah yang haknya akan dilepaskan atau

    diserahkan;

    b. mengadakan penelitian mengenai status hukum tanah yang haknya akan dilepaskan

    atau diserahkan dan dokumen yang yang mendukungnya;

    c. menetapkan besarnya ganti rugi atas tanah yang haknya akan dilepaskan atau

    diserahkan;

    d. memberikan penjelasan atau penyuluhan kepada masyarakat yang terkena rencana

    pembangunan dan/atau pemegang hak atas tanah menegnai rencana dan tujuan

    pengadaan tanah tersebut dalam bentuk konsultasi publik baik melalui tatap muka,

    media cetak, maupun media elektronik agar dapat diketahui oleh seluruh masyarakat

    yang terkena rencana pembangunan dan/atau pemegang hak atas tanah;

    e. mengadakan musyawarah dengan para pemegang hak atas tanah dan instansi

    pemerintah dan/atau pemerintah daerah yang memerlukan tanah dalam rangka

    menetapkan bentuk dan/atau besarnya ganti rugi;

    f. menyaksikan pelaksanaan penyerahan ganti rugi kepada para pemegang hak atas

    tanah, bangunan, tanaman, dan benda-benda lain yang ada di atas tanah;

    g. membuat berita acara pelepasan atau penyerahan hak atas tanah;

  • 6

    Pengadaan Lahan Bagi Pembangunan Jalan Tol Surabaya-Mojokerto

    h. mengadministrasikan dan mendokumentasikan semua berkas pengadaan tanah dan

    menyerahkan kepada pihak yang berkompeten.

    Pasal 10

    1. Dalam hal kegiatan pembangunan untuk kepentingan umum yang tidak dapat dialihkan

    atau dipindahkan secara teknis tata ruang ketempat atau lokasi lain, maka musyawarah

    dilakukan dalam jangka waktu paling lama 120 (seratuh dua puluh ) hari kalender

    terhitung sejak tanggal undangan pertama.

    2. Apabila setelah diadakan musyawarah sebagimana dimaksud pada ayat (1) tidak

    tercapai kesepakatan, panitia pengadaan tanah menetapkan besarnya ganti rugi

    sebagaimana dimaksud dalam pasal 13 huruf a dan menitipkan ganti rugi uang kepada

    Pengadilan Negeri wilayah hukumnya meliputi lokasi tanah yang bersangkutan.

    3. Apabila terjadi sengketa kepemilikan setelah penetapan ganti rugi sebagaimana

    dimaksud pada ayat (2), maka panitia menitipkan uang ganti rugi kepada Pengadilan

    Negeri yang wilayah hukumnya meliputi lokasi tanah yang bersangkutan.

    Pasal 13

    Bentuk ganti rugi dapat berupa:

    a. Uang; dan/atau

    b. Tanah pengganti; dan/atau

    c. Pemukiman kembali; dan/atau

    d. Gabungan dari dua atau lebih bentuk ganti kerugian sebagaimana dimaksud dalam

    huruf a, huruf b, dan huruf c;

    e. Bentuk lain yang disetujui oleh pihak-pihak yang bersangkutan.

    Pasal 15

    1. Dasar perhitungan besarnya ganti rugi didasarkan atas:

    a. Nilai Jual Obyek pajak (NJOP) atau nilai nyata/sebenarnya dengan memperhatikan

    Nilai Jual Obyek Pajak tahun berjalan berdasarkan penilaian Lembaga/Tim Penilai

    harga Tanah yang ditunjuk oleh panitia.

    b. Nilai jual bangunan yang ditaksir oleh perangkat daerah yang bertanggung jawab di

    bidang bangunan.

    c. Nilai jual tanaman yang ditaksir oleh perangkat daerah yang bertanggung jawab di

    bidang pertanian.

    2. Dalam rangka menetapkan dasar perhitungan ganti rugi, Lembaga/Tim Penilai harga

    Tanah ditetapkan oleh Bupati/Walikota atau Gubernur bagi Provinsi Daerah Khusus

    Ibukota Jakarta.

  • 7

    Pengadaan Lahan Bagi Pembangunan Jalan Tol Surabaya-Mojokerto

    Pasal 18A

    Apabila yang berhak atas tanah atau benda-benda yang ada di atasnya yang haknya

    dicabut tidak bersedia menerima ganti rugi sebagaimana ditetapkan dalam keputusan

    presiden, karena dianggap jumlahnya kurang layak, maka yang bersangkutan dapat

    menerima banding kepada Pengadilan Tinggi agar menetapkan ganti rugi sesuai Undang-

    Undang Nomor 20 tahun 1961 tentang Pencabutan Hak-Hak Atas Tanah dan Benda-Benda

    yang Ada di Atasnya dan Peraturan Pemerintah Nomor 39 tahun 1973 tentang Acara

    Penetapan Gati Kerugian oleh Pengadilan Tinggi Sehubungan dengan Pencabutan Hak-Hak

    Atas Tanah dan Benda-Benda yang ada di Atasnya.

    2.3 Pengadaan Tanah bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum menurut

    UU No. 2 Tahun 2012

    Pengadaan tanah adalah kegiatan menyediakan tanah dengan cara memberi ganti

    kerugian yang layak dan adil kepada pihak yang berhak. Beberapa ketentuan tentang

    pengadaan tanah untuk kepentingan umum menurut UU No. 2 Tahun 2012 adalah:

    Pasal 4

    1. Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah menjamin tersedianya tanah untuk

    Kepentingan Umum.

    2. Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah menjamin tersedianya pendanaan untuk

    Kepentingan Umum.

    Pasal 5

    Pihak yang berhak wajib melepaskan tanahnya pada saat pelaksanaan pengadaan

    tanah untuk Kepentingan Umum setelah pemberian ganti kerugian atau berdasarkan

    putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.

    Pasal 6

    Pengadaan tanah untuk Kepentingan Umum diselenggarakan oleh Pemerintah.

    Pasal 7

    1. Pengadaan tanah untuk Kepentingan Umum diselenggarakan sesuai dengan:

    a. Rencana Tata Ruang Wilayah;

    b. Rencana Pembangunan Nasional/Daerah;

    c. Rencana Strategis; dan

    d. Rencana Kerja setiap Instansi yang memerlukan tanah.

    2. Dalam hal pengadaan tanah dilakukan untuk infrastruktur minyak, gas, dan panas bumi,

    pengadaannya diselenggarakan berdasarkan Rencana Strategis dan Rencana Kerja

  • 8

    Pengadaan Lahan Bagi Pembangunan Jalan Tol Surabaya-Mojokerto

    Instansi yang memerlukan tanah sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf c dan huruf

    d.

    3. Pengadaan tanah untuk Kepentingan Umum diselenggarakan melalui perencanaan

    dengan melibatkan semua pengampu dan pemangku kepentingan.

    Pasal 8

    Pihak yang berhak dan pihak yang menguasai Obyek Pengadaan Tanah untuk

    Kepentingan Umum wajib mematuhi ketentuan dalam Undang-Undang ini.

    Pasal 9

    1. Penyelenggaraan pengadaan tanah untuk Kepentingan Umum memperhatikan

    keseimbangan antara kepentingan pembangunan dan kepentingan masyarakat.

    2. Pengadaan tanah untuk Kepentingan Umum dilaksanakan dengan Ganti Kerugian yang

    layak dan adil.

    Pasal 10

    Tanah untuk Kepentingan Umum sebagimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat 1

    digunakan untuk pembangunan:

    a. Pertanahan dan keamanan nasional;

    b. Jalan umum, jalan tol, terowongan, jalur kereta api, stasiun kereta api, dan fasilitas

    operasi kereta api;

    c. waduk, bendungan, bendung, irigasi, saluran air minum, saluran pembuangan air dan

    sanitasi, dan bangunan pengairan lainnya;

    d. pelabuhan, bandar udara, dan terminal;

    e. infrastruktur minyak, gas, dan panas bumi;

    f. pembangkit, transmisi, gardu, jaringan, dan distribusi tenaga listrik;

    g. jaringan telekomunikasi dan informatika Pemerintah;

    h. tempat pembuangan dan pengolahan sampah;

    i. rumah sakit Pemerintah/Pemerintah Daerah;

    j. fasilitas keselamatan umum;

    k. tempat pemakaman umum Pemerintah/Pemerintah Daerah;

    l. fasilitas sosial, fasilitas umum, dan ruang terbuka hijau publik;

    m. cagar alam dan cagar budaya;

    n. kantor Pemerintah/Pemerintah Daerah/desa;

    o. penataan permukiman kumuh perkotaan dan/atau konsolidasi tanah, serta perumahan

    untuk masyarakat berpenghasilan rendah dengan status sewa;

  • 9

    Pengadaan Lahan Bagi Pembangunan Jalan Tol Surabaya-Mojokerto

    p. prasarana pendidikan atau sekolah Pemerintah/Pemerintah Daerah;

    q. prasarana olahraga Pemerintah/Pemerintah Daerah; dan

    r. pasar umum dan lapangan parkir umum.

    Pasal 11

    1. Pengadaan tanah untuk Kepentingan Umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10

    wajib diselenggarakan oleh Pemerintah dan tanahnya selanjutnya dimiliki Pemerintah

    dan tanahnya selanjutnya dimiliki Pemerintah atau Pemerintah Daerah.

    2. Dalam hal instansi yang memerlukan pengadaan tanah untuk Kepentingan Umum

    sebagiamana dimaksud dalam Pasal 10 adalah Badan Usaha Milik Negara, tanahnya

    menjadi milik Badan Usaha Milik Negara.

    Pasal 12

    1. Pembangunan untuk Kepentingan Umum sebagaimana dimaskud dalam Pasal 10 huruf

    b sampai dengan huruf r wajib diselenggarakan Pemerintah dan dapat bekerja sama

    dengan Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah, atau Badan Usaha

    Swasta.

    2. Dalam hal pembangunan pertanahan dan keamanan nasional sebagaimana dimaksud

    Pasal 10 huruf a, pembangunannya diselenggarakan sesuai dengan ketentuan

    peraturan perundang-undangan.

    Pasal 13

    Pengadaan tanah untuk Kepentingan Umum diselenggarakan melalui tahapan:

    a. Perencanaan;

    b. Persiapan;

    c. Pelaksanaan; dan

    d. Penyerahan hasil.

    Pasal 17

    Pemberitahuan rencana pembangunan disampaikan kepada masyarakat pada rencana

    lokasi pembangunan untuk Kepentingan Umum, baik langsung maupun tidak langsung.

    Pasal 27 Ayat 2

    Pelaksanaan pengadaan tanah untuk Kepentingan Umum meliputi:

    a. inventarisasi dan identifikasi penguasaan pemilikan, penggunaan, dan pemanfaatan

    tanah;

    b. penilaian Ganti Kerugian;

    c. musyawarah penetapan Ganti Kerugian;

    d. pemberian Ganti Kerugian; dan

    e. pelepasan tanah Instansi.

  • 10

    Pengadaan Lahan Bagi Pembangunan Jalan Tol Surabaya-Mojokerto

    Pasal 33

    Penilaian besarnya nilai Ganti Kerugian oleh Penilai dilakukan bidang per bidang tanah,

    meliputi:

    a. tanah;

    b. ruang atas tanah dan bawah tanah;

    c. bangunan;

    d. tanaman;

    e. benda yang berkaitan dengan tanah; dan/atau

    f. kerugian lain yang dapat dinilai.

    Pasal 36

    Pemberian Ganti Kerugian dapat diberikan dalam bentuk:

    a. uang;

    b. tanah pengganti;

    c. permukiman kembali;

    d. kepemilikan saham; atau

    e. bentuk lain yang disetujui oleh kedua belah pihak.

    2.4 Batasan Jalan Tol

    Definisi jalan terdapat dalam Pasal 1 butir 4 Undang-undang No. 38 tahun 2004

    Tentang Jalan. Yang dimaksud dengan jalan adalah prasarana transportasi darat yang

    meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapan yang

    diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan

    tanah, di bawah permukaan tanah dan / atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan

    kereta api, jalan lori dan jalan kabel. Dalam Pasal 1 Undang - Undang No. 38 Tahun 2004,

    jalan dibagi menjadi 3(tiga) macam, yaitu :

    Jalan umum, yaitu jalan yang diperuntukkan bagi lalu lintas umum (Pasal 1butir 5).

    Jalan khusus, yaitu jalan yang dibangun oleh instansi, badan usaha, perseorangan, atau

    kelompok masyarakat untuk kepentingan sendiri (Pasal 1butir 6).

    Jalan Tol, yaitu jalan umum yang merupakan bagian sistem jaringan jalan dan sebagai

    jalan nasional yang penggunaannya diwajibkan membayar tol.

    Jalan tol diselenggarakan dengan maksud untuk mewujudkan pemerataan

    pembangunan dan hasil-hasilnya serta keseimbangan dalam pengembangan wilayah dengan

    memperhatikan keadilan, yang dapat dicapai dengan membina jaringan jalan yang dananya

    berasal dari pengguna jalan. Penyelenggaraan jalan tol bertujuan meningkatkan efisiensi

    pelayanan jasa distribusi guna menunjang peningkatan pertumbuhan ekonomi terutama di

  • 11

    Pengadaan Lahan Bagi Pembangunan Jalan Tol Surabaya-Mojokerto

    wilayah yang sudah tinggi tingkat perkembangannya (Pasal 2 ayat (1) dan (2) Peraturan

    Pemerintah RI No. 15 Tahun 2005 tentang Jalan Tol).

    Wewenang penyelenggaraan jalan tol berada pada pemerintah yang meliputi

    pengaturan, pembinaan, pengusahaan, dan pengawasan, yang kesemuanya dilaksanakan

    oleh suatu badan pemerintah yaitu Badan Pengatur Jalan Tol, dibentuk oleh Menteri, ada di

    bawah, dan bertanggung jawab kepada Menteri.

    Masyarakat pengguna jalan tol diwajibkan untuk membayar tol, yaitu sejumlah uang

    tertentu yang dibayar untuk penggunaan jalan tol. Ketentuan mengenai tarif tol terdapat

    dalam Pasal 48 Undang-undang No. 38 Tahun 2004, bahwa tarif tol dihitung berdasarkan

    kemampuan bayar pengguna jalan, besar keuntungan biaya operasi kendaraan, dan

    kelayakan investasi. Tarif tol yang besarnya tercantum dalam perjanjian pengusahaan jalan

    tol ditetapkan pemberlakuannya bersamaan dengan penetapan pengoperasian jalan

    tersebutsebagai jalan tol. Tarif tol mengalami evaluasi dan penyesuaian yang dilakukan

    setiap 2 (dua) tahun sekali berdasarkan pengaruh laju inflasi.

    Jalan Tol yang dibangun memiliki ketentuan yang berbeda dengan jalan umum

    lainnya. Dalam hal syarat teknis, jalan tol mempunyai tingkat pelayanan keamanan dan

    kenyamanan yang lebih tinggi dari jalan umum yang ada dan dapat melayani arus lalu lintas

    jarak jauh dengan mobilitas tinggi. Untuk jalan tol yang digunakan untuk lalu lintas

    antarkota didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 80 kilometer per jam, dan

    untuk jalan tol di wilayah perkotaan didesain dengan kecepatan rencana paling rendah 60

    kilometer per jam. Pasal 6 ayat (1) Peraturan Pemerintah No. 15 Tahun 2005 menentukan

    spesifikasi, yaitu:

    Tidak ada persimpangan sebidang dengan ruas jalan lain atau dengan prasarana

    transportasi lainnya

    Jumlah jalan masuk dan jalan keluar je dan dari jaln tol dibatasi secara efisien dan semua

    jalan masuk dan jalan keluar harus terkendali secara penuh

    Jarak antarsimpang susun, paling rendah 5 kilometer untuk jalan tol luar perkotaan dan

    paling rendah 2 kilometer untuk jalan tol dalam perkotaan

    Jumlah lajur sekurang-kurangnya dua lajur per arah

    Menggunakan pemisah tengah atau median

    Lebar bahu jalan sebelah luar harus dapat dipergunakan sebagai jalur lalu lintas

    sementara dalam keadaan darurat

  • 12

    Pengadaan Lahan Bagi Pembangunan Jalan Tol Surabaya-Mojokerto

    2.5 Badan Pengatur Jalan Tol menurut PP No. 15 Tahun 2005

    Badan Pengatur Jalan Tol yang selanjutnya disebut BPJT adalah badan yang dibentuk

    oleh Menteri, ada di bawah, dan bertanggung jawab kepada Menteri.

    Pasal 72

    BPJT merupakan badan non struktural yang dibentuk oleh, berada di bawah dan

    bertanggung jawab kepada Menteri.

    Pasal 73

    BPJT berkedudukan di Ibukota Negara Republik Indonesia.

    Pasal 74

    BPJT mempunyai wewenang melakukan sebagian pengaturan, pengusahaan, dan

    pengawasan Badan Usaha jalan tol untuk memberikan manfaat yang maksimal bagi negara

    dan sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

    Pasal 75

    1. Dalam menjalankan wewenang sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 74, BPJT

    mempunyai tugas dan fungsi:

    a. merekomendasikan tarif awal dan penyesuaian tarif tol kepada Menteri;

    b. melakukan pengembilalihan hak pengusahaan jalan tol yang telah selesai masa

    konsesinya kepada Menteri;

    c. melakukan pengambilalihan hak sementara pengusahaan jalan tol yang gagal dalam

    pelaksanaan konsesi, untuk kemudian dilelangkan kembali pengusahaannya;

    d. melakukan persiapan pengusahaan jaan tol yang meliputi analisa kelayakan finansila,

    studi kelayakan, dan penyiapan amdal;

    e. melakukan pengadaan investasi jalan tol melalui pelelangan secara transparan dan

    terbuka;

    f. membantu proses pelaksanaan pembebasan tanah dalam hal kepastian tersedianya

    dana yang berasal dari Badan Usaha dan membuat mekanisme penggunaannya;

    g. memonitor pelaksanaan perencanaan dan pelaksanaan kontruksi serta

    pengoperasian dan pemeliharaan jalan tol yang dilakukan Badan Usaha; dan

    h. melakukan pengawasan terhadap Badan Usaha atas pelaksanaan seluruh kewajiban

    perjanjian pengusahaan jalan tol dan melaporkannya secara periodik kepada

    Menteri.

    2. Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan fungsi, tugas dan wewenang BPJT

    ditetapkan oleh Menteri.

  • 13

    Pengadaan Lahan Bagi Pembangunan Jalan Tol Surabaya-Mojokerto

    BAB III

    GAMBARAN UMUM

    3.1 Orientasi Wilayah Studi

    Jalan Tol Surabaya-Mojokerto adalah jalan tol yang menghubungkan Kota Surabaya

    dengan Kota Mojokerto sepanjang 37 kilometer atau melewati 37 desa/kelurahan dengan

    kebutuhan lahan seluas 310.55 hektare. Ruas jalan tol ini merupakan salah satu ruas dari

    proyek Jalan Tol Trans-Jawa dan tidak dapat dipungkiri bahwa pembangunan Jalan Tol

    Trans-Jawa dari Cikampek, Jawa Barat sampai Surabaya, Jawa Timur dianggap sebagai

    kunci bagi perkembangan ekonomi di pulau Jawa khususnya sektor industri. Para perencana

    dan pengambil keputusan menganggap bahwa dengan kondisi prasarana transportasi saat

    ini, khususnya jalan raya, tidak mendukung perkembangan sektor industri untuk bersaing

    global. Kondisi jalan raya saat ini dianggap penghambat daya saing sektor industri di pulau

    Jawa.

    Seiring dengan jalannya waktu, kota kota di Jawa Timur terutama yang dekat

    dengan kota Surabaya terkena pengaruh perkembangan kota sedikit demi sedikit. Kota-kota

    tersebut beranjak meningkat pada sektor ekonomi, karena diakibatkan oleh pertumbuhan

    ekonomi global secara internasional. Dan dalam kurun dua dasawarsa terakhir ini

    peningkatan perekonomian Jawa Timur telah menjadi pesat, terutama di kota kota di

    kabupaten Sidoarjo, Gresik, Bangkalan, Mojokerto dan Lamongan.

    Dengan adanya hal tersebut diatas maka secara simultan peningkatan lalu lintas

    kendaraan yang melalui jaringan jalan juga menjadi sangat padat hingga melampaui

    kapasitas jalan yang tersedia, walau Bina Marga secara periodik telah meningkatkan kelas

    serta kapasitas jalan yang ada. Pemerintah daerah dalam hal ini Badan Pengatur Jalan Tol

    (B.P.J.T.) dengan seksama selalu mengamati hal tersebut, sehingga menurut hasil survey

    disimpulkan perlunya pembangunan jalan tol disekitar kota Surabaya, salah satunya adalah

    ruas Jalan Tol Surabaya Mojokerto ini. Maksud dan Tujuan pemerintah membangun Jalan

    Tol Surabaya Mojokerto adalah:

    Untuk meningkatkan pelayanan para pengguna jasa transportasi, yang pada akhirnya

    demi meningkatkan perekonomian dan taraf hidup masyarakat terutama di sekitar daerah

    yang dilalui jalan tol tersebut.

    Untuk mengalihkan arus lalu lintas dari jalur utama supaya tidak mengalami overload

    atau kemacetan yang akan mengganggu kegiatan perekonomian daerah tersebut.

  • 14

    Pengadaan Lahan Bagi Pembangunan Jalan Tol Surabaya-Mojokerto

    Jalan Tol SurabayaMojokerto melewati 4 Daerah Tingkat II yaitu Kota Surabaya,

    Kabupaten Sidoarjo, Kabupaten Gresik, dan Kabupaten Mojokerto. Jalan Tol Surabaya-

    Mojokerto dibagi dalam dua karakter, yaitu:

    Jalan tol dalam kota (urban section) yang dimulai dari km 8+800 sampai dengan km

    14+200.

    Jalan tol luar kota (rural section) yang dimulai dari km 14+200 sampai dengan km

    42+840 dan mulai dari km 50+00 sampai dengan km 52+470.

    Gambar 1. Trase Jalan Tol Surabaya-Mojokerto

    Sumber: loketpeta.pu.go.id

    3.2 Permasalahan

    Pembangunan Jalan Tol Surabaya-Mojokerto terbagi dalam 5 seksi yaitu Seksi IA

    (Waru-Sepanjang) dengan jarak 2,3 kilometer, Seksi IB (Sepanjang Western Ring Road,

    WRR) dengan jarak 4,3 kilometer, Seksi II (WRR Driyorejo) dengan jarak 5,1 kilometer,

    Seksi III (Driyorejo-Krian) dengan jarak 6,1 kilometer, dan Seksi IV (Krian-Mojokerto)

    sepanjang 18,47 kilometer. Jalur tol Seksi IA sudah selesai dan memiliki 4 gerbang tol yaitu

    Gerbang Tol Waru-4, Gerbang Tol Waru-6, Gerbang Tol-3, dan Gerbang Tol-5 (Kepala BPN

    Sidoarjo Yusuf Purnama). Sedangkan untuk seksi yang lain masih sangat memprihatinkan

    dikarenakan pembebasan lahan yang belum sepenuhnya, seperti pembebasan lahan pada

    Seksi IB masih sekitar 58%, pada Seksi II masih sekitar 41%, pada Seksi III masih sekitar

    54% dan seksi IV sekitar 74% (Direktur Pengembangan Usaha PT Jasa Marga Tbk Abdul

    Hadi).

  • 15

    Pengadaan Lahan Bagi Pembangunan Jalan Tol Surabaya-Mojokerto

    Gambar 2: Eksisting Seksi I.A.1

    Sumber: loketpeta.pu.go.id

    Gambar 3: Rencana Seksi I.B.1 dan Seksi I.B.2

    Sumber: loketpeta.pu.go.id

    Gambar 4: Rencana Seksi II A dan Seksi II B

    Sumber: loketpeta.pu.go.id

    100 % Selesai

    Pembebasan tanah masih sekitar 58 %

    Pembebasan tanah masih sekitar 41 %

  • 16

    Pengadaan Lahan Bagi Pembangunan Jalan Tol Surabaya-Mojokerto

    Gambar 5: Rencana Seksi III A dan Seksi III B

    Sumber: loketpeta.pu.go.id

    Gambar 6: Rencana Seksi IV

    Sumber: loketpeta.pu.go.id

    Penyelengaraan pengadaan lahan untuk Jalan Tol Surabaya-Mojokerto telah dimulai

    pada tahun 2007 yang mencakup 4 wilayah pemerintah daerah, yaitu Kota Surabaya,

    Kabupaten Sidoarjo, Kabupaten Gresik dan Kabupaten Mojokerto. Namun dalam

    pelaksanaannya terjadi penghambatan pengadaan lahan yang disebabkan oleh beberapa

    hal, yaitu:

    Warga/pemilik lahan enggan melepaskan aset yang dimiliki karena besaran harga tanah

    yang disodorkan oleh pemerintah dianggap kecil. Harga yang diperoleh pemilik tanah

    tidak memungkinkan untuk memperoleh tanah didaerah yang sama. Beberapa kasus

    seperti ini, meliputi:

    Pembebasan tanah masih sekitar 54 %

    Pembebasan tanah masih sekitar 74 %

    IV A IV B IV C IV D

    IV E IV F IV G

  • 17

    Pengadaan Lahan Bagi Pembangunan Jalan Tol Surabaya-Mojokerto

    a. Desa Penompo Kecamatan Jetis Kabupaten Mojokerto, adanya pemilik tanah yang

    menghendaki tanahnya dibeli pemerintah dengan harga di atas Rp 250 ribu/m2.

    Namun, pemerintah mau membeli tanah mereka antara Rp 80 ribu/m2 hingga Rp

    150 ribu/m2, yang mana berdasarkan perhitungan Nilai Jual Obyek Pajak dan

    harga umum tanah yang berlaku di wilayah itu. Karena, kedua belah pihak tidak

    menemukan kata sepakat, akhirnya pemerintah menempuh pembelian tanah

    warga itu dengan menerapkan sistem konsinyasi yang pembayarannya melalui

    Pengadilan Negeri.

    b. Adanya 5 bidang tanah kas desa yang belum bisa dibebaskan karena belum

    ditemukan lokasi pengganti lahan tersebut.

    c. Adanya warga yang secara sengaja mengganti lahan basah menjadi lahan kering

    yang harganya lebih mahal, sehingga Tim P2T tidak bisa membebaskan lahan

    tersebut karena status lahan di Badan Pertanahan Nasional (BPN) adalah lahan

    basah.

    Status kepemilikan tanah, seperti tanah berstatus Letter C dan tanah yang telah

    diwakafkan oleh pemilik terdahulu hanya melalui lisan tanpa ada perubahan sertifikat.

    Tanah berstatus Letter C adalah tanah yang belum bersertifikat dan hanya terdaftar

    dalam peta kelurahan setempat dimana letak tanah tersebut berada.

    Proses administrasi pembebasan tanah milik TNI AL, tanah milik Dinas Pekerjaan Umum

    Pengairan dan tanah milik Perusahaan Jawatan Kereta Api (PJKA).

    Adanya penguasaan lahan oleh 2 warga seluas 12 hektare yang dibeli setelah surat

    persetujuan penetapan lokasi pembangunan (SP2LP) diterbitkan (Direktur

    Pengembangan Usaha PT Jasa Marga Tbk Abdul Hadi).

    3.3 Potensi

    Jalan tol diselenggarakan dengan tujuan meningkatkan efisiensi pelayanan jasa

    distribusi guna menunjang peningkatan pertumbuhan ekonomi terutama di wilayah yang

    tinggi tingkat perkembangannya. Pembangunan Jalan Tol Surabaya-Mojokerto membawa

    harapan pada peningkatan ekonomi di Jawa Timur (Direktur Pengembangan Usaha PT Jasa

    Marga Tbk Abdul Hadi). Keberadaan jalan tol nantinya akan dirasakan masyarakat yang

    wilayahnya dilintasi jalan tol, dimana roda perekonomian mereka akan semakin cepat

    berputar atau berkembang. Selain itu, arus pergerakan barang dan penumpang pun juga

    akan semakin cepat, sehingga semakin banyak pengusaha dan masyarakat yang

    diuntungkan dengan adanya jalan tol ini.

  • 18

    Pengadaan Lahan Bagi Pembangunan Jalan Tol Surabaya-Mojokerto

    Dampak positif pembangunan jalan tol, bukan hanya ketika jalan tol tersebut selesai

    dibangun dan dioperasikan, tapi pada saat pembangunan pun sudah memberi manfaat bagi

    banyak pihak. Ribuan tenaga kerja akan terlibat langsung maupun tidak langsung dalam

    pembangunan jalan tol ini. Industri yang berkaitan dengan kebutuhan material jalan tol,

    seperti semen atau besi, juga akan semakin meningkat. Bahkan untuk memenuhi kebutuhan

    pasir pun melibatkan banyak pekerja, mulai dari penambangan pasir sampai dengan

    pembongkaran di lokasi proyek (Direktur Pengembangan Usaha PT Jasa Marga Tbk Abdul

    Hadi). Apalagi seluruh material dan tenaga kerja yang terlibat dalam pembangunan jalan tol

    ini semuanya berasal dari dalam negeri. Dan tidak ada campur tangan asing dalam

    pembangunan jalan tol ini.

  • 19

    Pengadaan Lahan Bagi Pembangunan Jalan Tol Surabaya-Mojokerto

    BAB IV

    ANALISIS

    4.1 Analisis Permasalahan

    Pembangunan Jalan Tol Surabaya-Mojokerto yang telah direncanakan sejak 2007 dan

    dipastikan beroperasi pada tahun 2014, saat ini justru terhambat. Hal ini dikarenakan

    adanya beberapa lahan yang belum dibebaskan di setiap seksi (dari seksi II sampai IV).

    Sulitnya pembebasan lahan tersebut dikarenakan beberapa hal, yaitu:

    Adanya warga yang meminta ganti rugi lebih tinggi

    Pengadaan lahan bagi kepentingan umum merupakan tuntutan yang tidak dapat

    dielakkan oleh pemerintah mana pun. Semakin maju masyarakat, semakin banyak

    diperlukan lahan-lahan untuk kepentingan umum. Sebagai konsekuensi dari hidup bernegara

    dan bermasyarakat, jika hak milik individu berhadapan dengan kepentingan umum maka

    kepentingan umumlah yang harus didahulukan. Pada penjelasan UUPA dinyatakan dengan

    tegas, bahwa tanah-tanah di daerah-daerah dan pulau-pulau tidak semata-mata menjadi

    hak rakyat secara individual dari rakyat yang tinggal di daerah itu. Namun demikian, negara

    harus tetap menghormati hak-hak warga negaranya kalau tidak ingin dikatakan melanggar

    hak azasi manusia.

    Pengadaan lahan bagi kepentingan umum di Indonesia dilaksanakan dengan cara

    pelepasan atau penyerahan hak atas tanah (pasal 2 PP No. 65 Tahun 2006). Dimana alur

    pelaksanaan pengadaan lahan tersebut meliputi inventarisasi dan identifikasi penguasaan

    pemilikan, penggunaan, dan pemanfaatan tanah; penilaian ganti kerugian; musyawarah

    penetapan ganti kerugian; pemberian ganti kerugian; dan pelepasan tanah instansi (pasal

    27 ayat 2 UU No. 2 Tahun 2012). Namun saat ini, proyek pembangunan Jalan Tol Surabaya-

    Mojokerto masih tersendat pada tahap musyawarah terkait penetapan ganti

    kerugian.

    Musyawarah dengan berbagai pihak terkait telah dilaksanakan, namun belum ada kata

    sepakat terkait nilai ganti rugi. Dengan kondisi demikian, pemerintah dapat menitipkan ganti

    rugi tersebut kepada Pengadilan Negeri (10 PP No. 65 Tahun 2006). Penitipan ganti rugi ini

    dilakukan karena tidak ada kesepakatan nilai ganti rugi sedangkan musyawarah telah

    melewati jangka waktu 120 hari dan tanah yang bersangkutan masih dipersengketakan

    kepemilikannya.

  • 20

    Pengadaan Lahan Bagi Pembangunan Jalan Tol Surabaya-Mojokerto

    Besarnya ganti rugi yang diajukan pemerintah dalam pengadaan lahan bagi

    pembangunan Jalan Tol Surabaya-Mojokerto dirasa sudah layak dan adil (pasal 9 ayat 2 UU

    No.2 Tahun 2012) yaitu telah didasarkan pada NJOP, nilai jual bangunan dan tanaman atau

    harga pasar (pasal 15 PP No.65 Tahun 2006). Namun, warga tetap enggan melepaskan

    tanahnya. Hal ini dikarenakan besaran ganti rugi tersebut dirasa kurang (tidak cukup untuk

    memperoleh tanah didaerah yang sama).

    Dengan demikian, kiranya dibutuhkan musyawarah sekaligus sosialisasi kepada

    masyarakat sekali lagi, terkait poyek pembangunan Jalan Tol Surabaya-Mojokerto dan

    keputusan besarnya ganti rugi. Apabila dari pihak masyarakat tetap tidak bersedia

    menerima ganti rugi karena dianggap jumlahnya kurang layak, maka yang bersangkutan

    dapat menerima banding kepada Pengadilan Tinggi agar menetapkan ganti rugi sesuai

    Undang-Undang Nomor 20 tahun 1961 tentang Pencabutan Hak-Hak Atas Tanah dan

    Benda-Benda yang Ada di Atasnya dan Peraturan Pemerintah Nomor 39 tahun 1973 tentang

    Acara Penetapan Gati Kerugian oleh Pengadilan Tinggi Sehubungan dengan Pencabutan

    Hak-Hak Atas Tanah dan Benda-Benda yang ada di Atasnya (pasal 18A PP No.65 Tahun

    2006).

    Adanya tanah kas desa yang belum bisa dibebaskan

    Tanah kas desa merupakan tanah bengkok bagian dari tanah desa, yang mana

    diperuntukkan bagi gaji pamong desa, yaitu Kepala Desa dan Perangkat Desa. Mereka

    mempunyai hak untuk memperoleh penghasilan dari tanah tersebut, untuk memelihara

    kehidupan keluarganya dengan cara mengerjakan hasilnya dari hasil tanah itu karena

    jabatannya, jika di lain waktu yang bersangkutan tidak lagi menjabat sebagai pamong desa,

    maka tanah bengkok tersebut menjadi tanah kas desa. Tanah ini adalah bagian dari

    kekayaan desa yang menjadi milik desa. Kekayaan desa tersebut dibuktikan dengan

    dokumen kepemilikan yang sah atas nama desa.

    Kekayaan desa yang berupa tanah kas desa tidak diperbolehkan dilakukan pelepasan

    hak kepemilikan kepada pihak lain, kecuali diperlukan untuk kepentingan umum. Pelepasan

    hak kepemilikan tanah kas desa untuk kepentingan umum dilakukan setelah mendapat

    ganti rugi sesuai harga yang menguntungkan desa dengan memperhatikan harga pasar dan

    Nilai Jual Objek Pajak (NJOP). Penggantian ganti rugi berupa uang harus digunakan untuk

    membeli tanah lain yang lebih baik dan berlokasi di desa setempat (pasal 15 Permendagri

    4/2007).

    Tanah kas desa yang belum bisa dibebaskan pada proyek pembangunan Jalan Tol

    Surabaya-Mojokerto ini lebih dikarenakan belum adanya lokasi pengganti. Dengan

  • 21

    Pengadaan Lahan Bagi Pembangunan Jalan Tol Surabaya-Mojokerto

    demikian, kiranya perlu dilanjutkan upaya pencarian lokasi pengganti. Walaupun tidak pada

    desa setempat, apabila lokasinya pada kecamatan yang sama masih dirasa tidak bermasalah

    karena yang terpenting adalah jaraknya yang tidak jauh. Apabila berada pada jarak yang

    relatif jauh maka nantinya akan berpengaruh pada biaya transportasi pemilik tanah kas

    desa. Selain itu diupayakan pula lokasi pengganti tidak terpisah-pisah antara satu dengan

    lainnya, karena jika terpisah pemanfaatan antara lahan satu dengan lalinnya akan

    mengeluarkan biaya pengelolaan yang lebih besar dibandingkan sebelumnya. Kemudian,

    apabila lokasi pengganti sudah didapatkan maka masih diperlukan pengecekan kualitas

    tanah untuk menjamin tingkat kesuburannya.

    Adanya warga yang mengganti lahan basah menjadi lahan kering

    Lahan basah merupakan wilayah-wilayah dimana tanahnya jenuh dengan air karena

    tergenangi air yang dangkal, sedangkan lahan kering merupakan kebalikannya. Lahan basah

    dan kering memiliki perbedaan dari segi pemanfaatan maupun penjualan. Lahan kering lebih

    mudah dan cepat dimanfaatkan daripada lahan basah. Penjualan lahan yang berstatus lahan

    basah dan lahan kering memiliki perbedaan harga jual yang lebar. Dimana harga jual lahan

    kering lebih tinggi dibandingkan harga jual lahan basah. Hal ini dikarenakan besaran pajak

    pada lahan kering lebih tinggi dibandingakan pada lahan basah walaupun luasan dan lokasi

    yang sama.

    Penggantian lahan basah menjadi lahan kering pada proyek pembangunan Jalan Tol

    Surabaya-Mojokerto dilakukan oleh warga secara sengaja, agar mendapatkan

    harga jual yang lebih mahal. Namun, upaya yang dilakukan warga itu justru membuat

    Tim P2T tidak bisa membebaskan lahan tersebut karena status lahan di Badan Pertanahan

    Nasional (BPN) adalah lahan basah. Dengan demikian, kiranya perlu mematuhi peraturan

    atau hukum yang berlaku. Hal ini dikarenakan aspek hukum atas lahan menjadi rujukan

    utama untuk mengetahui makna tersurat dari status lahan tersebut.

    4.2 Analisis SWOT

    Setelah melakukan analisis permasalahan terkait pengadaan lahan untuk

    pembangunan Jalan Tol Surabaya-Mojokerto, maka perlu adanya penyusunan strategi.

    Strategi yang dirumuskan harus mempertimbangkan kondisi internal (strength and

    weakness) serta eksternal (opportunity and threat). Pengambil kebijakan dapat menentukan

    prioritas pada aspek mana yang akan dibenahi, namun biasanya mereka berfokus pada

    kondisi internal terlebih dahulu (Houben, et.al, 1999:126). Berdasarkan identifikasi dan

    analisis permasalahan maka diperoleh poin penting dalam merumuskan strategi, bahwa

  • 22

    Pengadaan Lahan Bagi Pembangunan Jalan Tol Surabaya-Mojokerto

    pengadaan lahan untuk pembangunan Jalan Tol Surabaya-Mojokerto harus

    mempertimbangkan kondisi internal dan eksternal tersebut (SWOT).

    Tabel 1. Matriks SWOT dan Alternatif Strategi

    FAKTOR INTERNAL

    FAKTOR EKSTERNAL

    STRENGHT

    Terdapat lahan-lahan yang telah memiliki surat persetujuan penetapan lokasi pembangunan (SP2LP).

    Terdapat kesediaan masyarakat dalam upaya pembebasan lahan.

    WEAKNESS

    Terdapat ketidaksepakatan masyarakat terkait harga pembebasan lahan.

    Terdapat ketidakmerataan sosialisasi kepada masyarakat.

    OPPORTUNITY

    Terdapat dukungan pemerintah propinsi dan pusat.

    Terdapat regulasi pembebasan lahan yang sudah sistematis.

    Terdapat panitia pengadaan lahan yang telah dibentuk.

    S O Melaksanakan pembebasan lahan berdasarkan regulasi yang sudah

    ada dan menjalin komunikasi yang intens antara panitia pengadaan

    lahan dan masyarakat.

    W O Melaksanakan sosialisasi dan

    musyawarah mengenai pembangunan Jalan Tol Surabaya-

    Mojokerto, pembebasan lahan, dan kesepakatan harga pada

    masyarakat oleh panitia pengadaan lahan.

    THREAT

    Terdapat pembengkakan dana yang dialokasikan untuk pembebasan lahan.

    S T Melakukan pembebasan lahan sesuai dengan NJOP dan harga

    pasar.

    W T Melaksanakan sosialisasi mengenai

    harga lahan yang sesuai dengan NJOP dan harga pasar.

    Sumber: Hasil Analisis, 2013

    4.3 Alternatif Perhitungan Ganti Rugi

    Pengadaan lahan untuk pembangunan Jalan Tol Surabaya-Mojokerto dilakukan

    dengan pembebasan tanah, dimana tanah-tanah tersebut telah memiliki fungsi atau

    pemanfaatannya masing-masing, sehingga menimbulkan perbedaan pada besaran ganti rugi

    yang diberikan. Berdasarkan sistem perhitungan ganti rugi yang diberikan kepada pemilik

    tanah, hasil diskusi dengan BPN dan Subdit Pengadaan Tanah, selama ini telah

    memperhitungkan penilaian fisik dan penilaian non fisik. Penilaian fisik adalah nilai fisik dari

    hak atas tanah menggunakan atau berbasis nilai pasar. Nilai non fisik merupakan nilai

    kehilangan finansial akibat kehilangan aset tanah yang diwakili oleh nilai premium, nilai

    selain akibat kehilangan finansial seperti nilai kosmis religious magis atau ikatan emosional

    yang dimiliki tanah tidak diperhitungkan. Perumusan perhitungan ganti rugi yang telah

    dilakukan adalah:

  • 23

    Pengadaan Lahan Bagi Pembangunan Jalan Tol Surabaya-Mojokerto

    Berdasarkan Standar Operasional Prosedur (SOP) penilaian tanah yang dikeluarkan

    oleh Badan Pertanahan Nasional, kehilangan finansial akibat pengadaan tanah yaitu:

    Kerugian akibat nilai tanah yang menurun akibat tanah terbebaskan sebagian.

    Kerugian akibat kehilangan usaha yang sedang berjalan.

    Biaya yang ditimbulkan akibat relokasi/biaya pindah ke tempat baru.

    Biaya yang timbul akibat relokasi / pindah ke tempat baru.

    Langkah awal dalam melakukan evaluasi ekonomi terhadap suatu barang atau jasa

    adalah dengan mengidentifikasikan komponen-komponen perhitungan ganti rugi yang

    diklasifikasikan sesuai peruntukan suatu tanah atau lahan. Pengklasifikasi terdiri atas :(1)

    Permukiman; (2) Perkantoran; (3) Pertokoan/Warun; (4) Tanah Pertanian/Perkebunan;

    (5)Tanah Kehutanan; (6)Tanah HGU; (7)Tanah Eks HGU; (8)UtilitasPLN/PDAM; (9)Aset

    PT.KAI; (10) Aset TNI/POLRI; (11) Aset Desa; (12) Tanah Wakaf dan (13) Fasus/Fasos.

    Usulan komponen-komponen alternatif perhitungan ganti rugi pembebasan tanah, yaitu:

    - Permukiman

    Keterangan : X1 = nilai pasar tanah X2 = nilai bangunan X3 = factor kehilangan waktu tempuh untuk beraktifitas X4 = biaya kontrak/sewa X5 = biaya pindah a,b,c = nilai pengali

    - Perkantoran

    Keterangan : X1 = nilai pasar tanah X2 = nilai bangunan Y3 = biaya pemulihan pendapatan X4 = biaya kontrak/sewa X5 = biaya pindah

    Kompesasi Permukiman = X1 + X2 + X3 + bX4 + cX5

    Kompesasi Perkantoran= X1 + X2 + X3 + bX4 + cX5

  • 24

    Pengadaan Lahan Bagi Pembangunan Jalan Tol Surabaya-Mojokerto

    a,b,c = nilai pengali

    - Pertokoan/warung

    Keterangan : X1 = nilai pasar tanah X2 = nilai bangunan Y1 = biaya pemulihan pendapatan Y2 = biaya promosi X5 = biaya pindah Y3 = kompessasi jarak tempat usaha ke sumber modal g,h,i,j = nilai pengali

    - Tanah Pertanian/Perkebunan

    Keterangan : X1 = nilai pasar tanah X2 = nilai bangunan Y1 = biaya pemulihan pendapatan X6 = nilai tanaman Y3 = kompessasi jarak tempat tinggal ke tempat aktivitas k,l= nilai pengali

    - Tanah Kehutanan

    Keterangan :

    X1 = nilai pasar tanah

    Y4 = biaya appraisal

    - Tanah HGU

    Kompesasi

    = X1 + X2 + gY1 + hY2+ iX5 + jY3

    Kompesasi

    = X1 + X2 + kY1 + X6+ + lY3

    Kompesasi Kehutanan = 2X1 + Y4

    Kompesasi HGU= X1 + X2 + mX5 + X6 + nY5

  • 25

    Pengadaan Lahan Bagi Pembangunan Jalan Tol Surabaya-Mojokerto

    Keterangan : X1 = nilai pasar tanah X2 = nilai bangunan X6 = nilai tanaman X5 = biaya pindah Y5 = biaya pelatihan/modal m,n = nilai pengali

    - Tanah Eks HGU

    Keterangan : X2 = nilai bangunan X6 = nilai tanaman X5 = biaya pindah Y5 = biaya pelatihan/modal m,n = nilai pengali

    - Utilitas PLN/PDAM Keterangan : Y6 = biaya relokasi instalasi Y7 = biaya konstruksi instalasi baru Y8 = biaya bongkar instalasi lama

    - Aset PT. KAI

    Keterangan :

    X2 = nilai pasar tanah

    - Aset TNI/POLRI

    Ketrengan :

    X1 = nilai pasar tanah

    Kompesasi Eks HGU= X2 + mX5 + X6 + nY5

    Kompesasi PLN/PDAM = Y6 + Y7 + Y8

    Kompesasi PT. KAI = X2

    Kompesasi TNI/POLRI = X1 + X2

  • 26

    Pengadaan Lahan Bagi Pembangunan Jalan Tol Surabaya-Mojokerto

    X2 = nilai bangunan

    - Aset Desa

    Keterangan :

    X1 = nilai pasar tanah

    Y4 = biaya appraisal

    Kompesasi Aset Desa = X1 + Y4

  • 27

    Pengadaan Lahan Bagi Pembangunan Jalan Tol Surabaya-Mojokerto

    Gambar 7: Mind Map Usulan Komponen Alternatif Perhitungan Ganti Rugi Pembebasan Tanah

    Sumber: Balai Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Lingkungan Bidang Jalan dan Jembatan Tahun Anggaran 2011

  • 28

    Pengadaan Lahan Bagi Pembangunan Jalan Tol Surabaya-Mojokerto

    4.4 Alternatif Pemberian Ganti Rugi

    Pemberian ganti rugi terkait pengadaan lahan untuk pembangunan Jalan Tol

    Surabaya-Mojokerto sebetulnya terdapat beberapa pilihan alternatif. Dimana beberapa

    alternatif tersebut telah di tentukan dalam regulasi-regulasi yang membahas pembebasan

    tanah. Namun, pemilihan alternatif tersebut tergantung pada kesepakatan masing-masing

    pihak akan memakainya atau tidak. Beberapa alternatif tersbut seperti, pemberian ganti rugi

    dapat dilakukan dalam bentuk selain uang tunai yaitu tanah pengganti, permukiman

    kembali, kepemilikan saham, atau bentuk lain yang disetujui oleh kedua belak pihak (pasal

    36 UU No. 2 Tahun 2012). Jadi bentuk ganti rugi tersebut tidak harus selalu terpaku dengan

    uang tunai, walaupun solusi cash (tunai) sering dianggap oleh berbagai pihak sebagai solusi

    yang paling baik dalam pembebasan tanah yang terkena infrastruktur. Dengan demikian,

    ketika tidak ada kesepakan yang muncul dalam pengadaan lahan untuk pembangunan Jalan

    Tol Surabaya-Mojokerto apa salahnya jika mencoba menggunakan solusi lain seperti solusi

    non tunai.

    Gambar 8: Proses Pembebasan Tanah dengan Cara Tunai dan Non Tunai

    Sumber: teknikplanologi.com

    Pembangunan

    Infrastruktur Jalan

    Kebutuhan Tanah

    Pemberian

    Kompesasi

    PerPres

    PerKaBPN

    Uang Tunai Non Uang Tunai

    ALTERNATIF

    KOMPESASI NON

    UANG TUNAI

    Model LARAP IFC

    Model Resetlement

    ADB

  • 29

    Pengadaan Lahan Bagi Pembangunan Jalan Tol Surabaya-Mojokerto

    Pada beberapa daerah solosi non tunai ini dapat dimanfatkan sebagai pembebasan

    tanah untuk infrastruktur. Beberapa solusi ini antara lain sebagai berikut :

    Pemberian sertifikat tanah bagi masyarakat yang belum memiliki sertifikat tanah,

    solusi ini adalah memberikan sertifikat tanah kepada warga yang terkena

    pembebasan tanah. Solusi ini dapat diberikan karena dana pembangunan tidak akan

    cukup bila harus beserta penggantian lahan tanah.

    Pemberian fasilitas umum dan sosial, solusi ini dapat diberikan dimana menggunakan

    tanah adat. Karena tanah adat merupakan tanah milik bersama, maka alternatif

    pengganti untuk pembebasan tanah tersebut dapat berupa pemberian fasilitas umum

    dan sosial.

    Selain contoh di atas terdapat berbagai solusi lainnya yang dapat dilakukan yaitu

    pengantian rumah dengan rumah, tanah dengan lahan pertanian, dan sebagainya.

    Sayangnya berbagai solusi itu terkendala dengan aturan yang dibuat oleh pemerintah.

    Masalah ini diakibatkan oleh aturan tentang pembangunan/pembelian rumah yang dilakukan

    dengan dana APBN maka akan menjadi aset milik negara dan tidak boleh

    dipindahtangankan pada orang lain.

    Tabel 2. Solusi Non Tunai dalam Pengadaan Lahan untuk Pembangunan

    Infrastruktur

    Kegiatan yang

    terjadi diatas tanah

    Bentuk Kompesasi

    Tanah

    Bangunan Bentuk Lain

    Rumah Toko Warung Pagar Kantor Lain-lain Sertifikasi Bantuan

    Modal Pelatihan

    Lain-lain

    Pertanian v

    Sawah v v Bibit

    tanaman Pupuk

    Perkebunan v

    Kebun/ladang

    v v Bibit

    tanaman Pupuk

    Pertenakan v

    Kanda

    ng v v

    Bibit tanaman

    Makanan Hewan

    Kehutanan v v Bibit Tanaman

    Perikanan v Kolam

    Tamba

    k

    v v Bibit hewan Makanan

    hewan

    Pertambangan

    v

    Industri v Pabrik v

    Utilitas

    Bantuan Pemindahan Jaringan

    Permukiman v v v v

    Perkantoran v v v Tukar

  • 30

    Pengadaan Lahan Bagi Pembangunan Jalan Tol Surabaya-Mojokerto

    Sumber: teknikplanologi.com

    4.5 Alternatif Sistem Komunikasi di Wilayah Studi

    Komunikasi pada proyek pembangunan melibatkan masyarakat dan pemerintah,

    dimulai proses perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembangunan. Dalam arti sempit,

    merupakan upaya, cara, dan teknik penyampaian sebuah gagasan dan keahlian

    pembangunan. Gagasan ini bersumber dari pihak yang memprakarsai pembangunan.

    Pembangunan diwujudkan pada masyarakat yang menjadi sasaran yang bisa ikut serta

    dalam pembangunan.

    Setiap pembangunan dalam suatu negara memegang peranan penting. Oleh karena

    itu, pemerintah dalam melancarkan komunikasinya perlu memperhatikan strategi apa yang

    dapat digunakan untuk menyampaikan pesan sehingga efek yang diharapkan sesuai dengan

    tujuan yang telah ditetapkan. Dengan demikian, dibutuhkan pula alternatif sistem

    komunikasi terkait pengadaan lahan untuk pembangunan Jalan Tol Surabaya-Mojokerto,

    agar informasi pembangunan ini dari pemerintah ke masyarakat dapat tersampaikan dengan

    baik dan sistematis.

    guling

    Pemerintahan

    v v v Tukar guling

    BUMN v v v Tukar guling

    Pertokoan v v v v

    Pendidikan v v v

    Sekolah

    Ruang Kuliah/belajar

  • 31

    Pengadaan Lahan Bagi Pembangunan Jalan Tol Surabaya-Mojokerto

    Gambar 9: Model Komunikasi Pengadaan Lahan untuk Pembangunan Infrastruktur

    Sumber: Balai Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Lingkungan Bidang Jalan dan Jembatan Tahun Anggaran 2011

    Program Pembebasan

    Lahan

    Permen PU No. / PRT/M/2007

    mengatur MOU dengan investor agar

    pada masa operational melakukan

    Corporate Social Responsibilty

    Investor TPT

    P2T merupakan kepanitian Ad Hoc yang berfungsi sebagai

    pengesahan proses pelepasan hak atas tanah dalam

    kegiatan pengadaan tanah untuk umum, sebgaimana

    layaknya Notaris yang memilki fungsi hukum.

    Tokoh masyarakat dapat berperan dalam kegiatan

    sosialisasi dengan dibentuk Satgas kegiatan sosialisasi

    yang mengikutsertakan tomagada di dalamnnya.

    Petugas SATGAS terdiri dari pejabat instansi yang terkait

    pengadaan tanah merupakan wewenang P2T. Tugas

    SATGAS sebaiknya diperjelas menghindari kecurigaan

    mengintimidasi. Kementerian PU tidak dapat mencampuri

    wewenang tersebut.

    Pemerintah P2T Warga SATGAS

    Masyarakat dijelaskan pemilihan metode penilaian tanah

    (system zona atau system bidang) saat sebelum

    pelaksanaan penilaian.

    Menghindari teknik sosialisasi yang mengandalkan janji.

    Progres pengadaan tanah yang menampilkan bidang

    tanah mana saja (berdasarkan nama pemilik) yang telah

    terbebaskan dapat ditempelkan di papan pengumuman di

    Balai Desa. Disampaikan dengan bahasa yang mudah

    dipahami masyarakat.

    Fasilitasi Pemerintah

    Desa

    Sosialisasi

    Musyawarah

    Pemberian Ganti

    Untung

    Relokasi

    Ganti Uang

    atau Bukan

    Uang

    Posko Pengaduan

    (Information Center)

    Bagan Alur Pengadaan tanah sesuai

    PerPres No. 36 Tahun 2005 jo

    Perpres No. 65 tahun 2006 dan Perka

    BPN No. 3 tahun 2007, dapat

    ditempelkan pada papan

    pengumuman di Balai Desa.

    Disampaikan dengan bahasa yang

    mudah dipahami masyarakat.

    Media Diseminasi

  • 32

    Pengadaan Lahan Bagi Pembangunan Jalan Tol Surabaya-Mojokerto

    BAB V

    PENUTUP

    5.1 Kesimpulan

    Jalan Tol Surabaya-Mojokerto adalah jalan tol yang menghubungkan Kota Surabaya

    dengan Kota Mojokerto sepanjang 37 kilometer atau melewati 37 desa/kelurahan dengan

    kebutuhan lahan seluas 310.55 hektare. Jalan Tol SurabayaMojokerto melewati 4 Daerah

    Tingkat II yaitu Kota Surabaya, Kabupaten Sidoarjo, Kabupaten Gresik, dan Kabupaten

    Mojokerto. Namun dalam pelaksanaannya terjadi penghambatan pengadaan lahan yang

    disebabkan oleh beberapa hal, yaitu seperti adanya warga yang meminta ganti rugi

    pembebasan tanah lebih tinggi, adanya tanah kas desa yang belum bisa dibebaskan, dan

    adanya warga yang mengganti lahan basah menjadi lahan kering.

    5.2 Rekomendasi

    Beberapa rekomendasi upaya yang perlu dilakukan terkait penanganan permasalahan

    pengadaan lahan untuk pembangunan Jalan Tol Surabaya-Mojokerto, yaitu:

    Adanya musyawarah sekaligus sosialisasi kepada masyarakat secara merata, terkait

    poyek pembangunan Jalan Tol Surabaya-Mojokerto, pembebasan lahan, dan

    keputusan besarnya ganti rugi.

    Adanya kelanjutan upaya pencarian lokasi pengganti untuk tanah kas desa.

    Adanya kapatuhan terhadap peraturan atau hukum yang berlaku terkait dengan

    status lahan.

    Adanya pemanfaatan alternatif perhitungan ganti rugi dengan mengidentifikasikan

    komponen-komponen perhitungan yang diklasifikasikan sesuai peruntukan suatu

    tanah atau lahan.

    Adanya pemanfaatan alternatif pemberian ganti rugi dengan solusi non tunai.

    Adanya pemanfaatan sistem komunikasi terkait pembebasan lahan dari pemerintah

    ke masyarakat secara sistematik.

  • 33

    Pengadaan Lahan Bagi Pembangunan Jalan Tol Surabaya-Mojokerto

    Daftar Pustaka

    Undang-Undang No. 2 Tahun 2012 Tentang Pengadaan Tanah bagi Pembangunan untuk

    Kepentingan Umum

    Peraturan Pemerintah No. 65 Tahun 2006 Tentang Pengadaan Tanah bagi Pelaksanaan

    Pembangunan untuk Kepentingan Umum

    Peraturan Pemerintah No. 15 Tahun 2005 Tentang Jalan Tol

    _____. 2013. Lahan Basah (http://id.wikipedia.org/wiki/Lahan_basah). Diakses pada tanggal

    4 Desember 2013

    Arfani, Fiqih. 2011. Tol Surabaya-Mojokerto Diharapkan Selesai Awal 2013

    (http://www.antarajatim.com/lihat/berita/68969/tol-surabaya-mojokerto-diharapkan-selesai-

    awal-2013). Diakses pada tanggal 3 Desember 2013

    _____. 2013. Rencana Jalan Tol Surabaya-Mojokerto (Ruas Driyo-Kriyan 2)

    (http://loketpeta.pu.go.id/peta/rencana-jalan-tol-surabaya-mojokerto-ruas-driyo-kriyan-1-

    2/). Diakses pada tanggal 3 Desember 2013

    Suhendra, Zulfi. 2012. Tol Surabaya-Mojokerto Selesai 2014 Bertarif Rp.25.000

    (http://finance.detik.com/read/2012/10/15/134941/2062823/4/tol-surabaya-mojokerto-

    selesai-2014-bertarif-rp-25000). Diakses pada tanggal 3 Desember 2013