masalah masalah petani

Upload: gede-setiawan-adi-putra

Post on 30-May-2018

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/14/2019 Masalah Masalah Petani

    1/18

    1

    MENEMUKAN MASALAH-MASALAH PETANI UNTUK DICARIKAN SOLUSINYA

    SEBAGAI UPAYA MENOLONG MENINGKATKAN PENGETAHUAN

    DAN KETERAMPILAN MEREKA

    Oleh: I Gede Setiawan Adi Putra1)

    , Nurahimah Mohd Yusoff2

    , dan Amri Jahi3

    PENDAHULUAN

    Latar Belakang

    Setiap mahluk hidup di dunia ini membutuhkan pangan untuk menjaga kelangsungan

    hidupnya. Ketahanan pangan bukan hanya masalah cukup makan. Lebih jauh dari itu,

    pemenuhan hak atas pangan dapat dipandang sebagai salah satu pilar utama hak azasi manusia.

    Dalam PP No 68 tahun 2002, tentang Ketahanan Pangan, dinyatakan bahwa ketahanan pangan

    merupakan hal yang sangat penting dalam rangka pembangunan nasional untuk membentuk

    manusia Indonesia yang berkualitas, mandiri, dan sejahtera melalui perwujudan ketersediaan

    pangan yang cukup, aman, bermutu, bergizi dan beragam serta tersebar merata di seluruh

    wilayah Indonesia dan terjangkau oleh daya beli masyarakat (Tempo Interaktif 2004:1). Hal ini

    menjadi renungan kita bersama bahwa bagaimana mungkin bisa mencapai prestasi jikalau

    kebutuhan pangan saja belum terpenuhi?

    Petani, sebagai insan yang berperan menghasilkan bahan pangan kondisinya sangat

    memperihatikan. Petani menghadapi banyak permasalahan dalam perannya menghasilkan bahan

    pangan. Permasalahan petani dan pertanian di Indonesia begitu kompleks baik secara makro

    maupun mikro.

    Secara makro masalah utama pertanian di Indonesia adalah (1) Marginalisasi pertanian,

    cirinya adalah pertanian kurang memberikan harapan, masih banyak petani yang berorientasi

    1Mahasiswa Program Doktor Istitut Pertanian Bogor , Dosen Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas

    Pertanian Universitas Udayana.

    2Pembimbing Program Sandwich di Universitas Utara Malaysia, Pimpinan Pusat Pengajaran Pembelajaran

    University (UTLC) Universiti Utara Malaysia.

    3Ketua Komisi Pembimbing Disertasi, Dosen Institut Pertanian Bogor.

  • 8/14/2019 Masalah Masalah Petani

    2/18

    2

    pada off farm, disisi lain petani hanya memanen 0,02 ha (super gurem) sehingga pertanian

    penyumbang kemiskinan terbesar di Indonesia ; dan (2) Exchange farmer, mayoritas umur petani

    saat ini 70 tahun dan yang berumur dibawah 30 tahun jumlahnya sedikit, kebanyakan generasi

    muda enggan menjadi petani.

    Pada tingkat petani masalah petani juga semakin banyak. Masalah tersebut diantaranya:

    rendahnya pengetahuan/wawasan, rendahnya tingkat keterampilan, kurangnya motivasi, tidak

    memiliki kemampuan pengelolaan usaha tani, kurangnya dukungan atas modal dan sarana

    produksi usahatani, kurangnya dukungan kebijakan pemerintah, jarang mendapatkan bimbingan

    dan conseling berupa penyuluhan dan tidak adanya wahana/tempat petani untuk belajar untuk

    meningkatkan kemapuan yang dibutuhkannya.

    Menemukan atau merancang berbagai solusi alternatif untuk memecahkan masalah di

    atas memerlukan kemampuan, ketrampilan dan kreativitas pihak-pihak yang terlibat. Mereka

    harus bisa mengatasi kompleksitas permasalahan yang dihadapi dan merancang solusi-solusi

    alternatif yang berkualitas dan dapat memecahkan masalah itu. Selain itu, solusi-solusi tersebut

    haruslah dapat diterima oleh berbagai pihak yang terkait.

    Rumusan Masalah

    Sebagai change agent, pekerja pembangunan atau profesional lainnya, kita sering

    menghadapi situasi yang dihadapi petani yang membingungkan, yang menghadirkan ketidak-

    pastian, dan menimbulkan kesulitan. Situasi itu membuat kita limbung, hilang keseimbangan dan

    tidak berdaya.

    Dalam keadaan itu, wajar bila kita ingin segera keluar dari situasi yang sulit itu. Kita

    ingin segera memulihkan kembali equilibrium atau keseimbangan mental yang sempat terganggu

    itu. Kita ingin kembali berdaya seperti semula. Namun demikian, tepatkah tindakan coba-coba

    (trial and error), yang biasanya langsung kita lakukan?

    Dewey (dalam Amri Jahi), pakar berpikir reflektif, yang menemukan proses

    pemecahan masalah ini pada 1910, menyarankan: agar kita menunda dulu tindakan itu, apa lagi

    yang sifatnya masih coba-coba. Pikirkan dulu, definisikan dulu, apa yang menimbulkan

    kebingungan, ketidak pastian dan kesulitan yang merusak equilibrium kita tadi itu. Dengan kata

    lain, rumuskan dulu apa masalah yang kita hadapi!

  • 8/14/2019 Masalah Masalah Petani

    3/18

    3

    Sebagai perbandingan, di negara maju petani dengan berbagai cara membuat wadah

    untuk memenuhi kepentingan bersama. Organisasi demikian memegang peranan penting dalam

    pembangunan pertanian di negara industri maju. Di negara berkembang belum ada organisasi

    yang dengan efektif memperjuangkan hak-hak petani. Di masa yang akan datang, para penyuluh

    memegang peranan penting untuk membantu para petani menumbuhkan wadah-wadah untuk

    petani kembali belajar tentang berbagai hal yang berhubungan dengan usahataninya.

    Berdasarkan uraian di atas maka dirumuskan masalah penulisan dalam literature studi ini

    sebagai berikut:

    1. Apa masalah-masalah yang dihadapi petani dan level terjadinya masalah tersebut?, dan2. Bagaimanakah cara menolong mereka agar bisa menolong dirinya keluar dari masalah yang

    dihadapinya?

    Tujuan

    Dalam perencanaan program, masalah sering dinyatakan sebagai kesenjangan diantara

    dua situasi. Kesenjangan antara situasi saat ini, yang tidak lagi memuaskan, dan situasi baru,

    yang lebih baik, dan diinginkan. Menghilangkan atau mengurangi besarnya kesenjangan inilah

    yang kemudian menjadi tujuan penulisan ini yang hendak dicapai.

    Selain itu penulisan ini bertujuan untuk merancang solusi terbaik yang dapat dipilih itu

    untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Sehingga harapan penulis adalah masalah-masalah

    yang dihadapi petani terpecahkan sehingga kesulitan, kebingungan dan ketidak pastian dapat

    dihilangkan dan pada akhirnya equilibrium atau keseimbangan pertanian di negeri ini pulih

    kembali.

    Berdasarkan uraian singkat di atas, maka secara spesifik tujuan penulisan literature studi

    ini adalah:

    1. Mengidendifikasi masalah-masalah yang dihadapi petani melalui kajian literature; dan2. Menemukan alternative-alternatif pemecahan masalah petani terutama yang berhubungan

    dengan bagaimana menolong mereka untuk meningkatkan pengetahuan dan

    keterampilannya.

  • 8/14/2019 Masalah Masalah Petani

    4/18

    4

    LITERATURE REVIEW

    Keadaan Petani yang Menghambat Pembangunan Pertanian

    Kesejahteraan petani yang relatif rendah dan menurun saat ini akan sangat menentukan

    prospek ketahanan pangan. Kesejahteraan tersebut ditentukan oleh berbagai faktor dan

    keterbatasan, diantaranya yang utama menurut (Bayu Krisnamurthi 2008:1) adalah (a) Sebagian

    petani miskin karena memang tidak memiliki faktor produktif apapun kecuali tenaga kerjanya

    (they are poor becouse they are poor); (b) Luas lahan petani sempit dan mendapat tekanan untuk

    terus terkonversi; (c) Terbatasnya akses terhadap dukungan layanan pembiayaan; (d) Tidak

    adanya atau terbatasnya akses terhadap informasi dan teknologi yang lebih baik; (e) Infrastruktur

    produksi (air, listrik, jalan, telekomunikasi) yang tidak memadai (f) Struktur pasar yang tidak

    adil dan eksploitatif akibat posisi rebut-tawar (bargaining position) yang sangat lemah; dan (g)

    Ketidak-mampuan, kelemahan, atau ketidak-tahuan petani sendiri.

    Pengetahuan

    Sebagian petani tidak mempunyai pengetahuan serta wawasan yang memadai untuk dapat

    memahami permasalahan mereka, memikirkan pemecahannya, atau memilih pemecahan masalah

    yang paling tepat untuk mencapai tujuan mereka. Tugas agen penyuluh adalah meniadakan

    hambatan tersebut dengan cara menyediakan informasi dan memberikan pandangan mengenai

    masalah yang dihadapi. Di sisi lain, petani sebenarnya memiliki pengetahuan berupa kearifan

    lokal yang bisa diwariskan kepada generasi berikutnya. Agen penyuluh dapat memberikan

    bantuan berupa pemberian informasi yang memadai yang bersifat teknis mengenai masalah yang

    dibutuhkan petani dan menunjukkan cara penanggulanganya. Selama penyuluh belum mampu

    memberikan informasi yang dibutuhkan petani tersebut, maka kegiatan penyuluhan tidak akan

    berjalan dengan baik (Sabetghadam 2003:1)

    Motivasi

  • 8/14/2019 Masalah Masalah Petani

    5/18

    5

    Motivasi berasal dari kata motive dan action, artinya bagaimana membuat orang untuk

    berusaha. Sebagian besar petani kurang memiliki motivasi untuk mengubah perilaku karena

    perubahan yang diharapkan berbenturan dengan motivasi yang lain. Kadang-kadang penyuluhan

    dapat mengatasi hal demikian dengan membantu petani mempertimbangkan kembali motivasi

    mereka. Petani kurang dimotivasi berusaha untuk merubah cara-cara tradisional kearah

    modernisasi. Atau sifat pertanian yang subsisten kurang diarahkan untuk berorientasi pada

    pasar. Selama petani belum dimotivasi, maka akan menjadi masalah (Heryanti Suryantini

    2003:36).

    Sumber daya

    Beberapa organisasi penyuluhan bertanggung jawab untuk meniadakan hambatan yang

    disebabkan oleh kekurangan sumber daya. Kegiatan penyuluhan di Indonesia biasanya berada di

    bawah Departemen Pertanian seringkali diberikan tanggung jawab untuk mengawasi kredit dan

    mendistribusikan sarana produksi seperti pupuk. Masalahnya sekarang adalah organisasi yang

    menyediakan sumber daya tersebut tidak terlibat melainkan dilakukan oleh penyuluh.

    Seharunsya kegiatan pelayanan dilakukan oleh lembaga service, kegiatan pengaturan dilakukan

    oleh lembaga regulation dan kegiatan penyuluhan hanya dilakukan oleh lembaga penyuluhan.

    Apabila ketiga lembaga ini dapat berfungsi dengan baik maka kegiatan pembangunan pertanian

    juga akan berjalan dengan baik.

    Wawasan

    Sebagian petani kurang memiliki wawasan untuk memperoleh sumber daya yang

    diperlukan. Masalah ini hampir sama dengan hambatan pengetahuan, dan peranan penyuluhan

    sangat diperlukan pada keadaan seperti ini. SDM petani harus menyadari bahwa setiap anggota

    masyarakat akan memiliki kesempatan yang sama untuk berprestasi, saling menghargai satu

    sama lain, saling mengakui hak dan kewajiban, lebih mengedepankan prestasi ketimbang

    prestige, bertanggung jawab atas kelangsungan hidupnya dan mementingkan aspek-aspek

    kehidupan bersama (Soedijanto 2005:91). Tugas penyuluh adalah memberikan pandangan

    supaya wawasan petani menjadi lebih luas.

    Petani Adalah Orang yang Terpinggirkan (Marginal)

  • 8/14/2019 Masalah Masalah Petani

    6/18

    6

    Kekuasaan petani untuk mengeluarkan pendapat belum diperhatikan. Petani adalah

    orang yang memiliki status sosial yang rendah, perekonomian yang lemah dan penguasaan tanah

    yang sangat sempit. Petani lemah inilah yang harus diberdayakan untuk membentuk suatu

    asosiasi petani. Contoh: Asosiasi petani tebu jawa tengah, Asosiasi petani tebu Jawa timur, dan

    lain-lain sehingga petani tebu tersebut menjadi kuat. Selain petani, penyuluh juga harus

    membentuk asosiasi penyuluh sehingga kuat untuk mempejuangkan nasib petani. Tanpa

    berkelompok petani dan penyuluh tidak ada artinya. Penyuluh pertanian akan dapat berjalan

    seperti yang diharapkan apabila terdapat iklim kerja yang egaliter (Soedijanto 2005:92)

    Alih Fungsi Lahan Pertanian

    Laju penyusutan lahan pertanian di Indonesia kian cepat. Penyebabnya adalah

    fragmentasi lahan atau penyusutan kepemilikan lahan pertanian sebagai dampak sistem bagi

    waris dan alih fungsi lahan. Ini tercermin dari peningkatan jumlah rumah tangga petani kecil

    alias gurem, dengan kepemilikan lahan rata-rata 0,34 hektar (Hermas 2008:1).

    Bali sebagai daerah pariwisata paling menjadi contoh nyata dalam penyusutan lahan

    pertanian. Adanya fenomena alih fungsi lahan sawah ke non-pertanian dan musnahnya beberapa

    sistem subak di suatu daerah di Bali merupakan bagian sekaligus dampak dari modernisasi.

    Fenomena lain adalah mulai berkembangnya sistem pertanian beririgasi berkelanjutan berbasis

    sistem irigasi pompa air tanah. Menghadapi kedua fenomena yang bersifat substitusi tersebut,

    perlu pertimbangan bahwa apabila pertanian masih diyakini sebagai salah satu leading sector

    dalam perekonomian Bali dan sistem subak masih dipercaya sebagai model kelembagaannya,

    maka selayaknya eksistensi subak dilestarikan dan bahkan diperkuat secara proporsional guna

    mendukung pembangunan sektor pertanian yang berkelanjutan (Budiasa 2005:147)

    Dalam pembangunan pertanian berkelanjutan, lahan merupakan sumber daya pokok

    dalam usaha tani karena usaha yang dikembangkan bersifat land base agricultural. Sempitnya

    lahan pertanian ini dihadapkan pada peningkatan kebutuhan pangan. Badan Ketahanan Pangan

    Deptan memperkirakan, jumlah penduduk Indonesia tahun 2030 sebanyak 286 juta orang.

    Penduduk sebanyak itu mengonsumsi beras 39,8 juta ton. Dengan kata lain, dalam waktu 21

  • 8/14/2019 Masalah Masalah Petani

    7/18

    7

    tahun lagi, Indonesia memerlukan tambahan produksi beras sekitar 5 juta ton atau perlu

    tambahan lahan padi 3,63 juta ha (Hermas 2008:1).

    Sutawan (2005:6) menyatakan di Bali telah terjadi penciutan lahan sawah akibat alih

    fungsi. Kelestarian atau ketangguhan subak nampaknya mulai terancam akibat pesatnya

    perkembangan pariwisata Bali yang telah banyak membawa perubahan dalam berbagai aspek

    kehidupan masyarakat Bali. Selain kurang berminatnya para pemuda pedesaan Bali untuk

    bekerja sebagai petani, sumber ancaman lainnya bagi eksistensi subak adalah pesatnya alih

    fungsi lahan sawah beririgasi ke arah penggunaan lain di luar pertanian.

    Semakin meningkatnya jumlah penduduk dan pendapatan masyarakat dan perkembangan

    jumlah hotel dan restoran akibat pesatnya laju pembangunan sektor pariwisata, menuntut

    terpenuhinya akan air yang terus meningkat baik dari segi kuantitas maupun kualitasnya.

    Padahal, indeks penggunaan air (IPA) yaitu rasio persediaan air terhadap penggunaannya di Bali

    tahun 2000 sudah diperkirakan mencapai 1,13 yang berarti sudah tergolong sangat kritis

    (Sugandhi dalam Sutawan 2005:7). Karena air semakin langka maka ini berimplikasi pada

    semakin tajamnya persaingan yang bisa menjurus ke arah konflik kepentingan dalam

    pemanfaatan air antara berbagai pengguna, terutama antara sektor pertanian dan sektor

    nonpertanian. Kasus petani-petani di Penebel Tabanan yang memprotes keras pengambilan air

    di Yeh Gembrong, oleh Pemda Tabanan untuk kebutuhan air minum sekitar tahun 1990-an

    adalah contoh dari akibat persaingan pemanfaatan air.

    Selain itu, telah terjadi pencemaran air sungai dan air pada saluran irigasi. Di beberapa

    tempat telah muncul keluhan-keluahan dari masyarakat petani tentang adanya pencemaran air

    sungai dan air saluran irigasi akibat limbah dari industri garmen, sablon, hotel, dan restoran.

    Pemerhati lingkungan merasa cemas dan menyarankan pihak hotel untuk melakukan program

    penanggulangan limbah. Penelitian perlu dilakukan agar lebih jelas seberapa jauh tingkat

    pencemaran yang terjadi dan dari mana menanggung pembiayaan pencemaran tersebut, sebabrumah tangga juga sangat perpotensi dalam menghasilkan limbah. Selain itu, banjir dan tanah

    longsonr sering terjadi karena kerusakan daerah hulu sungai (catchment area) akibat semakin

    menipisnya hutan serta pembangunan rumah dan vila di lereng-lereng bukit (Sutawan 2005:7).

  • 8/14/2019 Masalah Masalah Petani

    8/18

    8

    Selanjutnya Sutawan (2005:8) menyatakan bahwa pencemaran lingkungan akibat

    penggunaan pupuk kimia yang berlebihan oleh petani-petani di Bali juga telah terjadi di subak.

    Unsur-unsur kimia yang berlebihan selain bisa merusak tanaman, juga hanyut ke sungai dan

    mengalir ke laut, pantai sekitar persawahan. Revolusi hijau dengan demikian dapat dianggap

    kurang mendukung keberlanjutan pertanian karena tidak ramah lingkungan. Adanya berbagai

    dampak negatif dari Revolusi hijau telah mendorong ahli-ahli pertanian mengembangkan cara-

    cara baru yang lebih menjamin kelestarian lingkungan seperti penggunaan pupuk organik atau

    setidak-tidaknya mengurangi dosis penggunaan pupuk anorganik dan obat-obatan kimia (low

    external inputs sustainable agriculture).

    Teknologi Pertanian

    Tenologi yang tepatguna adalah teknologi yang bermakna bagi masyarakat penggunanya.

    Jadi Iptek yang bermakna adalah yang secara ekonomis menguntungkan dan dapat meningkatkan

    kesejahteraann, secara teknis dapat dikerjakan dan dimanfaatkan, dan secara sosial-psikologus

    dapat diterima serta sejalan dengan kebijakan pemerintah. Mungkin saja Iptek baru itu

    tidak/belum dirasakan dibutuhkan masyarakat dan mungkin pula Iptek tersebut benar-benar telah

    dibutuhkan dan dirasakan manfaatnya oleh masyarakat. Hal ini tergantung pada keadaan

    masyarakat sasaran (Asngari 2008:11).

    Usahatani sangat dipengaruhi oleh keadaan iklim, curah hujan, dan ketersediaan air

    irigasi dan sifat-sifat tanah. Oleh karena itu, teknologi usahatani yang sesuai untuk suatu lokasi

    belum tentu sesuai untuk lokasi lainnya. Dalam kaitan itu, untuk menetapkan anjuran teknologi

    untuk suatu lokasi, harus didasarkan leh hasil percobaan/penelitian verifikasi di lokasi yang

    bersangkutan (Tjitropranoto 2005:96).

    Teknologi pertanian yang ada saat ini tidak selalu sesuai dengan yang dibutuhkan petani,

    tetapi didominasi oleh upaya program/proyek untuk pencapaian target produksi yang telahditetapkan. Pada dasarnya, petani akan mencari teknologi, informasi atau materi penyuluhan

    kalau dirasakannya berguna untuk kegiatan usaha pertaniannya. Teknologi, informasi ataupun

    materi penyuluhan pertanian yang dibutuhkan petani adalah yang benar-benar diyakini petani

    akan menguntungkannya, terjangkau oleh kemampuannya, dan memiliki pasar yang dekat

    dengan usaha pertaniannya. Materi penyuluhan yang dibutuhkan petani harus didasarkan pada

  • 8/14/2019 Masalah Masalah Petani

    9/18

    9

    keempatan, kemauan, dan kemampuan petani untuk menrapkan/memanfaatkannya, bukan karena

    perhitungan yangsecara ilmiah akan menguntungkan (Tjitropranoto 2005:101).

    Asngari (2008:11) menyebutkan bahwa pemanfaatan Iptek tergantung pada klien dan

    juga tergantung pada para penyuluh. Tentu akan lebih cepat prosesnya bilamana kedua belah

    pihak tersebut saling aktif dan dinamis mencari sampai menemukan teknologi tepat guna

    pertanian (TTP).

    Meningkatnya harga sarana produksi terutama benih, pupuk, pestisida, pakan ternak dan

    ikan, menyebabkan adanya kecenderungan teknologi yang dikehendaki petani adalah teknologi

    yang tidak memerlukan modal besar, lebih kearah teknologi sederhana, walaupun

    produktivitasnya tidak begitu besar tetapi terjangkau oleh petani, baik dengan modal uang tunai

    maupun kredit. Teknologi pertanian yang memerlukan sarana produksi yang mahal akan

    diterapkan oleh pertani selama ada bantuan untuk menerapkannya, misalnya pemberian saranann

    produksi oleh proyek, tetapi begitu proyek meninggalkan petani, maka mereka akan kembali ke

    teknologi semula (Tjitropranoto 2005:101)..

    Sumardjo (2005:162) menyatakan bahwa kajian Iptek yang disponsori oleh pemerintah di

    masa lalu yang cenderung sentralistis, cenderung bias padi dan kurang kondusif dengan

    perkembangan inovasi yang spesifik lokal. Hal seperti ini kurang efektif menjawab tantangan

    kebutuhan inovasi bagi upaya peningkatan pendapatan petani. Meskipun kebijakan

    pengembangan Balai Pengembangan Teknologi Pertanian (BPTP/LPTP) dinilai lebih kondusif

    bagi pengembangan inovasi yang berbasis pada Iptek unggul spesifik lokal beragam komoditi

    yang sesuai dengan kebutuhan petani, namun nampaknya lembaga ini kurang didukung oleh

    tanga ahli baik dalam jumlah maupun kualitas, maupun pendanaan yang memadai untuk

    menjangkau wilayah kerjany. Dalam hal ini tentu saja masih diperlukan energi untuk mengatasi

    kelemahan tersebut, baik berupa komitmen pemerintah terhadap pengembangan SDM maupun

    terhadap pengembangan Iptek dan kelembagaan petani.

    Penyuluhan Pertanian

    Istilah penyuluhan pertama kali digagas oleh James Stuart dari Trinity College

    (Canbridge) pada tahun 1967-68, sehingga kemudian Stuart dikenal sebagai Bapak Penyuluhan.

  • 8/14/2019 Masalah Masalah Petani

    10/18

    10

    Berbagai istilah digunakan pada berbagai negara menggambarkan proses-proses belajar

    penyuluhan (extention), seperti (1) voorichting (Bahasa Belanda) yang berarti memberi

    penerangan untuk menolong seseorang menemukan jalannya, (2) beratung (Bahasa Inggris dan

    Jerman) yang mengandung makna sebagai seorang pakar memberikan petunjuk kepada

    seseorang tetapi seseorang tersebut yang berhak untuk menentukan pilihannya, (3) erzeiehung

    (mirip artinya dengan pendidikan di Amerika Serikat) yang menekankan tujuan penyuluhan

    untuk mengajar seseorang sehingga dapat memecahkan sendiri masalahnya, (3) fordering

    (Bahasa Austria) yang diartikan sebagai menggiring seseorang ke arah yang diinginkan Van Den

    Ban, A.W. dan H.S Hawkins (1999; 23-25)

    Secara harfiah penyuluhan berasal dari kata suluh yang berarti obor ataupun alat untuk

    menerangi keadaan yang gelap. Dari asal perkataan tersebut dapat diartikan bahwa penyuluhan

    dimaksudkan untuk memberi penerangan ataupun penjelasan kepada mereka yang disukai, agar

    tidak lagi berada dalam kegelapan mengenai suatu masalah tertentu Van Den Ban, A.W. dan H.S

    Hawkins (1999; 25) mengartikan penyuluhan sebagai keterlibatan seseorang untuk melakukan

    komunikasi informasi secara sadar dengan tujuan membantu sesamanya memberikan pendapat

    sehingga bisa membuat keputusan yang benar. Secara sistematis pengertian penyuluhan tersebut

    adalah proses yang; (1) membantu petani menganalisis situasi yang sedang dihadapi dan

    melakukan perkiraan ke depan, (2) membantu petani menyadarkan terhadap kemungkinan

    timbulnya masalah dari analisis tersebut, (3) Meningkatkan pengetahuan dan mengembangkan

    wawasan terhadap suatu masalah, serta membantu menyusun kerangka berdasarkan pengetahuan

    yang dimikili petani, (4) membantu petani memperoleh pengetahuan yang khusus berkaitan

    dengan cara pemecahan masalah yang dihadapi serta akibat yang ditimbulkannya sehingga

    mereka mempunyai berbagai alternatif tindakan, (5) membantu petani memutuskan pilihan yang

    tepat yang menurut pendapat mereka sudah optimal, (6) meningkatkan motivasi petani untuk

    dapat menerapkan pilihannya, (7) membantu petani untuk mengevaluasi dan meningkatkan

    keterampilan mereka dalam membentuk pendapat dan mengambil keputusan.

    Menurut Margono Slamet (2005:15-17), pengertian penyuluhan bukanlah sekedar

    penerapan tentang kebijakan penguasa, bukan hanya diseminasi teknologi, bukan program

    charity yang bersifat darurat, dan bukan program untuk mencapai tujuan yang tak merupakan

    kepentingan pokok kelompok sasaran. Tetapi adalah program pendidikan luar sekolah yang

  • 8/14/2019 Masalah Masalah Petani

    11/18

    11

    bertujuan memberdayakan sasaran, meningkatkan kesejahteraaan sasaran secara mandiri dan

    membangun masyarakat madani; sistem yang berfungsi secara berkelanjutlan dan tidak bersifat

    adhoc, serta program yang menghasilkan perubahan perilaku dan tindakan sasaran yang

    menguntungkan sasaran dan masyarakatnya.

    Sehingga secara singkat penyuluhan dapat diartikan sebagai suatu pendidikan yang

    bersifat non formal yang bertujuan untuk membantu masyarakat/petani merubah perilakunya

    dalam hal pengetahuan, keterampilan dan sikap agar mereka dapat memecahkan masalah yang

    dihadapinya guna mencapai kehidupan yang lebih baik.

    Pada kenyataannya kegiatan penyuluhan pertanian di Indonesia banyak mengalami

    masalah di dalam upaya menolong petani menolong dirinya sendiri. Diantaranya adalah: (1)

    Penyuluh melupakan tugas utama; (2) Kegiatan penyuluhan kurang terorganisasi; (3) Kegiatan

    penyuluhan tidak berjalan dengan baik; (4) Kelembagaan penyuluhan belum tertata dengan baik;

    (5) Penyimpangan tujuan organisasi penyuluhan; (6) Perbedaan nilai yang dianut petani dan

    penyuluh; (7) Pengetahuan penyuluh kurang memadai; (8) Penyuluh lebih banyak mengubah

    cara bertani dibandingkan dengan mengubah petani; (8) penyuluh kurang membantu petani

    mencapai tujuan; (9) Penyuluh kurang membuat wadah untuk membantu petani; (10) Penyuluh

    kurang mendidik petani; dan (11) Penyuluh kurang mengubah keadaan petani.

    Tugas utama penyuluhan adalah membantu petani di dalam pengambilan keputusan dari

    berbagai alternatif pemecahan masalah. Tetapi masalah penyuluhan sekarang adalah kegiatan

    penyuluhan lebih banyak pada proses pelayanan bukan mendidik petani agar mampu mengambil

    keputusan sendiri (Soedijanto 2001:2).

    Pada jaman BIMAS dikeluarkan SK Mendagri-Mentan tahun 1985 tentang pembentukan

    BPP (Balai Penyuluhan Pertanian) sehingga penyuluh pertanian berada di BPP. Kemudian tahun

    1992 penyuluh berda di dinas-dinas sehingga BPP di bagi-bagi sesuai dengan dinas yang ada.

    Tahun 1996 dikeluarkan SK Mendagri-Mentan tentang pembentukan BIPP (Balai Informasi

    Penyuluhan Pertanian). Belum selesai BIPP dibentuk sudah digulirkannya UU No. 22 tahun

    1999 tentang Otonomi Daerah. Kurangnya pengorganisasian kegiatan penyuluhan menyebabkan

    kurangnya keberhasilan penyuluhan pertanian (Soedijanto 2001:2).

  • 8/14/2019 Masalah Masalah Petani

    12/18

    12

    Kegiatan penyuluhan akan berjalan dengan baik bila: pasar, teknologi, input, intensitas

    produksi (harga yang layak) dan transportasi desa mencapai keadaan maksimum. Bagaimana

    membangun pertanian yang baik bila 80 % masalah berada di luar petani. Kegiatan penyuluhan

    tidak efektif apabila kelima masalah diatas tidak diatasi. Selama ini kegiatan penyuluhan lebih

    dilaksanakan oleh lembaga penerangan yang bertanggung jawab untuk menjembatani kebijakan

    pemerintah agar sampai kepada rakyat. Seharusnya penyuluhan lebih mendidik petani agar

    dapat memecahkan masalahnya sendiri. Organisasi penyuluhan yang sekarang ini ingin

    menyampaikan kebijakan yang sebenarnya dilakukan oleh lembaga penerangan Van Den Ban,

    A.W. dan H.S Hawkins (1999:35-36).

    Organisasi penyuluhan bertujuan untuk memecahkan masalah yang dihadapi petani.

    Penyuluh harus memainkan peranan bagaimana petani terlibat dalam kegiatan penyuluhan.

    Tujuan kegiatan yang terjadi sekarang ini sangat jauh dari harapan. Tujuan tersebut dapat dilihat

    pada Tabe 1. .

    Tabel 1. Sikap-sikap yang berbeda dari berbagai organisasi penyuluhan

    Kenyataan Harapan

    Bertujuan meningkatkanproduktivitas

    Parsial Semata-mata penyuluhan Agen pemerintah Terpusat Bekerja dalam skala nasional Semata-mata alih pengetahuan Diarahkan

    Bertujuan memecahkan masalah Holistik Pelayanan terpadu Bantuan sendiri berdasarkan organisasi swasta Tidak terpusat, partisipatif Bekerja dalam wilayah kecil Juga menghasilkan pengetahuan Tidak diarahkan

    Sumber: Van Den Ban, A.W. dan H.S Hawkins (1999)

    Nilai-nilai yang dianut petani kemungkinan berbeda dari nilai-nilai agen penyuluhan

    yang berbau perkotaan, tetapi tidak beralasan jika beranggapan bahwa nilai-nilai agen

    penyuluhan dan atasannya lebih baik dibandingkan nilai-nilai petani dan keluarganya. Upaya

    pemberdayaan petani miskin melalui pengembangan kelembagaan, harus didasarkan kepada

    pemahaman yang utuh terhadap ragam dan sifat modal sosial yang mereka miliki, sehingga

    rancangan kelembagaan akan menjadi lebih tepat (BPPP DEPTAN 2006:2). Selama penyuluh

    belum bisa menyamakan nilai-nilai yang dianut ini maka akan timbul masalah.

  • 8/14/2019 Masalah Masalah Petani

    13/18

    13

    Agen penyuluh hanya memiliki setengah dari pengetahuan yang diperlukan untuk

    mengambil keputusan, sedangkan petani dan keluarganya melengkapi kekurangannya. Mereka

    akan mengetahui tujuan-tujuan mereka, jumlah modal yang dimiliki, persyaratan tenaga kerja

    pertanian mereka selama bulan-bulan yang berbeda, hubungan dengan petani lain, kualitas lahan

    serta kesempatan-kesempatan menghasilkan uang diluar sektor pertanian. Agen penyuluhan

    mungkin memiliki sebagian dari pengetahuan tersebut, tetapi biasanya tidak sebanyak

    pengetahuan yang dimiliki oleh keluarga petani sendiri. Oleh sebab itu, Puspadi (2005:121)

    menyatakan bahwa penyuluh dituntut memiliki kompetensi sebagai berikut: (1) system social

    setempat; (2) perilaku petani; (3) analisis system; (4) analisis data; (5) merancang pendekatan

    penyuluhan; (6) perencanaan usaha pertanian; (7) mamajemen teknologi; (8) ekonomi rumah

    tangga; (9) mengembangkan teknologi local spesifik; (10) memahami caa petani belajar;m; (11)

    pengembangan kelompok dan organisasi; (12) perilaku pasar; (13) peta kognitif petani; (14)

    teknologi produksi; (15) teknologi pasca panen, (16) usahatani sebagai bisnis, (17) proses

    pengembangan pertanian; dan (18) berkepribadian sesuai dengan profesinya sebagai penyuluh.

    Dewasa ini agen penyuluhan lebih mengarahkan langkahnya pada sistem pertanian yang

    berkelanjutan dan kurang memperhatikan input pertanian yang tinggi dibandingkan tahun-tahun

    yang lalu. Salah satu pendekatan pertanian berkelanjutan adalah input minimal (low input)

    Sistem pertanian memiliki kapasitas internal yang besar untuk melakukan regenerasi dengan

    menggunakan sumberdaya-sumberdaya internal (Drommond et. al 2008:1). Pengetahuan khas

    setempat dari petani sangatlah penting untuk mengembangkan pertanian yang berkelanjutan

    karena cara ini harus disesuaikan dengan situasi setempat yang biasanya petani tahu lebih banyak

    dibandingkan peneliti atau agen penyuluhan

    Kebanyakan agen penyuluhan petanian memperoleh pendidikan formal tentang cara-cara

    mengubah atau memperbaiki cara bertani. Mereka belajar tentang varietas tanaman, pupuk,

    makanan ternak, dan sebagainya, tetapi di dalam tugasnya diminta untuk mengubah petani

    yang kemudian dapat membuat keputusan untuk mengubah usaha taninya. Banyak agen

    penyuluh belum terlatih dalam proses mengubah sikap, yaitu dalam hal pendidikan orang dewasa

    dan komunikasi. Mereka diajar mengenai apa yang harus dilakukan kepada petani, tetapi tidak

    tentang bagaimana mengatakannya agar petani mampu menjadi manajer yang baik dalam

  • 8/14/2019 Masalah Masalah Petani

    14/18

    14

    usaha taninya. Perubahan yang demikian merupakan salah satu tujuan penting dari pendidikan

    penyuluhan.

    Selama ini kegiatan penyuluhan kurang membantu petani mencapai tujuan. Agen

    penyuluhan dapat memanfaatkan berbagai cara untuk membantu kliennya untuk mencapai

    tujuannya, yaitu: (1) Memberi nasihat secara tepat waktu guna menyadarkannya tentang suatu

    masalah; (2) Menambahkan kisaran alternatif yang dapat menjadi pilihannya; (3) Memberi

    informasi mengenai konsekuensi yang dapat diharapkan dari masing-masing alternatif; (4)

    membantunya dalam memutusakan tujuan mana yang paling penting; (5) Membantunya dalam

    mengambil keputusan secara sistematis baik secara perorangan maupun berkelompok; (6)

    Membantunnya belajar dari pengalaman dan dari pengujicobaan; dan (7) Mendorongnya untuk

    tukar-menukar informasi dengan petani lainnya.

    Di negara industri maju petani dengan berbagai cara membuat wadah untuk memenuhi

    kepentingan bersama mereka. Organisasi demikian memegang peranan penting dalam

    pembangunan pertanian di negara industri maju. Di negara berkembang belum ada organisasi

    demikian, atau kalaupun ada cenderung belum efektif. Adanya organisasi pertanian yang efektif

    sama pentingnya dengan penerapan teknologi di banyak negara. Petani kecil jarang membentuk

    kelompok tani formal, kemungkinan disebabkan oleh adanya koordinasi informal di antara

    petani-petani yang berdekatan, efisiensi sistem pengumpulan di mana meningkatnya petani yang

    memasuki pasar mendorong harga-harga bersaing dan lokasi lebih menyenangkan untuk

    pelayanan petani pengumpul (Bank Dunia, 2001:9). Organisasi penyuluhan memegang peranan

    penting dalam membimbing petani mengorganisasikan diri secara efektif. Walaupun demikian

    diperlukan dukungan politik untuk dapat berperan tanpa membahayakan jabatan mereka.

    Tugas mendidik dan pendidikan penyuluhan merupakan cabang dari pendidikan orang

    dewasa. Agen penyuluhan di banyak negara Eropa lebih merupakan seseorang yang menolong

    petani untuk memecahkan masalah mereka. Agen penyuluhan sudah merasa puas jika pertanianmenjadi lebih efisien, dan kurang berminat untuk mengubah petani. Tugas utama penyuluhan di

    banyak negara berkembang adalah menganjurkan penggunaan teknologi modern, seperti

    pemakaian pupuk. Kenaikan hasil merupakan tujuan utama di negara-negara berkembang karena

    cepatnya pertumbuhan penduduk, disamping adanya anggapan bahwa petani terbelakang dan

    tradisional.

  • 8/14/2019 Masalah Masalah Petani

    15/18

    15

    Petani dapat dididik dengan dua cara yang berbeda: 1) mengajari mereka bagaimana cara

    memecahkan masalah spesifik, atau 2) mengajari mereka proses pemecahan masalah. Cara kedua

    memerlukan banyak waktu dan upaya dari kedua pihak, tetapi untuk jangka panjang menghemat

    waktu dan menambah kemungkinan dikenalinya gejala hama dan penyakit secara tepat waktu

    dan segera dapat ditanggulangi. Cara demikianlah yang terbaik, tetapi perlu disadari bahwa

    seseorang yang diberi pendidikan sepotong-sepotong lebih berbahaya dari orang buta huruf.

    Petani wajib diberi pengertian tentang masalah mana yang dapat mereka pecahkan sendiri dan

    manakah yang tidak (Soedijanto 2005:89).

    Petani di negara berkembang juga ingin memperbaiki cara bertani mereka, dan kewajiban

    agen penyuluhan adalah mendukung dan menciptakan proses demikian melalui belajar yang

    disebut belajar mandiri atau self-directed learning

    Selama bertahun-tahun konservatisme petani dianggap sebagai penyebab kegagalan

    adopsi teknologi yang dikembangkan penelitian. Hal demikian ternyata tidak selalu benar,

    karena cara bertani yang tidak menguntungkanlah yang membuat mereka tidak menggunakan

    teknologi tersebut.

  • 8/14/2019 Masalah Masalah Petani

    16/18

    16

    DAFTAR PUSTAKA

    Amri Jahi. 2006. Penyelesaian Masalah dalam Penyuluhan Sosial. Makalah presentasi dalam

    bentuk powerpoint disampaikan dalam Perkuliahan Aksi Sosial pada PS IlmuPenyuluhan Pembangunan. 25 Juli 2006., Institut Pertanian Bogor (file elektronik).

    Asngari, Pang S. 2008. Pemanfaatan dan Penggunaan Teknologi Tepat Guna BidangPertanian. Dalam: Pemberdayaan Manusia Pembangunan yang Bermartabat. Diedit

    oleh: Ida Yustina dan Adjat Sudrajat. Bogor: IPB Press.

    Bayu Krisnamurti. 2008. Agenda Pemberdayaan Petani dalam Rangka Pemantapan Ketahanan

    Pangan Nasional. Jurnal Ekonomi Rakyat Th. 11 No. 7 [Jurnal On-Line]; Diperoleh

    dari: http://www.ekonomirakyat.org/edisi19/artikel 3.htm; Internet; Diakses pada 6

    Oktober 2008.

    Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian, 2006. PengembanganModal Sosial Masyarakat dalam Upaya Membangun Kelembagaan dan Pemberdayaan

    Petani Miskin [Article On-Line]; diperoleh dari: www.geocities.com/syahyuti/

    2006socialcapital_proposal.pd; Internet; Diakses pada 22 Oktober 2008.

    Bank Dunia, 2001. Produsen Hortikultura dan Pengembangan Pasar Swalayan di Indonesia.

    [Article on-line]; Diperoleh dari: http://siteresources.worldbank.org/INTINDONESIA/Resources/Publication/280016- 1168483675167/holtikultura_sum_bh.pdf; Internet;

    Diakses pada 22 Oktober 2008.

    Budiasa, I.W. 2005. Subak dan Keberlanjutan Pengelolaan Sistem Pertanian Beririgasi di Bali.

    Dalam: Revitalisasi Subak dalam Memasuki Era Globalisasi. Diedit oleh: I Gde Pitana

    dan I Gede Setiawan Adi Putra. Yogyakarta: Penerbit Andi.

    Drommond T.J, Stacy Dysart, dan Andy Olson 2008. Pertanian Berkelanjutan [Article On-

    Line]; Diperoleh dari: http://www.lablink.or.id/Agro/agr-sust.htm; Internet; Diakses pada

    22 Oktober 2008.

  • 8/14/2019 Masalah Masalah Petani

    17/18

    17

    Hermas E Prabowo. 2008. Penyusutan Lahan Isu Utama Ketahanan Pangan. [Article on-line];

    Diperoleh dari: http://cetak.kompas.com/read/xml/2008/10/04/0145356/penyusutan.

    lahan.isu.utama. ketahanan.pangan; Internet; Diakses pada 6 Oktober 2008.

    Heryanti Suryantini. 2003. Kebutuhan Inforamsi dan Motivasi Kognitif Penyuluh Pertanian

    serta Hubungannya dengan Penggunaan Informasi (Kasus di Kabupaten Bogor Jawa

    Barat) Jurnal Perpustakaan Pertanian, Vol 12, No. 2, Tahun 2003; [Jurnal On-Line];Diperoleh dari: http://www.pustaka-deptan.go.id/publikasi/pp122031.pdf; Internet;

    Diakses pada 22 Oktober 2008.

    Margono Slamet. 2000. Pemantapan Posisi dan Meningkatkan Peran Penyuluhan Pembangunandalam Pembangunan. Dalam: Pemberdayaan Sumberdaya Manusia Menuju

    Terwujudnya Masyarakat Madani. Diedit oleh: Pambudy R dan Kardi A.K. Proseding

    Seminar Nasional. September 2000. Pustaka Wirausaha Muda. Bogor.

    Puspadi, Ketut. 2005. Kualitas SDM Penyuluhan Pertanian dan Pertanian Masa Depan di

    Indonesia. Dalam: Membentuk Pola Perilaku Manusia Pembangunan. Diedit oleh: IdaYustina dan Adjat Sudrajat. Bogor: IPB Press.

    Sabetghadam, Ahmad. 2003. Indigenous knowledge: Implications for the theory and practice of

    agricultural education and extension Agricultural Education Journal No. AATNQ88041; [Jurnal On-Line]; Diperoleh dari: http://proquest.umi.com.eserv.uum.edu.my/

    pqdweb?did=765280381&sid=3& Fmt=2&clientId=28929&RQT=309&VName=PQD;

    Internet; Diakses pada 6 Oktober 2008.

    Soedijanto Padmowihardjo. 2001. Penyelenggaraan Penyuluhan Pertanian dalam Pembangunan

    Sistem dan Usaha Agribisnis. Departemen Pertanian. Jakarta.

    Soedijanto Padmowihardjo. 2005. Penyuluhan sebagai Pilar Akselerasi Pembangunan

    Pertanian di Indonesia pada Masa Mendatang. Dalam: Membentuk Pola Perilaku

    Manusia Pembangunan. Diedit oleh: Ida Yustina dan Adjat Sudrajat. Bogor: IPB Press.

    Sutawan, N. 2005. Subak Menghadapi Tantantan Globalisasi. Perlu Upaya Pelestarian dan

    Pemberdayaan Secara Lebih Serius. Dalam: Revitalisasi Subak dalam Memasuki Era

    Globalisasi. Diedit oleh: I Gde Pitana dan I Gede Setiawan Adi Putra. Yogyakarta:

    Penerbit Andi.

    Sumardjo. 2005. Kepemimpinan dan Pengembangan Kelembagaan Perdesaan: Kasus

    Kelembagaan Ketahanan Pangan. Dalam: Membentuk Pola Perilaku Manusia

    Pembangunan. Diedit oleh: Ida Yustina dan Adjat Sudrajat. Bogor: IPB Press.

    Tempo Interaktif. 2004. PP RI No.68 Thn 2002 Tentang Ketahanan Pangan [Article on-line];

    Diperoleh dari:http://www.tempointeraktif.com/hg/peraturan/2004/03/29/prn,20040329-

    07,id.html; Diakses pada 6 Oktober 2008.

    Tjitropranoto, P. 2005. Penyuluhan Pertanian: Masa Kini dan Masa Depan. Dalam:

    Membentuk Pola Perilaku Manusia Pembangunan. Diedit oleh: Ida Yustina dan Adjat

    Sudrajat. Bogor: IPB Press.

  • 8/14/2019 Masalah Masalah Petani

    18/18

    18

    Van Den Ban dan Hawkins. 1999. Penyuluhan Pertanian. Agnes Dwina Herdiastuti, penerjemah.

    Terjemahan dari Agricultural Extention (Second Edition). Kanisius. Jakarta