mao tse-tung - on practice. on contradiction. on the correct handling of the contradictions among...

Download Mao Tse-Tung - On Practice. on Contradiction. on the Correct Handling of the Contradictions Among the People (Transl. Eng-Ind)

If you can't read please download the document

Upload: muhammadalkahf

Post on 30-Jul-2015

60 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Tentang Praktek Juli 1937 Mao Tse-tung * Pengantar: dulu di dalam Partai Komunis Tiongkok terdapat suatu golongan-golongan kaum doktriner yang untuk waktu yang lama, karena, mengabaikan pengalaman revolusi Tiongkok dan tidak mengakui kebenaran bahwa "Marxisme bukanlah dogma melankan suatu pedoman untuk beraksi". Menggertak sambal orang dengan kata-kata serta ucapan-ucapan dari karya-karya Marxis yang terlepas direnggutkan dari hubungannya. Juga terdapat segolongan kaum empirisis yang lama berpaku pada pengalaman sepotong2 mereka sendiri, tidak dapat memahami arti penting teori bagi praktek revolurioner dan juga tak dapat melihat situasi revolusioner~seluruhnya, dan dengan begitu bekerja secara membuta, meskipun dengan rajin. Revolusi Tiongkok dalam tabun 1931-1934 banyak dirugikan oleh ide-ide yang tidak tepat dari dua golongan kawan-kawan ini, terutama oleh golongan-golongan doktriner yang dengan memakai jubah Marxisme, menyesatkan banyak kawan-kawan. Karangan ini ditulis untuk membeberkan, dari pendirian teori Marxis tentang pengetuan, kesalalahan-kesalahan subyektif sedemikian itu di dalam Partai sebagai doktrinerisme dan empirisme, terutama doktrinerisme. Karena tekanannya diletakkan pada pembeberan subjekktivisme doktrinerer yang memperkecil praktek, maka karangan ini diberi judul "Tentang Praktek". Pandanganpandangan ini mula-mula dikemukakan dalam sebuah kuliah dalam Kolege Militer dan Politik Anti-Jepang di Yenan. (Komisi Penerbit Pilihan Tulisan Mao Tje-tung dari CC Partai Komunis Tiongkok) *** Materialisme pra-Marxis tidak dapat mengerti akan ketergantungan pengetahuan pada praktek sosial. yaitu, ketergantungan pengetahuan pada produksi dan perjuangan klas. sebab ia meninjau masalah pengetahuan terlepas dari sifat kemasyarakatan manusia, terlepas dari perkembangan sejarahnya. Pertama2, seorang Marxis menganggap aktivitet produktif manusia sebagai aktivitet praktis yang paling fundamentil, sebagai yang menentukan semua aktivitet lainnya. Dalam pengetahuannya manusia, bergantung terutama pada aktivitet didalam produksi materiil, berangsur2 mengerti tentang gejala-gejala alam, tentang ,ciri alam, hukum-hukum alam dan hubungan-hubungan antara dia sendiri dengan alam; dan melalui aktivitet produktif dia juga berangsur2 memperoleh pengertian dalam tingkat yang berbeda2 tentang saling-hubungan tertentu manusia. Tidak ada pengetahuan sedemikian itu yang dapat diperoleh terlepas dari aktivitet produktif. Di dalam masyarakat yang tak berklas, setiap orang. sebagai anggota masyarakat, turut berusaha bersama2 dengan anggota2 lainnya, memasuki hubungan2 produksi tertentu dengan mereka, dan melakukan aktivitet produktif untuk memecahkan masalah kehidupan materiil. Sebaliknya, didalam berbagai macam masyarakat yang berklas, anggota2 masyarakat dari semua klas dengan lain2 cara juga memasuki hubungan2 produksi tertentu dan melakukan aktivitet produktif untuk memecahkan masalah kehidupan materiil. Inilah sumber primer dari mana berkembang pengetahuan manusia. Praktek sosial manusia tidak terbatas pada aktivitet produktif saja; banyak bentuk2 aktivitet lainnya perjuangan klas. kehidupan politik, aktivitet ilmiah dan kesenian; pendeknya, manusia dalam masyarakat turut serta dalam semua lapangan kehidupan praktek sosial. Jadi dalam pengetahuannya manusia, disamping mengetahui hal-ikhwal melalui kehidupan materiil, mengetahui dalam tingkat-tingkat yang berbeda-beda berbagai macam saling-hubungan manusia melalui kehidupan politik dan kehidupan kebudayaan (yang ke-dua2nya rapat berhubungan dengan kehidupan materiil). Diantaranya, berbagai bentuk perjuangan klas melakukan pengaruh yang terutama mendalam atas perkernbangan pengetahuan manusia. Di dalam masyarakat yang berklas setiap orang hidup didalam kedudukan klas tententu dan setiap cara berfikir selalu bercapkan cap suatu klas. Orang Marxis berpendapat bahwa aktivitet produktif di dalam masyarakat manusia berkembang selangkah demi selangkah dari tingkat yang lebih rendah ke tingkat yang lebih tinggi, dan oleh karenanya pengetahuan manusia baik tentang alam maupun tentang masyarakat, juga berkembang selangkah demi selangkah dari tingkat yang lebih rendah ke tingkat yang lebih tinggi, yaitu, dari yang dangkal sampai pada yang dalam dan dari yang satu-segi sampai pada yang banyak-segi. Selama periode yang sangat lama di dalam sejarah, manusia terbatas pada pengertian yang satu-segi saja tentang sejarah masyarakat sebab, di satu pihak pandangan2 yang berprasangka dari klas2 penghisap senantiasa memutarbalikkan sejarah masyarakat dan, di pihak lain produksi secara kecil2an membatasi pandangan manusia. Baru sesudah munculnya proletariat modern bersama2 dengan tenaga2 produktif yang besar (industri1besar2an) manusia dapat memperoleh pengertian yang luas menurut sejarah tentang perkembangan sejarah masyarakat dan mengubah pengetahuannya tentang masyarakat menyadi ilmu, ilmu Marxisme. Orang Marxis berpendapat bahwa hanyalah praktek sosial manusia saja yang menyadi ukuran kebenaran dari pengetahuannya tentang dunia luar. Sebenarnya. pengetahuan manusia menyadi teruji hanya apabila dia, dalam proses praktek sosial (dalam proses produksi materiil, proses perjuangan klas dan percobaan ilmiah), mencapai hasil2 yang diharapkan. Jika manusia hendak mencapai sukses dalam pekerjaannya, yaitu, mencapai hasil2 yang diharapkan, maka dia harus menyesuaikan pikiran2nya dengan hukum-hukum dunia objektif sekelilingnya; jika pikiran2 itu tidak cocok, maka dia akan gagal dalam praktek. Jika dia gagal dia akan menarik pelajaran2 dari kegagalannya, mengubah ide-idenya, guna disesuaikan dengan hukum-hukum dunia objektif dan dengan begitu mengubah kegagalan menjadi sukses; inilah yanq dimaksudkan dengan "kegagalan adalah ibu sukses", dan dengan "jatuh kedalam lubang, suatu keuntungan dalam akal". Teori materialisme dialektis tentang pengetahuan mengangkat praktek pada tempat pertama. berpendapat hahwa pengetahuan manusia sedikipun tidak dapat dipisahkan dari praktek, dan menolak semua teori yang tidak tepat yang tidak mengakui arti penting praktek atau yang memisahkan pengetahuan dari praktek. Demikianlah Lenin berkata. "Praktek adalah lebih tinggi daripada pengetahuan (teori) karena ia tidak hanya mempunyai nilai keumuman tapi juga nilai realitet yang langsung.1) Filsafat Marxis, yaitu materialisme dialektis, mempunyai dua ciri yang sangat menondjol: yang satu ialah watak klasnya, pernyataannya yang terang-terangan bahwa materialisme dialektis mengabdi kepada proletariat: lainnya ialah kepraktisannya, tekanannya pada ketergantungan teori pada praktek, tekanan pada praktek sebagai dasar teori yang sebaliknya mengabdi kepada praktek. Dalam menimbang kebenaran pengetahuan atau teori orang, orang tak dapat bergantung pada perasaan-perasan subyektifnya mengenai itu, tetapi pada hasil objektifnya di dalam praktek sosial. Hanyalah praktek sosial yang dapat menyadi ukuran kebenaran. Pendirian praktek adalah pendirian yang pertama dan pokok di dalam teori materialisme dialektis tentang pengetahuan.2) Tetapi bagaimana toh timbulnya pengetahuan manusia dari praktek dan sebaliknya mengabdi kepada praktek ? Hal ini menjadi terang sesudah menilik sepintas lalu proses perkembangan pengetahuan. Sebenarnya manusia, dalam proses praktek, melihat mula2 hanya gejala-gejala dari berbagai-bagai hal-ikhwal, segi2nya yang terpisah-pisah, hubungan2 luarnya. Misalnya, beberapa orang tamu datang ke Yenan untuk mengadakan perjalanan peninjauan; pada hari pertama atau kedua, mereka melihat topografi (perpetaan), jalan-jalan dan rumah: di Yenan; menemui sejumlah orang-orang, mengundjungi perjamuan2, pertemuan2 petang hari dan rapat2 besar; mendengar berbagai macam pembicaraan; dan membaca berbagai-bagai dokumen kesemuaya ini adalah gejala2 hal-ikhwal2, segi-segi yang terpisah-pisah dari hal-ikhwal2, hubungan2 luar di antara hal-ikhwal2 sedemikian itu. Ini dinamakan tingkatan pengetahuan persepsi, yaitu, tingkatan persepsi2 (penginderaan) dan impresi' (kesan2). Yaitu, berbagai-bagai hal-ikhwal di Yenan mengenai panca-indera para anggota rombongan peninjau itu, menimbulkan persepsi2 pada mereka, dan meninggalkan dalam pikiran mereka banyak impresi, bersama-sama dengan suatu ide tentang hubungan-hubungan luar yang -umum diantara impresi2 ini: ini adalah tingkatan pengetahuan yang pertama. Pada tingkatan ini, manusia belum bisa membentuk konsep-konsep yang mendalam atau menarik kesimpulan2 yang sesuai dengan logika. Karena praktek sosial terus berlangsung, maka hal ikhwal2 yang menimbulkan persepsi'-persepsi dan impresiimpresi manusia selama dalam prakteknya diulangi berkali-kali; kemudian terjadilah suatu perubahan yang tiba-tiba (suatu lompatan) dalam proses pengetahuan dalam pikiran manusia, yang mengakibatkan timbulnya konsepsikonsepsi. Konsepsi yang sedemikian itu tidak lagi merupakan gejala-gejala hal ikhwal, segi-seginya yang terpisahpisah, atau hubungan2 luarnya, tetapi merangkum hakekatnya, keseluruhannya dan hubungan-hubungan internnya. Konsepsi berbeda dengan persepsi tidak hanya secara kwantitatif tetapi juga secara kwalitatif. Berjalan terus lebih jauh dan menggunakan metode menimbang serta menarik kesimpulan, kita kemudian dapat menarik kesimpulankesimpulan yang sesuai denqan logika. Apa yang disebut dalam Dongengan Tiga Kerajaan "dengan mengerutkan kening orang mendapat siasat", atau dalam bahasa kita se-hari2 "nanti dulu, saya pikir" itu justru menunjukkan kepada prosedur manusia memakai konsepsi2 dalam pikirannya untuk membentuk pertimbangan-pertimbangan dan menarik kesimpulan-kesimpulan. Ini adalah tingkatan pengetahuan yang kedua. Para tamu kita, para anggota rombongan peninjau itu, sesudah mengumpulkan berbagai macam bahan-bahan dan selanjutnya "memikirkan bahan-bahan itu", mereka bisa sampai pada keputusan berikut: "politik Front Persatuan Nasional Anti-Jepang dari Partai Komunis adalah sungguh2, tulus dan jujur". Sesudah mengambi1 keputusan ini, mereka dapat, jika mereka jujur terhadap persatuan untuk pembebasan nasional, maju selangkah lebih jauh dan menarik kesimpulan berikut: "Front Persatuan Nasional Anti-Jepang bisa sukses". Dalam seluruh proses pengetahuan manusia tentang sesuatu, konsepsi, pertimbangan dan kesimpulan merupakan tingkatan yang lebih penting, tingkat pengetahuan rasionil. Tugas pengetahuan yang sesungguhnya ialah mencapai pikiran melalui persepsi, mencapai pengertian secara berangsur2 tentang kontradiksi-kontradiksi intern dari hal-ikhwal2 objektif, hukum-hukumnya dan hubungan2 intern dari berbagai-bagai proses yaitu mencapai pengetahuan yang logis. Diulangi, sebab mengapa pengetahuan yang logis itu lain dengan pengetahuan persepsi ialah karena pengetahuan persepsi adalah mengenaisegi2 yang terpisah2, gejala2, hubungan-hubungan luar dari hal-ikhwal; sedangkan pengetahuan logis mengambil langkah maju yang besar untuk mencapai keseluruhan, hakekat dan hubungan2 intern dari hal ikhwal; menyingkapkan kontradiksi2 intern dari dunia sekeliling, dan oleh karena itu sanggup menangkap perkembangan dunia sekeliling dalam keseluruhannya, dalam hubungan-hubungan intern di antara semua seginya. Teori materialis dialektis tentang proses perkembangan pengetahuan sedemikian itu, berdasarkan praktek dan mulai dari yang dangkal sampai pada yang dalam, tidak pernah diajukan oleh siapapun juga sebelum lahirnya Marxisme. Materialisme Marxis untuk pertama kalinya secara tepat memecahkan masalah proses perkembangan pengetahuan, menunjukkan baik secara materialis maupun secara dialektis proses pengetahuan yang mendalam, proses bagaimana pengetahuan persepsi berubah menjadi pengetahuan logis melalui praktek yang kompleks dan berulang2 secara tetap dari produksi dan perjuangan klas manusia dalam masyarakat. Lenin berkata: "Konsepsi yang abstrak mcngenai materi, tentang hukam alam, tentang nilai ekonomi atau sesuatu abstraksi ilmiah lainnya ( yaitu yang tepat dan pokok" tidak palsu atau dangkal) mencerminkan alam secara lebih dalam, lebih sebenarnya dan lebih sepenuhnya".3) Marxisme-Leninisme berpendapat bahwa ciri2 dari dua tingkatan proses pengetahuan itu ialah bahwa, pada tingkatan yang lebih rendah, pengetahuan itu menampakkan diri dalam bentuk persepsi, sedang pada tingkatan yang lebih tinggi ia menampakkan diri dalam bentuk logis; tetapi kedua tingkatan itu termasuk dalam satu proses pengetahuan yang tunggal. Persepsi dan akal adalah berlainan sifatnya, tetapi tidak terpisah satu dengan lainnya, mereka dipersatukan atas dasar praktek. Praktek kita membuktikan bahwa hal-ikhwal yang terindra tidak terus segera bisa kita fahamkan dan bahwa hanya hal-ikhwal yang dimengerti dapat diindrakan secara lebih mendalam. Persepsi hanya memecahkan masalah gejala2; hanya akal saja yang memecahkan masalah hakekat. Masalah-masalah sedemikian itu tak akan dapat dipecahkan terlepas dari praktek. Seseorang yang hendak mengetahui sesuatu, tidak mempunyai jalan untuk melakukan itu kecuali dengan mengadakan kontak dengannya, yaitu, dengan hidup (mempraktekkan) disekitarnya. Di dalam masyarakat feodal orang tidak mungkin mengetahui lebih dulu hukum-hukum masyarakat kapitalis sebab, dengan belum munculnya masyarakat kapitalis diatas panggung, maka tidak ada praktek yang sesuai dengan masyarakat kapitalis. Marxisme hanyalah bisa merupakan produk (hasil) masyarakat kapitalis. Dalam abad kapitalisme persaingan bebas, Marx tidak bisa mengetahui sebelumnya secara khas beberapa diantara hukum-hukum yang khusus mengenai zaman imperialisme, sebab imperialisme tingkat terakhir kapitalisme belum muncul dan praktek yang cocok dengan itu tidak ada; hanya Lenin dan Stalin yang dapat memikul tugas ini. Selain dari zenialitet mereka, sebab mengapa Marx, Engels, Lenin dan Stalin dapat mengerjakan teori mereka adalah terutama turut sertanya mereka sendiri dalam praktek perjuangan klas dan pengambilan percobaan ilmiah pada zamannya; tanpa ini berapapun juga banyaknya zenialitet tak dapat membawa sukses. Pepatah "seorang sarjana tidak meiangkah keluar dari pintu gerbangnya, namun mengetahui semua kejadian di bawah matahari" hanyalah omong-kosong belaka di alam zaman dahulu yang belum maju dalam teknologi; dan sekalipun pepatah ini bisa berlaku dalam abad kemajuan teknologi sekarang, namun orang-orang dengan pengetahuan dari tangan pertama yang sesungguhnya adalah mereka yang melakukan praktek, dan hanya sesudah mereka memperoleh "pengetahuan'' melalui praktek mereka, dan sesudah pengetahuan, mereka dengan perantaraan tulisan dan teknologi, sampai pada tangan "sarjana", barulah "sarjana" itu dapat mengetahui secara tak langsung "kejadian-kejadian di bawah matahari". Jika seorang hendak mengetahui hal-ikhwal tertentu atau macam2 hal-ikhwal tertentu secara langsung, maka hanyalah dengan turutsertanya secara pribadi dalam perjuangan praktis untuk mengubah realitet, untuk mengubah hal-ikhwal itu atau macam2 hal-ikhwal itu, bahwa dia dapat mengadakan kontak dengan gejala dari hal-ikhwal2 itu atau macam2 hal-ikhwal itu; dan hanyalah selama perjuangan praktis untuk mengubah realitet, dimana dia secara pribadi turutserta, bahwa dia dapat menyingkapkan hakekat hal-ikhwal itu atau macam2 hal-ihkwal itu dan memahaminya. Inilah jalan menuju ke pengetahuan yang sesungguhnya yang dilalui oleh setiap orang, hanya beberapa orang saja, yang dengan sengadja memutarbalikkan hal-ikhwal-hal ikhwal, mendalilkan sebaliknya. Orang yang paling menggelikan di dunia ialah "orang yang kemintar" yang sesudah memperoleh sedikit pengetahuan yang setengah matang dari kabar angin memproklamasikan dirinya "orang nomor satu di dunia", ini hanyalah menunjukkan.bahwa dia belum mengukur dirinya dengan selajaknya. Soal pengetahuan adalah soal ilmu, dan disini tidak boleh ada ketidakjujuran dan kesombongan barang sedikitpun: yang dibutuhkan adalah pasti kebalikannya-sikap jujur dan rendah hati. Jika orang hendak memperoleh pengetahuan, orang harus turutserta dalam praktek mengubah realitet. Kalau orang hendak mengetahui rasanya sebnah pir maka orang harus mengubah pir itu dengan memakannya sendiri. Jika orang hendak mengetahui komposisi dan sifat-sifat atom orang harus melakukan percobaan dalam fisika dan kimia untuk mengubah keadaan atom. Jika orang hendak mengetahui teori dan metode revolusi orang harus turutserta dalam revolusi. Semua pengetahuan yang sejati berasal dari pengalaman yang langsung. Tetapi manusia tidak dapat mempunyai pengalaman langsung dalam segala-galanya; sebenarnya, sebagian besar dari pengetahuan kita berasal dari pengalaman yang tak langsung, misalnya, semua pengetahuan tentang zaman purbakala dan neger-negeri asing. Bagi orang-orang zaman purbakala dan orang, asing, pengetahuan itu berasal dari pengalaman langsung: kalau, sebagai pengalaman langsung dari orang-orang zaman purbakala dan orang-orang3asing, pengetahuan itu memenuhi syarat "abstraksi secara ilmiah" seperti yang disebutkan oleh Lenin, dan secara ilmiah mencerminkan hal-ikhwal objektif, maka pengetahuan itu dapat dipercaya, kalau tidak ia bukan pengetahuan yang dapat dipercaya. Dari itu pengetahuan manusia adalah terdiri dari dua bagian lain tidak, dari pengalaman langsunq dan pengalaman tak langsung. Dan apa yang merupakan pengalaman tak langsung bagiku adalah sebaliknya merupakan pengalaman langsung bagi orang lain Karena itu, mengambil pengetahuan dalam keseluruhannya, pengetahuan macam apapun tidaklah terpisahkan dari pengalaman langsung. Sumber semna pengetahuan terletak dalam persepsi melalui panca indera jasmani manusia tentang dunia obyektif di sekelilingnya: jika seseorang tidak mengakui persepsi itu, tidak mengakui pengalaman langsung, dan tidak mengakui pengambilan-bagian secara pribadi dalam praktek mengubah reialitet, maka dia bukanlah seorang materialis. Itulah sebabnya mengapa "orang-orang yang kemintar" itu menggelikan. Orang Tiongkok mempunyai peribahasa kuno: "Bagaimana orang bisa mendapat anak-anak harimau dengan tidak memasuki gua harimau?" Peribahasa ini berlaku baik bagi praktek manusia maupun bagi teori pengetahuan. Tidak bisa ada pengetahuan yang terlepas dari praktek. Sambungan Untuk membikin jelas proses materialis-dialektis dari pengetahuan yang timbul dari praktek mengubah realitet--proses pengetahuan yang mendalam secara berangsur-angsur-- di bawah ini diberikan beberapa contoh yang kongkrit lebih lanjut: Dalam pengetahuannya tentang masyarakat kapitalis dalam periode pertama dari prakteknya periode pengrusakan mesin-mesin dan perjuangan yang spontanproletariat, yang masih dalam tingkatan pengetahuan persepsi, hanya tahu segi-segi yang terpisah-pisah dan hubungan luar dari berbagai-bagai gejala kapitalisme. Pada masa itu proletariat adalah apa yang kita sebut "klas sendirinya". Tetapi ketika klas ini mencapai periode yang kedua dari prakteknya (periode perjuangan ekonomi dan perjuangan politik secara sedar, secara terorganisasi), ketika melalui prakteknya, melalui pengalamannya yang diperoleh dalam perjuangan-perjuangan jangka panjang, dan melalui pendidikan-pendidikannya dalam teori Marxis, yang merupakan penyimpulan pengalaman-pengalaman ini oleh Marx dan Engels menurut metode ilmiah, ia menjadi mengerti akan hakekat masyarakat kapitalis, mengerti akan hubungan-hubungan penghisapan diantara klas-klas sosial, dan- mengerti akan tugas sejarahnya sendiri, dan kemudian menjadi "klas untuk dirinya sendiri". Begitu pula dengan pengetahuan Rakyat Tiongkok tentang imperialisme. Tingkatan yang pertama adalah tingkatan pengetahuan persepsi yang dangkal, seperti ditunjukkan dengan perjuangan-perjuangan anti asing yang tidak pandang-bulu dari Gerakan Kerajaan Keinderaan Taiping" Gerakan Boxer, dll. Barulah pada tingkatan kedua Rakyat Tiongkok sampai pada pengetahuan rasionil, ketika, mereka melihat kontradiksi-kontradiksi intern dan luar imperialisme, dan juga hakekat penindasan serta penghisapan atas massa luas Tiongkok oleh imperialisme yang bersekutu dengan komprador-komprador dan klas feodal Tiongkok; pengetahuan sedemikian itu mulai timbul baru kira-kira dalam masa Gerakan Empat Mei 1919. Marilah kita lihat pula peperangan. Jika mereka yang memimpin peperangan tidak mempunyai pengalaman perang, maka dalam tingkatan permulaan mereka tidak akan mengerti akan hukum-hukum yang mendalam untuk memimpin peperangan tertentu (misalja Perang Agraria Revolusioner kita sepuluh tahun yang lalu). Dalam tingkatan permulaan mereka hanya mendapat pengalaman banyak bertempur, dan tambahan pula, menderita banyak kekalahan. Tetapi dari pengalaman sedemikian itu (pengalaman pertempuran-pertempuran yang menang dan terutama sekali pengalaman pertempuran-yang kalah); mereka dapat mengerti akan benang intern dari seluruh peperangan, yaitu, hukum-hukum yang menguasai peperangan tertentu itu, dapat mengerti akan strategi dan, taktik dan oleh karena itu mereka dapat memimpin peperangan-peperangan itu dengan kejakinan. Pada saat yang sedemikian itu, jika seorang yang tidak berpengalaman mengambilalih komando, maka dia juga tidak dapat mengerti akan hukum-hukum yang sungguh-sungguh benar dari peperangan itu sebelum dia menderita sejumlah kekalahan2 (sebelum dia memperoleh pengalaman). Kita sering merrdengar perkataan seorang kawan apabila dia tidak mempunyai keberanian untuk menerima suatu tugas: "Saya tidak mempunyai keyakinan". Apa sebabnya dia tidak mempunyai keyakinan ? Sebab dia tidak mempunyai pengertian yang sistimatis tentang sifat dan syarat-syarat pekerjaan itu atau sebab dia mempunyai sedikit atau bahkan tidak mempunyai kontak dengan pekerjaan macam ini; dari sebab itu hukum-hukum yang menguasainya tak dapat dia fahamkan. Sesudah mengadakan analisa secara merinci tentang sifat dan syarat-syarat pekerjaan itu, dia akan merasa lebih berani dan menjadi bersedia untuk melakukannya. Jika, sestudah melakukan pekerjaan itu beberapa waktu lamanya, orang ini telah mendapat pengalaman dalam pekerjaan tersebut, dan jika lain daripada itu dia mau memandang hal-ikhwal dengan pikiran terbuka dan tidak menimbang masalah-masalah secara subyektif, satu-segi saja dan secara dangkal, maka dia akan dapat menarik kesimpulan-kesimpulan mengenai bagaimana seharusnya meneruskan pekerjaannya dan kepercayaannya pada diri sendiri akan banyak bertambah. Hanya mereka yang memandang masalah-masalah secara subyektif, satu-segi saja dan secara dangkal dan, sesampainya di sesuatu tempat terus mengeluarkan perintah-perintah atau petundjuk-petunjuk dengan rasa puas pada diri sendiri tanpa mem pertimbangkan keadaan-keadaan, tanpa meninjau hal-ikhwal dalam keseluruhannya (sejarahnya dan siuasinyasekarang sebagai suatu keseluruhan)` dan tanpa mengadakan kontak dengan hakekat hal-ikhwal itu (sifat2nya dan hubungan intern antara satu hal-ikhwal dengan hal-ikhwal lainnya), yang pasti tersandung. Jadi langkah pertama dalam proses pengetahuan ialah kontak dengan hal-ikhwal dari dunia luar, ini termasuk dalam tingkatan persepsi. Langkah kedua ialah sintese dari bahan-bahan persepsi dengan mengadakan pengaturan kembali atau penyusunan kembali: ini terrmasuk dalam tingkatan konsepsi, pertimbangan dan kesimpulan. Hanyalah apabila bahan-bahan persepsi itu sangat kaya (tidak sepotong2 atau tak lengkap) dan bersesuaian dengan realitet (tidak khayali) maka kita dapat, berdasarkan bahan-bahan itu, membentuk konsepsi2 yang benar dan melakukan argumentasi yang tepat. Disini dua hal penting harus ditekankan. Yang pertama, suatu hal yang telah disebutkan di muka tapi harus diulangi disini, ialah soal ketergantungan pengetahuan rasionil pada pengetahuan persepsi. Adalah seorang idealis yang berpendapat bahwa pengetahuan rasionil tidak perlu berasal dari pengetahuan persepsi. Dalam sejarah filsafat terdapat apa yang dinamakan aliran "rasionalis" yang mengakui hanya kebenaran akal, tetapi tidak mengakui kebenaran pengalaman, menganggap hanya akal sajalah yang bisa dipercaya dan pengalaman persepsi tidak bisa dipercaya; kesalahan dari aliran ini terletak dalam menjungkirbalikkan hal-ikhwal-hal ikhwal. Yang rasionil dapat dipercaya justru karena ia bersumber pada yang bersifat persepsi; kalau tidak ia akan seperti air tanpa mata air atau pohon tanpa akar, sesuatu yang subyektif, spontan dan tak dapat dipercaya. Mengenai urut-urutan, dalam proses pengetahuan, pengalaman persepsi timbul lebih dulu; kita tekankan arti-penting dari praktek sosial dalam proses pengetahuan justru karena hanya praktek sosial saja yang dapat menimbulkan pengetahuan manusia dan memulakan dia mendapatkan pengalaman persepsi dari dunia objektif disekelilingnya. Bagi seseorang yang menutup mata, menutup telinganya dan samasekali mengasingkan diri dari dunia objektif tidak akan mungkin ada bicara tentang pengetahuan. Pengetahuan mulai dengan pengalaman inilah materialisme dari teori pengetahuan. Hal yang kedua ialah bahwa pengethuan itu masih harus diperdalam, tingkatan pengetahuan persepsi masih harus diperkembang ke tingkatan rasionil inilah dialektika teori pengetahuan.4) Berpendapat bahwa pengetahuan bisa berhenti pada tingkatan persepsi yang rendah dan, bahwa hanya pengetahuan persepsi saja yang dapat dipercaya sedang pengetahuan rasionil tidak, akan merupakan pengulangan kesalahan "empirisisme" dalam sejarah. Teori ini salah dengan tidak dapat menyadari bahwa, sekalipun bahan2 persepsi itu mencerrminkan hal-ikhwal tertentu yang nyata dari dunia objektif (disini saja tidak membicarakan empirisisme idealis yang membatasi pengalaman pada apa yang dinamakan introspeksipenyelidikan-diri), namun bahan-bahan ini hanya sepotong-sepotong dan dangkal, mencerminkan hal-ikhwal secara tak lengkap dan bukannya merupakan hakekatnya. Untuk mencerminkan sesuatu sepenuhnya dalam keseluruhannya, untuk mencerminkan hakekatnya dan hukum-hukumnya yang bersenyawa, adalah perlu, melalui pemikiran, membangun suatu sistim konsepsi-konsepsi dan teori-teori dengan mengenakan bahan-bahan persepsi yang berlimpah-limpah itu pada proses pembentukan kembali dan penyusunan kembali membuang yang kasar dan memilih yang halus, menyingkirkan yang lancung dan mempertahankan yang benar, maju dari satu titik ke titik lain dan terus masuk dari luar ke dalam; adalah perlu melompat dari pengetahuan persepsi ke pengetahuan rasionil. Pengetahuan yang merupakan penjusunan-kembali sedemikian itu tidaklah menjadi lebih kosong atau kurang dapat dipercaya; sebaliknya, apa saja yang sudah disusun kembali secara ilmiah atas dasar praktek di dalam proses pengetahuan adalah sesuatu yang, sebagaimana kata Lenin, mencerminkan hal-ikhwal objektif dengan lebih dalam, lebih benar, lebih sempurna. Bertentangan dengan ini pekerja-pekerja keras yang vulger, yang menghormati pengalaman tetapi merendahkan teori tak dapat berpandangan luas mengenai seluruh proses objektif, tidak mempunyai tujuan yang jelas dan perspektif yang jauh, tetapi merasa puas pada diri-sendiri dengan sukses, sekali-kali dan dengan pandangan selebar lubang-pengintip. Seandainya orang-orang ini harus memimpin revolusi, maka mereka akan membawanya ke jalan buntu. Teori materialis-dialektis tentang pengetahuan ialah bahwa pengetahuan rasionil bergantung pada pengetahuan persepsi dan pengetahuan persepsi masih harus dikembangkan menjadi pengetahuan rasionil. Baik "rasionalisme" maupun "empirisisme" dalam filsafat tidak mengakui sifat historis atau dialektis dari pengetahuan, dan walaupun masing-masing mengandung suatu segi kebenaran (disini yang saya maksudkan ialah rasionalisme dan empirisisme materialis, bukan rasionalisme dan empirisisme idealis), kedua-duanya salah dalam teori pengetahuan sebagai suatu keseluruhan. Proses pengetahuan yang materialis-dialektis dari yang bersifat persepsi ke rasionil berlaku bagi proses pengetahuan yang kecil (misalnya, mengetahui satu hal-ikhwal atau tugas) dan juga bagi proses pengetabuan yang lebih besar (misalnya mengetahui seluruh masyarakat atau suatu revolusi). Tetapi proses pengetahuan tidak berakhir disini. Keterangan bahwa proses pengetahuan yang materialisdialektis berhenti pada pengetahuan rasionil, meliputi hanya setengah dari masalahnya. Dan sejauh mengenai filsafat Marxis, ia meliputi hanya setengahnya yang tidak teristimewa pentingnya. Apa yang oleh filsafat Marxis, dianggap sebagai masalah yang paling penting tidaklah terletak dalam memahami hukum-hukum dunia objektif dan dengan begitu menjadi sanggup untuk menerangkannya, tetapi secara aktif mengubah dunia dengan mempergunakan pengetahuan tentang hukum-hukumnya yang objektif. Dari pendirian Marxis, teori adalah penting, dan artipentingnya ditunjukkan sepenuhnya dalam pernyataan Lenin: :Tanpa teori revolusioner tak dapat ada gerakan5revolusioner".5) Tetapi Marxisme menekankan arti-pentingnya teori justru dan hanya karena ia dapat membimbing aksi. Jika kita mempunyai teori yang tepat, tetapi hanya mengobrolkannya, menyimpan dan tidak mempraktekkannya, maka teori itu, bagaimanapun juga baiknya tidak mempunyai arti. Pengetahuan mulai dengan praktek. mencapai bidang teori melalui praktek. dan kemudian harus kembali lagi ke praktek. Fungsi aktif dari pengetahuan tidak hanya menyatakan diri dalam lompatan aktif dari pengetahuan persepsi ke pengetahuan rasionil, tapi juga dan ini yang lebih pentingdalam lompatan dari pengetahuan rasionil ke praktek revolusioner. Pengetahuan yang memungkinkan kita menangkap hukum-hukum dunia harus ditujukan kembali kepada praktek mengubah dunia, yaitu, ia harus kembali dipergunakan dalam praktek produksi, dalam praktek perjuangan klas revohsioner dan perjuangan nasional revolusioner dan juga dalam praktek-praktek pengambilan percobaan ilmiah. Inilah proses menguji dan mengembangkan teori, lanjutan dari seluruh proses pengetahuan. Masalah apakah teori itu sesuai dengan realitet objektif tidaklah dipecahkan seluruhnya dalam proses pengetahuan dari yang bersifat persepsi ke yang rasionil seperti dilukiskan dimuka, juga tidak dapat dipecahkan selengkapnya dengan cara ini. Satu-satunya jalan untuk memecahkan seluruhnya ialah mengembalikan pengetahuan rasionil ke praktek sosial, mengenakan teori pada praktek dan melihat apakah ia dapat mencapai hasil-hasil yang diharapkan. Banyak teori tentang ilmu alam dianggap benar tidak hanya karena teori, itu dianggap benar pada waktu para sarjana alam menentukannya, tapi juga karena sudah diuji dalam praktek ilmiah kemudian. Begitu pu1a Marxisme-Leninisme dianggap benar tidak hanya karena ia dianggap benar ketika Marx, Engels, Lenin dan Stalin merumuskannya secara ilmiah, tetapi juga karena ia telah diuji dalam praktek perjuangan klas revolusioner dan perjuangan nasional revolusioner kemudian. Materialisme dialektis adalah suatu kebenaran umum karena tidaklah mungkin bagi siapapun untak hindar dari padanya dalam prakteknya. Sejarah .pengetahuan manusia mengatakan kepada kita bahwa kebenaran dari banyak teori tidak lengkap dan bahwa ketidaklengkapan ini diperbaiki hanya melalui ujian praktek. Banyak teori tidak tepat, dan adalah melalui ujian praktek ketidaktepatannya itu akan dibetulkan. Itulah sebabnya mengapa praktek dinamakan ukuran kebenaran dan mengapa"pendirian kehidupan, pendirian praktek, harus yang pertama dan fundamentil dalam teori pengetahuan".6) Stalin mengatakan dengan tepat: "Teori menjadi tak bertujuan jika ia tidak dihubungkan praktek revolusioner, seperti juga praktek akan meraba-raba dalam kegelapan jika jalannya tidak diterangi oleh teori revolusioner".7) Apabila kita sampai di sini, apakah proses pengetahuan sudah selesai ? Jawaban kita: ya dan tidak. Apabila manusia dalam masyarakat mencurahkan diri pada praktek mengubah suatu proses obyektif tertentu pada tingkatan perkembangannya tertentu (apakah mengubah proses alam atau proses sosial), maka dengan pencerminan proses obyektif itu dalam pikirannya dan dengan berlakunya aktivitet subyektifnya sendiri, dia dapat memajukan pengetahuannya dari yang bersifat persepsi sampai pada yang rasionil dan melahirkan ide-ide, teori-teori rencanarencana atau program-program yang pada umumnya cocok dengan hukum-hukum dari proses obyektif itu; dia kemudian mempraktekkan ide-ide, teori-toeri, rencana-rencana atau program ini dalam proses objektif yang sama itu: dan proses pengetahuan mengenai proses yang kongkrit ini dapat dianggap sebagai sudah selesai jika dia. melalui praktek dalam proses objektif itu, dapat mewujudkan tujuannya yang ditetapkan lebih dulu yaitu jika dia dapat mengubah atau pada umumnya mengubah ide-ide, teori-teori, rencana-rencana atau program-program yang ditetapkan lebih dulu itu menjadi kenyataan. Misalnya, dalam proses mengubah alam, seperti dalam pelaksanaan rencana pembangunan mesin-mesin, pengujian hipotesa ilmu, pembikinan perkakas atau alat-alat, pemungutan hasilbumi; atau dalam proses mengubah masyarakat, seperti dalam kemenangan suatu pemogokan, kemenangan suatu peperangan, pelaksanaan rencana pendidikan kesemuanya ini dapat dianggap sebagai perwujudan tujuan-tujuan yang ditetapkan lebih dulu. Tetapi berbicara secara umum, baik dalam praktek, mengubah alam maupun mengubah masyarakat, ide-ide, teori-teori, rencana, atau program-program orang yang asli jarang yang dilaksanakan tanpa sesuatu perubahan apapun. Ini adalah karena orang-orang yang melakukan pengubahan realitet menderita banyak pembatasan-pembatasan: mereka terbatas tidak hanya dalam syarat-syarat ilmu dan teknologi, tapi juga dalam tingkat perkembangan dan penyingkapan proses objektif itu sendiri (dalam kenyataan bahwa segi-segi dan hakekat dari proses objektif itu belum disingkapkan sepenuhnya). Dalam keadaan sedemikian itu, ide-ide, teori-teori, rencana-rencana atau program-program seringkali diubah sebagian dan kadang-kadang bahkan diubah sama-sekali bersama-sama dengan didapatnya hal-hal yang tak tersangka-sangka selama dalam praktek. Artinya, ada terjadi bahwa ide-ide, teori-teori, rencana-rencana atau program-program yang asli sebagian atau seluruhnya bisa tidak sesuai dengan realitet dan sebagian atau sama-sekali tak tepat. Dalam banyak hal, kegagalan harus diulangi beberapa kali sebelum pengetahuan yang salah dapat dibetulkan dan dibikin cocok dengan hukum-hukum proses objektif, sehingga hal-ikhwal yang subyektif dapat diubah menjadi hal-ikhwal yang objektif, yaitu hasil-hasil yang diharapkan dapat dicapai dalam praktek. Tetapi bagaimanapun juga, pada titik sedemikian itu proses pengetahuan manusia tentang suatu proses objektif tertentu pada tingkatan perkembangannya yang tertentu dipandang sebagai sudah selesai. Akan tetapi mengenai proses pengetahuan manusia tidak bisa ada habisnya. Karena setiap proses, baik dalam dunia alam maupun dunia sosial, maju dan berkembang melalui kontradiksi-kontradiksi dan perjuangan-perjuanganinternnya, maka proses pengetahuan manusia mesti pula maju dan berkembang sesuai dengan itu. Dalam hubungan dengan gerakan sosial, seorang pemimpin yang betul-betul revolusioner tidak hanya harus cakap dalam membetulkan ide-ide, teori-teori, rencana-rencana atau program-programnya apabila kedapatan salah, seperti telah kita lihat, tapi juga dia harus cakap, apabila suatu proses objektif tertentu sudah maju dan berubah dari satu tingkatan perkembangan ketingkatan perkembangan lainnya, membikin dia sendiri dan semua kawan-kawan revolusionernja memajukan dan meninjau-kembali ide-ide mereka yang subjektif sesuai dengan itu , artinya, dia harus mengusulkan tugas-tugas revolusioner baru dan program-program kerja baru sesuai dengan perubahan-perubahan dalam situasi baru itu. Situasi-situasi berubah dengan sangat cepatnya dalam periode revolusioner; kalau pengetahuan kaum revolusioner tidak berubah dengan cepat sesuai dengan situasi yang telah berubah itu, maka mereka tidak dapat memimpin revolusi menuju kemenangan. Akan tetapi seringkali terjadi bahwa ide-ide ketinggalan di belakang kejadian-kejadian yang sesungguhnya; ini adalah karena pengetahuan manusia terbatas oleh banyak syarat-syarat sosial. Kita menentang orang-orang kepala batu di dalam barisan-barisan revolusioner yang ide-idenya, tidak bisa maju bersama-sama dengan perubahan keadaan-keadaan obyektif, menyatakan diri menurut sejarah sebagai oportunisme kanan. Orang-orang ini tidak melihat bahwa perjuangan-perjuangan yang timbul dari kontradiksi-kontradiksi sudah mendorong maju proses obyektif, sedang pengetahuan mereka telah berhenti pada tingkatan lama. Ini mensifatkan ide-ide semua orang kepala batu. Dengan ide-ide mereka yang tercerai dari praktek sosial, mereka tidak dapat berguna untuk membimbing kereta masyarakat; mereka hanya dapat membuntut dibelakang kereta dengan mengomel katanya keretanya berjalan terlalu cepat dan berusaha menyeretnya kebelakang serta menyuruhnya berjalan ke jurusan yang berlawanan. Kita juga menentang pembualan dari kaum "kiri". Ide-ide mereka mendahului suatu tingkatan perkembangan tertentu dari proses objektif; setengah dari mereka menganggap khayal-khayal mereka sebagai kebenaran; lainlainnya lagi yang berusaha keras untuk melaksanakan pada saat sekarang suatu cita-cita yang hanya dapat dilaksanakan di masa depan, menceraikan diri mereka dari praktek mayoritet Rakyat pada saat itu dan dari realitetrealitet masa itu dan memperlihatkan diri sebagai petualang dalam aksi-aksi mereka. Idealisme dan materialisme mekanis, oportunisme dan avonturisme, semuanya disifatkan dengan perceraiian antara yang subyektif dengan yanq obyektif, dengan perpisahan pengetahuan dari praktek. Teori Marxis-Leninis tentang pengetahuan yang diperbedakan oleh tekanannya pada praktek sosial sebagai ukuran kebenaran ilmiah, tidak bisa tidak mesti dengan keras menentang ideologi-ideologi yang tidak tepat ini. Orang Marxis mengakui bahwa dalam seluruh proses yang mutlak dari alam-semesta, perkembangan masing-masing proses yang kongkrit adalah relatif; dari itu, dalam sungai besar dari kebenaran absolut, pengetahuan menusia tentang proses yang kongkrit pada setiap tingkatan perkembangan tertentu hanyalah benar secara relatif. Jumlah seluruh kebenaran-kebenaran relatif yang tak terhitung itu adalah kebenaran absolute.8) Perkembang;an proses obyektif adalah perkembangan yang penuh dengan kontradiksi-kontradiksi dan perjuangan-perjuangan. Perkembangan dari proses pengetahuan manusia juga perkembangan yang penuh kontradiksi-kontradiksi dan perjuangan-perjuangan. Semua gerakan dialektis dari dunia obyektif cepat atau lambat bisa tercermin dalam pengetahuan manusia. Karena proses pemunculan perkembangan dan pelenyapan dalam praktek sosial tak terbatas maka proses pemunculan, perkembangan dan pelenyapan dalam pengetahuan manusia juga tak terbatas. Karena praktek yang ditujukan ke arah mengubah realitet objektif berdasarkan ide-ide, teori-teori, rencana-rencana atau program-program tertentu saban-saban berkembang lebih jauh, maka pengetahuan manusia tentang realitet juga setiap kali menjadi lebih dalam. Proses perubahan dalam dunia objektif tidak akan pernah berakhir, begitu pula pengetahuan manusia tentang kebenaran melalui praktek. Marxisme-Leninisme sekali-kali tidak menyimpulkan semua pengetahuan.tentang kebenaran, tetapi dengan tiada hentinya membuka jalan menuju pengetahuan tentang kebenaran melalui praktek. Kesimpulan kita menyetujui kesatuan kongkrit dan historis dari yang subyektif dengan yang objektif, dari teori dengan praktek, dan dari mengetahui dengan berbuat, dan menentang semua ideologi yang tidak tepat, baik kanan maupun "kiri" yang menyimpang dari sejarah yang kongkrit. Dengan berkembangnya masyarakat sampai pada tingkatan yang sekarang, maka diatas pundak proletariat dan partainya, karena keharusan sejarah, jatuh tanggung-jawab untuk secara tepat memahami dan mengubah dunia. Proses praktek mengubah dunia ini, yang ditentukan berdasarkan pengetahuan ilmiah, sudah mencapai saat yang bersejarah di dunia dan di Tiongkok. suatu saat yang begitu penting yang tidak pernah disaksikan oleh sejarah manusia sebelumnya, yaitu saat untuk menghalaukan samasekali kegelapan di dunia dan di Tiongkok dan mendatangkan dunia terang seperti yang tak pernah ada sebelumnya. Perjuangan proletariat dan orang-orang revolusioner dalam mengubah dunia ialah berupa penunaian tugas berikut: membentuk kembali dunia obyektif dan juga dunia subyektif mereka sendiri membentuk kembali daya mengetahui mereka dan juga hubungan-hubungan antara dunia subyektif dengan dunia objektif. Pembentukan kembali sedemikian itu sudah dilaksanakan di sebagian bumi, yaitu, di Uni Sovjet. Rakyat di sana masih mempercepat proses pembentukan kembali ini. Rakyat di Tiongkok dan di bagian dunia lainnya sedang atau akan7melalui proses pembentukan-kembali sedemikian itu. Dan dalam dunia objektif yang harus dibentuk-kembali itu termasuk lawan-lawan pembentukan kembali, yang harus mengalami tingkatan pembentukan kembali secara paksa sebelum mereka dapat memasuki tingkatan pembentukan-kembali secara sedar. Apabila seluruh umat manusia secara sedar membentuk-kembali diri sendiri dan mengubah dunia, maka akan menyingsinglah fajar zaman Komunisme dunia. Menemukan kebenaran melalui praktek, dan melalui praktek menguji serta mengembangkan kebenaran. Bertolak dari pengetahuan persepsi dan secara aktif mengembangkannya menyadi pengetahuan rasionil, dan kemudian, bertolak dari pengetahuan rasionil, secara aktif memimpin praktek revolusioner untuk mengubah dunia subyektif dan dunia objektif. Praktek, pengetahuan, lagi praktek, lagi pengetahuan; pengulangan pola secara berputar-melingkar ini dengan tiada berkesudahan, dan dengan setiap lingkaran, isi praktek dan pengetahuan menaik ke tingkat yang lebih tinggi. Demikianlah seluruh teori materialis dialektis tentang pengetahuan, dan begitulah teori materialisme dialektis tentang kesatuan mengetahui dan berbuat. Juli 1937. Catatan kaki: 1. W.I.Lenin, Buku Catatan Filsafat, Edisi Rusia, moscow, 1947, hlm.185 2. Bandingkan Karl Marx, Tesis-Tesis Tentang Feuerbach, diterbitkan sebagai lampiran pada buku Friedrich Engels Ludwig Feuerbach dan Akhir Filsafat Klasik Jerman; dan W.I. Lenin, Materialisme dan Empirio-Kritisime, Bab III, Bagian 6. 3. W.I. Lenin, Buku Catatan Filsafat, hlm.146 4. Bandingkan Lenin, Buku Catatan Filsafat, hlm.146: "Untuk kepentingan mengetahui, orang harus memulai mengetahui, mempelajari, atas dasar pengalaman dan naik dari pengalaman ke pengetahuan umum". 5. W.I. Lenin, Apa Yang Harus Dikerjakan ?, penerbitan Yayasan "Pembaruan", th. 1957, hlm.30. 6. W.I. Lenin, Materialisme dan Empirio-Kritisisme, Bab II, Bagian 6. 7. J.W. Stalin, Dasar-Dasar Leninisme. 8. Bandingkan, W.I. Lenin, Materialisme dan Empirio-Kritisisme, Bab II, Bagian 5.Tentang Kontradiksi Agustus 1937** Karya filsafat ini ditulis oleh Kawan Mao Tsetung pada bulan Agustus 1937 sesudah karyanya Tentang Praktek dengan tujuan yang sama, yaitu untuk mengatasi fikiran dogmatis yang serius yang pada waktu itu terdapat didalam Partai, dan mula-mula diceramahkan diMao Tse-tung Isi: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Dua Pandangan Dunia Keumuman Kontradiksi Kekhususan Kontradiksi Kontradiksi Pokok dan Segi Pokok Kontradiksi Kesamaan dan Perjuangan Antara Segi-Segi Kontradiksi Kedudukan Antagonisme Dalam Kontradiksi KesimpulanHukum kontradiksi di dalam hal-ihwal, yaitu hukum kesatuan dari segi-segi yang berlawanan, adalah hukum terpokok dari dialektika materialis. Lenin mengatakan: Menurut arti yang sesungguhnya, dialektika adalah studi tentang kontradiksi didalam hakekat obyek itu sendiri . . .1) Lenin sering menamakan hukum ini hakekat dialektika, juga menamakannya inti dialektika.2) Maka itu, dalam mempelajari hukum ini, kita tak dapat tidak mesti menyangkut bidang-bidang yang luas, tak dapat tidak mesti menyangkut banyak masalah filsafat. Jika semua masalah ini sudah jelas bagi kita, berarti kita sudah memahami dialektika materialis secara fundamentil. Masalah-masalah ini yalah: dua pandangan-dunia, keumuman kontradiksi, kekhususan kontradiksi, kontradiksi pokok dan segi pokok kontradiksi, kesamaan dan perjuangan antara segi-segi kontradiksi, kedudukan antagonisme didalam kontradiksi. Kritik terhadap idealime mazhab Deborin yang dilakukan oleh kalangan filsafat Soviet dalam tahun-tahun belakangan ini telah membangkitkan perhatian yang sangat besar diantara kita. Idealisme Deborin telah membawa pengaruh yang buruk sekali didalam Partai Komunis Tiongkok, dan tak dapat dikatakan bahwa fikiran dogmatis didalam Partai kita tidak ada hubungannya dengan metodologi mazhab ini. Karena itu, studi filsafat kita sekarang ini seharusnya bertujuan terutama untuk menghapuskan fikiran dogmatis. 1. Dua Pandangan-Dunia Dalam sejarah pengetahuan manusia, selalu terdapat dua konsepsi mengenai hukum perkembangan dunia, konsepsi metafisis dan konsepsi dialektis, yang merupakan dua pandangan-dunia yang berlawanan. Lenin mengatakan: Dua konsepsi yang pokok (atau dua konsepsi yang mungkin? atau dua konsepsi yang tampak dalam sejarah?) tentang perkembangan (evolusi) yalah: perkembangan sebagai pengurangan dan penambahan, sebagai pengulangan, dan perkembangan sebagai kesatuan dari segi-segi yang berlawanan (terbaginya kesatuan atas segisegi berlawanan yang saling menyisihkan dan saling-hubungan antara mereka).3) Yang dimaksudkan oleh Lenin yalah dua pandangan-dunia yang berlainan. Di Tiongkok metafisika disebut juga sns. Untuk masa yang sangat lama dalam sejarah, baik di Tiongkok maupun di Eropa, cara berfikir ini termasuk dalam pandangan-dunia idealis dan menempati kedudukan yang berkuasa didalam alam fikiran manusia. Di Eropa, materialisme burjuasi pada masa permulaannya adalah metafisis juga. Karena ekonomi sosial di banyak negeri Eropa telah memasuki tingkat kapitalisme yang sudah tinggi perkembangannya, karena tenaga-tenaga produktif, perjuangan klas dan ilmu kesemuanya telah berkembang sampai pada taraf yang belum pernah dikenal dalam sejarah, dan karena proletariat industri telah menjadi kekuatan pendorong yang terbesar dalam perkembangan sejarah, maka lahirlah pandangan-dunia dialektika materialis Marxis. Kemudian, di kalangan burjuasi, disamping idealisme reaksioner yang terang-terangan dan samasekali tanpa tedeng aling-aling muncul pula evolusionisme vulger untuk menentang dialektika materialis. Pandangan-dunia metafisis atau evolusionis vulger melihat hal-ihwal di dunia dalam keadaan berdiri sendirisendiri, diam dan satu-segi. Pandangan-dunia demikian menganggap segala sesuatu di dunia ini, bentuk-bentuknya dan jenis-jenisnya, selamanya terpisah satu sama lain dan selamanya tak berubah-ubah. Kalaupun ada sesuatu perubahan, itu hanya sebagai penambahan atau pengurangan dalam jumlah atau sebagai pergeseran tempat saja. Lagi pula, sebab dari penambahan atau pengurangan ataupun pergeseran tempat itu tidak terletak didalam hal-ihwal itu sendiri, melainkan diluar hal-ihwal itu, yaitu karena dorongan kekuatan-kekuatan luar. Kaum metafisis berpendapat bahwa segala macam hal-ihwal yang berbeda-beda di dunia ini beserta ciri-cirinya tetap tinggal begitu sejak mereka ada. Perubahan-perubahan kemudian tak lain hanyalah penambahan atau pengurangan dalam jumlah saja. Mereka berpendapat bahwa sesuatu hal-ihwal selamanya hanya mungkin mengulang diri sebagai sesuatu yang sama dan tidak mungkin berubah menjadi sesuatu yang berlainan. Menurut pandangan kaum metafisis, penghisapan kapitalis,Universitas Militer dan Politik Anti-Jepang di Ynan. Oleh pengarang telah diadakan perbaikan disana-sini ketika karya ini dimasukkan ke dalam Pilihan Karya Mao Tsetung.9persaingan kapitalis, ideologi individualis didalam masyarakat kapitalis dan sebagainya, kesemuanya dapat dijumpai juga didalam masyarakat perbudakan zaman kuno, bahkan didalam masyarakat primitif, dan akan tetap ada tanpa berubah-ubah untuk selama-lamanya. Berbicara tentang sebab-sebab perkembangan masyarakat, mereka menjelaskannya dengan syarat-syarat diluar masyarakat, antara lain geografi dan iklim. Dengan gampanggampangan saja mereka mencari sebab-sebab perkembangan itu diluar hal-ihwal itu sendiri dan menyangkal teori dialektis materialis yang berpendirian bahwa perkembangan timbul sebagai akibat kontradiksi-kontradiksi didalam hal-ihwal itu sendiri. Maka itu mereka tidak mampu menjelaskan keanekaragaman kwalitet hal-ihwal ataupun gejala perubahan satu kwalitet menjadi kwalitet yang lain. Di Eropa, cara berfikir demikian ini pada awal abad ke-17 dan ke-18 berwujud sebagai materialisme mekanis, sedangkan pada akhir abad ke-19 dan ke-20 sebagai evolusionisme vulger. Juga di Tiongkok terdapat cara berfikir metafisis sebagaimana diungkapkan dalam perkataan langit tidak berubah, demikian juga tao tidak berubah4), yang dalam waktu yang lama didukung oleh klas berkuasa feodal yang lapuk. Materialisme mekanis dan evolusionisme vulger yang diimpor dari Eropa dalam seratus tahun belakangan ini didukung oleh burjuasi. Berlawanan dengan pandangan-dunia metafisis, pandangan-dunia dialektika materialis menganjurkan supaya mempelajari perkembangan hal-ihwal dari dalam hal-ihwahl itu sendiri, dari hubungannya dengan hal-ihwal yang lain, dengan kata lain memandang perkembangan hal-ihwal sebagai gerak hal-ihwal itu sendiri yang bersifat intern dan wajar, sedangkan setiap hal-ihwal dalam geraknya adalah saling berhubungan dan saling berpengaruh dengan hal-ihwal disekitarnya. Sebab fundamentil perkembangan hal-ihwal tidak terletak diluar tetapi didalam hal-ihwal itu sendiri; ia terletak pada kontradiksi didalam hal-ihwal itu sendiri. Kontradiksi intern terdapat didalam setiap halihwal, karena itu timbul gerak dan perkembangan hal-ihwal. Kontradiksi didalam hal-ihwal inilah yang menjadi sebab fundamentil perkembangannya, sedangkan saling-hubungan dan saling-pengaruh dengan hal-ihwal yang lain adalah sebab sekunder. Dengan demikian, dialektika materialis secara efektif memerangi teori sebab-sebab luar atau teori dorongan luar yang dikemukakan oleh materialisme mekanis dan evolusionisme vulger yang metafisis. Jelaslah sebab-sebab luar semata-mata hanya mungkin menimbulkan gerak mekanis hal-ihwal, yaitu perubahan-perubahan dalam skala dan jumlah, tetapi tidak mungkin menjelaskan mengapa hal-ihwal berbeda-beda dalam seribu satu macam secara kwalitatif dan mengapa hal-ihwal berubah dari yang satu menjadi yang lain. Dalam kenyataannya, bahkan gerak mekanis oleh dorongan kekuatan luar itupun terjadi melalui kontradiksi intern hal-ihwal. Pertumbuhan yang sederhana pada tumbuh-tumbuhan dan binatang, perkembangan kwantitatifnya, juga terutama akibat kontradiksi-kontradiksi internya. Begitu pula, perkembangan masyarakat terutama bukanlah karena sebab-sebab luar tetapi karena sebab-sebab dalam. Banyak negeri yang syarat-syarat geografis dan iklimnya hampir sama, perkembangannya jauh berbeda dan sangat tak sama. Bahkan perubahan-perubahan sosial yang besar sekali terjadi di suatu negeri yang sama meskipun geografi dan iklimnya tetap tidak berubah. Rusia imperialis berubah menjadi Uni Soviet sosialis, dan Jepang feodal yang mengunci pintu terhadap dunia berubah menjadi Jepang imperialis, meskipun geografi dan iklim kedua negeri itu tidak berubah. Tiongkok yang telah lama dikuasai oleh feodalisme mengalamai perubahan yang besar sekali selama seratus tahun belakangan ini dan sekarang sedang berubah menuju Tiongkok baru yang bebas dan merdeka, meskipun geografi dan iklimnya tidak berubah. Geografi dan iklim dunia dalam keseluruhannya dan disetiap bagiannya memang mengalami perubahan-perubahan, tetapi perubahan-perubahan ini sangat tak berarti jika dibandingkan dengan perubahan-perubahan didalam masyarakat; perubahan-perubahan geografi dan iklim itu hanya kentara dalam ukuran waktu puluhan ribu tahun, sedangkan perubahan-perubahan sosial sudah kentara dalam ribuan, ratusan atau puluhan tahun, bahkan dalam beberapa tahun atau beberapa bulan saja (di masa revolusi). Menurut pandangan dialektika materialis, perubahan-perubahan alam terutama disebabkan oleh perkembangan kontradiksi-kontradiksi intern didalam alam itu sendiri, yaitu kontradiksi antara tenaga-tenaga produktif dengan hubungan-hubungan produksi, kontradiksi diantara klas-klas, dan kontradiksi antara yang baru dengan yang lama; perkembangan kontradiksi-kontradiksi inilah yang mendorong maju masyarakat dan mendorong penggantian masyarakat lama oleh masyarakat baru. Apakah dialektika materialis mengesampingkan sebab-sebab luar? Tidak, tidak mengesampingkan. Dialektika materialis menganggap bahwa sebab-sebab luar adalah syarat bagi perubahan dan sebab-sebab dalam adalah dasar bagi perubahan, dan bahwa sebab-sebab luar memainkan peranannya melalui sebab-sebab dalam. Dengan suhu yang cocok, telur berubah menjadi anak ayam, tetapi suhu tak mungkin mengubah batu menjadi anak ayam, karena dasar masing-masing berbeda. Diantara rakyat berbagai negeri selalu terdapat saling-pengaruh. Di zaman kapitalisme, terutama di zaman imperialisme dan revolusi proletar, sangat besarlah saling pengaruh dan dorongan timbal-balik di antara berbagai negeri, baik di bidang politik, ekonomi maupun kebudayaan. Revolusi Sosialis Oktober membuka suatu zaman baru bukan hanya dalam sejarah Rusia, tetapi juga dalam sejarah dunia. Revolusi ini memberi pengaruh pada perubahan-perubahan intern di berbagai negeri di dunia, demikian juga dan bahkan teristimewa mendalamnya, memberi pengaruh pada perubahan-perubahan intern di Tiongkok. Tetapi perubahan-perubahan ini terjadi melalui hukum-hukum intern dari perkembangan negeri-negeri itu sendiri, termasuk Tiongkok. Dalam pertempuran antara dua tentara, yang satu menang dan yang lain kalah. Dan kemenangan maupun kekalahan itu ditentukan oleh sebab-sebab dalam. Yang satu menang karena ia kuat atau karena pimpinannya tepat, yang lain kalah karena ia lemah atau karena pimpinannya tidak cakap sebab-sebab luarmemainkan peranannya melalui sebab-sebab dalam. Di Tiongkok dikalahkannya proletariat oleh burjuasi besar pada tahun 1927 terjadi melalui oportunisme di kalangan proletariat Tiongkok itu sendiri (di dalam Partai Komunis Tiongkok). Setelah kita melikwidasi oportunisme ini, revolusi Tiongkok mulai maju lagi. Kemudian, revolusi Tiongkok menderita pukulan yang berat lagi dari musuh, inipun karena munculnya avonturisme di dalam Partai kita. Setelah kita melikwidasi avonturisme ini, usaha kita kembali maju lagi. Jadi tampaknya bahwa untuk memimpin revolusi menuju kemenangan, suatu partai politik harus bersandar pada ketepatan garis politiknya sendiri dan pada kekokohan organisasinya sendiri. Pandangan-dunia dialektis sudah muncul di zaman kuno, baik di Tiongkok maupun di Eropa. Tetapi dialektika kuno bersifat spontan dan primitif; berhubung dengan syarat-syarat sosial dan sejarah pada masa itu, ia belum mungkin mempunyai teori yang lengkap, maka itu ia tidak dapat sepenuhnya menjelaskan dunia, dan kemudian diganti oleh metafisika. Filosof Jerman yang terkenal, Hegel, yang hidup pada akhir abad ke-18 dan awal abad ke-19, memberikan sumbangan-sumbangan yang sangat penting kepada dialektika, tetapi dialektikanya adalah dialektika idealis. Hanya setelah Marx dan Engels, penganjur-penganjur besar gerakan proletar mensintesekan hasilhasil positif dalam sejarah pengetahuan manusia, terutama secara kritis mengambil unsur-unsur rasionil dari dialektika Hegel dan menciptakan teori materialisme dialektis dan historis yang besar itu, barulah terjadi suatu revolusi besar sebagaimana belum pernah dikenal dalam sejarah pengetahuan manusia. Kemudian teori besar ini dikembangkan lebih lanjut oleh Lenin dan Stalin. Segera setelah tersebar ke Tiongkok, teori ini menimbulkan perubahan-perubahan yang mahabesar di dalam alam fikiran Tiongkok. Pandangan-dunia dialektis ini terutama mengajar orang supaya pandai meneliti dan menganalisa gerak kontradiksi-kontradiksi di dalam berbagai macam hal-ihwal, dan berdasarkan analisa demikian itu menunjukkan cara-cara untuk memecahkan kontradiksi-kontradiksi. Maka itu, sangat penting bagi kita untuk secara kongkrit memahami hukum kontradiksi di dalam hal-ihwal. 2. Keumuman Kontradiksi Untuk mempermudah penguraian, lebih dulu disini saya akan membahas keumuman kontradiksi, dan kemudian kekhususan kontradiksi. Alasannya yalah bahwa keumuman kontradiksi dapat diterangkan dengan singkat saja, karena ia sudah luas diakui sejak ditemukannya pandangan-dunia dialektika materialis dan ditrapkannya dialektika materialis dengan sukses yang besar sekali pada banyak bidang dalam pengupasan sejarah manusia dan pandangan sejarah alam, pada banyak bidang dalam perubahan masyarakat dan pengubahan alam (misalnya, di Uni Soviet) oleh pencipta-pencipta dan penerus-penerus Marxisme yang besar Marx, Engels, Lenin dan Stalin; sedangkan masalah kekhususan kontradiksi masih belum jelas difahami oleh banyak kawan, teristimewa oleh kaum dogmatis. Mereka tidak mengerti bahwa keumuman kontradiksi itu berada justru di dalam kekhususan kontradiksi. Mereka juga tidak mengerti betapa pentingnya mempelajari kekhususan kontradiksi di dalam hal-ihwal kongkrit yang kita hadapi dewasa ini untuk menuntun perkembangan praktek revolusioner. Maka itu perlu meletakkan pada studi tentang masalah kekhususan kontradiksi dan menjelaskannya dengan cukup panjang-lebar. Karena alasan itulah maka dalam mengupas hukum kontradiksi hal-ihwal, kita terlebih dulu mengupas masalah keumuman kontradiksi, kemudian meletakkan tekanan pada pengupasan masalah kekhususan kontradiksi, dan akhirnya kembali lagi pada masalah keumuman kontradiksi. Keumuman atau kemutlakan kontradiksi mempunyai arti rangkap. Yang pertama yalah bahwa kontradiksi ada didalam proses perkembangan segala hal-ihwal, dan yang kedua yalah didalam proses perkembangan setiap halihwal terdapat gerak kontradiksi dari awal sampai akhir. Engels berkata: Gerak itu sendiri adalah kontradiksi.5) Lenin memberikan definisi mengenai hukum kesatuan dari segi-segi yang berlawanan sebagai pengakuan (penemuan) adanya tendens-tendens yang berkontradiksi, saling-menyisihkan dan berlawanan didalam segala gejala dan proses alam (termasuk jiwa dan masyarakat)6). Apakah pandangan-pandangan ini benar? Ya, benar. Saling-bergantungan dan perjuangan antara segisegi yang berkontradiksi yang terkandung dalam segala hal-ihwal itu menentukan hidupnya segala hal-ihwal dan mendorong perkembangan segala hal-ihwal. Tidak ada sesuatu yang tidak mengandung kontradiksi; tanpa kontradiksi tidak akan ada dunia. Kontradiksi adalah dasar bagi bentuk-bentuk gerak yang sederhana (umpamanya, gerak mekanis), lebih-lebih lagi dasar bagi bentuk-bentuk gerak yang rumit. Engels menjelaskan keumuman kontradiksi sebagai berikut: Jika pergeseran tempat secara mekanis yang sederhana ini saja sudah mengandung kontradiksi, ini lebihlebih lagi berlaku bagi bentuk-bentuk gerak materi yang lebih tinggi, teristimewa bagi hayat organik dan perkembangannya. . . . hayat justru dan pertama-tama terletak dalam hal, bahwa mahluk pada setiap saat adalah dirinya sendiri tetapi juga sesuatu yang lain. Maka itu, hayat adalah juga kontradiksi yang terdapat didalam bendabenda dan proses-proses itu sendiri, dan yang senantiasa melahirkan dirinya sendiri dan menyelesaikan dirinya sendiri; dan segera setelah kontradiksi itu berhenti, hayat juga berakhir, dan mautpun tiba. Begitu pula kita lihat11bahwa di bidang fikiranpun kita tidak dapat menghindari kontradiksi, dan bahwa misalnya, kontradiksi antar kesanggupan pengetahuan manusia yang secara inheren tidak terbatas itu dengan perwujudan kesanggupan tersebut yang nyata pada manusia orang-seorang saja yang terbatas secara lahiriah dan terbatas dalam pengenalan, mendapat pemecahannya dalam rentetan generasi yang setidak-tidaknya, praktis bagi kita tiada akhirnya, dalam kemajuan yang tiada batasnya. . . . salahsatu dasar pokok ilmu pasti tinggi yalah kontradiksi. . . . Tetapi bahkan ilmu pasti rendahpun penuh dengan kontradiksi. . . . 7) Lenin juga menjelaskan keumuman kontradiksi sebagai berikut: Dalam ilmu pasti: + dan -. Diferensial dan integral. Dalam mekanika: aksi dan reaksi. Dalam fisika: listrik positif dan listrik negatif. Dalam ilmu kimia: persenyawaan dan peruraian atom-atom. Dalam ilmu sosial: perjuangan klas.8) Dalam perang, serangan dan pertahanan, maju dan mundur, kemenangan dan kekalahan, semua adalah gejala yang berkontradiksi. Tanpa segi yang satu, segi yang lainpun tidak ada. Perjuangan dan saling berhubungan antara kedua segi itu membentuk keseluruhan perang, mendorong perkembangan perang dan memecahkan masalahmasalah perang. Setiap perbedaan dalam konsepsi manusia harus dianggap sebagai pencerminan kontradiksi obyektif. Kontradiksi-kontradiksi obyektif tercermin didalam fikiran subyektif, sehingga merupakan gerak kontradiksi dari konsepsi-konsepsi, mendorong perkembangan fikiran dan tak henti-hentinya memecahkan masalah-masalah didalam fikiran manusia. Pertentangan dan perjuangan diantara ide-ide yang berlainan senantiasa terjadi didalam Partai; ini adalah pencerminan didalam Partai dari kontradiksi-kontradiksi diantara klas-klas dan antara yang baru dengan yang lama didalam masyarakat. Jika didalam Partai tidak ada kontradiksi-kontradiksi dan tidak ada perjuangan ideologi untuk memecahkan kontradiksi-kontradiksi itu, akan berakhirlah hidup Partai. Jadi sudah jelas, kontradiksi-kontradiksi terdapat secara umum dan dalam semua proses, baik dalam bentukbentuk gerak yang sederhana maupun yang rumit, baik dalam gejala-gejala obyektif maupun gejala-gejala ideologi. Tetapi apakah kontradiksi terdapat juga pada tingkat permulaan setiap proses? Apakah didalam proses perkembangan setiap hal-ihwal terdapat gerak kontradiksi dari awal sampai akhir? Sebagaimana terlihat dari artikel-artikel para filosof yang mengkritik mazhab Deborin, mazhab Deborin berpegang pada pendirian bahwa kontradiksi tidak timbul sejak awal mula suatu proses, melainkan baru timbul setelah proses itu berkembang sampai pada suatu tingkat tertentu. Jadi, sebab perkembangan proses sebelum tingkat itu adalah sebab luar dan bukan sebab dalam. Dengan demikian Deborin kembali ke teori-teori metafisis teori sebab-sebab luar dan teori mekanisme. Dengan menggunakan pendirian ini dalam menganalisa masalah-masalah kongkrit, mazhab Deborin hanya melihat adanya perbedaan-perbedaan dan tidak melihat adanya kontradiksikontradiksi antara kaum kulak dengan kaum tani umumnya dalam syarat-syarat yang berlaku di Uni Soviet, dengan demikian sepenuhnya menyetujui pandangan Bukharin. Dalam menganalisa Revolusi Perancis, mereka berpendapat bahwa sebelum Revolusi, di kalangan Kasta Ketiga yang terdiri dari buruh, tani dan burjuasi, juga hanya terdapat perbedaan-perbedaan saja dan tidak ada kontradiksi. Pendirian-pendirian mazhab Deborin seperti ini adalah antiMarxis. Mazhab Deborin tidak mengerti bahwa setiap perbedaan di dunia sudah mengandung kontradiksi, bahwa perbedaan itu sendiri adalah kontradiksi. Kontradiksi sudah timbul antara kaum buruh dengan kaum kapitalis sejak munculnya kedua klas itu, hanya saja kontradiksi itu belum meruncing. Bahkan dalam syarat-syarat yang berlaku di Uni Soviet, terdapat perbedaan antara kaum buruh dengan kaum tani dan perbedaan ini sendiri adalah kontradiksi, hanya saja berbeda, berbeda dengan kontradiksi antara buruh dengan kaum kapitalis, kontradiksi ini tidak akan meruncing menjadi antagonisme, tidak akan mengambil bentuk perjuangan klas, dalam proses pembangunan sosialisme kaum buruh dan kaum tani membentuk persekutuan yang kokoh, dan secara berangsur-angsur memecahkan kontradiksi ini didalam proses perkembangan dari sosialisme ke komunisme. Ini adalah perbedaan sifat kontradiksi, bukan soal ada-tidaknya kontradiksi. Kontradiksi adalah umum, mutlak, ia ada didalam segala proses perkembangan hal-ihwal dan berlanagsung dalam setiap proses dari awal sampai akhir. Apakah yang diartikan dengan timbulnya proses baru itu? Itu berarti, kesatuan lama dengan unsur-unsur komponennya yang berlawanan memberikan tempatnya kepada kesatuan baru dengan unsur-unsur komponennya yang berlawanan, dengan demikian proses baru timbul menggantikan proses lama. Proses yang lama berakhir dan proses yang baru timbul. Proses yang baru ini mengandung pula kontradiksi-kontradiksi baru dan memulai sejarah perkembangan kontradiksi-kontradiksinya sendiri. Sebagaimana ditunjukkan oleh Lenin, Marx didalam Kapital telah memberikan analisa yang menjadi teladan mengenai gerak kontradiksi-kontradiksi yang berlangsung sepanjang proses perkembangan hal-ihwal dari awal sampai akhir. Inilah metode yang harus dipakai dalam mempelajari proses perkembangan segala hal-ihwal. Lenin sendiri juga menggunakan metode ini dengan tepat dan berpegang teguh padanya didalam semua karyanya.Marx di dalam Kapital pertama-tama menganalisa hubungan yang paling sederhana, paling biasa, paling pokok, paling umum, paling bersifat sehari-hari di dalam masyarakat burjuis (masyarakat barang-dagangan), hubungan yang dijumpai bilyunan kalipertukaran barang-dagangan. Di dalam gejala yang sangat sederhana ini (didalam sel masyarakat burjuis ini) analisa menyingkapkan s e m u a kontradiksi (atau benih-benih semua kontradiksi) masyarakat modern. Perubahan selanjutnya menunjukkan kepada kita perkembangan (baik pertumbuhan maupun gerak) kontradiksi-kontradiksi ini dan masyarakat ini, dalam jumlah dari bagian-bagiannya yang tersendirisendiri, dari awal sampai akhir. Sesudah itu Lenin meneruskan: Demikian pulalah seharusnya metode pembahasan (atau studi) dialektika pada umumnya. . . .9) Kaum Komunis Tiongkok harus belajar menguasai metode ini; hanya sesudah itu mereka dapat dengan tepat menganalisa sejarah dan keadaan sekarang revolusi Tiongkok serta meramalkan haridepan revolusi. 3. Kekhususan Kontradiksi Kontradiksi ada di dalam proses perkembangan segala hal-ihwal dan berlangsung sepanjang proses perkembangan setiap hal-ihwal dari awal sampai akhir demikianlah keumuman dan kemutlakan kontradiksi sebagaimana kita uraikan diatas. Sekarang kita bicarakan kekhususan dan kerelatifan kontradiksi. Masalah ini harus dipelajari dari beberapa segi. Pertama, kontradiksi didalam setiap bentuk gerak materi mempunyai kekhususannya. Pengetahuan manusia tentang materi adalah pengetahuan tentang bentuk-bentuk gerak materi, sebab di dunia ini tidak ada sesuatu apapun kecuali materi dalam gerak, dan gerak materi sudah pasti mengambil bentuk-bentuk tertentu. Dalam hubungan dengan setiap bentuk gerak materi itu, kita harus memperhatikan titik-titik persamaannya dengan bentuk-bentuk gerak lainnya. Tetapi yang terlebih penting, yang menjadi dasar pengetahuan kita tentang hal-ihwal, yalah memperhatikan kekhususannya, yaitu memperhatikan perbedaan kwalitatifnya dengan bentuk-bentuk gerak lainnya. Hanya bila memperhatikan ini, kita dapat membeda-bedakan hal-ihwal. Bentuk gerak apapun didalamnya selalu mengandung kontradiksinya sendiri yang khusus. Kontradiksi khusus ini merupakan hakekat khusus yang membedakan suatu hal-ihwal dari hal-ihwal lainnya. Inilah sebab dalam, atau dapat juga dinamakan dasar, bagi adanya perbedaan hal-ihwal dalam seribusatu macam di dunia ini. Didalam alam terdapat banyak bentuk gerak: gerak mekanis, bunyi, cahaya, panas, listrik, peruraian, persenyawaan dan seterusnya. Semua bentuk gerak materi ini saling-bergantungan, tapi menurut hakekatnya masing-masing berbeda pula. Hakekat khusus setiap bentuk gerak materi ditentukan oleh kontradiksinya sendiri yang khusus. Ini berlaku bukan hanya bagi alam saja, tetapi juga bagi gejala-gejala sosial dan ideologi. Setiap bentuk masyarakat, setiap bentuk ideologi, mempunyai kontradiksinya yang khusus dan hakekatnya yang khusus. Pembagian lapangan ilmu justru didasarkan pada kontradiksi-kontradiksi khusus yang terkandung didalam obyek studi ilmu itu masing-masing. Maka itu, kontradiksi tertentu yang khusus terdapat pada lapangan gejala tertentu merupakan obyek studi cabang ilmu tertentu. Misalnya, angka positif dan angka negatif dalam ilmu pasti; aksi dan reaksi dalam mekanika; listrik positif dan listrik negatif dalam fisika; peruraian dan persenyawaan dalam ilmu kimia; tenaga-tenaga produktif dan hubungan-hubungan produksi, klas-klas dan perjuangan klas dalam ilmu sosial; serangan dan pertahanan dalam ilmu kemiliteran; idealisme dan materialisme, pandangan metafisis dan pandangan dialektis dalam filsafat; dan seterusnya kesemuanya ini merupakan obyek studi bagi cabang-cabang yang berlainan justru karena masing-masing mempunyai kontradiksi khusus dan hakekat khusus. Memang, jika tidak memahami keumuman kontradiksi, kita tidak mungkin menemukan sebab umum atau dasar umum bagi gerak atau perkembangan hal-ihwal; tetapi, jika tidak mempelajari kekhususan kontradiksi, kita tidak mungkin memastikan hakekat khusus suatu hal-ihwal yang membedakannya dari hal-ihwal lainnya, tidak mungkin menemukan sebab khusus atau dasar khusus bagi gerak atau perkembangan hal-ihwal, dan juga tidak mungkin membedakan hal-ihwal yang satu dari yang lainnya, atau menetapkan batas lapangan-lapangan studi ilmu. Menurut urutan gerak pengetahuan manusia, pengetahuan selalu meluas berangsur-angsur dari pengetahuan mengenai hal-ihwal yang satu-satu dan khusus ke pengetahuan mengenai hal-ihwal pada umumnya. Orang selalu terlebih dulu mengenal hakekat khusus dari banyak hal-ihwal yang berbeda-beda, kemudian baru dapat lebih jauh melakukan generalisasi dan mengenal hakekat umum dari berbagai hal-ihwal. Setelah mengenal hakekat umum ini, maka dengan berpedoman pada pengetahuan mengenai hakekat umum ini, orang lebih lanjut melakukan studi mengenai berbagai hal-ihwal kongkrit yang belum pernah dipelajari atau belum secara mendalam dipelajari, untuk menentukan hakekat khusus masing-masing; hanya dengan demikian dapatlah melengkapi, memperkaya dan mengembangkan pengetahuan mengenai hakekat umum ini, dan mencegah supaya pengetahuan mengenai hakekat umum ini tidak menjadi layu dan beku. Demikianlah dua proses pengetahuan: yang satu dari khusus ke umum, dan yang lainnya dari umum ke khusus. Pengetahuan manusia selalu bergerak berulang-ulang secara melingkar seperti itu, dan setiap lingkaran (selama berpegang keras pada metode ilmiah) dapat mengangkat pengetahuan manusia setingkat lebih tinggi, sehingga pengetahuan manusia mendalam terus-menerus. Kesalahan kaum dogmatis kita13dalam hal ini yalah, di satu fihak, mereka tidak mengerti bahwa hanya setelah mempelajari kekhususan kontradiksi dan mengenal hakekat khusus satu-satu hal-ihwal, dapatlah kita sepenuhnya mengenal keumuman kontradiksi, sepenuhnya mengenal hakekat umum hal-ihwal, dan di fihak lain, mereka tidak mengerti bahwa setelah mengenal hakekat umum hal-ihwal itu, kita harus pula lebih lanjut mempelajari hal-ihwal kongkrit yang belum secara mendalam dipelajari atau yang baru saja muncul. Kaum dogmatis kita adalah pemalas mereka menolak untuk melakukan setiap pekerjaan studi yang berat mengenai hal-ihwal yang kongkrit, mereka menganggap kebenaran umum sebagai sesuatu yang muncul dari udara, menjadikannya rumus-rumus abstrak belaka yang tidak dapat ditangkap, dengan demikian samasekali menyangkal serta memutar-balikkan urutan yang normal dari pengetahuan manusia mengenai kebenaran. Mereka juga tidak mengerti akan saling-hubungan antara dua proses pengetahuan manusia dari khusus ke umum dan kemudian dari umum ke khusus. Mereka samasekali tidak mengerti teori Marxis tentang pengetahuan. Bukan saja perlu mempelajari kontradiksi khusus pada setiap sistim besar dari bentuk-bentuk gerak materi beserta hakekat yang ditentukan oleh kontradiksi khusus itu, tetapi juga perlu mempelajari kontradiksi khusus dari setiap bentuk gerak materi beserta hakekatnya dalam setiap proses dari jalan proses perkembangannya yang panjang. Setiap proses perkembangan yang nyata dan yang bukan khayali dari segala bentuk gerak adalah berbeda secara kwalitatif. Studi kita harus meletakkan tekanan pada hal ini dan mulai dari hal ini. Kontradiksi-kontradiksi yang kwalitatif berbeda hanya dapat dipecahkan dengan cara-cara yang kwalitatif berbeda juga. Misalnya, kontradiksi antara proletariat dengan burjuasi dipecahkan dengan cara revolusi sosialis; kontradiksi antara massa rakyat dengan sistem feodal dipecahkan dengan cara revolusi demokratis; kontradiksi antara tanah jajahan dengan imperialisme dipecahkan dengan cara perang revolusioner nasional; kontradiksi antara klas buruh dengan klas tani didalam masyarakat sosialis dipecahkan dengan cara kolektivisasi dan mekanisasi pertanian; kontradiksi didalam Partai Komunis dipecahkan dengan cara kritik dan otokritik; kontradiksi antara masyarakat dengan alam dipecahkan dengan cara mengembangkan tenaga-tenaga produktif. Proses-proses berubah, proses lama dan kontradiksi lama lenyap, proses baru dan kontradiksi baru timbul, karena itu cara-cara memecahkan kontradiksi juga berbeda. Di Rusia, kontradiksi yang dipecahkan oleh Revolusi Februari dan kontradiksi yang dipecahkan oleh Revolusi Oktober, demikian juga cara-cara yang digunakan untuk memecahkan kontradiksikontradiksi itu berbeda secara fundamentil. Pemecahan kontradiksi-kontradiksi yang berbeda dengan cara-cara yang berbeda inilah prinsip yang harus ditaati dengan keras oleh kaum Marxis-Leninis. Kaum dogmatis tidak mentaati prinsip ini; mereka tidak mengerti akan perbedaan keadaan dalam berbagai macam revolusi, oleh karenanya juga tidak mengerti akan keharusan memecahkan kontradiksi-kontradiksi yang berbeda dengan cara-cara yang berbeda; sebaliknya, mereka selalu dengan serampangan mentrapkan kemana-mana rumus yang itu-itu juga, yang dianggap tak dapat diubah; dan ini hanya mungkin mengakibatkan kekandasan-kekandasan revolusi atau membikin rusak samasekali apa yang sebetulnya dapat dikerjakan dengan baik. Untuk menyingkapkan kekhususan kontradiksi-kontradiksi didalam proses perkembangan hal-ihwal apapun, dalam keseluruhannya atau dalam saling hubungannya, yaitu untuk menyingkapkan hakekat proses perkembangan hal-ihwal itu, adalah perlu menyingkapkan kekhususan semua segi dari kontradiksi-kontradiksi didalam proses itu; jika tidak demikian, tidak mungkinlah menyingkapkan hakekat proses itu. Hal ini juga perlu mendapat perhatian yang penuh dalam studi kita. Dalam proses perkembangan setiap hal-ihwal yang besar terkandung banyak kontradiksi. Misalnya, didalam proses revolusi burjuis-demokratis Tiongkok terdapat kontradiksi antara semua klas tertindas didalam masyarakat Tiongkok dengan imperialisme, kontradiksi antara massa rakyat dengan sistem feodal, kontradiksi antara proletariat dengan burjuasi, kontradiksi antara kaum tani dan burjuasi kecil kota di satu fihak dengan burjuasi di fihak lain, kontradiksi diantara berbagai klik berkuasa yang reaksioner, dan seterusnya keadaannya sangat rumit. Dan bukan saja semua kontradiksi ini masing-masing mempunyai ke khususannya sendiri, tidak dapat diperlakukan secara sama, tetapi juga dua segi dari setiap kontradiksi ini masing-masing mempunyai ciri-cirinya sendiri, dan tidak dapat pula diperlakukan secara sama. Kita yang melakukan revolusi Tiongkok tidak saja harus memahami setiap kekhususan kontradiksi ini dalam keseluruhannya, yaitu dalam saling-hubungannya, tetapi juga harus mempelajari semua segi dari kontradiksi-kontradiksi ini, sebab hanya dengan demikian baru mungkin memahami keseluruhannya. Memahami setiap segi dari kontradiksi berarti memahami kedudukan khusus apa yang ditempati oleh setiap segi itu, bentuk-bentuk kongkrit apa yang diambil oleh masing-masing dalam hubungan-hubungan saling bergantungan dan saling berkontradiksi dengan lawannya, dan cara-cara kongkrit apa yang digunakan oleh masing-masing dalam perjuangan terhadap lawannya selama saling bergantungan dan saling berkontradiksi, demikian juga setelah pecahnya saling bergantungan itu. Sangatlah penting mempelajari masalah-masalah ini. Justru inilah yang dimaksudkan oleh Lenin ketika ia mengatakan bahwa apa yang paling hakiki dalam Marxisme, jiwa hidup Marxisme, yalah analisa yang kongkrit atas keadaan yang kongkrit.10). Kaum dogmatis kita melanggar petunjukpetunjuk Lenin, selamanya tidak menggunakan otak mereka untuk menganalisa sesuatu secara kongkrit, dan tulisantulisan atau pidato-pidato mereka selalu berbau gaya delapanan yang kosong tanpa isi, dengan demikian menciptakan langgam yang sangat buruk didalam Partai kita.Dalam mempelajari sesuatu masalah, kita harus menghindari kesubyektifan, keberat-sebelahan dan kedangkalan. Subyektif berarti tidak tahu meninjau masalah-masalah secara obyektif, yaitu tidak tahu meninjau masalah-masalah dengan pandangan materialis. Tentang ini telah saya bicarakan dalam tulisan saya Tentang Praktek. Berat-sebelah berarti tidak tahu meninjau masalah dari semua segi, misalnya, mengenal segi Tiongkok saja tapi tidak mengenal segi Jepang, mengenal segi Partai Komunis saja tapi tidak mengenal segi Kuomintang, mengenal segi proletariat saja tapi tidak mengenal segi burjuasi, mengenal segi kaum tani saja tapi tidak mengenal segi tuantanah, mengenal segi keadaan yang menguntungkan saja tapi tidak mengenal segi keadaan-keadaan yang sulit, mengenal segi masa lampau saja tapi tidak mengenal masa depan, mengenal segi bagian-bagian yang tersendiri saja tapi tidak mengenal segi keseluruhan, mengenal segi kekurangan-kekurangan saja tapi tidak mengenal segi hasil-hasil, mengenal segi pendakwa saja tapi tidak mengenal segi terdakwa, mengenal segi pekerjaan revolusioner rahasia saja tapi tidak menegenal segi pekerjaan revolusioner terbuka, dan seterusnya. Pendeknya, tidak mengenal ciri-ciri kedua segi dari suatu kontradiksi. Inilah yang dimaksud meninjau masalah secara berat-sebelah. Atau dinamakan juga hanya melihat bagian saja tapi tidak melihat keseluruhan, hanya melihat pohon-pohon saja tapi tidak melihat hutannya. Dengan demikian, tidak mungkin menemukan cara untuk memecahkan kontradiksi, tidak mungkin menyelesaikan tugas-tugas revolusi, tidak mungkin melaksanakan dengan baik pekerjaan yang diserahkan ataupun mengembangkan dengan tepat perjuangan ideologi didalam Partai. Ketika membicarakan ilmu kemiliteran, Sun Wu Tse mengatakan: Kenali musuh dan kenali diri sendiri, bertempur seratus kali takkan tertimpa bahaya.11) Yang dimaksudkannya yalah dua fihak dalam pertempuran. Wei Tseng, orang Dinasti Thang, berkata: Terang kalau mendengarkan kedua belah fihak, gelap kalau hanya mempercayai sefihak saja.12) Ia juga mengerti bahwa keberatsebelahan tidak benar. Tetapi, kawan-kawan kita seringkali meninjau maslah-masalah secara berat-sebelah, maka itu mereka sering terbentur. Dalam roman Shui Hu Tsuan, Sung Tsiang tiga kali menyerang desa Tsutsiatsuang.13) Dua kali ia mengalami kekalahan karena tidak mengetahui betul jaringan jalan yang bersimpang-siur, lalu memecah-belah persekutuan antara desa-desa Litsiatsuang, Hutsiatsuang dan Tsutsiatsuang, dan menyelundupkan tentaranya kedalam kubu musuh, dengan menggunakan muslihat yang sama dengan muslihat Kuda Troya [1] dalam cerita asing, maka serangan yang ketiga kalinya mendapat kemenangan. Banyak sekali contoh-contoh dialektika materialis dalam Shui Hu Tsuan, dan tiga kali serangan atas Tsutsiatsuang itu termasuk salah satu yang terbaik. Lenin berkata: Untuk sungguh-sungguh mengenal suatu obyek, kita harus mencakup, mempelajari semua seginya, semua hubungan dan perantara. Kita selamanya tidak akan mencapai ini sepenuhnya, tetapi tuntutan akan kesemua-segian menghindarkan kita dari kesalahan-kesalahan dan dari kekakuan.14) Kita harus ingat akan kata-kata Lenin ini. Dangkal berarti tidak melihat ciri-ciri kontradiksi dalam keseluruhannya maupun ciri-ciri setiap seginya, berarti menyangkal keharusan menyelami hal-ihwal untuk secara seksama mempelajari ciri-ciri kontradiksinya, sebaliknya hanya memandang dari jauh, dan setelah sepintas-lalu melihat kontradiksi dalam garis besarnya saja, segera mencoba memecahkan kontradiksi (menjawab persoalan, menyelesaikan perselisihan, mengurus pekerjaan, atau memimpin operasi militer). Cara demikian itu tak bisa lain kecuali menimbulkan kekacauan. Kawan-kawan yang dogmatis dan empirisis di Tiongkok telah membuat kesalahankesalahan justru karena cara mereka memandang hal-ihwal adalah subyektif, berat-sebelah dan dangkal. Beratsebelah dan dangkal adalah subyektif juga. Karena semua hal-ihwal obyektif dalam kenyataannya salingberhubungan dan mempunyai hukum-hukum intern, sedangkan sementara orang bukannya mencerminkan hal-ihwal itu sebagaimana adanya, melainkan hanya meninjau hal-ihwal secara berat-sebelah atau secara dangkal, tidak mengenal saling-hubungannya ataupun hukum-hukum internya, maka itu cara mereka adalah subyektivis. Tidak saja dalam seluruh proses perkembangan hal-ihwal, gerak kontradiksi itu baik dalam salinghubungannya maupun dalam setiap seginya mempunyai ciri-ciri khusus yang harus kita perhatikan, tetapi juga dalam setiap tingkat dari perkembangan proses itu, ia mempunyai ciri-ciri khusus yang harus kita perhatikan juga. Kontradiksi fundamentil didalam proses perkembangan hal-ihwal dan hakekat proses yang ditentukan oleh kontradiksi fundamentil ini tidak akan lenyap sebelum proses itu selesai; tetapi keadaan kerapkali berbeda pada tiaptiap tingkat dalam suatu proses panjang dari perkembangan hal-ihwal. Sebabnya yalah, meskipun sifat kontradiksi fundamentil didalam proses perkembangan hal-ihwal dan hakekat proses itu tidak berubah, kontradiksi fundamentil menjadi semakin meruncing dari satu tingkat ke tingkat lainnya dalam proses perkembangan yang panjang itu. Disamping itu, diantara banyak kontradiksi besar maupun kecil yang ditentukan atau dipengaruhi oleh kontradiksi fundamentil itu, ada yang meruncing, ada yang untuk sementara waktu atau secara sebagian mendapat pemecahan atau menjadi reda, dan ada pula yang baru muncul; maka itu proses tampak bertingkat-tingkat. Jika orang tidak memperhatikan adanya tingkat-tingkat dalam proses perkembangan hal-ihwal, mereka tidak dapat mengurus kontradiksi-kontradiksi hal-ihwal dengan semestinya. Misalnya, ketika kapitalisme zaman persaingan bebas berkembang menjadi imperialisme, watak dua klas yang berkontradiksi secara fundamentil proletariat dan burjuasi maupun hakekat kapitalis masyarakat ini tidak berubah, tetapi kontradiksi diantara kedua klas ini menjadi meruncing, kontradiksi antara kapital monopoli dengan kapital bukan-monopoli timbul, kontradiksi antara negara-negara induk dengan tanah jajahan menjadi meruncing,15dan kontradiksi diantara negeri-negeri kapitalis yang disebabkan oleh ketidak-samaan perkembangan negeri-negeri itu tampak luarbiasa tajamnya, dengan demikian timbullah tingkat kapitalisme yang khusus, yaitu tingkat imperialisme. Leninisme adalah Marxisme zaman imperialisme dan revolusi proletar, justru karena Lenin dan Stalin dengan tepat menjelaskan kontradiksi-kontradiksi itu dan dengan tepat merumuskan teori dan taktik revolusi proletar untuk memecahkan kontradiksi-kontradiksi itu. Ambillah proses revolusi burjuis-demokratis Tiongkok yang dimulai dengan Revolusi 1911; revolusi ini juga mempunyai beberapa tingkat yang khusus. Teristimewa, revolusi pada masa dibawah pimpinan burjuasi dan revolusi pada masa dibawah pimpinan proletariat merupakan dua tingkat sejarah yang sangat berbeda. Yaitu, pimpinan proletariat telah secara fundamentil mengubah wajah revolusi, membawa penyusunan baru dalam hubunganhubungan klas, menyebabkan kebangkitan revolusi tani secara besar-besaran, memberi watak konsekwen pada revolusi anti-imperialisme dan anti-feodalisme, menciptakan kemungkinan untuk perubahan dari revolusi demokratis ke revolusi sosialis, dan seterusnya. Kesemuanya ini tidak mungkin terjadi pada masa revolusi dipimpin oleh burjuasi. Meskipun sifat kontradiksi fundamentil seluruh proses itu, yaitu sifat proses sebagai revolusi demokratis yang anti-imperialis dan anti-feodal (segi lawannya yalah sifat setengah-jajahan dan setengah feodal) tidak berubah, namun selama duapuluh tahun lebih proses ini telah mengalami beberapa tingkat perkembangan selama masa yang panjang ini terjadi banyak peristiwa besar, seperti kegagalan Revolusi 1911 dan berkuasanya rajaperang Utara, pembentukan front persatuan nasional pertama dan revolusi 1924-1927, pecahnya front persatuan dan menyeberangnya burjuasi ke fihak kontra-revolusi, peperangan diantara rajaperang-rajaperang baru, Perang Revolusi Agraria, pembentukan front nasional kedua dan Perang Anti-Jepang dan penyerbuan Jepang. Dalam tingkat-tingkat ini terdapat keadaan khusus seperti meruncingnya kontradiksi-kontradiksi tertentu (misalnya Perang Revolusi Agraria dan penyerbuan Jepang terhadap empat provinsi Timur Laut), dipecahkannya kontradiksi-kontradiksi lainnya secara sebagian atau untuk sementara waktu (misalnya, terbasminya rajaperang Utara, pensitaan yang kita lakukan atas tanah tuantanah), dan timbulnya kembali kontradiksi-kontradiksi yang lain lagi (misalnya, perjuangan diantara rajaperang-rajaperang baru, direbutnya kembali tanah oleh tuantanah setelah hilangnya daerah-daerah basis revolusi kita diselatan). Dalam mempelajari kekhususan kontradiksi-kontradiksi pada setiap tingkat dalam proses perkembangan halihwal, kita bukan saja harus meninjau kekhususan itu dalam saling-hubungannya, dalam keseluruhannya, tetapi juga harus meninjau dari setiap segi kontradiksi pada setiap tingkat itu. Misalnya, Kuomintang dan Partai Komunis. Segi yang satu, Kuomintang. Selama masa front persatuan pertama, Kuomintang melaksanakan Tiga Politik Besar Sun Yat-sn, yaitu bersekutu dengn Rusia, bersatu dengan Partai Komunis dan membantu buruh dan tani, karena itu ia adalah revolusioner, dinamis dan merupakan persekutuan dari berbagai klas untuk revolusi demokratis. Sejak tahun 1927, Kuomintang berubah menjadi sebaliknya, menjadi blok reaksioner dari tuantanah dan burjuasi besar. Setelah peristiwa Sian pada bulan Desember 1936, Kuomintang mulai berubah lagi ke arah menghentikan perang dalamnegeri dan bersatu dengan Partai Komunis untuk bersama-sama melawan imperialisme Jepang. Demikianlah ciri-ciri khusus Kuomintang pada tiga tingkat itu. Sudah tentu, ciri-ciri itu timbul dari berbagai sebab. Segi yang lain, Partai Komunis Tiongkok. Selama masa front persatuan pertama, Partai Komunis Tiongkok masih dalam masa kanak-kanaknya; ia dengan gagahberani memimpin revolusi 1924-1927, tetapi ia menunjukkan belum dewasanya dalam pengertian tentang watak, tugas-tugas dan caracara revolusi, oleh karena itu Tshen Tu-siuisme yang timbul pada masa akhir revolusi ini mendapat kemungkinan untuk memainkan peranannya, sehingga revolusi mengalami kegagalan. Sejak tahun 1927, Partai Komunis dengan gagahberani memimpin Perang Revolusi Agraria, membentuk tentara revolusioner dan daerah-daerah basis revolusi, tetapi ia juga membuat kesalahan-kesalahan avonturis yang mengakibatkan kerugian-kerugian yang sangat besar bagi tentara maupun daerah-daerah basis. Sejak tahun 1935, Partai telah membetulkan kesalahan-kesalahan avonturis itu dan memimpin front persatuan baru untuk melawan Jepang; perjuangan besar ini sekarang sedang berkembang. Pada tingkat sekarang ini, Partai Komunis adalah Partai yang telah menempuh ujian dua revolusi dan telah memperoleh pengalaman yang kaya. Demikianlah ciri-ciri khusus Partai Komunis Tiongkok pada tingkat itu. Ciriciri ini juga timbul dari berbagai sebab. Tanpa mempelajari ciri-ciri tersebut, kita tidak mungkin memahami hubungan-hubungan khusus antara dua partai itu pada berbagai tingkat perkembangannya, yaitu terbentuknya front persatuan, pecahnya front persatuan, dan terbentuknya front persatuan lagi. Dan untuk mempelajari ciri-ciri khusus kedua partai itu, yang lebih fundamentil lagi yalah harus mempelajari dasar klas kedua partai itu beserta kontradiksikontradiksi atas dasar tersebut yang timbul pada berbagai masa antara setiap partai itu dengan fihak-fihak lain. Misalnya, pada masa persatuannya yang pertama kali dengan Partai Komunis, Kuomintang di satu fihak berkontradiksi dengan imperialisme asing dan karena itu ia anti-imperialisme; di fihak lain, ia berkontradiksi dengan massa rakyat di dalamnegeri meskipun di mulut ia menjanjikan banyak jaminan kepentingan kepada rakyat pekerja, tetapi dalam kenyataannya hanya memberikan sedikit sekali atau bahkan tidak memberikan apa-apa. Pada masa ia melakukan perang anti-Komunis, ia berkolaborasi dengan imperialisme dan feodalisme menentang massa rakyat, menghapuskan dengan mentah-mentah semua hasil yang semula telah direbut oleh massa rakyat dalam revolusi, dan dengan demikian memperuncing kontradiksi-kontradiksinya dengan massa rakyat. Pada masa PerangAnti-Jepang sekarang ini, Kuomintang berkontradiksi dengan imperialisme Jepang dan berkepentingan untuk bersatu dengan Partai Komunis, tetapi disamping itu tidak mengendurkan perjuangan dan penindasannya terhadap Partai Komunis dan Rakyat Tiongkok. Sedangkan Partai Komunis, baik pada masa apapun, selalu berdiri difihak massa rakyat melawan imperialisme dan feodalisme, tetapi pada masa Perang Anti-Jepang sekarang ini, karena Kuomintang menyatakan setuju untuk melawan Jepang, Partai Komunis mengambil politik moderat terhadap Kuomintang dan kekuatan-kekuatan feodal dalamnegeri. Berhubung dengan keadaan-keadaan tersebut ada kalanya tercapai persatuan, ada kalanya pula terjadi perjuangan, dan bahkan selama masa persatuan terdapat keadaan yang rumit dimana persatuan dan perjuangan berlaku sekaligus. Jika kita tidak mempelajari ciri khusus segi-segi kontradiksi itu, kita bukan saja tidak dapat memahami hubungan antara setiap partai itu dengan fihak-fihak lainnya, tetapi juga tidak dapat memahami hubungan diantara kedua partai itu. Jadi jelas, bahwa dalam mempelajari kekhususan kontradiksi apapun kontradiksi dalam setiap bentuk gerak materi, kontradiksi dalam setiap proses perkembangan dari setiap bentuk gerak itu, semua segi kontradiksi dalam setiap proses perkembangan, kontradiksi pada setiap tingkat dalam suatu proses perkembangan serta semua segi kontradiksi pada setiap tingkat perkembangan itu dalam mempelajari kekhususan semua kontradiksi ini, kita tidak boleh semau-maunya secara subyektif, melainkan harus menganalisanya secara kongkrit. Tanpa analisa yang kongkrit, tidak mungkin mengenal kekhususan kontradiksi apapun. Kita harus selalu ingat akan kata-kata Lenin: analisa kongkrit atas keadaan yang kongkrit. Marx dan Engels adalah yang pertama-tama memberi kita contoh yang sangat baik tentang analisa kongkrit demikian itu. Ketika Marx dan Engels menggunakan hukum kontradiksi hal-ihwal i