manusia, produksi material, kehidupan sosial, dan masyarakat 6

5
Manusia, Produksi Material, Kehidupan Sosial, dan Masyarakat (6) oleh Danial Indrakusuma pada 09 September 2010 jam 4:39 Produksi Material: Basis Kehidupan Sosial Oleh: Doug Lorimer (Bagian VI) Setiap bentuk hubungan-hubungan produksi mengarahkan produksi pada tujuan tertentu dan, tentu saja, tujuan tersebut tidak lah selalu mencerminkan kebutuhan-kebutuhan mayoritas rakyat. Massa populasi dalam masyarakat berkelas, kelas -kelas, dimotivasi oleh berbagai dorongan (stimulus), yang berbeda dalam setiap kasus; masyarakat pemilik -budak didorong oleh suatu cara; dan masyarakat kapitalis didorong oleh cara lainnya. Hakikat aktif hubungan-hubungan produksi dengan sendirinya menunjukkan fakta ba hwa mereka terlibat karena dorongan (stimulus) aktivitastertentu orang-orang. Dalam masyarakat berkelas, kelas berkuasa, mengarahkan pekembangan produksi demi kepentingan -kepentingan dan kebutuhan-kebutuhan mereka. Karena kelas penghisap lah yang meram pas surplus produksi sosial dalam bentuk natura maka, selayaknya, bila kepuasan konsumsi mereka lah yang menjadi dorongan (stimulus) produksi. Namun, bagaimanapun juga, surplus produksi sosial dalam bentuk natura akan membatasi ke pentingan kelas penghisap untuk meningkatkan produksi dan produkvifitas tenaga kerja. Sebaliknya, dalam cara produksi kapitalis, surplus produksi sosial yang dirampas tidak dalam bentuk natura, namun dalam bentuk uang, sebagai nilai lebih. Terlebih-lebih, pembagian surplus produksi sosial yang dirampas oleh setiap kapitalis tergantung dari jumlah modal yang mereka tanamkan atau miliki. Oleh karenanya, para kapitalis terus menerus terdoro ng untuk mengakumul kapital, memaksimalkan keuntungan mereka. Jadi, itu lah hukum -hukum obyektif perluasan produksi dan reproduksi, hukum -hukum produksi untuk memaksimumkan keuntungan, hukum-hukum kompetisi kapitalis, yang telah menentukan, dan masih akan menentukan, tenaga penggerak perkembangan produksi kapitalis, yakni: tenaga -tenaga produktifnya. Namun, apa yang mendorong (stimulus) tindakan -tindakan massa pekerja, si produsen langsung? Tergantung dari posisi si produsen langsung tersebut dalam sistem hubungan-hubungan produksi yang ada. Bentuk hubungan-hubungan produksi tertentu bisa dik atakan progesif sepanjang memberikan keuntungan bagi massa dibandingkan dengan situasi sebelumnya. Kaum tani dalam cara produksi Asiatik atau cara produksi yang berbasiskan upeti hanya memiliki insentif yang kecil, tak l ayak untuk meningkatkan produktivitas kerja mereka, karena semua surplus produksi dirampas (sebagai upeti) oleh kelas penguasa. Demikian pula, kaum budak d i zaman Yunai dan kerajaan Romawi, tak memiliki kepentingan apa-apa seberapa pun produktivitas kerja mereka meningkat, karena mereka tak mungkin bisa memperoleh manfaat dari hasil tenaga kerjanya seluruh surplus tenaga kerja budak dirampas oleh pemilik budak. Di bawah feodalisme, produsen langsung hamba disediakan sepetak tanah (oleh pemilik tanah feodal) agar bisa hidup dan mem produksi kebutuhan-kebutuhan untuk mempertahankan hidupnya. Para hamba memiliki perkakas kerja, ternak peliharaan, yang beberapa digunakan dalam produksi, benih, bibit, dan alat -alat produksi lainnya, serta memiliki kepentingan tertentu untuk meningkatkan produktivitas (sepetak) tanah miliknya itu. Sebenarnya, ketika berhadapan, buruh -upahan dan pemilik alat-alat produksi kapitalis secara formal adalah sesama pemilik barang dagangan (komoditi). Dalam menjual tenaga -kerjanya, semakin tinggi keterampilan s buruh maka akan semakin tinggi pula upah yang akan diterimanya, sehingga buruh -upahan terpaksa, dengan berbagai cara, harus mengembangkan kapasitas produksi tenaga kerjanya. Namun, bila bekerja pada kapitalis, buruh terpaksa hanya menganggap tenaga kerjany a sekadar untuk memperthankan hidupnya. Seluruhan mekanisme produksi dan reproduksi kapitalis yang kompleks itu ditata sedemikian rupa untuk memaksa buruh agar mencu rahkan

Upload: mike-latuwael

Post on 06-Jul-2015

29 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Manusia, Produksi Material, Kehidupan Sosial, dan Masyarakat (6)oleh Danial Indrakusuma pada 09 September 2010 jam 4:39

Produksi Material: Basis Kehidupan Sosial Oleh: Doug Lorimer

(Bagian VI)

Setiap bentuk hubungan -hubungan produksi mengarahkan produksi pada tujuan tertentu dan, tentu saja, tujuan tersebut tidak lah selalu mencerminkan kebutuhan-kebutuhan mayoritas rakyat. Massa populasi dalam masyarakat berkelas, kelas -kelas, dimotiva si oleh berbagai dorongan (stimulus), yang berbeda dalam setiap kasus; masyarakat pemilik -budak didorong oleh suatu cara; dan masyarakat kapitalis didorong oleh cara lainnya. Hakikat aktif

hubungan-hubungan produksi dengan sendirinya menunjukkan fakta ba hwa mereka terlibat karena dorongan (stimulus) aktivitastertentu orang -orang.

Dalam masyarakat berkelas, kelas berkuasa, mengarahkan pekembangan produksi demi kepentingan -kepentingan dan kebutuhan -kebutuhan mereka. Karena kelas penghisap lah yang meram pas surplus produksi sosial dalam bentuk natura maka, selayaknya, bila kepuasan konsumsi mereka lah yang menjadi dorongan (stimulus) produksi. Namun, bagaimanapun juga, surplus produksi sosial dalam bentuk natura akan membatasi ke pentingan kelas penghisap untuk meningkatkan produksi dan produkvifitas tenaga kerja. tidak dalam bentuk natura, namun dalam bentuk uang, sebagai nilai lebih. Sebaliknya, dalam cara produksi kapitalis, surplus produksi sosial yang dirampas Terlebih-lebih, pembagian surplus produk si sosial yang dirampas oleh setiap

kapitalis tergantung dari jumlah modal yang mereka tanamkan atau miliki. Oleh karenanya, para kapitalis terus menerus terdoro ng untuk mengakumulasikan kapital, memaksimalkan keuntungan mereka. Jadi, itu lah hukum -hukum obyektif perluasan produksi dan reproduksi, hukum -hukum produksi untuk memaksimumkan keuntungan, hukum -hukum kompetisi kapitalis, yang telah menentukan, dan masih akan menentukan, tenaga penggerak perkembangan produksi kapitalis, yakni: tenaga -tenaga produktifnya.

Namun, apa yang mendorong (stimulus) tindakan -tindakan massa pekerja, si produsen langsung? Tergantung dari posisi si produsen langsung tersebut dalam sistem hubungan-hubungan produksi yang ada. Bentuk hubungan -hubungan produksi tertentu bisa dik atakan progesif sepanjang memberikan keuntungan bagi massa dibandingkan dengan situasi sebelumnya.

Kaum tani dalam cara produksi Asiatik atau cara produksi yang berbasiskan upeti hanya memiliki insentif yang kecil, tak l ayak untuk meningkatkan produktivitas kerja mereka, karena semua surplus produksi dirampas (sebagai upeti) oleh kelas penguasa. Demikian pula, kaum budak d i zaman Yunai-Kuno dan kerajaan Romawi, tak memiliki kepentingan apa -apa seberapa pun produktivitas kerja mereka meningkat, karena mereka tak mungkin bisa memperoleh manfaat dari hasil tenaga kerjanya seluruh surplus tenaga kerja budak dirampas oleh pemilik budak. Di bawah feodalisme, produsen langsung hamba

disediakan sepetak tanah (oleh pemilik tanah feodal) agar bisa hidup dan mem produksi kebutuhan -kebutuhan untuk mempertahankan hidupnya. Para hamba memiliki perkakas kerja, ternak peliharaan, yang beberapa digunakan dalam produksi, benih, bibit, dan alat -alat produksi lainnya, serta memiliki kepentingan tertentu untuk meningkatkan produktivitas (sepetak) tanah miliknya itu. Sebenarnya, ketika berhadapan, buruh -upahan dan pemilik alat-alat produksi kapitalis secara formal adalah sesama pemilik barang dagangan (komoditi). Dalam menjual tenaga -kerjanya, semakin tinggi keterampilan si buruh maka akan semakin tinggi pula upah yang akan diterimanya, sehingga buruh -upahan terpaksa, dengan berbagai cara, harus mengembangkan kapasitas produksi tenaga kerjanya. Namun, bila bekerja pada kapitalis, buruh terpaksa hanya menganggap tenaga kerjany a sekadar untuk memperthankan hidupnya. Seluruhan mekanisme produksi dan reproduksi kapitalis yang kompleks itu ditata sedemikian rupa untuk memaksa buruh agar mencu rahkan

segenap daya dan kemampuannya. Sistem upahnya pun bertujuan demikian. Ketakutan bu ruh dibuang dari proses produksi, dipecat, menjadi pengangguran, tak kurang mengerikannya dibandingkan dengan cambuk pemilik budak.

Jadi, segala penyebab pekembangan tenaga produktif tak boleh dianggap terpisah, terisolasi, dari kondisi -kondisi sosial tempatnya berkembang, yakni, tak bisa dipisahkan dari sistim hubungan -hubungan produksi yang ada. Perkembangan teknologi kasar masyarakat primitif dan perkembangan teknologi mesin modern tak bisa dianggap memiliki (sumber) penyebab yang sama. Secara historis , setiap cara produksi memiliki penyebab (sumber) spesifik dan hukum hukum ekonomi perkembangan tenaga-tenaga produkstifnya, sehingga sejalan atau sesuai dengan cara produksi tersebut, dan karakter hukum -hukum tersebut tergantung pada karakter hubungan -hubungan produksinya.

Dampak dari hubungan -hubungan produksi akan menjadi positif bila hubungan -hubungan produksi tersebut sejalan atau sesuai dengan tenaga -tenaga produktifnya sehingga mendorong perkembangannya, dan akan menjadi negatif bila sebaliknya, dan hubungan-hubungan produksi akan menjadi penghambat bagi perkembangan tenaga -tenaga produktif.

Peran aktif hubungan -hubungan produksi tidak memberikan makna bahwa bentuk -bentuk pemilikan dengan sendirinya akan mendorong maju atau menarik mundur pekembangan tenaga-tenaga produktif masyarakat. Hanya orang-orang lah yang bisa mengembangkan produksi atau, sebaliknya, justru tak berkepentingan dengan perkembangannya. Mereka mengembangkan dan merubah cara produksi mereka, untuk menentukan basis sejarah Interaksi antara manusia dengan perkakas tenaga kerja sebagai elemen-elemen pokok tenaga -tenaga produktif mereka.

selalu terwujud dengan sendirinya dalam

bentuk hubungan -hubungan produksi tertentu, dan itu lah yang menentukan motif kongkrit yang mendorong orang -orang untuk bertindak.

Hukum yang menyelarasakan hubungan -hubungan produksi dengan karakter dan taraf pekembangan tenaga -tenaga produktif lah yang menentukan bukan saja perkembangan cara produksi yang ada, tapi juga yang menentukan perlunya penggantian dari satu cara produksi menjadi satu cara produksi lainnya. Bila tenaga-tenaga produktif berkembang dalam rahim masyarakat lama, maka hubungan-hubungan produksi baru akan mengembang sehingga

bisa membentuk struktur ekonomi tertentu, yang merupakan cikal b akal (embrio) cara produksi yang baru. Despotisme Asiatic dan perbudakan dikandung, berkembang, dan terbentuk dalam rahim sistem komunal -primitif; elemen-elemen perhambaan dikandung, berkembang, dan terbentuk dalam rahim masyarakat pemilik-budak; dan sis tem kapitalisme dikandung, berkembang, dan terbentuk dalam rahim masyarakat feodal.

Dalam cara produksi lama terjadi akumulasi kuantitatif elemen -elemen baru, yakni perkembangan struktur ekonomi baru. Tenaga -tenaga produktif yang sedang berkembang terseb ut bertentangan dengan hubungan -hubungan produksi lama yang ada dalam masyarakat. Pertentangan tersebut tak bisa diselesaikan, atau, hubungan -hubungan produksi baru tak bisa terbentuk tanpa menyingkirkan hubungan -hubungan produksi lama, yang keberadaannya dibela mati-matian oleh kelas penguasa dan oleh superstruktur (institusi negara) yang diciptakannya.

Transisi dari hubungan -hubungan produksi lama menuju yang baru tidak lah mungkin terjadi bila sekadar menyadarkan diri pada perubahan kuantitatif ya ng sederhana. Harus ada perubahan kualitatif, penghancuran revolusioner terhadap bentuk -bentuk ekonomi, sosial dan politik lama yang sudah usang dan kadaluarsa, sehingga bisa membuka jalan bagi pembentukan cara produksi yang baru.

Kemunculan cara produksi sosialis memiliki gambaran yang khusus. Dalam rahim masyarakat lama, dalam rahim kapitalisme, hanya muncul material bagi cara produksi sosialis

prakondisi

dalam bentuk sosialisasi produksi secara masif; penciptaan tenaga -tenaga produktif modern yang berwa tak sosial.

Namun, hubungan-hubungan produksi soasialime yang baru, yang sejalan dengan tenaga -tenaga produktif yang baru, tidak lah terbentuk dan tak akan bisa dibentuk dengan syarat -syarat atau dalam kondisi kapitalisme.

Kaum oportunis dan revisionis s elalu menolak dan masih saja menolak proposisi Marxis tersebut. Mereka tetap mempertahankan pendapat bahwa sejumput sosialisme, termasuk, bahkan, hubungan -hubungan produksinya, telah berkembang dalam kondisi kapitalisme, sehingga transisi ke sosialisme a kan tergantung dari perkembangannya (secara bertahap) dalam kapitalisme. Artinya, transisi tersebut terjadi murni secara evolutif , tanpa mensyaratkan penggulinggan revolusioner terhadap kekuasaan kapitalis.

Berbeda dengan kaum oportunis, kaum Marxis perc aya pada fakta bahwa hubungan -hubungan produksi sosialis, yang didasarkan pada pemilikan alat -alat produksi secara sosial, tak akan bisa dikembangkan di bawah kondisi kapitalisme yang kerangka-kerjanya merupakan rangkaian dari perusahaan -

perusahaan dan uni t-unit ekonomi yang terpisah -pisah yang, layaknya kapitalisme, tentu saja, bisa terbentuk dalam rahim feodalisme. Agar hubungan hubungan produksi sosialis bisa berkembang, harus lah ada sosialisasi alat -alat produksi bagi seluruh masyarakat hanya kelas buruh lah yang bisa

melakukannya, yakni dengan cara mengambil alih kekuasaan politik secara revolusioner. Dengan demikian, sistem sosialis tidak akan bisa terbentuk kecuali dengan cara revolusi, dan oleh masyarakat baru yang terencana dan sadar.

Proposisi Marxis mengenai dampak stagnasi dalam hubungan -hubungan produksi lama jangan lah ditafsirkan dengan penyederhanaan yang berlebihan dan mekanis sebagaimana, misalnya, dampak rem yang bisa menghentikan laju kereta api. Sejak awal abad ke -20, misalnya, hubunga n-hubungan produksi kapitalis telah menjadi rem bagi, atau telah menghambat, kemajuan tenaga -tenaga produktif, namun itu bukanlah berarti bahwa perkembangan produksi kemudian terhenti. Yang dimaksud: hubungan -hubungan produksi kapitalis menjadi suatu halan gan, pembatas, bagi kemungkinan perkembangan (sepenuhnya) tenaga -tenaga produktif.

Menurut pengamatan Marx, sekali tenaga -tenaga produktif berkembang ke tahap tertinggi, di landasan ekonomi tatanan sosial tertentu ekonominya (yakni, hu bungan-hubungan produksinya yang dominan) berubah

kecuali bila basis

maka perkembangan selanjutnya [tenaga -tenaga produktif] akan menjadi

ajal bagi cara produksi yang ada. [1] Bagaimana dan kapan hal itu terjadi dalam cara produksi kapitalis? Pada bagian teorit ik bukunya, Anti-Dhring, yang terbit di tahun 1878, Engels memberikan jawaban awal atas pertanyaan tersebut. membusuk saat tenaga -tenaga produktif Dalam buku tersebut, ia menjelaskan bahwa kapitalisme akan mulai berkontradiksi dengan hubungan -hubungan pemilikan

yang secara obyektif memang sudah tersosialisasi

kapitalis, sehingga memaksa kapitalis itu sendiri lah yang mengenalkan bentuk -bentuk pemilikan sosial alat -alat produksi gabungan perusahaan perusahaan ( trusts) berskala besar mencoba mengatur produksi selur uh industri; perusahaan -perusahaan saham bersama ( joint-stock company), kapitalnya, dalam bentuk alat -alat produksi, tak lagi dimiliki oleh seorang kapitalis; dan bisnis kapitalis -negara:

Bila krisis (overproduksi) menunjukkan ketidakmampuan borjuis untu k lebih lama lagi mengatur tenaga -tenaga produktif modern, maka transformasi besar besaran dalam produksi dan distribusi yang diatur oleh join-stock companies, trusts dan pemilikan negara justru menunjukkan betapa tak bergunanya red.). Seluruh fungsi-fungsi sosial kapitalis sekarang dilaksanakan oleh pegawai -pegawai bayaran.

borjuis dalam mengelola tujuan (produksi dan distribusi

Kapitalis tak lagi memiliki fungsi sosial selain mengumpulkan deviden, menguangkan surat berharga, dan berjudi di bursa saham , dalam rangka salingmerampas modal dengan kapitalis lainnya. [2]

Dalam karyanya tahun 1916, Imperialism, the Highest Stage of Capitalism , Lenin menunjukkan bahwa, pada awal abad ke -20, gambaran gagalnya, parasitnya, dan sekaratnya kapitalisme sudah matang di negeri-negeri kapitalis maju bergabungnya sektor perbankan dengan kapital industri (melalui

monopoli joint-stock company) ke dalam kapital finans

yang menjerumuskan ekonomi nasional ke bawah dominasi parasit oligarki finans dan menaklukkan negara-negara maling .

hampir semua negara di dunia ini ke dalam genggaman penghisapan maharaja keuangan sekelompok kecil

Bisa saja kita tak setuju: walaupun Lenin bisa menunjukkan bahwa, melalui kapitalisme monopoli -imperialis, masyarakat borjuis sedang memasuki suatu tahapan perkembangan baru dan lebih tinggi, namun ia tidak bisa dan gagal menunjukkan bahwa tahapan tersebut merupakan yang tertinggi kapitalisme

yang paling mungkin; karena bisa saja kapitalisme berkembang ke tahap yang lebih tinggi lagi. Jawaban terhadap keberatan tersebut: kesimpulan tersebut diperoleh atas dasar asumsi bahwa kemungkinan -kemungkinan perkembangan bisa saja tak terbatas, asalkan kemungkinan -kemungkinan tersebut terbuka terhadap cara produksi yand ada yang, secara historis, memiliki syarat-syaratnya. Seluruh fakta dan proses yang dianalisa Marx, juga oleh Lenin, menunjukkan bahwa, sebaliknya, hanya perkembangan terbatas dan bersyarat khusus lah yang memungkinkan bagi suatu tatanan sosi al yang ditentukan secara historis.Sebagaimana pe njelasan Marx:

Sejauh proses tenaga kerja adalah proses sederhana antara manusia dengan alam, maka elemen -elemen sederhananya memang masuk akal, sesuai, dengan semua bentuk sosial perkembangannya. Tapi, setiap bentuk sejarah (tertentu) dari proses terseb ut kemudian mengembangkan landasan -landasan material dan bentuk -bentuk sosialnya. Sekali suatu tahap kematangannya telah tercapai, maka bentuk sejarah yang lama akan tercabik -cabik dan memberikan jalan bagi bentuk yang lebih tinggi. Tanda saat krisis telah tiba adalah ketika kontrakdisi dan antitesis telah mendalam dan mendapatkan peluangnya. Yakni kontradiksi dan antitesis antara, di satu sisi, hubungan -hubungan distribusi hubungan produksinya yang bersesuaian dengan sejarah spesifik bentuk hubungan -

dengan, di lain sisi, tenaga-tenaga produktif, produktifitas, dan perkembangan agen -agennya. Suatu konflik yang kemudian muncul

antara perkembangan material produksi dengan bentuk sosialnya.[3]

Dua gejala yang populer: Engels mengindikasikannya sebagai karakte ristik kulminasi tahapan kapitalisme; dan Lenin menjeneralisasikannya sebagai tahapan imperialis kaptalisme. Kedduanya menjelaskan: pertama, parasitisme; dan, kedua, pengakuan terpisah atas karakter sosial produksi. Masing -masing, atau pun keduanya, membuk tikan suatu fakta bahwa, pada tahapan imperialis, konflik antara tenaga -tenaga produktif (yang, secara obyektif memang sudah tersosialiasi) dengan hubungan -hubungan produksi kapitalisme telah matang.

Awal parasitisme menjadi jelas adalah ketika (melalui formasi joint-stock companies,trusts, cartel [4], dan lain sebagainya) seluruh fungsi -fungsi produktif sosial perusahaan -perusahaan kapitalisme dikembangkan oleh borjuis melalui pegawai -pegawai upahan, dan borjuis sepenuhnya menjadi kelas parasit, atau perannya, sebenarnya, tak penting lagi dalam organisasi sosial proses tenaga kerja. Proses untuk menundukkan seluruh kegiatan e konomi di bawah arahan segelintir oligarki keuangan adalah, secara objektif, dengan cara: perusahan -perusahaan spekulatif, sindikat pengembang, trusts investasi, dan lain sebagainya tersebut diluncurkan (dipublikkan) dan dicarikan tambahan dananya di bursa saham. Jumlah kapital yang sangat besar -besaran tersebut dibutuhkan oleh setiap kapitalis -keuangan-monopoli raksasa diakumulasikan dengan segala macam cara dan alat -alatnya untuk mengumpulkan dana nganggur masyarakat, bahkan dari yang paling miskin sekalipun, sehingga menjadi kapital uang yang semakin raksasa yang, kemud ian, oleh oligarki keuangan diubah menjadi kapital aktual u ntuk dipinjam-pinjamkan dan diinvestasikan pada perusahaan -perusahaan di seluruh dunia. Bukan hanya pada tahapan imperialisme saja kedudukan tersebut, yang dahulunya dikuasai oleh borjuis industri dan perdagangan, sekarang dikuasa i oleh borjuis oligarki keuangan aristokrasi rentenir, yang mata pencaharian satu -satunya adalah mengumpulkan pendapatan dari saham, obligasi dan surat -surat berharga lainnya. Sisi lainnya adalah disubordinasikannya perkembangan tenaga -tenaga produktif dunia, khususnya di wilayah -wilayah kolonial atau semi kolonial, ke dalam dominasi ekspolitasi oligarki keuangan tersebut. Saat menggunakan kekuasaan monopolinya terhadap produksi di tempat asa lnya, untuk mengurangi jumlah produksi sapai tingkatan tertentu yang dibutuhkan pasar, kapi tal keuangan terikat oleh kebutuhan dan kerakusannya sendiri untuk semakin yang

memperbesar keuntungan namun, akibatnya, terus menerus merevolusionerkan ekonomi wilayah -wilayah dunia yang lebih terbelakang, walaupun dijaga agar tetap dalam cengkraman kekuasaan monopolinya.

Bukan lah suatu hal yang kebetulan bahwa perkembangan parasitisme menjadi sistem dominan dunia membawa keburukan -keburukan jeneral yang penting untuk diperhatikan: kecerobohan spekulasi dan kecurangan. Perjudian surat -surat berharga telah be rkembang menjadi suatu cara (yang diterima dan wajar) untuk memperkaya diri. Karena, dalam perjalanan pertukaran komoditi di antara produsen -produsen (yang relatif) kecil, kecurangan hanya lah dianggap suatu fenomena kebetulan dalam satu porses produksi se cara keseluruhan kecurangan sebab setiap kecurangan, pada akhirnya, bisa digagalkan oleh kontra -

dan, dalam tahapan monopolistik kapitalisme, kecurangan (dinaikan martabatnya dengan sebutan manipulasi keuangan ) dikembang kan

sebagai suatu sistem dan menjad i cara untuk mengakmulasikan kapital secara teratur dan wajar. Itu lah fakta yang menunjukkan bahwa, dalam tahapan dominasi modal keuangan, kepedulian utama kapitalisme bukan lah serta merta pada perampasan nilai lebih (yang, tentu saja, di rampas dalam jumlah yang lebih besar dari sebelumnya) karena pengalihan nilai lebih (yang sudah dirampas) ke dalam cengkeraman parasit yang dominan me rupakan bukti jelas bahwa monopoli kapitalisme terlepas bahwa ia telah memberikan dorongan besar yang diberikan pada akmul asi kapital dan pertumbuhan alat -alat produksi material adalah dekaden, merusak, bejat, tak ada lain. Lenin mengutip fakta lama: pada tahun 1893, pendapatan para rentenir Inggris, yang diperoleh dari investasi luar negeri, jumlahnya lima kali lipat dari pendapatan yang didapat dari perdagangan luar negerinya contoh perkembangan yang dekaden dan parasit. dari ekspor komoditinya dan itu merupkan

*****

Catatan Kaki:

[1 Marx, Karl, Grundrise, Penguin Books, Harmondsworth, hal. .541.

[2] Engels, F., Anti-Dhring, Vol. E, hal. 330.

[3] Marx, Karl, Capital, Vol.3, hal. 1023-24.

[4] Cartel: Perusahaan yang menggabungkan perusahaan -perusahaan komersial atau industri yang tak terikat, yang dibentuk untuk membatasi kompetisi di antara mereka dan menetapkan harga. Merriam Webster s Collegiate Dictionary , Tenth Edition [Merriam -Webster, Incorporated: Springfield, Massachusetts, USA,1996], hal. 176 ( ed.).