manual mahasiswa emergency 2011

58
1 BUKU PANDUAN PESERTA SKILLS LAB SISTEM EMERGENSI DAN TRAUMATOLOGI KOORDINATOR SKILLS LAB SISTEM EMERGENSI DAN TRAUMATAOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2011

Upload: fadhlullah-latama

Post on 11-Jul-2016

33 views

Category:

Documents


14 download

DESCRIPTION

manual for medical emergency

TRANSCRIPT

Page 1: Manual Mahasiswa Emergency 2011

1

BUKU PANDUAN PESERTA SKILLS LABSISTEM EMERGENSI DAN TRAUMATOLOGI

KOORDINATOR SKILLS LABSISTEM EMERGENSI DAN TRAUMATAOLOGI

FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR2011

Page 2: Manual Mahasiswa Emergency 2011

2

Pengelolaan Jalan Napas

Pengertian : Membebaskan jalan napas untuk menjamin pertukaran udara secara normalbaik dengan manual maupun menggunakan alat.

Tujuan pembelajaran : setelah pembelajaran ini mahasiswa diharapkan mampu :

1. Mampu mengenal adanya gangguan jalan napas

2. Mampu membebaskan atau membuka jalan napas tanpa menggunakan alat

3. Mampu membebaskan jalan napas dengan menggunakan alat

4. Mampu membersihkan jalan napas

5. Mampu mengatasi sumbatan jalan napas baik yang parsial maupun yang total.

Media dan alat pembelajaran:

1. Buku panduan peserta skill lab sistim emergensi dan traumatologi

2. Video dan slide Cara pengelolaan jalan napas

3. Boneka manikin dewasa dan anak.

4. Pipa orofaring berbagai ukuran

5. Pipa nasofaring berbagai ukuran

6. Sarung tangan

7. Gause kering

8. Suction

9. Pipa suction kaku dan lentur.

Indikasi

1. Dilakukan pada penderita tidak sadar apapun sebabnya

2. Pada penderita adanya sumbatan jalan napas parsial atau total.

Metode Pembelajaran

Demonstrasi kompetensi sesuai dengan penuntun belajar

Page 3: Manual Mahasiswa Emergency 2011

3

Deskripsi kegiatan pengelolaan jalan napas

Kegiatan Waktu Deskripsi

1. Pengantar 5 menit 1. Perkenalan, mengatur posisi duduk mahasiswa2. Penjelasan singkat tentang prosedur kerja, peranmasing-masing mahasiswa dan alokasi waktu.

2. Demonstrasi singkat

tentang cara pengelolaan

jalan napas oleh instruktur.

10 menit 1. Seluruh mahasiswa melihat demonstrasi cara

pengelolaan jalan napas oleh Instruktur pada model

2. Diskusi singkat bila ada yang kurang

dimengerti.

3. Praktek cara pengelolaan

jalan napas.

10 menit 1. Satu orang mahasiswa sebagai asisten membantu

menyiapkan seluruh alat. Satu orang mahasiswa

mempraktekkan cara pengelolaan jalan napas.

Mahasiswa lainnya menyimak dan mengoreksi bila ada

yang kurang.

2. Instruktur memperhatikan dan memberikan

bimbingan bila mahasiswa kurang sempurna

melakukan praktek.

3. Instruktur berkeliling diantara mahasiswa dan

melakukan supervisi menggunakan ceklis/daftar tilik.

4. Diskusi 10 menit 1. Diskusi tentang kesan mahasiswa terhadap praktekcara pengelolaan jalan napas : apa yang dirasa mudah,apa yang sulit.2. Mahasiswa memberikan saran atau koreksi tentangjalannya praktek hari itu. Instruktur mendengar danmemberikan jawaban.3. Instruktur mejelaskan penilaian umum tentangjalannya praktek tindakan pengelolaan jalan napas :apakah secara umum berjalan baik, apakah adasebagaian mahasiswa yang masih kurang. Bila perlumengumumkan hasil masing-masing mahasiswa.

Total waktu 35 menit

Page 4: Manual Mahasiswa Emergency 2011

4

PENUNTUN BELAJAR

KETERAMPILAN PENGELOLAAN JALAN NAPAS

Langkah-langkah/Kegiatan KeteranganPersiapan awal

Periksa semua kelengkapan alat

Diagnosis terhadap adanya gangguan jalan napas1. Look (lihat)

Melihat gerakan nafas/pengembangan dada dan adanya

retraksi sela iga

2. Listen (dengar)

Mendengar aliran udara pernapasan

3. Feel

Merasakan adanya aliran udara pernapasan

Instruktur menjelaskan dan

memperagakan bagaimana

menilai tanda-tanda adanya

gangguan jalan napas.

Membuka jalan napas tanpa alat

Head-tilt (dorong kepala ke belakang)

Cara :

Letakkan satu telapak tangan di dahi pasien dan tekan ke

bawah, sehingga kepala menjadi tengadah sehingga penyangga

lidah terangkat ke depan.

Chin lift

Cara : Gunakan jari tengah dan jari telunjuk untuk memegang

tulang dagu pasien, kemudian angkat dan dorong tulangnya ke

depan

Jaw thrust

Cara : Dorong sudut rahang kiri dan kanan ke arah depan

sehingga barisan gigi bawah berada di depan barisan gigi atas.

Atau gunakan ibu jari ke dalam mulut dan bersama dengan jari-

jari lain tarik dagu ke depan.

Teknik ini digunakan pada

penderita sumbatan jalan

napas akibat lidah yang jatuh

ke belakang

Page 5: Manual Mahasiswa Emergency 2011

5

Pengelolaan jalan napas dengan alatA. Pipa orofaring

Cara pemasangan :

1. Pakai sarung tangan

2. Buka mulut boneka/pasien dengan cara chin lift atau

gunakan ibu jari dan telunjuk

3. Siapkan pipa orofaring yang tepat ukurannya

4. Bersihkan dan basahi pipa orofaring agar licin dan

mudah dimasukkan

5. Arahkan lengkungan menghadap ke langit-langit (ke

palatal)

6. Masukkan separuh, putar lengkungan mengarah ke

bawah lidah.

7. Dorong pelan-pelan sampai posisi tepat.

8. Yakinkan lidah sudah tertopang dengan pipa orofaring

dengan melihat pola napas, rasakan dan dengarkan

suara napas pasca pemasangan.

B. Pipa Nasorofaring

1. Pakai sarung tangan

2. Nilai besarnya lubang hidung dengan besarnya pipa

nasofaring yang akan dimasukkan.

3. Nilai adakah kelainan di cavum nasi

4. Pipa nasofaring diolesi dengan jeli, demikian juga lubang

hidung yang akan dimasukkan. Bila perlu dapat diberikan

vasokonstriktor hidung.

5. Pegang pipa nasofaring sedemikian rupa sehingga

ujungnya menghadap ke telinga.

6. Dorong pelan-pelan hingga seluruhnya masuk, sambil

menilai adakah liran udara di dalam pipa.

7. Fikasasi dengan plester.

Page 6: Manual Mahasiswa Emergency 2011

6

Membersihkan jalan napas1. Sapuan jari

Cara :

a. Pasang sarung tanganb. Buka mulut pasien dengan jaw thrust dan tekan

dagu ke bawahc. Gunakan 2 jari (jari telunjuk dan jari tengah

yang bersih atau dibungkus dengan sarungtangan /kassa untuk membersihkan danmengorek semua benda asing dalam mulut.

2. Dengan suction

Dilakakukan bila ada benda

asing di dalam mulut

Pengelolaan jalan napas akibat sumbatan benda

asing padatA. Tersedak ( CHOKING )

BACK BLOW / BACK SLAPS

Korban dewasa sadar

1. Bila korban masih sempoyongan. Rangkul dari Belakang2. Lengan menahan tubuh, lengan yang lain melalukan BACK- BLOW/ BACK SLAPS Pertahankan korban jangan sampai tersungkur3. Berikan pukulan / hentakan keras 5 kaliI , dengan kepalan ( genggaman tangan ). Pada titik silang garis imaginasi tulang belakang dan garis antar belikat. Bila belum berhasil secara pelan segera baringkan korban pada posisi terlentang. Lakukan abdominal thrust.

ABDOMINAL THRUST

Korban berdiri/Korban dewasa sadar1. Rangkul korban yang sedang sempoyongan dengan

kedua lengan dari belakang2. Lakukan hentakan tarikan, 5 kali dengan menarik

kedua lengan penolong bertumpuk pada kepalan keduatangannya tepat di titik hentak yang terletak padapertengahan pusar dan titik ulu hati korban.

Bila belum berhasil secara pelan segera baringkan korban pada posisi terlentang. Lakukan abdominal thrust.

Page 7: Manual Mahasiswa Emergency 2011

7

ABDOMINAL THRUST

Korban terbaring /Korban dewasa tidak sadar1. Bila korban jatuh tidak sadar, segera baringkan

terlentang2. Penolong mengambil posisi seperti naik kuda diatas

tubuh korban atau disamping korban sebatas pinggulkorban.

3. Lakukan hentakan mendorong 5 kali denganmenggunakan kedua lengan penolong bertumpu tepatdiatas titik hentakan ( daerah epigastrium ).

Yakinkan benda asing sudah bergeser atau sudah keluar dengan cara :

- Lihat ke dalam milut korban, bila terlihat diambil- Bila tak terlihat, tiupkan napas mulut kemul;ut,

sampil memperhatikan bila tiupan dapat masukparu-paru ,Dada mengembang artinya, jalan napastelah terbuka

- Sebaliknya bila tiupan tidak masuk artinya jalannapas masih tersumbat ,segera lakukanABDOMINAL THRUST LAGI ,dan seterusnya

Bila tidak berhasil pikirkan siapkan krikotiroidotomi kemudian disusul trakeostomi.

Page 8: Manual Mahasiswa Emergency 2011

8

KrikotiroidotomiPengertian

Melakukan penusukan pada membrana krikotiroid dengan jarum berukuran besar sebagai

jalan pintas untuk melakukan oksigenasi dan ventilasi pada penderita gagal napas akibat

sumbatan jalan napas atas.

Tujuan pembelajaran :

Setelah pembelajaran ini mahasiswa diharapkan mampu :

1. Mampu melakukan tindakan penusukan di membranan krikotiroid

2. Mampu menyiapkan alat-alat yang dibutuhkan untuk tindakan krikotiroidotomi

3. Mampu melakukan tindakan penangan jalan napas darurat pasca penusukan

membrana krikotiroid

Media dan alat pembelajaran:

1. Buku panduan peserta skill lab sistim emergensi dan traumatologi

2. Video dan slide krikotiroidotomi

3. Boneka manikin

4. Meja atau tempat instrumen

5. Sarung tangan

6. Larutan desinfektan (alcohol, povidon iodine) dan kapas

7. Spoit 12 cc cc 2 buah

8. Lidokain 2 %

9. Perlengkapan Jet insufflasi : Pipa berbentu Y , dimana satu lubangan dihubungkan

dengan ogsigen dan tabung oksigen

10. Kateter IV polyurethane protective ukuran 12 sampai 14 2 buah

11. Gause steril atau pembalut steril

12. Salep antibiotik

13. Plester atau pita kain

14. Wastafel untuk cuci tangan dan sabun antiseptic.

Indikasi

1. Bila ada sumbatan jalan napas atas yang nyata

2. Bila usaha memberikan napas bantu (ventilasi ) dengan bag-valve-mask gagal

dilakukan.

Page 9: Manual Mahasiswa Emergency 2011

9

Metode Pembelajaran

Demonstrasi kompetensi sesuai dengan penuntun belajar

Deskripsi kegiatan krikotiroidotomi

Kegiatan Waktu Deskripsi

1. Pengantar 5 menit 1. Perkenalan, mengatur posisi duduk mahasiswa2. Penjelasan singkat tentang prosedur kerja, peran masing-masing mahasiswa dan alokasi waktu.

2. Demonstrasi singkat

tentang tindakan

krikotiroidotomi oleh

Instruktur.

5 menit 1. Seluruh mahasiswa melihat demonstrasi tindakan krikotiroidotomi oleh Instruktur oleh instruktur pada model2. Diskusi singkat bila ada yang kurang dimengerti.

3. Praktek tindakan

krikotiroidotomi

10 menit 1. Satu orang mahasiswa sebagai asisten membantumenyiapkan seluruh perlengkapan tindakankrikotiroidotomi.Satu orang mahasiswa mempraktekkan tindakan krikotiroidotomi. Mahasiswa lainnyamenyimak dan mengoreksi bila ada yang kurang.2. Instruktur memperhatikan dan memberikan bimbingan bila mahasiswa kurang sempurna melakukan praktek.3. Iinstruktur berkeliling diantara mahasiswa dan melakukan supervisi menggunakan ceklis/daftar tilik.

4. Diskusi 10 menit 1. Diskusi tentang kesan mahasiswa terhadap praktek tindakan krikotiroidotomi : apa yang dirasa mudah, apa yang sulit.2. Mahasiswa memberikan saran atau koreksi tentang jalannya praktek hari itu. Instruktur mendengar dan memberikan jawaban.3. Instruktur mejelaskan penilaian umum tentang jalannya praktek tindakan krikotiroitomi : apakah secara umum berjalan baik,

apakah ada sebagaian mahasiswa yang masihkurang. Bila perlu mengumumkan hasil masing-masing mahasiswa.

Total waktu 30 menit

Page 10: Manual Mahasiswa Emergency 2011

10

PENUNTUN BELAJAR

KETERAMPILAN KRIKOTIROIDITOMI

Langkah-langkah/Kegiatan KeteranganPersiapan awal prapemasangan

1. Periksa semua kelengkapan alatHubungkan selang oksigen dengan salah satu lubang pipa Ydan pastikan oksigen mengalir dengan lancar melaluiselangnya

2. Pasang kateter IV ukuran 14 pada spoit 12 cc

Tindakan krikotiroidotomi

3. Desinfeksi daerah leher dengan antiseptik

4. Palpasi membrana krikoidea, sebelah anterior antara kertilagotiroid dan krikoid. Pegang trakea dengan ibu jari dan telunjukdengan tangan kiri agar trakea tidak bergerak ke lateral padawaktu prosedur.

5. Dengan tangan yang lain (kanan) tusuk kulit pada garis tengah (midline) di atas membran krikoidea dengan jarum besar ukuran 12 sampai 14 yang telah dipasang pada semprit.

Untuk memudahkan masuknya jarum maka dapat dilakukanincisi kecil di tempat yang akan ditusuk dengan pisau ukuran11.

6. Arahkan jarum dengan sudut 45 ke arah kaudal, kemudian dengan hati-hati tusukkan jarum sambil mengisap semprit. Bila teraspirasi udara atau tampak gelembung udara pada semprit yang terisi aquades menunjukkan masuknya jarum ke

dalam lumen trakea.7. Lepas semprit dengan kateter IV, kemudian tarik mandrin sambil dengan lembut mendorong kateter ke arah bawah.8. Sambungkan ujung kateter dengan salah satu ujung slang oksigen berbentuk Y9. Ventilasi berkala dapat dilakukan dengan menutup salah satu lubang slang oksigen berbentuk Y yang terbuka dengan ibu jari selama 1 detik dan membukanya selama 4 detik. Tindakan seperti ini dapat bertahan selama 30 sampai 45 detik.

Page 11: Manual Mahasiswa Emergency 2011

11

PEMBERIAN NAPAS BANTU

Pengertian : Memberikan napas bantu dengan atau tanpa alat bantu pada penderita gagalnapas apapun penyebabnya.

Tujuan pembelajaran : setelah pembelajaran ini mahasiswa diharapkan :1. Mampu menyiapkan alat yang diperlukan untuk membrikan napas bantu2. Mampu memberikan napas bantu pada penderita gagal napas tanpa alat3. Mampu memberikan napas bantu pada penderita gagal napas tanpa dengan

menggunakan alat .

Media dan alat pembelajaran:

1. Buku panduan peserta skill lab sistim emergensi dan traumatologi2. Video dan slide Cara pengelolaan jalan napas3. Boneka manikin intubasi dewasa dan anak.4. Pipa orofaring berbagai ukuran5. Pipa orotrakea berbagai ukuran6. Pipa orotrakea berbagai ukuran7. Pipa nasotrakea berbagai ukuran8. Bag-valve-mask9. Slang oksigen dan tangki oksigen10. Pegangan laringoskop dan baterai11. Daun laringoskop berbagai ukuran dan lampu cadangan12. Plaster13. Stetoskop14. Pelumas pipa endotrakea15. Semprotan anestetik lokal untuk nasal16. Semirigid cervical collar17. Magill forcep18. Stylet (introducer) pipa ndotrakea yang dapat dibengkokkan19. Spatula lidah20. Sarung tangan21. Gause kering22. Suction23. Pipa suction kaku dan lentur

Indikasi

Dilakukan pada`penderita gagal napas

Page 12: Manual Mahasiswa Emergency 2011

12

Metode Pembelajaran

Demonstrasi kompetensi sesuai dengan penuntun belajar

Deskripsi kegiatan pengelolaan jalan napas

Kegiatan Waktu Deskripsi

1. Pengantar 5 menit 1. Perkenalan, mengatur posisi duduk mahasiswa2. Penjelasan singkat tentang prosedur kerja, peranmasing-masing mahasiswa dan alokasi waktu.

2. Demonstrasi singkat

tentang cara pemberian

napas bantu oleh

instruktur.

10 menit 1. Seluruh mahasiswa melihat demonstrasi caraPemberian napas bantu oleh Instruktur padamodel

2. Diskusi singkat bila ada yang kurang dimengerti.

3. Praktek cara

pemberian napas bantu.

10 menit 1. Satu orang mahasiswa sebagai asistenmembantu menyiapkan seluruh alat. Satu orangmahasiswa mempraktekkan cara pemberian napasbantu. Mahasiswa lainnya menyimak dan mengoreksibila ada yang kurang.2. Instruktur memperhatikan dan memberikanbimbingan bila mahasiswa kurang sempurnamelakukan praktek.3. Iinstruktur berkeliling diantara mahasiswa danmelakukan supervisi menggunakan ceklis/daftar tilik.

4. Diskusi 10 menit 1. Diskusi tentang kesan mahasiswa terhadap praktekcara pemberian napas bantu: apa yang dirasamudah, apa yang sulit.2. Mahasiswa memberikan saran atau koreksi tentangjalannya praktek hari itu. Instruktur mendengar danmemberikan jawaban.3. Instruktur mejelaskan penilaian umum tentangjalannya praktek tindakan pemberian napas bantu :apakah secara umum berjalan baik, apakah adasebagaian mahasiswa yang masih kurang. Bila perlumengumumkan hasil masing-masing mahasiswa.

Total waktu 35 menit

Page 13: Manual Mahasiswa Emergency 2011

13

PENUNTUN BELAJAR

KETERAMPILAN PEMBERIAN NAPAS BANTU

Langkah-langkah/Kegiatan KetPersiapan awal

Periksa semua kelengkapan alat

Ventilasi bag-valve-mask

1. Pilih ukuran masker yang cocok dengan wajah penderita

2. Hubungkan selang oksigen dengan alat bag-valve-mask dan atur aliran

oksigen sampai 12 L/menit.

3. Pastikan jalan napas penderita bebas dan tetap dipertahankan dengan

teknik yang telah dijelaskan pada bab lain.

4. Pasang pipa orofaring

5. Tangan kiri memegang masker sedemikian rupa sehingga masker rapat

ke wajah penderita dan pastikan tidak ada udara yang keluar dari sisi

masker pada saat bag dipompa. Tangan kanan memegang bag dan

memompa sampai dada penderita (boneka) terlihat mengembang.

6. Bila dilakukan oleh dua orang : satu orang memegang masker dengan

kedua tangan dan satu orang lagi memegang bag (kantong) dan

memompa dengan kedua tangan.

7. Kecukupan ventilasi dinilai dengan melihat gerakan dada penderita

(boneka).

8. Ventilasi diberikan tiap 5 detik.

Intubasi orotrakea

1. Pasikan bahwa jalan napas tetap bebas dan oksigenasi tetap berjalan.

2. Bila penderita sementara diberikan napas bantu dengan bag-valve-mask,

berikan preoksigenasi yang cukup sebelum dilakukan intubasi.

3. Kembangkan pipa endotrakea untuk memastikan bahwa balon tidak

bocor. Bila tidak bocor dikempiskan kembali

4. Sambungkan daun laringoskop pada pemegangnya kemudian periksa

Page 14: Manual Mahasiswa Emergency 2011

14

terangnya lampu.

5. Pegang laringoskop dengan tangan kiri.

6. bila terpasang pipa orofaring sebelumnya, maka segera dilepaskan

7. Masukkan laringoskop pada bagian kanan mulut penderita dan

menggeser lidah ke sebelah kiri.

8. Secara visual identifikasi epiglottis kemudian pita suara.

9. Dengan hati-hati masukkan pipa endotrakea ke dalam trakea tanpa

menekan gigi atau jaringan di mulut.

10. Kembangkan balon dengan udara dari spoit secukupnya sampai tidak

terdengar udara dari sela pipa endotrakea dan trakea.

11. Sambungkan pipa endotrakea dengan bag-valve kemudian pompa sambil

melihat pengembangan dada.

12. Auskultasi dada kiri-kanan apakah bunyi pernapasan sama. Auskultasi

abdomen untuk memastikan pipa terpasang dengan benar.

13. Pasang pipa orotrakea kemudian pipa endotrakea difiksasi dengan plaster

ke mulut.

Page 15: Manual Mahasiswa Emergency 2011

15

TORAKOTOMI DENGAN JARUM(needle thoracocenthesis)

Pengertian

Melakukan penusukan pada dinding dada di interkostal dua dengan maksud

mengeluarkan udara di pleura pada kasus tension pneumotoraks

Tujuan pembelajaran :

Setelah pembelajaran ini mahasiswa diharapkan mampu :

1. Mampu melakukan tindakan penusukan jarum di interkostal dua

2. Mampu menyiapkan alat-alat yang dibutuhkan untuk tindakan torakostomi jarum

Media dan alat pembelajaran:

1. Buku panduan peserta skill lab sistim emergensi dan traumatologi

2. Video dan slide torakostomi jarum

3. Boneka manikin

4. Meja atau tempat instrumen

5. Sarung tangan

6. Larutan desinfektan (alcohol, povidon iodine) dan kapas

7. Spoit 12 cc cc 2 buah

8. Lidokain 2 %

9. Kateter IV polyurethane protective ukuran 12 sampai 14 2 buah

10. Gause steril atau pembalut steril

11. Cairan nacl 0,9 % steril

12. Wastafel untuk cuci tangan dan sabun antiseptic.

Indikasi

Pada kasus tension pneumotoraks.

Metode Pembelajaran

Demonstrasi kompetensi sesuai dengan penuntun belajar

Page 16: Manual Mahasiswa Emergency 2011

16

Deskripsi kegiatan torakostomi jarum

Kegiatan Waktu Deskripsi

1. Pengantar 5 menit 1. Perkenalan, mengatur posisi duduk mahasiswa2. Penjelasan singkat tentang prosedur kerja, peranmasing-masing mahasiswa dan alokasi waktu.

2. Demonstrasi singkat

tindakan torakostomi

jarum oleh Instruktur.

5 menit 1. Seluruh mahasiswa melihat demonstrasi tindakantorakostomi jarum oleh Instruktur pada model2. Diskusi singkat bila ada yang tidak dimengerti.

3. Praktek tindakan

torakostomi jarum

10 menit 1. Satu orang mahasiswa sebagai asisten membantumenyiapkan seluruh perlengkapan tindakantorakostomi jarum Satu orang mahasiswamempraktekkan tindakan torakostomi jarum .Mahasiswa lainnya menyimak dan mengoreksi bilaada yang kurang.2. Instruktur memperhatikan dan memberikanbimbingan bila mahasiswa kurang sempurnamelakukan praktek.3. Iinstruktur berkeliling diantara mahasiswa danmelakukan supervisi menggunakan ceklis/daftar tilik.

4. Diskusi 10 menit 1. Diskusi tentang kesan mahasiswa terhadap praktektindakan torakostomi jarum : apa yang dirasa mudah,apa yang sulit.2. Mahasiswa memberikan saran atau koreksi tentangjalannya praktek hari itu. Instruktur mendengar danmemberikan jawaban.3. Instruktur mejelaskan penilaian umum tentangjalannya praktek tindakan torakostomi jarum : apakahsecara umum berjalan baik, apakah ada sebagaianmahasiswa yang masih kurang. Bila perlumengumumkan hasil masing-masing mahasiswa.

Total waktu 30 menit

Page 17: Manual Mahasiswa Emergency 2011

17

PENUNTUN BELAJARKETERAMPILAN TORAKOSTOMI JARUM

Langkah-langkah/Kegiatan KeteranganPersiapan awal prapemasangan

1. Periksa semua kelengkapan alat

2. Pasang kateter IV ukuran 14 pada spoit 12 cc yang telah

diisi air kira-kira 5 ml.

Tindakan torakostomi jarum

3. Desinfeksi daerah dada yang akan ditusuk dengan antiseptik

4. Identifikasi daerah sela iga dua di daerah pertengahan

clavicula.. Bila pasien sadar bisa disuntikkan anestesi local.

5. Tusukkan jarum yang telah dihubungkan dengan spoit di

bagian atas dari kosta tiga hingga keluar udara ditandai

dengan adanya gelembung pada air di spoit.

6. Evaluasi ulang pernapasan pasien, apakah ada perbaikan atau

Tidak.

RESUSITASI JANTUNG PARU

Pengertian : Melakukan pijatan jantung luar untuk mengatasi henti napas dan hentijantung.Tujuan pembelajaran : setelah pembelajaran ini mahasiswa diharapkan mampu :

1. Mampu melakukan ressusitasi pada penderita dengan henti napas

2. Mampu melakukan pijatan jantung luar pada penderita henti jantung.

Media dan alat pembelajaran:

1. Buku panduan peserta skill lab sistim emergensi dan traumatologi

2. Video dan slide Cara pengelolaan jalan napas

3. Boneka manikin dewasa dan anak.

Indikasi

Dilakukan pada`penderita henti napas dan atau henti jantung apapun sebabnya.

Page 18: Manual Mahasiswa Emergency 2011

18

Metode Pembelajaran

Demonstrasi kompetensi sesuai dengan penuntun belajar

Deskripsi kegiatan resusitasi jantung paru (RJP).

Kegiatan Waktu Deskripsi

1. Pengantar 5 menit 1. Perkenalan, mengatur posisi duduk mahasiswa2. Penjelasan singkat tentang prosedur kerja, peran masing-masing mahasiswa dan alokasi waktu.

2. Demonstrasi singkat

tentang cara RJP oleh

instruktur.

10 menit 1. Seluruh mahasiswa melihat demonstrasicara RJP oleh Instruktur pada model2. Diskusi singkat bila ada yang kurang dimengerti.

3. Praktek cara RJP. 10 menit 1. Satu orang mahasiswa mempraktekkancara RJP. Mahasiswa lainnya menyimak dan mengoreksi bila ada yang kurang.2. Instruktur memperhatikan dan memberikan bimbingan bila mahasiswa kurang sempurna melakukan praktek.3. Instruktur berkeliling diantara mahasiswa dan melakukan supervisi menggunakan ceklis/daftar tilik.

4. Diskusi 10 menit 1. Diskusi tentang kesan mahasiswa terhadap praktek cara RJP: apa yang dirasa mudah, apa yang sulit.2. Mahasiswa memberikan saran atau koreksi tentang jalannya praktek hari itu. Instruktur mendengar dan memberikan jawaban.3. Instruktur mejelaskan penilaian umum tentang jalannya praktek RJP : apakah secara umum berjalan baik, apakah ada sebagaian mahasiswa yang masih kurang. Bila perlu mengumumkan hasil masing-masing mahasiswa.

Total waktu 35 menit

Page 19: Manual Mahasiswa Emergency 2011

19

PENUNTUN BELAJAR

KETERAMPILAN RESUSITASI JANTUNG PARU

Langkah-langkah/Kegiatan KeteranganPersiapan awal

Periksa semua kelengkapan alat

Tindakan oleh satu orang penolong

1. Atur posisi pasien dan letakkan pada dasar yang keras

2. Pada korban tidak sadar pastikan penderita tidak sadar dengan

cara memanggil, menepuk punggung, menggoyang atau

mencubit.

3. Minta segera pertolongan dengan cara berteriak tanpa

meninggalkan pasien.

4. Periksa apakah pasien bernapas atau tidak

5. Bila tidak bernapas buka dan bebaskan jalan napas

6. Periksa kembali apakah pasien bernapas setelah pembebasan

jalan napas.

7. Bila tidak bernapas atau napas tersengal-sengal, berikan napas

buatan dua kali, pelan dan penuh sambil melihat

pengembangan dada.

8. Raba denyut karotis

9. Bila tidak teraba lakukan pijatan jantung luar 30 kali pada

titik tumpu yaitu 2 jari diatas processus xyphoideus.

Kemudian dilanjutkan dengan napas buatan sebanyak 2 kali

tiupan.

10. Letakkan satu tangan pada titik tekan, tangan lain di atas

punggung tangan pertama.

11. Kedua lengan lurus dan tegak lurus pada sternum. Kedua lutut

penolong merapat, lutut menempel bahu korban.

12. Tekan ke bawah 4 – 5 cm pada orang dewasa , dengan cara

Page 20: Manual Mahasiswa Emergency 2011

20

menjatuhkan berat badan ke sternum korban .

13. Kompresi secara ritmik & teratur 100 kali/menit Lakukan

evaluasi tiap akhir siklus kelima terhadap napas, denyut

jantug, kesadaran dan reaksi pupil.

14. Bila napas dan denyut belum teraba lanjutkan RJP hingga

korban membaik.

Tindakan oleh dua orang penolong

1. Langkah 1- 15 diatas tetap dilakukan oleh penolong pertama

hingga penolong kedua datang

2. Saat penolong pertama melakukan evaluasi, penolong kedua

mengambil posisi untuk menggantikan pijat jantung.

3. Bila denyut nadi belum teraba, penolong pertama memberikan

napas buatan dua kali secara perlahan sampai dada terlihat

pengembang, disusul penolong kedua memberikan pijat

jantung sebanyak 30 kali.

Page 21: Manual Mahasiswa Emergency 2011

21

KANULASI VENA PERIFER

Pengertian

Melakukan penusukan pada vena yang letaknya superficial di lengan, tungkai, leher atau

kepala dengan kateter intravena sesuai dengan indikasi.

Tujuan pembelajaran : setelah pembelajaran ini mahasiswa diharapkan mampu :

1. Mengetahui indikasi pemasangan kateter intravena (infuse)

2. Mampu menjelaskan maksud pemasangan kepada pasien dan menjelaskan

prosedurnya.

3. Mampu menyiapkan alat-alat yang dibutuhkan untuk pemasangan infus

4. Mampu melakukan penusukan vena dengan benar

5. Mampu melakukan fiksasi kateter vena dengan benar.

Media dan alat pembelajaran:

1. Buku panduan peserta skill lab sistim emergensi dan traumatologi

2. Video dan slide kanulasi intravena

3. Boneka manikin dan vein replacement kit dan advanced veni puncture and

injection arm.

4. Torniket

5. Sarung tangan

6. Larutan desinfektan (alcohol, povidon iodine)

7. Spoit 1 cc

8. Lidokain 2 %

9. Infus set atau transfusi set

10. Larutan intravena (RL atau NS 0,9 %)

11. Kateter IV polyurethane protective (berbagai ukuran untuk dewasa dan anak)

12. Gause steril atau pembalut steril

13. Salep antibiotik

14. Plester

15. Wastafel untuk cuci tangan dan sabun antiseptic.

Page 22: Manual Mahasiswa Emergency 2011

22

Indikasi

1. Untuk pemberian cairan

2. Sebagai akses untuk obat-obat intravena

3. Bagian dari tindakan resusitasi

4. Akan dilakukan operasi

5. Pemberian nutrisi parenteral perifer

Metode Pembelajaran

Demonstrasi kompetensi sesuai dengan penuntun belajar

Deskripsi kegiatan kanulasi vena perifer

Kegiatan Waktu Deskripsi

1. Pengantar 5 menit 1. Perkenalan, mengatur posisi duduk

mahasiswa

2. Penjelasan singkat tentang prosedur

kerja, peran masing-masing mahasiswa

dan alokasi waktu.

2. Demonstrasi singkat

tentang pemasangan

infuse oleh Instruktur.

5 menit 1. Seluruh mahasiswa melihat

demonstrasi pemasangan infuse oleh

instruktur pada model

2. Diskusi singkat bila ada yang kurang

dimengerti.

3. Praktek Pemasangan

Infus

15 menit 1. satu orang mahasiswa bertindak sebagai

orang tua atau keluarga penderita. Satu

orang lagi bertindak sebagai asisten

membantu menyiapkan seluruh

perlengkapan pemasangan infuse dan

Page 23: Manual Mahasiswa Emergency 2011

23

memfiksasi lengan pasien/model. Satu orang

mahasiswa mempraktekkan pemasangan

infuse. Mahasiswa lainnya menyimak dan

mengoreksi bila ada yang kurang.

2. Instruktur memperhatikan dan memberikan

bimbingan bila mahasiswa kurang sempurna

melakukan praktek.

3. Iinstruktur berkeliling diantara mahasiswa

dan melakukan supervise menggunakan

ceklis/daftar tilik.

4. Diskusi 10 menit 1. Diskusi tentang kesan mahasiswa terhadap

praktek pemasangan infuse : apa yang dirasa

mudah, apa yang sulit.

2. Mahasiswa memberikan saran atau koreksi

tentang jalannya praktek hari itu. Instruktur

mendengar dan memberikan jawaban.

3. Instruktur mejelaskan penilaian umum

tentang jalannya praktek pemasangan infuse:

apakah secara umum berjalan baik, apakah

ada sebagaian mahasiswa yang masih

kurang. Bila perlu mengumumkan hasil

masing-masing mahasiswa.

Total waktu 35 menit

Page 24: Manual Mahasiswa Emergency 2011

24

PENUNTUN BELAJAR

KANULASI VENA PERIFER

Langkah-langkah/Kegiatan Keterangan tambahanPersiapan awal prapemasangan

1. Memeriksa kartu atau status

medical recor pasien (tentang

diagnosis penyakit, riwayat alergi,

adanya gangguan perdarahan, dll)

2. Memeriksa semua kelengkapan alat Periksa apakah infus/transfuse set sudah

dihubungkan dengan cairan

Pastikan bahwa dalam slang tersebut tidak

terdapat udara

Siapkan 3 nomor kateter IV yang

diperkirakan mampu dipasang

3. Menjelaskan prosedur pada pasien

atau keluarga pasien

Ciptakan suasana menyenangkan dengan

mengucapkan salam, bila perlu saat

menyapa meraba atau menyalami pasien.

Tindakan pemasangan kateter IV

4. Identifikasi dan melakukan penilain

terhadap vena yang akan dipilih

Pilihlah tempat yang paling distal untuk

menjaga potensial yang lebih proximal.

Lebih baik memilih ekstremitas yang non-

dominan

Pilih daerah dorsal manus

Jangan menginsersi daerah pergelangan

atau antekubiti

5. Cuci tangan dengan sabun

antimikroba

6. Memakai sarung tangan

7. Memasang torniket Bila diperlukan, asisten dapat

diperbantukan untuk imobilisasi pasien

Page 25: Manual Mahasiswa Emergency 2011

25

Pertama-tama aliran darah vena diperas

terlebih dahulu ke bagian distal atau dapat

pula dengan cara lengan diletakkan lebih

rendah di bawah level jantung.

Tempat pemasangan torniket sebaiknya

pada pertengahan lengan ( antara

pergelangan tangan dan siku ) atau

pertengahan tungkai bawah sedikit

dibawahnya.

Pemasangan torniket jangan terlalu kuat

tapi juga jangan terlalu lunak.

Apabila menggunakan slang karet sebagai

torniket, tidak boleh diikat dengan simpul

mati tetapi harus dengan simpul hidup agar

lebih mudah dilepaskan .

Bila torniket sudah dipasang tetapi vena

belum terbendung, dapat dilakukan tepukan

pada vena dengan telapak tangan atau

dilakukan pemanasan/penghangatan vena

dengan menggunakan has/handuk hangat

yang telah direndam dalam air hangat

supaya terjadi vasodilatasi vena.

8. Membersihkan tempat insersi

dengan desinfektan (alcohol) dan

biarkan sampai kering

Setelah kulit dibersihkan, harus diterapkan

“no-touch”

9. Tangan kiri menggenggam area di

bawah tempat penusukan, gunakan

ibujari untuk menstabilisasi vena

dan jaringan lunak.

Bila yang diinsersi daerah dorsal manus

penderita dapat disuruh untuk

menggengngam tangannya.

10. Lakukan anestesi local di daerah

Page 26: Manual Mahasiswa Emergency 2011

26

insersi dengan menggunakan jarum

halus (spoi 1 cc). Bila tersedia

sebelumnya diberikan anestesi local

berbentuk krem (EMLA)

11. Memposisikan bevel kateter IV

menghadap ke atas, pegang diantara

ibu jari dan jari telunjuk

12. Memegang kateter dengan

membentuk sudut 45 diatas

permukaan kulit dan jaringan

dibawahnya menuju vena tapi tidak

menembus vena

Pendekatan yang dapat dilakukan dalam

menusuk vena yaitu :

Secara sentral : tusukan langsung

mengenai vena .

Cara ini tidak terlalu baik karena

apabila tusukan terlalu dalam dapat

mengenai jaringan di bawah vena dan

menyebabkan ekstravasasi apabila vena

bocor.

Secara paravena : tusukan dari samping

vena dulu, baru kemudian jarum di

arahkan masuk kedalam vena.

Cara ini merupakan cara yang terbaik

untuk mencapai vena.

13. Posisikan kateter lebih rendah

hingga hampir sejajar dengan

permukaan kulit dan gerakkan

ujung jarum melewati vena secara

langsung

14. Dorong kateter memasuki vena

dengan pelan, pastikan adanya

aliran balik vena.

Apabila terasa sensasi resistensi yang

segera diikuti oleh penetrasi yang mulus,

maka hal itu menandakan kateter telah

Page 27: Manual Mahasiswa Emergency 2011

27

memasuki vena.

15. Dorong kateter beserta mandrinnya

kira-kira sejauh 3-5 mm lagi untuk

memastikan kateter telah memasuki

lumen vena

Jauhnya dorongan yang dilakukan

bergantung pada ukuran dan kedalaman

vena dan ukuran kateter.

16. Tarik 27andarin keluar, dorong

kateter sampai pangkalnya

menyentuh kulit

Jangan memasukkan kembali mandrin ke

dalam kateter karena dapat merobek kateter

tersebut

17. Buang 27andarin bekas pakai ke

dalam pembungkus kateter tadi

Pastikan mandrin tersebut telah masuk ke

dalam pembungkus kateter sampai

terdengar bunyi ”klik” dan buang di tempat

yang aman

18. Lepaskan torniket

19. Hubungkan kateter dengan

infuse/transfuse set

Bila tersedia dapat dihubungkan dengan

”Threeway stop cock”

20. Bilas dengan saline/cairan IV dan

bersihkan bila ada sisa darah,

kemudian keringkan dengan gaus

steril agar plester dapat melekat

dengan baik

Fiksasi katetera IV

21. Rekatkan 1 plester lebar 5 mm

secara menyilang sedemikian rupa

sehingga berbentuk huruf V di

bawah pangkal kateter hingga

menutupi tempat insersi kateter

tersebut.

Gunakan 2 lembar plester , satu untuk

fiksasi kateter I.V dan yang satunya untuk

fiksasi slang infus set.

Panjang plester yang digunakan ukurannya

sekitar 15-20 cm, jangan terlalu lebar atau

terlalu kecil ( lebarnya sekitar 0,5 mm ).

Bentuk fiksasi dibuat seperti bentuk V ,

agar keduanya tidak mudah lepas .

22. Rekatkan 1 plester untuk

memfiksasi infuse/transfuse set

Slang infus jangan dilengkungkan baru

difiksasi ke kulit karena akan membatasi

Page 28: Manual Mahasiswa Emergency 2011

28

secara menyilang berbentuk huruf

V

kita bila akan menambah suntikan ke dalam

vena melalui karet infus.

Tindakan pascapemasangan

23. Imobilisasi ekstremitas dengan

papan pengalas bila ada indikasi

Misalnya : bila diinsersikan di

daerah sendi, pada anak-anak/bayi

Jangan gunakan gause atau bahan lainnya

sebagai pembalut di atas tempat insersi

24. Instruksi pada pasien :

Hindari gerakan-gerakan

lengan yang tidak perlu

Segera beritahu perawat/

dokter bila lengan

membengkak, nyeri, atau

jika terjadi kebocoran dari

tempat insersi

25. Label bahan pembalut dengan

tanggal, ukuran kateter dan inisial

yang memasang infuse.

26. Tulis juga distatus penderita

tentang:

tanggal pemasangan,

ukuran kateter

inisial yang memasang

infuse.

Tempat insersi

Toleransi pasien dan respon

terhadap terapi.

Page 29: Manual Mahasiswa Emergency 2011

29

PENUNTUN BELAJAR

KETERAMPILAN RESUSITASI PADA BAYI BARU LAHIR

Langkah-langkah/Kegiatan KeteranganPersiapan awal

Periksa semua kelengkapan alat

Langkah awal1. Letakkan bayi di bawah pemancar panas yang telah dinyalakan

sebelumnya.2. Letakkan bayi dengan kepala sedikit tengadah/sedikit ekstensi.3. Hisap mulut kemudian hidung4. Keringkan tubuh dan kepala dari cairan amnion5. Singkirkan kain basah.6. Perbaiki posisi kepala bayi agar leher agak tengadah.

Buka jalan napas1. Bersihkan mulut dan hidung bayi dengan penghisap.2. Posisikan bayi terlentang, kepala posisi tengadah jangan melakukan

ekstensi yang berlebihan3. Berikan ganjal punggung dengan kain setebal 2.5 cm bila kepala

bayi besar atau occiputnya menonjol.4. Jika pernapasan dangkal atau tersengal-sengal segera hisap lendir

mulai dari mulut kemudian hidung. Pengisapan jangan terlalu lama(6 detik).

5. Evaluasi pernapasan, frekuensi jantung, dan warna kulit.6. Jika ketuban keruh atau bercampur meconium kental bila bayi

menunjukkan usaha napas yang baik, tonus otot yang baik, danfrekuensi jantung lebih dari 100 kali/menit, anda cukupmembersihkan sekret dan mekonium dari mulut dan hidung denganmenggunakan balon penghisap yang biasa digunakan atau kateterpenghisap berukuran 12F atau 14F.

Rangsangan taktilCara rangsang taktil yang aman :

1. Menepuk / menyentil telapak kaki2. Menggosok punggung/perut/dada/ekstremitas

Evaluasi kondisi bayi1. Nilai pernapasan bayi dengan melihat pengembangan dada dan

warna kulit. Dengaran suara napas di seluruh lapangan parudengan stetoskop.

2. Nilai denyut jantung dengan mendengar irama jantung denganstetoskop. Hitung frekwensi denyut jantung

3. Nilai warna kulit apakah kemerahan/sianosis perifer atau sianosissentral.

Page 30: Manual Mahasiswa Emergency 2011

30

Pemberian napas bantu1. Jika pernapasan tetap tersengal atau apnu setelah rangsangan

singkat, segera berikan pernapasan buatan atau ventilasi tekananpositif dengan oksigen 100 %.

2. Posisikan kepala bayi sedikit ekstensi atau ganjal bahu3. Bersihkan sekret terlebih dahulu dan pastikan jalan napas bersih.4. Pasang pipa orofaring5. Letakkan sungkup di wajah bayi dengan rapat agar tidak bocor

melalui sisi sungkup6. Berikan tekanan positip melalui bag-valve-mask (ambubag) dengan

lembut sambil melihat pengembangan dada bayi.7. Selanjutnya evaluasi lagi pernapasan dan denyut jantung secara

simultan.8. Bila ventilasi tekanan positip tidak efektif dapat dilakukan intubasi

endotrakeal.Pijat Jantung (penekanan dada)1. Indikasi pijat jantung bila setelah 30 detik dilakukan VTP dengan

100% O2 , FJ tetap < 60 kali / menit2. Diperlukan 2 orang : 1 orang yang melakukan pijat jantung dan 1

orang yang terus melanjutkan ventilasi. Pelaksana kompresi : menilai dada & menempatkan posisi tangan

dengan benar Pelaksana ventilasi : menempatkan sungkup wajah secara efektif &

memantau gerakan dada.3. Penekanan dada dilakukan pada sepertiga bagian tengah sternum,

dibawah garis imajiner yang menghubungkan papilla mammae.4. Teknik ibu jari :

1.Kedua ibu jari menekan tulang dada2.Kedua tangan melingkari dada dan jari-jari tangan menopang bagian

belakang bayi5. Teknik dua jari :

1.Ujung jari tengah dan jari telunjuk atau jari manis dari satu tangandigunakan untuk menekan tulang dada

2.Tangan yang lain digunakan untuk menopang bagian belakang bayi.6. Lokasi untuk kompresi dada :

• Gerakkan jari sepanjang tepi bawah iga sampai mendapatkan sifoid• Letakkan ibu jari atau jari-jari lain pada tulang dada, tepat diatas

sifoid dan pada garis yang menghubungkan kedua puting susu.7. Tekanan saat kompresi dada :

• Kedalaman + 1/3 diameter antero-posterior dada• Lama penekanan lebih singkat dari pada lama pelepasan• Jangan mengangkat ibu jari atau jari-jari tangan dari dada di antara

penekanan.8. Frekuensi : ”satu-dua-tiga-pompa-...” Satu siklus kegiatan terdiri atas tiga kompresi + satu ventilasi. Rasio 3 :1 1 siklus ( 2detik)

Page 31: Manual Mahasiswa Emergency 2011

31

1½ detik : 3 kompresi dada ½ detik : 1 ventilasi 90 kompresi + 30 ventilasi dalam 1 menit

9. Setelah 30 detik kompresi dada dan ventilasi , periksa frekuensijantung. Jika frekuensi jantung :

a. Lebih dari 60 kali/menit, hentikan kompresi dan lanjutkanventilasi dengan kecepatan 40-60 kali pompa/menit.

b. lebih dari 100 kali/menit, hentikan kompresi dada dan hentikanventilasi secara bertahap jika bayi bernapas spontan.

c. kurang dari 60 kali/menit, lakukan intubasi pada bayi jika belumdilakukan, dan berikan epinefrin, lebih disukai dengan cara intravena.Intubasi menyediakan cara yang lebih terpercaya untuk melanjutkanventilasi

Page 32: Manual Mahasiswa Emergency 2011

32

Page 33: Manual Mahasiswa Emergency 2011

33

RESUSITASI BAYI DAN ANAK

Pengertian : Melakukan resusitasi bayi dan anak akibat gawat napas dan sirkulasi.Tujuan pembelajaran : setelah pembelajaran ini mahasiswa diharapkan :

1. Mampu melakukan penilaian kegawatan napas dan sirkulasi2. Mampu melakukan resusitasi bayi dan anak yang mengalami gangguan

pernapasan yang mengancam jiwa3. Mampu membebaskan dan membersihkan jalan napas pada bayi dan anak.4. Mampu memberikan napas bantu pada bayi dan anak yang tidak bisa

bernapas/apnu.5. Mampu melakukan pijatan jantung luar pada bayi dan anak yang mengalami henti

jantung.Media dan alat pembelajaran:

1. Buku panduan peserta skill lab sistim emergensi dan traumatologi2. Boneka manikin bayi dan anak.3. Pipa orofaring ukuran bayi dan anak.4. Kateter penghisap5. Masker resusitasi6. Balon resusitasi tipe mengembang sendiri7. Balon resusitasi tipe tidak mengembang sendiri8. Pipa lambung (gastric tube)9. Pipa endotrakeal no. 3.0 – 7,0

Indikasi1. Dilakukan pada bayi dan anak yang mengalami sumbatan jalan napas2. Dilakukan pada bayi dan anak yang tidak bernapas/apnu.3. Dilakukan pada bayi dan anak yang mengalami henti jantung.

Metode PembelajaranDemonstrasi kompetensi sesuai dengan penuntun belajar

Deskripsi kegiatan resusitasi bayi dan anak.

Kegiatan Waktu Deskripsi

1. Pengantar 5 menit 1. Perkenalan, mengatur posisi duduk mahasiswa2. Penjelasan singkat tentang prosedur kerja, peran masing-masing mahasiswa dan alokasi waktu.

2. Demonstrasi singkat

tentang cara resusitasi

bayi dan anak oleh

instruktur.

10 menit 1. Seluruh mahasiswa melihat demonstrasi cararesusitasi bayi dan anak oleh Instruktur padamodel

2. Diskusi singkat bila ada yang kurang dimengerti.

3. Praktek cara resusitasi 10 menit 1. Satu orang mahasiswa mempraktekkan cara

Page 34: Manual Mahasiswa Emergency 2011

34

bayi dan anak. resusitasi bayi dan anak. Mahasiswa lainnyamenyimak dan mengoreksi bila ada yang kurang.

2. Instruktur memperhatikan dan memberikan bimbingan bila mahasiswa kurang sempurna melakukan praktek.3. Instruktur berkeliling diantara mahasiswa dan melakukan supervisi menggunakan ceklis/daftar tilik.

4. Diskusi 10 menit 1. Diskusi tentang kesan mahasiswa terhadap praktek cara resusitasi bayi dan anak: apa yang dirasa mudah, apa yang sulit.2. Mahasiswa memberikan saran atau koreksi tentang jalannya praktek hari itu. Instruktur mendengar dan memberikan jawaban.3. Instruktur mejelaskan penilaian umum tentang jalannya praktek resusitasi bayi dan anak :

apakah secara umum berjalan baik, apakah ada sebagaian mahasiswa yang masih kurang. Bila perlu mengumumkan hasil masing-masing mahasiswa.

Total waktu 35 menit

Page 35: Manual Mahasiswa Emergency 2011

35

PENUNTUN BELAJAR

KETERAMPILAN RESUSITASI PADA BAYI DAN ANAK

Langkah-langkah/Kegiatan KeteranganPersiapan awal

Periksa semua kelengkapan alat

RESUSITASI

Pendekatan ’SAFE’ Shout for help ( minta tolong)

Approach with care (tangani dengan hati-hati)

Free from danger (jauhkan dari bahaya)

Evaluate ABC (nilai jalan nafas, pernafasan, sirkulasi)

Tatacara meminta pertolongan:1. Bila hanya 1 org penolong, lakukan bantuan hidup dasar

dulu, baru kemudian meminta bantuan

2. Bila penolong tidak dapat meminta pertolongan, teruskan

resusitasi sampai tiba penolong lain atau sampai kelelahan.

3. Bila ada 2 penolong, penolong pertama melakukan

Instruktur menjelaskan dan

memperagakan bagaimana

menilai tanda-tanda adanya

gangguan sistem kardio

vaskuler.

SAFE approach

Are you alright?

Airway opening manoeuver

Look, listen, feel

Up to 5 breaths

Check pulse

Start CPR 1 minute

Call emergency services

Page 36: Manual Mahasiswa Emergency 2011

36

resusitasi, penolong kedua mencari bantuan

4. Yang meminta bantuan menyebut lokasi, nomor telpon,

jenis kejadian, jumlah korban, pertolongan yg telah

diberikan dan informasi lain yg dibutuhkan.

Penilaian sistem kardiovaskulerA. Airway = jalan nafas

– Dapat dipertahankan tanpa alat atau memerlukan alat

bantu jalan nafas

B. Breathing = Pernafasan

- Frekwensi

- Gerak nafas (retraksi, merintih, cuping hidung, otot bantu

nafas)

- Aliran udara pernafasan (pengembangan dada, suara nafas,

stridor, wheezing/mengi, gerakan paradoks)

– Warna kulit (ada atau tidaknya sianosis)

C. Circulation = sirkulasi

- Frekwensi jantung, denyut sentral, denyut perifer

tekanan darah.

- Perfusi kulit (capillary refill time, suhu, warna kulit,

kulit berbercak (mottling)

- Perfusi SSP

- Reaksi Kesadaran (AVPU= Alert, Respon to Verbal,

Respon to Pain, Unresponsive) (mengenal org tua,

tonus otot, ukuran pupil, postur

(dekortikasi/deserebrasi)

Penilaian dilakukan tidak lebih dari 30 detik

Page 37: Manual Mahasiswa Emergency 2011

37

JALAN NAFAS (AIRWAY)

1. Tentukan derajat kesadaran dan kesulitan nafas

a. Periksa tanda cedera kepala, leher, kesulitan pernafasan &

kesadaran. Bila ada cedera kepala jangan mengguncang

bayi atau anak karena dapat merusak medula spinalis.

b. Bila bayi dan anak tidak sadar tapi bernafas baik,

letakkan pada posisi pulih (recovery position)

c. Bayi dan anak sadar dengan kesulitan bernafas, letakkan

pada posisi senyaman mungkin yg memudahkan

bernafas.

2. Mintalah bantuan

3. Atur posisi korban

a. Letakkan dengan posisi terlentang diatas dasar yg rata

dan keras

b. Bila ada cedera kepala/leher pertahankan posis tubuh-

leher-kepala dalam satu garis. Hindari ekstensi, fleksi dan

rotasi kepala karena dapat mencederai medula spinalis.

c. Memindahkan ke tempat lain, posisi tubuh-leher-kepala,

harus dalam satu garis kesatuan

4. Membuka jalan nafas

- Bila tidak ada cedera kepala dengan cara head tilt atau

chin lift

Head-tilt/chin lift

Cara melakukan:

1. Letakkan satu tangan pada dahi tekan perlahan ke posterior,

sehingga kemiringan kepala menjadi normal atau sedikit

ekstensi (hindari hiperekstensi karena dapat menyumbat

jalan napas).

2. Letakkan jari (bukan ibu jari) tangan yang lain pada tulang

rahang bawah tepat di ujung dagu dan dorong ke luar atas,

sambil mempertahankan cara 1.

Page 38: Manual Mahasiswa Emergency 2011

38

- Bila tidak sadar dan ada cedera kepala dengan cara jaw

thrust

Cara melakukannya:

1. Posisi penolong di sisi atau di arah kepala

2. Letakkan 2-3 jari (tangan kiri dan kanan) pada masing-

masing sudut posterior bawah kemudian angkat dan dorong

keluar.

3. Bila posisi penolong diatas kepala. Kedua siku penolong

diletakkan pada lantai atau alas dimana korban diletakkan.

4. Bila upaya ini belum membuka jalan napas, kombinasi

dengan head tilt dan membuka mulut (metode gerak triple)

5. Untuk cedera kepala/ leher lakukan jaw thrust dengan

immobilisasi leher.

PERNAFASAN ( BREATHING)1. Nilai usaha nafas dengan melihat gerak nafas, dengar desah

nafas, dan rasakan aliran udara pernafasan

2. Caranya

a. Pasang sungkup dengan ukuran sesuai umur sehingga

menutup mulut dan hidung, lalu rapatkan

b. Sambil mempertahankan posisi kepala (jalan nafas)

lakukan tiupan nafas buatan dengan mulut atau balon

(bag) resusitasi.

c. Bila dgn mulut, tarik nafas dalam, tiup dan liat

pengembangan dada. Bila tetap tdk mengambang

kemungkinan obstruksi jalan nafas.

3. Frekuensi nafas buatan yg dilakukan:

- Bayi - < 8 thn : 20 kali permenit

- Neonatus : 30 – 60 kali permenit

SIRKULASI DARAH (Circulation)Penilaian sirkulasi : setelah 2-5 kali nafas buatan

Page 39: Manual Mahasiswa Emergency 2011

39

Tempat penilaian : bayi baru lahir : arteri umbilikus

bayi : arteri brakhialis

anak : arteri karotis

Indikasi pijat jantung : bradikardia ( <60x/m atau henti jantung )

Lokasi pemijatan : 1/2 bagian bawah tulang dada (sternum)

dengan kedalaman pijatan 1/3 tebal dada.

Cara :

- Bayi: pijatan dilakukan dengan teknik ibu jari atau dua jari

(telunjuk dan jari tengah)

Teknik ibu jari :

1.Kedua ibu jari menekan tulang dada

2.Kedua tangan melingkari dada dan jari-jari tangan

menopang bagian belakang bayi

Teknik dua jari :

1.Ujung jari tengah dan jari telunjuk atau jari manis dari satu

tangan digunakan untuk menekan tulang dada

2.Tangan yang lain digunakan untuk menopang bagian

belakang bayi.

- Anak < 8 tahun : dengan pangkal telapak tangan

- Anak > 8 tahun : pangkal telapak tangan terbuka dan dibantu

dengan tangan yang satu diatasnya.

Frekuensi pemijatan :

- Bayi dan anak : 100 kali permenit

- Neonatus : 120 kali permenit

Koordinasi antara pijat jantung dan nafas buatan:

- Neonatus : 3 : 1

- Anak : Dua penolong : 15 : 2

Satu penolong : 30 : 2

Page 40: Manual Mahasiswa Emergency 2011

40

SUMBATAN JALAN NAFASTeknik pukulan dan hentakan

Bayi dan anak kecil

1. Letakkan bayi dengan posisi tertelungkup kepala lebih

rendah. Diatas lengan bawah, topang dagu dan leher dengan

lengan bawah dan lutut penolong.

2. Tangan lainnya melakukan pukulan punggung diantara

kedua tulang belikat secara hati-hati dan cepat sebanyak 5

kali pukulan.

3. Balikkan dan lakukan hentakan pada dada sebagaimana

melakukan pijat jantung luar sebanyak 5 kali.

4. Pada neonatus tidak boleh melakukan cara diatas, hanya

dilakukan dengan alat penghisap (suction)

Pada anak lebih besar :

1. Pukulan punggung dilakukan 5 kali dengan pangkal tangan

diatas tulang belakang diantara kedua tulang belikat. Jika

memungkinkan rendahkan kepala di bawah dada.

2. Hentakan perut (Heimlich maneuver dan abdominal thrust).

Cara: Penolong berdiri di belakang korban, lingkarkan

kedua lengan mengitari pinggang, peganglah satu sama lain

pergelangan atau kepalan tangan (penolong), letakkkan

kedua tangan (penolong) pada perut antara pusat dan

prosessus sifoideus, tekanlah ke arah abdomen atas dengan

hentakan cepat 3-5 kali. Hentakan perut tidak boleh

dilakukan pada neonatus dan bayi.

Teknik ini digunakan pada

penderita sumbatan jalan

napas akibat lidah yang jatuh

ke belakang

Page 41: Manual Mahasiswa Emergency 2011

41

Resume Resusitasi AnakManeuver Dewasa dan

anak besar

Anak kecil Bayi Neonatus CPR/Resc

Breathing

> 8 tahun 1-8 tahun < 1 tahun Bayi baru lahir

Airway Head tilt-chin

lift (jika trauma

jaw thrust)

Head tilt-chin

lift (jika trauma

jaw thrust)

Head tilt-chin

lift (jika trauma

jaw thrust)

Head tilt-chin

lift (jika trauma

jaw thrust)

Check responnya

Buka jalan nafas

Breathing

Jumlah nafas

Obstruksi benda

asing

2-5 nafas kira-

kira 1 ½ detik

tiap nafas

± 12 kali/min

Abdominal

thrusts atau

back blows

2-5 nafas kira-

kira 1 ½ detik

tiap nafas

± 20 kali/min

Abdominal

thrusts atau

back blows atau

chest thrust

2-5 nafas kira-

kira 1 ½ detik

tiap nafas

± 20 kali/min

Back blows atau

chest thrust

(jangan

abdominal

thrust)

2-5 nafas kira-

kira 1 detik

tiap nafas

±30–60 kali/min

Suction (jangan

abdominal

thrust atau

back blows)

Cek napas, jika

korban bernafas:

recovery position.

Jika tidak ada

pengembangan

dada : reposisi dan

ulangi sampai 5

kali

Cek nadi

Titik kompressi

Metode

Kompressi

Kedalaman

kompressi

Frekuensi

kompressi

Rasio Kompressi

ventilation

Carotis

1/2 bgn bawah

sternum

Pangkal telapak

tangan dan tgn

satu diatasnya

± 1/3 tebal dada

± 100/min

15 : 2 (2rescuer)

30:2 ( 1 rescuer)

Carotis

1/2 bgn bawah

sternum

1 pangkal

telapak tangan

± 1/3 tebal dada

± 100/min

15 : 2 (2rescuer)

30:2 ( 1 rescuer)

Brachial

1 jari dibawah

garis inter-

mammary

2 atau 3 jari

± 1/3 tebal dada

± 100/min

15 : 2 (2rescuer)

30:2 ( 1 rescuer)

Umbilical

1 jari dibawah

garis inter-

mammary

2 jari atau

teknik ibu jari

± 1/3 tebal dada

± 120/min

3 : 1

Nilai tanda

kehidupan, jika

ada nadi tp napas

tidak ada: lakukan

tindakan bantu

napas, jika nadi <

50x/mnt dan

perfusi jelek :

kompresssi dada

Page 42: Manual Mahasiswa Emergency 2011

42

Definition : To do first aid and secondary survey on patients with head and necktrauma

Aim :After this study, each student are expected to :

1.1 Remove patient’s helmet in head and neck trauma cases, in a safe way and knowhow to place a servical collar

1.2 Do physical examination on head and neckMenghitung Glasgow Coma Scale(GCS)

1.3. Identify normal head scan1.1 Manage primary survey in a brief time1.2 Count and estimate the GCS on the patient1.3 Do secondary survey1.4 Identify epidural hematoma on CT scan

1.1 Estimate and count the derivation of GCS1.2 Manage severe head trauma1.3 Demonstrate secondary survey on head and neck1.4 Identify the possibility to consult to a neurosurgeon

Learning media and tools :1. Skill guide books of emergency and traumatology system2. “Mr. Hurt” manequin doll3. Helmet4. Cervical collar5. Print out, of normal head scan, epidural, subdural dan contusion and intracranial

hematoma

Learning method:Scenario by instructor, demonstrated by students

Activity Time Description1. Introduction 5 minute 1. Scenario

2. Brief explanation about the scenario,student’s role and time allocation

2. Remove helme dan puton the collar

10 minute 1. One student stands as the patient,others as rescuers

2. Estimate GCS

3. Managemet of severehead trauma

5 minute 1. Estimate GCS2. Identify signs of high intracranial

pressure

HEAD AND NECK TRAUMAExamination and Management

Page 43: Manual Mahasiswa Emergency 2011

43

4. Management of headtrauma that seemsworsening

10 minute 1. Re-do primary survey2. Estimate GCS

Differentiate the managementbetween severe head trauma andworsening head trama

5. “Mr. Hurt: 10 minute 1. Do secondary survey head and neck6. CT scan 5 minute 1. Explanation about CT scan

GLASGOW COMA SCALEVariabel Nilai

Eye (E) response SpontaneousTo voicesTo painNone

4321

Motoric (M) response Do as toldLocalize the painNormal flexion (pull away from pain )Abnormal flexion (decortification)Abnormal extensionNone

654321

Verbal (V) response OrientedConfused speakingUnarranged wordsUnclear voiceNone

54321

Count GCS = (M + M + V ), Best score = 15, worse score = 3

LEARNING GUIDE

HEAD AND NECK TRAUMA

STEPS / Activities DescriptionEarly preparationCheck for all toolsI. PRIMARY SURVEY

A. ABCDEB. Immobilization and stabilized cervicalC. Brief neurological examination

1. Pupil light reflex2. AVPU or GCS score

II. Secondary survey and ManagementA. Inspect the head carefully, include face

1. Lacertion

Page 44: Manual Mahasiswa Emergency 2011

44

2. Any CSS liquid from nose and earB. Palpate head thoroughly, include the face

1. Fractures2. Lacerations and fractures

C. Inspeect all laserations on head skin1. Brain tissure2. Skull depressed fracture3. Dirt / corpus alienum4. CSS leakage

D. Minineurologis examination and scoring GCS1. Eye response2. Motoric response3. Verbal response4. Pupil light reflex

E. Cervical vertebrae examination1. Palpate any pain and place on the semirigid collar if necessary2. Examine cervical vertebrae X-rays on lateral projection if

necessaryF. Judge the width of wound

Re-examine continously and observe any deteriorate signs :1. Frequency2. Parameters3. Re-do ABCD

III. HOW TO REMOVE HELMETPatient who use helmet and needs breathing aid management has to besured that its head and neck are in neutral positions.2 helpers are needed toremove helmet.One student lie down as the patient with the helmet on. Other students actas helpers doing as follows :1. One person stabilize the head and neck’s patient, with putting his hand

on the helmet, its fingers on the patinet’s mandibula while examiningand make sure that the airway is still open. This position prevent thehelmet to slip away

2. Second helper cuts the helmet’s belt on release it from the D-ring3. Second helper stands on the right or the left side of patient with one

hand on the mandibule angulus, mother finger in one side and otherfingers on the other side. While the other hand makes a pressure underthe head on occipital regio. This way 2 helpers are immobilizing thehead and neck

4. First helper push the helmet to the lateral side to release both ears fromhelmet and then remove the helmet slowy. If helmet has face mask,this mask should be removed first. If the helmet has a very completemask, the nose could be wedged in and complicate the helmet removal.To set free the nose, helmetshould be hold back and upward across thenose

5. As this happens, second helper should maintain imobilizing position to

Page 45: Manual Mahasiswa Emergency 2011

45

prevent the patients neck from moving6. After the helmet is removed, straight immobilization mannual starts

from top, head and neck are saved from moving during the procedure7. If by removing the helmet causes pain and parestesia, then it should be

removed by gips scissors.If there is any signs of cervical trauma onXrays, helmet should be removed by gips scissors. During theprocedure, head and neck are maintained immobilized and stabilized,while the helmet is cut from the coronal passing through both ears.External layer of the helmet can be easily remove, the internal layerwhich made of spyrofoam can be cutted and removed from front. Headand neck in neutral position

8. After the removal, immeadiately place the cervical collar followed byprimary surveySetelah helm dapat dilepaskan segera pasang cervicalcollar.

STABILISATION AND TRANSPORTATIONDefinition : 1. Prepare safe transportation for patients

2. Give first aid and secondary survey on patients with medullaspinalis trauma

Aim:Students are expected to :1. Demonstrate the techniques of examination to check patients with medulla spinalis

trauma2. Discuss the principals of immobilization and log roll on patients with neck

trauma/medulla spinalis trauma and indications to remove protections aid.3. Do neurological examination and estimate the level of trauma4. Decide whether transferring to other hospital is needed and how to immobilize

patient correctly when transfering.5. Limitize patients risk to worsen with doing the right mobilizaiton6. Prepare safe transportation for the patientLearning media and tools :1. Skill guide book of emergency and traumatology system2. Video and slide3. Patient models (students may role as patient)4. Semirigid cervical collar5. Desk or stretcher or bed.6. Folded towel to support .7. Blanket8. Bandage9. Scoop stretcher10. Long spine board.11. Vacuum mattress12. KED (Kendrick Extrication Device)Learning method :

Scenario by the instructor, demonstrated by students

Page 46: Manual Mahasiswa Emergency 2011

46

Activity description :

Activity Time Description1. Introduction 5 minue 1. Tools introduction

2. Primary and secondary surveyscenario judgement

2. Scenario I 10 minute 1. Give help on spot using long spineboard and cervical collar only

2. Log Roll3. Scenario II 10 minute 1. Help patient on spot, using

cervical collar, scoop stretcher,and long spine board

4. Scenario III 10 minute 1. Evacuate patient using vacuummatras

5. Scenario IV 10 mintue 1. Extrict patient with KED

LEARNING GUIDE

STABILIZATION AND TRANSPORTATION SKILLSSTEPS/Activity Descriptin

PreparationCheck list all tools

I. PRIMARY SURVEY RESUSCITATION – SPINAL CHORDTRAUMA JUDGEMENT

II. AirwayJudge the airway while positioning the cervical spine. Open and clean upthe airway, do the jaw thrust, place oropharynx tube, and do intubation ifnecessaryA. Breathing

Judge and give adequate oxygen, and ventilation if necessaryB. Circulation

a. Judge the circulation by checking pulsations, blood pressureand perifer perfusion. If hypotension occurs, it has to bedifferiated by hypovolemic shock ( decreased bloodpressure, increased heart rate and cold extremities)

C. Solution to correct hypovolemiaD. Disability- brief neuorological examination

a. Judge the conciousness and pupil.b. Decide whether to use AVPU or GCS to judge patient’s

conciousnessc. Identify paralysis or paresis

II. SECONDARY SURVEY – NEUROLOGICALJUDGEMENT

Page 47: Manual Mahasiswa Emergency 2011

47

A. AMPLE History Taking1. History and mechanism of trauma2. Medical record

B. Identify and write down any medication given to the patientbefore, during, and after treatment

C. Re-examine conciousness andD. Re-examine GCS scoreE. Examine spinal chord

1. PalpationPalpate the whole posterior spinal chord by doing log rollcarefullyExamine ::

a. Any deformities/ swellingb. Crepityc. Increasing pain when palpatedd. Contusion and laceration.

2. Pain, paralyze and paresthesiaa. Yes/Nob. Locationc. Neurological level

3. SensationPinprick tes to estimate sensation, is performed in all dermatomsand write down the most caudal dermatom which givessensation

4. Motoric Sensation

III. PRINCIPALS IN IMMOBILIZING THE SPINAL CHORD ANDLOG ROLL

A. Log roll: 1. One person hold the head and neck to maintain the

immobilization in one line.2. One person stand by on the side to hold the patient’s body (

pelvis and hips )3. Another person hold the pelvis and limb. With the command

from the person on the head, move the patient in an angleposition carefully

4. The 4th person check on the spine chord and place the longspine board

B. Placing the ong spine board1. Maintain the head and neck in one line when the second person holds

the patient on its shoulders and wrists. Third person holds the patient;shand ad hips with one hand, the other hand holds the bandage thatcords patient’s ankles pergelangan kaki.

2. With the commandments from the rescuers whose holding the patient’shead and neck, perfrorm log roll as a unit towards the otherpersons/rescuer whose beside the patient. It only needs a minimalrotation to place the spine board underneath the patient. Maintain the

Page 48: Manual Mahasiswa Emergency 2011

48

one line principal of the head and neck in this procedure3. Spine board is placed underneath the patient, afterwards perform log

roll towards the spine board.4. Long spine board with its rope/band is inserted to the thoracal regio,

above crista iliaca, thighs and ankles. Band or bandage is used to fixatethe head and neck to attach to the spine board

5. Perform inline immobilisation of the head and neck manualy, thenplace the semirigid collar

6. Straighten the arms and place it beside the patients body7. Straighten the limbs carefully and place it in one line with the spine

chord.Both ankles are tied together with a bandage8. Place a pillow/support under the patient’s neck to avoid any

overextended movements and to comfort the patient9. Pillow, blanket or any other supports is place on the right and left side

of the patient’s neck, while the head is tied, attached to the long board10. Place a bandage above the cervical collar to guarantee there is no

movement of the head and neck.C. Scoop Stretcher

1. Prepare scoop stretcher2. Open the lock to divide in two3. Arrange the scoop to match patient’s height4. Place scoop under the patient5.Scoop stretcher is not for immobilizing the patient.6.Scoop stretcher not a transport device, do not lift scoop on the edges

because it could fold on the middle and will lose the straightnes of thevertebrae

Splint/spalk Installation ( Immobilization of the extremities )and Musculoskeletal Management.

Definition : To give first aid to musculoskeletal trauma patients

Aim of study : After this study, students are expected to be able :1. To do quick examination on patients with musculoskeletal trauma2. To recognise life and limb threatening problems in musculoskeletal trauma3. To install a spalk/splint correctly.

Learning media and tools :1. Skill guide book2. Living models ( students can role as patients )3. Leg traction splint4. Air splint5. Spalk6. Gloves

Learning method :Scenario by the instructor, demonstrated by students

Page 49: Manual Mahasiswa Emergency 2011

49

LEARNING GUIDE

MUSKULOSKELETAL SKILL

EXTREMITIES IMMOBILISATION PRINCIPLES

Check the ABCDE and treat conditions which are life threatening first.

1. Loose all clothes thoroughly, including on the extremities

2. Loose watches, rings, necklace and all things that might clamp

3. Check neurovasculars before setting the spalk/splint. Check external bleeding

pulsation that has to be stopped, and check also the sensoric and motoric function of

the extremities.

4. If there are wounds, close it with sterilized bandage

5. Choose kinds and sizes of spalk that matches the traumatized extremities

6. The spalk setting should also cover joints below and above the traumatized

extremities.

7. Place a pillow bag above the bone protrusion

8. Support the extremities with spalk/splint in a position where there is a distal

pulsation. If there is not any distal pulsation, try to straighten the extremitis. Make a

traction carefully and maintain it until splint is settled.

9. Splint/spalks are settled onto extremities that are straight, if not, try to straighten it.

MASS DISASTER MANAGEMENT

Definition : To carry out triage principles in whenever patients outnumbered rescuers

Aim of study : After this study, students are expected to :

1. Define triage

2. Understood and able to explain principles and factors that effects and

includes in the proses of triage

Learning media and tools :

1. Slides of guidlines to do triage scenario

2. Triage scenario booklet

Learning methods :

Page 50: Manual Mahasiswa Emergency 2011

50

Role’s play

Activity description :

Activity Time Description1. Introduction 10 minutes 1. Triage scenario slide presentation

2. Brief explanation about the scenario,student’s roles and time allocation

2. Role play (1) 10 minutes 1. All students have put priorities on whichpatients they will handle

2. Each student give their suggestions on whythey put their priorities on specific patients

Role play (2)Fire followed byexplosion in settlements

10 minutes 1. All students have put priorities on whichpatient they will handle

2. Each student give their suggestions on whythey put their priorities on specific patients

Role play (3)Car crash

10 minutes 3. All students have put priorities on whichpatient they will handle

1. Each student give their suggestions on whythey put their priorities on specific patients

Role play (4)A football stadiumcollapsed

10 minutes 1. All students have to determine which criteriais used to identify patients and whatpriorities should be done

2. All students propose the clues and signs thatwere given by the patient which could helpin the triage procces

3. All students propose what can be donebefore and after the paramedics andambulance arrives.

4. All students should propose which victimshas to go first to the hospital and which typeof hospital should the victim goes to.

Page 51: Manual Mahasiswa Emergency 2011

51

MANUALBUKU PANDUAN KERJA

KETERAMPILAN DIAGNOSIS DISLOKASIDAN PENATALAKSANAANNYA

DIBERIKAN PADA MAHASISWA SEMESTER VIFAK. KEDOKTERAN UNHAS

DISUSUN OLEHDR. MUH. SAKTI, Sp.OT

FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS HASANUDDIN

2011

Page 52: Manual Mahasiswa Emergency 2011

52

KETERAMPILAN KLINIKDIAGNOSIS DAN PENATALAKSANAAN DISLOKASI

TUJUAN PEMBELAJARAN :

Mahasiswa mampu menegakkan diagnosis dislokasi secara baik dan benar, dan

melakukan reposisi dislokasi akut secara tepat dan cepat.

SASARAN PEMBELAJARAN :Setelah mendapat pelatihan keterampilan ini, mahasiswa diharapkan :

1. Mampu menyebutkan tanda-tanda dislokasi pada shoulder, elbow, dan hip joint2. Mampu melakukan pemeriksaan dan penatalaksanaan dislokasi shoulder joint3. Mampu melakukan pemeriksaan dan penatalaksanaan dislokasi elbow joint4. Mampu melakukan pemeriksaan dan penatalaksanaan dislokasi hip joint

MEDIA DAN ALAT PEMBELAJARAN :1. Buku panduan peserta skill lab sistem emergency dan traumatology

2. Boneka manikin dewasa3. Mitella4. Elastic bandage

INDIKASI :1. Pada penderita yang mengalami keterbatasan ROM akibat trauma2. Pada penderita yang mengalami deformitas pada sendi akibat trauma

DESKRIPSI KEGIATAN :KEGIATAN WAKTU DESKRIPSI

1. Pengantar 5 menit 1. Perkenalan, mengatur posisi dudukmahasiswa

2. Penjelasan singkat tentang prosedur kerja,peran masing-masing mahasiswa danalokasi waktu

2. Demonstrasi singkattentang pemeriksaandan penatalaksanaandislokasishoulder,elbow,dan hipjoint

15 menit 1. Instruktur mendemostrasikan anamnesadan analisa mekanisme trauma padadislokasi shoulder,elbow,dan hip joint

2. Instruktur menjelaskan tentangpemeriksaan fisik dan penunjang padadislokasi shoulder,elbow dan hip joint

3. Instruktur menjelaskan tentang reposisipada dislokasi shoulder,elbow dan hipjoint

4. Instruktur menjelaskan tentangpenatalaksanaan setelah reposisi pada

Page 53: Manual Mahasiswa Emergency 2011

53

dislokasi shoulder,elbow dan hip joint5. Diskusi singkat bila ada yang kurang

dimengerti3. Praktek anamnesa,

pemeriksaan fisik danpenunjang sertapenatalaksanaandislokasi shoulder joint

20 menit 1. Mahasiswa mempraktekkan anamnesapada dislokasi shoulder joint

2. Mahasiswa mempraktekkan pemeriksaanfisik dislokasi shoulder joint

3. Mahasiswa menyebutkan pemeriksaanpenunjang dislokasi shoulder joint

4. Mahasiswa mempraktekkan reposisidislokasi shoulder joint

5. Mahasiswa mempraktekkanpenatalaksaan lanjut setalah reposisidislokasi shoulder joint

6. Instruktur memperhatikan danmemberikan bimbingan pada mahasiswa

4. Praktek anamnesa,pemeriksaan fisik danpenunjang sertapenatalaksanaandislokasi elbow joint

20 menit 1. Mahasiswa mempraktekkan anamnesapada dislokasi elbow joint

2. Mahasiswa mempraktekkan pemeriksaanfisik dislokasi elbow joint

3. Mahasiswa menyebutkan pemeriksaanpenunjang dislokasi elbow joint

4. Mahasiswa mempraktekkan reposisidislokasi elbow joint

5. Mahasiswa mempraktekkanpenatalaksaan lanjut setelah reposisidislokasi elbow joint

6. Instruktur memperhatikan danmemberikan bimbingan pada mahasiswa

5. Praktek anamnesa,pemeriksaan fisik danpenunjang sertapenatalaksanaandislokasi hip joint

20 menit 1. Mahasiswa mempraktekkan anamnesapada dislokasi hip joint

2. Mahasiswa mempraktekkan pemeriksaanfisik dislokasi hip joint

3. Mahasiswa menyebutkan pemeriksaanpenunjang dislokasi hip joint

4. Mahasiswa mempraktekkan reposisidislokasi hip joint

5. Mahasiswa mempraktekkanpenatalaksaan lanjut setalah reposisidislokasi hip joint

6. Instruktur memperhatikan danmemberikan bimbingan pada mahasiswa

Total waktu 80 menit

Page 54: Manual Mahasiswa Emergency 2011

54

PENUNTUN PEMBELAJARAN PEMERIKSAAN DAN PENATALAKSANAANDISLOKASI

PADA SHOULDER, ELBOW, DAN HIP JOINT(Digunakan oleh peserta)

Beri nilai untuk setiap langkah klinik dengan menggunakan kriteria sebagaiberikut :

1. Perlu perbaikan : langkah-langkah tidak dilakukan dengan benar atautidak sesuai dengan urutannya

2. Mampu : langkah-langkah dilakukan dengan benar dan sesuai denganurutannya tapi tidak efisien

3. Mahir : langkah-langkah dilakukan dengan benar dan sesuai denganurutannya dan efisien

TS : Langkah tidak perlu dilakukan karena tidak sesuai dengan

NO LANGKAH KLINIK KASUS

A. ANAMNESA, PEMERIKSAAN, DAN PENATALAKSANAANDISLOKASI SHOULDER

1. Melakukan Anamnesisa. Ucapkanlah salam dan perkenalkanlah diri anda pada klienb. Ciptakanlah suasana yang menyenangkanc. Tanyakanlah Identitas lengkap penderita dan keluhan

utamanyad. Tanyakanlah mekanisme trauma

- Dislokasi anterior : Trauma tidak langsung padaekstremitas atas dengan shoulder pada posisi abduksi,ekstensi, dan rotasi eksternal. Trauma langsung dari arahposterior.

- Dislokasi Posterior: Trauma tidak langsung pada shoulderdalam posisi adduksi, fleksi, dan rotasi internal. Traumalangsung dari arah anterior.

2 Melakukan pemeriksaan inspeksi pada shouldera. Membandingkan shoulder kanan dan kirib. Menilai adanya deformitas pada shoulder yang mengalami

dislokasi- Dislokasi Anterior : Abduksi dan rotasi external- Dislokasi Posterior : Adduksi dan rotasi internal

3 Melakukan pemeriksaan palpasi pada shoulder

Page 55: Manual Mahasiswa Emergency 2011

55

a. Menilai nyeri dan spasme ototb. Melakukan palpasi di axilla untuk menilai letak caput humerus.

Biasanya letak caput humerus berada di bagian proximal. Padadislokasi posterior biasanya teraba massa di belakang bahusedangkan bagian depan rata.

c. Menilai axillary nerve injury, menilai sensasi dengan pin prick testdi daerah deltoid

4 Menilai ROM secara aktif dan pasifa. Menilai gerak flexi 0 o -180o dan extensi 0 o -60o

b. Menilai gerak rotasi eksternal dan internal 0-90o

c. Menilai gerak abduksi 0-180o dan adduksi 0-30o

5. Melakukan permintaan dan penilaian hasil pemeriksaan penunjangPada kecurigaan dislokasi shoulder joint, permeriksaan yang perludilakukan adalah X-Ray Shoulder Antero-Posterior

6 Reposisi pada dislokasi anterior pada shouldera. Reduksi tertutup harus dilakukan setelah pemeriksaan klinis

yang adekuat dan telah diberikan analgetik , sedatif, danmuscle relaxant

b. Hippocratic Technique : Efektif hanya dengan satu orang untukmelakukan reduksi dengan satu kaki ditempatkan diantaradinding axilla dan dinding dada dengan rotasi internal danexternal secara hati-hati, disertai traksi axial.

c. Traction – Counter Traction: merupakan modifikasi dariHippocratic Technique dengan menggunakan sabuk sekitardaerah dada untuk memberikan gaya countertraction.

d. Stimson’s Technique : pasien dalam posisi prone denganbantalan di area clavicula di atas tempat tidur diberikan beban2,5-4 kg yang diikat pada wrist joint. Persendian akan tereduksisecara spontan dalam waktu 15-20 menit.

e. Milch’s Technique : pasien dalam posisi supine, kemudianekstremitas atas di posisikan abduksi dan rotasi eksternal,kemudian caput humerus di tekan ke tempatnya semuladengan bantuan ibu jari.

f. Kocher’s maneuver : caput humerus ditarik hingga anteriorglenoid untuk memberikan efek reduksi.

7 Reposisi pada dislokasi Posterior pada shouldera. Reduksi tertutup harus dilakukan setelah pemeriksaan klinis

yang adekuat dan telah diberikan analgetik , sedatif, danmuscle relaxan

b. Pasien dengan posisi supine traksi dilakukan dengan adduksidari lengan yang segaris dengan deformitas, dengan caramengembalikan secara hati-hati caput humerus ke dalam

Page 56: Manual Mahasiswa Emergency 2011

56

fossa glenoid.8 Post-reposisi pada dislokasi pada shoulder

a. Immobilisasi selama 2 – 5 minggub. Immobilisasi dengan Velpeau slingc. Pemeriksaan X-Ray Shoulder AP untuk menilai hasil reduksi

B. ANAMNESA, PEMERIKSAAN, DAN PENATALAKSANAAN DISLOKASIELBOW

1. Melakukan Anamnesisa. Ucapkanlah salam dan perkenalkanlah diri anda pada klienb. Ciptakanlah suasana yang menyenangkanc. Tanyakanlah Identitas lengkap penderita dan keluhan

utamanyad. Tanyakanlah mekanisme trauma

- Dislokasi Posterior : kombinasi dari hiperekstensi elbow,valgus stress, lengan atas abduksi, dan lengan bawahsupinasi

- Dislokasi Anterior : gaya langsung pada bagian belakanglengan bawah dengan elbow dalam posisi fleksi.

2 Melakukan pemeriksaan inspeksi pada elbowa. Membandingkan elbow kanan dan kirib. Menilai adanya edema dan instabilisasi dari elbow

3 Melakukan pemeriksaan palpasi pada elbowa. Menilai nyeri dan spasme ototb. Menilai status neurovaskular

4 Menilai ROM secara aktif dan pasifa. Menilai gerak flexi (Normal = 145o , Fungsional = 30o - 130o)b. Menilai gerak ekstensi (Normal = 0o laki-laki, 15o perempuan)c. Menilai gerak supinasi (Normal = 90o , fungsional = 50o)d. Menilai gerak pronasi (Normal = 90o , fungsional = 50o)

5. Melakukan permintaan dan penilaian hasil pemeriksaan penunjangPada kecurigaan dislokasi shoulder joint, permeriksaan yang perludilakukan adalah X-Ray Elbow Antero-Posterior dan Lateral

6. Reposisi dislokasi posterior pada elbowa. Reduksi tertutup harus dilakukan setelah pemeriksaan klinis

yang adekuat dan telah diberikan analgetik dan sedatif.b. Parvin’s method : pasien dalam posisi prone diatas tempat

tidur, kemudian melakukan traksi wrist ke arah bawah dalambeberapa menit. Ketika olecranon bergeser ke arah distal,angkat lengan atas.

c. In Meyn and Quigley’s method : lengan bawah tergantungdisamping tempat tidur, lakukan traksi ke arah bawah padawrist, reduksi olecranon dengan menggunakan tangan lainnya.

Page 57: Manual Mahasiswa Emergency 2011

57

7 Post-reposisi pada dislokasi pada elbowa. Immobilisasi selama 2 –3 minggub. Immobilisasi dengan crepe bandage dan slingc. Pemeriksaan X-Ray Elbow AP dan lateral untuk menilai hasil

reduksi

C. ANAMNESA, PEMERIKSAAN, DAN PENATALAKSANAAN DISLOKASI HIP1. Melakukan Anamnesis

a. Ucapkanlah salam dan perkenalkanlah diri anda pada klienb. Ciptakanlah suasana yang menyenangkanc. Tanyakanlah Identitas lengkap penderita dan keluhan utamanyad. Tanyakanlah mekanisme trauma

- Dislokasi Posterior : akibat “dashboard injury” dimana hip danknee joint dalam keadaan fleksi.

- Dislokasi Anterior : berasal dari eksternal rotasi dan abduksihip joint. Derajat dari fleksi hip mempengaruhi terjadinya tipesuperior atau inferior dari dilokasi anterior hip joint.

Dislokasi Inferior (dislokasi obturator) timbul akibatgerakan simultan abduksi, rotasi eksternal, dan fleksi hip.Dislokasi Superior(dislokasi iliac) timbul akibat gerakansimultan abduksi, rotasi eksternal, dan ekstensi hip.

2 Melakukan pemeriksaan inspeksi pada hipa. Membandingkan hip kanan dan kirib. Menilai adanya edema dan deformitas dari hip

- Dislokasi posterior :hip dalam posisi fleksi, rotasi internal,dan adduksi.

- Dislokasi anterior : ditandai dengan rotasi eksternal, sedikitfleksi, dan abduksi.

3 Melakukan pemeriksaan palpasi pada hipa. Menilai nyeri dan spasme otot

- Pasien tidak bisa menggerakkan ekstremitas bawah dan terasasangat tidak nyaman.

b. Menilai status neurovaskular- Cedera pada nervus sciatic atau neurovascular dari femur

dapat terjadi pada disokasi hip4 Menilai ROM secara aktif dan pasif

a. Menilai gerak flexi (Normal = 90o - 120o)b. Menilai gerak ekstensi (Normal = 10o - 15o)c. Menilai gerak adduksi (Normal = 30o)d. Menilai gerak abduksi (Normal = 45o)e. Menilai gerak external rotation (Normal = 45o)f. Menilai gerak internal rotation (Normal = 35o)g. Menilai gerak retroversion (Normal = 15o)

Page 58: Manual Mahasiswa Emergency 2011

58

h. Menilai gerak anteroversion (Normal = 15o)5. Melakukan permintaan dan penilaian hasil pemeriksaan penunjang

Pada kecurigaan dislokasi hipr joint, permeriksaan yang perludilakukan adalah X-Ray Pelvis Antero-Posterior

6. Reposisi pada dislokasi hipa. Reduksi tertutup harus dilakukan setelah pemeriksaan klinis yang

adekuat dan telah diberikan analgetik, sedatif, dan musclerelaxan

b. Allis method : pasien dalam posisi supine, pemeriksa beradadiatas pasien kemudian melakukan in-line traction, sementraassisten melakukan counter traction sambil menstabilkan pelvispasien. Ketika traksi di tingkatkan, operator mengurangi fleksisekitar 70o, kemudian lakukan gerakan rotasi dari hip sepertimelakukan adduksi, hal ini akan membantu caput femur terbebasdari lip of acetabulum. Penekanan dari lateral ke arah proksimalfemur akan membantu reduksi. Bunyi “clunk” merupakan tandaberhasilnya reduksi tertutup.

d. Stimson gravity technique : pasien di posisikan prone, dengankaki yang cedera tergantung di samping tempat tidur akanmembuat hip fleksi dan knee fleksi masing-masing 90o, dalamposisi ini assisten mengimobilisasi pelvis sementara operatormelakukan dorongan secara langsung pada proksimal betis,rotasi dari tungkai bawah akan membantu reduksi.

e. Bigelow and reverse bigelow manuvers : Pasien dalam posisisupine, sementara operator melakukan traksi longitudinal padatungkai, Femur yang dalam posisi adduksi dan rotasi internalkemudian difleksikan 90o , caput femur bergeser ke acetabulumdengan melakukan abduksi, rotasi eksternal, dan ekstensi darihip. Pada reverse bigelow manuver dilakukan pada dislokasianterior dari hip, traksi dilakukan in-line dengan deformitas ,kemudian hip di adduksikan secara tajam kemudian diekstensikan.

7 Post-reposisi pada dislokasi pada hipa. Bedrest dilanjutkan dengan weight bearing protected selama

4-6 minggub. Jika reduksi tidak berhasil maka dilakukan reduksi terbukac. Pemeriksaan X-Ray Pelvis AP untuk menilai hasil reduksi