mandiri - coreorang penari yaitu empat penari putra dan empat penari putri. rancangan karya ini...
TRANSCRIPT
MANDIRI
LAPORAN HASIL PERANCANGAN KARYA “JANGER KEBYAR”
Oleh:
Ni Kadek Rai Dewi Astini, S.Sn., M.Sn. NIP 19770622 200604 2 001
No Kontrak:
DIPA ISI Yogyakarta No.: 0605/023-04.2.01/14/2012, tanggal 9 Desember 2011. Revisi DIPA I No.: 0605/023-04.2.01/14/2012, tanggal 8 Februari 2012
Kepada Lembaga Penelitian
Institut Seni Indonesia Yogyakarta 2012
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PENGESAHAN LAPORAN HASIL
PERANCANGAN KARYA SENI
1. Judul Perancangan Karya Seni : Perancangan Karya ”Janger
Kebyar”
2. Bidang Ilmu Perancangan Karya Seni : Seni Tari
3. Ketua Perancang Karya Seni :
a. Nama Lengkap : Ni Kadek Rai Dewi Astini, S.Sn., M.Sn.
b. Jenis Kelamin : Perempuan
c. NIP : 19770622 200604 2001
d. Pangkat/Golongan : Penata Muda/III b
e. Jabatan Fungsional : Asisten Ahli
f. Fakultas/ Jurusan : Seni Tari, Fakultas Seni Pertunjukan.
4. Jumlah Tim Perancangan Karya Seni : 8 orang
5. Lokasi Perancangan Karya Seni : Jurusan Seni Tari, Fakultas
Seni Pertunjukan, ISI Yogyakarta
6. Waktu Perancangan Karya Seni : Delapan bulan
7. Biaya : Enam Juta Rupiah
Yogyakarta, 26 Desember 2012
Mengetahui Dekan Fakultas Seni Pertunjukan Ketua Perancangan Karya Seni (Prof. Dr. I Wayan Dana, S.S.T., M. Hum) (Ni Kadek Rai Dewi Astini, M.Sn.) NIP. 19560308 197903 1001 NIP. 19770622 200604 2001
Menyetujui
Ketua Lembaga Penelitian
(Dr. Sunarto, M. Hum)
NIP. 19570709 198503 1004
ii
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
PRAKATA
Puji syukur atas asung kerta wara nugraha Ida Sang Hyang Widhi Wasa
Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kekuatan, rahmat, serta karunia
sehingga perancangan karya “Janger Kebyar” dapat diselesaikan dengan baik dan
lancar. Selama proses perancangan, hambatan dan gangguan selalu muncul.
Namun berkat kesabaran, kesanggupan serta rasa tanggung jawab segalanya dapat
teratasi.
Pada kesempatan ini ijinkan saya menghaturkan ucapan terima kasih yang
sedalam-dalamnya kepada:
1. DIPA ISI Yogyakarta No.: 0605/023-04.2.01/14/2012 Tanggal 9
Desember 2011 Revisi DIPA I No.: 0605/023-04.2.01/14/2012 Tanggal 8
Februari 2012.
2. Keluarga besar Jurusan Seni Tari, Fakultas Seni Pertunjukan, Institut Seni
Indonesia Yogyakarta.
3. Lembaga Penelitian Institut Seni Indonesia Yogyakarta.
4. I Nyoman Cau Arsana, S.Sn., M.Hum, selaku penata iringan tari “Janger
Kebyar”
5. I Gede Radiana Putra, I Putu Bagus Bang Sada, Tri Joko, Tri Anggoro,
Goesty Ayu Devi Mariana Lestari, Kadek Sumiasih, Ari Kusuma, Amy
Aulia Renata, selaku penari.
6. A. A. Putra Negara, S.S.T., M.Hum, selaku video editor.
iv
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
PERANCANGAN KARYA “JANGER KEBYAR”
Abstrak
Perancangan karya “Janger Kebyar” merupakan satu bentuk tari kreasi baru yang digarap ke dalam koreografi kelompok dengan menggunakan delapan orang penari yaitu empat penari putra dan empat penari putri. Rancangan karya ini hadir dari sebuah proses pengolahan prinsip-prinsip dasar tari Janger tradisi, penggunaan lagu-lagu yang saling bersahutan yang dilakukan dalam suasana kegembiraan. Perancangan karya ini diiringi oleh gambelan gong kebyar yang memiliki karakter lincah, mengejutkan, muda, enerjik, semangat dan optimis. Struktur pola garap mengacu pada pola penggarapan tari kreasi kakebyaran yang terdiri dari lima bagian pokok yaitu pangawit, pangawak, panyalit, pangecet, dan pakaed. Kata Kunci: Kakebyaran, Janger Kebyar
THE COMPOSITION OF “JANGER KEBYAR”
Abstract
The composition of “Janger Kebyar” is a form of new creation dances composed
in choreography of a group dancers consisting of eight persons, four male dancers
and four female dancers. This composition is established from a process of
applying the basic principles of the traditional janger dance, the use of songs sung
in cheerfulness. The composition of this dance is accompanied with gamelan gong
kebyar with dynamic, surprising, young, energetic, and optimistic characteristics.
The structure of the composition refers to the creation of the new creation
kakebyaran that comprises five principle parts, which is pangawit, pangawak,
panyalit, pangecet, and pakaed.
Keywords: Kakebyaran, Janger Kebyar
v
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... ii
BERITA ACARA PEMANTAUAN ............................................................... iii
PRAKATA ....................................................................................................... iv
ABSTRAK ....................................................................................................... v
DAFTAR ISI .................................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1
A. Latar Belakang ............................................................................... 1
B. Rumusan Ide................................................................................... 6
C. Tujuan Perancangan ....................................................................... 7
D. Kontribusi Perancangan ................................................................. 7
E. Landasan Perancangan ................................................................... 7
F. Metode Perancangan ...................................................................... 8
G. Konsep perancangan ...................................................................... 9
BAB II PROSES PERWUJUDAN KARYA .................................................. 13
A. Proses Perwujudan ......................................................................... 13
B. Struktur Tari ................................................................................... 15
C. Notasi Iringan ................................................................................. 26
BAB III HASIL PERANCANGAN KARYA ................................................. 37
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 53
DAFTAR PUSTAKA
vi
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Proses pembelajaran tari Bali di Jurusan Seni Tari Fakultas Seni
Pertunjukan Institut Seni Indonesia Yogyakarta yang relatif pendek hanya dua
semester, yaitu di semester pertama dan semester ketiga. Di akhir perkuliahan
sebagai sebuah evaluasi, mahasiswa diharapkan mampu mendemontrasikan hasil
dari materi kuliah yang telah dipelajari. Dalam waktu yang relatif pendek
mahasiswa belum mampu secara maksimal untuk memahami dan mempraktekkan
materi kuliah tari Bali, yang mana hanya diberikan secara formal bertatap muka di
dalam kelas.
Minat mahasiswa cukup tinggi untuk mengenal tari Bali di luar kuliah,
antusias itu terbukti dengan kegiatan latihan yang dilakukan setiap hari sabtu
menari Bali. Kegiatan hari sabtu menari bertujuan untuk melatih kembali materi
kuliah dengan memaksimalkan teknik gerak dasar tari Bali, setiap individu
mengolah tubuh agar dapat menemukan teknik yang benar, melatih kepekaan
terhadap iringan tari Bali, serta melatih ekspresi dalam menari Bali. Kegiatan ini
juga membuka peluang besar menawarkan karya-karya kreasi untuk mata kuliah
tari kreasi yang selama ini telah menjadi ruang pengenalan karya-karya dosen.
Tari Janger merupakan genre seni pertunjukan Bali yang menarik dan
memiliki akar tradisi tari sosial yang sudah hampir punah. Genre ini diciptakan
pada awal abad ke XX kemungkinan di Bali Utara, meskipun tidak diketahui
secara tepat kapan penciptaan itu dilakukan. Tarian ini adalah salah satu tari
kerakyatan yaitu tari pergaulan muda-mudi yang dibawakan oleh beberapa penari
wanita dan pria. Penari wanita disebut Janger, dan penari pria disebut Kecak (I
Made Bandem, 2004: 147)
Munculnya Janger di Bali merupakan perkembangan dari tari Sanghyang.
Jika Kecak merupakan perkembangan dari koor laki-laki, sedangkan Janger
merupakan perkembangan dari koor wanita. Pada jaman dahulu tari Janger dapat
dijumpai di daerah Tabanan, di desa Metra (Bangli), di desa Sibang (Badung).
1
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
Masing-masing daerah memiliki variasi tersendiri sesuai dengan selera
masyarakat pendukungnya. Namun pada saat ini tari Janger sudah diancam
kepunahan, kini yang masih aktif adalah Janger Kedaton (Denpasar) dan Janger
Singapadu-Gianyar (I Wayan Dibia, 1999: 45).
Tari Janger adalah tari berpasangan putra dan putri dalam bentuk
kelompok. Tari ini menggunakan vokal bahasa Bali, selama tarian berlangsung
kelompok penari wanita dan penari pria menari sambil beryanyi. Menari
mengikuti nafas dan jiwa gending-gending (vokal), Gerak diikat oleh dan selaras
dengan irama serta ritme gending, setiap kalimat geraknya dijalin secara harmonis
dan serasi terutama dengan pola-pola ritme gending, atau disebut ngigelin
gendhing (gerak tarinya sejalan dengan vokal yang dilantunkannya), yang
dilakukan secara bersahut-sahutan (saling sinawuran) dengan syair berupa pantun
yang menggambarkan suasana gembira.
Kostum tari yang digunakan mengenakan pakaian tradisional. Penari
Janger menggunakan kostum berupa: kamen, sabuk prada, angkeb dada,
slendang, ampok-ampok, gelang kana, gelungan. Untuk penari kecak
menggunakan kostum berupa: kamen kekancutan, saput, angkeb tangkah,
bapangan, udeng.
Gambelan yang digunakan untuk mengiringi tari Janger disebut batel
(tetamburan) yang terdiri dari satu pasang kendang kekrumpungan (kecil), satu
buah kajar, satu buah gong pulu, satu buah klenang, satu buah cengceng ricik,
satu buah suling, dilengkapi dengan sepasang gender wayang berlaras slendro
(lima nada).
Tari Janger merupakan salah satu tari kerakyatan yang kehadirannya
bertujuan:
a. Untuk menumbuhkan semangat kegotong royongan antar masyarakat.
b. Untuk menghibur masyarakat petani setelah panen padi.
c. Bertujuan untuk media komunikasi massa.
d. Sebagai pengikat solidatitas kelompok masyarakat.
e. Mempererat temali kehidupan kumunal (I Made Bandem, 1982: 101)
2
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
Janger mempunyai elemen-elemen berupa perpaduan gerak dengan
iringan, perpaduan iringan dengan vokal, perpaduan antara gerak dengan vokal,
dan perpaduan elemen gerak, vokal dan iringan. Sebagai bagian dari masyarakat
Bali yang mengenal tari Janger, Janger sangat istimewa. Janger cukup terkenal,
Janger memiliki sifat terbuka memberi ruang akan hadirnya tindakan kreatif
penciptaan bentuk baru, menyediakan ruang ekspresi dan berkreasi bagi seniman
muda untuk melakukan pengembangan dari elemen-elemen di dalam Janger
yang berupa:
a. Gerak tari, contohnya: pengolahan gerak dalam tari berpasangan dan
pengolahan gerak dalam tari kelompok,
b. Pengolahan vokal,
c. Musikalitas yaitu: pengolahan pada gerak dan vokal, gerak dan iringan,
d. Pengembangan kostum.
Kondisi tari Janger sudah diancam kepunahan, maka berbagai cara
dilakukan oleh para pendukung untuk tetap dapat mempertahankan dan
melestarikannya, serta menyesuaikan dengan keadaan masa kini. Melakukan
pengembangan dan perubahan, semua ini dilakukan agar Janger tersebut semakin
disenangi oleh penikmatnya dan tari Janger tetap terjaga kelestariannya serta
dapat dinikmati oleh generasi selanjutnya. Kreasi yang muncul masih sangat
sedikit, umumnya lebih didominasi oleh iringan saja, contoh: tari kembang janger,
tari kembang girang, di mana kehadiran gerak tari hanyalah sebagai pengisi
iringan saja atau disebut dengan ngigelin gambelan (gerak merupakan interpretasi
musik pengiringnya), menari mengikuti nafas dan jiwa gambelan pengiring. Gerak
diikat oleh dan selaras dengan irama serta ritme tabuh gambelan.
Belum banyak penciptaan kreasi tari baru yang memamfaatkan elemen
tertentu dari keindahan tari Janger tradisi, mencoba mengembangkan dari elemen
olah vokal, memadukan unsur vokal dengan gerak tari, vokal dengan iringan atau
disebut dengan ngigelin gending (gerak tarinya sejalan dengan vokal yang
dilantunkannya), menari mengikuti nafas dan jiwa gending-gending (vokal),
Gerak diikat oleh dan selaras dengan irama serta ritme gending, setiap kalimat
3
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
geraknya dijalin secara harmonis dan serasi terutama dengan pola-pola ritme
gending.
Berlatar belakang dari uraian di atas, dan sedikitnya kreasi tari baru yang
muncul, terbuka peluang besar untuk mencoba mengembangkan elemen-elemen
Janger ke dalam bentuk kreasi tari baru, yang nantinya dapat dijadikan materi
pembelajaran bagi mahasiswa jurusan tari. Adapun judul yang ditetapkan dalam
perancangan karya ini adalah Janger Kebyar. Janger Kebyar merupakan tari
Janger yang diiringi oleh gambelan kebyar. Gambelan kebyar merupakan salah
satu bentuk gambelan Bali yang menggunakan laras pelog lima nada yang
melahirkan musik-musik bernafas kebyar mampu mengekspresikan karakter
kebyar, yaitu keras, lincah, cepat, agresif, mengejutkan, muda, enerjik, gelisah,
semangat, optimis, dan penuh emosi (I Wayan Senen, 2002: 17). Gambelan
kebyar memiliki fleksibililitas yang tinggi, mengandung unsur kebebasan ekspresi
individu, dan kekinian. Instrumen ini dipilih karena juga berkaitan dengan materi
pembelajaran dalam mata kuliah tari Bali: kakebyaran yang mengacu pada
beberapa jenis tari-tarian Bali yang diiringi oleh gambelan kebyar Bali.
Tari Bali Kakebyaran adalah suatu bentuk tarian yang penataan pola gerak
tarinya sejalan dengan penciptaan pola gending. Secara struktural bentuk gending
yang dipakai menggunakan bentuk seperti pangawit atau disebut bagian awal dari
tarian, pangawak adalah bagian pokok tarian, panyalit dan pangecet merupakan
bagian penaikan atau klimaks, pakaed adalah bagian penutup dalam tarian. Pada
tari kebyar musik lebih banyak menentukan dinamika tari, bahkan tampak bahwa
tari kebyar merupakan interpretasi dari musik pengiringnya.
Penggunaan gerak-gerak tari mengacu pada prinsip-prinsip dasar
keindahan gerak, teknik dan bentuk penggarapan tarinya mengadaptasi dari
bentuk Kakebyaran. Adapun prinsip dasar keindahan gerak yang digunakan
adalah prinsip agem, tandang, tangkep, dan tangkis. Konsep Agem dipahami
sebagai pola gerak, sistem koordinasi, sebagai norma umum yang mengarahkan
pada penguasaan teknik gerak (contoh agem kanan dengan segala aturannya).
Dalam tari Bali agem bisa berarti sikap dasar dan bisa juga berarti gerak-gerak
yang dilakukan di tempat (stationary). Tandang mencakup gerak-gerak berjalan,
4
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
berpindah tempat atau yang dilakukan sambil memindahkan poros tubuh
(locomotor movement). Tangkep dipahami sebagai penjiwaan atau pengekspresian
terkait dengan pengendalian atau kontrol terutama terhadap tenaga yang menjadi
penentu pencapaian kualitas gerak. Tangkis merupakan akumulasi dari agem,
tandang, tangkep (misalnya tangkis tari Janger Kebyar adalah riang dan lincah).
Keempat prinsip dasar tersebut digunakan dalam pengolahan gerak yang
menekankan pada teknik dan bentuk dalam karya tari Janger Kebyar.
Adapun gending (vokal) Janger yang digunakan sebagai dasar pijakan
dalam perancangan karya tari ini adalah:
a. Gending “ Panganjali atur titiang nyanggra sang wawu rawuh,
Swastyastu ring para pamiarsa sinamian, Mogi sida asung wara nuggraha Ida Hyang Widhi”
Arti: Selamat datang saya haturkan kepada hadirin yang baru datang Swastyastu kepada para penonton sekalian Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberkati kita semua
b. Gending “ Mara ada lamun kenehe,
Pragina Janger, Pragina Jangere mederet medal, Medabdabang pacang nabuh, nabuh gending, Jangi jangi janger, arasijang jangi janger, jangi jangi janger, arasijang jangi janger, arasijang jangi janger seriang enci seriang enci sek de pak de sir.
Arti: Baru sekarang, ada yang sesuai dengan keinginan Penari Janger beriringan keluar Mempersiapkan diri untuk menyanyikan lagu-lagu janger c. Gending “ Beli bagus genjing dados beli lempas tekening janji,
Mejanji ngajakin tiang ngewangun janger nabdabin budaya Bangsa”
“Adi ayu sampunangje adi sumandangsaya Bli mejanji ngewangun janger nabdabin budaya bangsa”
Arti: Bli yang tampan, mengapa lupa dengan janji
Berjanji mengajak saya membuat janger melestarikan budaya bangsa Adi Ayu jangan meragukan Bli Bli berjanji membuat janger untuk melestarikan budaya bangsa
5
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
d. Gending “ Sinampura atur titiang sareng sami Janger titiang wawu pisan paplajahan Ledang ugi para semeton ngampurayang Benjang pungkur jagi malih kawawanin”
Arti: Mohon maaf kami haturkan untuk semua Janger kami baru dalam tahap pembelajaran Semoga para penonton memaklumi Di lain waktu kita berjumpa lagi
Perancangan Karya tari Janger Kebyar mengunakan delapan orang penari
(empat penari putri dan empat penari putra). Penentuan jumlah penari delapan ini
dengan pertimbangan teknis dan pertimbangan untuk pengolahan gerak tari duet
di dalam bentuk tari kelompok, seperti rampak, selang-seling, dan keseimbangan
dalam ruang. Kehadiran delapan penari dalam garapan ini digunakan untuk
membentuk formasi-formasi sesuai pertimbangan gerak yang melatar
belakanginya.
Penata iringan dilibatkan sejak awal proses agar lebih memahami maksud
dari karya yang diwujudkan, juga terjalin komunikasi yang baik di antara penata
tari, penata iringan, juga penari sebagai dasar yang kuat dalam memacu aktivitas
kreatif penciptaan karya. Penentuan pilihan alat dan bentuk lagu bagi komposisi
iringan diserahkan sepenuhnya pada penata iringan. Musik memiliki peranan
penting dalam garapan ini, di mana musik dapat memberikan daya hidup terhadap
suasana yang dihadirkan.
B. Rumusan Ide
Berdasarkan paparan di atas, maka dapat diketahui bahwa rumusan
masalah yang muncul dalam perancangan karya ini adalah: Bagaimanakah
mengembangkan elemen-elemen dalam Janger?
6
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
C. Tujuan Perancangan
Mencoba mengembangkan elemen-elemen yang ada dalam tari Janger
sebagai upaya pelestarian dan pengembangan seni tradisi Bali yang dapat
dijadikan sebagai bahan pembelajaran bagi mahasiswa jurusan tari.
D. Kontribusi Perancangan
a. Mahasiswa yang menjadi sasaran dalam pengkaryaan tari ini dapat
menambah pengkayaan terhadap materi kuliah tari Bali: Kakebyaran.
b. Menciptakan ruang ekspresi (pentas seni).
E. Landasan Penciptaan
Untuk memperkuat perancangan karya yang akan diungkapkan, maka
perancangan karya ini tidak terlepas dari sumber acuan yang dapat memberikan
dukungan dalan penulisan serta proses kekaryaan secara metodis. Adapun buku-
buku yang digunakan adalah: buku Kaja dan Kelod Tarian Bali dalam Transisi,
oleh Bandem, I Made Dan Fredrik Eugene deBoer, Terjemahan I Made Marlowe
Makaradhwaja Bandem. Buku ini menjelaskan tentang tari Janger, secara bentuk
maupun fungsi tari Janger dalam kehidupan masyarakat Bali.
Buku Selayang Pandang Seni Pertunjukan Bali, oleh I Wayan Dibia. Buku
ini memaparkan secara tertulis mengenai keberadaan tari Janger, di mana pada
saat ini Janger telah mengalami kepunahan. Kesenian Janger yang masih aktif
hanya Janger Kedaton dan Janger Singapadu.
Buku Wayan Beratha Pembaharu Gambelan Kebyar Bali, oleh I Wayan
Senen digunakan sebagai tuntunan dalam penciptaan karya tari ini. Dari buku ini
menjelaskan mengenai konsep gambelan kebyar Bali. Gambelan Kebyar sebagai
bentuk seni mengandung unsur kebaruan dengan mencerminkan suatu citra
kebebasan. Gambelan kebyar juga merupakan bentuk karya seni yang ekspresif
dan dinamis, mampu menampung berbagai inspirasi yang muncul dari bentuk-
bentuk seni tradisional yang telah ada. Dalam buku ini memaparkan pola-pola
garap pakebyaran yang ritmis, dinamis, ekspresif, meletup-letup, penuh angsel
(perubahan dinamika).
7
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
VCD Balinese Dance, Tari Bali Volume:7, Tari Kembang Janger
Produced By Bali Record, Licence No. 08.5100.00138.
DEPDIKBUD.PROP.BALI. NO.III/I/19.M.KETR/KS/98. VCD Balinese Dance,
Tari Bali Volume: 9, Tari Kembang Girang Produced By Bali Record, Licence
No. 90033/IK. 1200.00.00/75.1.3/138/93 bermamfaat memberi gambaran tentang
perancangan karya Janger Kebyar.
F. Metode Penciptaan
Sebuah metode penciptaan yang dikemukakan oleh Alma M. Hawkins
dalam bukunya berjudul Creating Through Dance (Mencipta Lewat Tari)
terjemahan oleh Y. Sumandiyo Hadi. Buku tersebut mengemukakan tentang
tahapan kreatif dalam proses penciptaan yaitu tahap penjajagan (eksplorasi), tahap
percobaan (improvisasi), dan pembentukan (forming). Buku ini sangat penting
sebagai tuntunan di dalam mengawali sebuah proses penciptaan karya tari untuk
mencapai suatu hasil yang lebih optimal. Pengaplikasian konsep-konsep ini,
selanjutnya diterapkan ke dalam proses perancangan karya ini seperti:
a. Tahap eksplorasi merupakan suatu proses penjajagan, yaitu sebagai
pengalaman untuk menanggapi obyek dari luar, atau aktivitasnya mendapat
rangsang dari luar, eksplorasi meliputi berfikir, berimajinasi, merasakan, dan
merespon. Eksplorasi awal proses perancangan penciptaan ini adalah diawali
dengan pengolahan vokal yang menjadi dasar pijakan, dan pengembangan
terhadap gerak.
b. Tahap improvisasi artinya sebagai penemuan gerak secara kebetulan atau
spontan, walaupun gerak-gerak tertentu muncul dari gerak-gerak yang pernah
dipelajari atau ditemukan sebelumnya. Melalui tahapan ini keleluasaan untuk
menjajagi gerak dan vokal sangatlah besar, sehingga pengembangan-
pengembangan bentuk gerak dan olahan vokal dalam berbagai variasi akan
ditemukan.
c. Tahap pembentukan merupakan tahapan yang dilakukan setelah adanya hasil
eksplorasi dan improvisasi. Semua gerak dan olah vokal yang ditemukan dari
8
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
hasil eksplorasi dan improvisasi dilakukan secara berulang-ulang sehingga
teknik dan karakter gerak dan vokal dapat dikuasai serta dapat dirasakan.
Metode perancangan karya tari ini juga menggunakan suatu metode yang
dikemukakan oleh Y. Sumandiyo Hadi dalam bukunya berjudul Aspek-Aspek
Dasar Koreografi Kelompok. Dijelaskan bahwa cara mewujudkan satu kesatuan
dalam koreografi kelompok, faktor yang harus diperhatikan di antaranya adalah
penggunaan jumlah penari yang berkaitan dengan pusat-pusat perhatian di atas
pentas. Di dalam buku ini juga menjelaskan pemahaman tentang prinsip-prinsip
bentuk meliputi: kesatuan, variasi, pengulangan atau repetisi, perpindahan atau
transisi, rangkaian, klimaks.
G . Konsep Perancangan
Setiap terciptanya karya tari selalu memiliki keterkaitan dengan sesuatu
yang ada di luar dirinya, karya-karya yang ada sebelumnya, latar belakang budaya
penciptanya, dan kondisi sosial budaya masyarakatnya. Keberadaan seniman
dalam lingkungan sosial budaya masyarakat tertentu berpengaruh besar terhadap
karya yang diciptakan. Kondisi sosial budaya masyarakat yang ditempati oleh
seniman dengan sendirinya akan mempengaruhi jenis karya yang dihasilkan.
Begitupula halnya dengan karya tari Janger Kebyar yang kehadirannya memiliki
keterkaitan erat dengan karya-karya sebelumnya.
Perancangan karya tari Janger Kebyar dapat dikatakan sebagai sebuah
kreasi Tari Kakebyaran karena prinsip-prinsip dasar keindahan gerak, teknik dan
bentuk penggarapan tarinya mengadaptasi dari bentuk Kakebyaran. Tema tari,
judul tari, tipe tari, mode penyajian, penari, struktur, gerak tari, musik iringan, tata
panggung, tata rias, tata busana, dan tata lampu merupakan konsep yang
digunakan sebagai acuan dalam perancangan karya tari.
Pokok permasalahan dari sebuah garapan tari adalah tema. Tema dipahami
sebagai pikiran pokok yang mengandung isi atau makna dari sebuah koreografi,
tema dapat merupakan makna pada garapan tari yang dibawakan, selain itu tema
juga berfungsi untuk pembatas kreativitas. Adapun tema yang diangkat dalam
9
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
garapan ini adalah bersumber dari tari Janger tradisi, diolah ke dalam bentuk tari
kreasi baru, yang memvisualisasikan tentang tema pergaulan muda-mudi yang
memiliki karakter lincah, mengejutkan, muda, semangat dan optimis, dilakukan
dalam suasana kegembiraan.
Judul merupakan identitas sebuah karya. Melalui judul dapat diperoleh
suatu gambaran isi garapan. Janger Kebyar ditetapkan sebagai judul dalam
garapan ini. Janger Kebyar merupakan tarian Janger yang diiringi oleh gambelan
kebyar.
Bentuk gerak sebagai olahan pokok lebih difokuskan pada kehadiran
suasana dan jalinannya dalam membentuk kesatuan dramatika, tema, pergaulan
muda-mudi dengan penggunaan lagu-lagu yang dilakukan saling bersahutan
dalam suasana kegembiraan. Atas dasar pemikiran ini, maka tari ini dapat
digolongkan ke dalam tipe tari dramatik karena secara teknis penggarapan lebih
besar fokusnya kepada “penekanan suasana” yang tidak menggelar cerita secara
bersambung.
Mode penyajian dalam garapan ini adalah simbolis-represntasional, yang
artinya kehadiran gerak merupakan presentasi dari makna-makna yang
melatarbelakanginya. Penggambaran suasana gembira digunakan gerak dengan
gerak yang cendrung membuka, dan lebih pada penekanan gerak dinamis, patah-
patah, dan tajam. Agar karya tari tidak terkesan monoton, maka dibentuk klimaks-
klimaks kecil yang disesuaikan dengan pola iringan sebagai pendukung, tetapi
tidak melebihi klimaks utama.
Perancangan karya ini terfokus pada pengolahan delapan orang penari
yaitu empat penari putra dan empat penari putri. Penentuan jumlah penari delapan
ini dengan pertimbangan teknis dan pertimbangan untuk menggarap motif-motif
menuju koreografi duet dalam bentuk koreografi kelompok, seperti rampak,
selang-seling, dan keseimbangan dalam ruang. Kehadiran delapan penari dalam
garapan ini digunakan untuk membentuk formasi-formasi sesuai pertimbangan
makna gerak yang melatarbelakanginya. Selain untuk mengungkapkan tema
10
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
tarinya juga merupakan usaha dalam permainan komposisi yang biasa disebut
focus on one point (satu pusat perhatian), focus on two point (dua pusat
perhatian), focus on three point (tiga pusat perhatian) (Hadi, 2002: 2). Jumlah
delapan penari diperoleh kemungkinan dalam pengembangan desain ruang dengan
membentuk formasi-formasi penari di atas pentas misalnya: formasi 4-4, 2-4-2, 2-
2-2-2, 2-6, 0-8.
Tempat pertunjukan atau area pentas yang digunakan dalam perancangan
ini adalah panggung proscenium. Penggunaan panggung ini dengan tujuan dapat
lebih leluasa dalam mengolah pola ruang, dan penonton dapat melihat secara jelas
gerak yang dihadirkan oleh penari di atas panggung dan tertuju pada satu arah
pandang saja. Proses perancangan karya Janger Kebyar difokuskan pada
penggunaan ruang pentas di panggung pertunjukan jurusan tari.
Tata rias dan busana memiliki hubungan yang sangat erat dengan gerak,
diharapkan dapat membantu penegasan desain gerak, dan meningkatkan daya
tarik. Adapun rias wajah yang digunakan adalah rias cantik untuk penari putri dan
rias tampan untuk penari putra. Perpaduan dari tata rias dan busana diharapkan
mampu membantu memvisualisasikan gerak di atas pentas.
Tata cahaya sangat penting dalam sebuah karya tari karena selain sebagai
penerangan arena pentas juga untuk mendukung suasana dari garapan yang
disajikan. Dalam perancangan karya ini digunakan jenis penyinaran dengan lampu
General Light (penyinaran umum) dan lampu Special Light (penyinaran khusus).
Karya tari Janger Kebyar dapat dikatakan sebagai sebuah kreasi tari
kakebyaran karena prinsip-prinsip dasar keindahan gerak, teknik dan bentuk
penggarapan tarinya mengadaptasi dari bentuk Kakebyaran. Adapun prinsip dasar
keindahan gerak yang digunakan adalah prinsip agem, tandang, tangkep, dan
tangkis. Konsep Agem dipahami sebagai pola gerak, sistem koordinasi, sebagai
norma umum yang mengarahkan pada penguasaan teknik gerak (contoh agem
kanan dengan segala aturannya). Dalam tari Bali agem bisa berarti sikap dasar dan
bisa juga berarti gerak-gerak yang dilakukan di tempat (stationary). Tandang
11
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
mencakup gerak-gerak berjalan atau yang dilakukan sambil memindahkan poros
tubuh (locomotor movement). Tangkep dipahami sebagai penjiwaan atau
pengekspresian terkait dengan pengendalian atau kontrol terutama terhadap tenaga
yang menjadi penentu pencapaian kualitas gerak. Tangkis merupakan akumulasi
dari agem, tandang, tangkep (misalnya tangkis tari Janger Kebyar adalah lincah
dan keras). Keempat prinsip dasar tersebut digunakan dalam pegolahan gerak
yang menekankan pada teknik dan bentuk dalam karya tari Janger Kebyar.
Adapun bentuk pola garapan karya tari ini secara struktural mengacu pada
pola garap Kakebyaran yang dibangun atas beberapa bagian pokok yaitu:
pangawit, pangawak, panyalit, pangecet dan pakaed. Bagian awal (Pangawit)
Kebyar, merupakan gambaran karakter dari Tari Kakebyaran yang ditandai
dengan pukulan gambelan secara simultan, cepat, ritmis, dinamis, semangat.
Bagian pangawak, Pada bagian ini lebih menonjolkan pada keindahan gerak-
gerak dengan karakter putri dan karakter putra. Bagian panyalit dan pangecet
merupakan lanjutan dari bagian pangawak, yaitu memuat bagian penaikan atau
klimaks. Bagian ini merupakan memuat suasana kegembiraan yaitu suka cita di
dalam melantunkan lalu-lagu yang dilakukan secara bersahutan. Bagian Akhir,
pakaed, pada bagian ini terdapat bagian penurunan.
Rancangan karya ini diiringi oleh gambelan Gong Kebyar. Gong Kebyar
adalah ensambel gambelan Bali yang bertonika 5 (lima) nada/ pentatonis yang
melahirkan musik-musik bernafas Kebyar. Adapun alat-alat yang digunakan
berupa: reyong satu tungguh, gangsa ugal (giying) dua tungguh
(ngumbangngisep), gangsa pemade empat tungguh (ngumbangisep) ,gangsa
kantil (kantilan) empat tungguh (ngumbangisep), panyacah dua tungguh
(ngumbangisep), kendang (lanang-wadon), cengceng, kajar, kenong, kempul,
gong.
12
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta