mandiri
DESCRIPTION
sk2TRANSCRIPT
1
1. Anatomi, perdarahan, dan persyarafan otak
Otak
Berat otak manusia sekitar 1400 gram dan tersusun oleh kurang lebih 100 triliun neuron.Otak terdiri
dari empat bagian besar yaitu serebrum (otak besar), serebelum (otak kecil), brainstem (batang otak), dan
diensefalon. (Satyanegara, 1998)
Serebrum terdiri dari dua hemisfer serebri, korpus kolosum dan korteks serebri. Masing-masing
hemisfer serebri terdiri dari lobus frontalis yang merupakan area motorik primer yang bertanggung jawab untuk
gerakan-gerakan voluntar, lobur parietalis yang berperanan pada kegiatan memproses dan mengintegrasi
informasi sensorik yang lebih tinggi tingkatnya, lobus temporalis yang merupakan area sensorik untuk impuls
pendengaran dan lobus oksipitalis yang mengandung korteks penglihatan primer, menerima informasi
penglihatan dan menyadari sensasi warna.
Serebelum terletak di dalam fosa kranii posterior dan ditutupi oleh duramater yang menyerupai atap
tenda yaitu tentorium, yang memisahkannya dari bagian posterior serebrum.Fungsi utamanya adalah sebagai
pusat refleks yang mengkoordinasi dan memperhalus gerakan otot, serta mengubah tonus dan kekuatan
kontraksi untuk mempertahankan keseimbangan sikap tubuh.
Bagian-bagian batang otak dari bawak ke atas adalah medula oblongata, pons dan mesensefalon (otak
tengah).Medula oblongata merupakan pusat refleks yang penting untuk jantung, vasokonstriktor, pernafasan,
bersin, batuk, menelan, pengeluaran air liur dan muntah.Pons merupakan mata rantai penghubung yang penting
pada jaras kortikosereberalis yang menyatukan hemisfer serebri dan serebelum.Mesensefalon merupakan bagian
pendek dari batang otak yang berisi aquedikus sylvius, beberapa traktus serabut saraf asenden dan desenden dan
pusat stimulus saraf pendengaran dan penglihatan.
Diensefalon di bagi empat wilayah yaitu talamus, subtalamus, epitalamus dan hipotalamus.Talamus
merupakan stasiun penerima dan pengintegrasi subkortikal yang penting. Subtalamus fungsinya belum dapat
dimengerti sepenuhnya, tetapi lesi pada subtalamus akan menimbulkan hemibalismus yang ditandai dengan
gerakan kaki atau tangan yang terhempas kuat pada satu sisi tubuh. Epitalamus berperanan pada beberapa
dorongan emosi dasar seseorang.Hipotalamus berkaitan dengan pengaturan rangsangan dari sistem susunan
saraf otonom perifer yang menyertai ekspresi tingkah dan emosi. (Sylvia A. Price, 1995)
Sirkulasi darah otak
Otak menerima 17 % curah jantung dan menggunakan 20 % konsumsi oksigen total tubuh manusia
untuk metabolisme aerobiknya. Otak diperdarahi oleh dua pasang arteri yaitu arteri karotis interna dan arteri
vertebralis.Da dalam rongga kranium, keempat arteri ini saling berhubungan dan membentuk sistem
anastomosis, yaitu sirkulus Willisi. (Satyanegara, 1998)
Arteri karotis interna dan eksterna bercabang dari arteria karotis komunis kira-kira setinggi rawan tiroidea.Arteri
karotis interna masuk ke dalam tengkorak dan bercabang kira-kira setinggi kiasma optikum, menjadi arteri
serebri anterior dan media. Arteri serebri anterior memberi suplai darah pada struktur-struktur seperti nukleus
kaudatus dan putamen basal ganglia, kapsula interna, korpus kolosum dan bagian-bagian (terutama medial)
lobus frontalis dan parietalis serebri, termasuk korteks somestetik dan korteks motorik. Arteri serebri media
mensuplai darah untuk lobus temporalis, parietalis dan frontalis korteks serebri.
Arteria vertebralis kiri dan kanan berasal dari arteria subklavia sisi yang sama. Arteri vertebralis
memasuki tengkorak melalui foramen magnum, setinggi perbatasan pons dan medula oblongata.Kedua arteri ini
bersatu membentuk arteri basilaris, arteri basilaris terus berjalan sampai setinggi otak tengah, dan di sini
bercabang menjadi dua membentuk sepasang arteri serebri posterior.Cabang-cabang sistem vertebrobasilaris ini
memperdarahi medula oblongata, pons, serebelum, otak tengah dan sebagian diensefalon.Arteri serebri posterior
dan cabang-cabangnya memperdarahi sebagian diensefalon, sebagian lobus oksipitalis dan temporalis, aparatus
koklearis dan organ-organ vestibular.
Darah vena dialirkan dari otak melalui dua sistem : kelompok vena interna, yang mengumpulkan darah
ke Vena galen dan sinus rektus, dan kelompok vena eksterna yang terletak di permukaan hemisfer otak, dan
mencurahkan darah, ke sinus sagitalis superior dan sinus-sinus basalis lateralis, dan seterusnya ke vena-vena
jugularis, dicurahkan menuju ke jantung.
2
Sistem Saraf Tepi
1. Saraf Kranialis
Saraf kranialis terdiri dari 12 pasang yaitu :
a. Nervus Olfactorius : Saraf ini berfungsi untuk menghantarkan sensasi bau/ penghidu. Merupakansaraf
kranialis yang terpendek.
b. Nervus Opticus : Saraf ini berfungsi utnuk menghantarkan sensasi penglihata
c. Nervus Oculomotorius : Saraf ini mempersarafi otot yang berfungsi dalam gerakan bola mata dan
mengangkat kelopak mata dan bersama nervus II mengatur besar kecilnya pupil
d. Nervus Trochlearis : bersama nervus III dan nervus VI berfungsi mengatur gerakan bola mata
e. Nervus Trigeminus : Saraf ini berfungsi menghantarkan rangsang sensorik/ sensibilitas dari wajah dan
selaput lendir mulut dan hidung, sedangkan serabot motoriknya mempersarafi otot-otot pengunyah dan
mempersarafi juga kelenjar ludah submaksilaris dan sublingualis
f. Nervus Abduscens : berperan dalam mengatur gerakan bola mata
g. Nervus Facialis : cabang motorik saraf ini mempersarafi otot wajah. Saraf ini juga berfungsi
menghantarkan rasa pengecapan dari lidah 2/3 depan, selain itu juga mempersarafi kelenjar ludah
sublingalis
h. Nervus Vestibulocochlearis : Saraf ini berfungsi untuk pendengaran dan mengatur keseimbangan
i. Nervus Glossopharyngeus : Serabut motorik mempersarafi otot stilopharyngeus, serabut sensorik
menghantarkan sensasi umum dari pharyng, palatum mole, sepertiga belakang lidah, bagian atas
tenggorokan, tonsil, tuba auditorius dan cavum tymphani. Sedangkan serabut parasimpatik
memperasarfi kelenjar ludah parotis.
j. Nervus Vagus : Bagian motorik dari nervus X ini menuju otot-otot palatum mole dan pharyng. Cabang
para simpatik mempersarafi alat-alat viscera dada dan abdomen
k. Nervus Acsesorius : Cabang eksterna atau spinalis mempersarafi otot-otot trapezius dan
sternocleidomastoideus, sedangkan cabang interna bersama-sama dengan nervus IX, X ke otot-otot
intrinsik laring.
l. Nervus Hypoglossus : saraf ini mempersarafi otot-otot intrinsik lidah
Saraf Spinalis
Saraf Spinalis terdiri dari 31 pasang saraf yang tersusun secara simetris masing-masing berasal dari
medula spinalis melalui 2 buah radiks: radiks sensorik (dorsalis) dan motorik (ventralis). Saraf-saraf ini
dibagi secara topografis menjadi 8 pasang saraf cervical (C 1-8), 12 torakal (T 1-12), 5 lumbal (L 1-5),
5 sacral (S 1-5) dan satu coccygeus (C).Neuron-neuron yang menyalurkan hantaran motorik pada
bagian perjalanan terakhir yaitu di kornu anterior medula spinalis menuju sel-sel otot skeletal
dinamakan “Lower Motoneuron”.Lower Motoneuron menyusun inti-inti radiks ventralis saraf spinalis.
3
2. PEMERIKSAAN FISIK NEUROLOGI
1. ANAMNESIS
Biasanya pengambilan anamnesis mengikuti 2 pola umum, yaitu:
1. Pasien dibiarkan secara bebas mengemukakan semua keluhan serta kelainan yang dideritanya.
2. Pemeriksa (dokter) membimbing pasien mengemukakan keluhannya atau kelainannya dengan jalan
mengajukan pertanyaan tertuju.
Pengambilan anamnesa yang baik menggabungkan kedua cara tersebut diatas.
Biasanya wawancara dengan pasien dimulai dengan menanyakan nama, umur, pekerjaan, alamat.
Kemudian ditanyakan keluhan utamanya, yaitu keluhan yang mendorong pasien datang berobat ke dokter. Pada
tiap keluhan atau kelainan perlu ditelusuri:
1. Sejak kapan mulai
2. Sifat serta beratnya
3. Lokasi serta penjalarannya
4. Hubungannya dengan waktu (pagi, siang, malam, sedang tidur, waktu haid, sehabis makan dan lain
sebagainya)
5. Keluhan lain yang ada hubungannya dengan keluhan tersebut
6. Pengobatan sebelumnya dan bagaimana hasilnya
7. Faktor yang membuat keluhan lebih berat atau lebih ringan
8. Perjalanan keluhan, apakah menetap, bertambah berat, bertambah ringan, datang dalam bentuk
serangan, dan lain sebagainya
Pada tiap penderita penyakit saraf harus pula dijajaki kemungkinan adanya keluhan atau kelainan
dibawah ini dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan berikut:
1. Nyeri kepala : Apakah anda menderita sakit kepala? Bagaimana sifatnya, dalam bentuk serangan atau
terus menerus? Dimana lokasinya? Apakah progresif, makin lama makin berat atau makin sering?
Apakah sampai mengganggu aktivitas sehari-hari?
2. Muntah : Apakah disertai rasa mual atau tidak? Apakah muntah ini tiba-tiba, mendadak, seolah-olah
isi perut dicampakkan keluar (proyektil)?
3. Vertigo : Pernahkah anda merasakan seolah sekeliling anda bergerak, berputar atau anda merasa diri
anda yang bergerak atau berputar? Apakah rasa tersebut ada hubungannya dengan perubahan sikap?
Apakah disertai rasa mual atau muntah? Apakah disertai tinitus (telinga berdenging, berdesis)?
4. Gangguan penglihatan (visus) : Apakah ketajaman penglihatan anda menurun pada satu atau kedua
mata? Apakah anda melihat dobel (diplopia)?
5. Pendengaran : Adakah perubahan pada pendengaran anda? Adakah tinitus (bunyi berdenging/berdesis
pada telinga)?
6. Saraf otak lainnya : Adakah gangguan pada penciuman, pengecapan, salivasi (pengeluaran air ludah),
lakrimasi (pengeluaran air mata), dan perasaan di wajah? Adakah kelemahan pada otot wajah? Apakah
bicara jadi cadel dan pelo? Apakah suara anda berubah, jadi serak, atau bindeng (disfonia), atau jadi
mengecil/hilang (afonia)? Apakah bicara jadi cadel dan pelo (disartria)? Apakah sulit menelan
(disfagia)?
7. Fungsi luhur : Bagaimana dengan memori? Apakah anda jadi pelupa? Apakah anda menjadi sukar
mengemukakan isi pikiran anda (disfasia, afasia motorik) atau memahami pembicaraan orang lain
(disfasia, afasia sensorik)? Bagaimana dengan kemampuan membaca (aleksia)? Apakah menjadi sulit
membaca, dan memahami apa yang anda baca? Bagaimana dengan kemampuan menulis, apakah
kemampuan menulis berubah, bentuk tulisan berubah?
8. Kesadaran : Pernahkah anda mendadak kehilangan kesadaran, tidak mengetahui apa yang terjadi di
sekitar anda? Pernahkah anda mendada merasa lemah dan seperti mau pingsan (sinkop)?
4
9. Motorik : Adakah bagian tubuh anda yang menjadi lemah, atau lumpuh (tangan, lengan, kaki, tungkai)?
Bagaimana sifatnya, hilang-timbul, menetap atau berkurang? Apakah gerakan anda menjadi tidak
cekatan? Adakah gerakan pada bagian tubuh atau ekstremitas badan yang abnormal dan tidak dapat
anda kendalikan (khorea, tremor, tik)?
10. Sensibilitas : Adakah perubahan atau gangguan perasaan pada bagian tubuh atau ekstremitas? Adakah
rasa baal, semutan, seperti ditusuk, seperti dibakar? Dimana tempatnya? Adakah rasa tersebut
menjalar?
11. Saraf otonom : Bagaimana buang air kecil (miksi), buang air besar (defekasi), dan nafsu seks (libido)
anda? Adakah retensio atau inkontinesia urin atau alvi?
Disamping data yang bersifat saraf ini, perlu juga dujajaki adanya keluhan lain, yang bukan merupakan
keluhan saraf dalam arti kata sempit, namun mungkin ada hubungannya dengan kelainan saraf yang sedang
diderita. Misalnya, kelianan jantung, paru, tekanan darah tinggi dan diabetes mellitus.
2. KESADARAN
Seseorang disebut sadar bila ia sadar terhadap diri dan lingkungannya. Orang normal dapat berada
dalam keadaan : sadar, mengantuk, atau tidur. Bila tidur maka dapat dibangunkan oleh rangsang, misalnya
nyeri, bunyi atau gerak.
Dalam memeriksa tingkat kesadaran, seorang dokter melakukan inspeksi, konversasi, dan bila perlu
memberikan rangsang nyeri.
Inspeksi, perhatikan apakah pasien berespons secara wajar terhadap stimulus visual, auditoar, dan taktil
yang ada disekitarnya.
Konversasi, Apakah pasien memberikan reaksi wajar terhadap suara konversasi, atau dapat
dibangunkan oleh suruhan atau pertanyaan yang disampaikan dengan suara yang kuat?
Nyeri, bagaimana respons pasien terhadap rangsang nyeri?
Tingkat kesadaran dibagi menjadi beberapa yaitu:
Normal : kompos mentis
Somnolen : keadaan mengantuk. Kesadaran dapat pulih penuh bila dirangsang. Somnolen
disebut juga sebagai letargi. Tingkat kesadaran ini ditandai oleh mudahnya pasien dibangungkan,
mampu memberi jawaban verbal dan menangkis rangsang nyeri.
Sopor (stupor) : Kantuk yang dalam. Pasien masih dapat dibangunkan dengan rangsang yang kuat,
namun kesadarannya segera menurun lagi. Ia masih dapat mengikuti suruhan yang singkat dan masih
terlihat gerakan spontan. Dengan rangsang nyeri pasien tidak dapat dibangunkan sempurna. Reaksi
terhadap perintah tidak konsisten dan samar. Tidak dapat diperoleh jawaban verbal dari pasien. Gerak
motorik untuk menangkis rangsang nyeri masih baik.
Koma : Tidak ada gerakan spontan. Tidak ada jawaban sama sekali terhadap rangsang nyeri yang
bagaimanapun kuatnya.
Delirium, Penderita delirium menunjukkan penurunan kesadaran disertai peningkatan yang abnormal
dari aktivitas psikomotor dan siklus tidur – bangun yang terganggu. Pada keadaan ini pasien tampak gaduh
gelisah, kacau, disorientasi, berteriak, aktifitas motorik meningkat, meronta-ronta. Penyebab delirium beragam,
diantaranya ialah kurang tidur, oleh berbagai obat, dan gangguan metabolic toksik. Pada manula, delirium
kadang didapatkan waktu malam hari. Penghentian obat anti depresan yang telah lama digunakan dapat
menyebabkan delirium-tremens. Demikian juga bila pecandu alcohol mendadak menghentikan minum alcohol.
5
Skala Koma Glasgow
Untuk mengikuti perkembangan tingkat kesadaran dapat digunakan skala koma Glasgow yang
memperhatikan tanggapan (respon) penderita terhadap rangsang dan memberikan nilai pada respon tersebut.
Tanggapan/respon penderita yang perlu diperhatikan adalah:
Membuka mata
Spontan 4
Terhadap bicara 3
Dengan rangsang nyeri 2
Tidak ada reaksi 1
Respon verbal (bicara)
Baik dan tidak ada disorientasi 5
Kacau (“confused”) 4
Tidak tepat 3
Mengerang 2
Tidak ada jawaban 1
Respon motorik (gerakan)
Menurut perintah 6
Mengetahui lokasi nyeri 5
Reaksi menghindar 4
Refleks fleksi (dekortikasi) 3
Refleks ekstensi (deserebrasi) 2
Tidak ada reaksi 1
Bila kita gunakan skala Glasgow sebagai patokan untuk koma, maka koma = tidak didapatkan respons
membuka mata, bicara dan gerakan dengan jumlah nilai = 3, nilai 3-5 dapat sesuai dengan keadaan koma, 6-7
soporokoma, 8-9 sopor. Nilai tertinggi 15 yang berarti sadar.
PEMERIKSAAN UMUM
Pemeriksaan harus mencakup :
a. Gejala vital, Periksa jalan nafas, keadaan respirasi dan sirkulasi. Pastikan bahwa jalan nafas terbuka
dan pasien dapat bernafas. Otak membutuhkan pasokan oksigen yang kontinu, demikian juga glukosa.
Tanpa oksigen sel-sel otak akan mati dalam waktu lima menit, karena itu, harus ada sirkulasi darah
untuk menyampailkan oksigen dan glukosa ke otak. Jadi waktu untuk memulihkan pernafasan dan
sirkulasi darah adalah singkat, dan keadaan kadar dextrose yang diberikan harus cukup untuk nutrisi
otak,
b. Kulit, perhatikan tanda trauma, stigmata penyakit hati, bekas suntikan, kulit basah karena keringat
misalnya pada hipoglikemi dan syok, kulit kering misalnya pada koma diabetic, perdarahan misalnya
pada demam berdarah dengue dan DIC.
c. Kepala, Perhatikan tanda trauma, hematoma dikulit kepala, hematoma disekitar mata, perdarahan di
liang telinga dan hidung.
d. Thoraks, jantung, parum abdomen dan ekstremitas.
6
PEMERIKSAAN NEUROLOGI
3. TANDA RANGSANG MENINGEAL
Kaku kuduk
Untuk memeriksa kaku kuduk dapat dilakukan sbb: Tangan pemeriksa ditempatkan dibawah kepala
pasien yang sedang berbaring, kemudian kepala ditekukan (fleksi) dan diusahakan agar dagu mencapai dada.
Selama penekukan diperhatikan adanya tahanan. Bila terdapat kaku kuduk kita dapatkan tahanan dan dagu tidak
dapat mencapai dada. Kaku kuduk dapat bersifat ringan atau berat.
Kernig sign
Pada pemeriksaan ini, pasien yang sedang berbaring difleksikan pahanya pada persendian panggul
sampai membuat sudut 90°. Setelah itu tungkai bawah diekstensikan pada persendian lutut sampai membentuk
sudut lebih dari 135° terhadap paha. Bila teradapat tahanan dan rasa nyeri sebelum atau kurang dari sudut 135°,
maka dikatakan Kernig sign positif.
Brudzinski I (Brudzinski’s neck sign)
Pasien berbaring dalam sikap terlentang, dengan tangan yang ditempatkan dibawah kepala pasien yang
sedang berbaring , tangan pemeriksa yang satu lagi sebaiknya ditempatkan didada pasien untuk mencegah
diangkatnya badan kemudian kepala pasien difleksikan sehingga dagu menyentuh dada. Test ini adalah positif
bila gerakan fleksi kepala disusul dengan gerakan fleksi di sendi lutut dan panggul kedua tungkai secara
reflektorik.
Brudzinski II (Brudzinski’s contralateral leg sign)
Pasien berbaring terlentang. Tungkai yang akan dirangsang difleksikan pada sendi lutut, kemudian
tungkai atas diekstensikan pada sendi panggul. Bila timbul gerakan secara reflektorik berupa fleksi tungkai
kontralateral pada sendi lutut dan panggul ini menandakan test ini postif.
Brudzinski III
Penekanan pada simfisis pubis akan disusul oleh timbulnya gerakan fleksi secara reflektorik pada
kedua tungkai disendi lutut dan panggul.
Lasegue sign
Untuk pemeriksaan ini dilakukan pada pasien yang berbaring lalu kedua tungkai diluruskan
(diekstensikan), kemudian satu tungkai diangkat lurus, dibengkokkan (fleksi) persendian panggulnya. Tungkai
yang satu lagi harus selalu berada dalam keadaan ekstensi (lurus). Pada keadaan normal dapat dicapai sudut 70°
sebelum timbul rasa sakit dan tahanan. Bila sudah timbul rasa sakit dan tahanan sebelum mencapai 70° maka
disebut tanda Lasegue positif. Namun pada pasien yang sudah lanjut usianya diambil patokan 60°.
7
4. PEMERIKSAAN NERVUS CRANIALIS
N I = N. Olfaktorius
Fungsi: untuk indera penciuman
Syarat pemeriksaan:
1. Bahan yang digunakan bersifat aromatik, tidak merangsang mukosa hidung, dan mudah dikenal.
Misalnya: teh, kopi, tembakau, sabun, vanili, dll.
2. Bahan yang mudah menguap dan merangsang mukosa hidung tidak dapat dipakai karena akan merangsang
juga N.V. misalnya: alkohol, amonia.
3. Sebelum pemeriksaan terlebih dulu jalan lintas pernapasan melalui hidung harus baik, bersih, dan lancar.
Jadi tidak ada corpus alineum, rhinitis, atau polip.
4. Mata penderita sebaiknya ditutup atau dapat tetap terbuka tetapi bahan yang digunakan dimasukkan dalam
botol kecil berwarna gelap.
Cara pemeriksaan:
1. Penderita diberitahu terlebih dahulu bahwa daya penciumannya akan diperiksa. Kemudian diminta untuk
mengidentifikasi apa yang tercium olehnya jika suatu botol didekatkan pada lubang hidungnya.
2. Pemeriksaan dilakukan terhadap kedua lubang hidung.
3. Pemeriksaan dimulai dengan menyuruh penderita menutup satu lubang hidung. Kemudian bahan
pemeriksaan kita dekatkan pada lubang hidung sebelahnya dan penderita diminta untuk
menghirup/menciumnya. Setelah itu penderita diminta menyebutkan nama bahan tersebut. Selesai
pemeriksaan lubang hidung yang satu dilanjutkan dengan memeriksa lubang hidung sebelahnya.
4. Terciumnya bau-bauan secara tepat berarti fungsi penciuman (N.1) kedua belah sisi adalah baik.
Kelainan penciuman:
Anosmia ⇒ hilangnya daya penciuman
Hiposmia ⇒ daya penciuman berkurang
Hiperosmia ⇒ daya penciuman lebih tajam dari normal
Parosmia ⇒ rangsangan bau ada tetapi identifikasinya salah
Halusinasi olfactorik ⇒ mencium bau sesuatu tanpa adanya rangsangan
Terganggunya fungsi nervus VII antara lain dapat disebabkan oleh :
Tumor yang menekan traktus olfaktorius, paling sering berupa meningioma
Trauma kapitis, terputusnya serabut-serabut olfaktorius pada fraktur basis kranii fossa anterior
Infeksi, misalnya pada meningitis basal yang mengenai traktus atau serabut olfaktorius
Pada keadaan parosmia, hiperosmia, dan halusinasi olfaktorik biasanya ditemukan pada keadaan histeria
dan epilepsi.
N.II = N. Optikus
Fungsi: untuk penglihatan
Pemeriksaan meliputi:
Ketajaman penglihatan (visual acuity)
Syarat pemeriksaan:
- Ruangan harus cukup terang
- Tidak ada gangguan/kelainan lensa, kornea, iris
- Tanyakan apakah penderita buta huruf atau tidak. Jika ya maka dipakai kartu snellen khusus: yaitu
huruf E dengan berbagai ukuran dan posisi yang berubah-ubah.
Tes ketajaman penglihatan:
1. Tes kartu Snellen
- Penderita duduk di kursi
- Gantungkan kartu snellen setinggi kedudukan mata penderita pada jarak 6 m (5 m).
- Mata kanan dan kiri diperiksa bergantian dengan menutup sebelah mata dengan tangan penderita
sendiri.
- Kemudian penderita disuruh membaca huruf-huruf mulai dari atas ke bawah yang ditunjuk oleh
pemeriksa pada kartu snellen
8
- Kartu snellen yang tersedia di Indonesia mempunyai catatan di samping kanan-kirinya. Catatan di kiri
untuk visus yang diperiksa pada jarak 6 m sedangkan yang di kanan untuk jarak 5 m. Pada tiap bagan
dicantumkan visus yang sesuai dengan barisan huruf itu sehingga dengan demikian penentuan visus
secara kasar mudah dilaksanakan.
- Nilai ketajaman penglihatan normal adalah 6/6 E. Jika penderita hanya dapat membaca huruf barisan
ketiga saja maka visus adalah 6/20 (30%). Bila visus menurun sampai 6/60 (10%) berarti penderita
tidak bisa membaca huruf barisan pertama. Maka visus sebaiknya diperiksa dengan menggunakan cara
kedua.
Snellen chart
2. Tes hitung jari
Penderita diminta menghitung jari-jari tangan pemeriksa yang diperlihatkan padanya. Jika penderita
hanya dapat menghitung jari dengan benar pada jarak 3 m, berarti visusnya 3/60. Angka 60 menunjukkan
jarak orang normal dapat menghitung jari dengan benar.
3. Tes gerakan jari
Pada penderita dengan visus yang lebih buruk lagi dimana pada jarak 1 m masih belum dapat
menghitung jari maka penentuan visus dengan cara meminta penderita melihat gerakan jari tangan
pemeriksa.
Visus normal dapat melihat gerakan jari pada jarak 300 m. bila penderita hanya dapat
menentukan gerakan jari pada jarak 4 m berarti visusnya adalah 4/300.
4. Tes cahaya
Tes ini dilakukan pada penderita dengan visus sangat buruk dimana pemeriksaan
menggunakan lampu senter. Penderita hanya dapat membedakan cahaya gelap dan terang. Orang normal
dapat mengenali cahaya hingga jarak tak terhingga ⇒ visus 1/~. Visus dikatakan 0 (nol) jika penderita tidak
mampu lagi membedakan cahaya terang dan gelap (buta total)
Lapangan penglihatan (kampus visii)
1. Tes konfrontasi
Penderita duduk berhadapan dengan pemeriksa dengan posisi lutut ketemu lutut (jarak antara keduanya
60-100 cm) dan mata ketemu mata. Sebagai objek bisa dipergunakan jam telunjuk pemeriksa. Untuk
pemeriksaan kampus mata kanan, maka mata kiri penderita dan mata kanan pemeriksa harus ditutup,
demikian pula sebaliknya. Objek sebelum digerakkan harus berada dalam bidang yang sama jaraknya antara
mata penderita dan pemeriksa. Pemeriksaan dimulai dengan menggerakkan objek perlahan dari luar
lapangan pandangan ke arah dalam (lateral ke medial) sarnpai penderita melihat objek dengan menyebut
"ya".
Medan penglihatan pemeriksa digunakan sebagai patokan normal. Jika penderita dan pemeriksa sama-
sama dapat melihat jari telunjuk pemeriksa yang bergerak pada jarak yang sama maka lapangan penglihatan
penderita dikatakan normal.
9
Pada lesi tertentu lapangan penglihatan ini dapat menyempit atau hanya dapat melihat
setengah/seperempat dari lapangan penglihatan atau bahkan menghilang. Keadaan ini dikenal sebagai
hemianopsia, quadrant anopsia, atau anopsia.
a. Monokuar blindness, lesi pada nervus optikus
b. Hemianopsia bitemporal/binasal, lesi pada kiasma optikus
c. Hemianopsia homonim, lesi pada traktus optikus
d. Dan 5. Anopsia quadrant, lesi pada radiasi optikus
2. Tes kampimetri/perimetri
Jika dengan tes konfrontasi lapangan penglihatan dinilai secara kasar, maka dengan
kampimetri dan perimetri hasil yang diperoleh akan lebih terperinci dan akurat. Pemeriksaan ini juga dipakai
untuk mencari adanya skotoma.
Biasanya alat ini terdapat di bagian mata dan hasil pemeriksaannya diproyeksikan dalam
bentuk gambar di sebuah kartu.
Fundus oculi (funduskopi)
- Pemeriksaan dilakukan dengan bantuan oftalmoskop.
- Yang diperiksa adalah keadaan retina dan diskus optikus atau papila nervi optici.
- Cara pemeriksaan: Pemeriksaan dilakukan di ruangan yang telah digelapkan atau ruangan remang-remang.
- Penderita dalam posisi duduk/berbaring memandang lurus ke depan.
- Mata penderita diperiksa satu-satu dimana mata kanan penderita diamati oleh mata kanan pemeriksa dan
mata kiri penderita diarnati oleh mata kiri pemeriksa.
- Melalui lubang oftalmoskop yang didekatkan pada mata penderita, pemeriksa mengarahkan
sinar lampu oftalmoskop ke pupil penderita sehingga terlihat jelas gambaran retina dan papil N.II
- Kelainan refraksi dapat dikoreksi dengan menggunakan lensa yang ada pada oftalmoskop
Tersebut.
- Penilaian:
Gambaran fundus oculi normal:
Retina berwarna merah-oranye
Pembuluh darah: vena lebih tebal dari arteri dan berpangkal pada pusat papil dan
memancarkan cabang-cabangnya keseluruh retina dengan perbandingan a:v = 2:3
5
4
1
3
2
10
Funduskopi normal Papil edema
Papil N.II: berwarna kuning kemerahan, bentuk bulat, batas tegas dengan sekelilingnya, mempunyai
cekungan fisiologis (cupping).
Kelainan papil N.II :
a. Papil edema, ditandai:
Warna: kemerahan (lebih tua clan normal)
Batas: tidak tegas/kabur
Cekungan fisiologis: datar, kadang sampai menonjol
Gambaran pembuluh darah bertambah, melebar, berkelok-kelok (hiperemis), a:v = 2:5
Biasanya ditemukan pada peningkatan tekanan intra krainal dan papilitis
b. Papil atrofi, dibedakan 2 macam:
- Papil atrofi primer, akibat tekanan langsung pada N.II
- Papil atrofi sekunder, yang terjadi melalui papil edema lebih dulu
Papil atrofi ditandai:
- Warna: pucat (kuning muda sampai putih)
- Batas: menjadi lebih tegas
- Cekungan fisiologis: tampak lebih cekung
- Gambaran pembuluh darah tampak mengecil dan jumlahnya berkurang.
- Biasanya ditemukan pada, axial miopia
Atrofi papil primer Atrofi papil sekunder
Tes Warna (color vision testing)
Tes ini untuk mengetahui adanya buta warna. Cara periksa: penderita disuruh melihat dan mengenali warna-
warna yang ditunjukkan dalam kartu tes.
Stilling dan Ishihara.
Gangguan pengenalan warna ini sering ditemukan pada kasus neuritis optik, lesi N.II atau lesi khiasma optikum.
11
N.III, N.IV, N.VI = N. Occulomotorius, N. Trochlearis, N. Abducen.
Ketiga saraf ini dinamakan Nn. Occulares karena bersama-sama mengurus gerakan kedua bola mata.
Itulah sebabnya di dalam klinik diperiksa secara bersama-sama. Semua otot bola mata eksterna termasuk Mm.
Levator palpebrae dan Mm. Konstriktor pupilae (parasimpatis) dipersarafi oleh N.III, kecuali M. Obliquus
superior (untuk gerakan bola mata ke medial bawah) oleh N.IV dan M. Rectus lateralis (untuk aerakan bola
mata ke lateral) oleh N.VI.
M. Rectus superior (N III)
M. Oblique inf(N III)
M. Rectus lat(N VI
M. Rectus infN IIIM. Oblique
supN IV
M. Rectus medN III
Pemeriksaan N.III, N.IV, dan N.VI meliputi:
1. Celah mata (fissura palpebrae)
Pada keadaan istirahat dan mats terbuka lebar dilihat apakah simetris atau sama dan sebangun.
2. Ptosis
Keadaan dimana kelopak mata atas jatuh/menurun karena kelumpuhan M. Palpebra superiornya. Dapat
diperiksa dengan menyuruh penderita membuka matanya lebar-lebar atau mengangkat kelopak mata atasnya
secara volunter.
5. Keadaan bola mata
Penderita disuruh melihat jauh ke depan, kemudian dilperhatikan celah mata dan keadaan bola mata
dilihat dari samping. Pada exophtalmus mata lebih menonjol dan celah mata tampak melebar, sedangkan
enophtalmus mata masuk ke dalam, celah mata tampak menyempit.
4. Sikap bola mata
Bola mata yang lumpuh memperlihatkan sikap yang tidak wajar. Sikap bola mata yang
menyimpang ke arah hidung disebut strabismus konvergens sedangkan sikap bola mata yang
menyimpang ke arah temporal disebut strabismus divergens.
5. Gerakan bola mata
Kepala penderita difiksir lurus ke depan. Kemudian bola mata penderita diminta mengikuti gerakan
objek (pensil) ke enam arah yaitu lateral, medial, lateral atas, medial atas, medial bawah, lateral bawah, atas,
dan bawah dan diperhatikan bila penderita tidak mampu melihat ke arah tertentu.
Paralisis N. VI kiri
12
6. Gerakan bola mata konjugat
Yaitu kemampuan ke dua bola mata untuk bergerak dan melihat ke satu arah secara bersamaan.
Gerakan bola mata konjugat diatur oleh: sentrum kortikal (area 8 lobus frontalis) ⇒ deviation conjugae
cortikalis sentrum pontinal (sebelah medial nucleus N.VI) ⇒ deviation conjugae pontinal. Kelainannya
Disebut juga deviation conjugae yaitu gerakan kedua bola mata involunter ke satu jurusan/arah terus-
menerus dan tidak dapat dikembalikan baik secara sadar maupun refleks.
Deviasi konjugat kiri
7. Nystagmus
Adalah gerakan bola mata bolak-balik involunter yang timbul secara spontan.
Nystagmus ini mempunyai arah dan kecepatan. Arah gerakan dapat: horizontal, vertikal, rotatoir (berputar),
atau kombinasi.
Pemeriksaan: nystagmus dapat terlihat bila penderita diminta melirik ke samping, ke atas,
dan ke bawah. Tapi kadang-kadang dapat dilihat tanpa peragaan (spontan).
Kecepatan osilasi/getaran bola mata dapat sama/tidak sama cepat, dimana ada komponen
cepat dan komponen tidak cepat/lambat. Pada getaran bola mata tidak sama cepat ini julukan nystagmus
menurut komponen cepatnya.
Secara klinik nystagmus dikenal:
1. Nystagmus fisiologis 4 dijumpai pada orang sehat, bersifat pendek hanya 1-2 detik saja.
2. Nystagmus patologis - dijumpai pada orang dengan kelainan di SSP seperti disfungsi batang otal,
cerebellum, dan verstibuler.
8. Pupil
Yang diperiksa adalah:
- Bentuk pupil
Normal bentuknya bulat, batas rata, dan licin.
- Ukuran pupil
Dapat berubah-ubah setiap saat tergantung pada penerangan ruang periksa. Umumnya dianggap normal
bila diameter 2-6 mm (±3,5 mm). Diameter <2 mm disebut miosis dan bila sangat kecil sekali disebut
pin point pupil. Diameter >6 mm disebut midriasis. Normalnya ukuran kedua pupil kanan kiri adalah
sama, yang disebut isokor. Sedangkan bila tidak sama besar disebut anisokor.
- Refleks pupil
Refleks cahaya langsung
Pemeriksaan dilakukan satu persatu dengan cara menyinari salah satu pupil mata dengan
senter, usahakan mata yang lainnya tidak ikut terangsang (tutup atau penyinaran dilakukan dari
samping lateral). Reaksi yang tampak adalah kontraksi pupil (miosis) homolateral.
Refleks cahaya tidak langsung
Disebut juga refleks konsensuil atau crossed light reflex. Cara periksa: antara kedua mata
penderita diberi batas penutup dengan tangan/kertas. Kemudian salah satu mata secara bergantian
disinari dengan lampu senter. Reaksi yang tampak adalah kontraksi pupil (miosis) mata yang tidak
disinari.
13
Refleks pupil akomodasi dan konvergensi
Penderita diminta melihat jauh lurus ke depan, kemudian disuruh melihat dan mengikuti jari
tangan pemeriksa yang diletakkan ±30 cm di depan hidung penderita. Selanjutnya jari tangan penderita
bergerak secara konvergens (ke arah nasal) disertai pupil akomodasi.
Pupil Argyll Robertson. Dapat dijumpai pada salah satu atau kedua mata. Ciri-cirinya sebagai berikut:
- Refleks cahaya langsung dan konsensuil negatif, Refleks akomodasi dan konvergensi positif
- Pupil miosis (<2,5 mm)
- Dijumpai pada neurosifilis.
Gangguan pada nervus III antara lain menyebabkan :
Ptosis, lumpuhnya M. levator palpebrae
Pupil midriasis, dan tidak bereaksi terhadap cahaya dan konvergensi karna lumpuhnya persarafan
parasimpatis.
Paralisis pada otot-otot gerak bola mata yang dipersarafi.
Gangguan pada nervus IV :
Diplopia, melihat ganda pada sisi saraf yang terkena
Sulit melihat kebawah dan keluar
Gangguan pada nervus VI :
Sulit melihat kearah sisi yang sakit
Diplopia horizontal
Gangguan-gangguan ini dapat disebabkan oleh beberapa keadaan :
Infark, aneurisma a.basilaris
Trauma, fraktur os petrosum
Peningkatan intra cranial
Meningitis
N.V = N. Trigeminus
N. Trigeminus terdiri dari:
1. Saraf motorik, yang mempersarafi otot pengunyah yaitu M. Masseter, M. Temporalis, M. Pterigoideus.
2. Saraf sensorik, yang mempersarafi wajah dalam 3 cabang yaitu N. ophtalmicus, N. Maxillaris,
N.Mandibularis.
14
Dermatom N V
Pemeriksaan meliputi : motorik, sensorik dan reflek Motorik
Motorik
- M. Masseter dan M. Temporalis diperiksa dengan menyuruh penderita MENGGIGIT kuat-kuat atau
menggunakan spatel lidah dari kayu dan di gigit dengan kuat. kemudian dengan palpasi dibandingkan
kekuatan/keregangan kontraksi kedua otot tersebut sisi kanan dan kiri. Adanya parese akan terasa
kontraksinya tidak sama pada palpasi yaitu sisi yang satu lebih lemah daripada yang lain. Adakalanya
tampak otot-otot pengunyah dalam keadaan spastis sehingga mulut penderita tidak dapat dibuka atau
hanya dapat dibuka sedikit sekali. Keadaan ini disebut trismus.
- M. Pterigoideus diperiksa dengan menyuruh penderita MEMBUKA MULUT pelan-pelan. Kemudian
diperhatikan apakah rahang bawah berdeviasi ke salah satu sisi ataukah tetap lurus. Pada lesi LMN
rahang bawah akan berdeviasi ke arah lesi homolateral. Sedangkan pada lesi UMN ke arah
kontralateral, tetapi umumnya jarang terlihat karena dalam beberapa hari kelemahan otot kontralateral
tersebut akan dilayani oleh serabut kortikobulbaris homolateral sebagai kompensasinya.
Sensorik
Ada 3 cabang sensorik untuk wajah:
- N. Ophtalmicus untuk dahi
- N. Maxillaris untuk pipi
- N. Mandibularis untuk dagu
Pemeriksaan:
- Di sini kita membandingkan sensasi kulit satu sisi dengan sisi lain pada daerah muka (dahi, pipi, dagu) baik
untuk sensasi nyeri (dengan jarum) maupun raba (dengan kapas). Sebaiknya penderita disuruh menutup mata
dulu kemudian tusukkan jatum tajam atau goreskan dengan kapas kulit muka kiri dan kanan pada daerah
(dahi-pipi-dagu) yang simetris. Lalu tanyakan apakah sensasi rasa nyeri/rasa raba yang dirasakan pada sebelah
kiri sama dengan sebelah kanan. Bila tidak sama penderita diminta memberitahukan mana yang lebih sakit.
15
Pemeriksaan sensorik N.V
Refleks
Ada 3 refleks yang diperiksa, yaitu:
1. Refleks kornea
Refleks kornea langsung
Penderita diminta melirik ke salah satu sisi (lateral kanan kemudian lateral kiri). Misalnya ke lateral kanan
dulu, maka dari sini kontralateralnya (sisi lateral kiri penderita) kornea mata kiri disentuh dengan kapas yang
dipuntir halus. Di sini yang diperhatikan adalah refleks mata yang korneanya disentuh. Meskipun respon
refleks yang sesungguhnya berupa kedipan kedua mata (bilateral). Kemudian hasilnya ini dibandingkan
dengan hasil pemeriksaan mats sebelahnya.
Refleks kornea tidak langsung (konsensuil)
Cara periksa sama dengan refleks kornea langsung. Hanya saja yang diperhatikan di sini adalah respon
refleks (kedipan) mats yang korneanya tidak disentuh/dirangsang. Kegunaan pemeriksaan refleks kornea
konsensuil ini sama dengan refleks cahaya konsensuil, yaitu untuk melihat lintasan mana yang rusak (aferen
N.V atau eferen N.VII). Pada parese N.V perifer dimana mata tidak dapat dipejamkan, maka pemeriksaan
refleks kornea langsung pada sisi lesi adalah negatif, tetapi refleks kornea konsensuil pada sisi itu positif.
Pemeriksaan reflex kornea Jaw jerk reflex
2. Refleks masseter (jaw jerk reflex)
Penderita diminta membuka mulutnya sedikit (jangan terlalu lebar), kemudian letakkan Jari telunjuk kiri
pemeriksa di atas dagu penderita secara horizontal. Selanjutnya telunjuk tadi diketuk denga pale refleks.
Respon normal akan negatif (tidak ada penutupan mulut) atau positif lemah (adanya penutupan mulut
ringan).
Kegunaannya adalah untuk melihat adanya lesi UMN (serabut kortikobulbaris) dimana setelah
pengetukkan terlihat penutupan mulut terjadi secara dan kuat (hiperrefleks/meningkat)
3. Refleks bersin
Dengan merangsang mukosa hidung penderita secara mengitik-ngitik timbullah bersin yang
spontan/reflektoris.
16
N.VII = N. Facialis
Pemeriksaan N. Facialis ini meliputi fungsi:
1. Motorik, yang mempersarafi semua otot wajah kecuali M. Levator palpebra superior
2. Sensorik khas, pengecap 2/3 anterior lidah
3. Visceromotorik, mengatur sekresi kelenjar lakrimalis, lingualis, dan submandibularis
4. Somatosensorik, merasakan nyeri pada palatum, meatus akustikus eksternus, bagian luar gendang telinga
Motorik
1. Otot wajah
- Perhatikan lipatan nasolabialis simetris atau tidak. Pada sisi parese lipatan tersebut datar atau
hampir datar.
- Sudut mulut simetris atau tidak. Hasil pemeriksaan akan tampak lebih jelas pada saat penderita diajak
berbicara.
- Gerakan abnormal: ada tidaknya tic facialis.
2. Otot dahi
- Penderita disuruh MENGERUTKAN DAHINYA, mengangkat kedua alis mata
atau melihat ke
Atas tanpa menggerakkan kepalanya. Kemudian perhatikan apakah kerutan
dahinya simetris
atau tidak.
3. M. Orbicularis oculi
- Perhatikan apakah ada LAGOPHTALMUS atau tidak dengan menyuruh
penderita menutup matanya pelan-pelan. Adanya lagophtalmus bila celah
mata masih tetap terbuka. Didapat pada lesi N.VII tipe perifer.
- Kemudian penderita disuruh MEMEJAMKAN MATANYA kuat-kuat dan
pemeriksa mencoba membuka kedua mata tersebut. Pemeriksa
membandingkan kekuatan mata tersebut. Bila sama kuat kanan dan kiri berarti
normal, tapi bila salah satu lebih mudah dibuka maka berarti M. Orbicularis
oculi mata tersebut parese.
4. M. Orbicularis oris
- Penderita disuruh MENUNJUKKAN GIGINYA/MERINGIS, lalu perhatikan
sudut mulut Kanan dan kiri. Bila salah satu sudut mulut tertinggal pada
pergerakkan tersebut berarti terdapat parese di sisi tersebut.
Sensorik khas
- Untuk memeriksa pengecapan 2/3 depan lidah ini dapat cligunakan rasa manis, asin, asam, dll dalam
bentuk larutan sebagai objek bahan. Cara periksa: penderita diminta menjulurkan lidahnya. Lalu pada
salah satu sisi lidah disentuh dengan kapas lidi yang telah dibasahi lebih dulu dengan larutan (bahan
objek).
- Kemudian penderita diminta mengidentifikasi dengan bahasa isyarat (boleh dengan tulisantangan atau
menunjuk bahan objek di depan penderita yang telah dijelaskan lebih dulu bahan-bahan apa tersebut).
- Saat dilakukan pemeriksaan penderita tidak diperkenankan bersuara/berbicara sebab ada kemungkinan
bahan larutan tersebut berpindah ke sisi lidah satu sisi lidah, dilakukan pula pemeriksaan terhadap sisi
lidah sebelahnya.
- Hilangnya atau berkurangnya daya pengecap disebut ageusia atau hipogeusia.
17
N. VIII = VESTIBULOKOKLEARIS
Untuk memeriksa fingsi pendengaran dan Keseimbangan
Pemeriksaan Pendengaran :
Tes Bisik
Tes bisik adalah melakukan pemeriksaan dengan mengucapkan suara Yng lirih seperti berbisik-bisik
kepada orang yang diperiksa ( orang normal maupun orang dengan gangguan pendengaran) dengan berbagai
penekanan dengan menggunakan huruf tertentu. Pemeriksa berada dibelakang pasien agar pasien tidak dapat
melihat bibir pemeriksa, kemudian pemeriksa mengucapkan kata yang terdiri dari huruf-huruf dengan suara
halus dan kasar, penekanan dan desisan misalnya “Bakso”, kemudian pasien diminta untuk mengulangi kata
yang didengarnya.
Tes Weber
Normalnya getaran terdengar sama kuat kanan kiri atau tidak ada laeralisasi.
Tetapi bila salah satu telinga ditutup, maka getaran akan terdegar lebih kuat pada
telinga yang ditutup daripada telinga yang terbuka. Bila getaran terdengar lebih keras
pada telinga yang terbuka berarti ada kelainan pada telinga tersebut (penyakit telinga
tengah). Pada penyakit telinga tengah (tuli konduksi) maka lateralisasi terjadi ke arah
sisi yang sakit. Sebaliknya pada lesi N. Cochlearis (tuli persepsi) lateralisasi terjadi
ke arah sisi yang sehat.
Tes Rinne
Garpu tala yang telah digetarkan segera diletakkan pada tulang mastoid. Bila suara getaran tidak
terdengar lagi oleh penderita segera pindahkan ke depan liang telinga luar. Normalnya getaran garpu tala
tersebut masih bisa didengar. Tapi pada orang dengan tuli konduksi getaran tidak akan terdengar lagi.
Tes Schwabach
Penderita diminta mendengarkan garpu tala yang digetarkan, kemiudian bandingkan dengan pemeriksa.
Mula-mula dengan konduksi tulang lalu konduksi udara Caranya: untuk konduksi tulang garpu tala yang
digetarkan diletakkan di processus mastoideus penderita sampai is tidak mendengar lagi segera pindahkan ke
proccessus mastoideus pemeriksa. Untuk konduksi udara garpu tala yang digetarkan diletakkan di depan liang
telinga luar penderita sampai os tidak mendengar lagi segera pindahkan ke depan liang telinga luar pemeriksa.
Bila pemeriksa masih dapat mendengar getaran garpu tala maka pendengaran penderita dikatakan berkurang.
Tes Audiometri
Audiometri adalah subuah alat yang digunakan untuk mengtahui level pendengaran seseorang. Dengan
bantuan sebuah alat yang disebut dengan audiometri, maka derajat ketajaman pendengaran seseorang dapat
dinilai. Tes audiometri diperlukan bagi seseorang yang merasa memiliki gangguan pendengeran atau seseorang
yag akan bekerja pada suatu bidang yang memerlukan ketajaman pendengaran.
Tes BAER (Brain auditory evoked response)
Brain Evoked Response Audiometry atau BERA merupakan alat yang bisa digunakan untuk mendeteksi dini
adanya gangguan pendengaran, bahkan sejak bayi baru saja dilahirkan. Istilah lain yang sering digunakan yakni
Brainstem Auditory Evoked Potential (BAEP) atau Brainstem Auditory Evoked Response Audiometry (BAER).
Alat ini efektif untuk mengevaluasi saluran atau organ pendengaran mulai dari perifer sampai batang otak.
18
Pemeriksaan Keseimbangan
Pada pemeriksaan diperhatikan:
1. Keseimbangan penderita dengan mengamati sikap tubuh waktu berdiri dan waktu berjalan/bergerak.
Dijumpai pacla penderita vertigo dengan ciri-ciri: Merasa benda-benda sekitarnya berputar atau
tubuhnya berputar Sikapnya kaku oleh karena kepalanya terfiksir di leher dengan sengaja agar tidak
timbul serangan. Gaya berjalannya agak lambat, tegak, dan berhati-hati. Kedua lengan dalam keadaan
siap siaga untuk memegang sesuatu kalau-kalau os jatuh. Kemudian dapat dilakukan pemeriksaan
berikut:
a. Romberg’s dan sharpened Romberg’s test
Pada Romberg tes, pasien diminta untuk berdiri tegak dan
menutup mata, kedua tangan berada di samping tubuh dan
kaki dirapatkan, dan pada sharpened Romberg’s tes Pada
pemeriksaan ini pasien berdiri dengan kaki yang satu
didepan kaki yang lainnya. Tumit kaki yang satu berada
didepan jari kaki yang lainnya, lengan dilipat pada dada dan
mata kemudian ditutup. Orang yang normal mampu berdiri
dalam sikap Romberg yang dipertajam selama 30 detik atau
lebih. jika pasien menutup mata kemudian jatuh, hal ini
mengindikasikan adanya kelemahan pada proprioseptif atau
vestibular.
b. Stepping tes
Pasien disuruh berjalan ditempat, dengan mata tertutup, sebanyak
50 langkah dengan kecepatan seperti jalan biasa. Selama test ini
pasien diminta untuk berusaha agar tetap ditempat dan tidak
beranjak dari tempatnya selama test berlangsung. Dikatakan
abnormal bila kedudukan akhir pasien beranjak lebih dari 1 meter
dari tempatnya semula, atau badan terputar lebih dari 30 derajat
c. Past pointing tes
Pasien diminta menyentuh ujung jari pemeriksa dengan jari
telunjuknya, kemudian dengan mata tertutup pasien diminta untuk
mengulangi. Normalnya pasien harus dapat melakukannya.
d. Tes jari hidung
Tahan jari anda sepanjang kira-kira satu lengan dari pasien.
Instruksikan pasien anda untuk menyentuh jari anda dengan
menggunakan jari telunjuk kemudian menyentuh hidungnya
kembali. Gerakan ini diulangi beberapa kali. Pasien
mungkin saja tidak dapat menyentuh jari anda atau terjadi
tremor intensi.
bila terganggu dapat suatu disfungsi serebellar.
e. Pemeriksaan Jalan tandem
penderita berjalan lurus dengan tumit kaki
kiri/kanan diletakkan pada ujung jari kaki kanan/kiri ganti
berganti. Pada kelainan vestibuler perjalanannya akan
menyimpang, dan pada kelainan serebelum penderita akan
cenderung jatuh.
Sharpened romberg’s test
Past pointing test
19
2. Nystagmus, Nystagmus vestibuler ini mengarah dengan komponen cepatnya ke sisi kontralateral lesi.
Pemeriksaan yang lebih teliti dengan tes kalori Barany. Tes ini dilakukan di bagian THT.
a. Manuver Nylen-Barany atau Hallpike
Pada tes ini pasien disuruh duduk di tempat-tidur-periksa. Kemudian ia direbahkan
sampai kepalanya tergantung di pinggir dengan sudut sekitar 30 derajat di bawah horison.
Selanjutnya kepala ditolehkan ke kiri. Tes kemudian diulangi dengan kepala melihat lurus dan
diulangi lag! dengan kepala menoleh ke kanan. Penderita disuruh tetap membuka matanya
agar pemeriksa dapat melihat sekitarnya muncul nistagmus. Perhatikan kapan nistagmus mulai
muncul, berapa lama berlangsung serta jenis nistagmus. Kemudian kepada penderita
ditanyakan apa yang dirasakannya. Apakah ada vertigo dan apakah vertigo yang dialaminya
pada tes ini serupa dengan vertigo yang pernah dialaminya. Pada lesi perifer, vertigo lebih
berat dan didapatkan masa laten selama sekitar 2-30 detik. Yang dimaksud dengan masa laten
di sini ialah nistagmus tidak segera timbul begitu kepala mengambil posisi yang kita berikan;
nistagmus baru muncul setelah beberapa detik berlalu, yaitu sekitar 2-30 detik. Dalam hal ini,
kita katakan masa laten untuk terjadinya nistagmus ialah 2-30 detik.
b. Tes kalori.
Tes kalori mudah dilakukan dan mudah diduplikasi. Tes ini membutuhkan peralatan
yang sederhana, dan dapat diperiksa pada kedua telinga. Kepekaan penderita terhadap rangang
kalori bervariasi, karenanya lebih baik dimulai dengan stimulasi yang ringan; dengan harapan
bahwa stimulasi ringan telah menginduksi nistagmus dengan rasa vertigo yang ringan dan
tidak disertai nausea atau muntah. Stimulasi yang lebih kuat selalu dapat diberikan bila
penderita ternyata kurang sensitif. Cara melakukan tes kalori: Kepala penderita diangkat ke
beiakang (menengadah) sebanyak 60 derajat (tujuannya ialah agar bejana lateral di labirin
berada dalam posisi vertikal, dengan demikian dapat dipengaruhi secara maksimal oleh aliran
konveksi yang diakibatkan oleh aliran endolimf). Tabung suntik berukuran 20 cc dengan
jarum ukuran nomor 15 yang ujungnya dilindungi karet diisi dengan air bersuhu 30°C (kira-
kira 7 derajat di bawah suhu badan). Air disemprotkan ke liang telinga dengan kecepatan 1 cc
per detik. Dengan demikian gendangan telinga tersiram air selama kira-kira 20 detik.
Kemudian, bola mata penderita segera diamati terhadap adanya nistagmus. Arah gerak
nistagmus ialah ke sisi yang berlawanan dengan sisi telinga yang diairi (karena air yang
disuntikkan lebih dingin dari suhu badan). Arah gerak nistagmus dicatat, demikian juga
frekuensinya (biasanya 3-5 kali per detik) dan lamanya nistagmus berlangsung dicatat.
Lamanya nistagmus berlangsung berbeda pada tiap penderita, namun biasanya berlangsung
antara 1/2-2 menit. Setelah beristirahat selama 5 menit, telinga ke dua dites. Hal yang penting
diperhatikan ialah membandingkan lamanya nistagmus pada kedua sisi, yang pada keadaan
normal hampir serupa. Pada sekitar 5% orang normal, stimulasi minimal tidak akan
mencetuskan nistagmus. Pada penderita demikian, 5 ml air es diinjeksikan ke telinga, secara
lambat, sehingga lamanya injeksi berlangsung ialah 20 detik. Pada keadaan normal hal ini
akan mencetuskan nistagmus yang berlangsung 2 - 21/2 menit. Bila masih tidak timbul
nistagmus, kemudian dapat disuntikkan 20 ml air es selama 30 detik. Bila telinga kiri
didinginkan (diberi air dingin) timbul nistagmus ke kanan. Bila telinga kiri dipanaskan (
diberi air panas ) timbul nistagmus ke kiri. Nistagmus ini disebut sesuai dengan fasenya yaitu :
fase cepat dan fase pelan, misalnya nistagmus ke kiri berarti fase cepat kekiri. Bila ada
gangguan keseimbangan maka perubahan temperatur dingin dan panas memberikan reaksi.
N.IX dan N.X = N. Glossopharyncieus dan N. Vagus
Pemeriksaan
Penderita diminta membuka mulutnya selebar-lebarnya dengan lidah dijulurkan keluar, kemudian
amati ARCUS PHARYNX apakah simetris atau tidak. Untuk dapat mengamati lebih jelas penderita diminta
menyebutkan huruf A. Bila asimetris berarti ada parese dan arcus pharynx tampak lebih rendah. Setelah itu
perhatikan apakah UVULA penderita terletak di tengah-tengah (normal). Penderita diajak bicara dan dengarkan
20
adanya: SUARA SENGAU (lesi N.IX) dan SUARA PARAU/DISFONI atau
AFONI (lesi N.X), Dilihat ada tidaknya GANGGUAN MENELAN. Penderita
disuruh menelan air lalu dilihat apakah air tersebut keluar lagi melalui
hidungnya atau tidak. Pada kelainan bulbar paralisis penderita tidak dapat
minum sama sekali.
Pemeriksaan DENYUT JANTUNG. Dengan cara menghitung frekuensi denyut jantung
secara auskultasi atau nadi secara palpasi. Pada lesi iritatif N.X terjadi bradikardi, sedangkan pada lesi paralitik
terjadi takikardi.
Pemeriksaan refleks:
Refleks batuk, Dapat dibangkitkan dengan cara merangsang liang telinga diklitik-klitik
Refleks muntah, Dapat dibangkitkan dengan menyentuhkan spatel lidah pada dinding belakang
pharynx.
Refleks oculo cardiac, Hitung lebih dulu denyut jantung/nadi selama 1 menit penuh. Kemudian
penderita disuruh menutup matanya lalu kedua bola matanya ditekan. Setelah itu hitung lagi denyut
jantung dan nadinya. Normal terjadi bradikardi.
Refleks sinus carotis, Caranya sama dengan refleks oculo cardiac, hanya saja di sini yang ditekan
adalah sinus caroticus di daerah leher setinggi cervical VI bagian medial M. Sternocleidomastoideus.
Normal terjadi bradikardi.
Pemeriksaan sensorik
Pemeriksaan daya pengecap 1/3 posterior lidah secara praktis sukar/tidak dapat diperiksa.
N.XI = N. Accesorius
Hanya mempunyai komponen motorik yang mempersarafi
a. M. Trapezius
b. M. Sternocleidomastoideus
Pemeriksaan:
- M. Trapezius
Penderita disuruh mengangkat kedua bahunya serentak kanan kiri
dengan sekuat-kuatnya. Kedua tangan pemeriksa menekan bahu
tersebut. Bandingkan kekuatannya kanan dan kiri.
- M. Sternocleidomastoideus
Tangan pemeriksa diletakkan pada pipi rahang penderita (tangan kanan
pemeriksa untuk pipi kiri penderita dan sebaliknya). Kemudian
penderita disuruh menoleh/menggerakkan kepalanya ke arah tangan
pemeriksa, sedangkan pemeriksa berusaha menahannya. Bandingkan
kanan dan kiri.
N.XII = N. Hypoglossus
Bersifat motorik yang mempersarafi otot-otot penggerak lidah
Cara pemeriksaan:
Penderita diminta membuka mulut dan menjulurkan lidahnya lurus ke
depan. Perhatikan: Deviasi lidah (lidah membelok ke arah mana)
Fasikulasi (gerakan kecil-kecil pada otot lidah secara terus-menerus)
Papil lidah: ada atrofi atau tidak (pada atrofi lidah tampak licin)
Selanjutnya penderita diajak bicara atau disuruh mengucapkan kata-kata
yang banyak mengandung huruf R dan L. Misalnya: ular loreng-loreng
lari di lorong-lorong. Tujuannya adalah untuk mengetahui disartria atau
tidak.
21
5. PEMERIKSAAN MOTORIK
Pemeriksaan sistim motorik sebaiknya dilakukan dengan urutan urutan tertentu untuk menjamin
kelengkapan dan ketelitian pemeriksaan.
Pengamatan:
Gaya berjalan dan tingkah laku
Simetri tubuh dan ektremitas
Kelumpuhan badan dan anggota gerak, dll
Gerakan volunteer
Yang diperiksa adalah gerakan pasien atas permintaan pemeriksa, misalnya:
Mengangkat kedua tangan pada sendi bahu
Fleksi dan ekstensi artikulus kubiti
Mengepal dan membuka jari-jari tangan
Mengangkat kedua tungkai pada sendi panggul
Fleksi dan ekstensi artikulus genu
Plantar fleksi dan dorso fleksi kaki
Gerakan jari- jari kaki
Palpasi otot
Pengukuran besar otot
Nyeri tekan
Kontraktur
Konsistensi
Konsistensi otot yang meningkat terdapat pada:
- Spasmus otot akibat iritasi radix saraf spinalis, misal: meningitis, HNP
- Kelumpuhan jenis UMN (spastisitas)
- Gangguan UMN ekstrapiramidal (rigiditas)
- Kontraktur otot
Konsistensi otot yang menurun terdapat pada:
- Kelumpuhan jenis LMN akibat denervasi otot
- Kelumpuhan jenis LMN akibat lesi di “motor end plate”
Perkusi otot
Normal : otot yang diperkusi akan berkontraksi yang bersifat setempat dan berlangsung hanya 1 atau 2
detik saja
Miodema : penimbunan sejenak tempat yang telah diperkusi (biasanya terdapat pada pasien mixedema,
pasien dengan gizi buruk)
Miotonik : tempat yang diperkusi menjadi cekung untuk beberapa detik oleh karena kontraksi otot yang
bersangkutan lebih lama dari pada biasa.
Tonus otot
Pasien diminta melemaskan ekstremitas yang hendak diperiksa kemudian ekstremitas tersebut kita
gerak-gerakkan fleksi dan ekstensi pada sendi siku dan lutut. Pada orang normal terdapat tahanan yang
wajar
Flaksid : tidak ada tahanan sama sekali (dijumpai pada kelumpuhan LMN)
Hipotoni : tahanan berkurang
Spastik : tahanan meningkat dan terdapat pada awal gerakan, ini dijumpai pada kelumpuhan UMN
Rigid : tahanan kuat terus menerus selama gerakan misalnya pada Parkinson.
Kekuatan otot
Pemeriksaan ini menilai kekuatan otot, untuk memeriksa kekuatan otot ada dua cara:
o Pasien disuruh menggerakkan bagian ekstremitas atau badannya dan pemeriksa menahan gerakan
ini
o Pemeriksa menggerakkan bagian ekstremitas atau badan pasien dan ia disuruh menahan
22
Cara menilai kekuatan otot:
o 0 : Tidak didapatkan sedikitpun kontraksi otot, lumpuh total
o 1 : Terdapat sedikit kontraksi otot, namun tidak didapatkan gerakan pada persendiaan yang harus
digerakkan oleh otot tersebut
o 2 : Didapatkan gerakan,tetapi gerakan ini tidak mampu melawan gaya berat (gravitasi)
o 3 : Dapat mengadakan gerakan melawan gaya berat
o 4 : Disamping dapat melawan gaya berat ia dapat pula mengatasi sedikit tahanan yang diberikan
o 5 : Tidak ada kelumpuhan (normal)
Sindrom Lower Motor Neuron, gejala :
o Flaksid
o Atoni
o Atrofi disertai fasikulasi
o Klonus (-)
o Reflek patologis (-)
o Reflek fisiologis: hiporefleksia/arefleksi (tidak adanya reflex)
o Ada gangguan sensoris, tropik, autonom
Sindrom Upper Motor Neuron, gejala :
o Spastik
o Hipertonia
o Atrofi (-), fasikulasi (-)
o Klonus/kontraksi & relaksasi otot bergantian dengan cepat (+)
o Refleks patologis (+)
o Hiperreflexia
o Tak ada gangguan sensoris, tropik, autonom
Kelumpuhan bukanlah merupakan kelainan yang harus ada pada tiap gangguan gerak. Pada gangguan
gerak oleh kelainan di sistem ekstrapiramidal dan serebelar, kita tidak mendapatkan kelumpuhan.
Gangguan yang ditimbulkan sistem ekstrapiramidal
o Gangguan pada tonus otot
o Gerakan otot abnormal yang tdk dpt dikendalikan
o Gangguan pada kelancaran gerakan otot volunter
o Gangguan gerak-otot asosiatif
Gangguan yang ditimbulkan serebelum :
o Gangguan sikap dan tonus
o Ataksia/gangguan koordinasi gerakan
o Dismetria/gerakan yang tidak mampu dihentikan tepat pada waktunya/tepat pada tempat yang
dituju
o Tremor intensi. tremor yang timbul waktu melakukan gerakan volunter dan menjadi lebih nyata
ketika gerakan hampir mencapai tujuannya
o Tiga fungsi penting dari serebelum adalah keseimbangan pengatur tonus otot dan pengelola serta
pengkoordinasi gerakan volunteer
Gait
Hemiplegik gait (gaya jalan dengan kaki yang lumpuh digerakkan secara sirkumduksi)
Spastik/ Scissors gait (gaya jalan dengan sirkumduksi kedua tungkai)
Tabetic gait (gaya jalan pada pasien tabes dorsalis)
Steppage gait (gaya jalan seperti ayam jago, pada paraparese flaccid/paralisis n. peroneus)
Waddling gait (gaya berjalan dengan pantat & pinggang bergoyang berlebihan khas untuk kelemahan
otot tungkai proximal misal otot gluteus)
Parkinsonian gait (gaya berjalan dengan sikap tubuh agak membungkuk, kedua tungkai berfleksi
sedikit pada sendi lutut & panggul. Langkah dilakukan setengah diseret dengan jangkauan yang
pendek-pendek)
23
6. Refleks
Refleks fisiologis
1. Biseps
Stimulus : ketokan pada jari pemeriksa yang ditempatkan pada tendon m. biseps brachii, posisi lengan
setengah ditekuk pada sendi siku
Respons : fleksi lengan pada sendi siku.
Afferent : n. musculucutaneus (C5-6)
Efferenst : n. musculucutaneus (C5-6)
2. Triseps
Stimulus : ketukan pada tendon otot triseps brachii, posisi lengan fleksi pada sendi siku dan sedikit
pronasi.
Respons : extensi lengan bawah disendi siku
Afferent : n. radialis (C 6-7-8)
Efferenst : n. radialis (C 6-7-8)
3. KPR
Stimulus : ketukan pada tendon patella
Respons : ekstensi tungkai bawah karena kontraksi m. quadriceps emoris.
Efferent : n. femoralis (L 2-3-4)
Afferent : n. femoralis (L 2-3-4)
4. APR
Stimulus : ketukan pada tendon Achilles
Respons : plantar fleksi kaki karena kontraksi m. gastrocnemius
Efferent : n. tibialis ( L. 5-S, 1-2 )
Afferent : n. tibialis ( L. 5-S, 1-2 )
5. Periosto-radialis
Stimulus : ketukan pada periosteum ujung distal os radii, posisi lengan setengah fleksi dan sedikit
pronasi
Respons : fleksi lengan bawah di sendi siku dan supinasi karena kontraksi m. Brachioradialis
Afferent : n. radialis (C 5-6)
Efferenst : n. radialis (C 5-6)
6. Periosto-ulnaris
Stimulus : ketukan pada periosteum proc. styloigeus ulnea, posisi lengan setengah fleksi
& antara pronasi – supinasi.
Respons : pronasi tangan akibat kontraksi m. pronator quadrates
Afferent : n. ulnaris (C8-T1)
Efferent : n. ulnaris (C8-T1)
24
R e f l e k s P a t o l o g i s
Banyak macam rangsang yang dapat digunakan untuk membangkitkannya, misalnya
menggores telapak kaki bagian lateral, menusuk atau menggores dorsum kaki atau sisi lateralnya,
memberi rangsang panas atau rangsang listrik pada kaki, menekan pada daerah interossei kaki,
mencubit tendon Achilles, menekan tibia, fibula, otot betis, menggerakkan patela ke arah distal,
malah pada keadaan yang hebat, refleks dapat dibangkitkan dengan jalan menggoyangkan kaki,
menggerakkan kepala dan juga bila menguap.
Refleks Babinski. Untuk membangkitkan refleks Babinski, penderita disuruh berbaring dan istirahat
dengan tungkai diluruskan.Kita pegang pergelangan kaki supaya kaki tetap pada tempatnya.Untuk merangsang
dapat digunakan kayu geretan atau benda yang agak runcing. Goresan harus dilakukan perlahan, jangan sampai
mengakibatkan rasa nyeri, sebab hal ini akan menimbulkan refleks menarik kaki (flight reflex). Goresan
dilakukan pada telapak kaki bagian lateral, mulai dari tumit menuju pangkal jari. Jika reaksi positif, kita
dapatkan gerakan dorso fleksi ibu jari, yang dapat disertai gerak mekarnya jari-jari lainnya .
Tadi telah dikemukakan bahwa cara membangkitkan refleks patologis ini bermacam-macam, di
antaranya dapat disebut:
Cara Chaddock : rangsang diberikan dengan jalan menggoreskan bagian lateral
maleolus
Cara Gordon : memencet (mencubit) otot betis
Cara Oppenheim : mengurut dengan kuat tibia dan otot tibialis anterior, Arah
mengurut ke bawah (distal).
Cara Gonda : memencet (menekan) satu jari kaki dan kemudian melepaskannya
sekonyong-konyong
Schaefer : memencet (mencubit) tendon Achilles
Klonus
Kita telah mempelajari bahwa salah satu gejala kerusakan pyramidal ialah adanya hiperfleksi.Bila
hiperfleksi ini hebat dapat terjadi klonus.Klonus ialah kontraksi ritmik dari otot, yang timbul bils otot
diregangkan secara pasif. Klonus merupakan reflex regang otot yang meninggi dan dapat dijumpai pada lesi
supranuklir(UMN , pyramidal ). Ada orang normal yang mempunyai hiperfleksi fisiologis ; pada mereka ini
dapat terjadi klonus, tetapi klonusnya berlangsung singkat dan disebut klonus abortif. Bila klonus berlangsung
lama ,hal ini dianggap patologis. Klonus dapat dianggap sebagai rentetan reflex regang otot, yang dapat
disebabkan oleh lesi pyramidal.
Pada lesi piramidal (UMN (uppermotorneuron) supranuklir) kita sering mendapatkan klonus
di pergelangan kaki, lutut dan pergelangan tangan.
Klonus kaki.
Klonus ini dibangkitkan dengan jalan meregangkan otot gastroknemius. Pemeriksa
menempatkan tangannya di telapak kaki penderita, kemudian telapak kaki ini didorong dengan cepat
(dikejutkan) sehingga terjadi dorso fleksi sambil seterusnya diberikan tahanan enteng.Hal
mengakibatkan teregangnya otot betis.Bila ada klonus, maka terlihat gerakan ritmik (bolak -balik)
dari kaki, yaitu berupa plantar fleksi dan dorso ieksi secara bergantian.
Klonus patela.
Klonus ini dibangkitkan dengan jaian meregangkan otot kuadriseps femoris.Kita pegang patela
penderita, kemudian didorong dengan kejutan (dengan cepat) ke arah distal sambil diberikan tahanan enteng.
Biia terdapat klonus, akan terlihat kontraksi ritmik otot kuadriseps yang mengakibatkan gerakan bolak-balik dari
patela. Pada pemeriksaan ini tungkai harus diekstensikan serta dilemaskan.
Refleks dan gejala patoiogis lain yang perlu diketahui.
Refleks Hoffman Tromrner.
Kita telah mendiskusikan refleks fleksor jari-jari.Pada orang normal, refleks ini biasanya tidak ada atau
enteng saja; karena ambang refleks tinggi.Akan tetapi, pada keadaan patologik, ambang refieks menjadi rendah
dan kita dapatkan refleks yang kuat. Refleks inilah yang merupakan dasar dari refleks Hoffman-Trommer, dan
refleks lainnya, misalnya refleks Bechterew.
25
Dalam beberapa buku, refleks Hoffman-Trommer ini masih dianggap sebagai refleks patoiogis dan
disenafaskan dengan refleks Babinski, padahal mekanisme refleks fleksor jari-jari sama sekali lain dari reflex
Babinski .ia merupakan regleks regang otot, jadi sama seperti reflex kuadriseps dan reflex regang otot lainnya.
Reflex Hoffman-trommer positif dapat disebabkan oleh lesi pyramidal, tetapi dapat pula disebabkan oleh
peningkatan reflex yang melulu fungsional. Akan tetapi bila reflex pada sisi kanan berbeda dari yang kiri, maka
hal ini dapat dianggap sebagai keadaan patologis.
Simetri penting dalam penyakit saraf.Kita mengetanui bahwa simetri sempurna memang tidak ada pada
tubuh manusia. Akan tetapi, banyak pemeriksaan neurologi didasarkan atas anggapan, bahwa secara kasar kedua
bagian tubuh adalah sama atau simetris. Tiap refleks tendon dapat meninggi secara bilateral, namun hal ini
belum tentu berarti adanya lesi piramidal. Lain halnya kalau peninggian refleks bersifat asimetris !!!
Cara membangkitkan refleks Hoffman-trommer: Tangan penderita kita pegang pada pergelangan
dan jari-jarinya disuruh fleksi-entengkan. Kemudian jari tengah penderita kita jepit di antara telunjuk dan jari-
tengah kita.Dengan ibu-jari kita "gores-kuat" (snap) ujung jari tengah penderita.Hal ; ini mengakibatkan fleksi
jari telunjuk, serta fleksi dan aduksi ibu jari, bila refleks positif. Kadang juga disertai fleksi jari lainnya,Reflex
massa, reflex automatisme spinal. Kita telah mengetahui bahwa bila reflex Babinski cukup hebat, kita dapatkan
dorso fleksi jari-jari, fleksi terdapat juga kontraksi tungkai bawah dan atas, dan kadang-kadang terdapat juga
kontraksi tungkai yang satu lagi. Daerah pemberian rangsang pun bertambah luas.Hal dernikian dapat kita
jurnpai pada iesi transversal medula spinalis, dan disebut refleks automatisme spinal Hal mi dapat ditimbulkan
oleh berbagai macam rangsang, misalnya goresan rangsang nyeri dan lain sebagainya.
Bila refleks lebih hebat lagi, didapatkan juga kontraksi otot dinding perut, adanya miksi dan defekasi,
keluarnya keringat, refleks eriterna dan refleks pilomotor.Keadaan dernikian disebut juga sebagai refleks massa
dan Riddoch Hal dernikian didapatkan pada Iesi transversal yang komplit dan medula spinalis, setelah fase
syoknya lampau.
Refleks genggam {grasp reflex).Refleks genggam mempakan hal normal pada bayi sampai usia kira-
kira 4 bulan. Pada orang normal, bila telapak tangan digores kita tidak mendapatkan gerakan fleksi jari-jari,
tetapi kadang-kadang terjadi fleksi enteng (ambang refleks ini tinggi).
Dalam keadaan patologis, misainya pada Iesi di lobus frontalis didapatkan reaksi (fleksi jari) yang
nyata.Penggoresan telapak tangan mengakibatkan tangan digenggamkan, dan menggenggam alat yang
d.gunakan sebagai penggores. Hal ini dinamai refleks genggam Refleks genggam terdiri dari fleksi ibu jari dan
jari lainnya, sebagai jawaban terhadap rangsang taktil, misalnya bila pemeriksa meraba telapak tangan pasien
atau menyentuh atau menggores tangan pasien di antara ibu jari dan telunjuknya.
Kadang-kadang refleks ini dernikian hebatnya, sehingga bila kita menjauhkan tangan kita yang tadinya
didekatkan, tangan pasien mengikutinya, "seolah-olah kena tenaga maknit".Hal ini dinamakan refleks
menjangkau (groping reflex).
Untuk membangkitkan refleks genggam dapat dilakukan ha! berikut Penderita dtsuruh mem-fleksi-
entengkan jari-jari tangannya. Kemudian kita sentuh kulit yang berada di antara telunjuk dan ibu jari dengan
ujung ketok-refieks. Bila refleks menggenggam positif ujung ketok-refleki ini akan digenggamnya.
Gejala leri
Pemeriksaan dilakukan sebagai berikut :
Kita pegang lengan bawah pasien yang disupinasikan serta difleksikan sedikit. Kemudian kita tekukan
dengan kuat ( fleksi ) jari-jari serta pergelangannya. Pada orang normal, gerakan ini akan diikuti oleh fleksi
lengan bawah dan lengan atas, dan kadang-kadang juga disertai aduksi lengan atas. Reflex ini akan negative bila
terdapat lesi pyramidal. Tidak adanya reflex ini dinyatakan sebagai gejala leri positif.
Gejala mayer
Pasien disuruh mensupinasikan tangannya, telapak tangan ke atas , dan jari-jari difleksi kan serta ibu
jari difleksikan dan diabduksikan. Tangannya kita pegang , kemudian dengan tangan yang satu lagi kitatekukkan
jari 3 dan 4 pada falang proksimal dan menekannya pada telapak tangan (fleksi). Pada orang normal, ha! ini
mengakibatkan aduksi dan oposisi ibu jari disertai fleksi pada persendian metakarpofalangeai, dan ekstensi di
persendian interfalang ibu jari. Jawaban demikian tidak didapatkan pada lesi piramidal, dan tidak adanya
jawaban ini disebut sebagai gejala Mayer positif
26
6. PEMERIKSAAN SENSORIK
Pemeriksaan sensorik adalah pemeriksaan yang paling sulit di antara pemeriksaan neurologik yang lain
karena sangat subjektif. Sehubungan dengan pemeriksan fungsi sensorik maka beberapa hal berikut ini harus
dipahami dulu:
Kesadaran penderita harus penuh dan tajam. Penderita tidak boleh dalam keadaan lelah, kelelahan akan
mengakibatkan gangguan perhatian serta memperlambat waktu reaksi
Prosedur pemeriksan harus benar-benar dimengerti oleh penderita, karena pemeriksaan fungsi sensorik
benar-benar memerlukan kerja sama yang sebaik-baiknya antara pemeriksa dan penderita. Dengan
demikian cara dan tujuan pemeriksaan harus dijelaskan kepada penderita dengan istilah yang mudah
dimengerti olehnya
Kadang-kadang terlihat adanya manifestasi obyektif ketika dilakukan pemeriksaan anggota gerak atau
bagian tubuh yang dirangsang, misalnya penderita menyeringai, mata berkedip-kedip serta perubahan sikap
tubuh
Yang dinilai bukan hanya ada atau tidak adanya sensasi tetapi juga meliputi perbedaan-perbedaan sensasi
yang ringan, dengan demikian harus dicatat gradasi atau tingkat perbedaannya
Ketajaman persepsi dan interpretasi rangsangan berbeda pada setiap individu, pada tiap bagian tubuh, pada
individu yang sama tetapi dalam situasi yang berlainan. Dengan demikian dianjurkan untuk melakukan
pemeriksaan ulangan pada hari berikutnya.
Azas simetris: pemeriksaan bagian kiri harus selalu dibandingkan dengan bagian kanan. Hal ini untuk
menjamin kecermatan pemeriksaan.
Pemeriksaan ini harus dikerjakan dengan sabar (jangan tergesa-gesa), menggunakan alat yang sesuai
dengan kebutuhan/ tujuan, tanpa menyakiti penderita, dan penderita tidak boleh dalam keadaan tegang.
1. Prinsip umum
Mencari defisit sensibilitas (daerah-daerah dengan sensibilitas yang abnormal, bisa hipestesi, hiperestesi,
hipalgesia atau hiperalgesia)
Mencari gejala-gejala lain di tempat gangguan sensibilitas tersebut, misalnya atrofi, kelemahan otot,
refleks menurun/negative, menurut distribusi dermatom.
Keluhan-keluhan sensorik memiliki kualitas yang sama, baik mengenai thalamus, spinal, radix spinalis
atau saraf perifer. Jadi untuk membedakannya harus dengan distribusi gejala/keluhan dan penemuan lain
Lesi saraf perifer sering disertai berkurang atau hilangnya keringat, kulit kering, perubahan pada kuku
dan hilangnya sebagian jaringan di bawah kulit
Penilaian fungsi sensorik dimulai dari anamnesis karena gejala disfungsi sensorik kadang-kadang
mendahului kelainan objektif pada pemeriksaan klinis.Selain itu, gejala pasien dapat mengarahkan Anda ke
bagian tubuh tertentu, atau jenis fungsi sensorik yang memerlukan perhatian lebih.
Daerah dan modalitas yang akan diuji bergantung pada jenis gangguan sensorik yang disimpulkan dari
gejala dan riwayat pasien. Namun, harus dipikirkan apakah pola penyakit sesuai dengan suatu distribusi
dermatomal atau neuropati perifer, Modalitas sensasi adalah sentuhan ringan, nyeri, suhu, jetaran, dan
propriosepsi.Pertama, periksa apakah pasien dapat merasakanrangsangan dan memahami prosedur pemeriksaan
dengan memeriksa bagian yang Anda ketahui sensasinya normal. Kemudian, ikuti pola dermatomal , Bila
distrtbusi gangguan sensorik menyerupai sarung tangan atau kaus kaki, mulailah pemeriksaan dari ujung jari
tangan atau kaki, dan terus naik sampaididapatkan batas sensorik.
Sentuhan ringan; diperiksa dengan ujung kapas yang ditempelkan ke satu titik dengan mata pasien
tertutup. Jangan menggoreskan kapas ke kulit karena sensasi ini dapat dihantarkan oleh serabut nyeri.
Nyeri: sebaiknya diuji dengan lidi yang patah atau neuro-tip yang dirancang khusus (berujung tajam).
Pemakaian jarum suntik sebaiknya dihindari karena mudah menembus kutit dan dapat menimbulkan
infeksi.
Sensasi getaran: biasanya berkurang atau hilang pada usia lanjut; namun, uji Ini bemianfaat pada pasien
yang dicurigai mengidap neuropati sensorik perifer. Uji sensasi getaran terbaik adalah menggunakan
garpu tala C128 Hz di ekstrcmitas atas, ekstremitas bawah, dan badan.
27
Propriosepsi: sensasi posisi sendi harus diperiksa dengan mata pasien tertutup, Sistem pemeriksaan
sensasi posisi sendi di jari tangan dan kaki diperlihatkan di gambar 1.13 dan1.14. Jari harus dipisahkan
dari jari di sekitarnya dan sendi yang diperiksa digerakkan ke atas dan ke bawah, Tanyakan arah
gerakan jari kepada pasien.
Suhu: jarang diperiksa rutin. Bila diindikasikan, cara termudah adalah mengisi botol sampel darah atau
tabung logam dengan air es atau air hangat. Ikuti skema pemeriksaan persarafan dermatomal dan
neuropati perifer.
Berat, bentuk, ukuran, dan tekstur: koin sangat penting untuk uji ini. Sebuah koin diletakkan di telapak
tangan pasien dengan mata tertutup, dan pasien diminta untuk menjelaskannya. Berat berbagai koin
dapat diban-dingkan dengan meletakkan koin yang berbeda bersamaan di kedua tangan.
7. PEMERIKSAAN FUNGSI LUHUR
Dengan fungsi luhur memungkinkan seseorang untuk memberikan respon atau tanggapan atas segala
rangsang/stimulus baik dari luar maupun clan dalam tubuhnya sendiri sehingga dia mampu mengadakan
hubungan intra maupun interpersonal.
Termasuk di dalam fungsi luhur adalah:
1. Fungsi bahasa
2. Fungsi memori (ingatan)
3. Fungsi orientasi (pengenalan)
Pemeriksaan fungsi bahasa
Gangguan fungsi bahasa disebut afasia atau disfasia yaitu kelainan berbahasa akibat kerusakan di otak, tetapi
bukan kerusakan/gangguan persarafan perifer otot-otot bicara, artikulasi maupun gangguan penurunan
inteligensia.
Ada 2 jenis afasia:
1. Afasia motorik
Adalah gangguan bahasa dimana penderita tidak mampu mengeluarkan isi pikirannya.
- Afasia motorik kortikalis : Penderita tidak dapat mengeluarkan isi pikirannya baik secara verbal,
tulisan, maupun isyarat. Letak lesi di cortex cerebri dominan.
- Afasia motorik subkortikalis (afasia motorik murni) : Penderita tidak dapat mengeluarkan isi
pikirannya secara verbal namun masih dapat dengan tulisan maupun isyarat. Letak lesi di subcortex
hemispher dominan.
- Afasia motorik transkortikalis : Penderita tidak dapat mengeluarkan isi pikirannya tetapi masih dapat
membeo. Letak lesi ditranskortikalis kartek Broca dan Wernicke.
Cara pemeriksaan:
Mengajak penderita berbicara mulai dari hal yang sederhana sampai hal-hal yang sukar yang
pernah diketahui penderita sebelumnya. Bila tidak bisa disuruh menuliskan jawaban atau dengan isyarat.
Syarat pemeriksaan:
Penderita dalam keadaan sadar penuh dan bahasa yang dipakai saling dimengerti.
2. Afasia sensorik
Adalah gangguan bahasa dimana penderita tidak dapat mengerti isi pikiran orang lain walaupun alat bicara
dan pendengarannya baik.
- Afasia sensorik kortikalis
Penderita tidak dapat mengerti isi pikiran orang lain yang disampaikan balk secara verbal, tulisan,
maupun isyarat. Letak lesi di area cortex Wernicke (sensorik).
- Afasia sensorik subkortikalis
Penderita tidak dapat mengerti isi pikiran orang lain yang disampaikan secara verbal, sedangkan tulisan
dan isyarat dapat dimengerti. Letak lesi di subcortex Wernicke.
- "Buta kata-kata" (word Blindness)
Penderita masih mengerti bahasa verbal namun tidak lagi bahasa visual. Hal ini jarang terjadi.
Cara pemeriksaan:
28
Penderita diberi perintah untuk melakukan sesuatu tanpa contoh. Bila tidak bisa baru diberikan secara
tulisan atau isyarat. Syarat pemeriksaan sama dengan afasia motorik.
Gangguan bahasa lainnya
1. Apraksia
Penderita tidak bisa melaksanakan fungsi psikomotor.
Cara: beri perintah untuk melakukan gerakan yang bertujuan misalnya membuka kancing
baju,dll.
2. Agrafia
Penderita tidak bisa menulis lagi (tadinya bisa).
Cara: beri perintah untuk menuliskan kata-kata yang didiktekan.
3. Alexia
Penderita tidak bisa lagi mengenali tulisan yang pernah dikenalnya.
Cara: beri perintah untuk membaca tulisan atau kata-kata yang pernah dikenalnya.
4. Astereognosia
Penderita tidak bisa mengenali bentuk benda dengan cara meraba.
Cara: dengan mata tertutup penderita disuruh menyebutkan benda dengan cara merabanya.
5. Abarognosia
Penderita tidak mampu menaksir berat benda yang berada di tangannya (perabaan).
Cara: penderita disuruh menaksir berat benda yang berada di tangannya.
6. Agramesthesia
Penderita tidak bisa rnengenal tulisan yang dituliskan di badannya.
Cara: penderita disuruh menyebutkan kata-kata yang dituliskan di badannya dengan mata tertutup.
8. Asomatognosia
Penderita tidak mampu menunjukkan bagian-bagian tubuhnya kiri atau kanan.
Pemeriksaan fungsi memori
Secara klinis gangguan memori (daya mengingat) ada 3 yaitu:
1. Immediate memory (segera)
2. Short term memory/recent memory (jangka pendek)
3. Long term memory/remote memory (jangka panjang)
Cara pemeriksaan :
1. Immediate memory
Yaitu daya mengingat kembali suatu stimulus yang diterima beberapa detik lalu seperti mengingat nomor
telepon yang baru saja diberikan.
Cara: penderita disuruh mengulang deret nomor yang kita ucapkan. Seperti di bawah ini: (disebut digit
span)
3-7
2-4-9
8-5-2-7
2-8-6-9-3
5-7-1-9-4-6
8-1-5-9-3-6-7
dikatakan masih normal jika seseorang dapat mengulang sebanyak 7 digit.
2. Recent memory
Yaitu daya mengingat kembali stimulus yang diterima beberapa menit, jam, hari yang lalu.
Cara: penderita disuruh menceritakan pekerjaan/peristiwa yang dikerjakan/dialami beberapa
menit/jam/hari yang lalu.
3. Remote memory
Yaitu daya mengingat kembali stimulus atau peristiwa yang telah lama berlalu (bertahun-tahun).
Cara: penderita disuruh menceritakan pengalaman atau teman-teman masa kecilnya. (Tentunya pemeriksa
telah mendapat informasi sebelumnya)
29
Ketiga pemeriksaan di atas adalah untuk audio memory (yang didengar) sedangkan memori yang dilihat
(visual memory) dapat diperiksa sebagai berikut.
Cara: penderita disuruh mengingat nama-nama benda yang diperlihatkan kepadanya kemudian
benda - benda tersebut disimpan. Beberapa waktu kemudian penderita disuruh mengulang
nama-nama benda tersebut.
Pemeriksaan fungsi orientasi
Secara klinis pemeriksaan orientasi ada 3 yaitu: Personal, tempat, waktu
Cara: penderita disuruh mengenali orang-orang yang berada di sekitarnya yang memang dikenalnya (seperti
istrinya, anak, teman, dll), Penderita juga disuruh mengenali tempat dimana ia berada atau tempat-tempat
lainnya. Penderita juga disuruh menyebutkan waktu/saat penderita diperiksa seperti siang/malam/sore.
Catatan:
Kesemua pemeriksaan fungsi luhur ini baru dapat diperiksa pada penderita yang mempunyai kesadaran penuh
atau baik dan tidak mengalami gangguan mental, kemunduran inteligen maupun kerusakan organ-organ atau
persarafan perifer yang terkait. Harus diingat bahwa pemeriksaan fungsi luhur adalah pemeriksan fungsi-fungsi
cortex cerebri yang terkait.
o Pemeriksaan status mental mini (MMSE)
MMSE merupakan bagian penting dari setiap pemeriksaan neurologis. Pemeriksaan ini meliputi
evaluasi kualitas dan kuantitas kesadaran, perilaku, emosi, isi pikir, kemampuan intelektual dan sensorik.
Bagian paling sensitif dan penting adalah orientasi waktu, daya ingat, dan urutan angka. MMSE
diperkenalkan sebagai pemeriksaan standar fungsi kognitif dalam segi klinis maupun penelitian. Penilaian
MMSE sangat mudah, nilai maksimum adalah 30. Nilai kurang dari 24 ditafsirkan sebagai demensia.
Tabel Pemeriksaan status mini mental (MMSE)
No. Tes Nilai maks
ORIENTASI
1 Sekarang (tahun), (musim),(bulan), (tanggal), hari apa? 5
2 Kita berada dimana? (Negara, propinsi, kota, rumah sakit, lantai/kamar) 5
REGISTRASI
3 Sebutkan 3 buah nama benda (apel, meja, atau koin), setiap benda 1 detik, pasien
disuruh mengulangi ketiga nama benda tadi. Nilai 1 untuk setiap nama benda yang
benar. Ulangi sampai pasien dapat menyebutkan dengan benar dan catat jumlah
pengulangan
3
ATENSI DAN KALKULASI
4 Kurangi 100 dengan 7. Nilai 1 untuk tiap jawaban yang benar. Hentikan setelah 5
jawaban. Atau disuruh mengeja terbalik kata “WAHYU” (nilai diberi pada huruf yang
benar sebelum kesalahan; misalnya uyahw = 2 nilai)
5
MENGINGAT KEMBALI (RECALL)
5 Pasien disuruh menyebut kembali 3 nama benda di atas 3
BAHASA
6 Pasien disuruh menyebutkan nama benda yang ditunjukkan (pensil, buku) 2
7 Pasien disuruh mengulang kata-kata “namun”, “tanpa”, “bila” 1
8 Pasien disuruh melakukan perintah: “ambil kertas ini dengan tangan anda,lipatlah
menjadi dua dan letakkan di lantai”
3
9 Pasien disuruh membaca dan melakukan perintah “pejamkanlah mata anda” 1
10 Pasien disuruh menulis dengan spontan 1
11 Pasien disuruh menggambar bentuk dibawah ini
1
TOTAL 30
Skor Nilai 24-30= normal, Nilai 17-23= gangguan kognitif probable, Nilai 0-16 = gangguan kognitif
definit
30
Tabel skor median pada MMSE berdasarkan usia dan tingkat pendidikan
8. PEMERIKSAAN FUNGSI VEGETATIF
Yang terpenting adalah pemeriksaan miksi, yaitu dengan cara: anamnesis dan pemeriksaan.
Anamnesis :
- Apakah miksi spontan, disadari, bisa ditahan atau tidak, keluar terus-menerus atau sekali keluar sekali
berhenti atau tidak dapat keluar sama sekali.
Pemeriksaan:
- Tekan vesica urinaria untuk menentukan apakah penuh atau tidak
- Observasi ujung urethra eksterna, basah terus atau tidak
- Tekan vesica urinaria apakah terjadi pengosongan urine, lalu lakukan catheterisasi untuk
menentukan rest urine
Macam-macam kelainan miksi:
1. Inkontinensia urine
Suatu keadaan dimana urine keluar terus-menerus secara menetes,
2. Retensio urin
Suatu keadaan dimana urine tidak dapat keluar baik secara disadari atau tidak, sedangkan vesica urinaria
penuh.
3. Automatic bladder
Suatu keadaan diman urine dapat dikeluarkan dengan adanya gaya berat atau rangsangan pada os pubis
dan lipatan inguinal.
2. Atonic bladder
Suatu keadaan dimana urine dapat dikeluarkan dengan menekan supra pubis. Residual urine pada
keadaan ini lebih banyak dari automatic bladder.
- UMN berasal dari korteks serebri & menjulur kebawah, satu bagian (traktus kortikobulbaris) berakhir pada batang otak dan
bagian yg lainnya (traktus kortikospinalis) menyilang bagian bawah MO & terus turun ke Medula Spinalis.
-LMN mencakup sel-sel motorik nuklei saraf kranial dan aksonnya serta sel-sel kornu anteriormedula spinalis dan
aksonnya.serabut-serabutnya keluar melalui kurnuanterior medula spinalis atau motorik medula spinalis.
Lesi UMN
-kehilangan kontrol volunteer -Peningkatan tonus otot
-Tidak ada atropi otot -Rerfleks hiperaktif dan abnormal
Lesi LMN
-Kehilangan kontrol volunteer -Penurunan tonus otot
-Paralisis flaksid otot -Atropi otot -Tidak ada atau penurunan refleks
31
3. STROKE
Epidemiologi
Stroke adalah penyebab kematian yang ketiga setelah penyakit jantung dan keganasan.Stroke diderita
oleh ± 200 orang per 100.000 penduduk per tahunnya.Stroke merupakan penyebab utama cacat menahun.
Pengklasifikasiannya adalah 65-85% merupakan stroke non hemoragik (± 53% adalah stroke trombotik, dan
31% adalah stroke embolik) dengan angka kematian stroke trombotik ± 37%, dan stroke embolik ± 60%.
Presentase stroke non hemoragik hanya sebanyk 15-35%.± 10-20% disebabkan oleh perdarahan atau hematom
intraserebral, dan ± 5-15% perdarahan subarachnoid.Angka kematian stroke hemoragik pada jaman sebelum
ditemukannya CT scan mencapai 70-95%, setelah ditemukannya CT scan mencapai 20-30%.
Prevalensi stroke di USA adalah 200 per 1000 orang pada rentang usia 45-54 tahun, 60 per 1000 pada
rentang usia 65-74 tahun, dan 95 per 1000 orang pada rentang usia 75-84 tahun. Dengan presentase kematian
mencapai 40-60%
Klasifikasi
Berdasarkan typenya, Stroke dibagi dalam:
1. Infark otak (Non Hemorrhagic Stroke)
2. Perdarahan Intra Serebral (PIS)
3. Perdarahan Sub Arachnoidalis (PSA)
1. Infark otak (Non Hemorrhagic Stroke)
Berdasarkan mekanisme terjadinya, infark otak dibagi:
a. Trombotik
b. Embolik
c. Hemodinamik
Terjadinya infark otak diakibatkan aliran darah otak (ADO) regional yang tidak mencukupi.Dalam
keadaan normal aliran darah otak adalah 50 ml/100 gr otak/menit. Keadaan ini akan tetap dipertahankan oleh
kemampuan autoregulasi pembuluh darah otak. Bila tekanan ADO menurun antara 20-50 ml/100 gr/menit, maka
terjadi penambahan pemakaian oksigen oleh jaringan otak tanpa disertai gangguan dari fungsinya. Bila
penurunan ADO mencapai 10-20 ml/100 gr/menit, terjadi kegagalan aktivitas listrik neuronal dan sebagian
struktur intra sel berada dalam proses desintregrasi dan terjadi edema intraseluler. Pada keadaan ini timbul
defisit neurologik. Kematian sel otak terjadi bila ADO kurang dari 10 ml/100 gr/menit diakibatkan oleh
kegagalan energi sehingga K+ keluar dan CA++ masuk kedalam sel.
Berkurangnya ADO oleh trombosis, emboli atau hemodinamik akan menyebabkan keadaan iskemia di suatu
bagian otak.
Adanya kolateral dari pembuluh darah disekitarnya dan adanya mekanisme vasodilatasi
memungkinkan terjadinya beberapa hal keadaan berikut ini:
a. Sumbatan yang kecil dan dapat dikompensasi oleh sistem kolateral atau vasodilatasi lokal. Secara klinis
dikenal sebagai TIA.
b. Sumbatan lebih besar, daerah iskemia lebih luas, tetapi masih dapat dikompensasi dengan mekanisme
seperti di atas walaupun membutuhkan waktu lebih dari 24 jam sehingga secara klinis dikenal sebagai
RIND.
c. Bila sumbatan cukup besar sehingga mekanisme di atas tidak dapat meng-kompensasi maka akan terdapat
gejala klinis yang lebih menetap.
Pada daerah iskemia otak yang luas biasanya terdapat inti yang sangat iskemik dan mengalami
nekrosis, diluarnya terdapat daerah iskemik yang sudah tidak dapat berfungsi tetapi belum mati, daerah ini
dikenal dengan nama daerah penumbra yang masih dapat diselamatkan dengan resusitasi dan penatalaksanaan
yang tepat. Edema otak akan timbul bila ADO kurang dari 20 ml/100 gr/menit.
32
Terdapat 2 macam edema otak :
Pada fase dini terjadi edema otak citogenik dimana terdapat pengeluaran K+ intra seluler secara besar-
besaran disertai masuknya Na+ dan Ca++ sehingga sel menjadi bengkak dan ruangan ekstra seluler
mengecil.
• Pada fase lanjut diikuti oleh edema otak vasogenik akibat peningkatan permeabilitas endotel
kapiler sehingga cairan keluar ke ruang extra vaskuler .
2. Perdarahan Intra Serebral (PIS)
Perdarahan intra serebral terjadi karena pecahnya pembuluh darah otak didalam parechym
otak.Pecahnya pembuluh darah disebabkan kerusakan dindingnya akibat arteriosclerosis, peradangan (sifilis),
trauma atau kelainan kongenital (aneurisma, malformasi arteri-vena).Hal ini dipermudah bila terjadi
peninggian tekanan darah secara tiba-tiba. Perdarahan intra serebral juga sering timbul akibat pecahnya mikro
aneurisma (Charcot - Bouchart) akibat hipertensi lama dan paling sering terjadi didaerah subkortikal,
serebellum, dan pons.
Perdarahan didaerah korteks sering akibat tumor yang berdarah atau malformasi pembuluh darah yang pecah.
3. Perdarahan Sub Arachnoidalis (PSA)
Perdarahan disini terutama pada sirkulus Willisii & berasal dari aneurisma kongenital yang pecah.
Biasa terjadi pada usia lebih muda. Perdarahan sering berulang dan menimbulkan vasospasme hebat sehingga
terjadi infark otak.Aneurisma kongenital biasa terjadi pada percabangan arteri dan berbentuk seperti buah berry.
Penyebab lain adalah malformasi arterivena yang pecah atau PSA sekunder yang berasal dari PIS yang masuk
kedalam ruang sub arachnoidalis.
Secara klinis PSA digolongkan dengan Hunt & Hess Scale
Faktor resikoStroke
Faktor resiko utama Stroke adalah:
1. Hipertensi
Hipertensi berperanan penting untuk terjadinya infark dan perdarah-an otak yang terjadi pada pembuluh
darah kecil.
Hipertensi mempercepat arterioskleosis sehingga mudah terjadi oklusi atau emboli pada/dari pembuluh
darah besar.
Hipertensi secara langsung dapat menyebabkan arteriosklerosis obstruktif, lalu terjadi infark lakuner dan
mikroaneurisma.Hal ini dapat menjadi penyebab utama PIS.Baik hipertensi sistolik maupun diastolik,
keduanya merupakan faktor resiko terjadinya stroke.
2. Penyakit Jantung
Pada penyelidikan di luar negeri terbukti bahwa gangguan fungsi jantung secara bermakna meningkatkan
kemungkinan terjadinya stroke tanpa tergantung derajat tekanan darah.
Penyakit jantung tersebut antara lain adalah:
- Penyakit katup jantung
33
- Atrial fibrilasi
- Aritmia
- Hipertrofi jantung kiri (LVH)
- Kelainan EKG
Dalam hal ini perlu diingat bahwa stroke sendiri dapat menimbulkan beberapa kelainan jantung berupa:
- Edema pulmonal neurogenik
- Penurunan curah jantung
- Aritmia dan gangguan repolarisasi
3. Diabetes Mellitus
Diabetes Mellitus merupakan faktor resiko untuk terjadinya infark otak, sedangkan peranannya pada
perdarahan belum jelas. Diduga DM mempercepat terjadinya proses arteriosklerosis, biasa dijumpai
arteriosklerosis lebih berat, lebih tersebar dan mulai lebih dini.
Infark otak terjadi 2,5 kali lebih banyak pada penderita DM pria dan 4 kali lebih banyak pada penderita
wanita, dibandingkan dengan yang tidak menderita DM pada umur dan jenis kelamin yang sama.
4. Merokok
Merokok meningkatkan risiko terkena stroke empat kali lipat, hal ini berlaku untuk semua jenis rokok
(sigaret, cerutu atau pipa) dan untuk semua tipe stroke terutama perdarahan subarachnoid dan stroke infark,
merokok mendorong terjadinya atherosclerosis yang selanjutnya memprofokasi terjadinya thrombosis arteri
5. Riwayat keluarga.
Kelainan keturunan sangat jarang meninggalkan stroke secara langsung, tetapi gen sangat berperan besar
pada beberapa factor risiko stroke, misalnya hipertensi, penyakit jantung, diabetes dan kelainan pembuluh
darah. Riwayat stroke dalam keluarga terutama jika dua atau lebih anggota keluarga pernah menderita
stroke pada usia 65 tahun.
6. Faktor resiko lainnya : cholesterol tinggi, asam urat, kurang olah raga, usia, jenis kelamin, ras, dll.
Diagnosis
Untuk menegakkan diagnosis Stroke pencitraan CT-Scan (Computerised Tomography Scanning) yang
merupakan pemeriksaan baku emas (Gold Standart). Mengingat bahwa alat tersebut saat ini hanya dijumpai di
kota tertentu, maka dalam menghadapi kasus dengan kecurigaan stroke, langkah pertama yang ditempuh adalah
menentukan lebih dahulu apakah benar kasus tersebut kasus stroke, karena abses otak, tumor otak, infeksi otak,
trauma kepala, juga dapat memberikan kelainan neurologis yang sama, kemudian menentukan jenis stroke yang
dialaminya. Dengan perjalanan waktu, gejala klinis stroke dapat mengalami perubahan.
Untuk membedakan stroke tersebut termasuk jenis hemoragis atau non hemoragis. antara keduanya,
dapat ditentukan berdasarkan :
1. Anamnesis
2. Pemerikasaan klinis neurologis
3. Algoritma dan penilaian dengan skor stroke
4. Pemeriksaan dengan menggunakan alat bantu
1. Anamnesis
Langkah ini tidak sulit karena kalau memang stroke sebagai penyebabnya, maka sesuai dengan
definisinya, kelainan saraf yang ada timbulnya adalah secara mendadak. Bila sudah ditetapkan sebagai
penyebabnya adalah stroke, maka langkah berikutnya adalah menetapkan stroke tersebut termasuk jenis yang
mana, stroke hemoragis atau stroke non hemoragis.
Untuk keperluan tersebut, pengambilan anamnesis harus dilakukan seteliti mungkin.Berdasarkan hasil
anamnesis, dapat ditentukan perbedaan antara keduanya, seperti tertulis pada tabel di bawah ini.
34
Tabel Perbedaan stroke hemoragik dan stroke infark berdasarkan anamnesis
2. Pemeriksaan klinis neurologis
Pada pemeriksaan ini dicari tanda-tanda (sign) yang muncul, bila dibandingkan antara keduanya akan
didapatkan hasil sebagai berikut :
Tabel Perbedaan Stroke Hemoragik dan Stroke Infark berdasarkan tanda-tandanya.
3. Algoritma dan penilaian dengan skor stroke.
Terdapat beberapa algoritma untuk membedakan stroke antara lain dengan :
3.a. Penetapan Jenis Stroke berdasarkan Algoritma Stroke Gadjah Mada
ALGORITMA STROKE GADJAH MADA
35
3.b. Penetapan jenis stroke berdasarkan Djoenaedi stroke score
DJOENAEDI STROKE SCORE
TOTAL SCORE 20 STROKE HEMORAGIK
< 20 STROKE NON HEMORAGIK
3.c. Penetapan jenis stroke berdasarkan Siriraj stroke score
SIRIRAJ STROKE SCORE (SSS)
CATATAN : 1. SSS> 1 = Stroke hemoragik
2. SSS < -1 = Stroke non hemoragik
36
4. Pemeriksaan dengan menggunakan alat bantu
Tabel Perbedaan jenis stroke dengan menggunakan alat bantu.
Tabel Gambaran CT-Scan Stroke Infark dan Stroke Hemoragik
Tabel Karakteristik MRI pada stroke hemoragik dan stroke infark
37
Tabel 1 Manifestasi klinik stroke iskemik berdasarkan daerah yang terserang
Daerah vaskular Manifestasi klinik
Arteri karotid internal 1. Kebutaan ipsilateral-terletak pada atau mengenai sisi yang sama
(arteri optalmik-yang berhubungan dengan mata)
2. Gejala pada arteri serebralis tengah
Arteri serebralis tengah 1. Kelemahan kontralateral- dan kehilangan sensori termasuk lengan
dan wajah lebih daripada kaki.
2. Afasia-defek atau hilangnya kemampuan ekspresi dengan bicara,
menulis, atau tanda-tanda atau untuk memahami bahasa lisan atau
tulisan, yang disebabkan oleh trauma atau penyakit di pusat otak.
3. Hemineglect-separuh/sebagian gagal melakukan beberapa tugas atau
fungsi, anosognosia-ketidakwaspadaan atau penyangkalan dari
defisit neurologis, disorientasi spasial pada hemisfer serebralis
kanan
4. Derajat variabel dari defek visual
Arteri serebralis anterior 1. Kelemahan kontralateral- dan kehilangan sensori yang mendominasi
bagian anggota gerak bagian bawah
2. Ketidakmampuan mengeluarkan urin, terutama dengan lesi bilateral
3. Disparaksia lengan
4. Abulia-kehilangan atau berkurangnya kemauan, inisiatif dan
dorongan
5. Afasia transkortikal motorik pada bagian dominan-gangguan
kemampuan bicara dan menulis, yang disebabkan oleh lesi pada
insulin dan operkulum sekelilingnya
Arteri serebralis
posterior
1. Anopsia kontalateral homonymous
2. Kehilangan sebagian sensorei kontralateral tanpa mengalami
kelemahan
3. Defisit kortikal asosiasi variabel visual, seperti aleksia tanpa agrafia
dan agnosia visual asosiatif
Arteri basilaris 1. Paralisis pada limb (lengan atau tungkai) yang biasanya bilateral
namun terkadang asimetrik
2. Biasanya pada bulbar atau paralisis pseudobulbar pada muskulatur
cranial (disfagia-,disartria-artikulasi pembicaraan yang tidak
sempurna oleh karena gangguan kendali otot yang merupakan akibat
kerusakan saraf pusat atau perifer,diplegia fasial-kelumpuhan yang
mengenai kedua belah sisi tubuh, dan lainnya
3. Pengurangan dari sensori atau abnormalitas serebelar.
4. Abnormalitas gerakan mata (internuklear optalmoplegia (paralisis
otot mata), “one-and-half syndrome”, nistagmus (gerak cepat bola
mata involunter, dapat horizontal, vertikal, berputar, atau campuran
dari dua variasi), skew deviation, ocular bobbing, miosis, dan ptosis
(turunnya kelopak mata atas akibat kelumpuhan)
5. koma
Arteri vertebralis 1. berbagai variasi dari vertigo, dizziness, nausea (sensasi tidak
menyenangkan yang secara samar mengaxu pada epigastrium dan
abdomen dengan kecendrungan untuk muntah), dan vomiting
(muntah)
2. fasial ipsilateral dengan kontralateral tubuh dan hipoestesia anggota
gerak bagian bawah
3. Ataksia truncal ipsilateral atau appendikular
4. Sindrom horner ipsilateral
5. Disfagia dan hoarseness
38
Stroke hemoragik
Stroke hemoragik adalah stroke yang disebabkan oleh karena pecahnya pembuluh darah pada otak.
Stroke hemoragik terjadi bila pembuluh darah di dalam otak pecah.Otak sangat sensitif terhadap perdarahan dan
kerusakan dapat terjadi dengan sangat cepat. Pendarahan di dalam otak dapat mengganggu jaringan otak,
sehinga menyebabkan pembengkakan, mengumpul menjadi sebuah massa yang disebut hematoma. Pendarahan
juga meningkatkan tekanan pada otak dan menekan tulang tengkorak.
Penyebab/ faktor predisposisi stroke hemoragik
Stroke hemoragik paling sering disebabkan oleh tekanan darah tinggi yang menekan dinding arteri
sampai pecah. Penyebab lain terjadinya stroke hemoragik adalah :
Aneurisma, yang membuat titik lemah dalam dinding arteri, yang akhirnya dapat pecah.
Hubungan abnormal antara arteri dan vena, seperti kelainan arteriovenosa.
Kanker, terutama kanker yang menyebar ke otak dari organ jauh seperti payudara, kulit, dan tiroid.
Cerebral amyloid angiopathy, yang membentuk protein amiloid dalam dinding arteri di otak, yang
membuat kemungkinan terjadi stroke lebih besar.
Kondisi atau obat (seperti aspirin atau warfarin).
Overdosis narkoba, seperti kokain.
Patofisiologi Stroke Hemoragik
Gangguan pasokan aliran darah otak dapat terjadi dimana saja di dalam arteri-arteri yang membentuk
sirkulus Willisi : arteria karotis interna dan sistem vertebrobasilar atau semua cabang-cabangnya. Apabila aliran
darah ke jaringan otak terputus selama 15-20 menit maka akan terjadi infark atau kematian jaringan. Akan tetapi
dalam hal ini tidak semua oklusi di suatu arteri menyebabkan infark di daerah otak yang diperdarahi oleh arteri
tersebut.Mungkin terdapat sirkulasi kolateral yang memadai di daerah tersebut. Dapat juga karena keadaan
penyakit pada pembuluh darah itu sendiri seperti aterosklerosis dan trombosis atau robeknya dinding pembuluh
darah dan terjadi peradangan, berkurangnya perfusi akibat gangguan status aliran darah misalnya syok atau
hiperviskositas darah, gangguan aliran darah akibat bekuan atau infeksi pembuluh ektrakranium dan ruptur
vaskular dalam jaringan otak. (Sylvia A. Price dan Wilson, 2006)
Gejala Klinis Stroke Hemoragik
Gejala stroke hemoragik bervariasi tergantung pada lokasi pendarahan dan jumlah jaringan otak yang
terkena.Gejala biasanya muncul tiba-tiba, tanpa peringatan, dan sering selama aktivitas.Gejala mungkin sering
muncul dan menghilang, atau perlahan-lahan menjadi lebih buruk dari waktu ke waktu.
Gejala stroke hemoragik bisa meliputi:
Perubahan tingkat kesadaran (mengantuk, letih, apatis, koma).
Kesulitan berbicara atau memahami orang lain.
Kesulitan menelan.
Kesulitan menulis atau membaca.
Sakit kepala yang terjadi ketika berbaring, bangun dari tidur, membungkuk, batuk, atau kadang terjadi
secara tiba-tiba.
Kehilangan koordinasi.
Kehilangan keseimbangan.
Perubahan gerakan, biasanya pada satu sisi tubuh, seperti kesulitan menggerakkan salah satu bagian
tubuh, atau penurunan keterampilan motorik.
Mual atau muntah.
Kejang.
Sensasi perubahan, biasanya pada satu sisi tubuh, seperti penurunan sensasi, baal atau kesemutan.
Kelemahan pada salah satu bagian tubuh.
39
Stroke Iskemik
Pengertian Stroke Iskemik adalah gangguan suplai darah ke otak yang diakibatkan tersumbatnya
pembuluh darah otak. Stroke Iskemik (Stroke non Haemorrohagic) merupakan penyakit yang mendominasi
kelompok usia menengah dan dewasa tua yang kebanyakan berkaitan erat dengan kejadian arteriosklerosis (
Trombosis) dan Penyakit jantung (emboli) yang diakibatkan adanya faktor predisposisi hipertensi. Oklusi
pembuluh darah otak dapat disebabkan oleh suatu emboli, trombus antegrad atau penyakit intrinsik pembuluh
darah otak sendiri misalnya.gangguan pembekuan, vaskulitis, angiopathi diabetica pada Diabetes Mellitus
dansebagainya.Pada waktu muda, kehamilan dan penggunaan obat-obatan kontrasepsi diduga menjadi pencetus
stroke.
Patofisiologi
Pada stroke iskemik, berkurangnya aliran darah ke otak menyebabkan hipoksemia daerah regional otak dan
menimbulkan reaksi – reaksi berantai yang berakhir dengan kematian sel – sel otak dan unsur – unsur
pendukungnya (Misbach, 2007).
Secara umum daerah regional otak yang iskemik terdiri dari bagian inti (core) dengan tingkat iskemia terberat
dan berlokasi di sentral. Daerah ini akan menjadi nekrotik dalam waktu singkat jika tidak ada reperfusi. Di luar
daerah core iskemik terdapat daerah penumbra iskemik. Sel – sel otak dan jaringan pendukungnya belum mati
akan tetapi sangat berkurang fungsi – fungsinya dan menyebabkan juga deficit neurologis. Tingkat iskemiknya
makin ke perifer makin ringan. Daerah penumbra iskemik, di luarnya dapat dikelilingi oleh suatu daerah
hiperemik akibat adanya aliran darah kolateral (luxury perfusion area). Daerah penumbra iskemik inilah yang
menjadi sasaran terapi stroke iskemik akut supaya dapat direperfusi dan sel-sel otak berfungsi kembali.
Reversibilitas tergantung pada factor waktu dan jika tidak terjadi reperfusi, daerah penumbra dapat berangsur-
angsur mengalami kematian (Misbach,2007) Iskemik otak mengakibatkan perubahan dari sel neuron otak
secarabertahap, yaitu (Sjahrir,2003):
40
Tahap 1 :
a. Penurunan aliran darah
b. Pengurangan O2
c. Kegagalan energy
d. Terminal depolarisasi dan kegagalan homeostasis ion
Tahap 2 :
a. Eksitoksisitas dan kegagalan homeostasis ion
b. Spreading depression
Tahap 4 : Apoptosis
Tahap 3 : Inflamasi
Berdasarkan perjalanan Klinisnya ada beberapa istilah atau Jenis Stroke Iskemik, antara lain:
1. TIA / Transient Ischaemic Attack - Stroke iskemik sepintas
TIA atau Transient Ischaemic Attack merupakan stroke iskemik sesaat karena disfungsi cerebral fokal
akibat gangguan vaskular, dengan lama serangan sekitar 2-15 menit sampai paling lama 24 jam dan setelah itu
pulih kembali. Transient Ischemic Attack (TIA) seperti stroke, gejalanya serupa, tetapi biasanya TIA
hanyaberlangsung beberapa menit dan tidak menyebabkan kerusakan permanen.
TIA sering disebut ministroke, serangan iskemik transien ini dapat menjadi peringatan terhadap
serangan stroke.Fakta menunjukkan bahwa sekitar satu dari tiga orang yang mengalami serangan iskemik
transien akhirnya memiliki stroke, dengan sekitar setengah yang terjadi dalam satu tahun setelah serangan
iskemik transien.
Gejala
Serangan TIA biasanya berlangsung beberapa menit.Sebagian tanda-tanda dan gejala hilang dalam waktu satu
jam. Tanda-tanda dan gejala menyerupai TIA yang ditemukan di awal stroke dan mencakup:
* Tiba-tiba kelemahan, kesemutan atau kelumpuhan di wajah, lengan atau kaki, biasanya di satu sisi tubuh
* Cadel atau susah berbicara atau kesulitan untuk memahami orang lain
* Tiba-tiba mengalami kebutaan pada salah satu atau kedua mata atau penglihatan ganda
* Pusing, kehilangan keseimbangan atau koordinasi
Penderita mungkin memiliki lebih dari satu TIA, dan tanda-tanda dan gejala berulang mungkin mirip atau
berbeda tergantung pada wilayah otak yang terlibat.
Jika tanda-tanda dan gejala berlangsung lebih lama dari 24 jam atau menyebabkan kerusakan otak abadi, itu
dianggap sebagai stroke.
Perawatan
Setelah dokter menentukan penyebab serangan iskemik transient, tujuan pengobatan adalah untuk memperbaiki
kelainan dan mencegah stroke.Pengobatan tergantung pada penyebab TIA, kemungkinan menulis resep obat
untuk mengurangi kecenderungan darah untuk membeku atau mungkin menyarankan pembedahan atau prosedur
angioplasti.
Patofisiologi TIA ( Transient Ischemic Attack )
Etiologi TIA tidak berbeda dengan cerebral infark, TIA terjadi akibat sumbatan yang kecil yang berasal dari
pecahan sumbatan atau clot yang besar dan jauh. Emboli ini akan larut karena sistem fibronolitik tubuh sehingga
aliran darah dapat kembali normal. Itulah yang menyebabkan TIA hanya bersifat sementara atau sepintas saja.
Gejala yang ditimbulkan oleh TIA antara lain hemiparesis, hemiparestheisa, dysarthria, diplopia, dysphasia dan
monocular blindness
2. RIND / Reversible Ischaemic Neurological Deficit - Defisit saraf oleh iskemik yang dapat pulih
Merupakan serangan stroke iskemik yang berlangsung lebih lama dari 24 jam dan kemudian pulih kembali
dalam waktu kurang dari 3 ming
41
Penatalaksanaan stroke hemoragik dan stroke iskemik
Pengobatan yang cepat dan tepat diharapkan dapat menekan mortalitas dan mengurangi kecacatan. (Time
is Brain). Tujuan utama pengobatan adalah untuk memperbaiki aliran darah ke otak secepat mungkin dan
melindungi neuron dengan memotong kaskade iskemik. Pengelolaan pasien stroke akut pada dasarnya dapat di
bagi dalam :
1. Pengelolaan umum, pedoman 5 B
1.a Breathing : Jalan nafas harus terbuka lega, hisap lendir dan slem untuk mencegah kekurang oksigen dengan
segala akibat buruknya. Dijaga agar oksigenasi dan ventilasi baik, agar tidak terjadi aspirasi (gigi palsu
dibuka).Intubasi pada pasien dengan GCS < 8.Pada kira-kira 10% penderita pneumonia (radang paru)
merupakan merupakan penyebab kematian utama pada minggu ke 2 – 4 setelah serangan otak.Penderita
sebaiknya berbaring dalam posisi miring kiri-kanan bergantian setiap 2 jam.Dan bila ada radang atau asma
cepat diatasi.
1.b Blood : Tekanan darah pada tahap awal tidak boleh segera diturunkan, karena dapat memperburuk
keadaan, kecuali pada tekanan darah sistolik > 220 mmHg dan atau diastolik > 120 mmHg (stroke iskemik),
sistolik > 180 mmHg dan atau diastolik > 100 mmHg (stroke hemoragik). Penurunan tekanan darah
maksimal 20 %.
Obat-obat yang dapat dipergunakan Nicardipin (0,5 – 6 mcg/kg/menit infus kontinyu), Diltiazem (5 –
40 g/Kg/menit drip), nitroprusid (0,25 – 10 g/Kg/menit infus kontinyu), nitrogliserin (5 – 10 g/menit
infus kontinyu), labetolol 20 –80 mg IV bolus tiap 10 menit, kaptopril 6,25 – 25 mg oral / sub lingual.
Keseimbangan cairan dan elektrolit perlu diawasi
Kadar gula darah (GD) yang terlalu tinggi terbukti memperburuk outcome pasien stroke, pemberian
insulin reguler dengan skala luncur dengan dosis GD > 150 – 200 mg/dL 2 unit, tiap kenaikan 50 mg/dL
dinaikkan dosis 2 unit insulin sampai dengan kadar GD > 400 mg/dL dosis insulin 12 unit.
1.c Brain : Bila didapatkan kenaikan tekanan intra kranial dengan tanda nyeri kepala, muntah proyektil dan
bradikardi relatif harus di berantas, obat yang biasa dipakai adalah manitol 20% 1 - 1,5 gr/kgBB dilanjutkan
dengan 6 x 100 cc (0,5 gr/Kg BB), dalam 15 – 20 menit dengan pemantauan osmolalitas antara 300 – 320
mOsm, keuntungan lain penggunaan manitol penghancur radikal bebas.
Peningkatan suhu tubuh harus dihindari karena memperbanyak pelepasan neurotransmiter eksitatorik,
radikal bebas, kerusakan BBB dan merusak pemulihan metabolisme enersi serta memperbesar inhibisi
terhadap protein kinase.Hipotermia ringan 30C atau 33C mempunyai efek neuroprotektif.
Bila terjadi kejang beri antikonvulsan diazepam i.v karena akan memperburuk perfusi darah kejaringan
otak
1.d Bladder : Hindari infeksi saluran kemih bila terjadi retensio urine sebaiknya dipasang kateter intermitten.
Bila terjadi inkontinensia urine, pada laki laki pasang kondom kateter, pada wanita pasang kateter.
1.e Bowel : Kebutuhan cairan dan kalori perlu diperhatikan, hindari obstipasi, Jaga supaya defekasi teratur,
pasang NGT bila didapatkan kesulitan menelan makanan. Kekurangan albumin perlu diperhatikan karena
dapat memperberat edema otak
2. Pengelolaan berdasarkan penyebabnya
2.a. Stroke iskemik
- Memperbaiki aliran darah ke otak (reperfusi)
Usaha menghilangkan sumbatan penyebab stroke merupakan upaya yang paling ideal, obat
trombolisis yang sudah di setujui oleh FDA adalah rt-PA (recombinan tissue plasminogen
activator) dengan dosis 0,9 mg/kgBB maksimal 90 mg (10% diberikan bolus & sisanya infus
kontinyu dalam 60 menit). Sayangnya bahwa pengobatan dengan obat ini mempunyai persyaratan
pemberian haruslah kurang dari 3 jam, sehingga hanya pasien yang masuk rumah sakit dengan
42
onset awal dan dapat penyelesaian pemeriksaan darah, CT Scan kepala dan inform consent yang
cepat saja yang dapat menerima obat ini.
Cara lain memperbaiki aliran darah antara lain dengan memperbaiki hemorheologi seperti
obat pentoxifillin yang yang mengurangi viskositas darah dengan meningkatkan deformabilitas sel
darah merah dengan dosis 15 mg/kgBB/hari. Obat lain yang juga memperbaiki sirkulasi adalah
naftidrofuril dengan memperbaiki aliran darah melalui unsur seluler darah dosis 600 mg/hari
selama 10 hari iv dilanjutkan oral 300 mg/hari.
- Prevensi terjadinya trombosis (antikoagualsi)
Untuk menghindari terjadinya trombus lebih lanjut terdapat dua kelas pengobatan yang
tersedia yaitu anti koagulan dan anti agregasi trombosit.
Anti koagulan diberikan pada pasien stroke yang mempunyai risiko untuk terjadi emboli otak
seperti pasien dengan kelainan jantung fibrilasi atrium non valvular, thrombus mural dalam
ventrikel kiri, infark miokard baru & katup jantung buatan. Obat yang dapat diberikan adalah
heparin dengan dosis awal 1.000 u/jam cek APTT 6 jam kemudian sampai dicapai 1,5 – 2,5 kali
kontrol hari ke 3 diganti anti koagulan oral, Heparin berat molekul rendah (LWMH) dosis 2 x 0,4
cc subkutan monitor trombosit hari ke 1 & 3 (jika jumlah < 100.000 tidak diberikan), Warfarin
dengan dosis hari I = 8 mg, hari II = 6 mg, hari III penyesuaian dosis dengan melihat INR pasien.
Pasien dengan paresis berat yang berbaring lama yang berrisiko terjadi trombosis vena dalam
dan emboli paru untuk prevensi diberikan heparin 2 x 5.000 unit sub cutan atau LMWH 2 x 0,3 cc
selama 7 – 10 hari.
Obat anti agregasi trombosit mempunyai banyak pilihan antara lain aspirin dosis 80 – 1.200
mg/hari mekanisme kerja dengan menghambat jalur siklooksigenase, dipiridamol dikombinasi
dengan aspirin aspirin 25 mg + dipiridamol SR 200 mg dua kali sehari dengan menghambat jalur
siklooksigenase, fosfodiesterase dan ambilan kembali adenosin, cilostazol dosis 2 x 50 mg
mekanisme kerja menghambat aktifitas fosfodiesterase III, ticlopidin dosis 2 x 250 mg dengan
menginhibisi reseptor adenosin difosfat dan thyenopyridine dan clopidogrel dosis 1 x 75 mg
dengan menginhibisi reseptor adenosin difosfat dan thyenopyridine.
- Proteksi neuronal/sitoproteksi
Sangat menarik untuk mengamati obat-obatan pada kelompok ini karena diharapkan dapat
dengan memotong kaskade iskemik sehingga dapat mencegah kerusakan lebih lanjut neuron.
Obat-obatan tersebut antara lain :
o CDP-Choline bekerja dengan memperbaiki membran sel dengan cara menambah sintesa
phospatidylcholine, menghambat terbentuknya radikal bebas dan juga menaikkan sintesis
asetilkolin suatu neurotransmiter untuk fungsi kognitif. Meta analisis Cohcrane Stroke
Riview Group Study(Saver 2002) 7 penelitian 1963 pasien stroke iskemik dan perdarahan,
dosis 500 – 2.000 mg sehari selama 14 hari menunjukkan penurunan angka kematian dan
kecacatan yang bermakna. Therapeutic Windows 2 – 14 hari.
o Piracetam, cara kerja secara pasti didak diketahui, diperkirakan memperbaiki integritas
sel, memperbaiki fluiditas membran dan menormalkan fungsi membran. Dosis bolus 12
gr IV dilanjutkan 4 x 3 gr iv sampai hari ke empat, hari ke lima dilanjutkan 3 x 4 gr
peroral sampai minggu ke empat, minggu ke lima sampai minggu ke 12 diberikan 2 x 2,4
gr per oral,. Therapeutic Windows 7 – 12 jam.
o Statin, diklinik digunakan untuk anti lipid, mempunyai sifat neuroprotektif untuk iskemia
otak dan stroke. Mempunyai efek anti oksidan “downstream dan upstream”. Efek
downstream adalah stabilisasi atherosklerosis sehingga mengurangi pelepasan plaque
tromboemboli dari arteri ke arteri. Efek “upstream” adalah memperbaiki pengaturan
eNOS (endothelial Nitric Oxide Synthese, mempunyai sifat anti trombus, vasodilatasi dan
anti inflamasi), menghambat iNOS (inducible Nitric Oxide Synthese, sifatnya berlawanan
dengan eNOS), anti inflamasi dan anti oksidan.
43
o Cerebrolisin, suatu protein otak bebas lemak dengan khasiat anti calpain, penghambat
caspase dan sebagai neurotropik dosis 30 – 50 cc selama 21 hari menunjukkan perbaikan
fungsi motorik yang bermakna.
2.b. Stroke Hemoragik
- Pengelolaan konservatif Perdarahan Intra Serebral
o Pemberian anti perdarahan : Epsilon aminocaproat 30 - 36 gr/hari, Asam Traneksamat 6 x
1 gr untuk mencegah lisisnya bekuan darah yamg sudah terbentuk oleh tissue
plasminogen. Evaluasi status koagulasi seperti pemberian protamin 1 mg pada pasien
yang mendapatkan heparin 100 mg & 10 mg vitamin K intravena pada pasien yang
mendapat warfarin dengan prothrombine time memanjang.
Untuk mengurangi kerusakan jaringan iskemik disekeliling hematom dapat diberikan
obat-obat yang mempunyai sifat neuropriteksi.
- Pengelolaan konservatif Perdarahan Sub Arahnoid
o Bed rest total selama 3 minggu dengan suasana yang tenang, pada pasien yang sadar,
penggunaan morphin 15 mg IM pada umumnya diperlukan untuk menghilangkan nyeri
kepala pada pasien sadar.
o Vasospasme terjadi pada 30% pasien, dapat diberikan Calcium Channel Blockers dengan
dosis 60 – 90 mg oral tiap 4 jam selama 21 hari atau 15 – 30 mg/kg/jam selama 7 hari,
kemudian dilanjutkan per oral 360 mg /hari selama 14 hari, efektif untuk mencegah
terjadinya vasospasme yang biasanya terjadi pada hari ke 7 sesudah iktus yang berlanjut
sampai minggu ke dua setelah iktus. Bila terjadi vasospasme dapat dilakukan balance
positif cairan 1 – 2 Liter diusahakan tekanan arteri pulmonalis 18 – 20 mmHg dan Central
venous pressure 10 mmHg, bila gagal juga dapat diusahakan peningkatan tekanan sistolik
sampai 180 – 220 mmHg menggunakan dopamin.
- Pengelolaan operatif
Tujuan pengelolaan operatif adalah : Pengeluaran bekuan darah, Penyaluran cairan
serebrospinal & Pembedahan mikro pada pembuluh darah.
Yang penting diperhatikan selain hasil CT Scan dan arteriografi adalah keadaan/kondisi
pasien itu sendiri :
Faktor faktor yang mempengaruhi :
1. Usia
Lebih 70 th tidak ada tindakan operasi
60 – 70 th pertimbangan operasi lebih ketat
Kurang 60 th operasi dapat dilakukan lebih aman
2. Tingkat kesadaran
Koma/sopor tak dioperasi
Sadar/somnolen tak dioperasi kecuali kesadaran atau keadaan neurologiknya
menurun
Perdarahan serebelum : operasi kadang hasilnya memuaskan walaupun kesadarannya
koma
3. Topis lesi
• Hematoma Lobar (kortical dan Subcortical)
Bila TIK tak meninggi tak dioperasi
Bila TIK meninggi disertai tanda tanda herniasi ( klinis menurun ) operasi
• Perdarahan putamen
Bila hematoma kecil atau sedang tak dioperasi
Bila hematoma lebih dari 3 cm tak dioperasi, kecuali kesadaran atau
defisit neurologiknya memburuk
• Perdarahan talamus
44
Pada umumnya tak dioperasi, hanya ditujukan pada hidrocepalusnya akibat
perdarahan dengan VP shunt bila memungkinkan.
• Perdarahan serebelum
Bila perdarahannya lebih dari 3 cm dalam minggu pertama maka operasi
Bila perjalanan neurologiknya stabil diobati secara medisinal dengan
pengawasan
Bila hematom kecil tapi disertai tanda tanda penekanan batang otak operasi
4. Penampang volume hematoma
Bila penampang hematoma lebih 3 cm atau volume lebih dari 50 cc ------------- operasi
Bila penampang kecil, kesadaran makin menurun dan keadaan neurologiknya menurun ada
tanda tanda penekanan batang otak maka ---------- operasi
5. Waktu yang tepat untuk pembedahan
Dianjurkan untuk operasi secepat mungkin 6 – 7 jam setelah serangan sebelum timbulnya
edema otak , bila tak memungkinkan sebaiknya ditunda sampai 5 – 15 hari kemudian.
Indikasi pembedahan pasien PSA adalah pasien dengan grade Hunt & Hest Scale 1
sampai 3, waktu pembedahan dapat segera (< 72 jam) atau lambat (setelah 14 hari).
Pembedahan pasien PSA dengan Hunt &Hest Scale 4 – 5 menunjukkan angka kematian
yang tinggi (75%).
3. Pencegahan serangan ulang
Untuk stroke infark diberikan :
• Obat-obat anti platelet aggregasi
• Obat-obat untuk perbaikan fungsi jantung dari ahlinya
• Faktor resiko dikurangi seminimal mungkin
Untuk stroke hemoragik mengendalikan / menghilangkan faktor risiko hipertensi maupun kelainan
pembuluh darah yang ada.
4. Rehabilitasi :
Rehabilitasi dilakukan sedini mungkin dengan mempertimbangkan keadaan kardiovaskuler, perkembangan
penyakitnya dan dilaksanakan sedini mungkin, dilakukan dengan tujuan :
• Memperbaiki fungsi motorik
• Mencegah kontraktur sendi
• Agar penderita dapat mandiri
• Rehabilitasi sosial perlu dilakukan juga karena penderita biasanya jatuh dalam keadaan depresi.
Stroke merupakan penyebab utama kecacatan pada usia di atas 45 tahun, maka yang paling penting
pada masa ini ialah upaya membatasi sejauh mungkin kecacatan penderita, fisik dan mental, dengan fisioterapi,
“terapi wicara”, dan psikoterapi. Jika seorang pasien tidak lagi menderita sakit akut setelah suatu stroke, staf
perawatan kesehatan memfokuskan pada pemaksimalan kemampuan fungsi pasien. Hal ini sering dilakukan di
rumah sakit rehabilitasi atau area khusus di rumah sakit umum. Rehabilitasi juga dapat bertempat di fasilitas
perawat.
Proses rehabilitasi dapat meliputi beberapa atau semua hal di bawah ini:
1. Terapi bicara untuk belajar kembali berbicara dan menelan
2. Terapi okupasi untuk mendapatkan kembali ketangkasan lengan dan tangan
3. Terapi fisik untuk memperbaiki kekuatan dan kemampuan berjalan, dan
4. Edukasi keluarga untuk memberikan orientasi kepada mereka dalam merawat orang yang mereka cintai
di rumah dan tantangan yang akan mereka hadapi.
45
Tabel 8. Pedoman dasar rehabilitasi pasien pasca stroke
Hari 1-3 (di sisi tempat tidur) Kurangi penekanan pada daerah yang sering
tertekan (sakrum, tumit)
Modifikasi diet, bed side, positioning
Mulai PROM dan AROM
Hari 3-5 Evaluasi ambulasi
Beri sling bila terjadi subluksasi bahu
Hari 7-10 Aktifitas berpindah
Latihan ADL: perawatan pagi hari
Komunikasi, menelan
2-3 minggu Team/family planing
Therapeuthic home evaluation
3-6 minggu Home program
Independent ADL, tranfer, mobility
10-12 minggu Follow up
Review functional abilities
Ketika seorang pasien stroke telah siap untuk pulang ke rumah, seorang perawat sebaiknya datang ke
rumah selama periode waktu tertentu sampai keluarga terbiasa dengan merawat pasien dan prosedur untuk
memberikan bermacam obat. Terapi fisik dapat dilanjutkan di rumah.
Pada akhirnya pasien biasa ditinggalkan di rumah dengan satu atau lebih orang yang menjaganya, yang
sekarang mendapati hidupnya telah sangat berubah. Merawat pasien stroke di rumah dapat sangat mudah atau
sangat tidak mungkin. Pada waktunya, ini akan menjadi jelas bahwa pasien harus ditempatkan pada fasilitas
perawatan yang terlatih karena perawatan yang sesuai tidak dapat diberikan di rumah walaupun keluarga
bermaksud baik untuk merawatnya.
Macam-macam rehabilitasi fisik yang dapat diberikan adalah :
1. Bed exercise
2. Latihan duduk
3. Latihan berdiri
4. Latihan mobilisasi
5. Latihan ADL (activity daily living)
6. Latihan Positioning (Penempatan)
7. Latihan mobilisasi
8. Latihan pindah dari kursi roda ke mobil
9. Latihan berpakaian
10. Latihan membaca
11. Latihan mengucapkan huruf A,I,U,E,O
KOMPLIKASI
Komplikasi pada stroke sering terjadi dan menyebabkan gejala klinik stroke menjadi semakin memburuk.
Tanda-tanda komplikasi harus dikenali sejak dini sehingga dapat dicegah agar tidak semakin buruk dan dapat
menentukan terapi yang sesuai.1 Komplikasi pada stroke yaitu:
1. Komplikasi Dini (0-48 jam pertama):
1. Edema serebri: Merupakan komplikasi yang umum terjadi, dapat menyebabkan defisit
neurologis menjadi lebih berat, terjadi peningkatan tekanan intrakranial, herniasi dan akhirnya
menimbulkan kematian.
2. Abnormalitas jantung: Kelaianan jantung dapat menjadi penyebab, timbul bersama atau akibat
stroke,merupakan penyebab kematian mendadak pada stroke stadium awal.sepertiga sampai
setengah penderita stroke menderita gangguan ritme jantung.
46
3. Kejang: kejang pada fase awal lebih sering terjadi pada stroke hemoragik dan pada umumnya
akan memperberat defisit neurologis.
4. Nyeri kepala
5. Gangguan fungsi menelan dan asprasi
2. Komplikasi jangka pendek (1-14 hari pertama):
1. Pneumonia: Akibat immobilisasi yang lama.2 merupakan salah satu komplikasi stroke pada
pernafasan yang paling sering, terjadi kurang lebih pada 5% pasien dan sebagian besar terjadi
pada pasien yang menggunakan pipa nasogastrik.
2. Emboli paru: Cenderung terjadi 7-14 hari pasca stroke, seringkali pada saat penderita mulai
mobilisasi.
3. Perdarahan gastrointestinal: Umumnya terjadi pada 3% kasus stroke. Dapat merupakan
komplikasi pemberian kortikosteroid pada pasien stroke. Dianjurkan untuk memberikan
antagonis H2 pada pasien stroke ini.
4. Stroke rekuren
5. Abnormalitas jantung
Stroke dapat menimbulkan beberapa kelainan jantung berupa:
- Edema pulmonal neurogenik
- Penurunan curah jantung
- Aritmia dan gangguan repolarisasi
6. Deep vein Thrombosis (DVT)
7. Infeksi traktus urinarius dan inkontinensia urin
3. Komplikasi jangka panjang
1. Stroke rekuren
2. Abnormalitas jantung
3. Kelainan metabolik dan nutrisi
4. Depresi
5. Gangguan vaskuler lain: Penyakit vaskuler perifer.
PROGNOSIS
Ada sekitar 30%-40% penderita stroke yang masih dapat sembuh secara sempurna asalkan ditangani
dalam jangka waktu 6 jam atau kurang dari itu. Hal ini penting agar penderita tidak mengalami kecacatan.
Kalaupun ada gejala sisa seperti jalannya pincang atau berbicaranya pelo, namun gejala sisa ini masih bisa
disembuhkan.
Sayangnya, sebagian besar penderita stroke baru datang ke rumah sakit 48-72 jam setelah terjadinya
serangan. Bila demikian, tindakan yang perlu dilakukan adalah pemulihan. Tindakan pemulihan ini penting
untuk mengurangi komplikasi akibat stroke dan berupaya mengembalikan keadaan penderita kembali normal
seperti sebelum serangan stroke.
Upaya untuk memulihkan kondisi kesehatan penderita stroke sebaiknya dilakukan secepat mungkin,
idealnya dimulai 4-5 hari setelah kondisi pasien stabil. Tiap pasien membutuhkan penanganan yang berbeda-
beda, tergantung dari kebutuhan pasien. Proses ini membutuhkan waktu sekitar 6-12 bulan.
47
4. KEWAJIBAN SUAMI TERHADAP ISTRI
Nas-nas Al Quran dan hadis:
1. Allah Taala berfirman, yang bermaksud: "Dan gaulilah mereka (isteri-isterimu) dengan cara
sebaik-baiknya." (An Nisa 19)
2. Dan Allah berfirman lagi: 'Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajiban
menurut cara yang baik akan tetapi para suami mempunyai satu tingkatan kelebihan atas
isterinya." (Al Baqarah : 228)
3. Diceritakan dari Nabi SAW bahwa baginda bersabda pada waktu haji widak (perpisahan) setelah
baginda memuji Allah dan menyanjung-Nya serta menasehati para hadirin yang maksudnya:
'Ingatlah (hai kaumku), terimalah pesanku untuk berbuat baik kepada para isteri, isteri-isteri itu
hanyalah dapat diumpamakan tawanan yang berada di sampingmu, kamu tidak dapat memiliki
apa-apa dari mereka selain berbuat baik, kecuali kalau isteri-isteri itu melakukan perbuatan
yang keji yang jelas (membangkang atau tidak taat) maka tinggalkanlah mereka sendirian di
tempat tidur dan pukullah mereka dengan pukulan yang tidak melukai. Kalau isteri-isteri itu
taat kepadamu maka janganlah kamu mencari jalan untuk menyusahkan mereka.
Ingatlah! Sesungguhnya kamu mempunyai kewajiban terhadap isteri-isterimu dan sesungguhnya
isteri-isterimu itu mempunyai kewajiban-kewajiban terhadap dirimu. Kemudian kewajiban
isteri-isteri terhadap dirimu ialah mereka tidak boleh mengijinkan masuk ke rumahmu orang
yang kamu benci. Ingatlah! Kewajiban terhadap mereka ialah bahwa kamu melayani mereka
dengan baik dalam soal pakaian dan makanan mereka.
(Riwayat Tarmizi dan Ibnu Majah)
4. Rasulullah SAW bersabda yang bermaksud: "Kewajiban seorang suami terhadap isterinya ialah
suami harus memberi makan kepadanya jika ia makan dan memberi pakaian kepadanya jika ia
berpakaian dan tidak boleh memukul mukanya dan tidak boleh memperolokkan dia dan juga
tidak boleh meninggalkannya kecuali dalam tempat tidur (ketika isteri membangkang)."
(Riwayat Abu Daud)
5. Nabi SAW bersabda yang bermaksud: "Siapa saja seorang laki-laki yang menikahi perempuan
dengan mas kawin sedikit atau banyak sedangkan dalam hatinya ia berniat untuk tidak
memberikan hak perempuan tersebut (mas kawinnya) kepadanya. maka ia telah menipunya,
kemudian jika ia meninggal dunia, sedang ia belum memberi hak perempuan tadi kepadanya
maka ia akan menjumpai Allah pada hari Kiamat nanti dalam keadaan berzina."
6. Nabi SAW bersabda yang bermaksud "Sesungguhnya yang termasuk golongan mukmin yang
paling sempurna imannya ialah mereka yang baik budi pekertinya dan mereka yang lebih halus
dalam mempergauli keluarganya (isteri anak-anak dan kaum kerabatnya). "
7. Nabi SAW bersabda yang bermaksud : "Orang-orang yang terbaik dari kamu sekalian ialah
mereka yang lebih baik dari kamu dalam mempergauli keluarganya dan saya adalah orang
yang terbaik dari kamu sekalian dalam mempergauli keluargaku." (Riwayat lbnu Asakir)
8. Diceritakan dari Nabi SAW bahwa baginda bersabda yang bermaksud:
"Barang siapa yang sabar atas budi pekerti isterinya yang buruk, maka Allah memberinya
pahala sama dengan pahala yang diberikan kepada Nabi Ayub a.s karena sabar atas cobaan-
Nya." ( Cobaan ke atas Nabi Ayub ada empat hal: Habis harta bendanya., Meninggal dunia
semua anaknya., Hancur badannya., Dijauhi oleh manusia kecuali isterinya benama Rahmah )
" Dan seorang isteri yang sabar atas budi pekerti suaminya yang buruk akan diberi oleh Allah
pahala sama dengan pahala Asiah isteri Firaun".
9. Al Habib Abdullah Al Haddad berkata: "seorang laki-laki yang sempurna adalah dia yang
mempermudah dalam kewajiban-kewajiban kepadanya dan tidak mempermudah dalam
kewajiban-kewajibannya kepada Allah. Dan seorang laki-laki yang kurang ialah dia yang
bersifat sebaliknya." Maksud dan penjelasan ini ialah seorang suami yang bersikap sudi
memaafkan jika isterinya tidak menghias dirinya dan tidak melayaninya dengan sempurna dan
lain-lain tetapi ia bersikap tegas jika isterinya tidak melakukan sholat atau puasa dan lain-lain,
itulah suami yang sempurna. Dan seorang suami yang bersikap keras jika isterinya tidak
menghias dirinya atau tidak melayaninya dengan sempurna dan lain-lain tetapi bersikap acuh tak
48
acuh (dingin) jika isteri meninggalkan kewajiban-kewajiban kepada Allah seperti sholat, puasa
dan lain-lain, dia seorang suami yang kurang.
10. Dianjurkan bagi seorang suami memperhatikan isterinya (dan mengingatkannya dengan nada
yang lembut/halus) dan menafkahinya sesuai kemampuannya dan berlaku tabah (jika disakiti
oleh isterinya) dan bersikap halus kepadanya dan mengarahkannya ke jalan yang baik dan
mengajamya hukum-hukum agama yang perlu diketahui olehnya seperti bersuci, haid dan
ibadah-ibadah yang wajib atau yang sunat.
11. Allah Taala berfirman yang bermaksud: 'Hai orang-orang yang beriman! Jagalah dirimu dan
ahli keluargamu dari api Neraka." (At Tahrim : 6)
Ibnu Abbas berkata:
"Berilah pengetahuan agama kepada mereka dan berilah pelajaran budi pekerti yang bagus
kepada mereka."
Dan Ibnu Umar dari Nabi SAW bahwa baginda bersabda: 'Tiap-tiap kamu adalah pemimpin dan
bertanggung jawab atas yang dipimpinnya. Seorang imam yang memimpin manusia adalah
pemimpin dan ia bertanggung jawab at,is rakyatnya. Seorang suami adalah pemimpin dalam
mengurusi ahli keluarganya. Ia bertanggung jawab atas yang dipimpinnya. Seorang isteri
adalah pemimpin dalam rumah tangganya dan bertanggung jawab alas keluarganya. Seorang
hamba adalah pemimpin dalam mengurus harta tuannya, ia bertanggung jawab atas
peliharaannya. Seorang laki-laki itu adalah pemimpin dalam mengurusi harta ayahnya, ia
bertanggung jawab atas peliharaannya. Jadi setiap kamu sekalian adalah pemimpin dan setiap
kamu harus bertanggung jawab alas yang dipimpinnya." (Muttafaq 'alai )
12. Nabi SAW bersabda yang bermaksud: "Takutlah kepada Allah dalam memimpin isteri-istrimu ,
karena sesungguhnya mereka adalah amanah yang berada disampingmu, barangsiapa tidak
memerintahkan sholat kepada isterinya dan tidak mengajarkan agama kepadanya, maka ia telah
berkhianat kepada Allah dan Rasul-Nya."
13. Allah Taala berfirman yang bermaksud: "Perintahkanlah keluargamu agar melakukan sholat."
(Thaha:132)
14. Diceritakan dan Nabi SAW bahwa baginda bersabda yang bermaksud: "Tidak ada seseorang
yang menjumpai Allah swt dengan membawa dosa yang lebih besar daripada seorang suami
yang tidak sanggup mendidik keluarganya."
KESIMPULAN TANGGUNG JAWAB SUAMI
1. Menjadi pemimpin anak isteri di dalam rumah tangga.
2. Mengajarkan ilmu fardhu 'ain (wajib) kepada anak isteri yaitu ilmu tauhid, fiqih dan tasawuf.
Ilmu tauhiddiajarkan supaya aqidahnya sesuai dengan aqidah Ahli Sunnah wal Jamaah.
Ilmu fiqih diajarkan supaya segala ibadahnya sesuai dengan kehendak agama.
Ilmu tasawuf diajarkan supaya mereka ikhlas dalam beramal dan dapat menjaga segala
amalannya daripada dirusakkan oleh rasa riya' (pamer), bangga, menunjuk-nunjuk orang lain
dan lain-lain.
3. Memberi makan, minum, pakaian dan tempat tinggal dari uang dan usaha yang halal.
Ada ulama berkata: 'Sekali memberi pakaian anak isteri yang menyukakan hati mereka dan
halal maka suami mendapat pahala selama 70 tahun."
Tidak menzalimi anak isteri yaitu dengan:
1. Memberikan pendidikan agama yang sempurna.
2. Memberikan nafkah lahir dan batin secukupnya.
3. Memberi nasihat serta menegur dan memberi panduan/ petunjuk jika melakukan maksiat atau
kesalahan.
4. Apabila memukul jangan sampai melukakan (melampaui batas).
4. Memberi nasihat jika isteri gemar bergunjing/bergosip, mengomel serta melakukan sesuatu yang
bertentangan dengan perintah agama.
5. Melayani isteri dengan sebaik-baik pergaulan.
49
6. Berbicara dengan isteri dengan lemah-lembut.
7. Memaafkan keterlanjurannya tetapi sangat memperhatikan kesesuaian tingkah lakunya dengan
syariat.
8. Kurangkan perdebatan.
9. Memelihara harga diri / kehormatan mereka.
DEFINISI NAFKAH Secara bahasa ةقفنلا (nafkah) artinya sesuatu yang dibelanjakan sehingga habis tidak tersisa
Sedangkan secara istilah syari’at artinya; mencukupi kebutuhan siapapun yang ditanggungnya, baik
berupa makanan, minuman pakaian, atau tempat tinggal[1].
KEWAJIBAN MEMBERI NAFKAH
1. Kewajiban menafkahi sebab pernikahan Seorang laki- laki jika menikahi seorang wanita, maka wajib baginya memberinya nafkah, hal ini
didasari oleh beberapa hal:
- Allah berfirman: ‘’Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya dengan
cara yang ma’ruf.’’ (QS.Al-Baqarah 228)
Ibnu Katsir berkata,’’maksudnya, para istri mempunyai hak diberi nafkah oleh suaminya yang
seimbang dengan hak suami yang diberikan oleh istrinya, maka hendaklah masing- masing
menunaikan kewajibannya dengan cara yang makruf, dan hal itu mencakup kewajiban suami memberi
nafkah istrinya, sebagaimana hak- hak lainnya .’’ (Tafsir al-Qur’anil Adhim 1/272)
- Rasulullah bersabda; ‘’Dan mereka (para istri) mempunyai hak diberi rizki dan pakaian (nafkah)
yang diwajibkan atas kamu sekalian (wahai para suami).’’ (HR. Muslim 2137).
- Para ulama bersepakat atas kewajiban seorang suami memberi nafkah istrinya, seperti yang
dikatakan oleh Ibnul Mundzir, Ibnu Hazm, Ibnu Qudamah dan lainnya[2]
Catatan: Tidak menjadi suatu kewajiban seorang suami, jika sang istri menolak, atau keluarga wanita
tersebut menghalangi sang suami untuk mendekati dan berhubungan dengan istrinya, hal itu lantaran
kewajiban suami memberi nafkah sebagai timbal- balik dari manfaat yang diberikan sang istri[3].
:: Kadar besaran nafkah Para fuqoha (ahli fiqih) bersepakat bahwa ukuran yang wajib diberikan sebagai nafkah adalah yang
makruf/ yang patut atau wajar, sedangkan mayoritas pengikut madzhab Hanafi, Maliki, dan Hambali,
mereka membatasi yang wajib adalah yang sekiranya cukup untuk kebutuhan sehari- hari, dan
kecukupan itu berbeda- beda menurut perbedaan kondisi suami dan istri, kemudian hakim-lah yang
memutuskan perkara jika ada perselisihan[4]. Hal ini dedasari oleh firman Allah;
‘’Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara ma’ruf, Seseorang
tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya.’’ (QS.al-Baqarah 233)
Kadar nafkah untuk kecukupan keluarga dalam kehidupan sehari- hari dengan cara yang wajar telah
ditegaskan oleh Rasulullah, ketika Hindun bintu Itbah melaporkan yang suaminya yang sangat kikir,
beliau bersabda; ‘’Ambil-lah nafkah yang cukup untukmu dan anak- anakmu dengan cara yang
wajar.’’ (HR.Bukhori 4945)
:: Besaran nafkah tergantung kondisi suami atau istri? Para ulama berbeda pendapat tentang besaran nafkah yang harus diberikan suami kepada istrinya[5];
Pendapat pertama: Besaran nafkah harus dilihat kondisi sang istri, ini adalah madzhab maliki,
berdasarkan firman Allah;
50
‘’Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara ma’ruf, Seseorang
tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya.’’ (QS.al-Baqarah 233)
Pendapat kedua: besaran nafkah harus dilihat kondisi sang suami, ini adalah riwayat madzhab hanafi
dan Syafii yang lebih terkenal, dan hal ini didasari oleh firman-Nya;
‘’Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut kemampuannya. Dan orang yang
disempitkan rezekinya hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya. Allah
tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan sekedar apa yang Allah berikan
kepadanya.’’(QS. ath-Thalaq [65]: 7)
Pendapat ke tiga: besaran nafkah ditentukan menurut kondisi keduanya (suami istri), ini adalah
madzhab Hanbali dan demikianlah yang difatwakan oleh segenap ulama madzhab Hanafi ,
dan pendapat inilah yang lebih benar karena dengannya terkumpul semua dalil diatas[6] (dalil
pendapat pertama dan ke dua).
:: Waktu wajib memberi nafkah Pada dasarnya seorang suami wajib memberikan nafkah kepada istrinya pada permulaan pagi setiap
harinya, karena saat itulah kebutuhan nafkah (makanan dan minuman) mulai terasa, akan tetapi jika
keduanya sepakat untuk menunda atau memajukannya, seperti setiap akhir pekan atau setiap awal
bulan atau akhirnya dan semisalnya (karena suatu kemaslahatan), maka itu dibolehkan sebab nafkah
hanyalah hak dan kewajiban suami istri[7]
:: Kewajiban menempatkan istri di rumah yang layak Wajib bagi seorang suami untuk memenuhi kebutuhan tempat tinggal istrinya dengan layak , hal ini
telah disepakati oleh para ulama, sebagaimana firman- Allah: ‘’Dan bergaullah dengan mereka
secara patut.’’ (QS.An-Nisa’ 19)
Keterangan: termasuk mempergauli istri dengan cara yang patut adalah menempatkan istri dirumah
yang patut/layak baginya, sebab istri membutuhkan tempat tinggal yang dapat dipakai beristirahat,
bersenang- senang dengan suaminya dan menutupi auratnya dari pandangan manusia, serta untuk
menjaga hartanya, hanyasaja tempat tinggalnya disesuaikan dengan kemampuan sang suami, sebab
Allah berfirman;
‘’Tempatkanlah mereka (para isteri) di mana kamu bertempat tinggal menurut kemampuanmu.’’
(QS.At-Thalaq 6)
:: Suami memenuhi kebutuhan istri sesuai ‘urf/adat setempat Jika suami mampu (lihat QS.At-Thalaq 6 di atas), maka wajib baginya memenuhi kebutuhan istrinya
sesuai dengan ‘urf/ adat setempat, (karena hal ini termasuk dalam QS.an-Nisa’ 19). Suatu contoh, jika
adat penduduk setempat makanan sehari- harinya adalah roti, atau jika kebiasaan mereka tidur diatas
kasur dan menggunakan bantal (bukan dilantai atau beralas tikar) maka itulah yang menjadi
kewajiban suami jika ia mampu[8].
:: Haruskah ada pembantu rumah tangga? Tidak ada perselisihan[9] diantara para ulama bahwa seorang istri yang tidak mampu hidup sendiri
kecuali dengan pembantu rumah tangga, baik karena sebab terbiasa hidup berkecukupan, karena sakit
atau sebab lainnya, maka wajib bagi suami jika mampu untuk mendatangkan pembantu rumah tangga
demi membantu istrinya menyelesaikan urusan rumahnya, hal ini termasuk dalan firman-Nya:
‘’Dan bergaullah dengan mereka secara patut.’’ (QS.An-Nisa’ 19)
Dan termasuk mempergauli istri dengan cara yang patut adalah suami memenuhi kebutuhan pokok
sang istri seperti pembantu rumah tangga[10].
:: Wanita yang telah dicerai haruskah dinafkahi ? Wanita yang ditalak suaminya tidak lepas dari dua kondisi,
Pertama: wanita yang dicerai tetapi talaknya masih raj’iy (talak satu atau talak dua) yang masih
dalam masa iddah, maka para ulama sepakat bahwa dia masih berhak nafkah dari suaminya, sebab dia
51
statusnya masih sebagai istri yang sah, dengan bukti selagi belum habis masa iddahnya suami boleh
merujuknya, sebagaimana Allah menyebutnya sebagai suami yang sah dalam firman-Nya;
‘’Dan suami-suaminya berhak merujukinya dalam masa menanti (iddah) itu, jika mereka (para
suami) menghendaki ishlah/ perbaikan.’’ (QS.Al-Baqarah 228)
Ke dua: wanita yang dicerai suaminya dengan talak ba’in sughro (talak satu atau dua) dan telah habis
masa iddah, atau talak ba’in kubro (talak tiga).
Kondisi kedua ini terbagi menjadi dua keadaan;
- Jika wanita tersebut dalam kondisi hamil maka para ulama sepakat dia berhak mendapatkan nafkah
dari mantan suaminya karena nafkah tersebut buat sang janin milik ayahnya, Allah berfirman;
‘’Dan jika mereka (isteri-isteri yang sudah ditalaq) itu sedang hamil, maka berikanlah kepada
mereka nafkahnya hingga mereka bersalin.’’ (QS.at-Thalaq 6)
- Tetapi jika wanita (yang ditalak ba’in) tersebut tidak hamil, maka para ulama berbeda pendapat
tentang kewajiban nafkah atas mantan suaminya, dan pendapat yang kuat adalah tidak ada kewajiban
bagi mantan suami untuk menafkahi wanita yang telah ditalak ba’in[11], hal ini didasari oleh sebuah
hadits dari Fathimah binti Qois dari Rasulullah, beliau bersabda tentang wanita yang ditalak ba’in;
‘’Tidak ada hak tempat tinggal dan nafkah baginya.’’ (HR.Muslim 2717)
:: Gugur kewajiban menafkahi istri yang durhaka Nusyuz (زوشنلا ) dalam kata lain durhaka, adalah sebab gugurnya kewajiban suami terhadap istrinya
dalam hal nafkah, apabila istri durhaka, tidak menaati suaminya dan tidak menuruti keinginan
suaminya dalam hal yang bukan kemaksiatan, maka gugurlah kewajiban suami untuk memberi nafkah
istrinya sampai sang istri kembali ta’at kepada suaminya.[12]
:: Kapan istri boleh mengambil harta suami tanpa izin? Jika suami tidak memenuhi kebutuhan istri baik makanan, minuman, atau pakaian, padahal ia mampu,
maka boleh bagi sang istri mengambil harta suaminya tanpa mendapat izin darinya, tetapi yang
diambil hanya sekedar nafkah yang cukup buat keluarga dengan secara patut tidak boleh berlebihan,
hal ini didasari oleh sebuah hadits dari Aisyah beliau berkata;
Bahwasanya Hindun bintu ‘Itbah berkata,’’Wahai Rasulullah sesungguhnya Abu Sufyan adalah
orang yang kikir, dia tidak memberi nafkah yang cukup buat aku dan anak- anakku, kecuali aku harus
mengambilnya sedangkan dia tidak tahu,’’ maka (Rasulullah) mengatakan,’’ambillah apa yang cukup
buatmu dan anak- anakmu dengan cara yang patut.’’ (HR.Bukhori 4945)
:: Sikap istri Jika suami tidak mampu menafkahi Jika suami tidak mampu menafkahi istrinya maka para ulama berbeda pendapat tentang boleh dan
tidaknya istri menuntut perpisahan dengan suaminya;
Pendapat pertama: istri tidak berhak menuntut perpisahan dengan suaminya, tetapi harus bersabar
dan suami harus berusaha semaksimal mungkin walaupun harus berhutang[13]. Hal ini didasari oleh
firman Allah;
‘’Dan jika (orang yang berhutang itu) dalam kesukaran, maka berilah tangguh sampai dia
berkelapangan.’’ (QS.Al-Baqarah 280)
Pendapat ke dua: istri berhak memilih antara bersabar dan menunggu usaha suaminya, atau
menuntut perpisahan dengan suaminya[14], hal ini didasari oleh firman Allah;
‘’(Seorang Suami) boleh menahan/ rujuk dengan cara yang ma’ruf atau menceraikan (istrinya)
dengan cara yang baik’’. (QS.al-Baqarah 229)
Ayat di atas menjelaskan bahwa wanita boleh ditahan (tidak dicerai), atau boleh juga dicerai tetapi
keduanya harus dengan cara yang patut/baik, sedangkan menahan istri dalam keadaan kurang nafkah
atau tidak ada nafkahnya, bukan termasuk menahan istri dengan cara yang patut, sehingga boleh bagi
sang istri memilih.
52
Pendapat yang kuat: Pendapat kedua ini yang lebih mendekati kebenaran, dan dikuatkan oleh
beberapa hal:
- Ada sebuah hadits dari Abu Hurairah, beliau berkata Rasulullah bersabda tentang kewajiban suami
menafkahi istrinya;
‘’Mulailah (memberi nafkah) kepada orang yang menjadi tanggunganmu, (kalau tidak) maka istrimu
akan mengatakan, nafkahilah aku atau ceraikan aku.’’ (HR.Bukhori 4936)
- Berkata Ibnul Mundzir,’’Telah sah bahwa Umar bn Khotob memerintahkan para tentara (yang
bepergian) untuk tetap memberi nafkah, kalau tidak maka harus menceraikan istrinya.[15]
2. Kewajiban menafkahi sebab hubungan kerabat Kewajiban menafkahi tidak hanya kepada istri, tetapi kepada para kerabat juga wajib (jika terpenuhi
syarat- syaratnya), seperti menafkahi anak- anaknya, atau orang tuanya, hal ini didasari oleh beberapa
dalal, diantaranya;
-Seperti Firman Allah tentang kewajiban seorang ayah menafkahi istri yang telah dicerai dalam
keadaan hamil, dan nafkah tersebut adalah untuk sang anak;
‘’Dan jika mereka (isteri-isteri yang sudah ditalaq) itu sedang hamil, maka berikanlah kepada
mereka nafkahnya hingga mereka bersalin.’’ (QS.at-Thalaq 6)
Lebih diperjelas kewajiban seorang ayah memberi nafkah kepada anak- anaknya, dalam hadits kisah
Hindun bintu Itbah diatas (HR.Bukhori 4945)
- Adapun kewajiban seseorang menafkahi orang tua dan kerabatnya, maka ditunjukkan oleh
keumuman ayat- ayat al-Qur’an tentang perintah berbakti kepada orang tua (seperti firman Allah
QS.al-Isra’ 23, dan 26) dan kebih jelas lagi seperti dalam hadits;
ووووو ووو ووو ووو : وووو ووووو وو ووووو ووووو ووووو
‘’Mulailah (memberi nafkah) kepada orang yang menjadi tanggunganmu, Ibumu, ayahmu,
saudarimu, saudaramu, dan seterusnya.’’[16]
:: Menafkahi kerabat menjadi wajib jika terpenuhi syaratnya Kewajiban menafkahi para kerabat menjadi wajib jika terpenuhi syarat- syaratnya, diantaranya:
- Jika kerabat tersebut (orang tua, saudara dan lainnya) dalam keadaan faqir/ miskin tidak mampu
menafkahi diri mereka sendiri, dan tidak ada orang lain yang menafkahi mereka. Tetapi jika mereka
mampu, atau ada orang lain menafkahi mereka, maka gugurlah kewajiban ini.
- Jika seseorang mempunyai kelebihan setelah menafkahi diri dan yang ditanggugngnya, Rasulullah
bersabda;
‘’Mulailah menafkahi dirimu sendiri, jika tersisa, maka untuk anggota keluargamu, jika tersisa, maka
untuk kerabat dekatmu.’’ (HR.Muslim 1663)
Catatan; Adapun kadar besaran nafkah kepada kerabat adalah sama dengan kadar besaran nafkah
kepada ustri yaitu mencukupi kebutuhan mereka dengan cara yang patut sesuai kemampuan.[17]
3. Kewajiban menafkahi budak [miliknya, -ed]
Budak yang dimiliki tuannya juga wajib dinafkahi, sebagaimana keumuman ayat- ayat al-Qur’an yang
memerintahkan kita untuk selalu berbuat baik kepada budak (seperti QS.an-Nisa’ 36) dan seperti
dalam sebuah hadits Rosululloh mengatakan tentang para budak;
53
‘’Mereka adalah saudaramu yang Alloh kuasakan kepadamu, maka berilah makan dengan apa yang
kamu makan, berilah pakaian dengan apa yang kamu kenakan, dan jangan membebani mereka
dengan apa yang mereka tidak mampu, dan jika kamu membebani mereka, maka bantulah
mereka.’’(HR.Muslim 3139)
4. Kewajiban Menafkahi binatang piaraan Jika seseorang memelihara binatang, maka wajib baginya untuk menafkahinya berupa member
makanan yang layak, minuman jika dibutuhkan, merawat serta menjaganya dengan baik, hal ini telah
disepakati oleh para fuqoha’[18], kewajiban ini didasari oleh sebuah hadits dari Ibnu Umar berkata
bersabda Rasulullah;
‘’Seorang wanita disiksa dalam neraka sebab mengurung seekor kucing sampai mati, dia tidak
memberinya makan, tidak memberinya minuman, dan dia tidak melepaskannya supaya makan
apayang tumbuh dibumi.’’ (HR.Bukhori 3223, dan Muslim 4160)
Berkata Ibnu Abdil Bar,’’dalam hadits ini terdapat dalil yang menunjukkan wajibnya member nafkah
binatang piaraan, dan tidak ada perbedaan ulama tentang ini.’’[19] Wallahu A’lam.
DAFTAR PUSTAKA
1. Kelompok studi serebrovaskuler & Neurogeriatri, PERDOSSI : Konsensus Nasional Pengelolaan Stroke di
Indonesia, Jakarta, 1999.
2. Kelompok studi serebrovaskuler & Neurogeriatri, PERDOSSI : Guideline Stroke 2000 Seri Pertama,
Jakarta, Mei 2000.
3. National Institute of Neurological Disorders and Stroke: Classification of cerebrovascular disease III.
Stroke 1990, 21: 637-76.
4. World Health Organizations: Stroke 1989. Recommendations on stroke prevention, diagnosis anf therapy.
Stroke 1989, 20: 1407-31.
5. Toole J.F.: Cerebrovascular disorder. 4th edition, Raven Press, New York, 1990.
6. Pusinelli W.: Pathophysiology of acute ischemic stroke. Lancet 1992, 339: 533-6.
7. Sandercock P, Huub W, Peter S.: Medical Treatment of acute ischemic stroke. Lancet 1992, 339: 537-9.
8. CP Warlow, MS Dennis, J Van Gijn, GJ Hankey, PAG Ssandercock, JH Bamford, Wardlaw. Stroke.A
practical guide to management. Specific treatment of acute ischaemic stroke Excell Typesetters Co
Hongkong, 1996; 11; 385 – 429.,
9. Widjaja D. Highlight of Stroke Management. Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan, Surabaya 2002.
10. Gilroy J. Basic Neurology. Third Edition. Mc Graw Hill. New York, 2000 ; 225 -306
11. Hinton RC. Stroke, in Samuel MA Manual of Neurologic Therapeutics. Fifth Edition. Litle Brown and
Company Ney York 1995 ; 207 –24.
12. Feigin V. Stroke Panduan bergambar tentang pencegahan dan pemulihan stroke (terjemahan). cetakan
kedua. PT Buana Ilmu Populer. Jakarta. 2006
13. Adam HP, Del Zoppo GJ, Kummer RV. Management of stroke. 2nd
Ed, Professional communications inc
New York, 2002