manbi abb
DESCRIPTION
Manbi ABBTRANSCRIPT
Sistem pembiayaan (costing system) secara umum terbagi menjadi dua
tipe, yaitu sistem akuntansi biaya konvensional. Sistem akuntansi biaya
konvensional menggunakan unit / kuantitas produk yang dihasilkan sebagai
dasar pembebanan. Metode pembebanan semacam ini sering disebut juga Unit
Based System. Pada sistem ini biaya-biaya yang timbul dicatat, dikumpulkan,
dan dikendalikan berdasar atas elemen-elemennya ke dalam pusat-pusat
pertanggungjawaban. Dengan cara semacam ini maka biaya-biaya produksi
juga ditentukan menurut banyaknya sumber daya yang diserap oleh masing-
masing pusat biaya. Ada dua metode yang digunakan untuk menghitung harga
pokok produk yaitu sebagai berikut :
1. Metode Harga Pokok Penuh (Full Costing)
Metode harga pokok penuh merupakan metode penentuan harga pokok
produksi yang memperhitungkan semua unsur biaya produksi ke dalam harga
pokok produk yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung,
dan biaya overhead pabrik, baik yang bersifat tetap maupun variabel. Metode
harga pokok penuh ditujukan untuk memenuhi kepentingan pihak eksternal
perusahaan.
2.Metode Harga Pokok Variabel (Variable Costing)
Metode harga pokok variabel merupakan metode penentuan harga
pokok produksi yang hanya mempehitungkan biaya produksi yang bersifat
variabel ke dalam harga pokok produksi. Biaya tersebut meliputi biaya bahan
baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik variabel.
Metode harga pokok variabel ini lebih ditujukan untuk memenuhi kepentingan
pihak internal.
Lingkungan teknologi manufaktur maju memerlukan sistem informasi
akuntansi yang dirancang untuk mengelola aktivitas dan mempertahankan
keunggulan bersaing. Sistem tersebut dinamakan akuntansi aktivitas (Activity
Accounting) atau disebut pula Activity Based Costing System (ABC System).
Sistem ini juga dapat digunakan untuk menilai kinerja dengan cara-cara yang
baru. Dalam ABC System, aktivitas dianggap sebagai penyebab timbulnya
1
biaya produksi. Namun lebih dari itu, ABC System juga menekankan pada
aspek perencanaan, pengendalian, dan pengambilan keputusan oleh manajer.
Activity Based Costing System timbul sebagai akibat dari kebutuhan
manajemen akan informasi akuntansi yang mampu mencerminkan konsumsi
sumber daya dalam berbagai aktivitas untuk menghasilkan produk. Kebutuhan
akan informasi biaya yang akurat tersebut disebabkan oleh hal-hal sebagai
berikut:
1. Persaingan global (Global Competition) yang dihadapi perusahaan
manufaktur memaksa manajemen untuk mencari berbagai
alternatif pembuatan produk yang cost effective.
2. Penggunaan teknologi maju dalam pembuatan produk menyebabkan
proporsi biaya overhead pabrik dalam product cost menjadi
dominan.
3. Untuk dapat memenangkan persaingan dalam kompetisi global,
perusahaan manufaktur harus menerapkan market–driven strategy.
4. Market–driven strategy menuntut manajemen untuk inovatif.
5. Pemanfaatan teknologi komputer dalam pengolahan data akuntansi
memungkinkan dilakukannya pengolahan berbagai informasi biaya
yang sangat bermanfaat dengan cukup akurat.
Manfaat sistem biaya Activity-Based Costing (ABC) bagi pihak manajemen
perusahaan adalah :
1. Suatu pengkajian sistem biaya ABC dapat meyakinkan pihak
manajemen bahwa mereka harus mengambil sejumlah langkah
untuk menjadi lebih kompetitif. Sebagai hasilnya, mereka dapat
berusaha untuk meningkatkan mutu sambil secara simultan fokus
pada pengurangan biaya yang memungkinkan. Analisis biaya ini
dapat menyoroti bagaimana benar-benar mahalnya proses
manufakturing, hal ini pada gilirannya dapat memacu aktivitas
2
untuk mengorganisasi proses, memperbaiki mutu, dan mengurangi
biaya.
2. Pihak manajemen akan berada dalam suatu posisi untuk melakukan
penawaran kompetitif yang lebih wajar.
3. Sistem biaya ABC dapat membantu dalam pengambilan keputusan
(management decision making) membuat-membeli yang
manajemen harus lakukan, disamping itu dengan penentuan biaya
yang lebih akurat maka maka keputusan yang akan diambil oleh
phak manajemen akan lebih baik dan tepat. Hal ini didasarkan
bahwa dengan akurasi perhitungan biaya produk yang menjadi
sangat penting dalam iklim kompetisi dewasa ini.
4. Mendukung perbaikan yang berkesinambungan (continuous
improvement), melalui analisa aktivitas, sistem ABC
memungkinkan tindakan eleminasi atau perbaikan terhadap
aktivitas yang tidak bernilai tambah atau kurang efisien. Hal ini
berkaitan erat dengan masalah produktivitas perusahaan.
5. Memudahkan penentuan biaya-biaya yang kurang relevan (cost
reduction), pada sistem tradisional, banyak biaya-biaya yang
kurang relevan yang tersembunyi. Sistem ABC yang transparan
menyebabkan sumber-sumber biaya tersebut dapat diketahui dan
dieliminasi.
6. Dengan analisis biaya yang diperbaiki, piliak manajemen dapat
melakukan analisis yang lebih akurat mengenai volume produksi
yang diperlukan untuk mencapai impas (break even) atas produk
yang bervolume rendah.
Beberapa keunggulan dari sistem biaya Activity Based Costing (ABC)
dalam penentuan biaya produksi adalah sebagai berikut :
3
a. Biaya produk yang lebih realistis, khususnya pada industri manufaktur
teknologi tinggi dimana biaya overhead adalah merupakan proporsi
yang signifikan dari total biaya.
b. Semakin banyak overhead dapat ditelusuri ke produk. Dalam pabrik
yang modem, terdapat sejumlah aktivitas non lantai pabrik yang
berkembang. Analisis sistem biaya ABC itu sendiri memberi
perhatian pada semua aktivitas sehingga biaya aktivitas yang non
lantai pabrik dapat ditelusuri.
c. Sistem biaya ABC mengakui bahwa aktivitaslah yang menyebabkan
biaya (activities cause cost) bukanlah produk, dan produklah yang
mengkonsumsi aktivitas.
d. Sistem biaya ABC memfokuskan perhatian pada sifat riil dari perilaku
biaya dan membantu dalam mengurangi biaya dan mengidentifikasi
aktivitas yang tidak menambah nilai terhadap produk.
e. Sistem biaya ABC mengakui kompleksitas dari diversitas produksi
yang modem dengan menggunakan banyak pemacu biaya (multiple
cost drivers), banyak dari pemacu biaya tersebut adalah berbasis
transaksi (transaction-based) dari pada berbasis volume produk.
f. Sistem biaya ABC memberikan suatu indikasi yang dapat diandalkan
dari biaya produk variabel jangka panjang (long run variabel product
cost) yang relevan terhadap pengambilan keputusan yang strategik.
g. Sistem biaya ABC cukup fleksibel untuk menelusuri biaya ke proses,
pelanggan, area tanggungjawab manajerial, dan juga biaya produk.
Suatu temuan yang konsisten dari buku akuntansi biaya tradisional
adalah ketidaktepatan dalam menggunakan informasi biaya untuk
menjalankan suatu pabrik manufakturing. Hal ini berbeda dengan sistem biaya
ABC yang memberikan informasi biaya yang lebih akurat. Sistem biaya ABC
menelusuri biaya produksi tidak langsung ke unit, batch, lintasan produk, dan
4
seluruh fasilitas berdasarkan aktivitas tiap level. Metode penentuan biaya ini
menghasilkan biaya akhir produk yang lebih akurat dan lebih realistis.
Beberapa perbandingan antara sistem biaya tradisional dan sistem
biaya Activity-Based Costing (ABC) yang dikemukakan oleh Amin Widjaya
dalam bukunya “Activity-Based Costing untuk manufakturing dan pemasaran”,
adalah sebagai berikut:
1.Sistem biaya ABC menggunakan aktivitas-aktivitas sebagai pemacu
biaya (cost driver) untuk menentukan seberapa besar konsumsi
overhead dari setiap produk. Sedangkan sistem biaya tradisional
mengalokasikan biaya overhead secara arbitrer berdasarkan satu
atau dua basis alokasi yang non representatif.
2. Sistem biaya ABC memfokuskan pada biaya, mutu dan faktor
waktu. Sistem biaya tradisional terfokus pada performansi keuangan
jangka pendek seperti laba. Apabila sistem biaya tradisional
digunakan untuk penentuan harga dan profitabilitas produk, angka-
angkanya tidak dapat diandalkan.
3. Sistem biaya ABC memfokuskan pada biaya, mutu dan faktor
waktu. Sistem biaya ABC memerlukan masukan dari seluruh
departemen persyaratan ini mengarah ke integrasi organisasi yang
lebih baik dan memberikan suatu pandangan fungsional silang
mengenai organisasi.
4. Sistem biaya ABC mempunyai kebutuhan yang jauh lebih kecil
untuk analisis varian dari pada sistem tradisional, karena kelompok
biaya (cost pools) dan pemacu biaya (cost driver) jauh lebih akurat
dan jelas, selain itu ABC dapat menggunakan data biaya historis
pada akhir periode untuk menghilang biaya aktual apabila
kebutuhan muncul.
5. Pada sistem biaya tradisional penentuan tarif suatu produk berdasar
aktivitas level unit (bahan baku dan tenaga kerja). Sedangkan pada
5
ABC System pembebanan biaya overhead berdasarkan aktivitas
berlevel unit maupun non unit sehingga penentuan biaya lebih
akurat karena ditelusuri ke masing-masing produk.
Sistem biaya tradisional mengutamakan satu atau dua pemacu biaya
yang berbasis unit sebagai pembeban biaya sehingga menciptakan biaya
produk yang terdistorsi. Distorsi yang terjadi berupa subsidi silang (cross
subsidy) antar produk, satu produk mengalami kelebihan biaya (overcosting)
dan produk lainnya mengalami kekurangan biaya (undercosting). Tingkat
distorsi yang terjadi tergantung pada proporsi biaya overhead terhadap biaya
produksi total. Semakin besar proporsinya, semakin besar distorsi yang terjadi
demikian juga sebaliknya. Hal inilah yang melandasi dikembangkannya sistem
biaya Activity-Based Costing.
Perkembangan aktivitas berdasarkan pembiayaan (ABC system) pada
awalnya didasari oleh adanya perbaikan kecermatan dalam perhitungan biaya
produk dalam perusahaa manufaktur yang pada umumnya menghasilkan
banyak produk. Permasalahan yang dihadapi oleh perusahaan pada umumnya
adalah bagaimana menghasilkan banyak jenis produk dengan membebankan
biaya overhead pabrik ke produk-produk tersebut. Dalam aplikasi akuntansi
biaya tradisional, konsep volume-related drivers digunakan untuk
membebankan biaya overhead pabrik ke pabrik, sehingga beban biaya produk
yang dihasilkan dari cara pembebanan ini menjadi tidak akurat. Pada sistem
ABC menawarkan dasar pembebanan yang lebih bervariasi, seperti batch-
related drivers, product sustaining drivers dan facility sustaining drivers
untuk membebankan biaya overhead pabrik kepada berbagai jenis produk yan
dihasilkan oleh perusahaan . Dengan berbagai drivers yang sesuai dengan
jenis produk yang dihasilkan maka akuntansi biaya dapat menghasilkan
informasi beban biaya produk yang akurat, sehingga hal ini akan memudahkan
pihak manajemen dalam proses pengambilan keputusan tentang harga jual dan
dalam melakukan analisis profitabilitas setiap jenis produk.
Pada perkembangan selanjutnya, ABC system tidak lagi terbatas
pemanfaatannya hanya untuk menghasilkan informasi beban biaya produk
yang akurat. ABC sistem pada saat ini merupakan konsep yang didefinisikan
6
secara luas sebagai sistem informasi untuk memotivasi individu dalam
melakukan improvement terhadap proses yang digunakan oleh perusahaan
untuk menghasilkan produk/jasa bagi customer. ABC sistem dimanfaatkan
untuk mengatasi kelemahan akuntansi baiaya tradisional yang didesain khusus
untuk perusahaan manufaktur. Jika pada tahap awal perkembanannya, ABC
system hanya difokuskan pada biaya overhead pabrik, sedangkan pada tahap
perkembangan selanjutnya, ABC system diterapkan ke semua biaya, mulai
dari biaya desain, biaya produksi, biaya penjualan, biaya pasca jual, sampai
biaya administrasi dan umum. ABC sistem menggunakan aktivitas sebagai
titik pusat (focal point) untuk mempertanggungjawabkan biaya. Oleh karena
aktivitas tidak hanya dijumpai di perusahaan manufaktur, dan tidak terbatas di
tahap produksi, maka ABC system dapat dimanfaatkan di berbagai jenis
organisasi dan mencakup biaya di luar produksi.
Activity-Based Costing (ABC) telah dikembangkan pada organisasi
sebagai suatu solusi untuk masalah-masalah yang tidak dapat diselesaikan
dengan baik oleh sistem biaya tradisional. Sistem ABC merupakan suatu
sistem yang baru sehingga konsepnya masih dan terus berkembang, sehingga
ada berbagai definisi yang menjelaskan tentang sistem biaya ABC itu sendiri.
Beberapa ahli manajemen biaya memberikan defenisi mengenai sistem biaya
Activity-Based Costing sebagai berikut :
1. Wayne J. Morse, James R. Davis dan A. L. Hartgraves
Dalam bukunya Management Accounting (1991) memberikan
defenisi mengenai Activity-Based Costing (ABC), sebagai sistem
pengalokasian dan pengalokasian kembali biaya ke objek biaya dengan
dasar aktivitas yang menyebabkan biaya. Sistem ABC ini didasarkan pada
pemikiran bahwa aktivitas penyebab biaya dan biaya aktivitas harus
dialokasikan ke objek biaya dengan dasar aktivitas biaya tersebut
dikonsumsikan. Sistem ABC ini menelusuri biaya ke produk sebagai dasar
aktivitas yang digunakan untuk menghasilkan produk tersebut.
2. Ray H. Garrison
7
Dalam bukunya Managerial Accounting (1991) memberikan
definisi mengenai Activity-Based Costing (ABC), sebagai suatu metode
kalkulasi biaya yang menciptakan suatu kelompok biaya untuk setiap
kejadian atau transaksi (aktivitas) dalam suatu organisasi yang berlaku
sebagai pemacu biaya. Biaya overhead kemudian dialokasikan ke produk
dan jasa dengan dasar jumlah dari kejadian atau transaksi produk atau jasa
yang dihasilkan tersebut.
3. Douglas T. Hicks
Dalam bukunya Activity-Based Costing for Small and Mid-sized
Busines An Implementation Guide (1992) memberikan defenisi mengenai
Activity-Based Costing (ABC), sebagai merupakan sebagai suatu konsep
akuntansi biaya yang berdasarkan atas pemikiran bahwa produk
mengkonsumsi aktivitas dan aktivitas yang menimbulkan biaya. Dalam
sistem biaya ABC ini dirancang sedemikian rupa sehingga setiap biaya
yang tidak dapat dialokasikan secara langsung kepada produk, dibebankan
kepada produk berdasarkan aktivitas dan biaya dari setiap aktivitas
kemudian dibebankan kepada produk berdasarkan konsumsi masing-
masing aktivitas tersebut.
4. L. Gayle Rayburn
Dalam bukunya Cost Accounting-Using Cost Management Approach
(1993) memberikan definisi mengenai Activity-Based Costing (ABC),
sebagai suatu sistem yang mengakui bahwa pelaksanaan aktivitas
menimbulkan konsumsi sumber daya yang dicatat sebagai biaya, atau
dengan kata lain bahwa ABC tersebut adalah merupakan pendekatan
kalkulasi biaya yang berbasis pada transaksi. Sistem biaya ABC itu sendiri
adalah mengalokasikan biaya ke transaksi dari aktivitas yang dilaksanakan
dalam suatu organisasi, dan kemudian mengalokasikan biaya tersebut
secara tepat ke produk sesuai dengan pemakaian aktivitas setiap produk.
5. Charles T. Horngren, Gary L. Sundem dan William O. Stratton
8
Dalam bukunya Introduction to Management Accounting (1996)
memberikan defenisi mengenai Activity-Based Costing (ABC), sebagai
suatu sistem yang merupakan pendekatan kalkulasi biaya yang
memfokuskan pada aktivitas sebagai objek biaya yang fundamental istem
ABC ini menggunakan biaya dari aktivitas tersebut sebagai dasar untuk
mengalokasikan biaya keobjek biaya yang lain seperti produk, jasa, atau
pelanggan.
Konsep tentang ABC System berubah sesuai dengan perkembangan
implementasi ABC System itu sendiri. Pada awal perkembangannya, ABC
System dipakai sebagai alat untuk memperbaiki akurasi perhitungan biaya
produk, namun perkembangannya terkini, ABC System telah berkembang
sedemikian rupa sehingga menjadi ”cara baru dalam menjalankan bisnis”.
Tabel 1. menggambarkan mitos dan realitas tentang ABC System dalam
perkembangannya.
Realita Mitos
ABC System merupakan sistem
pencatatan, penggolongan,
peringkasan, penyajian, dan
pengintepretasian informasi biaya.
ABC System merupakan sistem
analisis biaya berbasis aktivitas untuk
memenuhi kebutuhan personel dalam
pengambilan keputusan, baik yang
bersifat strategik dan maupun
operasional
ABC System merupakan sistem
akuntansi dengan perusahaan
manufaktur sebagai modelnya.
ABC System merupakan sistem
informasi biaya yang dapat
diterapkan dalam semua jenis
organisasi-perusahaan manufaktur,
jasa, dan dagang, serta organisasi
sektor publik dan organisasi nirlaba.
ABC System berfokus ke biaya
produksi
ABC System mencakup seluruh
biaya. Dalam perusahaan manufaktur,
9
ABC System mencakup biaya desain
dan pengembangan, biaya produksi,
biaya dukungan intern, biaya
pemasaran, biaya distribusi, biaya
layanan purna jual.
ABC System berfokus ke perhitungan
biaya produk dan cost control
ABC System berfokus ke long-term
strategic cost reduction
ABC System dapat diselenggarakan
secara manual
ABC System hanya akan optimum
hasilnya jika diselesaikan dengan
teknologi infornasi.
ABC System merupakan tanggung
jawab fungsi akuntansi
ABC System mengubah cara
menjalankan bisnis, oleh karena itu
ABC System menjadi tanggung jawab
semua personel, terutama operating
persone
Ada dua keyakinan dasar yang melandasi ABC System :
1. Cost is caused. Biaya ada penyebabnya dan penyebab biaya adalah aktivitas.
Dengan demikian, pemahaman yang mendalam tentang aktivitas yang menjadi
penyebab timbulnya biaya akan menempatkan personal perusahaan pada
posisi yang dapat mempengaruhi biaya. ABC System berangkat dari keyakinan
dasar bahwa sumber daya menyediakan kemampuan untuk melaksanakan
aktivitas, bukan sekedar menyebabkan timbulnya biaya harus dialokasikan.
2. The causes of cost can be managed. Penyebab terjadi biaya (yaitu aktivitas)
dapat dikelola. Melalui pengelolaan terhadap aktivitas yang menjadi penyebab
terjadinya biaya, personel perusahaan dapat mempengaruhi biaya. Pengelolaan
terhadap aktivitas memerlukan berbagai informasi tentang aktivitas.
Dua keyakinan dasar diatas menggambarkan bahwa pengelolaan aktivitas
ditujukan untuk mengarahkan seluruh aktivitas organisasi ke penyediaan
produk/jasa bagi kepentingan pemenuhan kebutuhan costumers. Seluruh yang
10
digunakan untuk menghasilkan produk/jasa dinilai manfaatnya ditinjau dari sudut
pandang costumers. Contoh informasi tentang aktivitas adalah: customers yang
mengkonsumsi keluaran aktivitas, value-and non-value-added activities,
resources driver, activity driver, driver quantity, cycle effectiveness (CE),
capacity resource, budget type (fixed type, variable type, step type).
Meskipun secara teoritis dapat diketahui bahwa ABC System memberikan
banyak manfaat bagi perusahaan, namun tidak semua perusahaan dapat
menerapkan sistem ini. Ada dua hal mendasar yang harus dipenuhi oleh perusahan
yang akan menerapkan ABC System, yaitu :
1. Biaya-biaya berdasar non-unit harus merupakan persentase signifikan dari
biaya overhead. Jika biaya-biaya ini jumlahnya kecil, maka sama sekali tidak
ada masalah dalam pengalokasiannya pada tiap produk.
2. Rasio-rasio konsumsi antara aktivitas-aktivitas berdasar unit dan aktivitas-
aktivitas berdasar unit dan aktivitas-aktivitas berdasar non-unit harus berbeda.
Jika berbagai produk menggunakan semua aktivitas overhead dengan rasio
kira-kira sama, maka tidak ada masalah jika cost driver berdasar unit
digunakan untuk mengalokasikan semua biaya overhead pada setiap produk.
Jika berbagai produk rasio konsumsinya sama, maka sistem konvensional atau
ABC System membebankan overhead pabrik dalam jumlah yang sama. Jadi
perusahaan yang produknya homogen (diversifikasi produknya rendah) dapat
menggunakan sistem konvensional tanpa ada masalah.
Sistem akuntansi biaya tradisional membebankan biaya overhead pabrik
melalui dua tahap pembebanan yaitu pembebanan biaya overhead seperti sistem
akuntansi biaya tradisional. Perbedaan antara kedua metode tersebut terletak pada
dasar pembebanan (cost driver) yang digunakan. Sistem akuntansi biaya
tradisional hanya menggunakan satu dasar pembebanan (cost driver) yaitu unit
produksi, sedangkan ABC System menggunakan lebih dari satu cost driver
sehingga informasi yang dihasilkan juga lebih akurat dan teliti. Tahap-tahap
pembebanan biaya overhead pabrik pada ABC System adalah :
Tahap 1
11
1. Biaya overhead pabrik dibebankan pada aktivitas-aktivitas yang sesuai.
2. Biaya-biaya aktivitas tersebut dikelompokkan dalam beberapa cost pool yang
homogen.
3. Menentukan tarif untuk masing-masing kelompok (cost pool). Tarif dihitung
dengan cara membagi jumlah semua biaya didalam cost pool dengna suatu
ukuran aktivitas yang dilakukan. Tarif pool ini juga berarti biaya per unit
pemacu biaya (cost driver).
Tahap II
Biaya-biaya aktivitas dibebankan ke produk berdasarkan konsumsi atau
permintaan aktivitas oleh masing-masing produk. Jadi pada tahap ini biaya-biaya
tiap pool aktivitas ditelusur ke produk dengan menggunaan tarif pool dan ukuran
besarnya sumber daya yang dikonsumsi oleh tiap produk. Ukuran besarnya
sumber daya tersebut adalah penyederhanaan dari kuantitas pemacu biaya
dikonsumsi oleh tiap produk.
Pada tahap pertama, aktivitas diidentifikasikan, biaya-biaya dibebankan
kepada aktivitas, aktivitas yang berkaitan digabungkan menjadi satu kelompok,
kelompok biaya sejenis dibentuk, dan tarif kelompok dihitung. Pada tahap kedua,
setiap permintaan produk untuk sumber daya kelompok diukur dan biaya-biaya
dibebankan kepada produk dengan menggunakan permintaan ini dan tarif
kelompok yang mewakili. Namun, untuk menghindari kerancuan pada konsep
dasar, kita menghindari setiap pembahasan detail dari beberapa langkah prosedur
tahap pertama. Kita sekarang beralih ke penjelasan yang lebih rinci dari dua
langkah pertama : (1) identifikasi aktivitas dan (2) klasifikasi aktivitas ke dalam
kelompok sejenis. Bagaimana biaya-biaya dibebankan ke aktivitas dibahas dalam
bagian yang berbeda.
Konsep ABC System, bahwa biaya produk ditimbulkan oleh aktivitas, baik
aktivitas yang berkaitan dengan volume produk maupun aktivitas yang tidak
berkaitan dengan volume produk. BOP merupakan biaya yang akan diatribusikan
kepada produk berdasarkan pemicu biaya (cost drivers), bukan berdasarkan
volume produk.
12
Aktivitas merupakan tindakan yang berulang-ulang untuk memenuhi
fungsi bisnis. Setiap aktivitas dapat ditentukan sebagai value added atau non value
added. Kaplan (1991), menyatakan bahwa, sistem manajemen biaya mempunyai
dua sisi pengukuran kinerja, yaitu finansial dan non finansial. Pengukuran kinerja
yang bersifat finansial digunakan untuk pengukuran kinerja periodik dan untuk
penentuan biaya produk yang akurat. Sedangkan pengukuran kinerja non finansial
dapat digunakan untuk mengembangkan dan memperbaiki secara terus menerus
proses produksi dengan mengurangi non value added time. Continuous
improvement ini mengacu pada falsafah pengolahan bernilai tambah (value added
manufacturing), yang mengacu pada kegiatan manufaktur yang terbaik dan
sederhana, sehingga sistem manufaktur menjadi lebih efisien.
Dalam value added manufaturing, pemborosan diartikan secara luas, yaitu
setiap kegiatan dalam pengolahan yang tidak menghasilkan nilai tambah, seperti
inspection time, waiting time dan moving time. Dengan demikian apabila tidak
terdapat pemborosan maka nilai masing-masing inspection time, waiting time dan
moving time sama dengan nol. Non value added dapat disebabkan oleh faktor
yang bersifat sistemik, fisik dan manusiawi, misalnya mesin mempunyai sistem
yang mengharuskan setiap proses produksi harus dalam batch yang besar, tenaga
kerja yang kurang terampil mengakibatkan meningkatnya biaya tenaga kerja.
1.Aktivitas-aktivitas Berlevel Unit
Aktivitas berlevel unit (unit-level activities) adalah aktivitas yang
dikerjakan setiap kali satu unit produk diproduksi, besar kecilnya aktivitas ini
dipengaruhi oleh jumlah unit produk yang diproduksi. Sebagai contoh tenaga
langsung, jam mesin, dan jam listrik (energi) digunakan setiap saat satu unit
produk dihasilkan.
2.Aktivitas-aktivitas Berlevel Batch
Aktivitas-aktivitas berlevel batch adalah aktivitas yang dikerjakan setiap
kali suatu batch produk diproduksi, besar kecilnya aktivitas ini dipengaruhi oleh
jumlah batch produk yang diproduksi. Contoh aktivitas yang termasuk dalam
13
kelompok ini adalah aktivitas setup, aktivitas penjadwalan produksi, aktivitas
pengelolaan bahan (gerakan bahan dan order pembelian), aktivitas inspeksi.
3.Aktivitas-aktivitas Berlevel Produk
Aktivitas-aktivitas berlevel produk adalah aktivitas yang dikerjakan untuk
mendukung berbagai produk yang diproduksi oleh perusahaan. Aktivitas ini
mengkonsumsi masukan untuk mengembangkan produk atau memungkinkan
produk diproduksi dan dijual. Contoh aktivitas yang termasuk dalam kelompok
ini adalah aktivitas penelitian dan pengembangan produk, perekayasaan proses,
spesifikasi produk, perubahan perekayasaan, dan peningkatan produk.
4. Aktivitas Berlevel Fasilitas
Aktivitas berlevel fasilitas adalah meliputi aktivitas untuk menopang proses
pemanufakturan secara umum yang diperlukan untuk menyediakan fasilitas atau
kapasitas pabrik untuk memproduksi produk namun banyak sedikitnya aktivitas
ini tidak berhubungan dengan volume atau bauran produk yang diproduksi.
Contoh aktivitas ini mencakup misalnya : manajemen pabrik, pemeliharaan
bangunan, keamanan, pertamanan, penerangan pabrik, kebersihan, pajak bumi
dan bangunan (PBB), serta depresiasi pabrik.
Cost Pool adalah kelompok biaya yang disebabkan oleh aktivitas yang
bersama dengan satu dasar pembebanan (cost driver). Cost pool digunakan
untuk mempermudah manajemen dalam membebankan biaya-biaya yang
timbul. Cost pool berisi aktivitas yang biayanya memiliki korelasi positif
antara cost driver dengan biaya aktivitas. Tiap-tiap cost pool menampung
biaya-biaya dari transaksi-transaksi yang homogen. Semakin tinggi tingkat
kesamaan aktivitas yang dilaksanakan dalam perusahaan, semakin sedikit cost
pool yang dibutuhkan untuk membebankan biaya-biaya tersebut. Sistem biaya
yang menggunakan beberapa cost pool akan lebih menjelaskan hubungan
sebab-akibat antara biaya yang timbul dengan produk yang dihasilkan.
Cost pool berguna untuk menentukan cost pool rate yang merupakan
tarif biaya overhead pabrik per unit cost driver yang dihitung untuk setiap
14
kelompok aktivitas. Tarif kelompok dihitung dengan rumus total biaya
overhead untuk kelompok aktivitas tertentu dibagi dasar pengukuran aktivitas
kelompok tersebut.
Cost driver atau pemicu biaya digunakan untuk membebankan biaya
aktivitas kepada output yang secara struktural berbeda dengan yang digunakan
dalam sistem biaya konvensional. Atau faktor-faktor penyebab yang
menjelaskan konsumsi overhead. Cost driver merupakan dasar yang
digunakan untuk membebankan biaya yang terkumpul pada cost pool kepada
produk.
Identifikasi cost driver adalah komponen yang penting dalam
pengendalian biaya tak bernilai tambah. Jika kinerja individual dipengaruhi
oleh kemampuannya untuk mengendalikan biaya tak bernilai tambah, maka
pemilihan cost driver dan bagaimana cost driver tersebut digunakan dapat
mempengaruhi perilaku para individu. Jika cost driver biaya untuk biaya setup
yang dipilih adalah waktu setup, maka insentif harus diciptakan bagi pekerja
agar mereka dapat mengurangi waktu setup.
15