manajemen syariah · web viewmanajemen adalah suatu proses mengatur agar apa yang dilakukan bersama...

22
Bagian 3 Manajemen Produksi Berwawasan Islam Manajemen adalah suatu proses mengatur agar apa yang dilakukan bersama dapat efisien, optimal mencapai sasaran. Didalam manajemen selalu terkandung unsur strategis agar dapat efisien, optimal mencapai sasaran. Nilai-nilai trategis itu dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Dalam doanya yang berbunyi sebagai berikut: “Ya Allah, ampuni dosaku terhadap sesuatu yang aku dahulukan, padahal bukan sesuatu yang seharusnya aku dahulukan”. Untuk memahami manajemen itu sendiripun kita harus menggunakan cara yang trategis pula. Biasanya orang melihat manajeman ini langsung didalam sistemnya, agak jarang mereka melihat dari luar sistemnya. Manajemen biasa diperkenalkan oleh para pengajar dengan cara langsung berfokus pada suatu proses. Yaitu proses yang berfokus pada perencanaan, pengorganisasian, pengontrolan dan pengevaluasian. Berawal dari hal-hal itu mereka menganalisis dengan menggunakan parameter- parameter yang dianggap berhubungan dengan apa yang mereka kerjakan. Pendekatan seperti itu memang bagus dan telah biasa dikerjakan. Hampir semua para pelaku manajemen melakukannya seperti itu. Kebanyakan mereka sukses tetapi kadang-kadang mereka melupakan satu, dua atau tiga parameter yang ada dalam sistem secara keseluruhan. Kadang-kadang mereka lupa memperhitungkan parameter lingkungan, EQ manusia, gaya perilaku manusia dan beberapa parameter lainnya. Hal itu bisa dimaklumi karena dalam permainan catur, saking sibuknya kadang-kadang si pemain tidak dapat mengetahui salah satu anak caturnya akan dimakan musuh; justru penontonlah yang dapat mengetahuinya. Penonton bisa lebih jeli karena berada diluar sistem. Demikian juga seorang pelaku manajemen kadang-kadang bisa melupakan parameter-parameter tersebut. Untuk menghindari hal tersebut dalam penjelasan ini akan diawali dengan melihat parameter-parameter yang ada dalam sistem manajemen. Semua para meter dikumpulkan dan dilihat dari luar sistem. Setelah itu mencoba untuk membayangkan adanya suatu proses umum pencapaian suatu sasaran (lihat gambar 3.1), dimana didalam proses itu sendiri terkandung dimensi sarana, manusia dan proses. Gambar 3.1 Proses Umum Suatu Pencapaian Sasaran SISTEM PRODUKSI DIMENSI SARANA DIMENSI MANUSIA DIMENSI PROSES IDE TUJUAN HASIL SASARAN

Upload: phungkhanh

Post on 18-Mar-2019

215 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Bagian 3Manajemen Produksi Berwawasan Islam

Manajemen adalah suatu proses mengatur agar apa yang dilakukan bersama dapat efisien, optimal mencapai sasaran. Didalam manajemen selalu terkandung unsur strategis agar dapat efisien, optimal mencapai sasaran. Nilai-nilai trategis itu dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Dalam doanya yang berbunyi sebagai berikut: “Ya Allah, ampuni dosaku terhadap sesuatu yang aku dahulukan, padahal bukan sesuatu yang seharusnya aku dahulukan”. Untuk memahami manajemen itu sendiripun kita harus menggunakan cara yang trategis pula.Biasanya orang melihat manajeman ini langsung didalam sistemnya, agak jarang mereka melihat dari luar sistemnya. Manajemen biasa diperkenalkan oleh para pengajar dengan cara langsung berfokus pada suatu proses. Yaitu proses yang berfokus pada perencanaan, pengorganisasian, pengontrolan dan pengevaluasian. Berawal dari hal-hal itu mereka menganalisis dengan menggunakan parameter-parameter yang dianggap berhubungan dengan apa yang mereka kerjakan.Pendekatan seperti itu memang bagus dan telah biasa dikerjakan. Hampir semua para pelaku manajemen melakukannya seperti itu. Kebanyakan mereka sukses tetapi kadang-kadang mereka melupakan satu, dua atau tiga parameter yang ada dalam sistem secara keseluruhan. Kadang-kadang mereka lupa memperhitungkan parameter lingkungan, EQ manusia, gaya perilaku manusia dan beberapa parameter lainnya. Hal itu bisa dimaklumi karena dalam permainan catur, saking sibuknya kadang-kadang si pemain tidak dapat mengetahui salah satu anak caturnya akan dimakan musuh; justru penontonlah yang dapat mengetahuinya. Penonton bisa lebih jeli karena berada diluar sistem. Demikian juga seorang pelaku manajemen kadang-kadang bisa melupakan parameter-parameter tersebut.Untuk menghindari hal tersebut dalam penjelasan ini akan diawali dengan melihat parameter-parameter yang ada dalam sistem manajemen. Semua para meter dikumpulkan dan dilihat dari luar sistem. Setelah itu mencoba untuk membayangkan adanya suatu proses umum pencapaian suatu sasaran (lihat gambar 3.1), dimana didalam proses itu sendiri terkandung dimensi sarana, manusia dan proses.

Gambar 3.1Proses Umum Suatu Pencapaian Sasaran

SISTEM PRODUKSI

DIMENSI SARANA

DIMENSI MANUSIA

DIMENSI PROSES

IDE TUJUAN

HASIL SASARAN

Dalam proses pencapaian sasaran itu dicoba untuk membayangkan apa yang akan terjadi di dalamnya. Tentu saja dilihat interaksinya dengan semua parameter yang ada dalam sistem manajemen. Dengan mempertahankan posisi diluar sistem, kita mencoba menggali potensi-potensi problem, menganalisanya, membuat antisipasi dan membayangkan untuk menanggulangi problem bila potensi problem benar-benar berubah menjadi problem.Bila hal itu telah dapat kita lakukan pada suatu skenario yang paling mungkin terjadi dalam proses mencapai sasaran, barulah kita masuk dalam sistem itu sendiri. Sistem proses manajemen disuatu proses produksi. Dalam sistem tersebut kita harus dapat menggali potensi-potensi problem lebih teliti, menganalisanya lebih teliti, membuat antipasi lebih teliti dan membayangkan untuk menanggulangi problem secara lebih rinci bila potensi problem benar-benar berubah menjadi problem. Kita harus benar-benar melekat dalam sistem manajemen.Meskipun kita telah melekat dalam sistem manajemen di suatu proses produksi, tetapi sesekali waktu harus mampu keluar dari sistem tersebut untuk melihat semua proses yang terjadi dari luar sistem. Dengan demikian kita akan dapat mengetahui hal-hal yang mungkin tidak terlihat ketika kita berada di dalam sistem.Kemampuan ini harus sudah ditanamkan pada seorang pelaku manajeman dari sejak awal. Dengan demikian mereka mempunyai reflek yang cepat dalam melihat persoalan-persoalan dalam manajeman. Sehubungan dengan hal itu maka sistematika penjelasan tentang manajeman produksi ini juga mengikuti tahapan seperti latar belakang pendekatan yang telah diuraikan.

3.1 Melihat Sistem ManajemenPada dasarnya manajemen produksi melibatkan tiga dimensi parameter, yaitu manusia, sarana dan proses. Dalam sistem manajemen industri yang berwawasan Islam penggabungan ketiga dimensi tersebut harus bernilai ibadah. Hal itu sesuai dengan Al-Quraan surat 51 ayat 56 yang artinya sebagai berikut: Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku. Konsekuensi dari ayat tersebut maka sebagai orang muslim tidak boleh menyekutukan Allah dan segala tindakannya harus diarahkan pada penyembahan kepada Allah. Secara operasional hal itu diungkapkan dalam bentuk ibadah, baik ibadah khusus maupun ibadah umum. Dalam bidang produksi ibadah harus menjadi landasan operasional utamanya.Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa apa yang dilakukan dalam produksi harus berorientasi pada ibadah, tentu saja harus mengikuti petunjuk-petunjuk yang telah digariskan dalam Al-Quran, hadis dan hukum-hukum Allah yang tidak tertulis lainnya. Dari petunjuk-petunjuk itu dapat ditarik sebuah difinisi bahwa beribadah adalah semua kegiatan yang tidak melanggar aturan Allah dan dilandasi suatu niat untuk mencari ridla Allah. Dengan demikian sebagai sebagai seorang muslim harus memandang sistem manajemen merupakan suatu kesatuan yang tak terpisahkan dalam mencapai tujuan atau sasaran, yaitu tujuan atau sasaran untuk beribadah dan tujuan atau sasaran yang dirumuskan secara teknis.Dimensi manusia mempunyai parameter yang cukup banyak antara lain IQ, EQ, gaya perilaku, dan kepiawaian. Dimensi sarana terdiri antara lain dari parameter teknologi (termasuk peralatan), bahan, tempat dan lingkungan. Dimensi proses yang mau tidak mau selalu terkait dengan waktu mempunyai

parameter atau tahapan; yaitu terdiri dari tahapan proses perencanaan, proses pengorganisasian pelaksanaan pekerjaan, proses pengontrolan, dan proses evaluasi (gambar 3.2). Kesemua parameter itu berinteraksi dalam suatu proses kegiatan yang dibimbing dalam suatu koridor mutu dan dana. Selain ide dan kemauan kuat dari pemrakarsa produksi, mutu ditentukan oleh pasar atau pelanggan, sedang dana diperolah dari modal dan pasar (gambar 3.3).Kesemuanya itu harus berorientasi untuk mencari ridla Allah agar sistem produksi bernilai ibadah. Dengan sendirinya maka segala sesuatau yang bersangkutan dengan sistem produksi harus memenuhi aturan-aturan Allah.

Gambar 3.2Parameter-Parameter Dalam Suatu Sistem Manajemen

Pelaksana dari semua sistem manajemen adalah manusia. Oleh sebab itu parameter yang terkandung dalam diri manusia tidak dapat diabaikan begitu

Parameter IQ

Parameter EQ

Parameter gayaperilaku

Parameter Kepiawaian

DIMENSI MANUSIA

PARAMETER TEKNOLOGI

PARAMETER BAHAN

PARAMETER TEMPAT

PARAMETER LINGKUNGA

N

PARAMETER PERENCANAAN

PARAMETER PENGORGANISASIA

N

MUTUDANA

MUTUDANA

PARAMETER PENGONTROLAN

PARAMETER EVALUASI

DIMENSI PROSES

DIMENSI TEKNOLOGI DAN ALAM

saja. Manusia akan dapat bekerja maksimal bila apa yang dikerjakannya dilakukan dalam lingkungan yang sesuai dengan parameter yang dimilikinya. Seorang manager harus tahu kecocokan parameter yang dipunyai oleh semua manusia yang akan diaturnya.

Selain manusia sarana juga sangat menentukan kecepatan, keefisienan dan keefektifan pencapaian suatu sasaran. Sarana ini terdiri dari:1. Teknologi, baik berupa perangkat keras (mesin, alat, computer, dan

sebagainya), perangkat lunak (software), ataupun berupa ilmu pengetahuan atau pengalaman.

2. Bahan atau material, berupa bahan baku produksi, bahan baku penunjang, bahan-bahan sisa hasil produksi, dan sebagainya.

3. Tempat, berupa ruangan, gedung, lapangan atau area dimana suatu pekerjaan akan dilaksanakan.

4. Lingkungan, berupa lingkungan biologi, lingkungan geologi, lingkungan fisik dan lingkungan sosial, ekonomi dan budaya dimana suatu pekerjaan akan dilaksanakan

Gambar 3.3Sumber Mutu dan Dana

Tidak sedikit parameter sarana yang diikut sertakan dalam sistem manajemen untuk mencapai sasaran. Seorang manager handal harus mengetahui hal-hal global tentang apa yang ada pada parameter sarana yang telah disebutkan diatas. Dengan demikian tidak akan sulit mengkombinasikan pemanfaatan hal-hal tersebut.Sebenarnya apa yang dimaksud dengan manajemen itu sendiri terdapat dalam dimensi proses. Tentu saja dalam dimensi proses ini selalu berkaitan dengan waktu. Ada batasan-batasan waktu yang harus dipenuhi dalam rangkaian suatu proses. Biasanya batasan-batasan itu dituangkan dalam bentuk jadwal waktu atau “time schedule”. Proses itu sendiri terdiri dari beberapa pekerjaan

MUTUDANA

MODAL dan

PASAR

IDEdan

KEMAUAN

PASARatau

PELANGGAN

Mencari ridla Allah

atau kegiatan yang secara global dapat digolongkan menjadi pekerjaan-pekerjaan atau kegiatan-kegiatan sebagai berikut:1. Perencanaan, yaitu merencana apa yang akan dikerjakan agar dapat

mencapai hasil sasaran secara efisien dan optimal.2. Pengorganisasian dalam melaksanakan pekerjaan-pekerjaan yang telah

direncanakan dalam perencanaan. Dengan pengorganisasian yang baik diharapkan hasil sasaran dapat dicapai secara efisien dan optimal.

3. Pengontrolan, adalah suatu tindakan yang bertujuan untuk membimbing pelaksanaan pekerjaan agar sesuai dengan apa yang telah ditentukan dalam perencanaan.

4. Evaluasi, adalah suatu tindakan melihat semua hasil kerja untuk ditimbang-timbang apakah suatu pekerjaan telah memenuhi hasil sasaran secara efisien dan optimal. Dalam hal ini perlu dicari jalan agar pekerjaan yang telah dilakukan dapat lebih efisien dan optimal. Tentu saja dari hasil evaluasi ini dapat memperbaiki perencanaan dan pelaksanaan kerjanya.

Dalam melaksanakan keempat pekerjaan atau kegiatan di dimensi proses itu harus dapat mengkombinasikan dengan parameter-parameter yang terdapat di mensi manusia dan di mensi sarana. Seorang manager yang baik, dapat melihat kesemua itu dari luar sistem. Mereka dapat melihat semua parameter sehingga dapat membuat beberapa alternatif sistem organisasi. Tentu saja mereka harus dapat menentukan alternatif pilihan sistem organisasi yang paling baik untuk mencapai hasil sasaran. Dengan cara itu seorang manager tidak langsung masuk dalam sistem organisasi yang mungkin akan membelenggunya dengan sistem-sistem yang telah ada meskipun belum tentu cocok. Dengan cara ini lebih mendorong seorang manager dapat menentukan kebijakannya untuk mencapai sasaran secara lebih efisien dan optimal.

3.2 Membuat Rencana Untuk Mencapai SasaranSetelah menempuh hal-hal diatas seorang manajer membuat perencanaan secara lebih detil dengan cara masuk kedalam sistemnya. Biasanya dalam merencana selalu diawali dengan menentukan tujuan atau sasaran teknis. Kadang-kadang dalam suatu perusahaan tujuan atau sasaran umumnya telah ditentukan oleh pemilik perusahaan, sehingga manager hanya menjabarkan tujuan atau sasaran umum agar menjadi lebih bersifat teknis. Bila manager menentukan tujuan atau sasarannya sendiri, maka tujuan atau sasarannya harus memenuhi beberapa syarat, yaitu:1. Tujuan atau sasaran teknis harus jelas dan dapat jabarkan secara nyata

dalam bentuk kalimat. Penjelasan ini sangat penting karena tujuan yang tidak dapat dijabarkan secara nyata, sulit dicapai. Jalan pikiran tersebut benar-benar dicontohkan dalam aturan agama Islam; misalnya Islam dijabarkan dalam bentuk rukun Islam, Iman dijabarkan dalam bentuk rukun iman dan sebagainya.

2. Diketahui batasan-batasannya, yaitu batasan apakah tujuan atau sasaran teknis telah tercapai atau belum/tidak tercapai.

3. Dalam mencapai tujuan atau sasaran teknis harus dapat ditetapkan batas waktunya (hari, minggu, bulan, atau tahun).

4. Harus dapat dijabarkan rincian operasional pencapaiannya.5. Tujuan atau sasaran teknis harus bersifat merangsang dan tidak

bertentangan dengan aturan Al-Quran serta hadis.Biasanya syarat-syarat diatas telah dipahami benar oleh para manager. Khusus pada bagian terakhir dapat dipertegas lagi bahwa sasaran ditentukan dengan dilandasi niat untuk mencapai ridla Allah. Hal ini menjadi ruh suatu

sasaran dari semua kerja orang muslim, dengan dilandasi mencari ridla Allah maka semua usahanya tidak akan sia-sia diakherat nanti. Mereka akan mendapat dua hasil sekaligus, hasil dapat mencapai sasaran di dunia dan hasil mendapat tabungan di akherat. Bila tidak diniatkan untuk mencari ridla Allah usaha itu akan sia-sia dihadapan Allah (diakherat nanti).Hal itu sesuai dengan firman Allah dalam Al-Quran sebagai berikut: Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (tidak bertanah). Mereka tidak menguasai sesuatupun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir itu (Qs. 2:264).

3.2.1 Membuat Rencana Operasional Untuk Mencapai Sasaran Sebagai langkah selanjutnya para perencana atau manager harus dapat membuat rencana operasional secara detil untuk mencapai tujuan atau sasaran yang telah ditentukan. Biasanya dalam manajemen produksi, hal itu dikemas menjadi sebuah desain produk yang dijadikan alur sasaran produksi. Tentu saja dalam manajemen produksi yang berwawasan Islam tidak boleh membuat atau memroduksi suatu disain yang mengarah pada hal-hal terlarang dan menjauhi hal-hal yang bersifat sufhat. Mereka harus membuat perencanaan dengan mempertimbangkan parameter-parameter yang ada pada dimensi manusia (tenaga pelaksananya), sarana yang dimilikinya, tempat yang ditempatinya dan sistem organisasi yang dibentuknya. Tentu saja mereka harus dapat mengidentifikasi potensi problem sebagai akibat perencanaan dan pelaksanaan kegiatan atau pekerjaan guna mencapai sasaran yang telah ditentukan.

3.2.1.1 Memilih Sarana Sarana adalah hal yang sangat utama dalam usaha mencapai sasaran suatu sistem manajemen produksi. Ketepatan pemilihannya menjadi kunci sukses pelaksasanaan selanjutnya. Manager beserta para perencana harus benar-benar memikirkan hal-hal berikut: 1. Memilih teknologi1 yang cocok untuk diterapkan, termasuk didalamnya

menyusun proses (network planing), memilih peralatan dan metoda yang benar-benar optimal dan efisien (misalnya merencana kapasitas, membuat jadwal produksi, dan sebagainya).

2. Memilih bahan dan pengaturannya, termasuk didalamnya melakukan perencanaan penyediaannya.

3. Memilih tempat yang tepat, termasuk didalamnya menyusun desain fasilitas dan layout.

4. Mempertimbangkan daya dukung dan dampak lingkungan dari tempat yang ditempatinya

Pemilihan hal tersebut akan menentukan proses-proses penting selanjutnya. Tentu saja akan sangat terkait dengan pemilihan sistem organisasi dan tenaga kerja yang akan melaksanakannya.

3.2.1.2 Membuat Sistem Organisasi

1 Teknologi didefinisikan sebagai sekumpulan proses, peralatan, metoda, prosedur dan perkakas yang digunakan untuk memproduksi barang atau jasa.

Dengan melihat semua parameter di dimensi sarana, proses maupun kemungkinan tenaga kerja yang dibutuhkannya secara menyeluruh diharapkan manager dapat membuat suatu sistem organisasi yang paling sesuai. Organisasi itu dapat berupa organisasi garis atau matrik. Tentu saja organisasi itu dilengkapi dengan diskripsi pekerjaan dari tiap-tiap bagian atau subbagiannya. Biasanya organisasi garis dibuat pada rangkaian pekerjaan yang sederhana interaksinya, sedang organisasi matrik digunakan pada rangkaian pekerjaan yang sangat komplek interaksinya.Manager harus menyelaraskan network planning dengan system organisasi yang disusunnya.

3.2.1.3 Memilih Tenaga Kerja Hendaknya para perencana atau manager harus dapat menentukan kualifikasi tenaga kerja yang akan melaksanakan pekerjaan yang direncanakannya. Mereka harus bisa memilih dengan kualifikasi berdasarkan kecocokan gaya perilaku, EQ, kepiawaian dan pengalamannya. Selain itu budaya lokal yang dapat mempengaruhi etos kerja hendaknya ikut dipertimbangkannya juga.Meskipun banyak perameternya tetapi biasanya manager menjadikan kepiawaian dan pengalaman sebagai syarat utamanya. Tidak jarang mereka melupakan kecocokan gaya perilaku, EQ dan budaya lokalnya. Bila karena situasi dan kondisi yang tidak memungkinkan memilih sesuai persyaratan yang telah dijelaskan diatas, maka manager harus memikirkan tindakan antisipasinya.

3.2.2 Mengidentifikasi Potensi Problem Tidaklah mudah mencapai tujuan atau sasaran teknis yang telah didefinisikan dan ditentukan batasan-batasannya. Perjalanan mencapai sasaran teknis dilakukan dengan cara melaksanakan kegiatan atau pekerjaan yang telah ditentukan dalam perencanaan. Kenyataan dilapangan selalu menunjukkan adanya berbagai problem. Untuk mempermudah mengatasi berbagai problem tersebut, maka semua potensi problem harus sudah dapat diidentifikasi sebelum terjadi.Identifikasi potensi problem dilakukan dengan cara menginventarisasi semua kemungkinan problem yang akan terjadi atau dengan cara membuat skenario-skenario baru yang mungkin dapat terjadi. Semakin teliti proses inventarisasi semakin banyak potensi problem dapat diketahui. Semakin tepat skenario semakin tepat pula kemungkinan potensi problem yang didapat. Lengkapnya inventarisasi dan banyaknya pengetahuan tentang potensi problem akan menghasilkan analisa yang bermutu.Untuk mempermudah analisa potensi problem harus dapat didefinisikan dan ditentukan batasan-batasannya. Potensi problem yang akan dianalisa harus dapat dibedakan mana yang disebut potensi problem dan mana yang bukan potensi problem. Dengan demikian kita tidak akan terjebak dalam analisa yang seharusnya tidak perlu dianalisa. Tentu saja untuk menganalisa ini mempunyai metota-metoda tertentu dan tidak dibahas disini.

3.2.3. Menganalisa Potensi ProblemSemua potensi problem yang telah ditemukan, dianalisa segala kemungkinan penyebab dan akibatnya. Untuk mempermudah analisa perbandingan dari semua potensi-potensi problem, dibuat matrik kemungkinan kejadiannya

beserta besar kecilnya dampak yang ditimbulkannya. Dengan teknik pembobotan penilaian dari kemungkinan kejadian dan besar kecilnya dampak, dapat dibuat rangking potensi problem. Hal itu dapat dilakukan dengan menggunakan matrik untuk menganalisanya.

Gambar 3.4Gambaran Umum Suatu Proses Produksi

Dengan menggunakan matrik dapat dibuat rangking potensi problem dari semua problem yang teridentifikasi. Diharapkan rangking ini dapat memberikan andil untuk menentukan keputusan-keputusan penanggulangan problem. Hal-hal tersebut dapat mengefisienkan dan mengefektifkan perjalanan mencapai tujuan atau sasaran.

3.2.4. Mengantisipasi Potensi ProblemPotensi problem diperhatikan dan diantisipasi sesuai dengan rangkingnya. Rangking atas diberi perhatian lebih sedang rangking bawah diberi perhatian sedang, bahkan tidak perlu diperhatikan sama sekali bila dianggap berakibat dan berdampak kecil sekali.Antisipasi potensi problem yang satu tidak sama dengan potensi problem yang lain. Masing-masing potensi problem memerlukan cara, waktu, sarana dan dana yang berbeda-beda. Seorang manajer harus dapat membuat rencana penanggulangannya. Rencana penanggulangan yang lengkap dan baik akan mudah dilaksanakan bila benar-benar potensi problem menjadi problem.

3.3 Mengkoordinir dan MengontrolSecara teknis pada dasarnya dalam melaksanakan produksi terjadi proses kerja seperti yang ditunjukkan pada gambar 3.4. Dari gambar tersebut dapat dikaji satu-persatu apa yang akan dikerjakannya, mulai dari masukan, proses dan keluaran dari suatu sistem produksi. Sebelum proses dimulai terlebih dahulu dibuat desain produknya. Berdasarkan desain produk itu disediakanlah bahan produksi. Berdasarkan desain produk

PROSES PRODUKSITerdiri dari beberapa proses yang tersusun dalam suatu network

planing

DESAIN PRODUK BERWAWASAN

ISLAM

HASIL PRODUK

SI

MengikutiAturan Allah

BAHAN PRODUK

SI

PERALATAN

TEMPAT

MANUSIA

LINGKUNGAN

juga bahan produksi diproses hingga menjadi hasil produksi. Tidaklah salah bila pekerjaan dilanjutkan dengan mengevaluasi hasil produksi.3.3.1 Membuat Desain ProdukDesain produk merupakan bimbingan untuk mencapai sasaran produksi. Semua kegiatan produksi diarahkan agar desain itu dapat diwujudkan dengan benar. Desain menurut pandangan Islam merupakan sebuah ide atau rekayasa yang akan dianut dan dipakai oleh banyak orang. Bila desain itu baik maka banyak orang memanfaatkannya atau menikmatinya. Bila desain itu buruk maka jarang orang yang mau menggunakannya. Selain itu desain yang buruk mungkin dapat memaksa orang secara tidak sengaja menggunakan nilai keburukan yang terkandung didalamnya.Dalam pandangan Islam pembuatan desain dapat dikategorikan sebagai suatu awal rangkaian kegiatan yang dapat dituai hasil baik atau buruknya dari semua orang yang akan menggunakannya. Sesuai sabda Rasulullah SAW. yang mengatakan bahwa seseorang yang membuat rekayasa suatu kebaiakan dan kebaikan itu dianut oleh banyak orang, maka orang itu akan mendapatkan pahala juga seperti pahala orang-orang yang menganutnya tanpa dikurangi sedikitpun, demikian juga bila seseorang membuat rekayasa dalam keburukan maka akan menuai keburukan pula selama rekayasa itu dipakai oleh orang-orang yang mengikutinya. Sebagai contoh sebuah desain pakaian yang menonjolkan dan membuka aurat akan menyebabkan pemakainya membuka auratnya, dengan sendirinya pembuat desain akan kebagian dosa pemakai desain tersebut. Demikian sebaliknya bila sebuah desain pakaian yang rapi digunakan orang maka pembuatnya akan kebagian kebaikannya.Sehubungan dengan itu maka pembuatan desain produk harus dilakukan dengan sangat hati-hati dan mengikuti aturan-aturan yang ada dalam Al-Quran dan hadis. Agar tidak salah dalam membuat desain, dalam uraian berikut dijelaskan tentang bagaimana seharusnya cara membuat desain.Suatu perusahaan yang bergerak dalam kegiatan desain kadang-kadang tidak mengontrol hasil desainnya dengan apa yang seharusnya diwujudkan. Tidak melihat masukan desain, tidak melakukan pengetesan desain, tidak melakukan perbaikan desain dan sebagainya. Desain didominasi dengan kehandak sendiri dan tidak melihat kekurangannya. Tentu saja desain seperti itu hanya berguna dan pemuas pada sipenciptanya saja dan tidak akan disenangi oleh banyak orang. Karya desain tersebut lebih cocok disebut sebagai hasil suatu seni (misalnya lukisan) yang hanya dapat dinikmati orang-orang tertentu dan pelukisnya saja. Tentu saja saja hasil desainnya tidak akan laku dipasaran umum. Untuk menghindarinya pembuatan desain harus meneliti terlebih dahulu apa yang akan didesainnya. Mencari masukan-masukan desain agar hasilnya nanti dapat dipakai adat dinikmati orang banyak. Tentu saja dalam melaksanakan pembuatan desain harus dikontrol dengan pengetesan, pencocokan dengan masukannya, dan seterusnya.Misalnya bila suatu perusahaan akan memproduksi tas sekolah dalam jumlah banyak, mestinya diperlukan sebuah desain yang siap ditroduksi. Desain tas yang baik harus memperhitungkan selera anak sekolah, kekuatannya, harganya, dan sebagainya. Akan lebih baik bila dilakukan penelitian terlebih dahulu. Kesemuanya itu adalah masukan desain. Hal-hal tersebut harus dijadikan dasar pembuatan desain dan tidak hanya sekedar memenuhi keinginan atau imajinasi sang pendesainnya saja. Dalam proses pembuatannya harus dilakukan pengetesan; misalnya dicoba dibuat beberapa tas kemudian diuji kekuatannya, dicoba dipertunjukkan pada beberapa anak

sekolah, kemudian ditanya senangkah dia?, mampukah membelinya?, dan sebagainya. Bila uji coba tersebut terdapat hal-hal yang kurang cocok, maka disempurnakanlah desain tas tersebut. Itulah antara lain hal-hal yang harus dilakukan dalam mendesain sesuatu produk nyata. Hal yang sama juga berlaku pada produk yang bersifat maya misalnya sebuah rencana kerja atau “bisnis plan”.Dengan demikian untuk menghasilkan suatu desain yang baik dan sesuai kemauan pelanggan, harus dipenuhi beberapa syarat kegiatan sebagai berikut:1. Membuat rencana tentang aktivitas pembuatan desain secara benar dan

rinci.2. Melakukan identifikasi masukan desain dengan memasukkan

pertimbangan-pertimbangan permintaan pelanggan, standar-standar yang harus dipenuhi dan peraturan-peraturan pemerintah yang harus dipenuhi. Hal ini dimaksudkan untuk menghasilkan masukan desain yang lengkap dan baik.

3. Membuat desain sebaik-baiknya agar memenuhi kriteria desain yang dapat diterima. Kriteria tersebut dapat berupa persyaratan-persyaratan sebagai berikut: Memenuhi persyaratan masukan desain Mengusahakan (mulai dari mengidentifikasi hingga membuat

karakteristik desain) agar pelaksanaan operasional desain tidak menyebabkan ketidak selamatan dibarbagai bidang kerja

Adanya verifikasi desain yang bertujuan untuk mengusahakan agar keluaran desainnya sasuai dengan masukannya

Melakukan validasi desain jika produk yang dihasilkan sudah memenuhi kemauan pelanggan.

Mendokumentasikan semua perubahan desain yang telah dilakukan agar mudah diperoleh kembali sewatu-waktu dibutuhkan.

4. Desain maupun segala aktivitas membuat desain harus sesuai dengan aturan Allah. Ini merupakan masukan desain utama yang harus diperhatikan perusahaan Islam.

Dengan demikian maka model pelaksanaan membuat desain dapat digambarkan seperti yang diperlihatkan pada gambar 3.5. Keharusan mengikuti aturan Allah itu tersirat pada ayat Al-Quran sebagai berikut:Dan Kami telah turunkan kepadamu al-Quran dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu; maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk tiap-tiap ummat di antara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu ummat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu, (Qs. 5:48)

Gambar 3.5Gambaran Umum Tentang Membuat Desain

Membuat Desain

Masukan Desain

Amanah Pemilik Amanah Pelanggan

Umum

Keluaran DesainHasil Desain

Aturan Allah

3.3.2 Menyediakan Bahan ProduksiDalam proses penyediaan bahan produksi akan selalu terlibat dalam suatu pembelian dan/atau serah terima barang (bahan produksi) dari penjual atau dari pelanggan (pembeli produk yang menyediakan bahan produksinya). Hal ini merupakan titik kritis yang harus diperhatikan dalam rangkaian produksi secara utuh. Mengapa demikian?, karena pada titik itu menentukan mutu produksi selanjutnya, mutu dan kuantitas bahan produksi sangat menentukan mutu dan optimasi hasil produksinya. Sehubungan dengan hal itu maka pada saat pembelian dan/atau serah terima bahan produksi harus dibuat suatu prosedur yang rapi sesuai dengan aturan-aturan Allah yang tertuang dalam Al-Quran dan hadis berikut: Dan (Kami telah mengutus) kepada penduduk Madyan saudara mereka,

Syu'aib. Ia berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Ilah bagimu selain-Nya. Sesungguhnya telah datang kepadamu bukti yang nyata dari Rabbmu. Maka sempurnakanlah takaran dan timbangannya, dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi sesudah Allah memperbaikinya. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika betul-betul kamu orang-orang yang beriman". (Qs. 7:85)

Dan sempurnakanlah takaran apabila kamu menakar, dan timbanglah dengan neraca yang benar. Itulah yang lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. (Qs. 17:35)

Peringatan Allah dalam surat tersebut benar-benar harus dijadikan pegangan karena dalam serah terima barang dari pelanggan biasanya akan berhubungan dengan takaran atau timbangan. Selain itu kerapian serah terima barang dijelaskan juga dalam hadis sebagai berikut: Dari Abu Hurairah r.a., katanya: “Rasulullah SAW. melarang dua macam cara jual beli. Yaitu Mulamasah dan Munabadzah. Mulamasah adalah menjual dengan cara meyentuh barang dagangan tanpa diteliti oleh pembeli. Munabadzah adalah menjual dengan cara melemparkan barang dagangan kepada si pembeli tanpa meneliti barang itu” (hadis riwayat Muslim).Selain bahan produksi disiapkan atau dibeli oleh perusahaan, kadang-kadang ada juga yang diperoleh dari pemesan atau pelanggan. Hal itu biasa disebut dengan istilah bahan atau produk yang dipasok pemesan atau pelanggan. Agar menghindari hal-hal yang tidak diinginkan maka perusahaan harus membuat suatu prosedur tertulis dan terdokumentasi untuk mengatur penerimaan bahan-bahan tersebut.

Bahan-bahan produksi yang teleh diterima, baik dari penjual maupun dari pemesan atau pelanggan merupakan amanah yang harus dipelihara. Ingatlah pada Al-Quran surat 70 ayat 32 hingga 35 yang berikut: Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya. (Qs. 70:32) Dan orang-orang yang memberikan kesaksiannya. (Qs. 70:33) Dan orang-orang yang memelihara shalatnya. (Qs. 70:34) Mereka itu (kekal) di surga lagi dimuliakan. (Qs. 70:35).Untuk mengamankan amanah tersebut maka langkah seterusnya harus diikuti dengan pekerjaan memelihara, menyimpan, dan mengkemas supaya bahan produksi tidak mudah rusak, tahan lama dan mudah diperoleh. Pekerjaan ini harus diatur dalam suatu prosedur tertulis dan terdokumentasi agar dapat berjalan sebagaimana mestinya.

3.3.3 Proses ProduksiProses produksi terdiri dari beberapa sub proses yang berangkai-rangkai sesuai dengan network planning yang telah ditentukan. Dalam melaksanakan proses ini para pelaksana harus melakukannya dengan sungguh-sungguh sesuai perintah Allah dalam Al-Quran sebagai berikut: Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain, (Qs. 94:7).Dalam hal ini arti sungguh-sungguh mempunyai beberapa makna nilai yang harus diperhatikan yaitu:1. Mengerahkan segala daya agar apa yang dikerjakannya berhasil seperti

apa yang dikehendakinya.2. Teliti, memberikan hasil sesuai apa yang dikehendaki dan menghindari

kesalahan sekecil mungkin.3. Profesional, melakukan sesuatu sesuai dengan aturan dan ilmu yang

melandasi pekerjaan yang bersangkutan, tidak boleh dilakukan dengan sembarangan dan acak-acakan.

Selain itu ayat tersebut diatas menjelaskan bahwa kita disuruh melakukan pekerjaan yang satu dan kemudian disambung dengan pekerjaan yang lain, tanpa sela. Artinya kalimat tersebut mengandung makna suatu nilai yang menjurus pada suatu efisiensi. Sebagai konsekuensi dari ketiga nilai tersebut diatas maka secara operasional muncullah tindakan-tindakan penting yang harus dikerjakan yaitu:1. Mengerahkan segala daya agar berhasil dilakukan dengan usaha:

Melakukan pengecekan pada peralatan-peralatan yang digunakan dalam proses produksi dan memperbaikinya bila ada alat yang bekerja tidak sesuai dengan apa yang seharusnya dijalankan atau ada alat yang mengalami kerusakan.

Melakukan pengecekan pada titik-titik kritis dalam suatu rangkaian proses. (Ingat, Rasulullah selalu mencontohkan untuk mengecek persiapan pekerjaan-pekerjaan penting yang akan dikerjakan, misalnya dalam shalat berjamaah dicek kelurusan dan kerapian barisannya (shaf), dalam persiapan perang dicek kesiapan alat perang dan tentaranya, dan sebagainya).

Menentukan status produk dalam titik-titik kritis dalam suatu rangkaian proses. (Sebagaimana doa yang sering kita minta agar Allah menunjukkan secara jelas tentang hal yang benar dan hal yang salah dan agar kita kuat untuk memilih hal yang benar)

Memisahkan produk yang dianggap tidak sesuai

2. Teliti dilakukan dengan cara: Melakukan segala sesuatunya mengikuti petunjuk atau rencana yang

telah ada. Membuat antisipasi untuk mengatasi kesalahan atau penyimpangan dari

apa yang telah ditentukan. (Hai orang-orang yang beriman bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah maha mengetahui apa yang kamu kerjakan QS 59: 18)

3. Agar profesional dilakukan dengan cara: Memberikan pelatihan-pelatihan (Rasulullah memerintahkan untuk terus

belajar mulai dari ayunan sampai akan masuk keliang kubur) Memberikan pendidikan Melakukan penelitian dari data-data statistic yang telah ada, dan sebagainya.

Untuk melakukan semuanya itu secara rapi dan konsisten (istiqamah) bukanlah suatu hal yang mudah. Pelaksanaannya memerlukan suatu sistem yang rapi untuk mengaturnya. Secara operasional memerlukan suatu organisasi yang lengkap dengan diskripsi kerja tiap bagiannya masing-masing, memerlukan prosedur-prosedur tertulis dari proses-proses yang ada, dan memerlukan petunjuk-petunjuk kerja dari bagian-bagian kerjanya. Kerapian itu sangat disukai Allah sesuai firman-Nya dalam surat 61 ayat 4 sebagai berikut: Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berperang di jalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh. Tentu saja Allah akan menyukai sistem yang teratur rapi dan kokoh untuk melaksanakan suatu organisasi dalam perusahaan Islam. Selain itu dalam suatu proses produksi biasanya akan menemui hal-hal penting yang harus dilakukan antara lain berupa pekerjaan-pekerjaan berikut:1. Pemeliharaan2. Menentukan status kerja atau barang 3. Kesalahan dalam melaksanakan produksiHal itu dijelaskan dalam uraian berikut.

3.3.3.1 PemeliharaanOrganisasi perusahaan Islam dalam lingkungan perusahaan berskala besar harus dapat memelihara hal-hal yang bersifat nyata dan yang bersifat maya. Yang dimaksud dengan hal-hal bersifat nyata dapat berupa tugas memelihara fasilitas perusahaan, peralatan, atau material, sedang yang bersifat maya berupa tugas memelihara amanat. Yaitu segala sesuatu yang diamanatkan kepadanya, baik yang bersangkutan dengan tugas mencari keuntungan, hukum-hukum (pemerintah dan agama), peraturan-peraturan, janji-janji, hubungan silaturahmi kerja perusahaan dan sebagainya. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam surat-susat berikut: Mereka itu adalah orang-orang yang bertaubat, yang beribadat, memuji

(Allah), yang melawat, yang ruku', yang sujud, yang menyuruh berbuat ma'ruf dan mencegah berbuat mungkar dan yang memelihara hukum-hukum Allah. Dan gembirakanlah orang-orang mukmin itu. (Qs. 9:112)

Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya, (Qs. 23:8) dan orang-orang yang memelihara shalatnya. (Qs. 23:9) Mereka itulah orang-orang yang akan mewarisi, (Qs. 23:10) (yakni) yang akan mewarisi surga Firdaus. Mereka kekal di dalamnya. (Qs. 23:11)

Dan didekatkanlah surga itu kepada orang-orang yang bertaqwa pada tempat yang tiada jauh (dari mereka). (Qs. 50:31) Inilah yang dijanjikan kepadamu, (yaitu) pada setiap hamba yang selalu kembali (kepada Allah) lagi memelihara (semua peraturan-peraturan-Nya). (Qs. 50:32)

Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya. (Qs. 70:32) Dan orang-orang yang memberikan kesaksiannya. (Qs. 70:33) Dan orang-orang yang memelihara shalatnya. (Qs. 70:34) Mereka itu (kekal) di surga lagi dimuliakan. (Qs. 70:35)

Hai sekalian manusia, bertaqwalah kepada Rabb-mu yang telah menciptakan kamu dari yang satu, dan daripadanya Allah menciptakan isterinya; dan daripada keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertaqwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu. (Qs. 4:1)

Dalam hal yang lebih teknis tentang manajemen kebendaan, pemeliharaan akan akan mencakup hal-hal yang bersangkutan dengan penyimpanan, pengemasan dan pengiriman. Kelalaian melakukan hal-hal tersebut dapat berakibat fatal, baik pada saat produksi maupun penyerahan terhadap pelanggan. Oleh sebab itu cara pelaksanaan penyimpanan, pengemasan dan pengiriman harus diperhatikan secara khusus.Untuk melaksanakan hal tersebut hendaknya dibuat suatu prosedur tertulis dan terdokumentasi. Prosedur yang mengatur pemeliharaan hal-hal yang bersifat kebendaan, misalnya peralatan, barang-barang, material yang diamanatkan oleh perusahaan ataupun pelanggan harus dirawat dan diperlakukan dengan baik. Demikian juga prosedur yang mengatur tentang pemeliharaan yang bersifat maya, misalnya hukum-hukum Allah, peraturan-peraturan perusahaan, hubungan silaturahmi dan sejenisnya, harus dibuat dan dilaksanakan dengan baik. Prosedur-prosedur tersebut dibuat untuk menjabarkan hal-hal yang kurang jelas atau belum bersifat operasional. Misalnya prosedur harus dapat menjamin bahwa: Barang, bahan, alat atau sejenisnya tersimpan dan terawat rapi. Melindungi barang, bahan, alat atau sejenisnya terlindungi dari kerusakan. Barang, bahan, alat atau sejenisnya dapat ditemukan secara mudah dan

cepat pada saat akan digunakan. Melindungi barang, bahan, alat atau sejenisnya dari gugatan orang-orang

yang tidak bertanggung-jawab. Diharapkan adanya prosedur tersebut di atas dapat menjalankan pemeliharaan secara optimal.

3.3.3.2 Menentukan Status Kerja atau Barang Dalam suatu proses besar yang panjang dan berkesinambungan biasanya terdiri dari bermaam-macam jenis pekerjaan dan hasil pekerjaan yang berupa benda ataupun bukan benda. Dalam suatu proses yang besar selalu memerlukan suatu status masing-masing jenis pekerjaan atau produk yang dihasilkan pada saat-saat tertentu, misalnya setiap akhir bulan atau setiap akhir minggu atau kapan saja waktu yang dianggap penting. Hal tersebut biasanya untuk mempermudah evaluasi, baik untuk evaluasi keuangan, cadangan barang dan sebagainya.Untuk menunjang hal itu sebaiknya dibuat suatu prosedur tertulis dan terdokumentasi untuk menentukan status suatu jenis pekerjaan atau barang

hasil produksi. Status itu dinyatakan secara jelas agar pengevaluasi atau pengguna selanjutnya lebih mudah melaksanakan tugasnya.

3.3.3.3 Kesalahan Dalam Melaksanakan ProduksiDalam melaksanakan proses produksi atau rencana kerja produksi, tidak akan lepas dari kesalahan. Untuk menguranginya perlu melakukan antisipasi kesalahan, perlu menangani kesalahan yang terlanjur terjadi, dan tentu saja diperlukan suatu cara untuk menelusuri kesalahan tersebut. Hal itu memerlukan suatu prosedur tersendiri yang dijelaskan rangkaian beberapa sub-subbagian sebagai berikut:

3.3.3.3.1 Mencegah KesalahanDalam setiap membuat renana kerja eksekutif perusahaan harus selalu menganalisa kesulitan-kesulitan dan kemungkinan-kemungkinan terjadinya kesalahan agar dapat membuat rencana antisipasinya. Pada saat akan melakukan rencana kerja, hendaknya eksekutif perusahaan menganalisa kembali hal itu dengan lebih teliti untuk membuat skenario-skenario antisipasi yang jauh lebih operasional. Informasi yang digunakan sebagai masukan antisipasi kesalahan antara lain berupa: Data statistik Hasil analisa potensi kesulitan dan kesalahan Keluhan pelanggan Beberapa catatan khasus serupaDari kajian tersebut dibuat suatu skenario langkah-langkah untuk menanggulangi kesulitan dan kesalahan. Kesemuanya itu akan berjalan dengan baik bila diarahkan dengan suatu prosedur tertulis dan terdokumentasi. Dengan demikian prosedur tertulis dan terdokumentasi untuk mengantisipasi suatu proses pelaksanaan rencana kerja harus dibuat. Tentu saja dalam perjalanan suatu proses akan ditemukan hal-hal yang lebih efektif dan optimal sehingga perubahan prosedurpun dapat dilakukan untuk menyempurnakannya.Bila timbul suatu kejadian diluar skenario antisipasi dan mengakibatkan suatu kesalahan yang menghasilkan produk salah yang berdampak pada pelanggan, sebaiknya dikoreksi dengan mengikuti aturan dibawah ini.

3.3.3.3.2 Menangani Kesalahan Terlanjur TerjadiTidak menutup kemungkinan bahwa produk kegiatan perusahaan mengalami penyimpangan yang mengakibatkan dampak besar. Untuk itu perlu dibuat suatu prosedur tertulis dan terdokumentasi untuk menentukan status ketidak-benarannya dan tindakan-tindakan koreksinya. Dalam hal ini harus dilakukan pengkajian yang serius hingga ditemukan akar permasalahannya sehingga tidak akan terulang diwaktu-waktu yang akan datang. Hal ini sesuai petunjuk Rasulullah SAW. yang mengatakan bahwa seorang Muslim tidak boleh digigit kala dua kali dari lubang yang sama.

3.4.4 Hasil ProduksiBerbicara masalah hasil produksi, mau tidak mau selalu berkaitan dengan pencocokan dengan desain yang direncanakan agar dapat diterima pelanggan, hal itu biasa disebut dengan istilah inspeksi dan pengujian. Selain itu biasanya

akan diktemui pula kesalahan produksi yang mengakibatkan beredarnya produk diluar standar yang beredar pada konsumen. Kondisi ini memerlukan suatu cara untuk menelusurinya. Hal-hal tersebut dijelaskan sebagai berikut.

3.3.4.1 Inspeksi dan Pengujian Hasil ProduksiInspeksi dan pengujian ini dimaksudkan untuk mengontrol suatu produk atau jasa, baik pada saat menerima atau akan digunakan serta setelah diproduksi atau akan diserahkan (dikirim/dijual) pada pelanggan. Tindakan ini bertujuan agar semua produk atau jasa yang diterima dapat dipakai atau digunakan secara layak dan semua produk atau jasa yang diserahkan pada pelanggan dapat sesuai dengan kriterianya. Selain itu bertujuan pula untuk melancarkan proses produksi bagian yang satu keproses produksi yang lain sebagai kelanjutan dari suatu proses yang utuh. Untuk memperlancar kesemuanya itu biasanya dilakukan hal-hal sebagai berikut:1. Membuat rencana mutu dan pada semua kegiatan yang bersangkutan

dengan inspeksi dan pengujian (pengetesan) yang akan dilakukan pada posisi-posisi kritis. Posisi kritis ini biasanya terdapat pada awal produksi, beberapa tempat ditengah-tengah proses produksi dan setelah menjadi produk atau jasa final. Tentu saja dalam hal ini harus membuat juga kriteria penerimaan pada produk atau jasa yang akan diinspeksi dan diuji. Semua produk atau jasa tidak akan diloloskan bila tidak memenuhi kriteria tersebut kecuali pada kondisi yang sangat darurat.

2. Produk atau jasa yang diloloskan karena darurat tersebut harus dicatat secara khusus agar mudah penelusurannya bila terjadi ketidak sesuaian pada final produksinya.

3. Membuat catatan tentang hasil inspeksi dan uji. Catatan ini harus dapat menunjukkan suatu produk sesuai atau gagal, tentu saja harus dapat menunjukkan jumlah dan petugas penguji kualitas atau pencatatnya.

4. Mempunyai suatu prosedur tertulis dan terdokumentasi tentang pelaksanaan inspeksi dan uji.

Semua pelaksanaan inspeksi dan tes ini dijabarkan atas dasar asas kehati-hatian dan ketelitian agar semua ukuran tepat sesuai persyaratan. Hal itu sesuai dengan aturan Allah SWT. dalam Al-Quran yang artinya sebagai berikut: “……. Dan janganlah kamu kurangi takaran dan timbangan, sesungguhnya aku melihat kamu dalam keadaan yang baik (mampu) dan sesungguhnya aku khawatir terhadapmu akan azab hari yang membinasakan (kiamat)". (Qs. 11:84)Kesalahan hasil produksi bisa langsung dapat terdeteksi secara dini tetapi bisa juga baru dapat diketahui setelah perusahaan mendapat masukan atau keluhan dari para pelanggan. Dalam kasus seperti ini pelaksana perusahaan harus mempunyai sistem yang rapi untuk menelusuri kembali produk-produknya.

3.3.4.2 Menelusuri ProdukSeperti telah disinggung dalam sub-bagian diatas bahwa penelusuran produk merupakan hal yang sangat penting. Melalui catatan-catatan, arsip-arsip berupa kertas ataupun data elektronik, hendaknya harus dapat ditelusuri kembali apa yang telah diproduk. Dengan cara penyimpanan dokumen dan data secara sistematis rapi akan dapat menjamin penemuan kembali hal-hal yang sedang ditelusuri.

Sebagai contoh, dalam setiap produksi barang selalu diberi nomer seri atau kode. Selain itu catatan tentang asal usul barang baku, petugas yang membuat dan waktu membuat pada nomer yang bersangkutan disimpan. Catatan tersebut dan penomeran barang produksi tersebut disimpan secara rapi sebagai arsip. Dengan demikian penelusuran produk yang dibuat akan lebih mudah.Selain itu akan selalu berkaitan dengan penyimpanan, pengemasan dan pengiriman hasil produksi.

3.3.5 Evaluasi Hasil ProduksiSudah bukan merupakan hal yang aneh bila setelah memproduksi suatu produk, diserahkan pada pelanggan atau konsumen, perurahaan mengevaluasinya. Baik mengevaluasinya dari sudut efisiensi, hasil produksi (termasuk mutunya), biayanya ataupun alternatif pengembangan produknya.

3.4 Kesimpulan Manajemen Produksi Berwawasan IslamDari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dalam dunia produksi paling tidak akan selalu menemui masalah-masalah penting sebasai berikut:1. Membuat desain (bila perusahaan bergerak dalam bidang desain) atau

membuat rencana kerja.2. Mengantisipasi kesalahan (pencegahan kesalahan)3. Membuat dan menerapkan sistem keorganisasian.4. Mengelola pembelian suatu produk (bahan produksi) yang berguna untuk

melaksanakan produksi.5. Mengelola produk yang dipasok oleh pelanggan.6. Melakukan pemeliharaan, penyimpanan, pengemasan & pengiriman pada

barang-barang pruduksi atau barang-barang inventaris yang bersifat nyata maupun maya.

7. Melaksanakan proses terkontrol dalam melaksanakan rencana kerja8. Melakukan pengecekan pada peralatan-peralatan yang digunakan dalam

proses produksi. Tentu saja dilakukan dengan cara menginspeksi dan mengujinya (mengkalibrasinya).

9. Menentukan status kerja atau barang dalam suatu proses prosuksi (penentuan status)

10.Menangani kesalahan yang terlanjur terjadi (penanggulangan kesalahan yang terlanjur terjadi)

11.Mengidentifikasi dan menangani penelusuran produk12.Mengelolaan kerusakan barang dalam suatu proses produksi.13.Mengelolaan catatan 14.Menggunakan data statistik15.Melakukan pelatihan