nilai nilai akhlak yang terkandung dalam kitab …

121
NILAI NILAI AKHLAK YANG TERKANDUNG DALAM KITAB SIMTUD DUROR KARANGAN AL-HABIB ALI BIN MUHAMMAD BIN HUSEIN AL-HABSYI SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Oleh Sayyidina Luthfir Rahman NIM 1112011000119 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2017M/1438H

Upload: others

Post on 29-Oct-2021

31 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: NILAI NILAI AKHLAK YANG TERKANDUNG DALAM KITAB …

NILAI NILAI AKHLAK YANG TERKANDUNG DALAM

KITAB SIMTUD DUROR KARANGAN AL-HABIB ALI BIN

MUHAMMAD BIN HUSEIN AL-HABSYI

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

Oleh

Sayyidina Luthfir Rahman

NIM 1112011000119

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2017M/1438H

Page 2: NILAI NILAI AKHLAK YANG TERKANDUNG DALAM KITAB …
Page 3: NILAI NILAI AKHLAK YANG TERKANDUNG DALAM KITAB …
Page 4: NILAI NILAI AKHLAK YANG TERKANDUNG DALAM KITAB …
Page 5: NILAI NILAI AKHLAK YANG TERKANDUNG DALAM KITAB …
Page 6: NILAI NILAI AKHLAK YANG TERKANDUNG DALAM KITAB …

i

ABSTRAK

Sayyidina Luthfir Rahman (NIM: 1112011000119). Nilai-Nilai Akhlak

Yang Terkandung Dalam Kitab Simtud Duror Karangan Al-Habib Ali

bin Muhammad bin Husein Al-Habsyi. Skripsi. Pendidikan Agama Islam,

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai-nilai akhlak dan bait-bait

yang berisi tentang biografi Nabi Muhammad SAW dalam kitab Simtud Duror

karangan Al Habib Ali bin Muhammad bin Husain Al Habsyi

(1259H/1843M). Jenis penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif.

Adapun kajian teorinya adalah kajian pustaka (library research) dengan

menjadikan kitab Simtud Durar Fi Akhbar Maulid Khairil Basyar wa Ma

Lahu min Akhlaq wa Aushaf wa Siyar sebagai data primer. Sedangkan proses

pengumpulan data menggunakan metode dokumentasi yaitu suatu cara

pencarian data mengenai hal-hal atau variabel berupa catatan, transkrip, buku,

surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda, dan sebagainya kemudian

data tersebut dianalisa dengan teknik conten analysis yaitu menelaah dan

mengungkapkan catatan-catatan atau dokumentasi sebagai sumber data untuk

dianalisa sesuai dengan yang dibutuhkan sehingga dapat diambil sebuah

kesimpulan. Nilai-nilai akhlak yang terkandung di dalam kitab Simtud Duror:

pertama, akhlak kepada Allah SWT di antaranya memuji nama-Nya,

mengharap ridho, bersyukur. Kedua, akhlak kepada makhluk baik manusia

maupun selain manusia (hewan, tumbuh-tumbuhan dan sumber daya alam) di

antara akhlak kepada manusia adalah akhlak kepada Nabi Muhammad SAW,

akhlak kepada orang tua dan akhlak terhadap diri sendiri. Penulis

mendapatkan hasil penelitiannya berupa, pertama akhlak kepada Allah SWT

yaitu menyucikan dan memuji asma-Nya, memohonkan ridho, dan bersyukur,

kedua akhlak kepada Rasulullah SAW yaitu membacakan shalawat ketika

disebutkan namanya, ketiga akhlak kepada diri sendiri yaitu malu, jujur,

zuhud, tekad kuat, lemah lembut, dan dermawan, keempat berkeluarga yaitu

memilih pasangan hidup yang baik, adil, dan kasih sayang, kelima akhlak

bermasyarakat yaitu memenuhi undangan tanpa membeda-bedakan dan

berkata jujur walaupun dalam bergurau.

Page 7: NILAI NILAI AKHLAK YANG TERKANDUNG DALAM KITAB …

ii

ABSTRACT

Sayyidina Luthfir Rahman (NIM: 1112011000119). The Morals Values

Contained in the Book of Simtud Duror Al Habib Ali Bin Muhammad Ibn

Husain Al Habsyi. Islamic Religious Education, Syarif Hidayatullah State

Islamic University Jakarta.

This study aims to determine the values of morals and verses that

contain the biography of the Prophet Muhammad SAW in the book of Simtud

Duror Al Habib Ali Ibn Muhammad Ibn Husain Al Habsyi (1259H / 1843M).

This research uses a qualitative approach so that the results of research in the form

of interpretation and words, seen from the type of place the writer uses library

research by making the book Simtud Durur Fi Akhbar Maulid Khairil Basyar wa

ma Lahu min Akhlaq wa Aushaf wa Siyar as a primary data. To collect the data

writer uses the method of documentation, the method of documentation is a way

of searching data about things or variables in the forms of notes, transcripts,

books, newspapers, magazines, inscriptions, meetings notes, agenda, etc., then the

data is analyzed by content analysis techniques that reviewing and disclosing

records or documentation as a source of data for analysis as required so that a

conclusion can be drawn. Related to the moral values contained in the book

Simtud Duror in which according to the study of theory obtained the writer

mentions that viewed from the scope of akhlaq education include: First, morals to

Allah SWT among them praised his name, hoping ridho, grateful. Second, morals

to human beings both humans and other than humans (animals, plants, and natural

resources). The morals to humans is morals to the Prophet Muhammad SAW,

morals to parents, and morals to yourself. The writer gets the results of his

research in the form of, First morals to Allah SWT is to purify and praise his

names, pleading ridho, and grateful. The second, morals to the Prophet

Muhammad SAW is to recite the shalawat when mentioned his name. The third,

the morals to self is shame, honest, zuhud, strong, gentle and generous. The

fourth, having families are choosing a partner, living a good, fair, and

affectionate. The fifth, social morality is to meet invitations without discrimination

and tell the truth even in jest.

Page 8: NILAI NILAI AKHLAK YANG TERKANDUNG DALAM KITAB …

iii

KATA PENGANTAR

بسم الله الرحن الرحيم

Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah

memberikan nikmat kepada hambanya hingga tidak terhitung jumlah dan

kadarnya, memberikan kami waktu sampai detik ini sehingga kami masih dapat

menjalankan kewajiban yaitu menuntu ilmu. Shalawat serta salam tak lupa kami

hanturkan kepada junjungan kita baginda Nabi Muhammad SAW yang

menuntun kita kepada jalan kebenaran yang diridhai Allah Swt.

Suatu kebanggaan tersendiri bagi penulis yang telah menyelesaikan

penulisan karya ilmiah ini, terselesaikannya karya ilmiah ini merupakan hasil

yang tidak lepas dari dukungan banyak pihak yang telah membantu baik secara

langsung maupun tidak langsung berupa doa, semangat, sumbangan pemikiran,

maupun bahan-bahan yang dibutuhkan bagi penyempurnaan karya ilmiah. Oleh

karena itu penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada beberapa

pihak yang membantu dalam karya ilmiah ini. Rasa terima kasih tersebut

penulis sampaikan kepada:

1. Prof. Dr. Dede Rosyada selaku Rektor Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

2. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, M.Ag selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah

dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Dr. H. Abdul Majid Khon, MA dan Hj. Marhamah Saleh, L.c, MA, selaku

Ketua dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Hj. Marhamah Saleh, L.c, MA selaku dosen pembimbing akademik yang

memberikan arahan serta motivasi untuk selalu semangat dan segera

menyelesaikan karya ilmiah ini.

5. Dr. Dimyati, MA selaku dosen pembimbing yang telah sabar membserikan

saran dan arahan serta meluangkan waktu dalam proses bimbingan hingga

penulis menyelesaikan karya ilmiah ini.

Page 9: NILAI NILAI AKHLAK YANG TERKANDUNG DALAM KITAB …

iv

6. Seluruh dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang telah

memberikan ilmunya sehingga penulis dapat memahami berbagai materi

perkuliahan.

7. Staf Perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (PT) dan

Perpustakaan Utama (PU) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah

menyediakan berbagai referensi yang menunjang dalam penulisan skripsi

ini.

8. Kedua orang tua yaitu Babah Habib Abdurahman Umar bin Yahya dan

Umi Yurnida serta Ami Makhdor Umar bin Yahya yang selalu

mendoakan, mendidik, membimbing, mengasihi, serta mendukung dengan

penuh keihklasan, keridhaan, kesabaran serta pengorbanan yang tidak

mampu untuk membalasnya demi anaknya agar selamat dan bahagia dunia

maupun akhirat. Semoga Allah Swt selalu memberikan rahmat,

perlindungan dan surga kepada mereka.

9. Adik-adikku tersayang dan yang aku banggakan Nur Fatimah Hakimah,

Muhammad Umar, Al Imam Akbar dan Halimah. Terima kasih atas

motivasi yang selalu kalian berikan semoga Allah selalu memberikan

semangat khususnya untuk Umar yang sedang menimba ilmu ditanah para

Auliya (Hadramaut) dan semoga Allah mensukseskan kalian semua di

masa yang akan datang.

10. Keluarga PAI angkatan 2012 baik kelas A, B, maupun C yang tidak dapat

penulis sebutkan satu persatu, terima kasih atas segala motivasi dan

arahannya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini. Semoga

Allah membukakan pintu kesuksesan untuk kita semua.

11. Kancawan Muhammad Ahsan Habibi, Muhammad Irfan S.pd, Wawan,

Afham, Sultan, Husain, Robi, Luthfi Mukhlis dan Karta serta Kancawati

Solihati S.pd, Mala, Jannah S.pd, Zuya, Firda S.pd, Een S.pd, Syifa S.pd,

Ranti S.pd, Rini S.pd, Amel, Ayu S.pd, Febi, dan Susi.

12. Para pejuang dan pecinta Burdah Farouq S.pd, Akbar, Hermawan, Yazid,

Habibi Nur, Amir, Iyan, Fikri, Fattah, Igfirli, Ray, Afrijal, Rizka Sofian,

Agus, Dhiya Habibi S.pd dan Reza semoga kita selalu istiqomah dalam

Page 10: NILAI NILAI AKHLAK YANG TERKANDUNG DALAM KITAB …

v

menghadiri majlis burdah, semangat menyelesaikan skripsinya, sukses

untuk kita semua.

13. Nurul Zairina Luthfia, Intan Rabiatul Adawiyah S.pd, Fuji Islami S.pd,

Vionia Gemifanny tim pejuang skripsi yang selalu saling memberikan

motivasi serta hiburan di saat penat singgah dalam menyelesaikan karya

ilmiah ini. Semoga Allah menjadikan segala kebaikan mereka sebagai

pemberat amal kebajikan bagi kita semua, Jazakumullah ahsana wa

khairal jaza.

14. Para penghuni kosan Hj. Dewi, Fikri S.s, Erwin, Asad, Anto dan Kahfi

S.pd dan kepada Syeikh Taher, Fadlil, Bang Obi, Tarmizi, bang Haitami,

bang ridho dan semua para Gymers Syahida Inn yang selalu memberikan

hiburan, semangat dan kebahagiaan tersendiri di setiap momennya,

semoga ikatan silaturahim kita tetap terjalin hingga akhir hayat nanti.

Akhirnya penulis berharap semoga amal baik dari semua pihak

yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini

mendapatkan balasan pahala dari Allah SWT. Semoga karya ilmiah ini

dapat memberikan kontribusi wawasan bagi dunia ilmu pengetahuan dan

bermanfaat bagi kita semua, Amin.

Ciputat, 28 April 2017

Penulis,

Sayyidina Lutfir Rahman

Page 11: NILAI NILAI AKHLAK YANG TERKANDUNG DALAM KITAB …

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI

PERNYATAAN KARYA ILMIAH

ABSTRAKSI .................................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ................................................................................................. iii

DAFTAR ISI ................................................................................................................. vi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ............................................................................................. 1

B. Identifikasi Masalah ..................................................................................... 5

C. Pembatasan Masalah ..................................................................................... 6

D. Perumusan Masalah ........................................................................................ 6

E. Tujuan Penelitian ............................................................................................ 6

F. Manfaat Penelitian .......................................................................................... 6

BAB II KAJIAN TEORI A. Pengertian Nilai ............................................................................................. 8

B. Akhlak .......................................................................................................... 9

1. Pengertian Akhlak ................................................................................... 9

2. Macam-Macam Akhlak ........................................................................ 11

a. Akhlak Mahmudah ......................................................................... 12

b. Akhlak Madzmumah ...................................................................... 12

3. Ruang Lingkup Akhlak .......................................................................... 12

a. Akhlak Terhadap Allah SWT .......................................................... 13

b. Akhlak Terhadap Makhluk ............................................................ 15

4. Tujuan dan Manfaat Akhlak ................................................................. 18

C. Kitab Simtud Duror ..................................................................................... 19

D. Hasil Penelitian yang Relevan ...................................................................... 21

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian ...................................................................... 23

Page 12: NILAI NILAI AKHLAK YANG TERKANDUNG DALAM KITAB …

B. Metode Penelitiann ...................................................................................... 23

C. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data ............................................. 24

D. Teknik Pengumpulan Data ......................................................................... 25

E. Teknik Analisis Data .................................................................................. 25

F. Teknik Penulisan ........................................................................................ 27

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data ............................................................................................. 28

1. Profil dan Biografi Al-Habib Ali bin Muhammad bin Husein Al-Habsyi

28

2. Karya-Karya Al-Habib Ali Al-Habsyi ................................................. 37

B. Pembahasan ................................................................................................. 38

1. Akhlak Terhadap Allah SWT .............................................................. 38

a. Menyucikan dan Memuji-Nya ....................................................... 38

b. Memohon Ridho ............................................................................ 40

c. Bersyukur Kepada-Nya ................................................................. 43

2. Akhlak Terhadap Makhluk .................................................................. 46

a. Akhlak Terhadap Rasulullah SAW ............................................... 47

b. Akhlak Terhadap Diri Sendiri ....................................................... 47

1) Malu ........................................................................................ 47

2) Berperangai Lemah Lembut ................................................... 50

3) Tekad Kuat .............................................................................. 55

4) Zuhud ...................................................................................... 59

5) Dermawan ............................................................................... 61

6) Wibawa ................................................................................... 64

c. Akhlak Dalam Berkeluarga ........................................................... 66

1) Memilih Pasangan Hidup Yang Baik ..................................... 66

2) Adil ......................................................................................... 68

3) Kasih Sayang .......................................................................... 73

d. Akhlak Bermasyarakat .................................................................. 76

1) Memenuhi Undangan atau Janji dengan Tidak Membeda-

bedakan yang Mengundang .................................................... 76

2) Berkata Jujur ........................................................................... 78

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Page 13: NILAI NILAI AKHLAK YANG TERKANDUNG DALAM KITAB …

A. Kesimpulan ................................................................................................... 85

B. Saran ............................................................................................................ 87

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 88

Page 14: NILAI NILAI AKHLAK YANG TERKANDUNG DALAM KITAB …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Islam adalah agama yang sangat mengedepankan nilai-nilai akhlak.

Sebagaimana hadis Nabi Muhammad SAW:

ا بعثت لتم مكارم الخلق إن“Sesungguhnya Aku diutus untuk menyempurnakan kebaikan budi

pekerti”.1

Dalam diri Rasulullah SAW terdapat suri tauladan yang baik. Beliau

mempunyai perilaku yang santun dalam kehidupan sehari-harinya. Beliau

selalu mencontohkan kepada para sahabatnya akhlak yang mulia, akhlak Al-

Qur’an sekaligus Sebagai panutan umat. Hal tersebut telah dinyatakan Allah

SWT:

سوة حسنة لمن كان ي رجو الله والي وم الخر وذكر الله لقد كان لكم ف رسول الله أ ﴾۲۱﴿كثيرا

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan

yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah

dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (QS.

Al-Ahzab: 21)2

Akhlak merupakan dasar dan landasan yang kokoh untuk kehidupan

manusia, karena dengan akhlak hidup manusia menjadi bermanfaat, baik

dirumah, sekolah ataupun di masyarakat.

Ada dua jenis akhlak dalam islam, yaitu akhlaq al-karimah (akhlak

mulia) ialah akhlak yang baik dan benar menurut syariat Islam, dan akhlaq

al-mazmumah (akhlak tercela) ialah akhlak yang tidak baik dan tidak benar

1 Malik ibn Anas, Al-Muwaththa’, (Beirut: Darul Hadits 2010 t.t), Juz 2, h. 690

2 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya, (Jakarta: Lembaga Percetakan Al-Qur’an

Departemen Agama 2009), Jilid VII, h. 638.

Page 15: NILAI NILAI AKHLAK YANG TERKANDUNG DALAM KITAB …

2

menurut Islam.3 Dan dalam kehidupan sehari-hari biasa disebut dengan

akhlak baik dan akhlak buruk.

Dengan akhlaq al-karimah seseorang akan menjadi aman, tenang, dan

cenderung tidak akan melakukan perbuatan yang tercela. Seseorang yang

berakhlak mulia selalu akan berusaha menjalankan kewajiban-kewajibannya,

baik itu kewajiban terhadap diri sendiri yang menjadi hak diirinya, dan

terhadap Tuhan yang menjadi hak Tuhannya, juga terhadap makhluk lain.4

Sedangkan bagi orang yang mempunyai akhlaq al mazmumah, berkebalikan

dengan orang yang berakhlak baik, ia malah akan menyebabkan kerusakan

susunan sistem lingkungan, sama halnya dengan anggota tubuh yang terkena

penyakit yang semakin lama semakin akut.

Berbicara nilai-nilai akhlak, pada saat ini telah terjadi kemerosotan

akhlak khususnya pada generasi muda, menjamurnya perilaku merusak

diberbagai pelosok negeri ini seperti narkoba, tawuran, free sex, kekerasan

seksual terhadap remaja serta pembunuhan yang dilakukan oleh pelaku

kekerasan seksual sungguh memprihatinkan. Moral anak-anak bangsa kita

yang konon menjunjung tinggi nilai-nilai norma dengan adat ketimurannya

yang sangatlah sopan dan santun sekarang seakan hanya sekedar cerita. Oleh

karena itu akhlak para generasi muda sangatlah perlu untuk dibenahi dan

diperbaiki serta menjadi PR untuk kita semua sebagai generasi muda

Indonesia untuk mengembalikan moral bangsa Indonesia yang beradab.5

Penyebab lain yang besar peranannya terhadap kemerosotan akhlak

generasi muda adalah hilangnya sosok public figure bagi generasi muda. Al-

Habib Ali bin Muhammad bin Husein Al-Habsyi mengatakan dalam

syairnya:

ولقد اتصف صلى الله عليه وسلم من محاسن الخلق * بما تضيق عن كتابته بطون الوراق * كان صلى الله عليه وسلم احسن الناس خلقا و خلقا * و اولهم الى مكارم

3 Barmawi Umary, Materi Akhlak (Solo: Ramadhani, 1993), hal. 196

4 M.Yatimin Abdullah, Studi Akhlak dalam Perspektif Al-Qur’an, (Jakarta: Amzah, 2007),

hal. 1

5 https://dialektika-nusantara.blogspot.co.id/2016/05/krisis-moral-generasi-muda-

indonesia.html diakses pada tanggal 20 Oktober 2016, pukul 13.23

Page 16: NILAI NILAI AKHLAK YANG TERKANDUNG DALAM KITAB …

3

الا الاخلق سبقا * و اوسعهم بالمؤمنين حلما ورفقا ب را رؤف ا * لا يقول و لا يفعل * معروفا

Demikian luhur Akhlak Rasulullah SAW * Sehingga terasa sempit

kitab-kitab besar untuk merangkumnya * Sebab Beliau sebaik-baik

manusia * Dalam keindahan akhlak ataupun bentuk tubuhnya *

Selalu terdepan dalam berbuat kebajikan * lembut hatinya, luas kasih

sayangnya * Terutama bagi kaum beriman semuanya * Teramat baik,

teramat penyantun * Tiada berucap sesuatu melainkan berisi

kebaikan*6

Dari syair diatas bisa kita simpulkan bagaimana sosok atau public

figure idaman dan yang sebenarnya, berbeda jauh dengan realita keadaan

yang terjadi di Indonesia. Salah satu contohnya adalah seorang public figure

yang telah menghina Pancasila, seorang siswi yang membentak polisi dan

mengaku kerabat pejabat bukannya mereka berdua mendapatkan teguran

atau hukuman yang tegas justru mereka dijadikan sebagai seorang “Duta”.

Di Indonesia, peringatan Maulid Nabi sudah melembaga bahkan

ditetapkan sebagai hari libur nasional. Setiap memasuki bulan Rabi’ul

Awwal, berbagai ormas Islam, masjid, musholla, institusi pendidikan,

majelis ta’lim dan majelis dzikir bersiap memperingatinya dengan beragam

cara, dari sekadar pembacaan maulid Nabi, menggelar pengajian kecil-

kecilan hingga seremonial akbar dan bakti sosial, dari sekedar diskusi

hingga ritual-ritual yang sarat tradisi (lokal). Bahkan bukan hanya setiap

menjelang bulan Rabi’ul Awwal saja, pada setiap kamis malam atau malam

jumat masyarakat Indonesia pun membaca maulid Nabi sebagai bentuk

kecintaan mereka kepada Nabi Muhammad SAW.

6 Ali bin Muhammad bin Husein Al-Habsyi, Untaian Mutiara Kisah Kelahiran Manusia

Utama; Akhlak, Sifat dan Riwayat Hidupnya (Kisah Maulid Nabi Besar Muhammad SAW), Terj.

Simtud Durar Fi Akhbar Maulid Khairil Basyar wa Ma Lahu min Akhlaq wa Aushaf wa Siyar oleh

Alwi bin Ali Al-Habsyi, (Solo: Sekretariat Masjid Riyadh, 1992), Cet. II, h. 36

Page 17: NILAI NILAI AKHLAK YANG TERKANDUNG DALAM KITAB …

4

Di antara beberapa kitab maulid yang sudah masyhur, terdapat kitab

Simtud Durar yang berartikan untaian-untaian mutiara. Simtud durar

merupakan sebuah karya tulis berupa prosa, sajak serta menggunakan

bahasa yang indah berisikan tentang biografi Nabi Muhammad SAW,

mencakup nasabnya (silsilah), Kehidupannya dari masa kanak-kanak hingga

menjadi rasul. Selain itu, juga mengisahkan sifat-sifat mulia yang

dimilikinya, serta berbagai peristiwa untuk dijadikan teladan manusia.

Nama pengarangnya adalah Al-Habib Ali bin Muhammad bin Husein Al-

Habsyi beliau seorang sufi yang lahir di Qasam sebuah kota di Hadramaut

pada 1259H/1843M dan meningal pada 1333H/1915M.7

Faktanya saat ini tidak sedikit masyarakat yang tidak mengetahui

kitab Simtud Durar, memang benar pembacaan maulid Nabi bukanlah hal

yang asing bagi masyarakat Indonesia akan tetapi Kitab maulid yang

digunakan/dibaca hanya beberapa saja seperti maulid al-Barzanzi dan

maulid karya Imam Wajih ad-din Abdurahman bin Muhammad bin Umar

bin Ali Yusuf bin Ali bin Yusuf bin Ahmad bin Umar Ad Diba’i, padahal

masih ada beberapa lagi kitab Maulid selain kitab tersebut. Diantaranya

adalah kitab maulid Adhiya Ulami’ karangan Al-Habib Umar Bin

Muhammad Bin Hafidz Bin Syekh Abu Bakar bin Salim dan Maulid Simtud

Durar Karangan Al-Habib Ali Bin Muhammad Bin Husein Al-Habsyi.

Dikarenakan berbahasa Arab Masyarakat berasumsi bahwa kitab

Simtud Durar hanya sekedar di baca, enak dan merdu di dengar saja, hingga

mereka tidak mengetahui apa saja nilai-nilai yang terkandung dalam kitab

tersebut, begitu juga masyarakat di sekitar penulis yang tidak bisa membaca

huruf Arab alias hanya membaca Arab latin itu juga menjadi faktor

penyebab tidak tahunya masyarakat tentang kandungan Simtud Durar,

penulis pernah menjumpai vokal grup hadroh yang biasa melantunkan

Simtud Durar dengan merdu ketika disuruh baca dengan melihat teks tidak

7Ali bin Muhammad bin Husein Al-Habsyi, ibid., h 5

Page 18: NILAI NILAI AKHLAK YANG TERKANDUNG DALAM KITAB …

5

bisa, hal itu dikarenakan mereka bisa melantunkan bait-bait Simtud Durar

dengan merdu melalui hafalan saja.

Kebanyakan halaqah/kajian baik di masjid, mushola, majlis atau

tempat keagamaan masyarakat Indonesia disekitar penulis memang tentang

akhlak atau akhlak tasawuf, akan tetapi kitab yang digunakan bukanlah

Simtud Durar melainkan seperti Ihya Ulumuddin, Nasaih Ad diniyah dll,

sementara kitab Simtud Durar hanya dinukil sebagian kecilnya ketika

penyampain ceramah atau majlis taklim saja. Oleh karena itu tidak sedikit

masyarakat yang tidak mengetahui benar kandungan apa saja yang terdapat

dalam kitab Simtud Durar.

Untuk itu penulis tertarik untuk meneliti karya fenomenal mengenai

nilai-nilai akhlak yang terdapat dalam kitab Simtud Durar. Berdasarkan

pemaparan di atas penulis termotivasi untuk menyusun sebuah skripsi yang

berjudul NILAI NILAI AKHLAK YANG TERKANDUNG DALAM

KITAB SIMTUD DURAR KARANGAN AL-HABIB ALI BIN

MUHAMMAD BIN HUSEIN AL-HABSYI.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang sudah dijelaskan di atas, maka dapat

diidentifikasikan masalah penelitian sebagai berikut:

1. Dikarenakan berbahasa Arab banyak kalangan masyarakat yang

belum faham, sebagaimana di tempat penulis mereka memahami

bahwa Simtud Durar yang mengkisahkan sejarah Nabi Muhammad

SAW yang penuh dengan nilai-nilai akhlak hanya sebatas bacaan

sebagai bentuk penghormatan kepada Rasulullah dalam acara ritual

keagamaan.

2. Masyakarat belum mengenal kitab Simtud Duror.

3. Belum adanya halaqah, majlis, dan kajian yang membedah kitab

Simtud Durar.

Page 19: NILAI NILAI AKHLAK YANG TERKANDUNG DALAM KITAB …

6

C. Pembatasan Masalah

Atas dasar latar belakang serta identifikasi masalah tersebut peneliti

memfokuskan dan membatasi masalah penelitian ini dengan upaya

menemukan dan meneliti lebih rinci mengenai Nilai-nilai Akhlak yang

terkandung dalam Kitab Simtud Durar karangan Al-Habib Ali bin Husein

bin Muhammad Al-Habsyi.

D. Perumusan Masalah

Nilai-nilai akhlak apa saja yang terkandung dalam kitab Simtud Durar

karangan Al-Habib Ali bin Muhammad bin Husein Al-Habsyi?

E. Tujuan Dan Manfaat Hasil Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan

untuk:

1. Menyebutkan nilai-nilai akhlak yang terkandung dalam kitab Simtud

Durar Al-Habib Ali bin Muhammad bin Husein Al-Habsyi.

2. Menjelaskan nilai-nilai akhlak yang terkandung dalam kitab Simtud

Durar Al-Habib Ali bin Muhammad bin Husein Al-Habsyi.

Adapun manfaat hasil penelitian ini ialah:

1. Kegunaan bagi penulis adalah untuk memperkaya wawasan keilmuan,

khususnya dalam bidang pendidikan akhlak.

2. Menambah khazanah pendidikan Islam tentang nilai-nilai pendidikan

akhlak yang terkandung dalam kitab Simtud Durar karangan Al-Habib

Ali bin Muhammad bin Husein Al-Habsyi.

3. Bagi para pembaca, penelitian ini bisa menambah motivasi untuk

mengamalkan nilai-nilai pendidikan akhlak yang terkandung dalam

kitab Simtud Durar Al-Habib Ali bin Muhammad bin Husein Al-

Habsyi.

Page 20: NILAI NILAI AKHLAK YANG TERKANDUNG DALAM KITAB …

7

4. Bagi Uin Syarif Hidayatullah Jakarta, penelitian ini diharapkan dapat

memperkaya khazanah keilmuan dalam bidang pendidikan Islam.

5. Membantu pemangku kebijakan pendidikan dalam upaya memperbaiki

dan mengembangkan pendidikan akhlak di Indonesia.

Page 21: NILAI NILAI AKHLAK YANG TERKANDUNG DALAM KITAB …

8

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Pengertian Nilai

Nilai adalah “harga” atau “sifat-sifat” hal yang penting atau

berguna bagi kemanusiaan.8

Istilah nilai (value) menurut kamus Poerwodarminto diartikan

sebagai berikut:

1. Harga dalam arti taksiran, misalnya nilai emas.

2. Harga sesuatu, misalnya orang.

3. Angka, skor.

4. Kadar, mutu.

5. Sifat-sifat atau hal penting bagi kemanusiaan.9

Menurut Bambang Daroeso ciri-ciri nilai adalah:

1. Nilai itu suatu realitas abstrak dan ada dalam kehidupan

manusia.

2. Nilai memiliki sifat normatif, artinya nilai mengandung

harapan, cita-cita, dan suatu keharusan sehingga nilai memiliki

sifat ideal.

3. Nilai berfungsi sebagai daya dorong/motivator dan manusia

adalah pendukung nilai.10

Dengan demikian penulis menyimpulkan bahwa nilai adalah

sifat-sifat yang bermanfaat bagi daerah sekitarnya yang keluar dari

suatu benda dalam hal ini adalah manusia.

8 Tim Penyusun dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus

Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1998), Cet. I, h. 615.

9 http://keajaibanikhlas.blogspot.co.id/2013/02/pengertian-nilai.html diakses pada tanggal 28

November 2016, pukul: 11.55.

10

http://uzey.blogspot.co.id/2009/09/pengertian-nilai.html diakses pada tanggal 28 November

2016 pukul: 12.02.

Page 22: NILAI NILAI AKHLAK YANG TERKANDUNG DALAM KITAB …

9

B. Akhlak

1. Pengertian akhlak

Dilihat dari sudut bahasa (etimologi), perkataan akhlak

(bahasa arab) adalah bentuk jamak dari kata Khuluq. Khuluq di

dalam Kamus Al-Munjid berarti budi pekerti, perangai, tingkah

laku atau tabiat.11

Menurut Quraish Shihab walaupun kata akhlak

terambil dari bahasa Arab tetapi kata tersebut tidak ditemukan di

dalam Al-Qur’an, yang ditemukan hanyalah bentuk tunggal yaitu

Khuluq yang tercantung dalam surat al-Qalam ayat 4:

( ٤و إنك لعلى خلق عظيم ) “Dan sesungguhnya engkau benar-benar berbudi pekerti yang

luhur.” (Q.S Al-Qalam: 4)12

Prof. Dr. Ahmad Amin mengatakan bahwa akhlak ialah

kebiasaan kehendak.13

Ini berarti bahwa kehendak itu bisa

dibiasakan akan sesuatu maka kebiasaannya itu disebut akhlak.

Contohnya, bila dibiasakan memberi, maka kebiasaan itu ialah

akhlak dermawan. Di dalam Ensiklopedi Pendidikan dikatakan

bahwa akhlak ialah budi pekerti, watak, kesusilaan (kesadaran etik

dan moral) yaitu kelakukan baik yang merupakan akibat dari sikap

jiwa yang benar terhadap Khaliknya dan terhadap sesama

manusia.14

Dilihat dari sudut istilah (terminologi), pengertian akhlak

menurut para ahli adalah sebagai berikut:

a. Ibn Miskawaih dalam bukunya Tahdzib Al-Akhlaq, beliau

mendefinisikan akhlak adalah keadaan jiwa seseorang yang

11 Luis Ma’luf, Kamus Al-Munjid,(Beirut: Al-Maktabah Al-Katulikiyah), hlm. 194.

12

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya, (Jakarta: Lembaga Percetakan Al-Qur’an

Departemen Agama 2009), Jilid X, h. 451.

13

Ahmad Amin, Kitab Akhlak, (Cairo: Dar Al-Kutubiyah t.t), hlm. 15.

14

Soegarda Poerbakawatja, Ensiklopedi Pendidikan, (Jakarta: Gunung Agung, 1981), hlm. 9.

Page 23: NILAI NILAI AKHLAK YANG TERKANDUNG DALAM KITAB …

10

mendorongnya untuk melakukan perbuatan tanpa terlebih

dahulu melalui pemikiran dan pertimbangan.15

b. Abdul Hamid mengatakan akhlak ialah ilmu tentang

keutamaan yang harus dilakukan dengan cara mengikutinya

sehingga jiwanya terisi dengan kebaikan dan tentang

keburukan yang harus dihindarinya sehingga jiwanya kosong

(bersih) dari segala bentuk keburukan.16

c. Ibrahim Anis mengatakan akhlak ialah ilmu yang objeknya

membahas nilai-nilai yang berkaitan dengan perbuatan

manusia, dapat disifatkan dengan baik dan buruknya.17

d. Farid Ma’ruf mendefinisikan akhlak sebagai kehendak jiwa

manusia yang menimbulkan perbuatan dengan mudah karena

kebiasaan, tanpa memerlukan pertimbangan pikiran terlebih

dahulu.18

Dikutip oleh Asmaran, di dalam kitab Al-Mu’jam al-Wasit

disebutkan definisi akhlak sebagai berikut:

الخلق عبارة حال للنفس راسخة تصدر عنها العمال من خير أو شر من غير حاجة إلى فكر و رؤية

“Akhlak ialah sifat yang tertanam dalam jiwa, yang

dengannya lahirlah macam-macam perbuatan, baik atau

buruk, tanpa membutuhkan pemikiran dan

pertimbangan”.19

Imam Ghazali mengemukakan dalam kitab Ihya Ulumuddin

sebagai berikut:

15 Muhammad Alim, Pendidikan Agama Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), h.

151.

16

Yatimin Abdullah, Studi Akhlak dalam Perspektif Al-Qur’an, (Jakarta: Amzah, 2007), h. 3.

17

Ibid.,

18

Ibid., h. 4.

19

Asmaran, Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1994), Cet ke II, h.

5

Page 24: NILAI NILAI AKHLAK YANG TERKANDUNG DALAM KITAB …

11

الخلق عبارة عن هيئة النفس راسخة عنها تصدرالافعال بسهولة ويسر من غير حاجة الى فكر وروية

“Akhlak ialah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang

daripadanya timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah,

dengan tidak memerlukan pertimbangan dan fikiran

terlebih dahulu”.20

Jadi pada hakikatnya Khulq (budi pekerti) atau akhlak ialah

suatu kondisi atau sifat yang telah meresap dalam jiwa dan menjadi

kepribadian hingga dari situ timbullah berbagai macam perbuatan

dengan cara spontan dan mudah tanpa dibuat-buat dan tanpa

memerlukan pemikiran.

2. Macam Macam Akhlak

Secara teoritik, akhlak dapat dibedakan menjadi dua yaitu:

Akhlak Mahmudah dan Akhlak Madzmumah. Akhlak Mahmudah

adalah akhlak yang sejalan dengan Al-Qur’an dan Sunnah. Sedangkan

Akhlak Madznumah adalah perbuatan yang melanggar aturan yang

ditentukan oleh Allah dan Rasul-Nya.21

Akhlak mahmudah terdiri dari dua kata yakni akhlak dan

mahmudah. Pengertian akhlak sebagaimana telah dikemukakan pada

pembahasan sebelumnya. Adapun Mahmudah dari kata hamida yang

berarti dipuji22

. Kemudian secara bahasa digunakan untuk

menunjukkan sesuatu yang utama sebagai akibat dari melakukan yang

disukai oleh Allah.23

20 Ibid.,

21

Rosihon Anwar, Akhlak Tasawuf, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2010), h. 30

22

Ibid., h. 87.

23

Arti kata kata al-mahmudah dikutip oleh Abuddin Nata dari Mu’jam Al-Fadz Al-Qur’an

karangan Al-Raghib Al-Alsfahani lihat Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: Raja Grafindo

Persada, 2009), h. 121

Page 25: NILAI NILAI AKHLAK YANG TERKANDUNG DALAM KITAB …

12

a. Akhlak Mahmudah

Berikut ini dikemukakan beberapa penjelasan tentang

pengertian Akhlak Mahmudah:

1) Menurut Al-Ghazali, akhlak mahmudah merupakan sumber

ketaatan dan kedekatan kepada Allah SWT.

2) Menurut Al-Quzwaini, akhlak mahmudah ialah ketepatan

jiwa dengan perilaku yang baik dan terpuji.

3) Menurut Al-Mawardi, akhlak mahmudah adalah perangai

yang baik dan ucapan yang baik.

4) Menurut Abu Dawud As-Sijistani, akhlak mahmudah adalah

perbuatan-perbuatan yang disenangi.24

b. Akhlak Madzmumah

Kata Madzmumah berasal dari bahasa Arab yang artinya

tercela.25

Moh. Ardani menyatakan bahwa akhlak madzmumah

ialah apa-apa yang sesuai dengan larangan Allah dan Rasul-Nya,

serta melahirkan perbuatan-perbuatan yang buruk.26

Dengan

demikian akhlak madzmumah itu adalah sesuatu yang dinilai

sebaliknya dari akhlak mahmudah, dan tidak disukai

kehadirannya oleh manusia.

3. Ruang Lingkup Akhlak

Menurut Muhammad Daud Ali secara garis besar akhlak

terbagi menjadi dua bagian. Pertama adalah akhlak terhadap Allah

SWT, kedua adalah akhlak terhadap makhluk (semua ciptaan Allah).27

24 Rosihon Anwar, op.cit, h. 88

25

Ibid, h. 121

26

Moh. Ardani, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: CV. Karya Mulia, 2005), Ed II, h. 61

27

Ali Muhammad Daud, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,

1998), h. 352

Page 26: NILAI NILAI AKHLAK YANG TERKANDUNG DALAM KITAB …

13

a. Akhlak terhadap Allah SWT

Menurut Muhammad Quraish Shihab, akhlak manusia terhadap

Allah SWT bertitik tolak dari pengakuan dan kesadarannya bahwa tidak

ada tuhan selain Allah SWT yang memiliki segala sifat terpuji dan

sempurna. Dari pengakuan dan kesadaran itu akan lahir tingkah laku dan

sikap sebagai berikut:

1. Menyucikan Allah SWT dan memuji-Nya. Ini terlihat antara lain

dalam firman Allah:

دحم ل ٱوقل ﴾٩٣﴿ملونتع عماف ل ب غ ربكومار فونها فتع ۦت ه ءاي سير يكم لل Dan katakanlah (Muhammad): "Segala puji bagi Allah, Dia akan

memperlihatkan kepadamu tanda-tanda kebesaran-Nya, maka

kamu akan mengetahuinya. Dan Tuhanmu tiada lalai dari apa

yang kamu kerjakan". (Q.S. An-Naml : 93)28

Di dalam ayat lainnya Allah berfirman:

فونعمالل ٱنح سب ﴾۱٥٩﴿يص

“Maha Suci Allah dari apa yang mereka sifatkan.” (Q.S. Ash-

Shaffat : 159)29

2. Bertawakkal kepada Allah SWT setelah berusaha terlebih dahulu.

Dalam Al-Qur’an perintah bertawakal kepada Allah SWT terulang

dalam bentuk tunggal (Tawakkal) sebanyak sembilan kali dan dalam

bentuk jamak (Tawakkalu) sebanyak dua kali. Semuanya didahului

oleh perintah melakukan sesuatu seperti dalam firman Allah:

ن زق وير ب ثليح حي هم إ نٱلل ۥ بهعلىٱلل فهوحس ومنيتوكل تس

ل غأم شي قد ۦر ه ب ﴾٩٣﴿ار قد ء جعلٱللل كل“Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-

sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah

niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya

28 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya, (Jakarta: Lembaga Percetakan Al-Qur’an

Departemen Agama 2009), Jilid VII, h. 255.

29 Ibid, Jilid VIII, h. 325.

Page 27: NILAI NILAI AKHLAK YANG TERKANDUNG DALAM KITAB …

14

Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya

Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.” (Q.S.

Ath-Thalaq : 93)

Ayat lainnya:

ن خلوا تد لن يبي وقال د و باب م ن خلوا د ٱوح ب و أب م قة تفر ن يأغ وما م

نعنكم نلل ٱم إ لمحك ل ٱإ ن ء شي م توكل ه علي لل يتوكل فل ه وعلي ت

لونل ٱ ﴾٦٧﴿متوك

Dan Ya´qub berkata: "Hai anak-anakku janganlah kamu

(bersama-sama) masuk dari satu pintu gerbang, dan masuklah dari

pintu-pintu gerbang yang berlain-lain; namun demikian aku tiada

dapat melepaskan kamu barang sedikitpun dari pada (takdir)

Allah. Keputusan menetapkan (sesuatu) hanyalah hak Allah;

kepada-Nya-lah aku bertawakkal dan hendaklah kepada-Nya saja

orang-orang yang bertawakkal berserah diri". (Q.S. Yusuf : 67)30

3. Berbaik sangka kepada Allah SWT, bahwa yang ditentukan Allah

SWT kepada makhluk-Nya hanyalah kebaikan, sesuai dengan firman-

Nya:31

وس إ لسانف للٱيكلفل ﴾۲۸٦﴿ عها

“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan

kesanggupannya.” (Q.S. Al-Baqarah: 286)32

Ayat lainnya adalah (Q.S. 4:79)

ن أصابكما نحسنة م نأصابكا وملل ٱفم نسيئة م ك نف فم س

ل لناس كن سل وأر ﴾٧٩﴿اشه يد لل ٱب وكفى رسول

“Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa

saja bencana yang menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu

30 Ibid, Jilid V, h. 18.

31

Hafizh Dasuki (eds). Ensiklopedi Hukum Islam, (Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeve,

2008), Jilid I, h. 75

32 Departemen Agama RI, op.cit, Jilid I, h. 439.

Page 28: NILAI NILAI AKHLAK YANG TERKANDUNG DALAM KITAB …

15

sendiri. Kami mengutusmu menjadi Rasul kepada segenap

manusia. Dan cukuplah Allah menjadi saksi. (Q.S. An-Nisa: 79)33

Sementara menurut Muhammad Daud Ali akhlak terhadap Allah

SWT yakni sebagai berikut:

1) Melaksanakan segala perintahnya dan menjauhi segala larangan-

Nya.34

2) Mengharapkan dan berusaha memperoleh keridhaan Allah SWT.

3) Mensyukuri nikmat dan karunia Allah SWT.

4) Menerima dengan ikhlas semua qada dan qadar Allah setelah

berikhtiar semaksimal mungkin.

5) Memohon ampun atau bertaubat hanya kepada Allah SWT.35

b. Akhlak Terhadap Makhluk

Akhlak terhadap makhluk ini terbagi menjadi dua bagian yaitu:

pertama, akhlak terhadap manusia. Kedua, akhlak terhadap selain

manusia. Adapun akhlak terhadap manusia yaitu:

1) Akhlak terhadap Nabi Muhammad SAW seperti mencintai

Rasulullah, menjadikan Nabi Muhammad SAW sebagai idola

sekaligus menjadi suri tauladan bagi dirinya, ikhlas beriman kepada

Rasulullah SAW, mengucapkan Shalawat serta salam,

menghidupkan Sunnah Nabi Muhammad SAW dan menghormati

para pewaris Nabi Muhammad SAW.36

2) Akhlak terhadap orang tua seperti mencintai mereka melebihi

kerabat lainnya, merendahkan diri kepada keduanaya, berkata

lemah lembut, menaati segala perintah keduanya dan mendoakan

keselamatan serta ampunan bagi keduanya.

33 Ibid, Jilid II, h. 217.

34

Ali Muhammad Daud, op.cit, h. 356

35

Ibid., 356-357.

36

Moh. Ardani, op.cit, h. 74.

Page 29: NILAI NILAI AKHLAK YANG TERKANDUNG DALAM KITAB …

16

3) Akhlak terhadap diri sendiri, antara lain memelihara kesucian diri,

jujur, rendah hati dan malu melakukan perbuatan jahat.

4) Akhlak terhadap keluarga, seperti saling membina rasa cinta dan

kasih sayang dalam kehidupan keluarga, saling menunaikan

kewajiban untuk memperoleh hak, berbakti kepada kedua orang

tua, mendidik anak dengan kasih sayang dan saling mengunjungi

atau silaturahim.

5) Akhlak terhadap masyakarat, seperti memuliakan tamu,

menghormati nilai dan norma yang berlaku, saling tolong

menolong dalam kebajikan, memberi makan fakir miskin serta

berusaha melapangkan kehidupannya.37

Sedangkan akhlak terhadap selain manusia yaitu bisa disebut juga

akhlak terhadap lingkungan hidup, “yang dimaksud dengan lingkungan

hidup di sini adalah segala sesuatu yang berada di sekitar manusia,

seperti binatang, tumbuh-tumbuhan, bebatuan dan benda-benda yang

tidak bernyawa. Akhlak yang dianjurkan Al-Qur’an terhadap lingkungan

bersumber dari fungsi manusia sebagai khalifah.38

Ada beberapa ayat yang berhubungan dengan lingkungan hidup,

pertama Allah SWT menciptakan alam ini dengan tujuan bertafakur,

sebagaimana firman-Nya:

ٱوت و لسم ٱق خل ف يإ ن ٱوض ر ل ر يتج لت يٱك فل ل ٱولنهار ٱول لي ٱف ت ل خ

نللٱأنزلوما لناسٱينفعب مار بح ل ٱف ي نء لسما ٱم ب ه يافأح ء ما م

ٱ نف يهاوبثت هامو دبع ضر ل ي ٱر يف وتص بة دا كل م لسحاب ٱوح لر

ٱوء لسما ٱنبي مسخر ل ٱ ض ر ل ﴾۱٦٤﴿ق لونيع م لقو ت ي ل

37 Ali Muhammad Daud, op.cit, h. 357-358.

38

Abuddin Nata, Akhlak Tassawuf, (Jakarta: Rajawali Persi, 2012), Cet ke 11, h. 152.

Page 30: NILAI NILAI AKHLAK YANG TERKANDUNG DALAM KITAB …

17

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih

bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut

membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah

turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan

bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi itu

segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang

dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-

tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang

memikirkan.” (Q.S. Al-Baqarah: 164)39

Kedua, Allah SWT menundukkannya untuk kemaslahatan

manusia.40

Sesuai firman-Nya:

ٱلكمجعللذ يٱهو ضر ل نوكلوا مناك ب هاف يشوا م ٱفذلول ز م ه وإ لي ۦق ه ر

﴾۱٥﴿لنشورٱ

“Dialah Yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka

berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebahagian dari

rezeki-Nya. Dan hanya kepada-Nya-lah kamu (kembali setelah)

dibangkitkan.” (Q.S.Al-Mulk:15)41

Ayat lainnya:

يرو ف يهاناوجعل خ ش س ﴾۲٧﴿افرات ء ما كمن قي وأس ت م

“Dan Kami jadikan padanya gunung-gunung yang tinggi, dan

Kami beri minum kamu dengan air tawar.” (Q.S.Al-

Mursalaat:27)42

Menurut Muhammad Daud Ali akhlak terhadap lingkungan antara lain:

1) Sadar dan memelihara kelestarian lingkungan.

2) Menjaga dan memanfatkan alam.

3) Berkasih sayang terhadap sesama makhluk.43

39 Departemen Agama RI, op,cit, Jilid I, h. 239.

40

Hafizh Dasuki (eds), op.cit Jilid I, h. 76

41

Departemen Agama RI, op.cit, Jilid X, h. 237.

42

Ibid, Jilid X, h. 492.

43

Ali Muhammad Daud, op.cit, h. 359.

Page 31: NILAI NILAI AKHLAK YANG TERKANDUNG DALAM KITAB …

18

4. Tujuan dan Manfaat Akhlak

Secara umum tujuan akhlak adalah tercapainya kebaikan dan

keutamaan. Adapun kebaikan manusia menurut Al-Ghazali sebagaimana

yang dikutip Kasmuri Selamat dan Ihsan Sanusi bersumber pada empat

hal:

a. Kebaikan Jiwa (Al-Nafs) ini berasal dari ilmu, kebijaksanaan,

kesucian diri dan keadilan.

b. Kebaikan dan keutamaan badan (Jasmaniah). Bisa diperoleh

melalui sehat, kuat, tampan dan panjang usia.

c. Kebaikan yang datang dari luar (Exsternal/Al-Kharijiyah). Berasal

dari harta, keluarga, pangkat, nama baik dan kehormatan.

d. Kebaikan bimbingan (Taufiq Hidayah). Ini diperoleh dengan

petunjuk, bimbingan, pelurusan dan penguatan dari Allah.44

Menurut Ahmad Amin seperti yang dikutip Abuddin Nata manfaat

akhlak yaitu: menyebabkan kita dapat menetapkan sebagian perbuatan

lainnya sebagai yang baik dan sebagian perbuatan lainnya sebagai yang

buruk. Bersikap adil termasuk baik, sedangankan berbuat zalim termasuk

perbuatan buruk, membayar hutang kepada pemiliknya termasuk

perbuatan baik, sedangkan mengingkari hutang termasuk perbuatan

buruk.45

Akhlak mulia juga berguna dalam mengarahkan dan mewarnai

berbagai aktivitas kehidupan manusia di segala bidang. Seseorang yang

memiliki ilmu pengetahuan dan teknologi yang maju disertai dengan

akhlak mulia, niscaya ilmu pengetahuan dan teknologi modern yang ia

milikinya itu akan dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk kebaikan hidup

manusia. Sebaliknya orang yang memiliki ilmu pengetahuan teknologi dan

44 Kasmuri Selamat dan Ihsan Sanusi, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: Kalam Mulia, 2012), h. 8

45

Abuddin Nata, op.cit, h. 13

Page 32: NILAI NILAI AKHLAK YANG TERKANDUNG DALAM KITAB …

19

sebagainya namun disertai dengan akhlak tercela, maka semuanya itu akan

disalahgunakan yang berakibat akan timbulnya bencana di muka bumi.46

Ibnu Miskawaih pengarang Kitab Tahdzib al-Akhlaq seperti yang

dikutip Muhammad Fauqi Hajjaj menyebutkan tujuan ilmu ini ketika

menyinggung tujuannya menulis kitab tersebut. Ia mengatakan: “Tujuan

kami menyusun kitab ini adalah agar diri kita memperoleh moralitas

(khuluq) yang membuat seluruh perbuatan kita terpuji sehingga

menjadikan diri kita pribadi yang mudah, tanpa beban dan kesulitan.47

Dengan demikian secara ringkas penulis menyimpulkan bahwa

tujuan akhlak adalah tercapainya kebahagiaan manusia di dunia dan

akhirat berdasarkan pentunjuk Al-Qur’an dan Hadits. Sedangkan manfaat

akhlak ialah untuk memberikan pedoman atau petunjuk bagi manusia

dalam mengetahui perbuatan yang baik atau yang buruk. Terhadap

perbuatan yang baik ia akan berusaha untuk melakukannya dan terhadap

perbuatan yang buruk pasti ia akan berusaha untuk menghindarinya,

sehingga segala tindakannya tersebut tetap berada dalam jalur yang benar

agar mendapat keridhaan Allah SWT.

C. Kitab Simtud Duror

Kitab Simtud Duror Fi Akhbar Maulid Khair Al-Basyar Wa Ma

Lahu Min Akhlaq Wa Ausaf Wa Siyar adalah sebuah kitab yang berisikan

maulid Nabi Muhammad SAW. Kitab yang menerangkan riwayat hidup

Nabi Muhammad SAW dari kelahiran beliau hingga diangkat menjadi

salah seorang Rasulullah. Kitab tersebut ditulis setelah kitab-kitab maulid

yang telah masyhur sebelumnya seperti kitab Al-Barzanzi, Ad-Diba’i,

Burdah Al-Madih dan kitab-kitab maulid yang lainnya.

46 Ibid, h. 16

47

Muhammad Fauqi Hajjaj, Tassawuf Islam dan Akhlak, Terj dari Tashawwuf Al-Islami wa

Al-Akhlaq, oleh Kamran As’at Irsyady dan Fakhri Ghazali, (Jakarta: Sinar Grafika Offset, 2013),

Cet. II, h. 224.

Page 33: NILAI NILAI AKHLAK YANG TERKANDUNG DALAM KITAB …

20

Kitab Simtud Duror ada sebagai aktualisasi kecintaan Al-Habib Ali

kepada Rasulullah SAW. Beliau menulis Simtud Duror ketika usia beliau

menginjak 68 tahun. 48

Al-Habib Ali mendiktekan paragraf awal dari

maulid Simtud Duror pada hari kamis 26 Syafar 1327 H. Simtud Duror

dalam penulisannya selalu mendapatkan penyempurnaan dari Al-Habib

Ali dan pada hari kamis 10 Rabi’ul Awwal beliau telah menyempurnakan

semuanya.49

Maulid Simtud Duror dibacakan pertama kali di rumah Al-Habib

Ali sendiri. Kemudian pada tanggal 12 Rabi’ul Awwal beliau

membacakan kitab maulid Simtud Duror di rumah Al-Habib Umar bin

Hamid murid Al-Habib Ali. Semenjak itulah Al-Habib Ali selalu

membaca kitab maulid karangan beliau sendiri. Kemudian pada tanggal 27

Sya’ban 1327 H Al-Habib Umar membawakan naskah Simtud Duror

untuk dibacakan dihadapan Nabi Muhammad SAW di Madinah. 50

Dengan gaya bahasanya yang indah kitab Simtud Duror dengan

cepat tersebar di seluruh dunia. Bahkan Indonesia pun menjadi salah satu

tempat yang subur akan perkembangan Simtud Duror. Setiap majelis

keagamaan seperti ulang tahun, pernikahan, kelahiran seorang anak dan

ritual keagamaan lainnya Simtud Duror selalu dibacakan dalam acara

tersebut. Banyak yang merasakan dengan membaca kitab Simtud Duror

hati mereka terasa tenang dan tentram. Serasa merasakan kehadiran Nabi

Muhammad SAW. Hal ini menunjukkan bahwa kitab Simtud Duror

karangan Al-Habib Ali bin Muhammad bin Husein Al-Habsyi diterima

oleh masyarakat.

48 Ali bin Muhammad bin Husein Al-Habsyi, Untaian Mutiara Kisah Kelahiran Manusia

Utama; Akhlak, Sifat dan Riwayat Hidupnya (Kisah Maulid Nabi Besar Muhammad SAW), Terj.

Simtud Durar Fi Akhbar Maulid Khairil Basyar wa Ma Lahu min Akhlaq wa Aushaf wa Siyar oleh

Alwi bin Ali Al-Habsyi, (Solo: Sekretariat Masjid Riyadh, 1992), Cet. II, h. 60 49

Ibid , h. 61 50

Ibid

Page 34: NILAI NILAI AKHLAK YANG TERKANDUNG DALAM KITAB …

21

Kitab Simtud Duror terbagi dalam beberapa pasal yang semuanya

terdiri dari 13 pasal. Setiap pasal menerangkan tentang Nabi Muhammad

SAW secara berurutan.

D. Hasil Penelitian yang Relevan

Berikut ini peneliti sajikan beberapa penelitian terdahulu yang

menyangkut tentang nilai-nilai akhlak. Penelitian-penelitian tersebut

digunakan sebagai acuan dan referensi untuk memahami nilai-nilai akhlak

yang akan menjadi objek dalam penelitian ini.

Hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini diantaranya

adalah:

1. Irma Nurfauziah dengan skripsinya yang berjudul “Nilai-Nilai

Pendidikan Akhlak yang Terkandung dalam Novel Hafalan Sholat

Delisa Karya Darwis Tere-Liye” (Skripsi UIN 2014). Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui nilai-nilai pendidikan akhlak yang

terkandung dalam novel Hapalan Shalat Delisa. Penelitian deskriptif

kualitatif dengan menggunakan metode content analysis. Dari

penelitian ditemukan beberapa nilai yang terkandung meliputi: akhlak

kepada Allah dan Rasul-Nya, akhlak terhadap diri sendiri, akhlak

terhadap sesame, dan akhlak terhadap lingkungan.

2. Ahmad Haitami dengan skripsinya yang berjudul “Nilai-Nilai

Pendidikan Akhlak yang Terkandung Dalam Kitab Ad-Diba’i”

(Skripsi UIN 2015). Penelitian ini mengkaji tentang nilai-nilai

pendidikan akhlak yang terkandung dalam kitab Ad-Diba’i dengan

menggunakan metode library research.

3. Neneng Silma Julianti dengan skripsinya yang berjudul “Unsur-unsur

Sastra Dalam Sya’ir Madah Nabi Al-Habib Ali bin Muhammad Al-

Habsyi” (Skripsi UIN 2007). Penelitian ini mengkaji tentang Unsur-

unsur Sastra Dalam Sya’ir Madah Nabi Al-Habib Ali bin Muhammad

Al-Habsyi dengan menggunakan metode library research.

Page 35: NILAI NILAI AKHLAK YANG TERKANDUNG DALAM KITAB …

22

Setelah penulis melihat dari skripsi yang sudah ada, skripsi ini

memiliki perbedaan dari skripsi-skripsi yang sudah ada dan ditulis oleh

penulis-penulis sebelumnya, dan yang membedakannya adalah objek

penelitiannya, dalam skripsi ini adalah nilai-nilai akhlak yang terkandung

dalam kitab Simtud Durar Fi Akhbar Maulid Khair Al-Basyar Wa Ma

Lahu Min Akhlaq Wa Atsar Wa Siyar.

Page 36: NILAI NILAI AKHLAK YANG TERKANDUNG DALAM KITAB …

23

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Perpustakaan Utama UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Adapun waktu

penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2016 - Maret 2017.

B. Metode Penelitian

Metode adalah prosedur/cara mengetahui sesuatu dengan langkah-

langkah sistematis.51

Metode penelitian merupakan suatu rancangan cara

atau kegiatan pelaksanaan penelitian yang didasari oleh asumsi-asumsi

dasar, pandangan-pandangan filosofis dan ideologis, pertanyaan dan isu-

isu yang dihadapi.52

Penelitian pada hakikatnya adalah suatu kegiatan untuk

memperoleh kebenaran mengenai sesuai masalah dengan menggunakan

metode ilmiah.53

Dorongan utama untuk mengadakan penelitian adalah

insting rasa ingin tahu yang ada pada setiap manusia.

Skripsi ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif.

Penelitian kualitatif adalah suatu pendekatan penelitian yang ditujukan

untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas

sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara individual

atau kelompok.54

Adapun metode penelitian yang digunakan adalah

Library Research yaitu lebih menitikberatkan pada pengumpulan data dari

berbagai sumber yang relevan (seperti buku, jurnal dan internet) yang

51 Sedarmayanti dan Syarifudin Hidayat, Metodologi Penelitian, (Bandung: Mandar Maju,

2011), Cet II, h. 25.

52

Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya,

2006), Cet. II, h. 52.

53

Moh. Kasiram, Metodologi Penelitian, (Malang: UIN-Malang, 2008), Cet. I, h. 26.

54

Ibid, h. 60

Page 37: NILAI NILAI AKHLAK YANG TERKANDUNG DALAM KITAB …

24

terkait dengan judul. Guna menjawab permasalahan Nilai nilai akhlak

yang terkandung dalam kitab Simtud Duror karangan Al-Habib Ali Bin

Muhammad Bin Hiusain Al-Habsyi.

C. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data

Prosedur pengumpulan data dilakukan untuk menunjang penelitian,

karena data yang digunakan adalah berbagai informasi, misalnya buku-

buku yang berkaitan dengan penelitian, ensiklopedi dan internet.

Untuk memperoleh data dan informasi yang berhubungan dengan

tujuan penelitian, maka sumber data yang digunakan adalah data primer

dan data sekunder.

1. Sumber Primer

Sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan

data kepada pengumpul data.55

Sedangkan yang dimaksud sumber

primer dalam penelitian ini merupakan literatur yang membahas

secara langsung objek permasalahan pada penelitian ini, yaitu kitab

Simtu Ad-Duror Fi Akhbar Maulid Khair Al-Basyar Wa Ma Lahu Min

Akhlaq Wa Ausaf Wa Siyar (Untaian Mutiara Kisah Kelahiran

Manusia Utama; Akhlak, Sifat dan Riwayat Hidupnya {Kisah maulid

Nabi besar Muhammad SAW}) Karya Al-Habib Al Allamah Ali Bin

Muhammad Bin Husain Al-Habsyi yang diterbitkan oleh H. Anis Bin

Alwi Bin Ali Al-habsyi tahun 1992 di Solo.

2. Sumber Sekunder

Sumber sekunder merupakan sumber penunjang yang

dijadikan alat untuk membantu penelitian, yaitu berupa buku-buku

maupun tulisan-tulisan yang relevan dengan pembahasan yang terkait.

Diantaranya adalah: Buku Biografi Habib Ali Al-Habsyi: Muallif

Simtud Duror karya Al-Habib Husein Anis Al-Habsyi terbitan Pustaka

Zawiyah Solo tahun 2006.

55 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan : Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D,

(Bandung: Alfabeta, 2013), cet. ke-11, h. 193

Page 38: NILAI NILAI AKHLAK YANG TERKANDUNG DALAM KITAB …

25

D. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan metode dokumentasi, yaitu

suatu cara pencarian data mengenai hal-hal atau variabel berupa catatan,

transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda dan

sebagainya.56

Pemeriksaan dokumentasi (studi dokumentasi) dilakukan

dengan meneliti bahan dokumentasi yang ada dan mempunyai relevansi

dengan tujuan penelitian.57

E. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data merupakan suatu cara yang digunakan untuk

menguraikan keterangan atau data-data yang diperoleh, agar data-data

tersebut dapat dipahami tidak hanya oleh penulis akan tetapi dapat

dipahami juga oleh orang lain yang ingin mengetahui hasil penelitian ini.58

Analisis dalam penelitian kualitatif, dilakukan pada saat penelitian

berlangsung, dan setelah pengumpulan data dalam waktu tertentu. Teknik

analisis yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan model analisis

mengalir yang memiliki tiga komponen yaitu reduksi data, penyajian data,

dan penarikan kesimpulan.59

1. Reduksi Data

Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak,

untuk itu maka perlu dicatat secara rinci dan teliti. Untuk itu perlu

segera dilakukan analisis data melalui reduksi data. Mereduksi data

berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada

hal-hal yang penting dicari tema dan polanya serta membuang yang

tidak perlu. Dengan demikian data yang sudah direduksi akan

56 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka

Cipta, 2002), Cet XII, h. 206.

57

Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2008),

h. 30

58

Ibid, h. 336.

59

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan : Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D,

op.cit, h. 246-253.

Page 39: NILAI NILAI AKHLAK YANG TERKANDUNG DALAM KITAB …

26

dihasilkan gambar yang jelas, dan mempermudah peneliti

mengumpulkan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.

Pada langkah ini data yang diperoleh dicatat dalam uraian yang

terperinci. Dari data-data yang sudah dicatat tersebut, kemudian

dilakukan penyederhanaan data. Data-data yang dipilih hanya data

yang berkaitan dengan masalah yang dianalisis, dalam hal ini tentang

nilai-nilai akhlak yang terkandung dalam kitab Simtud Duror karya

Al-Habib Ali Bin Muhammad Bin Husain Al-Habsyi. Informasi-

informasi yang mengacu pada permasalahan itulah yang menjadi data

dalam penelitian ini.60

2. Penyajian Data

Dalam penelitian kualitatif penyajian data bisa dilakukan

dalam bentuk uraian singkat, hubungan antar kategori, dan sejenisnya,

sebagai sekumpulan informasi tersusun yang kemungkinan adanya

penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan, yang paling

sering digunakan untuk penyajian data penelitian kualitatif adalah

dengan teks yang bersifat naratif. Pada langkah ini, data-data yang

sudah ditetapkan kemudian disusun secara teratur dan terperinci agar

mudah dipahami. Data-data tersebut kemudian dianalisis sehingga

diperoleh deskripsi tentang nilai-nilai pendidikan akhlak.61

3. Penarikan Kesimpulan

Tahap akhir proses pengumpulan data adalah penarikan

kesimpulan, yang dimaknai sebagai penarikan arti data yang telah

ditampilkan. Peneliti membuat kesimpulan berdasarkan data yang

telah diproses melalui reduksi dan penyajian data. Dengan cara

induktif yang mengubah kesimpulan umum menjadi khusus.

60 Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah ,

Pedoman Penulisan Skripsi, (Jakarta: 2015), h. 70

61

Ibid

Page 40: NILAI NILAI AKHLAK YANG TERKANDUNG DALAM KITAB …

27

Kesimpulan dalam penelitian kualitatif yang diharapkan adalah

merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan

dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu objek yang sebelumnya

masih remang-remang atau gelap sehingga setelah diteliti menjadi

jelas.62

D. Teknik Penulisan

Teknik penulisan yang digunakan dalam skripsi ini merujuk pada

buku Pedoman Penulisan Skripsi yang diterbitkan oleh Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta tahun 2015.

62 Ibid, h. 71

Page 41: NILAI NILAI AKHLAK YANG TERKANDUNG DALAM KITAB …

28

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Demikianlah pada bab dua penulis menjelaskan beberapa penjelasan

tentang akhlak, menurut kajian teori penulis menguraikan tentang definisi akhlak

menurut beberapa ahli beserta ruang lingkupnya. Secara garis besarnya akhlak itu

sendiri dibagi dua macam, pertama, akhlak kepada Sang Khalik, dan kedua,

akhlak kepada makhluk, akhlak kepada makhluk dibagi menjadi dua macam

pertama, akhlak kepada manusia dan kedua, akhlak kepada yang bukan manusia

dalam hal ini adalah lingkungan hidup seperti binatang, tumbuh-tumbuhan,

bebatuan dan benda-benda yang tidak bernyawa. Dalam penelitian kitab Simtud

Duror ini penulis hanya menemukan nilai-nilai akhlak kepada Sang Khalik dan

nilai-nilai akhlak terhadap manusia, penulis tidak menemukan akhlak terhadap

lingkungan hidup.

A. Deskripsi Data

1. Profil dan Biografi Al-Habib Ali bin Muhammad bin Husein Al-Habsyi

Al-Habib Muhammad bin Husein lahir di Seiwun pada tanggal 18

Jumadil Akhir 1213 H. Beliau adalah seorang ulama yang sangat terkenal di

kotanya. Beliau merupakan orang yang tak mengenal lelah dalam

memperjuangkan dan menyebarkan Islam. Beliau membaktikan seluruh

hidupnya untuk menuntut ilmu dan mengajarkannya kepada masyarakat,

beribadah dan berdakwah ke berbagai kota dan pelosok desa.63

Dengan

tujuan memberikan petunjuk kepada masyarakat agar berpegang teguh pada

ilmu, amal dan adat istiadat yang dianjurkan dalam syari’at dengan cara

meneladani manusia yang paling mulia Nabi Muhammad shallalahu ‘alaihi

wa sallam.64

63 Husein Anis Al-Habsyi, Biografi Al-Habib ‘Ali Habsyi Muallif Simtud Durar, (Solo:

Pustaka Zawiyah, 2000), h. 18.

64

Ibid, h. 19.

Page 42: NILAI NILAI AKHLAK YANG TERKANDUNG DALAM KITAB …

29

Sebagai seorang yang gemar berdakwah dengan berkeliling,

terkadang beliau singgah dan bermalam beberapa hari di dusun atau kota

tempat beliau berdakwah. Hal ini tidak memungkinkan beliau untuk tidak

mendengar atau mengetahui tentang keadaan daerah sekitar. Dan pada suatu

ketika beliau berdakwah di Taribah65

. Ia mendengar tentang seorang

Sayyidah shalihah ‘arifah billah wa da’iyah ilallah, ‘Alawiyah binti Husein

bin Ahmad Al-Hadi Al-Jufri yang berasal dari Syibam. Beliau juga

merupakan seorang wanita yang gemar berdakwah untuk

masyarakatnya.Setelah mendengar berita tentang Hababah ‘Alawiyah binti

Husein bin Ahmad Al-hadi Al-Jufri, Al-Habib Muhammad bin Husein Al-

Habsyi meminta tolong kepada dua orang yang dipercaya yaitu ‘Umar bin

Muhammad bin Smith dan Ahmad bin ‘Umar bin Zain bin Smith menemui

Al-Habib Husein bin Ahmad Al-Hadi Al-Jufri untuk meminang puterinya,

Hababah ‘Alawiyah binti Husein Al-Hadi Al-Jufri.66

Dan akhirnya Al-

Habib Husein bin Ahmad Al-Hadi Al-Jufri menerima pinangan dari Al-

Habib Muhammad bin Husein Al-Habsyi. Tidak lama dari itu, pada malam

harinya diadakan pernikahan.67

Keesokan hari setelah diadakan pernikahan Al-Habib Muhammad

bin Husein Al-Habsyi memboyong Hababah ‘Alawiyah binti Husein bin

Ahmad Al-Hadi Al-Jufri ke kota Taribah. Sebelumnya Hababah ‘Alawiyah

belum mengenal sosok Al-Habib Muhammd. Namun dikarenakan

kepatuhannya kepada orang tua beliau menerima dengan ikhlas.68

Dari pernikahan dengan Hababah ‘Alawiyah, Al-Habib Muhammad

dikaruniai dengan seorang putra yaitu ‘Ali bin Muhammad bin Husein Al-

Habsyi. Namun dari istri yang lain, Al-Habib Muhammad mendapat 4 putra

dan seorang putri, mereka adalah ‘Abdullah, Ahmad, Husein, Syeikh dan

Aminah.69

65 Ibid.

66

Ibid, h. 15.

67

Ibid, h. 16.

68

Ibid, h. 16

69

Ibid, h. 23

Page 43: NILAI NILAI AKHLAK YANG TERKANDUNG DALAM KITAB …

30

Al-Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi lahir di Qasam pada hari

rabu, 24 Syawwal 1259 H. Beliau dianugerahi nama Ali oleh Al-‘Allamah

Sayyid Abdullah bin Husein bin Thahir. Dinisbatkan kepada Sayyidina ‘Ali

Khali Qasam, untuk mengambil berkah darinya.70

Nasab Al-Habib Ali

bersambung hingga kepada Nabi Muhammad SAW, yaikni Ali bin

Muhammad bin Husein bin Abdullah bin Syeikh bin Abdullah bin

Muhammad bin Husein bin Ahmad Shahib Asy-Syi’ib bin Muhammad

Asgar Bin Alwi bin Abu Bakar Al-Habsyi bin Ali bin Ahmad bin

Muhammad ‘Asadullah bin Hasan At-Turabi bin Ali bin Al-Faqih Al-

Muqaddam Muhammd bin Ali bin Muhammad Shahib MirbAth bin Ali

Khali Qasam bin Alwi bin Muhammad bin Alwi bin Ubaidillah bin Al-

Muhajir Ahmad bin ‘Isa bin Muhammad Nagib bin Ali Al-Uraidhi nin

Ja’far As-Shadiq bin Muhammad Al-Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Husein

bin FAthimah Az-Zahra binti Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wa Sallam.71

Masa kecil Al-Habib Ali dilalui dengan berkumpul bersama kedua

orang tuanya. Mereka mencurahkan segala kasih sayangnya untuk Al-Habib

Ali, mendidiknya dengan penuh perhatian dan teladan yang baik.72

Namun

ketika Al-Habib Ali berumur 7 tahun, beliau ditinggal ayahnya Al-Habib

Muhammad hijrah ke Mekkah. Demi memenuhi Anjuran Al-Allamah

Sayyid Abdullah bin Husein bin Thahir. Dan Al-Habib Ali diserahkan

pengasuhannya kepada ibunda tercintanya yang tetap tinggal di Qasam.73

Al-Habib Muhammad mendapat anjuran dari guru Al-Habib Ali,

yaitu Al-allamah Sayyid Umar bin Hasan bin Abdullah Al-Haddad untuk

memerintahkan Al-Habib Ali pindah ke Seiwun. Ketika itu usia beliau

sebelas tahun. Dengan tujuan agar Al-Habib Ali memperdalam ilmu fiqh

dan ilmu-ilmu lainnya. Al-Habib ali pergi bersama ibundanya ke kampung

halaman ayahnya. Pada kesempatan itu, Al-Habib Ali singgah di kediaman

Al-Allamah Sayyid Abdullah bin Husein bin Thahir di Masileh. Dan Al-

70 Ibid, h. 24

71

Ibid, h. 23

72

Ibid, h. 24

73

Ibid.

Page 44: NILAI NILAI AKHLAK YANG TERKANDUNG DALAM KITAB …

31

Habib Ali tidak menyia-nyiakan perjumpaan dengan beliau untuk menelaah

kitab, mengambil ijazah dan ilbas. Ketika itu beliau sudah hafal kitab Al-

Irsyad, Alfiyah dan beberapa kitab lainnya.74

Namun ketika Al-Habib Ali berusia tujuh belas tahun, ditengah

keasikan dan ketekunan Al-Habib Ali menekuni pelajarannya di kota

Seiwun, ayahandanya meminta Al-Habib Ali untuk pergi ke Hijaz.

Kemudian beliau tinggal di Hijaz bersama ayahandanya selama dua

setengah tahun. Kemudian setelah itu, Al-Habib Ali kembali ke Seiwun

dengan membawa ilmu dan sudah menjadi seorang alim serta ahli dalam

ilmu pendidikan.75

Dalam masa belajar dengan ayahnya di Mekkah, Al-Habib Ali

mendapatkan didikan yang ekstra ketat. Ia tidak di izinkan oleh Al-Habib

Muhammad untuk kembali lagi ke Seiwun. Bahkan beliaupun dilarang

untuk bertemu dengan siapa saja yang berasal dari Hadramaut. Bahkan jika

Al-Habib Ali mendapat surat dari ibundanya Al-Habib Muhammad

langsung merobeknya. Selama dua setengah tahun Al-Habib Ali tinggal

bersama ayahandanya, selama itu pula beliau tidak mengetahui kabar dan

rindu akan hal ibunya.76

Al-Habib Ali merasa beliau tidak memiliki harapan untuk kembali

lagi ke Hadramaut. Naum kehendak Allah memang diluar kehendak

manusia. Allah memberikan jalan kepada Al-Habib Ali untuk kembali ke

Hadramaut. Kesempatan itu datang ketika Al-Habib Muhammad

memanggail Al-Habib Alwi Assegaf untuk dinikahkan dengan putrinya,

Aminah binti Muhammad Al-Habsyi. Al-Habib Alwi Assegaf pun

memberikan syarat agar ada seseorang yang menemaninya pergi ke

Hadramaut, ia menunjuk Al-Habib Ali untuk menemaninya. Al-Habib

Muhammad memerintahkan Al-Habib Ali pergi ke Hadramaut untuk

merayakan pernikahan Al-Habib Alwi Assegaf dengan adiknya, Aminah.

74 Ibid, h. 25.

75

Ibid, h. 26.

76

Ibid, h. 27.

Page 45: NILAI NILAI AKHLAK YANG TERKANDUNG DALAM KITAB …

32

Kemudian setelah itu diboyong ke Mekkah. Rindu yang mendalam terhadap

kampung halamannya terutama kepada ibundanya akhirnya terobati. Beliau

tinggal di Hadramaut beberapa bulan.77

Aminah bersama suaminya tidak lama tinggal di Hadramaut. Mereka

tinggal selama dua sampai tiga bulan lamanya. Sepeninggal Aminah, Al-

Habib Ali diminta untuk segera menikah oleh ibunya. Beliau diminta

menikah dengan seorang wanita yang berasal dari Qasam. Dari

pernikahannya dengan wanita Qasam, beliau dikaruniai seorang anak yang

bernama Abdullah.78

Setelah pernikahannya, Al-Habib Ali disuruh oleh ibundanya untuk

menunaikan haji dengan cara menghajikan orang. Adapun biayanya

ditanggung oleh keluarga yang dihajikan tersebut. Al-Habib Ali berkunjung

ke rumah ayahnya di Mekkah sebelum melaksanakan ibadah haji.

Kemudian setelah ibadah haji selesai, belkiau meminta izin kepada ayahnya

untuk kembali ke Hadramaut.79

Pada tahun berikutnya Al-Habib Ali menunaikan ibadah haji untuk

kedua kalinya. Kali inipun dilaksanakan atas kehendak dan permintaan

ibundanya. Berbeda dengan ibadah haji yang pertama, untuk ibadah haji kali

ini semua biayanya ditanggung oleh Al-Habib Hasan bin Ahmad Alaydrus,

beliau adalah temannya Al-Habib Ali.80

Di tengah perjalanan inilah Al-

Habib Ali bertemu dengan Al-Habib Abu Bakar bin Abdullah Al Attas yang

nantinya akan menjadi guru ruhaninya. Pada pertemuan pertamanya dengan

Al-Habib Abu Bakar Al Attas, beliau merasa kagum kepada Al-Habib Abu

Bakar hingga rasanya beliau tidak ingin berpisah dengan Al-Habib yang

satu ini.81

Keesokan harinya, Al-Habib Ali bersama masyarakat berjamaah

dengan Al-Habib Abu Bakar Al Attas di Masjid Amr. Selama tiga belas hari

77 Ibid, h. 28.

78

Ibid, h. 29.

79

Ibid, h. 30.

80

Ibid.

81

Ibid, h. 31.

Page 46: NILAI NILAI AKHLAK YANG TERKANDUNG DALAM KITAB …

33

Al-Habib Ali tinggal bersama Al-Habib Abu Bakar Al Attas. Selama itu

pula Al-Habib ali membacakan kepadanya kitab Ar-Rasyafat,82

dan Al-

Habib Abu Bakar pun menerangkan serta melimpahkan ilmunya kepada

yang hadir, khususnya Al-Habib Ali.83

Setelah mengkhatamkan kitab Ar-Rasyafat, Al-Habib Ali beserta

rombongan mengikuti Al-Habib Abu Bakar pergi ke Mukalla. Di tempat ini

para rombongan menginginkan ijazah dari Al-Habib Abu Bakar, beliau pun

memerikan ijazah dan berwasiat untuk berziarah ke makam baginda Nabi

Muhammad SAW.84

Sepulang dari menunaikan ibadah haji pada tahun 1278 H. Al-Habib

ali bertemu kembali dengan gurunya, Al-Habib Abu Bakar bin Abdullah Al

Attas. Al-Habib Abu Bakar berkunjung ke Seiwun dalam rangka bertamu ke

rumah Al-Habib Muhammad bin Ali Assegaf. Disinilah Al-Habib Abu

Bakar menguji kesabaran seorang Al-Habib Ali Al-Habsyi dengan tidak

membukakan pintu untuknya. Setelah sekian lama menunggu, Al-Habib

Abu Bakar memerintah Al-Habib Muhammad bin Ali Assegaf untuk

mengatakan kepada Al-Habib Ali agar menemui beliau di rumah Al-Habib

Abdul Qadir bin Hasan bin Umar Assegaf.85

Al-Habib Ali menganggap Al-

Habib Abu Bakar Al Attas sebagai guru ruhaniyahnya, sedangkan ayahanda

beliau yaitu Al-Habib Muhammad Al-Habsyi sebagai guru jasmaninya.86

Al-Habib Ali selanjutnya tinggal di Seiwun untuk belajar dan

mengajar. Masyarakat pun banyak yang mengambil manfaat kepadanya.

Murid beliau bukan hanya dari golongan awam saja, bahkan banyak ahli

ilmu dari kota Seiwun yang menuntut ilmu kepadanya.87

Walaupun telah menjadi seorang alim, hal itu tidak menyurutkan

niat Al-Habib Ali untuk menuntut ilmu. Banyak ulama yang dituju oleh Al-

82 Ibid

83

Ibid, h. 31

84

Ibid.

85

Ibid, h. 37.

86

Ibid, h. 49.

87

Ibid, h. 39.

Page 47: NILAI NILAI AKHLAK YANG TERKANDUNG DALAM KITAB …

34

Habib Ali, kebanyakan guru beliau berasal dari Hadramaut yang sezaman

dan sesama habaib.88

Oleh karena itu beliau menguasai berbagai bidang

keilmuan, salah satunya adalah ilmu Nahwu. Bahkan guru Nahwu beliau

Syeikh Muhammad Khatib pernah belajar Nahwu kepada Al-Habib Ali. Hal

ini karena Syeikh Muhammad Khatib menganggap Nahwu yang diajarkan

oleh Al-Habib Ali berbeda dengan apa yang diajarkan oleh beliau dahulu.

Al-Habib Ali menyebut bahwa ilmu yang dia dapatkan adalah ilmu Allah.89

Nama Al-Habib Ali begitu terkenal, hingga beliau menjadi imam di

Masjid Hambal. Beliau menjadi imam disana hingga tiga puluh tahun

lamanya. Selama itu pula beliau mengajarkan ilmu-ilmu Zahir dan tidak

menyibukkan dengan ilmu BAthin. Hal ini sesuai dengan pesan gurunya Al-

Habib Abu Bakar bin Abdullah Al Attas. Masjid ini begitu ramai dengan

orang yang beribadah dan menuntut ilmu. Banyak orang yang mendapatkan

kebaikan di Masjid Hambal.90

Hingga akhirnya beliau mempunyai Ribat

(pondok pesantren).91

Dalam mengembangkan dan mengamalkan ilmunya Al-Habib Ali

membangun Ribat (pondok pesantren) di Seiwun. Hal itu merupakan ribat

pertama yang dibangun di kota Hadramaut. Saat itu beliau berumur tiga

puluh tujuh tahun. Ribat ini dibangun dikhususkan untuk para penuntut ilmu

baik dari dalam maupun luar kota. Ribat itu terdiri dari beberapa kamar dan

fasilitas lainnya guna tempat tinggal mereka. Bahkan sampai keperluan

makan pun Al-Habib Ali menanggung biaya mereka sendiri.92

Al-Habib Ali

berkata:

“Para penghuni Ribat adalah orang-orang baik yang kebanyakan

dari luar kota. Siang dan malam mereka lewatkan dalam ketaatan.

Ada yang membaca Al-Qur’an, mengajar, menghafal dan ada yang

mengulang pelajarannya. Kita wajib melayani mereka siang dan

malam”.93

88 Ibid, h. 40.

89

Ibid.

90

Ibid, h. 50.

91

Ibid, h. 51.

92

Ibid.

93

Ibid.

Page 48: NILAI NILAI AKHLAK YANG TERKANDUNG DALAM KITAB …

35

Ribat ini begitu sering dikunjungi orang untuk menuntut ilmu.

Ketika seseorang maupun golongan yang lain telah menyelesaikan

pelajarannya, maka setiap kali itu pula datang golongan yang lainnya. Ribat

ini begitu ramai, hingga Al-Habib Ali pun seakan-akan mendengar gemuruh

yang datangnya dari orang-orang membaca Al-Qur’an, berdzikir, belajar

dan berceramah.94

Tampaknya Girah (semangat) Al-Habib Ali mengabdi kepada

masyarakat tidak hanya sampai kepada membangun Ribat saja. Ketika Al-

Habib Ali berusia empat puluh tahun, beliau membangun sebuah masjid di

dekat Ribat. Masjid ini beliau namakan masjid Riyad.95

Tidak berbeda dengan Ribat-nya, masjid Riyad pun oleh Al-Habib

Ali digunakan khusus kegiatan belajar mengajar. Bahkan ada satu hari yang

khusus digunakan untuk mengkaji kitab para perawi hadits yang sangat

terkenal. Seperti kitab Shahih Bukhari, Shahih Muslim, Sunan Ibnu Majah

dan perawi hadits lainnya yang berjumlah enam buah kitab. Pengajian ini

dilaksanakan setiap hari senin, sehingga dinamakan Majelis Senin.96

Dalam majelis ini Al-Habib Ali yang membacakan sendiri hadits-

haditsnya. Namun ketika penglihatan beliau melemah, salah seorang anak

ataupun kerabat Al-Habib Ali lah yang menggantikan beliau. Setelah

pembacaan hadits selesai bukan berarti pengajian tersebut telah usai.

Biasanya ada seorang Qari yang akan membacakan satu muqra’ Al-Qur’an

dengan baik dan tartil. Kemudian seorang munsyid membacakan Qasidah

beliau dengan indah. Dan yang terakhir Al-Habib Ali memberikan

pengajian agung yang mampu menggerakkan hati dan membuat para hadirin

meneteskan air mata. Beliau kemudian menutup majelisnya dengan Al-

Fatihah.97

94 Ibid.

95

Ibid, h. 53.

96

Ibid, h. 55.

97

Ibid, h. 55.

Page 49: NILAI NILAI AKHLAK YANG TERKANDUNG DALAM KITAB …

36

Al Allamah Al-Habib Ali bin Muhammad bin Husein Al-Habsyi

Radhiallahu ‘anhu merupakan seorang alim dan dermawan. Walaupun

beliau seorang habaib, kekayaan beliau sangat melimpah. Tempat

tinggalnya pun megah. Dihiasi dengan perabotan mewah dimasanya. Tidak

ada seorangpun dari petinggi negara, hartawan, ulama, menteri maupun

amir yang bisa memperoleh kenikmatan sebagaimana beliau mendapatkan

kenikmatan lahir dan batin serta kenikmatan dunia dan akhirat yang Allah

anugerahkan kepadanya.98

Dengan keadaan seperti itu, Al-Habib Ali begitu

memuliakan setiap tamu yang datang kepadanya. Beliau melengkapi segala

kebutuhan tamunya. Tiap hari kurang lebih sebanyak 150 orang yang

ditanggung oleh Al-Habib Ali.99

Selain menikah dengan wanit yang berasal dari Qasam, Al-Habib

Ali juga menikah dengan Hababah Fatimah bin Muhammad bin Sagaf

Maulakhela. Beliau merupakan saudari dari Al-Habib Umar bin Muhammad

bin Sagaf Maulakhela yang semasa hidupnya dengan setia menemani dan

belajar kepada Al-Habib Ali. Beliau dikaruniai empat orang anak dari hasil

pernikahannya dengan Hababah Fatimah Maulakhela. Mereka adalah

Muhammad, Ahmad, Alwi dan Khadijah. Kelak Alwi bin Ali bin

Muhammad bin Husein Al-Habsyi menjadi ulama yang terkenal di

Indonesia. Beliau juga lah yang mendirikan masjid dengan nama Masjid

Riyad di Solo Jawa Tengah.100

Mula-mula yang berpulang ke Rahmatullah dari kedua orang tua Al-

Habib Ali adalah ayahnya. Al-Habib Muhammad bin Husein Al-Habsyi

wafat ketika Al-Habib Ali berusia 22 tahun.101

Beliau mewariskan ilmu

kepada Al-Habib Ali. Sedangkan ibunda yang sangat amat dicintainya

Hababah Alawiyah bin Husein bin Ahmad Al hadi Al Jufri wafat pada

tanggal 6 Rabi’ Ats Tsani 1309 H.102

Ketika ibunda Al-Habib Ali masih

98 Ibid, h. 59.

99

Ibid.

100

Ibid, h. 49.

101

Ibid, h. 41.

102

Ibid, h. 54.

Page 50: NILAI NILAI AKHLAK YANG TERKANDUNG DALAM KITAB …

37

hidup, beliau selalu mematuhi segala perintahnya. Apa yang menjadi

kehendak ibunya selalu dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab.

Kedudukan Al-Habib Ali yang terpandang dan tinggi di masyarakat pun

tidak terlepas dari pengaruh ibundanya Hababah Alwiyah binti Husein bin

Ahmad Al Hadi Al Jufri.

Al-Habib Ali tidaklah berbeda dengan halnya manusia biasa. Beliau

juga bisa merasakan sakit. Dikarenakan usia beliau yang sudah semakin

bertambah, penglihatan beliau semakin kabur, dan dua tahun sebelum wafat

beliau kehilangan penglihatannya. Al-Habib Ali Radhiallahu ‘anhu

berpulanh ke Rahmatullah pada tanggal 20 Rabi’ Ats Tsani 1333 H dalam

usia 74 tahun.103

Umat Islam berduka kehilang seorang ulama yang penuh

dengan keberkahan dan karamah serta kehilang sosok ulama yang penuh

dengan kasih sayang dan sifat kedermawanan. Jenazah Al-Habib Ali

diantarkan ke pemakaman pada waktu ashar dengan di iringi iringan pelayat

yang tiada akhir. Beliau dimakamkan di sebelah barat Masjid Riyad.

Berkata Al-Habib Ahmad bin Hasan Al Attas:

Apakah Ali banyak melakukan Shalat sunnah? Apakah dia tidak

tidur di malam hari? Apakah ia mengerjakan sekian ribu dzikir

secara tetap? Tidak! Namun beliau sangat mencintai Allah, Nabi

Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabatnya.

Mereka menarik Ali, hingga tanpa disadarinya ia elah bersama

dengan mereka dan mereka berkata kepadanya “Berbicaralah

dengan lisan kami”.104

2. Karya-karya Al-Habib Ali Al-Habsyi

Sebagai ulama, Al-Habib Ali merupakan salah seorang ulama yang

produktif dalam menulis. Beliau banyak mengeluarkan ide-idenya dalam

tulisan. Diantara karyanya adalah kitab Al-Jauharul Maknun Wa As-Sirrul

Mashun, Al-Futuhatu Al-Illahiyah dan Simtud Durar Fi Akhbar Maulid

Khair Al-Basyar Wa Ma Lahu Min Akhlaq Wa Atsar Wa Siyar.

103 Ibid, h. 77.

104

Ibid, h. 78.

Page 51: NILAI NILAI AKHLAK YANG TERKANDUNG DALAM KITAB …

38

B. Pembahasan

Berikut beberapa temuan tentang nilai akhlak yang penulis temukan di

dalam kitab Simthud Duror karya Al-Habib Ali bin Muhammad bin Husein Al-

habsyi.

1. Akhlak Terhadap Allah SWT

a. Menyucikan dan Memuji-Nya

المدلله القوي سلطانه # الواضح ب رهانه المبسوط ف الوجود كرمه واحسانه # ت عالى مده وعظم شانه

Segala puji bagi Allah, yang amat teguk kekuasaan-Nya

Amat jelas bukti-bukti kebenaran-Nya

Terbentang luas kedermawanan dan kemurahan-Nya

Maha tinggi kemuliaan-Nya, Maha agung kedudukan-Nya. 105

Syair di atas adalah pembukaan yang ada di dalam kitab

Simtud duror, Al-Habib Ali memulai tulisannya dengan menyebut dan

memuji asma Allah SWT yang Mahasuci dengan harapan selalu

mendapatkan kucuran rahmat dan berkah dari apa yang telah beliau

dapatkan.

Mengenai penyebutan dan pemujian asma Allah SWT, di

dalam surat Al-Alaq ayat 1-5 Allah SWT berfirman:

ٱخلق ﴾١﴿خلقلذ يٱربكم س ٱب رأ ق ٱ ن ننس ل رأ ق ٱ ﴾٢﴿علق م

ٱوربك ٱب علملذ يٱ ﴾٣﴿رمك ل ٱعلم ﴾٤﴿قلم ل لم يع لم ماننس ل

﴿٥﴾

Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan

Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah

Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah

Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam

105 Ali bin Muhammad bin Husein Al-Habsyi, Untaian Mutiara Kisah Kelahiran Manusia

Utama; Akhlak, Sifat dan Riwayat Hidupnya (Kisah Maulid Nabi Besar Muhammad SAW), Terj.

Simthud Durar Fi Akhbar Maulid Khairil Basyar wa Ma Lahu min Akhlaq wa Aushaf wa Siyar

oleh Alwi bin Ali Al-Habsyi, (Solo: Sekretariat Masjid Riyadh, 1992), Cet. II, h. 1

Page 52: NILAI NILAI AKHLAK YANG TERKANDUNG DALAM KITAB …

39

Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya (Q.S

Al-Alaq : 1-5)106

Kata iqra diambil dari akar kata yang berarti menghimpun

kemudian lahirlah beraneka ragam makna seperti menyampaikan,

menelaah, mendalami, meneliti, mengetahui ciri sesuatu baik teks

maupun tidak.107

Perintah membaca, menelaah, meneliti, menghimpun, dan

sebagainya dikaitkan dengan “bi ismi Rabbika” (dengan nama

Tuhanmu). Pengaitan ini merupakan syarat sehingga menuntut dari

si pembaca bukan saja melakukan bacaan dengan ikhlas tetapi juga

antara lain memilih bahan-bahan bacaan yang tidak mengantarnya

kepada hal-hal yang bertentangan dengan “nama Allah” itu.108

Demikianlah penjelasan mengenai kata “Iqra” yang mempunyai

banyak makna kemudian diteruskan dengan kata “bi ismi Rabbika”

yang berarti menyebut nama Tuhanmu yaitu Allah SWT dengan

tujuan agar para pembaca, peneliti, penelaah, dan penghimpun

memilih dan memilah sehingga tidak melanggar dan bertentangan

dengan perintah Allah SWT.

Setelah dijelaskan alasan dan tujuan penggunaan nama

Allah dalam setiap pekerjaan agar tidak bertentangan dengan

perintah Allah, penggunaan nama Allah pun dianjurkan dalam

setiap pekerjaan yang mempunyai nilai manfaat sebagaimana

disebutkan dalam hadist:

بسم الله ف هو أقطع )رواه ابو داود(” كل أمر ذي بال لا ي بدأ فيه ب

106 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya, (Jakarta: Lembaga Percetakan Al-

Qur’an Departemen Agama 2009), Jilid X, h. 506

107 M. Quraisy Shihab, Wawasan Al-Qur’an, (Bandung: Mizan, 1996), h. 433.

108

M. Quraisy Syihab, Membumikan Al-Qur’an, (Bandung: Mizan, 1997), Cet. XV, h. 168.

Page 53: NILAI NILAI AKHLAK YANG TERKANDUNG DALAM KITAB …

40

Setiap perkara yang mempunyai kemuliaan menurut agama

tidak dimulai dengan Bismillah ar-Rahman ar-Rahim maka

akan mengurangi keberkahan. (H.R Abu Daud)109

Berdasarkan permulaan bait yang ditulis oleh Al Al-Habib

Ali di atas beliau mengawalinya dengan menyebut asma Allah, dan

perintah Allah yang tertuang dalam surat Al-Alaq ayat satu yang

memberikan sinyal kepada seluruh manusia untuk senantiasa

membaca, menelaah, dan meneliti segala sesuatu yang terjadi

disekitarnya serta agar hasil daripada pekerjaan manusia tersebut

tidak melanggar peraturan Allah maka diharuskan untuk

mengawalinya dengan menyebut nama Allah SWT disamping

supaya hasilnya pun tidak mengurangi keberkahan. Demikianlah

apa yang telah dikerjakan oleh sang Muallif kitab Simtud Duror

beliau mengawalinya dengan menyebut asma Allah karena agar

penulisan karangannya itu tidak melanggar perintah Allah SWT

dan agar bermanfaat pula apa yang telah dikarangnya tersebut.

Oleh karena itu penulis menyimpulkan bahwa nilai-nilai akhlak

yang bisa diambil dari bait di atas adalah menyebut asma Allah

sebelum memulai menulis dan mengerjakan sesuatu agar apa yang

nanti dihasilkannya tidak melanggar perintah Allah SWT. Salah

satu keutamaan memulai sesuatu dengan membaca asma Allah

juga adalah sebagai penguat hafalan sebagaimana syekh Az-

Zarnujy menerangkannya dalam kitab Ta’lim Muta’allim.110

b. Memohon Ridho

ن وب والخطايا ف العمل بطاعتك والص دق ف وادمنا ۩وف الرزالمكين من الذ خدمتك قائمين

109 Syekh Ahmad Al-Miyhi as-Syibayniy, Syarah Sittin Al-Mas’alah, (jakarta: Daar Ihya Al-

Kitab Al-A’rabiyah, t.t), h. 6.

110 Syaikh Az-Zarnujy, Bimbingan Bagi Penuntut Ilmu, Terj. Dari Ta’limul Mutaa’llim

Thariq Al-Taa’llum oleh. Tholhah Manshur, (Kudus: Menara Kudus, t.t.t), h. 79

Page 54: NILAI NILAI AKHLAK YANG TERKANDUNG DALAM KITAB …

41

“Dan tetapkanlah diri kami dalam kepatuhan kepadaMu Dan

ketulusan hati dalam beramal demi keridhaanMu”111

Setelah Al-Habib Ali menyebut dan memuji asma Allah

SWT di permulaan kitabnya selanjutnya beliau memohon

keridhaan kepada Allah SWT. Demikianlah sang Muallif

melakukannya karena banyak orang yang tidak bisa menerima apa

yang telah Allah SWT taqdirkan kepadanya, mereka selalu

mengeluh apa yang terjadi padanya, padahal kalau saja mereka bisa

menerima apa yang telah digariskan oleh-Nya maka secara

otomatis hati dan hidup ini akan terasa tenteram dan damai yaitu

dengan cara ridha kepada Allah SWT. Menurut Syekh Abu Ali

Ad-Daqqaq, ridha bukanlah bahwa engkau tidak mengalami

cobaaan, ridha hanyalah bahwa engkau tidak keberatan

terhadap hukum dan qadha Allah SWT.112

Oleh karena itu

hendaklah kita sebagai hamba Allah SWT tidak mengeluh dan

merasa berat dalam menjalani hidup ini.

Menurut Abdul Qadir Isa ridha merupakan kondisi hati,

apabila seorang Mukmin dapat melaksanakannya maka secara

otomatis dia akan bisa menerima apa yang telah ditaqdirkan

kepadanya walaupun pahit adanya. Karena ridha adalah sebuah

kepasrahan jiwa yang akan membawa seseorang kepada makrifat

untuk mencintai segala yang diridhai oleh-Nya sekalipun itu adalah

musibah maka ridha merupakan maqam yang lebih mulia dan lebih

tinggi daripada sabar.113

Orang yang telah ridha akan apa yang

telah Allah SWT tetapkan dan pasrah kepada-Nya maka itulah

111 Ali bin Muhammad bin Husein Al-Habsyi, op.cit, h. 44

112

Imâm Al-Qusyairy An-Naisâbury, Risâlatul Qusyairiyah Induk Ilmu Tasawuf, Terj. Dari

Ar-Risalatul Qusyairiyyah fi ‘Ilmi at-Tasawwufi oleh Mohammad Luqman Hakiem, (Surabaya:

RisalahGusti, 2010), Cet. II , h. 223

113 Syaikh Abdul Qadir Isa, Hakekat Tasawwuf, Terj. Dari Haqâ'iq at-Tashawwuf, oleh

Khairul Amru Harahap dan Afrizal Lubis, (Jakarta: Qishti Press, 2011), Cet. XIII, h. 251.

Page 55: NILAI NILAI AKHLAK YANG TERKANDUNG DALAM KITAB …

42

mereka orang-orang yang beruntung. Sebagaimana Allah SWT

berfirman dalam (Q.S. 5:119).

ق ينلص ٱينفعميو ذاه للٱقال د د نر يتج ت جن لهم قهم ص ت هاتح م

ٱ ينخ ره ن ل يا أبد ف يها ل د زفو ل ٱل كذ ه عن ورضوا هم عن للٱرض

يمل ٱ ﴾۱۱٩﴿ عظ "Ini adalah suatu hari yang bermanfaat bagi orang-orang yang

benar kebenaran mereka. Bagi mereka surga yang dibawahnya

mengalir sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-

lamanya; Allah ridha terhadap-Nya. Itulah keberuntungan yang

paling besar". 114

(Q.S. Al-Maidah: 119)

Menurut Ath-Thabari ayat di atas adalah firman Allah SWT

kepada nabi Isa, inilah perkataan baik yang bermanfaat untuk orang

yang melakukannya di dunia, manfaat itu akan didapatkannya pada

hari akhir di sisi Allah SWT dan Allah ridha terhadap mereka yang

berlaku baik yakni yang mewujudkan janji yang telah mereka

nyatakan kepada Allah SWT berupa ketaatan dan menjauhi

kemaksiatan kepada-Nya.115

Dengan demikian orang yang dapat

menjalankan perintah-perintah Allah SWT dan menjauhi segala

larangan-Nya maka orang tersebut akan mendapatkan keridhaan

daripada-Nya. Maka tidak heranlah Al-Habib Ali memohonkan

keridhaan kepada Allah SWT di dalam syairnya tidak lain hanya ingin

menjadi orang-orang yang beruntung sebagaimana Allah SWT telah

janjikan. Dengan demikian nilai akhlak yang dapat penulis ambil

adalah memohon keridhaan kepada Allah SWT sehingga pada

gilirannya semoga kita termasuk kepada golongan orang-orang yang

beruntung.

c. Bersyukur kepada-Nya

114 Departemen Agama RI, op.cit, Jilid III, h. 5

115

Abu Ja’far Muhammad bin Jarir Ath-Thabari, Jami’ Al-bayan Ta’wil Ayi Al-Qur’an, terj.

Misbah Anshari Taslim, dkk, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2009), Jilid. IX, h. 733-734.

Page 56: NILAI NILAI AKHLAK YANG TERKANDUNG DALAM KITAB …

43

ذاالفضل الذى ب رز من ومااعظم ه ۩فمااجل هذاالمن الذى تكرم به المنان حضرةالاحسان

“Aduhai betapa agung anugerah ini, dilimpahkan oleh Dia yang

Maha Pemurah, Maha Pemberi, betapa tinggi nilai keutamaan ini

datang dari Tuhan Sumber segala ihsan”.116

Banyak ulama mendifinisikan arti syukur, di antaranya menurut

Ibnu Qayyim sebagaimana dikutip oleh Abdul Qadir Isa ia mengatakan

syukur adalah kesinambungan hati untuk mencintai sang Pemberi

nikmat, kesinambungan angota badan untuk menaati-Nya dan

kesinambungan lisan untuk mengingat dan memuji-Nya.117

تم شكر لئ نربكم تأذنوإ ذ يد عذاب يإ نتم كفر ولئ نلز يدنكم لشد

﴿٧﴾

Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan;

"Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah

(nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka

sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”.118

(Q.S. Ibrahim: 7)

Kalimat تم شكر لئ ن لز يدنكم berarti jika kamu mensyukuri

nikmatnya niscaya akan aku tambah. Menurut al-Qurthubi hakikat

Syukur adalah pengakuan terhadap nikmat Allah SWT dan

menggunakannya di jalan yang diridhai-Nya. Dan kalimat تم ولئ نكفر

يد عذاب يلشد yaitu Allah SWT berjanji akan memberikan azab yang إ ن

pedih sebagaimana Dia tambahkan nikmat jika kita bersyukur.119

Dengan demikian Allah SWT berjanji apabila menusia mengakui

pemberian Allah SWT dengan menggunakannya di jalan yang telah

116 Ali bin Muhammad bin Husein Al-Habsyi, op.cit, h. 1

117

Syaikh Abdul Qadir Isa, Haqa'iq at-Tashawwuf, Terj. Dari Hakekat Tasawuf oleh.

Khairul Amru Harahap dan Afrizal Lubis, (Jakarta: Qishti Press, 2011), Cet. XIII, h. 267 118

Departemen Agama RI, op.cit, Jilid V, h. 122

119 Al-Qurthubi, Tafsir Al-Qurthubi, Terj. Dari Al-Jami' li Ahkaam Al-Qur'an oleh. Muhyiddin

Masridha, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2008), Jilid. IX, h. 812-813.

Page 57: NILAI NILAI AKHLAK YANG TERKANDUNG DALAM KITAB …

44

diridhai-Nya maka Dia akan tambahkan namun apabila menusia

melakukan sebaliknya maka Dia akan memberikan azab yang telah

dijanjikan-Nya.

Bersyukur adalah menisbatkan anugerah kepada pemiliknya

yang sejati dengan sikap kepasrahan, menurut Abu Usman syukur

adalah mengenal kelemahan dari syukurnya itu sendiri.120

Ada tiga macam bentuk syukur; Pertama, dengan lisan, yaitu

dengan membicarakan nikmat Allah. Sebagaimana firman Allah

SWT:

﴾١١﴿فحدث ربكمة ب ن ع وأما

“Dan terhadap nikmat Tuhanmu, maka hendaklah kamu

siarkan”.121

(Q.S Adh-Dhuha:11)

Ulama mengartikan nikmat yang ada pada ayat di atas adalah

aneka anugerah yang dilimpahkan Allah SWT kepada Nabi Muhammad

yang bersifat Jasmani dan Ruhani. Dan menyebut-nyebut nikmat

Tuhan adalah merupakan ungkapan atas rasa syukur kepada Allah

SWT yang apabila disertai rasa puas dan menjauhkan dari sifat riya'.

Sebagian ulama juga mengatakan “barangsiapa menyembunyikan

nikmat, maka dia telah kufur terhadapnya, dan barangsiapa

memperlihatkan dan menyebarkannya, maka dia telah

mensyukurinya”.122

Dari beberapa pendapat di atas penulis menyimpulkan bahwa

kita dianjurkan untuk menyebut nikmat-nikmat yang telah

dikaruniakan-Nya dengan membaca Alhamdulillah. Kedua, bersyukur

dengan perbuatan, yaitu bekerja hanya untuk Allah SWT. Allah SWT

mengisyaratkan bahwa bersyukur berarti beramal dalam firman-Nya:

120 Imâm Al-Qusyairy An-Naisâbury, op.cit, h. 196

121

Departemen Agama RI, op.cit, Jilid X, h. 267

122

Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, (Ciputat: Lentera Hati, 2007), Cet. IX, Jilid. XV, h.

344-345.

Page 58: NILAI NILAI AKHLAK YANG TERKANDUNG DALAM KITAB …

45

نءيشا ماۥلهملونيع فان ث يلوتم ر يبمح م ي وقدور جواب ل ٱكوج ت راس

ن وقل يل ا ر شك دۥداوءالا ملو ع ٱ باد يم ﴾١٣﴿لشكورٱع

“Para jin itu membuat untuk Sulaiman apa yang dikehendakinya

dari gedung-gedung yang tinggi dan patung-patung dan piring-

piring yang (besarnya) seperti kolam dan periuk yang tetap

(berada di atas tungku). Bekerjalah hai keluarga Daud untuk

bersyukur (kepada Allah). Dan sedikit sekali dari hamba-hamba-

Ku yang berterima kasih”.123

(Q.S. As-Saba’: 13)

Kata شكر dalam firman (kutipan ayat diatas) yaitu

bersyukurlah kepada Tuhan kalian dengan berbuat taat kepada-Nya

dan melakukan hal yang diridhai-Nya berarti bersyukur kepada Allah

SWT.124

Dengan demikian melakukan perbuatan taat kepada-Nya

adalah bentuk rasa syukur kita kepada Sang Pencipta.

Ketiga, bersyukur dengan hati, yaitu engkau mengakui bahwa

semua nikmat yang ada padamu dan pada manusia lainnya adalah dari

Allah SWT, sebagaimana firman-Nya, (Q.S. 16:53).125

نب كموما نمة نع م رٱمسكمإ ذاثملل ٱفم ئرته فإ لي لض نو ج

﴿٥٣﴾

“Dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allah-lah

(datangnya), dan bila kamu ditimpa oleh kemudharatan, maka

hanya kepada-Nya-lah kamu meminta pertolongan”.126

(Q.S. An-

Nahl: 53)

Apa pun yang ada pada tubuh kita berupa kesehatan dan

keselamatan serta bertambahnya harta kita maka semua itu adalah

milik Allah SWT yang Maha Pemberi nikmat dan semuanya akan

123 Departemen Agama RI, op.cit, Jilid VIII, h. 74

124

Abu Ja’far Muhammad bin Jarir Ath-Thabari, Jami’ Al-bayan Ta’wil Ayi Al-Qur’an, terj.

Misbah Anshari Taslim, dkk, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2009), Jilid. 21, h. 337.

125 Syaikh Abdul Qadir Isa, Haqa'iq at-Tashawwuf, op. cit., h. 269-270

126 Departemen Agama RI, op.cit, Jilid V, h. 332

Page 59: NILAI NILAI AKHLAK YANG TERKANDUNG DALAM KITAB …

46

kembali kepada-Nya.127

Harta dan segala apa yang ada dalam diri

manusia adalah merupakan milik-Nya terutama kesehatan dan

keselamatan, kesemuanya itu adalah kearunia-Nya dan kita harus

mengakuinya.

Dari beberapa penjelasan tentang syukur di atas penulis

menyimpulkan bahwa syukur adalah pengakuan seluruh anggota

baik jasmani maupun rohani bahwa apa yang ada pada dirinya

merupakan nikmat yang telah Allah SWT karuniakan kepadanya

dengan melakukan perbuatan-perbuatan yang diridhai-Nya dan Al-

Habib Ali melakukan itu semua sebagaimana yang termaktub dalam

baitnya di atas. Dengan demikian nilai-nilai akhlak yang terkandung

dalam bait di atas adalah bersyukur kepada nikmat-nikmat Allah SWT.

2. Akhlak Terhadap Makhluk

a. Akhlak Terhadap Rasulullah SAW

۩على سي د الانام ۩واق رأالسلم السلم عليك اي هاالنب ورحةالله وب ركاته

ات الكاملة ۩وحفيظ سر ك ۩مست ودع امانتك ۩ان تصل ي وتسل م على تلك الذالشاملة وحامل راية دعوتك

على هذاالعبد ۩اللهم صل وسل م باجل الصلوات واجعها وازكى التحيات واوسعها الذى وف بق العبدية

“Dan sepatutnya kubacakan salam atas Nabi ini pemimpin

penghuni alam: Asalamu’alayka ayyuhan-nabiyyu wa

rahmatullahi wa barakatuhu”

“Semoga Engkau berkenan melimpahkan shalawat dan salam atas

dzat sempurn itu tempat penyimpananan amanah-Mu pemegang

rahasia-Mu Pengibar panji dakwah-Mu.”

“Ya Allah, ya Tuhan kami. Limpahkan shalawat dan salam. Yang

terbesar dan mencakup segalanya. Teramat suci, luas

jangkauannya. Atas diri insan ini”.128

127 Abu Ja’far Muhammad bin Jarir Ath-Thabari, op.cit, Jilid. XVI, h. 152.

128

Ali bin Muhammad bin Husein Al-Habsyi, op.cit, h. 38

Page 60: NILAI NILAI AKHLAK YANG TERKANDUNG DALAM KITAB …

47

Al-Habib Ali dalam bait di atas mengajarkan kepada kita

semua sebagai umat Nabi Muhammad SAW untuk selalu

mengagungkan beliau dengan cara mambaca shalawat kepadanya,

sebagaimana dalam salah satu firman-Nya sesungguhnya Allah SWT

dan malaikat-Nya membaca shalawat kepada Nabi SAW. Dengan

melihat penggalan bait di atas Al-Habib Ali mengajarkan bagaimana

tata cara kita sebagai umat Nabi Muhammad SAW menghormati

beliau bukan berarti mengkultuskannya129

.

Atas dasar itu nilai-nilai akhlak yang terkandung dalam bait di

atas adalah membacakan shalawat kepada Nabi Muhammad SAW

apabila disebutkan namanya.

b. Akhlak Terhadap Diri Sendiri

1) Malu

ووقاروعصمة وحياء

“Keanggunan, kesucian, serta rasa malu”.130

Berdasarkan potongan bait di atas yang menyebutkan

bahwa Nabi SAW adalah seorang yang sangat pemalu, adapun Al-

haya’ atau malu walaupun menurut syara’ hukumnya mubah dan

tidak dipersoalkan orang tetapi malu adalah perasaan tidak enak

terhadap sesuatu yang dapat menimbulkan cela atau aib, berupa

perbuatan atau perkataan oleh karena itu sebisa mungkin seseorang

harus memiliki rasa malu, dan derajat yang paling tinggi

daripada al-Haya’ atau malu adalah perasaan selalu diawasi oleh

Allah SWT.131

Malu adalah perbuatan yang hukumnya mubah

129 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berartikan suatu penghormatan secara berlebih-

lebihan

130 Ali bin Muhammad bin Husein Al-Habsyi, op.cit., h. 34

131

Ahmad Muhammad Al-Hufy, Akhlak Nabi SAW, Keluhuran dan Kemulyaannya, Terj. Dari

Min Akhlaqin An-Nabiy oleh Masdar Helmy dan Abd. Khalik Anwar, (Jakarta: Bulan Bintang,

t.t.), h. 379

Page 61: NILAI NILAI AKHLAK YANG TERKANDUNG DALAM KITAB …

48

tapi malu adalah perbuatan yang sangat dianjurkan oleh Nabi

SAW, sebagaimana sabdanya “Malulah kalian terhadap Allah

SWT dengan sungguh-sungguh, para sahabat berkata

Alhamdulillah sungguh kami malu terhadap Allah SWT ya

Rasulullah, beliau berkata bukan demikian, tetapi orang malu

benar-benar terhadap Allah SWT ialah orang yang selalu

memelihara akal pikirannya dan perutnya dengan segala isinya,

selalu mengingat mati dan hancurnya badan. Barang siapa

menghendaki akhirat maka hendaklah ia meninggalkan perhiasan

kehidupan dunia dan mengutamakan akhirat daripada dunia.132

Dari hadist di atas malu bukan berarti berupa ucapan bahwa

saya malu kepada Allah SWT tetapi malu adalah orang yang

memelihara akal pikirannya dan selalu ingat akan kematian. Allah

SWT berfirman:

﴾١٤﴿يرى للٱب أنلميع ألم

“Tidaklah dia mengetahui bahwa sesungguhnya Allah melihat

segala perbuatannya”.133

(Q.S. Al-‘Alaq: 14)

Maksud daripada ayat di atas adalah apakah manusia benar-

benar mengetahui sehingga ia melakukan perbuatan-perbuatan

yang diketahuinya. Dan apabila manusia apa yang dimaksud dari

ayat di atas tadi maka sungguhlah ia akan merasakan malu

melakukan perbuatan-perbuatan yang dilarang-Nya karena ia

mengetahui bahwa Allah SWT mengetahui segala apa yang

dilihat-Nya.

Oleh karena manusia merasakan malu kepada Allah SWT

sehingga ia tidak akan melakukan hal-hal buruk kepada semua

ciptaan-Nya dan orang lain tidak akan sibuk melihat

132 Ibid., h. 380.

133

Departemen Agama RI, op.cit, Jilid X, h. 357

Page 62: NILAI NILAI AKHLAK YANG TERKANDUNG DALAM KITAB …

49

kekurangannya, menurut Mahmud al-Mishri rasa malu adalah

perangai yang dapat mendorong seseorang untuk meninggalkan

hal-hal yang buruk dan mencegah seseorang dari kelengahan

dalam memenuhi hak siapa pun yang memiliki hak.134

Dengan

seseorang memiliki rasa malu maka ia akan memberikan hak

orang lain, namun sebaliknya orang yang tidak memiliki rasa

malu maka ia akan mengambil hak-hak orang lain.

Sifat pemalu merupakan akhlak mulia yang harus

dimiliki oleh setiap Muslim. Rasa malu merupakan salah satu ciri

utama yang menjadi ciri khas Islam, sebagaimana hadits Nabi

SAW yang diriwayatkan oleh Zaid bin Abi Thalhah “Setiap

agama memiliki etika dan (etika utama agama) Islam adalah

malu” (HR. Ibnu Majah). Ibnu Qayyim membagi rasa malu kepada

beberapa bagian:

1. Malu bertindak kriminal.

2. Malu karena rasa lemah.

3. Malu karena penghormatan.

4. Malu karena kemuliaan.

5. Malu karena malu-malu.

6. Malu karena merasa rendah dan hina.

7. Malu sebagai hamba.

8. Malu mendapatkan kelebihan.

9. Malu kepada diri sendiri.135

Tidak semua rasa malu termasuk akhlak yang terpuji. Ada

sebagian orang merasa malu menuntut ilmu karena ia merasa

pintar ataupun merasa sudah tidak pantas lagi karena sudah tua

dan perbuatan ini membuatnya bodoh, rasa malu ini dicela

dalam Islam. Seiring dengan perkembangan zaman ada dari

kebanyakan orang pun sudah tidak merasakan malu karena

terbukanya aurat itulah yang terjadi pada masa sekarang

terutama kaum wanita padahal Nabi SAW memerintahkan

134 Mahmud Al-Mishri, Mausua’h Nin Akhlaqil Rasul, Terj. Dari Ensiklopedi Akhlak

Muhammad oleh. Abdul Amin, dkk, (Jakarta: Pena Pundi Aksara, 2009), h. 502.

135

Ibid., h. 503-507

Page 63: NILAI NILAI AKHLAK YANG TERKANDUNG DALAM KITAB …

50

menutup aurat “Allah lebih berhak untuk dimalui daripada

manusia.” (H.R. Tirmidzi dan Ibnu Majah).136

Oleh orang yang

sering bergaul dengan Nabi SAW berkata “Sesungguhnya

Nabi adalah seorang yang sangat pemalu, bahkan beliau

diberi sifat lebih pemalu daripada gadis yang dipingit.

Diceritakan bahwa beliau tidak pernah menatap wajah seseorang,

beliau memalingkan wajahnya apabila ada orang yang

membicarakan hal-hal buruk dan beliau pura-pura tidak

memperhatikannya.137

Atas dasar penggalan bait di atas kesimpulan dari penulis

adalah bahwa malu adalah perbuatan ataupun ucapan yang

menimbulkan aib ataupun cela sehingga orang lain

membencinya, dan walaupun malu itu dianjurkan tetapi

dianjurkan pula kita untuk tidak merasakan malu karena menuntut

ilmu sehingga nilai-nilai akhlak yang terkandung dalam bait ini

adalah merasa malu baik kepada Allah SWT ataupun kepada

makhluk-Nya.

2) Berperangai Lemah Lembut

ما سوى خلقه النسيم

“Perilakunya lembut selembut angin sepoi nan sejuk”.138

Sifat Lemah Lembut Perhiasan Seorang Muslim. Lemah

lembut adalah sifat lemah lembut di dalam berkata dan bertindak

serta memilih untuk melakukan cara yang paling mudah.139

Sudah sepantasnya bagi seorang muslim untuk berhias

dengan sifat yang sangat mulia tersebut, karena ia merupakan

bagian dari sifat-sifat yang dicintai oleh Allah subhanahu wa

136

Ibid.

137 Ahmad Muhammad Al-Hufy, , op. cit., h. 380-381

138

Ali bin Muhammad bin Husein Al-Habsyi, op.cit, h. 34 139

Al-Imam Al-Hafidz Ahmad bin Ali bin Hajar Al-‘asqalani, FAthul Al-Baari, (Mesir: Daar

Al-Hadits t.t), h. 506

Page 64: NILAI NILAI AKHLAK YANG TERKANDUNG DALAM KITAB …

51

ta’ala. Dengannya pula merupakan sebab seseorang dapat meraih

berbagai kunci kebaikan dan keutamaan. Sebaliknya, orang yang

tidak memiliki sifat lemah lembut, maka ia tidak akan bisa meraih

berbagai kebaikan dan keutamaan.

Dari Aisyah ra., ia berkata: "Rasulullah saw. bersabda:

إن الله رفيق يب الرفق ف المر كله "Sesungguhnya Allah Maha Lembut dan menyukai kelemah-

lembutan dalam segala hal." Muttafaq alaih (HR. Bukhari:

6927 dan Muslim: 2165)140

Sebagaimana disebutkan pula dalam sebuah hadits:

ر من يرم الرفق يرم الخي “Orang yang dijauhkan dari sifat lemah lembut, maka ia

dijauhkan dari kebaikan.” (HR.Muslim)141

Sebagaimana telah diterangkan di atas bahwa sifat lemah

lembut merupakan sifat yang dicintai oleh Allah subhanahu wa

ta’ala, dan juga dengannya akan bisa meraih segala kebaikan dan

keutamaan. Dengannya pula akan melahirkan sikap hikmah, yang

juga merupakan sikap yang dicintai oleh Allah subhanahu wa

ta’ala di dalam berkata dan bertindak.

Dikisahkan dalam sebuah hadits bahwa suatu ketika

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sedang duduk-duduk

bersama para shahabat radhiyallahu ‘anhum di dalam masjid.

Tiba-tiba muncul seorang ‘Arab badui (kampung) masuk ke

dalam masjid, kemudian kencing di dalamnya. Maka, dengan serta

merta, bangkitlah para shahabat yang ada di dalam masjid,

menghampirinya seraya menghardiknya dengan ucapan yang

keras. Namun Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang

mereka untuk menghardiknya dan memerintahkan untuk

membiarkannya sampai orang tersebut menyelesaikan hajatnya.

Kemudian setelah selesai, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam

140 Mahmud Al-Mishri, op.cit h. 353

141

Ibid, h. 357

Page 65: NILAI NILAI AKHLAK YANG TERKANDUNG DALAM KITAB …

52

meminta untuk diambilkan setimba air untuk dituangkan pada air

kencing tersebut. Kemudian beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam

memanggil ‘Arab badui tersebut dalam keadaan tidak marah

ataupun mencela. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam pun

menasehatinya dengan lemah lembut: “Sesungguhnya masjid ini

tidak pantas untuk membuang benda najis (seperti kencing) atau

kotor. Hanya saja masjid itu dibangun sebagai tempat untuk dzikir

kepada Allah, shalat, dan membaca Al Qur’an”. Melihat sikap

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang demikian lembut

dan halusnya dalam menasehati, timbullah rasa cinta dan simpati

‘Arab badui tersebut kepada beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Maka ia pun berdoa: “Ya Allah, rahmatilah aku dan Muhammad,

dan janganlah Engkau merahmati seorangpun bersama kami

berdua”. Mendengar doa tersebut Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa

sallam tertawa dan berkata kepadanya: “Kamu telah

mempersempit sesuatu yang luas (rahmat Allah)”.142

Hati seorang manusia itu pada asalnya cenderung kepada

sikap yang lembut dan tidak kasar. Betapa indah dan lembutnya

cara pengajaran dari tauladan kita shallallahu ‘alaihi wa sallam

terhadap seorang yang belum mengerti. Dengan sikap hikmah

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, akhirnya melahirkan rasa

simpati dan membuka mata hati Arab badui tersebut dalam

menerima nasehat. Berbeda halnya tatkala perbuatannya tersebut

disikapi dengan kemarahan yang akhirnya melahirkan sikap

ketidaksukaan. Hal ini bisa dilihat dari perkataannya: “Ya Allah,

rahmatilah aku dan Muhammad, dan janganlah Engkau merahmati

seorangpun bersama kami berdua”.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga menyatakan:

ن الله رفيق يب الرفق وي عطي على الرفق ما لا ي عطي على العنف وما إ

142 http://buletin-alilmu.net/2010/03/01/ar-rifq-sifat-lemah-lembut-perhiasAn-seorang-muslim/

di akses pada tanggal 29 Desember 2016 pukul 23:17

Page 66: NILAI NILAI AKHLAK YANG TERKANDUNG DALAM KITAB …

53

لا ي عطي على ما سواه “Sesungguhnya Allah adalah Maha Lembut lagi mencintai

kelembutan. Dia memberikan pada sifat kelembutan yang

tidak diberikan kepada sifat kekerasan, dan tidak pula

diberikan kepada sifat-sifat yang lainnya”. (HR. Muslim)

Hadits ini mengandung makna keutamaan sifat lemah

lembut, anjuran untuk berakhlak dengannya, serta tercelanya sifat

kasar dan keras. Sesungguhnya sifat lemah lembut merupakan

sebab untuk meraih segala kebaikan.

Makna lafazh hadits, “Dia (Allah subhanahu wa ta’ala)

memberikan sesuatu pada sifat lemah lembut yang tidak diberikan

kepada sifat kekerasan”, yakni bahwa dengan sifat lemah lembut

tersebut, seseorang dapat melakukan perkara-perkara yang tidak

akan bisa dilakukan dengan sifat yang menjadi lawannya yaitu

sifat keras dan kasar. Ada yang mengatakan bahwa Allah

subhanahu wa ta’ala akan memberikan pahala pada sifat lemah

lembut, yang tidak diberikan pada sifat yang lainnya.143

Dengan sifat lemah lembut yang ada pada diri seseorang,

dapat menyelamatkannya dari api neraka. Rasulullah shallallahu

‘alaihi wa sallam mengatakan:

سهل ألا أخبكم بمن يرم على النار أو بمن ترم عليه النار على كل قريب هين“Maukah aku kabarkan kepada kalian tentang orang yang

diharamkan dari neraka atau neraka diharamkan atasnya?

Yaitu atas setiap orang yang dekat (dengan manusia),

lemah lembut, lagi memudahkan”. (HR. Tirmidzi)144

Islam juga memerintahkan kepada pemeluknya untuk

bermuamalah dengan sifat lemah lembut kepada sesama manusia,

dan bahkan terhadap binatang ternak sekalipun. Sebagaimana

dalam hadits:

لة وإذا ذبتم إن الله كتب الإحسان على كل شيء فإذا ق ت لتم فأحسنوا القت

143 Mahmud Al-Mishri, op.cit h. 353

144

Ibid h. 359

Page 67: NILAI NILAI AKHLAK YANG TERKANDUNG DALAM KITAB …

54

بح وليحد أحدكم شفرته ف ليرح ذبيحته فأحسنوا الذ“Sesungguhnya Allah subhanahu wa ta’ala telah mewajibkan

untuk berbuat baik atas segala sesuatu. Jika kalian membunuh,

maka bunuhlah dengan cara yang baik. Jika kalian

menyembelih, maka sembelihlah dengan cara yang baik. Dan

hendaklah salah seorang dari kalian menajamkan pisaunya

(ketika hendak menyembelih), dan menyenangkan

sembelihannya”. (HR. Muslim)

Ketika seorang mukmin telah berhias dengan kelemah

lembutan, maka akan membuahkan pada dirinya sikap kasih sayang

kepada orang lain, dan akan melahirkan pada diri orang lain sikap

kecintaan dan keridhaan, serta menumbuhkan sikap segan dari pihak

lawan kepada dirinya. Sebaliknya, dengan sikap keras, kaku dan

kasar akan membuat lari dan menjauhnya manusia, dan semakin

mengobarkan api kebencian dari orang-orang yang menanam benih

kebencian kepada dirinya. Oleh karena itu, Rasulullah shallallahu

‘alaihi wa sallam menyatakan:

إن الرفق لا يكون ف شيء إلا زانه ولا ي ن زع من شيء إلا شانه “Sesungguhnya sifat lemah lembut tidaklah berada pada sesuatu

kecuali akan membuat indah sesuatu tersebut dan tidaklah sifat

lemah lembut dicabut dari sesuatu kecuali akan membuat

sesuatu tersebut menjadi buruk.” (HR. Muslim)145

Demikianlah penjelasan tentang lemah lembut di atas penulis

menyimpulkan bahwa sudah sepantasnya bagi seseorang untuk

menghiasi dirinya dengan sifat lemah lembut didalam kehidupannya.

Namun, yang perlu diperhatikan bahwa sifat lemah lembut tidaklah

menunjukkan kelemahan atau ketidaktegasan seseorang dalam

berkata dan bertindak. Maka hendaknya kita bersikap lemah lembut

dan tenang tidak tergesa-gesa dalam segala urusan dan janganlah

menjadi orang yang mudah marah. Janganlah kita menjadi orang

yang tidak mempunyai sifat lemah lembut, karena dengan sifat lemah

lembut tidak akan membuat seseorang itu menyesal, baik dalam

kehidupan dunia maupun akhirat. Tidaklah sifat lemah lembut berada

145 Ibid h. 357

Page 68: NILAI NILAI AKHLAK YANG TERKANDUNG DALAM KITAB …

55

dalam suatu perkara kecuali akan memperindahnya. Dengan

demikian nilai-nilai akhlak yang terkandung bait di atas adalah sifat

lemah lembutnya Rasulullah SAW dalam kehidupannya dan dapat

diterapkan pada kehidupan sehari-hari.

3) Tekad Kuat

ين وقد أكمل الله بمة هذا البيب واصحابه هذا الد محياه الروضة الغناء

“Dan dengan tekad kuat nabi tercinta ini, demikian pula para

sahabatnya, Allah berkenan menyempurnakan agama ini.

Tegas dalam sikap, kuat dalam tekadnya”.146

Tekad adalah keteguhan seseorang dalam memegang prinsip

untuk mencapai maksud dan tujuan yang sudah ditetapkannya. Di

dalam Al-Qur’an, tekad disebut dengan istliah ‘azam. Allah SWT

berfirman:

كل كم و أم ف ي لونلتب ۞ نمعنولتس م وأنفس ينٱم نبك ت ل ٱأوتوا لذ م

نل كم قب ينٱوم ن ل كذ فإ نوتتقوا ب روا تص وإ نا كث ير ىأذ ا ركو أش لذ م

ٱم عز ﴾ ١٨٦﴿مور ل

“Kamu sungguh-sungguh akan diuji terhadap hartamu dan

dirimu. Dan (juga) kamu sungguh-sungguh akan mendengar dari

orang-orang yang diberi kitab sebelum kamu dan dari orang-

orang yang mempersekutukan Allah, gangguan yang banyak yang

menyakitkan hati. Jika kamu bersabar dan bertakwa, maka

sesungguhnya yang demikian itu termasuk urusan yang patut

diutamakan”.147

(Q.S. Ali Imran: 186)

Ada beberapa bentuk firman Allah, terkait dengan tekad

(‘azam). Pertama, orang yang memiliki tekad tidak akan mudah

146 Ali bin Muhammad bin Husein Al-Habsyi, op.cit, h. 27

147 Departemen Agama RI, op.cit, Jilid II, h. 89

Page 69: NILAI NILAI AKHLAK YANG TERKANDUNG DALAM KITAB …

56

tergoda, sebesar apapun godaan yang datang kepadanya. Allah

berfirman:

لوا صبركماب ر ص ٱف نم عز ل ٱأو سل ٱم لتع تس وللر ميو كأنهم لهم ج

نساعة إ لا بثو يل لم يوعدونمانيرو بل نهار ممقو ل ٱإ للكيه فهل غ

قونف ل ٱ ﴾٣٥﴿س

“Maka bersabarlah kamu seperti orang-orang yang mempunyai

keteguhan hati dari rasul-rasul telah bersabar dan janganlah

kamu meminta disegerakan (azab) bagi mereka. Pada hari mereka

melihat azab yang diancamkan kepada mereka (merasa) seolah-

olah tidak tinggal (di dunia) melainkan sesaat pada siang hari.

(Inilah) suatu pelajaran yang cukup, maka tidak dibinasakan

melainkan kaum yang fasik”.148

(Q.S. Al Ahqaf: 35)

Ayat di atas menceritakan nabi-nabi terdahulu begitu sabar

dalam menghadapi kaumnya. Selain itu mereka juga memiliki tekad

yang kuat dalam menegakkan agama Allah. Mereka berjuang

menyebarkan Islam dengan tidak kenal lelah. Banyak ancaman dan

gangguan yang diberikan kepada mereka dari kaumnya, namun

mereka tidak goyah sedikitpun. Mereka tetap teguh dalam menyeru

kepada kaumnya.

Kedua, tekad kuat tidak cukup mengantarkan seseorang

kepada tujuannya, jika tidak dibarengi oleh amal shalih. Seperti dalam

firmannya:

ٱب مر وأ ةلصلو ٱأق م بنيي

ما على ب ر ص ٱومنكر ل ٱعن هن ٱوروف مع ل

ن ل كذ إ نأصابك ٱم عز م ﴾١٧﴿مور ل

Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia)

mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan

yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu.

148 Ibid, Jilid IX, h. 296

Page 70: NILAI NILAI AKHLAK YANG TERKANDUNG DALAM KITAB …

57

Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan

(oleh Allah).149

(Q.S. Luqman: 17)

Ibadah kepada Allah merupakan sarana kita mendekatkan diri

kepada-Nya. Jika kita sering beribadah, maka kita akan merasa dekat

dengan Allah. Tekad keluar dari dalam hati seseorang, dan sesuatu

yang ada di dalam hati dapat berubah-ubah. Begitupula dengan tekad.

Namun jika tekad yang kuat diiringi dengan ibadah kepada Allah,

maka insya Allah tekad tersebut tidak akan goyah.

Ketiga, tekad yang kuat dan disertai amal, haruslah diakhiri

dengan tawakkal. Sebab tawakkal akan menjadikan seseorang

bersyukur jika sukses mencapai tujuan, dan menjadikan seseorang

bersabar dan tetap berbaik sangka kepada Allah, jika dia mengalami

kegagalan. Sebagaimana Allah berfirman:

نمة رح فب ما ل نتلل ٱم وا لب قل ل ٱغل يظفظ اكنتولو لهم ن نفض م

ٱف يهم وشاو ر لهم ف ر تغ س ٱوهم عن فع ٱفل ك حو تعزم فإ ذار م ل

بللٱإ نلل ٱعلىفتوكل ﴾١٥٩﴿ل ينمتوكل ٱيح

“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah

lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi

berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu.

Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka,

dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu.

Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka

bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai

orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya”.150

(Q.S Ali Imran:

159)

Segala sesuatu berawal dari berakhir kepada Allah. Begitupun

segala urusan kita, pada akhirnya Allah lah yang menentukan. Namun

tidak ada salahnya kita untuk berikhtiar. Ikhtiar merupakan kerja keras

149

Ibid, Jilid VII, h. 300

150 Ibid, Jilid II, h. 67

Page 71: NILAI NILAI AKHLAK YANG TERKANDUNG DALAM KITAB …

58

dan usaha maksimal yang kita lakukan. Setelah itu kita baru

bertawakkal, menyerahkan semuanya kepada Allah. Namun tidak

dinamai tawakkal jika kita hanya pasrah saja tidak melakukan sesuatu

terlebih dahulu.

Keempat, bagi yang tidak bertekad dia akan sengsara dan

mendapatkan kesusahan dalam hidupnya. Sebab, orang yang tidak

memiliki tekad, akan mudah tergoda dengan hal-hal yang rendah dan

akhirnya menjerumuskannya ke dalam jurang kebinasaan dan

kesengsaraan. Begitulah yang di isyaratkan Allah dalam kisab Nabi

Adam AS:

نا عه د ولقد نءادمإ لى يلقب م د ولم فنس ﴾١١٥﴿ام عز ۥلهنج

“Dan sesungguhnya telah Kami perintahkan kepada Adam dahulu,

maka ia lupa (akan perintah itu), dan tidak Kami dapati padanya

kemauan yang kuat”.151

(Q.S Thaha: 115)

Ketika Nabi Adam AS masih disurga, beliau telah

mendapatkan perintahkan Allah Agar tidak mendekati dan mengambil

buah khuldi. Namun iblis dengan bujuk rayunya menggoda nabi

Adam dengan berbagai cara. Akhirnya nabi adam pun luluh dan ia

diturunkan ke bumi karena melanggar pantangan Allah. Hal ini terjadi

karena pada waktu itu Nabi Adam tidak memiliki tekad yang kuat. Ia

mudah tergoda oleh rayuan iblis, dan akhirnya sengsara di bumi

karena perbautan itu.152

Demikian penjelasan tentang tekad kuat di atas penulis

menyimpulkan bahwa tekad kuat adalah suatu kemauan untuk bekerja

keras, berusaha semaksimal mungkin beserta keteguhan hati yang tak

goyah dengan segala godaan yang ada. Rasulullah SAW adalah sosok

yang sangat konsisten dalam memperjuangkan kebenaran. Beliau

mempunyai tekad yang kuat dalam menyebarkan cahaya islam,

151

Ibid, Jilid VI, h. 202

152 http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/khazanah/12/06/18/m5stp1-tuntunAn-islam-

tekad-kuat-seorang-muslim-1 di akses pada tanggal 5 Januari 2017 pukul: 22.05

Page 72: NILAI NILAI AKHLAK YANG TERKANDUNG DALAM KITAB …

59

sekalipun nyawa sebagai taruhannya. Ada ungkapan beliau yang

sangat terkenal, “walaupun matahari ditangan kananku, dan bulan

ditangan kiriku, aku tak akan mundur dari jalan dakwah ini”. Nabi

Muhammad SAW mengucapkannya ketika orang-orang Kafir Quraisy

meminta agar beliau menghentikan dakwahnya. Mustahil Islam bisa

sampai kepada kita jikalau tanpa tekad kuat yang dimiliki oleh

Rasulullah SAW. Dengan demikian nilai-nilai akhlak yang terkandung

dalam bait di atas adalah sifat tekad kuatnya Nabi Muhammad SAW

yang dapat kita aplikasikan dan dapat menjadi bahan renungan dalam

kehidupan sehari-hari.

4) Zuhud

له الخلق السهل “Sederhana perangainya”.

153

Az-Zuhdu adalah sikap melatih diri untuk tidak berhasrat kepada

sesuatu yang mubah padahal ada kesanggupan untuk

memperolehnya.154

Tidak melakukan hal-hal yang mubah walaupun

ia sanggup melakukannya adalah sebuah pelatihan untuk menahan

nafsu agar tidak terjerumus kepada keindahan duniawi sehingga

lupa akan akhirat. Allah SWT berfirman dalam (Q.S. 7:31).

ندز ينتكم خذوا ءادمبن ي ي ۞ د مس كلع ر فو تس ولربوا ش ٱووكلوا ج ا

بلهۥإ ن ﴾ ٣١﴿ر ف ينمس ل ٱيح

“Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap

(memasuki) masjid, makan dan minumlah, dan janganlah

berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-

orang yang berlebih-lebihan”. (Q.S. Al-A’raf: 31)155

Dari ayat di atas Allah SWT tidak menyukai orang-orang

yang berlebih-lebihan, sehingga dengan orang yang berlebih-

lebihan maka ia akan lupa akan akherat maka dengan cara menahan

153 Ali bin Muhammad bin Husein Al-Habsyi, op.cit, h. 37

154

Ahmad Muhammad Al-Hufy, op. cit., h. 354. 155

Departemen Agama RI, op.cit, Jilid III, h. 323

Page 73: NILAI NILAI AKHLAK YANG TERKANDUNG DALAM KITAB …

60

hawa nafsulah orang tidak akan terjerumus ke jurang duniawi.

Az-Zuhdu ini mempunyai sifat-sifat keutamaan dengan sifat

yang lain seperti al-qanaah (merasa cukup dengan apa yang ada), al-

iffah (menjaga diri dari sifat keburukan), as-sabru (sabar), at-

tawadhu’ (rendah hati), yang semua itu adalah kemampuan

mencegah nafsu untuk mendapatkan kesenangan dunia.156

Karena

Allah SWT tidak menyukai orang-orang yang suka duniawi secara

berlebihan maka dengan kita menerapkan sifat-sifat di atas tadi maka

kita akan terhindar dari nafsu yang menginginkan kesenangan

duniawi. Allah SWT berfirman:

نء ب شي لونكمولنب نص ونق جوع ل ٱوف خو ل ٱم ٱم ٱول و م ل نف ل

ر ت لثمر ٱو ﴾١٥٥﴿ب ر ينلص ٱوبش

“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan

sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-

buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang

sabar”.157

(Q.S. Al-Baqarah: 155)

Banyak kisah yang menceritakan tentang kezuhudan Nabi

Muhamad SAW, di antaranya Rasulullah tidak mengumpulkan dua

macam makanan dalam perutnya, jika beliau makan daging maka

tidak ditambah dengan yang lain, jika beliau makan kurma maka,

demikian halnya dengan makan daging, jika makan roti cukuplah

dengan roti itu saja dan apabila menemukan susu tanpa roti

maka cukuplah susu baginya.158

Di sini Nabi SAW makan

seadanya dan tidak makan sesuatu kecuali hanya satu macam

makanan saja dan itu terasa cukup bagi beliau.

Dikisahkan pula dari Anas bin malik menuturkan bahwa

ketika FAthimah memberikan sepotong roti kepada Nabi SAW,

beliau menjawab ini adalah sepotong makanan pertama yang masuk

156

Ibid., h.355. 157

Ibid, Jilid I, h. 231

158

Ibid., h. 362.

Page 74: NILAI NILAI AKHLAK YANG TERKANDUNG DALAM KITAB …

61

ke mulut ayah sejak tiga hari ini. Menurut Ibnu Salim ketika berlapar

adalah bahwa seseorang terus menerus mengurangi porsi

makanannya.159

Begitu sederhananya Nabi SAW sehingga beliau

hanya makan sekali dalam satu hari.

Demikianlah beberapa keterangan tentang kesederhanaan

junjungan kita semua Nabi Muhammad SAW yang diambil dari

penggalan bait di atas maka dengan demikian penulis menyimpulkan

bahwa nilai-nilai akhlak yang dapat dipetik dari bait di atas adalah

sifat zuhud (kesederhanaan) Nabi SAW yang dapat kita aplikasikan

dalam kehidupan sehari-hari.

5) Dermawan

الخلق مقسط معطاء “Demikian pula akhlak yang disandangnya adil dan dermawan

bila dan dimana pun ia berada”.160

Sifat dermawan adalah sifat yang harus ditanamkan dalam diri

setiap muslim. Menurut kamus bahasa Indonesia, dermawan dapat

diartikan sebagai pemurah hati atau orang yang suka memberi

(beramal dan bersedekah).161

Menurut istilah dermawan bisa diartikan

memberikan sebagian harta yang dimilikinya untuk kepentingan orang

lain yang membutuhkan dengan senang hati tanpa keterpaksaan.

Orang yang dermawan adalah orang yang senang jika bisa membantu

orang lain yang sedang ditimpa kesusahan. Dengan memiliki sifat

yang dermawan maka hidupnya akan lebih bahagia karena dengan

kedermawanannya maka akan melapangkan dadanya. Secara sosial

orang yang dermawan akan disenangi banyak orang, sehingga orang

pun tidak enggan untuk bergaul dengannya. Sedangkan kebalikannya

adalah sifat tamak. Orang yang tamak hidupnya selalu tidak tenang.162

159 Imâm Al-Qusyairy An-Naisâbury, op. cit., h. 146-147.

160

Ali bin Muhammad bin Husein Al-Habsyi, op.cit, h. 35

161 Tim Penyusun dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, op.cit

h. 314.

162 http://www.alislam-safa.com/prinsip-kedermawanan/ 17 Maret 2017 pukul 23.14

Page 75: NILAI NILAI AKHLAK YANG TERKANDUNG DALAM KITAB …

62

الله عليه وسلم ما من ي وم عن اب هري رة رضي الله عنه قال : قال رسول الله صلى يصبح العباد فيه الا ملكان ي نزلان ف ي قول احدها : اللهم اعط منفقا خلفا وي قول

الخر اللهم اعت مسكات لفا )متفق عليه(“Dari Abu Hurairah r.a. beliau berkata. Rasulullah SAW

bersabda: Tidak ada suatu hari pun yang dilewati oleh hamba-

hamba Allah pada setiap paginya melainkan dua Malaikat turun,

lalu salah satu dari keduanya berdo’a: Ya Allah berikanlah kepada

orang yang suka berinfaq pengganti hartanya itu. Dan yang satu

lagi berdo’a: Ya Allah berikanlah kepada orang yang suka

menahan hartanya (orang kikir) itu kemusnahan. (Mutaffaq

‘alaih)”.163

Orang-orang yang menginfakkan hartanya baik dalam keadaan

senang ataupun susah senantiasa memperoleh perhatian Allah SWT.

Para malaikat berdo’a memohon tambahan rezeki bagi mereka yang

mau menafkahkan hartanya. Sedangkan orang yang menimbun

kekayaan selalu membayang-bayangkan kehilangan hartanya. Padahal

harta benda kelak tidak akan dibawa mati. Oleh karena itu tidak

mengherankan bila para malaikat berdo’a seperti itu.164

Allah pun juga

sudah berjanji apabila seseorang berdermawan, maka Allah SWT akan

menggantinya, seperti firman Allah yang tercantum dalam Al-Qur’an :

نتمأنفق وما ﴾٣٩﴿ز ق ينلر ٱرخي وهو ۥل فهيخ فهوء شي م

Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan

menggantinya dan Dialah Pemberi rezeki yang sebaik-baiknya.

(Q.S. Saba’: 39)165

Jadi, barang siapa yang mau memberi, maka Allah akan

menggantinya. Dalam ayat lain juga dijelaskan bahwa perumpamaan

orang yang membelanjakan hartanya di jalan Allah seperti sebuah biji

163 Muhammad Abubakar, Hadits Tarbiyah. (Surabaya:Al-Ikhlas 1995), h. 280.

164

Laila Abu, Akhlak Seorang Muslim. (Bandung: PT Al-Ma’arif 1995), h. 235.

165 Departemen Agama RI, op.cit, Jilid VIII, h. 102

Page 76: NILAI NILAI AKHLAK YANG TERKANDUNG DALAM KITAB …

63

yang tumbuh menjadi pohon yang bercabang tujuh dan pada masing-

masing cabang atau tangkainya itu tumbuh seratus biji. Dengan kata

lain harta yang dibelanjakan di jalan Allah akan dilipatgandakan

sampai tujuh ratus kali, bahkan sampai tak terhingga jika Allah

menghendaki.

Hadits lain yang menerangkan bahwa Allah SWT akan

mengganti apa yang dia berikan kepada seorang muslim adalah

sebagai berikut:

هما قال : قال رسول الله ص.م. : المسلم عن عبد الله ابن عمر رضى الله عن ج الله أخوالمسلم لايظلمه ولايسلمه ومن كان ف حاجته ومن ف رج عن مسلم كربة ف ر

عنه كربة من كرب ي وم القيامة ومن ست ر مسلما ست ره الله ي وم القيامة.) رواه البخارى ومسلم وأبوداود والنسائ والترمذى )وقال : حسن صحيح(

“Abdullah Ibn Umar r.a. berkata bahwa Rasulullah SAW

bersabda, “Seorang muslim adalah saudaranya muslim (yang

lain), dia tidak menganiaya dan menyerahkan saudaranya. Barang

siapa memenuhi kebutuhan saudaranya, Allah memenuhi

kebutuhannya. Barang siapa melepaskan dari seorang muslim satu

kesusahan dari kesusahan-kesusahan dunia niscaya Allah

melepaskan dia dari kesusahan-kesusahan hari kiamat. Dan

barang siapa menutupi aib seorang muslim niscaya Allah menutup

aibnya di dunia dan di akhirat. Dan Allah selamanya menolong

hamba-Nya, selama hamba-Nya menolong saudaranya.”

(Dikeluarkan oleh Al-Bukhari, Muslim, Abu Dawud, An-Nasa’i,

dan Tirmidzi)166

Sabda Nabi di atas secara mudah dapat di pahami bahwa orang

yang memberikan suatu manfaat bagi orang lain lebih utama daripada

orang yang menerima manfaat dari orang lain. Di dalam kaidah

ushuliah dikatakan bahwa kebajikan yang bersifat sosial itu lebih

utama daripada kebajikan yang bersifat individual. Sangatlah jelas

orang yang dermawan merupakan kebajikan yang bersifat sosial,

166 Syafe’i Rachmat, Al-Hadis Aqidah, Akhlaq, Sosial, dan Hukum. (Bandung: CV Pustaka

Setia 2003), h. 260.

Page 77: NILAI NILAI AKHLAK YANG TERKANDUNG DALAM KITAB …

64

sehingga dalam kehidupan bermasyarakat akan damai, bahagia, dan

harta yang disedekahkan akan mendapat ganti yang berlipat ganda

dari-Nya.167

Dari beberapa penjelasan tentang dermawan di atas penulis

menyimpulkan bahwa dermawan adalah merupakan salah satu sifat

terpuji yang harus dimiliki oleh seorang mukmin, karena dermawan

adalah perbuatan yang mencerminkan hubungan antar manusia

yang baik (Hablumminannas), tetapi tidak mengesampingkan

hubungannya dengan Allah (Hablumminallah). Kedermawanan

mengajarkan seseorang akan arti sebuah keikhlasan dan kepedulian

terhadap orang lain yang membutuhkan bantuan dan Al-Habib Ali

menyebutkan sifat mulia itu dalam salah satu baitnya di atas. Dengan

demikian nilai-nilai akhlak yang terkandung dalam bait di atas adalah

sifat dermawan Nabi Muhammad SAW yang dapat kita aplikasikan

dalam kehidupan sehari-hari.

6) Wibawa

وله مع سهولة أخلقه الهيبة القوية

“Rendah hatinya namun cukup kuat wibawanya”.168

Rasulullah SAW mempunyai pengaruh yang sangat besar di

dunia ini. Baik itu dikalangan bangsa Arab maupun non Arab. Bahkan

pengaruhnya dirasakan bukan hanya oleh para sahabat dan orang-

orang yang hidup ribuan tahun setelah wafatnya beliau. Hal ini

menunjukkan bahwa begitu berpengaruhnya Rasulullah SAW.

Hal yang menyebabkan Rasulullah SAW memiliki pengaruh

adalah karena beliau sangat efektif dalam berdakwah. Efektifitas ini

sangat dipengaruhi oleh besarnya wibawa yang beliau miliki.

167 Juwariyah, Hadis Tarbawi. (Yogyakarta: Teras 2010), h. 86.

168 Ali bin Muhammad bin Husein Al-Habsyi, op.cit, h. 37

Page 78: NILAI NILAI AKHLAK YANG TERKANDUNG DALAM KITAB …

65

Rasulullah SAW adalah sosok yang sangat berwibawa. Kata-katanya

didengar, perilakunya diteladani, dan perintahnya diikuti.

Dengan wibawanya, beliau bisa mengubah orang tanpa

kekerasan. Ada lima penyebab Rasulullah berwibawa di hadapan

ummatnya.169

Pertama Rasulullah berbuat sesuai dengan yang

diucapkan. Rasulullah SAW adalah sosok yang memiliki integritas

tinggi. Tidak ada satupun riwayat shahih yang menyebutkan bahwa

beliau pernah berdusta, ingkar janji, atau menyia-nyiakan amanah.

Saat Rasulullah memerintahkan sesuatu kepada para sahabat,

maka beliaulah orang pertama yang melakukan perbuatan tersebut.

Sesuai dengan apa yang Al-Habib Ali tulis dalam Simtud Duror:

و اولهم الى مكارم الاخلق سبقا

“Selalu terdepan dalam berbuat kebajikan”.170

Kedua, beliau tidak melakukan banyak kesalahan. Rasulullah

SAW adalah pemimpin yang sempurna sehingga jarang sekali

melakukan kesalahan. Orangpun menjadi kagum dan percaya kepada

beliau. Walaupun demikian, tatkala melakukan kekeliruan, Nabi

Muhammad SAW berbesar hati mengakuinya. Beliau tidak segan-

segan menuruti nasihat para sahabatnya bila memang pendapatnya

dianggap lebih baik.

Semua orang pasti pernah melakukan kesalahan. Namun,

sebaik-baiknya orang yang bersalah adalah mereka yang meminta

maaf, segera mengevaluasi diri, segera memperbaiki diri dan

bertanggung jawab serta rela menanggung semua akibat yang

ditimbulkan, yang tidak kalah pentingnya adalah supaya tidak

mengulangi kesalahan tersebut berulang-ulang.

169 http://hamsmars.blogspot.co.id/2008/07/aa-gym-membangun-kewibawaAn-cara.html di

akses pada tanggal 28 Maret 2017 pukul: 15.36

170

Ali bin Muhammad bin Husein Al-Habsyi, op.cit., h. 37

Page 79: NILAI NILAI AKHLAK YANG TERKANDUNG DALAM KITAB …

66

Ketiga, tidak emosional. Nabi Muhammad SAW adalah sosok

yang terkenal sangat tenang, santun dan tegas. Dalam kondisi apapun

beliau tetap tenang, sehingga setiap keputusannya selalu tepat.

Walaupun harus marah, maka marah beliau proporsional, tepat sasaran

dan tidak merugikan.

Sebenarnya marah dan tegas adalah sesuatu yang berbeda.

Marah berdasarkan hawa nafsu, sedangkan tegas berdasarkan adil.

Seorang pemimpin yang emosional dan pemarah akan jatuh

wibawanya dihadapan orang yang dipimpinnya. Ia tidak akan dicintai,

tapi ditakuti. Kata-katanya mungkin didengar, tapi tidak akan diikuti.

Sikap seperti ini jauh dari pribadi Rasulullah SAW.

Keempat, tidak banyak bicara dan humor. Ucapan Nabi

Muhammad SAW bagaikan butiran intan permata. Sebagaimana yang

tertera dalam Simtud Duror:

لا ي قول و لا ي فعل الا معروفا

“Tiada berucap sesuatu melainkan berisi kebaikan”.171

Tidak ada yang sia-sia. Semua ucapannya berkualitas tinggi

hingga diabadikan dalam kitab-kitab hadits. Kalaupun harus humor

atau bercanda, maka humornya tersebut berkualitas dan tidak

dibumbui dusta. Beliau mengajarkan bahwa setiap yang diucapkan

harus dipertanggung jawabkan.

c. Akhlak Dalam Berkeluarga

1) Memilih Pasangan Hidup yang Baik

عبدالله بن عبدالمطلب ذى القدرالعظيم ۩ وامه ال ت هي ف المخاوف

آمنة ۩ السي دة الكرية آمنة ۩

“Abdullah bin Abdul Muthalib yang bijak dan berwibawa

171 Ibid., h. 37

Page 80: NILAI NILAI AKHLAK YANG TERKANDUNG DALAM KITAB …

67

Serta ibundanya Aminah yang mulia, yang selalu merasa

tentram aman dan tentram meski ditengah apa saja yang

menggelisahkan”.172

Untuk membentuk keluarga yang baik sebagaimana apa yang

dicita-citakan oleh kebanyakan orang, bait syair di atas

menggambarkan sedikit tentang kriteria calon mempelai pendamping

hidup, antara abdullah dan aminah. Yang mana hal itu dapat dijadikan

renungan bagi remaja-remaja yang menginginkan terbentuknya

keluarga sakinah. Yaitu ketika Abdullah seorang pemuda yang

mempunyai berbagai sifat mulia pada dirinya serta terlahir dari

keluarga yang terhormat berumur dua puluh empat tahun. Pada saat

itu sudah tiba masanya untuk dinikahkan. Abdullah menjatuhkan

pilihan kepada Aminah binti Wahab dikarenakan Aminah adalah

seorang perempuan yang mempunyai status sosial paling baik di kaum

Quraisy baik dari segi nasab, kedudukan dan perangainya.173

Sepenggal kisah yang ada di atas dapat diambil pelajaran,

bahwasannya seorang laki-laki, janganlah menikahi seorang wanita

sembarangan yang belum jelas asalnya, ada beberapa tuntunan yang

dianjurkan ketika hendak melamar seorang wanita yang ingin

dinikahinya. Bagi laki-laki yang ingin menikah ada beberapa hal yang

harus diperhatikan. yaitu carilah wanita yang kuat agamanya,

kecantikannya dan hartanya jika ingin berkehendak, kemudian harus

diperhatikan juga adab jika ingin meminang. Pertama, jangan

meminang seorang wanita yang telah dipinang orang lain. Kedua,

jangan pula mengizinkan istri yang terdahulu untuk menghadiri

perkawinannya. Ketiga, hendaknya si peminang menanyakan ketaatan

si wanita terhadap ibadahnya. Begitupun dengan si wanita jangan

begitu saja menerima pinangan seorang laki-laki. Ada beberapa hal

172

Ibid h. 12

173 Syekh Muhammad Al-Khudhori, Nur Al-Yakin Fi Siirati Sayyidi Al-Mursalin, (Mesir:

Maktabah As-Syuruq Al-Dauliyah), h.11.

Page 81: NILAI NILAI AKHLAK YANG TERKANDUNG DALAM KITAB …

68

yang patut diperhatikan bagi wanita yang akan dipinang. Pertama,

hendaklah si wanita menyuruh kerabatnya yang dapat dipercaya untuk

menanyakan pelamar perihal agama, aqidah, kejantanannya,

shalatnya, usahanya, dan tanyakan pula kesediaanya meminang bukan

karena harta.174

Demikian tuntunan bagi seorang laki-laki maupun

wanita yang hendak menikah dan yang hendak dinikahi.

Berdasarkan Penggalan bait di atas yang menggambarkan

sedikit tentang kriteria calon mempelai pendamping hidup, antara

abdullah dan aminah dan diperkuat dengan beberapa tuntunan bagi

siapa saja yang hendak melangsungkan pernikahannya dapat diambil

nilai-nilai akhlaknya yaitu pertama, bagi seorang pria yang ingin

menikah harus melihat keutamaannya seperti kecantikannya,

kebangsawanannya dan ketaqwaannya dan kedua, bagi seorang wanita

yang ingin menikah hendaknya ia melihat dari sisi ketaqwaan dan

kejujuran pria yang akan menikahinya sebagaimana Abdullah lakukan

itu semua ketika menikah dengan Aminah.

2) Adil

الخلق مقسط معطاء “Demikian pula akhlak yang disandangnya adil dan dermawan

bila dan dimana pun ia berada”.175

Dalam tata bahasa arab, adil (al-‘adil) adalah bentuk mashdar

dari ‘adala-ya’dilu. Makna dari kata itu adalah lawan dari kata zalim.

Adil adalah memberikan putusan hukum dengan benar. Allah Swt

berfirman:

174 Imam Ghazali, Adab dalam Agama, Terj. Dari Adab Fi Din oleh. AM. Basalamah (Jakarta:

Gema Insani, 1992), Cet. III, h. 52-54. 175

Ali bin Muhammad bin Husein Al-Habsyi, op.cit, h. 35

Page 82: NILAI NILAI AKHLAK YANG TERKANDUNG DALAM KITAB …

69

كوهنفأم أجلهننبلغ فإ ذا ه دوا وأش روف ب مع فار قوهنأو روف ب مع س

نكم ل عد ذوي دةلشه ٱوأق يموا م لل نيؤ كانمنۦب ه يوعظل كم ذ لل ٱب م

ٱم يو ل ٱو ر ل ﴾٢﴿ارج مخ ۥلهعليج للٱيتق ومنخ

“Apabila mereka telah mendekati akhir iddahnya, maka rujukilah

mereka dengan baik atau lepaskanlah mereka dengan baik dan

persaksikanlah dengan dua orang saksi yang adil di antara kamu

dan hendaklah kamu tegakkan kesaksian itu karena Allah.

Demikianlah diberi pengajaran dengan itu orang yang beriman

kepada Allah dan hari akhirat. Barangsiapa bertakwa kepada

Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. (Q.S.

Ath Thalaq: 2)176

Sa’id bin musayyab menafsirkan saksi yang dimaksud dalam

ayat tersebut adalah orang yang memiliki akal. Selain itu, adil juga

bermakna persamaan (al-musawah).177

Menurut istilah, adil adalah pertengahan dari dua sisi yang

berlawanan. Jahizh mengatakan, “adil adalah bagian yang tetap dari

pertengahan. Ia memperlakukan perkara ukurannya tanpa berlebihan,

kurang, maju, atau mundur (memperlakukan sesuatu secara

proporsional)”.178

Fairuz abadi mengatakan, “adil adalah keseimbangan segala

sesuatu. Hal itu sesuai dengan hadits.”

باالعدل قامت السماوات والرض

“Dengan keadilan, langit dan bumi terwujud”.179

Ibnu Maskawih mengatakan, “Keadilan adalah keutamaan jiwa

yang terkumpul dari tiga keutamaan: kebijaksanaan, terjaganya

kehormatan, dan keberanian. Ketika tiga keutamaan diatas menyatu,

176 Mahmud Al-Mishri, op.cit h. 673.

177

Ibid h. 674.

178 Ibid.

179

Ibid.,

Page 83: NILAI NILAI AKHLAK YANG TERKANDUNG DALAM KITAB …

70

maka akan terbentuk suatu kekuatan istimewa yang tidak terkalahkan

dan tidak mengarah kepada hal-hal yang tidak luhur. Kekuatan itu

menciptakan identitas seseorang yang menjadikannya untuk selalu

memilih sikap proporsional kepada dirinya sendiri dan kepada orang

lain”. 180

Begitu pula bersikap adil dalam keluarga. Adil merupakan

salah satu sikap orang tua yang sangat penting untuk selalu diterapkan

adalah selalu berlaku adil sebatas kemampuan kepada anak-anaknya.

Hal ini dikarenakan ketidakadilan sangat besar pengaruh buruknya

terhadap pertumbuhan anak-anak.

Anak-anak diharapkan akan patuh kepada orang tuanya yang

selalu adil dan tidak pilih kasih, orang tua lebih mudah mengatur

mereka karena mereka semua merasa diperhatikan dan disayang oleh

orang tuanya. Berbeda dengan sikap tidak adil dan pilih kasih, maka

akan menimbulkan kecurigaan pada hati sebagian anak-anak terhadap

orang tuanya yang selalu memperhatikan salah satu anak

kesayangannya dan mengabaikan yang lain. Apalagi sebagai anak

manusia, kadang dihinggapi rasa iri dan dengki, sehingga membuat

problem rumah tangga dan sedikit kesalahan orang tua yang terjadi

akan menjadi kesalahan yang besar di mata sang anak yang merasa

dirinya tidak diperhatikan oleh orang tuanya, kemudian dampak

buruknya cepat atau lambat akan dirasakan oleh orang tua itu sendiri.

Di antara dampaknya, anak menjadi sulit diatur, wibawa orang

tua hilang di mata anaknya, dan pada akhirnya orang tua tidak bisa

mendidik dan menyampaikan nasehatnya kepada anaknya,

dikarenakan mereka telah curiga dan berburuk sangka kepada orang

tuanya.

Perlu kiranya sebagai orang tua mengoreksi kembali apakah

dirinya telah berbuat adil kepada anak-anaknya, atau malah berat

sebelah kepada salah satu anak dan mengabaikan yang lainnya.

180 Ibid.,

Page 84: NILAI NILAI AKHLAK YANG TERKANDUNG DALAM KITAB …

71

Sebagai orang tua harus sangat hati-hati agar tidak pilih kasih

walaupun dia tidak menyengaja, karena mau tidak mau dia harus

menanggung akibat dari semua perilakunya terhadap anaknya. Oleh

karena itu, saudara-saudara Nabi Yusuf ‘alaihis salam tatkala mulai

merasakan bahwa bapak mereka lebih condong hatinya kepada Nabi

Yusuf alaihis salam, segera mereka menuduh bahwa bapaknya telah

berbuat kesalahan yang besar menurut mereka, sebagaimana dalam

firman-Nya:

إ لىأب ي قالوا ليوسفوأخوهأحب بةإ نأبانالف يإذ نعص ناونح نام

ب ين م ﴾۸﴿ضلال

“Ingatlah tatkala mereka berkata: “Sesungguhnya Yusuf dan

saudara kandungnya lebih dicintai oleh ayah kita, padahal kita ini

adalah satu golongan. Sesungguhnya ayah kita dalam kekeliruan

yang nyata”. (QS.Yusuf: 12:8)181

Dan akhirnya dengan prasangka yang buruk dan disertai rasa

iri dan dengki kepada sesamanya, mereka bersepakat untuk

mencelakakan Yusuf ‘alaihis salam demi mengalihkan perhatian

ayahnya kepada mereka dengan berbagai cara yang ditempuh dalam

mengenyahkan Yusuf ‘alaihis salam dari pandangan ayahnya:

ه د نبع وتكونوا م هأب يكم وج للكم ضايخ اق تلوا يوسفأو اط رحوهأر

ين ماصال ح –قو لتق تلوا يوسفوأل قوهف يغيابة ال جب قالقآئ لمن هم

ل فاع ضالسيارة إ نكنتم ينيل تق ط هبع

“Bunuhlah Yusuf atau buanglah dia ke suatu daerah supaya

perhatian ayah kalian tertumpah kepada kalian saja, dan setelah

itu hendaklah kalian menjadi orang-orang yang baik (bertaubat

kepada Alloh).” Salah seorang di antara mereka mengatakan:

“Janganlah kamu bunuh Yusuf, tetapi masukkan dia ke dasar

sumur supaya dia dipungut oleh orang-orang yang sedang safar,

181 Departemen Agama RI, op.cit, Jilid IV, h. 503

Page 85: NILAI NILAI AKHLAK YANG TERKANDUNG DALAM KITAB …

72

jika kamu benar-benar hendak melakukannya”. (QS. Yusuf 12: 9-

10)182

Begitulah akibatnya, Yusuf ‘alaihis salam yang masih belia

dan tidak bersalah, harus menerima akibat ungkapan kasih sayang

yang tampak berlebihan dari ayahnya terhadap dirinya, dan begitulah

akibatnya, orang tua tidak dapat menyampaikan nasehat dan

bimbingannya, pada akhirnya perkataan yang baik, nasehat, dan

petuah tidak akan didengar apabila disertai sikap yang tidak adil

terhadap salah satu anaknya.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memberi

petunjuk untuk para pendidik anak-anaknya dalam mewujudkan sikap

adil kepada anak didiknya, sebagaimana sebuah hadits yang

diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim dari jalan an-Nu’man

bin Basyir bahwasanya ayahnya datang membawa beliau kepada Nabi

shallallahu ‘alaihi wa sallam, dia berkata: “Sungguh aku telah

memberi pemberian berupa seorang budak milikku kepada anakku

ini.” Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Apakah semua anakmu kau beri seperti (anakmu) ini?” Dia

menjawab: “Tidak”. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam

bersabda: “Apakah engkau senang apabila mereka (anak-anakmu)

semuanya berbakti kepadamu dengan sama?” Dia menjawab: “Aku

mau (wahai Rasulullah)”. Lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam

bersabda: “Kalau begitu, jangan kau lakukan (pilih kasih)”. (HR.

Bukhari kitab al-Hibah 12, Muslim kitab al-Hibah (9, 10, 17)183

Dan dalam riwayat Muslim ditambahkan, Rasulullah

shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya kepadanya: “Apakah kau

lakukan (pemberian itu) kepada semua anakmu?” Dia menjawab:

“Tidak wahai Rasulullah”. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam

182

Ibid, Jilid IV, h. 504

183 Mahmud Al-Mishri, op.cit h. 679.

Page 86: NILAI NILAI AKHLAK YANG TERKANDUNG DALAM KITAB …

73

bersabda: “Takutlah kamu kepada Allah dan berbuatlah adil terhadap

anak-anakmu!” (HR. Muslim kitab al-Hibah 13) 184

Karena sangat pentingnya sikap adil kepada anak-anak,

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berwasiat dan mengulangnya

hingga tiga kali, beliau bersabda: Adillah kepada anakmu, adillah

kepada anakmu, adillah kepada anakmu!

Imam Nawawi mengatakan: “Dalam hadits ini ditunjukkan

bahwa sudah selayaknya untuk disamakan pemberian itu kepada anak-

anaknya, dengan cara memberi masing-masing anak sama seperti apa

yang diberikan kepada yang lainnya dan tidak boleh dilebihkan, serta

disamakan (pemberian) baik anak laki-laki atau perempuan”.185

Demikianlah, agama kita yang mulia dan sempurna telah

menunjukkan kepada kita hak dan kewajiban masing-masing baik

dalam ruang lingkup sesama manusia termasuk juga ruang lingkup

orang tua dan anaknya, menjelaskan yang halal dan haram serta yang

mubah, menjelaskan apa saja yang perlu dipenuhi dan apa yang tidak

boleh dipenuhi dari kebutuhan anak-anak. Sebagaimana Al-Habib Ali

menulis itu semua dalam baitnya di atas. Dengan demikian nilai-nilai

akhlak yang terkandung dalam bait di atas adalah sifat adil Nabi

Muhammad SAW yang dapat kita aplikasikan dalam kehidupan

sehari-hari.

3) Kasih Sayang

الل هم صل وسلم اشرف الصلة والتسليم على سيدناونبي نامحمدالرؤوف الرحيم

رحة كله وحزم وعزم

184 Syekh Ahmad Al-Miyhi as-Syibayniy, Syarah Sittin Al-Mas’alah, (Jakarta: Daar Ihya Al-

Kitab Al-A’rabiyah, t.t), h. 6.

185

Syekh Abi Al-Muslim bin Al-Hajjab Al-Qusyairi An-Naisaburi, Shahih Muslim, (Beirut:

Daar Al-Fikr), t.t, h. 62

Page 87: NILAI NILAI AKHLAK YANG TERKANDUNG DALAM KITAB …

74

وهوالاب الشفيق الرحيم باليتيم والارملة “Limpahkanlah, ya Allah semulia-mulia shalawat dan salam atas

junjungan dan Nabi kami Nabi Muhammad SAW yang amat

penyantun dan penyayang.”

“Kasih sayang namun tegas dalam sikap”

“Dirinya bagai ayah penuh kasih sayang Untuk si yatim-piatu atau

janda yang lemah”.186

Salah satu sifat Allah SWT adalah kasih sayang atau dalam

bahasa arab disebut dengan ar-Rahmah. Kata ar-Rahmah sendiri

diambil dari kata Ar-Ruhmi atau Ar-Rahmi yang berarti kerabat dan

asal dari semua itu adalah Ar-rahim yaitu kandungan. Sebagaimana

dalam al-Qur’an disebutkan: 187

دوا تف ول ٱف يس إ ص دبع ض ر ل هال مترح إ نوطمعا اف خو عوهد ٱوح

نقر يب لل ٱ ن ينمح ل ٱم ﴾٥٦﴿س

Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah

(Allah) memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa

takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan).

Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang

berbuat baik. (Q.S. Al-A’raf: 56)

Dalam al-Qur’an banyak ayat yang menyebutkan Nabi SAW

disifati dengan sifat rahmat yang berarti kasih sayang, di antaranya

surat Al-Anbiya: 107.

ينع لل مة رح إ لكن سل أر وما ﴾١٠٧﴿لم

“Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi)

rahmat bagi semesta alam”. (Q.S. Al-Anbiya: 107)188

186 Ali bin Muhammad bin Husein Al-Habsyi, op.cit, , h. 3-34-36

187

Ahmad Muhammad Al-Hufy, Akhlak Nabi SAW, op. cit., h. 271. 188

Departemen Agama RI, op.cit, Jilid VI, h. 334

Page 88: NILAI NILAI AKHLAK YANG TERKANDUNG DALAM KITAB …

75

Terkait dengan sifat kasih sayang Allah SWT berfirman:

ينٱ ينك ل ٱوء لضرا ٱوء لسرا ٱف يينف قونلذ م عن عاف ينل ٱوظغي ل ٱظ

بللٱولناس ٱ ن ينمح ل ٱيح ﴾١٣٤﴿س

“(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu

lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan

amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai

orang-orang yang berbuat kebajikan”.189

(Q.S. Al-‘Imran: 134)

Kalimat والكظمين الغيظ menurut Ath-Thabari adalah orang-

orang yang menahan amarahnya ketika jiwanya dipenuhi amarah,

seperti dalam ungkapan bahasa arab “si fulan menahan amarahnya

padahal ia sanggup melampiaskannya. Dan kalimat كظم فلن غيظا

adalah orang yang tidak membalas kesalahan orang lain kepadanya

padahal ia sanggup melaksanakannya.190

Ayat di atas sangat

berhubungan sekali dengan kisah yang terdapat dalam salah satu bait

di atas. Bahwa Allah SWT sangat menyukai orang-orang yang berbuat

kebajikan yaitu dengan memaafkan orang lain tanpa harus

membalasnya dan menahan amarahnya yang berarti bukan tidak

sanggup untuk membalasnya.

Orang yang selalu memberikan kasih sayang kepada semua

orang walaupun musuh sekalipun ia akan mendapatkan balasannya,

ini sejalan dengan sabda Nabi SAW “sayangilah, niscaya kalian akan

disayangi, dan maafkanlah, niscaya kalian akan dimaafkan.” (HR.

ahmad, abdun bin hamid dalam al- muntakhab dan bukhari dalam al-

adab al-mufrad). Nabi SAW adalah orang yang paling baik budi

pekertinya, ketika Abi Abdullah menanyakan tentang budi pekerti

kepada Fatimah, maka ia menjawab “dia tidak keji, tidak berkata

189

Ibid, Jilid II, h. 41

190 Abu Ja’far Muhammad bin Jarir Ath-Thabari, op.cit, Jilid. V, h. 872

Page 89: NILAI NILAI AKHLAK YANG TERKANDUNG DALAM KITAB …

76

kotor, tidak berteriak keras di pasar-pasar, tidak membalas kejelekan.

Dia adalah orang yang memaafkan dan toleran”. (HR. Tirmidzi)

191

Anas berkata, “Rasulullah adalah orang yang memiliki

perangai mulia. Aku memiliki adik kecil yang biasa dipanggil Abu

Umair yang ketika itu baru disapih. Jika Rasul datang dan

melihatnya, beliau akan bertanya, ر burung itu يا أبا عمير ما ف عل الن غي

merupakan teman bermain Abu Umair. Mungkin ketika shalat di

rumah kami, beliau pernah melihatnya. Ketika akan shalat, Nabi

Muhammad SAW meminta karpet di bawah untuk disapu dan diciprati

air. Beliau kemudian bangun dan kami mengikuti langkah beliau.

Beliau menjadi imam shalat kami”. (HR bukhori Hadits Shahih)192

Anas menambahkan, “aku tidak pernah mengetahui ada orang

yang lebih mementingkan keluarga dibanding Rasulullah SAW”. (HR

Muslim Hadits shahih) 193

Dengan mengkaitkan beberapa firman Allah SWT dan hadits

Nabi Muhammad SAW yang memerintahkan agar berlaku kasih

sayang, berbuat kebajikan dengan memaafkan kesalahan orang lain

dan cerita yang terdapat dalam penggalan bait Simtud Duror di atas

menyebutkan bahwa berbuat kasih sayanglah kepada orang lain dan

kepada keluarga khususnya serta maafkan semua kesalahannya

niscaya kita akan mendapatkan balasannya berupa kebaikan pula,

dengan demikian nilai-nilai akhlak yang dapat diambil adalah sifat ar-

rahmah atau mengasihi orang lain tanpa harus membalasnya.

d. Akhlak Bermasyarakat

1) Memenuhi Undangan/Janji Dengan Tidak Membeda-Bedakan yang

Mengundang

191 Syaikh Musthafa Al-Adawy, Fikih Akhlak, op. cit., h. 57-58.

192

Mahmud Al-Mishri, op.cit h. 182

193 Ibid

Page 90: NILAI NILAI AKHLAK YANG TERKANDUNG DALAM KITAB …

77

إذا دعاه المسكين اجابه اجابة معجلة

“Bila si miskin memanggilnya, ia selalu tanggap memenuhinya

segera”.194

Memenuhi janji (al-wafa’) dalam bahasa Arab merupakan

bentuk mashdar (kata yang menunjukkan pekerjaan) dari kata wafa-

yafi-wafaan.195

Jauhari mengungkapkan bahwa kata al-wafa’

(memenuhi janji) merupakan antonim kata al-gadr (khianat).196

Adapun menurut al-Jurjani, secara terminologi definisi al-wafa’

adalah memperlakukan orang lain sebagaimana ia ingin diperlakukan

dan berusaha menepati janji.197

Sifat memenuhi janji merupakan salah satu nikmat di antara

nikmat-nikmat Allah Swt yang dikaruniakan kepada hamba-Nya yang

Dia kehendaki. Barang siapa yang memenuhi janji antara dirinya dan

Tuhannya dengan tidak menyekutukan-Nya dan mengikhlaskan segala

ibadah hanya untuk-Nya maka Allah akan memenuhi janji-Nya hamba

tersebut dengan memberinya taufik dalam menjalankan rutinitas

ketaatan kepada-Nya. Karena itu, Allah Swt. Berfirman:

ٱتنقضوا ولهدتم ع إ ذالل ٱد ب عه فوا وأو هاتو دبع نم ي ل تمجعل وقد ك يد

﴾٩١﴿علونتف مالميع للٱإ نكف يلا كم علي للٱ

“Dan tepatilah perjanjian dengan Allah apabila kamu berjanji dan

janganlah kamu membatalkan sumpah-sumpah(mu) itu, sesudah

meneguhkannya, sedang kamu telah menjadikan Allah sebagai

saksimu (terhadap sumpah-sumpahmu itu). Sesungguhnya Allah

mengetahui apa yang kamu perbuat”.198

(Q.S. An-Nahl: 91)

194 Ali bin Muhammad bin Husein Al-Habsyi, op.cit, h. 37

195

Mahmud Al-Mishri, op.cit h. 194.

196 Ibid.,

197

Ibid., 198

Departemen Agama RI, op.cit, Jilid V, h. 372

Page 91: NILAI NILAI AKHLAK YANG TERKANDUNG DALAM KITAB …

78

Seorang muslim harus bisa berbuat baik kepada semua

manusia. Dari semua golongan, baik agama maupun usia. Hubungan

baik sangat diperlukan dalam sebuah masyarakat. Karena tidak ada

seorang yang mampu hidup tanpa bantuan orang lain, dalam

kehidupan bermasyarakat ada hak dan kewajiban yang harus dipenuhi

antar masing-masing individu. Rasulullah SAW bersabda:

“Kewajiban seorang muslim atas muslim lainnya ada lima: menjawab

salam, mengunjungi orang sakit, mengiringi jenazah, memenuhi

undangan dan menjawab orang bersin”. (H.R. Khamsah) 199

Hadits diatas menjelaskan bahwa salah satu dari kewajiban

seorang muslim terhadap muslim lainnya adalah memenuhi undangan,

dalam bermasyarakat undang-mengundang sudah menjadi tradisi.

Seseorang akan kecewa apabila suatu ketika ia mengundang teman

atau kerabatnya namun mereka tidak hadir. Lebih kecewa lagi jika

yang berhalangan hadir tidak memberi kabar akan ketidakhadirannya.

Maka dari itu Rasulullah SAW tidak ingin membuat kecewa hati para

sahabatnya. Nabi Muhammad SAW tidak berlaku mementingkan

undangan sahabat yang kaya dan mengacuhkan undangan dari sahabat

yang miskin. Beliau tidak membeda-bedakan siapa yang

mengundangnya.

2) Berkata Jujur

داالعبدالصادق ف ق وله وفعله واشهد ان سي دنامحم“Dan aku bersaksi bahwasanya Sayyidina Muhammad SAW

adalah hamba Allah yang benar dalam ucapan dan

perbuatannya”.200

Berdasarkan potongan Bait di atas menerangkan bahwa sifat

jujur telah melekat pada diri Nabi Muhammad SAW. Sekaligus

199 Ibid h. 196

200

Ali Bin Muhammad Bin Husein Al-Habsyi, op.cit, h. 5

Page 92: NILAI NILAI AKHLAK YANG TERKANDUNG DALAM KITAB …

79

menerangkan pula bagaimana Nabi Muhammad SAW bermasyarakat

dan tentang bagaimana akhlak beliau ketika bergurau. Ada dua point

penting dalam kaitannya dengan pergaulan, yaitu:

- Pertama beliau suka bergaul dengan orang-orang terhormat

dan suka bergurau tetapi gurauan tersebut tidak sampai

dengan perkataan bohong atau menyakiti perasaan orang

lain. Mengenai gurauan atau lelucon, bangsa Arab adalah

bangsa yang suka ketawa dan suka kepada orang yang

tertawa, lelucon atau dalam bahasa arab disebut fakaahah,

Nabi SAW adalah orang yang lemah lembut dan jujur maka

tidak heran apabila beliau kadang-kadang melucu. Pernah ada

seorang nenek dari kaum Anshar yang meminta kepada

beliau agar berdoa kepada Allah SWT memohonkan ampun

kepada-Nya dan memasukkan ia ke surga dan beliau

menjawab seorang nenek tidak akan masuk surga maka

nenek itu menjerit maka beliau tersenyum dan membacakan

firman Allah SWT:

﴾٣٥﴿ء إ نشا هنن أنشأ إ نا “Sesungguhnya Kami menciptakan mereka (bidadari-

bidadari) dengan langsung”.201

(Q.S. Al-Waqi’ah: 35)

-

- Kedua, beliau tidak banyak omong, selalu berkata-kata yang

berguna dan bermanfaat, beliau juga selalu mengucapkan

salam apabila bertemu dengan seseorang. Berkenaan dengan

hal-hal yang tidak berguna adalah orang yang menjauhkan

dirinya dari perkataan yang tidak berguna maka dia adalah

termasuk orang-orang yang beruntung sebagaimana Allah

SWT berfirman:

نونمؤ ل ٱلحأف قد ينٱ ﴾١﴿م عونخ صلات ه م ف يهم لذ ﴾٢﴿ش

201 Ibid, Jilid IX, h. 637

Page 93: NILAI NILAI AKHLAK YANG TERKANDUNG DALAM KITAB …

80

ينٱو ﴾٣﴿ر ضونمع و للغ ٱعن هم لذ

“Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman

(yaitu) orang-orang yang khusyu´ dalam sembahyangnya

dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan

dan perkataan) yang tiada berguna”.202

(Q.S. Al-

Mukminun: 1-3)

Kalimat ينٱو ر ضونمع و للغ ٱعن هم لذ yaitu adalah selain

orang-orang beriman, khusu' dalam shalat, maka beruntung

pulalah orang-orang yang berpaling dari kebAthilan yang

dibenci Allah SWT.203

Ayat di atas mengidentifikasikan

bahwa keberuntungan orang yang menjauhkan diri dari hal-

hal yang tidak berguna sama keberuntungannya dengan

orang yang khusu’ dalam shalatnya.

Apabila kita menemui orang-orang yang berbuat

kebAthilan, kalau memang perbuatan itu bisa kita rubah

maka rubahlah, Allah SWT berfirman:

ينٱو ورٱهدونيش للذ وا وإ ذالز وا و للغ ٱب مر اك رام مر

﴿٧٢﴾

Dan orang-orang yang tidak memberikan persaksian palsu,

dan apabila mereka bertemu dengan (orang-orang) yang

mengerjakan perbuatan-perbuatan yang tidak berfaedah,

mereka lalui (saja) dengan menjaga kehormatan dirinya.

(Q.S. Al-Furqan: 72)

Kalimat وا وإ ذا وا و للغ ٱب مر اك رام مر jika mereka melihat

kebAthilan, kemungkaran yang dapat dirubah dengan

ucapan mereka akan mengubahnya dengan ucapan, dan

apabila mereka disakiti dengan kata-kata mereka

memberikan maaf.204

Jadi apabila kita menemui seseorang

yang berbuat kemungkaran maka rubahlah dengan ucapan

sedangkan apabila kita dihina dengan kata-kata maka

202 Ibid, Jilid VI, h. 470

203

Abu Ja’far Muhammad bin Jarir Ath-Thabari, op. cit., Jilid. XVIII, h. 672. 142 Abu Ja’far Muhammad bin Jarir Ath-Thabari, op. cit., Jilid. XIX, h. 507-508.

Page 94: NILAI NILAI AKHLAK YANG TERKANDUNG DALAM KITAB …

81

berikanlah maaf kepada mereka.

Nabi SAW membenci orang yang suka mengumbar

kata-kata dan di hari kiamat nanti tempat duduknya akan

jauh dari beliau.sebagaimana sabdanya:

“Sesungguhnya orang yang paling aku cintai dan paling

dekat tempat duduknya denganku pada hari kiamat

adalah orang yang akhlaknya paling baik. Sesungguhnya

orang yang paling aku benci dan paling jauh tempat

duduknya dariku pada hari kiamat nanti adalah orang

yang banyak mengumbar kata, orang yang besar mulut

dan orang yang sombong”. (H.R. Tirmidzi) 205

Pergaulan memiliki pengaruh yang sangat signifikan

dalam membentuk sebuah kepribadian, akhlak dan tingkah

laku manusia. Seseorang akan mengambil sifat-sifat

sahabatnya itu. Menusia merupakan makhluk social yang

harus bergaul dengan orang lain dan menjadikan sebagian di

antara mereka sebagai sahabat. Apabila dia memilih bergaul

dengan orang-orang yang bersifat jahat, fasik, dan jahat

akhlaknya, maka sifat-sifatnya akan melenceng secara

keseluruhan tanpa disadarinya.

Bagaimana seseorang dapat diketahui yaitu dengan

mengetahui teman-teman terdekatnya. Para sahabat Nabi

Muhammad SAW. Tidak akan mencapai derajat yang tinggi

melainkan karena mereka bergaul dengan Nabi SAW. Dalam

kaitannya dengan pergaulan Allah SWT berfirman:

ينٱأيهاي ق ينلص ٱمعوكونوا للٱتقوا ٱءامنوا لذ ﴾١١٩﴿د

“Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada

Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang

benar.” (Q.S. At-Taubah: 119)

205 Syaikh Musthafa Al-Adawy, op. cit., h. 134

Page 95: NILAI NILAI AKHLAK YANG TERKANDUNG DALAM KITAB …

82

Allah SWT menerangkan kepada orang yang hendak

menuju jalan kebahagiaan dan cara terhindar dari siksa-Nya

yang pedih yaitu dengan cara bertaqwa kepada Allah dan

selalu merasa diawasi oleh-Nya dengan melaksanakan

perintahnya mejauhi segala larangannya, jadilah orang yang

disukai Allah di dunia niscaya kamu akan bersama orang-

orang yang benar di dalam surgs. Para ahli tafsir mengatkan

makna ayat ini adalah jadilah seperti Abu Bakar, Umar, para

Muhajirin, dan bahkan seperti Nabi SAW.206

Dengan

demikian, ayat di atas memerintahkan kepada kita selain untuk

bertaqwa juga agar bergaul dengan orang-orang yang shalih.

Ajaran Islam mengatur tentang pergaulan dan siapa saja orang

yang harus kita ikuti. Berikut pendapat beberapa ulama tentang

pergaulan.

Mengenai siapa orang yang harus menjadi teman kita,

dari Abu Sa’id Al- Khudry ra. dari Nabi SAW beliau bersabda:

“Janganlah kamu berteman kecuali dengan orang yang

beriman dan janganlah ada yang makan makananmu kecuali

orang yang bertaqwa”. (HR. Abu Dawud dan At-Tirnidzy) 207

Sebagaimana dikutip oleh Abdul Qadir Isa dari Ibnu

Qayyim al-Jauziah ia mengatakaan apabila seseorang hendak

mengikuti orang lain maka sebaiknya lihatlah dia apakah dia

orang yang termasuk ahli dzikir atau orang lalai, dan apakah ia

orang yang memutuskan sesuatu berdasarkan wahyu atau

dengan hawa nafsunya, apabila dia adalah orang yang ahli

dzikir dan memutuskan sesuatu berdasarkan wahtu maka

ikutilah dia.208

Untuk itu ikutilah orang-orang yang selalu

206 Abu Ja’far Muhammad bin Jarir Ath-Thabari, op. cit., Jilid XIII, h. 366-377.

207

Muslich Shabir, Terjemah Riyadhus Shalihin I, (Semarang: PT. Karya Toha Putra,

2004), h. 204.

208 Syaikh Abdul Qadir Isa, op. cit., h. 33.

Page 96: NILAI NILAI AKHLAK YANG TERKANDUNG DALAM KITAB …

83

ingat kepada Allah SWT. Untuk itu ikutilah orang-orang yang

selalu ingat kepada Allah SWT.

Jangan mendengarkan perkataan-perkataan kotor dan

melupakannya kalaupun bisa jauhilah orang-orang tersebut

kecuali dalam keadaan terpaksa ada keperluan mendesak,

ketika berkomunikasi janganlah meremehkan siapa pun dan

apa pun posisinya, karena kita tidak mengetahui mungkin

orang tersebut lebih mulia di sisi Allah SWT dibandingkan

dengan kita.209

Apabila bertemu dengan mereka awalilah dengan

mengucapkan salam, tengoklah mereka apabila sakit, bertutur

kata yang baik kepada mereka, maafkan kesalahan dan

kekhilafan dan jangan cerca atau memarahi mereka.210

Mengingatkan akan Allah SWT maka Allah SWT akan

ridha dan cinta kepadanya, sebagaimana firman-Nya:

ر ك ٱفإ نوذك ن ينمؤ ل ٱتنفعرى لذ ﴾٥٥﴿م

“Dan tetaplah memberi peringatan, karena sesungguhnya

peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang yang

beriman”.211

(Q.S. Adh-Dhariyat: 55)

Mengingatkan orang yang akan berbauat jahat,

sebagaimana ucapan musa kepada para tukang sihir:

وسى لهمقال ب لل ٱعلىتروا تف للكم وي م تكميس فاكذ ب عذاب ح

﴾٦١﴿ترى ف ٱمن خابوقد

Berkata Musa kepada mereka: "Celakalah kamu, janganlah

kamu mengada-adakan kedustaan terhadap Allah, maka

209 Ibid., h. 61.

210

Ibid., h. 61. 211

Departemen Agama RI, op.cit, Jilid IX, h. 485

Page 97: NILAI NILAI AKHLAK YANG TERKANDUNG DALAM KITAB …

84

Dia membinasakan kamu dengan siksa. Dan sesungguhnya

telah merugi orang yang mengada-adakan kedustaan”. 212

(Q.S. Thaha: 61)

Ketika Musa berkata kepada tukang sihir yang dibawa

Fir'aun "celakalah kalian janganlah kalian membuat-buat

kedustaan kepada Allah karena Dia akan membinasakan

kalian dengan siksa untuk selamanya. Dan tidak akan

beruntung orang yang membuat-buat kedustaan dan

menyatakan kedustaan tersebut.213

Ketika terjadi konflik maka ingatkanlah. Sebagaimana

hadits dari Ummu Salamah ra. “jika terjadi konflk di antara

kalian dan kalian melaporkannya kepadaku, mungkin

sebagian kalian lebih baik dalam beralasan dan

berbicara. Dan aku akan memutuskan sesuai dengan apa

yang aku dengar darinya. Jika dengan pengakuannya itu aku

memutuskan suatu hak untuknya dari saudaranya, maka

janganlah dia mengambil hak itu (jika dia ternyata

berbohong dengan ucapannya itu). Sesungguhnya (itu

berarti) aku memutuskan untuknya potongan api neraka”.

(HR. Bukhari dan Muslim).214

Demikianlah penulis paparkan tentang beberapa adab

pergaulan, semoga dengan pengetahuan kita tentang adab

pergaulan, Allah SWT dapat memberikan kepada kita semua

petunjuk.

212

Ibid, Jilid VI, h. 155

213 Abu Ja’far Muhammad bin Jarir Ath-Thabari, op. cit., Jilid XVII, h. 860-862.

214

Syaikh Musthafa Al-Adawy, op. cit., h. 128.

Page 98: NILAI NILAI AKHLAK YANG TERKANDUNG DALAM KITAB …

85

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan, Nilai-Nilai Akhlak

yang Terkandung dalam Kitab Simtud Duror karangan Al Habib Ali bin

Muhammad bin Husein Al Habsyi dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Akhlak kepada Allah SWT yaitu menyucikan dan memuji asma-Nya,

memohonkan ridho, dan bersyukur.

2. Akhlak kepada Rasulullah SAW yaitu membacakan shalawat.

3. Akhlak kepada diri sendiri yaitu malu, berperangai lemah lembut,

tekad kuat, zuhud atau perangai sederhana, dermawan dan wibawa.

4. Akhlak berkeluarga yaitu memilih pasangan hidup yang baik, adil dan

kasih sayang.

5. Akhlak bermasyarakat yaitu memenuhi undangan tanpa membeda-

bedakan yang mengundang dan berkata jujur walaupun dalam kondisi

bergurau.

Proses bagaimana mempraktikkan nilai-nilai akhlak dalam

kesehariannya adalah pertama dengan menyakini adanya Allah SWT dan

mentaati ajaran-Nya yaitu dengan sikap dan perilaku yang mencerminkan

keyakinan dan kepercayaan terhadap Allah SWT. Kedua, menumbuhkan

kejujuran yaitu sikap dan perilaku untuk bertindak dengan sesungguhnya

dan apa adanya, tidak sombong, tidak dibuat-buat, tidak ditambah atau

pun tidak dikurangi. Ketiga, memiliki rasa malu yaitu dengan sikap dan

perilaku yang menunjukan tidak enak hati, hina, rendah karena berbuat

sesuatu yang tidak sesuai dengan hati nurani, norma dan aturan yang

berlaku. Keempat, menumbuhkan cinta kasih sayang yaitu dengan sikap

dan perilaku yang mencerminkan adanya unsur memberi perhatian,

perlindungan dan penghormatan, tanggung jawab dan pengorbanan

terhadap orang yang dicintai dan dikasihi. Kelima, saling menghormati

Page 99: NILAI NILAI AKHLAK YANG TERKANDUNG DALAM KITAB …

86

yaitu dengan sikap dan perilaku untuk menghargai dalam hubungan antar

individu dan kelompok berdasarkan norma dan tatacara yang berlaku.

Selanjutnya bagaimana mengaplikasikannya di sekolah yaitu

dengan pendekatan-pendekatan yang bersifat mendidik. Pertama

pendekatan nilai dengan keteladan seperti seorang guru bertutur kata yang

baik, mengucapkan salam, tidak menyebut siswanya dengan panggilan-

panggilan yang menyakiti perasaannya. Kedua, pendekatan pembelajaran

tindakan yaitu dengan himbauan dan pembiasaan seperti membiasakan

murid memberi agar timbul rasa kedermawanannya, bergaul dengan semua murid

tanpa membeda-bedakan status sosial, mengagungkan nama Nabi

Muhammad SAW dengan bershalawat. Ketiga, pendekatan moral

kognitif yaitu dengan mengajak para siswa untuk berdiskusi

mengeluarkan pendapatnya dengan cara-cara yang santun.

Page 100: NILAI NILAI AKHLAK YANG TERKANDUNG DALAM KITAB …

87

B. Saran

Dengan kerendahan hati, disertai rasa hormat yang mendalam

penulis memberikan beberapa saran yang diharapkan dapat menjadi salah

satu upaya konstruktif dalam mengembangkan konsep pendidikan akhlak

di Indonesia diantaranya adalah:

1. Hendaknya nilai-nilai akhlak dalam kitab Simtud Duror dapat

diaplikasikan dengan cara-cara sebagaimana yang telah dipaparkan di

atas baik dalam lingkup diri sendiri maupun lingkup sosial

masyarakat.

2. Para pendidik guru, ustadz, kiai maupun habaib yang selalu mengajak

masyarakatnya untuk membaca Simtud Duror agar hendaknya

menjelaskan makna daripada syair-syair yang terdapat di dalam kitab

Simtud Duror.

3. Masyarakat awam yang selalu mengadakan ritual keagamaan dengan

membaca Simtud Duror tentunya agar memahami teks Simtud Duror

itu sendiri, dikarenakan teks kitab Simtud Duror berbahasa Arab maka

untuk memahaminya adalah dengan membaca kitab yang sudah

diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.

Page 101: NILAI NILAI AKHLAK YANG TERKANDUNG DALAM KITAB …

88

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, M. Yatimin. Studi Akhlak dalam Perspektif Al-Qur’an. Jakarta: Amzah,

2007.

Abubakar, Muhammad. Hadits Tarbiyah. Surabaya:Al-Ikhlas 1995.

Al-Habsyi, Ali bin Muhammad bin Husein. Untaian Mutiara Kisah Kelahiran

Manusia Utama; Akhlak, Sifat dan Riwayat Hidupnya (Kisah Maulid Nabi

Besar Muhammad SAW), Terj. Simtud Durar Fi Akhbar Maulid Khairil

Basyar wa Ma Lahu min Akhlaq wa Aushaf wa Siyar oleh Alwi bin Ali Al-

Habsyi. Solo: Sekretariat Masjid Riyadh, Cet. II, 1992.

Al-‘Asqalani, Al-Imam Al-Hafidz Ahmad bin Ali bin Hajar. Fathul al-Baari.

Mesir: Daar al-Hadits t.t

Al-Adawy, Syaikh Musthafa. Fikih Akhlak. Jakarta: Qisthi Press, Cet XV, 2010

Al-Habsyi, Husein Anis.Biografi Al-habib ‘Ali Habsyi Muallif Simtud Durar.

Solo: Pustaka Zawiyah, 2000.

Al-Huffy, Ahmad Muhammad. Akhlak Nabi Muhammad SAW; Keluhuran dan

Kemulyaanya. Jakarta: Bulan Bintang, ttt.

Alim, Muhammad. Pendidikan Agama Islam. Bandung, PT Remaja Rosdakarya,

2006.

Al-Khudhori, Syekh Muhammad Nur Al-Yakin Fi Siirati Sayyidi Al-Mursalin.

Mesir: Maktabah As-Syuruq Al-Dauliyah, t.t

Al-Mishri, Mahmud. Mausua’h Nin Akhlaqil Rasul. Jakarta: Pena Pundi Aksara,

2009.

Al-Qurthubi, Tafsir al-Qurthubi. Jakarta: Pustaka Azzam, Jilid. IX, 2008.

Amin, Ahmad. Kitab Akhlak. Cairo: Dar Al-Kutubiyah, t.t.

An-Naisaburi, Syekh Abi al-Muslim bin al-hajjab al-qusyairi. Shahih Muslim.

Beirut: Daar al-Fikr, t.t,

An-Naisabury, Imam al-Qusyairy. Ar-Risalatul Qusyairiyyah fi ‘Ilmi at-

Tasawwufi Surabaya: Risalah Gusti, Cet. II, 2010.

Anwar, Rosihon. Akhlak Tasawuf. Bandung: CV Pustaka Setia, 2010.

Page 102: NILAI NILAI AKHLAK YANG TERKANDUNG DALAM KITAB …

89

Ardani, Moh. Akhlak Tasawuf. Jakarta: CV. Karya Mulia, Ed II, 2005.

Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:

Rineka Cipta, Cet XII, 2002.

Asmaran. Pengantar Studi Akhlak. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, Cet ke II,

1994.

As-Syibayniy, Syekh Ahmad al-Miyhi. Syarah Sittin al-Mas’alah. jakarta: Daar

Ihya al-Kitab al-A’rabiyah, t.t

Ath-Thabari Abu Ja’far Muhammad bin Jarir. Jami’ Al-Bayan Ayi Al-Qur’an.

Jakarta: Pustaka Azzam, 2009.

. Terj. Dari Jami’ Al-Bayan Ta’wil Ayi Al-Qur’an oleh. Ahsan

Askan. Jakarta: Pustaka Azzam, Jilid. II, V, VI, IX, X, XII, XIII, XVII, XIX,

2007.

az-Zarnujy, Syaikh. Ta’limul Mutaa’llim Thariq al-Taa’llum. Kudus: Menara

Kudus, t.t.

Chalid Narbuko dan Abu Achmadi. Metodologi Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara,

2009.

Dasuki, Hafizh (Eds). Ensiklopedi Hukum Islam. Jakarta: PT Ichtiar Baru Van

Hoeve, Jilid I, Cet. III, 2008.

Daud, Ali Muhammad. Pendidikan Agama Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada, 1998.

Departemen Agama RI. Al-Qur’an dan Tafsirnya. Jakarta: Lembaga Percetakan

Al-Qur’an Departemen Agama, Jilid VII, 2009.

. Al-Qur’an dan Tafsirnya. Jakarta: Lembaga Percetakan

Al-Qur’an Departemen Agama, Jilid I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X,

2009.

Faisal, Sanapiah. Metodologi Penelitian Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional,

1982.

Hajjaj, Muhammad Fauqi. Tashawwuf Al-Islami wa Al-Akhlaq. Jakarta: Sinar

Grafika Offset, Cet. II, 2013.

Page 103: NILAI NILAI AKHLAK YANG TERKANDUNG DALAM KITAB …

90

http://buletin-alilmu.net/2010/03/01/ar-rifq-sifat-lemah-lembut-perhiasan-

seorang-muslim/ 29 Desember 2016.

http://hamsmars.blogspot.co.id/2008/07/aa-gym-membangun-kewibawaan-

cara.html 28 Maret 2017.

http://keajaibanikhlas.blogspot.co.id/2013/02/pengertian-nilai.html 28 November

2016.

http://uzey.blogspot.co.id/2009/09/pengertian-nilai.html 28 November 2016.

http://www.alislam-safa.com/prinsip-kedermawanan/ 17 Maret 2017

http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/khazanah/12/06/18/m5stp1-

tuntunan-islam-tekad-kuat-seorang-muslim-1 5 Januari 2017.

https://dialektika-nusantara.blogspot.co.id/2016/05/krisis-moral-generasi-muda-

indonesia.html 20 Oktober 2016.

Imam Ghazali. Adab Fi Din. Jakarta: Gema Insani, Cet. III, 1992.

Isa, Syaikh Abdul Qadir. Haqaiq at-Tashawwuf. Jakarta: Qishti Press, Cet. XIII,

2011.

Juwariyah. Hadis Tarbawi. Yogyakarta: Teras 2010.

Kaptein, Nico. Perayaan Hari Lahir Nabi Muhammad SAW: Asal Usul dan

Penyebaran Awalnya: Sejarah di Maghrib dan Spanyol Muslim Sampai Abad

ke-10/16. Jakarta: INIS, Cet. XXII, 1994.

Kasiram,Moh. Metodologi Penelitian. Malang: UIN-Malang, Cet. I, 2008.

Kasmuri, Selamat dan Ihsan Sanusi. Akhlak Tasawuf. Jakarta: Kalam Mulia, 2012.

Laila , Abu. Akhlak Seorang Muslim. Bandung: PT Al-Ma’arif 1995.

Ma’luf, Luis. Kamus Al-Munjid. Beirut: Al-Maktabah Al-Katulikiyah, t.t

Malik ibn Anas. Al-Muwaththa’. Beirut: Darul Hadits, Juz 2, 2010 t.t

Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja

Rosydakarya, 2000.

Nata, Abuddin. Akhlak Tassawuf. Jakarta: Rajawali Persi, Cet. XI 2012.

Poerbakawatja, Soegarda. Ensiklopedi Pendidikan. Jakarta: Gunung Agung, 1981.

Page 104: NILAI NILAI AKHLAK YANG TERKANDUNG DALAM KITAB …

91

Rachmat, Syafe’i. Al-Hadis Aqidah, Akhlaq, Sosial, dan Hukum. Bandung: CV

Pustaka Setia 2003.

Sedarmayanti dan Syarifudin Hidayat. Metodologi Penelitian. Bandung: Mandar

Maju, Cet II, 2011.

Shabir,Muslich. Terjemah Riyadhus Shalihin I. Semarang: PT. Karya Toha Putra,

2004.

Shihab, M. Quraish. Wawasan Al-Qur’an. Bandung: Mizan, 1996.

. Membumikan Al-Qur’an. Bandung: Mizan, Cet. XV, 1997.

. Tafsir al-Misbah, Ciputat: Lentera Hati, Jilid. XV, Cet. IX,

2007.

Sudijono, Anas. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada, 2008.

Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R&D. Bandung :

Alfabeta, 2013.

Sukmadinata, Nana Syaodih. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja

Rosdakarya, Cet. II, 2006.

Tim Penyusun dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, Cet. I,

1998.

Umary, Barmawi. Materi Akhlak. Solo: Ramadhani, 1993.

Vad’aq, Muhammad. Dalil Syar’i Maulid Nabi. Bekasi:Pustaka Al-Khairat 2013.

Page 105: NILAI NILAI AKHLAK YANG TERKANDUNG DALAM KITAB …

85

Page 106: NILAI NILAI AKHLAK YANG TERKANDUNG DALAM KITAB …

86

Page 107: NILAI NILAI AKHLAK YANG TERKANDUNG DALAM KITAB …

87

Page 108: NILAI NILAI AKHLAK YANG TERKANDUNG DALAM KITAB …

88

Page 109: NILAI NILAI AKHLAK YANG TERKANDUNG DALAM KITAB …

89

Page 110: NILAI NILAI AKHLAK YANG TERKANDUNG DALAM KITAB …

90

Page 111: NILAI NILAI AKHLAK YANG TERKANDUNG DALAM KITAB …

91

Page 112: NILAI NILAI AKHLAK YANG TERKANDUNG DALAM KITAB …

92

Page 113: NILAI NILAI AKHLAK YANG TERKANDUNG DALAM KITAB …

93

Page 114: NILAI NILAI AKHLAK YANG TERKANDUNG DALAM KITAB …

94

Page 115: NILAI NILAI AKHLAK YANG TERKANDUNG DALAM KITAB …

95

Page 116: NILAI NILAI AKHLAK YANG TERKANDUNG DALAM KITAB …

96

Page 117: NILAI NILAI AKHLAK YANG TERKANDUNG DALAM KITAB …

97

Page 118: NILAI NILAI AKHLAK YANG TERKANDUNG DALAM KITAB …

98

Page 119: NILAI NILAI AKHLAK YANG TERKANDUNG DALAM KITAB …

99

Page 120: NILAI NILAI AKHLAK YANG TERKANDUNG DALAM KITAB …

100

Page 121: NILAI NILAI AKHLAK YANG TERKANDUNG DALAM KITAB …

101