manajemen resiko pelindo ii
DESCRIPTION
Manajemen Resiko Pelindo IITRANSCRIPT
Manajemen ResikoPelindo IIDeady, Irfan, Pendik, Marysa, Triyono
Selayang Pandang
Sekilas Pelindo IIBidang jasa
kepelabuhanan dan logistik.
Kantor Pusat di Jakarta
Wilayah operasi tersebar di 10 provinsi untuk mengelola 12
pelabuhan
Sepuluh anak perusahaan• KSO Terminal Petikemas
Koja (TPK Koja)• PT Jakarta International
Container Terminal (JICT)
Perawatan alat, penyediaan energi di pelabuhan, dan juga
pengembangan pelabuhan
Transformasi KelembagaanPada tanggal 22 Februari 2012, PT Pelabuhan Indonesia II (Persero) meluncurkan identitas baru dan bertransformasi menjadi IPC, sebuah perusahaan penyedia jasa pelabuhan terkemuka di Indonesia, yang lebih efisien dan modern dalam berbagai aspek operasional, dalam rangka mencapai tujuan menjadi operator pelabuhan kelas dunia.
Industri KepelabuhanMengikuti perkembangan perekonomian dan perdagangan
Pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai rata-rata 6% per tahun. Apabila hal ini tetap bertahan, diperkirakan industri kepelabuhan akan terus tumbuh seiring peningkatan produksi dan distribusi berbagai komoditas. Pelindo di Indonesia juga akan dipengaruhi perdagangan antar pulau, yang tumbuh lebih pesat dibandingkan pertumbuhan ekspor impor.
Pelindo II dalamIndustri KepelabuhanKegiatan utama IPC adalah pengusahaan jasa dan fasilitas pelabuhan
• Frekuensi lalu lintas kapal barang dan penumpang dari dan ke pelabuhan• Parameter jumlah kunjungan kapal, arus barang, arus petikemas dan arus
penumpang• Persaingan jasa kepelabuhan yang datang dari negara tetangga maupun
dalam negeri.Semakin besarnya ukuran kapal pada masa mendatang berarti membutuhkan alur dan kolam pelabuhan yang lebih dalam dan waktu bongkar muat yang lebih cepat.
Proyek New Priok
Pendulum Nusantara
Manajemen Resiko
Identifikasi Risiko
Objek Risiko
Risiko operasional
Risiko non operasional
• Pelayanan pemanduan kapal;• Perencanaan dan operasi pelayanan
kapal;• Pelayanan barang non petikemas;• Pelayanan petikemas;• Pelayanan rupa-rupa usaha; serta• Dukungan teknik.• Pemasaran dan pelayanan
pelanggan;• Pengelolaan SDM;• Pengadaan;• Pengendalian kinerja dan ISPS code;
serta• Pengelolaan keuangan.
Risiko Operasional
Risiko OperasionalTerjadinya kecelakaan
kapal/pandu/ABK pada pelaksanaan
pelayanan pemanduan.
ET/BT tidak mencapai target
sasaran mutu/ KPI.
Produktivitas bongkar muat
curah kering tidak mencapai target yang ditetapkan.
Tidak tercapainya target Availability Container Crane karena adanya
kerusakan.
Tidak optimalnya pendapatan pas
pelabuhan.
Availability dermaga tidak
mencapai target karena adanya
kerusakan.
Risiko NonOperasional
Risiko NonOperasionalPenyelesaian keluhan pelanggan tidak tepat waktu (tidak sesuai target yang ditetapkan).
Terjadinya hambatan pada pelaksanaan pekerjaan/pelayanan karena tidak memadainya jumlah SDM.
Proses pelelangan/pengadaan barang dan jasa mengalami hambatan, keterlambatan, ataupun kegagalan karena OE terlalu rendah, dokumen user kurang lengkap, dan peserta lelang kurang.
Risiko NonOperasional
Adanya temuan Audit Mutu yang berulang karena tindak lanjut temuan audit yang kurang optimal.
Operating Ratio tinggi/melebihi target.
Risiko Investasi
Analisis Risiko
Terjadinya Kecelakaan Kapal/Pandu/ABK Pada Pelaksanaan Pelayanan Pemanduan.
Pemanduan kapal dilakukan karena adanya alur pelayaran yang memiliki risiko tinggi
• Kondisi alur yang relatif sempit dan dangkal• Sangat panjang berkelok-kelok (untuk pelabuhan sungai)• Adanya ”Obstacle” olah gerak kapal karena terdapat bangkai kapal tenggelam
dan/atau batuan karang Gangguan yang ditimbulkan antara lain berupa tertundanya pelayanan bagi kapal yang ingin keluar-masuk pelabuhan, bongkar-muat barang serta jalur yang tidak dapat dilalui oleh kapal yang lain di tempat terjadinya kecelakaan kapal.
Terjadinya Kecelakaan Kapal/Pandu/ABK Pada Pelaksanaan Pelayanan Pemanduan.
RisikoKategori
Risiko
Tingkat
Dampak
Tingkat
KemungkinanLevel Risiko
Terjadinya
kecelakaan
kapal/pandu/ABK
pada pelaksanaan
pelayanan
pemanduan
Operasional Tinggi Tinggi Tinggi
ET/BT Tidak Mencapai Target Sasaran Mutu/KPI.Waktu Efektif (Effective Time/ET) merupakan jumlah jam bagi suatu kapal yang benar-benar digunakan untuk bongkar muat selama kapal di tambatan,
Berth Time (BT) merupakan jumlah waktu siap operasi tambatan untuk melayani kapal. Rasio antara Waktu Efektif dan Berth Time ini menunjukkan bagaimana kesiapan pihak Pelabuhan Indonesia dalam melayani pengguna jasanya.
Banyak hal yang mempengaruhi lamanya waktu kegiatan bongkar muat peti kemas, mulai dari persiapan peralatan, petikemas serta petugas yang melakukan bongkar muat peti kemas. Waktu persiapan yang terlalu lama mengakibatkan tersendatnya arus barang di pelabuhan baik proses bongkar muat petikemas maupun penimbunan petikemas di tempat penimbunan sementara
ET/BT Tidak Mencapai Target Sasaran Mutu/KPI.
RisikoKategori
Risiko
Tingkat
Dampak
Tingkat
KemungkinanLevel Risiko
ET/BT tidak mencapai
target sasaran mutu/
KPI
Operasional Sedang Tinggi Tinggi
Produktivitas Bongkar Muat Curah Kering Tidak Mencapai Target Yang Ditetapkan.
Salah satu layanan yang disediakan oleh PT Pelindo II adalah pelayanan bongkar muat barang curah kering.
Sebagai pelabuhan terbesar dan pintu keluar-masuk 70% perdagangan internasional di Indonesia, tidak hanya kapal bermuatan petikemas saja
yang keluar masuk pelabuhan tetapi juga kapal dengan
muatan barang curah kering.
Produktivitas Bongkar Muat Curah Kering Tidak Mencapai Target Yang Ditetapkan.
RisikoKategori
Risiko
Tingkat
Dampak
Tingkat
KemungkinanLevel Risiko
Produktivitas bongkar
muat curah kering
tidak mencapai target
yang ditetapkan
Operasional Sedang Sedang Sedang
Tidak Tercapainya Target Availability Container Crane Karena Adanya Kerusakan.
Kurangnya ketersediaan Container Crane
mengakibatkan proses pemindahan petikemas dari kapal menjadi lama
sehingga berakibat pada lamanya waktu yang digunakan olah
kapal untuk bersandar.
Hal ini dikarenakan kapal harus menunggu giliran container crane selesai membongkar muatan kapal lain di
pelabuhan. Akibatnya adalah antrian kapal yang akan bersandar menumpuk dan harus
menunggu terlalu lama.
Kerugian dari antrian yang menumpuk ini
sangat merugikan para pengguna jasa, baik dari
segi waktu maupun biaya
Tidak Tercapainya Target Availability Container Crane Karena Adanya Kerusakan.
RisikoKategori
Risiko
Tingkat
Dampak
Tingkat
KemungkinanLevel Risiko
Tidak tercapainya
target Availability
Container Crane
karena adanya
kerusakan
Operasional Tinggi Rendah Sedang
Tidak Optimalnya Pendapatan Pas PelabuhanSetiap pengguna jasa pelabuhan harus membayar untuk dapat masuk ke dalam area pelabuhan yang dikelola oleh PT Pelindo II.
Meskipun tidak berpengaruh langsung terhadap pelayanan utama PT Pelindo II, pas pelabuhan merupakan salah satu indikator dari naik-turunnya penggunaan layanan utama yang disediakan oleh PT Pelindo II.
Tidak Optimalnya Pendapatan Pas Pelabuhan
RisikoKategori
Risiko
Tingkat
Dampak
Tingkat
KemungkinanLevel Risiko
Tidak optimalnya
pendapatan pas
pelabuhan
Operasional rendah Sedang rendah
Availability Dermaga Tidak Mencapai Target Karena Adanya Kerusakan
Adanya kerusakan dermaga meyebabkan
kapal-kapal yang seharusnya dapat dilayani
dengan segera harus menunggu dermaga
tersedia.
Kapasitas pelayanan yang tersedia dapat melayani
bongkar muat barang yang lebih banyak daripada
jumlah kapal yang dapat bersandar di dermaga, sehingga ada fasilitas-
fasilitas yang idle tetapi tetap menyerap biaya.
Availability Dermaga Tidak Mencapai Target Karena Adanya Kerusakan
RisikoKategori
Risiko
Tingkat
Dampak
Tingkat
KemungkinanLevel Risiko
Availability dermaga
tidak mencapai target
karena adanya
kerusakan
Operasional Tinggi Sedang Tinggi
Evaluasi Risiko
No Risiko Kategori risikoTingkat
dampak
Tingkat
kemungkinan
Level
risikoPeringkat
1 Terjadinya kecelakaan
kapal/pandu/ABK pada
pelaksanaan pelayanan
pemanduan
Operasional Tinggi Tinggi Tinggi 1
2 ET/BT tidak mencapai target
sasaran mutu/ KPIOperasional Sedang Tinggi Tinggi 4
3 Produktivitas bongkar muat
curah kering tidak mencapai
target yang ditetapkan
Operasional Sedang Sedang Sedang 5
4 Tidak tercapainya target
availability container crane
karena adanya kerusakan
Operasional Tinggi Sedang Tinggi 2
5 Tidak optimalnya pendapatan
pas pelabuhanOperasional Rendah Sedang Rendah 6
6 Availability dermaga tidak
mencapai target karena adanya
kerusakan
Operasional Tinggi Sedang Tinggi 3
Mitigasi Risiko
Risiko OperasionalTerjadinya kecelakaan kapal/pandu/ABK pada pelaksanaan pelayanan pemanduan.• Pengaturan jadwal/shift jaga yang sesuai, dengan memperhitungkan
tingkat kelelahan pandu.• Informasi cuaca selalu di update dan melakukan komunikasi dengan
benar dan selalu berkoordinasi antar kapal.• Menyesuaikan pelayanan pemanduan dengan traffic kapal di alur serta
koordinasi dengan pihak terkait.• Melengkapi Pandu dan ABK dengan APD.• Melaksanakan pemantauan keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3)
pada sarana opersional (kapal tunda dan Motor Pandu) maupun di ruangan (rutin)
Risiko OperasionalET/BT tidak mencapai target sasaran mutu/ KPI.
Memastikan 70% muatan harus sudah siap di pelabuhan saat kapal sandar dan kesiapan fasilitas alat bongkar muat serta melakukan pengendalian selama kegiatan bongkar muat berlangsung.
Melakukan pengawasan dan evaluasi kegiatan bongkar muat.
Memberikan teguran secara lisan dan mengeluarkan kapal dari posisi tambatan.
Sosialisasi pelaksanaan kerja 24 jam kepada instansi terkait.
Risiko OperasionalProduktivitas bongkar muat curah kering tidak mencapai target yang ditetapkan.• Melaksanakan perencanaan bongkar muat
yang efektif.• Memastikan kesiapan alat, baik alat darat
ataupun alat kapal, sehingga bila terjadi kerusakan di alat kapal bisa digunakan alat darat.
• Memastikan ketersediaan jumlah truk yang dipakai dan melakukan monitoring selama kegiatan berjalan.
• Memastikan kesiapan muatan, minimal 80% muatan sudah siap di lapangan, memastikan kesiapan truk.
• Pengadaan alat bongkar muat baik sewa maupun sendiri.
Risiko Operasional
Tidak tercapainya target Availability Container Crane karena adanya kerusakan.• Melakukan kontrak maintenance dan pengaturan pengoperasian kerja alat.
• Investasi alat bongkar muat.
Risiko OperasionalTidak optimalnya pendapatan pas
pelabuhan.Membuat konsep kerjasama
dengan Pengelola TPS, melakukan koordinasi dengan unit dan instansi terkait, melakukan
sosialisasi dengan pengguna jasa pelabuhan, dan membuat
kesepakatan dengan pengguna jasa pelabuhan.
Penertiban penarikan pas pelabuhan.
Risiko Operasional
• Penambahan panjang dermaga, perbaikan lantai dermaga dan perkuatan dermaga serta koordinasi yang intensif dengan pihak-pihak terkait.
• Melakukan penggantian fender.• Memberitahukan kepada pandu dan kapten kapal agar menyandarkan
kapal dengan hati–hati.
Availability dermaga tidak mencapai target karena adanya kerusakan.
Risiko NonOperasionalPenyelesaian keluhan pelanggan tidak tepat waktu (tidak sesuai target yang ditetapkan).
Melaksanakan pertemuan (coffee morning) dengan para pengguna jasa minimal 1 bulan sekali dan menyediakan kotak saran keluhan/klaim pelanggan.
Menindaklanjuti surat-surat dari pengguna jasa dan melakukan koordinasi dengan divisi terkait.
Penyelesaian keluhan pelanggan sesuai ketentuan yang berlaku.
Koordinasi dengan Kantor Pusat untuk penanganan keluhan yang memerlukan biaya besar.
Risiko NonOperasionalTerjadinya hambatan pada pelaksanaan pekerjaan/pelayanan karena tidak memadainya jumlah SDM.• Pengaturan jadwal dan sistem kerja agar lebih efektif dalam
melaksanakan tugas.• Perubahan sistem dan prosedur serta pola operasi.• Melakukan analisa beban kerja, merencanakan jumlah
kebutuhan SDM yang ideal, serta mengusulkan dan melaksanakan rekrutmen baik organik maupun non organik.
Risiko NonOperasionalProses pelelangan/pengadaan barang dan jasa mengalami hambatan, keterlambatan, ataupun kegagalan karena OE terlalu rendah, dokumen user kurang lengkap, dan peserta lelang kurang.• Melakukan koordinasi dengan user (divisi
terkait sebagai pengguna) untuk revisi OE.• Memberikan informasi kepada user mengenai
kelengkapan dokumen untuk proses pengadaan barang/jasa.
• Pengumuman lelang melalui website.
Risiko NonOperasionalProses pelelangan/pengadaan barang dan jasa mengalami hambatan, keterlambatan, ataupun kegagalan karena OE terlalu rendah, dokumen user kurang lengkap, dan peserta lelang kurang.
Melakukan koordinasi dengan user (divisi terkait sebagai pengguna) untuk revisi OE.
Memberikan informasi kepada user mengenai kelengkapan dokumen untuk proses pengadaan barang/jasa.Pengumuman lelang melalui website.
Risiko NonOperasional
Operating Ratio tinggi/melebihi target.• Implementasi serta pemantapan ICT untuk modul
Akuntansi Biaya dan Anggaran.• Mengupayakan penghematan dengan prinsip efisiensi
biaya terutama untuk mendapatkan harga yang rendah untuk setiap pengeluaran.
• Mengoptimalkan peralatan produksi dalam menghasilkan pendapatan.
pertanyaan 1. tiyoPungutan liar di pelabuhanKenapa risiko pas pelabuhan memiliki level dampak rendah2. RizkaIntegrasi moda trnasportasi, apabila kongesti menyebabkan kemacetan di lsekitaran pelabuhanDomain kecelakaan kapal wewenang siapa3. NauvalMasalah dwelling time?kenapa tidak dibahas dan mitigasi seperti apa?