manajemen resiko keuangan f
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
Para eksekutif keuangan di seluruh dunia mencoba mencari cara untuk
meminimalkan eksposur yang dihadapi atas volatilitas kurs valuta asing, harga komoditas,
tingkat suku bunga, dan harga sekuritas. Oleh karena itu, industri jasa keuangan banyak
menawarkan produk lindung nilai keuangan, seperti swap suku bunga, dan opsi.
Kebanyakan instrument keuangan tersebut diperlakukan sebagai pos-pos di luar neraca
oleh sejumlah perusahaan yang melakukan pelaporan keuangan secara internasional.
Akibatnya, risiko-risiko yang terkait dengan penggunaan instrument ini sering kali
tertutupi dan sampai dengan sekarang pembuat standar akuntansi di seluruh dunia
melakukan pembahasan atas prinsip pengukuran dan pelaporan yang tepat untuk produk-
produk keuangan ini.
Materi pembahasan ini salah satunya adalah membahas pelaporan internal dan masalah
pengendalian yang terkait dengan masalah yang sangat penting.
Daftar Istilah Penting:
1. Accounting risk (risiko akuntansi): Risiko bahwa perlakuan akuntansi yang lebih
disukai atas suatu transaksi tidak tersedia.
2. Balance sheet hedge (lindung nilai neraca): Mengurangi eksposur valuta asing
yang dihadapi dengan membedakan berbagai aktiva dan kewajiban luar negeri
suatu perusahaan.
3. Counterparty (pihak lawan): Individu/lembaga yang terpengaruh dengan suatu
transaksi.
4. Credit risk (risiko kredit): Risiko bahwa pihak lawan mengalami gagal bayar atas
kewajibannya.
5. Derivatif (derivatif): Perjanjian kontraktual yang menimbulkan hak atau
kewajiban khusus dengan nilai yang berasal dari instrument atau komoditas
keuangan lainnya.
6. Economic exposure (eksposur ekonomi): Pengaruh perubahan kurs valuta asing
terhadap biaya dan pendapatan perusahaan di masa depan.
Kelompok IV “Manajemen Risiko Keuangan” Page 1
7. Exposure management (manajemen eksposur): Penyusunan struktur dalam
perusahaan untuk meminimalkan pengaruh buruk perubahan kurs terhadap
laba.
8. Foreign currency commitment (komitmen mata uang asing): Komitmen
penjualan/pembelian perusahaan yang berdenominasi dalam mata uang asing.
9. Inflation differential (perbedaan inflasi): Perbedaan dalam laju inflasi antar dua
negara atau lebih.
10. Liquidity risk (risiko likuiditas): Ketidakmampuan untuk melakukan
perdagangan suatu instrument keuangan dengan tepat waktu.
11. Market discontinuities (diskontinuitas pasar): Perubahan nilai pasar secara
mendadak dan signifikan.
12. Market risk (risiko pasar): Risiko kerugian akibat perubahan tak terduga dalam
harga valuta asing, kredit komoditas, dan ekuitas.
13. Net exposed asset position (risiko potensial posisi aktiva bersih): Kelebihan
posisi aktiva terhadap posisi kewajiban (juga disebut sebagai posisi positif).
14. Net exposed liability position (risiko potensial posisi kewajiban bersih):
Kelebihan posisi kewajiban terhadap posisi aktiva (juga disebut sebagai posisi
negatif).
15. Net investment (investasi bersih): Suatu posisi aktiva atau kewajiban bersih
yang terjadi pada suatu perusahaan.
16. National amount (jumlah nasional): Jumlah pokok yang dinyatakan dalam
kontrak untuk menentukan penyelesaian.
17. Operational hedge (lindung nilai operasional): Perlindungan risiko valuta asing
yang memfokuskan pada variabel yang mempengaruhi pendapatan dan beban
suatu perusahaan dalam mata uang asing.
18. Option (opsi): Hak (bukan kewajiban) untuk membeli atau menjual suatu
kontrak keuangan sebesar harga yang ditentukan sebelum atau pada saat
tanggal tertentu di masa datang.
Kelompok IV “Manajemen Risiko Keuangan” Page 2
19. Regulatory risk (risiko regulator): Risiko bahwa suatu undang-undang public
akan membatasi maksud penggunaan suatu produk keuangan.
20. Risk mapping (pemetaan risiko): Mengamati hubungan temporal berbagai risiko
pasar dengan berbagai variabel laporan keuangan yang mempengaruhi nilai
perusahaan dan menganalisis kemungkinan terjadinya.
21. Structural hedges (lindung nilai struktural): Pemilihan atau relokasi operasi
untuk mengurangi keseluruhan eksposur valuta asing suatu perusahaan.
22. Tax risk (risiko pajak): Risiko bahwa tidak adanya perlakuan pajak yang
diinginkan.
23. Translation exposure (eksposur translasi): Mengukur pengaruh dalam mata
uang induk perusahaan atas perubahan valuta asing terhadap aktiva, kewajiban,
pendapatan, dan beban dalam mata uang asing.
24. Transaction potential risk (risiko potensial transaksi): Keuntungan atau
kerugian valuta asing yang timbul dari penyelesaian atau konversi transaksi
dalam mata uang asing.
25. Value at risk (nilai atas risiko): Risiko kerugian atas portofolio perdagangan
suatu perusahaan yang disebabkan oleh perubahan dalam kondisi pasar.
26. Value driver (pemicu nilai): Akun-akun neraca dan laporan laba rugi yang
mempengaruhi nilai perusahaan.
Kelompok IV “Manajemen Risiko Keuangan” Page 3
BAB II
PEMBAHASAN MATERI
Tujuan utama manajemen risiko adalah meminimalkan potensi kerugian yang
timbul dari perubahan tak terduga dalam harga mata uang, kredit, komoditas, dan ekuitas.
Risiko volatilitas harga sama dengan risiko pasar atau value-at-risk mengacu pada peluang
kerugian atas portofolio perusahan yang diperdagangkan, yang dapat mencakup
instrument lindung nilai, yang disebabkan oleh perubahan dalam harga aktiva, suku bunga,
volatilitas pasar, atau likuiditas pasar.
Bentuk risiko selain risiko pasar yang harus diperhatikan oleh akuntan manajemen:
1. Risiko likuiditas. Karena tidak semua produk manajemen risiko keuangan dapat
diperdagangkan secara bebas.
2. Risiko kredit. Kemungkinan bahwa pihak lawan dalam kontrak manajemen resiko
tidak dapat memenuhi kewajibannya.
3. Risiko regulasi. Pihak otoritas publik melarang penggunaan suatu produk keuangan
untuk tujuan tertentu. Contoh: Bursa efek Kuala Lumpur tidak mengizinkan
penggunaan short sales sebagai alat lindung nilai terhadap penurunan harga
ekuitas.
4. Risiko pajak. Transaksi lindung nilai tertentu tidak dapat memperoleh perlakuan
pajak yang diinginkan.
5. Risiko asuransi. Peluang bahwa suatu transaksi lindung nilai tidak dapat dicatat
sebagai bagian dari transaksi yang hendak dilindungi nilai.
I. Arti Penting Manajemen Resiko
Manajemen risiko dapat meningkatkan nilai perusahaan dengan mengidentifikasi,
mengendalikan/mengelola risiko keuangan yang dihadapi secara aktif. Jika nilai
Kelompok IV “Manajemen Risiko Keuangan” Page 4
perusahaan menyamai nilai kini arus kas masa depannya, manajemen potensi risiko yang
aktif dapat dibenarkan dengan beberapa alasan berikut.
1. Manajemen eksposur membantu dalam menstabilkan ekspektasi arus kas
perusahaan. Aliran arus kas yang lebih stabil dapat meminimalkan kejuta laba,
sehingga meningkatkan nilai kini ekspektasi arus kas. Laba yang stabil juga
mengurangi kemungkinan risiko gagal bayar dan kebangkrutan, atau risiko bahwa
laba mungkin tidak dapat menutupi pembayaran jasa utang kontraktual.
2. Manajemen eksposur yang aktif memungkinkan perusahaan untuk berkonsentrasi
pada risiko bisnisnya yang utama. Contohnya pada perusahaan manufaktur, ia dapat
melakukan lindung nilai risiko suku bunga dan mata uang, sehingga dapat
berkonsentrasi pada produksi dan pemasaran.
3. Para pemberi pinjaman, karyawan, dan pelanggan juga memperoleh manfaat dari
manajemen eksposur. Pemberi pinjaman umumnya memiliki toleransi risiko yang
lebih rendah dibandingkan dengan pemegang saham, sehingga membatasi eksposur
perusahaan untuk menyeimbangkan kepentingan pemegang saham dan pemegang
obligasi. Produk derivative juga memungkinkan dana pension yang dikelola
pemberi kerja memperoleh imbalan yang lebih tinggi dengan member kesempatan
untuk berinvestasi dalam instrument tertentu tanpa harus membeli atau menjual
instrument terkait secara nyata. Karena kerugian yang ditimbulkan oleh risiko
harga dan suku bunga tertentu dialihkan kepada pelanggan dalam bentuk harga
yang lebih tinggi, manajemen eksposur membatasi risiko yang dihadapi oleh
konsumen.
II. Peranan Akuntansi
1. Mengidentifikasi Risiko Pasar
Kerangka dasar untuk identifikasi risiko adalah dengan pemetaan risiko. Pemetaan
risiko diawali dengan mengamati hubungan berbagai risiko pasar terhadap pemicu
nilai suatu perusahaan dan pesaingnya. Pemetaan risiko yang dikembangkan oleh JP.
Morgan/Chase adalah Kubus Pemetaan Risiko.
Kelompok IV “Manajemen Risiko Keuangan” Page 5
Perusahaan Anda Kompetitor Y Kompetitor Z
Pemicu NilaiRisiko Pasar
Mata uang asing
Suku bunga
Harga Komoditas
Harga Ekuitas
Lain-lain
Pendapatan
Harga pokok penjualan
Beban operasi
Pajak
Aktiva lancar
Kewajiban lancar
Aktiva tetap
Lain-lain
2. Mengkuantifikasi Penyeimbangan
Maksudnya adalah peran akuntan untuk menyeimbangkan yang berkaitan dengan
alternative strategi respons risiko. Mungkin manajemen lebih menyukai untuk
mempertahankan beberapa risiko yang dihadapi dari pada harus melakukan lindung
nilai apabila biaya lindung risiko lebih besar dari pada manfaatnya. Akuntan harus bisa
mengukur manfaat dari biaya lindung nilai dibandingkan dengan biayanya plus biaya
kesempatan berupa keuntungan yang hilang dari spekulasi pergerakan pasar.
3. Manajemen Risiko di Dunia dengan Kurs Mengambang
Kelompok IV “Manajemen Risiko Keuangan” Page 6
Dalam bab ini, peranan akuntansi dibatasi hanya pada potensi risiko harga tertentu,
yaitu perubahan kurs valuta asing. Hal ini karena risiko kurs valuta asing merupakan
salah satu bentuk risiko paling umum dan akan dihadapi oleh perusahaan multi
nasional. Dalam dunia kurs mengambang, manajemen risiko mencakup:
a. antisipasi pergerakan kurs;
b. pengukuran risiko kurs valuta asing yang dihadapi perusahaan;
c. perancangan strategi perlindungan yang memadai; dan
d. pembuatan pengendalian manajemen risiko internal.
Peramalan atas perubahan kurs
Informasi yang sering digunakan dalam pembuatan ramalan kurs (yaitu depresiasi
mata uang) berkaitan dengan perubahan dalam factor-faktor berikut:
a. Perbedaan inflasi (inflation differential): Bukti menunjukkan bahwa laju inflasi yang
lebih tinggi di suatu negara, cendrerung akan diimbangi dalam beberapa watu
dengan pergerakan, dengan nilai yang setara tetapi berlawanan dalam nilai mata
uangnya.
b. Kebijakan moneter (monetary policy): Suatu peningkatan dalam pasokan uang
suatu negara yang melebihi laju pertumbuhan riil hasil keluaran nasional
mendorong timbulnya inflasi, yang mempengaruhi kurs.
c. Neraca perdagangan (balance of trade): Pemerintah seringkali memanfaatkan
devaluasi mata uang untuk menyelesaikan neraca perdagangan yang tidak
menguntungkan (yaitu apabila ekspor < impor).
d. Neraca pembayaran (balance of payment): Suatu negara yang menghabiskan
(mengimpor) dan berinvestasi lebih banyak di luar daripada yang dihasilkan
(diekspor) atau diterimanya dalam bentuk investasi luar negeri akan mengalami
tekanan penurunan nilai mata uangnya.
e. Cadangan moneter dan kapasitas utang luar negeri (international monetary
reserves and debt capacity): Suatu negara yang mengalami defisit neraca
pembayaran terus menerus dapat mengantisipasi terjadinya devaluasi dengan
menurunkan tabungan (yaitu jumlah cadangan moneter internasional) atau
Kelompok IV “Manajemen Risiko Keuangan” Page 7
menurunkan kapasitas pinjaman luar negerinya. Karena jumlah sumber daya ini
menurun, kemungkinan terjadinya devaluasi meningkat.
f. Anggaran nasional (national budget): Defisit yang disebabkan oleh pengeluaran
pemerintah yang sangat besar juga memperburuk inflasi.
g. Kurs forward (forward exchange quotations): Suatu mata uang asing yang dapat
diperoleh untuk penyerahan di masa depan dengan tingkat diskonto yang signifikan
menandakan berkurangnya kepercayaan terhadap mata uang tersebut.
h. Kurs tidak resmi (unofficial rates): Peningkatan dalam selisih antara kurs resmi dan
tidak resmi atau kurs pasar gelap, dengan menunjukan tekanan yang makin
meningkat terhadap pemerintah untuk menyesuaikan kurs resminya dengan kurs
pasar yang lebih realistic.
i. Perilaku mata uang terkait (behavior of related currencies): Mata uang suatu negara
umumnya bergerak dalam pola yang sama dengan mata uang negara-negara yang
memiliki ikatan ekonomi yang erat.
j. Perbedaan suku bunga (interest rate differentials): Perbedaan suku bunga antara
dua negara menunjukkan prediksi perubahan dalam kurs spot pada masa
mendatang.
k. Harga opsi ekuitas luar negeri (foreign equity option prices): Karena arbitrase
mengaitkan suatu harga ekuitas luar negeri di negara asal dengan nilai mata uang
domestic, perubahan dalam harga opsi suatu ekuitas asing dalam mata uang
domestic menendakan perubahan dalam ekspektasi pasar terhadap kurs valuta
asing di masa depan.
Faktor politik juga dapat mempengaruhi nilai mata uang di banyak negara. Jika
peramalan kurs tidak mungkin atau terlalu mahal dilakukan, maka manajer keuangan
dan akuntan harus mengatur masalah-masalah perusahaan mereka sedemikian rupa
untuk meminimaliskan pengaruh buruk perubahan kurs. Proses ini dikenal sebagai
manajemen potensi risiko.
Manajemen Potensi Risiko
Kelompok IV “Manajemen Risiko Keuangan” Page 8
Potensi terhadap risiko valuta asing timbul apabila perubahan kurs valas juga
mengubah nilai aktiva bersih, laba, dan arus kas suatu perusahaan. Pengukuran
akuntansi tradisional terhadap potensi risiko valas ini berpusat pada 2 jenis potensi
risiko, yaitu translasi dan transaksi.
4. (Mengukur) Potensi Risiko Translasi
a. Potensi Risiko Translasi
Potensi ririko translasi mengukur perubahan kurs valas terhadap nilai ekuivalen
mata uang domestic atas aktiva dan kewajiban dalam mata uang asing yang dimiliki
oleh perusahaan.
Terdapat 2 jenis posisi potensi risiko translasi:
1) Potensi risiko positif=Aktva terpapar > kewajiban terpapar.
Aset > Kewajiban = Exposure Positif
Devaluasi Mata Uang Asing Revaluasi Mata uang Asing
Kerugian Translasi Keuntungan Translasi
- Nilai mata uang asing menurun, berarti kerugian translasi.
- Nilai mata uang asing meningkat, berarti keuntungan translasi.
2) Potensi risiko negatif=Aktiva terpapar < kewajiban terpapar.
Aset < Kewajiban = Exposure Negatif
Devaluasi Mata Uang Asing Revaluasi Mata uang Asing
Keuntungan Translasi Kerugian Translasi
- Nilai mata uang asing menurun, berarti keuntungan translasi.
- Nilai mata uang asing meningkat, berarti kerugian translasi.
b. Potensi Risiko Transaksi
Potensi risiko transaksi berkaitan dengan keuntungan dan kerugian nilai tukar
valuta asing yang timbul dari penyesuaian transaksi yang berdenominasi dalam
Kelompok IV “Manajemen Risiko Keuangan” Page 9
mata uang asing. Keuntungan dan kerugian transaksi memiliki dampak langsung
terhadap arus kas.
5. (Mencatat dan mengevaluasi efektivitasnya) Akuntansi untuk Produk Lindung
Nilai
Setelah mengidentifikasi potensi risiko, selanjutnya adalah merancang strategi lindung
nilai untuk meminimalkan atau menghilangkan potensi risiko tersebut. Strategi ini
mencakup lindung nilai neraca, operasional, dan kontraktual.
a. Lindung Nilai Neraca
Strategi perlindungan dengan menyesuaikan tingkatan dan nilai denominasi
moneter aktiva dan kewajiban perusahaan yang terpapar. Beberapa metode lindung
nilai pada suatu anak perusahaan yang berlokasi di negara yang rentan terhadap
devaluasi adalah:
1) Mempertahankan saldo kas dalam mata uang lokal sebesar tingkat minimum
yang diperlukan untuk mendukung operasi berjalan.
2) Mengembalikan laba yang di atas jumlah yang diperlukan untuk ekspansi modal
kepada induk perusahaan.
3) Mempercepat (memastikan-leading) penerimaan dari piutang dagang yang
beredar dalam mata uang local.
4) Menunda (memperlambat-lagging) pembayaran utang dalam mata uang local.
5) Mempercepat pembayaran utang dalam mata uang asing.
6) Menginvestasikan kelebihan utang tunai ke dalam persediaan dan aktiva lainnya
dalam mata uang local yang tidak terlalu terpengaruh oleh kerugian devaluasi.
7) Berinvestasi dalam aktiva di luar negeri dengan mata uang yang kuat.
b. Lindung Nilai Operasional
Bentuk perlindungan risiko ini berfokus pada variabel-variabel yang mempengaruhi
pendapatan dan beban dalam mata uang asing. Pengendalian biaya yang lebih ketat
memungkinkan margin keselamatan yang lebih besar terhadap potensi kerugian
mata uang.
c. Lindung Nilai Kontraktual
Kelompok IV “Manajemen Risiko Keuangan” Page 10
Salah satu bentuk lindung nilai dengan instrumen keuangan, baik instrumen
derivatif maupun instrument dasar. Produk instrument ini mencakup kontrak
forward, future, opsi, dan gabungan ketiganya.
Pengetahuan atas aturan pengukuran akuntansi untuk derivatif merupakan suatu hal
yang penting ketika merancang strategi lindung nilai yang efektif bagi perusahaan.
Komponen dasar laporan laba rugi (tanpa pajak):
Pendapatan operasi (-) Beban operasi=Laba operasi.
Laba operasi (+) Pendapatan lain-lain (-) Beban lain-lain=Laba Bersih.
Para analisis biasanya memusatkan perhatian pada laba operasi ketika mengevaluasi
seberapa baik manajemen telah menjalankan usaha intinya. Perlakuan akuntansi untuk
derivative keuangan yang telah diterima internasional adalah menetapkan nilai produk
menurut pasar dengan timbul keuntungan/kerugian yang diakui sebagai bagian dari
laba non-operasi. Setidaknya di AS, terdapat pengecualian dalam beberapa kasus jika
transaksi memenuhi criteria lindung nilai yang memadai, mencakup hal-hal berikut:
a. Pos-pos yang sedang dilindung nilai menimbulkan risiko pasar yang harus dihadapi
perusahaan.
b. Perusahaan mendeskripsikan strategi lindung nilai.
c. Perusahaan menentukan instrument yang akan digunakan untuk lindung nilai.
d. Perusahaan mencatat alasannya mengapa lindung nilai yang dilakukan
kemungkinan besar akan efektif dilakukan.
Beberapa produk manajemen risiko valuta asing dasar:
1. Kontrak Forward Valas
Merupakan perjanjian untuk mengirimkan atau menerima jumlah mata uang tertentu
yang dipertukarkan dengan mata uang domestic, pada suatu tanggal di masa
mendatang, berdasarkan kurs tetap yang disebut kurs forward. Kontrak forward
menimbulkan keuntungan atau kerugian transaksi apabila kurs pada tanggal transaksi
berbeda dari kurs yang berlaku pada tanggal laporan keuangan interim atau tanggal
penyelesaian.
2. Future Keuangan
Kelompok IV “Manajemen Risiko Keuangan” Page 11
Seperti kontrak forward, tetapi future keuangan merupakan kontrak dalam bentuk
standar yang berisi provisi standar terkait dengan ukuran dan tanggal pengiriman, dan
diperdagangkan pada sebuah bursa terorganisir (Pasar Moneter Internasional, Bursa
Future Keuangan Internasional), dinilai berdasarkan nilai pasar pada akhir tiap-tiap
hari dan harus memenuhi ketentuan margin periodek. Keuntungan menimbulkan
pembayaran tunai, sedangkan kerugian menimbulkan penambahan margin (margin
call).
3. Opsi Mata Uang
Opsi mata uang memberikan hak kepada pembeli untuk membeli (call) atau menjual
(put) suatu mata uang dari pihak penjual (pembuat) berdasarkan harga (eksekusi)
tertentu pada atau sebelum tanggal kadaluarsa (eksekusi) yang telah ditentukan. Opsi
jenis Eropa hanya dapat dieksekusi pada tanggal kadaluwarsa. Sedangkan opsi jenis
Amerika dapat dieksekusi kapan saja hingga tanggal kadaluwarsa.
4. Swap Mata Uang
Pertukaran saat ini dan di masa depan atas dua mata uang yang berbeda berdasarkan
kurs yang telah ditentukan sebelumnya. Swap mata uang memungkinkan perusahaan
untuk mendapatkan akses terhadap pasar modal yang sebelumnya tidak dapat diakses
dengan biaya yang relative rendah dan tanpa menimbulkan risiko kurs.
Perlakuan Akuntansi
FASB menerbitkan FAS No.133, yang diklarifikasi melalui FAS 149 pada bulan April 2003,
untuk memberikan pendekatan tunggal yang komprehensif atas akuntansi untuk transaksi
derivative dan lindung nilai. IFRS No. 39 (revisi) berisi panduan yang untuk pertama
kalinya memberikan tuntunan yang universal terhadap akuntansi untuk derivative
keuangan.
Sebelum standar ini dibuat, standar akuntansi global untuk produk derivative tidak
lengkap, tidak konsisten dan dikembangkan secara bertahap. kebanyakan instrument
keuangan, yang sifatnya dapat dieksekusi, diperlakukan sebagai pos-pos di luar neraca.
Provisi dasar standar ini adalah:
Kelompok IV “Manajemen Risiko Keuangan” Page 12
1. Seluruh instrument derivative dicatat pada neraca sebagai aktiva dan kewajiban.
Instrumen derivative dicatat sebesar nilai wajarnya, termasuk yang melekat pada
kontrak utama yang tidak dicatat sebesar nilai wajarnya.
2. Keuntungan/kerugian dari perubahan dalam nilai wajar instrument derivative,
bukanlah aktiva atau kewajiban. Secara otomatis, keduanya diakui sebagai laba jika
direncanakan sebagai lindung nilai. Terdapat 3 jenis hubungan lindung nilai yang
hendak diakui, diukur, dan diungkapkan. Lindung nilai wajar (fair value-FV) yang
mencakup aktiva dan kewajiban dalam mata uang asing yang diakui dan komitmen
perusahaan dalam mata uang asing, lindung nilai investasi bersih dalam operasi luar
negeri (NI) dan lindung nilai arus kas yang mencakup transaksi berdenominasi valas
yang diperkirakan akan terjadi.
3. Lindung nilai haruslah sangat efektif agar layak mendapatkan perlakuan akuntansi
khusus, yaitu keuntungan atau kerugian atas instrument lindung nilai secara tepat
harus mengimbangi keuntungan atau kerugian sesuatu yang dilindung nilai.
4. Hubungan lindung nilai harus terdokumentasi secara lengkap demi manfaat pembaca
laporan.
5. Keuntungan/kerugian dari investasi bersih dalam mata uang asing (posisi aktiva atau
kewajiban terpapar bersih) pada awalnya dicatat dalam laba komprehensif lainnya.
Selanjutnya direklasifikasikan ke dalam laba berjalan jika anak perusahaan tersebut
dijual atau dilikuidasi.
6. Keuntungan/kerugian dari lindung nilai terhadap arus kas masa depan yang belum
pasti, seperti perkiraan penjualan ekspor, pada awalnya diakui sebagai bagian dari laba
komprehensif. Keuntungan/kerugian diakui dalam laba apabila transaksi yang
diperkirakan terjadi itu mempengaruhi laba.
Isu Praktik
Bebarapa isu praktek pengakuan dan pengukuran instrument derivative adalah berkaitan
dengan penentuan nilai wajar. Wallace menyebutkan terdapat 64 kemungkinan
perhitungan untuk mengukur perubahan dalam nilai wajar atas risiko yang sedang
dilindungi nilai dan atas instrument lindung nilai. Kompleksitas pelaporan keuangan juga
Kelompok IV “Manajemen Risiko Keuangan” Page 13
semakin meningkat jika lindung nilai dianggap “tidak efektif” untuk mengimbangi risiko
valas. Pada dasarnya, lindung nilai yang sngat efektif tidak akan mampu menghilangkan
seluruh pengaruh perubahan valas terhadap laba.
III. Lindung Nilai atas Aktiva, Kewajiban yang Diakui atau Komitmen Perusahaan
yang Belum Diakui
Untuk lebih memahami instrument lindung nilai atas aktiva, kewajiban yang
diakui/komitmen perusahaan yang belum diakui, perhatikan ilustrasi berikut.
Pada tanggal 1 September, sebuah perusahaan manufaktur Kanada menjual secara
kredit barang dagang kepada sebuah importer Meksiko dengan jumlah 1 juta Peso Meksiko
(Mexican Peso-Mp). Kurs dolar Kanada/Peso adalah C$0,14=Mp1. Piutang dalam peso itu
akan jatuh tempo dalam waktu 90 hari. Nilai peso mulai terdepresiasi sebelum piutang itu
tertagih. Pada akhir bulan, kurs dolar Kanada/Peso adalah C$0,13=Mp1; Pada tanggal 1
Desember adalah C$0,11=Mp1. Eksportir Kanada berharap untuk menerima C$140.000
untuk piutang sebesar Mp1.000.000 jika kurs spot tetap dan tidak berubah hingga 1
Desember. Untuk menghindari risiko menerima lebih kecil dari C$140.000 apabila nilai
peso menurun sebelum 1 Desember, eksportir Kanada tersebut membeli kontrak forward
pada tanggal 1 September untuk menyerahkan Mp1.000.000 dalam dolar Kanada pada
tanggal 1 Desember dengan kurs forward C$0,13=Mp1. Dalam contoh ini, peso dijual
sebesar diskon, karena kurs spot lebih besar dari pada kurs forward. Total diskon atas
kontrak forward itu adalah C$10.000 [(Kurs spot C$0,14-Kurs forward C$0,13)x Jumlah
nominal Mp1.000.000] dan merupakan harga atas pengurangan ketidakpastian. Akibatnya,
eksportir Kanada itu mengubah status penerimaan sebesar C$140.000 yang tidak pasti
menjadi penerimaan sebesar C$130.000 yang pasti. Pada tanggal laporan keuangan
berikutnya sebelum jatuh tempo, jumlah kontrak forward (kewajiban dalam peso)
dikalikan dengan kurs spot yang berlaku pada tanggal tersebut. Perubahan dalam kurs spot
menyebabkan keuntungan/kerugian transaksi terhadap kontrak forward. Dengan
demikian, jika kurs yang berlaku pada tanggal 1 Desember adalah C$0,11=Mp1, maka
eksportir Kanada memperoleh keuntungan sebesar C$30.000 (Kurs spot 0,14-kurs spot
masa depan C$0,11=Kewajiban sebesar Mp1.000.000). Seandainya kontrak forward tidak
Kelompok IV “Manajemen Risiko Keuangan” Page 14
dibeli, maka eksportir tersebut hanya menerima sebesar C$110.000 dari konversi piutang
dagang sebesar Mp1.000.000. Dengan demikian, kontrak forward mengimbangi kerugian
transaksi atas piutang dalam mata uang asing dengan keuntungan transaksi yang berasal
dari utang dalam mata uang asing.
IV. Lindung Nilai Investasi Bersih dalam Operasi Luar Negeri
Kerugian translasi terjadi jika nilai mata uang asing mengalami penurunan relative
terhadap mata uang induk perusahaan dan juga terjadi jika anak perusahaan luar negeri
memiliki posisi kewajiban bersih terpapar dan nilai mata uang asing meningkat relative
terhadap mata uang induk perusahaan. Oleh karena itu, cara untuk meminimalkan
kerugian ini adalah dengan membeli kontrak forward. Strategi ini berarti menggunakan
keuntungan transaksi yang direalisasikan dari kontrak forward untuk mengimbangi
kerugian translasi.
Berspekulasi dalam Mata Uang Asing
Terdapat peluang untuk meningkatkan laba dilaporkan dengan menggunakan
kontrak forward dan opsi dalam pasar valas. Kontrak forward yang dibeli untuk spekulasi
pada awalnya dicatat sebesar kurs forward (kurs forward merupakan indikator kurs spot
yang terbaik yang berlaku jika kontrak telah jatuh tempo). Keuntungan/kerugian transaksi
yang diakui sebelum penyelesaian bergantung pada antara kurs forward awal dan kurs
yang tersedia untuk periode kontrak yang tersisa.
Pengungkapan
Sebelum dikeluarkannya FAS 133 dan IAS 39, pengungkapan keuangan perusahaan
tidak member tahu kepada pembaca apakah atau sejauh mana manajemen telah
menggunakan kontrak derivatif. Akibatnya, sulit dilakukan analisis atas pengaruh potensial
kontrak derivative terhadap kinerja yang dilaporkan dan terhadap karakteristik risiko
suatu perusahaan. Pengungkapan dalam FAS 133 dan IAS 39 tersebut adalah:
1. Tujuan dan strategi manajemen risiko untuk melakukan transaksi lindung nilai.
2. Deskripsi pos-pos yang dilindung nilai.
Kelompok IV “Manajemen Risiko Keuangan” Page 15
3. Identifikasi risiko pasar dari pos-pos yang dilindung nilai.
4. Deskripsi mengenai instrument lindung nilai.
5. Jumlah yang tidak dimasukkan dalam penilaian efektivitas lindung nilai.
6. Justifikasi awal (apriori) bahwa hubungan lindung nilai tersebut akan sangat efektif
untuk meminimalkan risiko pasar.
7. Penilaian berjalan mengenai efektivitas lindung nilai actual dari seluruh derivative yang
digunakan selama periode berjalan.
Kendali Keuangan
Setiap strategi manajemen risiko keuangan harus mengevaluasi efektivitas program
lindung nilai. Umpan balik dari sistem evaluasi yang berjalan akan membantu untuk
menyusun pengalaman kelembagaan dalam praktek menajamen risiko. Penilaian kinerja
program manajemen risiko juga memberikan informasi mengenai kapan strategi yang ada
sudah tidak lagi tepat untuk digunakan. Jadi intinya, pengendalian keuangan yang efektif
adalah dengan sistem evaluasi kinerja.
Acuan yang Tepat
Objek dari manajemen risiko adalah untuk mencapai keseimbangan antara
pengurangan risiko dan biaya. Oleh karena itu, standar yang tepat digunakan untuk menilai
kinerja actual merupakan bagian yang diperlukan dalam setiap sistem penilaian kinerja.
Acuan ini perlu diperjelas di bagian awal sebelum pembuatan program perlindungan dan
harus didasarkan pada konsep biaya kesempatan. Dalam manajemen risiko valas,
pertanyaan-pertanyaan berikut ini harus dipertimbangkan ketika hendak memilih sebuah
acuan:
1. Apakah acuan yang tepat mewakili suau kebijakan yang seharusnya diikuti?
2. Apakah acuan ini dapat diperjelas di bagian awal?
3. Apakah acuan ini memberikan strategi dengan biaya yang lebih rendah dibandingkan
alternative lainnya?
Sistem Pelaporan
Kelompok IV “Manajemen Risiko Keuangan” Page 16
Sistem pelaporan risiko keuangan harus dapat merekonsiliasikan sistem pelaporan
internal. Hal ini umumnya merupakan wilayah kekuasaan departemen kontroler
perusahaan. Pendekatan tim merupakan cara yang efektif dalam merumuskan tujuan risiko
keuangan, standar kinerja, serta sistempengawasan dan pelaporan. Manajemen risiko
keuangan merupakan contoh utama di mana keuangan perusahaan dan akuntansi sangat
berkaitan erat
Artikel : “The Stochastic Behavior of Commodity Prices : Implications for Valuation and
Hedging
Dalam artikel ini kita membandingkan tiga model dari perilaku stokastik dari harga
komoditas yang mempertimbangkan pengembalian rata-rata, dalam hal kemampuan
mereka untuk harga kontrak berjangka yang ada, dan implikasinya mereka sehubungan
dengan penilaian aset keuangan dan riil lainnya. Model pertama adalah model satu-faktor
sederhana di mana logaritma dari harga spot komoditas diasumsikan mengikuti proses
pengembalian rata-rata. Model kedua memperhitungkan faktor stokastik kedua, hasil
kenyamanan komoditas, yang diasumsikan mengikuti proses pengembalian rata-rata.
Akhirnya, model ketiga juga mencakup suku bunga stokastik. The Kalman Filter metodologi
yang digunakan untuk memperkirakan parameter dari tiga model untuk dua komoditas
komersial, tembaga dan minyak, dan satu logam mulia, emas. Analisis mengungkapkan
pengembalian rata-rata yang kuat di harga komoditas komersial. Menggunakan parameter
estimasi, Schwartz menganalisis implikasi dari model untuk struktur harga berjangka dan
volatilitas di luar kontrak yang diamati, dan untuk lindung nilai kontrak untuk
penyelesaian masa depan. Akhirnya, disini menganalisis implikasi dari model untuk
keputusan penganggaran modal.
Perilaku stokastik dari harga komoditas memainkan peran sentral dalam model untuk
menilai klaim kontinjensi keuangan pada komoditas tersebut, dan dalam prosedur untuk
mengevaluasi investasi untuk mengekstrak atau menghasilkan komoditas. Penelitian
terdahulu, dengan asumsi suku bunga dan hasil kemudahan adalah konstan mengizinkan
perpanjangan lurus ke depan dari prosedur yang dikembangkan untuk saham biasa harga
Kelompok IV “Manajemen Risiko Keuangan” Page 17
opsi dengan penilaian komoditas keuangan dan klaim kontingen nyata. Asumsinya,
bagaimanapun, jelas sangat tidak memuaskan karena mengandung arti bahwa volatilitas
harga di masa depan adalah sama dengan volatilitas harga spot, dan bahwa distribusi harga
spot masa depan di bawah setara dengan pengukuran martingale memiliki varian yang
meningkat tanpa batas sebagai peningkatan horizon. Dalam pengaturan ekuilibrium kita
harapkan bahwa ketika harga relatif tinggi, pasokan (supply) semenjak produsen biaya
lebih tinggi dari komoditas akan memasuki pasar menempatkan tekanan ke bawah harga.
Sebaliknya, ketika harga relatif rendah, pasokan (supply) akan berkurang karena beberapa
produsen biaya yang lebih tinggi akan keluar dari pasar, menempatkan tekanan ke atas
pada harga. Dampak harga relatif pada pasokan komoditas tersebut akan menginduksi
berarti pengembalian di prices komoditas.
Dalam artikel ini kita membandingkan tiga model dari perilaku stokastik dari comodity
harga yang memperhitungkan pengembalian rata-rata, dalam hal kemampuan mereka
untuk harga kontrak berjangka yang ada dan implikasinya mereka sehubungan dengan
penilaian aset keuangan dan riil lainnya. Model pertama adalah satu-faktor sederhana,
model di mana logaritma dari harga spot komoditas adalah diasumsikan mengikuti proses
reverting rata-rata tipe Ornstein-Uhlenbeck. Model kedua kita anggap adalah variasi dari
dua faktor Gibson dan Schwartz (1990) model. Faktor kedua dalam model ini adalah
kenyamanan menghasilkan komoditas dan diasumsikan untuk mengikuti proses reverting
berarti. Akhirnya, kami menyampaikan model Gibson dan Schwartz untuk memasukkan
stokastik suku bunga. Dalam model tiga faktor, suku bunga sesaat adalah juga diasumsikan
mengikuti proses pengembalian rata-rata seperti di Vasicek (1977). Untuk ketiga model,
solusi terdekat untuk harga masa depan dan kontrak berjangka dapat diperoleh, yang
sangat menyederhanakan komparatif statika dan estimasi empiris. Selain itu, untuk ketiga
model tersebut logarithm dari harga masa depan adalah linier dalam faktor-faktor yang
mendasari, sebuah properti yang ternyata sangat berguna dalam pandangan teknik
ekonometrik yang digunakan untuk memperkirakan parameter dari model.
Salah satu kesulitan utama dalam pelaksanaan model empiris komoditas harga yang sering
faktor-faktor atau variabel keadaan model ini tidak secara langsung diamati. Dalam banyak
Kelompok IV “Manajemen Risiko Keuangan” Page 18
kasus, harga spot komoditas begitu pasti bahwa kontrak berjangka yang sesuai paling
dekat dengan jatuh tempo yang digunakan sebagai proxy untuk harga spot. Hasil
kenyamanan sesaat bahkan lebih sulit untuk memperkirakan. Kontrak masa depan,
bagaimanapun, diperdagangkan pada beberapa perubahan dan harga mereka lebih mudah
diamati. Sebuah alat yang sangat cocok untuk menghadapi situasi di mana variabel tidak
teramati, tetapi diketahui dihasilkan oleh Proses Markov, adalah bentuk keadaan ruang
(state space form). Setelah model telah dimasukkan ke dalam bentuk state space filter
Kalman dapat diterapkan untuk mengestimasi parameter model dan time series dari
variabel yang tidak teramati. Kami menerapkan metode filter Kalman untuk mengestimasi
parameter dari tiga model untuk dua komoditas komersial, tembaga dan minyak, dan
untuk satu berharga logam, emas. Analisis mengungkapkan pengembalian rata-rata kuat di
komersial harga komoditas, tetapi tidak untuk logam mulia. Menggunakan parameter yang
diperkirakan peneliti menganalisa implikasi dari model untuk struktur harga berjangka
dan volatilitas di luar kontrak yang diamati, dan untuk lindung nilai kontrak untuk
pengiriman masa depan. "Sebenarnya pilihan" pendekatan untuk investasi dalam
ketidakpastian (untuk excel-survei terbaru dipinjamkan dari literatur lihat Dixit dan
Pindyck (1994)) menekankan pentingnya ketidakpastian untuk nilai proyek dan untuk
menentukan ketika proyek harus dilakukan. penilaian sumber daya alam investasi proyek
dan aturan untuk menentukan kapan waktu yang optimal untuk berinvestasi tergantung
secara signifikan pada proses stokastik diasumsikan untuk harga komoditas yang
mendasari Kami membandingkan nilai dan aturan investasi untuk proyek sederhana di
bawah asumsi yang berbeda tentang proses harga komoditas tersirat oleh model, dengan
menggunakan parameter perkiraan yang realistis.
II. Empiris Model
Seperti disebutkan dalam pengantar, salah satu kesulitan dalam empiris pelaksanaan
model harga komoditas adalah faktor-faktor atau variabel dari model ini tidak secara
langsung diamati. Untuk beberapa komoditas harga spot sulit untuk mendapatkan, dan
kontrak berjangka yang paling dekat dengan jatuh tempo digunakan sebagai proxy untuk
harga spot. Masalah memperkirakan hasil conviniene yield bahkan lebih kompleks,
Kelompok IV “Manajemen Risiko Keuangan” Page 19
biasanya dua hal, harga berjangka dengan jangka waktu yang berbeda digunakan untuk
menghitung conviniene yield.
Tingkat bunga seketika juga tidak secara langsung diamati. Futures contraktat,
bagaimanapun, secara luas diperdagangkan di beberapa bursa dan harga mereka lebih
mudah diamati. Bentuk ruang keadaan adalah prosedur yang tepat untuk menangani
situasi didimana variabel tidak dapat diamati, tetapi diketahui dihasilkan oleh proses
Markov. Setelah model telah dilemparkan dalam bentuk state space, Kalman Filter dapat
diterapkan untuk mengestimasi parameter model dan waktu serangkaian variabel yang
tidak teramati.
III. data
Data yang digunakan untuk menguji model terdiri dari observasi 16 mingguan berjangka
harga dua komoditas komersial, minyak dan tembaga, dan satu logam mulia, emas. Dalam
setiap kasus lima kontrak berjangka (yaitu, N = 5) yang digunakan dalam estimasi "Untuk
komoditas yang berbeda dan periode waktu yang berbeda, namun, spesifik yang berbeda
kontrak berjangka harus digunakan karena mereka bervariasi di seluruh komoditas.
IV. Volatilitas Pengembalian Future
Ketika kita menggunakan model untuk nilai keuangan atau aset kontingen nyata pada
harga komoditas, kami tertarik dalam pemodelan tidak hanya struktur harga berjangka,
tetapi juga struktur jangka volatilitas. Setiap model dipertimbangkan memiliki implikasi
yang berbeda untuk struktur jangka waktu volatilitas dari komoditas berjangka kembali.
Salah satu properti yang akan umum untuk tiga Model adalah bahwa volatilitas akan
independen dari variabel masing-masing Model dan hanya akan bergantung pada waktu
jatuh tempo kontrak berjangka.
V. Jatuh tempo panjang Kontrak Futures
Kontrak berjangka yang tersedia untuk memperkirakan parameter dari model kontrak
dibahas dalam artikel ini memiliki jatuh tempo maksimum yang kurang dari dua tahun.
Kelompok IV “Manajemen Risiko Keuangan” Page 20
Hanya kurva minyak milik maju Enron memiliki tenor jangka panjang. Ini sangat menarik
untuk mengetahui apa implikasi dari model diperkirakan dengan kontrak jatuh
tempo berjangka pendek sehubungan dengan jangka panjang kontrak, karena
banyak dari aplikasi potensial akan melibatkan aset denganlebih dari dua tahun
jatuh tempo. Pada bagian sebelumnya kita memeriksa implikasi dari model sehubungan
dengan volatilitas, dan di sini kita melihat implikasi terhadap harga masing-masing. Di sini
kita amati bahwa meskipun Model 2 dan 3 memberikan nilai yang sama dalam berbagai
kontrak yang diamati, mereka dapat berbeda secara substansial dengan meningkatnya
jatuh tempo. Ini menegaskan pentingnya parameter suku bunga proses Model 3 untuk
penilaian kontrak jangka panjang. Perbedaan utama antara Model 2 dan 3 tetap valuasi
panjang kontrak berjangka panjang.
VI. Lindung Nilai Kontrak Pengiriman Masa Depan
Sebuah isu yang telah menerima perhatian meningkat dalam literature28 adalah kelayakan
lindung nilai komitmen jangka panjang di depan komoditas dengan ada kontrak jangka
pendek berjangka. Ketiga model dibahas dalam Artikel memiliki implikasi untuk strategi
lindung nilai, yang sekarang kita membahas secara singkat. Untuk benar lindung nilai
komitmen maju dalam komoditas tertentu, sensitivitas dari nilai kini komitmen
sehubungan dengan masing-masing dari faktor-faktor yang mendasari harus sama dengan
sensitivitas portofolio berjangka kontrak yang digunakan untuk lindung nilai komitmen
sehubungan dengan faktor-faktor yang sama. Ini menyiratkan bahwa jumlah kontrak
berjangka yang diperlukan untuk lindung nilai ini adalah sama dengan jumlah faktor dalam
model yang digunakan. dinyatakan bahwa posisi yang diperlukan untuk melindungi
sepuluh tahun kedepan komitmen untuk memberikan satu barel minyak tersirat oleh tiga
model, dengan menggunakan. Parameter estimasi dari data Enron.
VII. Lindung Nilai Komitmen 10 Tahun ke Depan dengan kontrak future
Tujuan dari bagian ini adalah untuk menunjukkan bahwa metode yang berbeda dari
analisis dapat memberikan nilai sangat berbeda untuk proyek investasi dan untuk optimal
Investasi aturan, bahkan jika asumsi yang dibuat dalam metodologi masing-masing sebagai
Kelompok IV “Manajemen Risiko Keuangan” Page 21
serealistis mungkin. Untuk dapat menilai mana metodologi lebih unggul, Namun, kita perlu
menerapkannya pada situasi di mana kita memiliki berlaku transaksi harga. Kesimpulan
sebuah artikel terbaru di Teknik dan Mining Journal pada metode penganggaran modal
yang digunakan oleh perusahaan pertambangan langsung membahas masalah kita ingin
mengangkat: Penggunaan teknik DCF untuk penilaian proyek tampaknya menjadi indus-
cobalah standar. Salah satu hasil mengganggu penelitian, bagaimanapun, adalah
ketidakmampuan untuk menjelaskan premi tinggi bahwa pasar nilai komando atas DCF
valua- tions. Analisis DCF terkenal dan digunakan tidak memungkinkan untuk
menempatkanpremium nilai proyek yang sedang dipertimbangkan. Mungkin tehnik baru
seperti metode penentuan harga opsi valuasi dapat memberikan lebih akurat nilai hasil
pasar (Bhappu dan Guzman (1995), halaman 38). Kami ingin menganalisis proyek
sesederhana mungkin, tapi itu tetap utama fitur yang kita ingin menyoroti. Pertimbangkan
sebuah tambang tembaga yang dapat menghasilkan satu ons tembaga pada akhir setiap
tahun selama sepuluh tahun. Misalkan bahwa Investasi awal yang dibutuhkan adalah K = $
2 dan bahwa biaya unit produksi adalah C = $ 0,40 (konstan selama sepuluh tahun).
Asumsikan bahwa setelah investasi dilakukan produksi akan pergi ke depan selama
sepuluh tahun berikutnya, yaitu, kita mengabaikan dalam hal ini analisis opsi untuk
menutup dan membuka tambang dan pilihan untuk meninggalkannya, 32 dan
berkonsentrasi sepenuhnya pada pilihan untuk berinvestasi. Langkah pertama dalam
semua prosedur kita akan membahas terdiri dalam penentuan net present nilai proyek
setelah telah memutuskan untuk pergi ke depan dengan investasi (Ini adalah "syarat batas"
dari langkah kedua), dan langkah kedua terdiri dalam evaluasi pilihan untuk berinvestasi.
Penting untuk dicatat bahwa net present value (NPV) dalam persamaan (49) akan berbeda
untuk berbeda pendekatan karena masing-masing satu dari mereka menyiratkan nilai
sekarang berbeda untuk komoditas yang akan diterima suatu saat nanti (dan juga untuk
suku bunga dalam Model 3).
VIII. Hasil dan Kesimpulan dari penelitian
Penentuan harga dan lindung nilai klaim komoditas kontingen dan penilaian investasi
sumber daya alam sangat bergantung pada stokastik diasumsikan dari proses komoditas
Kelompok IV “Manajemen Risiko Keuangan” Page 22
yang mendasarinya. Dalam artikel ini kita mengembangkan tiga model bahwa dalam cara
yang berbeda mempertimbangkan sifat pengembalian rata-rata commodity harga, dan
memperkirakan mereka menggunakan data baru pada harga berjangka minyak dan
tembaga. Kesulitan utama yang ditemui dalam analisis adalah bahwa secara umum kontrak
berjangka memiliki jangka waktu lebih pendek dari dua tahun, sedangkan banyak aset kita
ingin ditetapkan harga dan lindung nilai memiliki jatuh tempo lebih lama dari dua tahun.
Sebuah model khusus bisa cocok dengan sangat baik dengan kontrak berjangka pendek
yang tersedia saluran dan melakukan pekerjaan yang buruk dalam memprediksi harga
berjangka panjang yang penting untuk lindung nilai komitmen jangka panjang dalam
komoditas atau menghargai tambang atau deposit minyak. Data minyak eksklusif yang
diberikan oleh Enron telah memungkinkan kita untuk mendapatkan beberapa wawasan ke
dalam masalah ini. Masing-masing model kami anggap memiliki implikasi sehubungan
dengan volatility pengembalian berjangka dan sehubungan dengan perilaku harga
berjangka panjang. Model 1 menunjukkan bahwa volatilitas pengembalian berjangka akan
bertemu untuk nol dan harga berjangka akan bertemu untuk nilai tetap dengan
meningkatnya jatuh tempo. Model 2 dan 3, namun, untuk data perkiraan menyiratkan
bahwa volatilitas berjangka akan menurun tetapi konvergen ke nilai tetap berbeda dari nol
dan istilah struktur harga berjangka pada akhirnya akan berubah ke atas dan bertemu
dengan laju tetap pertumbuhan bahkan jika awalnya berada dalam backwardation kuat.
Bukti dari kurva minyak maju Enron menyiratkan bahwa sifat ini lebih diinginkan.
Pendekatan pilihan sebenarnya penganggaran modal adalah mendapatkan dukungan baik
di akademik masyarakat dan dalam praktek keuangan. Analisis dalam artikel ini
menunjukkan bahwa sangat penting untuk mempertimbangkan pengembalian rata-rata
harga di dalam mengevaluasi proyek. Kriteria DCF menginduksi investasi terlalu dini
(misalnya, ketika harga terlalu rendah), tetapi pendekatan opsi menginduksi investasi
terlambat (ketika harga terlalu tinggi) ketika mengabaikan pengembalian rata-rata harga.
Kelompok IV “Manajemen Risiko Keuangan” Page 23
BAB III
KESIMPULAN
Manajemen risiko pada dasarnya adalah untuk meminimalkan potensi bermacam-
macam risiko yang timbul dari perubahan tak terduga dalam harga mata uang, kredit,
komoditas, dan ekuitas. Akuntansi mempunyai peranan yang sangat penting dalam hal
pengelolaan manajemen risiko, pemilihan berbagai produk manajemen risiko yang paling
efektif, identifikasi risiko, pengukuran, dan pelaporan hasil analisis manajemen risiko
perusahaan. Selain itu standar yang tepat digunakan untuk menilai kinerja actual
merupakan bagian yang diperlukan dalam setiap sistem penilaian kinerja untuk mencapai
tujuan manajemen risiko yaitu keseimbangan dalam pengurangan risiko dan biaya
Kelompok IV “Manajemen Risiko Keuangan” Page 24
REFERENSI
Eduardo S. Schwartz. The Journal of Finance Vol.52,The Stochastic Behavior of Commodity
Prices Implications for Valuation and Hedging.Juli 1997
Kelompok IV “Manajemen Risiko Keuangan” Page 25