manajemen program adiwiyata dalam membentuk karakter peduli lingkungan...

107
MANAJEMEN PROGRAM ADIWIYATA DALAM MEMBENTUK KARAKTER PEDULI LINGKUNGAN (STUDI KASUS DI SMK NEGERI 1 JENANGAN PONOROGO) SKRIPSI OLEH : MUHAMMAD AFI TAMAM NIM : 211216027 JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PONOROGO 2020

Upload: others

Post on 18-Feb-2021

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • MANAJEMEN PROGRAM ADIWIYATA DALAM

    MEMBENTUK KARAKTER PEDULI LINGKUNGAN

    (STUDI KASUS DI SMK NEGERI 1 JENANGAN

    PONOROGO)

    SKRIPSI

    OLEH :

    MUHAMMAD AFI TAMAM

    NIM : 211216027

    JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

    FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

    INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

    PONOROGO

    2020

  • vii

    ABSTRAK

    Afi Tamam, Muhammad. 2020. Manajemen Program Adiwiyata dalam

    Membentuk Karaker Peduli Lingkungan (Studi Kasus di SMK Negeri 1

    Jenangan Ponorogo). Skripsi. Jurusan Manajemen Pendidikan Islam

    Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN)

    Ponorogo. Pembimbing Aris Nurbawani, M.M.

    Kata Kunci: Manajemen, Program Adiwiyata, Karakter Peduli Lingkungan

    Lembaga pendidikan merupakan lembaga yang dianggap masyarakat sebagai

    salah satu lembaga percontohan dalam hal pembentukan karakter peduli siswa

    terhadap lingkungan. Oleh karenanya di SMK Negeri 1 Jenangan membentuk suatu

    program Adiwiyata untuk membentuk karakter peduli siswa. Program ini sudah

    berjalan sejak tahun 2009. Dan sudah mendapatkan penghargaan sekolah adiwiyata

    tingkat nasional pada tahun 2012.

    Berdasarkan uraian di atas, peneliti mengadakan penelitian dengan tujuan: (1)

    Mendeskripsikan perencanaan dan pelaksanaan program Adiwiyata dalam

    membentuk karakter peduli lingkungan pada siswa di SMK Negeri 1 Jenangan

    Ponorogo, (2) Mendeskripsikan faktor pendukung dan faktor penghambat program

    Adiwiyata dalam membentuk karakter peduli lingkungan pada siswa SMK Negeri

    1 Jenangan Ponorogo, (3) Mendeskripsikan dampak program Adiwiyata dalam

    membentuk karakter peduli lingkungan pada siswa di SMK Negeri 1 Jenangan

    Ponorogo.

    Penelitian ini termasuk penelitian lapangan dengan menggunakan pendekatan

    kualitatif. Dalam pengumpulan data, peneliti menggunakan metode wawancara,

    observasi dan dokumentasi sebagai teknik pengumpulan datanya. Dan teknik yang

    dipakai dalam analisis data adalah kondensasi data, tampilan data, dan kesimpulan

    sementara.

    Dari hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut: (1) Perencanaan

    program Adiwiyata di SMK Negeri 1 Jenangan Ponorogo sudah dimulai sejak tahun

    2009 akan tetapi baru diimplementasikan pada tahun 2012. Perencanaan program

    ini dilatar belakangi oleh kasus banjir yang terjadi di kota Ponorogo, dengan adanya

    program Adiwiyata di sekolah diharapkan siswa dapat menggandeng masyarakat

    lingkungan rumahnya untuk peduli terhadap lingkungan. Program yang dilakukan

    di antaranya program Jumat Bersih, pengelolaan lingkungan hidup dengan

    memproduksi teknologi tepat guna dan ramah lingkungan, pemanfaatan composter

    multi drum, dll. Semua stakeholder sekolah terlibat dalam program Adiwiyata di

    SMK Negeri 1 Jenangan Ponorogo. (2) Faktor pendukung pelaksanaan program

    Adiwiyata di SMK Negeri 1 Jenangan Ponorogo di antaranya kebijakan kepala

    sekolah dalam mengawal terciptanya lingkungan bersih, adanya kebijakan

    berwawasan lingkungan, kurikulum berbagai lingkungan hidup, dll. Sedangkan

    faktor penghambat program Adiwiyata di SMK Negeri 1 Jenangan Ponorogo di

    antaranya alokasi dana yang dibatasi oleh anggaran sekolah, mentalitas warga

    sekolah yang belum bersifat sadar lingkungan, tanggung jawab serta pengetahuan

    warga sekolah kurang meluas mengenai program adiwiyata. Faktor penghambat itu

  • viii

    dapat diatasi dengan menerapkan kurikulum berbasis lingkungan hidup, dukungan penuh dari kepala sekolah tentang program adiwiyata, adanya ekstra lingkungan hidup,

    guru dan siswa peduli serta melindungi lingkungan sekolah dan menjaga kebersihannya. (3) Dampak program Adiwiyata dalam membentuk karakter peduli lingkungan di

    SMK Negeri 1 Jenangan Ponorogo sangat besar terhadap lingkungan sekolah, di

    antaranya peduli lingkungan bagi semua warga sekolah, meningkatkan kondisi

    belajar mengajar yang lebih nyaman dan kondusif, mendapat penghargaan sekolah

    adiwiyata tingkat kabupaten ponorogo kemudian provinsi jawa timur serta tingkat

    nasional, tercipta kebersamaan bagi semua warga sekolah, meningkatkan

    penghematan sumber dana melalui pengurangan sumber daya dan energi, meni

    ngkatkan efisiensi dalam pelaksanaan kegiatan operasional sekolah, anak-anak bisa

    mengelola sampah dengan baik dan benar. Sedangkan dampak negatifnya

    dilakukan dengan mempertahankan serta mengembangkan dampak atau

    keuntungan baik/positif yang terlihat, serta menilai perubahan yang terjadi di

    lingkungan sekolah.

  • KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIAINSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO

    PENGESAHAN

    Skripsi atas nama saudara :

    Telah dipertahankan pada sidang Munaqasah di Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Institut Agama Islam Negeri Ponorogo, pada :

    Tim Penguji Skripsi :

    1. Ketua Sidang : Dr. MUHAMMAD THOYIB, M.Pd2. Penguji I : Dr. SUGIYAR, M.Pd.I3. Penguji II : ARIS NURBAWANI, MM

    Hari : SeninTanggal : 23 November 2020

    Hari : SelasaTanggal : 20 Oktober 2020

    dan telah diterima sebagai bagian dari persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Manajemen Pendidikan Islam, pada :

    Nama : MUHAMMAD AFI TAMAMNIM : 211216027Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu KeguruanJurusan : Manajemen Pendidikan IslamJudul Skripsi : MANAJEMEN PROGRAM ADIWIYATA DALAM

    MEMBENTUK KARAKTER PEDULI LINGKUNGAN (STUDI KASUS DI SMK NEGERI 1 JENANGAN PONOROGO)

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Hijau merupakan simbol warna yang sejuk, asri dan nyaman. Istilah dari

    hijau sendiri tentunya tidak jauh dari lingkungan bersih dan pepohonan yang

    tumbuh subur akarnya kuat menopang serta daun-daunnya lebat membuat

    suasana lebih nyaman. Di samping tumbuhnya pepohonan tak luput dari

    lingkungan yang bersih. Masyarakat harus mempedulikan lingkungan di sekitar.

    Ketika masyarakat sadar akan kepedulian dengan sendirinya akan terciptanya

    lingkungan hidup yang nyaman.

    Dalam Undang-undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan

    Pengelolaan Lingkungan Hidup yang mana merupakan Undang-Undang payung

    terhadap semua peraturan-peraturan mengenai masalah di lingkungan hidup.

    Dalam penjabaran Undang-undang di atas, secara detail dalam pasal 1 angka 14

    dan angka 16 UUPLH No. 32 Tahun 2009 dijelaskan bahwa pencemaran

    lingkungan hidup adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi,

    dan komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga

    melampaui baku mutu lingkungan hidup yang telah ditetapkan. Sehingga

    perusakan lingkungan hidup merupakan tindakan orang yang dapat

    menimbulkan perubahan secara langsung maupun tidak langsung terhadap sifat

    fisik, kimia, dan hayati lingkungan hidup.2

    2 Undang-undang No. 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Hidup.

  • 2

    Pada dasarnya, Tuhan menciptakan bumi dan isinya untuk kemakmuran

    masyarakat banyak. Pengelolaan sepenuhnya dirasakan oleh manusia,

    pengelolaan dalam pendayaan sumber daya alam selain untuk memajukan

    kesejahteraan umum juga untuk mencapai kebahagiaan hidup, dan pengupayaan

    harus memperhatikan pelestarian kemampuan lingkungan hidup yang serasi dan

    seimbang untuk menunjang pembangunan yang berkesinambungan. Perilaku

    manusia terhadap lingkungan hidupnya dapat dilihat secara nyata sejak manusia

    belum berperadaban, awal adanya peradaban, dan sampai sekarang pada saat

    peradaban itu menjadi modern dan semakin canggih didukung oleh ilmu dan

    teknologi. Ironisnya perilaku manusia terhadap lingkungan hidupnya tidak

    semakin arif melainkan sebaliknya.3

    Penanaman prinsip cinta lingkungan sendiri harus diterapkan sejak dini.

    Anak-anak pendidikan usia dini sudah diajarkan tentang kebersihan lingkungan

    mulai dari buang sampah pada tempatnya sampai cara merawat tanaman. Di

    Taman Kanak-kanak pun tentunya juga demikian. Beranjak ke jenjang

    berikutnya sampai SMA/SMK tentunya pendidikan semakin tinggi maka

    semakin lebih memahami betapa pentingnya menjaga lingkungan di sekitarnya.

    Lingkungan pendidikan selain harus bersih, rapi juga harus asri dan dijaga

    kelestarian, karena Islam memang mengajarkan tentang kebersihan, kerapihan

    oleh karena itu semestinya sekolah atau madrasah tidak boleh menampakkan

    kekumuhan. Kebersihan sebetulnya tidak harus berbiaya mahal, asalkan mereka

    3 Dwija Cendekia, Pendididikan Karakter Peduli Lingkungan dan Implementasinya, Jurnal

    Riset Pedagogik, https://jurnal.uns.ac.id/jdc 2017, diakses 19 Desember 2019.

  • 3

    yang bertanggung jawab memiliki kepekaan dan kepedulian terhadap

    lingkungan yang tinggi. Oleh karena itu, kebersihan terkait dengan kepekaan dan

    kemauan orang-orang yang bertanggung jawab terhadap lingkungan.4

    Adanya kebijakan yang terkait dalam pengelolaan lingkungan diharapkan

    dapat memperbaiki kualitas lingkungan. Pembangunan nasional diarahkan untuk

    menerapkan konsep pembangunan yang berwawasan lingkungan atau

    pembangunan berkelanjutan. Salah satu unsur di dalam konsep pembangunan

    berkelanjutan tersebut adalah pendidikan lingkungan hidup di lingkungan

    sekolah.

    Pada tahun 1996 di sepakati kerjasama antara Departemen Pendidikan

    Nasional dan Kementrian Negara Lingkungan Hidup yang diperbaharui pada

    tahun 2005 dan 2010. Sebagai tindak lanjut dari hasil kesepakatan tahun 2005,

    pada tahun 2006 kementrian lingkungan hidup mengembangkan program

    pendidikan lingkungan hidup pada jenjang pendidikan dasar dan menengah

    melalui program Adiwiyata yaitu sekolah peduli dan berbudaya lingkungan.

    Menurut Iswari dan Utomo program Adiwiyata adalah program yang

    komprehensif melibatkan semua stakeholders baik di sekolah dan masyarakat

    untuk membantu meningkatkan kepedulian lingkungan, khususnya para siswa.5

    Adiwiyata merupakan PLH yang dapat dilaksanakan di berbagai tempat

    dan tidak hanya dilaksanakan oleh lembaga sekolah. Adiwiyata dapat dilakukan

    di lingkungan pemukiman, kantor, dan lain-lain. Namun, di dalam bidang

    4 Iman Suparyogo, Pengembangan Pendidikan Karakter, (Jakarta: Rineka Cipta 2010), 45. 5 Rizky Dewi Iswari, “Evaluasi Penerapan Program Adiwiyata Untuk Membentuk Perilaku

    Peduli Lingkungan di Kalangan Siswa (Kasus: SMA Negeri 9 Tangerang Selatan dan MA Negeri 1

    Serpong),” Jurnal Ilmu Lingkungan, (Desember, 2017), 36.

  • 4

    pendidikan, Adiwiyata menyatu dengan Standar Nasional Pendidikan, yaitu

    Standar Kompetensi Lulusan, Standar Isi, Standar Proses, Standar Pendidikan

    dan Tenaga Kependidikan, Standar Sarana dan Prasarana, Standar Pengelolaan,

    Standar Pembiayaan Pendidikan, dan Standar Penilaian Pendidikan. Kesatuan

    Adiwiyata dengan Standar Nasional Pendidikan menjadikan tahap pelaksanaan

    Sekolah Adiwiyata sesuai dengan PP Nomor 32 Tahun 2013. Kepedulian

    terhadap lingkungan hidup yang menjadi inti dari Adiwiyata tercantum dalam

    Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah di Indonesia.

    Kompetensi tersebut juga merupakan bentuk implementasi UU Nomor 2009

    tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang dikembangkan

    melalui jalur kemitraan dengan lembaga pendidikan di sekolah.

    Pelaksanaan Adiwiyata terdiri dari tim nasional, tim provinsi, tim

    kabupaten atau kota, dan tim sekolah. Anggota tim pelaksana Adiwiyata di

    sekolah ditetapkan melalui Surat Keputusan Kepala Sekolah. Peran dan tugas

    pokoknya adalah :

    1. Mengkaji kondisi lingkungan hidup di sekitar wilayah sekolah, kebijakan

    yang ditetapkan di sekolah, kurikulum sekolah, kegiatan sekolah, dan sarana

    prasarana yang tersedia di sekolah.

    2. Membuat rencana kerja dan rancangan alokasi anggaran sekolah berdasarkan

    hasil kajian yang dilakukan terlebih dahulu sesuai dengan komponen, standar,

    dan implementasi Sekolah Adiwiyata.

    3. Melakukan, mengawasi, dan mengevaluasi pelaksanaan rencana kerja

    sekolah yang telah disetujui Kepala Sekolah.

  • 5

    4. Menyampaikan laporan kepada Kepala Sekolah yang kemudian dilampirkan

    kepada Badan Lingkungan Hidup Kabupaten atau Kota setempat dan instansi

    terkait.6

    Tujuan dari Program Adiwiyata adalah mewujudkan warga sekolah yang

    bertanggung jawab dalam upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan

    hidup melalui tata kelola sekolah yang baik untuk mendukung pembangunan

    berkelanjutan. Keuntungan dalam mengimplementasikan program Adiwiyata

    bagi sekolah adalah madrasah dapat menciptakan tempat pembelajaran tentang

    nilai-nilai pemeliharaan lingkungan dan pengelolaan lingkungan hidup dengan

    upaya meningkatkan perlindungan dan pengelolaan lingkungan melalui kegiatan

    pengendalian pencemaran, pengendalian kerusakan dan pelestarian fungsi

    lingkungan hidup sehingga tercipta kondisi belajar-mengajar yang lebih

    kondusif untuk siswa.7

    Pemerintah sebagai penyelenggara ikut andil dalam menindaklanjuti

    persoalan lingkungan. Untuk mengatasi kerusakan lingkungan yang semakin

    hari semakin bertambah banyak dan beragam, pemerintah mempunyai berbagai

    program dalam mengatasi permasalahan yang berkaitan dengan lingkungan.

    Hasil proses pendidikan akan memungkinkan seseorang dapat mengembangkan

    potensi yang dimilikinya. Dengan bekal pengetahuan yang dimilikinya

    memungkinkan pula baginya untuk berkontribusi dan berkiprah dalam

    6 Endang Haris, et. al. Sekolah Adiwiyata Panduan Implementasi Adiwiyata Mandiri di

    Sekolah, (Jakarta: Erlangga, 2018), 32. 7 Kementerian Balai Lingkungan Hidup dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. “

    Panduan Adiwiyata : Sekolah Peduli dan Berbudaya Lingkungan, (Jawa Tengah: Badan

    Lingkungan Hidup, 2012), 61.

  • 6

    pembangunan dan pengembangan masyarakat. Hal ini bermakna bahwa

    pendidikan merupakan salah satu cara yang patut ditempuh untuk memberikan

    pengetahuan serta membentuk sikap dan kepedulian masyarakat terhadap

    lingkungan sebagaimana diinginkan.8

    Pendidikan karakter merupakan proses pembudayaan dan pemberdayaan

    nilai-nilai luhur dalam lingkungan satuan pendidikan sekolah, lingkungan

    keluarga, dan masyarakat. Pendidikan karakter dipahami sebagai upaya

    penanaman kecerdasan dalam berfikir, penghayatan dalam bentuk sikap, dan

    pengalaman jati dirinya, diwujudkan dalam interaksi dengan Tuhannya, diri

    sendiri, antar sesama, dan lingkungannya. Nilai-nilai luhur tersebut antara lain,

    kejujuran, kemandirian, sopan santun, kemuliaan sosial, kecerdasan berfikir,

    termasuk kepenasaran akan intelektual dan berfikir logis. Oleh karena itu,

    penanaman karakter tidak bisa hanya sekedar mentransfer ilmu pengetahuan

    atau melatih suatu keterampilan tertentu. Penanaman pendidikan karakter perlu

    proses, contoh teladan, dan pembiasaan atau pembudayaan dalam lingkungan

    siswa dalam lingkungan sekolah, keluarga, masyarakat, maupun lingkungan

    media masa.9

    Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan mencanangkan program

    penerapan pendidikan karakter pada satuan pendidikan. Pendidikan karakter

    pada pendidikan formal berlangsung pada lembaga pendidikan TK/RA, SD/MI,

    SMP/MTs, SMA/MA, SMK, MAK dan Perguruan Tinggi melalui pembelajaran,

    8 Syukri Hamzah, Pendidikan Lingkungan, (Bandung: PT Refika Aditama, 2013), 13. 9 Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter: Konsepsi dan Aplikasinya dalam Lembaga

    Pendidikan, (Jakarta: Kencana Media Group, 2013), 17.

  • 7

    kegiatan kurikuler dan ekstrakurikuler, penciptaan budaya satuan pendidikan,

    dan pembiasaan.10

    Pada bulan Oktober tahun 2018, Dinas Lingkungan Hidup (DLH)

    Ponorogo mendapatkan laporan dari keluhan masyarakat yang berada di

    pemukiman sekitar Jl. Ir Juanda, terkait penumpukan sampah yang berada di

    bawah jembatan khususnnya jl. Ir Juanda. Tumpukan sampah itu berasal dari

    sampah masyarakat sekitar yang akhirnya menutup aliran sungai yang berada di

    bawah jembatan tersebut. Dari kejadian ini pihak DLH menyadari bahwa

    masyarakatnya belum memahami dampak dari membuang sampah di sungai

    ketika musim hujan turun tiba. Sebenarnya terkait regulasi tentang adanya

    larangan membuang sampah di aliran sungai sudah tertuang pada Peraturan

    Daerah (Perda) sejak tahun 2011 dan sudah pernah disosialisasikan kepada

    masyarakat beserta sanksi yang diberikan jika melanggar.11

    Pemerintah kota Ponorogo bekerjasama dengan dinas lingkungan hidup

    untuk membentuk suatu program Adiwiyata yang sasarannya paling banyak

    adalah ditujukan untuk sekolah-sekolah yang ada di daerah. Hal ini dilakukan

    agar sejak dini masyarakat sadar tentang pentingnya menjaga lingkungan sekitar

    seperti membuang sampah pada tempatnya serta perlu adanya penerapan dan

    kesadaran dari masyarakat ponorogo khususnya.

    SMK Negeri 1 jenangan ponorogo adalah salah satu dari Sekolah

    Kejuruan yang dikatakan berhasil menerapkan program Sekolah Adiwiyata.

    10 Kementerian Pendidikan Nasional, Desain Induk Pendidikan Karakter, (Jakarta: 2010), 6. 11 Kominfo. “Awas Buang Sampah di Sungai bisa Kena Sanksi”, 2 September 2020.

    https://ponorogo.go.id/2018/10/23/awas-buang-sampah-disungai-bisa-kena-sanksi/

    https://ponorogo.go.id/2018/10/23/awas-buang-sampah-disungai-bisa-kena-sanksi/

  • 8

    dalam pelaksanaannya juga didasarkan pada ISO 9001:2005 yang telah

    diterapkan oleh SMK Negeri 1 Jenangan dalam rangka penguatan mutu

    lingkungan pendidikan. Kini SMK Negeri 1 Jenangan Ponorogo sudah terkenal

    tidak hanya masyarakat Ponorogo saja bahkan Madiun, Magetan, Pacitan, dan

    lain-lain. Salah satu program Adiwiyata nya adalah Jum’at bersih.12

    SMK Negeri 1 Jenangan Ponorogo yang memiliki luas sekitar 40 m2

    dengan tumbuhan yang rindang beraneka ragam, suasana yang tenang dan alami

    mendukung untuk terlaksananya program Adiwiyata. Sejak tahun 2013 SMK

    Negeri 1 Jenangan Ponorogo telah berpartisipasi dalam program Adiwiyata. Dan

    SMK Negeri 1 Jenangan Ponorogo telah menerima penghargaan tertinggi di

    bidang lingkungan untuk kategori sekolah peduli dan berbudaya lingkungan

    (Adiwiyata Nasional) pada tanggal 7 Juni 2012. Penghargaan ini diserahkan oleh

    Presiden kepada Kepala SMK Negeri 1 Jenangan Ponorogo.13

    Berdasarkan uraian di atas, peneliti ingin mengetahui sejauh mana

    pelaksanaan program Adiwiyata dalam membentuk karakter peduli lingkungan

    di SMK Negeri 1 Jenangan Ponorogo. Maka penelitian ini mengambil judul

    Implementasi Manajemen Program Adiwiyata dalam Membentuk Karakter

    Peduli Lingkungan (Studi Kasus di SMK Negeri 1 Jenangan Ponorogo).

    12 Wawancara dengan Bu Trias selaku Sekretaris Waka Kurikulum SMK Negeri 1 Jenangan

    Ponorogo pada Hari Senin 3 November 2019. 13 Dokumen, Pengahargaan Adiwiyata Nasional SMK Negeri 1 Jenangan Ponorogo, 2012.

  • 9

    B. Fokus Penelitian

    Yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah perencanaan dan

    pelaksanaan, dampak program, dan faktor pendukung dan penghambat program

    Adiwiyata dalam membentuk karakter peduli lingkungan pada siswa di SMK

    Negeri 1 Jenangan Ponorogo.

    C. Rumusan Masalah

    1. Bagaimana perencanaan dan pelaksanaan program Adiwiyata dalam

    membentuk karakter peduli lingkungan pada siswa di SMK Negeri 1

    Jenangan Ponorogo?

    2. Apa saja faktor pendukung dan penghambat program Adiwiyata dalam

    membentuk karakter peduli lingkungan pada siswa SMK Negeri 1 Jenangan

    Ponorogo?

    3. Bagaimana dampak program Adiwiyata dalam membentuk karakter peduli

    lingkungan pada siswa di SMK Negeri 1 Jenangan Ponorogo?

    D. Tujuan Penelitian

    1. Untuk mendeskripsikan perencanaan dan pelaksanaan program Adiwiyata

    dalam membentuk karakter peduli lingkungan pada siswa di SMK Negeri 1

    Jenangan Ponorogo.

    2. Untuk mendeskripsikan faktor pendukung dan faktor penghambat program

    Adiwiyata dalam membentuk karakter peduli lingkungan pada siswa SMK

    Negeri 1 Jenangan Ponorogo.

  • 10

    3. Untuk mendeskripsikan dampak program Adiwiyata dalam membentuk

    karakter peduli lingkungan pada siswa di SMK Negeri 1 Jenangan Ponorogo.

    E. Manfaat Penelitian

    1. Manfaat Teoritis

    Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya ilmu pengetahuan

    khususnya kajian mengenai teori manajemen program Adiwiyata dalam

    membentuk karakter peduli lingkungan di SMK Negeri 1 Jenangan Ponorogo.

    2. Manfaat Praktis

    a. Bagi Sekolah

    Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan

    masukan, pengetahuan serta tolak ukur tentang manajemen program

    Adiwiyata dalam membentuk karakter peduli lingkungan di sekolah.

    b. Bagi Guru

    Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan

    pengetahuan tentang pentingnya peduli lingkungan di sekolah.

    c. Bagi Siswa

    Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai

    pengetahuan tentang manajemen program Adiwiyata yang diberlakukan

    oleh sekolah agar dapat membentuk karakter peduli lingkungan.

    d. Bagi Peneliti

    Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan

    referensi untuk menambah wawasan tentang manajemen program

  • 11

    Adiwiyata dalam membentuk karakter peduli lingkungan dan penyelesaian

    studi S1 di jurusan Manajemen Pendidikan Islam Fakultas Tarbiyah dan

    Ilmu Keguruan di Institut Agama Islam Negeri Ponorogo

    F. Sistematika Pembahasan

    Bab I Pendahuluan, bab ini berisi tinjauan secara global permasalahan

    yang dibahas, yaitu terdiri dari latar belakang masalah, fokus penelitian,

    rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika

    pembahasan.

    Bab II Telaah Hasil Penelitian Terdahulu dan Kajian Teori, bab ini

    berfungsi sebagai alat analisis. Yang berfungsi untuk menengahkan kerangka

    acuan teori yang digunakan sebagai landasan melakukan penelitian terdiri dari

    pengertian manajemen pendidikan, program Adiwiyata, dan karakter peduli

    lingkungan.

    Bab III Metode Penelitian, bab ini berisi tentang metode yang digunakan

    peneliti yaitu pendekatan, kehadiran peneliti, lokasi penelitian, sumber data,

    teknik pengumpulan data, teknik analisis data, pengecekan keabsahan data, dan

    tahapan-tahapan penelitian.

    Bab IV Temuan Data, bab ini berisi temuan tentang data umum dan data

    khusus. Data umum berisi tentang deskripsi singkat profil lokasi penelitian.

    Sedangkan data khusus berisi tentang temuan yang diperoleh dari pengamatan

    dan hasil wawancara serta dokumentasi lainnya yang terkait dengan manajemen

  • 12

    program Adiwiyata dalam membentuk karakter peduli lingkungan di SMK

    Negeri 1 Jenangan Ponorogo.

    Bab V Pembahasan, bab ini yang memuat gagasan-gagasan peneliti terkait

    dengan manajemen program Adiwiyata dalam membentuk karakter peduli

    lingkungan di SMK Negeri 1 Jenangan Ponorogo. Dalam bab ini berfungsi

    menafsirkan dan menjelaskan data hasil temuan di lapangan.

    Bab VI Penutup, bab ini merupakan bab terakhir dari skripsi yang

    berfungsi mempermudah pembaca dalam menggambarkan intisari. Dalam bab

    ini berisi kesimpulan yang berisi jawaban atas rumusan masalah dan saran.

  • 13

    BAB II

    TELAAH HASIL PENELITIAN TERDAHULU

    DAN KAJIAN TEORI

    A. Telaah Hasil Penelitian Terdahulu

    Untuk memperkuat penelitian ini, peneliti mendapati hasil penelitian

    terdahulu yang memiliki relevansi dengan penelitian penulis, terkait dengan

    sekolah dan program Adiwiyata yang sudah dilakukan oleh beberapa orang

    diantaranya:

    1. Penelitian yang dilakukan oleh Vera Duwi Anggraini pada tahun 2017 skripsi

    dengan judul “Peningkatan Kesadaran Siswa Terhadap Lingkungan Sekolah

    Melalui Program Adiwiyata di MIN Bogem Sampung Ponorogo”. Latar

    belakang masalah dari penelitian ini adalah banyaknya kejadian tentang

    kurangnya perhatian terhadap kebersihan lingkungan di MIN Bogem ini

    menunjukkan bahwa kesadaran siswa terhadap kebersihan lingkungan

    sekolah masih rendah, selain itu peran guru sangat penting untuk lebih

    meningkatkan kesadaran siswa terhadap lingkungan. Metode yang digunakan

    dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif dengan jenis

    penelitian studi kasus. Hasil penelitian program Adiwiyata di MIN Bogem

    adalah adanya suatu potensi yaitu limbah di sekitar madrasah (di tempat

    pembuangan sampah madrasah). Dalam melaksanaan program Adiwiyata di

  • 14

    MIN Bogem yang dilakukan adalah perencanaan, sosialisasi, merancang

    program.14

    Perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian yang saya lakukan

    adalah penelitian ini meneliti tentang peningkatan kesadaran siswa terhadap

    lingkungan hidup melalui program Adiwiyata sedangkan penelitian saya

    tentang manajemen program Adiwiyata dalam membentuk karakter peduli

    lingkungan. Sedangkan persamaannya sama-sama meneliti tentang program

    Adiwiyata.

    2. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Siti Rohmaniyah, yang berjudul

    “Program Adiwiyata untuk Meningkatkan Perilaku Cinta Alam Siswa di SD

    Muhammadiyah Wirobrajan 3 Yogyakarta”, penelitian ini merupakan

    penelitian lapangan jenis kualitatif deskriptif. Hasil penelitian ini adalah: (a)

    program Adiwiyata ada 4 komponen, yaitu kebijakan berwawasan

    lingkungan yang meliputi visi, misi dan tujuan, pelaksanaan kurikulum

    berbasis lingkungan, kegiatan lingkungan yang berbasis partisipasif dari

    berbagai pihak, dan pengelolaan sarana dan prasarana pendukung ramah

    lingkungan, (b) penerapan program Adiwiyata di SD Muhamadiyah

    Wirobrajan 3 meliputi penerapan kurikulum berbasis lingkungan, penerapan

    melalui partisipasif warga sekolah, dan penerapan yang lain yaitu pengelolaan

    sarana dan prasarana yang mendukung lingkungan, (c) faktor pendukung dan

    penghambat dalam pelaksanaan program Adiwiyata di SD Muhamadiyah

    14 Vera Duwi Anggraini, Peningkatan Kesadaran Siswa terhadap Lingkungan Sekolah

    Melalui Program Adiwiyata di MIN Bogem Sampung Ponorogo, (Skripsi: IAIN Ponorogo, 2017).

  • 15

    Wirobrajan 3 Yogyakarta meliputi adanya dukungan dari seluruh warga

    sekolah (Kepala sekolah, tim Adiwiyata, pendidik, karyawan dan siswa),

    dukungan orang tua siswa, sarana dan prasarana, warga sekitar luar sekolah,

    lembaga-lembaga dan badan lingkungan hidup. Faktor penghambatnya yaitu

    peserta didik yang masih belum menyadari dan peduli terhadap lingkungan,

    keterbatasan waktu untuk melaksanakan program Adiwiyata, dan kurangnya

    kekompakan guru. Hasil yang sudah tercapai dari program Adiwiyata untuk

    meningkatkan perilaku cinta alam siswa di SD Muhamadiyah Wirobrajan 3

    Yogyakarta adalah siswa telah mampu menjaga kebersihan lingkungan

    sekolah dengan cara piket, semutlis (Sepuluh Menit lingkungan Sekolah),

    membuang sampah pada tempatnya dan memilah sampah 29 sesuai jenisnya,

    siswa mampu menanam, merawat dan melakukan pola hidup sehat.15

    Perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian yang saya lakukan

    adalah penelitian ini meneliti tentang program Adiwiyata untuk

    meningkatkan perilaku cinta alam siswa sedangkan penelitian saya tentang

    manajemen program Adiwiyata dalam membentuk karakter peduli

    lingkungan. Sedangkan persamaannya sama-sama meneliti tentang program

    Adiwiyata.

    15 Siti Rohmaniyah, Program Adiwiyata untuk Meningkatkan Perilaku Cinta Alam Siswa di

    SD Muhammadiyah Wirobrajan 3 Yogyakarta, (Skripsi: UIN Sunan Kalijaga, 2015).

  • 16

    B. Kajian Teori

    1. Manajemen Program Adiwiyata

    a. Definisi Manajemen

    Ensiklopedia bebas wikipedia menjelaskan bahwa istilah

    manajemen berasal dari kata dalam Bahasa Perancis kuno “management”,

    yang berarti "seni melaksanakan dan mengatur”. Menurut Ricky W.

    Griffin menjelaskan bahwa manajemen tidak lain adalah “satu proses

    perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pelaksanaan

    (actuating), pengoordinasian (coordinating), dan pengontrolan

    (controlling) sumber daya untuk mencapai sasaran (goal’s) secara efektif

    dan efisien”. Efektif berarti tujuan dapat dicapai sesuai dengan rencana

    yang telah ditetapkan, sedangkan efisien berarti tugas yang ada

    dilaksanakan secara benar, terorganisasi dengan baik, serta sesuai dengan

    jadwal yang telah ditentukan”.16

    Secara etimologis kata manajemen merupakan terjemahan dari

    management (Bahasa Inggris). Kata management sendiri berasal dari kata

    manage atau magiare yang berarti melatih kuda dalam melangkahkan

    kakinya. Dalam pengertian manajemen, terkandung dua kegiatan yaitu

    kegiatan berpikir dan kegiatan tingkah laku. Manajemen juga diartikan

    sebagai penggunaan efektif sumber-sumber tenaga manusia dan bukan

    16 Suparlan, Manajemen Berbasis Sekolah dari Teori sampai dengan Praktik, (Jakarta: PT

    Bumi Aksara, 2013), 41.

  • 17

    manusia serta bahan material lainnya dalam rangka mencapai tujuan yang

    telah ditentukan.17

    Istilah manajemen memiliki berbagai pengertian. Secara universal,

    manajemen adalah penggunaan sumber daya organisasi untuk mencapai

    sasaran dan kinerja yang tinggi dalam berbagai tipe organisasi profit

    ataupun nonprofit. Menurut George R. Terry mendefinisikan manajemen

    sebagai proses yang khas dan terdiri atas tindakan-tindakan, seperti

    perencanaan, pengorganisasian, pengaktifan, dan pengawasan yang

    dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran-sasaran yang telah

    ditetapkan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber

    lainnya. Sedangkan menurut Malayu S.P. Hasibuan mendefinisikan

    manajemen sebagai ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber

    daya manusia dan sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk

    mencapai tujuan tertentu.18

    Secara luas orang sudah banyak mengenal tentang istilah

    manajemen, hakikat manajemen secara relatif, yaitu bagaimana sebuah

    aktivitas bisa berjalan lebih teratur berdasarkan prosedur dan proses.

    Secara umum dikatakan bahwa manajemen merupakan proses yang khas

    yang terdiri dari tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian,

    penggerakan, pengawasan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan

    melalui pemanfaatan sumber daya manusia maupun sumber daya

    17 Eka Prihatin, Manajemen Peserta Didik, (Bandung: Alfabeta, 2014), 1. 18 Zainal Mukarom, Muhibudin wijaya laksana, Manajemen Public Relation, (Bandung:

    Pustaka Setia,2015), 104.

  • 18

    lainnya.19 Menurut Mary Parker Follet, manajemen adalah seni

    menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain.20

    Dari definisi di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa manajemen

    adalah dengan demikian manajemen diartikan suatu proses merencanakan,

    mengorganisir, menata staff, memimpin, memberikan motivasi,

    memberikan pengarahan, memfasilitasi, memberdayakan staff, dan

    mengawasi antar anggota organisasi dengan menggunakan seluruh sumber

    daya organisasi untuk mencapai tujuan yang efektif dan efisien.

    b. Fungsi Manajemen

    1) Perencanaan (Planning)

    Menurut George R. Terry perencanaan adalah suatu hal yang

    harus ada dalam setiap usaha untuk mengembangkan usaha atau

    lembaga tersebut. Perencanaan dianggap vital, maka harus dilakukan di

    awal. Perencanaan juga dapat dianggap sebagai kumpulan dari

    keputusan-keputusan, dimana keputusan-keputusan itu dianggap

    sebagai tindakan untuk mempersiapkan tindakan-tindakan di masa

    yang akan datang dengan jalan membuat keputusan sekarang. Ia juga

    menyatakan bahwa fungsi perencanaan meliputi menetapkan tujuan

    organisasi, menetapkan suatu strategi keseluruhan untuk mencapai

    19 Ety Rochaety, et. al. Sistem Informasi Manajemen Pendidikan, (Jakarta: PT Bumi Aksara,

    2010), 4. 20 Yosy Arisandy, et. al. Kurniawan, Sistem Informasi Manajemen, (Yogyakarta: Pustaka

    Pelajar, 2017), 96.

  • 19

    tujuan dan mengembangkan suatu hierarki rencana yang menyeluruh

    untuk memadukan dan mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan.21

    Menurut Goyal perencanaan adalah suatu proses untuk

    memikirkan sesuatu yang akan dikerjakan di masa yang akan datang.

    Fungsinya untuk menjembatani antara kondisi yang sebenarnya terjadi

    saat ini dengan kondisi yang diharapkan di masa yang akan datang.

    Karena perencanaan adalah suatu perumusan tindakan yang akan

    dilakukan di masa yang akan datang, sehingga harus mengandung

    aspek-aspek apa, bagaimana, mengapa, dimana, kapan dan siapa.22

    Sedangkan menurut Suharsimi, perencanaan adalah proses

    mempersiapkan serangkaian pengambilan keputusan untuk

    dilakukannya tindakan dalam mencapai tujuan-tujuan organisasi

    dengan atau tanpa menggunakan sumber-sumber yang ada. Aspek-

    aspek perencanaan meliputi apa yang akan dilakukan, siapa yang harus

    melakukan, kapan dilakukan, dimana dilakukan, bagaimana

    melakukan, dan apa saja yang perlu dilakukan agar tercapai tujuannya

    secara maksimal.23

    Selain itu Hasibuan juga menjelaskan bahwa hubungan

    perencanaan dengan perencana adalah perencana memproses

    perencanaan, dan hasilnya adalah rencana. Perencanaan adalah proses

    21 Syamsuddin. Penerapan Fungsi-Fungsi Manajemen dalam Meningkatkan Mutu

    Pendidikan, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan UIN Alauddin Makasar (VOL 1, NO. 1 Juni

    2017), 67. 22 Eva Andayani, Modul 1 Konsep dan Kerangka Dasar Sistem Informasi Manajemen, 1.6. 23 Suharsimi Arikunto, & Lia Yuliana, Manajemen Pendidikan (Yogyakarta: Aditya Media,

    2012), 8.

  • 20

    untuk menentukan rencana. Dalam suatu perencanaan juga ditentukan

    tujuan dan pedoman untuk mencapai tujuan itu.24

    Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa fungsi

    perencanaan adalah aktifitas atau kegiatan yang berupa proses

    penentuan program kerja, tujuan, pembagian tugas dan wewenang,

    serta strategi untuk pencapaian tujuan. Disinilah peran stakeholder

    sekolah sebagai penggerak dan penyelenggara manajemen sangat

    dibutuhkan. Dalam penelitian ini teori manajemen perencanaan dipakai

    untuk mengetahui bagaimana manajemen perencanaan program

    Adiwiyata di sekolah.

    2) Pengorganisasian (Organizing)

    Menurut Hasibuan pengorganisasian adalah suatu proses

    penentuan, pengelompokan, dan pengaturan bermacam-macam

    aktivitas yang diperlukan untuk mencapai tujuan. Menempatkan orang-

    orang di dalamnya pada setiap kegiatan, menyediakan peralatan yang

    diperlukan, menetapkan tugas atau wewenang yang diberikan kepada

    setiap individu di dalamnya sehingga mereka dapat bekerja sama secara

    efisien untuk mencapai tujuan atau sasaran tertentu.25

    Sedangkan menurut George R. Terry pengorganisasian mencakup

    pembagian komponen kegiatan yang dibutuhkan untuk mencapai

    24 Syamsuddin. Penerapan Fungsi-Fungsi Manajemen dalam Meningkatkan Mutu

    Pendidikan, 67. 25 Ibid., 68.

  • 21

    tujuan, dan pengelompokan tugas serta wewenang. Di mana kegiatan

    pengorganisasian ini sangat erat kaitannya dengan manusia.26

    Jadi yang dimaksud pengorganisasian adalah tindakan

    mengusahakan hubungan yang efektif antara orang-orang, sehingga

    mereka dapat bekerjasama secara efisien dan memperoleh kepuasan

    pribadi dalam hal melaksanakan tugas-tugas tertentu dalam kondisi

    lingkungan tertentu guna mencapai tujuan atau sasaran tertentu. Dalam

    penelitian ini teori manajemen pengorganisasian di pakai untuk

    mengetahui bagaimana pengorganisasian program Adiwiyata di

    sekolah.

    3) Pelaksanaan (Actuating)

    Rangkaian tindakan atau program kerja yang telah ditentukan

    pada tahap perencanaan kemudian diimplementasikan dalam kegiatan

    pelaksanaan. Menggerakkan adalah sama artinya dengan pelaksanaan.

    Pelaksanaan adalah proses dilakukan dan digerakkannya perencanaan.

    Fungsi pelaksanaan merupakan proses manajemen untuk

    merealisasikan hal-hal yang telah disusun dalam fungsi perencanaan.

    Menurut George R. Terry actuating adalah usaha untuk

    menggerakkan anggota-anggota kelompok dengan sedemikian rupa

    hingga mereka berkeinginan dan berusaha untuk mencapai sasaran-

    sasaran yang telah ditetapkan. Dalam suatu lembaga, kalau hanya ada

    26 Imam Machali dan Ara Hidayat, The Handbook of Educational Management Teori dan

    Praktik Pengelolaan Sekolah/Madrasah di Indonesia, 21.

  • 22

    perencanaan atau organisasi saja tidak cukup. Untuk itu dibutuhkan

    tindakan atau actuating yang konkrit yang dapat menimbulkan action.

    Dalam pelaksanaan para pengelola harus menunjukkan melalui

    tindakan dan keputusan-keputusan mereka bahwa mereka mempunyai

    perhatian yang dalam untuk anggota-anggota organisasi mereka. Pada

    dasarnya actuating dimulai dari dalam diri pribadi masing-masing.

    Pengelola harus dimotivasi secara pribadi untuk mencapai kemajuan

    dan untuk bekerjasama secara harmonis dan terarah dengan pihak lain.

    Dalam pelaksanaan harus bersikap obyektif dalam penentuan dan

    penggunaannya. Actuating berhubungan erat dengan sumber daya

    manusia yang pada akhirnya merupakan pusat aktivitas-aktivitas

    jalannya manajemen.27

    Sedangkan menurut Sondang, penggerakan adalah seluruh usaha,

    teknik, cara yang dilakukan untuk mendorong para anggota organisasi

    agar dapat bekerja dengan sebaik mungkin untuk mencapai tujuan

    organisasi secara efektif, efisien dan ekonomis.28

    Dalam penggerakan (actuating) ini Kepala Sekolah menggerakan

    organisasi agar dapat berjalan sesuai dengan pembagian kerja masing-

    masing serta menggerakan seluruh sumber daya yang ada dalam

    organisasi agar pekerjaan atau kegiatan dalam pelaksanaan program

    27 Ibid. 28 Kompri, Manajemen Pendidikan (Bandung: Alfabeta, 2015), 41.

  • 23

    Adiwiyata yang dilakukan bisa berjalan sesuai rencana dan bisa

    mencapai tujuan.

    4) Pengawasan (Controlling)

    Menurut George R. Terry fungsi terakhir yang dijalankan oleh

    para manajer adalah controlling. Setelah tujuan-tujuan ditetapkan,

    rencana-rencana dirumuskan, pengaturan struktural digambarkan, dan

    orang-orang dipekerjakan, dilatih, dan dimotivasi masih ada

    kemungkinan bahwa ada sesuatu yang keliru.

    Untuk memastikan bahwa semua urusan berjalan seperti

    seharusnya, manajemen harus memantau kinerja organisasi. Kinerja

    yang sebenarnya harus dibandingkan dengan tujuan-tujuan yang

    ditetapkan sebelumnya. Jika terdapat penyimpangan yang cukup

    berarti, tugas manajemen untuk mengembalikan organisasi itu pada

    jalurnya. Pemantauan, pembandingan, dan kemungkinan mengoreksi

    inilah yang diartikan dengan fungsi controlling/ pengawasan.

    Sedangkan Manulang, menyatakan bahwa pengawasan adalah

    suatu proses untuk menetapkan pekerjaan apa yang sudah dilakukan,

    menilainya, mengoreksi, apabila perlu dengan maksud agar

    pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan rencana semula. Oleh Handoko

    juga dijelaskan bahwa pengawasan adalah suatu proses untuk menjamin

  • 24

    bahwa tujuan organisasi tercapai atau tidak. Dalam proses evaluasi akan

    ada hasil yang diperoleh serta juga ditentukan tindak lanjutnya.29

    Menurut Cronbach controlling adalah upaya menyediakan

    informasi untuk disampaikan kepada pengambil kebijakan atau

    pimpinan. Menurutnya untuk memantau pelaksanaan kegiatan dengan

    memperhatikan tujuan dan pencapaian target kegiatan, apakah sudah

    sesuai dengan perencanaan yang telah ditetapkan di awal. Selain itu

    evaluasi juga digunakan untuk melihat kekurangan dan kelemahan

    program yang telah dilaksanakan guna untuk perbaikan dan

    penyempurnaan dalam kegiatan selanjutnya.30

    Dapat disimpulkan bahwasannnya pengawasan dipakai untuk

    mengetahui apakah pelaksanaan program Adiwiyata di sekolah sudah

    sesuai dengan perencanaan sehingga tujuan dari penerapan program

    akan tercapai.

    c. Definisi Program Adiwiyata

    Secara etimologi Adiwiyata berasal dari kata sansekerta yaitu “Adi”

    bermakna besar, agung, sempurna. “Wiyata” bermakna tempat dimana

    seseorang mendapat ilmu pengetahuan. Jadi, Adiwiyata mempunyai

    pengertian tempat yang sempurna atau baik dan ideal dimana dapat

    diperoleh segala ilmu pengetahuan dan berbagai norma serta etika yang

    dapat menjadi dasar manusia menuju terciptanya kesejahteraan hidup kita

    29 Syamsuddin. Penerapan Fungsi-Fungsi Manajemen dalam Meningkatkan Mutu

    Pendidikan, 67. 30 Rusdiana, Manajemen Evaluasi Program Pendidikan Konsep, Prinsip dan Aplikasinya di

    Sekolah/Madrasah (Bandung: CV Pustaka Setia, 2017), 25.

  • 25

    dan menuju cita-cita pembangunan berkelanjutan. Adiwiyata dicanangkan

    untuk mendorong dan membentuk sekolah-sekolah di Indonesia agar dapat

    turut melaksanakan upaya pemerintah menuju pelestarian lingkungan dan

    pembangunan berkelanjutan bagi kepentingan generasi sekarang maupun

    yang akan datang.31

    Program Adiwiyata merupakan langkah nyata sebagai kerja sama

    Kementerian Lingkungan Hidup dan Kementerian Pendidikan dan

    Kebudayaan untuk menciptakan pembangunan berwawasan lingkungan

    hidup. Adiwiyata mempunyai pengertian sebagai tempat yang baik dan

    ideal dimana dapat diperoleh segala ilmu pengetahuan dan berbagai norma

    serta etika yang dapat menjadi dasar manusia menuju terciptanya

    kesejahteraan hidup kita dan cita-cita pembangunan berkelanjutan.32

    Tujuan program Adiwiyata adalah mewujudkan warga sekolah yang

    bertanggung jawab dalam upaya perlindungan dan pengelolaan

    lingkungan hidup melalui tata kelola sekolah yang baik untuk mendukung

    pembangunan berkelanjutan.33

    Program sekolah Adiwiyata memiliki peran strategis dalam

    peningkatan kepedulian terhadap lingkungan hidup. Dengan tujuan dan

    peran tersebut, kontribusi program Adiwiyata terhadap pembentukan

    karakter peduli lingkungan sangat mungkin terwujud. Program sekolah

    31 E- Journal: Tri Rismawati, Efektifitas Program Adiwiyata Sebagai Upaya Penanaman

    Rasa Cinta Lingkungan di SMP Negeri 3 Malang, (Malang: Universitas Negeri Malang, 2013), 15. 32 Tim Adiwiyata Tingkat Nasional, Panduan Adiwiyata Sekolah Peduli dan Berbudaya

    Lingkungan (Jakarta: Kementerian Lingkungan Hidup dan Kementerian Pendidikan dan

    Kebudayaan, 2012), 3. 33 Ibid.,3.

  • 26

    Adiwiyata memiliki empat aspek di dalam pelaksanaannya, antara lain

    adalah aspek kebijakan berwawasan lingkungan, aspek kurikulum sekolah

    berbasis lingkungan, aspek kegiatan berbasis partisipatif dan yang terakhir

    adalah aspek pengelolaan sarana pendukung ramah lingkungan. Aspek-

    aspek tersebut berperan dalam mengkondisikan lingkungan sekolah untuk

    membiasakan perilaku peduli lingkungan siswa dan warga sekolah

    lainnya.34

    Dalam kamus bahasa Indonesia, karakter diartikan sebagai sifat-sifat

    kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang

    lain; tabiat, watak. Sedangkan pendidikan karakter adalah perihal menjadi

    sekolah karakter, dimana sekolah adalah tempat terbaik untuk

    menanamkan karakter.35

    Menurut Iswari dan Utomo program Adiwiyata adalah program yang

    kompeherensif melibatkan semua stakeholders baik di sekolah dan

    masyarakat untuk membantu meningkatkan kepedulian lingkungan,

    khususnya para siswa.36

    Tujuan dari program Adiwiyata adalah mewujudkan warga sekolah

    yang bertanggung jawab dalam upaya perlindungan dan pengelolaan

    lingkungan hidup melalui tata kelola sekolah yang baik untuk mendukung

    34 Mohammad Dendy Fathurahman Bahrudin, “Pelaksanaan Program Adiwiyata Dalam

    Mendukung Pembentukan Karakter Peduli Lingkungan di SMA Negeri 4 Pandeglang,” Jurnal

    Pendidikan Geografi, 1 (April, 2017), 30. 35 Retno Listyarti, Pendidikan Karakter dalam Metode Aktif, Kreatif & Inovatif, (Jakarta:

    Erlangga, 2012), 8. 36 Rizky Dewi Iswari, “Evaluasi Penerapan Program Adiwiyata Untuk Membentuk Perilaku

    Peduli Lingkungan di Kalangan Siswa, 36.

  • 27

    pembangunan berkelanjutan. Keuntungan dalam mengimplementasikan

    program Adiwiyata bagi sekolah adalah sekolah dapat menciptakan tempat

    pembelajaran tentang nilai-nilai pemeliharaan lingkungan dan pengelolaan

    lingkungan hidup dengan upaya meningkatakan upaya perlindungan dan

    pengelolaan lingkungan melalui kegiatan pengendalian pengendalian

    pencemaran, pengendalian kerusakan dan pelestarian fungsi lingkungan

    hidup sehingga tercipta kondisi belajar-mengajar yang lebih kondusif

    untuk siswa.37

    d. Faktor Pendukung dan Penghambat Pelaksanaan Program Adiwiyata

    Faktor pendukung adalah faktor yang mendorong agar suatu hal

    berjalan sesuai dengan harapan. Dalam hal ini faktor yang mendukung

    pelaksanaan program Adiwiyata di sekolah antara lain kebijakan dari

    pemerintah, kondisi lingkungan sekitar, partisipasi dan dukungan warga

    sekolah, kemampuan guru, anggaran sekolah yang memadai, dan berbagai

    jenis kegiatan yang dilakukan.

    Sedangkan faktor penghambat adalah faktor yang menyebabkan

    pelaksanaan dari suatu program tidak berjalan secara maksimal. Dala hal

    ini faktor penghambat pelaksanaan antara lain masih adanya kekurangan

    dalam kepedulian dan partisipasi warga sekolah, kurangnya kemampuan

    guru karena beberapa guru masih ada yang terkendala dalam hal

    menyediakan media pembelajaran yang kreatif dan menyusun rencana

    37 Kementerian Lingkungan Hidup dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. “

    Panduan Adiwiyata: Sekolah Peduli dan Berbudaya Lingkungan” 61.

  • 28

    pelaksanaan pembelajaran (RPP) berbasis lingkungan hidup dan kondisi

    lingkungan sekitar yang masih kurang mendukung seperti masih terdapat

    kebisingan di area sekolah dikarenakan letak sekolah berdekatan jalan raya

    sehingga proses pembelajaran dapat terganggu.38

    e. Dampak Program Adiwiyata

    Dampak menurut Otto adalah suatu perubahan yang terjadi akibat

    suatu aktivitas. Aktivitas ini dapat bersifat alamiah baik kimia, fisik

    maupun biologi dan aktifitas dapat juga dilakukan oleh manusia.

    Sedangkan menurut J.e. Hosio dampak adalh sutau perubahan yang nyata

    akibat dari keluaramya suatu kebijakan terhadap sikap dan tingkah laku

    serta dapat juga pada lingkungan sekitar.39

    Sehingga dapat disimpulkan bahwa dampak adalah suatu perubahan

    yang terjadi sebagai akibat dari suatu aktivitas atau tindakan yang

    dilakukan atau kebijakan yang telah ditetapkan sebagai konsekuensi

    terhadap sikap, tingkah laku seseorang ataupun lingkungan sekitar.

    Dampak terdiri dari dua macam, yaitu dampak positif dan dampak

    negatif. Dampak positif adalah suatu konsekuensi atau membawa

    pengaruh yang baik atau menguntungkan. Sedangkan dampak negative

    38 Indah Kusuma Pardji, JGG- Jurnal Green Growth dan Manajemen Lingkungan,

    Implementasi Program Sekolah Adiwiyata dalam Peningkatan Mutu Pendidikan di SDN 3 Tanah

    Tinggi Kota Tangerang, Vol.7 No. 2 Desember 2018, 131. 39 Risky Dewi Iswari, “Evaluasi Penerapan Program Adiwiyata untuk Membentuk Perilaku

    Peduli Lingkungan di Kalangan Siswa SMA N 9 Tangerang”, Jurnal Lingkungan Hidup (Volume

    15 Issue 1 (2017)), 36.

  • 29

    adalah suatu konsekuensi yang harus ditanggung atau yang membawa

    pengaruh buruk bagi seseorang atau lingkungan sekitar.40

    Keuntungan program Adiwiyata terhadap sekolah:

    1) Mendukung pencapaian standar kompetensi/ kompetensi dasar dan

    standar kompetensi lulusan (SKL) pendidikan dasar dan menengah.

    2) Meningkatkan efesiensi penggunaan dana operasional sekolah

    melalui penghematan dan pengurangan konsumsi dari berbagai

    sumber daya dan energi.

    3) Menciptakan kebersamaan warga sekolah dan kondisi belajar

    mengajar yang lebih nyaman dan kondusif.

    4) Menjadi tempat pembelajaran tentang nilai-nilai pemeliharaan dan

    pengelolaan lingkungan hidup yang baik dan benar bagi warga

    sekolah dan masyarakat sekitar.

    5) Meningkatkan upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan

    hidup melalui kegiatan pengendalian pencemaran, pengendalian

    kerusakan dan pelestarian fungsi lingkungan di sekolah.41

    40 Ibid. 41 Tim Adiwiyata Tingkat Nasional, Panduan Adiwiyata Sekolah Peduli dan Berbudaya

    Lingkungan (Jakarta: Kementerian Lingkungan Hidup dan Kementerian Pendidikan dan

    Kebudayaan, 2012), 4.

  • 30

    2. Karakter Peduli Lingkungan

    a. Karakter

    1) Pengertian Karakter

    Dalam kamus bahasa Indonesia, karakter diartikan sebagai sifat-

    sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang

    dari yang lain tabiat, watak. Sedangkan pendidikan karakter adalah

    perihal menjadi sekolah karakter, dimana sekolah adalah tempat terbaik

    untuk menanamkan karakter.42

    Secara etimologis, kata karakter (Inggris: character) berasal dari

    bahasa Yunani, eharassein yang berarti “to engrave”. Kata “to

    engrave” itu sendiri dapat diterjemahkan menjadi mengukir, melukis,

    memahatkan, atau menggoreskan. Arti ini sama dengan istilah

    “karakter” dalam bahasa Inggris (character) yang juga berarti

    mengukir, melukis, memahatkan, atau menggoreskan.

    Berbeda dalam bahasa Inggris, dalam bahasa Indonesia

    “karakter” diartikan sebagai tabiat, sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau

    budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain. Arti

    karakter secara kebahasaan yang lain adalah huruf, angka, ruang atau

    simbol khusus yang dapat dimunculkan pada layar dengan papan ketik.

    Artinya, orang yang berkarakter adalah orang yang berkepribadian,

    berperilaku, bersifat, bertabiat, atau berwatak tertentu, dan watak

    tersebut yang membedakan dirinya dengan orang lain.

    42 Retno Listyarti, Pendidikan Karakter dalam Metode Aktif, Kreatif & Inovatif, 8.

  • 31

    Menurut Fuad Wahab yang dikutip oleh Hamdani Hamid dan

    Beni Ahmad Saebani, istilah karakter sama dengan istilah akhlak dalam

    pandangan Islam. Dalam berbagai kamus, karakter (character) dalam

    bahasa Arab diartikan khuluq, sajiyyah, thab’u, yang dalam bahasa

    Indonesia diterjemahkan dengan syakhshiyyah atau personality, artinya

    kepribadian.43

    Karakter dimaknai sebagai cara berpikir dan berperilaku yang

    khas tiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkup

    keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara. Individu yang berkarakter

    baik adalah individu yang dapat membuat keputusan dan siap

    mempertanggungjawabkan setiap akibat dari keputusannya.44

    Istilah karakter dihubungkan dan dipertukarkan dengan istilah

    etika, ahlak, atau nilai, dan berkaitan dengan kekuatan moral,

    berkonotasi “positif” bukan netral. Adapun karakter menurut Kamus

    Besar Bahasa Indonesia merupakan sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau

    budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain. Dengan

    demikian, karakter adalah nilai-nilai yang unik-baik yang terpateri

    dalam diri dan terejawantahkan dalam perilaku.45

    43 Hamdani Hamid & Beni Ahmad Saebani, Pendidikan Karakter Perspektif Islam,

    (Bandung: Pustaka Setia, 2013) 30. 44 Muchlas Samani & Hariyanto, Konsep dan Model Pendidikan Karakter, (Bandung: PT

    Remaja Rosdakarya, 2012), 41. 45 Ibid., 42.

  • 32

    Dalam pandangan agama (Islam), karakter semakna artinya

    dengan akhlak yang berasal dari bentuk jamak ‘Khuluk’ yang berarti

    budi pekerti, perangai, tabiat, atau tingkah laku.46

    Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan karakter

    adalah suatu bentuk tindakan spontan dari dalam diri seseorang yang

    mana merupakan hasil penanaman nilai sebagai pedoman untuk

    bertindak, sehingga seseorang dapat membedakan mana yang baik dan

    mana yang buruk.

    2) Nilai-Nilai Karakter

    Nilai adalah hal positif atau negatif yang dipertimbangkan oleh

    seseorang sehingga menjadi pilihan yang kemudian diaplikasikan

    dalam kehidupan. Proses internalisasi nilai-nilai karakter dapat dipakai

    kerangka konsep dari Krathwohl sebagai acuan langkah-langkah

    internalisasi nilai-nilai karakter sebagai berikut:

    Pertama, menerima (receiving) adalah kesediaan untuk

    mendengarkan dengan sungguh-sungguh terhadap bahan yang

    disampaikan pada saat proses pembelajaran berlangsung. Kedua,

    memberikan jawaban (responding), merupakan tahap sudah mulai

    bersedia menerima dan menanggapi secara aktif terhadap stimulus

    dalam bentuk respon yang nyata. Ketiga, memberi nilai (valuing), pada

    langkah ini sudah mulai ditanamkan pengertian dan kecintaan terhadap

    46 Ridhahani, Pengembangan Nilai-Nilai Karakter Berbasis Al-Qur’an, (Yogyakarta:

    Aswaja Pressindo, 2011), 69.

  • 33

    tata nilai tertentu (akidah dan akhlak), sehingga akan memiliki latar

    belakang teoritis tentang sistem nilai yang berlaku, maupun memberi

    argumentasi secara rasional dan selanjutnya dapat berkomitmen

    terhadap pilihan nilai tertentu. Keempat, organisasi nilai (organization),

    pada langkah ini dilatih untuk mengatur sistem kepribadiannya yang

    sesuai dengan sistem nilai yang berlaku secara normatif. Kelima,

    karakterisasi nilai (characterization), langkah ini merupakan tingkatan

    paling tinggi, dimana nilai-nilai sudah mulai terintenalisasi dalam diri

    secara matang, sehingga nilai-nilai itu sudah menjadi suatu keyakinan

    yang dijadikan sebagai watak atau karakter.47

    Kemendiknas mengemukakan 18 nilai karakter yaitu sebagai

    berikut:

    a) Religius, yakni ketaatan dan kepatuhan dalam memahami dan

    melaksanakan ajaran agama (aliran kepercayaan) yang dianut,

    termasuk dalam hal ini adalah sikap toleran terhadap pelaksanaan

    ibadah agama (aliran kepercayaan) lain, serta hidup rukun dan

    berdampingan.

    b) Jujur, yakni sikap dan perilaku yang mencerminkan kesatuan antara

    pengetahuan, perkataan dan perbuatan (mengetahui yang benar,

    mengatakan yang benar dan melakukan yang benar), sehingga

    menjadikan orang yang bersangkutan sebagai pribadi yang dapat

    dipercaya.

    47 Ibid., 71.

  • 34

    c) Toleransi, yakni sikap dan perilaku yang mencerminkan

    penghargaan terhadap perbedaan agama, aliran kepercayaan, suku,

    adat, bahasa, ras, etnis, pendapat, dan hal-hal lain yang berbeda

    dengan dirinya secara sadar dan terbuka, serta dapat hidup di tengah

    perbedaan tersebut.

    d) Disiplin, yakni kebiasaan dan tindakan yang konsisten terhadap

    segala bentuk peraturan atau tata tertib yang berlaku.

    e) Kerja keras, yakni perilaku yang menunjukkan upaya secara

    sungguh-sungguh (berjuang hingga titik darah penghabisan) dalam

    menyelesaikan berbagai tugas, permasalahan, pekerjaan, dan lain-

    lain dengan sebaik-baiknya.

    f) Kreatif, yakni sikap dan perilaku yang mencerminkan inovasi dalam

    berbagai segi dalam memecahkan masalah, sehingga selalu

    menemukan cara-cara baru, bahkan hasil-hasil baru yang lebih baik

    dari sebelumnya.

    g) Mandiri, yakni sikap dan perilaku yang tidak tergantung pada orang

    lain dalam menyelesaikan berbagai tugas maupun persoalan. Namun

    hal ini bukan berarti tidak boleh kerja sama secara kolaboratif,

    melainakan tidak boleh melemparkan tugas dan tanggung jawab

    kepada orang lain.

    h) Demokratis, yakni sikap dan cara berpikir yang mencerminkan

    persamaan hak dan kewajiban secara adil dan merata antara dirinya

    dengan orang lain.

  • 35

    i) Rasa ingin tahu, yakni cara berpikir, sikap dan perilaku yang

    mencerminkan penasaran dan keingintahuan terhadap segala hal

    yang dilihat, didengar dan dipelajari secara lebih mendalam.

    j) Semangat kebangsaan dan nasionalisme, yakni sikap dan tindakan

    yang menempatkan kepentingan kepentingan bangsa dan negara di

    atas kepentingan pribadi atau individu dan golongan.

    k) Cinta tanah air, yakni sikap dan perilaku yang mencerminkan rasa

    bangga, setia, peduli dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa,

    budaya, ekonomi, politik dan sebagainya, sehingga tidak mudah

    menerima tawaran bangsa lain yang dapat merugikan bangsa sendiri.

    l) Menghargai prestasi, yakni sikap terbuka terhadap prestasi orang

    lain dan mengakui kekurangan dan sendiri tanpa mengurangi

    semangat berprestasi yang lebih tinggi.

    m) Komunikatif, senang bersahabat atau proaktif, yakni sikap dan

    tindakan terbuka terhadap orang lain melalui komunikasi yang

    santun sehingga tercipta kerja sama secara kolaboratif dengan baik.

    n) Cinta damai, yakni sikap dan perilaku yang mencerminkan suasana

    damai, aman, tenang dan nyaman atas kehadiran dirinya dalam

    komunitas atau masyarakat tertentu.

    o) Gemar membaca, yakni kebiasaan dengan tanpa paksaan untuk

    menyediakan waktu secara khusus guna membaca berbagai

    informasi, baik buku, jurnal, majalah, koran, dan sebagainya,

    sehingga menimbulkan kebijakan bagi dirinya.

  • 36

    p) Peduli lingkungan, yakni sikap dan tindakan yang selalu berupaya

    menjaga dan melestarikan lingkungan sekitar.

    q) Peduli sosial, yakni sikap dan perbuatan yang mencerminkan

    kepedulian terhadap orang lain maupun masyarakat yang

    membutuhkannya.

    r) Tanggung jawab, yakni sikap dan perilaku seseorang dalam

    melaksanakan tugas dan kewajibannya, baik yang berkaitan dengan

    diri sendiri, sosial, masyarakat, bangsa, negara maupum agama.48

    b. Peduli Lingkungan

    Secara ekologis, manusia pada hakikatnya merupakan makhluk

    lingkungan (homo ekologis), artinya dalam melaksanakan fungsi dan

    posisinya sebagai salah satu sub dari ekosistem, manusia adalah makhluk

    yang memiliki kecenderungan untuk selalu mencoba dan mengerti akan

    lingkungannya.49

    Menurut Soeryani, pendidikan lingkungan hidup adalah pengajaran

    serta penyebarluasan filsafat dan dasar-dasar pemahaman tentang

    lingkungan hidup. Hal ini berarti bahwa pendidikan lingkungan akan

    menjadikan peserta didik mempunyai kepedulian terhadap lingkungan.

    Filsafat itu sendiri adalah kecintaan terhadap kearifan, sehingga

    pengajaran tentang filsafat berarti mendorong diri kita guna memperoleh

    kearifan itu untuk berperilaku sebaik mungkin dalam hidup ini. Filasafat

    48 Suyadi, Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya,

    2013), 8. 49 H. Mahmud, Pendidikan Lingkungan Sosial dan Budaya, (Bandung: Remaja Rosdakarya,

    2015), 73.

  • 37

    lingkungan hidup adalah kecintaan terhadap kearifan sikap dan perilaku

    kita. Jadi filsafat lingkungan hidup merupakan pencarian untuk

    mendapatkan kearifan guna menata sikap dan perilaku seserasi mungkin

    dalam lingkungan di mana kita berada.50

    50 Luh Galuh, Pengertian Peduli Lingkungan, Jurnal Lingkungan Hidup, 2015,

    http://pedulilingkunganpeduli.blogspot.co.id/, Diakses: 05 Desember 2019.

  • 38

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

    Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif

    adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata

    tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati bertujuan

    menggambarkan secara sistematis mengenai fakta-fakta yang ditemukan di

    lapangan, bersifat verbal, kalimat-kalimat, fenomena-fenomena, dan tidak

    berupa angka-angka.51 Jenis penelitian yang peneliti lakukan adalah studi kasus

    yang dapat juga dianggap sebagai pendekatam luas dalam penelitian kualitatif.

    Ide pentingnya adalah bahwa peneliti berangkat ke lapangan untuk mengadakan

    pengamatan tentang suatu fenomena dalam suatu keadaan alamiah. Dalam hal

    demikian, maka pendekatan ini terkait erat dengan pengamatan peran serta

    peneliti di lapangan biasanya membuat catatan secara ekstensif yang kemudian

    dibuatkan kodenya dan dianalisis dalam berbagai cara.52 Studi kasus

    memusatkan perhatian pada suatu kasus secara intensif dan mendetail. Subjek

    yang diselidiki terdiri dari satu unit (kesatuan unit) yang dipandang sebagai

    kasus.53

    51Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT: Remaja Rosda Karya,

    2014, 2). 52 Ibid., 26. 53 Subana, Dasar-Dasar Penelitian Ilmiah Cet 3 (Bandung: Pustaka Setia, 2009), 30.

  • 39

    B. Kehadiran Peneliti

    Kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif cukup rumit. Ia sekaligus

    merupakan perencana, pelaksana pengumpulan data, analisis, penafsir data, dan

    pada akhirnya ia menjadi pelapor hasil penelitiannya. Peneliti bertindak sebagai

    instrumen sekaligus pengumpul data. Selanjutnya peneliti juga dibantu dengan

    pedoman wawancara, pedoman observasi dan lain sebagainya. Pengertian

    instrumen di sini tepat karena ia menjadi segalanya dari keseluruhan proses

    penelitian.54

    C. Lokasi Penelitian

    Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 1

    Jenangan Ponorogo yang beralamat di Jl. Niken Gandini No.98, Plampitan,

    Setono Jenangan Ponorogo. Peneliti memilih tempat di SMK Negeri 1 Jenangan

    Ponorogo, dengan beberapa pertimbangan yang pertama yaitu SMK Negeri 1

    Jenangan Ponorogo merupakan salah satu sekolah menengah kejuruan negeri

    yang sudah menjadi sekolah Adiwiyata sehingga sesuai dengan judul penelitian

    yang akan peneliti lakukan. Selain itu dalam pelaksanaannya SMK Negeri 1

    Jenangan Ponorogo juga sudah menerapkan IS0 9001:2015 dalam rangka

    penguatan mutu lingkungan pendidikan.55

    54 Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, 168. 55 Wawancara dengan Bapak Sujono selaku Kepala Skolah di SMKN 1 Jenangan Ponorogo

    pada tanggal 18 November 2019.

  • 40

    D. Sumber Data

    Menurut Arikunto yang dimaksud dengan sumber data dalam penelitian

    adalah subjek darimana data dapat diperoleh.56 Dalam hal ini, sumber data dalam

    penelitian ini berupa manusia dan non manusia. Sumber data dalam penelitian

    ini dibagi menjadi 2 (dua), yaitu data primer dan data sekunder.

    Data primer adalah data yang langsung dikumpulkan oleh peneliti dari

    sumber pertamanya.57 Menurut Jusuf Soewandi data primer adalah data yang

    diperoleh peneliti langsung dari objek yang diteliti.58 Sumber data primer

    merupakan sumber informasi yang mempunyai wewenang dan tanggung jawab

    terhadap pengumpulan ataupun penyimpanan data atau disebut juga sumber

    data/informasi tangan pertama.59 Adapun sumber data primer dalam penelitian

    ini adalah Bu Siti Roudlotul Jannah S.T sebagai ketua tim Adiwiyata SMK

    Negeri 1 Jenangan Ponorogo. Selain itu, sumber data lainnya adalah kepala

    sekolah yaitu Bapak Sujono M.Pd, Bu Maylina Wulandari S.Pd sebagai tenaga

    pengajar, Bu Trias Noor Kartikasari S.Pd sebagai staf administrasi kurikulum,

    dan Muhammad Hafidz N sebagai ketua osis SMK Negeri 1 Jenangan Ponorogo.

    Data primer yang dibutuhkan pada penelitian ini berkenaan dengan “Manajemen

    Program Adiwiyata dalam Membentuk Karakter Peduli Lingkungan di SMK

    Negeri 1 Jenangan Ponorogo” mulai dari perencanaan, pelaksanaan, faktor

    56 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: PT Rineka

    Cipta, 2002), 107. 57 Zainal Arifin, Penelitian Pendidikan: Metode dan Paradigma Baru (Bandung: Remaja

    Rodakarya, 2012), 162. 58 Jusuf Soewandi, Pengantar Metodologi Penelitian (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2012),

    147. 59 Muhammad Ali, Penelitian Kependidikan: Prosedur dan strategi (Bandung: Angkasa,

    1987), 42.

  • 41

    pendukung dan penghambat program Adiwiyata dan juga dampak adanya

    program Adiwiyata.

    Sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dari dokumen atau

    publikasi yang sudah dalam bentuk jadi.60 Sumber data sekunder dalam

    penelitian ini berkaitan dengan literatur dan dokumen-dokumen seperti dokumen

    sejarah berdirinya SMK Negeri 1 Jenangan Ponorogo, Visi Misi dan Tujuan

    SMK Negeri 1 Jenangan Ponorogo, Struktur Organisasi SMK Negeri 1 Jenangan

    Ponorogo, Keadaan Guru dan Siswa di SMK Negeri 1 Jenangan Ponorogo, serta

    Sarana dan Prasarana di SMK Negeri 1 Jenangan Ponorogo.

    E. Teknik Pengumpulan Data

    Pada tahap pengumpulan data secara teknis sudah dirancang oleh peneliti

    berdasarkan hasil prasurvei.61 Umumnya, setiap metode pengambilan data

    memiliki panduan pelaksanaan dan peneliti dituntut memahaminya sejak awal.62

    Berikut teknik pengumpulan data dalam penelitian ini:

    1. Observasi

    Observasi ialah metode pengumpulan data secara sistematis melalui

    pengamatan dan pencatatan terhadap fenomena yang diteliti. Dalam artian

    luas observasi berarti pengamatan yang dilaksanakan secara tidak langsung

    dengan menggunakan alat-alat bantu yang sudah dipersiapkan sebelumnya.

    Dalam arti sempit observasi berarti pengamatan secara langsung terhadap

    60 Jusuf Soewandi, Pengantar Metodologi Penelitian, 147. 61 Zainal Arifin, Penelitian Pendidikan: Metode dan Paradigma Baru, 162. 62 Hendrik Rawambaku, Metodologi Penelitian Pendidikan : Dasar-dasar analisis

    danPengolahan Data Statistik (Jakarta: Libri, 2015), 60.

  • 42

    fenomena yang diselidiki baik dalam kondisi normal maupun dalam kondisi

    buatan. Metode ini baik secara langsung maupun tidak langsung menuntut

    adanya pengamatan bagi peneliti terhadap objek penelitiannya.63 Dengan kata

    lain observasi merupakan suatu metode pengumpulan data dengan cara

    mendatangi lokasi penelitian untuk mengamati secara langsung situasi,

    kondisi, serta hal yang berkaitan langsung dengan objek penelitian. Metode

    Observasi ini digunakan untuk mengetahui secara langsung kondisi nyata

    SMK Negeri 1 Jenangan Ponorogo, dalam hal ini peneliti mengamati

    pelaksanaan Jum’at Bersih dalam program Adiwiyata di SMK Negeri 1

    Jenangan Ponorogo yang dilakukan setiap hari Jum’at pagi di jam pertama.

    Selanjutnya peneliti juga mengamati kegiatan penanaman tumbuhan di

    lingkungan SMK Negeri 1 Jenangan Ponorogo, pemanfaatan composter multi

    drum, pembuatan pupuk cair mikro organisme lokal, pembuatan pupuk

    organik dan obat pembasmi hama organik.

    2. Wawancara

    Wawancara dipergunakan sebagai cara untuk memperoleh data dengan

    jalan mengadakan wawancara dengan narasumber atau responden. Teknik

    wawancara mempunyai kelebihan yakni penanya dapat menerangkan secara

    detail pertanyaan-pertanyaan yang diajukan.64

    Wawancara ini dilakukan kepada pihak yang bersangkutan dan dapat

    dijadikan narasumber/informan. Dalam menentukan informan utama peneliti

    63 Ibid., 139. 64 Ibid.

  • 43

    menggunakan purposive sampling dan snowballing sampling.65 Dalam

    penelitian ini yang menjadi informan utama yaitu Bu Siti Roudlotul Jannah

    S.T sebagai ketua tim adiwayata. Wawancara ini dilakukan di ruang guru

    pada hari Rabu tanggal 19 Februari 2020 dan mendapatkan data terkait latar

    belakang program Adiwiyata, perencanaan dan pelaksanaan program

    Adiwiyata, pihak-pihak yang terlibat, dan faktor pendukung dan faktor

    penghambat program Adiwiyata serta solusinya. Dan informan lainnya

    adalah Bapak Sujono sebagai kepala sekolah. Wawancaranya dilakukan di

    ruang Kepala SMK Negeri 1 Jenangan Ponorogo pada hari Senin, 10 Februari

    2020. Kemudian informan selanjutnya Bu Trias sebagai staf administrasi

    kurikulum, wawancaranya dilakukan di ruang Waka Kurikulum pada hari

    Rabu tanggal 19 Februari 2020. Selanjutnya Bu Maylina, wawancaranya

    dilakukan di ruang Guru pada hari Senin 24 Februari 2020. Serta Muhammad

    Hafidz selaku ketua osis di SMK Negeri 1 Jenangan Ponorogo wawancaranya

    dilakukan di Gazebo sekolah pada hari Selasa, 24 Maret 2020. Semua

    informan dalam penelitian ini, peneliti gali datanya terkait latar belakang

    program Adiwiyata, perencanaan dan pelaksanaan program Adiwiyata,

    pihak-pihak yang terlibat, dan faktor pendukung dan faktor penghambat

    program Adiwiyata serta solusinya.

    65 Tim Penyusun, Buku Pedoman Penulisan Skripsi Revisi 2019 Fakultas Tarbiyah dan Ilmu

    Keguruan IAIN Ponorogo, 2019, 33.

  • 44

    3. Dokumentasi

    Teknik pengumpulan data dengan metode dokumentasi adalah cara

    mencari data atau informasi dari buku-buku, catatan-catatan, transkip, surat

    kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda, dan yang lainnya.

    Teknik pengambilan data dengan menggunakan metode ini dianggap lebih

    mudah dibanding dengan teknik pengambilan data yang lain seperti angket,

    wawancara, observasi ataupun tes.66

    Dalam teknik dokumentasi ini digunakan untuk mendapatkan informasi

    tentang gambaran umum SMK Negeri 1 Jenangan Ponorogo seperti sejarah

    berdirinya SMK Negeri 1 Jenangan Ponorogo, visi misi dan tujuan SMK

    Negeri 1 Jenangan Ponorogo, struktur organisasi SMK Negeri 1 Jenangan

    Ponorogo, keadaan guru dan siswa di SMK Negeri 1 Jenangan Ponorogo,

    serta sarana dan prasarana di SMK Negeri 1 Jenangan Ponorogo. Peneliti

    mendapatkan dokumen ini melalui Bapak Amin E S.E selaku ketua Tata

    Usaha di kantor tata usaha SMK Negeri 1 Jenangan Ponorogo.

    F. Teknik Analisis Data

    Analisis data kualitatif adalah proses mencari dan menyusun secara

    sistematis data yang telah diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan

    bahan-bahan lain, sehingga mudah dipahami dan temuannya dapat

    diinformasikan kepada orang lain. Analisis data dilakukan dengan

    66 Hendrik Rawambaku, Metodologi Penelitian Pendidikan : Dasar-dasar analisis

    danPengolahan Data Statistik, 160.

  • 45

    mengorganisasikan data menjabarkannya ke dalam unit-unit, melakukan

    sintesis, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting yang akan

    dipelajari, dan membuat kesimpulan yang dapat diceritakan kepada orang lain.67

    Teknik analisis data kualitatif, mengikuti konsep yang diberikan Miles,

    Huberman dan Saldana, mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data

    kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus-menerus pada

    setiap tahapan penelitian sehingga sampai tuntas dan datanya sampai jenuh.

    Aktivitas dalam analisis data, meliputi: kondensadi data, tampilan data dan

    penarikan kesimpulan/verifikasi.68

    1. Kondensasi Data

    Kondensasi data mengacu pada proses pemilihan, pemfokusan,

    penyederhanaan, pengabstrakan atau mentransformasikan data yang muncul

    dalam korpus lengkap catatan lapangan teertulis, transkrip wawancara,

    dokumen dan materi empiris lainnya untuk dipadatkan agar data lebih kuat.

    Dalam kondensasi data yang terjadi di dalamnya adalah menulis

    ringkasan, pengkodean, mengembangkan tema, membuat kategori dan

    menulis memo analitik. Proses kondensasi berlangsung berlanjut setelah kerja

    lapangan selesai, hingga laporan akhir penelitian selesai.

    Data yang dipilah meliputi latar belakang program Adiwiyata,

    perencanaan dan pelaksanaan program Adiwiyata, pihak-pihak yang terlibat,

    67 Fatik, Buku Pedoman Penelitian Skripsi, 48. 68 Matthew B. Milles, A Michael Huberman, Johnny Saldana, Qualitative Data Analysis A

    Methoods Sourcebook Edition 3, (Sage Publication: India, 2014) 31.

  • 46

    dan faktor pendukung dan faktor penghambat program Adiwiyata serta

    solusinya.

    2. Tampilan Data

    Setelah data dikondensasi, langkah selanjutnya adalah mendisplaykan

    data atau menampilkan data ke dalam pola yang dilakukan dalam bentuk

    uraian singkat, bagan, grafik, matrik, network dan chart. Bila pola-pola yang

    ditemukan telah didukung oleh data, maka pola tersebut menjadi baku dan

    akan didisplaykan pada laporan akhir penelitian.

    Dalam hal ini data yang ditampilkan adalah data-data temuan yang

    berkaitan terkait latar belakang program Adiwiyata, perencanaan dan

    pelaksanaan program Adiwiyata, pihak-pihak yang terlibat, dan faktor

    pendukung dan faktor penghambat program Adiwiyata serta solusinya.

    3. Kesimpulan Sementara (Conclusion Drawing/Verification)

    Langkah terakhir dalam analisis data kualitatif adalah penarikan

    kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif yang

    diharapkan adalah merupakan temuan baru yang belum pernah ada. Temuan

    dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu objek yang sebelumnya kurang

    jelas kemudian diteliti menjadi jelas dan kemudian ditarik kesimpulan.

    Kesimpulan ini digunakan untuk menjawab masalah yang dirumuskan sejak

    awal.69

    Dalam hal ini, Peneliti akan menarik kesimpulan berdasarkan deskripsi

    manajemen program Adiwiyata dalam membentuk karakter peduli

    69 Ibid.

  • 47

    lingkungan di SMK Negeri 1 Jenangan Ponorogo. Kesimpulan ini akan ditulis

    sesuai dengan pembagian fokus penelitian.

    G. Pengecekan Keabsahan Temuan

    Keabsahan data merupakan konsep penting yang diperbaharui dari konsep

    kesahihan (validitas), keandalan (reliabilitas), dan derajat kepercayaan

    keabsahan data (kredebilitas). Berikut ini dipaparkan teknik pengecekan

    keabsahan data dalam proses penelitian kualitatif adalah:70

    1. Keikutsertaan yang diperpanjang

    Perpanjangan keikutsertaan peneliti berarti tinggal di lokasi penelitian

    sampai mencapai kejenuhan dalam pengumpulan data tercapai. Maksudnya

    adalah bahwa peneliti sebelum melakukan penelitian sudah menetapkan

    berapa lama penelitian akan dilakukan, tetapi karena ada beberapa data yang

    belum di dapat akhirnya peneliti harus menambah waktu penelitian di luar

    target. Apabila hal itu dilakukan: 71

    a. Membatasi gangguan dari dampak peneliti pada konteks.

    b. Membatasi kekeliruan (biases) peneliti.

    c. Mengonpensasikan pengaruh dari kejadian-kejadian yang tidak biasa atau

    pengaruh sesaat.

    d. Perpanjangan keikutsertaan peneliti akan memungkinkan meningkatkan

    derajat kepercayaan data yang dikumpulkan.

    70 M. Djunaidi, Metodologi Penelitian Kualitatif , 320. 71 Lexy J, Metodologi Penelitian Kualitatif, 327.

  • 48

    Pada penelitian ini, Peneliti membuat jadwal pada bulan Februari-

    Maret, akan tetapi jika ternyata data yang diperlukan belum cukup, Peneliti

    akan melanjutkan penggalian data pada bulan April hingga Juni.

    2. Pengamatan yang tekun/keajegan pengamatan

    Keajegan pengamatan berarti mencari secara konsisten interpretasi

    dengan berbagai cara dalam kaitan dengan proses analisis yang konstan atau

    tentatif. Mencari suatu usaha membatasi berbagai pengaruh. Mencari apa

    yang dapat diperhitungkan dan apa yang tidak dapat.72 Pada penelitian ini,

    Peneliti mengadakan pengamatan secara optimal dengan intensitas 2 kali

    dalam seminggu untuk mendapatkan data yang diperlukan.

    3. Triangulasi

    Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang

    memanfaatkan sesuatu yang lain. Di luar data itu untuk keperluan pengecekan

    atau sebagai pembanding terhadap data itu. Teknik triangulasi yang paling

    banyak digunakan ialah pemeriksaan melalui sumber lainnya. Triangulasi

    dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek balik derajat

    kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat berbeda

    dalam penelitian kualitatif.73 Pada penelitian ini, Peneliti membandingkan

    data hasil wawancara dengan data hasil observasi. Selain itu Peneliti juga

    akan membandingkan hasil wawancara dari satu informan dengan informan

    yang lain, guna untuk mendapatkan data yang valid.

    72 Ibid., 329. 73 Ibid., 330.

  • 49

    H. Tahapan-tahapan Penelitian

    Tahapan penelitian kualitatif diharapkan memberikan gambaran tentang

    keseluruhan kegiatan penelitian mulai dari perencanaan, pelaksanaan,

    pengumpulan data, analisis dan penafsiran data, sampai penelitian laporan.74

    Berikut adalah tabel tahapan penelitian yang peneliti lakukan:

    Tabel 3.1 Tahapan Penelitian Lapangan

    Tahapan Penelitian Lapangan

    Tahapan

    Penelitian

    Lapangan

    Waktu pelaksanaan

    Desember Januari Februari Maret April Mei Juni

    1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

    A. Tahap Pra lapangan

    1. Menyusun rancangan

    penelitian

    2. Memilih lapangan

    penelitian

    3. Melakukan seminar

    proposal

    4. Mengurus perizinan

    penelitian

    5. Menjajaki dan

    menilai

    lokasi

    penelitian

    6. Memilih dan

    74 M. Djunaidi, Metodologi Penelitian Kualitatif, 144.

  • 50

    memanfaa

    tkan

    informan

    7. Menyiapkan

    instrumen

    penelitiian

    B. Tahap Pekerjaan Lapangan

    8. Pengumpulan Data

    di SMK

    Negeri 1

    Jenangan

    Ponorogo

    C. Tahap Analisis Data

    9. Pengelompokkan,

    Pengklasif

    ikasian

    dan

    Reduksi

    Data

    10. Verifikasi Data

    11. Analisis dan

    Penafsiran

    Data

    12. Penulisan hasil

    laporan

    penelitian

    13. Jadwal Sidang Skripsi

  • 51

    BAB IV

    HASIL PENELITIAN

    A. Deskripsi Data Umum

    1. Profil SMK Negeri 1 Jenangan Ponorogo

    SMK Negeri 1 Jenangan Ponorogo adalah salah satu sekolah

    menengah kejuruan di Ponorogo yang beralamatkan di Jl. Niken Gandini

    No. 98 Plampitan Jenangan Ponorogo.75

    Tabel 4.1 Profil SMK Negeri 1 Jenangan Ponorogo

    A Identitas Sekolah

    1 Nama Sekolah : SMK Negeri 1 Jenangan Ponorogo

    NSS : 321051102001

    2 NPSN : 20510101

    3 Jenjang Pendidikan : SMK

    4 Status Sekolah : Negeri

    5 Alamat Sekolah : Jl. Niken Gandini No.98, Plampitan,

    RT/ RW : 1/3

    Kode Pos : 63492

    Kelurahan : Setono

    Kecamatan : Jenangan

    Kabupaten/ Kota : Ponorogo

    Provinsi : Jawa Timur

    Negara : Indonesia

    6 Letak Geografis : Lintang

    75 Dokumen Profil SMK Negeri 1 Jenangan Ponorogo, 2020.

  • 52

    : Bujur

    B Data Pendukung

    7 SK Pendirian Sekolah : 148/Diprt/BI/66

    8 Tanggal SK Pendirian : 01 Februari 1966

    9 Status Kepemilikan : Pemerintah Daerah

    10 SK Izin Operasional : -

    11 Tanggal SK Izin

    Operasional

    : -

    12 Kebutuhan Khusus

    Dilayani

    : Tidak Ada

    13 Nomor Rekening : -

    14 Nama Bank : BPD JAWA TIMUR

    15 Cabang KCP/ Unit : BPD JAWA TIMUR CABANG

    PONOROGO

    16 Rekening Atas Nama : BOSSMKN1JENANGANPONOROGO

    17 MBS : -

    18 Luas Tanah Milik (m2) : 1

    19 Luas Tanah Bukan

    Milik (m2)

    : 125000

    20 Nama Wajib Pajak :

    21 NPWP : 00.007.033.4-647.000

    C Kontak Sekolah

    22 Nomor Telepon : (0352) 481236

    23 Nomor Fax : -

    24 Email : [email protected]

    25 Website : http://www.smkn1jenpo.sch.id/

    D Data Periodik

    26 Waktu : Sehari Penuh (5 h/m)

    https://www.google.com/search?q=smkn+jenangan+ponorogo&oq=SMKN+JEN&aqs=chrome.1.69i57j0l5.5973j1j7&sourceid=chrome&ie=UTF-8mailto:[email protected]://www.smkn1jenpo.sch.id/

  • 53

    Penyelenggaraan

    27 Bersedia Menerima

    Bos

    : Bersedia Menerima

    28 Sertifikasi ISO : 9001:2008

    29 Sumber Listrik : PLN & Diesel

    30 Daya Listrik (watt) : 10000

    31 Akses Internet : Lainnya (serat optik)

    E Data Lainnya

    32 Kepala Sekolah : Sujono

    33 Operator Pendataan : Slamet Sugiarto

    34 Akreditasi : A

    35 Kurikulum : Kurikulum 2013

    2. Sejarah Berdirinya SMK Negeri 1 Jenangan Ponorogo

    SMK Negeri 1 Jenangan Ponorogo berdiri tahun 1964 hasil prakarsa

    pemerintah daerah dan dunia usaha/dunia industri di Ponorogo, ketika

    namanya disebut STM (Sekolah Teknologi Menengah) Persiapan Negeri

    Ponorogo. Secara resmi lembaga ini menjadi STM Negeri Ponorogo setelah

    terbitnya SK Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 148/Diprt/BI/66

    tanggal 1 Februari 1966. Perubahan STM Negeri Ponorogo menjadi SMK

    Negeri 1 Jenangan berdasarkan SK Mendikbud nomor 036/0/1997 tanggal 7

    Maret 1997.

    SMK Negeri 1 Jenangan menyelenggarakan diklat dengan

    implementasi Competency Based Training dan Production Based

    Curicullum dengan tujuh Bidang Keahlian meliputi : (1) Teknik Pemesinan,

  • 54

    (2) Teknik Pengelasan, (3) Teknik Sepeda Motor, (4) Teknik Konstruksi

    kayu, (5) Teknik Gambar Bangunan, (6) Teknik Elektronika Industri dan (7)

    Rekayasa perangkat Lunak, (8) Teknik Otomasi Industri. Penetapan SMK

    Negeri 1 Jenangan menjadi Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) berdasar

    SK Direktur Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan no.

    0351/C5.2/Kep./MN/2006, tanggal 12 Oktober 2006. 76

    3. Visi, Misi dan Tujuan SMK Negeri 1 Jenangan Ponorogo

    a. Visi SMK Negeri 1 Jenangan:

    “Menjadi Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kejuruan yang Unggul,

    Berdaya Saing Tinggi dalam Persaingan Global dan Berbudaya

    Lingkungan”.

    b. Misi SMK Negeri 1 Jenangan:

    1) Memberikan layanan pendidikan dan pelatihan dalam berbagai

    jenjang kompetensi.

    2) Menyiapkan tamatan yang memiliki keunggulan dalam kedisiplinan,

    kejujuran, kreatifitas, kemandirian dan berjiwa entrepreneur untuk

    memenuhi kebutuhan pelanggan dan mampu bersaing dalam era

    global.

    3) Melaksanakan pengembangan dan peningkatan mutu pendidikan dan

    pelatihan secara berkelanjutan.

    76 Dokumen Profil SMK Negeri 1 Jenangan Ponorogo, 2020.

  • 55

    4) Mewujudkan pendidikan untuk menjaga daya dukung alam melalui

    tindakan pelestarian, pencegahan pencemaran dan kerusakan

    lingkungan sehingga tercipta kondisi belajar dan bekerja yang nyaman

    dan produktif.

    c. Tujuan SMK Negeri 1 Jenangan:

    1) Memenuhi Standart Pelayanan Minimal (SPM) Pendidikan Sekolah

    Menengah Kejuruan.

    2) Penyediaan dan penyusunan materi, bahan ajar untuk menunjang

    kegiatan pembelajaran.

    3) Peningkatan kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan.

    4) Mengembangkan kurikulum berkarakter, berbudaya lingkungan secara

    terintegrasi dan sinkronisasi (penyelarasan) dengan DU / DI.

    5) Peningkatan kualitas lingkungan sekolah untuk mewujudkan Green,

    Clean and Healthy School.

    6) Mengembangkan sistem pendidikan untuk menghasilkan lulusan yang

    kompeten.

    7) Melaksanakan penerapan Teaching Industri/Teaching Factory dalam

    pengembangan produk melalui kegiatan praktik dan berbudaya

    lingkungan.

    8) Melaksanakan pembelajaran Kewirausahaan praktis dan

    melaksanakan tata kelola BLUD.

  • 56

    9) Meningkatkan kerjasama dengan berbagai pihak untuk

    mengembangkan pendidikan, peningkatan kualitas lulusan dan

    keterserapan lulusan.

    10) Meningkatkan kepedulian warga se