manajemen pengelolaan limbah rumah sakit

27
MANAJEMEN PENGELOLAAN LIMBAH RUMAH SAKIT disusun oleh: Wandito Gayuh Utomo (P2CC14054) Anthon Wiyanto Prayoga (P2CC14064) Aditya Priagung Prakoso (P2CC14074)

Upload: timothius-aditya-priagung-prakoso

Post on 14-Jul-2016

87 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

management rumah sakit

TRANSCRIPT

Page 1: Manajemen Pengelolaan Limbah Rumah Sakit

MANAJEMEN PENGELOLAAN LIMBAH RUMAH SAKIT

disusun oleh:

Wandito Gayuh Utomo (P2CC14054)Anthon Wiyanto Prayoga (P2CC14064)Aditya Priagung Prakoso (P2CC14074)

PROGRAM MAGISTER MANAGEMENTUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

PURWOKERTO2015

Page 2: Manajemen Pengelolaan Limbah Rumah Sakit

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Dalam rangka meningkatkan kualitas derajat kesehatan masyarakat,

banyak dibangun rumah sakit. Pendirian rumah sakit tentu sudah diatur mengenai

persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi untuk mendirikan dan membangun

suatu rumah sakit. Salah satu persyaratan yang harus dipenuhi adalah bagaimana

pengelolaan limbah medis dari suatu rumah sakit tersebut.

Tidak sedikit rumah sakit yang berdiri kurang memenuhi syarat dalam

pengelolaan limbah rumah sakit ini. Hal ini penting untuk diperhatikan dalam

tujuan utama didirikan rumah sakit, yaitu upaya untuk meningkatan derajat

kesehatan masyarakat. Limbah rumah sakit yang tidak dikelola dengan baik justru

dapat menyebabkan penularan atau penyebaran suatu penyakit. Penting setiap

rumah sakit mengerti dan dapat mengelola limbah rumah sakit dengan baik.

Limbah rumah sakit atau limbah medis adalah semua sampah dan limbah

yang dihasilkan oleh kegiatan rumah sakit dan kegiatan penunjang lainnya.

Limbah medis sangat penting untuk dikelola dengan benar, hal ini mengingat

limbah medis termasuk kedalam kategori limbah berbahaya dan beracun.

Sebagian limbah medis termasuk kedalam kategori limbah berbahaya dan

sebagian lagi termasuk kategori infeksius. Limbah medis berbahaya yang berupa

limbah kimiawi, limbah farmasi, logam berat, limbah genotoxic dan wadah

bertekanan masih banyak yang belum dikelola dengan baik. Sedangkan limbah

infeksius merupakan limbah yang bisa menjadi sumber penyebaran penyakit baik

kepada petugas, pasien, pengunjung ataupun masyarakat di sekitar lingkungan

rumah sakit. Limbah infeksius biasanya berupa jaringan tubuh pasien, jarum

suntik, darah, perban, biakan kultur, bahan atau perlengkapan yang bersentuhan

dengan penyakit menular atau media lainnya yang diperkirakan tercemari oleh

penyakit pasien. Pengelolaan lingkungan yang tidak tepat akan beresiko terhadap

penularan penyakit. Beberapa resiko kesehatan yang mungkin ditimbulkan akibat

keberadaan rumah sakit antara lain: penyakit menular (hepatitis,diare, campak,

AIDS, influenza), bahaya radiasi (kanker, kelainan organ genetik) dan resiko

bahaya kimia.

Page 3: Manajemen Pengelolaan Limbah Rumah Sakit

Penaganan limbah medis sudah sangat mendesak dan menjadi perhatian

Internasional. Isu ini telah menjadi agenda pertemuan internasional yang penting.

Pada tanggal 8 Agustus 2007 telah dilakukan pertemuan High Level Meeting on

Environmental and Health South-East and East-Asian Countries di Bangkok.

Dimana salah satu hasil pertemuan awal Thematic Working Group (TWG) on

Solid and Hazardous Waste yang akan menindaklanjuti tentang penanganan

limbah yang terkait dengan limbah domestik dan limbah medis. Selanjutnya pada

tanggal 28-29 Februari 2008 dilakukan pertemuan pertama  (TWG) on Solid and

Hazardous Waste di Singapura membahas tentang pengelolaan limbah medis dan

domestik di masing masing negara.

Page 4: Manajemen Pengelolaan Limbah Rumah Sakit

PEMBAHASAN

A. Pengertian

Limbah (menurut PP NO 12, 1995) adalah bahan sisa suatu kegiatan dan atau

proses produksi. Sedangkan limbah rumah sakit menurut Permenkes RI nomor:

1204/MENKES/SK/X/2004 Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah

Sakit adalah semua limbah yang dihasilkan dari kegiatan rumah sakit dalam

bentuk padat, cair, dan gas.

Limbah rumah sakit bisa mengandung bermacam-macam mikroorganisme

bergantung pada jenis rumah sakit, tingkat pengolahan yang dilakukan sebelum

dibuang. Limbah cair rumah sakit dapat mengandung bahan organik dan

anorganik yang umumnya diukur dan parameter BOD, COD, TSS, dan lain-lain.

Sementara limbah padat rumah sakit terdiri atas sampah mudah membusuk,

sampah mudah terbakar, dan lain-lain. Limbah-limbah tersebut kemungkinan

besar mengandung mikroorganisme patogen atau bahan kimia beracun berbahaya

yang menyebabkan penyakit infeksi dan dapat tersebar ke lingkungan rumah sakit

yang disebabkan oleh teknik pelayanan kesehatan yang kurang memadai,

kesalahan penanganan bahan-bahan terkontaminasi dan peralatan, serta

penyediaan dan pemeliharaan sarana sanitasi yang masih buruk. Limbah benda

tajam adalah semua benda yang mempunyai permukaan tajam yang dapat melukai

/ merobek permukaan tubuh.

Limbah gas adalah semua limbah yang berbentuk gas yang berasal dari

kegiatan pembakaran di rumah sakit seperti insinerator, dapur, perlengkapan

generator, anastesi, dan pembuatan obat citotoksik. Limbah sitotoksis adalah

limbah dari bahan yang terkontaminasi dari persiapan dan pemberian obat

sitotoksis untuk kemoterapi kanker yang mempunyai kemampuan untuk

membunuh atau menghambat pertumbuhan sel hidup

B. Karakteristik Limbah Rumah Sakit

Sampah dan limbah rumah sakit adalah semua sampah dan limbah yang

dihasilkan oleh kegiatan rumah sakit dan kegiatan penunjang lainnya. Apabila

dibanding dengan kegiatan instansi lain, maka dapat dikatakan bahwa jenis

Page 5: Manajemen Pengelolaan Limbah Rumah Sakit

sampah dan limbah rumah sakit dapat dikategorikan kompleks. Secara umum

sampah dan limbah rumah sakit dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu sampah

atau limbah medis dan non medis baik padat maupun cair.

Limbah medis adalah yang berasal dari pelayanan medis, perawatan, gigi,

veterinari, farmasi atau sejenis, pengobatan, perawatan, penelitian atau pendidikan

yang menggunakan bahan-bahan beracun, infeksius berbahaya atau bisa

membahayakan kecuali jika dilakukan pengamanan tertentu. Bentuk limbah medis

bermacam-macam dan berdasarkan potensi yang terkandung di dalamnya dapat

dikelompokkan sebagai berikut:

1. Limbah benda tajam

Limbah benda tajam adalah obyek atau alat yang memiliki sudut

tajam, sisi, ujung atau bagian menonjol yang dapat memotong atau

menusuk kulit seperti jarum hipodermik, perlengkapan intravena, pipet

pasteur, pecahan gelas, pisau bedah. Semua benda tajam ini memiliki

potensi bahaya dan dapat menyebabkan cedera melalui sobekan atau

tusukan. Benda-benda tajam yang terbuang mungkin terkontaminasi oleh

darah, cairan tubuh, bahan mikrobiologi, bahan beracun atau radioaktif.

2. Limbah infeksius

Limbah infeksius mencakup pengertian sebagai berikut:

Limbah yang berkaitan dengan pasien yang memerlukan isolasi

penyakit menular (perawatan intensif)

Limbah laboratorium yang berkaitan dengan pemeriksaan

mikrobiologi dari poliklinik dan ruang perawatan/isolasi penyakit

menular.

3. Limbah jaringan tubuh

Limbah jaringan tubuh meliputi organ, anggota badan, darah dan

cairan tubuh, biasanya dihasilkan pada saat pembedahan atau otopsi.

4. Limbah sitotoksik

Limbah sitotoksik adalah bahan yang terkontaminasi atau mungkin

terkontaminasi dengan obat sitotoksik selama peracikan, pengangkutan

atau tindakan terapi sitotoksik. Limbah yang terdapat limbah sitotoksik

didalamnya harus dibakar dalam incinerator dengan suhu diatas 1000oc

Page 6: Manajemen Pengelolaan Limbah Rumah Sakit

5. Limbah farmasi

Limbah farmasi ini dapat berasal dari obat-obat kadaluwarsa, obat-

obat yang terbuang karena batch yang tidak memenuhi spesifikasi atau

kemasan yang terkontaminasi, obat-obat yang dibuang oleh pasien atau

dibuang oleh masyarakat, obat-obat yang tidak lagi diperlukan oleh

institusi yang bersangkutan dan limbah yang dihasilkan selama produksi

obat-obatan.

6. Limbah kimia

Limbah kimia adalah limbah yang dihasilkan dari penggunaan

bahan kimia dalam tindakan medis, veterinari, laboratorium, proses

sterilisasi, dan riset.

7. Limbah radioaktif

Limbah radioaktif adalah bahan yang terkontaminasi dengan radio

isotop yang berasal dari penggunaan medis atau riset radio nukleida.

Limbah ini dapat berasal dari antara lain : tindakan kedokteran

nuklir, radio-imunoassay dan bakteriologis; dapat berbentuk padat, cair

atau gas. Limbah cair yang dihasilkan rumah sakit mempunyai

karakteristik tertentu baik fisik, kimia dan biologi.

8. Limbah Plastik

Limbah plastik adalah bahan plastik yang dibuang oleh klinik,

rumah sakit dan sarana pelayanan kesehatan lain seperti barang-barang

dissposable yang terbuat dari plastik dan juga pelapis peralatan dan

perlengkapan medis.

Selain sampah klinis, dari kegiatan penunjang rumah sakit juga

menghasilkan sampah non medis atau dapat disebut juga sampah non

medis. Sampah non medis ini bisa berasal dari kantor/administrasi kertas,

unit pelayanan (berupa karton, kaleng, botol), sampah dari ruang pasien,

sisa makanan buangan; sampah dapur (sisa pembungkus, sisa

makanan/bahan makanan, sayur dan lain-lain). Limbah cair yang

dihasilkan rumah sakit mempunyai karakteristik tertentu baik fisik, kimia

dan biologi. Limbah rumah sakit bisa mengandung bermacam-macam

mikroorganisme, tergantung pada jenis rumah sakit, tingkat pengolahan

Page 7: Manajemen Pengelolaan Limbah Rumah Sakit

yang dilakukan sebelum dibuang dan jenis sarana yang ada (laboratorium,

klinik dll).

Tentu saja dari jenis-jenis mikroorganisme tersebut ada yang

bersifat patogen. Limbah rumah sakit seperti halnya limbah lain akan

mengandung bahan-bahan organik dan anorganik, yang tingkat

kandungannya dapat ditentukan dengan uji air kotor pada umumnya

seperti BOD, COD, TTS, pH, mikrobiologik, dan lainlain.

Melihat karakteristik yang ditimbulkan oleh buangan/limbah

rumah sakit seperti tersebut diatas, maka konsep pengelolaan lingkungan

sebagai sebuah sistem dengan berbagai proses manajemen didalamnya

yang dikenal sebagai Sistem Manajemen Lingkungan (Environmental

Managemen System) dan diadopsi Internasional Organization for Standar

(ISO) sebagai salah satu sertifikasi internasioanal di bidang pengelolaan

lingkunan dengan nomor seri ISO 14001 perlu diterapkan di dalam Sistem

Manajemen Lingkungan Rumah Sakit.

C. Pengaruh Limbah Rumah Sakit bagi Lingkungan dan Kesehatan

Pengaruh limbah rumah sakit terhadap kualitas lingkungan dan

kesehatan dapat menimbulkan berbagai masalah seperti:

1. Gangguan kenyamanan dan estetika, berupa warna yang berasal dari

sedimen, larutan, bau phenol, eutrofikasi dan rasa dari bahan kimia

organik.

2. Kerusakan harta benda, dapat disebabkan oleh garam-garam yang terlarut

(korosif, karat), air yang berlumpur dan sebagainya yang dapat

menurunkan kualitas bangunan di sekitar rumah sakit.

3. Gangguan/kerusakan tanaman dan binatang, dapat disebabkan oleh virus,

senyawa nitrat, bahan kimia, pestisida, logam nutrien tertentu dan fosfor.

4. Gangguan terhadap kesehatan manusia, dapat disebabkan oleh berbagai

jenis bakteri, virus, senyawa-senyawa kimia, pestisida, serta logam seperti

Hg, Pb, dan Cd yang berasal dari bagian kedokteran gigi.

5. Gangguan genetik dan reproduksi

Page 8: Manajemen Pengelolaan Limbah Rumah Sakit

Meskipun mekanisme gangguan belum sepenuhnya diketahui

secara pasti, namun beberapa senyawa dapat menyebabkan gangguan atau

kerusakan genetik dan sistem reproduksi manusia misalnya pestisida,

bahan radioaktif.

D. Pengelolaan Limbah Rumah Sakit

1. Limbah padat

Untuk memudahkan mengenal jenis limbah yang akan

dimusnahkan, perlu dilakukan penggolongan limbah. Dalam kaitan dengan

pengelolaan, limbah medis dikategorikan menjadi 5 golongan sebabagi

berikut :

Golongan A :

Dressing bedah, swab dan semua limbah terkontaminasi dari kamar

bedah.

Bahan-bahan kimia dari kasus penyakit infeksi.

Seluruh jaringan tubuh manusia (terinfeksi maupun tidak),

bangkai/jaringan  hewan dari laboratorium dan hal-hal lain yang

berkaitan dengan swab dan dreesing.

Golongan B :

Syringe bekas, jarum, cartridge, pecahan gelas dan benda-benda

tajam lainnya.

Golongan C :

Limbah dari ruang laboratorium dan postpartum kecuali yang

termasuk dalam golongan A.

Golongan D :

Limbah bahan kimia dan bahan-bahan farmasi tertentu.

Golongan E :

Pelapis Bed-pan Disposable, urinoir, incontinence-

pad, dan stomach.

Dalam pelaksanaan pengelolaan limbah medis perlu dilakukan

pemisahan penampungan, pengangkutan, dan pengelolaan limbah

pendahuluan.

Page 9: Manajemen Pengelolaan Limbah Rumah Sakit

a. Pemisahan

Golongan A

Dressing bedah yang kotor, swab dan limbah lain yang terkontaminasi dari

ruang pengobatan hendaknya ditampung dalam bak penampungan limbah medis

yang mudah dijangkau bak sampah yang dilengkapi dengan pelapis pada tempat

produksi sampah. Kantong plastik tersebut hendaknya diambil paling sedikit satu

hari sekali atau bila sudah mencapai tiga perempat penuh. Kemudian diikat kuat

sebelum diangkut dan ditampung sementara di bak sampah klinis.

Bak sampah tersebut juga hendaknya diikat dengan kuat bila mencapai

tiga perempat penuh atau sebelum jadwal pengumpulan sampah. Sampah tersebut

kemudian dibuang dengan cara sebagai berikut :

1) Sampah dari haemodialisis

Sampah hendaknya dimasukkan dengan incinerator. Bisa juga

digunakan autoclaving,tetapi kantung harus dibuka dan dibuat sedemikian rupa

sehingga uap panas bisa menembus secara efektif.

(Catatan: Autoclaving adalah pemanasan dengan uap di bawah tekanan dengan

tujuan sterilisasi terutama untuk limbah infeksius).

2) Limbah dari unit lain :

Limbah hendaknya dimusnahkan dengan incinerator. Bila tidak mungkin

bisa menggunakan cara lain, misalnya dengan membuat sumur dalam yang aman.

Semua jaringan tubuh, plasenta dan lain-lain hendaknya ditampung pada bak

limbah medis atau kantong lain yang tepat kemudian dimusnahkan

dengan incinerator.

Perkakas laboratorium yang terinfeksi hendaknya dimusnahkan

dengan incinerator. Incinerator harus dioperasikan di bawah pengawasan bagian

sanitasi atau bagian laboratorium.

Golongan B

Syringe, jarum dan cartridges hendaknya dibuang dengan keadaan

tertutup. Sampah ini hendaknya ditampung dalam bak tahan benda tajam yang

bilamana penuh (atau dengan interval maksimal tidak lebih dari satu minggu)

hendaknya diikat dan ditampung di dalam bak sampah klinis sebelum diangkut

dan dimasukkan denganincinerator.

Page 10: Manajemen Pengelolaan Limbah Rumah Sakit

b. Penampungan

Sampah klinis hendaknya diangkut sesering mungkin sesuai dengan

kebutuhan. Sementara menunggu pengangkutan untuk dibawa ke incinerator atau

pengangkutan oleh dinas kebersihan (atau ketentuan yang ditunjuk), sampah

tersebut hendaknya :

1) Disimpan dalam kontainer yang memenuhi syarat.

2) Di lokasi/tempat yang strategis, merata dengan ukuran yang disesuaikan

dengan frekuensi pengumpulannya dengan kantong berkode warna yang telah

ditentukan secara terpisah.

3) Diletakkan pada tempat kering/mudah dikeringkan, lantai yang tidak rembes,

dan disediakan sarana pencuci.

4) Aman dari orang-orang yang tidak bertanggungjawab; dari binatang, dan bebas

dari infestasi serangga dan tikus.

5) Terjangkau oleh kendaraan pengumpul sampah (bila mungkin)

Sampah yang tidak berbahaya dengan penanganan pendahuluan (jadi bisa

digolongkan dalam sampan klinis), dapat ditampung bersama sampah lain sambil

menunggu pengangkutan.

c. Pengangkutan

Pengangkutan dibedakan menjadi dua yaitu pengangkutan intenal dan eksternal.

Pengangkutan internal berawal dari titik penampungan awal ke tempat

pembuangan atau ke incinerator (pengolahan on-site). Dalam pengangkutan

internal biasanya digunakan kereta dorong.

Kereta atau troli yang digunakan untuk pengangkutan sampah klinis harus

didesain sedemikian rupa sehingga :

1) Permukaan harus licin, rata dan tidak tembus

2) Tidak akan menjadi sarang serangga

3) Mudah dibersihkan dan dikeringkan

4) Sampan tidak menempel pada alat angkut

5) Sampan mudah diisikan, diikat, dan dituang kembali

Page 11: Manajemen Pengelolaan Limbah Rumah Sakit

Bila tidak tersedia sarana setempat dan sampah klinis harus diangkut ke

tempat lain :

1) Harus disediakan bak terpisah dari sampah biasa dalam alat truk pengangkut.

Dan harus dilakukan upaya untuk men-cegah kontaminasi sampah lain yang

dibawa.

2) Harus dapat dijamin bahwa sampah dalam keadaan aman dan tidak

terjadi kebocoran atau tumpah.

2. Limbah Cair

Limbah rumah sakit mengandung bermacam-macam mikroorganisme,

bahan-bahan organik dan an-organik. Beberapa contoh fasilitas atau Unit

Pengelolaan Limbah (UPL) di rumah sakit antara lain sebagai berikut:

a. Kolam Stabilisasi Air Limbah (Waste Stabilization Pond System)

Sistem pengelolaan ini cukup efektif dan efisien kecuali masalah

lahan, karena kolam stabilisasi memerlukan lahan yang cukup luas; maka

biasanya dianjurkan untuk rumah sakit di luar kota (pedalaman) yang

biasanya masih mempunyai lahan yang cukup. Sistem ini terdiri dari bagian-

bagian yang cukup sederhana yakni :

1)      Pump Swap (pompa air kotor).

2)      Stabilization Pond (kolam stabilisasi) 2 buah.

3)      Bak Klorinasi

4)      Control room (ruang kontrol)

5)      Inlet

6)      Incinerator antara 2 kolam stabilisasi

7)      Outlet dari kolam stabilisasi menuju sistem klorinasi.

b. Kolam oksidasi air limbah (Waste Oxidation Ditch Treatment System)

Sistem ini terpilih untuk pengolahan air limbah rumah sakit di kota,

karena tidak memerlukan lahan yang luas. Kolam oksidasi dibuat bulat atau

elips, dan air limbah dialirkan secara berputar agar ada kesempatan lebih

lama berkontak dengan oksigen dari udara (aerasi). Kemudian air limbah

dialirkan ke bak sedimentasi untuk mengendapkan benda padat dan lumpur.

Page 12: Manajemen Pengelolaan Limbah Rumah Sakit

Selanjutnya air yang sudah jernih masuk ke bak klorinasi sebelum dibuang ke

selokan umum atau sungai. Sedangkan lumpur yang mengendap diambil dan

dikeringkan pada Sludge drying bed (tempat pengeringan Lumpur). Sistem

kolam oksidasi ini terdiri dari :

1)      Pump Swap (pompa air kotor)

2)      Oxidation Ditch (pompa air kotor)

3)      Sedimentation Tank (bak pengendapan)

4)      Chlorination Tank (bak klorinasi)

5)      Sludge Drying Bed ( tempat pengeringan lumpur, biasanya 1-2 petak).

6)      Control Room (ruang kontrol)

c. Anaerobic Filter Treatment System

Sistem pengolahan melalui proses pembusukan anaerobik melalui

filter/saringan, air limbah tersebut sebelumnya telah mengalami pretreatment

dengan septic tank (inchaff tank). Proses anaerobic filter treatment biasanya

akan menghasilkan effluent yang mengandung zat-zat asam organik dan

senyawa anorganik yang memerlukan klor lebih banyak untuk proses

oksidasinya. Oleh sebab itu sebelum effluent dialirkan ke bak klorida

ditampung dulu di bak stabilisasi untuk memberikan kesempatan oksidasi zat-

zat tersebut di atas, sehingga akan menurunkan jumlah klorin yang

dibutuhkan pada proses klorinasi nanti.

Sistem Anaerobic Treatment terdiri dari komponen-komponen antara lain

sebagai berikut :

1)      Pump Swap (pompa air kotor)

2)      Septic Tank (inhaff tank)

3)      Anaerobic filter.

4)      Stabilization tank (bak stabilisasi)

5)      Chlorination tank (bak klorinasi)

6)      Sludge drying bed (tempat pengeringan lumpur)

7)      Control room (ruang kontrol)

Page 13: Manajemen Pengelolaan Limbah Rumah Sakit

Sesuai dengan debit air buangan dari rumah sakit yang juga

tergantung dari besar kecilnya rumah sakit, atau jumlah tempat tidur, maka

kontruksi Anaerobic Filter Treatment Systemdapat disesuaikan dengan

kebutuhan tersebut, misalnya :

1)      Volume septic tank

2)      Jumlah anaerobic filter

3)      Volume stabilization tank

4)      Jumlah chlorination tank

5)      Jumlah sludge drying bed

6)      Perkiraan luas lahan yang diperlukan

Secara singkat pengelolaan pengelolaan dan pembuangan limbah

medis adalah sebagai berikut :

1. Pengumpulan ( Pemisahan Dan Pengurangan )

Proses pemilahan dan reduksi sampah hendaknya merupakan proses

yang kontinyu yang pelaksanaannya harus mempertimbangkan : kelancaran

penanganan dan penampungan sampah, pengurangan volume dengan

perlakuan pemisahan limbah B3 dan non B3 serta menghindari penggunaan

bahan kimia B3, pengemasan dan pemberian label yang jelas dari berbagai

jenis sampah untuk efisiensi biaya, petugas dan pembuangan.

2. Penampungan

Penampungan sampah ini wadah yang memiliki sifat kuat, tidak

mudah bocor atau berlumut, terhindar dari sobek atau pecah, mempunyai tutup

dan tidak overload. Penampungan dalam pengelolaan sampah medis dilakukan

perlakuan standarisasi kantong dan kontainer seperti dengan menggunakan

kantong yang bermacam warna seperti telah ditetapkan dalam Permenkes RI

no. 986/Men.Kes/Per/1992 dimana kantong berwarna kuning dengan lambang

biohazard untuk sampah infeksius, kantong berwarna ungu dengan simbol

citotoksik untuk limbah citotoksik, kantong berwarna merah dengan simbol

radioaktif untuk limbah radioaktif dan kantong berwarna hitam dengan tulisan

“domestik”

Page 14: Manajemen Pengelolaan Limbah Rumah Sakit

3. Pengangkutan

Pengangkutan dibedakan menjadi dua yaitu pengangkutan intenal dan

eksternal. Pengangkutan internal berawal dari titik penampungan awal ke

tempat pembuangan atau ke incinerator (pengolahan on-site). Dalam

pengangkutan internal biasanya digunakan kereta dorong sebagai yang sudah

diberi label, dan dibersihkan secara berkala serta petugas pelaksana dilengkapi

dengan alat proteksi dan pakaian kerja khusus.

Pengangkutan eksternal yaitu pengangkutan sampah medis ketempat

pembuangan di luar (off-site). Pengangkutan eksternal memerlukan prosedur

pelaksanaan yang tepat dan harus dipatuhi petugas yang terlibat. Prosedur

tersebut termasuk memenuhi peraturan angkutan lokal. Sampah medis

diangkut dalam kontainer khusus, harus kuat dan tidak bocor.

4. Pengolahan dan Pembuangan

Metoda yang digunakan untuk megolah dan membuang sampah medis

tergantung pada faktor-faktor khusus yang sesuai dengan institusi yang

berkaitan dengan peraturan yang berlaku dan aspek lingkungan yang

berpengaruh terhadap masyarakat. Teknik pengolahan sampah medis (medical

waste) yang mungkin diterapkan adalah :

Incinerasi

Sterilisasi dengan uap panas/ autoclaving (pada kondisi uap jenuh bersuhu

121 C)°

Sterilisasi dengan gas (gas yang digunakan berupa ethylene oxide atau

formaldehyde)

Desinfeksi zat kimia dengan proses grinding (menggunakan cairan kimia

sebagai desinfektan)

Inaktivasi suhu tinggi

Radiasi (dengan ultraviolet atau ionisasi radiasi seperti Co60

Microwave treatment

Grinding dan shredding (proses homogenisasi bentuk atau ukuran sampah)

Pemampatan/pemadatan, dengan tujuan untuk mengurangi volume yang

terbentuk.

Page 15: Manajemen Pengelolaan Limbah Rumah Sakit

5. Incinerator

Beberapa hal yang perlu diperhatikan apabila incinerator akan

digunakan di rumah sakit antara lain: ukuran, desain, kapasitas yang

disesuaikan dengan volume sampah medis yang akan dibakar dan

disesuaikan pula dengan pengaturan pengendalian pencemaran udara,

penempatan lokasi yang berkaitan dengan jalur pengangkutan sampah

dalam kompleks rumah sakit dan jalur pembuangan abu, serta perangkap

untuk melindungi incinerator dari bahaya kebakaran.

Keuntungan menggunakan incinerator adalah dapat mengurangi volume

sampah, dapat membakar beberapa jenis sampah termasuk sampah B3

(toksik menjadi non toksik, infeksius menjadi non infeksius), lahan yang

dibutuhkan relatif tidak luas, pengoperasinnya tidak tergantung pada iklim,

dan residu abu dapat digunakan untuk mengisi tanah yang rendah.

Sedangkan kerugiannya adalah tidak semua jenis sampah dapt

dimusnahkan terutama sampah dari logam dan botol, serta dapat

menimbulkan pencemaran udara bila tidak dilengkapi dengan pollution

control berupa cyclon (udara berputar) atau bag filter (penghisap debu).

Hasil pembakaran berupa residu serta abu dikeluarkan dari incinerator dan

ditimbun dilahan yang rendah. Sedangkan gas/pertikulat dikeluarkan

melalui cerobong setelah melalui sarana pengolah pencemar udara yang

sesuai.

Page 16: Manajemen Pengelolaan Limbah Rumah Sakit

KESIMPULAN

Keberagaman sampah/limbah rumah sakit memerlukan penanganan yang

baik sebelum proses pembuangan. Bila pengelolaan limbah tak dilaksanakan

secara saniter, akan menyebabkan gangguan bagi masyarakat di sekitar RS dan

pengguna limbah medis. Berbagai cara dilakukan RS untuk mengolah limbahnya.

Tahap penanganan limbah adalah pewadahan, pengumpulan, pemindahan pada

transfer depo, pengangkutan, pemilahan, pemotongan, pengolahan, dan

pembuangan akhir. Pembuangan akhir ini bisa berupa sanitary fill, secured

landfill, dan open dumping.

Mencegah limbah RS memasuki lingkungan dimaksudkan untuk

mengurangi keterpajanan (exposure) masyarakat. Tindakan ini bisa mencegah

bahaya dan risiko infeksi pengguna limbah. Tindakan pencegahan lain yang

mudah, jangan mencampur limbah secara bersama. Untuk itu tiap RS harus

berhati-hati dalam membuang limbah medis.

Ada beberapa kelompok masyarakat yang mempunyai resiko untuk

mendapat gangguan karena buangan rumah sakit. Pertama, pasien yang datang ke

Rumah Sakit untuk memperoleh pertolongan pengobatan dan perawatan Rumah

Sakit. Kelompok ini merupakan kelompok yang paling rentan. Kedua, karyawan

Rumah sakit dalam melaksanakan tugas sehari-harinya selalu kontak dengan

orang sakit yang merupakan sumber agen penyakit. Ketiga, pengunjung/pengantar

orang sakit yang berkunjung ke rumah sakit, resiko terkena gangguan kesehatan

akan semakin besar. Keempat, masyarakat yang bermukim di sekitar Rumah

Sakit, lebih-lebih lagi bila Rumah sakit membuang hasil buangan Rumah Sakit

tidak sebagaimana mestinya ke lingkungan sekitarnya. Akibatnya adalah kualitas

lingkungan menjadi menurun dengan akibat lanjutannya adalah menurunnya

derajat kesehatan masyarakat di lingkungan tersebut. Oleh karena itu, rumah sakit

wajib melaksanakan pengelolaan buangan rumah sakit yang baik dan benar

dengan melaksanakan kegiatan Sanitasi Rumah Sakit.

Aspek pengelolaan limbah telah berkembang pesat seiring lajunya

pembangunan. Konsep lama yang lebih menekankan pengelolaan limbah setelah

terjadinya limbah (end-of-pipe approach) membawa konsekuensi ekonomi biaya

Page 17: Manajemen Pengelolaan Limbah Rumah Sakit

tinggi. Kini telah berkembang pemikiran pengelolaan limbah dikenal sebagai

Sistem Manajemen Lingkungan. Dengan pendekatan sistem itu, tak hanya cara

mengelola limbah sebagai by product (output), tetapi juga meminimalisasi limbah.

Pengelolaan limbah RS ini mengacu Peraturan Menkes No 986/Menkes/Per/XI/

1992 dan Keputusan Dirjen P2M PLP No HK.00.06.6.44,tentang petunjuk teknis

Penyehatan Lingkungan Rumah Sakit. Intinya penyelamatan anak harus di

nomorsatukan, kontaminasi agen harus dicegah, limbah yang dibuang harus tak

berbahaya, tak infeksius, dan merupakan limbah yang tidak dapat digunakan

kembali.

Rumah sakit sebagai bagian lingkungan yang menyatu dengan masyarakat

harus menerapkan prinsip ini demi menjamin keamanan limbah medis yang

dihasilkan dan tak melahirkan masalah baru bagi kesehatan di Indonesia.

Page 18: Manajemen Pengelolaan Limbah Rumah Sakit

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, M., 2008, ‘Pengaruh Limbah Rumah Sakit Terhadap Kesehatan’, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia,

Depkes RI 2009 , ’Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas Kesehatan Lainnya’. Jakarta

Kusminarno, K., 2004, ‘Manajemen Limbah Rumah Sakit’, Jakarta

Nainggolan, R., Elsa, Musadad A., 2008, ‘Kajian Pengelolaan Limbah Padat Medis Rumah Sakit’, Jakarta

Notoadmodjo, S., 2007, ‘Ilmu Kesehatan Masyarakat’, Rineka Cipta, Jakarta

Paramita, N., 2007, ‘Evaluasi Pengelolaan Sampah Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto’, Jurnal Presipitasi Vol. 2 No.1 Maret 2007, Issn 1907-187x, Semarang

Permenkes RI nomor: 1204/MENKES/SK/X/2004 Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit

Pusat Komunikasi Publik, Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan RI.http://www.depkes.go.id

Shofyan, M., 2010, ‘Jenis Limbah Rumah Sakit Dan Dampaknya Terhadap Kesehatan Serta Lingkungan’, UPI

Suripto, A., 2002, ‘Pengelolaan Limbah Radioterapi Eksternal Rumah Sakit’, Buletin Alara, Volume 4 (Edisi Khusus), Serpong

Zaenab, 2009, ’Teknologi Pengolahan Limbah “Medis” Cair’, Makassar