manajemen pelayanan panitia …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34143/1/... ·...
TRANSCRIPT
MANAJEMEN PELAYANAN PANITIA PENYELENGGARA IBADAH HAJI (PPIH)
EMBARKASI JAKARTA PADA MUSIM HAJI TAHUN 2014
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh
Rahmawati NIM : 1111053100017
PROGRAM STUDI MANAJEMEN HAJI DAN UMRAH JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1436 H/ 2015 M
ABSTRAK Rahmawati. Manajemen Pelayanan Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Embarkasi Jakarta pada Musim Haji Tahun 2014 Dibawah Bimbingan Drs. H. Ahmad Kartono M.Si
Penyelenggaraan ibadah haji yang diselenggarakan setiap tahun selalu tidak luput dari perhatian masyarakat luas khususnya umat Islam, karena disamping menyangkut hajat orang banyak, penyelenggaraan ibadah haji juga sangat berkaitan dengan pelayanan jamaah haji yang harus diberikan sejak pendaftaran, pelunasan, pemberangkatan, pengasramaan, transportasi, akomodasi, katering, dan pelayanan bimbingan manasik peribadatan.
Penyelenggaraan ibadah melibatkan beberapa lembaga dan kementrian terkait yang dibentuk dalam suatu organisasi yang bertugas melaksanakan operasional penyelenggara ibadah haji dari tingkat pusat, provinsi, embarkasi, dan di Arab Saudi sejak dari perencanaa, pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi agar jamaah haji dapat melaksanakan ibadah dengan tertib, aman, nyaman sehingga proses ibadah haji dijalankannya sebagai ketentuan manasik haji. Organisasi penyelenggaraan ibadah haji di embarkasi yang disebut dengan Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Embarkasi mengemban tugas dan bertanggung jawab melaksanakan tata kelola pelayanan jamaah haji di Embarkasi baik saat keberangkatan maupun kepulangan dari Arab Saudi setelah melaksanakan ibadah haji, khususnya PPIH Embarkasi Jakarta tahun 2014.
Penelitian ini menggunakan metodologi kualitatif yaitu sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Dalam hal ini peneliti mengamati langsung subyek yang diteliti melakukan wawancara dengan anggota PPIH Embarkasi Jakarta tahun 2014 untuk mengetahui bagaimana manajemen yang dilakukan PPIH, apa saja aspek pelayanan yang diberikan pada jamaah dan adakah faktor penghambat maupun pendukung serta peneliti mengamati buku-buku yang dapat menunjang kelengkapan data.
Adapun hasil dari penelitian ini adalah penerapan manajemen pelayanan yang dilakukan oleh PPIH Embarkasi Jakarta tahun 2014 berjalan dengan baik mulai dari penerapan perencanaan, pengorganisasian yang sudah kordinasi, penggerakkan, pengawasan, dan evaluasi. Beberapa aspek pelayanan yang diberikan kepada jamaah haji adalah meliputi pelayanan masuk asrama, kesehatan, akomodasi, konsumsi, bimbingan manasik ibadah, paspor haji, gelang identitas, living cost, biaya hidup selama di Arab Saudi dan pelayanan keberangkatan ke bandara Halim Perdana Kusuma. Jika dilihat dari segi penggerakkan dan pengorganisasian ketua PPIH telah menentukan tugas-tugas kepada para anggota untuk melayani jamaah secara maksimal berdasarkan pedoman dan SOP. Pengawasan kinerja PPIH Embarkasi Jakarta, dilakukan Inspektur Jendral Kementerian Agama evaluasi yang dilakukan PPIH Embarkasi Jakarta sudah sesuai harapan untuk menjadikan kegiatan pelayanan pemberangkatan dan pemulangan jamaah haji lebih baik dan meningkat pada tahun mendatang Kata kunci: Manajemen pelayanan penyelenggara ibadah haji
i
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Syukur Alhamdulillah penulis haturkan kehadirat Allah SWT, Tuhan yang
Maha pengasih dan Maha Penyayang tanpa kasih saying serta Inayah-Nya tak
mungkin penulis dapat mencapai pendidikan sampai strata satu (S1).
Shalawat serta salam semoga senantiasa teriringi kehadiran junjungan Nabi
Muhammad SAW, para keluarganya, sahabat-sahabatnya, dan para pengikutnya
sampai akhir zaman. Ibu dan Ayah tercinta yang telah memberikan kasih
sayangnya dan membesarkan dengan penuh kasih sayangnya dan membesarkan
dengan penuh kesabaran, serta selalu memberikan do’a, semoga selalu dalam
lindungan Allah ibuku tercinta. Amiin Atas do’a dan usaha serta perjalanan
panjang akhirnya penulis dapat menyelesaikan salah tugas penting yang
mempertaruhkan segenap keilmuan yang penulis pelajari selama menuntut ilmu di
Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, walaupun masih jauh dari kesempurnaan.
Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis menyadari bahwa dalam
penyusunan bukan semata-mata atas usaha penulis saja melainkan bantuan dari
berbagai pihak yang telah tulus dan ikhlas membantu penulis hingga selesai.
Untuk itu dari lubuk hati yang paling dalam, penulis ucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, Dr. Suparto, M.Ed selaku Wakil Dekan bidang Akademik,
Dr. Hj. Raudhanah, M.Ag selaku Wakil Dekan Bidang Administratif, Dr.
Suhaimi, M.Si selaku Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan
ii
2. Drs. Cecep Castrawijaya, MA selaku Ketua Jurusan Manajemen Dakwah
dan Mulkanasir, BA, S.Pd, MM., selaku Sekertaris Manajemen Dakwah
yang banyak memberi arahan kepada penulis semenjak masuk pada
bangku kuliah.
3. Drs. Ahmad Kartono M.Si selaku Dosen Pembimbing yang telah bersedia
meluangkan waktunya, tenaga serta pikiran untuk memberikan arahan
dan bimbingan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
4. Suparto, M.Ed, Ph.D dan Drs. Sugiharto, MA selaku Penguji I dan
Penguji II yang telah memnguji penulis dengan baik dan memberikan
nilai dengan bijak
5. Segenap Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah
mendidik dan memberikan ilmunya kepada penulis selama dibangku
kuliah
6. Pimpinan perpustakaan utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan
perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah
memberikan pelayanan dan fasilitasnya.
7. Seluruh Staff Tata Usaha Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
yang telah melayani penulis dengan baik dan sabar
8. Seluruh Dosen Penguji, Ketua Sidang Munaqasah, dan Sekertaris yang
telah memberikan kesempatan pada penulis untuk mempersentasikan
hasil skripsi ini
9. Maaji tersayang, baba Neli tersayang beserta tujuh kakak-kakakku yang
selalu mendoakan penulis dan mendukung agar penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini
iii
10. Masrur Rahmansyah (bang acunk) tercinta yang selalu setia menemani
penelitian dan selalu memberikan semangat, kasih sayang, dan motivasi
kepada penulis agar penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan baik
11. Diyen Febianti, Eddy Rahmadi, Ratna Gardina, dan Siti Chairuwidha
adik-adikku yang setia membantu penulis dalam segi apapun agar
penulis mudah mengerjakan skripsi
12. Siti Khodijah dan Adie Habibie teman seperjuangan dalam mengerjakan
skripsi, sehingga kita bisa menjadi sarjana pertama di MHU angkatan
2011
13. Teman-teman MHU 2011 yang setia menyemangatkan penulis terutama
perempuan-perempuan kesayangan Rizka, Qmay, April, Putri, Difla,
Pipit, Andin
Begitu banyak nama yang tidak tercantum dalam penulisan skripsi
ini. Akhirnya hanya kepada Allah SWT penulis kembalikan. Semoga
semua telah diberikan pada penulis dapat menjadi berkah dan amal
ibadah yang pahalanya selalu mengalir
Wassalamu’alaikum Wr Wb
Penulis
Rahmawati
iv
DAFTAR ISI
ABSTRAK ......................................................................................................... i KATA PENGANTAR ....................................................................................... ii LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................. iii DAFTAR ISI ...................................................................................................... iv BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1 B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ............................................ 8 C. Manfaat Penelitian ......................................................................... 9 D. Metodelogi Penelitian .................................................................... 10 E. Tinjauan Pustaka ............................................................................ 14 F. Sistematika Penulisan .................................................................... 15
BAB II LANDASAN TEORI TENTANG MANAJEMEN PELAYANAN
PANITIA PENYELENGGARA IBADAH HAJI EMBARKASI JAKARTA A. Manajemen ...................................................................................... 17
1. Pengertian Manajemen.............................................................. 17 2. Fungsi Manajemen .................................................................... 18 3. Unsur-Unsur Manajemen .......................................................... 21
B. Pelayanan ........................................................................................ 22 1. Pengertian Pelayanan ............................................................... 22 2. Standar Pelayanan ..................................................................... 24 3. Dimensi Kualitas Pelayanan ..................................................... 26 4. Ciri – ciri Pelayanan yang Baik ................................................ 27
C. Manajemen Pelayanan ..................................................................... 30 1. Pengertian Manajemen Pelayanan ............................................. 30 2. Manajemen Pelayanan Haji ....................................................... 30
D. Unsur – Unsur Penyelenggaraan Haji Embarkasi Jakarta .............. 31 1. Jamaah Haji ............................................................................... 31 2. Pembiayaan haji ........................................................................ 33 3. Sarana Transportasi ................................................................... 34 4. Hubungan Antar Negara ........................................................... 36 5. Panitia Penyelenggara Ibadah Haji ........................................... 36
BAB III GAMBARAN UMUM PANITIA PENYELENGGARA IBADAH
HAJI EMBARKASI ......................................................................... 49 A. Visi dan Misi Panitia Penyelenggara Ibadah Haji Embarkasi ....... 49 B. Landasan, Tugas dan Fungsi Panitia Penyelenggara Ibadah
Haji Embarkasi Jakarta .................................................................. 49 1. Landasan Kerja Panitia Penyelenggara Ibadah Haji
Embarkasi Jakarta .................................................................. 49 2. Tugas Panitia Penyelenggara Ibadah Haji Embarkasi ........... 50 3. Fungsi Panitia Penyelenggara Ibadah Haji Embarkasi .......... 50
C. Pengankatan dan Masa Kerja Panitia Penyelenggara Ibadah Haji Embarkasi ...................................................................................... 51
vi
1. Pengangkatan PPIH dan Anggota PPIH ................................. 51 2. Pengangkatan dan Masa Kerja Pembantu PPIH ..................... 51
D. Susunan Organisasi Panitia Penyelenggara Ibadah Haji Embarkasi ...................................................................................... 53
E. Uraian Tugas Panitia Penyelenggara Ibadah Haji Embarkasi ....... 54 1. Tugas Pengarah ........................................................................ 54 2. Tugas Unsur Pimpinan ............................................................. 54 3. Tugas Unsur Pembantu Pimpinan ............................................ 55 4. Tugas Unsur Pelaksana dan Pembantu Pelaksana ................... 57
BAB IV ANALISIS MANAJEMEN PELAYANAN PANITIA PENYELENGGARA IBADAH HAJI EMBARKASI JAKARTA
A. Manajemen Pelayanan Panitia Penyelenggara Ibadah Haji Embarkasi Jakarta terhadap Jamaah Haji 2014 ............................................... 67 1. Menentukan Perencanaan (Planning) ...................................... 69 2. Melakukan Pengorganisasian (Organizing) ............................. 74 3. Mengadakan Penggerakkan (Actuating) .................................. 74 4. Menjalankan Pengawasan (Controling) ................................... 76 5. Melakukan Evaluasi (Evaluating) ............................................ 77
B. Aspek Pelayanan PPIH Embarkasi Jakarta terhadap Jamaah Haji 2014 ............................................................................................... 78 1. Aspek Pelayanan Pemberangkatan ......................................... 78
a. Pelayanan One Stop Servise ............................................ 78 b. Pelayanan Asrama ........................................................... 83 c. Pelayanan Katering .......................................................... 85 d. Pelayanan Pembinaan Jamaah dan Manasik Haji ............ 87 e. Pelayanan Bandara........................................................... 88
2. Aspek Pelayanan Pemulangan ................................................ 90 a. Pelayanan Bandara........................................................... 90 b. Pelayanan Asrama ........................................................... 91
C. Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat dalam Memberikan Pelayanan kepada Jamaah Haji 2014 ............................................. 92 1. Faktor Pendukung Pemberangkatan .......................................... 93 2. Faktor Penghambat Pemberangkatan ........................................ 93 3. Faktor Pendukung Pemulangan ................................................ 94 4. Faktor Penghambat Pemulangan .............................................. 94
D. Analisis terhadap Manajemen Pelayanan PPIH Embarkasi Jakarta 1. Perencanaan (Planning) ............................................................. 95 2. Pengorganisasian (Organizing) ................................................. 95 3. Penggerakkan (Actuating) ......................................................... 96 4. Pengawasan (Controling) .......................................................... 99 5. Evaluasi (Evaluating) ................................................................ 99
BAB V PENUTUP ............................................................................................. 100
A. KESIMPULAN .............................................................................. 100 B. SARAN .......................................................................................... 102
vii
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 103
LAMPIRAN ....................................................................................................... 105
viii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Haji diambil dari etimologis bahasa Arab dimana kata haji berarti qashd,
yakni tujuan, maksud, dan menyengaja. Menurut istilah syara’ haji ialah
menuju ke Baitullah dan tempat-tempat tertentu untuk melaksanakan amalan-
amalan ibadah tertentu pula dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah.
Haji merupakan rukun Islam kelima yang wajib dilaksanakan oleh umat Islam
yang memiliki kemampuan (istita’ah) mengerjakannya. Oleh karena itu
diantara syarat wajib haji selain harus beragama Islam, berakal sehat, baligh,
juga diisyaratkan memiliki kemampuan, baik kemampuan dalam soal harta,
fisik maupun mental, dan merdeka (bukan hamba sahaya). 1
Keislaman seseorang tidak akan sempurna sebelum ia mengerjakan
ibadah haji ke Baitullah. Meskipun demikian kewajiban haji hanya sekali
seumur hidup, selebihnya adalah sunnah bagi mereka yang mampu
melaksanakannya.
Kesatuan umat Islam dari seluruh penjuru dunia terlihat jelas dalam
pelaksanaan ibadah haji yang diselenggarakan setiap tahun. Umat Islam dari
seluruh penjuru dunia bertemu diatas tanah yang sangat luas yang disebut
‘’Padang Arafah’’, dalam satu waktu, dan satu wilayah mereka melaksanakan
1 Kementrian Agama RI Ditjen PHU, Dinamika dan perspektif haji di Indonesia (Jakarta: CV. Duta Peraga, 2010), h.12
1
2
manasik haji yaitu wukuf. Jadi, haji merupakan moment pertemuan tahunan
bagi umat Islam. Dimana mereka datang dari penjuru dunia.2
Doa yang disampaikan oleh jamaah haji saat berada di Baitullah sangat
efektif dan berpeluang besar diijabah oleh Allah Swt. Tak heran bila ibadah
haji akrab dengan namanya doa. Sepanjang siang dan malam di masjid, di
pemondokan di pasar, dan di perjalanan, zikir dan doa tak henti-hentinya
diucapkan oleh jamaah. Secara khusyuk doa disampaikan dari dalam hati,
diucapkan dengan lidah, lalu diekspresikan dengan gerakan dua tangan
menengadah ke atas dan anggukan kepala, tampak betul kesungguhan hamba
saat berdoa. 3
Dalam Al-qur’an surat Al Hajj ayat 27-28 Allah berfirman :
Artinya :
Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, dan mengendarai unta yang kurus yang datang dari segenap penjuru yang jauh, supaya mereka mempersaksikan berbagai manfaat bagi mereka dan supaya mereka menyebut nama Allah pada hari yang telah di tentukan atas rezki yang Allah berikan kepada mereka berupa binatang ternak. Maka makanlah sebagian dari padanya dan (sebagian lagi) berikanlah untuk
2 Thariq Muhammad, Rahasia Terindah Haji dan Umroh, cetakan 1 (Jakarta selatan: Duta Press, 2008), h.12
3 Kementrian Agama RI Ditjen PHU, Dinamika dan perspektif haji di Indonesia (Jakarta: CV. Duta Peraga, 2010), h. 180
3
dimakan orang-orang yang sengsara lagi fakir. (Q. S. Al Hajj : 27 dan 28)4
Ayat tersebut diatas secara tersirat memberikan dasar pengetahuan dan
pemahaman tentang pengelolaan haji atau manajemen haji antara lain
penyampaian informasi, proses perjalanan, angkutan/transportasi, kendala
yang akan dihadapi sampai dengan masalah manasik dan hikmah ibadah haji.
Untuk terlaksananya penyelenggaraan ibadah haji bagi jamaah haji
Indonesia yang tertib, aman, dan lancar, Kementerian Agama dalam hal ini
Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah berkewajiban
melaksanakan tugas dari aspek pembinaan, pelayanan, dan perlindungan
kepada jamaah haji sejak mulai pendaftaran dan tercatat di Siskohat Kemenag
secara online dan real time masa tunggu (waiting list), keberangkatan dari
Tanah Air ke Arab Saudi, selama pelaksanaan ibadah di Tanah Suci, sampai
akhirnya kembali lagi ke Tanah Air. Secara tekstual, pelayanan prima kepada
jamaah bertujuan untuk memenuhi kepuasan jamaah dan memberikan fokus
pelayanan kepada jamaah.5
Penyelenggaraan Ibadah haji bukanlah pekerjaan yang sederhana,
khususnya dalam hal pelayanan jamaah, mengingat jumlah jamaah haji
Indonesia yang harus dikelola adalah merupakan jamaah terbanyak di dunia.
Maka perlu adanya manajemen yang memiliki fungsi merencanakan,
mengorganisasikan, mengarahkan, mengkoordinasikan, serta mengawasi
kegiatan pelaksanaan haji untuk tercapainya penyelenggaraan haji yang
aman, lancar, nyaman, tertib teratur, dan ekonomis. Manajemen haji lebih
4 Al-qur’an Digital 5 Ibid., h. 232
4
dititik beratkan pada sektor jasa pelayanan dengan memberikan kepuasan
yang prima kepada jamaah. 6 Sebagaimana pelayanan jamaah haji yang
diberikan oleh Panitia dan Petugas Haji di asrama haji embarkasi, karena
asrama haji merupakan tempat proses kesiapan administratif dan dokumen
terakhir bagi jamaah haji dan mereka dapat beristirahat dalam waktu kurang
lebih 24 jam serta mendapat pelayanan lainnya seperti pemeriksaan
kesehatan, penimbangan barang bawaan (bagasi) dan manasik haji yang
sebelumnya sudah diberikan di kota masing-masing.
Asrama haji embarkasi Jakarta Pondok Gede menerapkan sistem
pelayanan satu atap, dimana semua unsur petugas pelayanan berada dalam
satu ruangan untuk memproses administrative dan dokumen, membagikan
perlengkapan haji kepada jamaah antara lain buku kesehatan, paspor, gelang
identitas, dan uang living cost. Hal tersebut sejalan dengan amanat Undang-
Undang No.13 tahun 2008 pasal 11 bahwa Menteri membentuk Panitia
Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) di tingkat pusat, di daerah yang memiliki
embarkasi, dan di Arab Saudi.7
Secara khusus yang akan dibahas dalam tulisan ini adalah tugas dan
fungsi dari PPIH Embarkasi Jakarta. Dimana tugas dan fungsi Panitia
Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Embarkasi Jakarta adalah
menyelenggarakan operasional pemberangkatan dan pemulangan haji di
asrama haji embarkasi sesuai dengan kebijakan Direktorat Jenderal
6 Hanan Alatif dan Nizam Ahmad, Manajemen haji (Jakarta: Nizam Press, 2004) h. 19 7 Republika Indonesia, Undang-undang Republik Indonesia Penyelenggaraan Haji dan umrah, (Jakarta: Sekertariat Negara, 2008), Pasal.13
5
Penyelenggaraan Haji dan Umrah, meliputi perencanaan, pelaksanaan,
pengendalian, pelayanan pemberangkatan dan pemulangan jamaah haji
meliputi antara lain pelayanan dokumen, akomodasi, pembinaan jamaah dan
petugas, keamanan, perbekalan, penerbangan, imigrasi, bea cukai, dan
kesehatan serta mengkoordinasikan kegiatan pelayanan dengan unsur instansi
terkait.8
Adapun jumlah anggota Personil PPIH Embarkasi Jakarta disesuaikan
dengan kebutuhan organisasi sebanyak 23 orang, dan keanggotaan PPIH
Embarkasi jakarta terdiri dari unsur Pejabat Kantor Wilayah Kementerian
Agama dan instansi terkait. Dalam pelaksanaan tugasnya PPIH Embarkasi
Jakarta mengangkat pembantu panitia yang disebut dengan pembantu PPIH
Embarkasi sebanyak 65 orang. Menurut ketentuan jumlah pembantu PPIH
embarkasi disesuaikan dengan kebutuhan, dengan ketentuan jumlah
maksimum 1 :75 bagi embarkasi yang jamaahnya kurang dari 10.000,
sedangkan embarkasi yang jamaahnya lebih dari 10.000 orang, maka jumlah
pembantu PPIH 1 :100 (1 orang petugas pembantu PPIH melayani 100 orang
jamaah)9
Untuk melaksanakan tugas dan fungsi PPIH dengan baik maka perlu
adanya manajemen yang baik karena manajemen merupakan aktivitas untuk
mengatur kegunaan sumber daya manusia bagi tercapainya tujuan organisasi
8 Direktorat Jendral Penyelenggaraan Haji dan Umroh, Pedoman Kerja PPIH Embarkas, ( Jakarta: Kementrian Agama, 2010), h. 24
9 Ibid., h. 26
6
secara efektif. 10 Dalam hal pelayanan haji tentunya yang diberikan PPIH
kepada jamaah haji yaitu berupa jasa maka perlu adanya pelayanan yang
berkualitas karena jika layanan jasa yang diterima melampaui atau melebihi
harapan jamaah, maka kualitas jasa dipersepsikan sebagai kualitas jasa yang
ideal. Sebaliknya jika kualitas jasa yang diterima lebih rendah dari harapan,
maka kualitas jasa dipersepsikan buruk.
Disinilah peran PPIH dalam membantu jamaah haji dengan pelayanan 24
jam yang diberikan PPIH selama di asrama haji Jakarta Pondok Gede
sebelum di berangkatkan ke Tanah Suci, untuk mempersiapkan segala
keperluan jamaah yang akan melaksanakan ibadah haji. PPIH sebagai
perwakilan dari pemerintah harus memberikan pelayanan yang terbaik untuk
jamaah sesuai dengan biaya yang mereka keluarkan, sehingga masyarakat
Indonesia khususnya jamaah haji dapat menilai kesungguhan pemerintah
sebagai penyelenggara haji yang baik dan profesional.
Beberapa kelemahan PPIH Embarkasi Jakarta 2014 yang ditemui oleh
penulis dalam praktikum berkaitan dengan manajemen pelayanan yang
diberikan PPIH kepada jamaah haji antara lain :
1. PPIH Bidang Penerimaan dan Pemberangkatan terutama penguusan
terhadap jamaah udzur kurang santun jamaah dalam memberikan
pelayanan pemeriksaan barang di x-ray,
2. PPIH Bidang Pembinaan Jamaah dan Petugas terutama Seksi Pemantapan
Manasik Haji masih kurang melakukan sosialisasi untuk mengajak
10 Zaini Muchtarom, Dasar - Dasar Manajemen dakwah (Yogyakarta: Al-amin IKFA, 1996) cet ke-1, h.37
7
jamaah dalam mengikuti kegiatan manasik haji yang dilaksanakan ba’da
ashar sehingga banyak jamaah yang tidak ikut serta, pengetahuan tentang
manasik masih perlu ditingkatkan karena masih banyak dijumpai jamaah
haji yang berkonsultasi,
3. PPIH Bidang Dokumen masih kurang teliti dalam penulisan nama jamaah
secara lengkap dalam rangka pengolahan kloter, rombongan dan data
manifest,
4. PPIH Bidang Kesehatan kurang professional ketika menghadapi jamaah
yang belum suntik maningitis dan melakukan pemeriksaan akhir,
5. PPIH Bidang Penerimaan bersikap kurang ramah terhadap Tim Kesehatan
Haji Daerah (TKHD) ketika lembar biru dan Surat Panggilan Masuk
Asrama (SPMA) TKHD tersebut hilang.
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka penulis tertarik
untuk melakukan penelitian manajemen pelayanan PPIH Embarkasi Jakarta
Pondok Gede kemudian penulis menjadikan bahan dan skripsi dengan judul
’’Manajemen Pelayanan Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH)
Embarkasi Jakarta Pada Musim Haji 2014“
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Penulis membatasi masalah yang akan dibahas yaitu Manajemen
Pelayanan Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Embarkasi Jakarta
Pada Musim Haji 2014, sehingga diharapkan dapat terarah dan terfokus
pada masalah manajemen pelayanan haji yang dilaksanakan oleh PPIH
Embarkasi Jakarta tahun 2014.
8
2. Perumusan Masalah
Perumusan masalah adalah suatu pernyataan yang dirumuskan dalam
kalimat tanya, bersifat padat isi, jelas maksudnya sehingga memberikan
petunjuk tentang kemungkinan mengumpulkan data guna menjawab
pernyataan yang terkandung didalamnya.11
Berdasarkan uraian diatas maka dapat diambil suatu rumusan masalah
sebagai berikut :
a. Bagaimanakah manajemen Pelayanan Panitia Penyelenggara
Ibadah Haji (PPIH) Embarkasi Jakarta pada musim haji 2014?
b. Aspek pelayanan apa saja yang diberikan PPIH Embarkasi Jakarta
terhadap jamaah haji tahun 2014?
c. Apakah faktor pendukung dan faktor penghambat pelayanan
Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Embarkasi Jakarta
terhadap jamaah haji 2014?
C. Tujuan dan Manfaat penelitian
1. Tujuan Penelitian
Dengan mengacu pada latar belakang dan perumusan masalah yang
sudah dinyatakan sebelumnya maka tujuan penelitian ini adalah :
a. Untuk mengetahui sistem manajemen Pelayanan Panitia
Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Embarkasi Jakarta pada musim
haji 2014
11 Suryabrata Sumadi, Metode Penelitian (Jakarta: CV Rajawali, 1993, h.71
9
b. Untuk mengetahui aspek pelayanan apa saja yang diberikan PPIH
Embarkasi Jakarta terhadap jamaah haji tahun 2014?
c. Untuk mengetahui faktor pendukung dan faktor penghambat
pelayanan Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Embarkasi
Jakarta terhadap jamaah haji 2014
2. Manfaat penelitian
Adapun manfaat penelitian pelayanan (PPIH) Embarkasi Jakarta dapat
diketahui melalui dua pendekatan sebagai berikut:
a. Teoritis yaitu menambah khazanah ilmu pengetahuan dalam
memperoleh informasi tentang pelayanan yang diberikan PPIH
terhadap jamaah haji 2014
b. Praktisi
1) Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Embarkasi Jakarta dapat
memberikan pelayanan terbaik dan berupaya meningkatkan
pelayanan kepada jamaah haji, PPIH juga sebagai referensi
manajemen pelayanan yang efektif dan efesien agar tidak terjadi
kesalahan dalam proses pelayanan yang diberikan.
2) Jamaah haji adalah sebagai salah satu sumber informasi mengenai
pelayanan yang diberikan oleh Panitia Penyelenggara Ibadah Haji
(PPIH) embarkasi selama di Asrama haji Jakarta.
10
D. Metodologi Penelitian
1. Metode Penelitian
Penyusunan skripsi ini menggunakan pendekatan deskriptif
kualitatif yaitu melakukan penelitian untuk menghasilkan data berupa
kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat
diamati dengan memilih metode kualitatif, penulis mengharapkan dapat
memperoleh data yang lengkap dan akurat. Ditinjau dari sifat penyajian
datanya, penulis menggunakan metode deskriptif yang mana metode
deskriptif merupakan penelitian yang tidak mencari atau menjelaskan
hubungan, tidak menguji hipotesis atau prediksi.12
2. Subjek dan Objek Penelitian
a. Subjek dalam penelitian ini adalah Panitia Penyelenggara Ibadah Haji
(PPIH) Embarkasi Jakarta tahun 2014
b. Objek penelitian ini adalah manajemen pelayanan yang diberikan
Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Embarkasi Jakarta
terhadap jamaah haji tahun 2014
3. Pemilihan Informan
Pemilihan informan dalam penelitian ini adalah Pejabat dan Staf
Kepala Bidang Penyelenggaraan Haji Kanwil Kemenag DKI Jakarta
yang juga sebagai salah satu Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH)
Embarkasi Jakarta 2014 dengan menetapkan subjek penelitian
menggunakan sampel teoritis yang dipilih dengan kriteria tertentu,
12 Rahmat Jalaludin, Metode Penelitian Komunikasi (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya 2002), Cet.11, h.24
11
berdasarkan teori sesuai studi-studi sebelumnya, atau sesuai tujuan
penelitian. Hal ini dilakukan agar sampel sungguh-sungguh mewakili
(bersifat representative terhadap fenomena yang dipelajari)13
Peneliti tidak mungkin melakukan penelitian pada berbagai
kelompok yang berbeda, akan tetapi pemilihan orang yang tepat menjadi
penting untuk memperoleh data yang paling akurat sesuai dengan
masalah dan tujuan penelitian, dan harus menentukan secara hati-hati
waktu dan kondisi yang tepat untuk mewawancarai atau mengawasi
responden.
4. Sumber Data
a. Data Primer
Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari
responden dalam hal ini data dari hasil wawancara dengan informan
dan dari pihak Panitia Penyelenggara Ibadah haji (PPIH) Embarkasi
Jakarta.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data tidak langsung yaitu informan lain
yang mengetahui tentang manajemen pelayanan Panitia
Penyelenggara Ibadah Haji, catatan-catatan, dokumen-dokumen serta
sumber lainnya yang berkaitan dengan pelayanan haji.
5. Teknik Pengumpulan Data
a. Observasi
13 Poewandari Kristi, Pendekatan Kualitatif untuk Penelitian Perilaku Manusia ( Jakarta: LPSP3 fakultas pesikolog UI, 2000) h.102
12
Observasi dilakukan dengan mengadakan pengamatan langsung ke
lapangan dengan mendatangi narasumber yaitu Panitia Penyelenggara
Ibadah Haji (PPIH) Embarkasi Jakarta, hal ini guna mengetahui
keadaan sebenarnya yang terjadi pada lokasi penelitian yang berkaitan
dengan manajemen pelayanan PPIH Embarkasi, telah dilakukan
observasi selama 10 kali.
b. Wawancara
Wawancara yaitu suatu proses interaksi dan komunikasi. Dalam
proses ini, hasil wawancara ditentukan oleh beberapa faktor yang
berinteraksi dan memengaruhi arus informasi. Faktor-faktor tersebut
adalah pewawancara, responden, topik penelitian yang tertuang
dalam daftar pertanyaan, dan situasi wawancara.14
Untuk mendapatkan data yang valid dan sah penulis melakukan
wawancara langsung dengan Bapak Panca, Bapak Aan dan Bapak H.
Ahmad Syukri selaku pejabat Badan Pengelola Asrama Haji Jakarta
dan selaku anggota PPIH Embarkasi Jakarta tahun 2014.
c. Dokumentasi
Dokumentasi ialah pengambilan data yang diperoleh melalui
dokumen-dokumen. 15 Penulis menggunakan data-data dan sumber
yang ada hubungannya dengan masalah yang akan dibahas, sedangkan
data-data ini, penulis peroleh dari buku-buku dan arsip-arsip PPIH
Embarkasi Jakarta tahun 2014 dan lain sebagainya yang dapat
mendukung serta berkaitan dengan masalah penelitian.
14Effebdi Sofian, Metode Penelitian Survei, (Jakarta: LP3ES, 2012), h.207 15Usman Husain dan Akbar Setiady Purnomo, Metedologi Penelitian Sosial (Jakarta: PT
Bumi Aksara, 2003), CET. Ke-4, h.53
13
d. Teknis Analisis Data
Setelah data yang dibutuh dalam penyusunan skripsi ini
terkumpul, maka langkah selanjutnya adalah menganalisis data.
Analisis data adalah proses penyederhanaan data kedalam bentuk yang
lebih mudah di baca dan di interprestasikan. 16 Teknik pengelolaan
data yang peneliti gunakan dalam mengolah data penelitian adalah
dari hasil wawancara, observasi, dokumentasi, dan bahan pustaka
dengan menggunakan pola deskriptif analisis, yakni peneliti mencoba
memaparkan semua data dan informasi yang diperoleh kemudian
menganalisa data dengan berpedoman pada sumber-sumber tertulis.
e. Teknik Penulisan
Adapun teknik penulisan dari penulisan skripsi ini adalah
menggunakan “pedoman penulisan karya ilmiah (Skripsi, Tesis, dan
Desertasi)”, karangan Hamid Nasution dkk CeQDA UIN Syarif
Hidayatullah, 2007.17
f. Tempat dan Waktu Penelitian
1) Tempat Penelitian
Dalam mengadakan penelitian ini penulis mengambil lokasi
di salah satu asrama haji di Indonesia yaitu Asrama Haji Jakarta
Pondok Gede yang beralamat di Jalan Raya Pondok Gede Jakarta
Timur telephone. 021 8009421 dan Kantor Wilayah Kementerian
Agama DKI Jakarta
16Ibid., h. 250 17 Hamid Nasuhi dkk, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Desertasi),
(Jakarta: Karangan Hamid Nasution dkk CeQDA UIN Syarif Hidayatullah, 2007 ), cet.pertama
14
2) Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada pertengahan bulan Maret 2015
sampai akhir Mei 2015
E. Tinjauan Pustaka
Dalam beberapa skripsi yang penulis baca, banyak pendapat yang harus,
diperhatikan dan menjadi perbandingan selanjutnya. Adapun setelah penulis
mengadakan kajian kepustakaan, penulis menemukan beberapa skripsi yang
memiliki judul hampir sama dengan yang akan penulis teliti. Judul-judul
tersebut antara lain:
1. Ahmad Jauhari, ‘’Strategi mutu pelayanan dalam meningkatkan
kepuasan jama’ah haji PT. Dua Ribu Wisata’’ skripsi ini menjelaskan
strategi pelayanan yang dilakukan travel PT. Dua Ribu Wisata dalam
melayani jamaah umrah dan haji, tetapi skripsi tidak menjelaskan
kelebihan dan kekurangan mutu pelayanan PT. Dua Ribu Wisata agar
mengetahui peningkatan pelayanan di tahun sebelumnya.18
2. Nursyamsiah, ‘’Analisis politik, ekonomi social dan Teknologi (PEST)
pada pengelolaan Asrama haji Embarkasi Jakarta-Bekasi, skripsi ini
hanya menganalisis tentang politik, akonomi social dan teknologi pada
pengelolaan asrama haji, sebaiknya penulis juga meneliti tentang fungsi
asrama haji yaitu tempat penyelenggaraan ibadah haji karena asrama haji
18 Jauhari Ahmad, ‘’Strategi mutu pelayanan dalam meningkatkan kepuasan jama’ah haji PT. Dua Ribu Wisata’’ skripsi mahasiswa jurusan Manajemen Dakwah 2009
15
merupakan asset pemerintah dalam meningkatkan kepuasan jamaah haji
tiap tahunnya19
3. Rohayati Qosidah, “ Manajemen Pelayanan Pemondokan Asrama Haji
Jakarta Pondok Gede Pada Musim Haji Tahun 2010”Skripsi ini hanya
menjelaskan pelayanan yang di dapat jamaah di asrama haji embarkasi
Jakarta, skripsi ini tidak menjelaskan bagaimana pembentukkan petugas
haji, dan yang dijelaskan dalam skripsi ini petugas haji hanya BPAH saja
seharusnya anggota Kanwil Kementrianpun ikut serta dalam
pennyelenggaraan haji di asrama haji embarkasi.20
Maka untuk menyempurnakan tiga skripsi yang penulis kaji pustakanya,
penulis meneliti manajemen pelayanan yang diberikan petugas haji yaitu PPIH
Embarkasi mulai dari pemberangkatan sampai pemulangan jamaah.
Penulispun meneliti aspek apa saja yang diberikan petugas haji dan
mengetahui kelebihan maupun kekurangan dalam melayani jamaah haji tahun
2014.
F. Sistematika Penulisan
Untuk lebih mudah memahami pembahasan dan penulisan skripsi, maka
penulis menguraikan secara rinci masalah demi masalah yang pembahasannya
terbagi menjadi lima bab dan masing-masing bab mempunyai sub bab dengan
sistematika sebagai berikut:
19 Nursyamsiah, ‘’Analisis politik, ekonomi social dan Teknologi (PEST) pada pengelolaan Asrama haji Embarkasi Jakarta-Bekasi, mahasiswa jurusan Manajemen Dakwah 2010
20 Qosidah Rohayati, “ Manajemen Pelayanan Pemondokan Asrama Haji Jakarta Pondok Gede Pada Musim Haji Tahun 2010” Mahasiswi jurusan Manajemen dakwah 2010
16
BAB I : PENDAHULUAN
Pada bab ini menguraikan latar belakang masalah,
pembatasan dan perumusan masalah tujuan dan manfaat
penelitian, metodologi penelitian, tinjauan pustaka, dan
sistematika penulisan.
BAB II : LANDASAN TEORI MANAJEMEN PELAYANAN
PANITIA PENYELENGGARA IBADAH HAJI
EMBARKASI JAKARTA
Terdiri dari beberapa hal diantaranya : pengertian tetang
manajemen, pelayanan, Panitia Penyelenggara Ibadah Haji
(PPIH) Embarkasi,
BAB III : GAMBARAN UMUM PANITIA PENYELENGGARA
IBADAH HAJI EMBARKASI
Yang terdiri dari gambaran umum Panitia Penyelenggara
Ibadah Haji (PPIH), landasan, tugas dan fungsi PPIH
Embarkasi, keangotaan PPIH Embarkasi, susunan
organisasi PPIH Embarkasi, uraian tugas PPIH Embarkasi
BAB IV : ANALISIS MANAJEMEN PELAYANAN PANITIA
PENYELENGGARA IBADAH HAJI EMBARKASI
JAKARTA
Pada bab ini maka penulis berkonsentrasi kepada
manajemen Pelayanan Panitia Penyelenggara Ibadah Haji
(PPIH) Embarkasi Jakarta pada musim haji 2014 dan faktor
pendukung serta penghambat manajemen pelayanan
terhadap jamaah haji 2014
BAB V : PENUTUP
Menguraikan tentang kesimpulan dan saran-saran yang
menjadi penutup dari bahasan skripsi ini
BAB II
LANDASAN TEORI TENTANG MANAJEMEN PELAYANAN
PANITIA PENYELENGGARA IBADAH HAJI
EMBARKASI JAKARTA
A. Manajemen
1. Pengertian Manajemen
Manajemen berasal dari kata “to manage“ yang berarti mengatur,
mengurus, atau mengelola. Dari arti tersebut, secara substantif, makna
manajemen mengandung unsur-unsur kegiatan yang bersifat pengelolaan.
Dengan demikian muncul pertanyaan apa yang dikelola dan siapa yang
bertindak sebagai pengelola.
Melayu S.P. Hasibuan menjelaskan bahwa manajemen dalam bahasa
inggris, artinya to manage, yaitu mengatur. Oleh karena itu menurutnya,
pertanyaan yang muncul adalah apa yang diatur, mengapa harus diatur,
siapa yang mengatur, bagaimana mengaturnya, dan dimana harus diatur.
Maka manajemen adalah ilmu dan seni yang mengatur proses pemanfaatan
sumber daya manusia secara efektif, dengan didukung oleh sumber-
sumber lainnya dalam suatu organisasi untuk mencapai tujuan.21
Manajemen adalah upaya mengatur dan mengarahkan berbagai
sumber daya, mencakup manusia (man), uang (money), barang (material),
mesin (mechine), metode (methode), dan pasar (market). Serta ilmu seni
yang mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia secara efektif,
21. Anton Athoillah, M.M, Dasar- dasar Manajemen (Bandung: Pustaka Setia, 2010, h.13
17
18
dengan didukung oleh sumber-sumber lainnya dalam suatu organisasi
untuk mencapai tujuan.22
Menurut James A.F Stoner manajemen adalah proses perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan usaha-usaha para anggota
organisasi dan penggunaan sumber daya organisasi lainnya agar mencapai
tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Dari definisi di atas terlihat bahwa
stoner telah menggunakan kata proses, bukan seni. Mengartikan
manajemen sebagai seni mengandung arti bahwa hal itu adalah
kemampuan atau keterampilan pribadi, sedangkan suatu proses adalah
secara sistematis untuk melakukan pekerjaan.23
Atmodiwirio S. mengemukakan manajemen adalah proses bekerja
sama antara individu dan kelompok serta sumber daya lainnya dalam
mencapai tujuan organisasi adalah sebagai aktivitas manajemen. Dengan
kata lain, aktivitas manajerial hanya ditemukan dalam wadah sebuah
organisasi baik organisasi swasta atau pemerintah.24
2. Fungsi Manajemen
Menurut George R. Terry, yang merumuskan fungsi-fungsi dari pada
manajemen yang disingkat menjadi POAC, yakni sebagai berikut :25
a. Planning (Perencanaan)
Planning dapat diartikan sebagai keseluruhan proses pemikiran dan
penemuan secara matang dalam hal-hal yang akan dikerjakan di masa
22 Hasibuan Malayu S.P., Manajemen dasar (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), h. 2 23 Handoko Hani, Manajemen (Yogyakarta: BPF, 1986), edisi ke-2, h.8 24 Atmodiwirjo, s. Manajemen Pendidikan Indonesia (Jakarta: Ardadizya Jaya, 2005), cet
1, h..6 25 Maringan Masry Simbolon, Dasar- dasar Administrasi dan Manajemen (Jakarta:
Ghalia Indonesia, 2004), h.36
19
yang akan datang dalam rangka pencapaian tujuan yang telah
ditentukan. Perencanaan adalah perencanaan tentang apa yang akan
dicapai, yang kemudian memberikan pedoman, garis besar apa yang
akan dituju. Perencanaan merupakan suatu perumusan dari persoalan-
persoalan tentang apa dan bagaimana sesuatu pekerjaan hendak
dikerjakan. Perencanaan merupakan suatu persiapan (preparation)
untuk tindakan-tindakan kemudian.
b. Organizing (pengorganisasian)
Pengertian organisasi dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu :
1) Organisasi sebagai alat dari manajemen
Ialah organisasi sebagai wadah/tempat manajemen sehingga
memberikan bentuk bagian manajemen yang memungkinkan
manajemen dapat bergerak dan manajemen dapat dikaitkan.
2) Organisasi sebagai fungsi manajemen
Ialah organisasi dalam arti dinamis (bergerak), yaitu
organisasi memberikan kemungkinan tempat manajemen bergerak
dalam batasan-batasan tertentu. Dengan kata lain, dinamis berarti,
bahwa organisasi itu bergerak dengan mengadakan pembagian
pekerjaan.
c. Actuating (Penggerakan)
Pergerakkan adalah suatu fungsi pembimbingan dan pemberian
pimpinan serta pergerakkan orang-orang agar orang-orang atau
kelompok orang-orang itu suka dan mau bekerja.
20
d. Controlling (Pengendalian/pengawasan)
Menurut Mc. Farland pengawasan adalah suatu proses dimana
pimpinan ingin mengetahui apakah hasil pelaksanaan pekerjaan yang
dilakukan olehbawahannya sesuai dengan rencana, perintah, tujuan,
kebijakan yang telah ditentukan.26
Melihat kompleksitas masalah yang ada dalam pelaksanaan haji
diperlukan adanya sistem manajemen yang dapat menjalankan fungsi
merencana, mengorganisasi, mengarahkan, mengkordinasi, dan
mengawasi pelaksanaan kegiatan haji demi terlaksananya pelaksanaan
ibadah haji dengan aman, lancar, tertib, teratur, dan ekonomis. Manajemen
haji lebih dititik beratkan pada sektor jasa pelayanan dengan memberikan
kepuasan yang prima kepada jamaah haji.
Secara garis besar manajemen haji mengahadapi enam tugas utama:
a. Melakukan hubungan kenegaraan dalam tataran diplomatik dengan
negara tujuan yaitu Arab Saudi
b. Menyusun rencana dan program untuk mencapai tujuan dan misi
pelaksanaan haji secara keseluruhan
c. Menanggung dampak dan tanggung jawab social dalam
keseluruhan aspek pelaksanaan haji
d. Menyelenggarakan operasional haji dengan aman, selamat, tertib,
teratur, dan sesuai dengan kemampuan ekonomi masyarakat.
26 Ibid., h.61
21
e. Mengakomodasi perbedaan aliran keagamaan (madzhab) yang
dianut masyarakat dan besarnya jumlah jamaah haji dengan porsi
yang terbatas
f. Pelestarian nilai-nilai haji dalam kaitannya dengan hubungan social
kemasyarakatan
Keenam tugas ini dilakukan secara simultan dalam satu siklus yang
berkelanjutan setiap tahunnya, dilaksanakan dalam waktu yang bersamaan
dan bertindak manajerial yang seragam, untuk mengupayakan pelayanan
yang optimal.27
3. Unsur-Unsur Manajemen
Unsur atau komponen merupakan bagian terpenting yang harus tersedia
dalam suatu pelaksanaan kegiatan. Dalam hal ini Abdul Sanie membagi
unsur alat manajemen (tool of management) kedalam enam bagian
diantaranya :28
a. Man, yakni tenaga kerja manusia, sumber daya manusia ( SDM )
yang ada pada sebuah lembaga, SDM yang ada akan berpengaruh
pada lancar atau tidaknya manajemen lembaga dalam melaksanakan
tujuan yang dilaksanakan.
b. Money, yakni pembiayaan yang diperlukan untuk mencapai tujuan.
Dana tersebut dapat diperoleh dari pemerintah setempat atau dari
donatur yang secara sukarela memberikan sumbangan demi kemajuan
27 Hanan Alatif dan Nizam Ahmad, Manajemen haji (Jakarta: Nizam Press, 2004), h. 18-19
28 Sani Abdul, Manajemen Organisasi, (Jakarta: Bina Aksara, 1987), h.28
22
sebuah proses dakwah.Disamping itu dana juga dapat diperoleh dari
lembaga usaha yang dikembangkan.
c. Methods, yakni cara atau sistem untuk mencapai tujuan. Dalam
penentuan metode ini harus direncanakan secara matang sehingga
tidak terjadi kevakuman di tengah jalan.
d. Materials, yakni bahan-bahan yang diperlukan dalam mencapai
tujuan atau misi lembaga. Bahan ini harus mendukung proses
pencapaian tujuan yang direncanakan oleh sebuah lembaga.
e. Machines, yakni alat-alat yang diperlukan, dalam hal ini alat-alat
yang digunakan bertujuan untuk memaksimalkan bahan-bahan yang
tersedia.
f. Market, yakni tempat untuk menawarkan hasil produksi dalam hal ini
misi lembaga dapat diterima oleh masyarakat yang pada gilirannya
mereka dapat menerima produk yang telah diciptakan.
B. Pelayanan
1. Pengertian Pelayanan
Dalam kamus besar bahasa Indonesia pelayanan diartikan sebagai
kemudahan yang diberikan sehubungan dengan jual beli barang atau
jasa.29
29 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarts: Balai pustaka, 2002), edisi ke 3, cet ke 2 h.446
23
Tentang pengertian pelayanan para ahli mengemukakan pendapatnya
yang berbeda-beda satu sama lain. Diataranya para ahli yang
mengemukakan pendapat layanan yaitu sebagai berikut :
a. Menurut AS.Moenir, pelayanan sebagai proses pemenuhan
kebutuhan melalui aktifitas orang lain yang langsung diterima.
Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa pelayanan merupakan
tindakan yang dilakukan orang lain agar masing-masing
memperoleh keuntungan yang diharapkan dan mendapatkan
kepuasan.30
b. Menurut H.N Cason, mendefinisikan pelayanan sebagai tindakan
yang dinyatakan atau dikerjakan untuk menyenangkan, mencari
petunjuk atau memberi keuntungan kepada pembeli dengan tujuan
menciptakan good will atau nama baik serta peningkatan,
penjualan, serta pendapatan.31
c. Pelayanan menurut Atep Adya Brata adalah segala usaha
penyediaan fasilitas dalam rangka mewujudkan kepuasan pada
calon pembeli atau pelanggan sebelum atau sesudah terjadinya
transaksi.32
Dari beberapa pendapat tersebut dapat dikemukakan bahwa
pelayanan adalah sesuatu tindakan atau usaha yang dilakukan oleh orang
lain atau lembaga atau oleh perusahaan kepada pembeli dan pelanggan
30 AS Moenir, Manajemen Pelayanan Umum di Indonesia (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), h.15
31 Herbert N Cason, Petunjuk Praktis dalam Berusaha (Surabaya: Usaha Nasional, 1981), h. 13
32 Atep Adya Brata, Bisnis dan Hokum Perdata SMK, (Bandung, Armico, 1999), h.93
24
agar masing-masing memperoleh keuntungan yang diharapkan dan
terwujudnya kepuasan, selanjutnya dalam hal melayani pembeli dan
pelanggan, kualitas pelayanan pun perlu diperhatikan karena jika layanan
jasa yang diterima melampaui atau melebihi harapan pelanggan, maka
kualitas jasa dipersepsikan sebagai kualitas jasa yang ideal ataupun
sebaliknya, adapun bentuk pelayanan menurut Drs. H.A.S. Moenir adalah
Layanan umum yang dilakukan oleh siapapun, bentuknya tidak terlepas
dari 3 macam, yaitu : (1) layanan dengan lisan, (2) layanan dengan
tulisan, (3) layanan dengan perbuatan. Ketiga bentuk layanan itu tidak
selamanya berdiri sendiri secara murni, melainkan sering berkombinasi.33
Penulis menyimpulkan bahwa dalam operasional penyelenggaraan
haji yang berperan banyak adalah layanan secara perbuatan, jenis layanan
ini tidak terhindar dari layanan lisan, dan antara layanan perbuatan
dengan layanan lisan sering bergabung.Jadi tujuan utama jamaah adalah
mendapatkan pelayanan dalam bentuk perbuatan atau hasil perbuatan,
bukan sekedar penjelasan dan kesanggupan secara lisan. Disinilah faktor
kecepatan dalam pelayanan menjadi dambaan setiap jamaah haji, disertai
kualitas hasil yang memadai.
2. Standar Pelayanan
Standar pelayanan merupakan ukuran yang telah ditentukan sebagai
suatu pembakuan pelayanan yang baik. Standar pelayanan mengandung
33 A.S. Moenir, Manajemen Pelayanan Umum di Indonesia (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), cet 9, h.190
25
baku pelayanan. Pengertian mutu menurut Goetsch dan Davis merupakan
kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses,
dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan pihak yang
menginginkannya.34
Dalam teori pelayanan, Standar pelayanan prima setidaknya berisi
tentang dasar hukum, persyaratan, prosedur pelayanan, waktu
penyelesaian, biaya pelayanan, produk dan program pelayanan, sarana
dan prasarana, kompetensi petugas pemberi pelayanan, pengawas intern,
penanganan pengaduan, saran dan masukan dan jaminan pelayanan.
Standar pelayanan sekurang-kurangnya meliputi:
a. Prosedur Pelayanan
Prosedur pelayanan yang dibakukan bagi pemberi dan penerima
pelayanan termasuk pengaduan.
b. Waktu Penyelesaian
Waktu penyelesaian yang ditetapkan sejak saat pengajuan
permohonan sampai dengan penyelesaian pelayanan termasuk
pengaduan.
c. Biaya pelayanan
Biaya/tarif pelayanan termasuk rincian yang ditetapkan dalam
proses pemberian pelayanan.
34 Sutopa, Sryanto dan Adi, Pelayanan Prima (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), h.13
26
d. Produk pelayanan
Hasil pelayanan yang akan diterima sesuai dengan ketentuan yang
memadai oleh penyelenggara pelayanan publik
e. Sarana dan prasarana
Penyediaan sarana dan prasarana pelayanan yang memadai oleh
penyelenggara pelayanan publik
f. Kompetensi petugas pemberi pelayanan
Kompetensi petugas pemberi pelayanan harus ditetapkan dengan
tetap berdasarkan pengetahuan, keahlian, keterampilan, sikap, dan
prilaku yang dibututhkan.35
3. Dimensi Kualitas Pelayanan
Menurut Zeithmal yang dikutip dalam majalah Manajemen
Usahawan Indonesia, perwujudan kepuasan pelanggan dapat
didefinisikan melalui lima dimensi kualitas pelayanan yaitu :
a. Keandalan (reliability) merupakan kemampuan untuk
melaksanakan jasa yang dijanjikan dengan tepat dan terpercaya,
b. Keresponsifan (responsiveness) merupakan pemberian pelayanan
secara cepat dan tanggap,
c. Jaminan (assurance) merupakan pengetahuan kemampuan, dan
kesopanan para pegawai perusahaan untuk menumbuhkan rasa
percaya para pelanggan kepada perusahaan,
35 Rahmayanty Nina, Manajemen Pelayanan Prima, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010), h. 89
27
d. Empati (empaty) merupakan memberikan perhatian yang tulus
dan bersifat individual yang diberikan kepada para pelanggan
dengan berupaya memahami keinginan konsumen,
e. Berwujud (tangible) kebutuhan pelanggan yang berfokus pada
penampilan barang atau jasa, ini mencangkup antara lain: fasilitas
fisik, perlengkapan, penampilan pegawai dan sarana
komunikasi.36
4. Ciri – ciri Pelayanan yang Baik
Pelayanan yang baik adalah kemampuan perusahaan dalam
memberikan kepuasan kepada pelanggan dengan standar yang sudah
ditetapkan. Kemampuan tersebut ditunjukkan oleh sumber daya manusia
dan sarana serta prasarana yang dimiliki. Banyak perusahaan yang ingin
dianggap selalu yang terbaik dimata pelanggan. Karena pelanggan akan
menjadi setia terhadap produk yang ditawarkan. Di samping itu
perusahaan juga berharap pelayanan yang diberikan kepada pelanggan
dapat ditularkan kepada orang lainnya. Hal ini merupakan promosi
tersendiri bagi perusahaan yang berjalan terus secara berantai dari mulut
ke mulut. Dengan kata lain pelayanan yang baik akan meningkatkan
image perusahaan dimata pelanggannya. Image ini harus selalu dibangun
agar citra perusahaan dapat selalu meningkat. Demikian pula SDM
pelayanan haji, dimana penyelenggara dalam hal ini Kementerian Agama
36 Aviliani dan Wilfridus, Membangun Kepuasan Pelanggan melalui Kualitas Pelayanan (Jakarta,: Manajemen, Usahawan Indonesia, 1997), h.10-11
28
dianggap baik, Jika mampu memberikan kepuasan pelayanan kepada
jamaah haji
Menurut Kasmir, beberapa ciri pelayanan yang baik bagi perusahaan
yang harus melayani pelanggan, yaitu : tersedianya karyawan yang baik,
tersedianya sarana dan prasarana yang baik, bertanggung jawab pada
setiap jamaah sejak awal hingga selesai, mampu melayani secara cepat
dan tepat, mampu berkomunikas, memiliki kemampuan dan pengetahuan
yang baik dan berusaha memahami kebutuhan pelanggan.37
Ciri pelayanan yang baik sebagaimana dikemukakan oleh Kasmir
tersebut, dapat dijelaskan berkaitan dengan pelayanan haji sebagai
berikut :38
a. Tersedianya petugas haji yang baik
Kenyamanan jamaah sangat tergantung pada petugas yang baik
dan mampu melayani. Petugas haji harus berpenampilan ramah, sopan
dan menarik, tanggap, pandai berbicara, menyenangkan, serta pintar.
b. Tersedianya sarana dan prasarana yang baik
Pada dasarnya jamaah ingin dilayani secara prima. Untuk melayani
jamaah, salah satu yang paling penting diperhatikan disamping
kualitas, kuantitas dan sumber daya manusia adalah sarana dan
prasarana yang dimiliki perusahaan. Peralatan dan fasilitas yang
dimiliki seperti ruang tunggu dan ruang untuk menerima jamaah harus
37 Kasmir, Etika Costumer Service (Jakarta: , PT Raja Grafindo Persada, 2005), h.186 38 Qasidah Rohayati, Manajemen Pelayanan pemondokan Asrama haji Jakarta Pondok
Gede Pada musim haji tahun 2010 (Jakarta: 2011) h. 20
29
dilengkapi dengan berbagai fasilitas yang cukup sehingga membuat
jamaah nyaman dan betah dalam ruangan tersebut.
c. Bertanggung jawab kepada jamaah dari awal sampai selesai
Dalam menjalankan kegiatan pelayanan dari awal sampai selesai
petugas haji bertanggung jawab terhadap pelayanan yang diinginkan
oleh jamaah haji.
d. Mampu melayani secara cepat dan tepat
Mampu melayani secara cepat dan tepat artinya dalam melayani
jamaah dan tidak membuat kesalahan dalam arti pelayanan yang
diberikan tidak sesuai dengan standar dan keinginan jamaah.
e. Mampu berkomunikasi
Mampu berkomunikasi artinya petugas harus mampu berbicara
kepada jamaah dengan baik memahami keinginan jamaah. Bahasa
yang digunakan adalah bahasa yang jelas dan mudah dimengerti.
f. Memiliki pengetahuan dan kemampuan yang baik
Karena tugas petugas haji selalu berhubungan dengan jamaah,
maka dia harus mempunyai pengetahuan tentang perhajian dan
kemampuan yang baik dalam melayani jamaah sehingga dapat
mempercepat proses pekerjaan sesuai dengan waktu yang ditentukan.
30
g. Berusaha memahami kebutuhan jamaah
Petugas harus cepat tanggap terhadap apa yang diinginkan jamaah,
baik berkaitan dengan pelayanan umum, pelayanan kesehatan, dan
bimbingan ibadah.
C. Manajemen Pelayanan
1. Pengertian Manajemen Pelayanan
Pengertian pelayanan menurut Gronroos adalah suatu/serangkaian
aktivitas yang bersifat kasat mata (tidak dapat diraba) yang terjadi sebagai
akibat adanya interaksi antara konsumen atau pelanggan dengan karyawan
atau hal-hal lain yang disediakan oleh perusahaan pemberi layanan yang
dimaksudkan untuk memecahkan masalah konsumen atau pelanggan.
Sedangkan pengertian manajemen pelayanan merupakan suatu
proses penerapan ilmu dan seni untuk menyusun rencana,
mengkoordinasikan, dan menyelesaikan aktivitas-aktivitas pelayanan demi
tercapainya tujuan-tujuan pelayanan.39
Menurut penulis kelebihan manajemen pelayanan adalah ruang
lingkup manajemen pelayanan cukup luas meliputi pelayanan barang, jasa,
dan administrative yang dilayani oleh instansi pemerintah pusat, daerah,
dan lain-lain. Sedangkan kelemahan manajemen pelayanan adalah sifatnya
yang kasat mata jadi sulit menentukan tingkat kepuasan pelanggan secara
langsung, karena harus membutuhkan wawancara terhadap pelanggan.
39 Winarsih septi Atik dan Ratminto, Manajemen Pelayanan, (Jakarta: Pustaka Pelajar, 2010), h. 23
31
2. Manajemen Pelayanan Haji
Manajemen pelayanan haji adalah kegiatan merencanakan,
mengarahkan, mengkoordinasikan dan mengawasi kegiatan pelaksanaan
haji demi terlaksananya ibadah haji dengan aman, lancar, nyaman, tertib,
teratur, dan ekonomis yang mentitikberatkan pada sektor pelayanan
dengan memberikan kepuasan yang prima kepada calon jamaah,40 yang
meliputi pendaftaran haji, pembinaan jamaah, pelayanan kesehatan,
akomodasi, transportasi, dan penanganan dokumen.
3. Landasan Pelayanan
Sejumlah peraturan yang berkaitan dengan pelayanan antara lain:
a. Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perbaikan Mutu
Pelayanan Aparatur Pemerintahan kepada Masyarakat
b. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor
63/KEP/M.PAN/7/2003 tentang Pedoman Umum
Penyelenggaraan Pelayanan Publik
c. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor
25/KEP/M.PAN/2/2004 tentang Pedoman Umum Penyusunan
Indeks Kepuasan Masyarakat Unit Pelayanan Instansi Pemerintah41
D. Unsur-Unsur Penyelenggaraan Haji Embarkasi Jakarta
Penyelenggaraan ibadah haji merupakan tugas nasional dan menjadi
tanggung jawab pemerintahan yang pelaksanaannya dikordinasikan oleh
40 Nidjam Ahmad dan Hanan Alatief, Manajemen Haji (Jakarta: Nizam press, 2004), cet ke-1 h.19 41 Winarsih septi Atik dan Ratminto, Manajemen Pelayanan, (Jakarta: Pustaka Pelajar, 2010), h. 30
32
Menteri Agama dengan melibatkan berbagai instansi dan unit terkait,
termasuk hubungan bilateral dengan pemerintah Arab Saudi.42
Umat islam yang akan menunaikan ibadah haji tidak dapat
melaksanakan haji diluar waktu dan tempat yang telah ditentukan. Selain
itu, tempat yang dituju adalah Negara lain sehingga mempunyai keterkaitan
dengan peraturan yang berlaku dalam hubungan Internasional.43
Penyelenggaraan ibadah haji di Asrama Haji Embarkasi Jakarta
melibatkan beberapa unsur diantaranya :
1. Jamaah Haji
Arti haji dalam ensiklopedia Islam menyengaja atau menuju dan
mengunjungi. 44 Sedangkan menurut istilah syara’ haji ialah sengaja
mengunjungi Ka’bah untuk melaksanakan serangkaian amal ibadah
sesuai dengan syarat dan rukun tertentu.45
Arti jama’ah dalam ensiklopedia bahasa Indonesia adalah wadah
bagi umat Islam dalam menjalankan ibadah.46 Secara etimologi atau
bahasa arab memiliki arti berkumpul. Sedangkan jamaah menurut
istilah kata jamaah dapat diartikan sebagai pelaksana ibadah secara
bersama-sama yang dipimpin oleh seorang imam.47
42 Kementrian Agama RI ditjen PHU, Intisari Langkah-langkah Pembenahan Haji, (Jakarta: Sekertariat Kementrian Agama, 2010), h.104
43 Nidjam Ahmad dan Hanan Alatief, Manajemen Haji (Jakarta: Nizam press, 2004), cet ke-1 h.10
44 Kementrian Agama RI Ditjen PHU, Dinamika dan perspektif haji di Indonesia (Jakarta,: CV. Duta Peraga, 2010), h.87
45 Ibid ., h.12 46 Zurizal Z dan Aminuddin, Fiqih Ibadah ( Jakarta,: Lembaga Penelitian Universitas
Islam, 2008), h.185 47 Ibid., h.186
33
Dari penjelasan dapat dikemukakan bahwa pengertian jamaah haji
adalah sejumlah orang yang secara bersama-sama melaksanakan
ibadah haji dengan mengunjungi baitullah untuk melaksanakan rukun
islam yang ke lima dipimpin oleh pembimbing atau petugas haji.
Ibadah yang merupakan rukun Islam kelima ini adalah wajib
dilaksanakan oleh umat islam yang memiliki kemampuan (istita’ah)
mengerjakannya. Diantara syarat wajib selain harus beragama islam,
berakal, baligh, juga diisyaratkan memiliki kemampuan untuk
melaksanakannya, baik kemampuan dalam soal harta, fisik, maupun
mental dan merdeka.
Dapat dipahami bahwa kriteria mampu itu adalah segala sesuatu
yang menjadikannya bisa melakukan rukun haji dengan sempurna,
tanpa ada hambatan apapun.Tanpa hambatan disini maksudnya ada
rasa aman selama perjalanan, nafkah keluarga yang ditinggal selama
haji cukup, dan bagi perempuan ada yang menjaga baik mahramnya
atau bersama perempuan yang dipercaya.48
2. Pembiayaan Haji
Pembiayaan penyelenggaraan haji berasal dari jamaah yang
membayar sejumlah dana untuk menunaikan ibadah haji kepada
Menteri Agama melalui bank penerima setoran yang ditunjuk
pemerintah. Biaya yang dibayar oleh jamaah inilah yang disebut
dengan Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH) atau dahulu
48 Kementrian Agama RI Ditjen PHU, Dinamika dan perspektif haji di Indonesia (Jakarta: , Duta Peraga, 2010), h.89
34
dikenal dengan Ongkos Naik Haji (ONH), besarnya BPIH bervariasi
setiap tahunnya sesuai dengan fluktuasi nilai tukar valuta asing dan
konsisi perekonomian.
Penetapan BPIH dilakukan oleh Presiden atas usul Menteri Agama
setelah mendapat persetujuan DPR RI, yang selanjutnya digunakan
untuk keperluan penyelenggaraan ibadah haji.
Komponen-komponen yang menjadi tolak ukur BPIH, antara lain
dalam bentuk US Dollar untuk biaya penerbangan Indonesia-Arab
Saudi dan biaya operasional Arab Saudi, sedangkan biaya tambahan
dalam bentuk rupiah adalah untuk operasional dalam negri.
Komponen biaya yang harus diperhitungkan meliputi :
a. Keperluan didalam negri, yaitu biaya pemeriksaan kesehatan,
pengurusan kelengkapan administrative, termasuk perizinan
b. Biaya transportasi, yaitu perjalanan dari daerah ke terminal atau
pelabuhan atau bandara udara transit sebelum berangkat ke Arab
Saudi dan sebaliknya setelah melaksanakan haji
c. Biaya transportasi dari Negara asal ke Arab Saudi dengan jenis
transportasi yang dipilih
d. Biaya di Arab Saudi yaitu “general servise”, akomodasi,
konsumsi, transportasi antar kota perhajian, ziarah dan
keperluan lainnya.49
49 Nidjam Ahmad dan Hanan Alatief, Manajemen Haji (Jakarta: Nizam press, 2004), cet ke-1 h.12
35
Berbeda dengan BPIH Jamaah Haji Reguler yang
ditetapkan pemerintah dengan DPR, besaran BPIH haji khusus
berbeda-beda, tergantung paket yang ditawarkan Penyelenggara
Ibadah Haji Khusus (PIHK) yang memiliki izin dari Kemenag
sebagai penyelenggara. Namun demikian, Kemenag melalui
Keputusan Menteri Agama menetapkan bahwa BPIH bagi jamaah
haji khusus paling sedikit USD 8.000. BPIH untuk haji khusus
ditetapkan pemerintah lebih tinggi dari pada haji reguler karena
terdapat perbedaan signifikan atas fasilitas yang dapat dinikmati
oleh jamaah haji. 50
3. Sarana Transportasi
Transportasi yang aman dan lancar memegang peran yang cukup
menentukan dalam pelaksanaan haji. Pergerakan jamaah haji dari
daerah asal, dari mana perjalanan dimulai, menuju ke Arab Saudi
sampai kembali ke daerah asal dimana perjalanan diakhiri memerlukan
sarana transportasi yang sesuai dengan jarak tempuh perjalanan.
Penyediaan transportasi darat oleh Naqabah Ammah Lissyayarat
yaitu asosiasi perusahaan angkutan darat di bawah tanggung jawab
Pemerintah Kerajaan Arab Saudi untuk melayani jamaah haji.
Penyediaan transportasi darat jamaah haji berupa angkutan antar kota
perhajian dan angkutan dari pemondokan ke Masjidil Haram.51
50http://www.daftarhajiumroh.com/biayahaji/ 51 Republik Indonesia, PMA No 4 tahun 2014 tentang penyediaan transportasi darat
jamaah Indonesia di Arab Saudi (Jakarta: Sekertariat Kementrian, 2014)
36
Pelayanan angkutan perhajian di Arab Saudi terbagi dalam tiga
tipe layanan. Dari data transportasi yang ada di Sekretariat Daker
Makkah, bisa diketahui bahwa tiga tipe layanan angkutan jamaah itu
terdiri dari: pertama, layanan angkutan shalawat. Tipe ini merupakan
layanan angkutan untuk mobilisasi jamaah dari pemondokan menuju
Masjidil Haram (pulang pergi). Angkutan ini berupa bus dengan tiga
pintu transportasi shalawat disediakan bagi jamaah haji Indonesia yang
tinggal di wilayah Aziziyah, Mahbas Jin, Ma’abdah dan Rezakhir,
serta Bakhutmah. Layanan angkutan berikutnya adalah transportasi
antar kota perhajian. Sarana transportasi ini akan melayani 8 rute yaitu
Madinah ke Makkah, Makkah ke Madinah, Makkah ke Bandara
Jeddah, Madinah ke Bandara Jeddah, Bandara Jeddah ke Makkah,
Bandara Jeddah ke Madinah, Bandara Madinah ke Pemondokan
Madinah, dan Pemondokan Madinah ke Bandara Madinah. Tipe
layanan angkutan transportasi yang ketiga adalah angkutan Armina
(Arafah – Muzdalifah – Mina). Layanan ini mencakup perjalanan dari
Makkah ke Arafah pada tanggal 8 Dzulhijjah yang diperkirakan
menempuh jarak sekitar 21 km.
4. Hubungan Antar Negara
Hubungan antar Negara yang baik merupakan salah satu faktor
penentu dalam penyelengaraan haji. Buruknya hubungan antar Negara
akan menyebabkan kesulitan yang akan dialami oleh calon haji
maupun penyelenggara haji.
37
Kondisi haji memerlukan pengaturan dan pengorganisasian yang
melibatkan hubungan antar Negara, sehingga dengan melihat kondisi
dan kemampuan yang dimiliki, pemerintah arab Saudi menetapkan
peraturan pemerintah Arab Saudi tentang penyelenggaraan haji yang
harus ditaati oleh seluruh jamaah haji, peraturan tersebut disebut
Ta’limatul hajj.
5. Panitia Penyelenggara Ibadah Haji
Operasional penyelenggaraan ibadah haji melibatkan banyak
lembaga pemerintah dan non pemerintah yang bertugas sesuai dengan
fungsi dan peran masing-masing, tidak hanya ditangani oleh
Kementerian Agama saja. Dalam negri pelayanan jamaah haji pada
tingkat nasional, khususnya di Indonesia ditangani oleh Kementerian
dan lembaga terkait seperti Kementerian Kehakiman dan Hak asasi
Manusia, Kementerian Kesehatan, Kementerian Perhubungan,
Kementerian Keuangan, Kementerian Dalam Negri, Bank Indonesia,
lembaga keuangan (Bank milik pemerintah dan swasta), perusahaan
penerbangan, biro perjalanan haji, organisasi kemasyarakatan dan
lembaga keagamaan Islam. Sedangkan di Arab Saudi, ditangani oleh
Kementerian Haji Arab Saudi, Muasassah, Majmuah, Naqobah,
Imigrasi, Bea Cukai, Kesehatan, Perhubungan, dan seluruh unsur
pelayanan oleh pemerintah Arab Saudi, dengan melibatkan perwakilan
Negara asal.
38
Karena melibatkan hubungan antara pemerintah (Government to
government) dan demikian banyak pihak serta lembaga yang secara
institusional mempunyai wewenang terhadap pelaksanaan haji maka
diperlukan suatu sistem untuk menangani masalah haji, dan dalam
kaitan inilah organisasi pelaksanaan haji berperan dalam mengurus,
mengelola, menata laksana dan mengatur pelaksanaan haji.52
Undang-undang nomor 13 tahun 2008 tentang penyelenggaraan
ibadah haji pasal 11 menjelaskan bahwa Menteri membentuk Panitia
Penyelenggara Ibadah Haji di tingkat pusat, di daerah yang memiliki
embarkasi, dan di Arab Saudi.53
Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Embarkasi Jakarta
adalah sekelompok panitia yang diangkat oleh Direktur Jenderal atas
usul Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi embarkasi
setempat yang bersifat non permanen sistem.
Dan penulis membahas tentang Panitia Penyelenggara Ibadah Haji
(PPIH) di embarkasi Jakarta yang mempunyai tugas bertanggung
jawab pada terlaksananya pembinaan, pelayanan umum, bimbingan
ibadah, dan pelayanan kesehatan serta perlindungan haji setiap jamaah
di embarkasi dan jamaah yang dilayani adalah jamaah haji regular.
Pelayanan yang diberikan Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) di
embarkasi Jakarta meliputi:
52 Nidjam Ahmad dan Hanan Alatief, Manajemen Haji (Jakarta: Nizam press, 2004), cet ke-1 h.13
53Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan
Ibadah Haji, Pasal 11
39
a. Penerimaan dan Pemberangkatan
Jamaah haji ketika masuk ke asrama haji panitia wajib
menerima dengan baik untuk pemeriksaan one stop servise, panitia
penerima jamaah memberikan tanda pengenal jamaah 24 jam
sebelum jamaah masuk asrama, melayani jamaah yang udzur,
mengurus barang bawaan jamaah yang udzur, melaporkan data
jamaah transit, memantau bus jamaah dari asrama ke bandara.54
b. Penanganan Dokumen
Dokumen (record) adalah informasi yang diciptakan, diterima
dan dikelola sebagai bukti maupun informasi yang oleh organisasi
atau perorangan, digunakan untuk memenuhi kewajiban hukum
atau transaksi bisnis.55
Berdasarkan definisi diatas disimpulkan bahwa dokumen
adalah suatu data atau fakta yang dapat digunakan sebagai
informasi dalam melakukan suatu keterangan.
Berkaitan dengan pembahasan tentang dokumen, KeMenterian
Agama RI menjelaskan bahwa definisi dokumen haji adalah suatu
data yang berisikan identitas jamaah haji yang digunakan untuk
kelengkapan perjalanan haji. Dokumen haji adalah dokumen resmi
jamaah haji berupa paspor dan dokumen perjalanan lainnya.56
54 Direktorat Jendral Penyelenggaraan Haji dan Umroh, Pedoman Kerja PPIH Embarkasi (Jakarta: Kementrian Agama, 2010), h.33
55 Badri Munir, Manajemen Administrasi Perkantoran Modern (Jakarta: Erlangga, 2007), h. 82
56 Basyumi Muhammad, Reformasi Manajemen Haji (Jakarta,: FDK Press, 2008), h.156
40
Perjalanan Haji adalah perjalanan antar Negara yang
didalamnya berlaku hukum Internasional , diantaranya adalah
kelengkapan dokumen perjalanan yang diatur dengan peraturan
pemerintahan nomor 36 tahun 1992 tentang surat Perjalanan
Republik Indonesia, yaitu paspor. Penggunasan paspor dilihat dari
jenisnya ada empat macam, yaitu paspor diplomatik, paspor dinas,
paspor umum dan paspor haji.
Setiap warga Negara yang hendak menunaikan ibadah haji
harus menggunakan Paspor Haji yang dikeluarkan oleh Menteri
Agama dan telah mendapatkan visa haji dari pemerintahan Arab
Saudi melalui Kedutaan Besar Arab Saudi di Indonesia. Paspor haji
berwarna coklat merupakan dokumen resmi yang harus dimiliki
oleh setiap calon haji untuk melaksanakan perjalanan ibadah haji
dan pemiliknya wajib melakukan pengamanan atas paspor yang
dimiliki serta hanya diberikan kepada calon jamaah haji yang telah
terdaftar resmi di Kementerian Agama.Berbeda dengan jenis
paspor lainnya, paspor tersebut hanya berlaku untuk satu musim
haji, demikian juga dengan visa yang diberikan oleh pemerintah
Arab Saudi berlaku sebatas hanya untuk kota-kota perhajian, yaitu
Jeddah, Mekkah, Madinah. Blanko paspor haji dicetak oleh
Kementerian Agama dan tidak ada interaksi langsung dengan calon
haji, sejak penulisan data calon haji yang dilakukan dengan
41
komputerisasi sampai pada pengurusan dan penyelesaian visa haji
kedutaan Besar Arab Saudi.
Dibandingkan dengan jenis paspor lainnya, paspor haji
disamping merupakan dokumen sah untuk masuk ke Arab Saudi,
mempunyai kekhususan karena didalamnya terdapat lembaran
yang akan digunakan sebagai sarana pendataan (lembar biodata,
lembar embarkasi, lembar debarkasi) dan bukti transaksi antara
KeMenterian Agama propinsi yaitu meliputi kegiatan penulisan
biodata secara otomatis melalui SISKOHAT Provinsi, penempelan
foto dan penandatanganan oleh pejabat yang berwewenang
sehingga sah sebagai dokumen haji.
Dan di embarkasi bidang imigrasi akan melaksanakan
tugasnya yaitu pemeriksaan paspor yang sudah selesai diproses
oleh pemvisaan, memeriksa kelengkapan paspor jamaah haji,
memubuhkan checking pemberangkatan dan kedatangan jamaah,
mengirim paspor di bidang penerbangan yang telah diberikan
tiket.57
c. Akomodasi
Yang dimaksud dengan akomodasi disini adalah tempat
penginapan atau pengasramaan sebagai penampungan sementara
pada waktu jumlah haji di tempat embarkasi atau debarkasi dan
pemondokkan selama berada di Arab Saudi.Akomodasi bagi
57 Ahmad Nidjam dan Alatief Hanan, Manajemen Haji (Jakarta: Nizam press, 2004), cet ke-1 h.63
42
jamaah haji merupakan kebutuhan dasar setelah konsumsi dan
sandang dan melibatkan dana yang tidak sedikit bahkan dalam
komponen BPIH menempati urutan kedua setelah biaya angkutan
udara.
Sebelum pemberangkatan ke Arab Saudi, jamaah haji
diasramakan di masing-masing asrama haji embarkasi maksimal
selama 24 jam sebelum penerbangan ke Arab Saudi. Fungsi
Asrama haji selain selain tempat pemulihan kesehatan (recover)
dan istirahat setelah melakukan perjalanan yang cukup panjang dan
melelahkan dari daerah asalnya masing-masing, juga sebagai
tempat penyelesaian proses penerbangan untuk ke luar negri (check
in).
Kegiatan selama di asrama haji meliputi penyelesaian
dokumen perjalanan paspor haji oleh imigrasi, pemeriksaan barang
bawaan oleh bead an cukai, pemberian bekal hidup (living cost),
pemeriksaan kesehatan akhir dan pemantapan manasik.Keperluan
akomodasi dan konsumsi selama berada di Asrama haji embarkasi
ditanggung oleh pemerintah karena termasuk dalam komponen
Biaya Penyelenggara Ibadah Haji (BPIH).58
d. Pembinaan Jamaah
Pembinaan jamaah haji dilakukan sejak dini, pembinaan
jamaah haji yang dilakukan pemerintah adalah rangkaian yang
58 Ahmad Nidjam dan Alatief Hanan, Manajemen Haji (Jakarta: Nizam press, 2004), cet ke-1 h.65
43
mencakup penerangan, penyuluhan dan bimbingan tentang ibadah
haji yang dilakukan sejak jamaah haji mendaftarkan diri sampai
kembali selesai menunaikan ibadah haji.Pembinaan dilakukan
demi keselamatan, kelancaran, ketertiban dan kesejahteraan jamaah
haji serta kesempurnaan ibadah haji tanpa dikenakan biaya
tambahan diluar BPIH yang telah ditetapkan.
Pelaksanaan pembinaan haji dilakukan secara terus
menerus dengan berbagai metode tatap muka, media cetak, dan
elektronik internet, konsultasi telepon dan penerbitan buku-buku
serta leaflet, sejak sebelum masa pendaftaran haji, periode
pendaftaran sampai dengan saat pemberangkatan, dalam perjalanan
di dalam pesawat, selama di Arab Saudi sampai setelah kembali ke
tanah air. Materi pembinaan bagi jamaah haji dapat dikelompokkan
yaitu manasik haji, bimbingan ibadah, perjalanan, pelayanan
kesehatan, pembinaan haji mabrur, ukhuwah islamiyah dan ibadah
sosial.
Materi pembinaan ibadah haji ditetapkan oleh pemerintah
dalam bentuk buku bimbingan dan pola pembinaan yang dijadikan
sebagai dasar pembinaan dan bimbingan baik oleh pemerintah
maupun masyarakat namun tetap dapat dikembangkan sesuai
dengan segmen jamaah haji yang dibimbingnya. Disamping
pembinaan yang dilakukan oleh pemerintah, upaya ini juga dapat
dilakukan secara mandiri atas inisiatif haji sendiri, lembaga social
44
keagamaan, organisasi massa islam, kelompok bimbingan ibadah
haji dan majelis taklim, dan tetap merupakan kesatuan sistem
bimbingan jamaah haji yang mengacu kepada kemandirian jamaah
dan dititik beratkan kepada pemahaman manasik dan pengetahuan
perjalanan ibadah haji.
Dan pelayanan di embarkasi bagian pembinaan jamaah
melaksanakan tugas pemantapan manasik ketika jamaah di Asrama
haji, memberikan ceramah, melayani jamaah haji jika ingin
berkonsultasi.59
e. Keamanan
Panitia penyelenggara ibadah haji harus memberikan
pelayanan yang terbaik untuk jamaah begitu juga keamanan di
asrama jamaah haji dan juga diluar asrama , karena asrama sudah
dalam keadaan steril sehingga tidak boleh ada tamu yang keluar
masuk asrama selain jamaah dan petugas, panitia keamanan perlu
mengatur lalu lintas jamaah haji dan para petugas yang keluar
masuk asrama dan menjaga keamanan jamaah.
Tidak hanya di dalam asrama panitia keamanan juga
bertugas di bandara halim dalam mengatur lalu lintas jamaah
keluar masuk bandara, memeriksa identitas petugas yang masuk
keluar bandara dan juga panitia keamanan dapat menerima
pengaduan jika ada kasus kasus kehilangan barang.
59 Ahmad Nidjam dan Alatief Hanan, Manajemen Haji (Jakarta: Nizam press, 2004), cet ke-1 h.69-71
45
f. Perbekalan
Jamaah haji perlu mendapatkan perbekalan dari Negara
ketika menjalani ibadah haji, maka jamaah haji mendapatkan
uang living cost dari pemerintah dan tanda identitas jamaah
berupa gelang identitas yang harus digunakan jamaah sehingga
dapat dikenal jamaah dari Indonesia, begitu juga tugas panitia
perbekalan adalah mengamankan barang-barang yang tercecer.
g. Penerbangan
Panitia penyelenggara ibadah haji pun ditugaskan di bagian
penerbangan yang mengurusi penimbangan barang bawaan, dan
menyiapkan tiket jamaah haji sesuai dengan manifest yang sudah
terdata, dan membuat berita acara tentang pemberangkatan dan
pemulangan jamaah.
h. Imigrasi
Panitia dibagian imigrasi bekerja sama dengan instansi
terkait yaitu keimigrasian dalam memeriksa paspor jamaah haji
yang telah diproses pemvisaannya, kelengkapan paspor jamaah,
mengirimkan paspor yang sudah siap kepada bidang
penerbangan.60
i. Bea dan Cukai
Panitia bea dan cukai merencanakan pemeriksaan dokumen
dan barang bawaan jamaah dengan memberikan tanda pada
60 Ahmad Nidjam dan Alatief Hanan, Manajemen Haji (Jakarta: Nizam press, 2004), cet ke-1 h.80
46
bungkus koper/tas barang bawaan yang sudah diperiksa, dan
membuat data barang bawaan setiap kloter.61
j. Pelayanan Kesehatan
Pelayanan kesehatan adalah pemeriksaan, peralatan dan
pemeliharaan kesehatan jamaah untuk menjaga agar jamaah haji
tetap dalam keadaan sehat antara lain tidak menularkan atau
ketularan penyakit selama menjalankan ibadah haji tersebut dan
setelah kembali ke tanah air.
Pemeriksaan dan pembinaan kesehatan jamaah haji telah
dimulai sejak dini mulai puskesmas, kabupaten, kota dengan
melibatkan seluruh unsur petugas di daerah. Dengan mengetahui
kondisi jamaah haji sejak dini, maka pembinaan kesehatan dapat
diarahkan untuk mengurangi atau menghilangkan penyakit yang
dideritanya sehingga pelaksanaan ibadah haji dapat dilakukan
dengan sempurna oleh jamaah haji yang bersangkutan.
Pemeriksaan kesehatan bagi jamaah haji selama di tanah air
dilakukan dalam tiga tahap, yaitu
Pertama, pemeriksaan di puskesmas ini dalam rangka menjaring
calon haji yang memenuhi salah satu persyaratan istito’ah yaitu
sehat lahir dan batin dilakukan setelah pendaftaran haji dimulai dan
dipergunakan calon haji untuk mendaftarkan diri,
61 Direktorat Jendral Penyelenggaraan Haji dan Umroh, Pedoman Kerja PPIH Embarkas, (Jakarta: Kementrian Agama, 2010), h.39
47
Kedua, pemeriksaan di Dinas Kesehatan daerah dilakukan secara
lebih teliti dengan tenaga pemeriksa dan fasilitas yang lebih baik
serta merupakan penentuan akhir layak atau tidaknya calon haji
berangkat ke Arab Saudi.Dalam tahap ini juga dilakukan
pemeriksaan tes kehamilan, faksinasi meningitis meningokokus,
pembinaan dan penyuluhan kesehatan, pelayanan rujukan dan
pengamatan penyakit,
Ketiga, pemeriksaan di embarkasi dilakukan secara selektif dan
memeriksa kelengkapan dokumen kesehatan haji.
Pembinaan kesehatan calon haji dilakukan secara terus
menerus sejak terdaftar sampai saat keberangkatan meliputi
berbagai aspek, yaitu kesehatan umum, gizi keluarga berencana
dan menstruasi yang dikaitkan dengan ibadah haji, sehingga
jamaah haji bisa melaksanakan ibadah haji dengan kesehatan yang
optimal.Disamping pembinaan kesehatan, diperlukan pula obat-
obatan dan alat kesehatan yang memadai sejak di embarkasi,
selama dalam perjalanan dengan pesawat udara dan kebutuhan di
Arab Saudi. Penyediaan obat-obatan ini disebut dengan pola dan
jenis penyakit, serap pakai, kondisi resiko tinggi, dan
mengutamakan produksi dalam negri (obat generic).
Pelayanan yang diberikan di embarkasi adalah melayani,
dan merujuk calon jamaah yang sakit ke poliklinik asrama haji atau
asrama haji yang telah ditentukan, mendata calon jamaah yang
48
sakit, mengurus barang bawaan jamaah haji yang sakit, memonitor
jamaah haji yang dirawat di rumah sakit asrama haji, mengurus
pemakaman jamaaah haji yang wafat atau mengantar kepada
keluarganya.62
62 Nidjam Ahmad dan Hanan Alatief, Manajemen Haji (Jakarta, Nizam press, 2004), cet ke-1 h.77
BAB III
GAMBARAN UMUM
PANITIA PENYELENGGARA IBADAH HAJI EMBARKASI JAKARTA
TAHUN 2014
Undang-Undang No 13 tahun 2008 pasal 11 mengamanatkan bahwa
Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah harus membentuk Panitia
Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Embarkasi dalam operasional pemberangkatan
dan pemulangan haji reguler. Gambaran umum tentang PPIH dapat dikemukakan
sebagai berikut:
A. Visi dan Misi PPIH Embarkasi Jakarta
Penyelenggaraan Ibadah Haji Embarkasi Jakarta Tahun 1435 H/2014 M
merupakan pelaksanaan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13
tahun 2008 tentang penyelenggaraan ibadah haji yang mengamanatkan agar
terus dilakukannya upaya penyempurnaan sistem dan manajemen
penyelenggaraan ibadah haji agar pelaksanaan ibadah haji berjalan aman,
tertib, dan lancar dengan menjunjung tinggi semangat keadilan , transparansi,
dan akuntabilitas publik.
Penyelenggaraan haji merupakan tugas nasional yang menjadi
tanggungjawab pemerintah dibawah koordinasi Kementerian Agama yang
pada pelaksanaannya melibatkan berbagai instansi dan lembaga, baik
kementerian maupun non kementerian serta berbagai unsur masyarakat.
49
50
Operasional pemberangkatan jamaah haji Embarkasi Jakarta dalam
pelaksanaannya memperhatikan tiga aspek yaitu pembinaan, pelayanan, dan
perlindungan dengan visi dan misi sebagai berikut:
Visi
Menjadi pelayan jamaah haji Embarkasi Jakarta melalui manajemen
perhajian yang profesional dan inovatif disertai integritas yang tinggi.
Misi
1. Memberikan bimbingan agar jamaah haji menjadi haji yang mabrur
dan meningkatkan amal ibadah pasca melaksanakan ibadah haji
2. Meningkatkan pelayanan agar jamaah haji merasa tertib dan nyaman
3. Memberikan perlindungan agar jamaah haji merasa aman
4. Meningkatkan citra petugas dalam memberikan pelayanan kepada
jamaah haji63
B. Landasan, Tugas dan Fungsi Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH)
Embarkasi Jakarta
1. Landasan Kerja PPIH Embarkasi Jakarta
Adapun yang menjadi landasan pengangkatan PPIH Jakarta adalah:
a. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 tahun 2008 tentang
Penyelenggaraan Ibadah Haji
63 Wawancara dengan Bapak H. Ahmad Syukri selaku pejabat Kementrian Agama Provinsi DKI Jakarta dan selaku anggota PPIH Embarkasi Jakarta tahun 2014, tanggal 6 April 2015
51
b. Peraturan Presiden Nomor 49 tahun 2014 tentang Biaya
Penyelenggaraan Ibadah Haji tahun 1435 H/ 2014 M,
c. Peraturan Menteri Agama Nomor 14 tahun 2012 tentang
Penyelenggaraan Ibadah Haji Reguler (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2012 Nomor 898),
d. Keputusan Menteri Agama Nomor 52 Tahun 2014 tentang Penetapan
Embarkasi dan Debarkasi Haji tahun 1435 H/ 2014 M,
e. Keputusan Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah D/283
tahun 2008 tentang pedoman kerja Panitia Penyelenggara Ibadah Haji
(PPIH) pusat dan embarkasi,
f. Keputusan Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah Nomor
D/456 2014 tanggal 25 Juli 2014 tentang pembentukan Panitia
Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Embarkasi Jakarta Pondok Gede
tahun 1435 H/ 2014 M.64
2. Tugas PPIH Embarkasi Jakarta
PPIH Embarkasi Jakarta mempunyai tugas menyelenggarakan
operasional pemberangkatan dan pemulangan jamaah haji di
embarkasi/debarkasi Jakarta yang terdiri dari jamaah DKI Jakarta dan
Lampung sesuai dengan kebijakan Direktorat Jenderal Penyelenggaraan
Haji dan Umrah.
64 Panitia PPIH, Laporan Operasional Pemberangkatan (Jakarta: Asrama Haji Press, 2014), h.3
52
3. Fungsi PPIH Embarkasi Jakarta
Untuk melaksanakan tugas tersebut PPIH Embarkasi menyelenggarakan
fungsi :
a. Merencanakan, melaksanakan dan mengendalikan pelayanan
pemberangkatan dan pemulangan jamaah haji di embarkasi,
b. Memberikan pelayanan penerimaan jamaah, transit, dokumen,
akomodasi, pembinaan jamaah dan petugas, keamanan, perbekalan,
penerbangan, imigrasi, bea cukai, dan kesehatan kepada jamaah haji di
embarkasi, dan
c. Mengkoordinasikan kegiatan pelayanan dengan unsur instansi
terkait.65
C. Pengangkatan dan Masa Kerja PPIH Jakarta
1. Pengangkatan PPIH dan Anggota PPIH
Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) dan anggota PPIH
Embarkasi Jakarta dibentuk dan diangkat oleh Direktorat Jenderal atas usul
Kepala Kantor Wilayah KeMenterian Agama Provinsi embarkasi setempat,
dan Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Embarkasi bertanggung
jawab kepada Direktorat Jenderal. Sedangkan pembantu Panitia
Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Embarkasi di angkat oleh Ketua PPIH
dan jumlahnya disesuaikan dengan kebutuhan lapangan.
65 Direktorat Jendral Penyelenggara Haji dan Umroh Kementrian Agama RI, Pedoman kerja PPIH Pusat dan Embarkasi,( Jakarta: Sekertariat, 2010), h.23
53
2. Pengankatan dan Masa Kerja Pembantu PPIH
Jumlah anggota PPIH Embarkasi Jakarta sesuai dengan kebutuhan
organisasi sebanyak 23 orang terdiri dari unsur Pejabat dan Staff kantor
Wilayah KeMenterian Agama DKI Jakarta dan instansi terkait.
Koordinator penyelenggara haji (Gubernur) ditetapkan sebagai pengarah,
Kepala Kantor Wilayah KeMenterian Agama dan Kepala Bidang Urusan
Haji ditetapkan sebagai Ketua dan Sekertaris PPIH. Dalam pelaksanaan
tugasnya Panitia Penyelenggara Ibadah Haji Embarkasi dapat mengangkat
pembantu panitia yang disebut dengan pembantu Panitia Penyelenggara
Ibadah Haji Embarkasi. Jumlah pembantu Panitia Penyelenggara Ibadah
Haji Embarkasi disesuaikan dengan kebutuhan, dengan ketentuan jumlah
maksimum sebagai berikut:
a. Pada masa pemberangkatan jumlah pembantu Panitia Penyelenggara
Ibadah Haji (PPIH) Embarkasi 1: 75 bagi embarkasi yang jumlah
jamaahnya kurang dari 10.000 orang. Sedangkan embarkasi yang
jumlahnya lebih dari 10.000 orang, jumlah pembantu Panitia
Penyelenggara Ibadah Haji 1 : 100 (1 orang petugas pembantu Panitia
Penyelenggara Ibadah Haji PPIH melayani 100 orang jamaah).
b. Pada masa pemulangan, jumlah pembantu Panitia Penyelenggara
Ibadah Haji 1 : 100 (1 orang petugas pembantu Panitia Penyelenggara
Ibadah Haji melayani 100 orang jamaah) bagi embarkasi yang jumlah
jamaahnya kurang dari 10.000 orang, jumlah pembantu Panitia
54
Penyelenggara Ibadah Haji 1 : 125 (1 orang petugas pembantu Panitia
Penyelenggara Ibadah Haji melayani 125 orang jamaah)66
D. Susunan Organisasi Panitia Penyelenggara Ibadah Haji Embarkasi
Jakarta
Susunan Organisasi Panitia Penyelenggara Ibadah Haji Embarkasi Jakarta
berdasarkan SK Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umroh No. D/456 Tahun
2014 sebagai berikut:
1. Pengarah : Gubernur Provinsi DKI Jakarta
2. Ketua : H. Ahmad Murtado
3. Wakil ketua I : H. A. Chunaini Saleh
4. Wakil ketua II : H. Budi Utoma
5. Wakil ketua III : H. Saiful Mujab, MA
6. Sekertaris : H.Purwanto, SE, MM
7. Wakil Sekretaris I : H. Aswad
8. Wakil Sekretaris II : H. Herman Syukri
9. Wakil Sekretaris III : H. Sugito
10. Kabid Penerimaan Jamaah : H. Hamidullah AR
11. Kepala Bidang Dokumen : H. Asrar Rusli
12. Wakil Kepala Bidang Dokumen : H. Mudehir
13. Kepala Bidang Akomodasi : Dasrul El Hakim
14. Kabid Pembinaan Jamaah : H. Samsudin
66 Ibid., h.26-27
55
15. Kabid Keamanan Bandara : Pnb Yuniarsa Aditya
16. Kabid Keamanan Asrama : Lindang Lumban Tungkup
17. Wakil Kabid Keamanan Asrama : H. Marasakil Daulay
18. Kepala Bidang Perbekalan : H. Edwi Kusmaryanto
19. Kepala Bidang penerbangan : Ibut Astono
20. Kepala Bidang Imigrasi : Khalid Umri, SH
21. Wakil Kepala Bidang Imigrasi : Parlindungan, SH, MH
22. Kepala Bidang Bea Cukai : Muchammad ardani
23. Kepala Bidang Kesehatan Jamaah :Dr. Oenedo Gumarang67
E. Tugas Panitia Penyelenggara Ibadah Haji Embarkasi Jakarta
1. Tugas Pengarah
Tugas pengarah ialah memberikan arahan dan petunjuk dalam rangka
kelancaran kegiatan operasional penyelenggaraan ibadah haji yang
meliputi kebijakan strategis dan pengawasan umum.
2. Tugas Unsur Pimpinan
a. Ketua bertugas memimpin, mengkoordinasikan operasional
penyelenggaraan pemberangkatan dan pemulangan jamaah haji di
embarkasi, mengendalikan penggunaan anggaran biaya panitia,
mempertanggung jawabkan dan melaporkan pelaksanaan tugas panitia
kepada Menteri Agama melalui Direktorat Jenderal Penyelenggaraan
Haji dan Umrah.
67 Keputusan Direktur Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah” Pembentukan Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Embarkasi Jakarta-Pondok Gede Tahun 1435/2014” Nomor D/456 2014
56
b. Wakil Ketua I bertugas membantu ketua dalam mengkoordinasikan
dan mengendalikan pelaksanaan tugas di bidang kesekretariatan,
keamanan, akomodasi serta perbekalan,
c. Wakil Ketua II bertugas membantu Ketua dalam mengkoordinasikan
dan mengendalikan pelaksanaan tugas di bidang dokumen, imigrasi,
penerbangan, serta bidang bea cukai.
d. Wakil Ketua III bertugas membantu ketua dalam mengkoordinasikan
dan mengendalikan pelaksanaan tugas di bidang penerimaan dan
pemberangkatan jamaah, pembinaan jamaah dan petugas serta
kesehatan jamaah.
3. Tugas Unsur Pembantu Pimpinan
a. Sekretaris bertugas memimpin, mengkordinasikan dan bertanggung
jawab atas kelancaran tugas-tugas kesekretariatan meliputi subbag tata
usaha, subbag urusan dalam, subbag pulahta, subbag keuangan serta
subbag penerangan, humas dan protocol.
b. Wakil Sekretaris I bertugas menyelesaikan surat-surat pembatalan
keberangkatan jamaah, mengkoordinasikan pelaksanaan tugas-tugas
tata usaha dan pulahta (pengumpulan/pengolahan data),
menyelesaikan tanda pengenal petugas, dan mengawasi daftar hadir
personil pembantu Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH)
Embarkasi, menyelesaikan mutasi personil pembantu PPIH
Embarkasi, menyiapkan konsep laporan pelaksanaan tugas Panitia
Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Embarkasi,
57
c. Wakil Sekretaris III bertugas mengkoordinasikan pelaksanaan tugas
penerangan, Humas dan protokol, mengatur jadwal tamu Panitia
Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Embarkasi, menyelesaikan
permasalahan keamanan jamaah dilingkungannya,
Dalam melaksanakan tugasnya Sekretariat membawahi, :
a. Subag Tata Usaha bertugas menyiapkan tanda pengenal , stiker mobil
petugas, daftar hadir dan mengabsen petugas setiap hari, dan mengatur
pelaksanaan persidangan
b. Subag Urusan Dalam bertugas membantu Sekretaris PPIH Embarkasi
dalam merencanakan kebutuhan keuangan operasional haji bersama
unit terkait, mengatur dan mendistribusikan sarana petugas,
menyelesaikan segala pembayaran dan menyiapkan fasilitas
operasional haji
c. Subag Pengumpulan dan Pengolahan Data bertugas menyusun
rencana pendataan laporan, formulir laporan unit kerja, menghimpun
informasi data keberangkatan dan kepulangan jamaah serta mengolah
data sesuai data Siskohat, dan menyiapkan laporan harian PPIH
Embarkasi
d. Subag Keuangan bertugas menyusun dan merencanakan biaya PPIH
Embarkasi, menyiapkan uang honorarium panitia, mengeluarkan biaya
operasional, membukukan setiap penerimaan dan pengeluaran ,
melaporkan pertanggungjawaban/SPJ keuangan operasional
58
e. Subag Penerangan, Humas dan Protokol bertugas memberikan
penerangan kepada masyarakat tentang jadwal keberangkatan dan
pemulangan haji serta keadaan jamaah, menyiapkan konferensi press,
mengatur kelancaran protokoler tamu-tamu penting serta
pemberangkatan dan pemulangan jamaah, mendokumentasikan
kegiatan wartawan, mengkliping, menganalisa, dan menginformasikan
berita tentang perhajian kepada pimpinan PPIH68
4. Tugas Pelaksana
Unsur pelaksana, melaksanakan persiapan dan pelaksanaan proses
pemberangkatan dan pemulangan jamaah haji yang meliputi rincian tugas
sebagai berikut:
a. Bidang Penerimaan dan Pemberangkatan Jamaah mempunyai tugas
mempersiapkan, melaksanakan, mengkoordinasikan, dan
mengendalikan tugas-tugas pendaftaran dan penerimaan jamaah,
pelayanan jamaah udzur, transit dan pemberangkatan, memantau
kesiapan kloter, saat pemulangan memantau pemulangan jamaah dan
kedatangan pesawat, dengan membawahi seksi-seksi sebagai berikut :
1) Seksi Pendaftaran dan Penerimaan Jamaah bertugas menyiapkan
counter penerimaan jamaah dan tanda pengenal, menyampaikan
informasi tentang proses pelayanan penerimaan, mencocokkan
nama jamaah haji antara SPMA dan pramanifes, menyerahkan
68 Panitia PPIH, Laporan Operasional Pemberangkatan (Jakarta: Asrama Haji Press, 2014), h.16
59
daftar nama jamaah haji , dan menyampaikan SPMA untuk
diserahkan kepada Sekretaris PPIH Embarkasi
2) Seksi Jamaah Udzur bertugas melayani, menyantuni, dan merujuk
jamaah yang sakit ke politeknik asrama haji atau rumah sakit yang
telah ditentukan, mendata calon jamaah haji yang sakit, mengurus
barang bawaan jamaah haji yang sakit, memonitor jamaah haji
yang dirawat di rumah sakit untuk dilaporkan kepada kepala
bidang penerimaan jamaah, dan mengurus pemakaman jamaah haji
yang wafat atau mengantarkan kepada keluarganya
3) Seksi Transit bertugas mengkoordinasikan dengan petugas daerah
pada saat keberangkatan dan kepulangan, memantau keberangkatan
dan kepulangan, melaporkan data kedatangan jamaah transit
4) Seksi Pemberangkatan bertugas memantau dan melaporkan
kesiapan kloter yang akan diberangkatkan, kesiapan bus jamaah
dari asrama ke bandara, mengkoordinasikan pemberangkatan bus
dari asrama ke bandara sesuai jadwal, mencataat OTP (On Time
Performance) setiap keberangkatan pesawat, dan membuat Berita
Acara Pemberangkatan (BAP) paling lambat 1 jam setelah kloter
yang bersangkutan terbang, berisi jumlah jamaah real yang
berangkat dan OTP penerbangan
b. Bidang Dokumen mempunyai tugas merencanakan, melaksanakan,
mengkoordinasikan dan mengendalikan pelaksanaan tugas-tugas
pembuat pramanifest, pelayanan komputerisasi (Siskohat) penelitian
60
dan penyerahan paspor haji, dan membawahi seksi-seksi sebagai
berikut:
a) Seksi Pramanifest bertugas menerima, menyusun, meneliti,
menggandakan, dan mendistribusikan pramanifest kepada pihak
yang terkait, berkoordinasi dengan Seksi pengumpulan dan
Pengolahan data jika terjadi mutasi dan batal untuk di update,
menbagikan pramanifest kepada bidang yang terkait, menghitung
dan mencocokkan lembar debarkasi berdasarkan jumlah jamah
jenis kelamin dan daerah asal (pada saat pemulangan)
b) Seksi pengumpulan dan pengolahan data bertugas
mengkonfirmasikan lembar B sobekan paspor (lembar embarkasi)
ke database Siskohat, melakukan update perubahan pramanifest
apabila ada jamaah batal atau mutasi, mencetak pramanifest
embarkasi
c) Seksi penelitian dan penyerahan paspor bertugas menerima dan
meneliti paspor haji sesuai dengan pramanifest kloter yang
bersangkutan, menyerahkan paspor haji kepada bidang
penerbangan, menempelkan stiker maktab di paspor berdasarkan
hasil Qur’ah, berkoordinasi dengan pihak imigrasi, menerima
paspor kembali dari bidang penerbangan, menyiapkan paspor
sesuai kloter masing-masing, mengecek paspor dengan manifest,
mengelompokkan paspor haji menurut regu/rombongan sesuai
pramanifest, dan menyerahkan paspor kepada jamaah haji
61
c. Bidang Akomodasi mempunyai tugas merencanakan, melaksanakan,
mengkoordinasikan dan mengendalikan pelaksanaan tugas-tugas
penempatan jamaah haji, pengankutan jamaah haji dalam asrama,
memelihara kebersihan asrama, dan catering, dan membawahi seksi-
seksi sebagai berikut:
1) Seksi Penempatan Jamaah bertugas mendata kapasitas gedung dan
kamar, menyusun rencana penempatan jamaah, membuat daftar
nama jamaah haji pada masing-masing gedung, menyiapkan sarana
yang dibutuhkan
2) Seksi Kebersihan Asrama bertugas menjaga kebersihan dan
kenyamanan asrama, dan mengatur sarana kebersihan
3) Seksi Pengawasan Katering bertugas mengkoordinasikan pengelola
katering, dan mengawasi kualitas dan pendistribusian katering
d. Bidang Pembinaan Jamaah dan Petugas mempunyai tugas
merencanakan, melaksanakan, mengkoordinasikan dan mengendalikan
pelaksanaan tugas-tugas pemantapan manasik haji serta pemantapan
petugas haji, dan membawahi seksi-seksi sebagai berikut:
1) Seksi Pemantapan Manasik Haji bertugas menyusun jadwal
ceramah manasik, menghubungi tenaga penceramah manasik,
mengatur tempat bimbingan/ceramah manasik, mengatur
pelaksanaan shalat berjamaah lima waktu dan penerapan manasik
haji, memberikan pelayanan konsultasi kepada jamaah haji
62
2) Seksi Pemantapan Petugas bertugas melayani perlengkapan
petugas, mengatur pemantapan kelompok, menerima dan
mendayagunakan petugas daerah karu/karom, mengatur
penempatan akomodasi petugas
e. Bidang Keamanan mempunyai tugas mempersiapkan, melaksanakan,
mengkoordinasikan dan mengendalikan pelaksanaan tugas-tugas
pengamanan dalam asrama dan luar asrama, serta dalam bandara dan
luar bandara, dan mengkoordinasikan dengan semua instansi terkait
dalam pengamanan dan pelayanan jamaah haji, dan membawahi seksi-
seksi sebagai berikut:
1) Seksi Keamanan Asrama bertugas menjaga ketertiban dalam asrama
haji, mengatur lalu lintas, menjaga keamanan barang jamaah haji
dan petugas yang berada dalam asrama, dan menampung pengaduan
dan memproses kejadian/kasus-kasus kehilangan di dalam asrama
untuk selanjutnya bekerjasama dengan pihak yang berwajib untuk
penyelesaian
2) Seksi Keamanan Bandara bertugas menjaga ketertiban bandara haji,
mengatur lalu lintas, memeriksa identitas petugas yang akan keluar
masuk bandara, menjaga keamanan barang jamaah haji dan petugas
yang berada dalam bandara, menampung pengaduan dan
memproses kejadian/kasus-kasus kehilangan di bandara, untuk
selanjutnya bekerjasama dengan pihak yang berwajib untuk
penyelesaiannya
63
f. Bidang perbekalan mempunyai tugas merencanakan, melaksanakan,
mengkoordinasikan dan mengendalikan pelaksanaan tugas-tugas
pembagian living cost, gelang identitas, dan barang tercecer,
menyiapkan rekapitulasi hasil pelaksanaan tugas seksi-seksi, dan
membawahi seksi-seksi sebagai berikut:
1) Seksi living cost bertugas menyusun rencana kegiatan pembayaran
living cost, membagikan uang living cost langsung kepada jamaah,
menghimpun tanda bukti pembayaran living cost, dan merekap
pembayaran living cost
2) Seksi Gelang Identitas bertugas memantau pembuatan gelang
identitas, menerima dan mendistribusikan gelang identitas dan
perbekalan lainnya, mengganti gelang identitas yang salah cetak
3) Seksi Barang Tercecer bertugas mengamankan barang-barang
jamaah yang tercecer, menyerahkan barang tercecer kepada
pemiliknya, melakukan koordinasi dan hubungan kerja dengan
pihak penerbangan dan petugas daerah69
g. Bidang penerbangan
Mempersiapkan, melaksanakan, mengkoordinasikan dan
mengendalikan pelaksanaan tugas-tugas pengangkutan jamaah dan
petugas berikutnya barang bawaannya, pembuat tiket dan manifest
jamaah haji
1) Seksi Penimbangan dan Angkutan Barang
69 Panitia PPIH, Laporan Operasional Pemberangkatan (Jakarta: Asrama Haji Press, 2014), h.18
64
Mengidentifikasikan barang bawaan jamaah haji, menimbang
seluruh barang bawaan jamaah haji, mengumumkan barang-barang
yang belum mendapatkan label cargo, mengangkut barang-barang
bawaan yang telah ditimbang, mengamankan seluruh barang
bawaan yang tertinggal, dan menyampaikan informasi tentang
barang yang terangkut dan yang tidak terangkut kepada ketua kloter
2) Seksi Tiket dan Manifest
Menyiapkan pembuatan tiket jamaah haji, mencetak tiket
jamaah haji sesuai manifest, menggandakan manifest jamaah haji,
mendistribusikan manifest keseluruh bidang terkait, dan membuat
berita acara pemberangkatan dan pemulangan
h. Bidang Imigrasi
Mengkoordinasikan dan melaksanakan tugas pemeriksaan paspor
haji yaitu memeriksa daftar penumpang (pax list), dan menyiapkan
kesiapan exit permit terhadap jamaah haji
1) Seksi Pemeriksaan Dokumen Perjalanan
Menerima paspor haji yang sudah selesai diproses oleh
pemvisaan, memeriksa kelengkapan paspor jamaah haji,
memubuhkan checking pemberangkatan dan kedatangan jamaah,
mengirimkan paspor ke bidang penerbangan, memeriksa paspor
yang telah diberikan tiket, menyerahkan paspor yang siap
berangkat kepada seksi penelitian dan penyerahan paspor
65
i. Bidang Bea Cukai mempunyai tugas merencanakan pemeriksaan
dokumen dan barang bawaan jamaah, memantau pelaksanaan
pemeriksaan brang bawaan jamaah, menyelesaikan permasalahn
terhadap dokumen dan barang bawaan, berkoordinasi dengan bidang
perbekalan dan dokumen terhadap barang bawaan dan dokumen yang
tidak dapat terselesaikan, dan membawahi seksi-seksi sebagai berikut:
1) Seksi Pemeriksaan Barang Bawaan bertugas melakukan penelitian
dan pemeriksaan barang jamaah dan petugas haji, memberikan
tanda pada bungkus koper/tas barang bawaan jamaah yang sudah
diperiksa, membantu dan menyelesaikan masalah yang timbul
dalam pemeriksaan barang bawaaan.
2) Seksi Penyelesaian Dokumen Barang Bawaan bertugas
menyelesaikan hal-hal yang berkaitan dengan dokumen barang
bawaan jamaah, dan membuat data barang bawaan setiap kloter
j. Bidang Kesehatan Jamaah mempunyai tugas memberikan pelayanan
dan memeriksa kesehatan jamaah haji dan petugas di Embarkasi,
melakukan sanitasi dabn surveillance, melakukan pengawasan catering
di Asrama haji, dan membawahi seksi-seksi sebagai berikut:
1) Seksi sanitasi dan surveillance bertugas melakukan surveillance
atas makanan jamaah haji dan sanitasi lingkungan asrama
2) Seksi kesehatan jamaah di Asrama bertugas memberikan pelayanan
kesehatan kepada jamaah dan petugas selama di asrama haji,
melakukan pelayanan rujukan ke rumah sakit, dan melakukan
pemeriksaan laboratorium sederhana
66
3) Seksi Kesehatan jamaah di Bandara bertugas memberikan
pelayanan kesehatan kepada jamaah dan petugas haji selama di
pelabuhan embarkasi/debarkasi, melakukan pelayanan rujukan ke
rumah sakit70
70 Direktorat Jendral Penyelenggara Haji dan Umroh Kementrian Agama RI, Pedoman kerja PPIH Pusat dan Embarkasi (Jakarta: Sekertariat PPIH, 2010), h. 28-45
BAB IV
ANALISIS MANAJEMEN PELAYANAN
PANITIA PENYELENGGARA IBADAH HAJI EMBARKASI JAKARTA
TAHUN 2014
A. Manajemen Pelayanan Panitia Penyelenggara Ibadah Haji Embarkasi
Jakarta Tahun 2014
Pemerintah Indonesia sangat berperan penting dalam penyelenggaraan
ibadah haji reguler yaitu untuk mencapai kepuasan jamaah haji. Berdasarkan
Undang-Undang No.13 tahun 2008 pasal 11 bahwa Menteri membentuk
panitia penyelenggara ibadah haji di tingkat pusat, di daerah yang memiliki
embarkasi, dan di Arab Saudi.71
Dalam Undang-Undang tersebut Menteri Agama diwajibkan
membentuk kepanitiaan penyelenggara ibadah haji di setiap embarkasi. Proses
pembentukan panitia dimaksud Kepala Kantor Wilayah KeMenterian Agama
mengajukan nama calon panitia penyelenggara ibadah haji kepada Direktorat
Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah yang kemudian diusulkan kepada
Menteri Agama, setelah di setujui maka Direktorat Jenderal Penyelenggaraan
71 Republika Indonesia, Undang-undang Republik Indonesia Penyelenggaraan Haji dan
umrah, (Jakarta: Sekertariat Negara, 2008), pasal 13
67
68
Haji dan Umrah akan menurunkan surat keputusan pembentukkan Panitia
Penyelenggara Ibadah Haji 1435 H/2014 M.
Pengangkatan Panitia Penyelenggara Ibadah Haji Embarkasi Jakarta
1435 H/2014 M oleh Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah
atas nama Menteri Agama, dilaksanakan dua minggu sebelum
pemberangkatan haji gelombang pertama. Menurut penulis pengangkatan dan
pengukuhan panitia tidak sesuai dengan peraturan dan pedoman kerja PPIH
Pusat dan Embarkasi yang mengharuskan PPIH Embarkasi dibentuk 30 hari
sebelum pemberangkatan kloter pertama. Sehingga PPIH Embarkasi Jakarta
dalam waktu dua minggu mempersiapkan operasional penyelenggaraan ibadah
haji tidak cukup leluasa, serba mendadak dan terkesan kurang adanya
perencanaan dan persiapan yang lebih baik. Padahal pengelolaan operasional
penyelenggaraan ibadah haji tidak terlepas dari upaya memenej pelayanan
yang direncanakan dengan baik sesuai kaidah manajemen.72
Manajemen pelayanan yang dilakukan oleh Panitia Penyelenggara
Ibadah Haji Embarkasi Jakarta baik dari perencanaan, pengorganisasian,
pergerakkan dan pengawasan bertujuan agar pelayanan dapat berjalan dengan
baik dan maksimal sesuai peraturan dan ketentuan yang berlaku.
Oleh karena itu perlu adanya manajemen yang baik dalam
penyelenggaraan haji yang mengatur seluruh proses kegiatan pelayanan yang
diberikan Panitia Penyelenggara Ibadah Haji Embarkasi kepada jamaah haji
72 Wawancara dengan Bapak Aan selaku pejabat Badan Pengelola Asrama Haji dan selaku anggota PPIH Embarkasi Jakarta tahun 2014, tanggal 13 April 2015
69
melalui manajemen perhajian yang profesional dan inovatif disertai integritas
yang tinggi agar jamaah haji dapat melaksanakan kegiatan ibadah dengan
benar, tertib dan lancar sehingga tercapai haji yang mabrur dan meningkatkan
amal ibadah pasca melaksanakan ibadah haji.
Manajemen yang baik memiliki fungsi seperti menurut George R.
Terry, yang merumuskan fungsi-fungsi dari pada manajemen, yakni sebagai
berikut :73
1. Menentukan Perencanaan (Planning)
Planning dapat diartikan sebagai keseluruhan proses pemikiran dan
penemuan secara matang dalam hal-hal yang akan dikerjakan di masa
yang akan datang dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan.
Perencanaan adalah perencanaan tentang apa yang akan dicapai, yang
kemudian memberikan pedoman, garis besar apa yang akan dituju.
Perencanaan merupakan suatu perumusan dari persoalan-persoalan tentang
apa dan bagaimana sesuatu pekerjaan hendak dikerjakan. Perencanaan
merupakan suatu persiapan (preparation) untuk tindakan-tindakan
kemudian.
Dalam merencanakan kegiatan penyelenggaraan haji reguler Panitia
Penyelenggara Ibadah Haji melakukan beberapa hal:
a. Perkiraan dan perhitungan jenis pelayanan dan jumlah jamaah
73 Maringan Masry Simbolon, Dasar- dasar Administrasi dan Manajemen, (Jakarta, Ghalia Indonesia, 2004), h.36
70
Kemampuan untuk memperkirakan dan memperhitungkan
situasi suatu kegiatan beserta sasaran-sasaran yang diperlukan
untuk waktu mendatang adalah mutlak diperlukan bagi penyusunan
perencanaan suatu kegiatan yang efektif, karena waktu yang akan
datang bersifat dinamis dan berubah-rubah dengan memperkirakan
dan memperhitungkan segala kemungkinan yang akan terjadi pada
masa depan, memberikan alternatif dan solusi agar rencana
kegiatan tetap terlaksana. Demikian pula Panitia Penyelenggara
Ibadah Haji Embarkasi Jakarta memperkirakan dan menghitung
waktu masa operasional dalam pelayanan haji di asrama haji
Jakarta meliputi akomodasi, katering, transportasi, dokumen, dan
kesehatan jamaah haji serta jenis pelayanan lainnnya, contoh
pemberangkatan jamaah haji embarkasi Jakarta Pondok Gede
direncanakan sejumlah 24 kloter dengan jumlah jamaah haji 10.694
orang dan petugas sejumlah 120 orang, total jamaah dan petugas
adalah 10.814 orang terdiri dari jamaah haji dan petugas asal
Provinsi DKI Jakarta dan Provinsi Lampung74 sebagaimana daftar
rekapitulasi rencana pemberangkatan jamaah haji sebagai berikut:
Tabel 4.1: Rencana Pemberangkatan Jamaah Haji No Asal Daerah Kloter Jamaah Petugas Jml
1 DKI Jakarta 13 5.668 65 5.733
2 Lampung 11 5.026 55 5.081
Jumlah 24 10.794 120 10.814
Sumber Paper: Laporan Operasional Pemberangkatan tahun 2014
74 Wawancara dengan Bapak Panca selaku pejabat Badan Pengelola Asrama Haji dan selaku anggota PPIH Embarkasi Jakarta tahun 2014, tanggal 27 April 2015
71
b. Penetapan dan perumusan sasaran dalam rangka mencapai tujuan
pelayanan
Dalam perencanaan, sesuai dengan visi dan misi Panitia
Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) telah dirumuskan tujuan utama
dari kegiatan ini adalah bertujuan untuk menjadi pelayan jamaah
haji Embarkasi Jakarta melalui manajemen perhajian yang
profesional dan inovatif disertai integritas yang tinggi agar jamaah
haji menjadi haji yang mabrur dan meningkatkan amal ibadah
pasca melaksanakan ibadah haji, tertib dan nyaman, dan
meningkatkan citra petugas dalam memberikan pelayanan kepada
jamaah haji. Adapun sasaran Panitia Penyelenggara Ibadah Haji
adalah jamaah haji reguler DKI Jakarta 2014.
c. Penetapan Kebijakan
Panitia Penyelenggara Ibadah Haji Embarkasi Jakarta
melaksanakan kebijakan yang telah ditetapkan oleh Direktorat
Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah, yaitu meningkatkan
mutu pelayanan jamaah selama di asrama haji, meliputi pelayanan
penerimaan masuk asrama, pelayanan dokumen haji, meningkatkan
dalam membina jamaah, menjaga keamanan asrama maupun
bandara, mengurusi perbekalan jamaah, keimigrasian dan
pelayanan kesehatan jamaah selama 24 jam.
d. Penetapan dan Penjadwalan pemberangkatan jamaah
72
Pelaksanaan kegiatan pelayanan pemberangkatan jamaah haji
sesuai dengan jadwal Rencana Perjalanan Haji (RPH) yang telah
ditentukan dengan menyusun jadwal keberangkatan kelompok
terbang (kloter) dari kloter satu sampai dengan kloter akhir,
masing-masing kloter diisi dengan jumlah jamaah dan petugas haji
sesuai dengan kapasitas seat pesawat. Penyusunan jadwal kloter
mengacu pada Jadwal Perjalanan Haji Tahun 1435H/2014 M
sebagai berikut :
Tabel 4.2: Rencana Perjalanan Haji No Tanggal Kegiatan
Masehi Hijriyah
1 1 September 2014
04 Dzulqa’ah 1434 H
Awal pemberangkatan jemaah haji Gelombang I dari Tanah Air ke
Mekkah/Jeddah 2 15 September
2014 18 Dzulqa’dah
1434 H Akhir jemaah haji Gelombang I dari tanah
Air ke Madinah / Jeddah Pukul 24.00 WAS
3 16 September 2014
19 Dzulqa’dah 1434 H
Awal jemaah haji Gelombang II dari tanah Air ke Jeddah
4 1 Oktober 2014 04 Dzulhijjah
1434 H
Akhir pemberangkatan jemaah haji Gelombang II dari tanah air ke jeddah
5 4 Oktober 2014 08 Dzulhijjah 1434 H
Hari Tarwiyah
6 5 Oktober 2014 09 Dzulhijjah 1434 H
Wukuf di Arafah ( hari Senin)
7 6 Oktober 2014 10 Dzulhijjah 1434 H
Idhul Adha 1433 Hijiryah
8 7 - 8 oktober 2014
11-13 Dzulhijjah
1434 H
Hari Tasyrik I , Hari Tasyrik II (Nafar Awal), Hari Tasyrik III (Nafar Tsani)
9 11 Oktober 2014
15 Dzulhijjah 1434 H
Awal pemulangan jemaah haji Gelombang I dari Jeddah ke Tanah Air
10 18 Oktober 2014
21 Dzulhijjah 1434 H
Awal pemberangkatan jemaah haji Gelombang II dari Makkah ke Madinah
11 9 November 2014
15 Muharram 1435 H
Akhir pemulangan jemaah haji Gelombang II dari Jeddah / Madinah ke Tanah Air
Catatan : 1. RPH disusun berdasarkan kalender Ummul Quro
73
2. Masa Operasi Pemulangan : 29 hari 3. Gelombang II : 14 hari 4. Masa Operasi Pemberangkatan : 29 hari 5. Gelombang I : 14 hari 6. Masa Tinggal Jemaah Haji di Arab Saudi : 39 hari Sumber Paper : Laporan Operasional Pemberangkatan tahun 2014
e. Lokasi pelayanan pemberangkatan dan pemulangan jamaah
Panitia Penyelenggara Ibadah haji menyelenggarakan
operasional pemberangkatan dan pemulangan pada musim haji
2014 bertempat di Asrama haji Jakarta Pondok Gede sebagai
tempat peristirahatan dan persiapan terakhir sebelum
keberangkatan ke tanah suci, dalam waktu selama 24 jam. Di
asrama haji Jakarta jamaah haji menerima layanan dari PPIH
Embarkasi berupa pendaftaran masuk asrama, penimbangan
barang, pemeriksaan kesehatan, akomodasi, konsumsi, bimbingan
manasik, dan dokumen paspor serta uang living cost dan identitas
jamaah.
b. Penentuan biaya
Adapun sumber dana untuk pembiayaan pelayanan operasional
pemberangkatan dan pemulangan haji 2014 di Embarkasi Jakarta
berasal dari dana operasionalisasi BPIH yang disetorkan jamaah ke
kementerian Agama RI melalui Bank Penerimaan Setoran biaya
haji yang digunakan untuk membiayai pelayanan selama di
embarkasi seperti: katering jamaah selama di asrama haji, sarana
dan prasaranaoperasional PPIH Embarkasi, fasilitas asrama dan
74
keperluan lain yang berkaitan dengan pelayanan operasional
pemberangkatan dan pemulangan jamaah.
2. Melakukan Pengorganisasian (Organizing)
Pengorganisasian pelayanan jamaah haji reguler dapat dirumuskan
sebagai rangkaian aktifitas menyusun suatu kerangka yang menjadi wadah
bagi segenap kegiatan pelayanan di embarkasi Jakarta dengan jalan
membagi dan mengelompokkan pekerjaan yang harus dilakukan serta
menempatkan dan menyusun jalinan hubungan kerja antar panitia.
Proses pengorganisasian pelayanan di Asrama Haji Embarkasi yaitu
dengan membentuk kepanitian yang disebut Panitia Penyelenggara Ibadah
Haji yang terdiri dari Pejabat Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi
DKI Jakarta dan pengurus Badan Pengelolaan Asrama haji Pondok Gede
serta dari instansi terkait lainnya, sesuai dengan surat keputusan Direktorat
Jenderal Penyelenggara Haji dan Umrah tentang pembentukkan PPIH
Embarkasi Jakarta.75
3. Mengadakan Pergerakkan (Actuating)
Dalam manajemen penggerakkan (actuating) merupakan bagian dari
menggerakkan dan mengarahkan pelaksanaan program sehingga dapat
terlaksana sesuai rencana. Dalam fungsi ini, seorang manajer tidak dapat
bekerja sendiri, karena pada fungsi ini semua dilakukan pada perencanaan
dan pengorganisasian, sehingga seorang manajer memerlukan cukup banyak
75 Wawancara dengan Bapak H. Ahmad Syukri selaku pejabat Kementrian Agama Provinsi DKI Jakarta dan selaku anggota PPIH Embarkasi Jakarta tahun 2014, tanggal 6 April 2015
75
orang terutama bila ingin mencapai tujuan yang diinginkan. Demikian pula
dalam penyelenggaraan haji reguler, maka penggerakkan bukan hanya
digerakkan oleh PPIH Embarkasi saja tetapi juga oleh para TPHI, TPIHI,
maupun TKHI. Para petugas haji yang menyertai jamaah yaitu TPHI,
TPIHI, dan TKHI bertugas membimbing para jamaah baik di asrama haji
maupun di Arab Saudi termasuk melayani kesehatan jamaah, sehingga
jamaah menikmati pelayanan yang diberikan sesuai biaya yang mereka
keluarkan.
Embarkasi Jakarta Pondok Gede (JKG) sampai dengan tahun 2013
memberangkatan dan memulangankan jamaah haji yang berasal dari 3
(tiga) provinsi yaitu provinsi DKI Jakarta, provinsi Banten, dan provinsi
Lampung, sedangkan tahun 2014 berdasarkan kebijakan Kementerian
Agama hanya melayani 2 (dua) Provinsi yaitu provinsi DKI Jakarta dan
provinsi Lampung, sedangkan provinsi Banten bergabung dengan
Embarkasi Jakarta Bekasi (JKS).
Pada operasional pemberangkatan haji tahun 1435 H/ 2014 M jamaah
haji asal provinsi DKI Jakarta diterapkan sistim pelayanan one stop servise
dan jamaah haji dikarantina selama semalam kemudian di berangkatkan
melalui Bandara Halim Perdana Kusuma, sedangkan bagi jamaah haji yang
berasal dari provinsi Lampung menjalani proses dokumen, kesehatan,
keimigrasian, dan proses lainnya di Embarkasi Antara Lampung dan transit,
kemudian jamaah haji diangkut ke Jakarta menggunakan pesawat domestik
selanjutnya dipindahkan ke pesawat Garuda untuk melanjutkan penerbangan
76
ke Arab Saudi. Namun Embarkasi Antara Lampung merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari Embarkasi Jakarta, karena pelaksanaan proses
pemberangkatan jamaah tetap harus berkoordinasi dengan Panitia
Penyelenggara Ibadah Haji Embarkasi Jakarta.
Adapun penggerakkan yang dilakukan Ketua Panitia Penyelenggara
Ibadah Haji Embarkasi pada saat pemberangkatan melalui Kepala Bidang
dan pembantu PPIH untuk melayani jamaah haji sesuai dengan tugasnya
masing-masing, berupa pelayanan yang diberikan kepada jamaah mulai dari
jamaah datang ke asrama haji sampai jamaah diberangkatkan ke Bandara
Halim Perdana Kusuma dalam waktu kurang lebih 24 jam.
4. Menjalankan Pengawasan (controling)
Pengawasan pelaksanaan ibadah haji tahun 2014 di Embarkasi Jakarta
dilakukan oleh Inspektur Jenderal Kementerian Agama berdasarkan
peraturan Menteri Agama no.10 tahun 2010 bahwa Inspektur Jenderal
Kementerian Agama bertugas untuk melakukan pemantauan/pengawasan
dan evaluasi pemberangkatan jamaah haji tahun 2014 pada Embarkasi
Jakarta yang meliputi pelayanan yang diberikan PPIH terhadap jamaah
haji 2014.
Inspektrul Jenderal Kementerian Agama melakukan fungsi
pengawasan dalam manajemen. Pertama, menentukan standar sebagai
ukuran pengawasan. Sebagai contoh katering jamaah yang memerlukan
standar rasa dan kandungan kesehatan, penyajian katering harus diawasi
oleh Inspektur Jenderal Kementerian Agama. Kedua, menentukan
77
pengukuran pelaksanaan kegiatan secara tepat. Sebagai contoh pada
pelayanan one stop servise yang memerlukan kerjasama antara beberapa
bidang dalam PPIH, dapat mengukur kepuasan jamaah dalam pelayanan
ini karena pelayanan one stop servise untuk mempermudah jamaah
mendapatkan pelayanan seperti: perbekalan, dokumen, test kesehatan
dalam satu atap, sehingga jamaah bisa mempunyi waktu istirahat setelah
pelaksanaan ini. Ketiga, melakukan tindakan koreksi jika ada
penyimpangan dalam proses kegiatan. Contoh Inspertur Jenderal
Kementerian Agama melihat satu persatu kegiatan yang dilaksanakan di
asrama haji dan jika Inspektur Jenderal Kementerian Agama melihat
adanya penyimpangan dalam kegiatan maka langsung ditegur dan
disarankan untuk berpedoman pada ketentuan dan SOP (Standar
Operasional Prosedur) yang berlaku.76
5. Melaksanakan Evaluasi
Melakukan evaluasi di dalam suatu organisasi memang sangat
penting, karena dengan evaluasi kita dapat mengetahui hasil dari pekerjaan
yang dilakukan. Apa yang dilakukan sudah berjalan dengan maksimal atau
belum? Apakah tujuan dan sasaran sudah terapi?oleh sebab itu untuk
mengetahui hasil dari pelaksanaan kegiatan yang telah dilakukan oleh
ketua PPIH Embarkasi yang dilaksanakan pada mingguan dan akhir
pelaksanaan. Evaluasi mingguan dan akhir dilaksanakan oleh para ketua,
76 Wawancara dengan Bapak Aan selaku pejabat Badan Pengelola Asrama Haji dan selaku anggota PPIH Embarkasi Jakarta tahun 2014, tanggal 13 April 2015
78
Sekertaris dan Kepala Bidang, dan dalam hal tertentu dapat mengundang
pihak lain dan unsur terkait.
Hasil rumusan evaluasi mingguan dipergunakan sebagai dasar
perbaikan pelaksanaan operasional yang sedang berjalan, sedangkan
evaluasi akhir sebagai bahan laporan operasional pemberangkatan haji
yang akan menjadi tolak ukur PPIH Emabarkasi tahun berikutnya.77
B. Aspek Pelayanan PPIH Embarkasi Jakarta Terhadap Jamaah Haji
Tahun 2014
Aspek-aspek pelayanan meliputi pelayanan fisik (barang) yaitu
pelayanan yang menghasilkan berbagai bentuk/jenis barang yang
digunakan oleh publik, pelayanan non fisik (jasa) yaitu pelayanan yang
menghasilkan berbagai bentuk jasa yang dibutuhkan oleh publik, dan
pelayanan administratif yaitu pelayanan yang menghasilkan berbagai
bentuk dokumen resmi yang dibutuhkan oleh publik.78
1. Aspek Pelayanan Pemberangkatan
a. Pelayanan One Stop Service
Dalam rangka peningkatan pelayanan terhadap jamaah haji, PPIH
Embarkasi Jakarta melaksanakan pelayanan satu atap atau disebut “One
Stop Service”, sebagaimana tahun sebelumnya dilaksanakan di gedung
77 Wawancara dengan Bapak Aan selaku pejabat Badan Pengelolaan Asrama Haji dan selaku anggota PPIH Embarkasi Jakarta tahun 2014, tanggal 13 April 2015 78 Sudaryanti, Manajemen Pelayanan, (Surakarta: Universitas sebelah maret press, 2012)h. 19
79
Gedung SG 2
SG1, namun tahun 1435 H/2014 M gedung SG2 telah selesai di
revitalisasi, proses penerimaan jamaah dilaksanakan kembali di gedung
SG2.
Pelayanan satu atap meliputi pelayanan pemeriksaan kesehatan
akhir, pelayanan penerimaan, pelayanan living cost. Pelayanan satu atap
atau disebut “one stop service” merupakan inovasi dari PPIH
Embarkasi Jakarta yang telah dimulai pada pemberangkatan jamaah haji
tahun 1430 H/2009 M. Pelaksanaan “one stop service” bertujuan
mempercepat proses jamaah keluar negeri dengan terintegrasinya
proses costum, imigration dan quarantin (CIQ) dalam satu kesatuan,
sehingga memberikan waktu istirahat yang cukup kepada jamaah haji
sebelum melaksanakan perjalanan jauh ke tanah suci agar jamaah haji
memiliki kesiapan fisik yang kuat.79 Adapun contoh alur pelayanan satu
atap (One Stop Servise) adalah sebagai berikut:
Tabel 4.3: Alur Pelayanan Satu Atap
Sumber Paper: Laporan Operasional Pemberangkatan tahun 2014
79 Wawancara dengan Bapak H. Basuki Nur jamaah haji Embarkasi Jakarta 2014 asal Jakarta Barat, 26 Juni 2015
Pelayanan Penerimaan
Jamaah
1. 1a, 1b = Jamaah haji duduk dipisah p/w, antri
2. Meja 2a, 2b = Meja petugas kesehatan I 3. Meja 3a, 3b = Meja petugas Penerimaan 4. Meja 4a, 4b = Meja petugas Gelang Identitas 5. Meja 5a, 5b = Meja petugas Paspor dan DAPIH 6. Meja 6a, 6b = Meja petugas living cost
80
Selama menerima pelayanan satu atap, Panitia Penyelenggara
Ibadah Haji yang bertugas di Asrama Haji Jakarta telah mengaturnya
dengan baik, tertib dan lancar. Menurut penulis, metode pelayanan satu
atap merupakan aplikasi manajemen yang sudah dilaksanakan oleh
Panitia Penyelenggara Ibadah Haji Embarkasi Jakarta demi mencapai
visi yang telah ditentukan yaitu: menjadi pelayan jamaah haji Embarkasi
Jakarta melalui manajemen perhajian yang profesional dan inovatif
disertai integritas yang tinggi.
Setelah jamaah tiba di asrama dan turun dari bus, jamaah
menyerahkan bagasi kepada petugas, agar bagasi jamaah segera
diperiksa dengan alur pemeriksaan bagasi sebagai berikut:
Tabel 4.4: Alur Bagasi Jamaah
Keterangan :
1. Bagasi diterima dari jamaah haji, 2. Ditimbang oleh petugas Gapura, ditulis colly dan beratnya (kg), 3. Dilakukan pemeriksaan dengan x-ray dan diberi label x-ray oleh Petugas Angkasa
Pura dan Bea Cukai, 4. Dikirim ke gudang utama untuk persiapan pengiriman ke Bandara Halim Perdana
Kusuma 5. Dikirim ke Bandara Halim Perdana Kusuma, H-6 jam bagasi sudah disimpan di
dalam container bersegel Dirjen Bea dan Cukai dikirim ke bandara, 6. Bagasi dimasukkan ke dalam bagasi pesawat, 7. Diterbangkan bersama dengan jamaah calon haji ke tanah suci Sumber Paper: Laporan Operasional Pemberangkatan tahun 2014
81
Pelayanan yang diberikan Panitia bidang penerimaan ketika jamaah
haji masuk ke dalam gedung SG2, Jamaah haji disambut oleh Bidang
Penerimaan Jamaah yaitu Bapak H. Hamidullah AR kemudian
dipersilahkan duduk (Jamaah Pria dan Wanita tempat duduknya dipisah)
untuk mendengarkan pengarahan dari bidang penerimaan jamaah
sekaligus berkenalan dengan petugas kloter, baik TPHI, TPIHI, maupun
TKHI.
Pelayanan pertama pada one stop servise yaitu diberikan oleh
panitia bidang kesehatan pada meja pemeriksaan dan petugas KKP
memberikan stempel pada buku kesehatan, lalu dokter memeriksa
jamaah secara bergantian di meja pemeriksaan kesehatan jamaah, jika
jamaah haji tidak ada masalah dengan kesehatannya, maka langsung
menuju meja III (Meja Penerimaan Jamaah). Jika jamaah haji ada
masalah kesehatan atau termasuk Wanita Usia Subur (WUS) oleh dokter
diminta untuk pemeriksaan laboratorium, hasil pemeriksaan
laboratorium dibawa kembali ke dokter untuk mendapatkan rekomendasi
tidak lanjut kepastian berangkat atau pembatalan atau rujukan ke
poliklinik. Jika harus dirujuk ke rumah sakit maka jamaah haji dirujuk
ke Rumah Sakit Haji Jakarta atau ke Rumah Sakit Sulianti Saroso. Jika
jamaah haji dinyatakan oleh dokter rumah sakit harus dirawat, maka
jamaah haji harus dirawat, jika sembuh sebelum masa pemberangkatan
berakhir, maka jamaah haji tersebut ke dokter penerimaan untuk
mendapatkan ijin berangkat dan melakukan proses selanjutnya, jika
82
belum sembuh selama masa pemberangkatan maka dinyatakan tidak bias
berangkat atau batal.
Selanjutnya jamaah haji menyerahkan Surat Panggilan Masuk
Asrama Haji (SPMA) dan Lembar Biru Pelunasan Pembayaran Biaya
Perjalanan Ibadah Haji (BPIH) di meja III yaitu meja penerimaan, lalu
jamaah haji mendapatkan kokarde dan kartu konsumsi yang telah
disiapkan oleh panitia sesuai pramanifest, selanjutnya PPIH bidang
perbekalan memberikan gelang identitas kepada jamaah haji, gelang
identitas ini harus dipakai selama pelaksanaan ibadah haji berlangsung.
Selanjutnya meja V jamaah menerima Paspor dan DAPIH, Boarding
Pass dan Kwitansi Living Cost dari PPIH, melalui proses sebagai
berikut:
1) Petugas menyiapkan paspor yang sudah di berikan visa dan
memeriksa kelengkapan paspor pada nama jamaah haji setiap
kloter, jika sudah lengkap maka diberikan kepada bagian
penerbangan untuk pengecekan tiket,
2) Bagian penerbangan menyerahkan paspor ke seksi penelitian dan
penyerahan paspor yang akan dibagikan kepada jamaah di Gedung
SG2 pada pelayanan one stop service,
3) Jamaah menuju meja Living Cost dengan memberikan kwitansi
untuk mendapatkan cap lunas pada DAPIH, kemudian
menyerahkan kwitansi tersebut kepada petugas Bank yang ditunjuk
83
4) Jamaah mendapatkan uang living cost sebesar SAR 1.500,
menghitung uang living cost yang baru diterima dan
memasukkannya ke tas gantungan bersama dokumen dan
menempelkan nomor bus dan nomor seat pesawat pada tas.
Setelah jamaah haji mendapatkan pelayanan One Stop Servise,
mereka dijemput oleh suttle bus dan dibawa ke asrama yang telah
disediakan PPIH untuk beristirahat selama kurang lebih 24 jam.80
b. Pelayanan Asrama
Sesuai dengan SK Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah,
Embarkasi Jakarta pada masa pemberangkatan tahun 1435 H/ 2014 M,
Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Embarkasi Jakarta hanya
menangani penempatan akomodasi jamaah haji asal provinsi DKI
Jakarta. Bagi jamaah sakit atau kondisi fisiknya lemah ditempatkan
dikamar lantai dasar gedung penginapan. Adapun gedung yang
disediakan Panitia Penyelenggara Ibadah Haji bagi jamaah haji DKI
Jakarta yaitu gedung E, D4, D5, H, A, B, C digunakan untuk tempat
istirahat dan pemulihan tenaga jamaah haji sebelum berankat ke tanah
suci. Fasilitas gedung yang disediakan Panitia Penyelenggara Ibadah
Haji untuk jamaah haji DKI Jakarta sebagai berikut:
1) Fasilitas gedung E, A, dan B: AC, kamar mandi dalam, 4 spring
bed/kamar, dan ruang makan di lobby,
80 Wawancara dengan Bapak H. Ahmad Syukri selaku pejabat Kementrian Agama Provinsi DKI Jakarta dan selaku anggota PPIH Embarkasi Jakarta tahun 2014, tanggal 6 April 2015
84
2) Fasilitas gedung D4 dan D5: AC, kamar mandi dalam, 8 spring
bed/kamar, dan ruang makan di lobby,
3) Fasilitas gedung C: AC, kamar mandi dalam, 6 spring
bed/kamar, dan ruang makan di lobby.81
PPIH Embarkasi Jakarta sudah melakukan peningkatan pelayanan
seperti ruangan yang ber AC, dan tempat tidur yang digunakan
merupakan tempat tidur springbed single dalam rangka kenyamanan
jamaah haji.
PPIH Bidang Akomodasi juga menunjuk para pembantu PPIH di
bidang kebersihan untuk membersihkan Asrama Haji, mereka
membersihkan ruang kamar, kamar mandi, ruang makan setiap hari 2
kali agar menjaga kesterilan asrama yang jamaah tempati. Selain
kebersihan juga kebersihan lingkungan area asrama haji jakarta, dan
ruangan gedung serta jalan-jalan, penggantian sepray dan sarung bantal,
mengangkut sampah dan menyemprot septictank. Sedangkan untuk
keamanan selama pemberangkatan jamaah haji tahun ini melibatkan
satuan pengamanan (satpam) asrama dan unit-unit terkait, antara lain:
TNI AU Lanud Halim Perdana Kusuma, Koramil, dan polsek. Seluruh
anggota satpam asrama haji Jakarta selama operasional pemberangkatan
jamaah haji sepenuhnya bertugas di area asrama haji, sedangkan
pengamanan lalu lintas dan pintu pagar keluar masuk Asrama haji
81 Wawancara dengan Bapak Panca selaku pejabat Badan Pengelola Asrama Haji dan selaku anggota PPIH Embarkasi Jakarta tahun 2014, tanggal 27 April 2015
85
menjadi tanggung jawab penuh polisi termasuk tempat penerimaan
jamaah di SG2.
Dalam rangka menjaga kondisi aman dan nyaman bagi jamaah
pada saat di asrama, panitia menjaga keamanan asrama dengan membuat
tata tertib yaitu para pengunjung yang akan mengunjungi jamaah haji
harus seijin PPIH Embarkasi dengan menggunakan kartu tamu yang
dilakukan secara selektif dan dalam jumlah yang sangat terbatas dan
dibatasi waktunya agar ketenangan dan kenyamanan serta waktu istirahat
yang cukup bisa dirasakan oleh jamaah haji, pengaturan lalu lintas di
jalan raya pondok gede baik pada waktu kedatangan jamaah selalu harus
dalam keadaan aman, lancar, dan terkendali, begitu juga pedagang
asongan dilarangan masuk di areal asrama haji.82
c. Pelayanan Katering
Pelayanan katering merupakan pelayanan yang tak kalah penting
untuk memuaskan jamaah Haji 2014, karena pada pelayanan ini perlu
pengaturan yang baik, tidak menutup kemungkinan ada masalah dalam
memberikan makan kepada orang banyak dan dikhawatirkan terjadi
jamaah yang tidak mendapatkan makan.
Oleh karena itu Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH)
membagikan kartu jatah makan pada saat jamaah tiba di asrama haji,
kartu tersebut berlaku untuk konsumsi jamaah 3 (tiga) kali makan dan 2
82 Wawancara dengan Bapak H. Basuki Nur jamaah haji Embarkasi Jakarta 2014 asal Jakarta Barat, 26 Juni 2015
86
(dua) kali snack perhari. Dalam pelaksanaanya Panitia Penyelenggara
Ibadah Haji (PPIH) memilih perusahaan CV. Iis Katering Service yang
beralamat di Jl. Merah Delima I No. 30 Cawang kavling Jakarta timur
untuk mengelola catering bagi jamaah DKI Jakarta dan petugas haji
Embarkasi Jakarta, setelah melalui proses tender pengadaan katering
jamaah haji di embarkasi Jakarta.83 Selain itu panitia juga menyiapkan
tempat pelaksanaan pelayanan juga katering dilingkungan asrama haji
dan mengawasi kinerja perusahaan katering dalam melakukan tata
laksana katering, serta membuat teguran/diskualifikasi terhadap
perusahaan catering yang dianggap telah menyalahi dan melanggar
ketentuan dan peraturan yang berlaku di asrama haji, agar terpenuhi
ketentuan-ketentuan yang berlaku, misalnya :
1) Satu jam sebelum jadwal makan, seluruh makanan harus sudah
siap,
2) Segera melakukan tindakan antisipasi terhadap kemungkinan
kekurangan makanan yang disajikan atau terjadi keracunan
makanan bagi jamaah haji,
3) Menyiapkan dan menata peralatan makan dan minum untuk para
jamaah haji,
4) Setiap saat ruang makan, meja, kursi harus dalam kondisi bersih,
dari serangga, binatang dan bau yang tidak sedap karena akan
mempengaruhi selera makan para jamaah.
83 Wawancara dengan Bapak Aan selaku pejabat Badan Pengelola Asrama Haji dan selaku anggota PPIH Embarkasi Jakarta tahun 2014, tanggal 13 April 2015
87
Adapun teknis penyajian makanan untuk jamaah haji selama
berada di asrama haji dalam bentuk prasmanan di masing-masing
gedung penginapan, atau bisa dalam bentuk kotak/box jika kondisi
menghendaki. Pelaksanaan monitoring katering jamaah haji hanya
mencakup pengawasan katering jamaah haji yang berasal dari Provinsi
DKI Jakarta. Sedangkan monitering katering jamaah haji asal Provinsi
lampung dilakukan oleh Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH)
Embarkasi Haji Antara Lampung.84
Makanan yang disajikan PPIH sangat sesuai dengan keinginan
jamaah, makanan yang steril, makanan yang enak, makanan yang
bergizi. Sehingga jamaah sangat bersemangat melalkukan kegiatan di
asrama haji.85
d. Pelayanan Pembinaan Jamaah dan Manasik Haji
Pembinaan jamaah dan manasik diikuti oleh semua kloter yang
tergabung dalam Embarkasi Jakarta sejumlah 13 kloter asal Provinsi
DKI Jakarta, pembinaan jamaah dilaksanakan sesuai dengan tanggal
kedatangan kloter masuk ke Asrama haji setelah jamaah menyelesaikan
kelengkapan administrasi keberangkatan dan menempati penginapan
masing-masing di Asrama Haji. Pembinaaan yang dilakukan oleh
petugas PPIH berupa ceramah kesehatan dan akhlakul karimah yang
84 Wawancara dengan Bapak Panca selaku pejabat Badan Pengelola Asrama Haji dan selaku anggota PPIH Embarkasi Jakarta tahun 2014, tanggal 27 April 2015 85 Wawancara dengan Bapak H. Basuki Nur jamaah haji Embarkasi Jakarta 2014 asal Jakarta Barat, 26 Juni 2015
88
dilaksanakan setelah shalat magrib berjamaah sampai dengan memasuki
waktu Isya. Setelah shalat subuh dilanjutkan kembali ceramah tentang
akhlakul karimah ditambah dengan peragaan manasik haji yang
disesuaikan dengan waktu dan keinginan jamaah, lalu panitia
menyediakan waktu konsultasi masalah manasik setiap harinya di masjid
Al Mabrur setelah shalat Ashar sampai tiba waktu Magrib.
Adapun materi pembinaan kesehatan oleh petugas TKHI dan
paramedis, materi akhlakul karimah oleh TPIHI dan ulama anggota
kloter, materi manasik oleh petugas seksi pembinaan jamaah bekerja
sama dengan TPIHI kloter. Selain PPIH membina jamaah haji, PPIH
bidang pembinaan juga menyelenggarakan pemantapan petugas hal
tersebut sesuai dengan SK Dirjen, dimana petugas kloter juga harus
melakukan pembinaan dan pembimbingan kepada jamaah haji, terdiri
dari:
1) TPHI (Tim Pemandu haji Indonesia) sejumlah satu orang di setiap
kloter atau disebut juga ketua kloter bertugas memberikan pelayanan
umum pada jamaah haji di kloternya
2) TPIHI (Tim Pembimbing Ibadah Haji Indonesia) sejumlah satu orang
di setiap kloter atau disebut juga ketua kloter bertugas memberikan
pelayanan ibadah (ubudiyah) pada jamaah haji di kloternya
89
3) TKHI (Tim Kesehatan Haji Indonesia) sejumlah tiga terdiri dari 1
orang dokter dan 2 orang paramedis bertugas memberikan pelayanan
kesehatan pada jamaah haji di kloternya86
Pembinaan yang dilakukan PPIH sangat termanaj, walaupun
jamaah sudah melakukan manasik beberapa kali sebelum masuk
asrama namun PPIH tetap mewajibkan jamaah untuk mengikuti
pembinaan manasik mulai dari ceramah sampai prakti dan disertai
konsultasi sehingga jamaah mengerti dan tidak ragu lagi dalam
pelaksanaaan manasik.87
e. Pelayanan Bandara
Dalam rangka ketertiban, kenyamanan, dan keamanan di bandara
dilakukan pelayanan yang meliputi:
1) Pada H-3 jam sebelum pesawat take off, PPIH Seksi Penimbangan
dan Angkutan Barang Bawaan mengarahkan jamaah haji untuk keluar
asrama menuju gedung SG3 untuk dilakukan pemeriksaan tas
tentengan dengan x-ray oleh Petugas Angkasa pura II dan Bea cukai,
X-ray tidak dilakukan di Bandara Halim Perdanakusuma disebabkan
gedung dan ruangan tidak memungkinkan, Pada H-1,5 jam, jamaah
haji sudah dalam dalam kondisi sterill setelah melalui proses X-ray,
86 Wawancara dengan Bapak H. Ahmad Syukri selaku pejabat Kementrian Agama Provinsi DKI Jakarta dan selaku anggota PPIH Embarkasi Jakarta tahun 2014, tanggal 6 April 2015 87 Wawancara dengan Bapak Hj. Khumairah jamaah haji Embarkasi Jakarta 2014 asal Jakarta Barat, 26 Juni 2015
90
2) Pemberangkatan jamaah haji menggunakan Bus Aerowisata dari PT.
Aerotrans Servise Indonesia anak perusahaan PT. Garuda Indonesia,
Setiap kloter menggunakan 10 (sepuluh) unit bus ditambah 1 (satu)
unit bus cadangan, dan ketika pemberangkatan jamaah ke bandara
Halim Perdana Kusuma ada Foreader/pengawalan oleh satu unit
patwal dari POM TNI AU Bandara Halim Perdanakusuma
dandikawal oleh 1 unit mobil monitoring dari PT. Aerotrans Servise
Indonesia dan diikuti oleh 1 mobil teknisi kendaraan dari PT.
Aerotrans Servise Indonesia, 1 unit mobil Ambilance dari Kantor
Kesehatan Pelabuhan (KKP) dan 1 unit mobil petugas
pemberangkatan dan jamaah transit PPIH Embarkasi,
pemberangkatan jamaah haji dan asrama haji menuju Bandara Halim
Perdanakusuma dilakukan 1 jam sebelum rencana penerbangan
pesawat (ETD), pesawat udara yang dipergunakan adalah pesawat
terbang jenis Air Craft Boing 747-A 400 Jumbo ATLAS AIR dengan
konfigurasi seat milik PT. Garuda Indonesia,
3) Panitia bidang kesehatanpun memberikan pelayanan kesehatan pada
waktu jamaah berada di Bandara Halim Perdana Kusuma melayani
jamaah yang tiba-tiba sakit ketika di bandara, begitu juga
pengamanan bandara untuk keamanan di Bandara Halim Perdana
Kusuma selama pemberangkatan jamaah haji tahun ini melibatkan
unit-unit terkait, antara lain: TNI AU Lanud Halim Perdana Kusuma,
Koramil, dan polisi.
91
Pelayanan yang diberikan PPIH terutama bagian kesehatan sangat
baik karna PPIH bidang kesehatan melayani jamaah mulai dari
pelayanan One Stop Service, pelayanan di asrama, sampai pelayanan
bandara88
2. Aspek Pelayanan Pemulangan
a. Pelayanan Bandara
1) Petugas PPIH Bidang Dokumen mendata jumlah jamaah Jakarta dan
Lampung saat pemberangkatan berjumlah 10.950 terdiri dari 10.830
jamaah haji dan 120 petugas kloter, sedangkan jumlah jamaah saat
pemulangan yang tiba di Bandara Halim Perdanakusuma sebanyak
10.926 orang, terdiri dari 10.806 jamaah haji dan 120 petugas kloter.
Tabel 4.5: Pemulangan Jamaah Haji dan Petugas Debarkasi Jakarta Tahun 1435 H/2014 M
No Provinsi Kloter Jamaah Prosentase
1 DKI Jakarta 13 5.818 53,23
2 Lampung 11 4.988 45,65
3 Petugas 120 1,12
Jumlah 10.926 100
Sumber Paper: Laporan Operasional Pemulangan tahun 2014
2) Petugas PPIH Bidang Penerimaan Jamaah mempelajari jadwal
kedatangan dan data pemulangan jamaah setiap kloter, petugas PPIH
terutama seksi udzur segera bergegas menerima jamaah di Bandara
88 Wawancara dengan Bapak Hj. Khumairah jamaah haji Embarkasi Jakarta 2014 asal Jakarta Barat, 26 Juni 2015
92
Halim Perdanakusuma dan siap melayani jamaah yang sakit yang
akan di rujuk ke Rumah Sakit Haji.
3) Petugas Kesehatan melakukan test kesehatan di Bandara Halim
Perdanakusuma dengan tahap-tahap sebagai berikut:
a) Pada saat pesawat landing dan jamaah masih berada dalam
pesawat, petugas PPIH sub bidang karantina dan surveilans
melakukan boarding ke pesawat untuk memeriksa dokumen
kesehatan pesawat.
b) Melakukan scannering suhu tubuh jamaah haji
c) Pada saat jamaah masuk ke terminal haji diperiksa Kartu
Kesehatan Kewaspadaan Jamaah Haji (K3JH)
Jika jamaah tidak membawa buku kesehatan baik karena hilang
maupun karena di simpan di bagasi, maka petugas memberikan
penggantian K3JH yang harus diberikan ke puskesmas asal setelah 14
hari sekembalinya dari Tanah Suci. Dan berdasarkan data penggantian
K3JH terdapat 2.602 jamaah pria dan 3.334 jamaah wanita. Untuk angka
penyakit tertinggi pada Debarkasi Jakarta tahun 2014 adalah penyakit
system pernapasan
Pemeriksaan Imigrasi pada saat jamaah kembali ke tanah air
dilakukan di Bandara Halim Perdanakusuma dengan sarana tiga counter,
93
petugas imigrasi menyobek lembar L pada DAPIH dan berdasarkan
lembar L jumlah jamaah sebanyak 10.926 orang89
b. Pelayanan Asrama
Ketika jamaah tiba di asrama, jamaah haji segera ditempatkan di
SG2 untuk pembagian koper bagasi, air zam-zam, dan lain-lain yang
sudah disiapkan oleh PPIH, sedangkan operasional pengamanan
pemulangan jamaah haji secara teknis meliputi:
1) Seluruh anggota Satpam asrama haji sepenuhnya bertugas di
gedung-gedung asrama haji
2) Pengamanan pagar pintu keluar masuk asrama haji menjadi
tanggung jawab penuh polisi Polsek Metro Makassar
3) Pengamanan di gedung SG2 dilakukan oleh polisi, satpam dan
petugas PPIH karena barang jamaah akan ditempatkan di SG2
4) Mengamankan barang bawaan jamaah sehingga tidak terjadi barang
yang tertukar antar jamaah haji
Ketika jamaah sudah dibagikan barang-barang bawaannya, jamaah
dibolehkan untuk kembali ke rumah.
C. Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat dalam Manajemen Pelayanan yang di berikan Panitia Penyelenggara Ibadah Haji Embarkasi
1. Faktor Pendukung Pemberangkatan
89 Wawancara dengan Bapak Panca selaku pejabat Badan Pengelola Asrama Haji dan selaku anggota PPIH Embarkasi Jakarta tahun 2014, tanggal 27 April 2015
94
a. Adanya koordinasi dan kerjasama yang baik serta penuh dengan rasa
tanggung jawab pada masing-masing PPIH, petugas, atau panitia,
maupun dari instansi serta lembaga terkait,
b. Adanya sarana dan prasarana pelayanan memadai sehinga jamaah haji
merasa puas dan siap untuk menjalankan ibadah haji,
c. Adanya manajemen yang baik dalam operasional pemberangkatan
ibadah haji ,
d. Kedisiplinan jamaah dalam mengikuti proses-proses pemberangkatan
yang sudah diatur oleh PPIH dan petugas.
2. Faktor penghambat Pemberangkatan
Faktor penghambat bagi Panitia Penyelenggara Ibadah Haji Embarkasi
dalam memberikan pelayanan ialah sebagai berikut:
a. Masih adanya keterlambatan kedatangan jamaah haji (masuk asrama)
tidak sesuai dengan jadwal yang ditentukan, sehinga proses penerimaan
jamaah memakan waktu yang cukup lama,
b. Masih adanya jamaah yang lupa membawa SPMA (Surat Panggilan
Masuk Asrama) dan lembar biru pada saat masuk asrama haji,
c. Adanya jamaah yang belum melaksanakan vaksin miningitis dan
penerbitan ICV miningitis pada jamaah haji sehingga diragukan
legalitasnya,
d. Adanya jamaah haji yang tidak pernah mengikuti pelatihan manasik
haji sebelum masuk asrama sehingga menyulitkan jamaah dalam
memahami tatacara melaksanakan ibadah haji,
95
e. Masih ada jamaah yang tidak mengikuti pembinaan di masjid (ceramah
kesehatan dan akhlakul karimah) setelah di asrama, sedangkan materi
yang disampaikan merupakan perbekalan akhir dan informasi penting
tentang perkembangan dan kondisi akhir di Arab Saudi,
f. Jamaah sibuk menemui keluarganya ketika berada di asrama haji
sehingga waktu istirahat berkurang dan tidak dapat mengikuti kegiatan
yang diselenggarakan panitia,
g. Masih belum siapnya ruang tunggu atau ruang boarding di Bandara
Halim Perdana Kusuma, sehingga masih dilaksanakan di asrama haji
yang kurang sterilisasi dari sisi pengamanan,
h. Tidak adanya ambulift di bandara sehingga jamaah risti kesulitan untuk
naik ke pesawat,
i. Masih kurangnya ketelitian petugas dokumen dalam pengolahan data
manifest jamaah berkaitan dengan pengisian kloter, rombongan, regu
dan nama-nama jamaah haji.
3. Faktor Pendukung Pemulangan
a. Adanya koordinasi dan kerjasama internal PPIH Embarkasi Jakarta dan
tanggung jawab masing-masing petugas atau panitia,
b. Adanya manajemen yang baik dalam operasional pemulangan ibadah
haji haji,
c. Adanya kebijakan pimpinan dan jadwal pemulangan jamaah haji,
d. Kedisiplinan jamaah dalam mengikuti proses-proses pemulangan yang
sudah diatur oleh petugas,
96
e. Adanya koordinasi antar PPIH Embarkasi dengan PPIH Arab Saudi,
PPIH pusat dan instansi/lembaga terkait.
4. Faktor Penghambat Pemulangan
a. Minimnya informasi dan koordinasi dari pihak penerbangan kepada
PPIH Debarkasi tentang terjadinya keterlambatan pengembangan yang
cukup lama,
b. Kurang koordinasinya antar PPIH Embarkasi dengan instansi/lembaga
terkait,
c. Kesulitan saat menurunkan jamaah risti dari pesawat
d. Terjadinya antrian panjang yang melelahkan pada saat kedatangan
jamaah di Bandara Halim Perdanakusuma untuk pelaksanaan proses
pemeriksaan kesehatan,
e. Penyampaian manifest jamaah haji yang terlambat dari pihak
penerbangan,
f. Belum sterilnya di asrama haji saat kepulangan jamaah, sehingga
keluarga jamaah bisa masuk asrama dan mengganggu proses
pemulangan.
D. Analisis terhadap Manajemen Pelayanan Panitia Penyelenggara Ibadah
Haji Embarkasi Jakarta
Menurut analisis penulis seluruh rangkaian pelaksanaan manajemen
pelayanan PPIH Embarkasi Jakarta berdasarkan fungsi manajemen telah
berjalan dengan baik, karena sistem menejemen yang dikelola dengan baik
97
maka dapat menjalankan fungsi-fungsi merencanakan, mengorganisasikan,
menggerakkan dan mengawasi kegiatan pelaksanaan pelayanan ibadah haji
dengan baik pula, sehingga pelaksanaan ibadah haji terlaksana dengan aman,
nyaman, dan lancar.
1. Perencanaan (Planning)
Dalam perencanaan telah ditetapkan dan dirumuskan bahwa tujuan
utama dari kegiatan ini adalah menjadikan PPIH Embarkasi Jakarta,
profesional dan inovatif agar jamaah haji merasakan kepuasan ketika
berada di asrama haji. Menurut penulis PPIH Embarkasi Jakarta sudah
profesional dalam melayani jamaah, karena dapat diukur dari pelayanan
yang diterima jamaah, jamaah haji sangat teratur dalam mengikuti
kegiatan yang diselenggarakan PPIH mulai dari pemberangkatan hingga
pemulangan. Sedangkan sikap inovatif PPIH tahun ini terlihat dari
kebijakan-kebijakan yang di tahun-tahunnya belum ada seperti
memberikan fasilitas pelayanan one stop servise, menerapkan
kedisiplinan petugas kloter, meningkatkan pelayanan akomodasi dan
katering di asrama haji embarkasi dan shuttel bus untuk jamaah pergi ke
masjid, dalam rangka memberikan kepuasan kepada jamaah haji.
2. Pengorganisasian (Organizing)
PPIH Embarkasi Jakarta mempunyai tugas sesuai dengan kebijakkan
yang telah ditetapkan oleh Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah,
dimana Ketua PPIH harus mampu mengorganisir seluruh bidang
pelayanan yang ada dibawah koordinasi ketua PPIH secara berjenjang
98
masing-masing Ketua Bidang Pelayanan mengorganisasikan seluruh seksi-
seksi yang ada dibawahnya dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan
jamaah di asrama haji meliputi
a. Pelayanan masuk asrama yang merupakan tugas dari PPIH untuk
mengatur dan mengkoordinasikan jamaah di asrama dan bertanggung
jawab dalam hal kebersihan asrama,
b. Pelayanan dokumen haji, membina jamaah, dan perbekalan jamaah
c. Pengendalian Siskohat, pembinaan jamaah, manasik dan pemberian
perbekalan (living cost dan gelang identitas).
d. Pelayanan kesehatan jamaah haji di asrama dan di bandara Halim
Perdana Kusuma. Dengan terbaginya tugas-tugas sesuai dengan
bidang masing-masing maka organisasi PPIH Embarkasi dapat
bekerjasama secara sinergi dari tingkat pimpinan sampai dengan staff
pelaksana di lapangan sehingga pelaksanaan ibadah haji dapat berjalan
dengan baik, aman dan lancar.
3. Penggerakkan (Actuating)
a. Penggerakkan (actuating) adalah bagian dari menggerakkan dan
mengarahkan pelaksana program sehingga dapat terlaksana sesuai
rencana. Sejak dari pelayanan pertama yaitu pelayanan one stop servise
di gedung SG2, menurut penulis langkah yang dilakukan Ketua PPIH
sangat baik dalam menggerakkan seluruh anggota PPIH pada pelayanan
one stop servise. Sistem pelayanan ini dapat dijalankan dengan baik
karena kerjasama dari berbagai bidang seperti bidang Kesehatan,
99
Penerimaan Jamaah, Perbekalan, Dokumen dan Bea Cukai karena
pelayanan one stop servise merupakan pelayanan yang berdampak
positif bagi jamaah dimana jamaah diberikan waktu istirahat yang
cukup oleh PPIH sebelum melaksanakan perjalanan jauh ke tanah suci
agar memiliki kesiapan fisik yang kuat.
b. Ketua PPIH telah menggerakkan dan mengarahkan anggota PPIH untuk
mengatur dan menyiapkan gedung-gedung yang akan ditempati oleh
jamaah haji dan mensterilkan gedung-gedung tersebut agar jamaah
dapat merasakan kenyamanan dalam beristirahat serta menyediakan
fasilitas yang baik. Menurut penulis, pelayanan yang diberikan oleh
PPIH dalam hal pelayanan kepada jamaah udzur sangat baik karena
menempatkan jamaah udzur dilantai pertama untuk mempermudah
jamaah beraktifitas. Disamping itu PPIH juga membuat kebijakan baru
yaitu dengan menyediakan suttel bus untuk pulang pergi ke masjid
melaksanakan ibadah shalat wajib berjamaah, sehingga tidak ada lagi
jamaah yang tidak melaksanakan shalat jamaah di masjid.
c. Ketua PPIH menggerakkan anggota PPIH untuk mengawasi katering
jamaah, yang dilaksanakan oleh CV. Iis Katering Servise. Menurut
penulis, pelaksanaan pengawasan katering telah bekerja dengan baik
dalam mengawasi langsung katering jamaah dengan cara melihat
langsung proses penyediaan bahan, pembuatan dan cara penyajian
katering jamaah.
100
d. Ketua PPIH mengarahkan kepada anggota untuk mengatur pembinaan
jamaah serta mengatur jadwal bimbingan manasik yang dilaksanakan
sesuai kedatangan jamaah. Menurut penulis, pembinaan jamaah
dilaksanakan sangat baik dan petugas melayani pembinaan dan
bimbingan selama 24 jam bagi jamaah yang ingin berkonsultasi tentang
manasik haji. Banyak jamaah yang berkonsultasi masalah manasik
karena mereka tidak mengikuti manasik yang diselenggarakan KBIH
dan KUA, sehingga bimbingan manasik di asrama haji merupakan
kesempatan yang sangat penting. Selain bimbingan secara langsung
PPIH juga mewajibkan jamaah haji untuk mendengarkan ceramah
manasik dan ceramah kesehatan setiap ba’da magrib agar
mempermudah jamaah dalam pelaksanaan ibadah haji.
e. Ketua PPIH menggerakkan anggota PPIH yang menangani
penerbangan, keberangkatan, kesehatan, kepolisian, dan TNI untuk
menghandling jamaah di bandara Halim Perdana Kusuma saat
pemberangkatan dan pemulangan.
4. Pengawasan (Controlling)
Dalam fungsi pengawasan Dirjen Penyelenggara Haji dan Umrah
menugaskan pengawasan kepada Inspektur Jenderal keMenterian Agama.
Menurut penulis pengawasan berjalan dengan baik karena dilaksanakan
setiap hari, sehingga pengawas memahami masalah masalah di setiap
kloter. Inspektur Jenderal Kementerian Agama melihat kondisi di setiap
101
ruangan yang ada kegiatan pelayanan haji baik ruangan Pulahta, Siskohat,
penelitian dokumen dan paspor, dan lain-lain.
5. Evaluasi (Evaluating)
Dari pengamatan penulis, fungsi evaluasi dalam pelaksanaan ibadah
haji berjalan dengan baik. Ketua PPIH menerapkan kebijakan dengan
mewajibkan kepada seluruh anggota PPIH untuk menghadiri pelaksanaan
rapat evaluasi yang diadakan setiap minggu. Rapat evaluasi setiap minggu
dipimpin oleh Ketua PPIH dan hasil evaluasi tersebut akan digunakan
sebagai dasar perbaikan pelaksanaan ibadah haji yang sedang berlangsung.
Rapat evaluasi mingguan tersebut sangat penting dan berdampak positif
untuk meningkatkan pelayanan dan memperbaiki kekurangan serta dapat
menyelesaikan masalah-masalah yang timbul di lapangan.
Evaluasi akhir juga dilaksanakan oleh PPIH Embarkasi Jakarta,
untuk menilai hasil kerja dari seluruh bidang-bidang yang ada dalam
pelaksanaan dan akhir kegiatan pelayanan operasional penyelenggaraan
ibadah haji, baik pelayanan keberangkatan maupun pemulangan jamaah
haji. Hasil evaluasi akhir diharapkan menjadi tolak ukur keberhasilan
pelayanan dan menjadi bahan kajian dalam menentukan kebijakan
pelayanan jamaah haji oleh PPIH Embarkasi Jakarta pada tahun
berikutnya. Selanjutnya sebagai tugas akhir dari PPIH Embarkasi Jakarta
tahun 2014, menyusun laporan akhir tugas PPIH untuk disampaikan
kepada Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah sebagai bentuk
102
bertanggung jawaban operasional penyelenggaraan ibadah haji PPIH
embarkasi Jakarta tahun 2014.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hasil kesimpulan dari penelitian ini adalah:
1. Penerapan manajemen pelayanan yang dilakukan oleh PPIH Embarkasi
Jakarta tahun 2014 berjalan dengan baik mulai dari penerapan
perencanaan, pengorganisasian yang sudah kordinasi, penggerakkan,
pengawasan, dan evaluasi. Beberapa aspek pelayanan yang diberikan
kepada jamaah haji adalah meliputi pelayanan masuk asrama, kesehatan,
akomodasi, konsumsi, bimbingan manasik ibadah, paspor haji, gelang
identitas, living cost, biaya hidup selama di Arab Saudi dan pelayanan
keberangkatan ke bandara Halim Perdana Kusuma. Jika dilihat dari segi
penggerakkan dan pengorganisasian ketua PPIH telah menentukan tugas-
tugas kepada para anggota untuk melayani jamaah secara maksimal
berdasarkan pedoman dan SOP. Pengawasan kinerja PPIH Embarkasi
Jakarta, dilakukan Inspektur Jendral Kementerian Agama evaluasi yang
dilakukan PPIH Embarkasi Jakarta sudah sesuai harapan untuk menjadikan
kegiatan pelayanan pemberangkatan dan pemulangan jamaah haji lebih
baik dan meningkat pada tahun mendatang.
2. Aspek pelayanan yang dilakukan oleh PPIH meliputi aspek pelayanan one
stop service, pelayanan asrama, pelayanan catering, pelayanan pembinaan
jamaah dan manasik haji, pelayanan bandara.
103
104
3. Faktor Pendukung yaitu adanya koordinasi dan kerjasama yang baik serta
penuh dengan rasa tanggung jawab pada masing-masing PPIH, petugas,
atau panitia, maupun dari instansi serta lembaga terkait, sarana dan
prasarana pelayanan memadai sehinga jamaah haji merasa puas dan siap
untuk menjalankan ibadah, dan Faktor penghambat yaitu masih adanya
keterlambatan kedatangan jamaah haji (masuk asrama) tidak sesuai dengan
jadwal yang ditentukan, sehinga proses penerimaan jamaah memakan
waktu yang cukup lama, Jamaah sibuk menemui keluarganya ketika
berada di asrama haji sehingga waktu istirahat berkurang dan tidak dapat
mengikuti kegiatan yang diselenggarakan panitia.
B. Saran
1. Pelayanan yang diberikan sudah membaik dari tahun-tahun sebelumnya,
Panitia Penyelenggara ibadah haji embarkasi perlu memperhatikan setiap
masalah yang terjadi di operasional pemberangkatan sehingga
berkurangnya keluhan jamaah setiap tahunnya dan terus meningkatkan
sarana dan prasarana.
2. Faktor pendukung dan faktor penghambat merupakan barometer untuk
mencapai tujuan yang telah di tetapkan semua oleh Panitia Penyelenggara
Ibadah Haji Embarkasi, tentu saja harus memperhatikan faktor tersebut
karena hal itu dapat mempengaruhi tingkat keberhasilan suatu organisasi
dalam segi pelayanan.
DAFTAR PUSTAKA
Athoillah, Anton. Dasar- dasar Manajemen. Bandung: Pustaka Setia. 2010
Atmodiwirjo, s. Manajemen Pendidikan Indonesia. Jakarta: Ardadizya Jaya. 2005
Aviliani dan Wilfridus. Membangun Kepuasan Pelanggan melalui Kualitas Pelayanan. Jakarta: Manajemen Usahawan Indonesia. 1997
Brata, Atep Adya. Bisnis dan hokum Perdata SMK. Bandung: Armico.1999
Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai pustaka. edisi ke 3. 2002
Direktorat Jendral Penyelenggaraan Haji dan Umroh. Pedoman Kerja PPIH Embarkas. Jakarta: Sekertariat PPIH. 2010
Dwiyanto, Agus. Manajemen Pelayanan Publik : peduli, Insklusif, dan Kolaboratif. Jakarta: Bumi Aksara.2000
Hamid, Nasuhi dkk. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Desertasi). karangan Hamid Nasution dkk CeQDA UIN Syarif Hidayatullah. cet.pertama. 2007
Effendi, Sofian. Metode Penelitian Survei. Jakarta: LP3ES. 2012
Hasibuan. Manajemen dasar. Jakarta: Bumi Aksara. 2006
Handoko, Hani. 1986. Manajemen. Yogyakarta: BPF
Husain Usman dan Purnomo Setiady Akbar. Metedologi Penelitian Sosial. Jakarta: PT Bumi Aksara. 2003
Herbert, Cason N. Petunjuk Praktis dalam Berusaha. Surabaya: Usaha Nasional.
1981
Kasmir. Etika Costumer Service. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2005
Kementrian Agama RI Ditjen PHU. Dinamika dan perspektif haji di Indonesia. Jakarta: CV. Duta Peraga. 2010
Munir, Badri. Manajemen Administrasi Perkantoran Modern. Jakarta: Erlangga. 2007
Moenir. Manajemen Pelayanan Umum di Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara. 2010
105
106
Muchtarom, Zaini. Dasar-Dasar Manajemen Dakwah. Yogyakarta: Al-amin IKFA. 1996
Rahmat, Jalaludin. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 2002
Rahmayanty, Nina. Manajemen Pelayanan Prima. Yogyakarta: Graha Ilmu. 2010
Republik Indonesia. PMA No 4 tentang penyediaan transportasi darat jamaah Indonesia di Arab Saudi. 2014
Republika Indonesia. Undang-undang Republik Indonesia Penyelenggaraan Haji dan umrah, Jakarta: Sekertariat Negara. 2008
Sani, Abdul. Manajemen Organisasi. Jakarta: Bina Aksara. 1987
Simbolon, Maringan Masry. Dasar- dasar Administrasi dan Manajemen. Jakarta: Ghalia Indonesia. 2004
Suryabrata, Sumadi. Metode Penelitian. Jakarta: CV Rajawali. 1993
Sutopa, Sryanto dan Adi. Pelayanan Prima. Jakarta: Bumi Aksara. 2003
Thariq Muhammad. Rahasia Terindah Haji dan Umroh. cetakan 1. Jakarta selatan: Duta Press. 2008
Panitia PPIH. Laporan Operasional Pemberangkatan. Jakarta: Asrama Haji. 2014
Winarsih, Atik septi dan Ratminto, Manajemen Pelayanan, Jakarta: Pustaka Pelajar. 2010
Zurizal dan Aminuddin. Fiqih Ibadah. Jakarta: Lembaga Penelitian Universitas
Islam. 2008
HASIL WAWANCARA
Nama : H. Ahmad Syukri
Jabatan : Pejabat Kementrian Agama Provinsi DKI Jakarta dan selaku anggota PPIH Embarkasi Jakarta tahun 2014,
Tempat : Kantor Wilayah Kementerian Agama DKI Jakarta
Hari/Tanggal : Senin, 6 April 2015
Waktu : 14.00 – 15.30
1. Apa Visi, dan Misi Panitia Penyelenggara Ibadah Haji Embarkasi Jakarta?
Jawaban :
Visi Menjadi pelayan jamaah haji Embarkasi Jakarta melalui
manajemen perhajian yang profesional dan inovatif disertai integritas yang
tinggi.
Misi
a. Memberikan bimbingan agar jamaah haji menjadi haji yang mabrur
dan meningkatkan amal ibadah pasca melaksanakan ibadah haji
b. Meningkatkan pelayanan agar jamaah haji merasa tertib dan
nyaman
c. Memberikan perlindungan agar jamaah haji merasa aman
d. Meningkatkan citra petugas dalam memberikan pelayanan kepada
jamaah haji
2. Bagaimana proses pembentukan kepanitiaan dalam penyelenggaraan
ibadah haji tahun 2014 di Asrama haji Embarkasi Jakarta?
Jawaban:
Proses pengorganisasian pelayanan di Asrama Haji Embarkasi yaitu
dengan membentuk kepanitian yang disebut Panitia Penyelenggara Ibadah
Haji yang terdiri dari Pejabat Kantor Wilayah Kementerian Agama
Nama : Aan
Jabatan : Pejabat Badan Pengelolaan Asrama Haji dan selaku anggota PPIH Embarkasi Jakarta tahun 2014,
Tempat : Asrama Haji Embarkasi Jakarta Hari/Tanggal : Senin, 13 April 2015
Waktu : 13.00-14.00
1. Bagaimana proses pengangkatan PPIH Embarkasi Jakarta tahun 2014 ?
Jawaban :
Pengangkatan Panitia Penyelenggara Ibadah Haji Embarkasi
Jakarta 1435 H/2014 M oleh Direktur Jenderal Penyelenggaraan Haji dan
Umrah atas nama Menteri Agama, dilaksanakan dua minggu sebelum
pemberangkatan haji gelombang pertama. Menurut penulis pengangkatan
dan pengukuhan panitia tidak sesuai dengan peraturan dan pedoman kerja
PPIH Pusat dan Embarkasi yang mengharuskan PPIH Embarkasi dibentuk
30 hari sebelum pemberangkatan kloter pertama. Sehingga PPIH
Embarkasi Jakarta dalam waktu dua minggu mempersiapkan operasional
penyelenggaraan ibadah haji tidak cukup leluasa, serba mendadak dan
terkesan kurang adanya perencanaan dan persiapan yang lebih baik.
Padahal pengelolaan operasional penyelenggaraan ibadah haji tidak
terlepas dari upaya memenej pelayanan yang direncanakan dengan baik
sesuai kaidah manajemen
2. Siapa yang mengawasi kinerja PPIH Embarkasi Jakarta tahun 2014 dan
apa saja yang pengawas nilai dari kinerja PPIH Embarkasi Jakarta tahun
2014?
Jawaban:
Inspektrul Jenderal Kementerian Agama melakukan fungsi
pengawasan dalam manajemen. Pertama, menentukan standar sebagai
ukuran pengawasan. Sebagai contoh katering jamaah yang memerlukan
standar rasa dan kandungan kesehatan, penyajian katering harus diawasi
oleh Inspektur Jenderal Kementerian Agama. Kedua, menentukan
PELAYANAN JAMAAH DI ASRAMA HAJI EMBARKASI JAKARTA
PADA MUSIM HAJI 2014
PELAYANAN KESEHATAN PELAYANAN PENERIMAAN JAMAAH
DAN GELANG IDENTITAS
PEMBAGIAN PASPOR JAMAAH PEMBAGIAN LIVING COST
JAMAAH KE SUTTLE BUS PELAYANAN RUANG X-RAY
PELAYANAN JAMAAH DI ASRAMA HAJI EMBARKASI JAKARTA
PADA MUSIM HAJI 2014
FOTO BERSAMA TPIHI JAMAAH BERSIAP KE BANDARA
PETUGAS MENGHITUNG UANG PELAYANAN ONE STOP SERVICE
LIVING COST JAMAAH