sistem pengelolaan asrama haji embarkasi pondok...
TRANSCRIPT
SISTEM PENGELOLAAN ASRAMA HAJI
EMBARKASI PONDOK GEDE JAKARTA
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh :
Mukhlisoh Amaliyah
NIM : 1113053000009
PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH
KONSENTRASI MANAJEMEN HAJI DAN UMROH
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2017 M/1438 H
i
ABSTRAK
Mukhlisoh Amaliyah, 1113053000009
Sistem Pengelolaan Asrama Haji Embarkasi Pondok Gede Jakarta, di bawah
bimbingan Drs. H. Ahmad Kartono, M.Si.
Asrama Haji merupakan salah satu instrument penting dalam
penyelenggaraan ibadah haji, karena pada proses pemberangkatan dan
pemulangan jemaah haji terlebih dahulu melalui proses pengasramaan. Sebagai
asset pemerintah, asrama haji harus dikelola dengan sebaik-baiknya secara efektif
dan efisien. Pada tahun 2015 terbit sebuah berita yang memuat pernyataan tentang
penilaian kinerja asrama haji oleh Kementerian Agama, dan pada tahun tersebut
Asrama Haji Balikpapan yang mendapat predikat asrama haji terbaik
mengalahkan Asrama Haji Embarkasi Pondok Gede yang berada di wilayah
Ibukota Jakarta. Menanggapi hal ini, maka penulis ingin mengetahui lebih lanjut
bagaimana sebenarnya sistem pengelolaan asrama haji embarkasi khususnya
asrama haji embarkasi Pondok Gede Jakarta. Penelitian ini berusaha menganalisa
bagaimana input, proses, dan output pada sistem pengelolaan asrama haji
embarkasi Pondok Gede Jakarta.
Rumusan masalah dari penelitian ini adalah bagaimana sistem pengelolaan
Asrama Haji Embarkasi Pondok Gede Jakarta oleh BPAH dan bagaimana sistem
pengelolaan Asrama Haji Embarkasi Pondok Gede Jakarta oleh UPT. Bagaimana
pengelolaan Asrama Haji Embarkasi Pondok Gede Jakarta bagi jamaah haji pada
saat musim haji dan masyarakat umum saat diluar musim haji. Dalam penelitian
ini penulis menggunakan metode pendekatan kualitatif, yang menghasilkan data
deskriptif dengan menggunakan teknik pengumpulan data berupa observasi,
wawancara, dan studi dokumentasi. Peneliti mengamati langsung subjek yang
diteliti dengan melakukan wawancara oleh pihak pengurus Unit Pelaksana Teknis
(UPT) Asrama Haji Embarkasi Pondok Gede Jakarta dan bersumber pula pada
buku-buku yang dapat menunjang kelengkapan data.
Hasil penelitian ini penulis menyimpulkan bahwa sistem pengelolaan
asrama haji menjadi lebih baik sejak status BPAH ditingkatkan menjadi UPT,
sistem yang baru ini dapat menghindari adanya tindakan korupsi, kolusi, dan
nepotisme (KKN), serta segala proses administratif maupun teknis telah diawasi
langsung oleh Pemerintah Pusat dan pihak terkait lainnya. Sesuai hasil penelitian
penulis menyarankan agar UPT Asrama Haji Embarkasi Pondok Gede Jakarta
segera membakukan SOP pengelolaan asrama dan meningkatkan publikasi asrama
haji kepada masyarakat umum.
Kata Kunci : Sistem, Pengeloaaan, Asrama Haji.
ii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji bagi Allah SWT Tuhan Yang
Maha Kuasa atas segala petunjuk dan karunia kepada hamba-hamba-Nya. Dialah
Allah yang telah memberikan berbagai nikmat diantaranya nikmat iman, Islam,
kesehatan, akal dan fikiran, serta kemampuan untuk terus belajar memahami
berbagai ilmu pengetahuan. Tiada daya dan kekuatan selain dari-Nya. Shalawat
serta salam semoga selalu tercurah kepada Baginda Rasulullah Muhammad saw.
beserta keluarga, sahabat, dan orang-orang yang mengikutinya hingga akhir
zaman.
Dengan penuh rasa syukur penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
sebaik-baiknya dengan judul “Sistem Pengelolaan Asrama Haji Embarkasi
Pondok Gede Jakarta”. Bimbingan, arahan, dukungan, serta motivasi dari
berbagai pihak tentunya sangat membantu penulis menjadi lebih semangat dalam
menyelesaikan skripsi dengan baik. Untuk itu penulis ingin mengucapkan terima
kasih terutama kepada Ayahanda Hasan Basri dan Ibunda Sofiah yang telah
mendidik dengan penuh kasih sayang dan selalu memberikan motivasi demi masa
depan anaknya baik secara materil dan juga moril. Selanjutnya dengan penuh
hormat penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Dr. Arief Subhan, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, Bapak Suparto, M.Ed, Ph.D, selaku Wakil Dekan I Bidang
Akademik, Ibu Dr. Raudhonah, M.Ag, selaku Wakil Dekan II Bidang
iii
Administrasi Umum, Bapak Dr. Suhaimi, M.Si selaku Wakil Dekan III Bidang
Kemahasiswaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Drs. Cecep Castrawijaya, MA, selaku Ketua Jurusan Manajemen Dakwah, dan
Bapak Drs.Sugiharto, MA, selaku Sekretaris Jurusan Manajemen Dakwah,
yang telah membantu penulis menyelesaikan Studi pada Konsentrasi
Manajemen Haji dan Umroh.
3. Dr. Shihabudin Noor, MA, selaku Dosen Penasehat Akademik, yang telah
membuka jalan saya menuju ujian seminar proposal skripsi dengan menyetujui
judul skripsi yang saya ajukan.
4. Drs. H. Ahmad Kartono, M.Si, selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah
banyak membantu dan memberikan ilmu juga informasi dikala penulis
berkonsultasi, serta membimbing dan mengarahkan agar menghasilkan skripsi
yang baik dan benar.
5. Seluruh Tim Penguji Sidang Munaqosyah baik Ketua Sidang, Penguji I dan II,
Sekretaris, dan Pembimbing.
6. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, yang selama ini
memberikan ilmunya dengan tulus, semoga segala ilmu yang telah diberikan
menjadi bermanfaat dan terbalaskan oleh kebaikan di dunia serta di akhirat
kelak. Amin
7. Seluruh staf Tata Usaha serta Karyawan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi yang telah membantu mempermudah syarat administrasi, dll.
8. Seluruh staf Perpustakaan, baik Perpustakaan Utama maupun Perpustakaan
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi.
iv
9. Bapak H. Dasrul El Hakim, Bapak H. Syukri Ahmad Fanani, Bapak H. Danuri,
Bapak H. Panca, Bapak H. Hafiz, dan Staf Unit Pelaksana Teknis (UPT)
Asrama Haji Embarkasi Pondok Gede Jakarta yang telah memberikan penulis
banyak informasi dan pemahaman tentang tata kelola arama haji guna
penulisan skripsi.
10. Teman-teman seperjuangan di Manajemen Dakwah (Manajemen Haji dan
Umroh) angkatan 2013 yang senantiasa memberi motivasi dan waktu
kebersamaannya, khususnya juga Grup Ciwi-Ciwi dan Tim Magang Himpuh
2017.
11. Sahabat-sahabat “Pojokan” Excellent Class MAN 1 Bogor Tahun 2013 yang
selalu setia men-support.
Penulis berdo’a semoga seluruh bantuan yang diberikan kepada penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini akan dibalas dengan segala kebaikan oleh Allah
SWT.
Jakarta, 12 Juli 2017
Mukhlisoh Amaliyah
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK .................................................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................. ii
DAFTARA ISI ............................................................................................. iv
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... vii
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah .......................................... 5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................... 6
D. Metodologi Penelitian ................................................................. 7
E. Tinjauan Pustaka ......................................................................... 9
F. Sistematika Penulisan .................................................................. 10
BAB II : TINJAUAN TEORITIS TENTANG SISTEM PENGELOLAAN
DAN ASRAMA HAJI
A. Sistem Pengelolaan ..................................................................... 13
1. Pengertian Sistem .................................................................. 13
2. Pengertian Pengelolaan ......................................................... 14
3. Pengertian Sistem Pengelolaan ............................................. 15
4. Jenis-jenis Sistem Pengelolaan.............................................. 16
5. Unsur Sistem dalam Pengelolaan .......................................... 17
6. Tujuan Sistem dalam Pengelolaan ........................................ 18
B. Asrama Haji................................................................................. 20
1. Pengertian Asrama Haji ........................................................ 20
2. Asrama Haji Transit .............................................................. 24
3. Asrama Haji Embarkasi ........................................................ 26
BAB III : GAMBARAN UMUM ASRAMA HAJI EMBARKASI PONDOK
GEDE JAKARTA
A. Sejarah berdirinya Asrama Haji Embarkasi
vi
Pondok Gede Jakarta..................................................................... 28
B. Visi, Misi dan Motto Asrama Haji Embarkasi
Pondok Gede Jakarta..................................................................... 31
C. Landasan, Tujuan dan Manfaat Asrama Haji
Embarkasi Pondok Gede Jakarta .................................................. 32
D. Tugas dan Fungsi Unit Pelaksana Teknis Asrama
Haji Embarkasi Pondok Gede Jakarta........................................... 35
E. Struktur Organisasi Unit Pelaksana Teknis
Asrama Haji Embarkasi Pondok Gede Jakarta .............................. 36
F. Kesiapan Fasilitas Bangunan Asrama Haji Embarkasi Pondok Gede
Jakarta............................................................................................ 37
BAB IV : SISTEM PENGELOLAAN ASRAMA HAJI
A. Sistem Pengelolaan Asrama Haji Embarkasi
Pondok Gede oleh BPAH .............................................................. 38
1. Unsur Masukan (Input) sistem BPAH .................................. 39
2. Unsur Proses (process) sistem BPAH .................................. 45
3. Unsur Keluaran (output) sistem BPAH ................................ 46
B. Sistem Pengelolaan Asrama Haji Embarkasi
Pondok Gede oleh UPT ................................................................. 47
1. Unsur Masukan (Input) sistem UPT ..................................... 48
2. Unsur Proses (process) sistem UPT ...................................... 57
3. Unsur Keluaran (output) sistem UPT ................................... 58
C. Pengelolaan Asrama Haji Embarkasi Pondok Gede Jakarta bagi
jemaah haji dan masyarakat umum ............................................... 60
1. Pengelolaan bagi Jemaah Haji ............................................. 60
2. Pengelolaan bagi masyaratak umum.................................... 66
D. Faktor Pendukung dan Penghambat Proses Pengelolaan dan
Pengembangan Asrama Haji Embarkasi Pondok Gede Jakarta .. 69
1. Faktor Pendukung ................................................................. 69
2. Faktor Penghambat ............................................................... 69
vii
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................. 71
B. Saran ........................................................................................... 73
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
viii
DAFTAR LAMPIRAN
1. Surat Izin Penelitian
2. Surat Bimbingan Skripsi
3. Hasil Penelitian Wawancara
4. PMA No.44 Tahun 2014
5. PMA No.3 Tahun 2013
6. Daftar Fasilitas Bangunan Asrama
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Penyelenggaraan haji memang merupakan serangkaian kegiatan yang
sangat kompleks, tidak hanya berkaitan dengan karakteristik jemaah yang
beragam, tetapi juga berkaitan dengan hubungan bilateral Indonesia - Arab Saudi,
persiapan pemberangkatan, transportasi pesawat terbang, transportasi darat di
Indonesia dan Arab Saudi, akomodasi, penunjukan tugas, pelayanan kesehatan
dan administrasi lainnya. Allah SWT berfirman dalam al Qur’an Surat Al Hajj
[22] : 27-28 sebagai berikut:
Artinya: “(27) dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji,
niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, dan mengendarai
unta yang kurusyang datang dari segenap penjuru yang jauh. (28) supaya mereka
menyaksikan berbagai manfaat bagi mereka dan supaya mereka menyebut nama
Allah pada hari yang telah ditentukan atas rezki yang Allah telah berikan kepada
mereka berupa binatang ternak. Maka makanlah sebahagian daripadanya dan
(sebahagian lagi) berikanlah untuk dimakan orang-orang yang sengsara dan
fakir”.
2
Pada tahun 2014 terbit sebuah berita yang memuat pernyataan tentang
penilaian kinerja asrama haji oleh Kementerian Agama, dan pada tahun tersebut
Asrama Haji Balikpapan yang mendapat predikat asrama haji terbaik
mengalahkan asrama haji embarkasi Pondok Gede yang berada di wilayah Ibukota
Jakarta.1
Pemondokan haji memang merupakan salah satu aspek penting dalam
penyelenggaraan ibadah haji. Pemondokan atau akomodasi haji dibagi menjadi
dua bagian. Pertama, penyediaan tempat penginapan atau pengasramaan sebagai
penampungan sementara pada waktu jemaah haji berada di tempat embarkasi dan
di debarkasi. Kedua, pemondokan selama di Arab Saudi.
Pembangunan Asrama Haji di setiap provinsi didasarkan kepada tuntutan
kebutuhan pemondokan untuk kesiapan operasional pemberangkatan dan
pemulangan jemaah haji dalam rangkaian operasional pelayanan perjalanan haji
dari tanah air sebelum berangkat ke Arab Saudi dan sebaliknya. Oleh karena itu,
Asrama Haji mempunyai peranan dan fungsi yang penting bagi upaya
peningkatan pelayanan haji, yaitu sebagai sarana bagi kesiapan pemberangkatan
calon jemaah, tempat processing CIQ (Costum, immigration, dan quarantine),
mempersiapkan kondisi serta pemulihan fisik dan mental calon jemaah dalam
rangka menghadapi perjalanan ibadah yang sangat melelahkan serta sebagai
tempat reservation untuk dapat kembali ke tempat asal masing-masing sesudah
selesai menunaikan ibadah haji.
Asrama Haji terdiri dari dua kelas, yaitu Asrama Haji Embarkasi dan
Asrama Haji Provinsi atau Transit. Asrama Haji Embarkasi adalah tempat
1 https://kaltim.kemenag.go.id diakses pada tanggal 18 November 2016
3
pemondokan sekaligus pelayanan operasional pemberangkatan dan pemulangan
haji, sejak dari kegiatan penerimaan sampai pemberangkatan ke pelabuhan
embarkasi dan sebaliknya penerimaan waktu kedatangan dan kesiapan kembali ke
tempat asal jemaah.2
Berdirinya asrama-asrama haji tersebut, selalu diikuti dengan usaha-usaha
pemeliharaan dan pengelolaaan yang baik, supaya bangunan beserta isinya dapat
terawat dan terpelihara dengan baik sehingga selalu dalam kondisi siap pakai bila
sewaktu-waktu diperlukan. Untuk dapat mencapai tujuan secara efektif dan
efisien diperlukan pengelolaan asrama yang baik dan profesional, sehingga
menghasilkan pelayanan yang memuaskan bagi jemaah haji. Rasulullah SAW
bersabda:
هنقتي نأ لمعال مكدحأ لمع اذإ بحي اهلل نإ
Artinya: Sesungguhnya Allah sangat mencintai orang yang jika melakukan
sesuatu pekerjaan , dilakukan secara itqan (tepat, tearah, jelas, tuntas). (HR.
Thabrani).
Dalam surah lain Allah SWT berfirman:
Artinya: “dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang
menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari
yang munkar, merekalah orang-orang yang beruntung.” (QS. Ali Imran [3] :104)
2 Muhammad M Basyuni, Reformasi Manajemen Haj, (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, 2008), h. 107.
4
Dalam rangka untuk mewujudkan maksud tersebut, Kementrian Agama
membentuk Badan Pengelola Asrama Haji yang disingkat BPAH, ada BPAH
Embarkasi dan BPAH Transit. BPAH dibentuk dalam rangka mengamankan,
memelihara dan menjaga aset pemerintah, sehingga dapat berdayaguna secara
efektif terutama untuk kepentingan misi pelayan haji dan mengatur pemanfaatan
di luar musim haji secara swakelola dan swadana.
Pembentukan BPAH dan manajemen pengelolaan Asrama Haji diatur
Direktur Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah. Di luar musim haji, Asrama
Haji dapat dimanfaatkan oleh masyarakat terutama umat Islam, lembaga sosial,
instansi pemerintah seperti untuk keperluan kegiatan pesta pernikahan, seminar,
kongres, pelatihan atau penataran, penampungan batlit dan kegiatan lainnya,
termasuk untuk keperluan penelitian perguruan tinggi secara proporsional.3
Terbentuknya BPAH juga berdasarkan dari Keputusan Dirjen Penyelenggaraan
Haji dan Umrah No. D/348 Tahun 2003 tentang Perubahan atas keputusan
Direktur Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah No. D/377/Tahun 2002
tentang Petunjuk Pelaksanaan Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umrah.
Sejak dikeluarkannya Peraturan Menteri Agama (PMA) Nomor 44 Tahun
2014 tentang Organisasi dan Tata kerja Unit Pelaksana Teknis Asrama Haji, status
Badan Pengelola Asrama Haji (BPAH) ditingkatkan menjadi Unit Pelaksana
Teknis (UPT). Dari jumlah 28 Asrama Haji yang tersebar di seluruh Indonesia,
ada 9 Asrama Haji yang ditingkatkan statusnya menjadi Unit Pelaksana Teknis
(UPT), salah satunya Asrama Haji Embarkasi Pondok Gede Jakarta. Sementara
Asrama Haji lain yang berdekatan menjadi satuan kerja di bawah UPT.
3 Muhammad M Basyuni, Reformasi Manajemen Haji, h. 108-109.
5
Sebenarnya bagaimana manajemen yang diterapkan Unit Pelaksana Teknis
(UPT) Asrama Haji Embarkasi Pondok Gede dalam mengelola dan memanfaatkan
Asrama Haji yang tentunya harus sesuai dengan petunjuk teknis Kementrian
Agama, bukan tidak mungkin ada faktor-faktor penghambat yang dihadapi UPT
dan mungkin akan berpengaruh juga pada kualitas pelayanan kepada masyarakat
baik pada musim haji ataupun saat di luar musim haji.
Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas maka penulis sangat
tertarik untuk melakukan penelitian mengenai sistem pengelolaan Asrama Haji
dan menuangkannya dalam bentuk skripsi yang berjudul “Sistem Pengelolaan
Asrama Haji Embarkasi Pondok Gede Jakarta”.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian, maka pada pembahasan skripsi ini
penulis membatasi masalah yang akan dibahas yaitu pengelolaan asrama haji,
dengan fokus penelitian adalah pengelolaan asrama haji embarkasi Pondok Gede
Jakarta yang dilakukan pada unsur input, proses, dan output.
2. Perumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang yang telah dijabarkan di atas maka
perumusan masalah dari penelitian ini yaitu:
1. Bagaimana sistem pengelolaan Asrama Haji Embarkasi Pondok Gede
Jakarta oleh BPAH?
2. Bagaimana sistem pengelolaan Asrama Haji Embarkasi Pondok Gede
Jakarta oleh UPT?
6
3. Bagaimana pengelolaan Asrama Haji Embarkasi Pondok Gede Jakarta
bagi jemaah haji dan masyarakat umum di luar musim haji?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan penelitian
Berdasarkan pokok permasalahan di atas, maka tujuan yang ingin
dicapai dalam penelitian ini yaitu :
a. Tujuan umum penelitian ini:
Mengkaji sistem pengelolaan Asrama Haji Embarkasi Pondok
Gede Jakarta.
b. Tujuan khusus penelitian ini memahami:
1) Bagaimana sistem pengelolaan asrama pada saat dikelola oleh
BPAH.
2) Bagaimana sistem pengelolaan asrama pada saat dikelola oleh
UPT.
3) Bagaimana pengelolaan yang diterapkan UPT Asrama Haji
Embarkasi Pondok Gede Jakarta bagi jemaah haji dan
masyarakat umum.
2. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah:
a. Akademik
Hasil penelitian akademik ini diharapkan dapat memberikan
wawasan dan hasanah ilmu pengetahuan bidang manajemen,
7
khususnya dalam bidang studi manajemen sumber daya manusia
yang berkaitan dengan sistem pengelolaan Asrama Haji dan menjadi
literatur bagi konsentrasi Manajemen Haji dan Umrah Fakultas
Dakwah dan Ilmu Komunikasi.
b. Praktis
Manfaat praktis dari penelitian ini adalah sebagai referensi,
pengembangan wawasan ilmu pengetahuan, pedoman dan acuan
dalam pengelolaan Asrama Haji Embarkasi, khususnya untuk
jurusan manajemen haji dan umrah, Fakultas Dakwah dan Ilmu
Komunikasi yang kelak alumninya akan turun ke lapangan untuk
ikut menyukseskan pelaksanaan ibadah haji
D. Metodologi Penelitian
1. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
kualitatif. Menurut Prof. Dr. Sugiyono, menelitian kualitatif adalah
pengumpulan data yang dipadu oleh fakta-fakta yang ditemukan pada saat
penelitian dilapangan.4 Sedangkan menurut Bogdan dan Taylor yang
dikutip oleh Loxy Moleong, penelitian kualitatif adalah sebagai prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau
lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.5
4 Prof. Dr. Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2010), h.3.
5 Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2009), h. 4.
8
2. Subjek dan Objek Penelitian
a. Subjek dalam penelitian ini adalah Asrama Haji Embarkasi Pondok
Gede Jakarta.
b. Objek penelitian ini adalah Sistem Pengelolaan Asrama Haji
Embarkasi Pondok Gede Jakarta.
3. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Kantor Unit Pelaksana Teknis Asrama
Haji Embarkasi Pondok Gede yang berlokasi di Jalan Raya Pondok Gede
Jakarta Timur. Waktu penelitian dimulai pada bulan November 2016
sampai April 2017.
4. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penulisan ini,
maka teknik pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut:
a. Observasi
Observasi dilakukan dengan mengadakan pengamatan langsung
kelapangan yakni Kantor Unit Pelaksana Teknis Asrama Haji Embarkasi
Pondok Gede Jakarta, hal ini guna mengetahui keadaan sebenarnya yang
terjadi pada lokasi penelitian berkaitan dengan Sistem Pengelolaan Asrama
Haji Pondok Gede Jakarta.
b. Wawancara
Wawancara adalah bentuk komunikasi langsung antara peneliti dan
responden. Komunikasi berlangsung dalam bentuk tanya - jawab dalam
9
hubungan tatap muka, dan meminta informasi atau menggali informasi
secara langsung kepada Pegawai Unit Pelaksana Teknis Asrama Haji
Pondok Gede Jakarta, untuk mendapatkan data yang valid dan sah.
c. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan bagian di mana peneliti meminta data
kepada lembaga yang diteliti yakni di Kantor Unit Pelaksana Teknis
Asrama Haji Jakarta Pondok Gede.
E. Tinjauan Pustaka
Berdasarkan tinjauan yang sudah dilakukan beberapa sumber
kepustakaan, penulis menemukan skripsi yang dijadikan tinjauan pustaka
sebagai bahan perbandingan dan untuk menghindari adanya penjiplakan dalam
pembuatan skripsi yang akan peneliti susun. Adapun tinjauan pustaka dalam
penelitian ini diantaranya:
1. Maisurih, “Manajemen Pelayanan Jemaah Haji Pada Asrama Haji
Embarkasi DKI Jakarta Pondok Gede Tahun 2014”. Dalam skripsi ini
pembahasannya adalah manajemen pelayanan kepada jemaah haji pada
saat berada di Asrama Haji embarkasi pondok gede. Dalam skripsi ini
sama-sama mengambil subjek yang sama yaitu Asrama Haji Pondok Gede
Jakarta, sedangkan perbedaan pembahasan masalah antara penulis dengan
saudara Maisurih yaitu saudara Maisurih melakukan penelitian terhadap
Manajemen Pelayanan yang diberikan kepada calon jemaah haji pada saat
berada di Asrama Haji embarkasi Pondok Gede Jakarta, sedangkan penulis
melakukan penelitian terhadap Sistem Pengelolaan Asrama Haji
10
Embarkasi Pondok Gede Jakarta baik pada saat musim haji ataupun di luar
musim haji.
2. Rohayati Khosidah, “Manajemen Pelayanan Pemondokan Asrama Haji
Jakarta Pondok Gede Pada Musim Haji Tahun 2010”. Saudara Rohayati
meneliti tentang Manajemen Pelayanan Pemondokan Asrama Haji Jakarta
Pondok Gede dalam memberikan kepuasan terhadap jemaah haji.
Perbedaan antara penulis dengan penelitian Rohayati Khosidah yaitu
penulis meneliti tentang Sistem Pengelolaan Asrama Haji Pondok Gede
Jakarta oleh Unit Pelaksana Teknis Asrama.
3. Nur Syamsiah, “Analisis Politik, Ekonomi, Sosial dan Teknologi (PEST)
Pada Pengelolaan Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi”. Pada
penelitiannya, Nur Syamsiah membahas tentang pengelolaan Asrama Haji
embarkasi Bekasi dari sudut pandang politik, ekonomi, sosial dan
teknologi, sedangkan penulis pada penelitian ini membahas tentang sistem
pengelolaan Asrama Haji embarkasi Pondok Gede Jakarta berdasarkan
pelayanan yang diterapkan oleh pengelola asrama yang pada saat ini
dikelola oleh UPT, baik ketika musim haji dan diluar musim haji.
F. Sistematika Penulisan
Pembahasan dalam skripsi ini disusun secara keseluruhan dan ditulis
secara sistematis, adapun pembahasan terbagi dalam lima bab sebagai berikut :
BAB I pendahuluan. Pada bab ini berisi tentang latar belakang masalah,
pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode
penelitian, tinjauan pustaka dan sistematika penulisan.
11
BAB II landasan teoritis. Pada bab ini membahas tentang pengertian
sistem, pengelolaan, fungsi sistem manajemen operasional, analisis manfaat
sistem, strategi operasional, kemudian pengertian Asrama Haji, klasifikasi
Asrama Haji.
BAB III gambaran umum. Gambaran umum tentang Asrama Haji
Embarkasi Pondok Gede Jakarta, bagaimana latar belakang sejarahnya, visi dan
misi, struktur organisasi, landasan dan tujuan Asrama Haji, tugas dan fungsi UPT
asrama.
BAB IV hasil penelitian. Pada bab ini membahas tentang hasil penelitian
penulis yaitu analisis terhadap sistem pengelolaan Asrama Haji Embarkasi
Pondok Gede oleh Badan Pengelola Asrama Haji (BPAH) dan sistem pengelolaan
Asrama Haji Embarkasi Pondok Gede oleh Unit Pelaksana Tejnis (UPT), analisis
pengelolaan dan pengembangan Asrama Haji Embarkasi Pondok Gede Jakarta
oleh Unit Pelaksana Teknis (UPT), jenis pelayanan yang diberikan kepada jemaah
haji, dan pelayanan yang diberikan bagi masyarakat umum di luar musim haji.
BAB V kesimpulan dan saran. Pada bagian terakhir dalam penelitian ini
berisi tentang kesimpulan dan saran dari penelitian ini secara menyeluruh sebagai
jawaban atas rumusan masalah yang diajukan.
12
BAB II
TINJAUAN TEORITIS TENTANG SISTEM PENGELOLAAN DAN
ASRAMA HAJI
A. Sistem Pengelolaan
1. Pengertian Sistem
Sistem secara etimologi berasal dari bahasa Yunani “systema” yang
memiliki arti hubungan bagian atau komponen yang saling berhubungan
dengan teratur dan merupakan suatu keseluruhan.6 Sistem di dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia (KBBI) diartikan sebagai “Seperangkat unsur
yang secara teratur saling berkaitan sehingga membentuk suatu sistem.”7
Beberapa pakar memiliki definisi yang beragam tentang sistem.
Adapun beberapa definisi sistem yang dikemukakan oleh para pakar sistem
adalah sebagai berikut:
a. Syopiansyah Jaya Putra dan A’ang Subyakto menjelaskan “sistem
merupakan suatu jaringan kerja dan prosedur-prosedur yang saling
berkaitan dan berkumpul bersama untuk melakukan suatu
kegiatan/menyelesaikan pekerjaan tertentu.8
b. Thomas Sumarsan dalam bukunya yang berjudul Sistem Pengendalian
Manajemen, Konsep, Aplikasi, dan Pengukuran Kinerja menyebutkan
6 Tatang M. Amrin, Pokok-pokok Teori Sistem –ed sepuluh, (Jakarta: Rajagrafindo,
2011), h.1. 7 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:
Balai Pustaka, 1998), h. 1076. 8 Syopiansyah Jaya Putra dan A’ang Subyakto, Pengantar Sistem Informasi Manajemen,
(Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), h.24.
13
13
“sistem adalah suatu kumpulan kesatuan dan perangkat-perangkat yang
berhubungan satu sama lain”.9
c. Gordon B. Davis mengemukakan, “Sistem adalah bagian-bagian yang
bergabung untuk satu tujuan”10
Definisi tersebut dituliskan dalam
bukunya yang berjudul Kerangka Dasar Sistem Informasi Manajemen,
Bagian Satu Pengantar.
d. J. Winardi dalam bukunya Pemikiran Sistemik dalam Bidang
Organisasi dan Manajemen mendefinisikan “sebuah sistem adalah
suatu konglomerat elemen-elemen atau bagian-bagian yang saling
mempengaruhi dengan tujuan mencapai atau menciptakan sasaran
tertentu yang dikehendaki oleh sistem yang bersangkutan.11
e. Nugroho mendefinisikan “sistem sebagai suatu yang memiliki bagian-
bagian yang saling berinteraksi untuk mencapai tujuan tertentu melalui
tiga tahapan yaitu input, process, dan output”.12
f. Moenir mendefinisikan “sistem sebagai suatu susunan atau rakitan
komponen atau bagian-bagian yang membentuk suatu kesatuan yang
utuh dengan sifat-sifat saling bergantung, saling mempengaruhi dan
saling berhubungan”.13
Berdasarkan beberapa pendapat para pakar mengenai definisi dari
sistem, penulis menyimpulkan bahwa yang dimaksud dengan sistem yaitu
9 Thomas Sumarsan, Sistem Pengendalian Manajemen Konsep, Aplikasi, dan Pengukuran
Kinerja, (Jakarta: Indeks, 2012), h. 2. 10 Gordon B. Davis, Kerangka Dasar Sistem Informasi Manajemen Bagian Satu, (Jakarta:
PPM, 1999), h.9. 11
J. Winardi, Pemikiran Sistemik dalam Bidang Organisasi dan Manajemen, (Jakarta:
Rajagrafindo, 2005) h. 135. 12
Nugroho Wijayanto, Sistem Informasi Akuntansi, (Jakarta: Erlangga, 2001), h.2 13
H.A.S. Moenir, Manajemen Pelayanan Umum di Indonesia, cet.IX, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2010), h.2.
14
gabungan dari berbagai unsur yang membentuk satu kesatuan, saling
berhubungan, dan memiliki satu tujuan tertentu.
2. Pengertian Pengelolaan
Dalam kamus Bahasa Indonesia, pengelolaan berasal dari kata
“kelola” yaitu mengendalikan, menyelenggarakan, mengatur, dan
mengusahakan supaya lebih baik, lebih maju, dan sebagainya serta
bertanggung jawab atas pekerjaan tertentu.14
Pengelolaan adalah diartikan
sebagai suatu rangkaian pekerjaan atau usaha yang dilakukan oleh
sekelompok orang untuk melakukan serangkaian kerja dalam mencapai
tujuan tertentu.15
Menurut Suharsimi Arikunto, kata “pengelolaan” dapat disamakan
dengan “manajemen”, yang berarti pula pengaturan atau pengurusan.
Banyak orang yang mengartikan manajemen sebagai pengaturan,
pengelolaan, dan pengadministrasian. Pengelolaan adalah suatu kegiatan
yang dilakukan organisasi dalam rangka penertiban, pemeliharaan,
pengaturan secara sistematika sumber-sumber yang ada dalam organisasi.
Pengelolaan merupakan tindakan pengusahakan pengorganisasian sumber-
sumber yang ada dalam organisasi dengan tujuan agar sumber-sumber
tersebut dapat bermanfaat untuk kepentingan organisasi. Dengan demikian
pengelolaan senantiasa berhubungan dengan elemen yang terdapat di dalam
suatu organisasi, seperti pengelolaan berkaitan dengan personal,
administrasi, ketatausahaan, peralatan, ataupun prasarana yang ada di dalam
14
Peter Salim dan Yenny Salim, Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer, (Jakarta:
2002), h. 695. 15
Hasan Alwi, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1991), Cet.ke-9, h.23.
15
organisasi. Pengelolaan suatu sistem yang efektif untuk menginvetarisasi
semua usaha-usaha organisasi dalam mengoptimalkan tujuan yang hendak
dicapai. Sistem manajemen yang teratur dengan tepat akan meningkatkan
kualitas-kualitas sumber daya yang terdapat di dalam organisasi.
3. Pengertian Sistem Pengelolaan
Sistem pengelolaan adalah suatu rangkaian kerja yang saling berkaitan
untuk melakukan kegiatan mulai dari perencanaan, pelaksanaan, hingga
pengawasan, demi mencapai suatu tujuan tertentu secara efektif dan efisien.
Sistem pengelolaan juga merupakan suatu proses yang berhubungan dengan
implementasi indikator fungsi-fungsi pengelolaan atau manajemen yang
berperan penting dan efektif dalam menunjang tercapainya tujuan individu,
lembaga, maupun organisasi.
Dengan adanya sebuah sistem pengelolaan, maka tujuan pengelolaan
akan tercapai jika langkah-langkah dalam pelaksanaannya dilakukan dengan
tepat. Sistem pengelolaan yang baik merupakan pondasi bagi pengembangan
setiap instansi atau lembaga. Dengan sistem pengelolaan yang baik, dapat
mengindikasikan bahwa organisasi telah memenuhi persyaratan dan memiliki
perangkat minimal untuk memastikan kredibilitas, integritas dan otoritas
sebuah instansi dalam membangun aturan, membuat keputusan serta
mengembangkan program dan kebijakan.
16
4. Jenis-jenis Sistem Pengelolaan
Menurut Martin, pada organisasi idealnya harus terdapat 4 jenis sistem,
dimana tiap jenisnya melayani tingkat organisasi yang berbeda.16
Sistem tersebut antara lain:
a. Sistem pada tingkat operasional
Merupakan sistem informasi yang memonitor tiap aktivitas
administrasi di kantor, dan diharapkan dapat menguasai apapun yang
terdapat di dalamnya.
b. Sistem pada tingkat staff
Adalah sistem informasi yang mendukung pekerjaan yang dilakukan
pegawai teknis (pegawai yang membutuhkan pengetahuan khusus untuk
bekerja bagi organisasi) maupun pegawai administrasi (pegawai yang
memproses data dan informasi suatu organisasi, seperti sekretaris atau
pengelola data personalia atau organisai).
c. Sistem pada tingkat manajemen
Yaitu sistem informasi yang mendukung aktivitas perencanaan,
pengorganisasian, pengawasan, dan pengambilan keputusan yang dilakukan
oleh manajer tingkat menengah.
d. Sistem pada tingkat strategis
Merupakan sistem informasi yang mendukung aktivitas perencanaan
jangka panjang (strategis) yang dilakukan oleh manajer senior, yang biasa
dikenal dengan nama EES (executive support system)
16
M. Badri Sukoco, Manajemen Administrasi Perkantoran Modern, (Surabaya: Erlangga,
2007), h.36.
17
5. Unsur Sistem dalam Pengelolaan
Suatu sistem dibangun atas beberapa unsur yang ada di dalamnya.
Unsur-unsur yang terdapat dalam sistem mengacu pada model sistem tersebut.
Unsur yang terdapat dalam model umum sistem (model input, process, output)
adalah masukan (input), pengolahan (process), keluaran (output).17
Input adalah bagian dimana semua bahan yang dibutuhkan
dikumpulkan untuk diproses guna menghasilkan output yang diharapkan.
Unsur selanjutnya process merupakan bagian dimana kegiatan dikelola dan
dijalankan untuk tujuan tertentu. Unsur terakhir output sebagai hasil dari
pengolahan.18
Gambar 2.1
Unsur-unsur dalam Model Umum Sistem
Dalam model sistem yang lain yaitu sistem dinamik, unsur-unsur di
dalamnya berjumlah empat unsur yang terdiri dari masukan, pemroses,
program, dan keluaran. Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut:
a. Masukan, adalah semua yang berkaitan dengan hal-hal yang masuk
ke dalam sistem.
17
Syopiansyah Jaya Putra dan A’ang Subyakto, Pengantar Sistem Informasi Manajemen,
(Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006) h. 28-29. 18
Tatang M. Amirin, Pokok-pokok Teori Sistem –edisi kesepuluh, (Jakarta: Rajagrafindo,
2011), h.39-42.
Masukan
(Input)
Proses
(Process)
Keluaran
(Output)
18
b. Pemroses, merupakan tempat kegiatan transformasi terjadi.
c. Program, dalam hal ini program yang dimaksud adalah program
yang diperlukan bagi atau oleh kegiatan pemrosesan.
d. Keluaran, merupakan hasil karya proses transformasi.19
Tindakan Balikan Informasi
Balikan Prosedur
Gambar 2.2
Unsur-unsur Sistem Dinamik
6. Tujuan Sistem dalam Pengelolaan
Tujuan sistem perlu dirumuskan secara jelas, dan perlu
dikomunikasikan kepada semua anggota tim dan semua pemangku kepentingan
tim lintas fungsional. Kejelasan tujuan sistem akan mengarahkan dan
memfokuskan usaha keseluruhan anggota tim dalam mewujudkan tujuan
19
Tatang M. Amirin, Pokok-pokok Teori Sistem –edisi 10 (Jakarta: Rajagrafindo, 2011),
h.77- 78.
Masukan
(input)
Pemproses
(transformasi)
Keluaran
(output)
Program
(Pengontrol)
19
tersebut. Kejelasan tersebut juga memberikan landasan untuk mengukur
efektifitas sistem, sehingga usaha improvement terhadap sistem dapat dipacu.20
Selain tiu tujuan sistem juga berfungsi sebagai Penilaian Prestasi Kerja
atau Manajemen Kinerja. Ada sejumlah tujuan yang biasanya dapat dicapai
oleh sebuah organisasi atau perusahaan dengan menerapkan sebuah sistem
manajemen kinerja.21
a. Meningkatkan prestasi kerja karyawan, baik secara individu maupun
kelompok, sampai setinggi-tingginya dengan memberikan kesempatan
pada mereka untuk memenuhi kebutuhan aktualisasi diri dalam
kerangka pencapaian tujuan perusahaan.
b. Meningkatkan yang terjadi pada prestasi karyawan secara perorangan
pada gilirannya akan mendorong kinerja sumber daya manusia secara
keseluruhan, yang direfleksikan dalam kenaikan produktivitas.
c. Merangsang minat dalam pengembangan pribadi dengan tujuan
meningkatkan hasil karya dan prestasi pribadi secara potensi laten
karyawan dengan cara memberikan umpan balik pada mereka tentang
prestasi mereka.
d. Membantu perusahaan untuk dapat menyusun program pengembangan
dan pelatihan karyawan yang lebih tepat guna. Pada gilirannya usaha ini
akan membantu perusahaan untuk mempunyai pasokan tenaga yang
cakap dan terampil yang cukup untuk pengembangan perusahaan di
masa depan.
20
Mulyadi, Sistem Perencanaan dan Pengendalian Manajemen, (Jakarta: Salemba
Empat, 2007), h. 210. 21
Ruky Achmad, Sistem Manajemen Kinerja, (Jakarta: Gramedia Pustaka Umum, 2003),
h. 20.
20
B. Asrama Haji
1. Pengertian Asrama Haji
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Asrama berarti bangunan
tempat tinggal bagi kelompok orang untuk sementara waktu, terdiri atas
sejumlah kamar dan dipimpin oleh seorang kepala asrama.22
Sedangkan pengertian haji menurut bahasa berarti menyengaja suatu
perbuatan. Sedangkan menurut istilah haji adalah menyengaja mengunjungi
Baitullah dalam bulan-bulan haji untuk mengerjakan thawaf, sa’i, dan wukuf di
Arafah dengan memenuhi rukun dan syarat-syarat wajibnya. Menurut
fachruddin HS, pengertian haji adalah sengaja berkunjung menziarahi Ka’bah
(Baitullah) yang terletak dalam Masjidil Haram (masjid suci) di Makkah Al
Mukarromah, dengan niat menunaikan ibadah haji yaitu rukun Islam yan
kelima karena memenuhi perintah Allah.23
Muhammad Baqir Al-Habsy menyatakan bahwa haji berasal dari
bahasa arab yaitu hajj yang berarti menuju atau mengunjungi sesuatu.
Sedangkan menurut istilah agama ialah mengunjungi Ka’bah dan sekitarnya di
kota Makkah untuk mengerjakan ibadah thawaf, sa’i, wukuf, dan sebagainya
semata-mata demi melaksanakan perintah Allah SWT dan meraih
keridhoannya.24
Ketentuan mengenai kewajiban haji tercantum dalam al Qur’an dan
hadits sebagai berikut:
22
Kementerian Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Edisi ke-3),
(Jakarta: Balai Pustaka, 2005), h.72. 23 Fachruddin, Pembinaan Mental Bimbingan Al-Qur’an, (Jakarta: Bina Aksara, 1984),
h.107. 24 Muhammad Baqir Al-Habsy, Fiqih Praktis, (Bandung: Mizan, 1999), h.377.
21
a. Al Qur’an Surat Ali Imran [3] : 97
Artinya: “padanya terdapat tanda-tanda yang nyata, (di
antaranya) maqam Ibrahim[215]; Barangsiapa memasukinya (Baitullah
itu) menjadi amanlah dia; mengerjakan haji adalah kewajiban manusia
terhadap Allah, Yaitu (bagi) orang yang sanggup Mengadakan perjalanan
ke Baitullah[216]. Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), Maka
Sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta
alam”.
b. Hadits Riwayat Muslim25
ا رسول أكل عام ي: فقام رجل فقال , يا أيها الناس ان اهلل كتب عليكم الحج فحجوا
( رواه مسلم)لوقلت نعم لوجبت وما استطعتم الحج مرة ومازاد فهو تطوع : اهلل؟ قال
“Rasulullah saw bersabda: Wahai manusia, sesungguhnya Allah
telah mewajibkan haji atas kalian, maka laksanakanlah haji. lalu salah
seorang sahabat bertanya, apakah kewajiban haji itu setiap tahun wahai
Rasulullah? Rasulullah menjawab: kalau saya menjawab “ya” tentu
menjadi kewajiban kalian (setiap tahun) yang memiliki kemampuan
(istitho’ah). Kewajiban haji hanya sekali (seumur hidup) selebihnya
hukumnya sunnah”. (HR. Muslim)
25
Drs. H. Ahmad Kartono, Solusi Hukum Manasik dalam Permasalahan Ibadah Haji-
Menurut Empat Mazhab, (Jakarta: Pustaka Cendekia, 2016), h. 7.
22
Jadi yang dimaksud dengan Asrama Haji adalah tempat yang
dibangun oleh Kementerian Agama sebagai sarana akomodasi bagi jemaah
haji, dalam hal ini sebagai tempat pengasramaan jemaah haji di tanah air
pada waktu sesaat sebelum pemberangkatan dan setelah pemulangan.
Asrama Haji juga sebagai tempat penyelesaian semua dokumen-dokumen
perjalanan haji pada tahap akhir sebelum pemberangkatan.
Keberadaan Asrama Haji dalam pelayanan haji berkaitan dengan
kebutuhan akomodasi untuk kesiapan operasional pemberangkatan dan
pemulangan jemaah haji dalam rangkaian operasional pelayanan perjalanan
haji dari Tanah Air ke Arab Saudi dan sebaliknya.
Asrama Haji mempunyai peran dan fungsi yang sangat penting
bagi upaya peningkatan pelayanan haji, yaitu sebagai sarana kesiapan
pemberangkatan calon jemaah, tempat processing CIQ (Custom,
Immigration, dan Quarantine), mempersiapkan kondisi serta pemulihan
fisik dan mental calon jemaah haji dalam rangka menghadapi perjalanan
yang sangat melelahkan serta sebagai tempat reservasi untuk dapat kembali
ke tempat asal masing-masing sesudah selesai menunaikan ibadah haji.
Untuk kebutuhan pelayanan pengasramaan jemaah haji, pada
mulanya dan selama bertahun-tahun pemerintah menyewa wisma atau
asrama swasta dengan pengeluaran biaya yang sangat besar. Besarnya biaya
yang dikeluarkan untuk menyewa wisma dalam satu kali musim haji
sebanding atau cukup untuk membangun satu gedung Asrama Haji.
Berdasarkan kebutuhan dan pertimbangan tersebut dan sebagai realisasi dari
23
kewajiban dan tangggung jawab pemerintah terhadap penyelenggaraan
pelayanan haji, lahirlah pemikiran dan upaya memiliki Asrama Haji sendiri
yang perwujudannya dimulai dengan membangun Asrama Haji laut pada
awal pelita 1, kemudian berkembang setelah pemberangkatan haji melalui
angkatan udara.26
Pembangunan Asrama Haji disamping didasarkan atas pemikiran
tersebut, juga dilandasi pertimbangan kebutuhan praktis peningkatan
pelayanan:
a. Pemakaian wisma atau asrama swasta yang hanya disewa satu musim
disamping tidak memungkinkan dapat tersedianya sarana dan fasilitas
akomodasi dan pelayanan operasional haji sesuai kebutuhan pelayanan
terhadap jemaah haji, juga tidak adanya sarana khusus bagi kepentingan
visualisasi praktek manasik haji.
b. Memiliki Asrama Haji sendiri, diluar musim haji dapat dimanfaatkan
bagi kepentingan kepentingan umum dan sosial keagamaan yang dapat
meningkatkan dan menunjang misi dan kepentingan Kementerian Agama
khususnya tugas dan fungsi Ditjen Penyelenggaraan Haji dan Umroh.
Upaya dan kegiatan pembangunan asrama yang dilakukan selama
ini, dilakukan secara bertahap sesuai dengan kemampuan dan dana yang
tersedia, baik dari anggaran BPIH, APBN, APBD, dan hasil pengelolaan
Asrama Haji.
26
Kementerian Agama RI, Direktorat Pelayanan Haji, Ditjen Penyelenggaraan Haji dan
Umroh, Profil Asrama Haji Embarkasi dan Transit, (Jakarta: Kementerian Agama RI, 2010) h.5.
24
2. Asrama Provinsi atau Transit
Asrama Provinsi atau Transit yaitu tempat pemondokan sementara
calon jemaah haji untuk kesiapan pemberangkatan ke Asrama Haji
Embarkasi sesuai kloter atau jadwal penerbangan.
Asrama Haji Transit Tk.1 atau Provinsi, yang berada di Ibukota
Provinsi, yaitu:
1. Asrama Haji Transit Provinsi Riau:
a) Pekanbaru (Rumabai)
b) Dumai (Asrama Haji Awal Pelita 1)
2. Asrama Haji Transit Provinsi Jambi, Kodya Jambi
3. Asrama Haji Transit Bengkulu, Kodya Bengkulu
4. Asrama Haji Transit Provinsi Lampung:
a) Rajabasa – Bandar Lampung
b) Lungsir – Teluk Betung (awalnya Asrama Haji laut)
5. Asrama Haji Transit D.I Yogyakarta di Yogyakarta
6. Asrama Haji Transit Jawa Tengah di Semarang
7. Asrama Haji Transit Nusa Tenggara Timur di Kupang
8. Asrama Haji Transit Kalimantan Barat di Pontianak
9. Asrama Haji Transit Kalimantan Tengah di Palangkaraya
10. Asrama Haji Transit Sulawesi Tengah di Palu
11. Asrama Haji Transit Sulawesi Tenggara di Kendari
12. Asrama Haji Transit Sulawesi Utara di Manado
13. Asrama Haji Transit Papua di Jayapura
14. Asrama Haji Transit Bali di Denpasar
25
Beberapa kegiatan yang diikuti calon jemaah haji selama proses
pengasramaan saat akan diberangkatkan, antara lain:
a. Menyerahkan koper besar ke petugas Bea Cukai untuk di periksa dan
ditimbang dan proses X-ray.
b. Melapor kepada petugas pendaftaran dengan menyerahkan Surat
Panggilan Masuk Asrama (SPMA) dan lembar biru.
c. Mendapatkan kartu makan dan kartu akomodasi.
d. Pemerikasaan kartu kesehatan di counter kesehatan.
e. Jemaah haji menerima living cost, gelang identitas dan boarding pass
atau tiket pesawat.
f. Menuju gedung penginapan.
g. Pembinaan haji yang berupa ceramah akhlaqul karimah dan kesehatan
dilanjutkan dengan praktek ibadah haji di lapangan manasik haji.
Saat pemulangan haji harus melalui Asrama Haji sebelum
dipulangkan ke tempat asal masing-masing dengan kegiatan antara lain:
a. Saat kedatangan, berkumpul di Hall penerimaan. Sementara itu koper
besar di tata dalam Hall lainnya.
b. Menyerahkan paspor untuk pemeriksaan kedatangan jemaah haji,
penukaran uang dan pengambilan tas.27
27
http://www.digilib.petra.ac.id. Diakses pada tanggal 14 Februari 2017 jam 14.42 WIB.
26
3. Pengertian Asrama Haji Embarkasi
Asrama Haji Embarkasi adalah tempat pemondokan sekaligus
pelayanan operasional pemberangkatan dan pemulangan haji, sejak dari
kegiatan penerimaan sampai pemberangkatan ke Pelabuhan embarkasi dan
sebaliknya penerimaan waktu kedatangan dan kesiapan kembali ke tempat asal
jemaah.
Pengasramaan embarkasi, disamping dimaksudkan untuk proses CIQ
(Custom, Immigration, dan Quarantine) termasuk kelengkapan dokumen
perjalanan dan pemberian living cost, juga untuk pemulihan kelelahan fisik
jemaah (reservasi) dan pemberian bimbingan praktis manasik haji yang di
praktekkan langsung sesuai sarana yang telah tersedia, maupun proses
perjalanan haji.
Kebijakan pengasramaan di embarkasi ini disamping dimaksudkan
untuk proses reservation termasuk kelengkapan dokumen perjalanan dan
pemberian living cost, juga untuk pemulihan kebugaran jemaah agar para
jemaah haji dapat menjalankan ibadah haji dengan kondisi siap dan sehat,
selain itu juga pemberian bimbingan praktis manasik, yang mana di Asrama
Haji ini bimbingan manasik hanya sebagai pengulangan dan pemantapan,
karena pada umumnya jemaah haji sudah menerimanya karena berada di
daerah masing-masing.
Jumalah Asrama Haji Embarkasi yang ada saat ini terdiri dari 14
asrama, yaitu:28
28
Kementerian Agama RI, Direktorat Pelayanan Haji, Ditjen Penyelenggaraan Haji dan
Umroh, Profil Asrama Haji Embarkasi dan Transit, h.6.
27
Tabel 2.3
Data Jumlah Asrama Haji Embarkasi
No Asrama Haji Kapasitas
1 Banda Aceh 660 orang
2 Medan 1.650 orang
3 Batam 1.110 orang
4 Jakarta Pondok Gede 2.991 orang
5 Jakarta Bekasi 1.700 orang
6 Boyolali / Surakarta 2.408 orang
7 Surabaya 2.550 orang
8 Ujung Pandang / Makassar 2.048 orang
9 Balikpapan 672 orang
10 Banjarmasin 770 orang
11 Padang 900 orang
12 Palembang 829 orang
13 Mataram 520 orang
14 Gorontalo 320 orang
Sumber: Profil Asrama Haji Embarkasi dan Transit pada tahun 2010
28
BAB III
GAMBARAN UMUM ASRAMA HAJI EMBARKASI PONDOK GEDE
JAKARTA
A. Sejarah Berdiri dan Perkembangan Asrama Haji Embarkasi Pondok
Gede – Jakarta
Dalam upaya meningkatkan pelayanan bimbingan dan perlindungan
jemaah haji, salah satu fasilitas pelayanan adalah keberadaan Asrama Haji
yang mempunyai nilai dan manfaat ganda pada masa operasional haji yaitu
tempat akomodasi dan proses keberangkatan calon jemaah haji ke tanah suci
maupun kepulangan pada saat kembali ke tempat asal jemaah serta sekaligus
menjadi tempat aktivitas masyarakat umum pengguna jasa, instansi
pemerintah, swasta, organisasi kemasyarakatan, dan lain-lain.29
Sejak diselenggarakannya pelayanan ibadah haji saat transportasi masih
menggunakan kapal laut, sarana pelayanan jemaah berupa Asrama Haji telah
diadakan, kita kenal dengan Asrama Haji Jakarta/PHI kwitang Jl.Kemakmuran,
Asrama Haji Semarang, Surabaya, Balikpapan, dan lain-lain. Seiring dengan
perkembangan transportasi haji dengan kapal udara, maka sejak tahun 1970
sesuai ketentuan WHO, dimana Indonesia pada waktu itu dinyatakan termasuk
daerah terjangkit penyakit kolera, maka pemerintah Arab Saudi mengambil
tindakan preventif dengan menentukan bahwa seluruh jemaah haji harus
29
Kemenag RI Dirjen PHU. Realita Haji Indonesia. (Jakarta: Kementerian RI Dirjen.
2008). h.46.
28
29
menjalani karantina selama 5x24 jam (5 hari) sebelum keberangkatan ke Arab
Saudi dan setibanya kembali ke tanah air.30
Sejak saat itulah mulai dikenal karantina atau pengasramaan.
Selanjutnya mulai tahun 1973 pelaksanaan karantina/pengasramaan di
perpendek menjadi tiga hari sebelum berangkat dan tiga hari setelah tiba di
tanah air.
Karena pemerintah belum mempunyai Asrama Haji sendiri, maka untuk
keperluan karantina/Asrama Haji tersebut, dilakukan dengan mengunakan
sistem sewa kepada wisma/asrama swasta, seperti pernah menyewa Wisma
Pabrik Sepatu Ciliwung, Asrama ABRI Cilegon, Asrama KKO AL Jl.Kwini,
Asrama PHI Cempaka Putih dan lain-lain. Biaya penyewaan pengasramaan
tersebut sangat besar, disisi lain wisma yang disewakan tidak di desain dan
tidak dilengkapi sarana yang sesuai dibutuhkan untuk keperluan pelayanan
calon/jemaah haji.31
Melihat kondisi tersebut dipandang perlu oleh Direktur Jenderal Urusan
Haji, pada waktu itu dijabat oleh Prof. KH. Farid Ma’ruf yang merencanakan
pembangunan Asrama Haji, dengan mengeluarkan Surat Perintah Nomor
SP.08/1974 tanggal 24 April 1974 tentang pembentukan tim perencanaan
pembangunan Asrama Karantina Haji. Baru pada masa kepemimpinan
Kementerian Agama dijabat Menteri Agama H.Alamsyah Ratu Perwiranegara
dan Dirjen Urusan Haji dijabat oleh H.A Burhani Tjorohandoko surat perintah
tersebut ditindaklanjuti pelaksanaan pembangunan yaitu dibangunnya Asrama
Haji Pondok Gede Jakarta dengan pertimbangan antara lain, lokasi dekat
30
Kemenag RI Dirjen PHU. Realita Haji Indonesia. h.46. 31
Kemenag RI Dirjen PHU. Realita Haji Indonesia. h.46.
30
dengan Bandara Halim Perdana Kusumah yang pada waktu itu merupakan
bandara Internasional penerbangan ke Indonesia atau dari Indonesia.32
Dalam perkembangan selanjutnya jumlah jemaah haji yang
menggunakan kapal udara mengalami kenaikan sampai 3 kali lipat, maka
pemberangkatan di Asrama Haji dikembangkan menjadi beberapa wilayah
yaitu menjadi 2 lokasi di Jakarta dan Surabaya, dan selanjutnya menjadi 4
wilayah dengan tambahan Asrama Haji Makassar dan Medan.
Untuk kelayakan dan kesiapan pakai Asrama Haji pada musim haji
setiap tahun serta pelayanan pemakaian oleh umum di luar musim haji , maka
dalam pengelolaan diperlukan manajemen yang mengatur tata cara
pemeliharaan dan penegmbangannya termasuk manajemen sumber daya
manusia dalam mengelola Asrama Haji tersebut.
Asrama Haji yang dibangun pemerintah pada awal pembangunannya
dimanfaatkan terbatas untuk pelayanan akomodasi serta kemudahan
pengaturan pemberangkatan dan pemulangan jemaah agar sejalan dengan
perkembangan zaman, diluar musim haji juga dimanfaatkan untuk kepentingan
umum. Asrama Haji Pondok Gede pertama kali didirikan pada tahun 1977,
dengan status tanah sertifikat hak milik Kementerian Agama RI Dirjen
Penyelenggaraan Haji dan Umroh, Asrama Haji berdiri atas tanah seluas
162.123 M2, dengan kapasitas tampung 2.991 orang33
Melalui proses pembangunan sarana fisik secara bertahap sampai saat
ini menunjukan kemajuan yang sangat berarti dalam memberikan pelayanan ke
32
Kemenag RI Dirjen PHU. Realita Haji Indonesia. h. 46. 33
Kemenag RI Dirjen PHU. Realita Haji Indonesia. h. 46.
31
arah yang lebih baik lagi. Hal ini jelas dari fisik maupun fasilitas pendukung
lainnya yang merupakan aset pemerintah yang bisa bermanfaat bagi umat.
Asrama Haji Embarkasi Pondok Gede Jakarta (JKG) pada tahun 2009
melayani jemaah haji yang berasal dari 3 provinsi yaitu provinsi DKI Jakarta,
Lampung dan Banten. Pada operasional pemberangkatan haji tahun 2010,
calon jemaah haji yang berasal dari provinsi Lampung, sesuai dengan surat
keputusan Direktur Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umroh Nomor D/476
tahun 2010, diberangkatkan melalui embarkasi haji antara Lampung baik
proses dokumen, kesehatan, keimigrasian dan proses lainnya dilaksanakan di
embarkasi antara Lampung, namun penerbangan ke tanah suci melalui terminal
haji Bandara Soekarno Hatta.
Oleh karena itu, dalam hal proses penerimaan jemaah maupun
akomodasi, calon jemaah haji asal provinsi Lampung tidak di Asrama Haji
Pondok Gede Jakarta.
B. Visi, Misi, dan Motto Asrama Haji Embarkasi Pondok Gede-Jakarta
1. Visi
Terwujudnya Asrama Haji yang terpelihara rapih, mandiri, dan berkualitas
dalam melayani calon/jemaah haji dan masyarakat umum.34
2. Misi
a. Meningkatkan kualitas pelayanan yang bernuansa agamis terhadap calon
jemaah haji dan masyarakat.
34
Kemenag RI Dirjen PHU. Pedoman Pengelolaan Asrama Haji Pondok Gede Jakarta.
(Jakarta: Kementerian Agama RI Dirjen PHU. 2007). h.6.
32
b. Menciptakan suasana yang kondusif, nyaman, aman, tentram, dan
damai serta tercipta ukhuwah yang bisa di rasakan pengguna jasa.
c. Meningkatkan inovasi kinerja pengurus dan karyawan dalam
rangka meningkatkan pemeliharaan, pengelolaan dan
pengembangan Asrama Haji sebagai aset pemerintah untuk
kepentingan umat.
3. Motto (Lima K)
a. Keramahan
b. Kebersihan
c. Kenyamanan
d. Ketepatan/kecepatan
e. Keamanan35
C. Landasan, Tujuan, dan Fungsi Asrama Haji Embarkasi Pondok Gede –
Jakarta
Adapun yang menjadi landasan, tujuan, dan fungsi didirikannya
Pemondokan Asrama Haji Pondok adalah sebagai berikut:36
1. Landasan didirikannya Asrama Haji Embarkasi Pondok Gede –Jakarta
a. Kepres 53/1981 tentang Penyelenggaraan Urusan Haji.
b. SK Dirjen Bimas Islam dan Urusan Haji No. 80/1991 M tanggal 16
Agustus 1991 tentang Pengesahan Hasil Evaluasi Penyelenggaraan
Operasional Urusan Haji Tahun 1991 M/ 1411 H.
35
Kemenag RI Dirjen PHU. Pedoman Pengelolaan Asrama Haji Pondok Gede Jakarta.
(Jakarta: Kementerian Agama RI Dirjen PHU. 2007). h. 7 36
Dirjen Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji, Kementerian Agama
RI, Petunjuk Teknis Pengelolaan Asrama Haji di Lingkungan Kementerian Agama. (Jakarta:
Dirjen BMIPH. 2003). h.3
33
c. Keputusan Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umroh Nomor
D/28/2008 tentang Pedoman Kerja Panitia Penyelenggara Ibadah
Haji (PPIH) pusat dan Embarkasi.
d. Surat Gubernur Kepala Jenderal Tingkat 1 Jawa Barat No.645
B/4588 – bintang 1/1991 tanggal 14 September 1991 tentang
Rekomendasi Pembangunan Asrama Haji Jawa Barat.
e. Keputusan Direktur Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umroh
Nomor D/438 tahun 2010 tentang Pembentukan Panitia
Penyelenggaraan Ibadah Haji (PPIH) Embarkasi Jakarta Pondok
Gede tahun 1431 H/ 2010 M.
f. Keputusan Direktur Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umroh
Nomor D/476 tahun 2010 tentang Penetapan Embarkasi Lampung
tahun 1431 H/ 2010 M.
g. Keputusan ketua PPIH Embarkasi Jakarta Pondok Gede Nomor
018/PPIH/KET/X/2010 tanggal 7 Oktober 2010 tentang
pengangkatan Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH)
Embarkasi Jakarta Pondok Gede masa pemberangkatan 1431 H/
2010 M.
2. Tujuan Pemondokan Asrama Haji Embarkasi Pondok Gede Jakarta
Peningkatan pelayanan haji merupakan salah satu tugas pemerintah
yang pelaksanaannya dibebankan kepada Kementerian Agama dalam hal ini
Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umroh. Usaha-usaha yang
telah dilakukan pemerintah antara lain membangun Asrama Haji, baik di
34
setiap provinsi tempat embarkasi maupun di setiap ibukota Kota Provinsi
Transit.
Ini berarti bahwa asrama-Asrama Haji tersebut adalah milik
pemerintah yang harus dikelola sebaik-baiknya, sehingga pada saat musim
haji tiba dapat digunakan oleh para jemaah dalam kondisi yang lebih baik dan
siap pakai.
Adapun yang menjadi tujuan didirikannya Pemondokan Asrama Haji
Pondok Gede ini adalah:37
a. Penyediaan sarana dan prasarana urusan haji khusus dan pusat
kegiatan umat Islam dalam rangka penyediaan fasilitas yang
representarif.
b. Peningkatan pelayanan ibadah haji bagi umat Islam khususnya di Jawa
Barat.
3. Fungsi Asrama Haji Embarkasi Pondok Gede Jakarta
a. Sebagai sarana bagi upaya meningkatkan pelayanan haji.
b. Sebagai sarana bagi kesiapan pemberangkatan calon jemaah haji.
c. Sebagai tempat proses CIQ (Costum, immigration, dan quarantine).
d. Serta sebagai tempat reservation untuk dapat kembali ketempat asal
masing-masing sesudah selesai menunaikan ibadah haji.38
37
Dirjen Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji, Kementerian Agama
RI. Petunjuk Teknis Pengelolaan Asrama Haji di Lingkungan Kementerian Agama. h. 4. 38
Kemenag RI Dirjen PHU. Realita Haji Indonesia. (Jakarta: Kementerian RI Dirjen
PHU. 2008), h.47
35
D. Tugas dan Fungsi Unit Pelaksana Teknis (UPT) Asrama Haji Embarkasi
Pondok Gede – Jakarta
1. Tugas UPT
Sebagaimana dimaksud dalam PMA No.44 Tahun 2014 tentang Unit
Pelaksana Teknis Asrama Haji pada pasal 1 ayat 3 yaitu bertugas untuk
melaksanakan pengelolaan Asrama Haji dalam rangka penyelenggaraan
ibadah haji serta pelayanan lain untuk masyarakat luas.
2. Fungsi UPT
Dalam PMA No.44 Tahun 2014 tentang Unit Pelaksana Teknis
Asrama Haji pada pasal 4, UPT menyelenggarakan fungsi:
a) Penyusunan rencana, program dan kegiatan di bidang pelayanan,
pengelolaan, pemeliharaan, dan pengembangan usaha.
b) Fasilitasi layanan ibadah dan bimbingan manasik haji.
c) Pelaksanaan layanan informasi, publikasi dan penyediaan akomodasi,
serta konsumsi pelaksanaan ibadah haji.
d) Fasilitasi dan koordinasi pelayanan bea cukai, imigrasi, karantina,
kesehatan, keamanan, transportasi, dan city check in bekerjasama dengan
instansi terkait.
e) Pelaksanaan administrasi, keuangan, kepegawaian, barang milik negara,
dan kerumahtanggaan, dan
f) Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan.
36
E. Struktur Organisasi UPT Asrama Haji Embarkasi Jakarta Pondok
Gede39
Sebagaimana dimaksud pada PMA No. 44 Tahun 2014 pasal 8 ayat 2,
Kepala UPT Asrama Haji Embarkasi mempunyai tugas memimpin dan
melaksanakan pengelolaan Asrama Haji embarkasi, serta bertanggungjawab
kepada Direktur Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah.
Pada pasal 9 Subbagian Administrasi dan Keuangan mempunyai tugas
melakukan penyusunan rencana dan program, urusan keuangan, barang milik
negara, kepegawaian, ketatausahaan, kerumahtanggaan, informasi dan
publikasi serta evaluasi dan pelaporan.
Pada pasal 10 Seksi Pelayanan Asrama mempunyai tugas melakukan
penyediaan akomodasi, konsumsi, ibadah, kesehatan, keamanan, kebersihan,
dan pelayanan lainnya di Asrama Haji.
39
Peraturan Menteri Agama RI Nomor 44 Tahun 2014 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Unit Pelaksana Tenis Asrama Haji, Bab II.
Kepala UPT
Subbag Adminkeu
Sie. Pelayanan Asrama Sie. Kerja Sama
Kelompok Jabatan
Fungsional
37
Pada pasal 11 Seksi Kerjasama mempunyai tugas melakukan
kerjasama, koordinasi dan fasilitasi pelayanan bea cukai, imigrasi, karantina,
kesehatan, keamanan, transportasi, dan city check in dengan instansi terkait,
Asrama Haji Embarkasi Antara, Asrama Haji Transit, dan Asrama Haji yang
dikelola oleh pemerintah daerah provinsi, serta pengembangan usaha.
Pada pasal 13 Kelompok Jabatan Fungsional terdiri dari tenaga
fungsional yang terbagi atas berbagai kelompok jabatan fungsional sesuai
dengan bidang keahliannya. Masing-masing kelompok jabatan fungsional
dikoordinasikan oleh seorang tenaga fungsional senior yang ditunjuk oleh
Kepala Asrama Haji Embarkasi. Jumlah tenaga fungsional ditentukan
berdasarkan kebutuhan dan beban kerja. Jenis dan jenjang jabatan fungsional
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
F. Kesiapan Fasilitas Bangunan
Setiap Asrama Haji harus memiliki fasilitas yang terdiri dari:
a. Bangunan Asrama
b. Bangunan Kantor dan Sarana Penunjang
c. Bangunan Ruang Pertemuan
d. Bangunan Masjid
e. Bangunan Tempat Makan dan Dapur
f. Bangunan sarana lainnya, keamanan, kesehatan, dan lain-lain.
38
BAB IV
SISTEM PENGELOLAAN ASRAMA HAJI
A. Sistem Pengelolaan Asrama Haji Embarkasi Pondok Gede Jakarta oleh
BPAH
Asrama Haji Pondok Gede Jakarta yang terletak di Jalan Raya Pondok
Gede, Kelurahan Pinang Ranti, Kecamatan Makasar, Jakarta Timur adalah
milik Kementerian Agama RI. Berdasarkan SK Gubernur DKI Jakarta
No.944/A/K/BKD/1977 tahun 1977 dikeluarkannya izin peruntukan
bangunan Asrama Haji Pondok Gede Jakarta. Pembangunan Gedung Asrama
Haji Pondok Gede Jakarta dilaksanakan secara bertahap diatas tanah seluas
152.844m² dan dimulai pembangunannya tahun 1978.
Nama Asalnya adalah Proyek Asrama Haji, namun pada tahun 1982
berdasarkan SK Menteri Agama No.2 tahun 1982 diganti menjadi Badan
Pengelola Asrama Haji (BPAH). Asrama Haji Pondok Gede Jakarta mulai
dioperasionalkan pada tahun 1979 sebagai Asrama Haji Embarkasi dan
Debarkasi Jakarta.40
Berkenaan dengan makin berkembangnya jumlah Asrama Haji
embarkasi dan transit propinsi serta perubahan situasi kondisi, maka untuk
kelancaran pengelolaan Asrama Haji Dirjen Penyelenggaraan Haji dan
Umrah mengeluarkan Surat Keputusan No. D/315 Tahun 2003 tentang
Petunjuk Teknis Pengelolaan Asrama Haji.
Sebagai asset besar negara yang harus dikelola secara baik, maka
dalam rangka pemeliharaan Asrama Haji Embarkasi Jakarta Pondok Gede
40
Wawancara dengan Kepala Seksi Kerjasama tanggal 3 Februari 2017 di gedung UPT
Asrama Haji Embarkasi Pondok Gede Jakarta.
38
39
yang berkesinambungan, sejak tahun 1982 Kementerian Agama Pusat
membentuk Organisasi yang diberi nama Badan Pengelola Asrama Haji
(BPAH) Pondok Gede Jakarta.
Sebelum pada akhirnya pengelola Asrama Haji berstatus sebagai Unit
Pelaksana Teknis (UPT), selama 32 tahun (1982 - 2014) Asrama Haji
Embarkasi Pondok Gede Jakarta dikelola oleh Badan Pengelola Asrama Haji
(BPAH) secara swakelola dan swadana. Selama itu juga BPAH beberapa
kali mengalami pergantian struktur kepengurusan dengan tanda
dikeluarkannya KMA (Keputusan Menteri Agama) pada periode tertentu.
Dalam melaksanakan tugasnya Pengurus Badan Pengelola Asrtama Haji
berpedoman pada Permenag No. 2 Tahun 1983 tentang Badan Pengelola
Asrama Haji di lingkungan Kementerian Agama dan KMA No. 174 Tahun
1986 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Asrama Haji di lingkungan
Kementerian Agama. Dijelaskan dalam KMA tersebut bahwa pemanfaatan
Asrama Haji di luar musim haji merupakan sumber dana bagi Kementerian
Agama yang pengelolaan administrasi keuangannya harus diatur berdasarkan
perarturan yang berlaku.
Berikut penulis menganalisis berdasarkan teori sistem hasil temuan
dan informasi tentang pengeloalaan Asrama Haji Embarkasi Pondok Gede
oleh BPAH, yaitu:
1. Unsur Masukan (Input)
Input dalam sebuah sistem merupakan semua yang berkaitan
dengan hal-hal yang masuk ke dalam sistem untuk diproses. Input pada
40
sistem pengelolaan Asrama Haji Embarkasi Pondok Gede Jakarta terdiri
dari beberapa komponen diantaranya:
a. Manajemen/ Sumber Daya Manusia
Seperti dijelaskan pada bahasan sebelumnya bahwa pengelolaan
Asrama Haji pada awalnya dilaksanakan oleh BPAH. Sejak
pengelolaan Asrama diserahkan Kemenag Pusat kepada Provinsi
(Kanwil Kemenag) pegawai BPAH adalah orang-orang yang
diperbantukan dari Kanwil Kemenag Bidang Haji. Pada tahun 2000
dengan pertimbangan adanya Otonomi Daerah Kewilayahan serta
dalam rangka meningkatkan pelayanan calon/jemaah haji, maka
pengelolaan Asrama Haji Embarkasi Pondok Gede Jakarta, dilakukan
secara bersama-sama antara Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah
dan Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi DKI Jakarta. Wujud
kerjasama tersebut dituangkan dalam komposisi personalia BPAH yang
tiap tiga tahun diperbaharui dan diangkat dengan SK Dirjen
Penyelenggaraan Haji dan Umrah.41
Awal mulanya pemeliharaan Asrama Haji Embarkasi Jakarta
Pondok Gede dipercayakan kepada pengelola yang terdiri dari :42
Ketua Asrama Haji : H. Dahlan Effendi
Wakil Ketua : H. Ibrahim Muchtar, SH
(Sebagai pelaksana harian)
Sekretaris : H. Akyas Wijaya
41 Wawancara dengan Kepala Seksi Kerjasama tanggal 3 Februari 2017 di gedung UPT
Asrama Haji Embarkasi Pondok Gede Jakarta. 42 Asramahajipondokgedeblogspot.com
41
Keuangan : Drs. H. S. Winarno
Keuangan : Mayor H. Kailani
Setelah terbentuknya BPAH maka periode kepengurusan BPAH
Pondok Gede Jakarta berturut - turut adalah sesuai KMA No.15
Th.1983 :
Periode Tahun 1983 - 1984 (KMA No. 15 Th. 1983)
Periode Tahun 1984 - 1988 (KMA No. 59 Th. 1984)
Periode Tahun 1988 – 1992 (KMA No. 206 Th. 1988)
Periode Tahun 1992 s/d 1994 (KMA No. 02 Th. 1992)
Periode Tahun 1994 – 1997 (KMA No. 501 Th. 1994)
Periode Tahun 1997 – 2000 (KMA No. 772 Th. 1997)
Periode Tahun 2000 – 2003 (Keputusan Dirjen BIUH No.
D/172 Th. 2000 yang disempurnakan dengan Keputusan
Dirjen BIPH No. D/17 Tahun 2001)
Periode Tahun 2003 – 2006 (Keputusan Dirjen BIPH No.
D/266 Tahun 2003 yang disempurnakan dengan SK Dirjen
BIPH No. D/317 Tahun 2003)
Periode Tahun 2009 – 2012 (Keputusan Direktur Jenderal
Penyelenggaraan Haji dan Umroh No.D/390 Tahun 2010)
Periode Tahun 2014 – 2016 (Keputusan Direktur Jenderal
Penyelenggaraan Haji dan Umroh No.D/564 Tahun 2014
42
tentang penetapan Pengelolaan Asrama Haji Embarkasi
Pondok Gede Jakarta Tahun 2014-2016)
Sebagai suatu sistem pengelola, BPAH memiliki struktur
organisasi yang menjalankan manajemen di dalamnya yang terdiri
dari:
a. Pelindung – Pengarah : Menteri Agama RI
b. Pembina : Dirjen PHU
c. Pengendali : Dir.Pelayanan Haji, Dir.Pembinaan Haji,
Dir.Pengelolaan BPIH & SIH
d. Ketua BPAH
e. Wakil Ketua I
f. Wakil Ketua II
g. Wakabid Tata Graha
h. Wakabid Akomodasi
i. Wakabid Keamanan
j. Wakabid Pemeliharaan
k. Wakabid Perlengkapan
l. Bendahara
m. Wakil Bendahara
n. Sekretaris
o. Wakil Sekretaris I
p. Wakil Sekretaris II
Pengurus BPAH Embarkasi ditetapkan oleh Dirjen
Penyelenggara Haji dan Umrah. Adapun jumlah keanggotaan BPAH
43
disesuaikan dengan kebutuhan organisasi. Dengan demikian susunan
kepengurusan BPAH Embarkasi Pondok Gede Jakarta periode
sebelum tahun 2014, dengan susunan/struktur organisasi dalam
manajemen sebagai top management (pimpinan tingkat atas) adalah
orang-orang yang bertanggung jawab atas keberhasilannya misi
organisasi, dimana yang menjabat sebagai top management di BPAH
Embarkasi Pondok Gede Jakarta yaitu pelindung/pengarah, Menteri
Agama RI, dengan pembimbing Direktur Jenderal Penyelenggaraan
Haji dan Umrah.
Kemudian middle management atau pimpinan tingkat
menengah yaitu yang berada di tingkat ini adalah bendahara dan
sekretaris. Lalu pimpinan tingkat bawah atau low management yang
berada di BPAH Embarkasi Pondok Gede Jakarta yaitu bidang tata
graha, bidang akomodasi, bidang keamanan, bidang pemeliharaan dan
bidang perlengkapan.43
b. Fasilitas/ Sarana dan Prasarana Asrama
Asrama Haji Embarkasi Pondok Gede Jakarta memiliki
fasilitas sebagai berikut:
Lokasi/ alamat : Jl. Raya Pondok Gede Jakarta Timur
Luas Tanah : 152.123 m2 yang dibeli secara bertahap
80.200 m2 dibeli tahun 1978
43 Asramahajipondokgedeblogspot.com
44
38.870 m2 dibeli tahun 1986
2.797 m2 dibeli tahun 1993
Status tanah : Hak Pakai, Sertifikat.
Status Kepemilikan : Kementerian Agama RI/ Ditjen BIPH
Dibangun/mulai pakai : Tahun 1978 dan mulai pakai Tahun 1979
Kapasitas : Gedung Penginapan 2.783 orang
Jarak : Dengan Airport Halim PK + 2 Km
Dengan Airport Soekarno Hatta + 30 Km
c. Sumber Dana Asrama
Pada awal berdirinya Asrama Haji Embarkasi Pondok Gede
Jakarta ini, Kementerian Agama memang menyediakan anggaran
untuk pemeliharaan dan perawatan Asrama Haji, namun setelah
dibentuk Badan Pengelola Asrama Haji (BPAH), semua yang
berhubungan dengan Asrama Haji di luar Musim Haji menjadi
tanggung jawab BPAH.
Penggunaan fasilitas Asrama Haji oleh pihak ketiga yang
dapat menghasilkan dalam kaitan pelayanan jemaah haji pada masa
operasional haji sepenuhnya menjadi hak Badan Pengelola Asrama
Haji (BPAH). Sehingga dapat dikatakan bahwa sumber dana
Asrama sebagian besar di dapat dari kegiatan pelayanan di luar
45
musim haji, yaitu penyewaan fasilitas/ sarana dan prasarana
Asrama.44
d. Pengguna Asrama
Sebagaimana tujuan didirikannya Asrama Haji adalah agar
di dayagunakan untuk kepentingan penyelenggaraan ibadah haji
dan kepentingan masyarakat umum lainnya. Asrama sebagai salah
satu unsur penting dalam penyelenggaraan haji karena kaitannya
dengan pelayanan processing CIQ (Costum, immigration, dan
quarantine) kepada calon jemaah haji.
Selain itu di luar musim haji, fasilitas asrama dapat
dipergunakan oleh masyarakat umum untuk menyelenggarakan
kegiatan atau acara lainnnya. Pengguna asrama termasuk kedalam
bagian komponen masukan (input) karena keberadaannya yang
sangat menentukan kelancaran sebuah sistem pengelolaan asrama.
Tanpa adanya masyarakat sebagai pengguna, maka tidak akan
tercapai tujuan dari sistem tersebut.
2. Unsur Proses (Processing)
Proses dalam sebuah sistem merupakan kegiatan transformasi dari
semua input yang ada untuk menghasilkan output yang akan dicapai dari
sistem tersebut. Berdasarkan informasi yang penulis dapatkan dari hasil
wawancara, berikut yang dapat penulis rumuskan, yaitu:
44
Wawancara dengan Kepala Seksi Kerjasama tanggal 3 Februari 2017 di gedung UPT
Asrama Haji Embarkasi Pondok Gede Jakarta.
46
Dalam melaksanakan tugasnya Pengurus Badan Pengelola Asrama
Haji berpedoman pada Permenag No. 2 Tahun 1983 tentang Badan Pengelola
Asrama Haji di lingkungan Kementerian Agama dan KMA No. 174 Tahun
1986 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Asrama Haji di lingkungan
Kementerian Agama. Dijelaskan dalam KMA tersebut bahwa pemanfaatan
Asrama Haji di luar musim haji merupakan sumber dana bagi Kementerian
Agama yang pengelolaan administrasi keuangannya harus diatur berdasarkan
peraturan yang berlaku.
Sejak pengelolaan Asrama diserahkan Kemenag Pusat kepada
Provinsi (Kanwil Kemenag), pegawai-pegawai BPAH adalah orang-orang yang
diperbantukan dari Kanwil Kemenag Bidang Haji. Jadi sistem mana suka
atasan saja mau mengangkat siapa untuk diperbantukan di BPAH. Ketika
masih berstatus sebagai BPAH pengelolaan administrasi keuangan (hasil
pendapatan asrama) diatur sendiri oleh BPAH, inilah yang dikatakan sebagai
sistem pengelolaan secara swakelola dan swadana. Pemerintah hanya
menerima laporan administrasi dan keuangannya saja, pengelolaannya secara
utuh menjadi tanggung jawab BPAH.45
3. Unsur Keluaran (Output)
Output dalam sebuah sistem merupakan hasil pengolahan dari input
yang masuk ke dalam sistem tersebut.46
Output dari sistem pengelolaan
Asrama Haji Embarkasi Pondok Gede Jakarta adalah bentuk dan kualitas
45
Wawancara dengan Kepala Seksi Kerjasama tanggal 3 Februari 2017 di gedung UPT
Asrama Haji Embarkasi Pondok Gede Jakarta. 46
Tatang M. Amirin, Pokok-pokok Teori Sistem –edisi sepuluh, (Jakarta: Rajagrafindo,
2011), h.42.
47
pelayanan BPAH Asrama Haji Embarkasi Pondok Gede Jakarta terhadap
seluruh pengguna asrama. Menurut Philip Kottler, “pelayanan dapat diartikan
sebagai suatu aktivitas yang bermanfaat atau yang diberikan oleh suatu atau
beberapa pihak kepada pihak lain untuk dapat memuaskan kebutuhan dan
keinginan yang pada dasarnya bersifat wujud dan tidak akan menimbulkan
kepemilikan apapun kepada yang punya.”47
Sebagai asset Nasional, Asrama Haji harus dikelola dengan sebaik-
baiknya agar pada saat musim haji tiba dapat dipergunakan untuk pelayanan
dalam keadaan siap pakai. Asrama Haji yang dibangun dengan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan non APBN juga dapat
dimanfaatkan secara maksimal di luar musim Haji untuk kepentingan umum.
Ini merupakan sumber penerimaan dana bagi pemeliharaan dan pengembangan
Asrama Haji secara swakelola dan swadana, yang pengelolaan administrasi
keuangannya harus diatur berdasarkan peraturan yang berlaku.
B. Sistem Pengelolaan Asrama Haji Embarkasi Pondok Gede Jakarta oleh
UPT
Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi (PANRB) 2013 lalu, menyetujui usulan Kementerian Agama
(Kemenag) untuk meningkatkan status Badan Penglola Asrama Haji (BPAH)
menjadi unit pelaksana teknis (UPT). Sejak ditingkatkan statusnya dari
BPAH menjadi UPT (Unit Pelaksana Teknis) pada tahun 2014, sistem
47
Philip Kottler, Marketing Manajemen: Analisis Planing, Implementation and Control,
Eight Edition, (New Jersey: Prentice Hall, 1994), h.446.
48
pengelolaan asrama secara struktural dan teknis disesuaikan dengan PMA
No.44 tahun 2014.
Pembentukan UPT pun dilakukan secara selektif dan memperhatikan
persyaratan seperti diatur dalam Permenpan Nomor 18/2008 tentang
Pedoman Organisasi UPT Kementerian dan Lembaga Pemerintah Non
Kementerian (LPNK). Selain itu juga, perlu dipertimbangkan urgensi dan
ketepatan pembentukan UPT yang dimaksud. Berikut analisis sistem
pengelolaan berdasarkan teori unsur sistem:
1. Unsur Masukan (Input)
Jika pada pembahasan sebelumnya penulis memaparkan tentang
beberapa komponen masukkan (input) dalam sistem pengelolaan asrama
saat oleh BPAH, maka selanjutnya penulis memaparkan bagaimana bentuk
komponen masukan (input) pada sistem pengelolaan Asrama Haji
Embarkasi Pondok Gede Jakarta saat statusnya ditingkatkan menjadi Unit
Pelaksana Teknis (UPT), berikut beberapa komponen diantaranya:
a. Manajemen/ Sumber Daya Manusia
Struktur Organisasi UPT dipilih secara langsung dengan
dikeluarkannya SK dari Kementerian Agama. Kepala Asrama Haji
Embarkasi merupakan pejabat eselon III b, Sedangkan Kepala
Subbagian dan Kepala Seksi merupakan pejabat eselon IV b. Staf
dibawah Kepala Subbag, Kepala Seksi, dan Kelompok Jabatan
49
Fungsional merupakan pegawai ASN (Aparatur Sipil Negara) dan
kontrak. 48
Sebagai petugas pelaksana pengelola asrama, organisasi dan
tata kerja UPT berpedoman pada PMA No.44 Tahun 2014. Tugas
UPT meliputi pemeliharaan dan pengembangan seluruh fasilitas
Asrama, serta pelayanan dalam rangka penyelenggaraan ibdah haji
dan pelayanan lain untuk masyarakat luas. Manusia (SDM) sebagai
unsur manajemen merupakan salah satu kunci keberhasilan sistem
dalam mencapai tujuan49
. Berikut struktur UPT Asrama Haji
Embarkasi Pondok Gede Jakarta:50
1) Kepala UPT Asrama Haji Embarkasi, mempunyai tugas:
Melaksanakan kebijakan teknis administratif dan
organisasi pengelolaan Asrama Haji sesuai kebijakan
Dirjen Penyelenggaraan Haji.
Mengamankan kebijaksanaan teknis tersebut sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
Membina pelaksanaan pengelola secara teknis maupun
administratif.
Melakukan usaha-usaha pemeliharaan dan
pengembangan asrama haji sesuai kebijakan Dirjen
Penyelenggara Haji.
48
Wawancara dengan Staf Bagian Administrasi tanggal 15 Februari 2017 di gedung UPT
Asrama Haji Embarkasi Pondok Gede Jakarta. 49
Abdul Sani, Manajemen Organisasi, (Jakarta: Bina Aksara, 1987), h.28. 50
Wawancara dengan Staf Bagian Administrasi tanggal 20 April 2017 di gedung UPT
Asrama Haji Embarkasi Pondok Gede Jakarta.
50
2) Subbagian Administrasi dan Keuangan mempunyai tugas:
Melakukan penyusunan rencana dan program kegiatan
UPT
Mengelola urusan keuangan asrama.
Mengelola urusan kepegawaian, ketatausahaan, dan
kerumahtanggaan.
Mengelola informasi dan publikasi serta evaluasi dan
pelaporan, misalnya dengan membuat website, laporan
harian, bulanan, dan tahunan.
3) Seksi Pelayanan Asrama mempunyai tugas:
Melakukan penyediaan akomodasi diantaranya gedung
penginapan, gedung serba guna, ruang rapat.
Melakukan penyediaan konsumsi untuk tamu pengguna
asrama (sesuai pesanan tamu).
Melakukan penyediaan sarana dan prasarana ibadah.
Melakukan penyediaan kesehatan, salah satunya dengan
menyediakan sebuah klinik di dalam lingkungan asrama,
beserta dengan dokter, perawat, dan perlengkapan
pertolongan pertama medis lainnya.
Melakukan penyediaan keamanan dan kebersihan.
4) Seksi Kerjasama mempunyai tugas:
Melakukan kerjasama, koordinasi dan fasilitasi
pelayanan bea cukai, imigrasi, karantina, kesehatan,
51
keamanan, transportasi, dan city check in dengan instansi
terkait, Asrama Haji Embarkasi Antara, Asrama Haji
Transit, dan Asrama Haji yang dikelola oleh pemerintah
daerah provinsi.
Melakukan kerjasama dengan pihak lainnya dengan
tujuan pengembangan usaha, misalnya kerjasama dengan
bank swasta untuk mendirikan bank center, dengan
provider komunikasi untuk membuka booth saat
penyelenggaraan haji, dengan pedagang souvenir,
makanan dan minuman untuk mendirikan food court di
lingkungan asrama haji.
5) Kelompok Jabatan Fungsional terdiri dari tenaga fungsional
yang terbagi atas berbagai kelompok jabatan fungsional
sesuai dengan bidang keahliannya. Jumlah tenaga fungsional
ditentukan berdasarkan kebutuhan dan beban kerja.
52
1 3 5 7 9
11 13 15 17 19 21 23 25
Staf Subbag AdminKeu
Staf Sie. Pelayanan
Umum
Staf Sie. Kerja Sama
Kel.Jabatan Fungsional
Laki-Laki
Perempuan
Struktur Organisasi UPT Asrama Haji Embarkasi Pondok Gede Jakarta
Berdasarkan SK Dirjen Penyelenggara Haji dan Umroh Tahun 2014.
Jumlah keseluruhan pegawai UPT Asrama Haji Embarkasi Jakarta
adalah 120 orang dengan rincian sebagai berikut:
Grafik 4.1
Subbag Adminkeu
H. Imam
Sie.Pelayanan Asrama
H. Hafiz
Sie.Kerja Sama
H. Syukri
Kelompok Jabatan
Fungsional
Kepala UPT
H. Dasrul El Hakim
53
b. Fasilitas, Sarana dan Prasarana Asrama
Asrama Haji dibangun dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (APBN) dan non APBN. Fasilitas dan sarana yang ada di Asrama
Haji merupakan salah satu faktor penentu kualitas pelayanan yang baik
terahadap calon jemaah haji dan masyarakat umum. Keberadaan fasilitas
penunjang untuk melancarkan aktifitas kerja pegawai UPT juga merupakan
hal yang harus diperhatikan. Setiap tahunnya Asrama Haji mendapatkan
dana dari Pemerintah yang ditujukan untuk merevitalisasi fasilitas asrama.
Revitalisasi di sesuaikan dengan kebutuhan yang ada.
Berikut fasilitas, sarana dan prasarana yang dimiliki Asrama Haji
Embarkasi Pondok Gede Jakarta saat ini :
Gedung Utama Kantor Unit Pelaksana Teknis (UPT) Asrama Haji
Embarkasi Pondok Gede Jakarta. Terdapat Ruang Kerja Seksi
Pelayanan Asrama di Lantai 1, Ruang Kerja Seksi Kerjasama di
Lantai 2, Ruang Kerja Subbag Administrasi dan Keuangan di Lantai
2, dan Ruang Kerja Kepala UPT di Lantai 2. Dilengkapi juga dengan
sarana dan prasarana penunjang kegiatan operasional kantor.
Aula Serba Guna
Asrama Haji Embarkasi Pondok Gede Jakarta memiliki 3 aula
serbaguna, yaitu SG 1, SG 2 dan SG 3. SG 2 terdiri dari 2 lantai, pada
saat musim haji gedung ini digunakan untuk proses One Stop Service.
SG 3 terdiri dari 1 lantai dan saat musim haji gedung ini digunakan
untuk proses Boarding Pass. Pada saat diluar musim haji gedung
serba guna ini digunakan untuk acara-acara pertemuan, resepsi
54
pernikahan, muktamar, dll. Luas gedung cukup untuk menampung
500 hingga 1.000 orang.
Ruang Rapat
Asrama Haji Embarkasi Pondok Gede Jakarta memiliki tipe-tipe
ruangan rapat sesuai dengan kapasitas yang akan digunakan. Ada
kapasitas 50 orang sampai dengan 200 orang.
Kamar Tidur (Penginapan)
Asrama Haji Embarkasi Pondok Gede Jakarta memiliki gedung
penginapan yang berjumlah 10 gedung dengan kapasitas + 2.342
orang.
Tabel 4.2
Data Fasilitas Penginapan Asrama Haji Embarkasi Pondok Gede
Jakarta
Nama Gedung
Jumlah Kamar/
Kapasitas
Fasilitas
Gedung E 49 Kamar / 182 orang
AC, TV di Kamar,
Kamar Mandi di
dalam, Double Bed
Gedung D2 42 Kamar / 158 orang
AC, TV di Kamar,
Kamar Mandi di
dalam, Double Bed
Gedung A 44 Kamar / 172 orang
AC, TV di Lobi,
Kamar Mandi di
dalam.
55
Gedung B 36 Kamar / 144 orang
AC, TV di Lobi,
Kamar Mandi di
dalam.
Gedung H 54 Kamar / 108 orang
AC, TV di Lobi,
Kamar Mandi di
dalam.
Gedung D3 36 Kamar / 288 orang
AC, TV di Lobi,
Kamar Mandi di Luar.
Gedung D4 36 Kamar / 288 orang
AC, TV di Lobi,
Kamar Mandi di Luar.
Gedung D5 36 Kamar / 288 orang
AC, TV di Lobi,
Kamar Mandi di Luar.
Gedung D1 36 Kamar / 522 orang
Fan, TV di Lobi,
Kamar Mandi di Luar.
Gedung C 36 Kamar / 240 orang
AC, TV di Lobi,
Kamar Mandi di
dalam.
Sumber: penginapanasramahajijakarta.net
Masjid
Masjid yang dinamakan Masjid Al-Mabrur sebagai pusat tempat
pelaksanaan ibadah bagi jemaah haji dan tamu-tamu pengguna
asrama. Pada masa penyelenggaraan haji, jemaah biasanya
mendapatkan bekal teori manasik haji yang selalu dilaksanakan di
56
Masjid Al Mabrur dan melaksanakan sholat berjemaah selama
masa pengasramaan. Sedangkan pada saat diluar musim haji,
selain sebagai sarana untuk sholat berjemaah para pegawai UPT
dan tamu asrama, Masjid Al Mabrur juga dapat dimanfaatkan
sebagai tempat acara pengajian, tabligh akbar, dan akad nikah.
Lapangan Praktik Manasik
Asrama Haji Embarkasi Pondok Gede Jakarta memiliki lokasi
khusus praktik manasik yang dilengkapi dengan miniatur Ka’bah,
miniatur Maqom Ibrahim, miniatur Mas’a, dan miniatur Jamarat.
Di luar musim haji, biasanya tempat ini digunakan oleh travel-
travel yang menyelenggarakan praktik manasik untuk jemaahnya,
dan juga anak-anak TK yang biasa melaksanakan program
manasik.
c. Sumber Dana Asrama
Sampai saat ini sumber pendapatan utama pengelola asrama haji
adalah dana revitalisasi dari Pemerintah dan biaya penyewaan fasilitas
asrama untuk masyarakat umum di luar musim haji. Setiap tahun Asrama
Haji mendapatkan dana dari Pemerintah untuk revitalisasi fasilitas asrama
dan aktifitas operasional pengelolaan oleh UPT. Penghasilan lain Asrama
Haji adalah dari hasil pamanfaatan fasilitas asrama dimana saat diluar
musim haji masyarakat umum dapat mendayagunakan fasilitas yang ada di
asrama untuk kepentingan kegiatan/acara dengan sistem sewa. Selain itu
57
UPT Asrama Haji Embarkasi Pondok Gede Jakarta juga melakukan
pengembangan usaha dengan membuat koperasi dan banyak juga
melakukan kerjasama dengan pihak swasta dalam bidang lainnya, misalnya
UPT bekerjasama dengan bank swasta dan pihak lainnya untuk membuat
bank centre, food court, dsb.51
2. Unsur Proses (Processing)
Pengelolaan Asrama Haji oleh UPT secara administratif diawasi oleh
pemerintah, karena UPT sebagai pelaksana tugas dalam hal ini Kementerian
Agama bagian Penyelenggaraan Haji melakukan kegiatan teknis tertentu yang
secara langsung berhubungan dengan pelayanan masyarakat. Tentunya hal ini
merupakan kewajiban UPT yang harus di pertanggungjawabkan kepada
pemerintah.
Setelah statusnya ditingkatkan menjadi UPT, pengeloaan administrasi
keuangan secara teknis memang dikelola oleh UPT, namun dana yang di
dapat sepenuhnya harus disetorkan kepada negara setiap harinya. Pendapatan
Asrama Haji saat ini termasuk kedalam PNBP (Penerimaan Negara Bukan
Pajak). Sebagaimana dalam Peraturan Pemerintah RI No.44 Tahun 2003
Pasal 2 menyebutkan bahwa seluruh Penerimaan Negara Bukan Pajak
(PNBP) wajib disetor langsung secepatnya ke Kas Negara. Kini setiap
tahunnya Subbag Administrasi dan Keuangan UPT Asrama Haji di audit oleh
51
Wawancara dengan Staf Bagian Kerjasama tanggal 15 Februari 2017 di gedung UPT
Asrama Haji Embarkasi Pondok Gede Jakarta.
58
BPK (Badan Pemeriksa Keuangan) Negara bahkan juga di audit oleh KPK
(Komisi Pemberantasan Korupsi). 52
Pendapatan Asrama Haji yang disebut PNBP itu selanjutnya masuk
kedalam APBN, lalu dikelola oleh pemerintah. Setelah itu UPT Asrama Haji
harus membuat Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja (RAPB)
Asrama sekaligus didalamnya DUK (Daftar Usulan Kegiatan) dan DUP
(Daftar Usulan Proyek) untuk diajukan kepada pemerintah. DUK diusulkan
untuk membiayai kegiatan rutin dan DUP diusulkan untuk membiayai
pembangunan. Sehingga pada setiap akhir tahun Asrama Haji mendapatkan
kucuran dana revitalisasi dari APBN.
3. Unsur Keluaran (Output) Sistem Pengelolaan Asrama Haji
Sebagai wujud dari tugas sebuah instansi pemerintahan (dalam hal
ini Kementerian Agama bagian penyelenggaraan haji) yang
menyelenggarakan pelayanan publik yaitu menyediakan sarana dan
prasarana akomodasi untuk calon jemaah haji. Pelayanan terbaik adalah hal
utama yang menjadi tujuan sekaligus hasil dari usaha sebuah sistem
pengelolaan Asrama Haji. Dalam Kepmenpan No.81 Tahun 1993 Pelayanan
Umum adalah segala bentuk kegiatan pelayanan umum yang dilaksanakan
oleh instansi pemerintah pusat, di daerah, dan di lingkungan badan usaha
milik Negara/Daerah dalam bentuk barang atau jasa, baik dalam rangka
upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka
pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan.
52
Wawancara dengan Staf Bagian Adminkeu tanggal 10 Mei 2017 di gedung UPT
Asrama Haji Embarkasi Pondok Gede Jakarta.
59
UPT Asrama Haji Embarkasi Pondok Gede Jakarta sebagai
pelaksana tugas pelayanan calon jemaah haji dan masyarakat umum
tentunya memiliki sistem manajemen pelayanan yang bertujuan untuk
mencapai pelayanan yang maksimal. Kualitas pelayanan yang baik harus
melibatkan semua unsur manajemen serta menggunakan metode-metode
kualitatif dan kuantitatif untuk memperbaiki secara berkesinambungan
proses-proses organisasi dan agar dapat memenuhi bahkan melebihi
kebutuhan, keinginan, dan harapan pelanggan.53
Dalam memberikan pelayanan yang terbaik kepada para calon
jemaah haji dan masyarakat umum, UPT Asrama Haji Embarkasi Pondok
Gede Jakarta terus berbenah diri melakukan perbaikan dan peningkatan
mutu layanan, baik dari segi fisik bagunan (fasilitas, sarana dan prasarana)
maupun dari segi operasional administrasi. Peningkatan layanan dari segi
fisik diperlukan upaya memperindah asrama dan menyempurnakan
kelengkapan sarana fasilitas yang ada. Misalnya renovasi / pengembangan
desain gedung penginapan, aula, ruang rapat yang dibuat sebaik mungkin
agar para pengguna fasilitas merasa nyaman saat berada di dalam asrama.
Pengembangan Masjid Al Mabrur dipadukan dengan sarana peragaan
manasik haji yang berupa miniatur bangunan Ka’bah, miniatur Maqom
Ibrahim, miniatur Mas’a, dan miniatur Jamarat, merupakan pilihan yang
harus dilakukan dalam rangka menarik minat masyarakat untuk
menggunakan fasilitas Asrama Haji Embarkasi Pondok Gede Jakarta.
53
Bambang Istianto, Manajemen Pemerintahan dalam Perspektif Pelayanan Publik,
(Jakarta: Mitra Wacana Media, 2011), h.118
60
Menurut Kasmir, beberapa ciri pelayanan yang baik bagi sebuah
lembaga dan karyawan yang bertugas diantaranya tersedia sarana dan
prasarana yang baik, tersedianya karyawan yang baik, bertanggung jawab
sejak awal hingga akhir, mampu melayani secara cepat dan tepat, mampu
berkomunikasi, tersedianya produk-produk yang diinginkan, memiliki
pengetahuan dan kemampuan yang baik, berusaha memahami kebutuhan
orang yang dilayani, mampu memberikan kepercayaan.54
Berdasarkan pengamatan yang telah penulis lakukan, UPT Asrama
Haji Embarkasi Pondok Gede Jakarta telah berusaha memenuhi pelayanan
yang baik untuk semua pengguna asrama, dilihat dari kinerja yang telah
dilakukan dalam rangka perbaikan dan peningkatan kualitas sarana dan
prasarana yang disediakan, selalu memberikan kemudahan dalam
memberikan pelayanan, serta bertanggung jawab terhadap apa yang
dibutuhkan pengguna asrama.
C. Pengelolaan Asrama Haji Embarkasi Pondok Gede Jakarta bagi Jemaah
Haji dan Masyarakat Umum.
1. Pengelolaan asrama bagi Jemaah Haji
Saat berlangsungnya masa penyelenggaraan haji, UPT sebagai
pengelola asrama memberikan pelayanan kepada jemaah haji sesuai
petunjuk teknis Dirjen PHU. Secara umum tugas UPT melayani jemaah
haji sudah dimulai sejak awal sebelum masa operasional penyelengggaraan
haji berlangsung. Sebagai persiapan awal, UPT asrama haji embarkasi
54
Kasmir, Manajemen Perbankan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006), h.223.
61
Pondok Gede Jakarta membuat kebijakan untuk menutup sementara
pelayanan kepada masyarakat umum sejak 1 minggu sebelum hari H, pada
waktu tersebut UPT asrama haji menyiapkan serta menginventarisir
perbaikan dan penyempurnaan asrama yang dianggap perlu, diantaranya:55
a) Mengevaluasi kondisi fisik gedung, pengaturan daya tampung asrama
dan kelengkapan pengakomodasian.
b) Mengevaluasi/melengkapi sarana dan fasilitas untuk pelayanan calon
jemaah haji seperti sarana kesehatan, sarana komunikasi, kamar tidur,
dapur, WC, kamar mandi keamanan gedung dan kebersihan halaman
sertalingkungan asrama.
c) Penyiapan listrik yang memadai sesuai kebutuhan masa operasional
serta penyiapan generator listrik dan lain sejenisnya sebagai cadangan
bilamana listrik padam.
d) Pengaturan kesiapan untuk tempat parkir kendaraan dilengkapi rambu-
rambu lalu lintas untuk menghindari kemacetan.
e) Merencanakan penyediaan ruangan kerja dan akomodasi bagi pimpinan
dan petugas pemberangkatan dan pemulangan haji serta menyiapkan
tempat pelayanan katering jemaah selama operasional pemberangkatan
dan pemulangan haji.
f) Untuk menjaga keamanan setiap mobil yang masuk ke areal asrama
haji, terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan secukupnya, misalnya
dengan alat detektor.
55
Dirjen Penyelenggara Haji dan Umrah, Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Ibadah Haji,
(Jakarta: Kementerian Agama RI, 2011), h.45
62
Di samping itu, ada beberapa pelayanan yang secara khusus
dipersiapkan UPT asrama haji embarkasi Pondok Gede Jakarta bagi
jemaah haji, diantaranya:56
a) Pelayanan Satu Atap (One Stop Service)
Pelayanan yang pertama kali dirasakan oleh calon jemaah haji
setibanya di asrama haji embarkasi adalah pelayanan satu atap (one stop
service), dimana pada pelayanan ini calon jemaah haji wajib
menyelesaikan semua perlengkapan dokumen-dokumen perjalanan
sebelum diberangkatkan ke Tanah Suci. Proses pelayanan satu atap
(one stop service) diantaranya adalah mulai dari pengarahan umum,
pemeriksaan kesehatan, penyerahan lembar SPMA (SuratPanggilan
Masuk Asrama) dan Bukti BPIH (Biaya Perjalanan Ibadah Haji),
pemasangan gelang identitas, keimigrasian (penyerahan living cost dan
buku DAPIH).
b) Pelayanan Pengasramaan dan Kesehatan
Sebagai bagian dari pelayanan pengasramaan, pengelola asrama
haji berkewajiban menyediakan akomodasi untuk calon jemaah haji
berupa penginapan yang terdiri dari kamar tidur, kasur, bantal, sprei,
toilet, dan sarana lainnya. Pelayanan pengasramaan ini merupakan
pelayanan yang cukup penting, karena tujuan didirikannya asrama haji
ini adalah sebagai tempat beristirahat dari daerah asal masing-masing
sebelum diberangkatkan ke Arab Saudi. Mengatur pola penempatan
56
Wawancara dengan Staf Bagian Pelayanan tanggal 10 Mei 2017 di gedung UPT
Asrama Haji Embarkasi Pondok Gede Jakarta.
63
jemaah dalam gedung penginapan juga harus di perhatikan. Misalnya
dengan menempatkan jemaah yang lanjut usia di kamar-kamar lantai
bawah dan jemaah yang usia produktif di kamar-kamar lantai atas.
Apabila dari segi pelayanan penyediaan akomodasi, fasilitas dan sarana
prasarana tidak memuaskan, maka waktu istirahat jemaah juga akan
terganggu.
Tak kalah penting dari segi kesehatan, bahwa pihak asrama haji
harus memberikan pelayanan kesehatan sebaik-baiknya. Kedua hal ini
tentu sangatlah penting karena calon jemaah haji yang akan berangkat
harus benar-benar diperhatikan kesehatannya. Dalam memenuhi
kebutuhan ini pihak pengelola asrama bekerja sama dengan petugas
kesehatan dari Dinas Kesehatan dan Kantor Kesehatan Pelabuhan
(KKP) selalu melakukan pemeriksaan dan penilaian lingkungan asrama
sebelum masa penyelenggaraan ibadah haji. 57
Pemeriksaan dan penilaian pendahuluan untuk mengidentifikasi
masalah kesehatan lingkungan asrama dan membuat rekomendasi
kepada pengambil keputusan tentang perbaikan asrama haji, sarana
sanitasi yang aman dan nyaman, perbaikan dilaksanakan 3 bulan
sebelum operasional haji. Setelah itu dilaksanakan pemeriksaan kedua,
dimaksudkan untuk memantau perbaikan kesehatan lingkungan dan
kesiapan asrama serta pemeriksaan kesehatan penjamah makanan,
dilakukan 1 minggu sebelum operasional haji. Pada saat operasional
57
Wawancara dengan Staf Bagian Pelayanan Umum tanggal 10 Mei 2017 di gedung UPT
Asrama Haji Embarkasi Pondok Gede Jakarta.
64
haji (1 hari sebelum kepulangan) dengan kegiatan untuk memantau
kegiatan sanitasi asrama, dan pengelola katering jemaah.58
Pada saat operasional keberangkatan haji pelayanan kesehatan
yang diberikan kepada calon jemaah haji, Kementerian Agama RI telah
menunjuk rumah sakit yang ditentukan untuk bekerja sama dengan
asrama haji. Pada pelayanan ini petugas melakukan kegiatan
pemeriksaan berupa mengatur mekanisme proses pemeriksaan
kesehatan calon jemaah haji.
c) Pelayanan Makan/ Katering untuk Jemaah
Pelayanan katering sangat penting untuk calon jemaah haji,
dalam pelayanan ini perlu adanya pengaturan yang baik agar dapat
terealisasi dengan efektif. Pengelola harus benar-benar dapat
memberikan jaminan tentang pengelolaan makanan untuk katering
jemaah dengan makanan yang sehat, aman, dan berkualitas. Maka
secara selektif pengelola asrama memilih pengelola jasa boga yang
sudah teruji oleh dinas terkait.
d) Pembinaan Manasik Haji
Tidak berbeda dengan pelayanan kesehatan, pelayanan
pembinaan manasik haji juga diberikan kepada calon jemaah haji
sewaktu mereka berada di asrama haji, kelebihan pelayanan pembinaan
manasik haji adalah bahwa calon jemaah haji mempraktikkan langsung
58
Kementerian Kesehatan RI, Pedoman Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan
Asrama Haji di Indonesia, (Jakarta: 2009).
65
semua rukun-rukun haji, karena di asrama haji ini sudah tersedia
fasilitas layaknya miniatur Makkah, seperti adanya miniatur bangunan
Ka’bah yang berada di tengah-tengah lapangan, kemudian terdapat
sebuah tempat yang diibaratkan bukit Shofa dan Marwah, dan lain
sebagainya.
Dengan mempraktikkan langsung semua rukun-rukun haji, yang
sudah disediakan di asrama haji dengan fasilitas yang sudah tersedia
diharapkan calon jemaah haji dapat memahami semua kegiatan ibadah
haji, dan diharapkan menjadi haji yang mandiri dan haji yang mabrur.
Pelayanan manasik ini sebenarnya tidak diwajibkan kepada calon
jemaah haji, tetapi sifatnya hanya anjuran, hanya untuk mengulang
pelajaran manasik haji yang sudah di terima karena di khawatirkan
masih banyak calon jemaah haji yang belum hafal dan belum bisa
mempraktikkan manasik haji. jadi pelayanan manasik yang
dilaksanakan di asrama haji embarkasi Jakarta Pondok Gede ini
hanyalah sebatas pengulangan dan pemantapan, karena pada dasarnya
calon jemaah sudah menerimanya di daerah masing-masing, baik di
KUA maupun di Kankemenag.
e) Pelayanan Keamanan
Pada pelayanan keamanan ini pihak UPT membentuk 2
kelompok pengamanan asrama, yaitu:
a. Kelompok pengamanan dalam. Security UPT bertanggung jawab
mengamankan semua gedung-gedung penginapan asrama.
66
b. Kelompok pengamanan luar dan gedung serba guna menjadi
tanggung jawab polisi.
f) Pelayanan Keimigrasian
Bidang imigrasi mengkoordinasikan dan melaksanakan tugas
pemeriksaan paspor haji dengan memeriksa daftar penumpang (pax
list), menyelesaikan permasalahan jemaah haji yang termasuk cegah
tangkal dan menyiapkan kesiapan exit permint terhadap jemaah haji.
petugas imigrasi juga menyiapkan sarana dan prasarana untuk
pelaksanaan tugas, seperti cap keberangkatan, Id Card, dan lain-lain.
Selanjutnya memeriksa daftar cekal sesuai nama-nama yang ada dalam
daftar pra manifest penumpang/calon jemaah haji dan menyelesaikan
permasalahan apabila ada nama calon jemaah haji yang masuk dalam
daftar cekal.
2. Pengelolaan Asrama haji bagi Masyarakat Umum
Pada saat di luar musim haji, asrama haji embarkasi Pondok Gede
Jakarta di dayagunakan untuk kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh
masyarakat umum. UPT sebagai pengelola asrama selalu berusaha
memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat sebagai pengguna
fasilitas asrama. Pelayanan yang diberikan kepada masyarakat umum
berupa jasa sewa fasilitas asrama, diantaranya:59
59
Wawancara dengan Staf Bagian Pelayanan tanggal 10 Mei 2017 di gedung UPT
Asrama Haji Embarkasi Pondok Gede Jakarta.
67
a) Melayani Bimbingan dan Tempat Praktik Manasik. UPT
asrama haji Pondok Gede memiliki staf bagian pelayanan
bimbingan peribadatan yang siap melayani dan mengatur tamu
asrama yang ingin melaksanakan manasik.
b) Menyediakan tempat acara berupa Aula, yang biasanya
digunakan untuk acara muktamar, resepsi pernikahan, dan
sebagainya.
c) Menyediakan kamar-kamar bagi tamu asrama yang ingin
menggunakan fasilitas penginapan.
d) Menyediakan ruangan yang dapat digunakan untuk acara rapat,
seminar, dan sebagainya.
e) Menyediakan jasa katering bagi tamu asrama yang ingin
menggunakan rekanan/vendor katering yang dimiliki asrama
haji Pondok Gede Jakarta.
f) Menyelenggarakan acara-acara sosial bersama masyarakat
umum, misalnya acara pengajian mingguan, santunan anak-
anak yatim, bakti sosial, dan pemotongan hewan qurban.
g) Menyediakan tempat berupa food court untuk masyarakat
umum yang ingin membuka usaha/berjualan di lingkungan
asram.
Namun hingga saat ini UPT Asrama Haji Embarkasi Pondok Gede
Jakarta belum membuat SOP tentang Pelayanan Asrama Haji dan
pelatihan service guide untuk pegawai UPT. Sehingga dalam memberikan
pelayanan terhadap tamu, misalnya ketika menyambut tamu yang datang,
68
atau ketika menunjukan segala kebutuhan tamu asrama, kadang kala masih
terkesan apa adanya. Jika pegawai UPT diberikan pelatihan tentang service
guide, maka kedepan pelayanan di Asrama Haji bagaikan pelayanan di
hotel bintang lima.60
Prosedur pelayanan sewa-menyewa fasilitas Asrama Haji
Embarkasi Pondok Gede Jakarta masih dengan sistem manual. Masyarakat
umum yang ingin menggunakan fasilitas Asrama Haji Embarkasi Pondok
Gede Jakarta masih harus melakukan booking langsung ke bagian seksi
pelayanan umum di gedung UPT Asrama Haji Embarkasi Pondok Gede,
karena saat ini bagian pelayanan UPT belum memiliki sistem basis IT
yang dapat diakses untuk masyarakat umum. Berikut tata cara pemesanan
penggunaan fasilitas UPT Asrama Haji Embarkasi Pondok Gede: 61
1. Mengajukan surat permohonan penggunaan fasilitas asrama haji pondok
gede jakarta yang ditujukan kepada:
Kepala UPT Asrama Haji Pondok Gede Jakarta
Jl. Raya Pondok Gede, Kelurahan Pinang Ranti, Kecamatan Makasar,
Jakarta Timur, Kode Pos 13560
2. Surat permohonan dapat dikirim melalui:
Pos atau Jasa Kurir lainnya
Fax : (021) 80883155, 8012503
Email : [email protected]
60 Wawancara dengan Staf Bagian Adminkeu tanggal 10 Mei 2017 di gedung UPT
Asrama Haji Embarkasi Pondok Gede Jakarta. 61
Wawancara dengan Staf Bagian Pelayanan tanggal 10 Mei 2017 di gedung UPT
Asrama Haji Embarkasi Pondok Gede Jakarta.
69
3. Calon pengguna jasa dapat datang langsung ke bidang Akomodasi Asrama
Haji Pondok Gede Jakarta pada jam kerja:
Hari Senin s.d Kamis Pk. 08.00 s.d 15.00
Hari Jum’at Pk. 08.00 s.d 11.30
Hari Sabtu Pk. 08.00 s.d 14.00
4. Untuk Booking dapat melalui telepon.
D. Faktor Pendukung dan Penghambat Proses Pengelolaan dan
Pengembangan Asrama62
1. Faktor Pendukung, diantaranya:
a. Sumber Daya Manusia yang memiliki kinerja yang baik dan telah
berpengalaman.
b. Adanya koordinasi dan kerjasama yang baik dengan instansi-instansi atau
pihak ketiga yang terkait.
c. Tersedianya fasilitas yang cukup memadai dan lokasi yang luas serta
strategis.
d. Memiliki peluang yang baik atas kepercayaan masyarakat terhadap
Asrama Haji Embarkasi Pondok Gede.
2. Faktor Penghambat, diantaranya:
a. Keterlambatan proses pencairan dana revitalisasi asrama, sehingga
kadangkala pembangunan fasilitas asrama menjadi terhambat karena
kurangnya dana yang ada.
62
Wawancara dengan Staf Bagian Adminkeu tanggal 10 Mei 2017 di gedung UPT
Asrama Haji Embarkasi Pondok Gede Jakarta.
70
b. Belum diadakannya pendidikan dan pelatihan kepada pegawai UPT bagian
pelayanan umum tentang standar pelayanan kepada costumer.
c. Kurangnya partisipasi masyarakat pengguna asrama dalam menjaga
kebersihan lingkungan asrama.
d. Kurangnya sosialisasi kepada masyarakat umum tentang fasilitas dan
pengelolaan UPT Asrama Haji Embarkasi Pondok Gede Jakarta.
71
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian dari bab-bab sebelumnya, sebagai upaya dari hasil
pembahasan dalam penulisan skripsi ini makan dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut :
1. Sistem pengelolaan asrama saat dikelola oleh BPAH, penentuan
personalia/kepegawaian diatur sendiri oleh kepala BPAH. Sejak
pengelolaan asrama diserahkan Kemenag Pusat kepada Provinsi (Kanwil),
pegawai-pegawai BPAH adalah orang-orang yang diperbantukan dari
Kanwil Kemenag Bidang Haji, jadi biasanya terjadi sistem mana suka
atasan saja mau memilih siapa. Sistem pengelolaan oleh BPAH adalah
swakelola dan swadana, artinya tanggung jawab pengelolaan asrama
sepenuhnya menjadi beban BPAH bersama Kanwil Kemenag.
Administrasi keuangan (hasil pendapatan dan pengeluaran asrama) diatur
sendiri oleh BPAH. Kebijakan tentang teknis pengelolaan asrama juga
ditentukan sendiri oleh kepala BPAH dibantu jajarannya.
2. Pada saat dikelola oleh UPT, sistem pengelolaan Asrama Haji Pondok
Gede menjadi lebih baik. Ada perubahan sistem manajemen, pertama
adalah sistem manajemen dalam penentuan personalia/kepegawaian
berubah secara struktural. Kini tidak semua pegawai UPT adalah PNS
Kementerian Agama, ada juga pegawai berstatus ASN (Aparatur Sipil
Negara), ada juga pegawai dengan perjanjian kontrak dan bisa
71
72
diperpanjang sesuai kebijakan kepala UPT. Tentu dengan sistem seperti ini
juga akan meminimalisir tindakan nepotisme di ranah pemerintahan.
Kedua, setelah statusnya ditingkatkan menjadi UPT, pengeloaan
administrasi keuangan secara teknis memang dikelola oleh UPT, namun
dana yang di dapat sepenuhnya dikembalikan kepada negara. Pendapatan
Asrama Haji saat ini termasuk kedalam PNBP (Penerimaan Negara Bukan
Pajak). Kini setiap tahunnya Subbag Administrasi dan Keuangan UPT
Asrama Haji di audit oleh BPK (Badan Pemeriksa Keuangan) Negara
bahkan juga di audit oleh KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi).
Pendapatan Asrama Haji yang disebut PNBP itu selanjutnya masuk
kedalam APBN, lalu dikelola oleh pemerintah, dan pada setiap akhir tahun
Asrama Haji mendapatkan dana revitalisasi dari APBN. Tentu pola seperti
ini juga akan melindungi dari tindakan korupsi dan kolusi.
3. Sistem Pengelolaan UPT asrama haji bagi jemaah haji pada saat musim
haji sudah cukup baik, namun UPT masih harus berbenah diri dalam
meningkatkan kualitas pelayanan dan promosi. Sebagai hasil dari proses
pengelolaan Asrama Haji, UPT melakukan berbagai pelayanan yang
diberikan kepada jemaah haji dan masyarakat umum. UPT terus
membenahi kualitas Asrama Haji baik dari segi fisik maupun non-fisik
untuk meningkatkan pelayanan yang diberikan kepada jemaah dan
masyarakat umum. Belum dibakukannya SOP bagian pelayanan umum
UPT asrama haji adalah salah satu pekerjaan rumah asrama haji embarkasi
Pondok Gede Jakarta. Pelayanan UPT kepada masyarakat umum sampai
saat ini masih dengan sistem manual. Asrama Haji Embarkasi Pondok
73
Gede Jakarta belum memiliki sistem informasi berbasis IT seperti website,
aplikasi online, atau lain sebagainya. Jadi masyarakat yang ingin
menggunakan fasilitas asrama masih harus melakukan pendaftaran dengan
mendatangi langsung bagian pelayanan di gedung UPT Asrama Haji atau
sebelumnya dapat melakukan booking via telepon.
B. Saran-saran
Tanpa mengurangi rasa hormat penulis kepada para pegawai UPT Asrama
Haji Embarkasi Pondok Gede Jakarta, ada beberapa hal yang ingin penulis
sampaikan melalui saran-saran yang semoga dapat membangun:
1. Lebih ditingkatkan lagi sistem pengelolaan asrama secara profesional,
akuntabel dan transparan, tidak ada tindakan KKN (Korupsi, Kolusi, dan
Nepotisme), dan sesuai petunjuk teknis Kementerian Agama. Sehingga
pengelolaan asrama haji pondok gede benar-benar dapat mencapai tujuan
dengan tepat dan terarah.
2. Meningkatkan Sumber Daya Manusia yang mampu kreatif, inovatif, dan
bertanggung jawab atas tugas dan pekerjaan yang dibebankan kepada
masing-masing. Menurut saya perlu di adakan juga program pendidikan
dan pelatihan untuk staf bagian pelayanan umum tentang bagaimana cara
memberikan pelayanan yang baik kepada costumer/tamu yang datang, serta
di buatkan SOP Pelayanan Umum Asrama Haji. Sehingga kedepannya
Asrama Haji benar-benar bisa memberikan excellent service kepada para
costumernya.
74
3. Mengembangkan potensi asrama haji dengan meningkatkan kualitas sarana
prasarana, tidak lupa memperhatikan juga pemeliharannya, serta
pemanfaatannya dengan memaksimalkan promosi dan sosialisai kepada
masyarakat umum. Misalnya dengan membuat website atau situs booking
online. Mungkin jika selama ini Asrama Haji Embarkasi Pondok Gede
belum memiliki sistem informasi yang terintegrasi secara keseluruhan baik
untuk administrasi pengelolaan atau pun pelayanan, maka kedepan UPT
harus benar-benar mengikuti perkembangan yang terjadi di masyarakat.
Berbagai kemudahan yang ditawarkan dan kualitas pelayanan yang di
berikan harus lebih diutamakan.
75
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, Rucky. Sistem Manajemen Kinerja. Jakarta: Gramedia Pustaka Umum.
2003.
Alwi, Hasan. Kamus Bahasa Indonesia, cet.ke-9. Jakarta: Balai Pustaka. 1991.
Amrin, Tatang M. Pokok-pokok Teori Sistem –edisi sepuluh. Jakarta:
Rajagrafindo. 2011.
Barata, Atep Adya. Dasar-dasar Pelayanan Prima (Persiapan Membangun
Budaya Pelayanan Prima Untuk Meningkatkan Kepuasan dan Loyalitas
Pelanggan). Jakarta: Elex Media Komputindo. 2003.
Davis, Gordon B. Kerangka Dasar Sistem Informasi Manajemen Bagian Satu
Pengantar. Jakarta: PPM. 1999.
Departemen Agama RI, Direktorat Pelayanan Haji, Ditjen Penyelenggaraan Haji
dan Umrah. Profil Asrama Haji Embarkasi dan Transit. Jakarta: Ditjen
Haji dan Umrah. 2009.
Departemen Kesehatan RI. Pedoman Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan
Asrama Haji di Indonesia. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI. 2009.
Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia (Edisi ke-3).
Jakarta: Balai Pustaka. 2005.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta: Balai Pustaka. 1998.
Dirjen Penyelenggara Haji dan Umrah. Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Ibadah
Haji. Jakarta: Kementerian Agama RI. 2011.
Fachruddin. Pembinaan Mental Bimbingan Al-Qur’an. Jakarta: bina Aksara.1984.
Imam Zarkasyi, Fajar. Perubahan Strategi Politik Husni Mubarok dari Eksklusi
Politik ke Inklusi Politik dan Dampaknya terhadap peningkatan Suara IM
pada Pemilu Legislatif 200 dan 2005. Skripsi. Depok: 2014
Istianto, Bambang. Manajemen Pemerintahan dalam Perspektif Pelayanan
Publik. Jakarta: Mitra Wacana Media. 2011.
Kartono, Ahmad. Solusi Hukum Manasik dalam Permasalahan Ibadah Haji-
Menurut Empat Mazhab. Jakarta: Pustaka Cendekia. 2016.
Kasmir. Manajemen Perbankan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 2006.
76
Koentjaraningrat. Metode-metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: PT. Gramedia.
1983.
Kottler, Philip. Marketing Management: Analisis Planning, Implementation and
Control, Eight Edition. New Jersey: Prentice Hall. 1994.
Laurance Berg, Bruce. Qualitative Research Methodes for Social Sciene.
Amerika: Person Education Company. 2001.
M. Basyuni, Muhammad. Reformasi Manajemen Haji. Jakarta: UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. 2008.
Moenir, H.A.S. Manajemen Pelayanan Umum di Indonesia, cet.IX. Jakarta: Bumi
Aksara. 2010.
Moleong, Lexy J. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya. 2009
Mulyadi. Sistem Perencanaan dan Pengendalian Manajemen. Jakarta: Salemba
Empat. 2007.
Nogi S, Hassel. Manajemen Publik. Jakarta: Grasindo. 2005.
Nurcholis, Hanif. Teori dan Praktik Pemerintahan dan Otonomi Daerah. Jakarta:
Grasindo. 2005.
Shihab, M. Quraish. Menuju Haji Mabrur. Jakarta: Pustaka Zaman. 2000.
Sinabela, Lijan Poltak. Reformasi Pelayanan Publik: Teori, Kebijakan, dan
Implementasi. Jakarta: PT. Bumi Aksara. 2010.
Subyakto, A’ang dan Syopiansyah Jaya Putra. Pengantar Sistem Informasi
Manajemen. Jakarta: UIN Jakarta Press. 2006
Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitatif . Bandung: Alfabeta: 2010.
Sukoco, M. Badri. Manajemen Administrasi Perkantoran Modern. Surabaya:
Erlangga. 2007.
Sumarsan, Thomas. Sistem Pengendalian Manajemen Konsep, Aplikasi, dan
Pengukuran Kinerja. Jakarta: Indeks. 2012.
Syari’ati, Ali. Haji. Bandung: Pustaka. 2000.
Tjiptoherijanto, Prijono. Keseimbangan Penduduk Manajemen Sumber Daya
Manusia dan Pembangunan Daerah. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan,
1999.
77
Wijayanto, Nugroho. Sistem Informasi Akuntansi. Jakarta: Erlangga.2001.
Winardi, J. Pemikiran Sistemik dalam Bidang Organisasi dan Manajemen.
Jakarta: Rajagrafindo. 2005.
Peraturan Menteri Agama RI Nomor 44 Tahun 2014 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Unit Pelaksana Tenis Asrama Haji.
http://www.digilib.petra.ac.id. Diakses pada tanggal 14 Februari jam 14.42 WIB
HASIL WAWANCARA
Narasumber : H. Syukri Ahmad Fanani
Jabatan : Kepala Bidang Kerjasama UPT
Lokasi Wawancara : Gedung UPT Asrama Haji Embarkasi Pondok Gede.
1. Bagaimana sejarah dibangunnya Asrama Haji Embarkasi Pondok Gede?
“Asrama haji sudah diadakan sejak pemberangkatan jemaah haji menggunakan
kapal laut. Waktu itu dikenal Asrama Haji Jakarta / Persatuan Haji Indonesia
Kwitang, Asrama Haji Semarang, Surabaya, dan lainnya. Karena dulu
pemerintah belum mempunyai asrama haji sendiri, maka untuk keperluan
karantina/asrama haji, dilakukan dengan sistem sewa pada wisma swasta,
seperti Asrama ABRI Cilodong, Asrama KKO AL Jalan Kwini, Asrama PHI
Cempaka Putih. Biaya penyewaan tersebut sangat besar, selain itu wisma yang
disewa memang tidak dipersiapkan untuk jemaah haji. Tidak heran, kalau tidak
dilengkapi sarana yang dibutuhkan untuk jemaah haji.
Pada tahun 1974, Direktur Jenderal Urusan Haji mulai merencanakan
pembangunan asrama haji. Rencana itu, baru bisa direalisasikan pada masa
Departemen Agama dijabat Menteri Agama Alamsyah Ratu Perwiranegara dan
Dirjen Urusan Haji dijabat Burhani Tjokrohandoko, yang memerintahkan
pembangunan Asrama Haji Pondok Gede Jakarta.
Asrama Haji Pondok Gede Jakarta terletak di Jalan Raya Pondok Gede, ini
adalah milik Kementerian Agama RI. Berdasarkan SK Gubernur DKI Jakarta
tahun 1977 dikeluarkannya izin peruntukan bangunan Asrama Haji Pondok
Gede Jakarta. Pembangunan Gedung Asrama Haji Pondok Gede Jakarta
dilaksanakan secara bertahap diatas tanah seluas kurang lebih 162.123 m² dan
dimulai pembangunannya tahun 1978”.
2. Siapa yang mengelola Asrama Haji Embarkasi Pondok Gede?
“Keberadaan Asrama Haji di masing-masing Embarkasi dikelola oleh sebuah
Badan Pengelola atau yang disebut BPAH (Badan Pengelola Asrama Haji)
yang dibentuk oleh Menteri Agama dengan melibatkan unsur terkait.
Dibentuknya Badan Pengelola yang berfungsi untuk memelihara, mengelola,
dan mengembangkan Asrama Haji secara swakelola dan swadana. Kini BPAH
Asrama Haji sudah ditingkatkan statusnya menjadi Unit Pelaksana Teknis
(UPT) sejak tahun 2014 dengan dikeluarkannya juga PMA No.44 Tahun
2014”.
3. Bagaimana sistem pengelolaan Asrama Haji saat oleh BPAH?
“Kalau dahulu sejak pengelolaan Asrama diserahkan Kemenag Pusat kepada
Provinsi (Kanwil Kemenag) pegawai BPAH adalah orang-orang yang
diperbantukan dari Kanwil Kemenag Bidang Haji. Secara de facto tidak ada
pernyataan resmi dari pusat bahwa pegawai BPAH haruslah pegawai
Kemenag. Jadi sistem mana suka atasan saja mau mengangkat siapa untuk
diperbantukan sebagai pegawai BPAH. Dulu juga ketika masih berstatus
sebagai BPAH pengelolaan administrasi keuangan (hasil pendapatan asrama)
diatur sendiri oleh BPAH, itu yang disebut pengelolaan secara swakelola dan
swadana”.
4. Apa perbedaan sistem pengelolaan Asrama Haji saat dikelola dengan
BPAH dengan sekarang menjadi UPT?
“Bedanya, yang pertama adalah sistem manajemen yang berubah secara
struktural. Setelah menjadi UPT struktur organisasi di tentukan dari Pusat
(berdasarkan SK Menteri Agama). Pegawai UPT lainnya juga ada yang
diangkat melalui seleksi umum sesuai kompetensi kerja layaknya
pengangkatan karyawan di perusahaan. Jadi sekarang tidak semua pegawai
UPT adalah PNS Kementerian Agama, ada juga pegawai dengan perjanjian
kontrak dan bisa diperpanjang sesuai kebijakan kepala UPT. Perbedaan yang
kedua, setelah statusnya ditingkatkan menjadi UPT, pengeloaan administrasi
keuangan secara teknis memang dikelola oleh UPT, namun dana yang di dapat
sepenuhnya dikembalikan kepada negara. Pendapatan Asrama Haji saat ini
termasuk kedalam PNBP (Penerimaan Negara Bukan Pajak). Kini setiap
tahunnya Subbag Administrasi dan Keuangan UPT Asrama Haji di audit oleh
BPK (Badan Pemeriksa Keuangan) Negara bahkan juga di audit oleh KPK
(Komisi Pemberantasan Korupsi). Pendapatan Asrama Haji yang disebut
PNBP itu selanjutnya masuk kedalam APBN, lalu dikelola oleh pemerintah
sedemikian rupa, dan pada setiap akhir tahun Asrama Haji mendapatkan
kucuran dana revitalisasi dari APBN”.
HASIL WAWANCARA
Narasumber : H. Danuri
Jabatan : Staff Bidang Kerjasama
Lokasi Wawancara : Gedung UPT Asrama Haji Embarkasi Pondok Gede.
1. Bagaimana pemanfaatan fasilitas dan sarana yang dimiliki Asrama Haji
selama ini?”
“Sebagai asset Negara Asrama Haji harus dikelola dengan sebaik-baiknya,
agar pada saat musim haji tiba dapat di pergunakan untuk melayani jemaah
dalam keadaan yang sudah siap pakai. Ini semua adalah tugas UPT untuk terus
menjaga, mengelola dan memanfaatkan Asrama. Sejak dahulu, saat di luar
musim haji fasilitas yang dimiliki Asrama Haji dapat didayagunakan secara
maksimal untuk kepentingan masyarakat umum. Karena dari sini juga sumber
pendapatan Asrama Haji yang akan dimanfaatkan untuk pemeliharaan dan
pengembangan asrama. Asrama Haji dapat menyewakan fasilitas yang ada
kepada masyarakat misalnya untuk menggelar kegiatan atau acara pernikahan,
rapat, seminar, diklat, mansik, dll. Berbagai fasilitas yang biasa di sewakan
diantaranya gedung/aula serba guna, penginapan, ruang rapat, lokasi praktik
manasik. Semua itu dapat dipergunakan baik untuk rombongan, perorangan,
lembaga Pemerintah ataupun swasta, organisasi, dll.”
2. Apa saja tugas pegawai UPT bidang kerjasama?
“Tugas seksi kerjasama itu berkoordinasi dengan instansi-instansi terkait
pelaksaaan penyelenggaraan haji, misalnya dinas kesehatan, bea cukai,
immigrasi, dan sebagainya. Serta melayani pihak-pihak lain yang ingin
melakukan kerjasama dengan tujuan pengembangan usaha, misalnya kerjasama
dengan bank swasta untuk mendirikan bank center seperti yang ada di depan
gerbang, dengan provider komunikasi untuk membuka booth saat
penyelenggaraan haji, dengan pedagang souvenir, makanan dan minuman
untuk mendirikan food court di lingkungan asrama haji.”
3. Apa saja yang dilakukan UPT menjelang masa penyelenggaraan haji?
“Sebelum masa pemberangkatan haji biasanya hal yang paling utama
dilakukan adalah pastinya pengecekan fasilitas asrama, UPT bersama pihak-
pihak terkait misalnya pengecekan standar kelayakan sanitasi bersama dinas
kesehatan, pengecekan kelayakan bangunan dengan memperhatikan standar
keamanan dari setiap sudut. Ini sebagai bentuk pengendalian resiko
lingkungan”.
4. Kapan pelayanan sewa-menyewa kepada masyarakat umum ditutup
sementara menjelang musim haji?
“Biasanya H-7 sebelum masa penyelenggaraan haji, pelayanan sewa fasilitas
untuk umum ditutup sementara, lalu nanti H+7 setelah selesai masa
pemulangan jemaah baru akan dibuka kembali pelayanan untuk masyarakat
umum seperti biasanya”.
HASIL WAWANCARA
Narasumber : H. Panca
Jabatan : Staff Subbag Administrasi dan Keuangan
Lokasi Wawancara : Gedung UPT Asrama Haji Embarkasi Pondok Gede.
1. Bagaimana struktur organisasi Unit Pelaksana Teknis Asrama Haji
Pondok Gede?
“Struktur organisasi UPT disesuaikan dengan yang tercantum dalam PMA
No.44 Tahun 2014 yaitu Kepala UPT Asrama Haji, Subbagian Administrasi
dan Keuangan, Seksi Pelayanan Asrama, Seksi Kerjasama, dan Kelompok
Jabatan Fungsional. Pegawai UPT diangkat secara langsung dengan
dikeluarkannya SK dari Kementerian Agama. Kepala Asrama Haji Embarkasi
merupakan pejabat eselon III b, Sedangkan Kepala Subbagian dan Kepala
Seksi merupakan pejabat eselon IV b. Staf dibawah Kepala Subbag, Kepala
Seksi, dan Kelompok Jabatan Fungsional merupakan pegawai ASN (Aparatur
Sipil Negara) dan pegawai kontrak”.
2. Berapakah jumlah pegawai UPT saat ini?
“Sekarang ada 120 pegawai UPT, 102 orang laki-laki dan 18 orang wanita.
Status pegawai UPT ada yang PNS dan ASN”.
3. Apakah ada evaluasi atau penilaian kerja oleh Dirjen PHU kepada UPT
sebagai pengelola asrama?
“Ada, setiap tahun pasti ada rapat evaluasi bersama Dirjen PHU tentang proses
pengelolaan dan pelayanan Asrama Haji. Pengelola Asrama Haji Embarkasi
Pondok Gede Alhamdulillah secara kinerja manajemennya selalu mendapat
penilaian baik dari Kemenag, namun memang jika dilihat dari segi fisik
bangunan fasilitas, Asrama Haji Embarkasi Pondok Gede masih kalah dengan
Asrama Haji Medan, Balikpapan. Karena memang tidak dapat dipungkiri
bahwa Asrama Haji Pondok Gede Jakarta ini adalah asrama yang paling dulu
berdiri, sehingga bangunan sudah tua. Maka dalam setiap evaluasi kami selalu
memperhatikan tentang rancangan program revitalisasi untuk kebaikan di
masa-masa yang akan datang”.
4. Apakah asrama haji memiliki website resmi yang masih terus di upgrade?
“Saat ini masih proses pembuatan website, sebenarnya Asrama Haji belum
memiliki website yang dikelola dengan serius, baru mulai sekarang-sekarang
ini saya sedang membuat portal resmi untuk dapat diakses seluas-luasnya oleh
masyarakat”
HASIL WAWANCARA
Narasumber : H. Hafidz
Jabatan : Kepala Bidang Pelayanan Umum
Lokasi Wawancara : Gedung UPT Asrama Haji Embarkasi Pondok Gede.
1. Apa saja pelayanan yang diberikan UPT asrama haji kepada jemaah
haji?
“Pelayanan kepada jemaah haji yang pasti adalah penyediaan akomodasi bagi
calon jamaah haji, lalu pelayanan one stop service yang mana tahapannya
dimulai dari penerimaan jamaah, pembagian gelang identitas, sampai tahap
keimmigrasian, serta tahap boarding pass”.
2. Apa saja pelayanan yang diberikan UPT asrama haji kepada masyarakat
umum pengguna asrama?
“Pelayanan kepada masyarakat umum berupa jasa sewa fasilitas asrama.
Fasilitas yang dapat dimanfaatkan adalah kamar penginapan, aula serba guna,
ruang rapat, lapangan manasik, masjid, halaman parkir asrama.”
3. Apakah UPT Asrama Haji melakukan Promosi?
“Selama ini umumnya masyarakat mengetahui tentang penyewaan fasilitas
Asrama Haji berdasarkan info perorangan dari mulut ke mulut. Asrama Haji
tidak pernah melakukan promosi atau memasang iklan. Sebenarnya dapat di
katakan para pengguna jasa Asrama Haji adalah yang sudah langganan,
umumnya mereka sebelumnya sudah pernah menggunakan fasilitas tersebut.
Proses atau pendaftaran penyewaan tempat juga memang masih manual,
dengan mendatangi langsung gedung UPT atau melalui via telepon terlebih
dahulu.”
4. Bagaimana prosedur pelayanan sewa-menyewa fasilitas Asrama Haji
Embarkasi Pondok Gede Jakarta?
“Caranya dengan mengajukan surat permohonan penggunaan fasilitas asrama
yang ditujukan kepada Kepala UPT Asrama Haji Pondok Gede Jakarta,
suratnya bisa dikirim langsung ke bagian pelayanan umum atau via email, atau
calon pengguna juga dapat melakukan booking via telepon terlebih dahulu.”
PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 44 TAHUN 2014
TENTANG
ORGANISASI DAN TATA KERJA
UNIT PELAKSANA TEKNIS ASRAMA HAJI
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan pelayanan pelaksanaan
ibadah haji yang efektif, efisien, dan akuntabel perlu membentuk Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Asrama Haji;
b. bahwa surat Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor: B/2058/M.PAN-RB/05/2014 tanggal 20 Mei 2014 telah memberikan persetujuan
Peningkatan Status Asrama Haji menjadi Unit Pelaksana Teknis;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Agama tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit
Pelaksana Teknis Asrama Haji;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2008 tentang
Penyelenggaraan Ibadah Haji (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4845) sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2009 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 142, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5061);
2. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2012 tentang
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 186, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5345);
3. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang
Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 13 Tahun 2014 tentang
Perubahan Kelima Atas Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara;
4. Peraturan ...
4. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara serta
Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara sebagaimana telah beberapa kali
diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 14 Tahun 2014 tentang Perubahan Kelima Atas Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas,
dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara;
5. Peraturan Menteri Agama Nomor 10 Tahun 2010 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Agama (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 592)
sebagaimana yang telah beberapa kali diubah terakhir Nomor 21 Tahun 2014 tentang perubahan ketiga atas Peraturan Menteri Agama Nomor 10 Tahun 2010 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Agama (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 1114);
6. Peraturan Menteri Agama Nomor 18 Tahun 2011 tentang Pedoman Pembentukan dan Penyempurnaan Organisasi Instansi Vertikal Unit Pelaksana Teknis di Lingkungan
Kementerian Agama (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 325);
7. Peraturan Menteri Agama Nomor 13 Tahun 2012 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Kementerian Agama (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2012
Nomor 851);
8. Peraturan Menteri Agama Nomor 14 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji Reguler (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 898);
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN MENTERI AGAMA TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS ASRAMA HAJI.
BAB I KEDUDUKAN, TUGAS, DAN FUNGSI
Pasal 1
(1) Asrama Haji merupakan unit pelayanan penyelenggaraan ibadah haji di lingkungan Kementerian Agama yang berada di bawah dan bertanggung
jawab kepada Direktur Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah.
(2) Asrama Haji sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari:
a. Asrama Haji Embarkasi;
b. Asrama Haji Embarkasi Antara; dan
c. Asrama Haji Transit.
(3) Asrama Haji Embarkasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a
merupakan Unit Pelaksana Teknis Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah.
(4) Asrama ...
(4) Asrama Haji Embarkasi dan Asrama Haji Embarkasi Antara sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a dan huruf b secara teknis dibina oleh
Direktur Pelayanan Haji Dalam Negeri dan secara administratif dibina oleh Sekretaris Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah.
(5) Asrama Haji Transit sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c secara teknis dan administratif dibina oleh Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi.
Pasal 2
Asrama Haji Embarkasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat (3) terdiri dari:
a. Asrama Haji Aceh;
b. Asrama Haji Medan;
c. Asrama Haji Padang;
d. Asrama Haji Jakarta;
e. Asrama Haji Surabaya;
f. Asrama Haji Banjarmasin;
g. Asrama Haji Balikpapan;
h. Asrama Haji Makassar; dan
i. Asrama Haji Lombok.
Pasal 3
Asrama Haji Embarkasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat (3) mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan asrama haji dalam rangka penyelenggaraan ibadah haji serta pelayanan lain untuk masyarakat luas.
Pasal 4
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, Asrama
Haji Embarkasi menyelenggarakan fungsi:
a. penyusunan rencana, program dan kegiatan di bidang pelayanan, pengelolaan, pemeliharaan, dan pengembangan usaha;
b. fasilitasi layanan ibadah dan bimbingan manasik haji;
c. pelaksanaan layanan informasi, publikasi dan penyediaan akomodasi, serta konsumsi pelaksanaan ibadah haji;
d. fasilitasi dan koordinasi pelayanan bea cukai, imigrasi, karantina, kesehatan, keamanan, transportasi, dan city check in bekerjasama
dengan instansi terkait;
e. pelaksanaan administrasi, keuangan, kepegawaian, barang milik negara, dan kerumahtanggaan; dan
f. pelaksanaan evaluasi dan pelaporan.
Pasal 5 Selain menyelenggarakan fungsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4, Asrama Haji Embarkasi juga menyelenggarakan fungsi koordinasi Asrama Haji
Embarkasi Antara, Asrama Haji Transit, dan Asrama Haji Embarkasi yang dikelola oleh pemerintah daerah provinsi.
Pasal 6
Ketentuan lebih lanjut mengenai tugas dan fungsi Asrama Haji Embarkasi Antara dan Asrama Haji Transit ditetapkan oleh Direktur Jenderal
Penyelenggaraan Haji dan Umrah.
BAB II ...
BAB II SUSUNAN ORGANISASI
Pasal 7
(1) Susunan organisasi Asrama Haji Embarkasi terdiri atas:
a. Kepala;
b. Subbagian Administrasi dan Keuangan;
c. Seksi Pelayanan Asrama;
d. Seksi Kerja Sama; dan
e. Kelompok Jabatan Fungsional.
(2) Susunan organisasi Asrama Haji Embarkasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Menteri Agama ini.
(3) Susunan organisasi Asrama Haji Embarkasi Antara dan Asrama Haji Transit ditetapkan oleh Direktur Jenderal Penyelenggaraan Haji dan
Umrah.
Pasal 8
(1) Kepala Asrama Haji Embarkasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) huruf a diangkat dan diberhentikan oleh Menteri Agama.
(2) Kepala Asrama Haji Embarkasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
mempunyai tugas memimpin dan melaksanakan pengelolaan asrama haji embarkasi, serta bertanggungjawab kepada Direktur Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah.
Pasal 9
Subbagian Administrasi dan Keuangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7
ayat (1) huruf b mempunyai tugas melakukan penyusunan rencana dan program, urusan keuangan, barang milik negara, kepegawaian, ketatausahaan, kerumahtanggaan, informasi dan publikasi serta evaluasi dan
pelaporan.
Pasal 10
Seksi Pelayanan Asrama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) huruf
c mempunyai tugas melakukan penyediaan akomodasi, konsumsi, ibadah, kesehatan, keamanan, kebersihan, dan pelayanan lainnya di asrama haji.
Pasal 11
Seksi Kerja Sama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) huruf d mempunyai tugas melakukan kerjasama, koordinasi dan fasilitasi
pelayanan bea cukai, imigrasi, karantina, kesehatan, keamanan, transportasi, dan city check in dengan instansi terkait, Asrama Haji
Embarkasi Antara, Asrama Haji Transit, dan Asrama Haji yang dikelola oleh pemerintah daerah provinsi, serta pengembangan usaha.
BAB III
KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL
Pasal 12
Di lingkungan Asrama Haji Embarkasi dapat ditetapkan jabatan fungsional sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 13 ...
Pasal 13
(1) Kelompok Jabatan Fungsional terdiri dari tenaga fungsional yang terbagi
atas berbagai kelompok jabatan fungsional sesuai dengan bidang keahliannya.
(2) Masing-masing Kelompok Jabatan Fungsional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikoordinasikan oleh seorang tenaga fungsional senior yang ditunjuk oleh Kepala Asrama Haji Embarkasi.
(3) Jumlah tenaga fungsional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditentukan berdasarkan kebutuhan dan beban kerja.
(4) Jenis dan jenjang jabatan fungsional sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
BAB IV
TATA KERJA
Pasal 14
Dalam melaksanakan tugas setiap Kepala Unit Pelaksana Teknis di
lingkungan Asrama Haji Embarkasi wajib menerapkan koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi baik dalam lingkungan masing-masing maupun dengan
instansi lain di luar Asrama Haji Embarkasi sesuai bidang tugas masing-masing.
Pasal 15
Setiap Kepala Unit Pelaksana Teknis wajib mengawasi bawahan, dan apabila terjadi penyimpangan wajib mengambil langkah-langkah yang diperlukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 16
Kepala Asrama Haji Embarkasi bertanggung jawab memimpin dan
mengkoordinasikan bawahannya dan memberikan bimbingan serta petunjuk bagi pelaksanaan tugas bawahan.
Pasal 17
Kepala Asrama Haji Embarkasi wajib mengikuti dan mematuhi prosedur kerja dan bertanggung jawab kepada atasan serta menyampaikan laporan secara berkala tepat pada waktunya.
Pasal 18
Setiap laporan yang diterima oleh Kepala Asrama Haji Embarkasi dari
bawahan, wajib diolah dan dipergunakan sebagai bahan untuk menyusun laporan lebih lanjut dan untuk memberikan arahan kepada bawahan.
Pasal 19
Kepala Asrama Haji Embarkasi wajib menyampaikan laporan berkala kepada Direktur Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah dan tembusannya
disampaikan kepada unit terkait.
BAB V ...
BAB V
ESELONISASI
Pasal 20
(1) Kepala Asrama Haji Embarkasi merupakan jabatan struktural eselon Ill.b.
(2) Kepala Subbagian dan Kepala Seksi merupakan jabatan struktural eselonIV.b.
BAB VI
KETENTUAN LAIN-LAIN
Pasal 21
Perubahan organisasi dan tata kerja dalam Peraturan Menteri Agama iniditetapkan oleh Menteri Agama setelah terlebih dahulu mendapatkanpersetujuan tertulis dari Menteri yang membidangi urusan PendayagunaanAparatur Negara dan Reformasi Birokrasi.
BAB VII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 22
Pada saat Peraturan Menteri Agama ini mulai berlaku, Peraturan MenteriAgama Nomor 3 Tahun 2013 tentang Organisasi dan Tata Kerja Asrama Hajidicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 23
Peraturan Menteri Agama ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan PeraturanMenteri Agama ini dengan penempatannya dalam Berita Negara RepublikIndonesia.
Ditetapkan di Jakartapada tanggal 17 Oktober 2014
MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA,
ttd
LUKMAN HAKIM SAIFUDDIN
Diundangkan di Jakartapada tanggal 17 Oktober 2014
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
ttd
AMIR SYAMSUDIN
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2014 NOMOR 1739
Kepa
i dengan aslinyan Agama RI
Kerja Sama Luar Negeri
ad Gunaryo, M.Soc, Sc08101991031003/
LAMPIRAN
PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2014
TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS ASRAMA HAJI
SUSUNAN ORGANISASI ASRAMA HAJI EMBARKASI
MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA,
ttd
LUKMAN HAKIM SAIFUDDIN
SEKSI KERJA SAMA
SUBBAGIAN ADMINISTRASI DAN KEUANGAN
KEPALA
SEKSI PELAYANAN ASRAMA
KELOMPOK
JABATAN FUNGSIONAL