bab iii metodologi penelitian - upi...

of 24 /24
Djoko Murdowo, 2017 PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS ASRAMA UNTUK PEMBINAAN NILAI-NILAI BUDAYA ORGANISASI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini akan diuraikan mengenai metodologi penelitian yang digunakan dalam disertai ini yang meliputi: desain peneltian; partisipan, waktu dan lokasi penelitian; teknik pengumpulan data; analisis data dan teknik pengujian vaiditas data hasil penelitian. Penjelasan mengenai aspek-aspek dalam metodologi penelitian ini penting sebagai pedoman dalam melaksanakan penelitian. A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain penelitian kualitatif dengan metode Grounded Theory. Dengan menggunakan penelitian kualitatif, peneliti dapat lebih leluasa dalam mengkaji dan menganalisis berbagai fenomena yang ditemui di lapangan yakni proses bagaimana orang-orang menegosiasikan makna dan bagaimana label-label yang menyertainya muncul dan diterapkan secara induktif dan mendalam. Metode kualitatif dapat digunakan untuk mengungkap dan memahami sesuatu dibalik fenomena yang sedikitpun belum diketahui (Straus dan Cobin, 2015, hlm. 5). Pendekatan kualitatif dapat diartikan sebagai pendekatan yang berorientasi pada proses yang memungkinkan penemuan sejumlah data dan fakta. Fokus penelitian adalah pada perspektif partisiapan yakni dari orang-orang dengan latar belakang yang berbeda dalam memahami kehidupan mereka, yaitu apa yang mereka alami dan bagaimana mereka menafsirkan pengalaman mereka, serta bagaimana mereka menstruktur dunia sosial tempat mereka tinggal. Hasil penelitian yang deskriptif ini berupa cuplikan data-data dari ungkapan para partisipan tersebut mengilustrasikan dan sekaligus membuktikan suatu presentasi. Penelitian ini fokus menggunakan metode Grounded Theory (selanjutnya dalam penelitian ini disingkat GT, karena penelitian diharapkan dapat menemukan konsep, pendekatan atau teori baru yang berangkat dari temuan selama penelitian dilakukan. Untuk lebih memperjelas tentang metode yang digunakan dibawah ini akan dijabarkan tentang pemilihan Grounded Theory dan Analisis Dimensional. 73

Author: others

Post on 06-Sep-2020

25 views

Category:

Documents


0 download

Embed Size (px)

TRANSCRIPT

  • Djoko Murdowo, 2017 PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS ASRAMA UNTUK PEMBINAAN NILAI-NILAI BUDAYA ORGANISASI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    BAB III

    METODOLOGI PENELITIAN

    Pada bab ini akan diuraikan mengenai metodologi penelitian yang

    digunakan dalam disertai ini yang meliputi: desain peneltian; partisipan, waktu dan

    lokasi penelitian; teknik pengumpulan data; analisis data dan teknik pengujian

    vaiditas data hasil penelitian. Penjelasan mengenai aspek-aspek dalam metodologi

    penelitian ini penting sebagai pedoman dalam melaksanakan penelitian.

    A. Desain Penelitian

    Penelitian ini menggunakan desain penelitian kualitatif dengan metode

    Grounded Theory. Dengan menggunakan penelitian kualitatif, peneliti dapat lebih

    leluasa dalam mengkaji dan menganalisis berbagai fenomena yang ditemui di

    lapangan yakni proses bagaimana orang-orang menegosiasikan makna dan

    bagaimana label-label yang menyertainya muncul dan diterapkan secara induktif

    dan mendalam. Metode kualitatif dapat digunakan untuk mengungkap dan

    memahami sesuatu dibalik fenomena yang sedikitpun belum diketahui (Straus dan

    Cobin, 2015, hlm. 5). Pendekatan kualitatif dapat diartikan sebagai pendekatan

    yang berorientasi pada proses yang memungkinkan penemuan sejumlah data dan

    fakta. Fokus penelitian adalah pada perspektif partisiapan yakni dari orang-orang

    dengan latar belakang yang berbeda dalam memahami kehidupan mereka, yaitu apa

    yang mereka alami dan bagaimana mereka menafsirkan pengalaman mereka, serta

    bagaimana mereka menstruktur dunia sosial tempat mereka tinggal. Hasil penelitian

    yang deskriptif ini berupa cuplikan data-data dari ungkapan para partisipan tersebut

    mengilustrasikan dan sekaligus membuktikan suatu presentasi.

    Penelitian ini fokus menggunakan metode Grounded Theory (selanjutnya

    dalam penelitian ini disingkat GT, karena penelitian diharapkan dapat menemukan

    konsep, pendekatan atau teori baru yang berangkat dari temuan selama penelitian

    dilakukan. Untuk lebih memperjelas tentang metode yang digunakan dibawah ini

    akan dijabarkan tentang pemilihan Grounded Theory dan Analisis Dimensional.

    73

  • 74

    Djoko Murdowo, 2017 PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS ASRAMA UNTUK PEMBINAAN NILAI-NILAI BUDAYA ORGANISASI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    1. Pemilihan Grounded Theory (GT)

    Tujuan dari GT adalah teoretisasi data, yaitu suatu metode penyusunan

    teori yang beroreantasi tindakan atau interaksi dari kancah penelitian, sehingga

    tepat dipakai pada penelitian terhadap perilaku. Pendekatan ini cocok dengan

    subyek yang sedang dikaji oleh peneliti, tentang kehidupan sosial termasuk perilaku

    dan karakter mahasiswa di asrama. Penelitian ini berupaya mengembangkan suatu

    teori baru tentang pengembangan karakter dan nilai kehidupan di asrama kampus,

    dimana mahasiswa Universitas Telkom, dengan jumlah hampir 6.000 orang, berasal

    dari berbagai perilaku, suku, budaya dan latar belakang berbeda, tinggal dalam

    asrama dalam satu tahun penuh. Tujuan keseluruhan dari penelitian ini untuk

    mengeksplorasi faktor-faktor penting yang mempengaruhi pengembangan karakter

    di asrama perguruan tinggi, khususnya berkaitan dengan budaya organisasi dan

    nilai-nilai (core value) organisasi.

    Penelitian GT memberikan peneliti suatu kemampuan untuk menurunkan

    teori dalam konteks data yang dikumpulkan dan dinalisis melalui suatu proses

    penelitian (Strauss & Corbin, 1990). Kekuatan GT, pada sifat komprehensif dari

    perspektif yang dapat diperoleh peneliti yang secara langsung terjun ke dalam

    fenomena sosial dan melakukan observasi secara lengkap, sehingga peneliti dapat

    mengembangkan pengertian yang mendalam dan lengkap.

    Perbedaan antara metoda penelitian GT dengan metode penelitian lain

    adalah pada kekhasan pendekatannya, dalam pengembangan GT yang

    menyarankan adanya interaksi yang terus menerus antara pengumpulan data dan

    analisanya (Egan, 2002). Perbedaan lain bahwa penelitian GT tidak bertolak dari

    suatu teori atau untuk menguji teori, seperti paradigma penelitian kuantitatif,

    melainkan bertolak dari data menuju suatu teori (Wardhono, 2011, hlm. 24).

    Dapat dikatakan bahwa penelitian GT sebagai metodologi penelitian

    kualitatif, penekanan pada penemuan teori dari data observasi empirik di lapangan

    dengan metoda induktif, generatif, konstruktif, dan subyektif yaitu merekonstruksi

    penafsiran dan pemaknaan hasil penelitian berdasarkan konseptualisasi masyarakat

    yang dijadikan subyek studi.

  • 75

    Djoko Murdowo, 2017 PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS ASRAMA UNTUK PEMBINAAN NILAI-NILAI BUDAYA ORGANISASI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    Pendekatan GT awalnya disusun oleh dua orang sosiolog, Barney Glaser

    dan Anselm Strauss , yang menulis 4 (empat) buah buku yaitu: The Discovery of

    Grounded Theory (1967), Theoretical Sensitivity (1978), Qualitative Analysis for

    Social Scientists (1987), dan Basics of Qualitative Research: Grounded Theory

    Procedures and Techniques (1990). Menurut Glaser dan Strauss, GT memenuhi

    kriteria metode ilmiah, karena prosedur kerjanya dirancang secara cermat. Kriteria

    dimaksud adalah signifikansi, kesesuaian teori dan observasi, dapat

    digeneralisasikan, diteliti ulang, serta terdapat ketepatan, ketelitian, dan bisa

    dibuktikan.

    2. Analisis Dimensional

    Model peneltian berbasis pada GT melibatkan pengumpulan data dengan

    berbagai metode yang disusun melalui suatu sistem pengkodean, seperti

    pengamatan awal terhadap partisipan, wawancara dengan partisipan dan

    dokumentasi yang akan dibentangkan di bawah. Sejak Glaser dan Strauss

    mengajukan GT, berbagai variannya telah muncul selama empat dekade terakhir.

    Sesuai dengan tujuan disertasi ini, varian GT yang dianut mengacu pada suatu

    adopsi, sekaligus adaptasi dari versi Strauss dan Corbin (1990) dan mengadopsi

    perspektif Charmaz (2006).

    Langkah (steps) dalam analisis data menurut Strauss dan Corbin (1990)

    menekankan tiga aspek utama, yaitu: 1) kategori (category) yaitu unit informasi

    yang terdiri dari peristiwa, kejadian dan contoh, 2) sampling teoretis (theoretical

    sampling) yaitu sampel yang dipilih dari wawancara dengan partisipan guna

    membantu peneliti dalam membentuk teori secara memadai, 3) komparatif konstan

    (constant comparative) analisis data yaitu proses pengambilan informasi dari

    koleksi data dan mengkomparasikannya guna pemunculan kategori-kategori.

    Dalam penelitian GT, analisis atau sering disebut pengkodean, merupakan

    proses utama penyusunan teori dari data. Hal ini meliputi penguraian data,

    pengkonsepan dan penyusunan kembali konsep dengan cara baru (Strauss dan

    Cobin, 2015, hlm. 51). Dalam pengkodean (coding) terdiri dari tiga bagian utama,

    yaitu: pengkodean terbuka (open coding), pengkodean aksial (axial coding) dan

    pengkodean selektif (selective coding).

  • 76

    Djoko Murdowo, 2017 PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS ASRAMA UNTUK PEMBINAAN NILAI-NILAI BUDAYA ORGANISASI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    Pengkodean terbuka (open coding) merupakan pendataan awal, dengan

    proses menguraikan, memeriksa, membandingkan, mengkonsepkan dan

    mengkatagorikan data, yang selanjutnya menghasilkan suatu poros data yang

    dinamai pengkodean aksial.Sementara itu, pengkodean aksial (axial coding)

    merupakan prosedur penempatan data kembali dengan cara-cara baru, dengan

    membuat kaitan antar katagori dan sub-katagori yang akan menghasilkan fenomena

    inti (core phenomenon). Pengkodean berporos difokuskan pada spesifikasi katagori

    (fenomena) berdasarkan kondisi yang memunculkan yaitu 1) konteks, sejumlah

    sifat khusus dari katagori dan causal condition (faktor-faktor yang menyebabkan

    fenomena inti; 2) proses merupakan aksi atau tindakan untuk menangani,

    mengelola dan melakukan penyusunan katagori; 3) konsekuensi adalah hasil atau

    akibat dari tindakan dan interaksi.

    Catatan-catatan yang dibuat peneliti bagi dirinya, dilakukan dengan

    pememoan (memoing), dalam rangka mengelaborasi ide-ide, menyusun hipotesis

    tentang sebuah katagori, kususnya tentang hubungan-hubungan antara kategori-

    kategori yang ditemukan. Dapat dikatakan pememoan (memoing) adalah proses

    mencatat pemikiran-pemikiran dan gagasan dari peneliti sewaktu hal itu muncul

    selama penelitian (Glaser, 1967).

    Mengingat tujuan penelitian ini, berbagai aspek, langkah dan pengkodean

    yang luas, sehingga perlu disistematisasikan agar arah penelitian lebih jelas. Untuk

    itu, seperti akan disinggung ulang sekilas pada bagian Pengantar Bab IV, disertasi

    ini meminjam Analisis Dimensional (Dimensional Analysis) yang diajukan seorang

    tokoh GT, yang pernah bermentor sekaligus berkolaborasi dengan Anselm Strauss

    dalam mengembangkan gagasan-gagasan GT, yakni Schatzman (1991 dalam Kools

    et al. 1996). Hal mana dimensi-dimensi mengacu pada kemampuan individu dalam

    menangani kompleksitas suatu fenomena. Dimensi mencakup kategori-kategori

    yang dibangun berdasarkan hasil pengkategorian atau persandian, yang pada waktu

    yang bersamaan membawahi properti-properti yang merupakan komponen-

    komponen konseptual. Dimensi-dimensi, kategori-kategori dan properti-properti

    dalam analisis dimensional ini mencakup empat beberapa segi, yaitu konteks dan

    kondisi, proses (aksi-interaksi) dan konsekuensi. Skema dari kerangka kerja umum

    yang tertampilkan adalah sebagai berikut.

  • 77

    Djoko Murdowo, 2017 PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS ASRAMA UNTUK PEMBINAAN NILAI-NILAI BUDAYA ORGANISASI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    Aspek/Langkah

    analisis data

    Pengkodean

    (Coding)

    Pememoan

    (memoing) Analisis Dimensional (Dimensional Analysis)

    Komparatif

    Konstan

    (Constant

    Comparative)

    Selektif

    (selective

    coding)

    Pem

    emo

    an

    (Mem

    eoin

    g)

    Pro

    per

    ti (

    Pro

    per

    ties

    )

    Kat

    ego

    ri-k

    ateg

    ori

    (C

    ate

    go

    ries

    )

    Dim

    ensi

    (D

    imen

    sio

    ns)

    Konsekuensi Dimensi Inti

    (Core

    dimensions)

    Sampling

    Teoretis

    (Theoretical

    sampling)

    Aksial (axial

    coding)

    Proses

    Strategi/

    Interaksi

    Kategori

    Konseptual

    (Conceptual

    categories)

    Kategori

    (Categories)

    Terbuka

    (open coding)

    Konteks/

    Kondisi

    Dimensi

    Utama

    (Primary

    Dimension)

    Gambar 3.1 Matriks Analisis Dimensional dalam Grounded Theory

    Sumber : diadaptasi dari Schatzman (1991 dalam Kools et al 1996)

    Dimensi Utama dan Kategori Konseptual akan ”dipetakan” dalam tabel-

    tabel pada Bab IV meliputi perspektif dari pemangku kepentingan (stakeholders),

    yaitu: manajemen universitas, pengurus asrama dan mahasiswa asrama Universitas

    Telkom. Dari dimensi-dimensi dan kategori-kategori ini selanjutnya dilakukan

    proses dan komparasi data sehingga termunculkan kategori-kategori yang

    mengarah pada dimensi inti, sebagai bentuk pengembangan proposisi-proposisi

    atau hipotesis-hipotesis guna membangun teori.

    Dalam disain penelitian dengan metode Grounded Theory ini akan

    dijelaskan dan diuraikan tentang implementasi GT disertai dengan penjelasan

    tentang karakteristik partisipan, waktu, lokasi penelitian, pengumpulan, analisa dan

    validasi data.

    B. Partisipan, Waktu dan Lokasi Penelitian

    1. Partisipan

    Partisipan dalam penelitian ini terdiri dari pihak-pihak yang dinilai dapat

    memberikan gambaran secara memadai mengenai masalah yang dikaji. Untuk itu

    peneliti perlu menyusun kriteria calon partisipan sebagai pedoman awal untuk

    memulai pengumpulan data. Calon partispan dipilih menggunakan pendekatan

    theoretical sampling yang lazim digunakan dalam penelitian GT dimana

    pengambilan sampel berdasarkan konsep-konsep yang terbukti berhubungan secara

    teoritik dengan teori yang sedang disusun.

  • 78

    Djoko Murdowo, 2017 PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS ASRAMA UNTUK PEMBINAAN NILAI-NILAI BUDAYA ORGANISASI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    Tujuan penyampelan teoritik adalah mengambil sampel peristiwa, insiden

    dan sebagianya yang menunjukkan katagori, sifat dan ukurannya, sehingga dapat

    disusun dan dihubungkan secara konseptual (Strauss dan Corbin, 2015, hlm. 198).

    Pengambilan sampel insiden dan peristiwa dengan mengumpulkan data tentang hal-

    hal yang dilakukan atau tidak, kondisi yang mempengaruhi dan tidakan/interaksi

    orang-orang atau pelaku yang terlibat dalam peristiwa, dalam hal ini disebut

    partisipan.

    Adapun kriteria awal calon partisipan dapat mengacu pada tujuan

    penelitian dan mengacu pada isu yang relevan dari fenomena yang diteliti. Partispan

    yang diidentifikasi dalam penelitian ini adalah: (1) mahasiswa dan mahasiswi yang

    menjalani program wajib tinggal diasrama selama satu tahun pertama, (2) pembuat

    kebijakanbaik program, pengaturan dan aturan asrama, (3) pengelola asrama baik

    asrama putra maupun asrama putri yang sehari-hari berada dan mengawasi kegiatan

    asrama, (4) Pengawas asrama yang mendampingi kesaharian dan mentor

    mahasiswa di asrama seperti Senior Residence, (5)manajemen puncak yang

    mempunyai banyak informasi tentang kebijakan pendirian asrama dan pembangun

    konsep nilai-nilai budaya perusahan , (6) pendidik yang terlibat dalam pengajaran

    yang terkait dengan mata pelajaran pendidikan dan pengembangan karakter, (7)

    pihak lain sebagai nara sumber seperti orang tua mahasiswa yang tinggal di asrama.

    Tidak ada ukuran yang baku untuk menetapkan berapa jumlah sampel

    atau partispan yang diperlukan dalam penelitian kualitatif utamanya dalam metode

    GT. Jumlah sampel dianggap memadai jika telah terjadi saturasi data, yakni sudah

    tidak ditemukan lagi katagori, konsep dan pengkodean baru dari informasi yang

    diperoleh dari partisipan. Menurut Cresswell (2013) untuk dapat membangun dan

    menghasilkan sebuah konsep yang baik dalam penelitian GT diperlukan antara 20

    dan 30 partisipan yang terlibat dalam proses pengambilan data. Partispan yang

    diidentifikasi dalam penelitian ini adalah:

    a. Subjek utama adalah mahasiswa putra dan putri yang tinggal di asrama

    mahasiswa dan mahasiswi yang tinggal di asrama.

  • 79

    Djoko Murdowo, 2017 PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS ASRAMA UNTUK PEMBINAAN NILAI-NILAI BUDAYA ORGANISASI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    b. Unsur pimpinan, sebagai pembuat kebijakan asrama baik program,

    pengaturan dan aturan seperti Wakil Rektor bidang Kemahasiswaan, Direktur

    kemahasiswaan dan Asrama, Manajer pengembangan karakter dan Asrama,

    dan Kaur Asrama.

    c. Unit pengelola asrama baik asrama putra maupun asrama putri, yang sehari-

    hari berada dan mengawasi kegiatan asrama seperti pengelola asrama putra

    dari PT Trengginas, asrama putri dari PT. Gedung Sarana Duta (PT.GSD), PT

    Citra Sukapura Megah (PT. CSM).

    d. Manajemen puncak yang mempunyai banyak informasi tentang kebijakan

    pendirian asrama dan pembangun konsep nilai-nilai budaya perusahan seperti

    Rektor dan Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan, Ketua

    Manajemen Transformasi.

    e. Pendidik yang terlibat dalam pengajaran yang terkait dengan mata pelajaran

    pendidikan dan pengembangan karakter, untuk menggali informasi terhadap

    jumlah sks, tanggapan, kecukupan mata kuliah Mata Kuliah Dasar Umum

    (MKDU) sepert Agama, PKN, Kewirausahaan selama di kelas.

    f. Nara sumber seperti orang tua mahasiswa yang tinggal di asrama dll

    Pemilihan subjek penelitian tersebut dimaksudkan untuk memperoleh

    gambaran memadai mengenai model pendidikan karakter berbasis pada asrama

    dalam membina nilai-nilai budaya organisasi di Universitas Telkom, meliputi: (1)

    porsi kecukupan pendidikan karakter yang diberikan pada satuan pendidikan, (2)

    area lain sebagai basis dalam pembinaan karakter, (3) pemilihan nilai-nilai karakter

    yang akan dikembangkan serta keterkaitannya dengan nilai-nilai budaya organisasi,

    (4) kurikulum dan program asrama yang diterapkan di asrama, (5) struktur

    organisasi dan tata kelola asrama, (6) aspek dukungan keberhasilan pendidikan di

    asrama

    2. Lokasi dan Waktu Penelitian

    Penelitian ini dilaksanakan di Universitas Telkom yang beralamat di Jalan

    Telekomunikasi No. 01 Kecamatan Bojongsoang Kabupaten Bandung. Lokasi

    penelitian difokuskan di asrama Universitas Telkom yang berada dikomplek

    Universitas.

  • 80

    Djoko Murdowo, 2017 PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS ASRAMA UNTUK PEMBINAAN NILAI-NILAI BUDAYA ORGANISASI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    Sebagai gambaran bahwa asrama Universitas Telkom mempunyai 17 tower

    bangunan, dimana setiap tower terdiri empat lantai dengan jumlah kamar per tower

    sebanyak 94 sehingga total kamar sebanyak 1.598 kamar.

    Pada setiap kamar berisi 4 mahasiswa, sehingga keseluruhan kapasitas asrama

    dapat menampung 6.000 mahasiswa. Penempatan asrama putra dan putri dilakukan

    terpisah untuk asrama putri menepati 7 tower dengan jumlah penghuni putri

    sebanyak 2.567 mahasiswi, sedangkan untuk putra menempati 7 tower dengan

    jumlah penghuni sebanyak 3.345 mahasiswa

    Lokasi ini dipilih karena Universitas Telkom melaksanakan pembinaan

    karakter melalui model pendidikan berbasis asrama yang difokuskan pada

    mahasiswa baru selama satu tahun. Dalam kehidupan asrama diberlakukan

    pembinaan kepribadian guna pembentukan karakter bagi mahasiswa baru yang

    didasarkan pada nilai-nilai budaya Universitas Telkom. Pengelolaan pendidikan

    berasrama ini dipandang dapat berkontribusi dalam membangun karakter

    mahasiswa disamping melalui pembelajaran di kelas. Wawancara dan observasi

    secara intens juga dilakukan pada kehidupan keseharian berasrama yang terletak di

    dalam kampus Universitas Telkom.

    Waktu penelitian dilakukan selama 9 bulan dari bulan Januari 2016

    sampai dengan September 2016, namun untuk lebih mempertajam data penelitian

    maka wawancara dan observasi tambahan dilakukan pada bulan Januari 2017.

    Dalam GT proses pencarian data dan observasi dapat dilakukan berulang sampai

    dengan saturasi data diperoleh.

    C. Pengumpulan Data

    Salah satu pendekatan dalam penelitian GT adalah peran peneliti sendiri

    sebagai instrumen pengumpul data, juga sebagai perencana, pelaksana pengumpul

    data, penganalisis, penafsir data dan pelapor hasil penelitian. Ada 2 (dua) metode

    utama yang dapat digunakan secara simultan dalam proses kerja pengumpulan data

    itu, yaitu wawancara mendalam (in-depth interview) dan observasi, disamping itu

    dikumpulkan juga dokumen yang relevan dan studi literatur berupa teori yang

    terkait pada penelitian.

  • 81

    Djoko Murdowo, 2017 PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS ASRAMA UNTUK PEMBINAAN NILAI-NILAI BUDAYA ORGANISASI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    1. Observasi

    Observasi adalah pengamatan dan kunjungan langsung terhadap suatu

    objek untuk mengetahui keberadaan, situasi, konteks dan maknanya dalam upaya

    mengumpulkan data penelitian, sehingga yang sedang berjalan tidak lepas

    pengamatan dan dapat dilihat secara nyata (Satori & Komariah, 2014, hlm. 105).

    Dalam penelitian kualitatif utamanya metode GT, observasi tidak untuk menguji

    kebenaran, namun untuk mengetahui kebenaran yang berhubungan dengan

    aspek/katagori sebagai aspek studi yang dikembangkan peneliti.

    Observasi mempunyai kriteria antara lain 1) peristiwa dapat diamati

    secara langsung; 2) dilakukan sendiri sehingga bisa mengetahui, merasakan

    peristiwa dan perilaku objek; 3) dicatat secara sistematik terhadap suatu peristiwa

    dan situasi yang berkaitan dengan pengetahuan proporsional maupun pengetahuan

    yang diperoleh dari data. Dalam observasi tidak boleh dilupakan adanya unsur-

    unsur atau komponen dalam setiap situasi sosial yang diamati. Menurut J.P

    Spradley (Satori & Komariah, 2014, hlm. 111), bahwa tiap situasi sosial terdapat

    tiga komponen yang dapat diamati yaitu: 1) ruang atau tempat dalam aspek fisik;

    2) pelaku atau aktor yaitu orang yang terlibat dalam situasi; 3) kegiatan (aktivitas)

    yang meliputi obyek, perbuatan, kejadian, peristiwa dan waktu. Pada dasarnya

    observasi mempunyai kelebihan seperti peneliti mengetahui kejadian sebenarnya,

    bisa memahami substansi, mencatat kebenaran, memahami perilaku yang kompleks

    dan memungkinkan pengumpulan data yang tidak dilakukan oleh teknik lain.

    Sekalipun demikian, masih ada beberapa kekurangan dalam observasi antara lain

    memakan waktu lama, sangat tergantung pada kepiawian pengamatnya, data yang

    didapat terlalu banyak sehingga menyulitkan dalam analisa.

    Dalam konteks ini, peneliti melakukan pengamatan dalam mengumpulkan

    data yang berhubungan dengan pelaksanaan pendidikan karakter berbasis asrama.

    Observasi dan pengamatan dilakukan dengan melihat secara langsung kegiatan

    keseharian mahasiswa selama di asrama, bangun tidur, ketepatan waktu masuk

    kuliah, keterlibatan mahasiswa terhadap agenda yang telah ditetpkan oleh unit

    pengelola, ekspresi dan kegembiraan selama mengikuti program dan ketaatan

    terhadap peraturan. Observasi terus menerus dilakukan terhadap kehidupan

    keseharian di asrama seperti rutinitas kegiatan di asrama, ketaatan pada peraturan.

  • 82

    Djoko Murdowo, 2017 PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS ASRAMA UNTUK PEMBINAAN NILAI-NILAI BUDAYA ORGANISASI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    2. Wawancara

    Teknik wawancara dalam GT biasanya dilakukan tidak hanya satu kali,

    namun bisa berulang dalam beberapa kali kunjugan lapangan, sampai data hingga

    katagori-katagori mencapai kejenuhan atau saturasi. Pengambilan data dilakukan

    dengan menggunakan wawancara atau interview yang pertanyaanya tidak

    terstruktur (unstructured interview), dimana pewawancara hanya mempunyai

    rencana pertanyaan atau rencana hal-hal atau konteks/topik yang akan

    ditanyakannya. Pertanyaan tersebut biasanyamerupakan pertanyaan yang umum

    dan bukan merupakan sekumpulan pertanyaan spesifik yang harus ditanyakan

    dengan perkataan tertentu dan dengan urutan tertentu (Babbie, dalam Wardhono,

    2011, hlm. 26).

    Wawancara langsung dilakukan terhadap manajemen Universitas Telkom

    antara lain pembuat kebijakan seperti Rektor, Wakil Rektor, unit penyusun

    kebijakan corporate culture, Direktur Kemahasiswaan, unit pengelola asrama dan

    mahasiswa yang tinggal asrama. Wawancara juga dilakukan kepada partisipan lain

    yang terkait dengan kehidupan asrama seperti orang tua mahasiswa, penginisiasi

    dan yang mengukur program asrama sebelumnya dan dosen yang bisa merasakan

    dampak kehidupan mahasiswa yang tinggal diasrama.

    Wawancara secara langsung tersebut dengan tujuan mendapatkan

    informasi dengan bentuk dan ciri kekhasan yang ada pada setiap nara sumber.

    Dengan wawancara langsung dialog antara peneliti dengan yang diteliti memberi

    kesan bahwa sudah terjalin suatu hubungan yang intens dan akrab, sehingga proses

    wawancara tidak kaku (Satori & Komariah, 2014, hlm. 131). Dalam wawancara

    secara langsung mendalam, ada flexibilitas dan keluwesan, dimana susunan

    pertanyaan dan kata-kata dalam setiap pertanyaan dapat diubah saat wawancara,

    disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi saat wawancara, termasuk karakteristik

    sosial budaya narasumber yang dihadapi.

    Untuk memandu jalannya wawancara, peneliti menyusun pedoman

    wawancara yang berisi pertanyaan-pertanyaan pokok yang diajukan. Semua hasil

    wawancara ini ditulis dalam lembar catatan lapangan (field notes) atau jika

    wawancara dilakukan dengan perekaman video atau audio maka perlu dituliskan

    kembali dalam format teks.

  • 83

    Djoko Murdowo, 2017 PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS ASRAMA UNTUK PEMBINAAN NILAI-NILAI BUDAYA ORGANISASI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara memiliki beberapa

    keuntungan, sebagaimana dikemukakan oleh Creswell (2007, hlm. 226) bahwa

    “some advantages are that they provide useful information when you cannot

    directly observe participants, and they permit participants to describe detailed

    personal information”. Melalui teknik ini peneliti dapat memperoleh informasi

    yang berguna bagi penelitian berdasarkan keterangan responden secara terperinci.

    Wawancara memberikan keleluasaan kepada peneliti untuk mempertanyakan

    berbagai hal yang berkaitan dengan objek yang diteliti, dimana setiap pertanyaan

    tersebut dapat berkembang selama proses percakapan terjadi.

    Ada 3 jenis teknik wawancara yaitu: wawancara struktur (structured

    interview), wawancara semi terstruktur (semistructured interview), dan wawancara

    tidak terstruktur (unstructured interview) (Sugiyono, 2014, hal 73). Dalam

    penelitian ini peneliti berupaya menggunakan ketiga jenis wawancara tersebut,

    dengan mempertimbangkan situasi dan kondisi wawancara serta kebutuhan akan

    informasi yang dapat berkembang setiap saat.

    Wawancara terstruktur dilakukan untuk mengetahui bagaimana proses

    perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian program pengembangan pendidikan

    karakter di perguruan tinggi. Wawancara ini dilakukan terhadap pimpinan

    universitas sebagai pembuat kebijakan tentang budaya perusahaan dan nilai-nilai

    organisasi. Sedangkan wawancara semi struktur ini sudah masuk dalam kategori in-

    depth interview (wawancara mendalam), pelaksanaannya lebih bebas dan terbuka

    dibanding wawancara terstruktur. Dalam hal ini peneliti akan melakukan

    wawancara kepada direktorat pengelola kebijakan asrama yang merupakan unit

    pembuat kebijakan asrama dan pengelola asrama. Wawancara ini dilakukan sebagai

    pelengkap data untuk menjawab fokus penelitian tentang bagaimana proses

    perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian program pendidikan karakter.

    Sedangkan wawancara tak terstruktur, menerapkan metode interview

    secara lebih mendalam, luas, dan terbuka, untuk mengetahui pendapat, pandangan,

    perasaan, pengetahuan dan pengalaman seseorang. Wawancara ini melibatkan

    mahasiswa dan mahasiswi yang tinggal di asrama serta unit yang sehari-hari berada

    dan mengawasi kegiatan asrama seperti pengelola asrama putra dari PT Trengginas,

    asrama putri dari PT. GSD dan alumni asrama yang menjadi Senior Resident (SR).

  • 84

    Djoko Murdowo, 2017 PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS ASRAMA UNTUK PEMBINAAN NILAI-NILAI BUDAYA ORGANISASI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    3. Analisis Dokumen

    Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi

    dan wawancara dalam penelitian kualitatif. Dokumen merupakan catatan peristiwa

    yang sudah berlalu, bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya monumental.

    Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan, cerita

    /biografi, peraturan, kebijakan. Sedangkan dokuman yang berbentuk gambar bisa

    berpa foto, gambar hidup, sketsa dan lain-lain. Pada sisi lain yang berbentuk karya

    dapat berbentuk karya seni seperti patung, film, puisi (Sugiyono, 2011, hlm. 82).

    Dokumen merupakan kejadian masa lalu yang ditulis atau dicetak, dapat berupa

    catatan anekdotal, surat, buku harian dan dokumen-dokumen (file siswa dan

    pegawai, deskripsi program, kurikulum, data statistik (Satori, 2011, hlm. 147)

    Dokumen yang ada secara umum dapat dibedakan menjadi dua, yaitu

    dokumen resmi dan dokumen tidak resmi. Dokumen resmi mencakup hal-hal

    seperti memo-memo, notulen rapat, kumpulan dokumen penting, catatan para

    siswa. Sedangkan dokumen tidak resmi misalnya nota, dan surat pribadi yang dapat

    memberikan informasi pendukung terhadap suatu peristiwa

    Kaitannya dengan penelitian yang sedang dilakukan, peneliti

    mengumpulkan dokumen yang diperlukan dalam penelitian ini menyangkut ide

    pembentukan nilai budaya perusahaan, mata kuliah dan metode pengajaran yang

    terkait dengan karakter, krurikulum, jadwal, rekaman perkulihaan, feedback

    mahasiswa, peraturan bidang akademik, catatan hasil-hasil rapat dinas dan

    workshop, foto kegiatan pembelajaran dan asrama.

    4. Studi Literatur

    Studi literatur diperlukan dalam mengungkap berbagai teori-teori yang

    berkaitan dengan permasalahan yang sedang dihadapi atau diteliti sebagai bahan

    pembahasan hasil penelitian. Literatur adalah bahan-bahan yang diterbitkan secara

    rutin ataupun berkala (Satori & Komariah, 2014, hlm. 152). Menurut Strauss

    Cobin (2015, hal 39), GT, baik literatur teknis maupun non-teknis, memainkan

    peranan penting dan beragam terkait dengan penelitian.

  • 85

    Djoko Murdowo, 2017 PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS ASRAMA UNTUK PEMBINAAN NILAI-NILAI BUDAYA ORGANISASI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    Literatur teknis dapat berupa laporan kajian penelitian, karya tulis

    profesional atau disipliner dalam bentuk makalah teoritik atau filosofis, yang dapat

    digunakan sebagai bahan latar belakang yang merupakan pembanding bagi data-

    data yang dikumpulkan dalam penelitian GT. Dalam penelitian kuantitatif, literatur

    membantu peneliti menggambarkan variabel-variabel penting, keterkaitan,

    pengelompokan variabel, yang akan digunakan dalam menginterpretasikan temuan

    yang diperoleh melalui cara yang baku. Hal ini berbeda dalam penelitan kualitatif

    GT, yang lebih menekankan pada penemuan katagori-katagori dan hubungan yang

    relevan antar katagori, bukan hubungan antar variabel, yaitu dengan menyusun

    katagori dengan cara-cara baru, ketimbang cara-cara baku.

    Literatur non-teknis meliputi surat, biografi, catatan harian, laporan, kaset

    video, surat kabar, dan sebagainya. Literatur ini dapat digunakan sebagai data

    primer, yang dapat melengkapi pewawancaraan dan pengamatan. Hal ini dapat

    dilakukan melalui membaca, mempelajari dan mengkaji literatur-literatur yang

    berhubungan dengan pendidikan karakter, konsep dan teori nilai, pendidikan

    berbasis asrama (boarding school), serta budaya organisasi baik berasal dari buku,

    internet, maupun hasil-hasil penelitian yang menggambarkan realitas pendidikan

    karakter berbasis asrama dalam membina nilai-nilai budaya organisasi serta dengan

    mengkaji berbagai hasil pemikiran subjek penelitian baik dalam bentuk buku teks,

    artikel maupun modul.

    D. Analisis Data

    Dalam riset kualitatif dengan menggunakan metode GT, tahap

    pengumpulan dan analysis data merupakan proses yang saling berhubungan dan

    harus dilakukan secara bergantian. Analisis data merupakan upaya mencari dan

    menata secara sistematis catatan hasil observasi, wawancara, dan lainnya untuk

    meningkatkan pemahaman peneliti tentang kasus yang diteliti dan menyajikannya

    sebagai temuan kepada orang lain. Hal ini dapat dilakukan dalam bentuk

    pengkodean, yang merupakan proses penguraian data, pembuatan konsep dan

    penyusunan kembali dengan cara yang baru.

  • 86

    Djoko Murdowo, 2017 PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS ASRAMA UNTUK PEMBINAAN NILAI-NILAI BUDAYA ORGANISASI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    Prosedur yang dilakukan dalam tahap analisis data yang merupakan dasar

    dari proses pengkodean yaitu dengan melakukan perbandingan secara terus

    menerus dan melakukan pengajuan pertanyaan-pertanyaan. Metode riset GT

    menekankan pada validitas data melalui verifikasi dan menggunakan coding

    sebagai alat utama dari pengolahan data. Proses biasanya dimulai dengan

    pengkodean (coding) serta pengkategorian data. Ada beberapa cara untuk

    melakukan pengkodean, yaitu: pengkodean terbuka (open coding), pengkodean

    terporos (axial coding) dan pengkodean terpilih (selective coding). Selama proses

    coding ini diadakan aktivitas penulisan memo teoritik. Memo bukan sekedar

    gagasan kaku, namun terus berubah dan berkembang atau direvisi sepanjang proses

    riset berlangsung.

    1. Pengkodean Berbuka (Open Coding)

    Pengkodean berrbuka (open coding), yaitu bagian dari analisis data,

    dimana peneliti menguraikan, memeriksa, membandingkan, mengkonsepkan dan

    mengkatagorikan hal-hal yang ditemukan dalam teks hasil dari wawancara,

    observasi, dokumentasi dan catatan harian peneliti itu sendiri. Dalam pengkodean

    berbuka (open coding) dilakukan melalui: pelabelan fenomena, penemuan dan

    penamaan kategori, penyusunan kategori (Strauss dan Corbin, 2015, hlm. 57-68).

    a. Pelabelan Fenomena

    Pelabelan fenomena suatu pemberian nama terhadap benda, kejadian atau

    informasi yang didapat melalui pengamatan ataupun wawancara. Tahap pelabelan

    fenomena merupakan kegiatan konseptualisasi data dimana peneliti diharuskan

    lebih teliti dalam memberi nama kegiatan/aktivitas narasumber yang dilakukan

    selama diamati ataupun diwawancarai.

    Kegiatan konseptualisasi dilakukan dengan membandingkan insiden

    insiden, diteruskan pemberian nama yang sama untuk fenomena-fenomena yang

    sejenis dan memberikan konsep baru pada fenomena. Dalam arti konseptualisasi

    data tidak hanya sekedar meringkas hasil pengamatan atau wawancara dengan

    kata-kata kunci sebagai ganti dari sebuah deskripsi yang panjang.

  • 87

    Djoko Murdowo, 2017 PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS ASRAMA UNTUK PEMBINAAN NILAI-NILAI BUDAYA ORGANISASI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    b. Penemuan Katagori dan Penamaan Katagori

    Penemuan katagori merupakan kegiatan mengkategorisasikan dan

    mengelompokkan konsep-konsep yang sama. Bermacam-macam data yang didapat

    dari penelitian sangat banyak dan beragam jenis, sehingga perlu disederhanakan

    dan dipisahkan ke dalam beberapa kelompok. Penyederhanaan data dapat dilakukan

    mellui reduksi data agar lebih ringkas dan padat, dibagi dalam kelompok-kelompok

    tertentu dengan melakukan pengkatagorian sesuai sifat dan substansinya.

    Fenomena yang digambarkan oleh suatu katagori diberi nama konseptual. Kategori

    mempunyai daya konseptual karena mampu mencakup kelompok konsep atau

    subkatagori lainnya.

    Penamaan kategori adalah suatu proses abstraksi, berupa pemberian

    nama/istilah pada kategori-kategori yang berkaitan dengan data yang didapat dan

    menyusun kategori yang ada sesuai sifat masing-masing kategori sebagai

    karakteristik yang melekat pada kategori tersebut. Kegiatan ini berkaitan dengan

    logika induktif, yaitu pengelompokan dalam satu katagori dan penamaan yang lebih

    abstrak terhadap sejumlah unit data yang sama atau memiliki keserupaan.

    Dalam konteks kehidupan diasrama Universitas Telkom, adanya Senior

    Resident (SR) yang mempuyai tugas pemeberlakuan tradisi, peraturan dan

    kebijakan serta kewenangan menegur, menghukum dan pemberian penilaian bisa

    dibeikan katagori sebagai “pengemban tradisi”

    c. Penyusunan Katagori

    Sebagai dasar dalam penyusunan kategori yaitu sifat yang berupa

    karakteristik atau atribut suatu katagori, dan ukuran yang menujukan posisi dari

    sifat dalam suatu kontinum. Pada proses pengkodean berbuka tidak hanya

    mendorong penemuan katagori, namun juga sifat dan ukurannya, yang selanjutnya

    disusun secara sistematis, karena sifat dan ukuran membentuk landasan untuk

    membuat kaitan antara katagori dan subkatagori dan juga katagori utama.

    Untuk memperjelas kita berikan contoh: lambang-lambang Partai tertentu

    dalam suatu kampanye, misalnya kaos, jaket, topi, bendera, spanduk, umbul-umbul,

    dll, semua dikategorikan dengan "warna tertentu". Warna tertentu (kategori) dari

    lambang-lambang yang tampak itu sesungguhnya tidak persis sama, di sana ada

    perbedaan baik dari segi intensitas coraknya, maupun kecerahannya. Intensitas

  • 88

    Djoko Murdowo, 2017 PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS ASRAMA UNTUK PEMBINAAN NILAI-NILAI BUDAYA ORGANISASI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    corak dan kecerahan itulah sifat dari "warna tertentu" tersebut. Masing-masing sifat

    itu memiliki dimensi yang dapat diukur. Setiap dimensinya dapat ditempatkan pada

    posisi tertentu dalam garis kontinium. Intensitas corak warna itu, misalnya, dapat

    diberi ukuran mulai dari yang "tebal" (hitam pekat), sedang (abu-abu), sampai pada

    "tipis" (keputih-putihan). Demikian seterusnya, setiap kategori data bisa

    ditempatkan di mana sajadi sepanjang kontinum dimensional secara bervariasi.

    Akibatnya, setiap kategori memiliki profil dimensional yang terpisah. Beberapa

    profil itu dapat dikelompokkan sehingga membentuk suatu pola. Profil dimensional

    ini menggambarkan sifat khusus dari suatu fenomena dalam kondisi-kondisi yang

    ada (Wardhono, 2011, hlm. 29)

    Perlu diperhatikan bahwa penentuan sifat umum suatu fenomena atau kategori

    cenderung tidak sama. Sebagai contoh sifat umum dari warna, adalah intensisitas

    corak dan kecerahan, sedangkan sifat umum dari perilaku adalah frekuensi,

    intensitas, durasi, dst.

    2. Pengkodean Berporos (Axial Coding)

    Axial coding atau pengkodean berporos adalah seperangkat prosedur

    penempatan data kembali dengan cara-cara baru dengan membuat kaitan antar

    katagori.Pengodean diawali dengan penentuan jenis katagori kemudian dilanjutkan

    dengan penemuan hubungan antar katagori atau antar sub-katagori.

    Data yang telah diuraikan dan diidentifikasi pada tahap pengkodean

    berbuka (open coding) seperti katagori, sifat dan ukurannya, selanjutnya pada

    pengkodean berporos akan ditempatkan kembali secara bersama dengan cara baru

    dengan membuat hubungan antara katagori dan subkatagorinya (Strauss and

    Corbin, 2015, hal 100). Hal ini diperkuat oleh Creswell (2007, hlm. 67), pada axial

    coding peneliti menggabungkan data dengan cara yang baru setelah open coding.

    Pada pengkodean ini, peneliti mengidentifikasi suatu fenomena sentral (central

    phenomenon), mengeksplorasi kondisi kausal (casual conditions), menspesifikasi

    strategi-strategi, mengidentifikasi konteks (context) dan kondisi yang

    mempengaruhi (intervening conditions), dan mendeskripsikan konsekuensi-

    konsekuensi (consequences) untuk fenomena tersebut

  • 89

    Djoko Murdowo, 2017 PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS ASRAMA UNTUK PEMBINAAN NILAI-NILAI BUDAYA ORGANISASI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    Dalam GT, per kategori akan dikelompokkan dalam satu jenis kategori

    yaitu: kondisi kausal, konteks, kondisi pengaruh, proses (aksi/interaksi), dan

    konsekuensi, disebut dengan model paradigma GT. Pada tahap ini peneliti memberi

    kode pada setiap kategori data, dengan mengajukan pertanyaan,"termasuk jenis

    kategori apa data ini"? Model paradigma ini menjadi dasar untuk menemukan

    hubungan antar kategori atau antar sub-kategori. Dalam pengkodean berporos

    dilakukan dengan memanfaatkan paradigma pengkodean yang fokus pada

    spesifikasi katagori (fenomena) berdasarkan kondisi yang memunculkannya seperti

    konteks (sejumlah sifat khusus); proses (aksi/interaksi) untuk menangani,

    mengelola dan melakukan; dan konsekuensi dari strategi tersebut (Strauss dan

    Corbin, 2015, hlm. 100). Dalam tahap ini menurut Strauss dan Corbin (1990),

    peneliti dapat menanyakan hal-hal sebagai berikut:

    a. Apakah konsep yang ada dapat dibagi menjadi sub dimensi atau sub kategori?

    b. Apakah beberapa konsep yang ada dan berhubungan dekat dapat dikombinasi-

    kan menjadi konsep yang lebih umum?

    c. Dapatkah kategori-kategori diorganisasikan menjadi suatu urutan,atau dari

    lokasi fisik, atau dari hubungannya dengan topic perhatian utama.

    Pada pengkodeaan berporos, sifat pertanyaan yang diajukan

    mengarah pada suatu jenis hubungan antara kondisi kausal dengan strategi

    aksi/interaksi, hubungan antara konteks dengan strategi aksi/interaksi,

    hubungan antara kondisi pengaruh dengan strategi aksi/interaksi, hubungan

    antara strategi aksi/interaksi dengan konsekuensi. Pola hubungan yang perlu

    ditemukan harus dapat mengungkap hubungan antara semua jenis kategori,

    bukan hanya pada hubungan antara dua kategori saja. Hal ini dapat

    digambarkan dalam diagram berikut:

    Gambar 3.2: Hubungan Konteks/Kondisi-Aksi/Interaksi-Konsekuensi

    Kondisi Pengaruh

    Kondisi Kausal

    Konteks

    Proses (Aksi/Interaksi)

    Konsekuensi

  • 90

    Djoko Murdowo, 2017 PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS ASRAMA UNTUK PEMBINAAN NILAI-NILAI BUDAYA ORGANISASI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    3. Pengkodean Terpilih (Selective Coding)

    Selective coding (pengkodean terpilih) adalah pengkodean tahap akhir

    yang meliputi penelusuran (scanning) pada semua data dan kode-kode sebelumnya.

    Tahap terakhir ini dilakukan saat peneliti telah siap melakukan pengkodean

    terakhir, telah mengidentifikasi tema-tema utama. Pada pengkodean ini, peneliti

    melihat secara selektif untuk kasus-kasus yang mengilustrasikan tema-tema hasil

    pengkodean sebelumnya dan membuat perbandingan setelah hampir semua data

    terkumpul lengkap. Dapat dikatakan bahwa dalam selective coding, peneliti

    mengidentifikasi suatu alur cerita (story line) dan menuliskan cerita yang

    mengintegrasikan kategori-kategori pada model axial coding (Creswell, 2007, hlm.

    67).

    Masalah penelitian dalam GT masih bersifat umum, adanya sejumlah

    besar data dengan kategori dan hubungan antar kategori/subkategori yang banyak

    dan bervariasi dan belum fokus pada titik tertentu. Untuk menyederhanakan perlu

    dilakukan proses penggabungan dan atau seleksi secara sistematis.

    Langkah untuk menyederhanakan data, dengan menggabungkan semua

    kategori, sehingga menghasilkan tema khusus. Konsep-konsep yang digunakan

    dalam penggabungan lebih abstrak dari konsep pengkodean terporos. Cara ini

    merupakan tugas peneliti yang paling sulit, sehingga kepekaan teoritik dari peneliti

    memegang peran. Inti dari proses penggabunga, bagaimana peneliti dapat

    menemukan spirit teoritis dari semua kategori, yang mungkin saja tidak tampak s

    ecara eksplisit, tetapi tertangkap oleh pikiran peneliti. Tahapan kerja yang

    disarankan dalam proses pengkodean terpilih ini;

    a. Melakukan reproduksi kembali alur cerita atau susunan data ke kerangka

    pemikiran.

    b. Identifikasi data dengan menulis beberapa kalimat pendek yang berisi inti cerita

    atau data.

    c. Menyimpulkan dan pemberian kode pada satu atau dua kalimat sebagai'kategori

    inti.

    d. Penetuan pilihan kategori inti. Dipilih satu saja katagori inti, yang lain sebagai

    kategori tambahan yang tidak menjadi inti pembahasan dalam penelitian ini.

  • 91

    Djoko Murdowo, 2017 PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS ASRAMA UNTUK PEMBINAAN NILAI-NILAI BUDAYA ORGANISASI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    Pada tahap penggabungan dan atau pemilihan ini, peneliti sebenarnya

    telah sampai pada penemuan tema pokok penelitian. Pada umumnya metode

    kualitatif menganggap penelitian telah selesai pada penemuan tema ini. Lain hal

    dalam Grounded Theory, tema utama (yang sudah ditemukan) dipandang sebagai

    dasar untuk merumuskan masalah utama dan hipotesis penelitian. Karena itu,

    peneliti perlu merumuskan masalah pokok dan hipotesis penelitiannya.

    Berdasarkan masalah dan hipotesis itu, peneliti harus kembali lagi ke lapangan

    untuk mengabsahkan atau membutikannya. Hasil pembuktian itulah yang menjadi

    temuan penelitian, yang disebut sebagai teori.

    4. Pememoan (Memoing)

    Dalam penelitian GT, memo merupakan catatan-catatan yang dibuat

    peneliti untuk mengelaborasi ide-ide yang berhubungan dengan data dan kategori-

    kategori yang dikodekan. Dengan kata lain, memo merupakan catatan yang dibuat

    peneliti bagi dirinya sendiri dalam rangka menyusun hipotesis tentang sebuah

    kategori, tentang hubungan-hubungan antara kategori-kategori yang ditemukan.

    Memoing (memo) adalah proses mencatat pemikiran-pemikiran dan gagasan dari

    peneliti sewaktu hal itu muncul selama penelitian (Glasser, 1998), Penulisan memo

    harus harus diberikan prioritas utama karena ide tentang hubungan-hubungan

    antara kategori-kategori bisa muncul kapan saja dan peneliti harus segera

    mencatatnya.

    Dari penjelasan diatas dapat disarikan bahwa langkah riset dalam GT

    melalui tahapan perumusan masalah, penjaringan data, analisis data, penyusunan

    dan validasi teori, dan penulisan laporan. Riset kualitatif dengan metode GT

    dimulai dengan fokus pada wilayah studi dan mengumpulkan data dari berbagai

    sumber, termasuk wawancara dan observasi lapangan. Selanjutnya data dianalisis

    menggunakan pengkodean dan prosedur sampling teoritis. Akhirnya, setelah teori

    dihasilkan dengan bantuan prosedur penafsiran, riset ditulis dan disajikan. Teknik

    pengelolaan data, hubungan, rumusan dan analisa data dalam pengembangan

    sebuah grounded theory dapat dilihat dalam skema berikut:

  • 92

    Djoko Murdowo, 2017 PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS ASRAMA UNTUK PEMBINAAN NILAI-NILAI BUDAYA ORGANISASI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    Gambar 3.3 Konsep Grounded Theory

    Sumber : dikembangkan oleh Murdowoi (2016)

    E. Validitas Data

    Hasil penelitian dapat dianggap sah apabila dapat memenuhi kriteria

    valid, reliable, dan obyektif. Pengujian keabsahan data dalam penelitian kualitatif

    meliputi: uji derajat kepercayaan (credibility atau validitas internal), keteralihan

    (transferability atau validitas eksternal), ketergantungan (dependability atau

    reliabilitas), dan kepastian (confirmability atau objektivitas) (Satori & Komariah,

    2014, hlm. 164)

    1. Pengujian Keterpercayaan (Credibility atau Validitas Internal)

    Penelitian berangkat dari data sebagai sumber utama, untuk itu data

    penelitian harus valid yang perlu dilakukan pengujian. Uji keterpecayaan

    (credibility) merupakan derajat kepercayaan terhadap data hasil penelitian. Untuk

    menguji kredibilitas dari data penelitian dapat digunakan beberapa cara pengujian

    kredibilitas data dalam penelitian kualitatif yaitu: (1) perpanjangan pengamatan, (2)

    peningkatan ketekunan/kegigihan, (3) triangulasi, dan (4) member cek.

    Kesatu, memperpanjang masa observasi. Dalam penelitian kualitatif agak

    sulit mempercayai hasil penelitian apabila hanya datang sekali saja kelapangan.

    Pada saat melakukan observasi diperlukan waktu untuk betul-betul mengenal suatu

    Wawancara

    Observasi

    Dokumentasi

    Literatur

    Lapangan

    Constantt Comparatif

    Theoretical Sampling

    Catagories

    Katagori

    Sub Katagori

    Katagori

    Sub Katagori

    Dimensi Inti

    Katagori

    Katagori

    Dimensi Inti

    Sub Katagori

    Katagori

    Sub Katagori

    Katagori

    Dimensi Inti

    Rumusan masalah & hipoteses penelitian

    OPEN CODING CONSEPTUAL CATAGORIES

    AXIAL CODING CORE DIMENSIONS

    SELECTIVE CODING

    PRIMARY DIMENSION SUMBER DATA

    Penelitian Lapangan

    Grounded Theory

  • 93

    Djoko Murdowo, 2017 PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS ASRAMA UNTUK PEMBINAAN NILAI-NILAI BUDAYA ORGANISASI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    lingkungan, sebab itu peneliti berusaha memperpanjang waktu penelitian dengan

    cara mengadakan hubungan baik dengan orang-orang disana, dengan cara

    mengenal kebiasaan yang ada dan mengecek kebenaran informasi.

    Kedua, peningkatan ketekunan, dilakukan peneliti agar dapat

    mengumpulkan data yang benar, akurat, actual dan lengkap. Dengan meningkatkan

    ketekunan/kegigihan berarti melakukan pengamatan secara lebih cermat dan

    berkesinambungan, sehingga dapat diperoleh kepastian data dan urutan peristiwa

    secara pasti dan sistematis.

    Ketiga Triangulasi, merupakan teknik pengumpulan data dengan

    menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah

    ada (Sugiyono, 2013, hlm. 83). Ada tiga macam teknik triangulasi, yakni triangulasi

    berdasarkan sumber data, berdasarkan teknik pengumpulan data serta triangulasi

    berdasarkan waktu pengumpulan data (Sugiyono, 2013, hlm. 372).

    Berikut ini adalah bagan dan penjelasan dari triangulasi sumber,

    triangulasi teknik , dan triangulasi pengumpulan data yang digunakan dalam

    penelitian ini.

    Triangulasi Sumber adalah eksplorasi dan mengecek kebenaran data dari

    berbagai sumber dan berkaitan. Dalam penelitian menguji nilai-nilai karakter dan

    nilai budaya organisasi yang telah ditetapkan oleh top leader apakah sudah

    dimengerti, dipahami dan diterapkan di asrama. Pengumulan data dan pengujianya

    dilakukan ke beberapa sumber seperti pembuat kebijakan asrama, pengelola,

    penghuni asrama. Jika hasil wawancara dari para narasumber tersebut mempunyai

    kesamaan maka itulah yang dianggap sebagai hasil temuan.

    Gambar 3.4 Triangulasi dengan Tiga Sumber Data

    Sumber : dikembangkan oleh Peneliti (2016)

    Pimpinan Universitas

    Pamong Asrama

    Mahasiswa di asrama

    Pembuat kebijakan asrama

  • 94

    Djoko Murdowo, 2017 PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS ASRAMA UNTUK PEMBINAAN NILAI-NILAI BUDAYA ORGANISASI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    Selanjutnya, triangulasi teknik adalah melakukan pengecekan data pada

    sumber yang sama dengan teknik berbeda. Dalam penelitian ini digali tentang

    aktifitas mahasiswa di asrama dengan teknik wawancara, lalu dicek dengan

    observasi dilapangan, kemudian dengan dokumentasi. Bila ternyata diperoleh

    situasi yang berbeda maka perlu dilakukan diskusi lebih lanjut dengan sumber data

    atau yang lain untuk memastikan data yang dianggap benar.Triangulasi berdasarkan

    tiga teknik pengumpulan data untuk mengetahui derajat kesesuaian antara hasil

    wawancara, observasi, dan studi dokumentasi.

    Gambar 3.5 Triangulasi dengan Tiga Teknik Pengumpulan data

    Sumber : dikembangkan oleh Peneliti (2016)

    Triangulasi berdasarkan waktu pengumpulan data, untuk mengetahui

    derajat kesesuaian/konsistensi antara hasil penelitian dengan cara mengumpulkan

    data pada waktu yang berbeda. Untuk mengetahui aktiftas mahasiswa diasrama

    dapat diamati dan dikumpulkan data dengan melakukan wawancara pada pagi hari,

    diulangi padi sore hari dan mengeceknya kembali pada malam hari. Hal yang sama

    dapat dilakukan wawancara pada bulan pertama masuk, dilakukan pengecekan

    kembali pada bulan ke 6, dan bisa dilakukan kembali pada bulan ke 8 dimana

    mahasiswa yang tinggal diasrama telah pulang kembali dari libur semester.

    Gambar 3.6 Triangulasi dengan Tiga Waktu Pengumpulan Data

    Sumber : dikembangkan oleh Peneliti (2016)

    Wawancara Dokumen

    Observasi

    Bulan ke 1 Bulan ke 6

    Bulan ke 8

  • 95

    Djoko Murdowo, 2017 PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS ASRAMA UNTUK PEMBINAAN NILAI-NILAI BUDAYA ORGANISASI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    Keempat, mengadakan member cek, dilakukan pada akhir wawancara

    dengan menyebutkan garis besarnya, bertujuan agar narasumber memperbaiki bila

    ada kekeliruan, atau menambahkan apa yang masih kurang. Tujuannya agar

    informasi yang diperoleh sesuai dengan apa yang dimaksud oleh narasumber.

    2. Pengujian Keteralihan (Transferability atau Validitas Eksternal)

    Uji terhadap ketepatan suatu penelitian kualitatif selain dilakukan pada

    internal penelitian juga pada keterpakaiannya oleh pihak eksternal. Validitas

    eksternal berkenaan dengan derajat akurasi hasil penelitian dapat digeneralisasikan

    atau diterapkannya hasil penelitian ke populasi dimana sampel tersebut diambil.

    Suatu penelitian yang nilai transferabilitasnya tinggi senantiasa dicari orang lain

    untuk dirujuk, dicontoh, dipelajari lebih lanjut untuk diterapkan ditempat lain.

    Karena itu, agar hasil penelitian ini dapat diterapkan pada konteks dan situasi lain,

    perlu dibuatnya laporan yang rinci, jelas, sistematis dan dapat dipercaya.

    3. Pengujian Kebergantungan (Dependability atau Reliabilitas)

    Dalam penelitian memiliki sifat ketaatan dengan menunjukkan

    konsistensi dan stabilitas data atau temuan yang dapat direflikasi.Suatu penelitian

    yang reliabel adalah ketika orang lain dapat mengulangi atau mereplikasi proses

    penelitian tersebut. Pengujian dependabilitas ini untuk membuktikan bahwa hasil

    penelitian dapat ditemukan dengan hasil yang sama kembali oleh peneliti lainnya.

    4. Pengujian Kepastian (Confirmability atau Obyektivitas)

    Uji kepastian yaitu menguji bahwa data yang diperoleh dapat dilacak

    kebenarannya dan sumber informannya jelas. Hasil penelitian dikatakan memiliki

    derajat objektivitas yang tinggi apabila keberadaan data dapat ditelusuri secara pasti

    dan hasil penelitian telah disepakati banyak orang. Dalam penelitian kualitatif, uji

    konfirmability mirip dengan uji dependability, sehingga pengujiannya dapat

    dilakukan secara bersamaan. Hal tersebut berkaitan dengan pelaksanaan penelitian

    yang dilakukan oleh peneliti di lapangan. Keberlangsungan proses penelitian sebisa

    mungkin harus dapat dibuktikan oleh peneliti. Menguji konfirmability berarti

    menguji hasil penelitian, dikaitkan dengan proses yang dilakukan, ketika hasil

    penelitian merupakan fungsi dari proses penelitian yang dilakukan, maka penelitian

    tersebut memenuhi standar konfirmability.

  • 96

    Djoko Murdowo, 2017 PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS ASRAMA UNTUK PEMBINAAN NILAI-NILAI BUDAYA ORGANISASI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    5. Member Check

    Member check adalah proses pengecekan data yang diperoleh peneiliti

    kepada informan. Hal ini untuk mengetahui kesesuaian data yang diberikan oleh

    pemberi data. Apabila para pemberi data sudah menyepakati data yang diberikan

    berarti data tersebut valid dan kredibel, namun jika pemberi data meragukan

    datanya dan peneliti tidak melakukan diskusi lebih lanjut dengan informan maka

    menjadi tidak valid dan terpercaya (credible). Dengan demikian, perlu dilakukan

    diskusi lebih lanjut apabila ditemukan ketidak cocokan antara data yang sudah

    dielaborasi oleh peneliti dengan penjelasan lebih lanjut dari informannya.

    Member check dilakukan setelah satu periode pengumpulan data selesai,

    atau setelah mendapatkan suatu temuan atau kesimpulan. Hal tersebut dapat

    dilakukan secara individu atau kelompok. Dalam diskusi peneiliti menyampakan

    temuan kepada pemberi data, yang dalam pelaksanaanya data yang disampaikan

    ada yang dikurangi, ditambah, disepakati atau ditolak.