manajemen obat desember 2010

24
BAB 1 PENDAHULUAN Manajemen obat dan alat kesehatan adalah salah satu unit yang penting dalam sebuah institusi pelayanan kesehatan. Manajemen mengenai obat dan alat kesehatan yang baik dapat menghindarkan dari hal-hal seperti: dokter tidak tahu obat apa yang akan diberikan, memberikan obat-obatan yang terlalu banyak, menggunakan obat yang lebih mahal dimana seharusnya bisa digunakan obat yang lebih murah, mengobati pasien sebelum diagnosa ditegakkan, dan bisa saja melebihi dosis yang dianjurkan serta mungkin dapat menggunakan alat kesehatan yang tidak layak pakai. Sedangkan bagi institusi pelayanan kesehatan bisa terjadi pemesanan obat dan alat kesehatan yang tidak wajar. Manajemen obat bertujuan agar obat dapat digunakan secara bijaksana dan mencegah penggunaan obat yang berlebihan dari yang dibutuhkan oleh pasien. Beberapa alasan mengapa diperlukan manajemen obat yang baik, diantaranya adalah: Peresepan obat sebelum diagnosis yang tepat ditegakkan. Pemakaian banyak jenis obat pada seorang pasien. Seringnya penggunaan obat yang mahal dan paten, sementara obat generik standar yang murah serta berkualitas mempunyai tingkat efektivitas sama, tidak digunakan. Penggunaan dosis obat yang melebihi dari yang dibutuhkan pasien. 1

Upload: raja-ruzanna

Post on 26-Jun-2015

511 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: manajemen obat desember 2010

BAB 1

PENDAHULUAN

Manajemen obat dan alat kesehatan adalah salah satu unit yang penting

dalam sebuah institusi pelayanan kesehatan. Manajemen mengenai obat dan alat

kesehatan yang baik dapat menghindarkan dari hal-hal seperti: dokter tidak tahu

obat apa yang akan diberikan, memberikan obat-obatan yang terlalu banyak,

menggunakan obat yang lebih mahal dimana seharusnya bisa digunakan obat yang

lebih murah, mengobati pasien sebelum diagnosa ditegakkan, dan bisa saja

melebihi dosis yang dianjurkan serta mungkin dapat menggunakan alat kesehatan

yang tidak layak pakai. Sedangkan bagi institusi pelayanan kesehatan bisa terjadi

pemesanan obat dan alat kesehatan yang tidak wajar.

Manajemen obat bertujuan agar obat dapat digunakan secara bijaksana dan

mencegah penggunaan obat yang berlebihan dari yang dibutuhkan oleh pasien.

Beberapa alasan mengapa diperlukan manajemen obat yang baik, diantaranya

adalah:

Peresepan obat sebelum diagnosis yang tepat ditegakkan.

Pemakaian banyak jenis obat pada seorang pasien.

Seringnya penggunaan obat yang mahal dan paten, sementara obat generik

standar yang murah serta berkualitas mempunyai tingkat efektivitas sama,

tidak digunakan.

Penggunaan dosis obat yang melebihi dari yang dibutuhkan pasien.

Memesan obat melebihi dari yang dibutuhkan oleh institusi, sehingga obat

yang tidak banyak penggunaannya akan mencapai tanggal kadaluwarsanya.

Obat-obat tidak disimpan di lemari pendingin (refrigerator), sehingga banyak

vaksin dan obat yang tidak efektif lagi.

Banyak obat yang terpajan oleh debu atau panas.

Oleh karena itu, maka seorang manajer harus mampu dan memahami

proses manajemen obat di sebuah institusi pelayanan kesehatan. Manajemen obat

ini sama seperti manajemen yang lain yaitu melibatkan perencanaan (planning),

1

Page 2: manajemen obat desember 2010

pengorganisasian (organizing), pelaksanaan (actuating) dan pengendalian

(controlling).

2

Page 3: manajemen obat desember 2010

BAB 2

MODUL MANAJEMEN OBAT DAN ALAT KESEHATAN

I. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN OBAT DI PUSKESMAS LAWANG

BERDASARKAN 5 JENIS PENYAKIT DARI 10 PENYAKIT TERBANYAK

a. Identifikasi 5 jenis penyakit terbanyak di instalasi rawat jalan puskesmas

lawang (BP/KIA)

Sepuluh penyakit terbanyak Puskesmas Lawang pada Nopember 2010 :

No. Diagnosa Jumlah kasus Nopember 2010

1. ISPA 2351

2. Diare 874

3. Hipertensi 486

4. Myalgia 478

5. Gastritis 406

6. Thyphoid 371

7. Dermatitis 325

8. Asma 250

9. Conjunctivitis 175

10. Diabetes melitus 171

b. Jenis obat yang dibutuhkan untuk setiap jenis penyakit dari lima macam

penyakit terbanyak di Instalasi rawat jalan Puskesmas Lawang (BP/KIA)

tersebut

1. ISPA

No Jenis Obat

1 Antibiotika

2 Analgesik-Antipiretik

3 Dekongestan

4 Antihistamin

3

Page 4: manajemen obat desember 2010

5 Antitusif

6 Ekspektoran

2. Hipertensi

No Jenis Obat

1 Diuretika

2 Penghambat ACE

3 Penghambat Ion Ca

4 Penghambat Adrenergik

3. Myalgia

No Jenis Obat

1 Analgesik

2 Antiinflamasi

4. Observasi Febris

No Jenis Obat

1 Antipiretik

5. Gastritis

No Jenis Obat

1 Antasida

2 Penghambat Reseptor H2

c. Obat yang menjadi pilihan untuk setiap jenis penyakit tersebut:

4

Page 5: manajemen obat desember 2010

1. ISPA

No Jenis Obat Nama Obat

1 AntibiotikAmoxicillin, Cotrimoxazole, Ciprofloxacin

2 Analgesik-AntipiretikParasetamol, Ibuprofen, Antalgin, Asam Mefenamat, Natrium Diklofenak

3 Dekongestan Efedrin, Pseudoefedrin

4 AntihistaminCTM (Clorpheniramine maleat), Ciproheptadine, Dymenhidrinat

5 Antitusif DMP (Dextrometorphan HBr)

6 EkspektoranGliseril Guaikolat, Bromhexin, OBH

2. Hipertensi

No Jenis Obat Nama Obat

1 Diuretika Furosemida, HCT

2 Penghambat ACE Captopril

3 Penghambat Ion Ca Nifedipin

4 Penghambat Adrenergik Reserpin

3. Myalgia

No Jenis Obat Nama Obat

1 AnalgesikIbuprofen, Asam mefenamat, Natrium Diklofenak, paracetamol, Antalgin

4. Observasi Febris

5

Page 6: manajemen obat desember 2010

No Jenis Obat Nama Obat

3 Antipiretik Parasetamol, Ibuprofen

5. Gastritis

No Jenis Obat Nama Obat

1 Antasida Antasida

2 Penghambat reseptor H2 Simetidin, Ranitidin

a. Harga yang dibutuhkan untuk biaya pengadaan obat tersebut:

No Nama obat Sediaan Harga satuan

1. Amoksisilin Tablet 500 mg

Sirup 125 mg / 5 mL

@ Rp 370,00

@ Rp 3.400,00

2. Antasida Tablet 400 mg

Sirup 400 mg / 5 mL

@ Rp. 91,00

@ Rp. 2.643,00

3. Asam

Mefenamat

Tablet 500 mg @ Rp. 131,95

4. Betametason

krim 0,1%

Tube 5 gram @ Rp. 3.000,00

5. Bromhexin Tablet 8 mg @ Rp. 385,20

6. CTM Tablet 4 mg @ Rp. 17,17

7. Deksametason Tablet 0,5 mg @ Rp. 57,45

8. Diazepam Tablet 2 mg @ Rp. 19,80

9. Dimenhidrinat Tablet 50 mg @ Rp. 84,50

10. DMP Tablet 15 mg

Sirup 10 mg/5 ml

@ Rp. 99,00

@ Rp. 2.400,00

11. Domperidon Tablet 10 mg @ Rp. 403,62

12. Efedrin Tablet 25 mg @ Rp. 20,74

13. Ekstrak Tablet 10 mg @ Rp. 17,89

6

Page 7: manajemen obat desember 2010

belladona

14. Ergotamin

Tartrat + Kafein

Tablet 1 mg + 50 mg @ Rp. 102,00

15. Furosemida Tablet 40 mg @ Rp. 65,42

16. Gliseril

Guaiakolat

Tablet 100 mg @ Rp. 23,24

17. HCT Tablet 25 mg @ Rp. 10,00

18. Hidrokortison

krim 2,5%

Tube 5 gram @ Rp. 2.825,00

19. Ibuprofen Tablet 200 mg @ Rp. 73,36

20. Kaptopril Tablet 12,5 mg

Tablet 25 mg

@ Rp. 70,90

@ Rp. 137,75

21. Kloramfenikol Kapsul 250 mg @ Rp. 150,00

22. Kotrimoksazol Tablet 480 mg

Sirup 240 mg / 5 mL (60

mL)

@ Rp. 100,00

@ Rp. 2.839,00

23. Likobion Tablet @ Rp. 250,00

24. Metoklopramid Tablet 10 mg @ Rp. 76,30

25. Metronidazole Tablet 500 mg @ Rp. 135,00

26. Na diklofenak Tablet 50 mg @ Rp. 217,68

27. Nifedipin Tablet 10 mg @ Rp. 107,85

28. Obat Batuk

Hitam

Botol 100 mL

Botol 200 mL

@ Rp. 1.250,00

@ Rp. 2.500,00

29. Oralit Sachet @ Rp.150,00

30. Parasetamol Tablet 500 mg

Sirup 120 mg / 5 mL (60

mL)

@ Rp. 105,00

@ Rp. 1.725,00

31. Prednison Tablet 5 mg @ Rp. 40,00

32. Ranitidine Tablet 150 mg @ Rp. 200,00

33. Reserpin Tablet 0,25 mg @ Rp. 55,00

34. Simetidine Tablet 200 mg @ Rp. 72,26

7

Page 8: manajemen obat desember 2010

35. Siprofloksasin Tablet 500 mg @ Rp. 265,00

36. Tetrasiklin Kapsul 250 mg

Salep 3,5%

@ Rp. 73,00

@ Rp. 3.000,00

37. Vitamin B1 Tab 50 mg @ Rp. 23,88

38. Vitamin B6 Tablet 25 mg @ Rp. 18,57

39 Vitamin B

kompleks

Tablet @ Rp. 22,20

40. Vitamin C Tablet 50 mg @ Rp. 18,64

41. Zinc Tablet dispearsal -

II. STRUKTUR ORGANISASI DAN PEMBAGIAN TUGAS TANGGUNG JAWAB

(JOB DESKRIPSI) DALAM PUSKESMAS LAWANG UNTUK TIM MANAJEMEN

OBAT DAN ALAT KESEHATAN

Di Puskesmas Lawang terdapat tim yang dibentuk khusus untuk menangani

obat dan alat kesehatan. Tim ini terdiri dari dua orang yaitu satu orang bertanggung

jawab terhadap obat-obatan dan barang habis pakai dan satu orang lagi

bertanggung jawab terhadap alat kesehatan dan barang tidak habis pakai.

Struktur organisasinya adalah sebagai berikut:

Dinkes / Gudang Farmasi Kabupaten Malang

Kepala Puskesmas Lawang

Penanggung jawab obat dan Penanggung jawab alat dan

barang habis pakai barang tidak habis pakai

Internal (Apotik Induk) Eksternal (Pustu dan Bidan Desa)

8

Page 9: manajemen obat desember 2010

Tugas penanggung jawab obat dan barang habis pakai:

Merencanakan pengadaan yang didasarkan jumlah penyakit terbanyak

pada periode sebelumnya kemudian melaporkannya kepada

penanggung jawab gudang, dan dimintakan persetujuan Kepala

Puskesmas Lawang untuk diajukan ke Dinkes Kabupaten Malang.

Perencanaan pengadaan obat dan alat habis pakai dilakukan setiap dua

bulan sekali.

Mendistribusikan obat-obatan dan alat habis pakai ke internal

puskesmas dan eksternal puskesmas (puskesmas pembantu dan bidan

desa) sesuai kebutuhan.

Melakukan pengecekan obat dan alat habis pakai yang dilaksanakan

satu bulan sekali.

Tugas penanggung jawab alat dan barang tidak habis pakai:

Merencanakan pengadaan alat-alat kesehatan sesuai kebutuhan

puskesmas, melaporkannya kepada penanggung jawab gudang, dan

dimintakan persetujuan Kepala Puskesmas Lawang untuk diajukan ke

Dinkes Kabupaten Malang.

Pengecekan dilakukan rutin setiap hari.

Melaporkan kepada penanggung jawab gudang jika ada alat yang hilang,

rusak, atau sudah tidak layak pakai.

III. PERENCANAAN KEBUTUHAN OBAT DAN ALAT KESEHATAN DI

PUSKESMAS LAWANG

Dasar yang digunakan untuk merencanakan pengadaan obat dan alat

kesehatan di Puskesmas Lawang:

Daftar penyakit terbanyak di Puskesmas Lawang yang disusun satu

bulan sekali.

Sisa obat bulan sebelumnya. Jika salah satu obat masih ada sisa bulan

kemarin, maka pengadaan obat tersebut tetap direncanakan pada bulan

ini dengan jumlah obat yang disesuaikan.

9

Page 10: manajemen obat desember 2010

IV.PENGADAAN KEBUTUHAN OBAT DAN ALAT KESEHATAN DI PUSKESMAS

LAWANG

a. Setelah mendapat persetujuan dari kepala puskesmas, surat permintaan

pengadaan obat dikirim ke dinkes kabupaten dan diteruskan ke gudang obat

farmasi kabupaten.

b. Pengadaan obat dilakukan oleh tim khusus tersebut di atas.

Bagan Pengadaan Obat dan Alat Kesehatan

V. PENYIMPANAN OBAT DAN ALAT KESEHATAN DI PUSKESMAS LAWANG

a. Obat disimpan di rak yang kering, tidak lembab, dan tidak terkena sinar

matahari langsung. Penyimpanan obat disusun berdasarkan bentuk sediaan

10

Laporan tiap bulan

Permintaan Pasokan Obat Tiap 2 bulan

Dinas Kesehatan

Gudang Obat

Gudang Alat

AlatObat

Kamar

Obat:

UGD

BP

Kaber

Rawat Inap

Polindes

Posyandu

Gizi

Pustu

Polindes

Posyandu

Pustu

Gizi

Eksternal

Internal Internal

UGD

BP

Kaber

Rawat

Inap

Eksternal

Laporan Tiap bulan

Page 11: manajemen obat desember 2010

dan urutan abjad. Tablet dan kapsul di rak atas. Ampul dan salep serta obat

topikal lainnya di rak tengah. Sedangkan sirup dalam botol di rak bawah.

Untuk obat narkotik dan psikotropika penyimpanannya dipisahkan dari obat

lain, diletakkan di dalam lemari terkunci.

b. Rak harus kering, tidak lembab, tidak terkena sinar matahari langsung,

mudah dijangkau, dan diberi label tiap jenis obat. Tempat yang terkunci

digunakan untuk obat narkotik dan psikotropika.

c. Di puskesmas Lawang terdapat buku administrasi untuk keluar masuknya

alat kesehatan dan obat. Buku ini dipegang oleh bagian eksternal (bidan

desa dan puskesmas pembantu) dan bagian internal. Petugas penanggung

jawab dari puskesmas Lawang juga memiliki buku catatan tersendiri yang

kemudian bila pihak eksternal dan internal mengambil obat, maka kedua

buku ini dicocokkan. Sedangkan laporan dari penanggung jawab obat dan

alat kesehatan ke kepala puskesmas dilakukan secara komputerisasi.

VI.PEMANTAUAN DAN PEMELIHARAAN OBAT DAN ALAT KESEHATAN DI

PUSKESMAS LAWANG

a. Di puskesmas Lawang, pemantauan obat dilakukan setiap hari langsung oleh

kepala puskesmas. Untuk pemantauan oleh dinas kesehatan dapat dilakukan

setiap saat (inspeksi mendadak). Mekanisme pemantauan dari kepala

puskesmas adalah dengan menggunakan komputer yang tersambung

dengan bagian gudang obat.

b. Penggunaan obat di puskesmas Lawang sudah sesuai dengan kegunaan

dan indikasi. Namun masih terdapat obat-obatan yang sebenarnya

diresepkan oleh dokter tetapi tidak tersedia di bagian farmasi balai

pengobatan, sehingga pasien harus membeli di apotek luar. Hal ini

dikarenakan Pemerintah tidak men-supply obat tersebut untuk puskesmas

c. Mekanisme pemeliharaan dan perbaikan alat kesehatan dilakukan langsung

oleh penanggung jawab alat dan barang tidak habis pakai. Tidak ada tim

khusus untuk pemeliharaan alat. Jika penanggung jawab alat menemukan

alat yang rusak, maka ia harus melaporkannya ke penanggung jawab

11

Page 12: manajemen obat desember 2010

gudang untuk disampaikan ke kepala puskesmas. Selanjutnya kepala

puskesmas menginstruksikan penanggung jawab gudang untuk melakukan

usaha perbaikan. Jika perbaikan membutuhkan teknisi khusus, maka harus

dibuat laporan kerusakan barang.

VII. FORM YANG DIGUNAKAN DALAM PROSES PERENCANAAN,

PENYIMPANAN, DAN PENDISTRIBUSIAN OBAT DAN ALAT KESEHATAN DI

PUSKESMAS LAWANG

Terdapat beberapa form yang digunakan dalam proses perencanaan,

penyimpanan, dan pendistribusian obat. Terdapat 3 form yang berasal dari dinas

kesehatan kabupaten Malang, yaitu :

Laporan pemakaian dan lembar permintaan obat (LPLPO)

sebanyak 9 lembar

Kartu Stelling sebanyak 1 lembar

Kartu persediaan barang obat dan alat kesehatan sebanyak 1

lembar

Sedangkan puskesmas Lawang sendiri mempunyai form yang digunakan

untuk proses perencanaan, penyimpanan, dan pendistribusian obat.

12

Page 13: manajemen obat desember 2010

13

Page 14: manajemen obat desember 2010

VIII. PERMASALAHAN YANG DITEMUKAN DALAM MANAJEMEN OBAT DAN

ALAT KESEHATAN DI PUSKESMAS LAWANG

Permasalahan yang sering ditemukan dalam manajemen obat dan alat

kesehatan di puskesmas Lawang adalah dalam aspek pengadaan. Penyebab

permasalahan ini adalah adanya perbedaan jumlah dan jenis obat yang di

diberikan oleh dinas kesehatan dengan jumlah dan jenis obat yang diminta oleh

pihak puskesmas.

ANALISIS

1. Manajemen obat di puskesmas Lawang telah menerapkan manajemen preventif:

Planning

Perencanaan obat selalu didasarkan pada penyakit terbanyak yang

disusun setiap bulan. Sehingga dapat meminimalkan jumlah obat-obatan

yang tidak terpakai (kadaluarsa). Untuk penyakit-penyakit yang jarang

dijumpai, perencanaan obat tetap dilakukan dengan pertimbangan angka

kejadian tiap bulannya.

Perencanaan juga mempertimbangkan sisa obat bulan lalu. Hal ini juga

untuk mencegah jumlah obat yang berlebihan.

Setiap pemesanan obat selalu dilebihkan 10% dari kebutuhan. Hal ini

bertujuan menghindari kehabisan obat di tengah bulan, padahal obat

tersebut masih dibutuhkan.

Untuk mencegah obat habis di tengah bulan, maka penanggung jawab

obat wajib melapor ke penanggung jawab gudang bila persediaan obat

hanya tinggal 10% dari jumlah awal.

Dalam hal terjadinya KLB atau wabah, pengadaan obat dilaksanakan

dengan mekanisme tertentu. Penanggung jawab dalam hal ini adalah

penanggung jawab obat dan alat habis pakai. Surat permintaan obat

dikirimkan ke dinkes kabupaten bersamaan dengan laporan terjadinya

KLB.

14

Page 15: manajemen obat desember 2010

Organizing

Permintaan obat diajukan oleh kepala puskesmas kepada kepala dinas

kesehatan kabupaten dengan menggunakan format LPLPO, dipesan tiap

2 bulan, sedangkan permintaan dari subunit ke kepala puskesmas

(gudang obat puskesmas) dilakukan secara periodik yaitu dipesan tiap 1

bulan menggunakan LPLPO Sub unit (kamar obat, UGD/rawat inap,

KIA/Kaber/KB, BP, poli gigi, dan pustu/polindes serta posyandu. Alur

pemesanan yang sistematis ini mempermudah pekerjaan mendaftar

kebutuhan obat, sehingga ketersediaan obat lebih dapat dijamin.

Sistem pelaporan pemakaian obat dilakukan setiap bulan dari sub unit

kepada puskesmas dan dari puskesmas kepada dinas kesehatan

kabupaten sehingga pemanfaatan obat-obatan tersebut dapat selalu

dipantau.

Obat-obatan dan alat kesehatan yang tidak tersedia di gudang obat

kabupaten diusahakan oleh Puskesmas sendiri dengan tujuan subsidi

silang. Hal ini sangat bermanfaat untuk meningkatkan pelayanan pada

pasien sebaik-baiknya.

Actuating

Dalam penggunaan (pengeluaran) obat, dipakai prinsip first expiry, first

out dengan memperhatikan tanggal kadaluarsa. Hal ini sangat berguna

untuk mencegah menumpuknya obat yang memiliki tenggat waktu

kadaluarsa yang lebih cepat daripada obat yang lainnya.

Pendistribusian obat dan alkes kepada subunit pelayanan disesuaikan

dengan jumlah permintaan atau stok di Gudang Obat PKM.

Masalah yang mungkin ditemukan pada pelaksanaan yaitu mungkin

kurangnya tenaga pekerja di farmasi sehingga dalam pelaksanaan

sehari-hari sering kewalahan mengingat besarnya volume pelayanan di

PKM Lawang

Dalam hal distribusi pelayanan perorangan sering terjadi masalah pada

pembagian obat dikarenakan pasien yang kurang patuh terhadap nomer

15

Page 16: manajemen obat desember 2010

urut yaitu walaupun sudah dibagi berdasarkan urutan sewaktu dipanggil

pasien asal maju sehingga bisa terjadi salah pemberian obat.

Controlling

Setiap penerimaan, pemakaian dan persediaan obat maupun alkes

dicatat dan dilaporkan dalam buku khusus di tiap sub unit pelayanan

yang selanjutnya setiap bulan diserahkan petugas gudang obat. Dengan

demikian arus barang obat dan alkes dapat terpantau dengan baik.

Adanya perhatian khusus untuk obat-obat psikotropika, pemakaiannya

dicatat secara khusus dalam laporan penggunaan psikotropika. Hal ini

berguna untuk mencegah penyalahgunaan obat-obatan psikotropika.

2. Sistem pemeliharaan alat kesehatan di Puskesmas Lawang bersifat aktif. Aktif

disini maksudnya penanggung jawab alat kesehatan yang tidak habis pakai

secara rutin mengadakan pengecekan sehingga bila ada kerusakan dapat

langsung ditangani tanpa menunggu laporan dari pihak pemakai. Tetapi pada

kenyataannya, pengkalibrasian alat-alat tersebut bersifat pasif. Perhatian baru

diberikan apabila terdapat alat yang rusak yang memerlukan perbaikan atau

kalibrasi, kecuali peralatan bedah minor yang selalu dijaga kesterilannya dan

kelayakpakaiannya.

3. Sistem manajemen obat yang dilaksanakan di puskesmas Lawang telah dapat

menjamin kualitas dan keamanan obat serta kesediaan obat.

Tempat penyimpanan obat telah memenuhi standar tempat penyimpanan

obat yang baik, obat-obatan disimpan di dalam botol kaca setelah

sebelumnya dikeluarkan dari botol obat asli (plastik) dan selanjutnya ditata

rapi di rak-rak obat. Rak-rak obat diletakkan di tempat yang terhindar dari

sinar matahari langsung. Setiap botol obat memiliki label nama obat dan

silica gel. Untuk obat-obatan yang belum dipakai, diletakkan di dalam lemari

obat yang terbuat dari kayu yang terkunci apabila tidak dibutuhkan. Keluar

masuknya obat juga dicatat pada kartu stelling dan buku pencatatan khusus

yang dilakukan oleh petugas khusus.

Keamanan obat dikontrol seorang penanggung jawab dalam ruangan yang

selalu terkunci dan kunci tidak digandakan.

16

Page 17: manajemen obat desember 2010

Pendistribusian obat memakai prinsip first expired first out dengan

memperhatikan tanggal kadaluarsa, sehingga dapat menjamin kualitas obat

yang tersedia.

Obat psikotropika dan narkotika memiliki pencatatan dan pelaporan khusus,

agar dapat terpantau dengan baik dan tidak disalahgunakan.

17

Page 18: manajemen obat desember 2010

BAB 3

PENUTUP

Kesimpulan

Manajemen obat di puskesmas Lawang telah menerapkan manajemen

preventif baik dari segi planning, organizing, actuating dan controlling.

Penggunaan obat-obatan di Puskesma Lawang sudah sesuai indikasi,

namun masih terdapat beberapa obat yang harus dibeli dari luar, hal ini

dikarenakan pemerintah tidak menyuplai obat tersebut untuk Puskesmas.

Sistem pemeliharaan alat kesehatan di Puskesmas Lawang bersifat aktif.

Sistem manajemen obat yang dilaksanakan di Puskesmas Lawang dapat

menjamin kualitas dan keamanan obat serta ketersediaan obat.

Saran

Membuat standarisasi pengadaan obat dengan kebutuhan yang diperlukan.

Meningkatkan pengecekan obat dan alat kesehatan.

18

Page 19: manajemen obat desember 2010

DAFTAR PUSTAKA

Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2010. Keputusan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia Nomor HK.03.01//Menkes/146/I/2010 tentang Harga

Obat Generik http://www.depkes.go.id/downloads/HK.03.01_MENKES

_146_I_2010.pdf. Diakses pada tanggal 29 Juni 2010 pukul 20.30.

Norma. 2010. Rekapitulasi Kebutuhan Obat Puskesmas Lawang. Lawang:

Puskesmas Lawang.

Rita. 2010. Penyakit Terbanyak di Puskesmas Lawang Per Bulan. Lawang:

Puskesmas Lawang.

Tambunan et al. 2007. Pedoman Pengobatan Dasar Di Puskesmas 2007. Jakarta:

Departemen Kesehatan RI.

19