manajemen obat

33
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Puskesmas merupakan unit, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan, keluarga, kelompok ataupun masyarakat. Syarat pokok pelayanan kesehatan antara lain adalah tersedia dan berkesinambungan, dapat terima dan wajar, mudah dicapai, mudah dijangkau dan bermutu. Salah satu program dasar dari puskesmas adalah pengobatan. Pengobatan yang bermutu dan berkualitas sesuai standart dapat berjalan dengan baik dan lancar jika ketersediaaan serta manajemen obat dan alat kesehatan sesuai standar dan memenuhi aturan yang ada. Pengelolaan (manajemen) obat merupakan suatu rangkaian kegiatan dari puskesmas yang menyangkut aspek perencanaan, permintaan, penyimpanan, pendistribusian, pengendalian penggunaan, dan pencatatan dan pelaporan obat yang dikelola secara optimal untuk menjamin tercapainya ketepatan jumlah dan jenis perbekalan farmasi dan alat kesehatan, dengan memanfaatkan sumber-sumber yang tersedia seperti tenaga, dana, sarana, dan perangkat lunak (metoda dan tata laksana) dalam upaya mencapai tujuan yang ditetapkan diberbagai tingkat unit kerja

Upload: ginanjarprawira

Post on 03-Jan-2016

164 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

manajemen obat pkm sukorame

TRANSCRIPT

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Puskesmas merupakan unit, mencegah dan menyembuhkan penyakit

serta memulihkan kesehatan perorangan, keluarga, kelompok ataupun

masyarakat. Syarat pokok pelayanan kesehatan antara lain adalah tersedia

dan berkesinambungan, dapat terima dan wajar, mudah dicapai, mudah

dijangkau dan bermutu.

Salah satu program dasar dari puskesmas adalah pengobatan.

Pengobatan yang bermutu dan berkualitas sesuai standart dapat berjalan

dengan baik dan lancar jika ketersediaaan serta manajemen obat dan alat

kesehatan sesuai standar dan memenuhi aturan yang ada. Pengelolaan

(manajemen) obat merupakan suatu rangkaian kegiatan dari puskesmas

yang menyangkut aspek perencanaan, permintaan, penyimpanan,

pendistribusian, pengendalian penggunaan, dan pencatatan dan pelaporan

obat yang dikelola secara optimal untuk menjamin tercapainya ketepatan

jumlah dan jenis perbekalan farmasi dan alat kesehatan, dengan

memanfaatkan sumber-sumber yang tersedia seperti tenaga, dana, sarana,

dan perangkat lunak (metoda dan tata laksana) dalam upaya mencapai

tujuan yang ditetapkan diberbagai tingkat unit kerja

Menurut Kebijakan Obat Nasional, Departemen Kesehatan RI, 2005

dikatakan bahwa obat merupakan sediaan atau paduan bahan-bahan yang

siap untuk digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem

fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis,

pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan, kesehatan dan

kontrasepsi.

Manajemen pengadaaan obat dan alat kesehatan adalah salah satu

unit yang paling penting dalam sebuah institusi pelayanan kesehatan. Jika

tidak terdapat manajemen yang baik mengenai obat dan alat kesehatan maka

seringnya dokter akan memberikan obat-obatan yang terlalu banyak,

menggunakan obat yang lebih mahal di mana seharusnya bisa digunakan

obat yang lebih murah, mengobati pasiennya sebelum diagnosa ditegakkan,

2

dan bisa saja melebihi dosis yang dianjurkan serta mungkin dapat

menggunakan alat kesehatan yang tidak layak pakai.

Obat harus digunakan oleh orang yang mempunyai keahlian,

pengetahuan dan akurasi karena jika tidak, obat-obat tersebut menjadi

sebuah bahan yang berbahaya bagi konsumennya. Tujuan dari manajemen

obat adalah agar obat dapat digunakan secara bijaksana dan mencegah

penggunaan yang berlebihan dari yang dibutuhkan oleh pasien. Di bawah

ini adalah beberapa alasan mengapa diperlukan manajemen obat yang baik:

a. Obat merupakan bagian penting dari pelayanan kesehatan terhadap

pasien. Konsekuensinya, ketersediaannya atau ketidakadaanya akan

berkontribusi pada efek baik positif maupun negatif pada kesehatan.

b. Pengaturan obat yang buruk, terlebih dalam lembaga pelayanan

kesehatan masyarakat negara berkembang adalah masalah yang sangat

penting. Diperlukan perbaikan manajemen, agar institusi dapat

menghemat biaya dan meningkatkan akses masyarakat terhadap

pelayanan kesehatan.

c. Permasalahan obat bukan hanya tanggung jawab petugas farmasi saja.

Obat-obat tidak disimpan di lemari pendingin (refrigerator), sehingga

banyak vaksin dan obat yang tidak efektif lagi.

Oleh karena alasan-alasan tersebut diatas, maka seorang manajer

harus mampu dalam manajemen obat di sebuah institusi. Manajemen obat

ini sama seperti manajemen yang lain yaitu melibatkan perencanaan

(planning), pengorganisasian (organizing), pelaksanaan (actuating) dan

pengendalian (controlling).

1.2 Tujuan

a) Mengetahui struktur organisasi obat dan alkes, serta pembagian tugas

tiap-tiap bagian di puskesmas Balowerti

b) Mengetahui perencanaan kebutuhan obat dan alat kesehatan di

puskesmas Balowerti

c) Mengetahui tentang pengadaan obat dan alat kesehatan di puskesmas

Balowerti

d) Mengetahui tentang penyimpanan obat dan alat kesehatan di puskesmas

Balowerti

3

e) Mengetahui tentang pemantauan obat dan alat kesehatan di puskesmas

Balowerti

f) Mengetahui tentang mekanisme pemeliharaan dan perbaikan alat

kesehatan di puskesmas Balowerti

g) Mengetahui tentang form-form yang dipergunakan di apotik puskesmas

Balowerti.

1.3 Manfaat

a) Bagi Dokter Muda

Memperluas wawasan Dokter Muda mengenai manajemen obat dan alat

kesehatan dan mampu menjalankan pelayanan kesehatan untuk

masyarakat dengan menggunakan sumberdaya yang tersedia dan

mengikut sertakan peran serta masyarakat setempat.

b) Bagi Puskesmas Balowerti

Terbantu dalam pengadaan sumber daya manusia untuk pelayanan di

Puskesmas Balowerti.

Terbantu dalam pengadaan data penelitian komunitas di sekitar wilayah

kerja Puskesmas Balowerti.

4

BAB II

MANAJEMEN OBAT DAN ALAT KESEHATAN

2.1 Struktur Organisasi Manajemen Obat dan Alat Kesehatan Serta

Pembagian Tugas Tiap-Tiap Bagian

Pada puskesmas Balowerti, tidak terdapat tim khusus yang

menangani manajemen obat dan alat kesehatan yaitu tidak terbentuk tim

pengadaan, tim pemeriksa, bendahara barang, dengan kepala puskesmas

sebagai penanggungjawab.

Dalam hal ini struktur organisasi dan pembagian tugas untuk tim

obat dan alat kesehatan di puskesmas Balowerti masih kurang terstruktur

dengan baik, karena dalam pelaksanaan tugas, manajemen obat tersebut

dipegang oleh 1 orang.

Bagan 2.1. Struktur Organisasi Manajemen Obat di Puskesmas

Balowerti

Kepala Puskesmas

Apoteker Penanggung Jawab

Gudang Farmasi Puskesmas

AA

Apoteker

Penanggung Jawab Obat

Pustu

AA

Rawat Inap

POSYANDU

LANSIA

Penanggung Jawab Obat

Pustu

Penanggung Jawab Obat

Pustu

Penanggung Jawab Obat

Pustu

5

Pendistribusian obat adalah kegiatan pengeluaran dan penyerahan

obat secara merata dan teratur dari gudang puskesmas untuk memenuhi

kebutuhan sub unit di lingkungan puskesmas maupun unit pelayanan

kesehatan lainnya antara lain sub unit pelayanan kesehatan di lingkungan

Puskesmas (kamar obat, laboratorium), Puskesmas Pembantu, Puskesmas

keliling, Posyandu dan Polindes. Tujuannya adalah untuk memenuhi

kebutuhan sub unit di lingkungan maupun sub unit pelayanan kesehatan

lainnya yang ada di wilayah kerja puskesmas dengan jenis, jumlah, dan

waktu yang tepat. Berikut adalah alur distribusi obat dan alat kesehatan di

Puskesmas Balowerti.

Bagan 2.2. Alur Distribusi Obat di Puskesmas Balowerti

Obat yang telah diterima dari DINKES (GFK) masuk ke gudang obat

puskesmas induk. Setelah diperiksa oleh penanggungjawab obat Puskesmas

lalu obat-obatan didistribusikan ke kamar obat, unit-unit seperti poli, UGD,

KIA, laboratorium, kesehatan lingkungan dan pustu-pustu. Stok obat yang

berada di UGD digunakan untuk pemberian yang bersifat segera misalkan

pemberian obat emergensi, pemasangan infus, rawat luka, rawat jalan dan

Gudang Farmasi Kota

Gudang Farmasi

Puskesmas

PUSTU Apotek Puskesmas

Induk

Rawat Inap

Dokter Keluarga

Puskesmas

Polindes

Posyandu, Gigi, Laboratorium

6

lain-lain. Setelah itu, pasien atau keluarga pasien diberi resep untuk

mengganti obat maupun alat kesehatan yang telah digunakan untuk ditebus

ke kamar obat yang kemudian diserahkan kembali ke unit tersebut. Apabila

stok obat dan alat kesehatan di unit-unit habis, maka unit-unit tersebut

berhak mengadakan permintaan obat dan alat kesehatan ke gudang obat.

Sedangkan di poli, pasien hanya di beri resep yang di tebus ke kamar obat.

Untuk PUSTU obat-obat yang telah keluar direkap untuk laporan

pengeluaran obat dan alat kesehatan. Bila stok obat habis, bagian tersebut

berhak mengadakan permintaan obat dan alat kesehatan ke gudang obat.

2.2 Perencanaan Kebutuhan Obat dan Alat Kesehatan

Perencanaan obat di Puskesmas dimaksudkan agar ketersediaan obat

di unit pelayanan dapat ditingkatkan dengan memanfaatkan dana yang

tersedia secara efektif dan efisien, sehingga dapat dihindari tumpang tindih

penggunaan anggaran perencanaan obat dan mengurangi kemungkinan

menumpuknya suatu jenis obat tertentu.

Perencanaan obat dilakukan dengan menghitung kebutuhan obat

selama 1 tahun dengan buffer 18%, namun permintaan obat dilakukan setiap

1 bulan.

Dasar yang digunakan untuk merencanakan pengadaan obat dan alat

kesehatan di Puskesmas Balowerti:

Daftar penyakit terbanyak di Puskesmas Balowerti yang disusun setiap

bulan.

Statistik jumlah pasien yang datang atau kontrol ke puskesmas untuk

penyakit masing – masing.

Stok obat yang tersedia di puskesmas. Jika salah satu obat masih ada sisa

bulan kemarin, maka pengadaan obat tersebut tetap direncanakan dengan

jumlah obat yang disesuaikan.

2.3 Pengadaan Obat dan Alat Kesehatan

Pengadaan atau permintaan obat di Puskesmas Balowerti dilakukan

untuk memperoleh jenis dan jumlah obat, obat dengan mutu yang tinggi,

menjamin tersedianya obat dengan cepat dan tepat waktu. Oleh karena itu

pengadaan atau permintaan obat harus memperhatikan dan

7

mempertimbangkan bahwa obat yang diminta atau diadakan sesuai dengan

jenis dan jumlah obat yang telah direncanakan.

Pengadaan atau permintaan obat di puskesmas, baik yang melalui

Dinas Kesehatan Kabupaten / GFK maupun SWADANA dilakukan dengan

mengajukan Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO).

LPLPO untuk obat DINKES ini dibuat tiap 1 bulan sekali atau bila ada KLB

atau obat habis bisa meminta sewaktu-waktu ke GFK (DINKES). Obat

dipesan melalui gudang obat farmasi. Pengadaan obat SWADANA

dilakukan sewaktu-waktu jika suplay tidak memenuhi. Tidak ada tim

pengadaan khusus dari staf farmasi yang ditunjuk. Pengadaan hanya

dipegang oleh satu orang pengelola obat dengan persetujuan oleh kepala

puskesmas dan mempertimbangkan urgensinya.

Bagan 2.3. Alur Distribusi Pengadaan Obat Di Puskesmas Balowerti

Pengadaan alat kesehatan di Puskesmas Balowerti tidak rutin setiap

bulannya. Pengadan alat kesehatan dilakukan apabila alat kesehatan di

Puskesmas Balowerti sudah dirasakan perlu untuk ditambahkan. Biasanya

pengadaan alat kesehatan di Puskesmas Balowerti dilakukan setiap dua kali

dalan setahun atau dilakukan sewaktu-waktu, sedangkan dari DINKES

pengadaan dilakukan setiap tahun sekali. Bila ruangan-ruangan di

Puskesmas Induk memerlukan alat kesehatan yang diperlukan, akan lapor ke

Gudang Farmasi Kota

Gudang Farmasi

Puskesmas

PUSTU Apotek Puskesmas

Induk

Rawat Inap

POSYANDU

Polindes

Pelaporan,PermintaanPenerimaan, Pencatatan, Penyimpanan

Pelaporan,PermintaanPenerimaan, Pencatatan, Penyimpanan

Pelaporan,Permintaan

8

bagian inventaris atau pemegang alat kesehatan, dan akan dilanjutkan ke

kepala Puskesmas.

Bagan 2.4. Alur Distribusi Pengadaan Alat Kesehatan Di Puskesmas

Balowerti

2.4 Penyimpanan Obat dan Alat Kesehatan

Penyimpanan obat merupakan suatu kegiatan pengamanan

terhadap obat-obat yang diterima agar aman (tidak hilang), terhindar dari

kerusakan fisik maupun kimia dan mutunya tetap terjamin. Penyimpanan

obat ditujukan untuk memelihara mutu obat sedemikian rupa sehingga obat

yang diberikan kepada pasien sesuai dengan yang diharapkan.

Setelah obat diterima dari DINKES / GFK dengan jenis dan jumlah

yang sesuai dengan dokumen pengiriman obat dari DINKES, maka setiap

jenis obat harus segera dicatat dalam kartu persediaan obat di puskesmas

(kartu stok). Selanjutnya semua obat tersebut dilakukan kegiatan

penyimpanan obat yaitu disimpan di ruangan khusus (gudang obat), yang

disusun di rak berdasarkan bentuk sediaan, dan kelas terapi dan disusun

secara alfebatis

Penyimpanan berbeda-beda, tergantung tempat. Obat di gudang obat

disimpan di rak, obat bentuk sirup dalam botol diletakkan di lantai yang

Kepala Puskesmas

Inventaris Alat Kesehatan

PUSTU

POSYANDU

Apotek Puskesmas

Induk

Rawat Inap Polindes

DINKES

9

beralaskan kayu. Obat di ruang perawatan disimpan di lemari kaca,

sedangkan obat di apotik disimpan di rak atau lemari kayu. Obat-obatan

psikotropika disimpan di lemari kayu yang terkunci. Gudang dan apotik

selalu terkunci

Gambar 2.4.1 Gudang Penyimpanan Obat

Gambar 2.4.2 Lemari kaca tempat penyimpanan obat

10

Pada saat obat sampai digudang, obat dipisahkan dari semua obat

yang berbahaya dari obat lainnya yang ada di dalam gudang dan disimpan di

tempat khusus yang terkunci baik. Obat-obat tersebut di tempatkan di lemari

atau rak yang mudah di jangkau dan beri tanda khusus, agar dapat dipantau

keadaan stoknya, sehingga menghindari kemungkinan terjadinya

kekosongan obat. Obat lainnya disusun di rak tersendiri, dan disusun

berdasarkan tanggal kadaluwarsa.

Obat yang disusun di dalam rak atau lemari dilakukan dengan sistem

FEFO, dimana obat yang lebih awal kadaluwarsanya harus dikeluarkan lebih

dahulu dari obat yang kadaluwarsanya kemudian. Untuk obat yang

mempunyai batas kedaluwarsanya lebih dekat, diletakkan di depan,

sedangkan yang kedaluwarsanya masih jauh diletakkan di belakang.

Untuk penyusunan obat di Puskesmas Balowerti, masih terdapat

beberapa kekurangan yaitu hanya menggunakan sistem FEFO, belum

mengunakan sistem alfabet dan masih ada kekurangan dalam hal kerapian,

sehingga kadang menyulitkan petugas dalam mencari obat yang dicari.

Obat DINKES dan obat SWADANA yang terdapat di kamar

obat/apotik disusun di almari kaca dan untuk membedakannya puskesmas

menyediakan rak terpisah. Khusus untuk obat-obatan psikotropika disimpan

di sebuah lemari kayu dengan kunci tersendiri, sedangkan obat lain yang

perlu suhu dingin diletakkan dalam lemari pendingin. Untuk penyimpanan

obat di Puskesmas Balowerti sudah sesuai standart, penataan sudah tertata

rapi dan suhu lemari es diatur sesuai standart.

Khusus untuk vaksin harus disimpan di lemari es. Vaksin disimpan

di dalam lemari es untuk menjaga agar vaksin tetap efektif. Puskesmas

Balowerti memiliki 1 lemari es.

11

Gambar 2.4.3 Lemari pendingin penyimpanan vaksin

Gambar 2.4.4 suhu lemari pendingin penyimpanan vaksin

Beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam penyimpanan yang

dapat mempengaruhi efektivitas obat:

Menutup obat dengan baik agar tidak terjadi kerusakan obat karena

kelembapan.

Tidak terkena sinar matahari langsung, karena kebanyakan larutan injeksi

mudah rusak jika terkena sinar matahari.

Disimpan dalam suhu kamar, obat-obat tertentu dapat rusak karena pengaruh

panas. Misalnya : salep, supposutoria.

12

Obat tertentu yang membutuhkan suhu dingin diletakkan dalam lemari

pendingin.

Tidak menumpuk dus obat terlalu tinggi dan tidak meletakkan dus

berdekatan dengan benda-benda tajam karena dapat merusak fisik obat.

Menutup wadah obat dengan rapat karena apabila wadah terbuka, obat

mudah tercemar oleh bakteri atau fungi. Sediaan yang terkontaminasi dapat

menimbulkan kematian bagi yang menggunakannya.

Menjaga kebersihan ruangan karena ruangan yang kotor dapat mengundang

tikus yang dapat merusak obat. Selain itu etiket menjadi kotor sehingga

tidak bisa di baca.

Di gudang obat dan apotek Puskesmas Balowerti, masih ada

beberapa syarat penyimpanan obat yang belum terpenuhi diantaranya:

Menumpuk dus obat terlalu tinggi

Kurang menjaga kebersihan ruangan ditunjukkan dengan banyaknya kardus

kosong/sampah bekas bungkus obat yang menumpuk di lantai.

Penyimpanan alat kesehatan di Puskesms Balowerti diletakkan di

gudang tersendiri. Alat kesehatan disimpan di Gudang yang berukuran 3x4

m, berlantai keramik, dan lumayan luas. Namun penataan alat kesehatan

tersebut terlihat begitu tidak rapi. Oleh karena itu masih butuh pengelolaan

lebih lanjut untuk memperbaiki penyimpanan alat kesehatan di Puskesmas

Balowerti.

2.4.5 Gudang Penyimpanan Alat Kesehatan

13

2.5 Pemantauan Obat dan Alat Kesehatan

Pemantauan obat meliputi pencatatan dan pelaporan data obat dan

data kesakitan. Hal ini bertujuan agar menjamin tersedianya informasi untuk

pengendalian persediaan, perencanaan, pengadaan, perencanaan distribusi

baik di puskesmas maupun di DINKES/GFK, sehingga dapat dipenuhi

jumlah, jenis dan ketepatan waktu penyediaan obat di Puskesmas serta unit

pelayanan kesehatan lainnya untuk lebih meningkatkan mutu pelayanan

kesehatan kepada masyarakat.

Untuk melakukan pencatatan dan pelaporan data puskesmas

menyediakan buku khusus untuk mencatat keluar masuk obat dan alat

kesehatan. Untuk obat-obatan disimpan terlebih dahulu di gudang obat

(kecuali obat untuk imunisasi disimpan di lemari pendingin di ruangan

imunisasi), sedangkan untuk alat kesehatan disimpan sementara di

puskesmas kemudian didistribusikan langsung pada tiap-tiap unit yang

memerlukan.

Mekanisme keluar masuknya obat berdasarkan prinsip ”Frist

Expired-First Out yaitu berdasarkan tanggal kadaluwarsa. Obat yang baru

datang, disimpan dalam gudang dan diletakkan berdasarkan tanggal

kadaluwarsanya. Untuk mencocokkan dengan buku keluar masuk, maka

masing-masing obat diberikan kartu data keluar-masuk (checklist).

Pencatatan obat pada kartu checklist dilakukan setiap kali ada obat yang

masuk maupun keluar di gudang obat (tanpa jadwal yang tetap). Untuk obat-

obat yang telah kadaluwarsa dicatat dalam bentuk berita acara yang

kemudian dikembalikan ke gudang farmasi untuk dilakukan pemusnahan.

Di Puskesmas Balowerti, pemantauan obat dan alat kesehatan

dilakukan oleh 1 orang yang sama dengan pengelola manajemen obat dan

alat kesehatan. Pemantauan obat dilakukan sebulan sekali, sedangkan alat

kesehatan dilakukan setahun sekali. Pemantauan (khususnya obat)

mencakup laporan dari masing-masing unit kerja (polindes, pustu, apotik).

Kemudian pada masing-masing periode pelaporan diserahkan kepada kepala

puskesmas sebagai penanggung jawab untuk dipantau lebih lanjut.

Bagan 2.5 Alur Pemantauan Obat di Puskesmas Balowerti

14

2.6 Mekanisme Pemeliharaan dan Perbaikan Alat Kesehatan

Tanggung jawab pemeliharaan alat kesehatan dilakukan oleh

masing-masing ruangan (BP, KIA, rawat inap, laboratorium, poli gigi). Bila

ada kerusakan pada alat kesehatan, laporan ditujukan pada kepala

puskesmas, kemudian dilaporkan kepada inventaris alat kesehatan. Lalu,

untuk perbaikannya tergantung dari tingkat kerusakan alat kesehatan

tersebut. Bila ringan dan memungkinkan, alat kesehatan tersebut diperbaiki

oleh petugas alat kesehatan, namun bila kerusakan cukup berat dan

membutuhkan anggaran yang besar maka dilaporkan kepada kepala

puskesmas.

Sistem pemeliharaan alat kesehatan di Puskesmas Balowerti bersifat

aktif atau pasif. Aktif pada pemeliharaan oleh masing-masing unit kerja atau

unit kesehatan lainnya di luar puskesmas (polindes, pustu), biasanya

kerusakan bersifat ringan. Sedangkan pasif dilakukan pada saat terdapat

pelaporan kerusakan dari masing-masing unit kerja dan unit kesehatan

lainnya (pustu, polindes) kepada kepala Puskesmas dan biasaya

kerusakannya berat. Pelaporan alat kesehatan diberikan kepada kepala

puskesmas sebagai penanggungjawab alat kesehatan.

Kepala Puskesmas

Gudang Farmasi Puskesmas

PUSTU

POSYANDU

Apotek Puskesmas

Induk

Rawat Inap Polindes

DINKES

15

2.7 Form-Form yang Dipergunakan

Form yang digunakan di Puskesmas Balowerti terdiri dari :

a) Kartu stok gudang obat puskesmas

Kartu stok adalah kartu yang dipergunakan untuk mencatat mutasi obat

(penerimaan dan pengeluaran) dan harus berada di gudang obat

puskesmas. Fungsinya dari kartu stok gudang puskesmas adalah :

Untuk mencatat mutasi obat (penerimaan dan pengeluaran).

Data pada kartu stok digunakan untuk menyusun laporan pemakaian

obat dengan format Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan

Obat (LPLPO/LB2) dan sebagai data pembanding terhadap keadaan

fisik obat dalam tempat penyimpanan.

Form ini mencatat tanggal transaksi, pihak pemberi (gudang farmasi

obat) atau penerima obat (Polindes/Pustu/Apotik), jumlah obat yang

diterima dari pihak pemberi dan jumlah obat yang dikeluarkan untuk

pihak penerima obat, sisa stok obat pada gudang puskesmas, tanggal

kadaluarsa. Informasi dan manfaat kartu stok :

o Informasi

Jumlah obat yang tersedia (sisa stok)

Jumlah obat yang diterima selama 1 bulan/1 periode

Jumlah obat yang keluar selama 1 bulan/1 periode

Jangka waktu/lama kekosongan obat

Neraca pemasukan dan pengeluaran obat

o Manfaat

Untuk pengisian LPLPO/LB2

Menentukan jenis dan jumlah permintaan obat

Mengawasi neraca pemasukan dan pengeluaran obat.

Di Puskesmas Balowerti, Kartu Stok gudang obat puskesmas sudah

digunakan sesuai dengan fungsinya dan sudah dicatat dengan baik oleh

petugas apotek.

16

Gambar 2.7.1 Kartu Stok Gudang Obat Puskesmas

b. Kartu Stelling

Kartu ini digunakan hanya untuk mencatat tanggal dan jumlah obat yang

keluar atau masuk serta sisa obat. Mengontrol penggunaan dan

pendistribusian obat. Memantau keseimbangan antara stock obat yang

tersisa dengan obat yang keluar

Di Puskesmas Balowerti, Kartu stelling obat puskesmas sudah

digunakan sesuai dengan fungsinya dan sudah dicatat dengan baik oleh

petugas apotek.

Gambar 2.7.2 Kartu Stelling

17

c. Laporan penggunaan psikotropika

Digunakan khusus untuk mencatat pihak pemberi atau penerima obat

golongan psikotopika, jumlah obat golongan psikotropika yang diterima

dari pihak pemberi dan jumlah obat golongan psikotropika yang

dikeluarkan untuk pihak penerima obat, serta stok awal dan akhir obat

golongan psikotropika yang ada di gudang puskesmas. Pencatatan pada

form ini dilakukan tiap bulan oleh kepala gudang obat.

d. Laporan penggunaan narkotika

Digunakan khusus untuk mencatat pihak pemberi atau penerima obat

golongan narkotika, jumlah obat golongan narkotika yang diterima dari

pihak pemberi dan jumlah obat golongan narkotika yang dikeluarkan

untuk pihak penerima obat, serta stok awal dan akhir obat golongan

narkotika yang ada di gudang puskesmas. Pencatatan pada form ini

dilakukan setiap bulan oleh kepala gudang obat.

e.Laporan pemakaian dan lembar permintaan obat dinas kesehatan

Digunakan untuk mencatat jumlah penerimaan, pemakaian, stok awal

dan sisa stok obat dan alat kesehatan habis pakai yang ada di puskesmas,

tujuan pemberian obat (PKD/ASKES/APBD/lain-lain). Pencatatannya

dilakukan setiap bulan oleh kepala gudang obat. Mengetahui

penggunaan serta stock obat dan alat kesehatan. Sebagai sarana

pengadaan obat. Mengusulkan permintaan obat ke gudang farmasi

kabupaten.

18

Gambar 2.7.3 Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat

f. Laporan inventaris peralatan kesehatan puskesmas

Digunakan untuk mencatat jumlah alat kesehatan pada masing-masing

unit (ruangan-ruangan di puskesmas, pustu, polindes), keadaan alat

kesehatan, kebutuhan, pengadaan sendiri, permintaan serta penerimaan

alkes. Pencatatan pada form ini dilakukan setiap tahun.

19

BAB III

PEMBAHASAN

Pada puskesmas Balowerti, pembagian tugas untuk tim obat dan alat

kesehatan di puskesmas Balowerti masih kurang terstruktur dengan baik. Hal ini

dikarenakan dalam pelaksanaan tugas, manajemen obat serta manajemen alat

kesehatan tersebut masing-masing dipegang oleh 1 orang. Tidak terdapat tim

khusus yang menangani manajemen obat dan alat kesehatan yaitu tidak terbentuk

tim pengadaan, tim pemeriksa, bendahara barang, dengan kepala puskesmas

sebagai penanggungjawab.

Pengadaan obat di Puskesmas Balowerti berasal dari 2 macam yaitu obat

yang berasal dari pemerintah (DINKES) dan obat yang diadakan sendiri oleh

Puskesmas (SWADANA). Pendistribusian obat ke kamar obat dan unit-unit

puskesmas sudah terstruktur dengan baik.

Manajemen obat di puskesmas Balowerti telah menerapkan manajemen

Preventif, yaitu:

1. Planning

Perencanaan obat selalu didasarkan pada penyakit terbanyak yang

disusun setiap bulan. Sehingga dapat meminimalkan jumlah obat-

obatan yang tidak terpakai (kadaluarsa). Untuk penyakit-penyakit yang

jarang dijumpai, perencanaan obat tetap dilakukan dengan

pertimbangan angka kejadian tiap bulannya.

Perencanaan juga mempertimbangkan sisa obat bulan lalu. Hal ini juga

untuk mencegah jumlah obat yang berlebihan.

Setiap pemesanan obat selalu dilebihkan 10% dari kebutuhan. Hal ini

bertujuan menghindari kehabisan obat di tengah bulan, padahal obat

tersebut masih dibutuhkan.

Untuk mencegah obat habis di tengah bulan, maka penanggung jawab

obat wajib melapor ke penanggung jawab gudang bila persediaan obat

hanya tinggal 10% dari jumlah awal.

Dalam hal terjadinya KLB atau wabah, pengadaan obat dilaksanakan

dengan mekanisme tertentu. Penanggung jawab dalam hal ini adalah

penanggung jawab obat dan alat habis pakai. Surat permintaan obat

20

dikirimkan ke dinkes kabupaten bersamaan dengan laporan terjadinya

KLB.

2. Organizing

Permintaan obat diajukan oleh kepala puskesmas kepada kepala dinas

kesehatan kabupaten dengan menggunakan format LPLPO, dipesan tiap

1 bulan, sedangkan permintaan dari subunit ke kepala puskesmas

(gudang obat puskesmas) dilakukan secara periodik yaitu dipesan tiap 1

bulan menggunakan LPLPO Sub unit (kamar obat, UGD/rawat inap,

KIA/Kaber/KB, BP, poli gigi, dan pustu/polindes serta posyandu. Alur

pemesanan yang sistematis ini mempermudah pekerjaan mendaftar

kebutuhan obat, sehingga ketersediaan obat lebih dapat dijamin.

Sistem pelaporan pemakaian obat dilakukan setiap bulan dari sub unit

kepada puskesmas dan dari puskesmas kepada dinas kesehatan

kabupaten sehingga pemanfaatan obat-obatan tersebut dapat selalu

dipantau.

Obat-obatan dan alat kesehatan yang tidak tersedia di gudang obat

kabupaten diusahakan oleh Puskesmas sendiri dengan tujuan subsidi

silang. Hal ini sangat bermanfaat untuk meningkatkan pelayanan pada

pasien sebaik-baiknya.

3. Actuating

Pendistribusian obat dan alkes kepada subunit pelayanan disesuaikan

dengan jumlah permintaan atau stok di Gudang Obat Puskesmas.

Masalah yang mungkin ditemukan pada pelaksanaan yaitu mungkin

kurangnya tenaga pekerja di farmasi sehingga dalam pelaksanaan

sehari-hari sering kewalahan mengingat besarnya volume pelayanan di

puskesmas Balowerti.

Dalam hal distribusi pelayanan perorangan sering terjadi masalah pada

pembagian obat dikarenakan pasien yang kurang patuh terhadap nomer

urut yaitu walaupun sudah dibagi berdasarkan urutan sewaktu dipanggil

pasien asal maju sehingga bisa terjadi salah pemberian obat.

4. Controlling

Setiap penerimaan, pemakaian dan persediaan obat maupun alkes

dicatat dan dilaporkan dalam buku khusus di tiap sub unit pelayanan

21

yang selanjutnya setiap bulan diserahkan petugas gudang obat. Dengan

demikian arus barang obat dan alkes dapat terpantau dengan baik.

Adanya perhatian khusus untuk obat-obat psikotropika, pemakaiannya

dicatat secara khusus dalam laporan penggunaan psikotropika. Hal ini

berguna untuk mencegah penyalahgunaan obat-obatan psikotropika.

Sistem pemeliharaan alat kesehatan di Puskesmas Balowerti bersifat aktif

atau pasif. Aktif pada pemeliharaan oleh masing-masing unit kerja atau unit

kesehatan lainnya di luar puskesmas (polindes, pustu), biasanya kerusakan

bersifat ringan. Sedangkan pasif dilakukan pada saat terdapat pelaporan kerusakan

dari masing-masing unit kerja dan unit kesehatan lainnya (pustu, polindes) kepada

kepala Puskesmas dan biasaya kerusakannya berat.

Sistem manajemen obat yang dilaksanakan di puskesmas Balowerti cukup

dapat menjamin kualitas dan keamanan obat serta kesediaan obat. Rak-rak obat

diletakkan di tempat yang terhindar dari sinar matahari langsung. Penyimpanan

berbeda-beda, tergantung tempat. Obat di gudang obat disimpan di rak, obat

bentuk sirup dalam botol diletakkan di lantai yang beralaskan kayu. Obat di ruang

perawatan disimpan di lemari kaca, sedangkan obat di apotik disimpan di rak atau

lemari kayu. Obat-obatan psikotropika dan narkotika disimpan di lemari kayu

yang terkunci. Keluar masuknya obat juga dicatat pada kartu stelling dan buku

pencatatan khusus yang dilakukan oleh petugas khusus. Keamanan obat dikontrol

seorang penanggung jawab dalam ruangan. Gudang dan apotik di luar jam kerja

akan dikunci..

22

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

a) Pengadaan obat di Puskesmas Balowerti berasal dari 2 macam yaitu

obat yang berasal dari pemerintah (DINKES) dan obat yang diadakan

sendiri oleh Puskesmas (SWADANA).

b) Penyimpanan obat di Puskesmas Balowerti tidak sesuai dengan syarat

penyimpanan yang sesuai standart antara lain : penyusunan obat tidak

berdasarkan alfabet, menumpuk dus obat terlalu tinggi, kurang

menjaga kebersihan ruangan ditunjukkan dengan banyaknya kardus

kosong atau sampah bekas bungkus obat yang menumpuk di lantai.

Begitu pula penyimpanan alat kesehatan yang tidak tersusun rapi.

c) Di Puskesmas Balowerti, tidak terdapat tim khusus yang menangani

manajemen obat dan alat kesehatan yaitu tim pengadaan, tim

pemeriksa, bendahara barang, dengan kepala puskesmas sebagai

penanggung jawab. Namun tim pemeriksa, tim pengadaan, dan

bendahara barang serta pemantauan, pelaporan obat dan alkes berpusat

menjadi satu di gudang obat, sehingga gudang obat mempunyai fungsi

yang kompleks. Hal tersebut menyebabkan kurang akurat efektifnya

informasi dan pendataan obat.

4.2 Saran

a) Hal-hal yang kurang memenuhi syarat dalam proses penyimpanan obat

sebaiknya segera diperbaiki, antara lain :

Mengatur jarak lemari dengan lantai setinggi 10-15 cm dari lantai

sebelum meletakkan obat

Tidak menumpuk kardus obat

Tidak menaruh secara langsung kardus obat menempel lantai

Menyediakan ruangan yang lebih besar untuk gudang obat karena

banyaknya jumlah obat

Selalu menjaga kebersihan ruangan obat.

Gudang alat kesehatan juga sebaiknya disusun secara rapi agar alat

kesehatan tidak mudah rusak.

23

b) Memisahkan dan membagi tugas manajemen obat dalam hal

pengadaan, pemeriksaan, bendahara, perencanaan, pelaporan, dan

pemantauan secara terorganisasi baik.

c) Sebaiknya diadakan penambahan petugas à sehingga pendataan dan

pelaporan menjadi informatif, terpercaya, dan menghindari

penyalahgunaan.