manajemen mutu papua
DESCRIPTION
jbkjbjbTRANSCRIPT
MODUL SPESIFIK DINAS KESEHATAN 3
Manajemen Mutu Pelayanan
Program Pengembangan Kapasitas Manajemen dan Kepemimpinan Berbasis Kinerja di Papua
Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan (PKMK) Fakultas Kedokteran, Universitas Gadjah Mada
Ringkasan Modul Spesifik Dinas Kesehatan
Ringkasan Modul Spesifik Dinas Kesehatan
|PML Papua
PML Papua |
A. Deskripsi singkat
Bahasan tentang menajemen mutu pelayanan kesehatan memberikan pemahaman tentang mutu, produk, pelanggan, mengapa mutu perlu menjadi pusat perhatian dalam pelayanan kesehatan, dan gambaran umum penerapan konsep dan prinsip perbaikan mutu dalam pelayanan kesehatan dasar dan rujukan. Modul ini membahas tentang pengertian mutu, dimensi mutu, model-model perbaikan mutu, dan bagaimana upaya untuk memperbaiki mutu baik melalui standardisasi maupun perbaikan mutu yang berkelanjutan.
B. Tujuan pembelajaran
a. Tujuan pembelajaran umum
Para peserta memahami makna bimbingan teknis dari dinas kesehatan.
b. Tujuan pembelajaran khusus
Setelah selesai membahas modul mutu dan manajemen mutu, diharapkan linatih mampu:
a) Menjelaskan pengertian mutu b) Menjelaskan dimensi mutu
c) Menjelaskan pengertian manajemen mutu
d) Menjelaskan cara perbaikan mutu e) Model-model perbaikan mutu
C. Pokok bahasan dan Sub-pokok bahasan
a) Mutu pelayanan dalam bidang kesehatan b) Dimensi mutu
c) Quality Assurance, Total Quality Management d) Model-model penerapan jaminan mutu
e) Penutup
D. Uraian Materi
a. Mutu pelayanan dalam bidang kesehatan
Dalam upaya pengembangan mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit dan pada organisasi penyedia pelayanan kesehatan, langkah awal yang perlu dilakukan adalah melakukan identifikasi apa produk yang dihasilkan oleh rumah sakit/organisasi penyedia pelayanan kesehatan, siapa konsumen dari produk tersebut, dan apa persyaratan yang diajukan oleh konsumen terhadap produk yang dihasilkan. Produk yang dihasilkan oleh rumah sakit atau unit pelayanan kesehatan dapat berupa barang (goods) maupun jasa pelayanan (services). Apa produk pelayanan gizi masyarakat (misalnya dalam penyelenggaraan posyandu, apa produknya, siapa pelanggannya), demikian juga dengan pelayanan gizi institusi (apa produk instalasi gizi, dan siapa pelanggannya).
Berbagai alasan mengapa perlu memperhatikan mutu pelayanan kepada pelanggan adalah sebagai berikut:
Pelayanan yang bermutu adalah pelayanan yang profesional
Pelayanan yang bermutu adalah hak pelanggan
Memberikan pelayanan yang bermutu berarti memberikan yang terbaik bagi pelanggan
Pelayanan yang bermutu memberi peluang untuk memenangkan persaingan
Pelayanan yang diberikan melibatkan berbagai pihak terkait (lintas fungsi)
Hidup mati organisasi bergantung pada pelanggan, sehingga pelanggan perlu dipuaskan
Banyak anggapan yang keliru tentang mutu, mutu dianggap sebagai suatu yang luks, mewah dan wah, dikatakan bermutu jika mahal, mutu adalah sesuatu yang abstrak, tidak bisa diukur, dan untuk
meningkatkan mutu dalam suatu organisasi kesehatan harus dilakukan pengorganisasian terlebih dahulu.
Terdapat berbagai macam pengertian mutu yang disampaikan oleh para ahli mutu, antara lain:
Philip Crosby memberi pengertian mutu sebagai berikut: mutu adalah kepatuhan terhadap suatu spesifikasi dan keadaan tanpa cacat , sedangkan Juran menyampaikan pengertian bahwa mutu adalah cocok atau sesuai dengan yang ditentukan atau diminta oleh konsumen.
Berkait dengan pengertian mutu, Donabedian juga mengemukakan, bahwa:
Tidak ada satupun definisi yang tepat, sehingga Donabedian mengusulkan tiga definisi mutu, yaitu:
Definisi yang absolut
Definisi secara individu,
Definisi secara sosial.
Pengertian mutu menurut DepKes RI adalah sebagai berikut: Mutu pelayanan kesehatanadalah kinerja yang menunjuk pada tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan, yang di satu pihak dapat menimbulkan kepuasan pada setiap pasien sesuai dengan tingkat kepuasan rata-ratapenduduk, serta di pihak lain tata cara penyelenggaraannya sesuai dengan standar dan kode etikprofesi yang telah ditetapkan.
Pelanggan suatu rumah sakit/organisasi kesehatan tidak hanya pasienyang datang, tetapi meliputi:
Pelanggan eksternal, contoh:pasien, keluarga pasien, pengunjung, pemerintah daerah, asuransi kesehatan, dokter, masyarakat umum, rekanan, dsb.
Pelanggan internal, contoh: tenaga profesi yang ada di rumah sakit, karyawan rumah sakit, maupun pihak manajemen di Dinas Kesehatan maupun Puskesmas
b. Dimensi mutu
Pelanggan baik eksternal maupun internal mempunyai keinginan-keinginan ataupun harapan terhadap produk/pelayanan yang disediakan oleh rumah sakit/organisasi penyedia pelayanan kesehatan. Mereka mempunyai persyaratan-persyaratan yang diharapkan dapat dipenuhi oleh rumah sakit/organisasi penyedia pelayanan kesehatan terhadap produk produk pelayanan yang disediakan. Pelanggan eksternal sebagai pengguna jasa pelayanan mengharapkan apa yang diinginkan dapat dipuaskan (customer satisfaction), sedangkan tenaga profesi mengajukan persyaratan agar pelayanan yang disediakan memenuhi standar profesi, sedangkan pihak manajemen menghendaki pelayanan yang efektif dan efisien. Jadi mutu dapat dipandang dari berbagai sudut pandang. Dari pendapat beberapa ahli mutu yang memperhatikan berbagai sudut pandang tersebut, dapat dirangkum disebutkan ada delapan dimensi mutu (menurut Brown et al.) yaitu:
a) Akses terhadap pelayanan (Access): apakah akses terhadap pelayanan mudah?
b) Sebagai contoh: Bagaimana akses masyarakat/pasien
terhadap pelayanan gizi
c) Efektivitas (Effectiveness) Apakah pelayanan dilaksanakan secara efektif, mencapai tujuan dan kebutuhan? Contoh: Apakah pelayanan gizi yang disediakan dapat mencapai tujuan dan kebutuhan yang diharapkan masyarakat.
d) Efisiensi (Efficiency): apakah pelayanan dilakukan secara efisien baik dari segi pembiayaan dan waktu. Apakah pelayanan gizi dilakukan secara efisien, baik dari aspek finansial dan waktu.
e) 4.Keamanan (Safety): apakah pelayanan dilaksanakan secara aman baik pagi pasien maupun karyawan? contoh: Apakah pemberian vitamin A dilakukan dengan aman, apakah penyelenggaraan PMT dapat dijamin keamanannya?
f)Kontinuitas pelayanan (Continuity of care): jika memerlukan pelayanan lanjutan, apakah pelayanan tersebut dapat diperoleh? Contoh: Jika dijumpai kasus gizi yang perlu dirujuk apakah dapat dijamin kontinuitas pelayanan?
g) Kompetensi tehnis (Technical Competence): apakah pelayanan dilakukan oleh tenaga yang kompeten secara tehnis? Contoh: Apakah pelayanan gizi dilakukan oleh tenaga yang kompeten (ahli gizi)?
h) Kenyamanan (amenities): apakah pelayanan, sarana dan prasarana memberikan kenyamanan bagi pasien dan karyawan?
i)Hubungan interpersonal (Interpersonal relationship): apakah pelayanan menunjukkanhubungan interpersonal yang saling menghargai (respect), perhatian, dan keramahan?
Beberapa guru mutu (quality guru) yang pendapatnya banyak dipergunakan dalam upaya perbaikan mutu adalah: Bill Creech, Avedis Donabedian, Deming, Joseph Juran, Crosby, Shewhart, Feigenbaum, Ishikwa, dan Taguchi Donabedian mengemukakan perlunya ada standar mutu, yang meliputi standar input/struktur, standar proses, dan standar output. Tenaga profesi yang ada di rumah sakit terutama dokter dan perawat mempunyai anggapan bahwa pelayanan yang bermutu adalah pelayanan yang memenuhi standar. Suatu produk yang standar hanya dapat terwujud jika proses produksinya juga standar, dan didukung oleh sarana dan prasarana yang standar juga.
Contoh: Apa jenis-jenis pelayanan gizi /produk-produk pelayanan gizi yang prirotas yang perlu distandarisasikan Deming sangat memperhatikan peningkatan pengetahuan/kompetensi
karyawan dengan teori: (pengetahuan yang mendalam), yang mempunyai empat komponen:
a) Apresiasi terhadap sistem. Penghargaan terhadap sistem adalah starting point. Tiap bagian dalam suatu sistem bekerja untuk mendukung bagian yang lain untuk mencapai optimasi.
b) Kompetisi internal perlu dihilangkan, sehingga terjadi kontribusi antara bagian yang satu dengan yang lain untuk mengoptimalkan kerja.
c) Teori tentang variasi: kesalahan dan inkonsistensi selalu terjadi, tetapi bukan orang yang harus dipersalahkan. Hal tersebut disebakan oleh adanya variasi dalam sistem/proses, oleh karena itu Deming menganjurkan pemecahan masalah melalui siklus Deming/Shewhart: Plan, Do, Study/Check, Act (PDCA)
d) Teori tentang pengetahuan: Adanya pengetahuan karena adanya teori, tanpa teori tidak akan terjadi pembelajaran. Suatu organisasi tidak dapat belajar dari pengalaman orang lain, tetapi harus mengembangkan dari organisasinya sendiri, dan hal ini merupakan suatu proses pembelajaran.
e) Psikologi: Deming percaya bahwa: karyawan mempunyai keinginan untuk belajar dan berkreasi. Latihlah karyawan untuk mengukur sesuatu, maka ia akan berusaha untuk
menerapkan sendiri standar yang lebih tinggi.
yaitu:
Crosby mengemukan 4 syarat absolut untuk manajemen mutu,
a) Definisi mutu adalah patuh terhadap persyaratan (conformance to requirements), bahwa produk dan pelayanan merupakan refleksi dari kepatuhan pada standar dan terhadap apa yang diinginkan oleh pelanggan. Menurut Crosby penerapan manajemen mutu akan mewujudkan 10 % patuh pada persyaratan dan 90 % merespons keinginan pelanggan
b) Sistem untuk menciptakan mutu adalah pencegahan: inspeksi perlu dikurangi, yang perlu diutamakan adalah mencegah melalui perbaikan sistem dan proses
c) Standar kinerja mutu adalah zero defects: tidak adanya kesalahan, yang akhir-akhir ini dikembangkan melalui pendekatan six sigma quality.
d) Pengukuran mutu adalah harga dari ketidak patuhan: Produk atau pelayanan yang tidak berkualitas memerlukan biaya yang lebih besar dibandingkan biaya yang digunakan untuk perbaikan mutu.
e) Selanjutnya dalam melaksanakan kegiatan perbaikan mutu Crosby mengemukakan 14 langkah-langkah, sebagai berikut:
f)Komitmen manajerial: Harus ada kejelasan bahwa para manajer menunjukkan tanggung jawab dan keseriusan terhadap perbaikan mutu dalam wujud fokus kegiatan, strategi, dan dukungan untuk kegiatan perbaikan mutu
g) Pembentukan Kelompok Kerja Mutu: Proses perbaikan yang kontinyu perlu dikembangkan melalui pendekatan kelompok kerja
h) Pengukuran: Dalam melakukan perbaikan mutu perlu dilakukan pengukuran data dasar dan pengendalian terhadap timbulnya variasi proses.
i)Penetapan biaya mutu: bahwa untuk perbaikan mutu diperlukan biaya. Komponen biaya mutu meliputi: biaya pencegahan, biaya penilaian mutu, dan biaya kegagalan.
j)Kembangkan kesadaran akan mutu: perlu dikembangkan cara untuk meningkatkan kepedulian diantara karyawan tentang perlunya melakukan perbaikan untuk mencapai tingkatkepatuhan terhadap persyaratan dan kepuasan pelanggan. Pelatihan tentang prinsip dan penerapan Sistem Manajemen Mutu merupakan kunci untuk mengembangkan kesadaran akan mutu.
k) Lakukan tindakan koreksi: Perlu dikembangkan metoda yang sistematis untuk mengatasi masalah mutu yang
diidentifikasi melalui kerja dalam tim, karyawan mencari solusi sendiri untuk diterapkan, sehingga terjadi pemberdayaan karyawan
l)Perencanaan cacat nihil: Meskipun para ahli berpendapat bahwa tidak mungkin terjadi sama sekali bebas kesalahan, tetapi dengan diterapkan perencanaan cacat nihil akan menyadarkan karyawan bahwa selalu bisa dilakukan usaha yang lebih baik untuk menghindari kesalahan.
m) Pendidikan dan pelatihan: perlu dilakukan diklat agar karyawan memahami dan dapat melakukan proses perbaikan mutu yang berkesinambungan. Perbaikan mutu dapat dilakukan jika kompetensi SDM ditingkatkan.
n) Penetapan hari bebas cacat (lihat keterangan 7)
o) Penetapan tujuan yang jelas: Untuk mentranformasikan janji dan komitmen menjadi kegiatan dan perilaku, perlu adanya kesepakatan tentang tujuan yang jelas yang ingin dicapai yang dirumuskan bersama.
p) Hilangkan penyebab terjadinya penyimpangan: manajer perlu mengembangkan metoda komunikasi dalam organisasi, sehingga situasi yang menyebabkan terjadinya kesulitan bagi karyawan dalam mewujudkan komitmen dalam perbaikan. Para manajer perlu tanggap untuk mengembangkan struktur lingkungan yang mendukung terjadinya perubahan.
q) Penghargaan: Memberikan apresiasi kepada karyawan yang berpartisipasi dalam perbaikan mutu. People need recognition for their efforts, simple thank you makes difference
r) Pembentukan dewan mutu: Perlu dibentuk komite mutu sebagai wadah berbagi informasi secara reguler, dan mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan perbaikan mutu
s)Lakukan sebagai kegiatan yang terus-menerus (do it all over again): Proses perbaikanmutu adalah proses yang berkesinambungan. Perbaikan mutu menuntut proses yang
dinamis, responsif terhadap persyaratan dan standar yang diminta oleh pelanggan.
Shewhart dan Deming mengemukakan langkah-langkah perbaikan mutu sebagai siklus pemecahan masalah yang meliputi: Plan, Do, Check, dan Action.
a) Plan: perbaikan proses dapat dicapai pada tiap tingkat organisasi. Perbaikan berfokus pada persyaratan yang diajukan oleh pelanggan maupun input dari rekanan, pelanggan internal. Seluruh jajaran karyawan dalam organisasi harus mampu mengatasi masalah yang ada dalamsistem, oleh karena itu perlu bersama-sama menyusun rencana perbaikan.
b) Do: Ketika inisiatif untuk melakukan perbaikan telah direncanakan, maka inilah saatnya untuk melakukan uji coba dalam skala kecil, segala perubahan yang terjadi diamati, dicatat, dan dianalisis dengan alat-alat perbaikan mutu seperti flow chart, fishbone, pareto, analisis trend, histogram, diagram pencar, diagram kendali, dan sebagainya.
c) Chek/Study: Hasil uji coba dianalisis dan didiskusikan bersama, sehingga dapat dipahami keterkaitan antara masalah yang satu dengan yang lain dan dapat memberikan rekomendasi yang perlu dilakukan untuk perbaikan
d) Action: Berdasarkan hasil uji coba dapat diambil keputusan untuk melakukan adopsi perubahan, melakukan penyesuaian, atau mengembangkan alternatif lain untuk diuji-coba lagi jika ternyata hasil uji coba tidak menunjukkan adanya perbaikan.
Selanjutnya Juran menyampaikan trilogi dalam perbaikan mutu, yaitu perencanaan mutu, pengendalian mutu, dan peningkatan mutu.
Perencanaan mutu: fokus dari perencanaan mutu adalah menjamin bahwa tujuan mutu dapat dicapai melalui kegiatan operasional. Perencanaan mutu meliputi:
o identifikasi pelanggan eksternal dan internal
opengembangan gambaran/ciri/spesifikasi produk yang merupakan respon keinginan dan kebutuhan pelanggan
omerumuskan tujuan mutu yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginan pelanggan dengan pembiayaan yang efisien dan rekanan sebagai mitra kerja
omerancang bangun proses untuk memproduksi produk/jasa/pelayanan sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan
omenunjukkan bahwa proses tersebut secara operasional mampu untuk mencapai tujuan mutu yang telah ditetapkan
Perbaikan/peningkatan mutu: Untuk mencapai kinerja yang optimal, proses operasional juga harus optimal. Kegiatan peningkatan mutu meliputi:
o identifikasi proses spesifik untuk ditingkatkan
obentuk tim untuk melakukan perbaikan proses tersebut olakukan diagnosis dan analisis untuk mencari penyebab dan mengidentifikasi penyebab masalah yang utama
o kembangkan kegiatan-kegiatan korektif dan preventif
olakukan uji coba dan berikan rekomendasi untuk perbaikan yang efektif
Pengendalian mutu: tujuan dari pengendalian mutu adalah dokumentasi dan sertifikasi bahwa tujuan mutu tercapai dalam kegiatan operasional. Pengendalian mutu meliputi:
o menentukan apa yang akan dikendalikan
o menetapkan apa yang akan diukur
o memilih metoda dan menyusun instumen pengukuran
o melakukan pengukuran secara nyata
omemahami dan menganalisis varians, melakukan interpertasi kenyataan dibandingkan standar
omelakukan tindakan koreksi terhadap adanya kesenjangan antara kenyataan dan standar.
c. Quality Assurance, Total Quality Management
Istilah jaminan mutu (Quality Assurance) dan manajemen mutu total (Total Quality Management=TQM) sering diperdebatkan bahwa QA merupakan bagian dari TQM, atau TQM merupakan bagian dari QA. Dalam modul ini istilah QA maupun TQM tidak dipermasalahkan, karena baik QA maupun TQM sebenarnya membahas perihal yang sama yaitu perbaikan mutu yang sesuai dengan standar dan memberi kepuasan kepada pelanggan yang dilakukan secara berkesinambungan, atau dengan perkataan lain, QA adalah TQM, dan TQM adalah QA. Dalam pembahasan selanjutnya istilah yang akan dipakai adalah jaminan mutu.
Banyak pengertian tentang jaminan mutu baik yang dikemukakan antara lain oleh Donabedian, Palmer, Schroeder, Brassard, dan Kelly, yang dapat diambil esensinya sebagai berikut: Jaminan mutu adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan untuk menetapkan melaksanakan dan memonitor pelaksanaan standar, dan rangkaian peningkatan kinerja melalui upaya perbaikan (proses) secara berkesinambungan sehingga pelayanan yang diberikan memenuhi bahkan melebihi harapan pelanggan dan dilakukan dengan efektif dan seaman mungkin.
Secara lebih operasional, berikut ini adalah pengertian menurut DepKes RI: Jaminan mutu adalah upaya yang dilaksanakan secara berkesinambungan, sistematis, objektif dan terpadu dalam menetapkan masalah dan penyebab masalah mutu pelayanan berdasarkan standar yang telah ditetapkan dan selanjutnya menetapkan serta melaksanakan cara penyelesaian masalah sesuai dengan kemampuan yang tersedia, menilai hasil yang dicapai dan menyusun saran tindak lanjut untuk lebih meningkatkan mutu pelayanan.
Dalam upaya perbaikan mutu pelayanan kesehatan yang berkesinambungan, perlu diperhatikan empat kaidah jaminan mutu sebagai berikut:
a) Jaminan mutu berorientasi pada pemenuhan kebutuhan dan harapan pasien dan masyarakat
b) Jaminan mutu berfokus pada sistem dan proses
c) Jaminan mutu menggunakan data untuk menganalisis proses penyediaan pelayanan
d) Jaminan mutu mendorong pendekatan tim untuk
memecahkan masalah dan memperbaiki mutu secara berkesinambungan.
meliputi
Schroeder, mengemukakan konsep dasar perbaikan mutu,
a) Fokus pada misi organisasi:
upaya konsisten untuk mencapai misi organisasi dituangkan dalam pernyataan misi
dipahami oleh seluruh jajaran organisasi
mempunyai nilai/makna
dapat dilihat
secara konsisten memberi arah thd rencana, tujuan, dan kegiatan
b) Perbaikan yang berkesinambungan:
setiap rencana, usaha, proses, selalu dapat dikerjakan lebih baik
merupakan proses perbaikan yang dinamis
merupakan wisata yang tak pernah berakhir
c) Orientasi pada pelanggan d) Komitmen kepemimpinan e) Pemberdayaan:
karyawan yang berada pada lini depan produksi atau pelayanan paham tentang produk dan pelanggan
meletakkan pengambilan keputusan sedekat mungkin dengan lini depan pelayanan
pemberdayaan yang efektif tidak hanya diucapkan tetapi diwujudkan dalam rencana dan kegiatan nyata
f)Kolaborasi lintas fungsi g) Fokus pada proses
h) Fokus pada data dan pola pikir
Agar komprehensif, komponen-komponen penting dalam fungsi mutu (quality function) harus ada dalam pelayanan kesehatan: sebagai contoh:
standar dan guideline (pedoman): standar dan pedoman(practice guideline) apa saja yang perlu disusun dalam pelayanan gizi?
penilaian kinerja individu: bagaimana cara penilaian dan pengukuran kinerja pelayanan gizi?
kajian dan perbaikan intradisipliner
kajian dan perbaikan interdisipliner
budaya organisasi: tata nilai dan budaya yang perlu
disepakati dan dikembangkan dalam pelayanan gizi
benchmarking interorganisasi
Berikut ini adalah ciri-ciri program perbaikan mutu dalam pelayanan kesehatan yang berhasil:
manajemen terobsesi mutu
adanya sistem atau ideologi yang memberi arah
mutu dapat diukur
mutu dihargai
tiap karyawan dilatih tehnik untuk mengkaji mutu
tim melibatkan multiple functions/systems
small is very beautiful
constant stimulation
struktur yang mendukung untuk perbaikan proses/quality improvement
keterlibatan setiap orang dalam organisasi
jika mutu bertambah baik, maka biaya akan turun
quality improvement is a never ending journey
Dalam perbaikan mutu, perlu dilakukan perubahan paradigma yang mendasar, yaitu:
Responsibiliti individual - tanggung jawab kelompok,
Otoriti - partisipatif,
Kekakuan terhadap prosedur - fleksibilitas dan spontan,
perbaikan yang berkesinambungan
Dalam penerapan quality assurance atau quality management akan dijumpai berbagai hambatan antara lain:
power dan tata hubungan kerja
konsekuensi dari hirarki
tidak adanya keterbukaan dan transparansi
mind set birokrasi
anggapan bahwa boss adalah hero
fiksasi pada keuntungan bisnis atau manfaat jangka pendek
ketidakpastian manajerial
manipulative communication
Oleh karena itu perlu dikembangkan mind-set, sebagai berikut:
tata nilai yang nyata: kejujuran, dedikasi, kemurahan hati,
forgiveness
evolusi
pemberdayaan untuk pengembangan diri dan karyawan
komitmen dan tidak mengorbankan diri/orang lain
keterbukaan
hubungan yang bersifat kemitraan
pemahaman terhadap power
pemahaman baru tentang pengendalian (control)
hubungan kemitraan antara manajer dan anak buah
keberhasilan didefinisikan sebagai: quality of the journey to outcomes
komunikasi yang positip.
d. Model-model penerapan jaminan mutu
Pada dasarnya terjadinya ketidak puasan pelanggan atau
MASALAH MUTU disebabkan oleh adanya variasi proses.
Sebagai contoh : Jika 30 orang masing-masing membuat secangkir kopi, dapat dipastikan akan terjadi variasi dalam proses pembuatan secangkir kopi, sekaligus terjadi variasi rasa dari minuman kopi yang disajikan.
Untuk mengurangi terjadinya variasi proses tersebut dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu:
a) Standarisasi, yang mengikuti siklus: SDCA: Standardize, Do, Check, Action
b) Perbaikan proses secara berkesinambungan (Continuous Quality Improvement) yang mengikuti siklus PDCA: Plan, Do, Check, Action, misalnya dengan membentuk gugus kendali mutu, atau mengikuti rangkaian kegiatan VALUE- PDCA, atau mengikuti model dari Nolan: Tentukan tujuan, Menetapkan pengukuran agar dapat memastikan bahwa perubahan yang dilakukan adalah perbaikan, menentukan perubahan apa yang akan dilakukan sehingga terjadi perbaikan, baru kemudian masuk dalam siklus PDCA.
c) Perbaikan proses secara total, atau yang disebut dengan re- engineering.
Pemilihan cara perbaikan proses tersebut dengan memperhatikan bagaimana tekanan pasar, dan bagaimana kesiapan organisasi.
e. Penutup
Dengan mempelajari modul mutu dan manajemen mutu, peserta memahami konsep mutu dan konsep manajemen mutu, yang dapat diaplikasikan pada sarana pelayanan kesehatan baik pelayanan dasar maupun pelayanan rujukan, dan juga Dinas Kesehatan sebagai regulator pelayanan kesehatan baik Kabupaten maupun Provinsi.
E. Rujukan
Brown, L.D., Franco, L.M., Rafeh, N., Hatzell, T., Quality Assurance of
Health Care in Developing Countries, QA Project, MD, 1990
Peppard, J., Rowland, P., The Essence of Business Process Re- Engineering, Prentice Hall, NY, 1995.
Hax, A.C., Majluf, N.S., The Strategic Concept & Process: A Pragmatic
Approach, Prentice Hall, NJ, 1991.
Miller, A, Strategic Management, McGraw-Hill, NY, 3rd ed, 1999: 161-199
Oakland J.S., Sohal A.S., Total Quality Management, text with cases, Pacific Rim Ed, BH, Victoria, 1996, pp 33-48
Schroeder, P., Improving Quality and Performance, Mosby, Missouri,
1995
Latzko, W.J., Sauders, D.M., Four Days with Dr. Deming, Addison Wesly, NY, 1995
McChesney III, H., Strategic planning to drive integrated continuous improvement, Hospital Materiel Management Quarterly, Vol
17:2, 1995 pp 31-36.
MMR-UGM & Bapelkes Gombong, Studi Kasus dalam kegiatan PDA: RSUD Purbalingga, Unpublished, 1998
Pawset, M., Quality Assurance for Health Services, ACHS, Sydney, 1990
Program Pascasarjana MMR, Pusat Manajemen Pelayanan Kesehatan FK UGM dengan Kanwil DepKes Prop Jawa Tengah, Laporan Akhir Kegiatan PDA: Quality Improvement of Purbalingga Regional Hospital as A Mother Friendly Hospital, FK UGM, Yogyakarta
1999.
Ringkasan Modul Spesifik Dinas Kesehatan
Ringkasan Modul Spesifik Dinas Kesehatan
PML Papua | 50