manajemen kualitas air paper.docx

Upload: ay-setiadi

Post on 09-Oct-2015

58 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

  • 5/19/2018 MANAJEMEN KUALITAS AIR paper.docx

    1/16

    MANAJEMEN KUALITAS AIR PADA KEGIATAN

    BUDIDAYA PERAIRAN

    Oleh :

    Ai Setiadi

    021202503125002

    BUDIDAYA PERAIRAN

    FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

    UNIVERSITAS SATYA NEGARA INDONESIA

    2014

    PAPER

  • 5/19/2018 MANAJEMEN KUALITAS AIR paper.docx

    2/16

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang:

    Kualitas air secara umum menunjukkan mutu atau kondisi air yang dikaitkan

    dengan suatu kegiatan atau keperluan tertentu Dengan demikian, kualitas air

    akan berbeda dari suatu kegiatan ke kegiatan lain, sebagai contoh: kualitas air

    untuk keperluan irigasi berbeda dengan kualitas air untuk keperluan air minum.

    Ikan hidup dalam lingkungan air dan melakukan interaksi aktif antara keduanya.

    Ikan dan air boleh dikatakan sebagai suatu sistem terbuka dimana terjadi

    pertukaran materi dan energi, seperti oksigen (O2), karbon dioksida (CO2),

    garam-garaman, dan bahan buangan.

    Kualitas Air adalah istilah yang menggambarkan kesesuaian atau

    kecocokan air untuk penggunaan tertentu, misalnya: air minum, perikanan,

    pengairan/irigasi, industri, rekreasi dan sebagainya. Peduli kualitas air adalah

    mengetahui kondisi air untuk menjamin keamanan dan kelestarian dalam

    penggunaannya. Kualitas air dapat diketahui dengan melakukan pengujian

    tertentu terhadap air tersebut. Pengujian yang biasa dilakukan adalah uji kimia,

    fisik, biologi, atau uji kenampakan (bau dan warna). Kualitas air yang jelek akan

    menimbulkan stress, penyakit, dan pada akhirnya menimbulkan kematian

    ikan/udang. Hal-hal yang berhubungan dengan permasalahan diatas berkaitan

    erat dengan studi manajemen kualitas air mulai dari parameter fisik perairan,

    parameter kimia perairan, dan parameter biologis perikanan.

    1.2 Tujuan

    1. Memahami dan mengetahui cara pengukuran parameter lingkungan perairan ,

    parameter fisik, kimia dan biologi

    2. Mengetahui cara penggunaan alat-alat pengukuran parameter lingkungan

    perairan , parameter fisik, kimia dan biologi

  • 5/19/2018 MANAJEMEN KUALITAS AIR paper.docx

    3/16

    2

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Kualiatas Air

    Kualitas air yaitu sifat air dan kandungan makhluk hidup, zat energi atau

    komponen lain di dalam air. Dalam pengukuran kualitas air ada beberapa hal

    yang harus diperhatikan diantaranya adalah Parameter Fisik, parameter kimia,

    dan parameter biologis.

    a. Parameter fisika air terbagi atas beberapa bagian yaitu Suhu, Kecerahan, Bau,

    dan Warna.

    b. Parameter kimia air yaitu Oksigen Terlarut, pH, dan Salinitas.

    c. Parameter biologs air yaitu Plankton.

    2.2 Parameter Fisika

    a) Suhu

    Suhu udara adalah derajat panas dan dingin udara di atmosfer dan

    pengukuran suhu dapat dilakukuan dengan menggunakan Thermometer.

    Berdasarkan penyebarannya di muka bumi suhu udara dapat dibedakan menjadi

    dua, yakni sebaran secara horizontal dan vertikal.Air sebagai lingkungan hidup

    organisme air relatif tidak begitu banyak mengalami fluktuasi suhu dibandingkan

    dengan udara, hal ini disebabkan panas jenis air lebih tinggi dari pada udara.

    Artinya untuk naik 1oC, setiap satuan Volume air memerlukan sejumlah panas

    yang lebih banyak daripada udara.

    Pada perairan dangkal akan menunjukan fluktuasi suhu air yang lebih besar

    daripada perairan yang dalam. Sedangkan organisme memerlukan suhu yang

    stabil atau fluktuasi sushu yang rendah. Agar suhu air suatu perairan berfluktuasi

    rendah maka perlu adanya penyebaran suhu. Hal tersebut tercapai secara sifat

    alam antara lain :

    1. Penyerapan (Absorpsi) panas matahari pada bagian permukaan air.

    2. Angin, sebagai penggerak pemindahan massa air.

    3. Aliran vertikal dari air itu sendiri, terjadi bila disuatu perairan terdapat lapisan

    air yang bersuhu rendah akan turun mendesak lapisan air yang bersuhu tinggi

    naik ke permukaan perairan.

  • 5/19/2018 MANAJEMEN KUALITAS AIR paper.docx

    4/16

    3

    Suhu air yang ideal bagii organisme air yang dibudidayakan sebaiknya

    adalah tidak terjadi perbedaan suhu yang tidak mencolok antara siang dan

    malam (tidak lebih dari 5oC). Pada perairan yang tergenang yang

    mempunyai kedalaman minimal 1,5 meter biasanya akan terjadi pelapisan

    (strasifikasi) suhu. Pelapisan ini terjadi karena suhu permukaan air lebih tinggi

    dibanding dengan suhu air dibagian bawahnya. Strasifikasi suhu terjadi karena

    masuknya panas dari cahaya matahari kedalam kolam air yang mengakibatkan

    terjadinya gradien suhu yang vertikal. Pada kolam yang kedalaman airnya kurang

    dari dua meter biasanya terjadi strasifikasi suhu yang tidak stabil. Oleh karena itu

    bagi para pembudidaya ikan yang melakukan kegiatan budidaya ikan kedalaman

    air tidak boleh lebiih dari 2 meter. Selain itu untuk memecah strasifikasi suhu

    pada wadah budidaya ikan perlu diperhatikan dan harus menggunakan

    alat bantu untuk pengukurannya.

    Tingkat toleransi ikan terhadap perubahan suhu lingkungan sangat

    tergantung pada jenisnya (0oC di musim dingin dan menjadi 20-30 oC di musim

    panas). Ikan akan stress bila terjadi perubahan suhu yang tiba-tiba dan dengan

    fluktuasi yang tinggi (suhu lebih dingin atau hangat 12 oC). Di bawah kondisi

    tesebut ikan akan mati. Untuk anak-anak ikan fluktuasi suhu harus lebih rendah

    dari 1.3-3.0 oC. Bila pemberian makan terus dilakukan, sementara nafsu makan

    terhenti, ammoniak akan meningkat dan berakibat pada tingginya ammoniak di

    dalam serum darah, menurunnya metabolisme menurunkan proses difusi

    ammonia dari insang. Bila terus berlanjut ikan akan mati (Svobodova, at al,

    1993).

    b) Kecerahan

    Kecerahan air merupakan ukuran transparansi perairan dan pengukuran

    cahaya sinar matahari didalam air dapat dilakukan dengan menggunakan

    lempengan/kepingan Secchi disk. Satuan untuk nilai kecerahan dari suatu

    perairan dengan alat tersebut adalah satuan meter. Jumlah cahaya yang diterima

    oleh phytoplankton diperairan asli bergantung pada intensitas cahaya matahari

    yang masuk kedalam permukaan air dan daya perambatan cahaya didalam

    air. (Gusriana, 2012, Sentra Edukasi, Budidaya Ikan (Jilid 1)

  • 5/19/2018 MANAJEMEN KUALITAS AIR paper.docx

    5/16

    4

    Masuknya cahaya matahari kedalam air dipengaruhi juga oleh kekeruhan

    air. Sedangkan kekeruhan air menggambarkan tentang sifat optik yang

    ditentukan berdasarkan banyaknya cahaya yang diserap dan dipancarkan oleh

    bahan-bahan yang terdapat didalam perairan. Faktor-faktor kekeruhan air

    ditentukan oleh:

    a. Benda-benda halus yang disuspensikan (seperti lumpur dsb)

    b. Jasad-jasad renik yang merupakan plankton.

    c. Warna air (yang antara lain ditimbulkan oleh zat-zat koloid berasal dari daun-

    daun tumbuhan yang terektrak)

    c) Bau

    Pada kolam budidaya ikan, air pada kolam ikan harus selalu di buang ataudiganti, agar tidak akan menimbulkan bau yang menyengat pada air. Faktor yang

    menyebabkan air pada kolam berbau tidak sedap yaitu diantaranya; Pakan ikan

    yang tidak sempat termakan oleh ikan, menjadi racun bagi kolam dengan

    amoniak yang muncul, Feses dari kotoran ikan yang dibudidayakan dan terjadi

    dekomposisi di air yang menghasilkan amoniak. Material dalam air dapat berupa

    jumlah zat tersuspensi (TDS) (Pemuji dan Anthonius, 2010 dalam Suwondo,

    2005).

    d) Warna

    Kriteria warna air tambak yang dapat dijadikan acuan standar dalam

    pengelolaan kualitas air adalah seperti di bawah ini:

    1. Warna air tambak hijau tua yang berarti menunjukkan adanya dominansi

    chlorophyceae dengan sifat lebih stabil terhadap perubahan lingkungan dan

    cuaca karena mempunyai waktu mortalitas yang relatif panjang. Tingkat

    pertumbuhan dan perkembangannya yang relatif cepat sangat berpotensi

    terjadinya booming plankton di perairan tersebut.

    2. Warna air tambak kecoklatan yang berarti menunjukkan adanya dominansi

    diatomae. Jenis plankton ini merupakan salah satu penyuplai pakan alami bagi

    udang, sehingga tingkat pertumbuhan dan perkembangan udang relatif lebih

    cepat. Tingkat kestabilan plankton ini relatif kurang terutama pada kondisi

    musim dengan tingkat curah hujan yang tinggi, sehingga berpotensi terjadinya

    plankton collaps dan jika pengelolaannya tidak cermat kestabilan kualitas

  • 5/19/2018 MANAJEMEN KUALITAS AIR paper.docx

    6/16

    5

    perairan akan bersifat fluktuatif dan akan mengganggu tingkat kenyamanan

    udang di dalam tambak.

    3. Warna air tambak hijau kecoklatan yang berarti menunjukkan dominansi yang

    terjadi merupakan perpaduan antara chlorophyceae dan diatomae yang

    bersifat stabil yang didukung dengan ketersediaan pakan alami bagi udang.

    No Warna Air Spesies Keterangan

    1

    2

    3

    4

    5

    6

    7

    8

    Coklat muda

    Coklat tua

    Coklat kemerahan

    Coklat kehijauan

    Hijau muda

    Hijau tua

    Hijau kekuningan

    Hijau kebiruan

    Diatomae

    Navicula sp.

    Nitschia sp.

    CoscinodiscusCaetocheros

    Melosira

    Phytoflagellata

    Peridinium

    Diatomae

    Phytoflagellata

    Chlophyceae

    Chlorococum sp.Planktonphierae sp

    Crysum sp.

    Phytoflagellata

    Chlemidomonas sp.

    Chilomonas sp.

    Dunalella sp.

    Cryptomona

    CyanophyceaeOscilatoria sp.

    Phormidium sp.

    Anabaena sp.

    Baik, dipertahankan

    Baik, diencerkan

    Berbahaya, ganti air

    Kurang baik, air diencerkan

    Kurang baik, air diencerkan

    Kurang baik, air diencerkan

    Tidak baik, harus banyakdiencerkan

    Tidak baik, air dibuang dandiganti

    Tabel; Hubungan Warna Air dengan Fitoplankton dan Kualitas Air (Ariawan &

    Poniran, 2004).

  • 5/19/2018 MANAJEMEN KUALITAS AIR paper.docx

    7/16

    6

    2.3 Parameter Kimia

    a) DO (Disolved Oxigent/Oxigent Terlarut)

    DO adalah jumlah oksigen yang terlarut di dalam air. Maksimum oksigen

    yang terlarut di dalam air dikenal dengan oksigen jenuh. Oksigen masuk ke

    dalam air ketika permukaan air bergolak dan berasal dari proses photosinthesis.

    Peningkatan salinitas dan suhu air akan menurunkan tingkat oksigen jenuh di

    dalm air. Air yang mengandung oksigen jenuh cukup untuk mendukung

    kehidupan organisme air, tetapi oksigen akan cepat habis bila organisma/ikan

    ditebar dalam jumlah yang padat.

    Semua makhluk hidup untuk hidup sangat membutuhkan oksigen sebagai

    faktor penting bagi pernafasan. Ikan sebagai salah satu jenis organisme air juga

    membutuhkan oksigen agar proses metabolisme dalam tubuhnya berlangsung.

    Oksigen yang dibutuhkan oleh ikan disebut dengan oksigen terlarut. Oksigen

    terlarut adalah oksigen dalam bentuk terlarut didalam air karena ikan tidak dapat

    mengambil oksigen dalam perairan dari difusi langsung dengan udara. Satuan

    pengukuran oksigen terlarut adalah mg/l yang berarti jumlah mg/l gas oksigen

    yang terlarut dalam air atau dalam satuan internasional dinyatakan ppm (part per

    million).

    Air mengandung oksigen dalam jumlah yang tertentu, tergantung dari

    kondisi air itu sendiri, beberapa proses yang menyebabkan masuknya oksigen ke

    dalam air yaitu:

    1. Diffusi oksigen dari udara ke dalam air melalui permukannya, yang terjadi

    karena adanya gerakan molekul-molekul udara yang tidak berurutan karena

    terjadi benturan dengan molekul air sehingga O2 terikat didalam air.

    2. Diperairan umum, pemasukan oksigen ke dalam air terjadi karena air yang

    masuk sudah mengandung oksigen, kecuali itu dengan aliran air,

    mengakibatkan gerakan air yang mampu mendorong terjadinya proses difusi

    oksigen dari udara ke dalam air.

    3. Hujan yang jatuh,secara tidak langsung akan meningkatkan O2 di dalam air,

    pertama suhu air akan turun, sehingga kemampuan air mengikat oksigen

    meningkat, selanjutnya bila volume air bertambah dari gerakan air, akibat

    jatuhnya air hujan akan mampu meningkatkan O2 di dalam air.

    4. Proses Asimilasi tumbuhtumbuhan. Tanaman air yang seluruh batangnya ada

    didalam air di waktu siang akan melakukan proses asimilasi, dan akan

  • 5/19/2018 MANAJEMEN KUALITAS AIR paper.docx

    8/16

    7

    menambah O2 didalam air. Sedangkan pada malam hari tanaman tersebut

    menggunakan O2 yang ada didalam air.

    Tingkat oksigen terlarut dipengaruhi oleh suhu, salinitas dan ketinggian dari

    permukaan laut (dpl)(Tabel 2). Salinitas, suhu, dan ketinggian dpl meningkat

    maka oksigen terlarut akan menurun (Van Wyk & Scarpa, 1999). Oksigen terlarut

    di air laut lebih rendah dibanding dengan air tawar (Van Wyk & Scarpa, 1999).

    Faktor biologi yang mempengaruhi jumlah oksigen terlarut di dalam air adalah

    proses respirasi dan fotosintesis. Respirasi mengurangi oksigen di dalam air

    sedangkan fotosintesis menambah oksigen ke dalam air. Dari sisi lain oksigen

    terlarut akan berkurang akibat organisme aerobik yang menghancurkan bahan

    organik di dalam air dan oleh proses respirasi berbagai organisme yang ada didalam air.

    Tingkat konsumsi oksigen organisme air sangat bergantung pada suhu,

    bobot tubuh, tanaman, dan bakteria yang ada di dalam perairan. Akumulasi

    buangan padat akan meningkatkan biomas bakteri heterotropik, hasilnya

    meningkatkan kebutuhan oksigen. Setiap ikan mempunyai kebutuhan yang

    berbeda terhadap oksigen. Seperti Salmon membutuhkan 8-10 mg/L, bila hanya

    terdapat 3 mg/L di dalam air, ikan akan mati lemas. Jenis tilapia cenderung lebih

    rendah antara 6-8 mg/L dan mati lemas ketika hanya terdapat 1.5-2.0 mg/L

    (Svobodova, et al., 1993).

    b. Ph

    Nilai pH (Power of Hydrogen) adalah nilai dari hasil pengukuran ion

    hidrogen (H+)di dalam air. Air dengan kandungan ion H+ banyak akan bersifat

    asam, dan sebaliknya akan bersifat basa (Alkali). Kondisi pH optimal untuk ikan

    ada pada rang 6.5-8.5. Nilai pH di atas 9.2 atau kurang dari 4.8 bisa membunuh

    ikan dan pH di atas 10.8 dan kurang dari 5.0 akan berakibat fatal bagi ikan-ikan

    jenis tilapia. Air dengan pH rendah terjadi di daerah tanah yang bergambut. Nilai

    pH yang tinggi terjadi di perairan dengan kandungan alga tinggi, dimana proses

    photosinthesis membutuhkan banyak CO2. pH akan meningkat hingga 9.0-10.0

    atau lebih tinggi jika bikarbonat di serap dari air (Svobodova, at al, 1993). Untuk

    melawan kondisi pH yang rendah atau tinggi ikan akan memproduksi lendir di

    kulitnya dan di bagian dalam insang. Nilai pH juga mempunyai pengaruh yang

  • 5/19/2018 MANAJEMEN KUALITAS AIR paper.docx

    9/16

    8

    signifikan pada kandungan ammonia, H2S, HCN, dan logam berat pada ikan.

    Pada pH rendah akan meningkatkan potensi untuk kelarutan logam berat

    (Malone & Burden, 1988). Peningkatan nilai pH hingga 1 angka akan

    meningkatkan nilai konsentrasi ammonia di dalam air hingga 10 kali lipat dari

    semula.

    Derajat keasaman pH Air suatu kolam ikan sangat dipengaruhi oleh

    keadaan tanahnya yang dapat menentukan kesuburan suatu perairan. Nilai pH

    air asam tidak baik untuk budidaya ikan dimana produksi ikan dalam suatu

    perairan akan rendah. Pada pH air netral sangat baik untuk kegiatan budidaya

    ikan, biasanya berkisar antara 78, sedangkan pada pH air basa juga tidak baik

    untuk kegiatan budidaya. Pengaruh pH air pada perairan dapat berakibatterhadap komunitas biologi perairan.

    Rang pH Dampak diperairan

    9.0-10.0

    Alga berkembang

    NH3 dominan dan beracun

    Kalsium karbonat dan logam mengendap

    8.0-9.0

    Kondisi normal air laut

    Racun NH3menjadi masalah

    Optimal untuk proses nitrifikasi

    7.0-8.0 Kondisi normal rawa-rawa dan estuari

    Ion ammonium (NH4+) dominan, ammonia sedikit beracun

    6.0-7.0

    Ion ammonium (NH4+) dominan, ammonia sedikit beracun

    Proses nitrifikasi terhambat

    Nitrit beracun

    Batuan dan logam terlarut

    Tabel; Hubungan pH dengan sistem perairan (Malone & Burden, 1988).

    Penanganan terhadap perubahan pH di dalam kolom air media budidaya

    bisa dilakukan. Kondisi pH yang menurun akibat adanya hujan bisa dilakukan

    dengan melakukan pengapuran dengan menggunakan kapur atau dolomit degan

    dosis 100 - 200 kg/ha (Adhikari, 2003). Sebaliknya bila pH tinggi bisa dilakukan

    dengan melakukan pergantian air.

  • 5/19/2018 MANAJEMEN KUALITAS AIR paper.docx

    10/16

    9

    c. Salinitas

    Salinitas adalah ukuran jumlah garam yang terlarut di dalam air. Garam di

    laut adalah ada dalam bentuk NaCl. Secara umum jenis Crustacea tidak sensitif

    terhadap perubahan salinitas hingga 5 ppt (Malone & Burden, 1988). Suhu

    sangat mempengaruhi kondisi salinitas perairan, semakin tinggi suhu akan

    berdampak pada tingginya salinitas. Proses evaporasi akibat suhu yang

    meningkat akan meningkatkan salinitas walaupun lambat, seperti pada sistem

    resirkulasi budidaya soft shell (Malone & Burden, 1988), dan sistem resirkulasi

    pendederan kerapu macan (Udi Putra, et al. 2007a; 2007b).

    d. Nitrat dan Nitrit

    Nitrit dan nitrat ada di dalam air sebagai hasil dari oksidasi. Nitrit merupakan

    hasil oksidasi dari ammonia dengan bantuan bakteri Nitrisomonas dan Nitrat

    hasil dari oksidasi Nitrit dengan bantuan bakteri Nitrobacter. Keduanya selalu ada

    dalam konsentrasi yang rendah karena tidak stabil akibat proses oksidasi dan

    sangat tergantung pada keberadaan bahan yang dioksidasi dan bakteri. Kedua

    bakteri tersebut akan optimal melakukan proses nitrifikasi pada pH 7.0-7.3

    (Malone & Burden, 1988). Hampir tidak ada nitrat yang masuk di tanah karena

    proses pencucian dan penggunan pupuk.

    Tingkat racun dari Nitrit sangat bergantung pada kondisi internal dan

    eksternal ikan seperti, spesies, umur ikan, dan kualitas air. Ion nitrit masuk ke

    dalam ikan dengan bantuan sel Klorida insang (Svobodova, at al, 1993). Di

    dalam darah nitrit akan bersatu dengan haemoglobin, yang berakibat pada

    peningkatan methaemoglobin (Svobodova, at al, 1993). Ini akan mengurangi

    kemampuan transportasi oksigen dalam darah (Svobodova, at al, 1993).

    Peningkatan methaemoglobin akan terlihat pada perubahan warna ingsang

    menjadi coklat begitu juga warna darah. Jika jumlah methaemoglobon tidak lebih

    dari 50% dari total haemoglobin, ikan akan tetap hidup, tapi bila melebihi hingga

    70-80% gerakannya akan melamban. Bila terus meningkat maka ikan akan

    kehilangan kemampuan untuk bergerak dan tidak akan merespon terhadap

    stimulan. Akan tetapi kondisi tersebut akan bisa kembali normal karena eritrosit

    di dalam darah terdapat enzim reduktase yang mampu mengkonversi

    methaemoglobin menjadi haemoglobin. Proses konversi akan berlangsung

  • 5/19/2018 MANAJEMEN KUALITAS AIR paper.docx

    11/16

    10

    hingga menghabiskan waktu 24-48 jam. Ini terjadi bila kemudian ikan

    ditempatkan pada air yang terbebas dari nitrit.

    Tingkat pengambilan nitrit di dalam air oleh sistem metabolisme ikan melalui

    insang sangat bergantung pada rasio nitrit-klor di dalam air (Svobodova, at al,

    1993). Bila konsentrasi kloridanya lebih rendah 6 kali dari konsentrasi nitrit, maka

    nitrit akan mampu melewati membran insang, bila kurang maka terjadi sebaliknya

    (Van Wyk & Scarpa, 1999). Tingkat racun nitrit juga dipengaruhi oleh ion

    bikarbonat, natrium, Kalsium dan ion-ion lainnya, namun efeknya tidak sebesar

    akibat adanya klor di dalam air. Kalium mempunyai efek yang signifikan

    dibanding dengan Natrium dan Kalsium.

    Faktor lainnya adalah pH, temperatur dan salinitas. pH dan temperatur

    mengontrol NO2 (disosiasi) dan HNO2(non dissosiasi). Nitrit akan lebih beracun

    pada kondisi pH dan salinitas yang rendah (Van Wyk & Scarpa, 1999). Untuk

    amannya konsentrasi nitrit harus dipertahankan pada level 1 mg/L (Van Wyk &

    Scarpa, 1999. Dipercaya bahwa masuknya nitrit ke dalam plasma darah ikan

    bergantung pada difusi HNO2 melewati epithelium insang. Akan tetapi tingkat

    racun nitrit akibat kondisi pH tidak terlalu signifikan. Ketika kandungan oksigen di

    dalam haemoglobin turun kebutuhan akan oksigen akan meningkatkan suhu

    tubuh. Udang jenis monodon lebih tahan terhadap racun nitrit dibanding jenis

    Vanamei (Van Wyk & Scarpa, 1999). Daya racun nitrit terhadap kepiting lebih

    sensitif dibanding jenis udang terutama jenis Vanamei Tabel . Udang Vanemei

    masih optimal pada kisaran hingga 1 ppm (Van Wyk & Scarpa, 1999).

    Konsentrasi Nirit (mg/L) Dampak

    < 0.5 Aman bagi kepiting

    0.53.0 Sebagian kepiting mati molting

    3.010.0 Banyak kepiting mati molting, sebagian mati sebelum

    molting

    > 10.0 Hampir semua mati molting, mati sebelum molting

    Tabel; Dampak nitrit terhadap kepiting (Malone & Burden, 1988).

  • 5/19/2018 MANAJEMEN KUALITAS AIR paper.docx

    12/16

    11

    Tingkat racun nitrat terhadap ikan sangat rendah. Kematian yang

    ditimbulkan terjadi ketika konsentrasinya mencapai 1000 mg/L; maksimum yang

    dibolehkan untuk budidaya adalah 80 mg/L untuk jenis Carp, 20 mg/L untuk

    rainbow trout dan 60 ppm untuk jenis udang (Van Wyk & Scarpa, 1999). Akan

    tetapi udang bisa hidup pada konsentrasi nitrat hingga 200 ppm (Van Wyk &

    Scarpa, 1999). Ketika air mengandung banyak oksigen tidak akan berbahaya

    akan terjadinya denitrifikasi. Sehingga konsentrasi nitrat tidak terlalu penting

    untuk di monitoring. Akan tetepi, karena ammonia, standar kualitas air perlu

    dilakukan pencegahan eutropikasi terjadinya pembentukan nitrat, dan

    berlebihannya pertumbuhan alga dan tanaman, akan kemudian berdampak pada

    ikan. Tindakan yang bisa dilakukan adalah dengan mengurangi volume

    pemberian pakan dan melakukan pergantian air hinga 50%. Yang kemudian bisa

    dilanjutkan dengan pemberian probiotik yang mampu mengikat ammonia.

    2.4 Parameter Biologi

    a. Plankton

    Kelimpahan plankton yang terdiri dari phytoplankton dan zooplankton

    sangat diperlukan untuk mengetahui kesuburan suatu perairan yang akan

    dipergunakan untuk kegiatan budidaya. Plankton sebagai organisme perairan

    tingkat rendah yang melayang-layang di air dalam waktu yang relatif lama

    mengikuti pergerakan air. Plankton pada umumnya sangat peka terhadap

    perubahan lingkungan hidupnya (suhu, pH, salinitas, gerakan air, cahaya

    matahari dll) baik untuk mempercepat perkembangan atau yang mematikan.

    Berdasarkan ukurannya, plankton dapat dibedakan sebagai berikut :

    a. Macroplankton (masih dapat dilihat dengan mata telanjang/ biasa/tanpa

    pertolongan mikroskop).

    b. Netplankton atau mesoplankton (yang masih dapat disaring oleh plankton net

    yang mata netnya 0,03 - 0,04 mm).

    c. Nannoplankton atau microplankton (dapat lolos dengan plankton net diatas).

  • 5/19/2018 MANAJEMEN KUALITAS AIR paper.docx

    13/16

    12

    Berdasarkan tempat hidupnya dan daerah penyebarannya, plankton dapat

    merupakan :

    1. Limnoplankton (plankton air tawar/danau).

    2. Haliplankton (hidup dalam air asin)

    3. Hypalmyroplankton (khusus hidup di air payau)

    4. Heleoplankton (khusus hidup dalam kolam-kolam)

    5. Petamoplankton atau rheoplankton (hidup dalam air mengalir, sungai).

    No Warna Air Spesies Keterangan

    1

    2

    3

    4

    5

    67

    8

    Coklat muda

    Coklat tua

    Coklat kemerahan

    Coklat kehijauan

    Hijau muda

    Hijau tuaHijau kekuningan

    Hijau kebiruan

    DiatomaeNavicula sp.

    Nitschia sp.CoscinodiscusCaetocherosMelosiraPhytoflagellataPeridiniumDiatomaePhytoflagellataChlophyceaeChlorococum sp.Planktonphierae spCrysum sp.PhytoflagellataChlemidomonas sp.Chilomonas sp.Dunalella sp.CryptomonaCyanophyceaeOscilatoria sp.Phormidium sp.Anabaena sp.

    Anabanopsis sp.Chrococus sp.

    Baik, dipertahankan

    Baik, diencerkan

    Berbahaya, ganti air

    Kurang baik, air diencerkan

    Kurang baik, air diencerkan

    Kurang baik, air diencerkanTidak baik, harus banyakdiencerkan

    Tidak baik, air dibuang dandiganti

    Tabel; Hubungan Warna Air dengan Fitoplankton dan Kualitas Air (Ariawan &

    Poniran, 2004).

  • 5/19/2018 MANAJEMEN KUALITAS AIR paper.docx

    14/16

    13

    No Kecerahan Kreteria Keterangan

    1

    2

    3

    < 30 cm

    30 cm35 cm

    > 35 cm

    Kemelimpahan plankton

    tinggi (kaya)

    Kemelimpahan plankton

    yang diharapkan

    Kemelimpahan plankton

    kurang (miskin)

    Baik, air perlu diencerkan

    atau ganti

    Baik, air dipertahankan

    Kurang baik, lakukan

    pemupukan

    Hubungan Kemelimpahan Plankton dengan Kecerahan Air (Ariawan & Poniran,

    2004).

  • 5/19/2018 MANAJEMEN KUALITAS AIR paper.docx

    15/16

    14

    PENUTUP

    Air adalah komponen penting dalam kegiatan budiaya terutama untuk

    budidaya ikan. Dua faktor dan berbagai faktor lainnya berinteraksi menghasilkan

    kondisi lingkungan yang cocok untuk ikan/udang budiaya. Keberhasilan kegiatan

    budiaya ditandai dengan produktivitas hasil budidaya yang maksimum dan terus

    menerus, namun untuk menghasilkan produktivitas yang tinggi tersebut

    sesunguhnya para pembudidaya telah berhasil melakukan manajemen air

    dengan baik. Sehingga pemahaman tentang faktor-faktor kunci menjadi hal yang

    penting bagi para pembudidaya, yang kemudian mengaplikasikannya dalam

    kegiatan pengolahan dan monitoring kualitas air yang koninyu selama kegiatan

    budidaya berjalan.

    D. PUSTAKA

    Aquaculture SA. 1999. Water Quality in Freshwater Aquaculture Ponds. Primary

    Industries and Recources South Australia. Fact Sheet.

    Blackburn, T.H. 1987. Role and Infact of anaerobic microbial processes in aquatic

    Systems. In Boyd, C.E. C.W. Wood and Taworn Thunjai. 2002. Aquaculture Pond

    Bottom Soil Quality Management. Oregon State University Corvallis, Oregon.Clifford, H.C. 1992 Marine shrim pond management a review. In ASA Technical bulletin.

    US Wheat Association

    Dent, D. 1986. Acid Sulfat Soils : A Baseline for Research and Development.

    International Institute of Land Reclamation and Inprovement, Wageningen, The

    Netherlands. Publications 39, 204 pp.

    Direktorat Pembudidayaan. 2003. Petunjuk Teknis Budidaya Udang. Program

    Intensifikasi Pembudidayaan Ikan Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya.

    Jakarta

    Hochheimer J. 1985. Using Water Quality Convertion Tables for Soft Crabbing.Maryland Sea Grant Extension Program. Crab Shedders Workbook Series.

    ----------------------1988. Water Quality in Soft Crab Shedding. Maryland Sea Grant

    Extension Program. Crab Shedders Workbook Series.

    Malone Ronald F dan Daniel G. Burden. 1988. Design of Recilculating Blue Crab

    Shedding System. Louisiana Sea Grand College Program. Center for Wetland

    Recources Louisiana State University.

    Saeni, M. Sri dan Latifah K. Darusman. 2002. Penuntun Praktikum Kimia Lingkungan.

    Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. IPB.

    Svobodova Z, Richard Lioyd, Jana Machova, dan Blanka Vykusova. 1993. Water Quality

    and Fish Health. EIPAC Technical Paper. FAO Fisheries Department.

  • 5/19/2018 MANAJEMEN KUALITAS AIR paper.docx

    16/16

    15

    Udi Putra, Nana S.S., Fauzia, Hamka. 2007a. Optimalisasi Pemanfaatan Sistem

    Resirkulasi Air Sistem Pendederan Kerapu Macan (Epinephelus fuscoguttatus)

    Densitas Super tinggi. Laporan Tahunan Balai Budidaya Takalar.

    Udi Putra, Nana S.S., Fauzia, Nurcahyono. 2007b. Aplikasi Sistem Resirkulasi untuk

    Meningkatkan Pertumbuhan pada Pendederan Kepiting Rajungan (Portunus

    Pelagicus) di dalam Wadah Terkontrol. Laporan Tahunan Balai Budidaya

    Takalar.

    Van Wyk P. dan John Scarpa. 1999. Water Quality Requirements and Management.

    Chapter 8 in . Farming Marine Shrimp in Recirculating Freshwater Systems.

    Prepared by Peter Van Wyk, Megan Davis-Hodgkins, Rolland Laramore, Kevan

    L. Main, Joe Mountain, John Scarpa. Florida Department of Agriculture and

    Consumers Services. Harbor Branch Oceanographic Institution.