manajemen kepegawaian daerah
DESCRIPTION
MANAJEMEN SDMTRANSCRIPT
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Menyelesaikan pekerjaan secara efisien dan efektif berarti menyelesaikan
pekerjaan secara tepat sesuai dengan perencanaan dengan penggunaan sumber
daya atau input yang minimal untuk mencapai kerja yang maksimal. Manusia
sebagai subsistem yang mempunyai peranan dan kedudukan yang sentral
sekaligus menjadi pusat terselenggaranya segala usaha dan kegiatan kerja sama
serta menentukan berhasil tidaknya suatu organisasi, maka disinilah perlunya dicari
suatu upaya bagaimana cara sehingga dalam pelaksanaan tugas pegawai dapat
lebih efektif dan efisien.
Pada umumnya suatu organisasi mempunyai sasaran tertentu yang ingin
dicapai yang merupakan syarat mutlak dalam menjamin kelangsungan dan
perkembangan organisasi. Agar sasaran tersebut dapat tercapai, maka diperlukan
adanya berbagai kerjasama yang teratur dan terintegrasi diantara semua unsur-
unsur organisasi yang ada. Dalam menjaga kelangsungan hidup dan kontinuitas
organisasi, sumber daya manusia (SDM) sangat berpengaruh dan merupakan
salah satu hal yang sangat penting dalam menjalankan kegiatan operasional
organisasi.
Perubahan-perubahan dalam suatu organisasi merupakan tuntutan dalam
meningkatkan pembangunan. Pembangunan merupakan usaha peningkatan
kualitas manusia, dan masyarakat Indonesia yang dilakukan secara berkelanjutan,
berlandaskan kemampuan nasional dengan memanfaatkan kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi serta memperhatikan tantangan perkembangan
global. Dalam pelaksanaannya mengacu pada kepribadian bangsa dan nilai luhur
yang universal untuk mewujudkan kehidupan yang berdaulat, mandiri, berkeadilan,
sejahtera, maju, dan kukuh kekuatan moral dan etikanya.
1
Keberhasilan pembangunan nasional tidak terlepas dari dedikasi aparatur
pemerintah dalam melaksanakan tugasnya dengan baik, karena dalam
pelaksanaannya dibutuhkan aparatur pemerintah yang bersih, berwibawa dan
mempunyai kemampuan yang tinggi. Perwujudan aparatur negara yang berfungsi
melayani masyarakat, profesional, transparan, bebas dari korupsi, kolusi dan
nepotisme.
Peranan Pegawai Negeri Sipil dalam perjalanan menentukan sejarah
kehidupan bangsa dan negara Republik Indonesia sangat berarti dimana pegawai
negeri sipil adalah unsur aparatur negara sebagai salah satu penyelenggara
pemerintahan dan pembangunan dalam rangka mencapai tujuan nasional. Adapun
tujuan nasional yang tercantum dalam Pembukaan Undang – undang Dasar 1945
yaitu melindungi segenap Bangsa Indonesia dan tumpah darah Indonesia serta
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi
dan keadilan sosial. Dalam rangka usaha mencapai tujuan nasional sebagaimana
tersebut diatas diperlukan adanya Pegawai Negeri yang penuh kesetiaan dan
ketaatan kepada Pancasila, UUD 1945, Negara dan Pemerintahan serta yang
berkualitas tinggi dan sadar akan tanggung jawabnya sebagai Aparatur Negara
dan Abdi Masyarakat.
Negara Indonesia adalah negara demokrasi yang berdasarkan Pancasila dan
Undang-undang Dasar 1945. Dalam pelaksanaan pemerintahan negara Indonesia
menganut asas desentralisasi, yaitu dengan memberikan kesempatan dan
keleluasaan kepada daerah untuk menyelenggarakan pemerintahannya sendiri
dengan sistem otonomi daerah. Salah satu dari penyelenggaraan otonomi daerah
yaitu otonomi daerah dalam bidang kepegawaian daerah, yaitu sebagai salah satu
faktor penunjang kelancaran pelaksanaan pemerintahan dan pembangunan. Demi
suksesnya pemerintahan diperlukan aparatur pemerintah yang berkualitas baik.
Aparat daerah ini lebih dikenal dengan istilah pegawai daerah atau Pegawai Negeri
Sipil yang berstatus sebagai pegawai daerah otonom.
2
Namun, realitanya pada saat ini aparatur pemerintah pada umumnya
bukan menjadi public service atau pelayan bagi masyarakat tetapi sebaliknya
mereka lebih untuk dilayani oleh masyarakat. Bahkan yang lebih parah lagi para
aparatur pemerintah kurang memperhatikan kepentingan masyarakat. Hal ini
disebabkan karena paratur pemerintah memiliki permasalahan yang komplek dan
membutuhkan sistem kerja yang profesional, yang dapat dimulai dari proses
rekrutmen pegawai yang lebih selektif, yang mengutamakan kualitas tanpa adanya
kolusi dan nepotisme dari orang dalam.
Dari berbagai diskursus yang berkembang, nampaknya belum sepenuhnya
mengarah pada upaya menuntaskan persoalan mendasar mengenai berbagai
permasalahan internal dan eksternal pegawai pemerintahan. Wacana pegawai ini
tidak dapat dilepaskan dari kenyatan demikian besarnya jumlah pegawai dan
demikian pentingnya layanan yang disediakannya sebagai abdi negara dan abdi
masyarakat’. Namun yang berkembang sepertinya lebih banyak bersifat ‘gugatan’
dan keluhan, baik dari pegawai sendiri maupun dari publik. Fakta yang ada sebagai
faktor internal yang menjadi sorotan negatif aparatur telah melekat menjadi kultur
Misalnya, kebiasaan hanya akan bekerja dengan baik jika diberikan sejumlah materi,
atau orientasi pencapaian jabatan ketimbang prestasi. Pada sisi lainnya semua ini
bisa beralasan sebagai upaya mencari tambahan gaji dalam rangka memenuhi
kebutuhan pokok yang tidak terjangkau dengan gaji pokok dan tunjangan.
Berdasarkan kenyataan tersebut, diperlukan suatu upaya untuk
membersihkan citra negatif aparatur pemerintahan, dan memulai melangkah secara
pasti untuk membentuk sosok aparatur pemerintahan yang bersih dan profesional
melalui upaya sistematis dan komprehensif. Untuk mewujudkan sosok aparatur yang
terbilang ideal tersebut tidaklah mudah. Setidaknya tulisan ini mencoba mencari
jalan keluar terhadap permasalahan birokrasi melalui sosok aparaturnya yang sudah
terbilang “mendarah daging”. Gagasan ini mencoba memulai dari hal yang sangat
berdekatan dengan klaim “tidak berdayanya” aparatur di bidang pelayanan publik
Sampai saat ini diakui atau tidak manajemen sistem kepegawaian kita belum
menggembirakan mulai dari sistem pengadministrasian, renumerasi, perekrutan
hingga pembinaan dan pengembangan pegawai nampak sekali banyak
3
kelemahannya. Keruwetan penerimaan CPNS oleh sebagian kalangan dipandang
bentuk refleksi ketidaksiapan dan kekurang profesionalan panitia daerah.
Pemerintah daerah sebagai koordinator penyeleksian sekaligus penentu lulus
tidaknya pelamar terlihat kurang memuaskan dalam melaksanakan fungsinya,
terutama tatkala terjadi revisi pengumuman hasil seleksi. Demikian pula Pemkab/
Pemkot sebagai pelaksana teknis lapangan juga masih belum menunjukkan hasil
maksimal di beberapa daerah, khususnya saat pendaftaran dan pelaksanaan tes.
Pengaruh pegawai yang profesional dan kompeten dalam pemerintahan
daerah merupakan faktor yang paling penting dalam penentuan kapasitas suatu
institusi pemerintah, disamping faktor-faktor kapasitas lain seperti : sistem, teknologi,
informasi dan perangkat pendukung organisasi lainnya. Kapasitas – dalam arti
kapasitas instansi pemerintah – diartikan bukan merupakan sesuatu yang statis,
melainkan harus ditempatkan di dalam suatu konteks yang dinamis dengan kondisi-
kondisi kerangka (framework conditions) yang berubah.
Menurut pengertian di atas, kapasitas birokrasi pemerintahan daerah, harus
selalu dikembangkan sesuai dengan perkembangan paradigma, sistem dan
manajemen perencanaan pembangunan yang terjadi baik dalam lingkup global,
nasional dan lokal.
4
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dituliskan diatas, maka d a l a m
m a k a l a h i n i penulis merumuskan masalah sebagai berikut :
Apa upaya untuk meningkatkan MSDM yang berbasis kompetensi sehingga
dapat meningkatkan pelayanan publik dan mendukung good governance ?
Tujuan
Seiring dengan permasalahan yang telah dikemukakan diatas, maka
tujuan yang ingin dicapai oleh penulis adalah menjelaskan upaya untuk
meningkatkan MSDM yang berbasis kompetensi sehingga dapat meningkatkan
pelayanan publik dan mendukung good governance
5
PERMASALAHAN
Restrukturisasi PNS
Proses penerimaan calon PNS adalah proses yang paling kritis dibandingkan
dengan serangkaian proses lain dari keseluruhan fungsi manajemen kepegawaian.
Kesalahan pada proses rekrutasi memiliki akibat jangka panjang yang sangat
merugikan jika kualitas PNS yang direkrut ternyata tidak sesuai dengan dengan
kualifikasi yang dibutuhkan.. Namun, sayangnya proses rekrutasi pegawai daerah
memiliki beberapa masalah yang sejauh ini belum memperoleh perhatian dari
pemerintah.
Dalam kondisi yang semakin menuntut pelayanan publik yang handal untuk
mengejar ketertinggalan dari negara-negara tetangga, PNS harus bisa menunjukkan
sosok idealnya. Sebagai pelaksana kebijakan pemerintah, PNS terlebih dahulu
dituntut membereskan permasalahan dirinya sehingga mampu menjadi “mesin
cerdas” yang tidak membebani tetapi memberi jalan keluar. Di sinilah aparatur
mampu membantu menyelesaikan permasalahan internal bangsa untuk selanjutnya
mampu meningkatkan daya saing bangsa 2). Alasan inilah yang menjadi kebutuhan
utama perlunya pemikiran restrukturisasi PNS.
Restrukturisasi PNS adalah menata kembali keberadaan PNS dalam
menjalankan tugas dan fungsinya secara baik. Upaya ini terhitung sulit dan
membutuhkan terobosan yang berani dalam mengambil pilihan-pilihan langkah
perubahan. Dalam definisi Kantor Kementrian Pendayagunaan Aparatur Negara,
restrukturisasi dimaksud adalah satu paket dalam upaya yang dinamakan
pembaharuan birokrasi.
Pembaharuan birokrasi menekankan kepada tindakan penataan aparatur
negara, meliputi rangkaian tindakan, kegiatan pembaharuan secara konsepsional,
sistematis, dan berkelanjutan dengan melakukan upaya peninjauan, perbaikan,
penataan dan penyempurnaan serta penertiban dan pembaharuan terhadap sistem,
6
kebijakan peraturan perundang-undangan terkait bidang aparatur negara, termasuk
perbaikan sikap perilaku, akhlak dan moral aparatur.
Untuk melakukan pembaharuan, sejumlah fakta dalam birokrasi harus
dicermati sebagai bahan penilaian seperti: bentuk dan susunan birokrasi yang
terbilang besar, tugas pokok dan fungsi yang tumpang tindih, bekerja tidak efisien
dan efektif, tidak kompeten, berintegritas rendah, mudah terintervensi dengan unsur-
unsur politis, tidak adanya sistem yang efektif untuk pengarahan dan pengendalian
birokrasi, dan lain sebagainya.
Selain deretan tuduhan di atas, yang lebih dahsyat dan sering mencoreng
nama baik korps birokrasi adalah persoalan korupsi, kolusi, dan nepotisme atau
sering disebut KKN. Inilah yang banyak pihak menyebutnya sebagai sumber
permasalahan karena berdiam sebagai penyakit di semua bidang. Masalah ini
sebenarnya melekat bukan saja di tubuh PNS sebagai penyelenggara pemerintahan
tapi setiap individu dapat terkena perbuatan KKN.
Dari aspek individunya, KKN disebabkan adanya sifat keserakahan materil,
hidup bergaya konsumtif dan lemahnya moral yang cenderung bertindak korup, hal
ini berkembang merasuk dalam jiwa, mental, perasaan dan pikiran. Tindakan
preventif terhadap hal seperti ini perlu ditekankan pada perbaikan kualitas mental
individu yang jika tidak dilakukan akan berdampak kegagalan pada aspek sistem
organisasi secara keseluruhan. Sebab lainnya yang tidak kalah hebat adalah tingkat
pemenuhan kebutuhan dari gaji yang kurang mencukupi pada batas yang dianggap
“layak”. Masalah ini harus dipenuhi dengan upaya memperbaiki sistem penggajian
pada batas yang memungkinkan terminimalkannya potensi korupsi.
7
SOLUSI
Merancang Manajemen SDM berbasis Kompetensi
Pengembangan pribadi yang bermutu unggul secara sistematis boleh jadi
merupakan salah satu strategi yang mesti diusung ketika suatu perusahaan
/organisasi menjadi yang terbaik. Dalam kaitannya dengan hal ini, beberapa tahun
terakhir ini merebak satu pendekatan baru dalam menata kinerja manusia, yang
acap disebut sebagai competency-based HR management (CBHRM), atau
manajemen pengelolaan SDM berbasis kompetensi.
Secara general, kompetensi sendiri dapat dipahami sebagai sebuah
kombinasi antara ketrampilan (skill), atribut personal, dan pengetahuan (knowledge)
yang tercermin melalui perilaku kinerja (job behavior) yang dapat diamati, diukur dan
dievaluasi. Dalam sejumlah literatur, kompetensi sering dibedakan menjadi dua tipe,
yaitu :
1. Soft competency
Jenis kompetensi yang berkaitan erat dengan kemampuan untuk mengelola
proses pekerjaan, hubungan antar manusia serta membangun interaksi
dengan orang lain. Contoh soft competency adalah: leadership,
communication, interpersonal relation, dll.
2. Hard competency
Jenis kompetensi yang berkaitan dengan kemampuan fungsional atau teknis
suatu pekerjaan. Dengan kata lain, kompetensi ini berkaitan dengan seluk
beluk teknis yang berkaitan dengan pekerjaan yang ditekuni. Contoh hard
competency adalah : electrical engineering, marketing research, financial
analysis, manpower planning, dll.
8
Tahap pertama yang sepatutnya dilakukan ketika suatu
perusahaan/organisasi hendak membangun competency-based HR management
adalah menyusun direktori kompetensi serta profil kompetensi per posisi. Dalam
proses ini, dirancanglah daftar jenis kompetensi – baik berupa soft dan hard
competency – yang dibutuhkan oleh perusahaan/organisasi tersebut; lengkap
dengan definisi kompetensi yang rinci, serta juga indikator perilaku dan levelisasi
(penjenjangan level) untuk setiap jenis kompetensi. Dalam tahap ini pula disusun
semacam kebutuhan kompetensi per posisi, atau semacam daftar kompetensi apa
yang dipersyaratkan untuk satu posisi tertentu, berikut dengan level minimumnya.
Tahap berikutnya merupakan tahap yang paling kritikal, yakni tahap asesmen
kompetensi untuk setiap individu karyawan dalam perusahaan/organisasi itu. Tahap
ini wajib dilakukan sebab setelah kita memiliki direktori kompetensi beserta dengan
kebutuhan kompetensi per posisi, maka kita perlu mengetahui dimana level
kompetensi para karyawan kita – dan dari sini juga kita bisa memahami gap antara
level kompetensi yang dipersyaratkan dengan level yang dimiliki oleh karyawan saat
ini.
Terdapat beragam metode untuk mengevaluasi level kompetensi, dari mulai
yang bersifat sederhana dan praktis hingga yang kompleks. Metode yang praktis
adalah meminta atasan, rekan kerja dan mungkin juga bawahan untuk menilai level
kompetensi karyawan tertentu, dengan menggunakan semacam kuesioner
kompetensi. Kuesioner ini didesain dengan mengacu pada direktori kompetensi
serta indikator perilaku per kompetensi yang telah disusun pada fase sebelumnya.
Metode lain yang lebih kompleks adalah dengan menggunakan teknik yang
disebut sebagai competency assessment center. Dalam metode ini, karyawan
diminta untuk melakukan bermacam-macam tugas seperti melakukan simulasi
peran, memecahkan suatu kasus atau juga menyusun skala prioritas pekerjaan.
Hasil kegiatan ini kemudian dievaluasi oleh para evaluator yang biasanya terdiri
lebih dari satu orang. Meskipun obyektivitas dan validitasnya relatif tinggi, metode ini
membutuhkan waktu yang cukup panjang (biasanya dua hari) dan biaya serta energi
yang relatif besar.
9
Metode uji kompetensi lain yang kini juga banyak dilakukan adalah dengan
menerapkan sertifikasi kompetensi yang dikeluarkan oleh suatu badan yang
independen dan kredibel. Di Amerika Serikat misalnya, telah terdapat sertifikasi
kompetensi untuk beragam profesi/posisi seperti untuk posisi marketing, HR,
keuangan, engineering, dll. Dengan sertifikasi ini, maka seorang karyawan benar-
benar telah teruji level kompetensinya.
Tahap berikut dari penerapan CBHRM adalah memanfaatkan hasil level
asesmen kompetensi yang telah dilakukan untuk diaplikasikan pada setiap fungsi
manajemen SDM, mulai dari fungsi rekrutmen, manajemen karir, pelatihan, hingga
sistem remunerasi. Memang, perjalanan penerapan metode CBHRM membutuhkan
proses yang panjang nan berliku. Namun, manfaat yang akan diperoleh dari
penerapan metode ini niscaya akan membuat sebuah perusahaan bisa makin
melesat unggul dibanding para pesaingnya.
Manajemen Karier
a. Mengembangkan Diri
Mungkin belum pernah terlintas dalam pikiran, bahwa suatu kesempatan
besar akan datang dan membawa keberuntungan di masa mendatang. Segala
sesuatu bergerak dengan cepat dalam organisasi tanpa peringatan terlebih dahulu.
Begitu kesempatan datang, maka seseorang harus sudah siap untuk menerima
kesempatan tersebut, sudah tentu jumlah pertimbangan yang diperoleh akan
ditentukan oleh catatan prestasi yang dimiliki oleh pribadi masing- masing. Ini berarti
bahwa pada waktu memulai pekerjaan yang pertama seseorang harus dapat
membayangkan prospek masa depannya meskipun masa depan belum dianggap
penting pada saat itu, tetapi seseorang harus berusaha bekerja dengan sungguh-
sungguh dan berusaha untuk mencapai prestasi kerja sebaik mungkin.
Dengan belajar dari pengalaman, mengamati sebab keberhasilan orang lain
dan tidak mengulangi kesalahan yang dibuatnya, seseorang dapat menyelesaikan
pekerjaannya dengan baik dan lebih cepat, sehingga dapat dengan mudah dan
benar-benar tahu apa yang harus dikerjakan.Kemampuan kerja seseorang dapat
menarik perhatian seorang pemimpin dan rekan-rekan sekerja, serta membuka
10
kesempatan bagi orang termaksud untuk lebih cepat menduduki jabatan yang lebih
baik.
Promosi adalah kenaikan jabatan, yakni menerima wewenang dan
tanggungjawab yang belum dimiliki sebelumnya. Promosi tidak selalu diikuti dengan
kenaikan gaji. Gaji dapat tetap, tapi pada umumnya bertambah besarnya wewenang
dan tanggungjawab seseorang, bertambah besar pula balas jasa yang diterimanya.
Dengan promosi, dimaksudkan bahwa kepada seseorang diberikan jabatan yang
lebih tinggi, dimana ia mempunyai tugas wewenang dan tanggungjawab yang lebih
besar, jika dibandingkan dengan tugas, wewenang dan tanggungjawab yang
dipegang sebelumnya. Hal ini dimaksudkan untuk mengembangkan lebih lanjut
karier seseorang.
Dalam rangka mencapai kemajuan, seseorang terlebih dahulu harus
bersikap dinamis dan lebih banyak memberikan jasa pada organisasi tempat ia
bekerja, tanpa mengharapkan suatu ambisi yang berlebihan serta tidak terlalu
mengharapkan imbalan jasa. Disamping itu seseorang harus berusaha untuk dapat
memanfaatkan kesempatan, sehingga dapat membuktikan bahwa ada kesanggupan
untuk menangani pekerjaan yang lebih besar. Pekerjaan yang memerlukan
tanggungjawab yang lebih besar merupakan tantangan bagi seseorang untuk lebih
maju.
Setiap tanggungjawab baru akan membuat seseorang untuk lebih dapat
berdiri sendiri dan berguna di kantor, serta dapat memberikan pengalaman yang
lebih luas kepadanya. Kemungkinan kesempatan tersebut datang dari diri seseorang
sendiri, misalnya dengan menemukan cara yang lebih efisien dalam menyelesaikan
beberapa pekerjaan atau penyampaian ide baru yang dapat diterapkan dalam
pelaksanaan pekerjaan. Setiap individu pada umumnya ingin maju, berkembang dan
sukses, namun tidak banyak individu yang tahu kemana dan bagaimana
pengembangan tersebut dilakukan.
11
Beberapa hal yang dapat dipakai oleh setiap individu untuk mengembangkan
dirinya, antara lain:
Berusaha mengenal diri sendiri.
Berusaha mengenal kekuatan diri sendiri.
Berusaha mengenal kelemahan diri sendiri.
Berusaha mengembangkan interaksi dan komunikasi terbuka dengan
lingkungan yang positif dan edukatif.
Membiasakan diri selalu mengadakan kritik terhadap diri sendiri,
mengevaluasi diri, dan mengembangkan rasa humor.
Mencoba menerima keadaan secara rasional dan objektif.
Membiasakan diri selalu mengadakan pengecekkan, dan teliti dalam
setiap tindakan.
Memiliki tujuan dalam tahapan waktu yang terprogram.
Tidak mengimitasikan diri pada seseorang, tetapi mendiri.
b. Pengelolaan Karir
Agar dapat menentukan tindakan yang ingin kita lakukan dalam hal karir, kita
perlu melalui satu proses yang amat sederhana, yaitu proses perencanaan karir. Itu
bukannya suatu persoalan dalam merencanakan kehidupan kita, melainkan sekedar
cara dalam menyortir sasaran-sasaran jangka pendek kita, dalam menentukan apa
yang harus kita lakukan berikutnya di dalam karir kita. Proses ini dapat diterapkan
pada tahap manapun dalam kehidupan kita: untuk beralih karir, atau untuk
perencanaan karir awal, untuk berbagai keputusan karir. Bagaimana mangikutinya?
Cukup kita ikuti tahap-tahap di bawah ini dan kita harus sampai pada beberapa
jawaban dari pertanyaan semacam: Karir apa yang cocok bagi kita? Pilihan apa
yang ada pada kita? Bagaimana kita dapat membuat keputusan?
Langkah-langkah yang ditempuh, antara lain :
Menilai diri sendiri
Kenalilah kelebihan-kelebihan kita, kemampuan kita, minat kita dan berbagai
atribut persoalan lainnya. Simaklah pengalaman kita sebelumnya.
Gambarkan hasil temuan kita dalam suatu bentuk ringkasan atau rekaman.
12
Meneliti gagasan dan kesempatan
Menengok kesempatan pada masa mendatang. Mencari dan
mempertimbangkan informasi yang relevan. Menandai sumber-sumber
bantuan dan dukungan.
Membuat hubungan-hubungan
Dapatkan umpan balik dari perkembangan karir kita. Kenali prioritas-prioritas
dan dorongan-dorongan pribadi. Gabungkan hasil hasil penilaian diri dengan
pilihan-pilihan yang ada pada kita.
Melakukan tindakan
Tuliskan dan laksanakan suatu rencana kegiatan. Komunikasikan secara
efektif baik secara lisan maupun tertulis untuk mencapai sasaran. Tinjau
kembali kemajuan kita dan amati segi-segi yang perlu dipelajari bagi
perencanaan karir kita di masa mendatang.
Menilai Diri Sendiri merupakan langkah teramat penting dalam proses
pengelolaan karir dan bagi sebagian besar orang inilah bagian yang paling sulit dan
menimbulkan sejumlah pertanyaan. Bagaimana saya melakukannya? Patokan apa
yang saya gunakan? Dengan siapa saya harus membandingkan diri saya? Dengan
jelas disebutkan bahwa ada tiga kriteria utama yang sangat vital dalam pengelolaan
karir, yakni pengetahuan akan:
Kemampuan dan keterampilan kita, misalnya, kemampuan dalam mencegah
masalah, dalam berkomunikasi.
Minat kita, misalnya, terhadap lingkungan, musik, olah raga
Kelebihan-kelebihan kita, misalnya, keinginan untuk sukses, keinginan untuk
membantu orang lain.
Dalam proses ini kita tak perlu membuat perbandingan antara diri kita
dengan orang lain. Yang perlu kita lakukan adalah tindakan INTRAPERSONAL,
yakni membandingkan berbagai keterampilan dan minat kita untuk mengetahui
mana yang lebih penting. Ada berbagai macam cara untuk melaksanakan tugas ini.
13
Kita dapat meninjau ulang pengalaman terlebih dahulu dalam mengenali
minat dan kelebihan tertentu dalam diri kita. Kita dapat mempergunakan
serangkaian kuesioner atau system panduan komputer. Kita juga dapat bertanya
kepada orang lain mengenai kesan-kesan mereka terhadap kepribadian-kepribadian
dan kelebihan-kelabihan kita. Umpan balik dari tindakan dapat mengejutkan, bahkan
dapat pula menyakitkan, tetapi itulah gambarannya.
Ada sejumlah cara dalam menjalani proses peninjauan diri dan refleksi diri
semacam ini. Yang paling baik adalah mencoba berbagai cara untuk menentukan
jawaban-jawaban yang konsisten. Setelah kita mendapat beberapa kemajuan, akan
berguna kiranya untuk menyimpulkan hasil temuan kita dalam suatu profil atau
risalah pribadi dan karir yang akan mencatat semua hal mengenai diri kita yang
relevan terhadap keputusan karir kita.
Sebagai contoh, barangkali kita akan menemukan bahwa kita berkeinginan
untuk memanfaatkan kualitas dengan suatu cara tertentu, atau bahwa keterampilan
kitadi tempat kerja inginkita kembangkan lebih lanjut. Kita barangkali pula menyadari
bahwa beberapa pangalaman yang kita dapatkan secara cuma-cuma atau bersifat
main-main ternyata sangat berguna untuk menunjang rencana karir kita di masa
mendatang.
Menetapkan Sasaran dan Merencanakan Tindakan yang Akan Kita Ambil
Mengetahui secara jelas apa yang akan kita lakukan adalah bagian utama dalam
proses perencanaan karir karena tindakan itu dapat meningkatkan rasa percaya diri
kita, disamping mempertegas tujuan kita. Apabila kita merasa terperangkap dalam
keputusasaan dan keraguan, penetapan sasaran akan membantu kita merasa lebih
optimis tentang masa depan dan membuat kita lebih berani melakukan kontrol pada
kehidupan kita. Ini merupakan salah satu dari tujuan penetapan sasaran dan
perencanaan tindakan. Lantas apa keterkaitannya? Pada khususnya ada dua
pertanyaan sederhana yang perlu kita jawab: ‘Kemana arah hidup saya?’ dan
‘Bagaimana saya dapat mencapainya?’
Apabila merasa sulit menetapkan suatu jangkauan karir, kita dapat pula
mendaftar sejumlah pilihan dan, dalam rancangan tindakan yang kita buat, dapat
dijelaskan alas an kita memilih salah satu dari hal tersebut. Kita barangkali perlu
14
pula membuat perbedaan antara tujuan jangka pendek dan jangka panjang.
Pertanyaan yang penting kita jawab adalah ‘Bagaimana saya tahu saya telah
mencapai tujuan tersebut?’ Pengelolaan karir berawal dari bagaimana diri kita
sebenarnya. Pengenalan kepribadian kita sendiri menentukan bagaimana karir yang
akan kita peroleh. Bagaimana kita bisa mencapai karir dengan sukses jika kita
sendiri tidak tahu apa yang sebenarnya ada pada diri kita. Kedisiplinan dan
penetapan sasaran adalah faktor yang menentukan dalam pengelolaan karir
kita.Disiplin membuat kita menjadi orang yang bertanggungjawab dan penetapan
sasaran menentukan bagaimana karir yang kita inginkan dapat tercapai.
Reward and Punishment dalam Pelaksanaan Good Governance
Pemberian penghargaan perlu diikuti dengan pemberian hukuman. Bagi
mereka yang berhasil menunjukkan kinerja yang mengagumkan diberikan
penghargaan yang sesuai. Demikian pula untuk mereka yang tidak mampu
menunjukkan kinerja yang bagus dan mereka yang melanggar aturan, sudah
saatnya diberikan hukuman. Perbaikan yang perlu dilakukan menyangkut
mekanisme dan kriteria yang lebih jelas dan objektif bagi PNS yang layak diberi
penghargaan.
Sumber daya aparatur saat ini dikonotasikan dengan SDM yang memiliki
profesionalisme rendah”. Alasan yang dapat dikemukakan untuk menjelaskan
kondisi keterpurukan tersebut, setidaknya dari isi internal dan eksternal perlu
mendapat perhatian bersama
Ditetapkannya Undang-undang nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintahan
daerah diharapkan menjadi birokrasi yang efektif. Dalam Undang-undang
disebutkan, pemerintah hanya mengelola enam bidang saja yaitu: politik luar negeri,
pertahanan keamanan, peradilan, moneter, fiskal dan agama serta beberapa bidang
lainnya yang membawa implikasi baru dalam manajemen publik dimana domain
pemerintah berbeda.
Dalam penyelenggaraan pemerintahan, peran birokrasi memiliki kedudukan
dan fungsi signifikan. Oleh karena itu perubahan peranan birokrasi di tengah
masyarakat senantiasa menjadi sangat vital. Arah perubahan sudah dimulai sejak
15
masa reformasi sampai saat ini. Dorongan internal tersebut kemudian melahirkan
beberapa kebijakan diantaranya, pertama Tap MPR RI Nomor XI/MPR/1999 tentang
penyelenggaraan negara yang bersih, dan bebas korupsi, kolusi dan nepotisme.
Kedua, undang-undang Nomor 31/1999 tentang Pemberantasan tindak pidana
korupsi. Ketiga, peraturan pemerintah Nomor 1 tahun 1999 Tentang Komisi
Pemeriksa Kekayaan Negara. Keempat, Undang-undang Nomor 32/2002 tentang
Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Berbagai kebijakan tersebut
menunjukkan keseriusan dan tekad pemerintah secara sungguh-sungguh menuju
penyelenggaraan pemerintahan yang bersih. Namun demikian praktek-praktek KKN
yang tumbuh subur sejak pemerintahan orde baru cenderung meningkat saat
pemerintah sedang gencar-gencarnya melakukan pembenahan aparatur
pemerintah.
Sumber daya aparatur saat ini dikonotasikan dengan sumber daya manusia
(SDM) dengan profesionalisme rendah yang terlihat dari indikator pelayanan yang
tidak optimal, penggunaan waktu tidak produktif, belum optimalnya peran dan
inovasi dalam menjalankan tugas.
Partisipasi Publik
Seiring dengan kebijakan pemerintah yang mengadakan penerimaan CPNS
setiap tahun, para penggerak partisipasi publik terpanggil untuk meningkatkan
urgensi dan vitalitas partisipasi publik dalam proses rekrutmen CPNS. Mengapa?
Ada beberapa alasan untuk itu: (1) pegawai negeri adalah pegawai yang bekerja
atas biaya negara (APBN dan APBD) sehingga harus mendapat kontrol dari publik
dalam rekrutmennya; (2) salah satu tugas utama pegawai negeri adalah pelayanan
publik (public service) sehingga benar-benar dapat direkrut orang yang memiliki
pemahaman yang bagus tentang esensi dasar keberadaannya sebagai pelayan
publik (public servant).
Partisipasi publik dalam rekrutmen CPNS masih sebatas pada pemahaman
bahwa masyarakat memiliki akses untuk mengetahui suatu kebijakan kepegawaian.
Misalnya pemahaman yang ditunjukkan Deputi Bidang Pengembangan
Kepegawaian BKN. Menurutnya, pada tataran operasional masyarakat dapat secara
16
langsung berpartisipasi dalam proses manajemen kepegawaian melalui
pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan perundangan di bidang kepegawaian.
Pentingnya mendorong partisipasi publik dalam konteks rekrutmen CPNS
berfokus pada aspek pengawasan seleksi. Demikian pula kategori “publik” dalam
pengawasan dapat dilaksanakan oleh publik secara individu/perseorangan maupun
kelembagaan (LSM) yang tentuya harus mendapat jaminan hukum agar informasi
dan investigasi yang dilakukannya komprehensif, mendalam dan menjangkau akar
permasalahan. Model pengawasan ini bisa disebut pengawasan eksternal.
Sebaliknya, pengawasan internal terdiri dari orang-orang independen dan
kredibel dalam kepanitiaan rekrutmen CPNS, baik di pusat maupun di daerah.
Tokoh-tokoh independen tersebut adalah representasi publik karena kepakaran
maupun keteladanan yang ditunjukkannya selama ini, sehingga diharapkan secara
internal kelembagaan dapat memantau proses rekrutmen CPNS dari dalam panitia
seleksi. Kerawanan akan praktek kolusi sangat potensial terjadi dalam kepanitiaan,
karena mereka memiliki akses dan kewenangan terhadap hasil-hasil test CPNS.
17
PENUTUP
PNS secara sederhana dapat dikatakan sebagai golongan terdepan dalam
aspek pelayanan publik, meski kini pelayanan publik bukan lagi monopoli
pemerintah. Namun masih banyak hak-hak dan kebutuhan dasar rakyat yang masih
menjadi tanggung jawab pemerintah yang mutlak harus dipenuhi. Sehingga
keberadaan PNS dituntut untuk professional dalam menjalankan peran pelayanan
publik. Untuk mendapatkan profil PNS yang profesional secara teknis, aspek
rekrutmen harus didesain sebaik mungkin agar menghasilkan output profil PNS yang
sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan pekerjaan yang kompleks.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pembahasan terhadap permasalahan dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut:
1. Keakuratan data jelas akan mencegah kerugian negara dan masyarakat.
Bagi negara, uang negara bisa diselamatkan. Bagi masyarakat,
pelayanan dan birokrasi lebih maksimal.
2. kesejahteraan pegawai yang dijalankan secara konsisten melalui
penerapan reward and punishment merupakan cara untuk meningkatkan
dan mempertahankan etos kerja pegawai yang selama ini telah berkerja
secara baik dan penuh dedikasi.
3. Perluasan partisipasi pubik dalam proses pengadaan CPNS mulai dari
perencanaan hingga pengawasannya. Karena salah satu bagian
permasalahan selama ini adalah bercampur baurnya kepentingan
pengelola/panitia seleksi dan pejabat struktural pemerintah sehingga
menyebabkan terjadinya friksi-friksi dalam proses seleksi. Dengan
18
adanya perwakilan publik dan ruang publik untuk mengawasi proses
seleksi maka diharapkan nepotisme dan hal-hal lain yang menjurus
kepada kecurangan akan terkurangi.
19