manajemen farmasi

31
MAKALAH MANAGEMEN FARMASI JAMINAN MUTU PELAYANAN KESEHATAN PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA KELOMPOK 5 A AGUNG PRIYANTO FAUZIAH UTAMI HANI HAIFA PUTRI ISTIQOMAH WARDA NABIELA

Upload: agung-priyanto

Post on 08-Aug-2015

198 views

Category:

Documents


13 download

DESCRIPTION

mengenal jaminan mutu pelayanan kesehatan di apotek, fakta dan solusinya

TRANSCRIPT

Page 1: manajemen farmasi

MAKALAH MANAGEMEN FARMASI

JAMINAN MUTU PELAYANAN KESEHATAN

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2012

KELOMPOK 5 A

AGUNG PRIYANTO

FAUZIAH UTAMI

HANI HAIFA PUTRI

ISTIQOMAH

WARDA NABIELA

Page 2: manajemen farmasi

JAMINAN MUTU PELAYANAN KESEHATAN

A. Pengertian Mutu

Secara tradisional, mutu dianggap sebagai tanggung jawab bagian/ unit pengendalian

mutu dan masih ada berbagai organisasi yang belum mengetahui bahwa banyak masalah

mutu berasal dalam bidang pelayanan dan administratif.

Mutu bukanlah merupakan pokok persoalan taktis, tetapi merupakan pokok persoalan

strategis. Mutu tidak datang melalui upaya sedikit demi sedikit atau melalui suatu suatu

program perbaikan atau peningkatan mutu, prosedur atau proses tunggal.

Mutu merupakan hasil dari suatu rangkaian tindakan yang dipadukan secara menyeluruh

dengan keterkaitan (komitmen) jangka panjang. Mutu bukan suatu fungsi jangka pendek,

tetapi merupakan suatu fokus jangka panjang. Mutu tidak dapat dimanufaktur dengan segera;

mutu itu diinfuskan dan ditanam kedalam produk dan/atau pelayanan melalui cara yang

sistemik.

Mutu dapat dicapai, proses demi proses didalam suatu payung menyeluruh yang

disebut sistem manajemen mutu penyeluruh (S3M). Dewasa ini, apabila berbicara mutu,

berarti mutu dari semua aspek produksi, seperti mutu produk dan pelayanan, mutu kehidupan

kerja, keterlibatan dan pemberdayaan personel, peningkatan produktivitas, posisi dalam

persaingan, dan kepuasan konsumen.Suatu sistem manajemen mutu menyeluruh meliputi

seluruh proses yang secara kolektif memberi kontribusi untuk pencapaian mutu menyeluruh.

B. Sistem Manajemen Mutu Menyeluruh (S3M)

S3M adalah suatu pendekatan manajemen dari suatu organisasi/ lembaga yang

terpusat pada mutu, didasarkan pada partisipasi dari semua anggota/personelnya, bertujuan

keuntungan jangka panjang melalui kepuasan konsumen, termasuk manfaat bagi anggota/

personel dari organisasi/lembaga itu dan untuk masyarakat.

S3M terdiri atas berbagai kegiatan peningkatan yang melibatkan tiap personel

organisasi/ lembaga dalam suatu upaya terpadu menuju unjuk kerja yang meningkat pada

tingkat. S3M memadukan teknik manajemen fundamental, upaya penyempurnaan yang

sedang berlangsung, dan peralatan teknik dibawah suatu pendekatan disiplin, difokuskan

pada penyempurnaan proses berkelanjutan. Berbagai kegiatan itu pada akhirnya difokuskan

pada peningkatan kepuasan konsumen/pengguna.

1

Page 3: manajemen farmasi

Jaminan mutu merupakan totalitas seluruh kegiatan dan tanggung jawab yang dimaksudkan

untuk memastikan bahwa produk memenuhi seluruh spesifikasi mutu yang ditetapkan dalam

bentuk sediaan akhir. Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB-WHO) dan ISO 9001

merupakan bagian dari jaminan mutu yang memastikan bahwa produk secara konsisten

dihasilkan dan dikendalikan pada standar mutu yang tepat sesuai kegunaan yang ditujukan

dan persyaratan perundang-undangan.

Sebagai seorang yang profesional harus dapat mengidentifikasi dan merencanakan

proses produksi yang secara langsung mempengaruhi mutu dan menjamin bahwa proses

tersebut dilaksanakan dibawah kondisi terkendali. Mutu produk yang diharapkan dapat

dicapai dengan pengendalian proses yang efektif untuk mencegah ketidaksesuaian pada

berbagai tahap proses.

Adanya tujuan tercapainya mutu untuk mencapai kepuasan konsumen yang konsisten

dengan standar profesional dan etika, peningkatan pelayanan yang konsisten, dan efisiensi

dalam pemberian jasa / pelayanan. Tujuan mutu merupakan pernyataan yang

mengekspresikan kebijakan mutu. Cakupan isi tujuan mutu, meliputi: ketetapan yang jelas

mengenai kebutuhan konsumen dengan ukuran mutu yang sesuai; tindakan pencegahan dan

pengendalian untuk menghindari ketidakpuasan konsumen; optimasi biaya yang berkaitan

dengan mutu bagi unjuk kerja dan tingkat jasa / pelayanan dan pencapaiannya untuk

mengidentifikasi peluan peningkatan mutu; serta pencegahan terhadap pengaruh yang

merugikan masyarakat dan lingkungan oleh organisasi.

Sebelum mencapai suatu tujuan mutu tertentu, maka harus dibuat rencana mutu yang

merupakan bagian terpadu dari sistem manajemen mutu. Manajemen harus menetapkan

rencana mutu untuk kegiatan dan sumber daya yang diinginkan untuk memenuhi kebijakan

mutu, tujuan, dan persyaratan. Rencana tersebut mencakup kebutuhan dan harapan konsumen

dan pihak lain, unjuk kerja produk, unjuk kerja proses, sistem manajemen mutu, hal-hal yang

dipelajari melalui pengalaman, kesempatan untuk perbaikan, dan penilaian risiko.

Direktorat Jendral Pelayanan Medik Departemen Kesehatan (1994), mengemukan

mutu adalah suatu derajat kesempurnaan pelayan rumah sakit untuk memenuhi kebutuhan

masyarakat konsumen akan pelayanan kesehatan yang sesuai standar profesi, sumberdaya

yang tersedia di rumah sakit secara wajar, efisien dan efektif serta diberikan secara aman dan

2

Page 4: manajemen farmasi

memuaskan sesuai norma, etika hukum dan sosio budaya dengan memperhatikan

keterbatasan dan kemampuan pemerintah dan masyarakat konsumen.

Sedangkan menurut Wijoyono (1999) berpendapat bahwa mutu adalah penentuan

pelanggan, pasar atau ketetapan manajemen. Ia berdasarkan atas pengalaman nyata pelanggan

terhadap produk dan jasa pelayanan, mengukurnya, mengharapkannya, dijanjikan atau tidak,

sadar atau hanya dirasakan, operasional teknik atau subjektif sama sekali dan selalu

menggambarkan target yang bergerak dalam pasar yang kompetitif.

Dalam memberikan pelayanan kesehatan mutu memberi peranan penting. Batasan tentang

mutu pelayanan banyak macamnya, yaitu:

a. Menurut Azwar (1996) beberapa diantaranya yang dipandang penting adalah

1) Mutu adalah tingkat kesempurnaan dari penampilan sesuatu yang sedang diamati

(Winston Dictionary, 1956).

2) Mutu adalah sifat yang dimiliki oleh suatu program ( Donabedian, 1980)

3) Mutu adalah totalitas dari wujud serta ciri suatu barang atau dihasilkan, yang

didalamnya terkandung sekaligus pengertian akan adanya rasa aman atau

terpenuhinya kebutuhan para pengguna barang atau jasa yang dihasilkan tersebut

( Din ISO 8402, 1986).

4) Mutu adalah kepatuhan terhadap standar yang telah ditetapkan (Crosby,1984).

b. Menurut editor Bari (1998) batasan mutu yang dipandang cukup penting adalah:

1) Mutu adalah tingkat kesempurnaan dan penampilan seseuatu yang sedang diamati.

2) Mutu adalah sifat yang dimiliki oleh suatu program.

3) Mutu adalah totalitas dan wujud serta ciri suatu barang atau jasa, yang di dalamnya

terkandung sekaligus pengertian rasa aman dan pemenuhan kebutuhan para pengguna.

4) Mutu adalah kepatuhan terhadap standar yang telah ditetapkan.

Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Robert dan Prevos yang dikutip oleh Editor

Bari (1998) telah berhasil membuktikan adanya perbedaan dimensi mutu pelayanan

kesehatan:

1) Bagi pemakai jasa pelayan kesehatan mutu pelayanan kesehatan lebih terkait pada

dimensi ketanggapan petugas memenuhi kebutuhan pasien, kelancaran komunikasi

3

Page 5: manajemen farmasi

petugas dengan pasien, keprihatinan dan keramahtamahan petugas dalam melayani

pasien dan atau kesembuhan penyakit yang diderita pasien.

2) Bagi penyelenggara pelayanan kesehatan, mutu pelayanan kesehatan lebih terkait

pada dimensi kesesuaian pelayanan kesehatan yang diselenggarakan dengan

perkembangan ilmu dan teknologi mutakhir dan atau otonomi profesi dalam

menyelenggarakan pelayanan sesuai dengan kebutuhan pasien.

3) Bagi penyandang dana pelayanan kesehatan, mutu pelayanan kesehatan lebih terkait

pada dimensi efesien pemakaian sumber dana, kewajaran pembiayaan, dan atau

kemampuan menekan beban biaya penyandang dana.

Pada setiap pelayanan kesehatan terdapat beberapa unsur yang bersifat pokok yakni :

a. Unsur masukan

Yang dimaksud dengan unsur masukan adalah semua hal yang diperlukan

untuk terselenggaranya suatu pelayanan kesehatan. Unsur masukan yang

terpenting adalah tenaga, dana, dan sarana. Secara umum disebutkan apabila

tenaga dan sarana ( kuantitas dan kualitas) tidak sesuai dengan standar yang

telah ditetapkan ( standart of personnels and facilities), serta dana yang

tersedia tidak sesuai dengan kebutuhan, maka sulitlah diharapkan bermutunya

pelayanan kesehatan.

b. Unsur lingkungan

Yang dimaksud dengan unsur lingkungan adalah keadaan sekitar yang

mempengaruhi penyelenggara pelayanan kesehatan. Untuk suatu instansi

kesehatan, keadaan sekitar yang terpenting adalah kebijakan, organisasi dan

manajemen tersebut tidak sesuai dengan standar dan bersifat mendukung maka

sulitlah diharapkan bermutunya pelayanan kesehatan.

c. Unsur proses

Yang dimaksud dengan unsur proses adalah semua tindakan yang dilakukan

pada waktu menyelenggarakan pelayanan kesehatan. Tindakan tersebut dapat

dibedakan atas dua macam yakni tindakan medis dan non-medis. Secara

umum disebutkan apabila kedua tindakan ini tidak sesuai dengan standar yang

telah ditetapkan, maka sulitlah diharapkan bermutunya pelayanan kesehatan.

d. Unsur keluaran

Yang dimaksud dengan unsur keluaran adalah yang menunjukan pada

penampilan pelayanan kesehatan. Penampilan dapat dibedakan atas dua

4

Page 6: manajemen farmasi

macam. Pertama penampilan aspek medis pelayanan kesehatan. Kedua

penampilan aspek non-medis pelayanan kesehatan. Disebutkan apabila kedua

ini tidak sesuai dengan standar yang telah ditetapkan, maka berarti pelayanan

kesehatan yang diselenggarakan bukan pelayanan kesehatan yang bermutu.

Bagi masyarakat yang dimaksud dengan pelayanan yang baik yang pertama

adalah: kecepatan pelayanan, keramah tamahan dan komunikasi yang baik,

terhadap dokter juga perawat. Jadi masyarakat tidak mempersoalkan dokter

lulusan dari mana, apakah laki-laki atau perempuan, suku atau agamanya,

Karena sampai sekarang pelayanan yang cepat dan ramah tamah sangat

dibutuhkan menurut Danakusuma ( 2002) Seiring dengan keadaan sosial

masyarakat yang semakin meningkat dimana masyarakat semakin sadar akan

kualitas maka perlu peningkatan kualitas atau pelayanan kesehatan yang lebih

berorientasi pada kepuasan pasien. Artinya berusaha untuk memberikan

pelayanan yang terbaik dan mengevaluasi berdasarkan kaca mata pasien. Mutu

mencakup tentang atribut-atribut kualitas pelayanan seperti kehandalan, daya

tangkap, simpati, kenyamanan, kebersihan dan keramahan. Dari sudut

pandang pasien, kualitas pelayanan bisa berarti suatu empati dan tanggap akan

kebutuhan pasien, pelayanan harus selalu berusaha memenuhi kebutuhan

pasien serta harapan mereka, diberi dengan cara yang ramah pada waktu

mereka berobat (Sampoerna, 1994).

C. Definisi Penjamin Mutu

Secara Umum : 

Penjamin mutu adalah proses penetapan dan pemenuhan standar mutu pengelolaan secara  

konsisten dan berkelanjutan, sehingga konsumen, prodosen, dan pihak lain yang

berkepentingan memperoleh kepuasan.

Secara Khusus pelayanan kesehatan :

Penjamin mutu adalah proses penetapan dan pemenuhan standar mutu pengelolaan pelayanan

kesehatan secara konsisten dan berkelanjutan sehingga stakeholders memperoleh kepuasan.

D.   Pelaksanaan Penjaminan Mutu

Didasarkan atas dokumen yaitu dokumen pelayanan kesehatan atau dokumen mutu.

5

Page 7: manajemen farmasi

a. Dokumen pelayanan kesehatan sebagai rencana atau standar.

b. Dokumen mutu sebagai instrumen untuk mencapai dan memenuhi standar yang

telah ditetapkan.

E. PROGRAM MENJAGA MUTU

Pengertian program menjaga mutu antara lain :

a) Program menjaga mutu adalah suatu upaya yang berkesinambungan,

sistematis dan objektif dalam memantau dan menilai pelayanan yang

diselenggarakan dibandingkan dengan standar yang telah ditetapkan, serta

menyelesaikan masalah yang ditemukan untuk memperbaiki mutu pelayanan

(Maltos & Keller, 1989).

b) Program menjaga mutu adalah suatu proses untuk memperkecil kesenjangan

antara penampilan yang ditemukan dengan keluaran yang diinginkan dari suatu

sistem, sesuai dengan batas-batas teknologi yang dimiliki oleh sistem tersebut

(Ruels & Frank, 1988).

c) Program menjaga mutu adalah suatu upaya terpadu yang mencakup

identifikasi dan penyelesaian masalah pelayanan yang diselenggarakan, serta

mencari dan memanfaatkan berbagai peluang yang ada untuk lebih meningkatkan

mutu pelayanan (The American Hospital Association, 1988).

d) Program menjaga mutu adalah suatu program berlanjut yang disusun secara

objektif dan sistematis dalam memantau dan menilai mutu dan kewajaran

pelayanan, menggunakan berbagai peluang yang tersedia untuk meningkatkan

pelayanan yang diselenggarakan serta menyelesaikan berbagai masalah yang

ditemukan (Joint Commission on Acreditation of Hospitals, 1988).

e) Keempat pengertian program menjaga mutu ini meskipun rumusannya tidak

sama namun pengertian pokok yang terkandung didalamnya tidaklah berbeda.

Pengertian pokok yang dimaksud paling tidak mencakup tiga rumusan utama,

yakni rumusan kegiatan yang akan dilakukan, karakteristik kegiatan yang akan

dilakukan, serta tujuan yang ingin dicapai dari pelaksanaan kegiatan tersebut.

F.  Kepuasan Pelanggan

Philiph Kotler mendefinisikan Kepuasan adalah tingkat keadaan yang dirasakan

seseorang yang merupakan hasil dari membandingkan penampilan atau outcome produk

yang dirasakan dalam hubungannya dengan harapan seseorang.

6

Page 8: manajemen farmasi

Pelayanan kesehatan dinyatakan bermutu atau berkualitas apabila :

1. Pelayanan kesehatan mampu menetapkan dan mewujudkan visinya melalui

pelaksanaan misinya (aspek deduktif).

2. Pelayanan kesehatan mampu memenuhi kebutuhan stakeholders (aspek induktif)

berupa:

a. Kebutuhan kemasyarakatan  (societal needs)

b. Kebutuhan dunia kerja (industrialneeds)

c. Kebutuhan profesional needs)

   

G. Tujuan Penjaminan Mutu

Memelihara dan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan secara berkelanjutan

(continuous improvement), yang dijalankan oleh suatu sarana pelayanan kesehatan

secara internal untuk mewujudkan visi dan misinya, serta memenuhi kebtuhan

stakeholdersnya).

H. Faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi mutu, ingat 9 M :

2. Men

3. Money

4. Materials

5. Machines and mechanization

6. Modern information method

7. Markets

8. Management

9. Motivation

10. Mounting product re

I. .Dimensi Mutu Pelayanan Kesehatan

Kompetensi teknis

Akses terhadap pelayanan

Kontiniutas

Efektifitas

Keamanan

Efisiensi

7

Page 9: manajemen farmasi

Hubungan antar manusia

Kenyamanan

J. Pelayanan Kesehatan Yang Baik

1) Praktek yang rasional yang berdasarkan ilmu pengetahuan

2) Menekankan pencegahan

3) Kerjasama yang baik antar pasien yang awam dengan praktisi yang ilmiah

medis.

4) Memperlakukan individu sepenuhnya

5) Hubungan dokter – pasien akrab dan berkesinambungan

6) Koordinasi denga pekerjaan kesejahteraan sosial

7) Koordinasi semua jenis pelayanan kesehatan

8) Pelayanan untuk kebutuhan semua orang

J. Mengukur Mutu Pelayanan Kesehatan Mutu Produk

  Cacat (defect)

  Kerja ulang (rework)

  Terbuang (scrap)

  Item hilang (loss item)

  Pekerjaan terlambat skedulnya (back logs)

  Pekerjaan terlambat selesai (late deliveries)

  Item lebih (surplus item)

8

Page 10: manajemen farmasi

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK (SK NOMOR 1027/MENKES/SK/IX/2004)

Pelayanan kesehatan mempunyai peranan strategis dalam upaya meningkatkan

derajat kesehatan masyarakat. Pelayanan apotek merupakan salah satu pelayanan kesehatan

di Indonesia.Apotek adalah tempat tertentu untuk melakukan pekerjaan kefarmasian,

penyaluran sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat. Fungsi

apotek adalah sebagai tempat pengabdian apoteker yang telah mengucapkan sumpah jabatan,

dan sebagai sarana farmasi untuk melakukan peracikan, pengubahan bentuk, pencampuran

dan penyerahan obat dan sarana penyaluran perbekalan farmasi yang harus menyebarkan obat

yang diperlukan masyarakat secara meluas dan merata.

Pelayanan kefarmasian saat ini telah bergeser orientasinya dari obat kepada pasien

yang berazaskan kepada asuhan kefarmasian (Pharmaceutical Care). Sebagai konsekuensi

perubahan orientasi tersebut, apoteker pengelola apotek dituntut untuk meningkatkan

pengetahuan, keterampilan dan perilaku agar dapat melakukan interaksi langsung dengan

pasien. Bentuk interaksi tersebut antara lain adalah melaksanakan pelayanan resep, pelayanan

obat bebas, obat bebas terbatas, obat wajib apotek dan perbekalan kesehatan lainnya juga

pelayanan informasi obat dan monitoring penggunaan obat agar tujuan pengobatan sesuai

harapan dan terdokumentasi dengan baik. Apoteker harus memahami dan menyadari

kemungkinan terjadinya kesalahan pengobatan (Medication Error) dalam proses pelayanan

kefarmasian. Untuk itu apoteker harus berupaya mencegah dan meminimalkan masalah yang

terkait obat (Drug Related Problems) dengan membuat keputusan profesional untuk

tercapainya pengobatan yang rasional.

Pelayanan kefarmasian pada dasarnya bertujuan untuk menyediakan sediaan farmasi

berupa obat, semua bahan obat dan alat kesehatan. Termasuk di dalamnya kegiatan ini adalah

penjaminan ketersediaan obat dan perbekalan kesehatan, serta pemerataan obat dan jaminan

mutu obat. Artinya dalam sistem kesehatan nasional, pelayanan kefarmasian menempati

posisi strategis dalam konteks keterpaduan mutu pelayanan kesehatan-kedokteran yang

membutuhkan sediaan farmasi yang diperlukan. Tidak ada gunanya pelayanan kesehatan-

kedokteran bermutu kalau pada saat proses penyembuhan dan pemulihan kesehatan, sediaan

farmasi tidak sesuai dengan mutu yang diharapkan. Oleh karena itu, regulasi atas

ketersediaan obat dan perbekalan kesehatan yang aman, bermutu, bermanfaat dan mudah

terjangkau merupakan tuntutan mutlak yang harus segera diatur lebih lanjut. Pengaturan

tersebut harus tetap ditujukan pada pengertian pembangunan kesehatan itu sendiri, yaitu

9

Page 11: manajemen farmasi

sebagai upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk

meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar

peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Untuk

mencapai tujuan di atas, instrumen sub sistem pelayanan kesehatan menjadi sangat penting

karena berhubungan langsung dengan pencapaian tujuan tersebut. Melalui pelayanan

kesehatan, khususnya pelayanan kesehatan primer,proses memberdayakan masyarakat

termasuk memanfaatkan pelayanan kefarmasian.

Sebagai upaya agar para apoteker pengelola apotek dapat melaksanakan pelayanan

kefarmasian yang profesional, telah dikeluarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia Nomor 1027/Menkes/SK/IX/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di

Apotek. Adapun tujuan dikeluarkan standar tersebut adalah sebagai pedoman praktek

apoteker dalam menjalankan profesi, melindungi masyarakat dari pelayanan yang tidak

profesional, serta melindungi profesi dalam menjalankan praktek. Agar Standar Pelayanan

Kefarmasian di Apotek tersebut dapat dilaksanakan, maka perlu disusun Buku Petunjuk

Teknis Pelaksanaan Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek.

10

Page 12: manajemen farmasi

PELAYANAN FARMASI DI APOTEK

1. PELAYANAN RESEP

Suatu proses pelayanan terhadap permintaan tertulis dokter, dokter gigi, dokter hewan

kepada apoteker untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi pasien sesuai peraturan

perundangan yang berlaku.

PROSEDUR TETAP PELAYANAN RESEP

A. Skrining Resep

1. Melakukan pemeriksaan kelengkapan dan keabsahan resep yaitu nama dokter, nomor

ijin praktek, alamat, tanggal penulisan resep, tanda tangan atau paraf dokter serta

nama, alamat, umur, jenis kelamin dan berat badan pasien.

2. Melakukan pemeriksaan kesesuaian farmasetik yaitu: bentuk sediaan, dosis,

frekuensi, kekuatan, stabilitas, inkompatibilitas, cara dan lama pemberian obat.

3. Mengkaji aspek klinis yaitu : adanya alergi, efek samping, interaksi, kesesuaian

(dosis, durasi, jumlah obat dan kondisi khusus lainnya). Membuatkan kartu

pengobatan pasien (medication record).

4. Mengkonsultasikan ke dokter tentang masalah resep apabila diperlukan.

B. Penyiapan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan

1. Menyiapkan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan sesuai dengan permintaan

pada resep.

2. Menghitung kesesuaian dosis dan tidak melebihi dosis maksimum.

3. Mengambil obat dengan menggunakan sarung tangan / alat / spatula / sendok

4. Menutup kembali wadah obat setelah pengambilan dan mengembalikan ke tempat

semula.

5. Meracik obat (timbang, campur, kemas)

6. Mengencerkan sirup kering sesuai takaran dengan air yang layak minum

7. Menyiapkan etiket (warna putih untuk obat dalam, warna biru untuk obat luar, dan

etiket lainnya seperti label kocok dahulu untuk sediaan cair)

8. Menulis nama dan cara pemakaian obat pada etiket sesuai dengan permintaan dalam

resep.

11

Page 13: manajemen farmasi

C. Penyerahan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan

1. Melakukan pemeriksaan akhir sebelum dilakukan penyerahan (kesesuaian antara

penulisan etiket dengan resep)

2. Memanggil nama dan nomor tunggu pasien

3. Memeriksa ulang identitas dan alamat pasien

4. Menyerahkan obat yang disertai pemberian informasi obat

5. Membuat salinan resep sesuai dengan resep asli dan diparaf oleh apoteker

6. Menyimpan resep pada tempatnya dan mendokumentasikan

PROSEDUR TETAP PELAYANAN RESEP NARKOTIK

A. Skrining resep

1. Melakukan pemeriksaan terhadap kelengkapan administrasi

2. Melakukan pemeriksaan kesesuaian farmaseutik yaitu : bentuk sediaan, dosis, potensi,

stabilitas, inkompatibilitas, cara dan lama pemberian

3. Mengkaji pertimbangan klinis yaitu : adanya alergi, efek samping, interaksi,

kesesuaian (dosis, durasi, jumlah obat dan lain-lain).

4. Narkotik hanya dapat diserahkan atas dasar resep asli rumah sakit, puskesmas, apotek

lainnya, balai pengobatan, dokter. Salinan resep narkotika dalam tulisan “iter” tidak

boleh dilayani sama sekali

5. Salinan resep narkotik yang baru dilayani sebagian atau yang belum dilayani sama

sekali hanya boleh dilayani oleh apotek yang menyimpan resep asli.

6. Mengkonsultasikan ke dokter tentang masalah resep apabila diperlukan.

B. Penyiapan Resep

1. Menyiapkan obat sesuai dengan permintaan pada resep

2. Untuk obat racikan apoteker menyiapkan obat jadi yang mengandung narkotika atau

menimbang bahan baku narkotika

3. Menutup dan mengembalikan wadah obat pada tempatnya

4. Menulis nama dan cara pemakaian obat pada etiket sesuai dengan permintaan dalam

resep

5. Obat diberi wadah yang sesuai dan diperiksa kembali jenis dan jumlah obat sesuai

permintaan dalam resep.

12

Page 14: manajemen farmasi

C. Penyerahan Obat

1. Melakukan pemeriksaan akhir kesesuaian antara penulisan etiket dengan resep

sebelum dilakukan penyerahan

2. Memanggil nama dan nomor tunggu pasien

3. Mengecek identitas dan alamat pasien yang berhak menerima

4. Menyerahkan obat yang disertai pemberian informasi obat

5. Menanyakan dan menuliskan alamat / nomor telepon pasien dibalik resep

6. Menyimpan resep pada tempatnya dan mendokumentasikannya.

PROSEDUR TETAP PRODUKSI SKALA KECIL

1. Menghitung kesesuaian sediaan yang akan dibuat dengan resep standar (formularium

nasional,dll)

2. Mengambil obat dan bahan pembawanya dengan menggunakan sarung

tangan/alat/spatula/sendok

3. Menutup kembali wadah obat setelah pengambilan dan Meracik obat (timbang,

campur, kemas)

4. Menyiapkan etiket (warna putih untuk obat dalam, warna biru untuk obat luar, dan

etiket lainnya seperti label kocok dahulu untuk sediaan cair)

Contoh sediaan yang dibuat :

Pengenceran alkohol, pembuatan larutan rivanol, pembuatan OBH, pembuatan puyer/kapsul,

pembuatan salep 24.

a. Pengenceran alkohol :

Hitung alkohol 95 % sesuai dengan sediaan yang dikehendaki. Ambil alkohol tersebut

dengan gelas ukur. Tutup kembali wadah alkohol setelah pengambilan dan kembalikan

ketempat semula. Kalibrasi wadah sesuai dengan volume yang dikehendaki. Masukan

alkohol tersebut kedalam wadah, tambahkan air sesuai dengan volume yang dikehendaki,

kemas, tempelkan dengan etiket warna biru.

b. Pembuatan larutan rivanol :

Hitung rivanol (Aethacridini lactas) sesuai dengan sediaan yang dikehendaki. Timbang

obat, tutup kembali wadah setelah pengambilan dan kembalikan ketempat semula.

Kalibrasi wadah sesuai dengan volume yang dikehendaki. Masukan rivanol kedalam

13

Page 15: manajemen farmasi

erlenmeyer, tambahkan air secukupnya lalu kocok sampai larut. Masukan kedalam wadah

tambahkan air sampai sesuai dengan volume yang dikehendaki. Kemas, tempelkan dengan

etiket warna biru dan label kocok dahulu.

c. Pembuatan Obat Batuk Hitam-OBH (Potio Nigra)

Resep Standar OBH (Formularium Nasional edisi 2, 1978)

Tiap 300 ml mengandung :

Glycirrhizae Succus 10 gr

Ammonii Chloridum 6 gr

Ammoniae Anisi Spiritus 6 gr

Aqua destillata hingga 300 ml

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Dosis : 4-5 x sehari 1 sendok makan

Catatan :

1. Digunakan etanol 10 % atau metil paraben 0,1 % b/v sebagai pengawet

2. Sari akar manis dilarutkan dalam air mendidih

Resep standar Ammoniae Anisi Spiritus (Formularium Nasional edisi 2, 1978)

Tiap 100 gr mengandung :

Oleum anisi 4 gr

Aethanolum 90 % 76 gr

Ammonia liquidum 20 gr

Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat, ditempat sejuk

Pembuatan :

Tahap I (pembuatan Ammoniae Anisi Spiritus)

Hitung kesesuaian sediaan yang akan dibuat dengan resep standar. Timbang bahan, tutup

kembali wadah setelah pengambilan dan kembalikan ke tempat semula. Kalibrasi wadah

sesuai dengan sediaan yang dikehendaki. Masukan aethanolum 90% kedalam wadah

tambahkan oleum anisi dan ammonium liquidum. Tambahkan air sampai volume yang

dikehendaki.

Tahap II (pembuatan OBH)

Hitung kesesuaian sediaan yang akan dibuat dengan resep standar. Timbang bahan, tutup

kembali wadah setelah pengambilan dan kembalikan ketempat semula. Larutkan glycirrhizae

succus dengan air panas, lalu dinginkan. Larutkan ammonii chloridum dengan air dingin.

14

Page 16: manajemen farmasi

Kalibrasi wadah sesuai dengan volume yang dikehendaki. Masukkan larutan glycirrhizae

succus kedalam wadah, tambahkan larutan ammonii chloridum dan ammoniae anisi spiritus.

Kemas, tempelkan dengan etiket warna putih dan label kocok dahulu.

d. Pembuatan Puyer/Kapsul

Hitung obat yang akan dibuat sesuai dengan resep. Ambil obat dan bahan pembawanya

dengan menggunakan sarung tangan/alat/spatula/sendok. Tutup kembali wadah obat setelah

pengambilan dan kembalikan ketempat semula. Jumlah terkecil suatu zat yang masih boleh

ditimbang dengan timbangan miligram ialah 30 mg; tetapi jika kita membutuhkannya dalam

jumlah lebih kecil, maka haruslah dibuat pengenceran dengan suatu zat netral (laktosa).

Gerus obat, bagi serbuk dengan sesuai, jika mungkin selalu dibuat sampai bobotnya 0,5 gr.

Tetapi ini hanyalah suatu kebiasaan, karena di manapun tak dinyatakan, bahwa serbuk-serbuk

harus mempunyai bobot 0,5 gr. Serbuk biasanya dibagi-bagi menurut penglihatan, tetapi

sebanyak-banyaknya 10 serbuk bersama-sama. Jadi serbuk itu dibagi dengan jalan

menimbang dalam sekian bagian, sehingga dari setiap bagian, sebanyak-banyaknya dapat

dibuat 10 serbuk. Penimbangan satu persatu diperlukan, jika sisakit memperoleh lebih dari 80

% dari takaran maksimum untuk sekali atau dalam 24 jam. Dalam hal ini seluruh takaran

serbuk itu ditimbang satu persatu. Juga pada serbukserbuk dengan bobot yang kurang dari 1

gr, penimbangan-penimbangan ini dapat dilakukan pada timbangan biasa. ((Dr. CF an Duin,

Handleiding tot de Practische en Theoretische Receptuur). Serbuk dapat dikemas dengan

kertas perkamen (biasanya untuk anak-anak) maupun kapsul (untuk dewasa), beri etiket

warna putih.

PROSEDUR TETAP PEMUSNAHAN RESEP

1. Memusnahkan resep yang telah disimpan tiga tahun atau lebih.

2. Tata cara pemusnahan:

a. Resep narkotika dihitung lembarannya

b. Resep lain ditimbang

c. Resep dihancurkan, lalu dikubur atau dibakar

3. Membuat berita acara pemusnahan sesuai dengan format terlampir.

15

Page 17: manajemen farmasi

2. PELAYANAN INFORMASI OBAT

Kegiatan pelayanan yang harus dilakukan oleh apoteker untuk memberikan informasi dan

konsultasi secara akurat, tidak bias, faktual, terkini, mudah dimengerti, etis dan bijaksana .

PROSEDUR TETAP PELAYANAN INFORMASI OBAT (PIO)

1. Memberikan informasi obat kepada pasien berdasarkan resep atau kartu pengobatan

pasien (medication record) atau kondisi kesehatan pasien baik lisan maupun tertulis

2. Melakukan penelusuran literatur bila diperlukan, secara sistematis untuk memberikan

informasi

3. Menjawab pertanyaan pasien dengan jelas dan mudah dimengerti, tidak bias, etis dan

bijaksana baik secara lisan maupun tertulis

4. Mendisplai brosur, leaflet, poster atau majalah kesehatan untuk informasi pasien.

5. Mendokumentasikan setiap kegiatan pelayanan informasi obat

3. PROMOSI DAN EDUKASI

Promosi adalah kegiatan pemberdayaan masyarakat dengan memberikan inspirasi kepada

masyarakat sehingga termotivasi untuk meningkatkan derajat kesehatannya secara mandiri.

Edukasi adalah kegiatan pemberdayaan masyarakat dengan memberikan pengetahuan

tentang obat dan pengobatan serta mengambil keputusan bersama pasien setelah

mendapatkan informasi, untuk tercapainya hasil pengobatan yang optimal. Apoteker juga

membantu diseminasi informasi melalui penyebaran dan penyediaan leaflet, poster serta

memberikan penyuluhan.

e. Pembuatan salep 24-salep asam salisilat belerang (Acidi Salicylici Sulfuris Unguentum) :

Resep Standar (Formularium Nasional edisi 2, 1978)

Tiap 10 gram mengandung :

Ac. Salicylicum 200 mg

Sulfur 400 mg

Vaselin Album ad 10 gr

Dalam wadah tertutup rapat, 3-4 x sehari dioleskan.

Hitung kesesuaian sediaan yang akan dibuat dengan resep standar. Timbang obat, tutup

kembali wadah setelah pengambilan dan kembalikan ketempat semula. Larutkan asam

salisilat dengan sedikit etanol 95 %, tambahkan sebagian vaselin, aduk sampai homogen.

16

Page 18: manajemen farmasi

Gerus sulfur, tambahkan sebagian vaselin, aduk sampai homogen. Campurkan kedua bahan

tersebut, masukan kedalam wadah. Kemas, tempelkan dengan etiket warna biru

PROSEDUR TETAP SWAMEDIKASI

1. Mendengarkan keluhan penyakit pasien yang ingin melakukan swamedikasi

2. Menggali informasi dari pasien meliputi:

a. Tempat timbulnya gejala penyakit

b. Seperti apa rasanya gejala penyakit

c. Kapan mulai timbul gejala dan apa yang menjadi pencetusnya

d. Sudah berapa lama gejala dirasakan

e. Ada tidaknya gejala penyerta

f. Pengobatan yang sebelumnya sudah dilakukan

2. Memilihkan obat sesuai dengan kerasionalan dan kemampuan ekonomi pasien dengan

menggunakan obat bebas, bebas terbatas dan obat wajib apotek

3. Memberikan informasi tentang obat yang diberikan kepada pasien meliputi: nama

obat, tujuan pengobatan, cara pakai, lamanya pengobatan, efek samping yang

mungkin timbul, serta hal-hal lain yang harus dilakukan maupun yang harus dihindari

oleh pasien dalam menunjang pengobatan. Bila sakit berlanjut/lebih dari 3 hari

hubungi dokter.

4. Mendokumentasikan data pelayanan swamedikasi yang telah dilakukan

4.KONSELING

Suatu proses yang sistematis untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah pasien

yang berkaitan dengan pengambilan dan penggunaan obat.

Konseling dapat dilakukan pada :

1. Pasien dengan penyakit kronik seperti : diabetes, TB, dan asma, dll.

2. Pasien dengan sejarah ketidakpatuhan dalam pengobatan

3. Pasien yang menerima obat dengan indeks terapi sempit yang memerlukan

pemantauan.

4. Pasien dengan multirejimen obat

5. Pasien lansia

6. Pasien pediatrik melalui orang tua atau pengasuhnya

7. Pasien yang mengalami Drug Related Problem

17

Page 19: manajemen farmasi

PROSEDUR TETAP KONSELING

1. Melakukan konseling sesuai dengan kondisi penyakit pasien

2. Membuka komunikasi antara apoteker dengan pasien / keluarga pasien

3. Menanyakan tiga pertanyaan kunci menyangkut obat yang dikatakan oleh dokter

kepada pasien dengan metode open-ended question :

a. Apa yang telah dokter katakan mengenai obat ini

b. Cara pemakaian, bagaimanan dokter menerangkan cara pemakaian

c. Apa yang diharapkan dalam pengobatan ini

4. Memperagakan dan menjelaskan mengenai pemakaian obat-obat tertentu (inhaler,

supositoria, dll)

5. Melakukan verifikasi akhir meliputi:

- Mengecek pemahaman pasien

- Mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan cara

penggunaan obat untuk mengoptimalkan tujuan terapi

5. Melakukan pencatatan konseling yang dilakukan pada kartu pengobatan.

Pelayanan Residensial (Home Care)

Pelayanan kefarmasian yang diberikan kepada pasien yang dilakukan di rumah khususnya

untuk kelompok lanjut usia dan pasien dengan penyakit kronis serta pasien dengan

pengobatan paliatif.

Tujuan : pasien yang karena keadaan fisiknya tidak memungkinkan datang ke apotek masih

mendapatkan pelayanan kefarmasian secara optimal.

Pasien yang memerlukan pelayanan home care diantaranya :

1. Pasien lanjut usia yang tidak mampu lagi memenuhi aktivitas dasar sehari-hari misal :

mandi, makan, minum, memakai baju secara mandiri

2. Pasien dengan penyakit kronis dan memerlukan perhatian khusus tentang penggunaan

obatnya, interaksi obat dan efek samping obat

3. Pasien yang memerlukan obat secara berkala dan terus menerus misal: pasien TB

Jenis layanan Home Care:

1. Informasi penggunaan obat

2. Konseling pasien

18

Page 20: manajemen farmasi

3. Memantau kondisi pasien pada saat menggunakan obat dan kondisinya setelah

menggunakan obat serta kepatuhan pasien dalam minum obat.

Home Care dapat dilakukan dengan 2 cara:

1. Dengan kunjungan langsung ke rumah pasien

2. Dengan melalui telepon

Untuk aktivitas ini apoteker harus membuat catatan pengobatan (medication record)

terlampir.

PROSEDUR TETAP PELAYANAN RESIDENSIAL (HOME CARE)

1. Menyeleksi pasien melalui kartu pengobatan

2. Menawarkan pelayanan residensial

3. Mempelajari riwayat pengobatan pasien

4. Menyepakati jadwal kunjungan

5. Melakukan kunjungan ke rumah pasien

6. Melakukan tindak lanjut dengan memanfaatkan sarana komunikasi yang ada atau

kunjungan berikutnya, secara berkesinambungan

7. Melakukan pencatatan dan evaluasi pengobatan.

19

Page 21: manajemen farmasi

DAFTAR PUSTAKA

Siregar, Charles JP. 2003. Farmasi Rumah Sakit Teori dan Terapan. Penerbit buku kedokteran : Jakarta Anonim.2004. Sistem Kesehatan Nasional. Departemen Kesehatan RI : Jakarta

Idris. 2005. UUPK Sebagai Intrumen Penunjang Pembangunan Kesehatan

Majalah Kedokteran Indonesia vol 55

Majalah Ilmu Kefarmasian Vol 1 no 2 Agustus 2004 hal 102-115 ISSN: 1692-9883 Petunjuk Teknis Pelaksanaan Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek (SK NOMOR 1027/MENKES/SK/IX/2004). Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinis Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Departemen Kesehatan Republik Indonesia 2008

20