manajemen eksplorasi

13
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Eksplorasi merupakan suatu tindakan mencari atau melakukan penjelajahan dengan tujuan menemukan sesuatu; misalnya, minyak bumi (eksplorasi minyak bumi), gas alam, batubara, mineral, gua, air, ataupun informasi lainnya. Dalam dunia pertambangan kegiatan eksplorasi sangat penting, karena dilakukan sebelum pengusahaan bahan tambang dilaksanakan mengingat keberadaan bahan galian yang penyebarannya tidak merata dan sifatnya sementara yang suatu saat akan habis tergali. Sehingga untuk menentukan lokasi sebaran, kualitas dan jumlah cadangan serta cara pengambilannya diperlukan penyelidikan yang teliti agar tidak membuang tenaga dan modal, disamping untuk mengurangi resiko kegagalan, kerugian materi, kecelakaan kerja dan kerusakan lingkungan. Suatu kegiatan eksplorasi harus direncanakan sebaik - baiknya dengan memperhitungkan untung - ruginya, efisiensi, ekonomis serta kelestarian lingkungan daerah eksplorasi tersebut.

Upload: idham-muchtar

Post on 28-Jan-2016

605 views

Category:

Documents


85 download

DESCRIPTION

Makalah Manajemen

TRANSCRIPT

Page 1: Manajemen Eksplorasi

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Eksplorasi merupakan suatu tindakan mencari atau melakukan penjelajahan dengan

tujuan menemukan sesuatu; misalnya, minyak bumi (eksplorasi minyak bumi), gas

alam, batubara, mineral, gua, air, ataupun informasi lainnya.

Dalam dunia pertambangan kegiatan eksplorasi sangat penting, karena dilakukan

sebelum pengusahaan bahan tambang dilaksanakan mengingat keberadaan bahan

galian yang penyebarannya tidak merata dan sifatnya sementara yang suatu saat akan

habis tergali. Sehingga untuk menentukan lokasi sebaran, kualitas dan jumlah cadangan

serta cara pengambilannya diperlukan penyelidikan yang teliti agar tidak membuang

tenaga dan modal, disamping untuk mengurangi resiko kegagalan, kerugian materi,

kecelakaan kerja dan kerusakan lingkungan. Suatu kegiatan eksplorasi harus

direncanakan sebaik - baiknya dengan memperhitungkan untung - ruginya, efisiensi,

ekonomis serta kelestarian lingkungan daerah eksplorasi tersebut.

1.2 Maksud dan tujuan

Adapun maksud dan tujuan dalam pembuatan makalah ini adalah agar dapat

mengetahui bagaimana perencanaan-perencanaan dan program dalam kegiatan

eksplorasi.

Page 2: Manajemen Eksplorasi

BAB II

PEMBAHASAN

Agar eksplorasi dapat dilaksanakan dengan efisien, ekonomis, dan tepat sasaran,

maka diperlukan perencanaan berdasarkan prinsip-prinsip dan konsep-konsep dasar

eksplorasi sebelum program eksplorasi tersebut dilaksanakan.

Prinsip-prinsip (konsep) dasar eksplorasi tersebut antara lain :

1. Target Eksplorasi

Ketika ingin merencanakan kegiatan eksplorasi terlebih dahulu harus diketahui dari

jenis bahan galian yang dicari, bagaimana spesifikasi kualitas dari bahan galian yang

dicari dan kemudian melakukan pencarian model-model geologi yang sesuai dengan

bahan galian yang di cari.

2. Pemodelan eksplorasi

Dalam melakukan kegiatan pemodelan eksplorasi maka harus menggunakan model

geologi regional untuk pemilihan daerah target eksplorasi, serta menentukan model

geologi lokal berdasarkan keadaan lapangan, dan mendiskripsikan petunjuk-petunjuk

geologi yang akan dimanfaatkan,dan penentuan metode-metode eksplorasi yang akan

dilaksanakan sesuai dengan petunjuk geologi yang diperoleh.

Selain itu, perencanaan program eksplorasi diatas harus memenuhi kaidah-kaidah dasar

ekonomis dan perancangan (desain) yaitu :

a. Efektif , yang dimana dalam penggunaan alat, individu, dan metode harus sesuai

dengan keadaan geologi endapan yang dicari.

b. Efisien, dengan menggunakan prinsip dasar ekonomi, yaitu dengan biaya serendah-

rendahnya untuk memperoleh hasil yang sebesar-besarnya.

Page 3: Manajemen Eksplorasi

c. Cost-beneficial, hasil yang diperoleh dapat dianggunkan (bankable).

2.1 Kegiatan perencanaan eksplorasi

Dalam eksplorasi ada beberapa rencana kegiatan yang dilakukan yaitu:

1. Rencana pemetaan, dalam melakukan kegiatan perencanaan pemetaan meliputi beberapa

tahap perencanaan yaitu Perencanaan lintasan dan Perencanaan tenaga pendukung, yang

didasarkan pada keadaan geologi regional.

2. Rencana survei geofisika dan geokimia, dalam perencanaan ini meliputi beberapa tahap

yaitu Perencanaan lintasan, dan perencanaan jarak/interval pengambilan data

(sampling/record data), yang didasarkan pada keadaan umum model badan bijih.

3. Perencanaan sampling melalui pembuatan paritan uji, sumuran uji, pemboran eksplorasi.

untuk kegiatan perencanaan sampling, ada beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu:

1. Jumlah paritan uji, sumuran uji, titik pemboran eksplorasi,

2. Interval/spasi antar paritan (lokasi)

3. Kedalaman/panjang sumuran/paritan, kedalaman lubang bor,

4. Keamanan (kerja dan lingkungan)

5. Interval/metode sampling

6. Tenaga kerja, yang didasarkan pada proyeksi/interpretasi dari penyebaran singkapan

endapan di permukaan.

4. Perencanaan pemboran inti, dalam perencanaan pemboran inti meliputi beberpa hal

diantaranya:

1. Target tubuh bijih yang akan ditembus,

2. Lokasi (berpengaruh pada kesampaian ke titik bor dan pemindahan (moving) alat),

Page 4: Manajemen Eksplorasi

3. Kondisi lokasi (berpengaruh pada sumber air, keamanan),

4. Kedalaman masing-masing lubang,

5. Jenis alat yang akan digunakan, termasuk spesifikasi,

6. Jumlah tenaga kerja,

7. Alat transportasi, dan

8. Jumlah (panjang) core box.

2.2 Faktor-faktor dalam penentuan jarak

Selain itu, prinsip dasar dalam penentuan jarak sedapat mungkin telah memenuhi

beberapa faktor lain, seperti :

1. Grid density (interval/jarak) antar titik observasi. Semakin detail pekerjaan maka grid

density semakin kecil (interval/jarak) semakin rapat.

2. Persyaratan pengelompokan hasil perhitungan cadangan/endapan. Contoh pada batubara

yang syarat jarak untuk klasifikasi terukur (measured) £ 400 m antar titik observasi.

2.3 Strategi Pengelolaan dalam Proyek Eksplorasi

Setiap tahapan/proses eksplorasi harus dapat memenuhi strategi pengelolaan suatu

proyek/pekerjaan eksplorasi, antara lain :

1. Memperkecil resiko kerugian,

2. Memungkinkan penghentian kegiatan sebelum meningkat pada tahapan selanjutnya jika

dinilai hasil yang diperoleh tidak menguntungkan

3. Setiap tahapan dapat melokalisir (menambah/mengurangi) daerah target sehingga

probabilitas memperoleh keuntungan lebih besar, dan

4. Memungkinkan penganggaran biaya eksplorasi per setiap tahapan untuk membantu

dalam pengambilan keputusan.

Page 5: Manajemen Eksplorasi

2.4 Pentahapan Dalam Kegiatan Eksplorasi

Dalam kegiatan eksplorasi, ada beberapa tahap yang akan dilakukan yang dimulai

dari tahap eksplorasi pendahuluan sampai eksplorasi detail.

2.4.1 Tahap Eksplorasi Pendahuluan

Menurut White (1997), dalam tahap eksplorasi pendahuluan ini tingkat ketelitian

yang diperlukan masih kecil sehingga peta-peta yang digunakan dalam eksplorasi

pendahuluan juga berskala kecil 1 : 50.000 sampai 1 : 25.000. Adapun langkah-langkah

yang dilakukan pada tahap ini adalah :

a. Studi Literatur

Dalam tahap ini, sebelum memilih lokasi-lokasi eksplorasi, maka dilakukan studi

terhadap data dan peta-peta yang sudah ada (dari survei-survei terdahulu), catatan-

catatan lama, laporan-laporan temuan dll, lalu dipilih daerah yang akan disurvei.

Setelah pemilihan lokasi ditentukan langkah berikutnya, studi faktor-faktor geologi

regional dan provinsi metalografi dari peta geologi regional sangat penting untuk

memilih daerah eksplorasi, karena pembentukan endapan bahan galian dipengaruhi dan

tergantung pada proses-proses geologi yang pernah terjadi, dan tanda-tandanya dapat

dilihat di lapangan.

b. Survei Dan Pemetaan

Jika peta dasar (peta topografi) dari daerah eksplorasi sudah tersedia, maka survei

dan pemetaan singkapan (outcrop) atau gejala geologi lainnya sudah dapat dimulai

(peta topografi skala 1 : 50.000 atau 1 : 25.000). Tetapi jika belum ada, maka perlu

dilakukan pemetaan topografi lebih dahulu. Kalau di daerah tersebut sudah ada peta

Page 6: Manajemen Eksplorasi

geologi, maka hal ini sangat menguntungkan, karena survei bisa langsung ditujukan

untuk mencari tanda-tanda endapan yang dicari (singkapan), melengkapi peta geologi

dan mengambil conto dari singkapan-singkapan yang penting.

Selain singkapan-singkapan batuan pembawa bahan galian atau batubara (sasaran

langsung), yang perlu juga diperhatikan adalah perubahan/batas batuan, orientasi

lapisan batuan sedimen (jurus dan kemiringan), orientasi sesar dan tanda-tanda lainnya.

Hal-hal penting tersebut harus diplot pada peta dasar dengan bantuan alat-alat seperti

kompas geologi, inklinometer, altimeter, serta tanda-tanda alami seperti bukit, lembah,

belokan sungai, jalan, kampung, dll. Dengan demikian peta geologi dapat dilengkapi

atau dibuat baru (peta singkapan).

Tanda-tanda yang sudah diplot pada peta tersebut kemudian digabungkan dan

dibuat penampang tegak atau model penyebarannya (model geologi). Dengan model

geologi hepatitik tersebut kemudian dirancang pengambilan conto dengan cara acak,

pembuatan sumur uji (test pit), pembuatan paritan (trenching), dan jika diperlukan

dilakukan pemboran. Lokasi-lokasi tersebut kemudian harus diplot dengan tepat di peta

(dengan bantuan alat ukur, teodolit, BTM, dll.).

Dari kegiatan ini akan dihasilkan model geologi, model penyebaran endapan,

gambaran mengenai cadangan geologi, kadar awal, dll. dipakai untuk menetapkan

apakah daerah survei yang bersangkutan memberikan harapan baik (prospek) atau

tidak. Kalau daerah tersebut mempunyai prospek yang baik maka dapat diteruskan

dengan tahap eksplorasi selanjutnya.

2.4.2 Tahap Eksplorasi Detail

Setelah tahapan eksplorasi pendahuluan diketahui bahwa cadangan yang ada

mempunyai prospek yang baik, maka diteruskan dengan tahap eksplorasi detail (White,

Page 7: Manajemen Eksplorasi

1997). Kegiatan utama dalam tahap ini adalah sampling dengan jarak yang lebih dekat

(rapat), yaitu dengan memperbanyak sumur uji atau lubang bor untuk mendapatkan data

yang lebih teliti mengenai penyebaran dan ketebalan cadangan (volume cadangan),

penyebaran kadar/kualitas secara mendatar maupun tegak. Dari sampling yang rapat

tersebut dihasilkan cadangan terhitung dengan klasifikasi terukur, dengan kesalahan yang

kecil (<20%),>

Pengetahuan atau data yang lebih akurat mengenai kedalaman, ketebalan,

kemiringan, dan penyebaran cadangan secara 3-Dimensi (panjang-lebar-tebal) serta data

mengenai kekuatan batuan sampling, kondisi air tanah, dan penyebaran struktur (kalau

ada) akan sangat memudahkan perencanaan kemajuan tambang, lebar/ukuran bahwa

bukaan atau kemiringan lereng tambang. Juga penting untuk merencanakan produksi

bulanan/tahunan dan pemilihan peralatan tambang maupun prioritas bantu lainnya.

2.4.3 Studi Kelayakan

Pada tahap ini dibuat rencana peoduksi, rencana kemajuan tambang, metode

penambangan, perencanaan peralatan dan rencana investasi tambang. Dengan melakukan

analisis ekonomi berdasarkan model, biaya produksi penjualan dan pemasaran maka

dapatlah diketahui apakah cadangan bahan galian yang bersangkutan dapat ditambang

dengan menguntungkan atau tidak.

Page 8: Manajemen Eksplorasi

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari hasil pembahasan pada bab sebelumnya tentang program eksplorasi maka

dapat disimpulkan bahwa dalam kegiatan eksplorasi ada beberapa perencanaan yang perlu

dilakukan terlebih dahulu seperti:

1. Perencanaan pemetaan

2. Perencanaan survey geofisika dan geokimia

3. Perencanaan sampling

4. Perencanaan pemboran inti

Selain dari perencanaan diatas, ada beberapa pentahapan yang dilakukan setelah

adanya perencanaan yaitu:

1. Eksplorasi pendahuluan yang dimana meliputi kegiatan studi literature dan survey dan

pemetaan.

2. Eksplorasi detail yang dimana memasuki kegiatan pemboran dengan jarak dekat

setelah cadangan diketahui prospek.

3. Studi kelayakan yang dimana sudah masuk dalam tahap persiapan untuk produksi.

Page 9: Manajemen Eksplorasi

DAFTAR PUSTAKA

http://artikelbiboer.blogspot.com/2009/11/kegiatan-eksplorasi.html

http://artikelbiboer.blogspot.com/2009/11/program-eksplorasi.html

http://www.academia.edu/7302599/Laporan_Makalah_Eksplorasi_dan_Eksploitasi_-

_Johan_Edwart