menejemen eksplorasi

43
Manajemen Eksplorasi : Eksplorasi Geothermal EKSPLORASI GEOTHERMAL Latar Belakang Indonesia mempunyai banyak gunungapi aktif di sepanjang barat Sumatera, selatan Jawa, Bali, Lombok, Flores, Sulawesi Utara, dan Halmahera, sehingga sangat potensi terbentuk sumber energi panasbumi. Sejumlah sumber panasbumi di Indonesia sebagian besar telah didata, diperkirakan mempunyai potensi energi panasbumi mencapai 29 GWe, dan telah ditemukan 276 lokasi yang sudah dimanfaatkan baru sekitar 2,6% (PSDG, 2011). Energi panasbumi ini dapat dijadikan energi alternatif untuk membantu menghemat minyak bumi yang sampai sekarang masih menjadi handalan khususnya untuk energi listrik. Energi panasbumi merupakan energi relatif bebas polusi yang dapat dihandalkan untuk pembangkit tenaga listrik dan sifatnya kompetitif terhadap energi alternatif lainnya. Mengingat besarnya potensi sumber daya panasbumi di Indonesia dan banyaknya energi yang dikonsumsi untuk listrik dalam waktu mendatang, maka perlu ditingkatkan penelitian sumber panasbumi di Indonesia sebagai penyediaan bahan energi alternatif untuk pembangkit tenaga listrik. Energi panasbumi umumnya terletak di pegunungan yang terisolasi, sehingga dengan penggunaan energi panasbumi yang ada di daerah penelitian diharapkan dapat meningkatkan komunikasi/ hubungan antara daerah dengan perkotaan dan menjadikan pertumbuhan ekonomi daerah semakin berkembang. 1

Upload: christo-julio-ramando

Post on 27-Oct-2015

138 views

Category:

Documents


9 download

DESCRIPTION

Manajemen Eksplorasi dalam Dunia Geotermal

TRANSCRIPT

Page 1: Menejemen Eksplorasi

Manajemen Eksplorasi : Eksplorasi Geothermal

EKSPLORASI GEOTHERMAL

Latar Belakang

Indonesia mempunyai banyak gunungapi aktif di sepanjang barat Sumatera, selatan Jawa, Bali,

Lombok, Flores, Sulawesi Utara, dan Halmahera, sehingga sangat potensi terbentuk sumber energi

panasbumi. Sejumlah sumber panasbumi di Indonesia sebagian besar telah didata, diperkirakan

mempunyai potensi energi panasbumi mencapai 29 GWe, dan telah ditemukan 276 lokasi yang

sudah dimanfaatkan baru sekitar 2,6% (PSDG, 2011).

Energi panasbumi ini dapat dijadikan energi alternatif untuk membantu menghemat minyak bumi

yang sampai sekarang masih menjadi handalan khususnya untuk energi listrik. Energi panasbumi

merupakan energi relatif bebas polusi yang dapat dihandalkan untuk pembangkit tenaga listrik dan

sifatnya kompetitif terhadap energi alternatif lainnya. Mengingat besarnya potensi sumber daya

panasbumi di Indonesia dan banyaknya energi yang dikonsumsi untuk listrik dalam waktu

mendatang, maka perlu ditingkatkan penelitian sumber panasbumi di Indonesia sebagai penyediaan

bahan energi alternatif untuk pembangkit tenaga listrik. Energi panasbumi umumnya terletak di

pegunungan yang terisolasi, sehingga dengan penggunaan energi panasbumi yang ada di daerah

penelitian diharapkan dapat meningkatkan komunikasi/ hubungan antara daerah dengan perkotaan

dan menjadikan pertumbuhan ekonomi daerah semakin berkembang.

METODOLOGI

Kerangka pemikiran :

Energi panasbumi merupakan energi alam yang berasal dari hasil pemanasan akuifer di dalam

batuan reservoir oleh suatu sumber panas yang berasal dari magma (Hiroshi Shigeno, 1993),

kemudian melalui rekahan-rekahan atau sesar normal menuju permukaan muncul sebagai air panas

dan uap. Mengacu hipotesa Hiroshi Shigeno, 1993 tersebut, maka penelitian di daerah derajat dan

kamojang perlu mencari data manifestasi panasbumi di lapangan kemudian mengidentifikasi dan

menganalisis. Data panasbumi yang dimaksud mata air panas, uap, batuan alterasi, struktur

geologi (kekar atau sesar) yang merupakan faktor – foktor penyebab munculnya manifestasi

panasbumi di permukaan. Data manifestasi panasbumi yang diperoleh dianalisis di laboratorium

1

Page 2: Menejemen Eksplorasi

Manajemen Eksplorasi : Eksplorasi Geothermal

sehingga didapatkan tipe manifestasi dan sistem panasbumi khususnya di daerah derajat dan

kamojang.

Pengumpulan data :

Data sekunder berupa laporan peneliti terdahulu, citra landsat, peta topografi dan peta geologi

daerah penelitian. Data primer dihimpun dari hasil penelitian lapangan dan laboratorium. Penelitian

lapangan melakukan plotting lokasi hasil pengukuran GPS (Global Positioning System),

pengamatan litologi (mineralogi, alterasi : lemah, sedang, kuat, inten, dan total), pengukuran

struktur dan temperatur air panas, debit, pH, pengambilan conto batuan dan air panas, serta

pemotretan singkapan untuk dokumentasi. Analisis di laboratorium yang diperlukan adalah analisis

petrografi dan kimia batuan dilakukan di Pusat Penelitian Geoteknologi – LIPI Bandung,

kemudian X – Ray Diffraction (XRD) di lakukan di Pusat Survei Geologi (PSG) Bandung, dan

kimia air dilakukan di BPPTK Yogyakarta. Analisis petrografi dilakukan terhadap conto batuan

segar maupun yang teralterasi, yang tujuannya untuk mengidentifikasi mineral-mineral di dalam

conto batuan dan menentukan nama batuannya yaitu dengan menggunakan acuan pada Williams,

et al., 1954, serta meneliti hubungan antara mineral – mineral alterasi yang satu terhadap mineral

alterasi lainnya (apakah terjadi proses overprinting/ penggantian diantara mineral atau tidak),

sehingga dapat digunakan sebagai indikator terjadinya perubahan temperatur di dalam sistem

panasbumi. Conto mineral-mineral alterasi yang dapat terbentuk pada kondisi temperatur, pH

tertentu yang dapat digunakan sebagai mineral pandu di dalam sistem panasbumi (Izawa, 1993).

Misal : adularia dapat sebagai indikator adanya batuan reservoir, epidot indikator temperatur

panasbumi yang potensi, illite indikator batuan penutup. Pengukuran inklusi fluida misal terhadap

kristal kuarsa yang didapatkan di lapangan panasbumi, dapat untuk mengetahui suhu homogenitas

sistem panasbumi. Analisis conto batuan dengan X-Ray-Diffraction (XRD) dilakukan untuk conto

batuan yang mengalami alterasi lemah – total, seperti batuan mengandung mineral lempung hasil

alterasi (illite, montmorillonite) dan sebagainya. Kimia air panas : dari kandungan K, Na, Li, Ca,

Mg, Cl, B, SiO2, Sulfit, HCO3 dapat untuk memprediksi suhu bawah permukaan yaitu dengan

geotermometer kimia (Koga, 1993, Djedi S. Widarto,dkk., 2003). Kimia batuan : unsur utama,

unsur jejak, dan unsur jarang untuk mengetahui jenis batuan/ magma asal, dan posisi terhadap

tektonik.

2

Page 3: Menejemen Eksplorasi

Manajemen Eksplorasi : Eksplorasi Geothermal

DASAR TEORI

Gambar 1. Energi Panasbumi

            Energi panas bumi, adalah energi panas yang tersimpan dalam batuan di bawah permukaan

bumi danfluida yang terkandung didalamnya. Energi panas bumi telah dimanfaatkan untuk

pembangkit listrik di Italy sejak tahun 1913 dan di New Zealand sejak tahun 1958. Pemanfaatan

energi panas bumi untuk sektor non‐listrik (direct use) telah berlangsung di Iceland sekitar 70

tahun. Meningkatnya kebutuhan akan energi serta meningkatnya harga minyak, khususnya pada

tahun 1973 dan 1979, telah memacu negara‐negara lain, termasuk Amerika Serikat, untuk

mengurangi ketergantungan mereka pada minyak dengan cara memanfaatkan energi panas bumi.

Saat ini energi panas bumi telah dimanfaatkan untuk pembangkit listrik di 24 Negara, termasuk

Indonesia. Disamping itu fluida panas bumi juga dimanfaatkan untuk sektor non‐listrik di 72

negara, antara lain untuk pemanasan ruangan, pemanasan air, pemanasan rumah kaca, pengeringan

hasil produk pertanian, pemanasan tanah, pengeringan kayu, kertas dll.

3

Page 4: Menejemen Eksplorasi

Manajemen Eksplorasi : Eksplorasi Geothermal

Gambar 2. Potensi Panas bumi Di Indonesia

            Indonesia secara geologis terletak pada pertemuan tiga lempeng tektonik utama yaitu :

Lempeng Eropa-Asia, India-Australia dan Pasifik yang berperan dalam proses pembentukan

gunung api di Indonesia. Kondisi geologi ini memberikan kontribusi nyata akan ketersediaan energi

panas bumi di Indonesia. Manifestasi panas bumi yang berjumlah tidak kurang dari 244 lokasi

tersebar di P. Sumatera, Jawa, Bali, Kalimantan, Kepulauan Nusa Tenggara, Maluku, P. Sulawesi,

Halmahera dan Irian Jaya, menunjukkan betapa besarnya kekayaan energi panas bumi yang

tersimpan di dalamnya.

4

Page 5: Menejemen Eksplorasi

Manajemen Eksplorasi : Eksplorasi Geothermal

Gambar 3. Peta Persebaran Potensi Panasbumi Indonesia

            Terjadinya sumber energi panasbumi di Indonesia serta karakteristiknya dijelaskan oleh

Budihardi (1998) sebagai berikut. Ada tiga lempengan yang berinteraksi di Indonesia, yaitu

lempeng Pasifik, lempeng India‐Australia dan lempeng Eurasia. Tumbukan yang terjadi antara

ketiga lempeng tektonik tersebut telah memberikan peranan yang sangat penting bagi terbentuknya

sumber energi panas bumi di Indonesia. Tumbukan antara lempeng India‐Australia di sebelah

selatan dan lempeng Eurasia di sebelah utara mengasilkan zona penunjaman (subduksi) di

kedalaman 160 ‐ 210 km di bawah Pulau Jawa‐ Nusatenggara dan di kedalaman sekitar 100 km

(Rocks et. al, 1982) di bawah Pulau Sumatera. Hal ini menyebabkan proses magmatisasi di bawah

Pulau Sumatera lebih dangkal dibandingkan dengan di bawah Pulau Jawa atau Nusatenggara.

Karena perbedaan kedalaman jenis magma yang dihasilkannya berbeda. Pada kedalaman yang lebih

besar jenis magma yang dihasilkan akan lebih bersifat basa dan lebih cair dengan kandungan gas

magmatic yang lebih tinggi sehingga menghasilkan erupsi gunung api yang lebih kuat yang pada

akhirnya akan menghasilkan endapan vulkanik yang lebih tebal dan terhampar luas. Oleh karena

itu, reservoir panas bumi di Pulau Jawa umumnya lebih dalam dan menempati batuan volkanik,

sedangkan reservoir panas bumi di Sumatera terdapat di dalam batuan sedimen dan ditemukan pada

kedalaman yang lebih dangkal.

5

Page 6: Menejemen Eksplorasi

Manajemen Eksplorasi : Eksplorasi Geothermal

Gambar 4. Konversi Energi Panas Menjadi Energi Listrik (Sumber: PLN)

            Sistim panas bumi di Indonesia umumnya merupakan sistim hidrothermal yang mempunyai

temperatur tinggi (>225oC), hanya beberapa diantaranya yang mempunyai temperatur sedang

(150o ‐ 225oC). Pengalaman dari lapangan‐lapangan panas bumi yang telah dikembangkan di dunia

maupun di Indonesia menunjukkan bahwa sistem panas bumi bertemperatur tinggi dan sedang,

sanga potensial bila diusahakan untuk pembangkit listrik. Potensi sumber daya panas bumi

Indonesia sangat besar, yaitu sekitar 27500 MWe , sekitar 30‐40% potensi panas bumi dunia.

Pembangkit Listrik Tenaga Panasbumi (PLTP) pada prinsipnya sama seperti Pembangkit Listrik

Tenaga Uap (PLTU), hanya pada PLTU uap dibuat di permukaan menggunakan boiler, sedangkan

pada PLTP uap berasal dari reservoir panasbumi. Apabila fluida di kepala sumur berupa fasa uap,

maka uap tersebut dapat dialirkan langsung ke turbin, dan kemudian turbin akan mengubah energi

panas bumi menjadi energi gerak yang akan memutar generator sehingga dihasilkan energi listrik.

6

Page 7: Menejemen Eksplorasi

Manajemen Eksplorasi : Eksplorasi Geothermal

SISTEM PANAS BUMI

Gambar 5. Sistem Panasbumi

Sistem panas bumi (geothermal system) secara umum dapat diartikan sebagai sistem

penghantaran panas di dalam mantel atas dan kerak bumi dimana panas dihantarkan dari suatu

sumber panas (heat source) menuju suatu tempat penampungan panas (heat sink). Dalam hal ini,

panas merambat dari dalam bumi (heat source) menuju permukaan bumi (heat sink).

Proses penghantaran panas pada sistem panas bumi melibatkan fluida termal yang bisa

berupa batuan yang meleleh, gas, uap, air panas, dan lain-lain. Dalam perjalanannya, fluida termal

yang berupa uap dan atau air panas  dapat tersimpan dalam suatu formasi batuan yang berada

diantara sumber panas dan daerah tampungan panas. Formasi batuan ini selanjutnya dikatakan

sebagai reservoir.

Sistem panas bumi yang terpengaruh kuat oleh adanya uap dan atau air panas dikatakan sebagai

sistem hydrothermal. Sistem ini sering berasosiasi dengan pusat vulkanisme atau gunung api di

sekitarnya. Jika fluida magmatik dari gunung api lebih mendominasi sistem hidrotermal, maka

dikatakan sebagai sistem vulkanik hidrotermal (volcanic hydrothermal system). Sistem panas bumi

dapat berada pada daerah bermorfologi datar (flat terrain) dan dapat pula berada pada daerah

7

Page 8: Menejemen Eksplorasi

Manajemen Eksplorasi : Eksplorasi Geothermal

bermorfologi curam (step terrain). Di Indonesia, sistem panas bumi yang umum ditemukan adalah

sistem hidrotermal yang berasosiasi dengan pusat vulkanisme pada daerah bermorfologi step

terrain.

Selain sistem hidrotermal, terdapat pula jenis lain dari sistem panas bumi, seperti:  hot dry

rock system, geopressured system, heat sweep system.

Komponen-Komponen Sistem Panas Bumi

Komponen sistem panas bumi yang dimaksud di sini adalah komponen-kompenen dari

sistem panas bumi jenis hidrotermal, karena sistem inilah yang paling umum ditemukan di

Indonesia. Sistem hidrotermal didefenisikan sebagai jenis sistem panas bumi dimana transfer panas

dari sumber panas menuju permukaan bumi adalah melalui proses konveksi bebas yang melibatkan

fluida meteorik dengan atau tanpa jejak fluida magmatik. Fluida meteorik contohnya adalah air

hujan yang meresap jauh ke bawah permukaan tanah.

Komponen-komponen penting dari sistem hidrotermal adalah: sumber panas, reservoir

dengan fluida termal, daerah resapan (recharge), daerah luahan (discharge) dengan manifestasi

permukaan.

1. Sumber Panas

Sepanjang waktu panas dari dalam bumi ditransfer menuju permukaan bumi dan seluruh

muka bumi menjadi tempat penampungan panas (heat sink). Namun begitu, di beberapa tempat

energi panas ini dapat terkonsentrasi dalam jumlah besar dan melebihi jumlah energi panas per

satuan luas yang rata-rata ditemui.

Gunung api merupakan contoh dimana panas terkonsentrasi dalam jumlah besar. Pada

gunung api, konsentrasi panas ini bersifat intermittent yang artinya sewaktu-waktu dapat dilepaskan

dalam bentuk letusan gunung api. Berbeda dengan gunung api, pada sistem panas bumi konsentrasi

panas ini bersifat kontinu. Namun demikian, pada kebanyakan kasus, umumnya gunung api baik

yang aktif maupun yang dormant, adalah sumber panas dari sistem panas bumi. Hal ini ditemui di

Indonesia dimana umumnya sistem panas buminya adalah sistem hidrotermal yang berasosiasi

8

Page 9: Menejemen Eksplorasi

Manajemen Eksplorasi : Eksplorasi Geothermal

dengan pusat vulkanisme atau gunung api. Dalam hal ini, gunung api menjadi penyuplai panas dari

sistem panas bumi di dekatnya.

Oleh karena gunung api merupakan sumber panas potensial dari suatu sistem panas bumi,

maka daerah yang berada pada jalur gunung api berpotensi besar memiliki sistem panas bumi

temperatur tinggi (di atas 225 Celcius). Itulah kenapa Indonesia yang dikenal berada pada jalur

cincin api (ring of fire) diklaim memiliki potensi panas bumi atau geothermal terbesar di dunia.

Daerah lain yang berpotensi menjadi sumber panas adalah: daerah dengan tekanan litostatik

lebih besar dari normal (misal pada geopressured system), daerah yang memiliki kapasitas panas

tinggi akibat peluruhan radioaktif yang terkandung di dalam batuan, daerah yang memiliki

magmatisme dangkal di bawah basemen. Namun pada kasus-kasus ini, intensitas panasnya tidak

sebesar panas dari gunung api.

2. Reservoir

Reservoir panas bumi adalah formasi batuan di bawah permukaan yang mampu menyimpan

dan mengalirkan fluida termal (uap dan atau air panas). Reservoir biasanya merupakan batuan yang

memiliki porositas dan permeabilitas yang baik. Porositas berperan dalam menyimpan fluida termal

sedangkan permeabilitas berperan dalam mengalirkan fluida termal.

Reservoir panas bumi dicirikan oleh adanya kandungan Cl (klorida) yang tinggi dengan pH

mendekati normal, adanya pengayaan isotop oksigen  pada fluida reservoir jika dibandingkan

dengan air meteorik (air hujan) namun di saat bersamaan memiliki isotop deuterium yang sama atau

mendekati air meteorik, adanya lapisan konduktif yang menudungi reservoir tersebut di bagian atas,

dan adanya gradien temperatur yang tinggi dan relatif konstan terhadap kedalaman.

Reservoir panas bumi bisa saja ditudungi atau dikelilingi oleh lapisan batuan yang memiliki

permeabilitas sangat kecil (impermeable). Lapisan ini dikenal sebagai lapisan penudung ataucap

rock. Batuan penudung ini umumnya terdiri dari minera-mineral lempung yang mampu mengikat

air namun sulit meloloskannya (swelling). Mineral-mineral lempung ini mengandung ikatan-ikatan

hidroksil dan ion-ion seperti Ka dan Ca sehingga menyebabkan lapisan tersebut menjadi sangat

konduktif. Sifat konduktif dari lapisan ini bisa dideteksi dengan melakukan survei magneto-tellurik

(MT) sehingga posisi lapisan konduktif ini di bawah permukaan dapat terpetakan. Dengan

9

Page 10: Menejemen Eksplorasi

Manajemen Eksplorasi : Eksplorasi Geothermal

mengetahui posisi dari lapisan konduktif ini, maka posisi reservoir dapat diperkirakan, karena

reservoir panas bumi biasanya berada di bawah lapisan konduktif ini.

3. Daerah Resapan (Recharge)

Daerah resapan merupakan daerah dimana arah aliran air tanah di tempat tersebut

bergerakmenjauhi muka tanah. Dengan kata lain, air tanah di daerah resapan bergerak menuju ke

bawah permukaan bumi.

Dalam suatu lapangan panas bumi, daerah resapan berada pada elevasi yang lebih tinggi

dibandingkan dengan elevasi dari daerah dimana sumur-sumur produksi berada. Daerah resapan

juga ditandai dengan rata-rata resapan air tanah per tahun yang bernilai tinggi.

Menjaga kelestarian daerah resapan penting artinya dalam pengembangan suatu lapangan

panas bumi. Menjaga kelesatarian daerah resapan berarti juga menjaga keberlanjutan hidup dari

reservoir panas bumi untuk jangka panjang. Hal ini karena daerah resapan yang terjaga dengan baik

akan menopang tekanan di dalam formasi reservoir karena adanya fluida yang mengisi pori di

dalam reservoir secara berkelanjutan. Menjaga kelestarian daerah resapan juga penting artinya bagi

kelestarian lingkungan hidup. Sehingga dari sini dapat dikatakan juga bahwa pengembangan panas

bumi bersahabat dengan lingkungan.

4. Daerah Discharge dengan Manifestasi Permukaan

Daerah luahan (discharge area) merupakan daerah dimana arah aliran air tanah di tempat

tersebut bergerak menuju muka tanah. Dengan kata lain, air tanah di daerah luahan akan bergerak

menuju ke atas permukaan bumi. Daerah luahan pada sistem panas bumi ditandai dengan hadirnya

manifestasi di permukaan. Manifestasi permukaan adalah tanda-tanda yang tampak di permukaan

bumi yang menunjukkan adanya sistem panas bumi di bawah permukaan di sekitar kemunculannya.

Manifestasi permukaan bisa keluar secara langsung (direct discharge) seperti mata air panas

dan fumarola. Fumarola adalah uap panas (vapor) yang keluar melalui celah-celah batuan dengan

kecepatan tinggi yang akhirnya berubah menjadi uap air (steam). Tingginya kecepatan dari

fumarola sering kali menimbulkan bunyi bising.

Manifestasi permukaan juga bisa keluar secara terdifusi seperti pada kasus tanah beruap

(steaming ground) dan tanah hangat (warm ground), juga bisa keluar secara intermittentseperti pada

10

Page 11: Menejemen Eksplorasi

Manajemen Eksplorasi : Eksplorasi Geothermal

manifestasi geyser, dan juga bisa keluar secara tersembunyi seperti dalam bentuk rembesan di

sungai.

Secara umum, manifetasi permukaan yang sering muncul pada sistem-sistem panas bumi di

Indonesia adalah: mata air panas, fumarola, steaming ground, warm ground, kolam lumpur panas,

solfatara, dan batuan teralterasi. Solfatara adalah uap air (steam) yang keluar melalui rekahan

batuan yang bercampur dengan H2S, CO2, dan kadang juga SO2 serta dapat mengendapkan sulfur

di sekitar rekahan tempat keluarnya. Sedangkan batuan teralterasi adalah batuan yang terubahkan

karena adanya reaksi antara batuan tersebut dengan fluida panas bumi.

Mata air panas sebagai salah satu bentuk manifestasi panas bumi.

11

Page 12: Menejemen Eksplorasi

Manajemen Eksplorasi : Eksplorasi Geothermal

Seepage yang muncul di danau sebagai bentuk lain dari manifestasi panas bumi.

12

Page 13: Menejemen Eksplorasi

Manajemen Eksplorasi : Eksplorasi Geothermal

Sejarah Panas Bumi

 

Usulan JB Van Dijk pada tahun 1918 untuk memanfaatkan sumber energi panasbumi di

daerah kawah Kamojang, Jawa Barat, merupakan titik awal sejarah perkembangan

panasbumi di Indonesia. 

Secara kebetulan, peristiwa itu bersamaan waktu dengan awal pengusahaan panasbumi di dunia,

yaitu di Larnderello, Italia, yang juga terjadi di tahun 1918. Bedanya, kalau di Indonesia masih

sebatas usulan, di Italia pengusahaan telah menghasilkan uap alam yang dapat dimanfaatkan untuk

membangkitkan tenaga listrik.

1926 - 1928

Lapangan panasbumi Kamojang, dengan sumurnya bernama KMJ-3, yang pernah menghasilkan uap

pada tahun 1926, merupakan tonggak pemboran eksplorasi panasbumi pertama oleh Pemerintah

kolonial Belanda. Sampai sekarang, KMJ-3 masih menghasilkan uap alam kering dengan suhu 140C

dan tekanan 2,5 atmosfer (atm).Sampai tahun 1928 telah dilakukan lima pemboran eksplorasi

panasbumi, tetapi yang berhasil mengeluarkan uap -- ya itu tadi -- hanya sumur KMJ-3 dengan

kedalaman 66 meter. Sampai saat ini KMJ-3 masih menghasilkan uap alam kering dengan suhu

1400 C dan tekanan 2,5 atmosfer.

Sejak 1928 kegiatan pengusahaan panasbumi di Indonesia praktis terhenti dan baru dilanjutkan

kembali pada tahun 1964. Dari 1964 sampai 1981 penyelidikan sumber daya panasbumi dilakukan

secara aktif bersama-sama oleh Direktorat Vulkanologi (Bandung), Lembaga Masalah Ketenagaan

(LMK PLN dan ITB) dengan memanfaatkan bantuan luar negeri.

1970-an

Tahun 1972 telah dilakukan pemboran pada enam buah sumur panasbumi di pegunungan Dieng,

dengan kedalaman mencapai 613 meter. Sayangnya, dari keenam sumur tersebut tidak satu pun yang

berhasil ditemukan uap panasbumi.Penyelidikan yang lebih komprehensif di Kamojang dilakukan

pada 1972 menyangkut geokimia, geofisika, dan pemetaan geologi. Di tahun itu Cisolok, Jawa

Barat, dan kawah Ijen, Jawa Timur, juga dilakukan penyelidikan.Lalu di tahun 1974, Pertamina aktif

di dalam kegiatan di Kamojang, bersama PLN, untuk pengembangan pembangkitan tenaga listrik

sebesar 30 MW. Selesai tahun 1977. Saat itu Selandia Baru memberikan bantuan dana sebesar 24

juta dolar New Zealand dari keperluan 34 juta dolar NZ. Sekurangnya dibiayai Pemerintah

Indonesia.Selain itu, Pertamina juga membangun dua buah monoblok dengan kapasitas total 2 MW

13

Page 14: Menejemen Eksplorasi

Manajemen Eksplorasi : Eksplorasi Geothermal

di lapangan Kamojang dan Dieng. Diresmikan 27 November 1978 untuk monoblok Kamojang dan

tanggal 14 Mei 1981 untuk monoblok Dieng.PLTP Kamojang sendiri diresmikan 1 Februari 1983

dengan kapasitas 30 MW. Perkembangan cukup penting di Kamojang terjadi pada tahun 1974,

ketika Pertamina bersama PLN mengembangkan lapangan panasbumi tersebut. Sebuah sumur

panasbumi dieksplorasi dengan kedalaman 600 meter yang menghasilkan uap panasbumi dengan

semburan tegak oleh suhu pipa pada garis alir 1290.Di luar Pulau Jawa, sumber daya panasbumi

dikembangkan di Lahendong, Sulawesi Utara, dan di Lempung Kerinci. Kunjungan tim survei di

Lahendong di tahun 1971 melibatkan Direktorat Geologi Bandung, PLN, dan pakar panasbumi dari

Selandia Baru. Survei tersebut pada 1977/1978 oleh tim survei dari Kanada, yaitu Canadian

International Development Agency (CIDA).

1980-an

Pada 1980-an usaha pengembangan panasbumi ditandai oleh keluarnya Keppres No. 22 Tahun 1981

untuk menggantikan Keppres No. 16 Tahun 1974. Menurut ketentuan dalam Keppres No. 22/1981

tersebut, Pertamina ditunjuk untuk melakukan survei eksplorasi dan eksploitasi panasbumi di

seluruh Indonesia. Atas dasar itu sejak 1982 kegiatan di Lahendong diteruskan oleh Pertamina

dengan mengadakan survei geologi, geokimia, dan geofisika. Pada 1982 itu juga Pertamina

menandatangani kontrak pengusahaan panasbumi dengan Unocal Geothermal of Indonesia (UGI)

untuk sumur panasbumi di Gunung Cisalak, Jawa Barat. Baru pada tahun 1994 beroperasi PLTP

Unit I dan II Gunung Salak.Dan pada Februari 1983 sumur panasbumi di Kamojang berhasil

dikembangkan secara baik, dengan beroperasinya Pembangkit Listrik Tenaga Panasbumi (PLTP)

Unit-I (1x30 MW). Dan baru pada Februari 1987 Pertamina berhasil mengoperasikan PLTP Unit

II.Sementara pengusahaan panasbumi di Gunung Drajat, Jawa Barat, dilakukan oleh Pertamina

dengan Amoseas of Indonesia Inc. dan PLN (JOC-ESC). Tahun 1994 beropasi PLTP Unit I di

Gunung Drajat.

1990-an

Pada tahun 1991 Pemerintah sekali lagi mengeluarkan kebijakan pengusahaan panasbumi melalui

Keppres No. 45/1991 sebagai penyempurnaan atas Keppres No. 22/1981. Dalam Keppres No.

45/1991 Pertamina mendapat keleluasaan, bersama kontraktor, untuk melakukan eksplorasi dan

eksploitasi panasbumi. Pertamina juga lebih diberi keleluasaan untuk menjual produksi uap atau

14

Page 15: Menejemen Eksplorasi

Manajemen Eksplorasi : Eksplorasi Geothermal

listrik kepada PLN atau kepada badan hukum pemegang izin untuk kelistrikan.Di samping itu, pada

tahun 1991 keluar juga Keppres No. 49/1991 untuk menggantikan Keppres No. 23/1981 yang

mengatur tentang pajak pengusahaan panasbumi dari 46% menjadi 34%. Tujuannya adalah untuk

merangsang peningkatan pemanfaatan energi panasbumi. Pada tahun 1994 telah ditandatangani

kontrak pengusahaan panasbumi antara Pertamina dengan empat perusahaan swasta. Masing-masing

untuk daerah Wayang Windu, Jawa Barat (PT Mandala Nusantara), Karaha, Jawa Barat (PT Karaha

Bodas Company), Dieng, Jawa Tengah (PT Himpurna California Energy), dan Patuha, Jawa Barat

(PT Patuha Power Limired). Untuk selanjutnya, 1995, penandatanganan kontrak (JOC & ESC)

Pertamina Bali Energy Limited dan PT PLN (Persero) untuk pengusahaan dan pemanfaatan

panasbumi di daerah Batukahu, Bali.Masih di tahun 1995 penandatanganan kontrak (SSC & ESC)

untuk Kamojang Unit-IV dan V antara Pertamina dengan PT Latoka Trimas Bina Energi, serta ESC

antara PT Latoka Trimas Bina Energi dengan PT PLN (Persero). Dan masih di tahun 1995

dikeluarkan MOU antara Pertamina dengan PT PLN untuk membangun PLTP (1x20 MW) di

Lahendong, Sulawesi Utara dan monoblok (2 MW) di Sibayak, Sumatera Utara.

PENGATURAN PEMERINTAH

Pada awalnya, pengusahaan panasbumi dipercayakan oleh Pemerintah kepada Pertamina,

berdasarkan Keppres No. 6 Tahun 1974 tanggal 20 Maret 1974. Meskipun dengan wilayah kerja

yang masih terbatas, yaitu di Pulau Jawa saja. Setelah itu wilayah kerja meluas, yaitu ketika

Pemerintah mengeluarkan Keppres No. 22/1981 tentang kuasa pengusahaan eksplorasi dan

eksploitasi sumber daya panasbumi untuk pembangkit tenaga listrik di Indonesia. Pelaksanaannya

diserahkan kepada Pertamina.Pertamina diwajibkan menjual energi listrik yang dihasilkan dari

pengusahaan panasbumi kepada PLN. Selain itu, kalaupun Pertamina belum atau tidak bisa

melaksanakan pengusahaan tersebut, bisa bergandengan dengan pihak lain dalam bentuk Kontrak

Operasi Bersama (Joint Operation Contract). Sampai saat itu, pajak pengusahaan panasbumi sebesar

46%. Hal ini diatur Keppres No. 23 Tahun 1981. Dalam perkembangan kemudian, Pemerintah

mengizinkan instansi lain (selain Pertamina), baik BUMN, swasta nasional, termasuk koperasi untuk

mengembangkan usaha dalam bidang ketenagalistrikan skala kecil (10 MW) dan keperluan lain

yang terkait.Soal ini diatur Keppres No. 45/ 1991 yang menyempurnakan Keppres No. 22/ 1981.

Pertamina selaku pemegang kuasa eksplorasi, untuk menjual hasil produksi panasbumi, baik berupa

energi atau listrik tidak hanya kepada PLN. Kemudian Keppres No. 49/1991 sebagai pengganti

15

Page 16: Menejemen Eksplorasi

Manajemen Eksplorasi : Eksplorasi Geothermal

Keppres No. 23/1981. Di sini diatur kewajiban fiskal pengusahaan panasbumi. Ditetapkan bahwa

total bagian yang disetor kepada Pemerintah sebesar 34% dari net operating income.

Aktifitas geologi Jawa Barat menghasilkan beberapa zona fisiografi yang satu sama lain dapat

dibedakan berdasarkan morfologi, petrologi, dan struktur geologinya. Van Bemmelen (1949),

membagi daerah Jawa Barat ke dalam 4 besar zona fisiografi, masing-masing dari utara ke selatan

adalah Zona Dataran Pantai Jakarta, Zona Bogor, Zona Bandung, dan Zona Pegunungan Selatan

Zona Dataran Pantai Jakarta menempati bagian utara Jawa membentang barat-timur mulai dari

Serang, Jakarta, Subang, Indramayu, hingga Cirebon. Daerah ini bermorfologi dataran dengan

batuan penyusun terdiri atas aluvium sungai/pantai dan endapan gunungapi muda.

16

Page 17: Menejemen Eksplorasi

Manajemen Eksplorasi : Eksplorasi Geothermal

Zona Bogor terletak di sebelah selatan Zona Dataran Pantai Jakarta, membentang mulai dari

Tangerang, Bogor, Purwakarta, Sumedang, Majalengka, dan Kuningan. Zona Bogor umumnya

bermorfologi  perbukitan yang memanjang barat-timur dengan lebar maksimum sekitar 40 km.

Batuan penyusun terdiri atas batuan sedimen Tersier dan batuan beku baik intrusif maupun

ekstrusif. Morfologi perbukitan terjal disusun oleh batuan beku intrusif, seperti yang ditemukan di

Komplek Pegunungan Sanggabuana, Purwakarta.  Van Bemmelen (1949), menamakan morfologi

perbukitannya sebagai antiklinorium kuat yang disertai oleh pensesaran.

Zona Bandung yang letaknya di bagian selatan Zona Bogor, memiliki lebar antara 20 km hingga 40

km,  membentang mulai dari Pelabuhanratu, menerus ke timur melalui Cianjur, Bandung hingga

Kuningan. Sebagian besar Zona Bandung bermorfologi perbukitan curam yang dipisahkan oleh

beberapa lembah yang cukup luas. Van Bemmelen (1949) menamakan lembah tersebut sebagai

depresi di antara gunung yang prosesnya diakibatkan oleh tektonik (intermontane depression). 

Batuan penyusun di dalam zona ini terdiri atas batuan sedimen berumur Neogen yang ditindih

secara tidak selaras oleh batuan vulkanik berumur Kuarter. Akibat tektonik yang kuat, batuan

tersebut  membentuk struktur lipatan besar yang disertai oleh pensesaran. Zona Bandung

merupakan puncak dari Geantiklin Jawa Barat yang kemudian runtuh setelah proses pengangkatan

berakhir (van Bemmelen, 1949).

Zona Pegunungan Selatan terletak di bagian selatan Zona Bandung. Pannekoek (1946) menyatakan

bahwa batas antara kedua zona fisiografi tersebut dapat diamati di Lembah Cimandiri, Sukabumi.

Perbukitan bergelombang di Lembah Cimandiri yang merupakan bagian dari Zona Bandung

berbatasan langsung dengan dataran tinggi (plateau) Zona Pegunungan Selatan. Morfologi dataran

tinggi atau plateau ini, oleh Pannekoek (1946) dinamakan sebagai Plateau Jampang.

2.1.3       TEKTONIK REGIONAL

Lempeng Paparan Sunda dibatasi oleh kerak samudra di selatan dan pusat pemekaran kerak

samudra di timur. Bagian barat dibatasi oleh kerak benua dan di bagian selatan dibatasi oleh batas

pertemuan kerak samudra dan benua berumur kapur (ditandai adanya Komplek Melange Ciletuh)

dan telah tersingkap sejak umur Tersier. Sejak awal tersier (Oligosen akhir), kerak samudra secara

umum telah miring ke arah utara dan tersubduksi di bawah Dataran Sunda (Hamilton, 1979).

17

Page 18: Menejemen Eksplorasi

Manajemen Eksplorasi : Eksplorasi Geothermal

Tektonik kompresi dan ekstensi dihasilkan oleh gaya tekan pergerakan Lempeng Indo-Australia dan

putaran Kalimantan ke utara, membentuk rift dan half-graben sepanjang batas selatan Lempeng

Paparan Sunda pada Eosen-Oligosen (Hall, 1977). Karakter struktur di daratan terdiri dari

perulangan struktur cekungan dan tinggian, dari barat ke timur yaitu Tinggian Tangerang,

Rendahan Ciputat, Tinggian Rengasdengklok, Rendahan Pasir Putih, Tinggian dan Horst

Pamanukan-Kandanghaur, Rendahan Jatibarang dan Rendahan Cirebon . Pola struktur batuan dasar

di lepas pantai merupakan pola struktur yang sama pada Cekungan Sunda, Cekungan Asri, Seribu

Platform, Cekungan Arjuna, Tinggian F, Cekungan Vera, Eastern Shelf, Cekungan Biliton, Busur

Karimun Jawa dan Bawean Trough. Beberapa bukti menunjukan adanya gabungan antara

asymmetrical sag dan half graben pada tektonik awal pembentukan cekungan di daerah Jawa Barat

Utara.

STRUKTUR REGIONAL

Di daerah Jawa Barat terdapat banyak pola kelurusan bentang alam yang diduga merupakan hasil

proses pensesaran. Jalur sesar tersebut umumnya berarah barat-timur, utara-selatan, timurlaut-

baratdaya, dan baratlaut-tenggara. Secara regional, struktur sesar berarah timurlaut-baratdaya

dikelompokkan sebagai Pola Meratus, sesar berarah utara-selatan dikelompokkan sebagai Pola

Sunda, dan sesar berarah barat-timur dikelompokkan sebagai Pola Jawa. Struktur sesar dengan arah

barat-timur umumnya berjenis sesar naik, sedangkan struktur sesar dengan arah lainnya berupa

sesar mendatar. Sesar normal umum terjadi dengan arah bervariasi.

Dari sekian banyak struktur sesar yang berkembang di Jawa Barat, ada tiga struktur regional yang

memegang peranan penting, yaitu Sesar Cimandiri,  Sesar Baribis, dan Sesar Lembang. Ketiga sesar

tersebut untuk pertama kalinya diperkenalkan oleh van Bemmelen (1949) dan diduga ketiganya

masih aktif hingga sekarang.

Sesar Cimandiri merupakan sesar paling tua (berumur Kapur), membentang mulai dari Teluk

Pelabuhanratu menerus ke timur melalui Lembah Cimandiri, Cipatat-Rajamandala, Gunung

Tanggubanperahu-Burangrang dan diduga menerus ke timurlaut menuju Subang. Secara

keseluruhan, jalur sesar ini berarah timurlaut-baratdaya dengan jenis sesar mendatar hingga oblique

(miring). Oleh Martodjojo dan Pulunggono (1986), sesar ini dikelompokkan sebagai Pola Meratus.

18

Page 19: Menejemen Eksplorasi

Manajemen Eksplorasi : Eksplorasi Geothermal

Sesar Baribis yang letaknya di bagian utara Jawa merupakan sesar naik dengan arah relatif barat-

timur,  membentang mulai dari Purwakarta hingga ke daerah Baribis di  Kadipaten-Majalengka

(Bemmelen, 1949). Bentangan jalur Sesar Baribis dipandang berbeda oleh peneliti lainnya.

Martodjojo (1984), menafsirkan jalur sesar naik Baribis   menerus ke arah tenggara melalui

kelurusan Lembah Sungai Citanduy, sedangkan oleh Simandjuntak (1986), ditafsirkan menerus ke

arah timur hingga menerus ke daerah Kendeng (Jawa Timur). Penulis terakhir ini menamakannya

sebagai “Baribis-Kendeng Fault Zone”. Secara tektonik, Sesar Baribis mewakili umur paling muda

di Jawa, yaitu pembentukannya terjadi pada periode Plio-Plistosen. Selanjutnya oleh Martodjojo

dan Pulunggono (1986), sesar ini dikelompokkan sebagai Pola Jawa.

Sesar Lembang yang letaknya di utara Bandung, membentang sepanjang kurang lebih 30 km

dengan arah barat-timur. Sesar ini berjenis sesar normal (sesar turun) dimana blok bagian utara

relatif turun membentuk morfologi pedataran (Pedataran Lembang). Van Bemmelen (1949),

mengaitkan pembentukan Sesar Lembang dengan aktifitas Gunung Sunda (G. Tangkubanperahu

merupakan sisa-sisa dari Gunung Sunda), dengan demikian struktur sesar ini berumur relatif muda

yaitu Plistosen.

Struktur sesar yang termasuk ke dalam Pola Sunda umumnya berkembang di utara Jawa (Laut

Jawa). Sesar ini termasuk kelompok sesar tua yang memotong batuan dasar (basement) dan

merupakan pengontrol dari pembentukan cekungan Paleogen di Jawa Barat.

Mekanisme pembentukan struktur geologi Jawa Barat terjadi secara simultan di bawah pengaruh

aktifitas tumbukan Lempeng Hindia-Australia dengan Lempeng Eurasia yang beralangsung sejak

Zaman Kapur hingga sekarang. Posisi jalur tumbukan (subduction zone) dalam kurun waktu

tersebut telah mengalami beberapa kali perubahan. Pada awalnya subduksi purba (paleosubduksi)

terjadi pada umur Kapur, dimana posisinya  berada pada poros tengah Jawa sekarang. Jalur

subduksinya berarah relatif barat-timur melalui daerah Ciletuh-Sukabumi, Jawa Barat menerus ke

timur memotong daerah Karangsambung-Kebumen, Jawa Tengah. Jalur paleosubduksi ini

selanjutnya menerus ke Laut Jawa hingga mencapai Meratus, Kalimantan Timur (Katili, 1973).

Penulis ini menarik  jalur paleosubduksi berdasarkan pada singkapan melange yang tersingkap di

Ciletuh (Sukabumi), Karangsambung (Kebumen), dan Meratus (Kalimantan Timur). Berdasarkan

penanggalan radioaktif yang dilakukan terhadap beberapa contoh batuan melange, diketahui umur

batuannya adalah Kapur.

19

Page 20: Menejemen Eksplorasi

Manajemen Eksplorasi : Eksplorasi Geothermal

Peristiwa subduksi Kapur diikuti oleh aktifitas magmatik yang menghasilkan endapan gunungapi

berumur Eosen. Di Jawa Barat, endapan gunungapi Eosen diwakili oleh Formasi Jatibarang dan

Formasi Cikotok. Formasi Jatibarang menempati bagian  utara Jawa dan pada saat ini sebarannya

berada di bawah permukaan, sedangkan Formasi Cikotok tersingkap di daerah Bayah dan

sekitarnya.

Jalur gunungapi (vulcanic arc) yang umurnya lebih muda dari dua formasi tersebut di atas adalah

Formasi Jampang. Formasi ini  berumur Miosen yang ditemukan di Jawa Barat bagian selatan. 

Dengan demikian dapat ditafsirkan telah terjadi pergeseran jalur subduksi dari utara ke arah selatan.

Untuk ketiga kalinya, jalur subduksi ini berubah lagi. Pada saat sekarang, posisi jalur subduksi

berada Samudra Hindia dengan arah relatif barat-timur. Kedudukan jalur subduksi ini menghasilkan

aktifitas magmatik berupa pemunculan sejumlah gunungapi aktif. Beberapa gunungapi aktif yang

berkaitan dengan aktifitas subduksi tersebut, antara lain G. Salak, G. Gede, G. Malabar, G.

Tanggubanperahu, dan G. Ciremai.

Walaupun posisi jalur subduksi berubah-ubah, namun jalur subduksinya relatif sama, yaitu berarah

barat-timur. Posisi tumbukan ini selanjutnya menghasilkan sistem tegasan (gaya) berarah utara-

selatan.

Aktifitas tumbukan lempeng di Jawa Barat, menghasilkan sistem tegasan (gaya) berarah utara-

selatan.

Bagian utara didominasi oleh struktur ekstensi, sedangkan struktur kompresi sedikit sekali. Sesar-

sesar yang terbentuk yaitu sesar-sesar berarah baratlaut-tenggara, utara dan timur laut membentuk

rift dan beberapa cekungan pengendapan yang dikenal sebagai Sub-cekungan Arjuna Utara, Sub-

cekungan Arjuna Tengah dan Sub-cekungan Arjuna Selatan, serta Sub-cekungan Jatibarang dan

sesar-sesar geser menganan berarah baratlaut-tenggara.

Fase rifting pada Eosen-Oligosen memiliki arah ekstensi utama berarah timurlaut-baratdaya hingga

barat-timur. Cekungan ini tidak terbentuk sebagai cekungan busur belakang, namun sebagai pull-

apart. Hamilton (1979) menyebutkan dua alasan yang dapat menjelaskan hal tersebut yaitu

pertama, arah ekstensi cekungan hampir tegak lurus dengan zona subduksi saat ini, dan kedua,

kerak benua yang tebal terlihat dalam pembentukan struktur rift cekungan tersebut.

20

Page 21: Menejemen Eksplorasi

Manajemen Eksplorasi : Eksplorasi Geothermal

Terdiri atas dua grup sedimen, yaitu syn rift sedimen yang didominasi oleh non marin/sedimen

darat dan post rift sedimen (sag) yang didominasi oleh sikuen endapan marin dan transisi.

Batuan dasar cekungan merupakan batuan dasar Pra-Tersier yang mewakili kerak benua Daratan

Sunda, terdiri atas batuan beku dan metamorf berumur Kapur atau lebih tua dan juga endapan

klastik dan gamping yang terbentuk pada awal Tersier.

Endapan syn rift diawali oleh pengendapan Formasi Jatibarang (di Cekungan Sunda diendapkan

Formasi Banuwati), dicirikan oleh perselingan volkanik-klastik dan sedimen lakustrin.

Endapan Post rift/sag basin fill (Miosen Awal-Plistosen) merupakan fase transgresif di daerah Laut

Jawa. Pada endapan Post-rift tersebut diendapkan secara selaras setara batugamping Formasi

Baturaja. Pengendapan selanjutnya berupa endapan laut dangkal Formasi Cibulakan Atas dan

Formasi Parigi. Pengendapan terakhir adalah Formasi Cisubuh yang  berada di bawah endapan

aluvial yang terjadi saat ini.

MANIFESTASI PANAS BUMI DAERAH KAMOJANG

1. Kawah Kamojang

Gambar 1. Kawah Kamojang

21

Page 22: Menejemen Eksplorasi

Manajemen Eksplorasi : Eksplorasi Geothermal

2. Mata Air Panas (Hot Spring)

Gambar 4. Lumpur Panas sebagai manifestasi geothermal

3. Mud Pool

Gambar 3. Lumpur Panas sebagai manifestasi geothermal

22

Page 23: Menejemen Eksplorasi

Manajemen Eksplorasi : Eksplorasi Geothermal

Mud pool merupakan kolam lumpur yang kenampakannya sedikit mengandung uap dan gas

CO2 tidak terkondensasi umumnya fluida berasal dari kondensasi uap. Perubahan cairan lumpur uap

menyebabkan gas CO2 keluar.

4. Fumarol

Gambar 4. Fumarol di sekitar puncak Kamojang

Fumarol ialah uap panas (vapour) yang keluar melalui celah-celah batuan dan kemudian

berubah menjadi uap air (steam), yang umumnya mengandung gas SO2 yang relative tinggi serta

gas CO2.

5. Geyser

23

Page 24: Menejemen Eksplorasi

Manajemen Eksplorasi : Eksplorasi Geothermal

Gambar 5. Kawah Kamojang dengan semburan Geyser keudara setinggi 20 meter

Kegiatan Eksplorasi Panas Bumi

Kegiatan eksplorasi dan pengembangan lapangan panas bumi yang dilakukan dalam usaha

mencari sumberdaya panas bumi, membuktikan adanya sumberdaya serta memproduksikan dan

memanfaatkan fluidanya dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :

1. Eksplorasi pendahuluan atau Reconnaisance survei

2. Eksplorasi lanjut atau rinci (Pre-feasibility study)

3. Pemboran Eksplorasi

4. Studi kelayakan (Feasibility study)

5. Perencanaan

6. Pengembangan dan pembangunan

7. Produksi

8. Perluasan

I. EKSPLORASI PENDAHULUAN (RECONNAISANCE SURVEY)

24

Page 25: Menejemen Eksplorasi

Manajemen Eksplorasi : Eksplorasi Geothermal

Eksplorasi pendahuluan atau Reconnaisance survey dilakukan untuk mencari daerah prospek

panas bumi, yaitu daerah yang menunjukkan tanda-tanda adanya sumberdaya panas bumi dilihat

dari kenampakan dipermukaan, serta untuk mendapatkan gambaran mengenai geologi regional di

daerah tersebut.

Secara garis besar pekerjaan yang dihasilkan pada tahap ini terdiri dari :

1. Studi Literatur

2. Survei Lapangan

3. Analisa Data

4. Menentukan Daerah Prospek

5. Spekulasi Besar Potensi Listrik

6. Menentukan Jenis Survei yang Akan Dilakukan Selanjutnya

I. EKSPLORASI LANJUT ATAU RINCI (PRE-FEASIBILITY STUDY)

Tahap kedua dari kegiatan eksplorasi adalah tahap ‘pre-feasibility study’ atau tahap survey

lanjut. Survei yang dilakukan terdiri dari survei geologi, geokimia dan geofisika. Tujuan dari survei

tersebut adalah :

Mendapatkan informasi yang lebih baik mengenai kondisi geologi permukaan dan bawah

permukaan

Mengidentifikasi daerah yang “diduga” mengandung sumberdaya panasbumi.

Dari hasil eksplorasi rinci dapat diketahui dengan lebih baik mengenai penyebaran batuan,

struktur geologi, daerah alterasi hydrothermal, geometri cadangan panas bumi, hidrologi, system

panasbumi, temperatur reservoir, potensi sumberdaya serta potensi listriknya.

Untuk mencapai tujuan tersebut diatas, survei umumnya dilakukan di tempat-tempat yang

diusulkan dari hasil survei pendahuluan. Luas daerah yang akan disurvei tergantung dari keadaan

geologi morfologi, tetapi umumnya daerah yang disurvei adalah sekitar 500-1000 km2, namun ada

juga yang hanya seluas 10-100 km2.

25

Page 26: Menejemen Eksplorasi

Manajemen Eksplorasi : Eksplorasi Geothermal

Waktu yang diperlukan sangat tergantung pada luas daerah yang diselidiki, jenis-jenis

pengujian yang dilakukan serta jumlah orang yang terlibat. Bila sumberdaya siperkirakan

mempunyai temperature tinggi dan mempunyai potensi untuk pembangkit listrik biasanya luas

daerah yang diselidiki cukup luas, sehingga untuk menyelesaikan tahap pre-feasibility study (survei

lapangan, interpretasi dan analisis data, pembuatan model hingga pembuatan laporan) diperlukan

waktu sekitar ± satu tahun.

Ada dua pendapat mengenai luas daerah yang diselidiki dan waktu yang diperlukan untuk

eksplorasi rinci di daerah yang sumberdayanya diperkirakan mempunyai termperatur sedang.

Sekelompok orang berpendapat bahwa apabila sumberdaya mempunyai temperatur sedang, maka

dengan pertimbangan ekonomi luas daerah yang diselidiki bisa lebih kecil dan didaerah tersebut

cukup hanya dilakukan satu jenis survey geofisika saja. Dengan demikian waktu yang diperlukan

untuk menyelesaikan tahap pre-feasibility study menjadi lebih pendek, yaitu hanya beberapa bulan

saja. Sementara kelompok lain berpendapat bahwa untuk daerah panasbumi dengan tingkatan

prospek lebih rendah (sedang) dan akan dikembangkan justru memerlukan survey yang lebih

lengkap dan lebih teliti untuk menghindarkan terlalu banyaknya kegagalan pemboran.

1. Survei Geologi Lanjut/Rinci

Survei geologi umumnya yang pertama dilakukan untuk memahami struktur geologi dan

stratigrafi maka survei geologi rinci harus dilakukan di daerah yang cukup luas.

Lama waktu penyelidikan tergantung pada luas daerah yang diselidiki serta jumlah orang yang

terlibat dalam penyelidikan, tetpi hingga penulisan laporan biasanya diperlukan sekitar 3-6

bulan.

Survei geologi ini bertujuan untuk mengetahui penyebaran batuan secara mendatar maupun

secara vertikal, struktur geologi, tektonik dan sejarah geologi dalam kaitannya dengan

terbentuknya suatu sistem panas bumi termasuk memperkirakan luas daerah prospek dan

sumber panasnya.

1. Survei Geokimia Lanjut

26

Page 27: Menejemen Eksplorasi

Manajemen Eksplorasi : Eksplorasi Geothermal

Pekerjaan yang dilakukan pada suatu survei geokimia lanjut pada dasarnya hamper sama

dengan pada tahap survei pendahuluan, tetapi pada tahap ini sampel harus diambil dari semua

manifestasi permukaan yang ada di daerah tersebut dan di daerah sekitarnya untuk dianalisis di

tampat pengambilan sampel dan atau di laboratorium. Analisis geokimia tidak hanya dilakukan

pada fluida tau gas dari manifestasi panas permukaan, tetapi juga pada daerah lainnya untuk

melihat kandungan gas dan unsure-unsur tertentu yang terkadanga dalam tanah yang terbentuk

karena aktivitas hydrothermal. Selain itu juga perlu dibuat manifestasi permukaan, yaitu peta

yang menunjukkan lokasi serta jenis semua manifestasi panas bumi di daerah tersebut.

Hasil analisis kimia fluida dan isotop air dan gas dari seluruh manifestasi panas permukaan dan

daerah lainnya berguna untuk memperkirakan sistem dan temperature reservoir, asal sumber

air, karakterisasi fluida dan sistem hidrologi di bawah permukaan.

Hasil analisis air dapat juga digunakan untuk memperkirakan problema-problema yang munkin

terjdadi (korosi dan scale) apabila fluida dari sumberdaya panas bumi tersebut dimanfaatkan

dikemudian hari.

1. Survei Geofisika

Survei geofisika dilakukan setelah survei geologi dan geokimia karena biayanya lebih mahal.

Dari sember geologi dan geokimia diusulkan daerah-daerah mana saja yang harus disurvei

geofisika. Survei geofisika dilakuakn untuk mengetahui sifat fisik batuan mulai dari permukaan

hingga kedalaman beberapa kilometer di bawah permukaan. Dengan mengetahui sifat fisik

batuan maka dapat diketahui daerah tempat terjadinya anomali yang dosebabkan oleh sistem

panas buminya dan lebih lanjut geometri prospek serta lokasi dan bentuk batuan sumber panas

dapat diperkirakan.

I. PEMBORAN EKSPLORASI

Apabila dari data geologi, data geokimia, dan data geofisika yang diperoleh dari hasil survey

rinci menunjukkan bahwa di daerah yang diselidiki terdapat sumberdaya panasbumi yang ekonomis

untuk dikembangkan, maka tahap selanjutnya adalah tahap pemboran sumur eksplorasi. Tujuan dari

pemboran sumur eksplorasi ini adalah membuktikan adanya sumberdaya panasbumi di daerah yang

27

Page 28: Menejemen Eksplorasi

Manajemen Eksplorasi : Eksplorasi Geothermal

diselidiki dan menguji model system panasbumi yang dibuat berdasarkan data-data hasil survei

rinci.

Jumlah sumur eksplorasi tergantung dari besarnya luas daerah yang diduga mengandung

energi panasbumi. Biasanya di dalam satu prospek dibor 3 – 5 sumur eksplorasi. Kedalaman sumur

tergantung dari kedalaman reservoir yang diperkirakan dari data hasil survei rinci, batasan

anggaran, dan teknologi yang ada, tetapi sumur eksplorasi umumnya dibor hingga kedalaman 1000

– 3000 meter.

Menurut Cataldi (1982), tingkat keberhasilan atau success ratio pemboran sumur panas bumi

lebih tinggi daripada pemboran minyak. Success ratio dari pemboran sumur panasbumi umumnya

50 – 70%. Ini berarti dari empat sumur eksplorasi yang dibor, ada 2 – 3 sumur yang menghasilkan.

Setelah pemboran selesai, yaitu setelah pemboran mencapai kedalaman yang diinginkan,

dilakukan pengujian sumur. Jenis – jenis pengujian sumur yang dilakukan di sumur panasbumi

adalah:

Uji hilang air (water loss test)

Uji permeabilitas total (gross permeability test)

Uji panas (heating measurement)

Uji produksi (discharge/ output test)

Uji transien (transient test)

Pengujian sumur geothermal dilakukan untuk mendapatkan informasi/ data yang lebih persis

mengenai :

1. Jenis dan sifat fluida produksi.

2. Kedalaman reservoir.

3. Jenis reservoir.

4. Temperatur reservoir.

5. Sifat batuan reservoir.

6. Laju alir massa fluida, entalpi, dan fraksi uap pada berbagai tekanan kepala sumur.

7. Kapasitas produksi sumur (dalam MW).

28

Page 29: Menejemen Eksplorasi

Manajemen Eksplorasi : Eksplorasi Geothermal

Berdasarkan hasil pemboran dan pengujian sumur harus diambil keputusan apakah perlu

dibor beberapa sumur eksplorasi lain, ataukah sumur eksplorasi yang ada telah cukup untuk

memberikan informasi mengenai potensi sumber daya. Apabila beberapa sumur eksplorasi

mempunyai potensi cukup besar maka perlu dipelajari apakah lapangan tersebut menarik untuk

dikembangkan atau tidak.

I. STUDI KELAYAKAN (FEASIBILITY STUDY)

Studi kelayakan perlu dilakukan apabila ada beberapa sumur eksplorasi menghasilkan fluida

panas bumi. Tujuan dari studi ini adalah untuk menilai apakah sumber daya panas bumi yang

terdapat di daerah tersebut secara teknis dan ekonomis menarik untuk diproduksikan. Pada tahap ini

kegiatan yang dilakukan adalah :

Mengevaluasi data geologi, geokimia, geofisika, dan data sumur.

Memperbaiki model sistem panas bumi.

Menghitung besarnya sumber daya dan cadangan panas bumi (recoverable reserve) serta

ppotensi listrik yang dapat dihasilkannya.

Mengevaluasi potensi sumur serta memprekirakan kinerjanya.

Menganalisa sifat fluida panas bumi dan kandungan non condensable gas serta

memperkirakan sifat korosifitas air dan kemungkinan pembentukan scale.

Mempelajari apakah ada permintaan energy listrik, untuk apa dan berapa banyak.

Mengusukan alternative pengembangan dan kapasitas instalasi pembangkit listrik.

Melakukan analisa keekonomian untuk semua alternative yang diusulkan.

I. PERENCANAAN

Apabila dari hasil studi kelayakan disimpulkan bahwa daerah panas bumi tersebut menarik

untuk dikembangkan, baik ditinjau dari aspek teknis maupun ekonomis, maka tahap selanjutnya

adalah membuat perencanaan secara detail.

Rencana pengembangan lapangan dan pembangkit listrik mencangkup usulan secara rinci

mengenai fasilitas kepala sumur, fasilitas produksi dan injeksi di permukaan, sistem pipa alir

dipermukaan, fasilitas pusat pembangkit listrik. Pada tahap ini gambar teknik perlu dibuat secara

29

Page 30: Menejemen Eksplorasi

Manajemen Eksplorasi : Eksplorasi Geothermal

rinci, mencangkup ukuran pipa alir uap, pipa alir dua fasa, penempatan valve, perangkat pembuang

kondensat dan lain-lain.

I. PEMBORAN SUMUR PRODUKSI, INJEKSI DAN PEMBANGUNAN PUSAT LISTRIK

TENAGA PANAS BUMI

Untuk menjamin tersedia uap sebanyak yang dibutuhkan oleh pembangkit listrik yang

dibutuhkan oleh pembangkit listrik diperlukan sejumlah sumur produksi. Selain itu juga diperlukan

sumur untuk menginjeksikan kembali air limbah. Pemboran sumur dapat dilakukan secara

bersamaan dengan tahap perencanaan pembangunan PLTP.

I. PRODUKSI UAP, PRODUKSI LISTRIK DAN PERAWATAN

Pada tahap ini PLTP telah beroperasi sehingga kegiatan utama adalah menjaga kelangsungan:

1. Produksi uap dari sumur-sumur produksi.2. Produksi listrik dari PLTP.

3. Distribusi listrik ke konsumen.

I. CONTOH KEGIATAN EKSPLORASI DAN PENGEMBANGAN LAPANGAN

PANASBUMI

1. Lapangan Panas Bumi Kamojang

Kamojang merupakan nama lain dari Kampung Pangkalan. Pangkalan

dapat diartikan sebuah tempat untuk berkumpul. Menurut cerita yang berkembang

di masyarakat setempat, Kamojang berasal dari kata mojang cantik. Konon

katanya, di kawasan ini pernah hidup seorang perempuan yang cantiknya begitu

tersohor di tatar Sunda. Secara geografis wilayah PLTP Kamojang terletak di

kawasan Taman Wisata Alam (TWA) Kawah Kamojang, berada pada koordinat

07000’12’’–07006’57’’ Lintang Selatan (LS) dan 107031’35’’–107053’50’’ Bujur

Timur (BT), luas kawasan Kamojang adalah 15,5363 km2. Secara administrasi

pemerintahan, kawasan konservasi TWA Kawah Kamojang terletak dalam dua

wilayah, yaitu Desa Laksana, Kecamatan Ibun (Kabupaten Bandung) dan Desa

Randukurung, Kecamatan Samarang (Kabupaten Garut).

30