menejemen obat dan alkes
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembangunan bidang kesehatan pada dasarnya ditujukan untuk
meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi
setiap orang untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal.1
Kebijakan Pemerintah terhadap peningkatan akses obat
diselenggarakan melalui beberapa strata kebijakan yaitu Undang-Undang
No. 36 tentang Kesehatan, Peraturan Pemerintah No . 51 tentang
Pekerjaan Kefarmasian, Indonesia Sehat 2015, Sistem Kesehatan Nasional
(SKN) dan Kebijakan Obat Nasional (KONAS). SKN 2009 memberikan
landasan, arah dan pedoman penyelenggaraan pembangunan kesehatan
bagi seluruh penyelenggara kesehatan, baik Pemerintah Pusat, Provinsi
dan Kabupaten/Kota, maupun masyarakat dan dunia usaha, serta pihak lain
yang terkait. Salah satu subsistem SKN 2009 adalah Obat dan Perbekalan
Kesehatan. Dalam subsistem tersebut penekanan diberikan pada
ketersediaan obat, pemerataan termasuk keterjangkauan dan jaminan
keamanan, khasiat dan mutu obat.1
Kebijakan Obat Nasional (KONAS) bertujuan untuk menjamin
ketersediaan obat baik dari segi jumlah dan jenis yang mencukupi, juga
pemeratan, pendistribusian dan penyerahan obat-obatan harus sesuai
dengan kebutuhan masing-masing Puskesmas.2
Manajemen obat di Puskesmas merupakan salah satu aspek penting
dari Puskesmas karena ketidak efisienan akan memberikan dampak negatif
terhadap biaya operasional Puskesmas, karena bahan logistik obat
merupakan salah satu tempat kebocoran anggaran, sedangkan ketersediaan
obat setiap saat menjadi tuntutan pelayanan kesehatan maka pengelolaan
yang efesien sangat menentukan keberhasilan manajemen Rumah Sakit
secara keseluruhan. Tujuan manajemen obat adalah tersedianya obat setiap
saat dibutuhkan baik mengenai jenis, jumlah maupun kualitas secara
efesien, dengan demikian manajemen obat dapat dipakai sebagai sebagai
1
proses penggerakan dan pemberdayaan semua sumber daya yang
dimiliki/potensial yang untuk dimanfaatkan dalam rangka mewujudkan
ketersediaan obat setiap saat dibutuhkan untuk operasional efektif dan
efesien.2
1.2 Tujuan
Untuk mengetahui manajemen serta meningkatkan pelayanan
ketersediaan obat-obatan dan alat kesehatan di Puskesmas Mojoagung.
1.3 Manfaat
1.3.1 Bagi Dokter Muda
Memperluas wawasan tentang manajemen obat dan manajemen
pelayanan alat kesehatan di Puskesmas Mojoagung, Kecamatan
Mojoagung, Kabupaten Jombang.
1.3.2 Bagi Puskesmas Mojoagung, Kecamatan Mojoagung, Kabupaten
Jombang
Sebagai masukan untuk mewujudkan pelayanan kesehatan yang
lebih baik khususnya di bidang pelayanan obat dan alat kesehatan di
Puskesmas Mojoagung, Kecamatan Mojoagung, Kabupaten Jombang.
2
BAB II
MANAJEMEN OBAT DAN ALAT KESEHATAN
2.1 Tinjauan Pustaka
2.1.1 Tinjauan Umum Tentang Obat
Obat merupakan komponen yang esensial dari suatu pelayanan
kesehatan. Oleh karena itu diperlukan pengelolaan yang baik dan benar
serta efektif dan efisien secara berkesinambungan. Pengelolaan obat publik
dan perbekalan kesehatan meliputi kegiatan perencanaan dan permintaan,
penerimaan, penyimpanan dan distribusi, pencatatan dan pelaporan, serta
supervisi dan evaluasi pengelolaan obat. Obat dan perbekalan kesehatan
hendaknya dikelola secara optimal untuk menjamin tercapainya tepat
jumlah, tepat jenis, tepat penyimpanan, tepat waktu pendistribusian, tepat
penggunaan dan tepat mutunya di tiap unit pelayanan kesehatan.1
2.1.2 Tinjauan Umum Tentang Manajemen
Terry dalam Seto (2004), mengemukakan bahwa manajemen
adalah suatu proses kegiatan yang terdiri dari perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan dengan memadukan
penggunaan ilmu dan seni untuk mencapai tujuan organisasi. Konsep ini
dikenal dengan POAC yaitu Planning (Perencanaan), Organizing
(Pengorganisasian), Actuating (Pengarahan) dan Controling
(Pengendalian).2
Agar tujuan yang ditetapkan terlebih dahulu dapat tercapai, maka
manajemen memerlukan unsur atau sarana atau “ the tool of management”
meliputi unsur 5 M yaitu:
a. Man (Manusia)
b. Money (Uang)
c. Methods (Metode)
d. Materials (Bahan)
e. Machine (Mesin)
Untuk dapat terselenggaranya manajemen yang baik, unsur-unsur
tersebut diproses melalui fungsi-fungsi manajemen. Prinsip manajemen
3
tersebut merupakan pegangan umum untuk terselenggaranya fungsi-fungsi
logistik dengan baik.2
2.1.3 Tinjauan Umum Tentang Manajemen Logistik Obat-obatan di
Puskesmas
Logistik adalah suatu ilmu mengenai pengadaan, pemeliharaan dan
penyediaan transportasi termasuk pelayanan persediaan dalam jumlah
yang sangat besar kepada banyak orang di tempat-tempat yang jaraknya
berjauhan. Dalam suplai mencakup semua aspek produsen, penyalur ke
apotek, toko obat dan sampai pada penggunaan obat dalam hal ini adalah
pasien bersangkutan.2
2.1.4 Tinjauan Umum Tentang Pengelolaan Obat
Pengembangan kesehatan masyarakat yang dilakukan melalui
Puskesmas didasarkan pada misi didirikannya Puskesmas sebagai pusat
pengembangan kesehatan (Centre For Health Development ) di wilayah
kerja tertentu. Puskesmas merupakan organisasi pelayanan kesehatan
secara menyeluruh dan terpadu untuk masyarakat yang tinggal di suatu
wilayah tertentu.2
Salah satu upaya yang dilaksanakan Puskesmas adalah pengadaan
peralatan dan obat-obatan yang disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat.
Mengingat pengobatan merupakan salah satu kegiatan Puskesmas maka
penyediaan perlu dengan pengelolaan yang baik dan benar dari
Puskesmas. Pengelolaan obat merupakan suatu rangkaian kegiatan yang
menyangkut aspek perencanaan, pengadaan, pendistribusian dan
penggunaan obat yang dikelola secara optimal untuk menjamin
tercapainya ketepatan jumlah dan jenis perbekalan farmasi dan alat
kesehatan, dengan memanfaatkan sumber-sumber yang tersedia seperti
tenaga, dana, sarana dan perangkat lunak (Metoda dan tata laksana) dalam
upaya mencapai tujuan yang ditetapkan diberbagai tingkat unit kerja.2
4
Upaya pemerintah dalam rangka meningkatkan ketersediaan obat
dan kualitas pelayanan obat di Puskesmas dan sub unit pelayanan
kesehatan dilingkungan Puskesmas adalah melaksanakan berbagai aspek
pengelolaan obat antara lain dalam sistem manajemen informasi obat,
dimana salah satu unsur penting yang ikut menentukan kebersihan seluruh
rangkaian pencatatan dan pelaporan pemakaian obat.2
Pengelolaan merupakan suatu proses yang dimaksudkan untuk
mencapai tujuan tertentu yang dilakukan secara efektif dan efisien. Proses
pengelolaan dapat terjadi dengan baik bila dilaksanakan dengan dukungan
kemampuan menggunakan sumber daya yang tersedia dalam system.2
Pengelolaan obat bertujuan memelihara dan meningkatkan
penggunaan obat secara rasonal dan ekonomis di unit-unit pelayanan
kesehatan melalui penyediaan obat-obatan yang tepat jenis, tepat jumlah,
tepat waktu dan tempat. Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat
(LPLPO) merupakan salah satu contoh pengelolaan obat yang bermanfaat
untuk mengendalikan tingkatan stok, perencanaan distribusi, perencanaan
kebutuhan obat dan memantau penggunaan obat.2
Terlaksananya pengelolaan obat dengan efektif dan efisien perlu
ditunjang dengan sistem informasi manajemen obat untuk menggalang
keterpaduan pelaksanaan kegiatan-kegiatan pengelolaan obat. Dengan
adanya sistem ini pelaksanaan salah satu kegiatan pengelolaan obat dapat
dengan mudah diselaraskan dengan yang lain. Selain itu, berbagai kendala
yang menimbulkan kegagalan atau keterlambatan salah satu kegiatan
dengan cepat dapat diketahui, sehingga segera dapat ditempuh berbagai
tindakan operasional yang diperlikan untuk mengatasinya.2
Pengelolaan obat di Puskesmas bertujuan untuk :
a. Terlaksananya peresepan yang rasional.
b. Pengembangan dan peningkatan pelayanan obat yang dapat menjamin:
1). Penyerahan obat yang benar kepada pasien.
2). Dosis dan jumlah yang tepat.
3). Wadah obat yang baik yang dapat menjamin mutu obat.
4). Informasi yang jelas dan benar kepada pasien.
5
Proses pengelolaan obat merupakan suatu rangkaian kegiatan yang
menyangkut lima fungsi pokok yaitu perencanaan obat, pengadaan,
pendistribusian, penggunaan, pencatatan dan pelaporan lain
c. Meningkatkan efisiensi penggunaan obat.2
2.1.5 Tinjauan tentang perencanaan obat
Perencanaan merupakan suatu proses kegiatan seleksi obat dan
perbekalan kesehatan untuk menentukan jenis dan jumlah obat dalam
rangka pemenuhan kebutuhan obat di Puskesmas. Perencanaan kebutuhan
obat untuk Puskesmas setiap periode dilaksanakan oleh Pengelola
Obat dan Perbekalan Kesehatan di Puskesmas. Dalam proses
perencanaan kebutuhan obat per tahun, Puskesmas diminta
menyediakan data pemakaian obat dengan mengunakan LPLPO.
Selanjutnya Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota yang akan melakukan
kompilasi dan analisa terhadap kebutuhan obat Puskesmas diwilayah
kerjanya. Ketepatan dan kebenaran data di Puskesmas akan
berpengaruh terhadap ketersediaan obat dan perbekalan kesehatan
secara keseluruhan di Kabupaten/Kota. Tujuan perencanaan obat adalah
untuk :
a. Mendapatkan perkiraan jenis dan jumlah obat dan perbekalan
kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan.
b. Meningkatkan efisiensi penggunaan obat.
c. Meningkatkan penggunaan obat secara rasional.1
2.1.6 Tinjauan Umum Tentang Permintaan Obat
Sumber penyediaan obat di Puskemas berasal dari Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota. Obat yang diperkenankan untuk disediakan di
Puskesmas adalah obat esensial yang jenis dan itemnya telah ditetapkan
oleh Menteri Kesehatan dengan merujuk pada Daftar Obat Esensial
Nasional. Selain itu, sesuai dengan kesepakatan global maupun
Keputusan Menteri Ke sehatan No. 085 tahun 1989 tentang
Kewajiban Menuliskan Resep dan atau Menggunakan Obat Generik di
Pelayanan Kesehatan Milik Pemerintah dan Permenkes RI No.
6
HK.02.02/MENKES/068/I/2010 tentang Kewajban Menggunakan Obat
Generik di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Pemerintah, maka hanya obat
generik saja yang diperkenankan tersedia di Puskesmas. Adapun
beberapa dasar pertimbangan dari Kepmenkes tersebut adalah :
a. Obat generik sudah menjadi kesepakatan global untuk digunakan
di seluruh dunia bagi pelayanan kesehatan publik.
b. Obat generik mempunyai mutu dan efikasi yang memenuhi
standar pengobatan.
c. Meningkatkan cakupan dan kesinambungan pelayanan kesehatan
publik.
d. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi alokasi dana obat di
pelayanan kesehatan publik.
Permintaan obat untuk mendukung pelayanan obat di masing-
masing Puskesmas diajukan oleh Kepala Puskesmas kepada Kepala
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan menggunakan format
LPLPO, sedangkan permintaan dari sub unit ke kepala Puskesmas
dilakukan secara periodik menggunakan LPLPO sub unit. Berdasarkan
pertimbangan efisiensi dan ketepatan waktu penyerahan obat kepada
Puskesmas, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dapat menyusun
petunjuk lebih lanjut mengenai alur permintaan danpenyerahan obat
secara langsung dari Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota ke Puskesmas.
Tujuan permintaan adalah untuk memenuhi kebutuhan obat di masing-
masing unit pelayanan kesehatan sesuai dengan pola penyakit yang ada di
wilayah kerjanya. Kegiatan:
a. Menentukan jenis permintaan obat
1) Permintaan Rutin.
Dilakukan sesuai dengan jadwal yang disusun oleh Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota untuk masing-masing Puskesmas.
2) Permintaan Khusus.
Dilakukan di luar jadwal distribusi rutin apabila :
¾ Kebutuhan meningkat.
¾ Terjadi kekosongan.
7
¾ Ada Kejadian Luar Biasa (KLB / Bencana).
b. Menentukan jumlah permintaan obat
Data yang diperlukan antara lain :
1) Data pemakaian obat periode sebelumnya.
2) Jumlah kunjungan resep.
3) Jadwal distribusi obat dari Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota.
4) Sisa Stok.
2.1.7 Tinjauan Umum Tentang Penyimpanan Obat
Penyimpanan adalah suatu kegiatan pengamanan terhadap
obat-obatan yang diterima agar aman (Tidak hilang), terhindar dari
kerusakan fisik maupun kimia dan mutunya tetap terjamin. Penyimpanan
bertujuan agar obat yang tersedia di Unit pelayanan kesehatan terjamin
mutu dan keamanannya. Kegiatan penyimpanan obat meliputi :
1) Persyaratan gudang
a) Luas minimal 3 x 4 m2 dan atau disesuaikan dengan jumlah obat
yang disimpan.
b) Ruangan kering dan tidak lembab.
c) Memiliki ventilasi yang cukup.
d) Memiliki cahaya yang cukup, namun jendela harus mempunyai
pelindung untuk menghindarkan adanya cahaya langsung dan
berteralis.
e) Lantai dibuat dari semen/tegel/keramik/papan (bahan lain) yang
tidak memungkinkan bertumpuknya debu dan kotoran lain.
Harus diberi alas papan (palet).
f) Dinding dibuat licin dan dicat warna cerah.
g) Hindari pembuatan sudut lantai dan dinding yang tajam.
h) Gudang digunakan khusus untuk penyimpanan obat.
i) Mempunyai pintu yang dilengkapi kunci ganda.
j) Tersedia lemari/laci khusus untuk narkotika dan psikotropika
yang selalu terkunci dan terjamin keamanannya.
k) Harus ada pengukur suhu dan higrometer ruangan.
8
2) Pengaturan penyimpanan obat meliputi :
a) Obat di susun secara alfabetis untuk setiap bentuk sediaan.
b) Obat dirotasi dengan sistem FEFO dan FIFO.
c) Obat disimpan pada rak.
d) Obat yang disimpan pada lantai harus di letakan diatas palet.
e) Tumpukan dus sebaiknya harus sesuai dengan petunjuk.
f) Sediaan obat cairan dipisahkan dari sediaan padatan.
g) Sera, vaksin dan supositoria disimpan dalam lemari pendingin.
h) Lisol dan desinfektan diletakkan terpisah dari obat lainnya.
Untuk menjaga mutu obat perlu diperhatikan kondisi penyimpanan
sebagai berikut :
a) Kelembaban
Udara lembab dapat mempengaruhi obat-obatan sehingga
mempercepat kerusakan. Untuk menghindari udara lembab
tersebut maka perlu dilakukan upaya-upaya berikut : ventilasi
harus baik, jendela dibuka, simpan obat ditempat yang kering,
wadah harus selalu tertutup rapat, jangan dibiarkan terbuka,
biarkan pengering (silica gel) tetap dalam wadah tablet dan kapsul,
kalau ada atap yang bocor harus segera diperbaiki.
b) Sinar Matahari
Sebagian besar cairan, larutan dan injeksi cepat rusak karena
pengaruh sinar matahari. Sebagai contoh, Injeksi Klorpromazin
yang terkena sinar matahari akan berubah warna menjadi kuning
terang sebelum tanggal kadaluwarsa. Cara mencegah kerusakan
karena sinar matahari antara lain: kendela-jendela diberi gorden,
kaca jendela dicat putih.
c) Temperatur/Panas
Obat seperti salep, krim dan supositoria sangat sensitif
terhadap pengaruh panas, dapat meleleh. Oleh karena itu
hindarkan obat dari udara panas. Sebagai contoh, Salep
Oksitetrasiklin akan lumer bila suhu penyimpanan tinggi dan
akan mempengaruhi kualitas salep tersebut. Ruangan obat harus
9
sejuk, beberapa jenis obat harus disimpan di dalam lemari
pendingin pada suhu 4 – 8 C, seperti:
• Vaksin
• Sera dan produk darah
• Antitoksin
• Insulin
• Injeksi antibiotika yang sudah dipakai (sisa)
• Injeksi oksitosin
• Injeksi Metil Ergometrin
• Bangunan harus memiliki ventilasi/sirkulasi udara yang
memadai.
• Hindari atap gedung dari bahan metal.
• Jika memungkinkan dipasang Exhaust Fan atau AC.
d) Kerusakan Fisik
Untuk menghindari kerusakan fisik dapat dilakukan antara lain:
penumpukan dus obat harus sesuai dengan petunjuk pada
karton, jika tidak tertulis pada karton maka maksimal
ketinggian tumpukan delapan dus, karena obat yang ada di dalam
dus bagian tengah ke bawah dapat pecah dan rusak, selain itu akan
menyulitkan pengambilan obat, hindari kontak dengan benda -
benda yang tajam
e) Kontaminasi
Wadah obat harus selalu tertutup rapat. Apabila wadah terbuka,
maka obat mudah tercemar oleh bakteri atau jamur.
f) Pengotoran
Ruangan yang kotor dapat mengundang tikus dan serangga lain
yang kemudian merusak obat. Etiket dapat menjadi kotor dan
sulit terbaca. Oleh karena itu bersihkan ruangan setiap hari. Lantai
disapu dan dipel, dinding dan rak dibersihkan.
3) Tata Cara Penyusunan Obat
a) Penerapan sistem FEFO dan FIFO
10
Penyusunan dilakukan dengan sistem First Expired First
Out (FEFO) untuk masing-masing obat, artinya obat yang lebih
awal kadaluwarsa harus dikeluarkan lebih dahulu dari obat yang
kadaluwarsa kemudian, dan First In First Out (FIFO) untuk
masing-masing obat, artinya obat yang datang pertama kali
harus dikeluarkan lebih dahulu dari obat yang datang kemudian.
Hal ini sangat penting karena obat yang sudah terlalu lama
biasanya kekuatannya atau potensinya berkurang. Beberapa
obat seperti antibiotik mempunyai batas waktu pemakaian
artinya batas waktu dimana obat mulai berkurang efektivitasnya.
b) Pemindahan harus hati-hati supaya obat tidak pecah/rusak.
c) Golongan antibiotik harus disimpan dalam wadah tertutup
rapat, terhindar dari cahaya matahari, disimpan di tempat kering.
d) Vaksin dan serum harus dalam wadah yang tertutup rapat,
terlindung dari cahaya dan disimpan dalam lemari pendingin
(Suhu 4 – 8 oC). Kartu temperatur yang ada harus selalu diisi
setiap pagi dan sore.
e) Obat injeksi disimpan dalam tempat yang terhindar dari cahaya
matahari langsung.
f) Bentuk dragee (Tablet salut) disimpan dalam wadah tertutup
rapat dan pengambilannya menggunakan sendok.
g) Untuk obat dengan waktu kadaluwarsa yang sudah dekat
supaya diberi tanda khusus, misalnya dengan menuliskan waktu
kadaluarsa pada dus luar dengan mengunakan spidol.
h) Penyimpanan obat dengan kondisi khusus, seperti lemari
tertutup rapat, lemari pendingin, kotak kedap udara dan lain
sebagainya.
i) Cairan diletakkan di rak bagian bawah.
j) Kondisi penyimpanan beberapa obat.
¾ Beri tanda/kode pada wadah obat.
¾ Beri tanda semua wadah obat dengan jelas.
11
¾ Apabila ditemukan obat dengan wadah tanpa etiket, jangan
digunakan.
¾ Apabila obat disimpan di dalam dus besar maka pada dus
harus tercantum :
Jumlah isi dus, misalnya : 20 kaleng @ 500 tablet, kode lokasi,
tanggal diterima, tanggal kadaluwarsa, nama produk/obat, beri
tanda khusus untuk obat yang akan habis masa pakainya pada tahun
tersebut. Jangan menyimpan vaksin lebih dari satu bulan di unit
pelayanan kesehatan (Puskesmas).
2.1.8 Tinjauan Umum Tentang Distribusi Obat
Distribusi/penyaluran adalah kegiatan pengeluaran dan penyerahan
obat secara merata dan teratur untuk memenuhi kebutuhan sub-sub unit
pelayanan kesehatan antara lain :
1) Sub unit pelayanan kesehatan di lingkungan Puskesmas.
2) Puskesmas Pembantu.
3) Puskesmas Keliling.
4) Posyandu.
5) Polindes.
Dalam menentukan frekuensi distribusi perlu dipertimbangkan :
a) Jarak sub unit pelayanan.
b) Biaya distribusi yang tersedia.
Dalam menentukan jumlah obat perlu dipertimbangkan :
a) Pemakaian rata-rata per periode untuk setiap jenis obat.
b) Sisa stok.
c) Pola penyakit.
d) Jumlah kunjungan di masing-masing sub unit pelayanan kesehatan.
Penyerahan obat dapat dilakukan dengan cara :
a) Puskesmas menyerahkan/mengirimkan obat dan diterima di sub unit
pelayanan.
b) Obat diambil sendiri oleh sub-sub unit pelayanan. Obat diserahkan
bersama-sama dengan formulir LPLPO sub unit yang ditandatangani
12
oleh penanggung jawab sub unit pelayanan puskesmas dan kepala
puskesmas sebagai penanggung jawab pemberi obat dan lembar
pertama disimpan sebagai tanda bukti penerimaan obat.1
2.1.9 Tinjauan Umum Tentang Penggunaan Obat
Penggunaan obat-obatan yang tidak rasional menyebabkan dampak
negatif yang diterima oleh pasien lebih besar daripada manfaatnya. Bisa
dampaknya berupa klinik misalnya efek samping, resistensi-resistensi
kuman, dampak ekonomis (Biaya mahal tidak terjangkau) dan dampak
social (Ketergantungan pasien terhadap intervensi obat). Mengabaikan
faktor-faktor yang dapat mempengaruhi penggunaan obat dapat memberi
dampak terhadap mutu pelayanan kesehatan (Pengobatan) dan terhadap
pemakaian sumber dana kesehatan serta meningkatkan resiko efek
samping obat.2
Menurut Badan Kesehatan Sedunia (WHO), Penggunaan obat
dilakukan rasional apabila memenuhi kriteria :
a. Sesuai dengan indikasi penyakit
b. Tersedia setiap saat dengan harga yang terjangkau
c. Diberikan dengan interval waktu pemberian yang tepat
d. Obat yang diberikan harus efektif dengan mutu terjamin dan aman.
Pemakaian obat dikatakan rasional jika memenuhi beberapa
persyaratan tertentu yang secara garis besarnya harus mencakup hal-hal
ketepatan diagnosis, ketepatan indikasi penggunaan obat, ketepatan
pemulihan obat, ketepatan dosis secara rasional, ketepatan penilaian
terhadap pasien, ketepatan pemberian informasi dan ketepatan dalam
tindak lanjut peresepan yang rasional.
Penggunaan obat berkaitan dengan peresepan yang rasional dan
pelayanan obat, peresepan yang rasional apabila diagnosis yang
ditegakkan sesuai dengan kondisi pasien memilih obat yang paling tepat
dari berbagai alternatif obat yang ada dan merespon obat dengan dosis
yang cukup dan berpedoman pada standar yang berlaku atau ditetapkan.
13
Penggunaan obat yang salah dalam pelayanan kesehatan di
Puskesmas dapat mengakibatkan berkurangnya persediaan yang
menyebabkan beberapa pasien tidak dapat diobati sebagai mana mestinya.2
2.1.9 Tinjauan Umum Tentang Penghapusan Obat
Penghapusan adalah proses menghapus tanggung jawab bendahara
barang satau pengelola barang atas bahan tertentu sekaligus mengeluarkan
dari catatan/pembukuan sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Penghapusan barang diperlukan karena:
a. Bahan/barang rusak tidak dapat dipakai kembali
b. Bahan/barang tidak dapat didaur ulang atau tidak ekonomis untuk
didaur ulang
c. Bahan/barang sudah melewati masa kadaluarsa (Expire date )
d. Bahan/barang hilang karena pencurian atau sebab lain
Penghapusan barang dapat dilakukan dengan:
a. Pemusnahan yaitu dibakar atau dipendam/ditanam
b. Dijual/dilelang. Untuk rumah sakit pemerintah dan puskesmas, hasil
penjualan dan pelelangan harus disetor ke kas Negara
Setelah penghapusan dilaksanakan, maka dibuat Berita Acara
Penghapusan yang tembusannya dikirim keinstansi terkait.2
2.1.10 Tinjauan Umum Tentang Pengelola Obat
a. Pengelola obat di kabupaten/kota
Sesuai dengan keputusan Menteri Kesehatan No.
610/Menkes/SK/XI/1981 tentang Organisasi Perbekalan Kesehatan
yaitu bahwa organisasi yang bertanggung jawab dalam pengelolaan
obat di tingkat Kabupaten/Kota adalah Gudang Farmasi
Kabupaten/Kota. Tujuan pembentukan Gudang Farmasi adalah
terpeliharanya mutu obat dan alat kesehatan yang menunjang
pelaksanaan upaya kesehatan yang menyeluruh, terarah dan terpadu.2
Gudang farmasi memiliki tugas antara lain:
1). Perencanaan kebutuhan obat
14
2). Penerimaan
3). Peyimpanan
4). Pendistribusian perbekalan farmasi dan alat kesehatan.
Gudang farmasi memiliki fungsi sebagai berikut:
1). Menerima, menyimpan, memelihara dan mendistribusikan obat,
alat kesehatan dan perbekalan farmasi lainnya.
2). Menyiapkan penyusunan rencana pencatatan dan pelaporan
mengenai persediaan dan penggunaan obat, alat kesehatan dan
perbekalan farmasi lainnya.
3). Mengamati mutu dan khasiat obat secara umum baik yang ada
dalam persediaan maupun yang akan didistribusikan.2
b. Pengelola Obat di Puskesmas
Pengelola obat dalam manajemen persedian obat di Puskesmas
adalah Kepala Puskesmas, Petugas Gudang Obat dan Petugas Obat di
sub unit pelayanan adalah:
1). Kepala Puskesmas
Kepala Puskesmas bertanggung jawab atas pelaksanaan pengelolaan
obat dan pencatatan pelaporan, mengajukan obat untuk pengadaan
persediaan kepada Kepala Dinas/Kepala GFK, menyampaikan
laporan bulanan pemakaian obat, melaporkan semua obat yang
hilang, rusak maupun kadaluarsa kepada Kepala Dinas
Kesehatan/Kepala GFK.
2). Petugas Gudang Obat
Petugas gudang obat bertanggung jawab dalam menerima obat dari
GFK, menyimpan dan mengatur ruang gudang obat serta
mengendalikan persediaan obat, mendistribusikan obat untuk unit
pelayanan obat, mengawasi mutu obat, melakukan pencatatan dan
pelaporan.
Petugas gudang obat membantu Kepala Puskesmas dalam hal
menjaga keamanan obat, penyusunan persediaan, distribusi dan
pengawasan persediaan obat.
15
3). Petugas Obat di Sub Unit Pelayanan
Petugas obat pada sub unit pelayan bertanggung jawab dalam
menerima, menyimpan dan memelihara obat dari gudang obat
Puskesmas, menerima resep dokter, meracik/menyiapkan obat,
mengemas obat, menyerahkan obat dan memberikan informasi
penggunaan obat, membuat catatan dan laporan pemakaian obat
untuk petugas gudang obat serta mengamati mutu obat secara
umum.2
2.2 Struktur Organisasi Manajemen Obat dan Alat Kesehatan serta
pembagian tugas tiap-tiap bagian
Pada puskesmas Mojoagung, terdapat tim khusus yang menangani
manajemen obat dan alat kesehatan yaitu tim pengadaan, kepala gudang
obat, bendahara barang, dengan kepala puskesmas sebagai penanggung
jawab. Tim pengadaan merupakan tim dari Dinas Kesehatan yang
menyalurkan obat – obatan dan alat – alat kesehatan ke Puskesmas
Mojoagung. Sedangkan kepala gudang obat bertugas untuk mengelola
perencanaan, pengadaan, penyimpanan, pendistribusian, dan pemantauan
obat. Bendahara barang bertanggung jawab dalam pemeliharaan dan
perbaikan alat kesehatan. Bendahara barang di sini menerima alat
kesehatan yang telah diadakan oleh tim pengadaan dari Dinas Kesehatan.
Dalam hal ini struktur organisasi dan pembagian tugas untuk tim
obat dan alat kesehatan di puskesmas Mojoagung dipegang oleh 1 orang
yang menangani dan mengelola secara keseluruhan baik perencanaan,
pengadaan, penyimpanan, pendistribusian serta pemantauan obat,
sedangkan untuk manajemen alat kesehatan juga masih kurang terstruktur
dengan baik, karena dalam pelaksanaan tugas, manajemen alat kesehatan
tersebut dipegang oleh 1 orang yang menangani dan mengelola secara
keseluruhan baik perencanaan, pengadaan, penyimpanan, pendistribusian
serta pemantauan alat kesehatan. Struktur anggota kamar obat terdiri dari:
Kepala pengelola : Endang Susilowati, AA
Kepala gudang obat : R. Happy Yuliasari S.Apt
16
Karyawan : Bayu Suwarno Putra, AA
Badrotin S.kep
Lia, AA
Bagan 2.1 Struktur organisasi manajemen obat dan alat kesehatan
Pendistribusian obat adalah kegiatan pengeluaran dan penyerahan obat
secara merata dan teratur dari gudang obat di puskesmas untuk memenuhi
kebutuhan sub unit di lingkungan puskesmas maupun unit pelayanan kesehatan
lainnya. Tujuannya adalah untuk memenuhi kebutuhan sub unit di lingkungan
maupun sub unit pelayanan kesehatan lainnya yang ada di wilayah kerja
puskesmas dengan jenis, jumlah, dan waktu yang tepat. Berikut adalah alur
distribusi obat dan alat kesehatan di Puskesmas Mojoagung.
17
Kepala Puskesmas
Tim Pengadaan (Dinas Kesehatan)
Kepala Gudang Obat
Bendahara Barang
Bagan 2.2. Alur distribusi obat dan alat kesehatan di Puskesmas Mojoagung
Obat yang telah diterima dari DINKES (GFK) masuk ke gudang obat
puskesmas. Setelah diperiksa oleh kepala gudang obat lalu obat-obatan
didistribusikan ke kamar obat, unit – unit seperti UGD, serta pustu, posyandu dan
polindes. Stok obat yang berada di UGD digunakan untuk pemberian yang
bersifat segera misalkan pemberian obat emergensi, cairan infus, rawat luka dan
lain – lain. Setelah itu, pasien atau keluarga pasien diberi resep untuk mengganti
obat yang telah digunakan untuk ditebus ke kamar obat yang kemudian
diserahkan kembali ke unit tersebut. Apabila stok obat di unit – unit habis, maka
unit-unit tersebut berhak mengadakan permintaan obat ke gudang obat.
18
GFK
PUSKESMAS
GUDANG PUSKESMAS
PUSKESMAS
PEMBANTU
KAMAR OBAT
PERAWATAN
BP
KIA
LABORAT
POLI GIGI
PASIENPOLINDES
Sedangkan di poli, pasien hanya di beri resep yang di tebus ke kamar obat atau
apotek.
Untuk pustu, posyandu dan polindes obat – obat yang telah keluar direkap
untuk laporan pengeluaran obat. Bila stok obat habis, bagian tersebut berhak
mengadakan permintaan obat ke gudang obat.
Alat kesehatan yang telah diterima dari DINKES (Bendahara Barang)
masuk ke Bendahara Barang Puskesmas Mojoagung. Setelah diperiksa oleh
Bendahara Barang, lalu dicatat dalam pembukuan kemudian alat kesehatan
didistribusikan ke rawat inap, unit – unit seperti poli, UGD, KIA, laboratorium,
poned dan pustu, posyandu serta polindes. Setelah itu, pasien atau keluarga pasien
diberi resep untuk mengganti alat kesehatan yang telah digunakan untuk ditebus
ke kamar obat yang kemudian diserahkan kembali ke unit tersebut. Apabila stok
alat kesehatan di unit – unit habis, maka unit-unit tersebut berhak mengadakan
permintaan alat kesehatan ke bendahara barang.
Untuk pustu, posyandu dan polindes, alat kesehatan yang telah keluar
direkap untuk laporan pengeluaran alat kesehatan. Bila stok alat kesehatan rusak
dan perlu diganti, bagian tersebut berhak mengadakan permintaan alat kesehatan
ke bendahara barang di Puskesmas Mojoagung.
2.3 Identifikasi Kebutuhan Obat untuk 5 Penyakit Terbanyak di Puskesmas
Mojoagung Pada Bulan September 213.
Terdapat lima penyakit terbanyak di Puskesmas Mojoagung
berdasarkan data kunjungan sakit dan kunjungan resep pada bulan Februari
2014 adalah sebagai berikut:
Tabel 1. Data Kunjungan Sakit
No Urut Penyakit
Terbanyak
Kode ICD
Nama Penyakit Jumlah
1. I.10 Hipertensi 792. K.29 Gastritis 673. J.06 Ispa 554. M.25 Atralgia 535. E.14 Diabetes Melitus 38
19
Daftar kebutuhan obat pilihan dari 5 penyakit terbanyak berdasarkan data
kunjungan resep bulan Februari 2013:
1. Hipertensi.
Antihipertensi:
a. Amlodipin Tablet 2,5 mg.
b. Amlodipin Tablet 5 mg.
c. Amlodipin Tablet 10 mg.
d. Captopril Tablet 12,5 mg.
e. Captopril Tablet 25 mg.
f. Captopril Tablet 50 mg.
2. Gastritis
a. Antasida tablet 200 mg.
b. Cimetidine tablet 200 mg.
c. Cimetidine tablet 400 mg
3. Infeksi akut pernafasan atas.
Antibiotik :
a. Amoksisilin kapsul 250 mg.
b. Amoksisilin kapsul 500 mg.
c. Amoksisilin sirup kering 125 mg/5ml.
d. Amoksisilin sirup Forte 250 mg/5ml.
e. Erytromycin Tablet 250 mg.
f. Erytromycin Tablet 500 mg.
g. Erytromycin Syrup.
Antipiretik, analgetik:
a. Paracetamol tablet 100 mg.
b. Paracetamol tablet 500 mg.
c. Paracetamol sirup 120 mg/5ml.
d. Asam mefenamat 500 mg.
e. Ibuprofen Tablet 200 mg.
f. Ibuprofen Tablet 400 mg.
g. Antalgin Tablet 500 mg.
h. Antalgin Inj 250 mg/ml, 2 ml.
20
Ekspektoran :
- Gliseril Guaiakolat tablet 100 mg.
Antitusif :
- Dekstrometorpan tablet 15 mg.
Dekongestan :
- Efedrin HCl tablet 25mg.
Antihistamin :
- Chlorfeniramin maleat tablet 4 mg.
Anti inflamasi
- Deksametason tablet 0,5 mg.
4. Atralgia .
Antipiretik, analgetik:
a. Paracetamol tablet 100 mg.
b. Paracetamol tablet 500 mg.
c. Paracetamol sirup 120 mg/5ml.
d. Ibuprofen Tablet 200 mg.
e. Ibuprofen Tablet 400 mg.
f. Ibuprofen sirup 100 mg/5 mL
g. Ibuprofen sirup 200 mg/5 mL
h. Asam mefenamat 250 mg.
i. Asam mefenamat 500 mg.
j. Antalgin Tablet 500 mg.
k. Antalgin Inj 250 mg/ml, 2 ml.
l. Natrium diklofenak Tablet 25 mg.
m. Natrium diklofenak Tablet 50 mg.
5. Diabetes
a. Akarbose tablet 50 mg.
b. Akarbose tablet 100 mg.
c. Glibenklamid tablet 2,5 mg
d. Glibenklamid tablet 5 mg
e. Gliklazid tablet MR 30 mg
f. Gliklazid tablet SR 60 mg
21
g. Gliklazid tablet 80 mg
Jumlah keperluan obat berdasarkan data jumlah penderita selama bulan
Februari 2014 dari 5 penyakit terbanyak diatas : (Lampiran 1)
Analisa jumlah keperluan obat berdasarkan data jumlah penderita dalam 1
bulan :
Contohnya : Obat amlodipin 10 mg tablet untuk penyakit hipertensi. Pemberian
amlodipin pada tiap kasus hipertensi sesuai kunjungan resep yaitu 1 kali sehari
selama 20 hari. Jadi rata-rata setiap pasien mendapatkan 20 biji obat. Jadi bila
jumlah kasus hipertensi selama 1 bulan sejumlah 79 berarti pemakaian obat
amlodipin kurang lebih 1580 biji.
► Jumlah pemberian obat pada tiap kasus =
{∑ obat sekali minum x frekuensi minum perhari} x ∑ hari minum obat
Jumlah pemakaian amlodipin = { 1 biji x 1 kali } x 20 hari = 20 tablet.
► Jumlah keperluan amlodipin berdasarkan jumlah kasus hipertensi dalam 1
bulan = 20 x 79 = 1580 biji.
Pada lampiran 1 tertulis bahwa jumlah persediaan amlodipin selama 1 bulan
sebesar 5.188 biji sedangkan menurut hasil analisa keperluan amoksisilin sebesar
1580 biji. Hal ini menunjukkan bahwa penyediaan obat amlodipin memenuhi
jumlah kebutuhannya.
2.3 Perencanaan Kebutuhan Obat dan Alat Kesehatan
Perencanaan kebutuhan obat di Puskesmas Mojoagung dimaksudkan agar
ketersediaan obat di unit pelayanan dapat ditingkatkan dengan memanfaatkan
dana yang tersedia secara efektif dan efisien, sehingga dapat dihindari tumpang
tindih penggunaan anggaran perencanaan obat dan mengurangi kemungkinan
menumpuknya suatu jenis obat tertentu.
Pengadaan obat di Puskesmas Mojoagung berasal dari 1 macam yaitu obat
yang berasal dari pemerintah (DINKES). Obat yang berasal dari pemerintah
(DINKES) dibiayai melalui beberapa sumber biaya seperti dana bantuan impress,
PT ASKES, transmigrasi, APBD tingkat I dan II, serta sumber-sumber lainnya.
Pengelolaan biaya tersebut dilaksanakan oleh berbagai instansi baik di tingkat
22
pusat maupun di tingkat daerah. Obat yang dipasok oleh DINKES disediakan
untuk kebutuhan selama 2 bulan. Apabila suatu saat persediaan obat tersebut
kurang dari jumlah yang dibutuhkan, maka pihak Puskesmas dapat mengajukan
permohonan pengadaan obat ke DINKES sewaktu-waktu tanpa harus menunggu
waktu jatuh tempo 2 bulan tersebut. Setiap 6 bulan sekali, badan pengawas obat
mengadakan pengecekan stok kecocokan, tanggal kadaluarsa masing-masing obat
dan tempat penyimpanan obat di puskesmas.
Perencanaan dan pengadaan kebutuhan alat kesehatan di Puskesmas
Mojoagung menggunakan surat pengantar, berita acara, dan surat pengusulan
yang dibuat oleh bendahara barang, dan setelah mendapat persetujuan dari kepala
puskesmas, surat tersebut diserahkan kepada bendahara barang DINKES. Alat
kesehatan dibagi menjadi 2 kategori yaitu alat kesehatan habis pakai dan alat
kesehatan tidak habis pakai.
2.4 Pengadaan Obat dan Alat Kesehatan
Pengadaan atau permintaan obat di puskesmas dilakukan untuk
memperoleh jenis dan jumlah obat, obat dengan mutu yang tinggi, menjamin
tersedianya obat dengan cepat dan tepat waktu. Oleh karena itu pengadaan atau
permintaan obat harus memperhatikan dan mempertimbangkan bahwa obat yang
diminta atau diadakan sesuai dengan jenis dan jumlah obat yang telah
direncanakan.
Pengadaan atau permintaan obat di puskesmas yang melalui Dinas
Kesehatan Kabupaten/GFK dilakukan dengan mengajukan Laporan Pemakaian
dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO). LPLPO untuk obat DINKES ini dibuat
setiap 1 bulan sekali atau bila ada KLB atau obat habis bisa meminta sewaktu –
waktu ke GFK (DINKES) tanpa harus menunggu jatuh tempo 1 bulan.
Untuk menghitung pengeluaran obat setiap harinya di gunakan buku
register khusus yang dinamakan “melidi” yaitu menghitung pengeluaran obat tiap
“recipe” dalam resep. Dengan tekhnik ini pengeluaran serta sisa stok obat dapat di
pantau setiap hari. Setiap satu bulan data ini baru di kumpulkan untuk di jadikan
LPLPO.
23
Pasokan obat di puskesmas mojoagung datang tiap 2 bulan berdasarkan
jumlah permintaan puskesmas. Puskesmas berhak meminta maksimal sebanyak
pemakaian obat selama 3 bulan untuk mengantisipasi kedatangan obat yang sering
kali terlambat sehingga puskesmas tidak akan kehabisan stok obat.
Pengadaan dan permintaan alat kesehatan di Puskesmas Mojoagung
berasal dari pemerintah (DINKES). 2 kategori alat kesehatan yang dipasok oleh
DINKES didapatkan dari hasil pengajuan bendahara barang pada setiap akhir
tahun kepada Dinas Kesehatan yang telah mendapat persetujuan oleh Kepala
Puskesmas, kemudian disetujui atau tidaknya alat kesehatan yang diajukan
tersebut masih menunggu persetujuan dari pihak Dinas Kesehatan. Apabila
disetujui, maka alat kesehatan akan masuk ke Puskesmas kemudian diterima dan
dicatat dalam pembukuan oleh bendahara barang. Untuk alat kesehatan yang tidak
habis pakai, didapatkan dari DINKES setiap 3 tahun sekali, contohnya pengadaan
stetoskop dalam waktu 3 tahun mendapatkan 10 buah stetoskop.
2.5 Penyimpanan Obat dan Alat Kesehatan
Penyimpanan obat merupakan salah satu rangkaian kegiatan pengelolaan
obat untuk menjamin mutu dan keamanan obat dalam persediaan. Penyimpanan
obat ditujukan untuk memelihara mutu obat sedemikian rupa sehingga obat yang
diberikan kepada pasien sesuai dengan yang diharapkan.
Setelah obat diterima dari DINKES/GFK dengan jenis dan jumlah yang
sesuai dengan dokumen pengiriman obat dari DINKES, maka setiap jenis obat
harus segera dicatat dalam kartu persediaan obat di puskesmas (Kartu stok).
Selanjutnya semua obat tersebut dilakukan kegiatan penyimpanan obat yaitu
disimpan di ruangan khusus (Gudang obat), yang disusun di rak kaca.
Pada saat obat sampai digudang, obat dipisahkan dari semua obat yang
berbahaya dari obat lainnya yang ada di dalam gudang dan disimpan di tempat
khusus yang terkunci baik. Obat – obat yang termasuk kategori vital seperti
vaksin diletakkan di ruang khusus dan untuk obat antidot serta obat life saving di
tempatkan di UGD.
Obat yang disusun di dalam rak atau lemari dilakukan dengan sistem
FIFO, dimana obat yang lebih lama di letakkan di bagian depan, sedangkan obat
24
yang baru datang diletakkan di belakang. Untuk obat yang mempunyai batas
kedaluarsanya lebih dekat, diletakkan di depan, sedangkan yang kedaluarsanya
masih jauh diletakkan di belakang.
Penyusunan obat di Puskesmas Mojoagung, sudah sesuai dengan sistem
alfabet maupun FIFO dan juga sudah tertata dengan rapi sehingga memudahkan
petugas dalam mencari obat.
Khusus untuk obat-obatan psikotropika disimpan di sebuah lemari kayu
dengan kunci tersendiri, sedangkan obat lain seperti vaksin yang perlu suhu dingin
diletakkan dalam lemari pendingin. Untuk penyimpanan obat di Puskesmas
Mojoagung sudah sesuai seperti di atas dan tertata dengan rapi.
Beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam penyimpanan yang dapat
mempengaruhi efektivitas obat:
- Menutup obat dengan baik agar tidak terjadi kerusakan obat karena
kelembaban.
- Tidak terkena sinar matahari langsung, karena kebanyakan larutan injeksi
mudah rusak jika terkena sinar matahari.
- Disimpan dalam suhu kamar, obat-obat tertentu dapat rusak karena pengaruh
panas. Misalnya : salep, suppositoria.
- Obat tertentu yang membutuhkan suhu dingin diletakkan dalam lemari
pendingin.
- Tidak menumpuk dus obat terlalu tinggi dan tidak meletakkan dus berdekatan
dengan benda-benda tajam karena dapat merusak fisik obat.
- Menutup wadah obat dengan rapat karena apabila wadah terbuka, obat mudah
tercemar oleh bakteri atau fungi. Sediaan yang terkontaminasi dapat
menimbulkan kematian bagi yang menggunakannya.
- Menjaga kebersihan ruangan karena ruangan yang kotor dapat mengundang
tikus yang dapat merusak obat. Selain itu etiket menjadi kotor sehingga tidak
bisa di baca.
Di gudang obat dan apotek puskesmas Mojoagung, semua syarat
penyimpanan obat sudah terpenuhi dengan baik.
Penyimpanan alat kesehatan di Puskesmas Mojoagung disimpan di gudang
penyimpanan barang atau alat kesehatan. Apabila ada permintaan kebutuhan alat
25
kesehatan dari rawat inap, unit – unit seperti poli, UGD, KIA, laboratorium,
poned dan pustu, posyandu serta polindes, maka harus dicatat terlebih dahulu di
berita acara setiap barang keluar.
Di gudang penyimpanan barang atau alat kesehatan masih kurang tertata
dengan rapi karena tidak tersedianya rak – rak untuk penataan barang – barang
alat kesehatan sehingga terlihat berantakan dan tidak rapi.
2.6 Pemantauan Obat dan Alat Kesehatan
Pemantauan obat meliputi pencatatan dan pelaporan data obat dan data
kesakitan. Hal ini bertujuan agar menjamin tersedianya informasi untuk
pengendalian persediaan, perencanaan, pengadaan, perencanaan distribusi baik di
puskesmas maupun di DINKES/GFK, sehingga dapat dipenuhi jumlah, jenis dan
ketepatan waktu penyediaan obat di Puskesmas serta unit pelayanan kesehatan
lainnya untuk lebih meningkatkan mutu pelayanan kesehatan kepada masyarakat.
Untuk melakukan pencatatan dan pelaporan data puskesmas menyediakan
buku khusus untuk mencatat keluar masuk obat dan alat kesehatan. Untuk obat-
obatan disimpan terlebih dahulu di gudang obat (kecuali obat untuk imunisasi
disimpan di lemari pendingin di ruangan imunisasi).
Sedangkan untuk alat kesehatan disimpan di gudang penyimpanan barang
puskesmas kemudian didistribusikan pada tiap – tiap unit yang memerlukan sesuai
kebutuhan dan permintaan dari unit – unit tersebut. Untuk pemantauan alat
kesehatan dilakukan setiap bulan.
Di Puskesmas Mojoagung pemantauan obat dan alat kesehatan dilakukan
oleh kepala gudang obat dan bendahara barang dengan cara mengelola dan
memanajemen obat dan alat kesehatan. Pemantauan obat dilakukan sebulan sekali,
sedangkan pemantauan alat kesehatan juga dilakukan sebulan sekali. Pemantauan
(Khususnya obat) mencakup laporan dari masing – masing unit kerja (Polindes,
pustu, apotik). Kemudian pada masing-masing periode pelaporan diserahkan
kepada kepala puskesmas sebagai penanggung jawab untuk dipantau lebih lanjut.
Pemantauan alat kesehatan selain dilakukan sebulan sekali oleh bendahara
barang pada tiap – tiap unit, juga dilakukan pemantauan dengan cara mengecek
keberadaan barang atau alat kesehatan, kelayakan barang atau alat kesehatan
untuk digunakan pada tiap – tiap unit, serta apabila ada kerusakan pada alat
26
kesehatan yang membutuhkan perbaikan kembali. Misalnya timbangan,
tensimeter, doppler, sterilisator, meterdrip laboratorium, dan lain – lain.
Jaminan kualitas obat tidak dapat diketahui secara pasti oleh karena
pengadaan obat-obatan tersebut dari pusat, dimana yang bertanggungjawab atas
kualitas obat dalam hal ini adalah Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
Dari segi keamanan, dengan sistem manajemen obat di Puskesmas Mojoagung
sudah dapat terjamin keamanannya. Bila ada perubahan fisik dari obat, maka obat
disingkirkan dan dianggap sebagai obat keluar, kemudian ob at dijadikan satu
untuk dilaporkan dan dikembalikan kepada DINKES.
Dalam hal ketersediaan obat, tidak ditemukan masalah yang cukup berarti.
Untuk obat – obatan yang sangat essensial dan biasa terpakai, maka pasti tersedia.
2.6 Mekanisme Pemeliharaan dan Perbaikan Alat Kesehatan
Sistem pemeliharaan alat kesehatan di Puskesmas Mojoagung bersifat
aktif baik pada proses pemeliharaan dan pelaporan apabila terdapat kerusakan.
Pada proses pemeliharaan dilakukan oleh masing-masing unit kerja atau unit
kesehatan lainnya baik di dalam puskesmas maupun di luar puskesmas seperti
polindes, pustu dan posyandu. Sedangkan pelaporan kerusakan juga dilakukan
dari masing-masing unit kerja dan unit kesehatan lainnya baik di dalam
puskesmas maupun di luar puskesmas seperti polindes, pustu dan posyandu
kepada bendahara barang di Puskesmas Mojoagung apabila terdapat kerusakan
pada alat kesehatan di masing – masing unit tersebut. Pelaporan alat kesehatan
diberikan kepada kepala puskesmas sebagai penanggung jawab alat kesehatan.
2.7 Form yang Digunakan di Puskesmas Mojoagung
Form yang digunakan di puskesmas Mojoagung terdiri dari :
a) Kartu stok gudang obat puskesmas
Kartu stok adalah kartu yang dipergunakan untuk mencatat mutasi obat
(penerimaan dan pengeluaran) dan harus berada di gudang obat puskesmas.
Fungsinya dari kartu stok gudang puskesmas adalah :
- Untuk mencatat mutasi obat (penerimaan dan pengeluaran).
- Data pada kartu stok digunakan untuk menyusun laporan pemakaian obat
dengan format Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat
27
(LPLPO/LB2) dan sebagai data pembanding terhadap keadaan fisik obat
dalam tempat penyimpanan.
Form ini mencatat tanggal transaksi, pihak pemberi (gudang farmasi obat)
atau penerima obat (Polindes/Pustu/Posyandu/Apotik), jumlah obat yang
diterima dari pihak pemberi dan jumlah obat yang dikeluarkan untuk pihak
penerima obat, sisa stok obat pada gudang puskesmas, tanggal kadaluarsa.
Informasi dan manfaat kartu stok :
o Informasi
Jumlah obat yang tersedia (Sisa stok)
Jumlah obat yang diterima selama 1 bulan/1 periode
Jumlah obat yang keluar selama 1 bulan/1 periode
Jangka waktu/lama kekosongan obat
Neraca pemasukan dan pengeluaran obat
o Manfaat
Untuk pengisian LPLPO/LB2
Menentukan jenis dan jumlah permintaan obat
Mengawasi neraca pemasukan dan pengeluaran obat
Gambar 1. Kartu Stok Gudang Obat Puskesmas
28
29
b. Kartu Stelling
Kartu ini digunakan hanya untuk mencatat tanggal dan jumlah obat yang
keluar atau masuk serta sisa obat. Sejak ISO tahun 2011, di Puskesmas
Mojoagung sudah tidak digunakan lagi kartu stelling.
c. Laporan penggunaan psikotropika dan narkotika
Digunakan khusus untuk mencatat pihak pemberi atau penerima obat
golongan psikotopika dan narkotika, jumlah obat golongan psikotropika dan
narkotika yang diterima dari pihak pemberi dan jumlah obat golongan
psikotropika dan narkotika yang dikeluarkan untuk pihak penerima obat, serta
stok awal dan akhir obat golongan psikotropika dan narkotika yang ada di
gudang puskesmas. Pencatatan pada form ini dilakukan setiap bulan oleh
kepala gudang obat.
d. Laporan pemakaian dan lembar permintaan obat dinas kesehatan
Digunakan untuk mencatat jumlah penerimaan, pemakaian, stok awal dan sisa
stok obat yang ada di puskesmas, tujuan pemberian obat
(PKD/ASKES/APBD/lain-lain). Pencatatannya dilakukan setiap bulan oleh
kepala gudang obat.
Gambar 3. Laporan Pemakaian dan Lembar Obat (LPLPO)
30
e. Laporan inventaris peralatan kesehatan puskesmas
Digunakan untuk mencatat jumlah alat kesehatan pada masing-masing unit
(Ruangan-ruangan di puskesmas, pustu, polindes), keadaan alat kesehatan,
kebutuhan, pengadaan sendiri, permintaan serta penerimaan alkes. Pencatatan
pada form ini dilakukan setiap tahun.
31
BAB III
PEMBAHASAN
Pada puskesmas Mojoagung, terdapat tim khusus yang menangani
manajemen obat dan alat kesehatan yaitu tim pengadaan, kepala gudang obat,
bendahara barang, dengan kepala puskesmas sebagai penanggung jawab. Tim
pengadaan merupakan tim dari Dinas Kesehatan yang menyalurkan obat – obatan
dan alat – alat kesehatan ke Puskesmas Mojoagung. Sedangkan kepala gudang
obat bertugas untuk mengelola perencanaan, pengadaan, penyimpanan,
pendistribusian, dan pemantauan obat. Bendahara barang bertanggung jawab
dalam pemeliharaan dan perbaikan alat kesehatan. Bendahara barang di sini
menerima alat kesehatan yang telah diadakan oleh tim pengadaan dari Dinas
Kesehatan.
Pendistribusian obat adalah kegiatan pengeluaran dan penyerahan obat
secara merata dan teratur dari gudang puskesmas untuk memenuhi kebutuhan sub
unit di lingkungan puskesmas maupun unit pelayanan kesehatan lainnya.
Obat yang telah diterima dari DINKES (GFK) masuk ke gudang obat
puskesmas. Setelah diperiksa oleh kepala gudang obat lalu obat-obatan
didistribusikan ke kamar obat, unit – unit seperti UGD, serta pustu, posyandu dan
polindes. Stok obat yang berada di UGD digunakan untuk pemberian yang
bersifat segera misalkan pemberian obat emergensi, cairan infus, rawat luka dan
lain – lain. Setelah itu, pasien atau keluarga pasien diberi resep untuk mengganti
obat yang telah digunakan untuk ditebus ke kamar obat yang kemudian
diserahkan kembali ke unit tersebut. Apabila stok obat di unit – unit habis, maka
unit-unit tersebut berhak mengadakan permintaan obat ke gudang obat.
Sedangkan di poli, pasien hanya di beri resep yang di tebus ke kamar obat atau
apotek.
Alat kesehatan yang telah diterima dari DINKES (Bendahara Barang)
masuk ke Bendahara Barang Puskesmas Mojoagung. Setelah diperiksa oleh
Bendahara Barang, lalu dicatat dalam pembukuan kemudian alat kesehatan
didistribusikan ke rawat inap, unit – unit seperti poli, UGD, KIA, laboratorium,
poned dan pustu, posyandu serta polindes. Alat kesehatan yang berada di UGD
digunakan untuk pemberian yang bersifat segera misalkan infus set, ECG, nasal
32
canul, tabung oksigen dan lain – lain. Setelah itu, pasien atau keluarga pasien
diberi resep untuk mengganti alat kesehatan yang telah digunakan untuk ditebus
ke kamar obat yang kemudian diserahkan kembali ke unit tersebut. Apabila stok
alat kesehatan di unit – unit habis, maka unit-unit tersebut berhak mengadakan
permintaan alat kesehatan ke bendahara barang.
Pengadaan obat di Puskesmas Mojoagung berasal dari 1 macam yaitu obat
yang berasal dari pemerintah (DINKES). Obat yang berasal dari pemerintah
(DINKES) dibiayai melalui beberapa sumber biaya seperti dana bantuan impress,
PT ASKES, transmigrasi, APBD tingkat I dan II, serta sumber-sumber lainnya.
Pengelolaan biaya tersebut dilaksanakan oleh berbagai instansi baik di tingkat
pusat maupun di tingkat daerah. Obat yang dipasok oleh DINKES disediakan
untuk kebutuhan selama 2 bulan. Apabila suatu saat persediaan obat tersebut
kurang dari jumlah yang dibutuhkan, maka pihak Puskesmas dapat mengajukan
permohonan pengadaan obat ke DINKES sewaktu-waktu tanpa harus menunggu
waktu jatuh tempo 2 bulan tersebut.
Perencanaan dan pengadaan kebutuhan alat kesehatan di Puskesmas
Mojoagung berasal dari pemerintah (DINKES). Alat kesehatan yang dipasok oleh
DINKES didapatkan dari hasil pengajuan bendahara barang pada setiap akhir
tahun kepada Dinas Kesehatan yang telah mendapat persetujuan oleh Kepala
Puskesmas, kemudian disetujui atau tidaknya alat kesehatan yang diajukan
tersebut masih menunggu persetujuan dari pihak Dinas Kesehatan. Apabila
disetujui, maka alat kesehatan akan masuk ke Puskesmas kemudian diterima dan
dicatat dalam pembukuan oleh bendahara barang.
Pengadaan alat kesehatan dilakukan setiap setahun sekali sesuai dengan
jadwal yang telah ditetapkan setiap akhir tahun. Pengadaan dan permintaan alat
kesehatan di Puskesmas Mojoagung berasal dari pemerintah (DINKES). Alat
kesehatan yang dipasok oleh DINKES didapatkan dari hasil pengajuan bendahara
barang pada setiap akhir tahun kepada Dinas Kesehatan yang telah mendapat
persetujuan oleh Kepala Puskesmas, kemudian disetujui atau tidaknya alat
kesehatan yang diajukan tersebut masih menunggu persetujuan dari pihak Dinas
Kesehatan. Apabila disetujui, maka alat kesehatan akan dipasok ke Puskesmas
33
kemudian diterima dan dicatat dalam pembukuan oleh bendahara barang di
Puskesmas Mojoagung.
Setelah obat diterima dari DINKES/GFK dengan jenis dan jumlah yang
sesuai dengan dokumen pengiriman obat dari DINKES, maka setiap jenis obat
harus segera dicatat dalam kartu persediaan obat di puskesmas (kartu stok).
Selanjutnya semua obat tersebut dilakukan kegiatan penyimpanan obat yaitu
disimpan di ruangan khusus (gudang obat), yang disusun di rak besi.
Pada saat obat sampai digudang, obat dipisahkan dari semua obat yang
berbahaya dari obat lainnya yang ada di dalam gudang dan disimpan di tempat
khusus yang terkunci baik. Obat – obat yang termasuk kategori vital seperti obat
antidot serta obat life saving di tempatkan di UGD.
Obat yang disusun di dalam rak atau lemari dilakukan dengan sistem
FIFO, dimana obat yang lebih lama di letakkan di bagian depan, sedangkan obat
yang baru datang diletakkan di belakang. Untuk obat yang mempunyai batas
kedaluarsanya lebih dekat, diletakkan di depan, sedangkan yang kedaluarsanya
masih jauh diletakkan di belakang.
Untuk penyusunan obat di Puskesmas Mojoagung, sudah sesuai dengan
sistem alfabet maupun FIFO dan juga sudah tertata dengan rapi sehingga
memudahkan petugas dalam mencari obat.
Obat-obatan psikotropika disimpan di sebuah lemari kayu dengan kunci
tersendiri, sedangkan obat lain seperti vaksin yang perlu suhu dingin diletakkan
dalam lemari pendingin. Untuk penyimpanan obat di Puskesmas Mojoagung
sudah sesuai dan tertata dengan rapi.
Penyimpanan alat kesehatan di Puskesmas Mojoagung disimpan di gudang
penyimpanan barang atau alat kesehatan. Apabila ada permintaan kebutuhan alat
kesehatan dari rawat inap, unit – unit seperti poli, UGD, KIA, laboratorium,
poned dan pustu, posyandu serta polindes, maka harus dicatat terlebih dahulu di
berita acara setiap barang keluar.
Di gudang penyimpanan barang atau alat kesehatan masih kurang tertata
dengan rapi karena tidak tersedianya rak – rak untuk penataan barang – barang
alat kesehatan sehingga terlihat berantakan dan tidak rapi.
34
Di Puskesmas Mojoagung pemantauan obat dan alat kesehatan dilakukan
oleh kepala gudang obat dan bendahara barang dengan pengelola manajemen obat
dan alat kesehatan. Pemantauan obat dilakukan sebulan sekali, sedangkan
pemantauan alat kesehatan juga dilakukan sebulan sekali. Pemantauan (khususnya
obat) mencakup laporan dari masing – masing unit kerja (polindes, pustu, apotik).
Kemudian pada masing-masing periode pelaporan diserahkan kepada kepala
puskesmas sebagai penanggung jawab untuk dipantau lebih lanjut.
Pemantauan alat kesehatan selain dilakukan sebulan sekali oleh bendahara
barang pada tiap – tiap unit, juga dilakukan pemantauan dengan cara kalibrasi
yaitu mengecek keberadaan barang atau alat kesehatan, kelayakan barang atau alat
kesehatan untuk digunakan pada tiap – tiap unit, serta apabila ada kerusakan pada
alat kesehatan yang membutuhkan perbaikan kembali. Misalnya timbangan,
tensimeter, doppler, sterilisator, meterdrip laboratorium, dan lain – lain. Kalibrasi
ini dilakukan setiap 3 bulan sekali, yang dilakukan dengan cara kerjasama dengan
Dinas Kesehatan dimana pelaporan alat kesehatan sekabupaten Jombang
dikumpulkan kemudian dibawa ke Surabaya untuk dilakukan kalibrasi.
Tanggung jawab pemeliharaan alat kesehatan dilakukan oleh masing –
masing unit (BP, KIA, UGD, Laboratorium, Poned, Rawat Inap, Pustu, Posyandu
dan Polindes). Bila ada kerusakan pada alat kesehatan, laporan ditujukan pada
bendahara barang, kemudian dilaporkan kepada kepala puskesmas sebagai
penanggung jawab. Lalu, untuk perbaikannya tergantung dari tingkat kerusakan
alat kesehatan tersebut. Bila ringan dan memungkinkan, alat kesehatan tersebut
diperbaiki oleh petugas alat kesehatan, namun bila kerusakan cukup berat dan
membutuhkan anggaran yang besar maka dilaporkan kepada kepala puskesmas.
Sistem pemeliharaan alat kesehatan di Puskesmas Mojoagung bersifat
aktif baik pada proses pemeliharaan dan pelaporan apabila terdapat kerusakan.
Pada proses pemeliharaan dilakukan oleh masing-masing unit kerja atau unit
kesehatan lainnya baik di dalam puskesmas maupun di luar puskesmas seperti
polindes, pustu dan posyandu. Sedangkan pelaporan kerusakan juga dilakukan
dari masing-masing unit kerja dan unit kesehatan lainnya baik di dalam
puskesmas maupun di luar puskesmas seperti polindes, pustu dan posyandu
kepada bendahara barang di Puskesmas Mojoagung apabila terdapat kerusakan
35
pada alat kesehatan di masing – masing unit tersebut. Pelaporan alat kesehatan
diberikan kepada kepala puskesmas sebagai penanggung jawab alat kesehatan.
Form yang digunakan di puskesmas Mojoagung terdiri dari : Kartu stok
gudang obat puskesmas yang dipergunakan untuk mencatat mutasi obat
(penerimaan dan pengeluaran) dan harus berada di gudang obat puskesmas. Kartu
Stelling sudah tidak digunakan lagi di Puskesmas Mojoagung. Laporan
penggunaan psikotropika untuk mencatat pihak pemberi atau penerima obat
golongan psikotopika, jumlah obat golongan psikotropika yang diterima dari
pihak pemberi dan jumlah obat golongan psikotropika yang dikeluarkan untuk
pihak penerima obat, serta stok awal dan akhir obat golongan psikotropika yang
ada di gudang puskesmas. Laporan pemakaian dan lembar permintaan obat dinas
kesehatan digunakan untuk mencatat jumlah penerimaan, pemakaian, stok awal
dan sisa stok obat dan alat kesehatan habis pakai yang ada di puskesmas, tujuan
pemberian obat (PKD/ASKES/APBD/lain-lain). Pencatatannya dilakukan setiap
bulan oleh kepala gudang obat. Laporan inventaris peralatan kesehatan
puskesmas digunakan untuk mencatat jumlah alat kesehatan pada masing-masing
unit (ruangan-ruangan di puskesmas, pustu, polindes), keadaan alat kesehatan,
kebutuhan, pengadaan sendiri, permintaan serta penerimaan alkes.
36
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1. Penyediaan obat di Puskesmas Mojoagung sudah memenuhi jumlah
kebutuhan dalam satu bulan berdasarkan hasil analisa jumlah keperluan
obat. Hal ini menunjukkan keberhasilan dari faktor seperti perencanaan,
pendistribusian, penggunaan, dan pelayanan obat di unit-unit pelayanan
kesehatan. Sedangkan penyediaan alat kesehatan di Puskesmas Mojoagung
dilakukan setahun sekali setiap akhir tahun.
2. Penyimpanan obat di puskesmas Mojoagung sudah sesuai dengan syarat
penyimpanan yang sesuai standart juga sudah tertata dengan rapi.
Sedangkan untuk penyimpanan alat kesehatan di gudang penyimpanan di
Puskesmas Mojoagung masih berantakan dan tidak tertata dengan rapi.
3. Di puskesmas Mojoagung, terdapat tim khusus yang menangani
manajemen obat dan alat kesehatan yaitu tim pengadaan, kepala gudang
obat, bendahara barang, dengan kepala puskesmas sebagai penanggung
jawab.
4.2 Saran
1. Memisahkan dan membagi tugas manajemen obat dalam hal pengadaan,
pemeriksaan, bendahara, perencanaan, pelaporan, pemantauan secara
terorganisasi baik, dan penambahan petugas, sehingga pendataan dan
pelaporan menjadi informatif, terpercaya, dan menghindari
penyalahgunaan.
2. Penambahan petugas alat kesehatan dan membagi tugas manajemen alat
kesehatan dalam hal pengadaan, pemeriksaan, bendahara, perencanaan,
pelaporan, pemantauan secara terorganisasi baik, sehingga pendataan dan
pelaporan menjadi informatif, terpercaya, dan menghindari
penyalahgunaan.
37
DAFTAR PUSTAKA
1. Kementerian Kesehatan. Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat
Kesehatan. Materi Pelatihan Manajemen Kefarmasian di Puskesmas,
Jakarta :Kementerian kesehatan RI, 2010.
2. Alkhoir, Aboe. Perencanaan dan Pengadaan Obat di Puskesmas diambil
dari http://aboealkhoir.blogspot.com/2013/07/Perencanaan-dan-
pengadaan-obat di.html?m=1.
38