makrofag dan sel t

20
Makrofag (Yunani: pemakan besar, dari makros “besar” + phagein “makan”, abbr M?.) Adalah sel yang diproduksi oleh diferensiasi monosit dalam jaringan. Makrofag ditemukan oleh Ilya Mechnikov, seorang bakteriologi Rusia, pada tahun 1884. diameter makrofag manusia adalah sekitar 21 mikrometer (0,00083 in). Monosit dan makrofag adalah fagosit (sel pemakan). Makrofag berfungsi baik dalam pertahanan non-spesifik (kekebalan bawaan) serta membantu memulai mekanisme pertahanan spesifik (kekebalan adaptif) dari hewan vertebrata. Peran mereka adalah untuk phagocytose, atau menelan dan kemudian mencerna, puing-puing selular dari patogen, baik sebagai stasioner atau sebagai sel-sel selular. Mereka juga merangsang limfosit dan sel imun lainnya untuk merespon patogen. Mereka mengkhususkan diri sebagai sel fagositik yang menyerang benda asing, mikroba menular dan sel-sel kanker melalui penghancuran dan konsumsi. Makrofag dapat diidentifikasi dengan ekspresi tertentu dari sejumlah protein termasuk CD14,, CD40 CD11b, CD64, F4/80 (tikus) / EMR1 (manusia), lisozim M, MAC-1/MAC-3 dan CD68 dengan sitometri atau imunohistokimia pewarnaan. [3] Mereka bergerak dengan aksi gerakan amoeboid. Tahap-tahap “penelanan” (ingesting) patogen oleh makrofag: a. Penelanan melalui phagocytosis, phagosome terbentuk b. Fusi lysosomes dan phagosome membentuk phagolysosome ; patogen dirusak oleh enzim-enzim c. Sampah (puing-puing patogen) dibuang or diasimilasikan (menjadi bahan bermanfaat)

Upload: faro-tmc

Post on 12-Dec-2014

178 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makrofag Dan Sel T

Makrofag (Yunani: pemakan besar, dari makros “besar” + phagein “makan”, abbr M?.) Adalah sel yang diproduksi oleh diferensiasi monosit dalam jaringan. Makrofag ditemukan oleh Ilya Mechnikov, seorang bakteriologi Rusia, pada tahun 1884. diameter makrofag manusia adalah sekitar 21 mikrometer (0,00083 in). Monosit dan makrofag adalah fagosit (sel pemakan). Makrofag berfungsi baik dalam pertahanan non-spesifik (kekebalan bawaan) serta membantu memulai mekanisme pertahanan spesifik (kekebalan adaptif) dari hewan vertebrata. Peran mereka adalah untuk phagocytose, atau menelan dan kemudian mencerna, puing-puing selular dari patogen, baik sebagai stasioner atau sebagai sel-sel selular. Mereka juga merangsang limfosit dan sel imun lainnya untuk merespon patogen. Mereka mengkhususkan diri sebagai sel fagositik yang menyerang benda asing, mikroba menular dan sel-sel kanker melalui penghancuran dan konsumsi. Makrofag dapat diidentifikasi dengan ekspresi tertentu dari sejumlah protein termasuk CD14,, CD40 CD11b, CD64, F4/80 (tikus) / EMR1 (manusia), lisozim M, MAC-1/MAC-3 dan CD68 dengan sitometri atau imunohistokimia pewarnaan. [3] Mereka bergerak dengan aksi gerakan amoeboid.

Tahap-tahap “penelanan” (ingesting) patogen oleh makrofag:a. Penelanan melalui phagocytosis, phagosome terbentukb. Fusi  lysosomes dan phagosome membentuk phagolysosome; patogen dirusak oleh enzim-enzimc. Sampah (puing-puing patogen) dibuang or diasimilasikan (menjadi bahan bermanfaat)Bagian-bagian gambar:1. Pathogens2. Phagosome3. Lysosomes4. Waste material5. Cytoplasm6. Cell membrane

——————–

Page 2: Makrofag Dan Sel T

Makrofag ini ternyata dapat diaktifasi (digiatkan) oleh komponen penting Propolis yaitu CAPE (Caffeic acid phenethyl ester) dan sudah banyak penelitian tentangnya. Oleh karena itu segera dapatkan Propolis untuk usaha pencegahan dan penyembuhan penyakit-penyakit degenerasi terkait dengan sistem kekebalan tubuh Anda. Salah satu produk yang sudah terkenal dan terbukti keampuhannya adalah MELIA PROPOLIS.

Home Bahasa Indonesia

Biologi

Geografi

Sejarah

Fisika

Kimia

About Us

Pembentukan, Macam, Struktur & Cara Kerja Antibodi

Page 3: Makrofag Dan Sel T

Materi kedua malam ini adalah  Pembentukan, Macam & Struktur Antibodi, disini kita akan menelaah bersama mengenai bagaimana sig proses pembentukan antibodi itu? lalu ada berapa macam antibodi itu? struktur antibodi? semua akan kita bahas satu persatu, semoga bermanfaat.

Tubuh dapat dengan cepat merespon infeksi suatu kuman penyakti apabila di dalam tubuh sudah terdapat antibodi untuk jenis antigen tertentu yang berasal dari kuman. Bagaimana antibodi dapat terbentuk dalam tubuh?

a. Macam & Pembentukan Antibodi

Berdasarkan cara mendapatkan imun atau kekebalan, dikenal dua macam kekebalan, yaitu

Page 4: Makrofag Dan Sel T

kekebalan aktif dan pasif.

1) Kekebalan Antibodi Aktif

Kekebalan aktif terjadi jika seseorang kebal terhadap suatu penyakit setelah diberikan vaksinasi dengan suatu bibit penyakit. Perhatikan Gambar 11.4. Jika kekebalan itu diperoleh setelah orang mengalami sakit karena infeksi suatu kuman penyakit maka disebut kekebalan aktif alami. Sebagai contohnya adalah seseorang yang pernah sakit campak maka seumur hidupnya orang tersebut tidak akan sakit campak lagi.

Apakah Anda ingat bahwa pada saat masih kecil mendapatkan imunisasi polio? Sekarang ini di Indonesia sudah dilaksanakan imunisasi polio untuk anak-anak balita. Hal ini dilakukan agar Indonesia terbebas dari virus polio. Apa sebenarnya yang terkandung di dalam vaksin?

Vaksin mengandung bibit penyakit yang telah mati atau dinonaktifkan, dimana pada bibit penyakit tersebut masih mempunyai antigen yang kemudian akan direspon oleh sistem imun dengan cara membentuk antibodi.

Sel B dan sel T (sel limfosit) ikut berperan dalam menghasilkan antibodi. Sel B (B limfosit) membentuk sistem imunitas humoral, yaitu imunitas dengan cara membentuk antibodi yang berada di darah dan limfa. Sel B berfungsi secara spesifik mengenali antigen asing serta berperan membentuk kekebalan terhadap infeksi bakteri, seperti Streptococcus, Meningococcus, virus campak, dan Poliomeilitis. Antibodi ini kemudian melekat pada antigen dan melumpuhkannya.

Sel B ini juga mampu membentuk sel pengingat (memory cell). Sel ini berfungsi untuk membentuk kekebalan tubuh dalam jangka panjang. Sebagai contoh jika terdapat antigen yang sama masuk kembali ke dalam tubuh maka sel pengingat ini akan segera meningkatkan antibodi

Page 5: Makrofag Dan Sel T

dan membentuk sel plasma dalam waktu cepat. Sel plasma adalah sel B yang mampu menghasilkan antibodi dalam darah dan limfa.

Sel T (T limfosit) membentuk sistem imunitas terhadap infeksi bakteri, virus, jamur, sel kanker, serta timbulnya alergi. Sel T ini mengalami pematangan di glandula timus dan bekerja secara fagositosis. Namun T limfosit tidak menghasilkan antibodi. T limfosit secara langsung dapat menyerang sel penghasil antigen. Sel T kadang ikut membantu produksi antibodi oleh sel B.

Sel T dan sel B berasal dari sel limfosit yang diproduksi dalam sumsum tulang. Perhatikan Gambar 11.5 Sel limfosit yang melanjutkan pematangan selnya di sumsum tulang akan menjadi sel B.

Baik sel B maupun sel T dilengkapi dengan reseptor antigen di dalam plasma membrannya. Reseptor antigen pada sel B merupakan rangkaian membran molekul antibodi yang spesifik untuk antigen tertentu. Reseptor antigen dari sel T berbeda dari antibodi, namun reseptor sel T mengenali antigennya secara spesifik. Spesifikasi dan banyaknya macam dari sistem imun tergantung reseptor pada setiap sel B dan sel T yang memungkinkan limfosit mengidentifikasi dan merespon antigen.

Saat antigen berikatan dengan reseptor yang spesifik pada permukaan limfosit, limfosit akan aktif untuk berdeferensiasi dan terbagi menaikkan populasi dari sel efektor. Sel ini secara nyata melindungi tubuh dalam respon imun. Dalam sistem humoral, sel B diaktifkan oleh ikatan antigen yang akan meningkatkan sel efektor yang disebut dengan sel plasma. Sel ini mensekresi antibodi untuk membantu mengurangi antigen.

Page 6: Makrofag Dan Sel T

2) Kekebalan Antibodi Pasif

Setiap antigen memiliki permukaan molekul yang unik dan dapat menstimulasi pembentukan berbagai tipe antibodi. Sistem imun dapat merespon berjuta-juta jenis dari mikroorganisme atau benda asing. Bayi dapat memperoleh kekebalan (antibodi) dari ibunya pada saat masih berada di dalam kandungan. Sehingga bayi tersebut memiliki sistem kekebalan terhadap penyakit seperti kekebalan yang dimiliki ibunya.

Kekebalan pasif setelah lahir yaitu jika bayi terhindar dari penyakit setelah dilakukan suntikan dengan serum yang mengandung antibodi, misanya ATS (Anti Tetanus Serum). Sistem kekebalan tubuh yang diperoleh bayi sebelum lahir belum bisa beroperasi secara penuh, tetapi tubuh masih bergantung pada sistem kekebalan pada ibunya. Imunitas pasif hanya berlangsung beberapa hari atau beberapa minggu saja.

b. Struktur Antibodi

Setiap molekul antibodi terdiri dari dua rantai polipeptida yang identik, terdiri dari rantai berat dan rantai ringan. Struktur yang identik menyebabkan rantai-rantai polipeptida membentuk bayangan kaca terhadap sesamanya. Empat rantai pada molekul antibodi dihubungkan satu sama lain dengan ikatan disulfida (-s-s-) membentuk molekul bentuk Y. Dengan membandingkan deretan asam amino dari molekul-molekul antibodi yang berbeda, menunjukkan bahwa spesifikasi anti-gen-antibodi berada pada dua lengan dari Y. Sementara cabang dari Y menentukan peran antibodi dalam respon imun. Struktur antibodi dapat Anda amati pada Gambar 11.6 di samping ini untuk memudahkan dalam membayangkan bentuk antibodi.

Page 7: Makrofag Dan Sel T

c. Cara Kerja Antibodi

Cara kerja antibodi dalam mengikat antigen ada empat macam. Prinsipnya adalah terjadi pengikatan antigen oleh antibodi, yang selanjutnya antigen yang telah diikat antibodi akan dimakan oleh sel makrofag. Berikut ini adalah cara pengikatan antigen oleh antibodi.

1) Netralisasi

Antibodi menonaktifkan antigen dengan cara memblok bagian tertentu antigen. Antibodi juga menetralisasi virus dengan cara mengikat bagian tertentu virus pada sel inang. Dengan terjadinya netralisasi maka efek merugikan dari antigen atau toksik dari patogen dapat dikurangi.

2)    Penggumpalan

Penggumpalan partikel-partikel antigen dapat dilakukan karena struktur antibodi yang memungkinkan untuk melakukan pengikatan lebih dari satu antigen. Molekul antibodi memiliki sedikitnya dua tempat pengikatan antigen yang dapat bergabung dengan anti-gen-antigen yang berdekatan. Gumpalan atau kumpulan bakteri akan memudahkan sel fagositik (makrofag) untuk menangkap dan memakan bakteri secara cepat.

3)    Pengendapan

Prinsip pengendapan hampir sama dengan penggumpalan, tetapi pada pengendapan antigen yang

Page 8: Makrofag Dan Sel T

dituju berupa antigen yang larut. Pengikatan antigen-antigen tersebut membuatnya dapat diendapkan, sehingga sel-sel makrofag mudah dalam menangkapnya.

4)    Aktifasi Komplemen

Antibodi akan bekerja sama dengan protein komplemen untuk melakukan penyerangan terhadap sel asing. Pengaktifan protein komplemen akan menyebabkan terjadinya luka pada membran sel asing dan dapat terjadi lisis. Perhatikan Gambar 11.7.

Sistem imun dapat mengenali antigen yang sebelumnya pernah dimasukkan ke dalam tubuh, disebut memori imunologi. Dikenal respon primer dan respon sekunder dalam sistem imun yang berkaitan dengan memori imun. Berikut ini adalah gambaran respon primer dan sekunder.

Page 9: Makrofag Dan Sel T

Gambar 11.8 menunjukkan bahwa setelah injeksi antigen A yang kedua, respon imun sekunder jauh lebih besar dan lebih cepat daripada respon primer. Dengan demikian respon sekunder sebenarnya lebih penting peranannya dalam sistem imun.

Demikian artikel "Pembentukan, Macam, Struktur & Cara Kerja Antibodi" ini saya susun, artikel ini saya ambil dari ( BSE ): Definisi

Fungsi sistem kekebalan tubuh adalah sebagai pertahanan tubuh terhadap benda asing. Mikroorganisme, sel-sel kanker, bahkan jaringan atau organ transplantasi dianggap sebagai benda asing yang harus dilawan oleh tubuh.

Sistem kekebalan merupakan suatu sistem yang rumit, tetapi strategi dasarnya sangat sederhana, yaitu mengenali musuh, mengerahkan kekuatan dan menyerang. Dengan memahami anatomi dan komponen dari sistem kekebalan, akan memudahkan kita dalam memahami cara kerja dari sistem kekebalan.

ANATOMI Sistem kekebalan memiliki sistem peredaran sendiri yaitu pembuluh getah bening, yang masuk ke setiap organ tubuh kecuali otak. Pembuluh getah bening mengandung cairan kental (getah bening) yang terdiri dari cairan yang mengandung lemak dan sel-sel darah putih.

Organ-organ yang terkait dengan sistem kekebalan tubuh disebut organ limfoid. Organ limfoid berperan dalam pembentukan, perkembangan, dan pelepasan limfosit. Pembuluh darah dan pembuluh getah bening merupakan bagian penting dari organ limfoid karena fungsinya yang membawa limfosit ke dan dari berbagai daerah di tubuh. 

Organ limfoid dapat dibagi menjadi organ limfoid primer dan organ limfoid sekunder. Organ

Page 10: Makrofag Dan Sel T

limfoid primer merupakan tempat sel-sel darah putih diproduksi, yaitu :

Sumsum tulang, yaitu tempat pembentukan berbagai jenis sel darah putih, meliputi neutrofil, eosinofil, basofil, monosit, limfosit B, dan sel-sel prekursor limfosit T.  

Thymus, yaitu tempat pembentukan limfosit T, dimana limfosit T dibuat untuk dapat mengenali antigen asing dan membedakannya dengan antigen dirinya sendiri.

Organ limfoid sekunder meliputi limpa, kelenjar getah bening, tonsil (amandel), usus buntu, dan plak Peyer pada usus halus. Organ-organ limfoid ini menangkap mikroorganisme dan substansi asing lain serta menjadi tempat untuk sel-sel imun berkumpul dan berinteraksi membentuk respon imun. 

Kelenjar-kelenjar getah bening dihubungkan oleh serangkaian pembuluh getah bening. Sistem limfatik membawa mikroorganisme, substansi asing lain, sel-sel kanker, dan sel-sel tubuh yang rusak atau mati dari berbagai jaringan tubuh menuju kelenjar getah bening, dimana sel-sel dan substansi asing tersebut akan disaring dan dihancurkan. Dengan demikian, kelenjar getah bening merupakan salah satu tempat pertama penyebaran sel-sel kanker. Sel-sel kanker pada kelenjar getah bening dapat menyebabkan pembesaran pada kelenjar tersebut. Kelenjar getah bening juga dapat membesar karena adanya infeksi.  

Rancangan yang jenius dari sistem kekebalan tubuh ini menjamin ketersediaan dan penyusunan respon kekebalan dengan segera, dimanapun diperlukan. 

KOMPONEN SISTEM KEKEBALAN Sistem kekebalan terdiri dari sel-sel dan zat-zat yang bisa larut. Sel-sel utama dari sistem kekebalan adalah sel-sel darah putih, yaitu makrofag, neutrofil dan limfosit. Zat-zat yang bisa larut adalah molekul-molekul yang tidak terdapat di dalam sel tetapi larut dalam suatu cairan (misalnya plasma). Zat-zat terlarut yang utama adalah antibodi, protein komplemen dan sitokin. Beberapa zat terlarut bertindak sebagai pembawa pesan (messenger) untuk menarik dan mengaktifkan sel-sel lainnya.

Page 11: Makrofag Dan Sel T

Molekul kompleks histokompatibiliti mayor merupakan pusat dari sistem kekebalan yang membantu untuk mengenali benda asing.

Makrofag Makrofag adalah sel darah putih yang berukuran besar, yang dapat mencerna mikroba, antigen, dan zat-zat asing lainnya. Antigen adalah setiap zat yang bisa merangsang suatu respon kekebalan; antigen bisa merupakan bakteri, virus, protein, karbohidrat, sel-sel kanker dan racun. Sitoplasma makrofag mengandung granula yang berisi enzim dan zat-zat lain yang memungkinkan makrofag mencerna dan menghancurkan mikroba dan zat-zat asing lainnya. 

Makrofag tidak ditemukan di dalam darah, tetapi terdapat di tempat-tempat strategis, dimana organ tubuh berhubungan dengan aliran darah atau dunia luar.Misalnya makrofag ditemukan di daerah dimana paru-paru menerima udara dari luar dan sel-sel hati yang berhubungan dengan pembuluh darah.

Neutrofil Neutrofil adalah sel darah putih yang berukuran besar, yang dapat mencerna mikroba dan antigen lainnya. Neutrofil memiliki granula yang mengandung enzim untuk menghancurkan antigen yang makan olehnya. Neutrofil ditemukan di dalam darah dan dapat masuk ke dalam jaringan dengan adanya rangsangan khusus.

Makrofag dan neutrofil seringkali bekerja sama; makrofag memulai suatu respon kekebalan dan mengirimkan sinyal untuk menarik neutrofil bergabung dengannya di daerah yang mengalami gangguan. Jika neutrofil telah tiba, mereka menghancurkan benda asing dengan cara mencernanya.

Limfosit Limfosit merupakan sel utama pada sistem getah bening. Limfosit memiliki ukuran yang relatif lebih kecil daripada makrofag dan neutrofil. Neutrofil berumur tidak lebih dari 7-10 hari, tetapi limfosit bisa hidup selama bertahun-tahun bahkan sampai berpuluh-puluh tahun. Limfosit dapat dibagi ke dalam 3 kelompok utama:

1. Limfosit B berasal dari sel induk (stem cell) di dalam sumsum tulang. Limfosit B dapat tumbuh menjadi sel plasma dan menghasilkan antibodi

2. Limfosit T terbentuk jika sel induk di sumsum tulang masuk ke kelenjar thymus dan mengalami pembelahan dan pematangan. Di dalam kelenjar thymus, limfosit T belajar membedakan benda asing dan yang bukan benda asing. Limfosit T dewasa meninggalkan kelenjar thymus dan masuk ke dalam pembuluh getah bening dan berfungsi sebagai bagian dari sistem pengawasan kekebalan.

3. Sel NK (Natural Killer Cell), memiliki ukuran yang agak lebih besar dari limfosit T dan limfosit B. Sel ini dinamakan sel pemusnah karena sel-sel ini membunuh mikroba dan sel-sel kanker tertentu. Istilah alami (natural) digunakan karena sel-sel ini siap membunuh sel target segera setelah dibentuk, tanpa perlu melewati proses pematangan seperti pada limfosit T dan limfosit B. Sel NK juga menghasilkan beberapa sitokin yang

Page 12: Makrofag Dan Sel T

mengatur sebagian fungsi limfosit T, limfosit B dan makrofag.

Antibodi Adanya rangsangan dari suatu antigen membuat limfosit B mengalami pematangan menjadi sel-sel yang menghasilkan antibodi. Antibodi merupakan protein yang dapat bereaksi dengan antigen. Antibodi disebut juga sebagai immunoglobulin. Setiap molekul antibodi memiliki dua bagian, yaitu bagian untuk berikatan dengan antigen dan bagian yang strukturnya menerangkan kelompok antibodi. Terdapat 5 jenis kelompok antibodi:

IgM yaitu antibodi yang dihasilkan pada pemaparan awal oleh suatu antigen. Contohnya, jika seorang anak menerima vaksinasi tetanus I, maka 10-14 hari kemudian akan terbentuk antibodi antitetanus IgM (respon antibodi primer). IgM banyak terdapat di dalam darah tetapi dalam keadaan normal tidak ditemukan di dalam organ maupun jaringan. IgG merupakan jenis antibodi yang paling umum, yang dihasilkan pada pemaparan antigen berikutnya. Contohnya, setelah mendapatkan suntikan tetanus II (booster), maka 5-7 hari kemudian seorang anak akan membentuk antibodi IgG. Respon antibodi sekunder ini lebih cepat dan lebih berlimpah dibandingkan dengan respon antibodi primer. IgG ditemukan di dalam darah dan jaringan. IgG merupakan satu-satunya antibodi yang dapat masuk melalui plasenta dari ibu ke janin di dalam kandungannya. IgG ibu melindungi janin dan bayi baru lahir sampai sistem kekebalan bayi bisa menghasilkan antibodi sendiri. IgA adalah antibodi yang memegang peranan penting pada pertahanan tubuh terhadp masuknya mikroorganisme melalui permukaan yang dilapisi selaput lendir, yaitu hidung, mata, paru-paru dan usus. IgA ditemukan di dalam darah dan cairan tubuh (pada saluran pencernaan, hidung, mata, paru-paru, ASI). IgE adalah antibodi yang menyebabkan reaksi alergi akut (reaksi alergi segera). IgE penting dalam melawan infeksi parasit (misalnya river blindness dan skistosomiasis), yang banyak ditemukan di negara berkembang. IgD adalah antibodi yang terdapat dalam jumlah yang sangat sedikit di dalam darah. Fungsinya belum sepenuhnya dimengerti.

Sitem Komplemen 

Page 13: Makrofag Dan Sel T

Sistem komplemen mengandung lebih dari 18 macam protein. Protein-protein ini bertindak dalam suatu kaskade, dimana satu protein mengaktifkan protein yang lain dan seterusnya. Sistem komplemen bisa diaktifkan melalui 2 cara :

1. Jalur alternatif : diaktifkan oleh produk mikroba tertentu atau antigen 2. Jalur klasik : diaktifkan oleh antibodi khusus yang terikat pada antigen (komplek imun)

Sistem komplemen berfungsi menghancurkan benda asing, baik secara langsung maupun bergabung dengan komponen sistem kekebalan lainnya.

Sitokin Pada sistem kekebalan, sitokin berfungsi sebagai pembawa pesan. Sitokin dihasilkan oleh sel-sel pada sistem kekebalan sebagai respon terhadap perangsangan antigen. Sitokin membantu beberapa aspek sistem kekebalan dan menekan aspek yang lainnya.

Beberapa sitokin bisa diberikan melalui suntikan untuk mengobati penyakit tertentu, misalnya: - interferon alfa, efektif untuk mengobati kanker tertentu (misalnya hairy cell leukemia) - interferon beta, digunakan untuk mengobati multipel sklerosis - interleukin-2 diberikan pada penderita melanoma maligna dan kanker ginjal - granulocyte colony-stimulating factor merangsang pembentukan neutrofil, diberikan pada penderita kanker yang memiliki sedikit neutrofil sebagai efek samping dari kemoterapi. 

Kompleks Histokompatibiliti Mayor Semua sel memiliki molekul pada permukaannya, yang khas untuk setiap individu. Molekul ini disebut molekul kompleks histokompatibiliti mayor. Melalui molekul ini, tubuh dapat membedakan mana yang merupakan benda asing dan mana yang bukan benda asing.

Terdapat 2 jenis molekul kompleks histokompatibiliti mayor (disebut juga human leukocyte antigens atau HLA):

1. HLA I ditemukan di semua sel tubuh, kecuali sel darah merah 2. HLA II hanya ditemukan pada permukaan makrofag serta limfosit T dan limfosit B yang

telah dirangsang oleh suatu antigen

Saat janin mulai membentuk sistem kekebalan, sel induk (stem cell) berpindah ke kelenjar thymus dan membelah serta berkembang menjadi limfosit T. Ketika berkembang di dalam kelenjar thymus, limfosit T belajar membedakan dirinya dengan yang bukan dirinya (benda asing). Setiap limfosit T yang bereaksi terhadap HLA thymus dimusnahkan. Setiap limfosit T yang memerima HLA thymus dan belajar bekerja sama dengan sel-sel yang mencerminkan HLA tubuh akan mengalami pematangan dan meninggalkan thymus. Hasilnya adalah limfosit T dewasa dapat mengenali dan tidak menyerang sel-sel tubuhnya sendiri dan saat mempertahankan tubuh, limfosit T bisa bekerja sama dengan sel-sel tubuh lainnya. 

Kadang limfosit T kehilangan kemampuannya untuk membedakan benda asing dan bukan benda asing. Jika limfosit T tidak dapat mengenali HLAnya sendiri, maka dia akan menyerang tubuhnya sendiri, sehingga terjadi penyakit autoimun (misalnya lupus eritematosus sistemik atau

Page 14: Makrofag Dan Sel T

sklerosis multipel). 

KEKEBALAN & RESPON KEKEBALAN Sistem kekebalan memiliki suatu jaringan pengawasan dan keseimbangan yang rumit, yang bisa dibedakan menjadi kekebalan yang dibawa dari lahir dan kekebalan yang didapat. 

Setiap orang terlahir dengan kekebalan bawaan. Komponen dari sistem kekebalan yang terlibat dalam kekebalan bawaan antara lain makrofag, neutrofil dan sistem komplemen. Komponen tersebut memberi reaksi dan mengenali antigen yang sama terhadap semua benda asing.

Kekebalan yang didapat diperoleh setelah lahir. Pada saat lahir, sistem kekebalan seseorang belum bertemu dengan dunia luar atau belum mulai membangun arsip memorinya. Sistem kekebalan belajar untuk memberikan respon terhadap semua antigen baru yang ditemuinya. Karena itu, kekebalan yang didapat bersifat khusus (spesifik) untuk setiap antigen yang ditemui selama hidup seseorang. Tanda dari kekebalan spesifik adalah kemampuan untuk mempelajari, menyesuaikan, dan mengingat.

Sistem kekebalan yang didapat memiliki rekaman atau ingatan dari setiap antigen yang ditemui; baik melalui pernafasan, makanan atau kulit. Hal ini dimungkinkan karena limfosit memiliki umur yang panjang. Jika bertemu dengan suatu antigen untuk yang kedua kalinya, maka limfosit dengan segera akan memberikan respon spesifik terhadap antigen tersebut. Dengan adanya respon spesifik ini, maka seseorang tidak akan menderita cacar air atau campak lebih dari 1 kali dan karena respon spesifik ini pula maka vaksinasi berhasil mencegah terjadinya penyakit. Contohnya, untuk mencegah polio diberikan vaksinasi yang berasal dari virus polio yang dilemahkan. Jika kemudian orang tersebut terpapar oleh virus polio, maka sistem kekebalan akan membuka arsip memorinya, menemukan konsep untuk virus polio dan dengan segera mengaktifkan pertahanan yang sesuai. Hasilnya adalah pemusnahan virus polio oleh antibodi spesifik yang menetralkan virus sebelum virus memiliki kesempatan untuk berlipatganda dan memasuki sistem saraf.

Kekebalan tubuh bawaan dan kekebalan yang didapat tidak tergantung satu sama lain. Setiap sistem berinteraksi dan mempengaruhi satu sama lainnya, baik secara langsung maupun melalui rangsangan sitokin.

REAKSI AUTOIMUN 

Page 15: Makrofag Dan Sel T

Kadang terjadi kelainan fungsi sistem kekebalan, dimana jaringn tubuh dikenali sebagai benda asing lalu diserang sehingga terjadi reaksi autoimun. Reaksi autoimun bisa dipicu oleh beberapa hal:

Suatu zat di dalam tubuh yang dalam keadaan normal hanya terdapat pada suatu daerah khusus (dan berada diluar jangkauan sistem kekebalan) dilepaskan ke dalam sirkulasi umum. Misalnya cairan di dalam bola mata dalam keadaan normal hanya terdapat di dalam rongga bola mata. Jika terjadi suatu tusukan yang menyebabkan terlepasnya cairan ini ke dalam aliran darah, maka sistem kekebalan akan bereaksi melawannya. Perubahan pada suatu zat tubuh yang normal. Misalnya virus, obat-obatan, cahaya matahari atau penyinaran bisa mengubah struktur protein pada tubuh sehingga sistem kekebalan mengenalinya sebagai benda asing. Sistem kekebalan memberikan respon terhadap zat asing yang menyerupai zat tubuh alami dan menyerangnya sebagai benda asing. Terjadi kelainan fungsi di dalam sel yang mengendalikan pembentukan antibodi. Misalnya limfosit B yang ganas bisa menghasilkan antibodi abnormal yang menyerang sel darah merah.

Akibat reaksi autoimun dapat bervariasi: - Demam - Kerusakan berbagai jaringan, misalnya pembuluh darah, tulang rawan dan kulit - Kerusakan organ - Peradangan dan kerusakan jaringan bisa menyebabkan gagal ginjal, gangguan pernafasan, kelainan fungsi jantung, nyeri, kelainan bentuk, delirium dan kematian.

Sejumlah besar penyakit yang hampir dipastikan merupakan reaksi autoimun adalah: - Lupus eritematosus sistemik - Miastenia gravis - Penyakit Graves - Tiroiditis Hashimoto - Pemfigus - Artritis rematoid - Skleroderma - Sindroma Sjogren - Anemia pernisiosa