makna material tradisi puputan pada masyarakat …digilib.unila.ac.id/56253/3/skripsi tanpa bab...

64
MAKNA MATERIAL TRADISI PUPUTAN PADA MASYARAKAT JAWA DI DUSUN IX KAMPUNG RUKTI HARJO KECAMATAN SEPUTIH RAMAN Skripsi Oleh Febrianti Putri FALKUTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2018

Upload: others

Post on 12-Aug-2020

34 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: MAKNA MATERIAL TRADISI PUPUTAN PADA MASYARAKAT …digilib.unila.ac.id/56253/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfsedulur papat limo pancer ini wajib kita jaga untuk menyelaraskan diri

MAKNA MATERIAL TRADISI PUPUTAN PADA MASYARAKAT JAWA DI

DUSUN IX KAMPUNG RUKTI HARJO

KECAMATAN SEPUTIH RAMAN

Skripsi

Oleh

Febrianti Putri

FALKUTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2018

Page 2: MAKNA MATERIAL TRADISI PUPUTAN PADA MASYARAKAT …digilib.unila.ac.id/56253/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfsedulur papat limo pancer ini wajib kita jaga untuk menyelaraskan diri

ABSTRAK

MAKNA MATERIAL TRADISI PUPUTAN PADA MASYARAKAT JAWA DI

DUSUN IX KAMPUNG RUKTI HARJO

KECAMATAN SEPUTIH RAMAN

Oleh

Febrianti Putri

Salah satu tradisi setelah kelahiran yang hingga saat ini masih dilaksanakan oleh

masyarakat Jawa di Dusun IX, Kampung Rukti Harjo yaitu Tradisi Puputan. Tradisi

Puputan dilaksanakan setelah putusnya tali pusar pada bayi, biasanya sebelum

seminggu bahkan lebih dari seminggu, namun apabila tali pusar sudah mengering

kemudian dibungkus dengan kain putih, lalu disimpan. Rumusan masalah penelitian

adalah apa makna tersirat dan tersurat material Tradisi Puputan? Tujuan penelitian

mengetahui makna tersirat dan tersurat material Tradisi Puputan. Metode

heurmenetika dengan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data wawancara,

observasi, dokumentasi dan kepustakaan. Teknik analisis data kualitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa makna material Tradisi Puputan yang terdapat

pada masyarakat Jawa mengenai kelahiran dapat dilihat melalui simbol-simbol yaitu

ketumbar simbol rahim wanita dan harapan agar menjadi perempuan yang memiliki

watak gemati, merica simbol benih laki-laki dan harapan agar menjadi laki-laki yang

bertanggung jawab, gedang rojo simbol doa ambeg adil paramarta berbudi bawa

leksana, widara, awar-awar girang simbol anti sawan, daun nanas simbol ular agar

anak selalu terlindungi, kemarung sebagai benteng, telur simbol embrio, jenang putih

simbol bibit ayah, jenang merah simbol bibit ibu, jenang barobaro simbol anak, sega

golong simbol tekad kang gumolong dadi sawiji, jajan pasar simbol kekayaan, urap

(kacang panjang simbol umur, bayam simbol ayem tentrem, kecambah simbol benih),

tumbak sewu, coreng hitam putih, lawe dan batu gilig simbol benteng.

Kesimpulan dari penelitian ini yaitu tali puasar bayi yang merupakan bagian dari

sedulur papat limo pancer ini wajib kita jaga untuk menyelaraskan diri kita

(mikrokosmos) sebagai bagian dari jagad besar (makrokosmos) dan sekaligus

pengendalian diri kita atas nafsu-nafsu yang tidak baik dengan cara melaksanakan

Tradisi Puputan dengan berbagai material yang digunakan.

Kata kunci: makna, material, tradisi puputan

Page 3: MAKNA MATERIAL TRADISI PUPUTAN PADA MASYARAKAT …digilib.unila.ac.id/56253/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfsedulur papat limo pancer ini wajib kita jaga untuk menyelaraskan diri

MAKNA MATERIAL TRADISI PUPUTAN PADA MASYARAKAT JAWA DI

DUSUN IX KAMPUNG RUKTI HARJO

KECAMATAN SEPUTIH RAMAN

Oleh

Febrianti Putri

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar

SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Sejarah

Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2018

Page 4: MAKNA MATERIAL TRADISI PUPUTAN PADA MASYARAKAT …digilib.unila.ac.id/56253/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfsedulur papat limo pancer ini wajib kita jaga untuk menyelaraskan diri

Judul Skripsi : MAKNA MATERIAL TRADISI PUPUTAN

PADA MASYARAKAT JAWA DI DUSUN IX

KAMPUNG RUKTI HARJO KECAMATAN

SEPUTIH RAMAN

Nama Mahasiswa : Febrianti Putri

Nomor Pokok Mahasiswa : 1413033025

Program Studi : Pendidikan Sejarah

Jurusan : Pendidikan IPS

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI

1. Komisi Pembimbing

Pembimbing I, Pembimbing II,

Dr. Risma M. Sinaga, M.Hum. Muhammad Basri, S.Pd.,M.Pd.

NIP 19620411 198603 2 001 NIP19731120200501 1 001

2. Mengetahui

Ketua Jurusan Ketua Program Studi

Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Pendidikan Sejarah

Drs. Zulkarnain, M.Si. Drs. Syaiful. M,Si.

NIP 19600111 198703 1 001 NIP 19610703 198503 1 004

Page 5: MAKNA MATERIAL TRADISI PUPUTAN PADA MASYARAKAT …digilib.unila.ac.id/56253/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfsedulur papat limo pancer ini wajib kita jaga untuk menyelaraskan diri

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua :Dr. Risma M.Sinaga, M.Hum. ………….

Sekretaris : Muhammad Basri, S.Pd.,M.Pd. .................

Penguji

Bukan Pembimbing : Hendry Susanto, S.S, M.Hum. .................

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Prof. Dr. Patuan Raja, M.Pd

NIP 19620804 198905 1 001

Tanggal Lulus Ujian Skripsi : 17 Desember 2018

Page 6: MAKNA MATERIAL TRADISI PUPUTAN PADA MASYARAKAT …digilib.unila.ac.id/56253/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfsedulur papat limo pancer ini wajib kita jaga untuk menyelaraskan diri

PERNYATAAN SKRIPSI MAHASISWA

Yang bertanda tangan dibawah ini:

nama : Febrianti Putri

NPM : 1413033025

jurusan : Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

program studi : Pendidikan Sejarah

Menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang telah diajukan untuk

memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan tidak terdapat karya

atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang

secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Bandar Lampung,

Pemberi Pernyataan

Febrianti Putri

NPM 1413033025

Page 7: MAKNA MATERIAL TRADISI PUPUTAN PADA MASYARAKAT …digilib.unila.ac.id/56253/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfsedulur papat limo pancer ini wajib kita jaga untuk menyelaraskan diri

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kampung Rukti Harjo Kecamatan Seputih

Raman Kabupaten Lampung Tengah pada tanggal 21 Januari 1996,

bertepatan. Penulis merupakan anak bungsu dari empat bersaudara,

buah hati dari pasangan Bapak Haryoto dan Ibu Nurmiwati.

Penulis memulai pendidikan dasar di Sekolah Dasar Negeri 2 (SDN2) Rukti Harjo

Kecamatan Seputih Raman Kabupaten Lampung Tengah pada tahun 2002. Pada

tahun 2008 penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Pertama Negeri

(SMPN) 1 Kecamatan Seputih Raman Kabupaten Lampung Tengah. Penulis

melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 1 Kotagajah

pada tahun 2011 dan selesai pada tahun 2014. Pada tahun 2014 penulis terdaftar

sebagai mahasiswa di Universitas Lampung pada Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Program Studi Pendidikan

Sejarah melalui jalur SNMPTN.

Pada tahun 2014 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Lapangan (KKL). Selain itu

penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Kampung Sidoarjo. Pada tahun

yang sama penulis melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMA N 2

Blambangan Umpu.

Page 8: MAKNA MATERIAL TRADISI PUPUTAN PADA MASYARAKAT …digilib.unila.ac.id/56253/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfsedulur papat limo pancer ini wajib kita jaga untuk menyelaraskan diri

PERSEMBAHAN

Terucap Syukur kehadirat Allah SWT, kupersembahkan karya ini

Sebagai tanda cinta, kasih sayang dan baktiku kepada:

Bapak ku Haryoto, Ibu ku Nurmiwati

Kakakku Pragola Putra, Nurita Anggraini, dan Nurina Anggraini

Yang selalu mendukungku

Dalam menggapai cita-cita dan

Yang telah menjadi segala sumber dari semangatku

Para pendidik dan sahabat-sahabatku yang memberikan semangat

untukku serta almamaterku tercinta

Page 9: MAKNA MATERIAL TRADISI PUPUTAN PADA MASYARAKAT …digilib.unila.ac.id/56253/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfsedulur papat limo pancer ini wajib kita jaga untuk menyelaraskan diri

MOTTO

Yakinlah, akan ada sesuatu yang menantimu selepas banyak kesabaran

(yang kau jalani), yang akan membuatmu terpana hingga kau lupa

betapa pedihnya rasa sakit.

(Ali Bin Abi Thalib)

Harapan adalah tiang yang menyangga dunia.

(Pliny the Elder)

Page 10: MAKNA MATERIAL TRADISI PUPUTAN PADA MASYARAKAT …digilib.unila.ac.id/56253/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfsedulur papat limo pancer ini wajib kita jaga untuk menyelaraskan diri

SANWACANA

Assalamualaikum Wr. Wb

Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya,

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “MAKNA

MATERIAL TRADISI PUPUTAN PADA MASYARAKAT JAWA DI DUSUN

IX KAMPUNG RUKTI HARJO KECAMATAN SEPUTIH RAMAN”.

Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW

yang selalu kita nantikan syafaat-Nya di hari akhir kelak.

Penulis menyadari akan keterbatasan dan kemampuan yang dimiliki, sehingga

mendapat banyak bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak, maka dalam

kesempatan ini peneliti mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Patuan Raja, M.Pd., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Lampung.

2. Bapak Dr. Sunyono, M.Si., Wakil Dekan I Bidang Akademik dan Kerjasama

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

3. Bapak Drs. Supriyadi, M.Pd., Wakil Dekan II Bidang Umum dan Keuangan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

Page 11: MAKNA MATERIAL TRADISI PUPUTAN PADA MASYARAKAT …digilib.unila.ac.id/56253/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfsedulur papat limo pancer ini wajib kita jaga untuk menyelaraskan diri

4. Bapak Dr. Riswanti Rini, M.Si., Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

5. Bapak Drs. Zulkarnain, M.Si., Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan

Sosial yang telah memberikan kemudahan kepada penulis dalam menyelesaikan

skripsi ini.

6. Bapak Drs. Syaiful M, M. Si., Ketua Program Studi Pendidikan Sejarah yang

telah membantu memberikan masukan, kritik dan saran selama proses

perkuliahan maupun selama penyusunan skripsi. Terimakasih Pak.

7. Ibu Dr. Risma M.Sinaga, M.Hum., sebagai pembimbing utama yang telah sabar

membimbing dan memberi masukan serta saran yang sangat bermanfaat

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Terimakasih Ibu.

8. Bapak Muhammad Basri, S.Pd.,M.Pd., pembimbing kedua dalam skripsi ini yang

telah memberikan bimbingan, sumbangan pikiran, kritik dan saran selama

perkuliahan maupun selama penyusunan skripsi. Terimakasih Bapak.

9. Bapak Hendry Susanto, S.S, M.Hum. dosen pembahas yang telah bersedia

meluangkan waktu, memberikan bimbingan, kritik, saran, serta nasihat dalam

proses perkuliahan dan proses penyelesaian skripsi. Terimakasih Pak.

10. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Sejarah Drs. Maskun, M.H.,

Drs. Iskandar Syah, M.H., Drs. Ali Imron, M.Hum., Drs. Wakidi, M.Hum., Drs.

Tontowi, M.Si., Suparman Arif, S.Pd. M.Pd., Yustina Sri Ekwandari, S.Pd,

M.Hum., Cheri Saputra, S.Pd, M.Pd., Miristica Imanita, S.Pd, M.Pd., Marzius

Insani, S.Pd, M.Pd., Valensy Rachmedita, S.Pd, M.Pd., Sumargono S.Pd, M.Pd.,

Anisa Septianingrum S.Pd, M.Pd., dan para pendidik di Unila pada umumnya

Page 12: MAKNA MATERIAL TRADISI PUPUTAN PADA MASYARAKAT …digilib.unila.ac.id/56253/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfsedulur papat limo pancer ini wajib kita jaga untuk menyelaraskan diri

yang telah memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis selama menjadi

mahasiswa di Program Studi Pendidikan Sejarah.

11. Masyarakat Jawa di Dusun IX, Kampung Rukti Harjo yang telah bersedia

sebagai subjek dalam penelitian.

12. Teman-teman seperjuangan Pendidikan Sejarah 2014 Yuni Lutfiani Latifa,

Rahmawati, Ririn Safitri, Tri Mulyani, Ade Prabowo, Muhammad Rinaldy, Yoga

Fernando Rizky, Carlos Hendrawan, Sulaiman Abdul Razak, Wayan Winda

Angel, Rudi Salam, Siti Halimah dan teman-temanku lainnya yang tidak dapat

disebutkan satu per satu.

13. Kakak tingkat yang selalu membantuku kak Retnia, kak Kadek dan kak Regiano.

14. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak

dapat disebutkan satu per satu. Terima kasih.

Semoga ALLAH SWT membalas segala amal kebaikan kita. Penulis berharap

semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan pembaca pada

umumnya.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Bandar Lampung, September 2018

Penulis

Febrianti Putri

Page 13: MAKNA MATERIAL TRADISI PUPUTAN PADA MASYARAKAT …digilib.unila.ac.id/56253/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfsedulur papat limo pancer ini wajib kita jaga untuk menyelaraskan diri

xiii

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ......................................................................................... xiv

DAFTAR TABEL ............................................................................... xvii

DAFTAR GAMBAR .......................................................................... xviii

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................... xvix

1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1

1.2. Analisis Masalah ...................................................................... 4

1.3. Rumusan Masalah .................................................................... 5

1.4. Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian dan Ruang Lingkup .... 5

1.4.1. Tujuan Penelitian ............................................................. 5

1.4.2. Kegunaan Penelitian ........................................................ 5

1.4.3. Ruang Lingkup Penelitian ................................................ 6

REFERENSI

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka ..................................................................... 9

2.1.1 Konsep Masyarakat Jawa ................................................ 9

2.1.2 Konsep Kelahiran Bayi Pada Masyarakat Jawa .............. 10

2.1.3 Konsep Material ............................................................ 22

2.1.4 Konsep Tradisi Puputan ................................................. 24

2.1.5 Konsep Makna ............................................................... 25

2.2 Kerangka Pikir ....................................................................... 27

2.3 Paradigma .............................................................................. 28

REFERENSI

III. METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian ................................................................... 31

3.2 Lokasi Penelitian .................................................................... 32

3.3 Variabel Penelitian ................................................................. 32

3.4 Teknik Pengumpulan Data ...................................................... 33

3.5.1.Wawancara .................................................................... 33

3.5.1.1.Informan ............................................................ 34

3.5.2.Observasi ....................................................................... 36

3.5.3.Dokumentasi .................................................................. 36

3.5.4.Studi Pustaka ................................................................. 36

Page 14: MAKNA MATERIAL TRADISI PUPUTAN PADA MASYARAKAT …digilib.unila.ac.id/56253/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfsedulur papat limo pancer ini wajib kita jaga untuk menyelaraskan diri

xiv

3.5 Teknik Analisis Data .............................................................. 37

3.6.1.Reduksi Data ................................................................. 37

3.6.2.Data Display (Penyajian Data) ....................................... 37

3.6.3.Penarikan Kesimpulan atau Verifikasi............................ 38

REFERENSI

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian ...................................................................... 40

4.1.1.Gambaran Umum Daerah Penelitian ............................... 40

4.1.1.1.Sejarah Kampung Rukti Harjo ............................ 40

4.1.1.2.Letak dan Batas Administrasi .............................. 42

4.1.1.4.Struktur Pemerintahan Kampung Rukti Harjo ...... 43

4.2.1.Deskripsi Hasil Penelitian .............................................. 45

4.2.1.1 Tradisi Kelahiran di Dusun IX Kampung Rukti

Harjo ................................................................... 45

4.2.1.2 Tradisi Puputan di Dusun IX Kampung Rukti

Harjo ................................................................... 46

4.2.1.3 Waktu Pelaksanaan Tradisi Puputan ................... 48

4.2.1.4 Pihak-pihak yang Terlibat pada Tradisi Puputan . 50

4.2.1.5 Prosesi Tradisi Puputan ....................................... 50

4.2.1.7 Makna Tradisi Puputan ....................................... 56

4.2.1.8 Makna Material Tradisi Puputan .........................

........................ 63

1. Bagian Tumbuhan ......................................... 63

2. Makanan ........................................................ 78

3. Bumbu Dapur ................................................ 94

4. Pewarna ......................................................... 95

5. Benang .......................................................... 96

6. Batu ............................................................... 98

4.2.1.8.2 Makna Tersurat Material ..................... 100

1. Bagian Tumbuhan ......................................... 100

2. Makanan ........................................................ 104

3. Bumbu Dapur ................................................ 109

4. Pewarna ......................................................... 110

5. Benang .......................................................... 110

6. Batu ............................................................... 111

4.2. Pembahasan ........................................................................... 112

4.2.1.Analisis Kelahiran Bayi Pada Masyarakat Jawa .............112

4.2.2.Analisis Makna Material Tradisi Puputan ......................120

4.2.2.1 Analisis Makna Tersirat Pada Material Tradisi

Puputan ............................................................. 120

4.2.2.2 Analisis Makna Tersurat Pada Material Tradisi

Puputan ............................................................. 134

4.2.2.3 Makrokosmos dan Mikrokosmos Tradisi Puputan137

REFERENSI

63

4.2.1.8.1 Makna Tersirat Material

Page 15: MAKNA MATERIAL TRADISI PUPUTAN PADA MASYARAKAT …digilib.unila.ac.id/56253/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfsedulur papat limo pancer ini wajib kita jaga untuk menyelaraskan diri

xv

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan ........................................................................... 142 5.2. Saran .................................................................................... 144

Page 16: MAKNA MATERIAL TRADISI PUPUTAN PADA MASYARAKAT …digilib.unila.ac.id/56253/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfsedulur papat limo pancer ini wajib kita jaga untuk menyelaraskan diri

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 1.1 Jumlah penduduk Kampung Rukti Harjo berdasarkan suku ........... 2

Tabel 4.1 Susunan Kepala Kampung di Kampung Rukti Harjo,

Kecamatan Seputih Raman Kabupaten Lampung Tengah ............. 41

Page 17: MAKNA MATERIAL TRADISI PUPUTAN PADA MASYARAKAT …digilib.unila.ac.id/56253/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfsedulur papat limo pancer ini wajib kita jaga untuk menyelaraskan diri

xvii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

4.1. Foto bayi yang sudah lepas tali pusarnya .............................................. 51

4.2. Foto ketumbar ...................................................................................... 63

4.3. Foto merica .......................................................................................... 66

4.4. Foto pisang raja.................................................................................... 69

4.5. Foto daun widara, awar-awar, dan girang ............................................. 73

4.6. Foto daun nanas yang diolesi hitam dan putih ...................................... 76

4.7. Foto duri kemarung .............................................................................. 77

4.8. Foto telur ............................................................................................. 79

4.9. Foto jenang putih ................................................................................. 81

4.10. Foto jenang abang ............................................................................... 82

4.11. Foto jenang baro-baro .......................................................................... 85

4.12. Foto sega golong .................................................................................. 89

4.13. Foto jajan pasar .................................................................................... 90

4.14. Foto urap ............................................................................................. 91

4.15. Foto bumbu dapur ................................................................................ 94

4.16. Foto coreng-coreng hitam putih............................................................ 95

4.17. Foto benang lawe ................................................................................. 97

4.18. Foto batu gilig ...................................................................................... 98

4.19. Foto ketumbar ...................................................................................... 100

4.20. Foto merica .......................................................................................... 100

4.21. Foto pisang raja.................................................................................... 101

4.22. Foto daun widara, awar-awar, dan girang ............................................. 102

4.23. Foto daun nanas yang diolesi hitam dan putih ...................................... 103

4.24. Foto duri kemarung .............................................................................. 104

4.25. Foto telur ............................................................................................. 105

4.26. Foto jenang putih, abang, baro-baro ..................................................... 106

4.27. Foto sega golong .................................................................................. 107

4.28. Foto jajan pasar .................................................................................... 107

4.29. Foto urap ............................................................................................. 109

4.30. Foto tumbak sewu ................................................................................ 109

4.31. Foto coreng-coreng hitam putih............................................................ 110

4.32. Foto benang lawe ................................................................................. 111

4.33. Foto batu gilig ...................................................................................... 111

Page 18: MAKNA MATERIAL TRADISI PUPUTAN PADA MASYARAKAT …digilib.unila.ac.id/56253/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfsedulur papat limo pancer ini wajib kita jaga untuk menyelaraskan diri

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Pedoman wawancara .................................................................................. 150

Tabulasi hasil wawancara ............................................................................ 152

Foto wawancara dengan informan ................................................................ 181

Rekapitulasi informan ................................................................................... 184

Surat tindak kajian judul ............................................................................... 186

Surat rekomendasi menjadi pembahas .......................................................... 187

Surat izin penelitian ...................................................................................... 188

Surat balasan kepala kampung ..................................................................... 189

Page 19: MAKNA MATERIAL TRADISI PUPUTAN PADA MASYARAKAT …digilib.unila.ac.id/56253/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfsedulur papat limo pancer ini wajib kita jaga untuk menyelaraskan diri

1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Daur hidup adalah peristiwa-peristiwa di sekitar hidup individu. Hal ini

dapat kita lihat pada masa bayi, masa kanak-kanak, masa remaja, masa

dewasa, saat perkawinan, setelah perkawinan dan kematian.

Peristiwa-peristiwa tersebut menunjukkan adanya peralihan-peralihan

dalam kehidupan manusia. Pada saat-saat peralihan ini diliputi oleh

kekhawatiran, karena si anak mengalami suatu perubahan, baik perubahan

fisik maupun perubahan mental. Biasanya anak tersebut mengalami

perubahan fisik berupa peningkatan suhu badan, gelisah, dan sering

menangis. Oleh karena itu, pada saat-saat peralihan diadakan tradisi

slamatan yang maksudnya untuk menangkal hal-hal yang tidak diinginkan.

Masyarakat Jawa merupakan masyarakat yang masih menjunjung tinggi

nilai-nilai tradisi yang diwariskan oleh nenek moyangnya, mereka masih

melaksanakan tradisi-tradisi yang berkaitan dengan daur hidup manusia.

Berdasarkan pendapat Sutiyono (2013:43):

“Secara umum, tradisi slamatan pada masyarakat suku Jawa dibedakan

menjadi empat, slamatan siklus hidup manusia terdiri dari slamatan

kehamilan (Neloni, Mitoni, Procotan), slamatan kelahiran (Brokohan,

Puputan, Bubaran), slamatan perkawinan (Midodareni,

Page 20: MAKNA MATERIAL TRADISI PUPUTAN PADA MASYARAKAT …digilib.unila.ac.id/56253/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfsedulur papat limo pancer ini wajib kita jaga untuk menyelaraskan diri

2

Sepasaran, Tingkeban), slamatan kematian (Surtanah, Telung dinane,

Patang puluh dinane, Satus dinane, Setahun, Rong tahun dan Nyewu).

Tradisi dalam slamatan kelahiran adalah Puputan, yang diperuntukan pada

seorang bayi untuk memohon keselamatan, selain itu juga berfungsi

menjaga kesehatan bayi karena pusar bayi harus bersih. Biasanya Tradisi

Puputan dilakukan setelah tali pusar lepas. Tali pusar yang sudah

mengering akan terlepas dengan sendirinya, kemudian dibungkus dengan

kain putih, lalu disimpan. Dalam beberapa kasus pada masyarakat tali pusar

tersebut direndam dalam segelas air dan diminum airnya bila si bayi sakit.

Tradisi Puputan tersebut dapat dijumpai di Kampung Rukti Harjo,

Kecamatan Seputih Raman Kabupaten Lampung Tengah. Berdasarkan

monografi, Kampung Rukti Harjo, Kecamatan Seputih Raman, memiliki

jumlah penduduk 6.013 jiwa yang terbagi dalam 1.824 Kepala Keluarga

(KK). Kampung Rukti Harjo, Kecamatan Seputih Raman secara wilayah

dibagi dalam 9 Dusun dengan mayoritas masyarakatnya bersuku Jawa.

Jumlah penduduk yang terdapat di Kampung Rukti Harjo, Kecamatan

Seputih Raman Kabupaten Lampung Tengah terbagi lagi menjadi beberapa

suku, diantaranya:

Tabel 1.1 Jumlah penduduk Kampung Rukti Harjo berdasarkan suku

No. Suku Jumlah (orang)

1. Jawa 5.123

2. Bali 556

3. Sunda 128

4. Padang 112

5. Lampung 69

6. Lainnya 25

Page 21: MAKNA MATERIAL TRADISI PUPUTAN PADA MASYARAKAT …digilib.unila.ac.id/56253/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfsedulur papat limo pancer ini wajib kita jaga untuk menyelaraskan diri

3

Jumlah 6.013

Sumber: Monografi Kampung Rukti Harjo tahun 2017

Fenomena yang terjadi pada masyarakat Jawa di daerah tersebut yaitu

masyarakat percaya bahwa orangtua wajib melaksanakan tradisi puputan,

karena mereka percaya tradisi tersebut sakral dan bila tidak mengadakan

tradisi ini maka anak tersebut dapat terkena sawan selain itu masyarakat

juga percaya bahwa peringatan ini diadakan agar tercipta keseimbangan dan

keselerasan. Bagi masyarakat yang meyakininya, peringatan ini diadakan

untuk menjamin keselarasan atau keseimbangan tersebut.

Tradisi Puputan merupakan pengingat bahwa sang anak sudah bertambah

umur, yang berarti bahwa si anak mengalami suatu perubahan,baik

perubahan fisik maupun perubahan batin atau mental. Perubahan fisik

berupa peningkatan suhu badan, gelisah dan sering menangis. Meskipun

dianggap sebagai hal biasa dan tidak perlu dikhawatirkan, namun

masyarakat Jawa menganggap bahwa hal ini terkait dengan hal-hal gaib.

Orang Jawa melihat bahwa arus pertumbuhan ke arah kedewasaan itu

merupakan serangkaian babak yang semakin mengurangi kerawanan untuk

diserang oleh roh-roh jahat.

Seseorang yang secara psikologis kuat, akan mampu bertahan terhadap

serangan mereka. Tetapi daya tahan seorang anak atau bayi masih belum

berkembang, oleh sebab itu, masyarakat Jawa melaksanakan tradisi

Puputan sebagai bagian dari upaya untuk menghindarkan anak dan

keluarganya dari hal-hal yang dianggap dapat mengancam keselamatannya.

Tradisi Puputan hingga kini masih dilaksanakan oleh masyarakat Jawa,

Page 22: MAKNA MATERIAL TRADISI PUPUTAN PADA MASYARAKAT …digilib.unila.ac.id/56253/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfsedulur papat limo pancer ini wajib kita jaga untuk menyelaraskan diri

4

salah satunya masyarakat Jawa yang ada di Kampung Rukti Harjo,

Kecamatan Seputih Raman Kabupaten Lampung Tengah, mereka

merupakan masyarakat transmigran yang banyak yang berasal dari daerah

Jawa. Tradisi Puputan juga memiliki makna-makna tersendiri, yang

membawa nilai-nilai moral dan sosial yang berguna bagi perjalanan

kehidupannya generasi penerusnya kelak. Masyarakat percaya bila

material-material Tradisi Puputan memiliki makna oleh sebab itu

masyarakat selalu mengadakan tradisi ini menggunakan material yang

lengkap, untuk memohon keselamatan bagi bayi dan orangtuanya. Jika

material tidak lengkap masyarakat percaya bahwa bayi tersebut tidak akan

dilindungi dengan baik oleh pemomongnya.

Berdasarkan penjelasan di atas, penulis bermaksud mengadakan penelitian

untuk mengetahui lebih jauh mengenai makna material pada Tradisi

Puputan di Dusun IX, Kampung Rukti Harjo, Kecamatan Seputih Raman

sehingga masyarakat setempat lebih menghargai dan dapat melestarikan

tradisi ini.

1.2. Analisis Masalah

Fokus permasalahan penelitian ini adalah makna tersirat dan tersurat

material di Dusun IX, Kampung Rukti Harjo, Kecamatan Seputih Raman.

Page 23: MAKNA MATERIAL TRADISI PUPUTAN PADA MASYARAKAT …digilib.unila.ac.id/56253/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfsedulur papat limo pancer ini wajib kita jaga untuk menyelaraskan diri

5

1.3. Rumusan Masalah

Berdasarkan analisis masalah, maka rumusan masalah adalah sebagai

berikut, apa makna tersirat dan tersurat material Tradisi Puputan di Dusun

IX, Kampung Rukti Harjo, Kecamatan Seputih Raman?

1.4. Tujuan, Kegunaan dan Ruang Lingkup Penelitian

1.4.1. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui makna tersirat dan tersurat

material Tradisi Puputan di Dusun IX, Kampung Rukti Harjo, Kecamatan

Seputih Raman.

1.4.2. Kegunaan Penelitian

Setiap penelitian tentunya mempunyai kegunaan pada pihak-pihak yang

membutuhkan, adapun kegunaan dalam penelitian ini antara lain:

1.4.2.1. Secara Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan sumbangan

pengetahuan dalam rangka pengembangan ilmu pegetahuan

khususnya ilmu-ilmu sosial dan budaya mengenai makna tersirat

dan tersurat material Tradisi Puputan di Dusun IX, Kampung

Rukti Harjo, Kecamatan Seputih Raman.

Page 24: MAKNA MATERIAL TRADISI PUPUTAN PADA MASYARAKAT …digilib.unila.ac.id/56253/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfsedulur papat limo pancer ini wajib kita jaga untuk menyelaraskan diri

6

1.4.2.2. Secara Praktis

a. Bagi Pembaca

Memberikan informasi kepada peminat kebudayaan yang ingin

mengetahui tentang makna tersirat dan tersurat material Tradisi

Puputan di Dusun IX, Kampung Rukti Harjo, Kecamatan Seputih

Raman.

b. Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan

wawasan bagi peneliti mengenai makna tersirat dan tersurat

material Tradisi Puputan di Dusun IX, Kampung Rukti Harjo,

Kecamatan Seputih Raman.

1.4.3. Ruang Lingkup Penelitian

Sasaran dan tujuan penulis mencakup:

1. Obyek Penelitian : Makna tersirat dan tersurat material meliputi

material yang dipakai pada pelaksanaan Tradisi Puputan di Dusun IX,

Kampung Rukti Harjo, Kecamatan Seputih Raman.

2. Subyek Penelitian : Masyarakat Jawa di Dusun IX, Kampung Rukti

Harjo, Kecamatan Seputih Raman.

3. Tempat Penelitian : Dusun IX, Kampung Rukti Harjo, Kecamatan

Seputih Raman.

Page 25: MAKNA MATERIAL TRADISI PUPUTAN PADA MASYARAKAT …digilib.unila.ac.id/56253/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfsedulur papat limo pancer ini wajib kita jaga untuk menyelaraskan diri

7

4. Waktu penelitian : Tahun 2018

5. Disiplin Ilmu : Antropologi Budaya

Page 26: MAKNA MATERIAL TRADISI PUPUTAN PADA MASYARAKAT …digilib.unila.ac.id/56253/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfsedulur papat limo pancer ini wajib kita jaga untuk menyelaraskan diri

8

REFERENSI

Buku Besar Monografi Kampung Rukti Harjo tahun 2017.

Page 27: MAKNA MATERIAL TRADISI PUPUTAN PADA MASYARAKAT …digilib.unila.ac.id/56253/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfsedulur papat limo pancer ini wajib kita jaga untuk menyelaraskan diri

9

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Pustaka

Tinjauan Pustaka dilakukan untuk menyeleksi masalah-masalah yang akan

menjadi topik penelitian. Dimana dalam penelitian ini akan dicari konsep-

konsep yang dapat dijadikan landasan teori bagi penelitian yang akan

dilakukan. Adapun tinjauan pustaka dalam penelitian :

2.1.1. Konsep Masyarakat Jawa

Masyarakat Jawa adalah salah satu suku yang ada di Indonesia. Masyarakat

Jawa adalah penduduk terbanyak dibandingkan dengan penduduk pulau

lain, akan tetapi masyarakat Jawa menyebar keseluruh wilayah kepulauan

Indonesia. Menurut Koentjaraningrat (2009:116) istilah masyarakat sendiri

berasal dari kata Arab syaraka yang berarti “ikut serta, berpartisipasi”.

Koentjaranirat menjelaskan bahwa ikatan yang membuat suatu kesatuan

manusia menjadi suatu masyarakat adalah pola tingkah laku yang khas

mengenai semua faktor kehidupannya dalam batas kesatuan itu.

Koentjaraningrat menjelaskan bahwa, masyarakat Jawa yaitu sekumpulan

manusia Jawa yang saling berinteraksi menurut sistem adat istiadat tertentu

yang bersifat continu dan terikat oleh suatu identitas bersama. Masyarakat

Jawa menurut Suseno (1999:11) adalah orang yang bahasa ibunya adalah

bahasa Jawa yang sebenarnya itu. Jadi orang Jawa adalah penduduk asli

Page 28: MAKNA MATERIAL TRADISI PUPUTAN PADA MASYARAKAT …digilib.unila.ac.id/56253/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfsedulur papat limo pancer ini wajib kita jaga untuk menyelaraskan diri

10

bagian tengah dan timur Pulau Jawa yang berbahasa Jawa. Di zaman

sekarang banyak orang Jawa hidup di pulau-pulau lain. Menurut pendapat

Sardjono (1995:13-14) masyarakat Jawa merupakan salah satu masyarakat

yang ada di Indonesia, mereka hidup tinggal di pulau Jawa khususnya Jawa

Tengah dan Jawa Timur akan tetapi mereka juga hidup tersebar hampir di

seluruh kepulauan di Indonesia ini.

Berdasarkan pendapat tersebut, masyarakat Jawa merupakan sekelompok

orang dari suku Jawa yang tinggal bersama-sama disuatu tempat dengan

menggunakan bahasa Jawa yang terikat dengan aturan-aturan yang

disepakati bersama sebagai orang Jawa untuk melangsungkan hidupnya.

Jadi yang dimaksud masyarakat Jawa dalam penelitian ini adalah

masyarakat Jawa yang tinggal di Dusun IX, Kampung Rukti Harjo,

Kecamatan Seputih Raman, Kabupaten Lampung Tengah yang menjadi

subjek penelitian.

2.1.2. Konsep Kelahiran Bayi Masyarakat Jawa

Slametan seringkali ditemukan dalam masyarakat Jawa, salah satunya

yaitu terkait kelahiran bayi. Siklus kehidupan ini sangat dihormati dan

ditunggu-tunggu oleh setiap pasangan suami istri. Ketika keluarga

dikaruniai jabang bayi, berbagai tradisipun akan diselenggarakan sebagai

wujud rasa syukur. Sebagian besar masyarakat Jawa beragama Islam, akan

tetapi mereka tetap menonjolkan kejawennya. Salah satu tradisi yang

paling populer di masyarakat Jawa adalah slametan yang dilaksanakan

setiap peristiwa penting dalam kehidupan seseorang. Hal ini didasarkan

Page 29: MAKNA MATERIAL TRADISI PUPUTAN PADA MASYARAKAT …digilib.unila.ac.id/56253/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfsedulur papat limo pancer ini wajib kita jaga untuk menyelaraskan diri

11

pada keyakinan masyarakat Jawa, bahwa slametan merupakan sarana

spiritual yang dapat mengeluarkan dari segala bentuk krisis kehidupan

serta memberikan berkah. Kata ”slametan” berasal dari kata dasar

”slamet” yang dipinjam dari kata bahasa Arab yakni ”salamah” (salamat)

yang bermakna ”damai” atau ”selamat”. Selaras dengan pengertian

diatas, maka tujuan ”slametan” adalah untuk mengharapkan terciptanya

keadaan sejahtera, aman dan bebas dari gangguan makhluk yang nyata

dan juga makhluk halus. Menurut Purwadi (2012: 583) menjelaskan

bahwa upacara merupakan gotong royong tolong menolong yang

berhubungan dengan religi atau kepercayaan yang hidup dalam masyarakat

pada umumnya, berkaitan dengan kematian, bersih desa, selamatan,

kelahiran, perkawinan, dan sebagainya. Manusia menghadapi dunia gaib

dengan berbagai macam perasaan, perasaan tersebut mendorong manusia

untuk melakukan berbagai tindakan yang bertujuan untuk mencari

hubungan dengan dunia gaib, sehingga melakukan suatu perbuatan yang

sehubungan dengan keagamaan. Slametan bertujuan mencari hubungan

manusia dengan Tuhan, dewa-dewa atau makhluk halus yang mendiami

alam gaib. Dimana slametan terdiri dari : berdoa, bersujud, bersaji, makan

bersama. Menurut Herusatoto (1987: 27) dapat diperjelas bahwa setiap

upacara selalu menyajikan material disetiap penyelenggaraan upacara adat,

hal tersebut dimaksudkan supaya tidak terjadi hal yang diinginkan.

Kelahiran merupakan hasil reproduksi yang nyata atau bayi lahir hidup

dari seorang wanita atau sekelompok wanita, kelahiran juga salah satu

komponen pertumbuhan penduduk yang bersifat menambah jumlah

Page 30: MAKNA MATERIAL TRADISI PUPUTAN PADA MASYARAKAT …digilib.unila.ac.id/56253/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfsedulur papat limo pancer ini wajib kita jaga untuk menyelaraskan diri

12

penduduk. Pertambahan jumlah penduduk ditandai dengan lahirnya bayi

hidup dari seseorang wanita, dimana hal tersebut dapat diketahui melalui

pendataan sensus penduduk. Dari beberapa pendapat diatas, dapat

dijelaskan bahwa upacara Kelahiran merupakan serangkaian upacara atau

kegiatan yang berkaitan dengan peristiwa penting dalam kehidupan orang

Jawa termasuk kelahiran seorang bayi dari seorang perempuan demi

mencapai ketenteraman hidup lahir batin seorang bayi dan terhindar

dari segala hal yang tidak baik dalam kehidupannya. Pelaksanaan upacara

kelahiran merupakan salah satu tradisi orang Jawa dan sudah dijadikan

sebagai adat, sehingga pelaksanaanya pun terikat. Keterikatan tersebutlah

yang menjadikan upacara kelahiran sebagai bentuk kearifan local.

Adapun tradisi slametan terkait kelahiran bayi (rites of passage) dalam

masyarakat Jawa, yakni:

1. Mitoni atau Tingkeban

Tradisi mitoni atau tingkeban merupakan slametan untuk memperingati

kehamilan pada usia tujuh bulan. Istilah mitoni diambil dari kata

”pitu” yang berarti bilangan tujuh. Disamping itu, kata ”pitu”

merupakan singkatan dari ”pitulong” yang bermakna meminta

pertolongan. Oleh karena itu, slametan mitoni diadakan dengan

tujuan meminta pertolongan kepada Tuhan YME agar si jabang bayi

lahir dengan selamat dan diberi kesehatan jasmani maupun rohani.

Slametan ini juga dikenal dengan ”tingkeban” yang artinya ”sudah

genap”. Maksudnya bayi sudah memasuki waktu yang bisa

Page 31: MAKNA MATERIAL TRADISI PUPUTAN PADA MASYARAKAT …digilib.unila.ac.id/56253/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfsedulur papat limo pancer ini wajib kita jaga untuk menyelaraskan diri

13

dianggap wajar untuk lahir. Hal ini didasarkan pada asumsi bahwa usia

kandungan tujuh bulan, bentuk bayi sudah sempurna. Tradisi ini sebagai

sarana untuk memperkenalkan seorang wanita Jawa kepada

kehidupan sebagai ibu. Oleh karena itu, upacara mitoni

dilaksanakan untuk menyambut kehadiran anak pertama. Acara-acara

dalam slametan mitoni diawali dengan khataman al-Qur’an pada pagi

hari. Sementara malam harinya diisi dengan pembacaan beberapa kitab

al-maulid/manaqib. Serangkaian acara tersebut, bertujuan agar anak

yang akan lahir kelak selalu menggunakan al-Qur’an sebagai pedoman

hidup dan meneladani Rasulullah serta tokoh-tokoh ulama.

Sebagaimana firman Allah SWT.

Dialah yang menciptakan kamu dari diri yang satu dan dari

padanya dia menciptakan isterinya, agar dia merasa senang

kepadanya. Maka setelah dicampurinya, isterinya itu

mengandung kandungan yang ringan, dan teruslah dia merasa

ringan (beberapa waktu). Kemudian tatkala dia merasa berat,

keduanya (suami-isteri) bermohon kepada Allah, Tuhannya

seraya berkata: "Sesungguhnya jika Engkau memberi kami anak

yang saleh, tentulah kami terraasuk orang-orang yang

bersyukur". (QS. Al-A’raf [7]: 189.

Masyarakat Jawa menonjolkan sisi kejawenannya pada setiap

tradisi, begitu juga dalam hal penyajian makanan sebagai ciri khas.

Dalam mitoni ada beberapa makanan khas yang hanya ditemui pada

tradisi ini. Adapun makanannya serta maknanya adalah sebagai berikut:

Sepiring nasi untuk setiap tamu dengan nasi putih diatas dan

nasi kuning dibawah. Nasi putih simbol kesucian, sementara nasi

kuning simbol cinta.

Page 32: MAKNA MATERIAL TRADISI PUPUTAN PADA MASYARAKAT …digilib.unila.ac.id/56253/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfsedulur papat limo pancer ini wajib kita jaga untuk menyelaraskan diri

14

Nasi campur dengan kelapa parutan dan ayam irisan.

Dimaksudkan untuk menghormati Nabi Muhammad SAW maupun

untuk menjamin keselamatan semua peserta dan anak yang bakal

lahir.

Tujuh tumpeng kecil nasi putih, melambangkan tujuh bulan

kehamilan. Delapan (kadang-kadang sembilan) bola nasi putih

yang dibentuk dengan genggaman tangan untuk melambangkan

delapan atau sembilan wali (penyebar agama Islam di Indonesia).

Sebuah tumpeng nasi yang besar (tumpeng kuat) dibuat dari

beras ketan, sebagai simbol agar anak yang dalam kandungan itu

kuat.

Tiga jenis bubur: putih, merah (dibuat dengan menambahkan gula

kelapa), dan suatu campuran dari keduanya (putih diseputar

bagian luar, sedang yang merah ditengah piring). Bubur putih

melambangkan ”air” sang ibu, merah berarti ”air” ayah, dan

campuran keduanya (disebut bubur sengkala yang harfiah berarti

bubur malapetaka) dianggap sangat mujarab untuk mencegah

masuknya makhluk halus jenis apapun.

Rujak legi adalah suatu ramuan yang sedap dari berbagai buah-

buahan, cabai, bumbu-bumbu dan gula. Konon, bila rujak terasa

”pedas” atau ”sedap”, si ibu akan melahirkan anak perempuan,

begitupun sebaliknya.

Bagi para calon ibu ada beberapa pantangan, Tjakraningra (2008:

39) mengatakan Yen nggarbini (meteng 7 wulan) ora keno nganggo:

Page 33: MAKNA MATERIAL TRADISI PUPUTAN PADA MASYARAKAT …digilib.unila.ac.id/56253/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfsedulur papat limo pancer ini wajib kita jaga untuk menyelaraskan diri

15

suweng, ali-ali, gelang, kalung lan kembang. Maksudnya, wanita yang

hamil tujuh bulan, tidak diperbolehkan memakai perhiasan dan

sejenisnya. Hal ini dikarenakan masyarakat Jawa yakin bahwa

perhiasan itu dapat mempengaruhi kepribadian si bayi kelak. Jika

hal ini dilanggar, tanpa disadari si ibu telah mengajarkan bayinya untuk

senang akan kemewahan dan bersikap sombong serta pikir dan perilaku

untuk senantiasa hidup sederhana dengan disimbolkan prosesi

menanggalkan perhiasan pada tubuh calon ibu.

2. Membumikan Ari-ari

Ketika dalam kandungan, bayi mendapatkan nutrisi makanan dan

oksigen dari ibu, melalui alat istimewa yang dikenal dengan ari-ari atau

placenta. Ari-ari berkembang dari selaput-selaput lipatan yang sama dari

tempat terbentuknya bayi. Bentuk ari-ari seperti sebuah cendawan

dengan tali yang panjang melekat di tengah-tengah, biasa dikenal

dengan tali pusar. Selain ari-ari, ada selaput-selaput lipatan yang serupa

sebagai pelindung bayi dari bahaya kuman-kuman. Selaput tersebut

menyelubungi janin dengan berisi cairan terang yang berfungsi untuk

melindungi bayi dari rudapaksa dan juga memberi kelonggaran baginya

agar bisa bergerak dengan leluasa di dalam cairan itu. Selubung

bayi tersebut, dikenal dengan ”kantung air” (Jawa: kawah atau

ketuban). Pecahnya kantung air merupakan tanda kalau bayi akan lahir.

Fungsi kantung air ketika proses kelahiran adalah sebagai pelicin dan

membuka jalan untuk mempermudah bayi keluar dari rahim. Ketika bayi

Page 34: MAKNA MATERIAL TRADISI PUPUTAN PADA MASYARAKAT …digilib.unila.ac.id/56253/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfsedulur papat limo pancer ini wajib kita jaga untuk menyelaraskan diri

16

lahir ke dunia, dia akan ditemani dengan placenta yang sering dikenal

dengan saudara kembar bayi yang harus dirawat dan dijaga.

Sebagaimana dalam firman Allah SWT:

”Allah-lah yang menciptakan kamu, Kemudian memberimu rizki,

Kemudian mematikanmu, Kemudian menghidupkanmu (kembali).

Adakah di antara yang kamu sekutukan dengan Allah itu yang dapat

berbuat sesuatu dari yang demikian itu? Maha sucilah dia dan

Maha Tinggi dari apa yang mereka persekutukan.” (QS. Ar-rum

[30]: 40.

Sholikhin (2010:37) mengatakan ketika bayi lahir, kawah (ketuban) dan

ari-ari akan mati, maka ruhnya kembali kepada allah SWT. Placenta

(ketuban dan ari-ari), darah dalam rahim sebagai ”ruh” kehidupan di

alam kandungan, dan penghubung pusar ibu dengan anak (tali rahim),

yang keempatnya merupakan perangkat kehidupan di alam kandungan

menemui ajalnya. Sementara jasad fisik yang mati tersebut akan

ditanam di bumi. Sebagaimana firman Allah SWT ” Allah berfirman:

"Di bumi itu kamu hidup dan di bumi itu kamu mati, dan dari bumi itu

(pula) kamu akan dibangkitkan.” (QS. Al-A’raf [7]:25). Adapun tata

cara merawat ari-ari menurut adat Jawa yakni ari-ari dicuci bersih,

kemudian dimasukkan ke dalam priuk baru yang terbuat dari tanah liat

(kendhil). Tjakraningrat (2008: 40) mengatakan sebelumnya, kendhil

harus diberi alas daun, yang diatasnya diletakkan kembang,

minyak wangi, kunir bekas alas untuk memotong usus, welat (pisau

yang terbuat dari potongan bambu tipis) yang dipakai untuk memotong

usus, garam, jarum, benang, gereh pethek, gantal dua kenyok, kemiri

Page 35: MAKNA MATERIAL TRADISI PUPUTAN PADA MASYARAKAT …digilib.unila.ac.id/56253/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfsedulur papat limo pancer ini wajib kita jaga untuk menyelaraskan diri

17

gepak jendul, tulisan huruf Jawa, tulisan huruf Arab, tulisan huruf latin,

dan uang logam. Kemudian disusul dengan ari-ari, setelah itu kendhil

ditutup dengan lemper yang masih baru dan dibungkus dengan kain

mori yang baru. Prosesi menanam ari-ari harus dilakukan oleh ayah

kandungnya sendiri, baik mulai mencangkul sampai dengan

menguburnya. Menanam ari-ari, hendaknya di depan ataupun di

samping rumah. Gundukan tanah tempat menanam ari-ari kemudian

ditaburi kembang setaman (bunga mawar, melati dan kenanga), dipagari

dan diberi lampu yang senantiasa dinyalakan setiap malam selama

selapan (35 hari).

3. Brokohan

Tradisi brokohan, berasal dari kata bahasa Arab ”barokah” yang

mengandung makna, mengharapkan berkah. Tradisi ini diselenggarakan

untuk menyambut kelahiran bayi sebagai ungkapan syukur. Secara

keseluruhan, tradisi ini bertujuan agar sejak saat lahir sampai dewasa

selalu mendapatkan keselamatan dan perlindungan dari Tuhan YME.

Muhaimin mengatakan (2001: 198) kegiatan-kegiatan dalam brokohan

didahului dengan membaca ayat-ayat al-Qur’an, wirid dan dzikir, serta

dengan bacaan sebagian dari kitab mauled dan manaqib, dan di akhiri

dengan do’a. Do’a ini ditujukan agar bayi mendapat kesehatan dan

dijadikan anak yang sholih sholihah serta permohonan ampunan kepada

Allah SWT. Sesungguhnya do’a merupakan anjuran agama Islam,

bahkan di saat menghadapi sesuatu yang penting maupun mengerjakan

Page 36: MAKNA MATERIAL TRADISI PUPUTAN PADA MASYARAKAT …digilib.unila.ac.id/56253/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfsedulur papat limo pancer ini wajib kita jaga untuk menyelaraskan diri

18

sesuatu yang bersifat teknis. Ketika dilaksanakan brokohan, orang yang

punya hajat menyajikan nasi urap dan telur rebus yang

diedarkan kepada sanak-keluarga untuk memberitahukan

kelahiran sang bayi. Urap yang dibuat pedas melambangkan kelahiran

seorang bayi laki-laki, sedangkan urap yang kurang pedas

melambangkan bayi perempuan. Bersama nasi urap dan telur rebus,

disajikan pula bubur merah-putih.

4. Puputan

Tradisi Puputan dilakukan ketika tali pusar yang menempel pada perut

bayi sudah putus. Pelaksanaan upacara ini biasanya berupa kenduri

memohon pada Tuhan Yang Maha Esa agar si anak yang telah puput

puser selalu diberkahi, diberi keselamatan dan kesehatan. Orang tua

zaman dahulu melaksanakan upacara puputan dengan menyediakan

berbagai macam sesaji.

5. Sepasaran

Sepasaran merupakan suatu upacara yang menandai bahwa bayi telah

berumur lima hari. Biasanya diselenggarakan secara sederhana dan

disertai pemberian nama bayi. Sepasaran di ambil dari sistem

penanggalan Jawa yang terdiri dari gabungan antara hari masehi (senin,

selasa, rabu, kamis, jum’at, sabtu dan minggu) dengan pasaran Jawa

(kliwon, legi, paing, pon, dan wage). Disebut pasaran, karena sistem ini

lazim dipakai untuk membagi hari buka pasar. Pembagian pasar yang

buka bergantian di lima tempat dalam suatu wilayah, bertujuan untuk

Page 37: MAKNA MATERIAL TRADISI PUPUTAN PADA MASYARAKAT …digilib.unila.ac.id/56253/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfsedulur papat limo pancer ini wajib kita jaga untuk menyelaraskan diri

19

meratakan perekonomian rakyat dalam masyarakat Jawa asli. Istilah

pasaran juga bisa diambil dari hidangan khas dalam upacara sepasaran,

hidangan tersebut yaitu ”jajan pasar”. Maksudnya hidangan yang berupa

makanan ringan untuk teman berbincang-bincang (sekarang lebih

dikenal dengan snack), yang dibeli di pasar. Adapun tujuan dari

upacara ini adalah sebagai wujud rasa syukur dan memohon keselamatan

bagi bayi. Pada upacara ini, orang tua juga memberikan nama untuk

bayinya dengan nama-nama yang baik. Pemberian nama yang baik

menjadi suatu kewajiban orang tua kepada anak. Sebagaimana dalam

firman Allah SWT.

”Maka ia mengadakan tabir (yang melindunginya) dari mereka; lalu kami mengutus roh Kami kepadanya, Maka ia menjelma di hadapannya (dalam bentuk) manusia yang sempurna.”(QS. Maryam [19]: 17)

36

Adapun tujuan pemberian nama yang baik pada bayi adalah nama

tersebut menjadi do’a untuknya, mengingatkan sang anak pada sesuatu

yang berkaitan dengan namanya dan supaya dia meneladani tokoh yang

bernama seperti itu. Seiring dengan seringnya nama diucapkan orang,

maka makna yang tersirat dalam nama tersebut akan semakin

memberikan support kepada pemiliknya, agar ia mampu mewujudkan

makna baik serta berperilaku sesuai dengan makna yang disandangnya.

Dengan demikian, maka nama dapat memberikan kesan baik, sehingga

memunculkan rasa percaya diri pada pemiliknya dan nama yang buruk

menimbulkan rasa rendah diri pada pemiliknya. Bagi keluarga yang

mampu, juga disertai dengan pelaksanaan aqiqah untuk bayi tercinta.

Page 38: MAKNA MATERIAL TRADISI PUPUTAN PADA MASYARAKAT …digilib.unila.ac.id/56253/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfsedulur papat limo pancer ini wajib kita jaga untuk menyelaraskan diri

20

Aqiqah umumnya dikaitkan dengan perayaan kelahiran bayi sebagai

wujud rasa syukur kepada Allah SWT. Pelaksanaan aqiqah dimulai

dengan menyembelih dua ekor kambing untuk anak laki-laki, sementara

untuk perempuan menyembelih satu ekor kambing. Selain itu, aqiqah

mengandung makna pendidikan pada si bayi. Adapun nilai-nilai

pendidikan yang terkandung dalam aqiqah adalah mengajarkan akan

kebiasaan bersyukur kepada Allah SWT atas seluruh nikmat yang telah

diberikan, sabar, ikhlas dan taat serta tawakkal kepada Allah SWT.

6. Selapanan

Selapanan merupakan tradisi orang Jawa untuk memperingati kelahiran

bayi yang telah berusia 35 hari. Pada penanggalan Jawa yang berjumlah

5 ( wage, pahing, pon, kliwon, legi) akan bertemu pada hari 35 dengan

hari di penanggalan masehi yang berjumlah 7. Logikanya, 35 hari dapat

diketahui dari kelipatan 5 dan 7. Pada saat selapan weton bayi akan

berulang, bisa dikatakan hari ulang tahun dalam versi penanggalan Jawa.

Terlepas dari itu semua, selapanan merupakan wujud rasa syukur kepada

Allah SWT yang telah mengkaruniai anak, dan harapan orang tua agar

anaknya dapat menjadi akan yang sholih sholihah. Serangkaian

selapanan ditandai dengan pemotongan rambut seluruhnya, dengan

tujuan membersihkan rambut bawaan dari lahir yang masih terkena air

ketuban. Disamping itu, agar rambut bayi dapat tumbuh bagus. Oleh

karena itu, rambut bayi paling tidak harus digundul sebanyak tigakali.

Namun ada beberapa orang yang hanya memotong sebagian rambut bayi

Page 39: MAKNA MATERIAL TRADISI PUPUTAN PADA MASYARAKAT …digilib.unila.ac.id/56253/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfsedulur papat limo pancer ini wajib kita jaga untuk menyelaraskan diri

21

sebagai simbolisasi. Acara dilanjutkan dengan pemotongan kuku bayi,

disertai pembacaan do’a-do’a untuk keselamatan dan kebaikan bayi

beserta keluarganya. Upacara ini, dilaksanakan dengan sesederhana

mungkin dengan membuat bancaan yang dibagikan ke kerabat dan anak-

anak kecil disekitar tempat tinggalnya. Bancaan mengandung makna

agar si bayi terbiasa untuk membagi kebahagiaan kepada orang

sekitarnya. Makanan yang terdapat dalam paket bancaan, meliputi

nasi putih dan gundangan (tumpeng sayuran).

7. Mudhun Lemah

Tradisi mudhun lemah dilaksanakan ketika bayi sudah berumur 7 bulan

yang bertujuan menstimulus bayi agar dapat berdiri dan berjalan sendiri

dengan cara menginjakkan kakinya ke bumi. Sementara ritual ini

mengandung simbol dari harapan orang tua agar anaknya mampu berdiri

sendiri dalam menempuh kehidupan. Adapun sajian yang perlu

dipersiapkan, meliputi nasi tumpeng lengkap dengan sayur mayur,

bubur merah dan putih, tetel lima warna (merah, putih, hitam, hijau,

jingga), serta bunga setaman. Selain itu juga tidak ketinggalan,

tangga yang terbuat dari tebu merah hati, sangkar ayam yang dihiasi

jamur kuning atau kertas hias, padi, kapas, sekar telon (melati, mawar,

dan kenanga), beras kuning, uang kertas dan recehan, serta barang yang

bermanfaat (seperti buku, alat- alat tulis, adl-Qur’an, dsb) dimasukkan

kedalam sangkar. Mengawali pelaksanaan tradisi itu, bayinya

dimandikan air bunga setaman, kemudian anak dikenakan pakaian baru

Page 40: MAKNA MATERIAL TRADISI PUPUTAN PADA MASYARAKAT …digilib.unila.ac.id/56253/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfsedulur papat limo pancer ini wajib kita jaga untuk menyelaraskan diri

22

yang bagus. Anak mulai dibimbing berjalan (ditatah) dengan kaki

menginjak lima ketan tetel. Hal itu, bertujuan agar anak selalu ingat

dengan tanah airnya. Kemudian dinaikkan ke tangga yang terbuat dari

tebu merah hati. Yang bermakna, agar anak selalu mendapatkan

kehidupan sukses dan dinamis setahap demi setahap. Selanjutnya, anak

dimasukkan ke dalam sangkar yang berisi benda-benda yang

bermanfaat. Benda yang pertama kali diambil sang bayi, melambangkan

kehidupan kelak. Selanjutnya menurut Tjakraningrat (2008:46) beras

kuning, uang kertas dan uang recehan ditebarkan ke undangan sebagai

simbol bagi-bagi rezeki.

2.1.3. Konsep Material

Menurut Koentjaraningrat dalam bukunya Pengantar Ilmu Antropologi

mengatakan bahwa menurut ilmu antropologi kebudayaan adalah

keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam

rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan

belajar.Koentjaraningrat (1983) membagi kebudayaan atas 7 unsur:

a. Bahasa

b. Sistem pengetahuan

c. Organisasi sosial

d. Sistem peralatan hidup dan teknologi

e. Sistem mata pencaharian hidup

f. Sistem religi

g. Kesenian.

Page 41: MAKNA MATERIAL TRADISI PUPUTAN PADA MASYARAKAT …digilib.unila.ac.id/56253/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfsedulur papat limo pancer ini wajib kita jaga untuk menyelaraskan diri

23

Kesemua unsur kebudayaan tersebut mewujud ke dalam bentuk sistem

budaya/adat – istiadat (kompleks budaya, tema budaya, gagasan), sistem

sosial (aktivitas sosial, kompleks sosial, pola sosial, tindakan), dan unsur –

unsur kebudayaan fisik (benda kebudayaan) Sebaliknya budaya non-material

adalah unsur – unsur yang dimaksudkan dalam konsep norma-norma, nilai-

nilai, kepercayaan/keyakinan serta bahasa. Dalam kenyataan kehidupan

bermasyarakat, antara wujud kebudayaan yang satu tidak bisa dipisahkan

dari wujud kebudayaan yang lain. Sebagai contoh: wujud kebudayaan ideal

mengatur dan memberi arah kepada tindakan (aktivitas) dan karya (artefak)

manusia.

Berdasarkan wujudnya tersebut, kebudayaan dapat digolongkan atas dua

komponen utama:

a. Kebudayaan material

Kebudayaan material adalah kebudayaan yang mengacu pada semua ciptaan

masyarakat yang nyata, konkret. Kebudayaan material juga mencakup

barang – barang maupun makanan.

b. Kebudayaan nonmaterial

Kebudayaan nonmaterial adalah ciptaan – ciptaan abstrak yang diwariskan

dari generasi ke generasi, misalnya dongeng, cerita rakyat, dan lagu atau

tarian tradisional.

Hebding dan Glick (1992) bahwa kebudayaan dapat dilihat secara material

dan non-material. Kebudayaan material tampil dalam objek material yang

Page 42: MAKNA MATERIAL TRADISI PUPUTAN PADA MASYARAKAT …digilib.unila.ac.id/56253/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfsedulur papat limo pancer ini wajib kita jaga untuk menyelaraskan diri

24

dihasilkan, kemudian digunakan manusia. Sebaliknya budaya non-material

adalah unsur – unsur yang dimaksudkan dalam konsep norma-norma, nilai-

nilai, kepercayaan/keyakinan serta bahasa.

Berdasarkan uraian tersebut material diartikan sebagai bahan digunakan

untuk tradisi puputan. Adapun material yang digunakan dalam Tradisi

Puputan ini terdiri dari duri, daun, tumbak sewu, ketumbar, merica, benang

lawe, sega golong, urap, jenang putih, jenang abang, jenang baro-baro,

jajan pasar, telor, pisang raja, coreng-coreng hitam dan putih, batu gilig.

Material yang terdapat dalam sesajen kelahiran adat Jawa masing-masing

memiliki makna sehingga digunakan untuk memohon keselamatan kepada

Sang Pencipta. Material-material yang digunakan dalam kelahiran adat Jawa

adalah bahan-bahan pilihan khusus yang dari zaman nenek moyang sudah

digunakan sebagai simbol untuk memohon do’a dan restu kepada Sang

Pencipta serta roh-roh para leluhur.

2.1.4. Konsep Tradisi Puputan

Tradisi Puputan adalah selamatan setelah lepasnya tali pusar, upacara ini

merupakan salah satu upacara setelah kelahiran pada masyarakat Jawa.

Menurut Sholikhin (2009:40) Tradisi Puputan merupakan selamatan setelah

sisa tali pusar lepas (jatuh). Menurut Sholikhin (2010:28) Tradisi Puputan

merupakan selamatan setelah sisa tali pusar lepas (jatuh), selanjutnya

menurut Hanum (1997:8) Tradisi Puputan adalah selamatan atas lepasnya

Page 43: MAKNA MATERIAL TRADISI PUPUTAN PADA MASYARAKAT …digilib.unila.ac.id/56253/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfsedulur papat limo pancer ini wajib kita jaga untuk menyelaraskan diri

25

tali pusar bayi. Gunasasmita (2009:83) mengatakan Puputan berarti

lepasnya tali pusar, lepasnya tali pusar biasanya diadakan selamatan guna

memohon keselamatan bayi kepada Allah SWT. Tilaar (1999:80)

mengatakan bahwa Tradisi Puputan diselenggarakan setelah tali pusar bayi

putus, waktunya dilaksanakan setelah tali pusar bayi tersebut lepas atau

putus. Bagi setiap bayi saat tali pusarnya putus tidaklah sama waktunya,

dengan demikian untuk penyelenggaraan upacaranya tidak dapat ditentukan

dengan tepat. Sebab ada kalanya tali pusar putus saat bayi telah berumur

seminggu kadang lebih, oleh karena itu sepasaran dapat didahulukan.

Berdasarkan pendapat tersebut maka yang dimaksud Tradisi Puputan dalam

penelitian ini yaitu tradisi dalam slamatan kelahiran pada masyarakat Jawa

yang dilaksanakan setelah tali pusar lepas, bagi setiap bayi saat tali pusarnya

putus tidaklah sama waktunya dengan demikian untuk penyelenggaraan

upacaranya tidak dapat ditentukan dengan tepat.

2.1.5. Konsep Makna

Geertz secara jelas mendefinisikan “kebudayaan adalah suatu sistem makna

dan simbol yang disusun dalam pengertian di mana individu-individu

mendefinisikan dunianya, menyatakan perasaannya dan memberikan

penilaian-penilaian, suatu pola makna yang ditransmisikan secara historis

diwujudkan di dalam bentuk-bentuk simbolik melalui sarana di mana orang-

orang mengkomunikasikan, mengabadikannya dan mengembangkan

pengetahuan dan sikap-sikap kearah kehidupan suatu kumpulan peralatan

Page 44: MAKNA MATERIAL TRADISI PUPUTAN PADA MASYARAKAT …digilib.unila.ac.id/56253/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfsedulur papat limo pancer ini wajib kita jaga untuk menyelaraskan diri

26

simbolik untuk mengatur perilaku, karena kebudayaan merupakan suatu

sistem simbolik, maka proses budaya haruslah dibaca, diterjemahkan, dan

diinterpretasikan. Konsep kebudayaan simbolik yang dikemukakan oleh

Geertz diatas adala suatu pendekatan yang sifatnya hermeunetik. Suatu

pendekatan yang lazim dalam dunia semiotik. Pendekatan hermeunetik

inilah yang kemudian menginspirasikannya untuk melihat kebudayaan

sebagai teks-teks yang harus dibaca, ditranslasikan dan diinterpretasikan.

Geertz memfokuskan konsep kebudayaan kepada nilai-nilai budaya yang

menjadi pedoman masyarakat untuk bertindak dalam menghadapi berbagai

permasalahan hidupnya. Sehingga pada akhirnya konsep budaya lebih

merupakan sebagai pedoman penilaian terhadap gejala-gejala yang dipahami

oleh si pelaku kebudayaan tersebut. Makna berisi penilaian-penilaian pelaku

yang ada dalam kebudayaan tersebut. Dalam kebudayaan makna tidak

bersifat individual tetapi publik, ketika sistem makna kemudian menjadi

milik kolektif dari suatu kelompok. Kebudayaan menjadi suatu pola makna

yang diteruskan secara historis terwujud dalam simbol-simbol. Kebudayaan

juga menjadi suatu sistem konsep yang diwariskan yang terungkap dalam

bentuk-bentuk simbolik yang dengannya manusia berkomunikasi,

melestarikan dan memperkembangkan pengetahuan mereka tentang

kehidupan dan sikap-sikap terhadap kehidupan.

Geertz melakukan refleksi yang interpretatif melalui simbol-simbol yang

muncul dalam tindakan individual maupun kolektif terutama yang ia sebut

Page 45: MAKNA MATERIAL TRADISI PUPUTAN PADA MASYARAKAT …digilib.unila.ac.id/56253/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfsedulur papat limo pancer ini wajib kita jaga untuk menyelaraskan diri

27

dengan natives point of view sebagai dasar kajian dalam antropologi

(Geertz, 2003:6). Di mana seorang peneliti mampu mengungkapkan realitas

yang diteliti melalui kata-kata setempat. Masyarakat berbagi dan terlibat

dengan pengalaman simbolik yang sama dalam dimensi ruang (space) dan

waktu (time) tertentu sehingga sudut pandang masyarakat terbagikan pada

peneliti. Dalam Tafsir Kebudayaan, Geertz melakukan pendekatan

kebudayaan melalui penafsiran sistem-sistem simbol secara mendalam dan

menyeluruh dari perspektif para pelaku kebudayaan itu sendiri. Melalui

pendekatan tersebut, pembaca mampu dituntun untuk menginterpretatifkan

kebudayaan. Menurut Geertz, kebudayaan adalah sesuatu yang semiotik

atau bersifat semiotis, yaitu hal-hal berhubungan dengan simbol yang

tersedia di depan umum dan dikenal serta diberlakukan oleh masyarakat

bersangkutan (Geertz terjemahan Susanto, 1992:5).

2.2. Kerangka Pikir

Tradisi Puputan merupakan tradisi dalam slamatan kelahiran yang

dilaksanakan setelah putusnya tali pusar pada bayi, biasanya sebelum

seminggu bahkan lebih dari seminggu, kemudian dibungkus dengan kain

putih, lalu disimpan, tradisi ini masih tetap dilaksanakan sampai saat ini.

Dalam tradisi tersebut terdapat makna yang terkandung pada material

Tradisi Puputan yang hendak disampaikan secara turun-temurun kepada

setiap generasi.

Page 46: MAKNA MATERIAL TRADISI PUPUTAN PADA MASYARAKAT …digilib.unila.ac.id/56253/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfsedulur papat limo pancer ini wajib kita jaga untuk menyelaraskan diri

28

Pada saat ini masih dapat ditemui pada masyarakat Jawa di Dusun IX,

Kampung Rukti Harjo, Kecamatan Seputih Raman. Dimana daerah tersebut

merupakan daerah dengan mayoritas masyarakat bersuku Jawa. Berdasarkan

kepercayaan masyarakat setempat jika tidak dilaksanakan Tradisi Puputan

maka kelak anak tersebut akan terkena penyakit dan gangguan dari roh

nenek moyang/sawan sehingga masyarakat setempat selalu melaksanakan

tradisi ini dan meyakini akan makna material Tradisi Puputan.

2.3. Paradigma

Kerangka pemikiran dalam penelitian ini yaitu makna material Tradisi

Puputan di RW IX, Kampung Rukti Harjo, Kecamatan Seputih Raman.

Kerangka pemikiran dalam penelitian ini sebagai berikut:

Keterangan:

: garis makna

: garis tujuan

Tradisi Puputan

Material

Makna tersurat Makna tersirat

Material

Makna

Page 47: MAKNA MATERIAL TRADISI PUPUTAN PADA MASYARAKAT …digilib.unila.ac.id/56253/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfsedulur papat limo pancer ini wajib kita jaga untuk menyelaraskan diri

29

REFERENSI

Koentjaraningrat. 2009. Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta. Hlm 116.

Suseno, F.M. 1999. Etika Jawa. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Hlm 11.

Sardjono, A.M. 1995. Paham Jawa. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. Hlm 13-14.

Purwadi. 2012. Ensiklopedia Adat-Istiadat Budaya Jawa. Jogjakarta: Pura

Pustaka. Hlm 583.

Herusatoto, B.1987. Symbolisme Dalam Budaya Jawa. Jogjakarta: PT.Hanindita

Graha Widya. Hlm 27.

Sholikhin, M. 2010. Ritual dan Tradisi Islam Jawa. Yogyakart: Narasi. Hlm 37.

Tjakraningrat, H. 2008. Kitab Primbon Betaljemur Adammakna. Yogyakarta:

Soemodidjojo Mahadewa. Hlm 40.

Muhaimin, A.G. 2001. Islam dalam Bingkai Budaya Lokal: Potret Cirebon.

Jakarta: Logos, 2001. Hlm 198.

Tjakraningrat, H. 2008. Kitab Primbon Betaljemur Adammakna. Yogyakarta:

Soemodidjojo Mahadewa. Hlm 46

Sugono, D. 2008. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa Departemen

Pendidikan Segaonal. Hlm 846.

Sinaga, M. 2005. Upacara Adat Provinsi Gorontalo. Gorontalo: Departemen

Kebudayaan Dan Pariwisata. Hlm 84.

Koentjaraningrat. 2002. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Hlm 349.

Sofwan, R. 1999. Menguak Seluk Beluk Aliran Kebatinan. Semarang: Aneka

Ilmu. Hlm 70.

Page 48: MAKNA MATERIAL TRADISI PUPUTAN PADA MASYARAKAT …digilib.unila.ac.id/56253/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfsedulur papat limo pancer ini wajib kita jaga untuk menyelaraskan diri

30

Sholikhin, M. 2009. Kanjeng Ratu Kidul Dalam Perspektif Islam Jawa.

Yogyakarta: Narasi. Hlm 40.

Sholikhin, M. 2010. Ritual dan Tradisi Islam Jawa.Yogyakarta: Narasi. Hlm 28.

Hanum, S.H. 1997. Perkawinan Usia Belia. Bengkulu. Pusat Penelitian

Kependudukan: Universitas Gajah Mada. Hlm 8.

Gunasasmita, R. 2009. Kitab Primbon Jawa Serbaguna. Yogyakarta: Narasi.

Hlm 83.

Tilaar, M. 1999. Kecantikan Perempuan Timur. Magelang: IndonesiaTera. Hlm

80.

Geertz, Clifford. 2003. Pengetahuan Lokal, judul asli Local Knowledge,

terjemahan

Vivi Mubaikah dan Apri Danarto. Yogyakarta: Merapi Rumah Penerbitan.

Geertz, Clifford. 1992. Tafsir Kebudayaan Terjemahan Budi Susanto.

Yogyakarta: . Kanisius.

Page 49: MAKNA MATERIAL TRADISI PUPUTAN PADA MASYARAKAT …digilib.unila.ac.id/56253/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfsedulur papat limo pancer ini wajib kita jaga untuk menyelaraskan diri

31

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Metode Penelitian

Menurut Sugiono (2008:2) metode penelitian pada dasarnya merupakan cara

ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu,

kemudian, Maryaeni (2005:58) mengatakan metode merupakan cara yang

ditempuh peneliti dalam menemukan pemahaman jalan dengan fokus dan

tujuan yang ditetapkan. Penggunaan metode dimaksudkan agar kebenaran

yang diungkap dilengkapi dengan bukti ilmiah yang kuat. Di dalam

penelitian ini peneliti menggunakan metode hermeneutika, makna awal dari

hermeneutika adalah penafsiran atau interpretasi. Hermenutika kemudian

diartikan sebagai proses merubah sesuatu atau situasi ketidaktahuan menjadi

mengerti. Secara etimologis kata hermeneutik berasal dari bahasa Yunani

hermeneue yang dalam bahasa inggris menjadi hermeneutics (to interpret)

yang berarti menginterpretasikan, menjelaskan, menafsirkan atau

menejermahkan. Pendekatan hermeunetik menginspirasi Geertz untuk

melihat kebudayaan sebagai teks-teks yang harus dibaca dan

diinterpretasikan. Menurut Raharjo (2008:29) hermeneutika adalah suatu

metode atau cara untuks menafsirkan simbol berupa teks atau sesuatu yang

diperlakukan sebagai teks untuk dicari arti dan maknanya, dimana metode

Page 50: MAKNA MATERIAL TRADISI PUPUTAN PADA MASYARAKAT …digilib.unila.ac.id/56253/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfsedulur papat limo pancer ini wajib kita jaga untuk menyelaraskan diri

32

ini mensyaratkan adanya kemampuan untuk menafsirkan masa lampau yang

tidak dialami kemudian dibawa kemasa sekarang, makna dicari,

dikonstruksi, dan direkonstruksi oleh penafsir sesuai konteks penafsir.

Peneliti berusaha untuk menafsirkan makna material Tradisi Puputan yang

kemudian dipaparkan kedalam bentuk teks atau tulisan untuk dicari

maknanya.

3.2. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian di Dusun IX, Kampung Rukti Harjo, Kecamatan Seputih

Raman, memiliki jumlah penduduk 6.013 jiwa yang terbagi daam 1.824

Kepala Keluarga (KK). Kampung Rukti Harjo Kecamatan Seputih Raman

secara wilayah dibagi dalam 9 Dusun.

Lokasi penelitian dilakukan di Dusun IX, Kampung Rukti Harjo, Kecamatan

Seputih Raman, Kabupaten Lampung Tengah. Adapun pemilihan lokasi

penelitian ini dikarenakan lokasi tersebut mayoritas masyarakatnya masih

memiliki adat yang kental dan sering melaksanakan Tradisi Puputan.

Dalam penelitian ini peneliti memilih lokasi Dusun IX, yang sesuai dengan

kriteria lokasi penelitian.

3.3. Variabel Penelitian

Variabel penelitian ini merupakan konsep dari gejala yang bervariasi yaitu

objek penelitian. Variabel diartikan sebagai konsep yang mempunyai

Page 51: MAKNA MATERIAL TRADISI PUPUTAN PADA MASYARAKAT …digilib.unila.ac.id/56253/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfsedulur papat limo pancer ini wajib kita jaga untuk menyelaraskan diri

33

bermacam-macam nilai. Menurut Natsir (2005:122) variabel-variabel ilmu-

ilmu sosial berasal dari suatu konsep yang perlu diperjelas dan diubah

bentuknya sehingga dapat diukur dan dipergunakan secara operasional.

Berdasarkan pendapat diatas variabel penelitian adalah sesuatu yang

menjadi objek dalam penelitian. Jadi variabel yang digunakan dalam

penelitian ini adalah variabel tunggal dengan fokus penelitian makna

material Tradisi Puputan di Dusun IX, Kampung Rukti Harjo, Kecamatan

Seputih Raman.

3.5. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang relevan dengan masalah yang diteliti maka

teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu:

3.5.1. Wawancara

Pada penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik

wawancara. Wawancara atau interview adalah usaha untuk mengumpulkan

informasi dengan mengajukan pertanyaan lisan untuk dijawab secara lisan

juga serta kontak langsung dengan tatap muka antara si pencari informasi

dengan sumber informasi. Jadi dalam penelitian ini penulis menggunakan

wawancara terstruktur, dimana sebelumnya penulis sudah menyiapkan

daftar pertanyaan yang nantinya akan ditanyakan oleh narasumber namun

penulis memberi kebebasan dalam menjawab pertanyaan.

Page 52: MAKNA MATERIAL TRADISI PUPUTAN PADA MASYARAKAT …digilib.unila.ac.id/56253/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfsedulur papat limo pancer ini wajib kita jaga untuk menyelaraskan diri

34

3.5.1.1. Informan

Informan adalah orang yang memberikan informasi. Informan

menurut Moleong (2004:90) adalah orang yang mempunyai

banyak pengetahuan tentang latarbelakang penelitian dan bersedia

untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar

belakang penelitian. Spradley dan Faisal (1990:57) mengatakan

agar lebih terbukti perolehan informasinya, ada beberapa kriteria

yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan informan, yaitu :

a. Subjek telah lama dan intensif dengan kegiatan atau

aktifitas yang menjadi sasaran.

b. Subjek masih terikat secara penuh dan aktif pada

lingkungan atau kegiatan yang menjadi sasaran penelitian.

c. Subjek mempunyai banyak informasi dan banyak waktu

dalam memberikan keterangan.

Sampel informan dalam penelitian ini dipilih secara snowball

sampling atau teknik pengambilan sampel yang pada mulanya

kecil, tetapi makin lama makin banyak dan pengambilan data

baru berhenti sampai informasi yang didapatkan dinilai telah

cukup/sudah tidak terdapat variasi informasi. Teknik ini biasa

digunakan dalam penelitian kualitatif, dan tidak dipersoalkan

mengenai jumlah sampelnya. Misalnya, penelitian tentang

Page 53: MAKNA MATERIAL TRADISI PUPUTAN PADA MASYARAKAT …digilib.unila.ac.id/56253/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfsedulur papat limo pancer ini wajib kita jaga untuk menyelaraskan diri

35

suatu suku dimasyarakat tertentu. Sampel yang pertama ditemui

adalah sesepuh adat, dari situ kita bisa bertanya siapa orang

yang bisa kita temui selanjutnya untuk dijadikan sampel

informan.

Berdasarkan kriteria yang telah disebutkan diatas, maka peneliti

menentukan informan, sebagai berikut:

1. Sesepuh adat yang mengetahui informasi mengenai makna

material Tradisi Puputan dalam adat istiadat suku Jawa di

Dusun IX, Kampung Rukti Harjo Kecamatan Seputih

Raman.

2. Dukun bayi yang pernah melaksanakan dan paham

mengenai makna material Tradisi Puputan di Dusun IX,

Kampung Rukti Harjo Kecamatan Seputih Raman.

3. Tokoh agama di Dusun IX, Kampung Rukti Harjo

Kecamatan Seputih Raman.

4. Masyarakat yang pernah melaksanakan dan paham

mengenai makna material Tradisi Puputan di Dusun IX,

Kampung Rukti Harjo Kecamatan Seputih Raman.

Page 54: MAKNA MATERIAL TRADISI PUPUTAN PADA MASYARAKAT …digilib.unila.ac.id/56253/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfsedulur papat limo pancer ini wajib kita jaga untuk menyelaraskan diri

36

3.5.2. Observasi

Observasi ini digunakan untuk mengumpulkan data-data penelitian secara

langsung di lapangan dengan melakukan pengamatan dan pencatatan

terhadap objek yang diteliti serta dapat juga melalui wawancara mendalam.

Dalam penelitian ini, observasi yang dilakukan yaitu dengan melakukan

pengamatan terhadap material Tradisi Puputan di Dusun IX, Kampung

Rukti Harjo, Kecamatan Seputih Raman.

3.5.3. Dokumentasi

Dokumentasi bisa berbentuk tulisan, gambar, karya-karya dokumentasi, diri

seseorang dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah

kehidupan, cerita biografi, peraturan, kebijakan. Dokumen yang berbentuk

gambar, misalnya foto gambar hidup, sketsa, dan lain-lain. Dalam penelitian

ini peneliti akan mendokumentasikan foto sebagai salah satu langkah untuk

mengetahui material Tradisi Puputan dan melakukan pengumpulan data

melalui dokumen-dokumen yang berisi informasi mengenai makna material

yang digunakan pada Tradisi Puputan.

3.5.4. Kepustakaan

Kepustakaan juga dilakukan peneliti dengan cara pengumpulan data dan

informasi dengan bantuan bermacam-macam materi yang terdapat diruang

perpustakaan berkaitan dengan masalah yang diteliti.

Page 55: MAKNA MATERIAL TRADISI PUPUTAN PADA MASYARAKAT …digilib.unila.ac.id/56253/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfsedulur papat limo pancer ini wajib kita jaga untuk menyelaraskan diri

37

3.6.Teknik Analisis Data

Pada penelitian ini teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis

data kualitatif. Langkah-langkah dalam menganalisa data dalam suatu

penelitian dapat diuraikan sebagai berikut:

3.6.1. Reduksi Data

Data yang diperoleh kemudian dituangkan dalam bentuk laporan, fungsi dari

reduksi data ini adalah menajamkan, mengarahkan, membuang yang tidak

perlu dan mengorganisir sehingga interpretasi bisa ditarik. Data yang

direduksi akan memberikan gambaran mengenai hasil pengamatan yang

mempermudah penelitian.

Pada tahap reduksi data ini, peneliti akan melakukan pengumpulan data

mengenai makna material Tradisi Puputan, kemudian memilih jawaban yang

paling banyak dijawab masyarakat mengenai interpretasi atau penafsiran

mengenai makna material yang digunakan pada tradisi tersebut sehingga akan

mempermudah penelitian.

3.6.2. Data Display (Penyajian Data)

Pada penelitian ini data yang akan diperoleh dari hasil wawancara serta

observasi akan diolah sedemikian rupa sehingga menimbulkan suatu kesatuan

yang akan mengarah pada penarikan kesimpulan, kemudian hasil dari

pengolahan data tersebut akan disajikan dalam bentuk deskripsi dari semua

proses, hasil wawancara dan observasi serta menampilkan data-data

Page 56: MAKNA MATERIAL TRADISI PUPUTAN PADA MASYARAKAT …digilib.unila.ac.id/56253/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfsedulur papat limo pancer ini wajib kita jaga untuk menyelaraskan diri

38

atau dokumen yang mendukung proses penelitian mengenai makna material

Tradisi Puputan.

3.6.3. Penarikan Kesimpulan atau Verifikasi

Pada tahap ini penarikan kesimpulan dilakukan secara cermat dengan

melakukan verifikasi berupa tinjauan ulang pada catatan-catatan lapangan

sehingga data yang ada dapat teruji kebenarannya. Dalam analisis hasil

penelitian ini, penelitian melakukan penyimpulan dengan cara menjelaskan

setiap bagian-bagian penting dari setiap pembahasan pada hasil penelitian

yang ditemukan di lapangan mengenai makna material Tradisi Puputan.

Page 57: MAKNA MATERIAL TRADISI PUPUTAN PADA MASYARAKAT …digilib.unila.ac.id/56253/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfsedulur papat limo pancer ini wajib kita jaga untuk menyelaraskan diri

39

REFERENSI

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung:

Alfabeta. Halaman 2

Maryaeni. 2005. Metode Penelitian Kebudayaan. Malang: PT Bumi Aksara.

Halaman 58

Raharjo, M. 2008. Dasar-Dasar Hermeneutika. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Halaman 29

Natzir, M. 2005. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia. Hlm 122.

Suryabrata, S. 1983. Metedologi Penelitian. Rajawali. Jakarta. Hlm 83.

Maryaeni. 2005. Metode Penelitian Kebudayaan. PT Bumi Aksara. Jakarta. Hlm

15.

Moleong, L.J. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja

Rosdakarya. Hlm 90.

Spradley & Faisal. 1990. Format- Format Penelitian Sosial. Jakarta. Tiara

Wacana. Hlm 57.

Page 58: MAKNA MATERIAL TRADISI PUPUTAN PADA MASYARAKAT …digilib.unila.ac.id/56253/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfsedulur papat limo pancer ini wajib kita jaga untuk menyelaraskan diri

142

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat ditarik kesimpulan

terkait makna material pada Tradisi Puputan di Dusun IX, Kampung Rukti Harjo,

Kecamatan Seputih Raman, Kabupaten Lampung Tengah yaitu:

1. Mayoritas masyarakat Jawa di Dusun IX, Kampung Rukti Harjo, Kecamatan

Seputih Raman, Kabupaten Lampung Tengah hingga saat ini masih

melaksanakan Tradisi Puputan.

2. Tradisi Puputan, pada masyarakat Jawa di Dusun IX, Kampung Rukti Harjo

meliputi makna tersirat dan makna tersurat. Makna tersirat: ketumbar

memiliki makna kehidupan dimana bentuknya yang bulat menyimbolkan

rahim wanita dan rasanya yang hangat menunjukan watak gemati, merica

memiliki makna kehidupan dimana bentuknya bulat menyimbolkan benih

laki-laki, bentuknya yang padat dan keras menunjukkan tanggung jawab,

gedang rojo simbol permohonan terkabulnya doa ambeg adil paramarta

berbudi bawa leksana, daun widara/bidara, awar-awar dan girang ini adalah

daun anti sawan, daun nanas ini menyimbolkan ular, duri kemarung sebagai

benteng perlindungan, telur melambangkan embrio dan putih telur

melambangkan perilaku manusia yang baik atau suci, kuning telur

Page 59: MAKNA MATERIAL TRADISI PUPUTAN PADA MASYARAKAT …digilib.unila.ac.id/56253/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfsedulur papat limo pancer ini wajib kita jaga untuk menyelaraskan diri

143

mengandung makna kepandaian, kebijaksanaan dan kewibawaan serta

kemuliaan, lapisan terdalam mengandung makna ketenangan, kesabaran, dan

kehidupan abadi, jenang putih sebagai lambang bibit dari ayah, jenang merah

adalah lambang ibu, jenangbarobaro sebagai kelahiran seorang anak, makna

sega golong yaitu tekad kang gumolong dadi sawiji. jajan pasar atau tukon

pasar melambangkan kekayaan, urap berasal dari kacang panjang memiliki

makna supaya dalam umur yang panjang, berfikir, bayam sebagai simbol

ayem tentrem, kecambah, sebagai simbol dari benih manusia, tumbak sewu

berbentuk seperti keris untuk mengusir pengaruh jahat, coreng hitam putih,

benang lawe dan batu gilig bermakna benteng pertahanan.

Makna tersurat: ketumbar mengandung antiseptic dan anti jamur, merica

mengandung capsaicin yang berkhasiat meringankan rasa nyeri, gedang

bermakna digawe kadang, yaitu dalam kehidupan ini manusia hendaklah

selalu berpijak pada rasa kekeluargaan dan ajur ajer, daun widara/bidara,

awar-awar, girang, dan nanas menunjukkan keselarasan hidup dengan alam,

duri kemarung yang tajam ini dianggap dapat menusuk atau melukai roh jahat,

telur melambangkan kebulatan tekat, jenang menyimbolkan lembut, halus,

dan mulus.

Diharapkan kehidupan bayi akan berlangsung manis, legit, dan mulus, sega

golong adalah menyatukan tujuh hari, tujuh malam, lima pasaran, tiga puluh

hari, dua belas bulan, empat minggu, tepatnya dihari itu minggu pon. Sega

golong bermakna kemajemukan waktu dan hari, jajan pasar maknanya kelak

saat sudah tumbuh dewasa anak tersebut akan menjadi seorang

Page 60: MAKNA MATERIAL TRADISI PUPUTAN PADA MASYARAKAT …digilib.unila.ac.id/56253/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfsedulur papat limo pancer ini wajib kita jaga untuk menyelaraskan diri

144

pedagang/petani, urap maknanya menyeimbangkan keharmonian hidup

dengan alam, makhluk gaib tidak menyukai bawang dan cabai (tumbak sewu),

coreng hitam putih sebagai benteng srhingga makhluk halus tidak dapat

mendekat, benang lawe bermakna untuk mengikat roh halus, batu gilig untuk

mengecoh makhluk halus.

5.2.Saran

Berkaitan dengan penelitian yang telah dilaksanakan dengan judul makna

material pada Tradisi Puputan di Dusun IX, Kampung Rukti Harjo, Kecamatan

Seputih Raman, Kabupaten Lampung Tengah, ada beberapa saran yang ingin

peneliti sampaikan diantaranya:

1. Diharapkan pada masyarakat Jawa di Dusun IX, Kampung Rukti Harjo,

Kecamatan Seputih Raman, Kabupaten Lampung Tengah walaupun di tengah-

tengah arus globalisasi, hendaknya tidak meninggalkan nilai-nilai tradisi yang

telah diwariskan leluhurnya sebagai identitas diri.

2. Adanya Tradisi Puputansetelah kelahiran bayi pada masyarakat Jawa

merupakan tradisi yang diwariskan oleh nenek moyang kepada anak cucunya

berfungsi sebagai pengingat dan cara untuk memperkenalkan bahwa

masyarakat Jawa memiliki tradisi yang unik dan berbeda dengan masyarakat

lain.

3. Adanya nilai-nilai luhur yang diwariskan oleh leluhurbaik itu ide, gagasan

ataupun bentuk kebudayaan yang lain tujuannya tidak lain adalah sebagai

pedoman bagi masyarakat Jawa. Diharapkan masyarakat dapat terus

Page 61: MAKNA MATERIAL TRADISI PUPUTAN PADA MASYARAKAT …digilib.unila.ac.id/56253/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfsedulur papat limo pancer ini wajib kita jaga untuk menyelaraskan diri

145

memahaminya dan menjadikannya pegangan hidup di tengah-tengah arus

individualisme sebagai akibat masuknya modernisasi di segala bidang.

Page 62: MAKNA MATERIAL TRADISI PUPUTAN PADA MASYARAKAT …digilib.unila.ac.id/56253/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfsedulur papat limo pancer ini wajib kita jaga untuk menyelaraskan diri

146

DAFTAR PUSTAKA

Buku Besar Monografi Kampung Rukti Harjo tahun 2007.

Geertz, Clifford. 2003. Pengetahuan Lokal, judul asli Local Knowledge,

terjemahan

Vivi Mubaikah dan Apri Danarto. Yogyakarta: Merapi Rumah Penerbitan.

Geertz, Clifford. 1992. Tafsir Kebudayaan Terjemahan Budi Susanto.

Yogyakarta: . Kanisius.

Gunasasmita, R. 2009. Kitab Primbon Jawa Serbaguna. Yogyakarta: Narasi.

Hanum, S.H. 1997. Perkawinan Usia Belia. Bengkulu. Pusat Penelitian

Kependudukan: Universitas Gajah Mada.

Herusatoto, B.1987. Symbolisme Dalam Budaya Jawa. Jogjakarta: PT.Hanindita

Graha Widya.

Koentjaraningrat. 2002. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Koentjaraningrat. 2009. Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta.

Maryaeni. 2005. Metode Penelitian Kebudayaan. Malang: PT Bumi Aksara.

Moleong, L.J. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja

Rosdakarya.

Natzir, M. 2005. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia.

Purwadi. 2012. Ensiklopedia Adat-Istiadat Budaya Jawa. Jogjakarta: Pura

Pustaka.

Raharjo, M. 2008. Dasar-Dasar Hermeneutika. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Sardjono, A.M. 1995. Paham Jawa. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Sholikhin, M. 2009. Kanjeng Ratu Kidul Dalam Perspektif Islam Jawa.

Yogyakarta: Narasi.

Page 63: MAKNA MATERIAL TRADISI PUPUTAN PADA MASYARAKAT …digilib.unila.ac.id/56253/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfsedulur papat limo pancer ini wajib kita jaga untuk menyelaraskan diri

147

Sholikhin, M. 2010. Ritual dan Tradisi Islam Jawa. Yogyakart: Narasi.

Ibid. Hlm 28.

Sinaga, M. 2005. Upacara Adat. Gorontalo: Departemen Kebudayaan Dan

Pariwisata.

Sofwan, R. 1999. Menguak Seluk Beluk Aliran Kebatinan. Semarang: Aneka

Ilmu.

Spradley & Faisal. 1990. Format- Format Penelitian Sosial. Jakarta. Tiara

Wacana.

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung:

Alfabeta.

Sugono, D. 2008. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa Departemen

Pendidikan Segaonal.

Suryabrata, S. 1983. Metodelogi Penelitian. Jakarta: Rajawali.

Suseno, F.M. 1999. Etika Jawa. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Tilaar, M. 1999. Kecantikan Perempuan Timur. Magelang: IndonesiaTera.

Tjakraningrat, H. 2008. Kitab Primbon Betaljemur Adammakna. Yogyakarta:

Soemodidjojo Mahadewa.

Wawancara:

B.S. 59 Tahun. Bandar Lampung. 17 September 2018. Senin. Pukul 10.00 WIB.

Bambang. 45 Tahun. Di Dusun IX Desa Rukti Harjo Kecamatan Seputih Raman

Kabupaten Lampung Tengah. 27 September 2017. Rabu. Pukul 17.15 WIB.

Diningrat, P.H. 25 Tahun. Di Dusun IX Desa Rukti Harjo Kecamatan Seputih

Raman Kabupaten Lampung Tengah. 27 September 2017. Rabu. Pukul 16.20

WIB.

Handoko. 57 Tahun.Di Dusun IX Desa Rukti Harjo Kecamatan Seputih Raman

Kabupaten Lampung Tengah. 27 September 2017. Rabu. Pukul 16.40 WIB.

Jarwo. 74 Tahun. Di Dusun IX Desa Rukti Harjo Kecamatan Seputih Raman

Kabupaten Lampung Tengah. 27 September 2017. Rabu. Pukul 15.30 WIB.

Joko. 19 Tahun. Di Dusun IX Desa Rukti Harjo Kecamatan Seputih Raman

Kabupaten Lampung Tengah. 27 September 2017. Rabu. Pukul 15.45 WIB.

Page 64: MAKNA MATERIAL TRADISI PUPUTAN PADA MASYARAKAT …digilib.unila.ac.id/56253/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfsedulur papat limo pancer ini wajib kita jaga untuk menyelaraskan diri

148

Poniyem. 70 Tahun. Di Dusun IX Desa Rukti Harjo Kecamatan Seputih Raman

Kabupaten Lampung Tengah. 27 September 2017. Rabu. Pukul 15.15 WIB.

Priambodo, W. 18 Tahun. Di Dusun IX Desa Rukti Harjo Kecamatan Seputih

Raman Kabupaten Lampung Tengah. 27 September 2017. Rabu. Pukul 15.50

WIB.

Senen. 74 Tahun. Di Dusun IX Desa Rukti Harjo Kecamatan Seputih Raman

Kabupaten Lampung Tengah. 16 Februari 2018. Jumat. Pukul 15.00 WIB.

Soinem. 57 Tahun.Di Dusun IX Desa Rukti Harjo Kecamatan Seputih Raman

Kabupaten Lampung Tengah. 15 Februari 2018. Kamis. Pukul 15.00 WIB.

Sri Hartati. 47 Tahun. Di Dusun IX Desa Rukti Harjo Kecamatan Seputih Raman

Kabupaten Lampung Tengah. 18 Februari 2018. Minggu. Pukul 16.00 WIB.

Sukarmi. 45 Tahun. Di Dusun IX Desa Rukti Harjo Kecamatan Seputih Raman

Kabupaten Lampung Tengah. 17 Februari 2018. Sabtu. Pukul 15.00 WIB.

Sulastri. 47 Tahun. Di Dusun IX Desa Rukti Harjo Kecamatan Seputih Raman

Kabupaten Lampung Tengah. 27 September 2017. Rabu. Pukul 17.00 WIB.

Sumiatun. 70 Tahun. Di Dusun IX Desa Rukti Harjo Kecamatan Seputih Raman

Kabupaten Lampung Tengah. 13 Februari 2018. Selasa. Pukul 16.00 WIB.

Sutarni. 95 Tahun. Di Dusun IX Desa Rukti Harjo Kecamatan Seputih Raman

Kabupaten Lampung Tengah. 27 September 2017. Rabu. 15.00 WIB.

Wagimin. 19 Tahun. Di Dusun IX Desa Rukti Harjo Kecamatan Seputih Raman

Kabupaten Lampung Tengah. 27 September 2017. Rabu. Pukul 15.40 WIB.