makna konotasi kata ambilan bahasa arab dalam...

96
i MAKNA KONOTASI KATA AMBILAN BAHASA ARAB DALAM BUKU MAFAHIM HIZBUT TAHRIR INDONESIA SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Adab dan Humaniora Untuk Memenuhi Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Sastra (S.S.) oleh: IMAM ARIFIN NIM: 1110024000006 Jurusan Tarjamah Fakultas Adab Dan Humaniora Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 1435H / 2014M

Upload: nguyendiep

Post on 04-Apr-2019

266 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: MAKNA KONOTASI KATA AMBILAN BAHASA ARAB DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30680/1/IMAM...MAKNA KONOTASI KATA AMBILAN BAHASA ARAB DALAM BUKU MAFAHIM HIZBUT

i

MAKNA KONOTASI KATA AMBILAN BAHASA ARAB

DALAM BUKU MAFAHIM HIZBUT TAHRIR INDONESIA

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Adab dan Humaniora

Untuk Memenuhi Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Sastra (S.S.)

oleh:

IMAM ARIFIN

NIM: 1110024000006

Jurusan Tarjamah

Fakultas Adab Dan Humaniora

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

1435H / 2014M

Page 2: MAKNA KONOTASI KATA AMBILAN BAHASA ARAB DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30680/1/IMAM...MAKNA KONOTASI KATA AMBILAN BAHASA ARAB DALAM BUKU MAFAHIM HIZBUT

ii

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya

atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, 2 Oktober 2014

Imam Arifin

NIM: 1110024000006

Page 3: MAKNA KONOTASI KATA AMBILAN BAHASA ARAB DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30680/1/IMAM...MAKNA KONOTASI KATA AMBILAN BAHASA ARAB DALAM BUKU MAFAHIM HIZBUT

iii

MAKNA KONOTASI KATA AMBILAN BAHASA ARAB

DALAM BUKU MAFAHIM HIZBUT TAHRIR INDONESIA

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Syarat Memperoleh

Gelar Sarjana Sastra (S.S.)

Oleh:

Imam Arifin

NIM: 1110024000006

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Dr. Sukron Kamil, MA Karlina Helmanita, M.Ag.

Page 4: MAKNA KONOTASI KATA AMBILAN BAHASA ARAB DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30680/1/IMAM...MAKNA KONOTASI KATA AMBILAN BAHASA ARAB DALAM BUKU MAFAHIM HIZBUT

iv

Page 5: MAKNA KONOTASI KATA AMBILAN BAHASA ARAB DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30680/1/IMAM...MAKNA KONOTASI KATA AMBILAN BAHASA ARAB DALAM BUKU MAFAHIM HIZBUT

v

TERIMA KASIH

Puji syukur kepada Allah Swt yang melimpahkan rahmat dan karunia-Nya.

Karena-Nya jugalah, skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik meski agak sedikit

terlambat waktunya karena kemalasan penulis.

Salawat dan salam penulis curahkan kepada Baginda Besar Nabi

Muhammad Saw, keluarga, dan para sahabatnya. Semoga kita semua

mendapatkan syafaatnya di hari akhir. Amin ya rabb.

Selesainya skripsi bukanlah semata-mata hasil kerja keras penulis sendiri.

Penulis menyadari, skripsi ini tidak akan selesai jika tidak ada dukungan dari

almamater sebagai tempat penulis menimba ilmu. Tanpa terkecuali, penulis

berterimakasih kepada Bapak Prof. Dr. Komarudin Hidayat, selaku Rektor

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Bapak Prof. Dr. Oman

Faturahman, M. Hum. sebagai Dekan Fakultas Adab dan Humaniora, dan Bapak

Dr.Ahmad Syaekhudin M.Ag, selaku ketua Jurusan Tarjamah pada periode 2010-

2014, dan Dr. TB Ade Asnawi, M.Ag ketua Jurusan Tarjamah periode 2014-2017.

Tidak hanya itu, penulis tentunya sangat berterima kasih kepada dosen

pembimbing skripsi, Bapak Prof. Dr. Sukron Kamil, MA, dan Bunda Karlina

Helmanita, M.Ag. yang telah bersedia meluangkan waktu di tengah kesibukannya,

untuk membimbing penulis demi selesainya skripsi ini. Selain itu, penulis

berterima kasih kepada dua penguji skripsi ini: Drs. Ahmad Syatibi, M.Ag dan Dr.

Moch Syarif Hidayatullah, M. Hum.

Page 6: MAKNA KONOTASI KATA AMBILAN BAHASA ARAB DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30680/1/IMAM...MAKNA KONOTASI KATA AMBILAN BAHASA ARAB DALAM BUKU MAFAHIM HIZBUT

vi

Penulis juga berterima kasih kepada Bapak Tatam Wijaya sebagai alumnus

Tarjamah yang senantiasa memberikan motivasi yang sungguh berarti untuk

penulis. Beliau juga ikut serta membantu memberikan arahan pada penulis

sehingga proses penulisan skripsi ini terselesaikan.

Tak lupa, penulis berterima kasih kepada seluruh dosen Jurusan Tarjamah

yang telah mendidik dan mengajarkan ilmu berbagai ilmu pengetahuan bahasa,

budaya, dan terjemahan, khususnya Dr. Moch Syarif Hidayatullah, M. Hum, yang

mengajarkan seluk beluk dunia terjemah, terima kasih. Semoga amal mereka

diterima di sisi Allah Swt. Amin!

Secara khusus, penulis berterima kasih kepada orang tua tercinta, Abah

Ratmodan Mama Khopilah yang selalu mendoakan penulis. Penulis yakin mereka-

lah yang membuat pengerjaan skripsi ini menjadi lebih ringan. Terima kasih

penulis juga untuk Lek Juminah dan Lek Kusnanto, adik Aditia Soeman Prakoso

dan adik kecil Naila Salsabila, yang sudah menjadi bagian dari hidup penulis, dan

selalu memberi semangat hidup dalam sehari-hari.

Terima kasih yang amat sangat kepada keluarga Alm Raidah Binti Maud

dan Keluarga Alm H. Rifai Bin, yang selalu memberi semangat tiada henti. Aku

cinta padamu.

Serta penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Kawan-kawan Jurusan

Tarjamah 2010 atas kerjasama, kekompakan, dan kebersamaannya selama 4 tahun

kita berada dalam satu tempat menimba ilmu.

Semoga skripsi yang sederhana ini bisa bermanfaat bagi semua yang

membacanya, terutama bagi yang berminat dibidang penerjemahan, dan

Page 7: MAKNA KONOTASI KATA AMBILAN BAHASA ARAB DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30680/1/IMAM...MAKNA KONOTASI KATA AMBILAN BAHASA ARAB DALAM BUKU MAFAHIM HIZBUT

vii

khususnya bagi penerjemahan buku-buku dan teks-teks islam yang fundamentalis.

Kritik dan saran, akan penulis terima dengan lapang dada.

Jakarta, 24 September 2014

Imam Arifin

Page 8: MAKNA KONOTASI KATA AMBILAN BAHASA ARAB DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30680/1/IMAM...MAKNA KONOTASI KATA AMBILAN BAHASA ARAB DALAM BUKU MAFAHIM HIZBUT

viii

DAFTAR ISI

HALAMANJUDUL.................................................................................i

SURAT PERNYATAAN…………………………………….....................ii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING...........................................iii

TERIMA KASIH……………………………………………....................iv

DAFTAR ISI............................................................................................vii

PEDOMAN TRANSLITERASI…………………………………………ix

ABSTRAK………………………………………………………………..xii

BAB I: PENDAHULUAN

A. LatarBelakangMasalah………………………………………...................1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah……………………………..........5

1. PembatasanMasalah............…………………………………………........5

2. PerumusanMasalah……………...........…………………………..............5

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian…………....................………….........6

D. MetodologiPenelitian………………………………………….......................6

1. SumberData…………………………....………………………....................6

2. Teknik Pengumpulan Data…….....…………………………..................7

3. Teknik Analisis Data……………………………………….......................7

E. Sistematika Penulisan………………….…………………….................7

Page 9: MAKNA KONOTASI KATA AMBILAN BAHASA ARAB DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30680/1/IMAM...MAKNA KONOTASI KATA AMBILAN BAHASA ARAB DALAM BUKU MAFAHIM HIZBUT

ix

BAB II: KERANGKA TEORI

A. Teori Kata Ambilan…………………………………..................................10

1. Definisi Kata Ambilan………………………………………..................10

2. Perbedaan: Kata Ambilandan Kata Serapan……….....….....11

B. TeoriPenerjemahan……………………………………………....14

1. DefinisiPenerjemahan………………………………………...14

2. IdeologiPenerjemahanHizbut Tahrir ....................................17

C. Makna Konotatif………………………………………………....22

1. DefinisiKonotatif………………………………………….......22

2. PerbedaanDenotatifdanKonotatif…………………………...23

3. Sinonimi (Mutaradifat)………………………………………...33

BAB III: Profil dan Gambaran Umum Hizbut Tahrir

A. Profil Singkat………………………………………………........35

1. Perkembangan dan Sejarah Munculnya Hizbut Tahrir di

Indonesia……………………………………………………....35

2. Tujuan Hizbut Tahrir……………………………………….....42

3. Kegiatan Hizbut Tahrir……………………………………......43

4. StrategiDakwahisPolistis HT……………………………......44

5. Metode Dakwah Hizbut Tahrir…………………………….....46

6. Ulasan Buku Mafahim Hizbut Tahrir.....................................48

Page 10: MAKNA KONOTASI KATA AMBILAN BAHASA ARAB DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30680/1/IMAM...MAKNA KONOTASI KATA AMBILAN BAHASA ARAB DALAM BUKU MAFAHIM HIZBUT

x

BAB IV: Analisis Semantik Kata Ambilan Arab dalam Buku

Mafahim Hizbut Tahrir Indonesia

A. Pengantar.........…………………………………………………….52

B. Analisis Makna Konotasi Kata Ambilan Bahasa Arab dalam Buku

Mafahim……………………………………………........................53

1. Kalimat 1.............................................................................................54

2. Kalimat 2.............................................................................................55

3. Kalimat 3.............................................................................................56

4. Kalimat 4.............................................................................................59

BAB V :Kesimpulan………………………………………………….......63

DaftarPustaka………………………………………………………........64

Page 11: MAKNA KONOTASI KATA AMBILAN BAHASA ARAB DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30680/1/IMAM...MAKNA KONOTASI KATA AMBILAN BAHASA ARAB DALAM BUKU MAFAHIM HIZBUT

xi

PEDOMAN TRANSLITERASI

HurufArab Nama HurufLatin

Alif Tidakdilambangkan

Ba

B

T Ta

Tsa

Ts

Jim

J

Ha

H

Kha

Kh

Dal

D

Dzal

Dz

Ra

R

Zai

Z

Sin

S

Syin

Sy

Shad

Sh

Dhad

Dh

Tha

Tha

Zha Zh

‘ain

....‘....

Ghain

Gh

Page 12: MAKNA KONOTASI KATA AMBILAN BAHASA ARAB DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30680/1/IMAM...MAKNA KONOTASI KATA AMBILAN BAHASA ARAB DALAM BUKU MAFAHIM HIZBUT

xii

Fa

F

Kaf

K

Lam

1

Mim

M

Nun

N

Wau

W

Ha

H

Hamzah

...`...

Ya

Y

â=aPanjang

î=ipanjang

û=upanjang

Page 13: MAKNA KONOTASI KATA AMBILAN BAHASA ARAB DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30680/1/IMAM...MAKNA KONOTASI KATA AMBILAN BAHASA ARAB DALAM BUKU MAFAHIM HIZBUT

xiii |

ABSTRAK

Kajian ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar kata ambilan Arab

berpengaruh dan digunakan dalam bahasa indonesia di kelompok islam

fundamentalis. Khususnya dalam teks-teks dan buku keagamaan seperti di

dalam buku mafahi hizbut tahrir ini.

kata ambilan yang merupakan kata asing yang sering dipakai dalam

literature/buku, tetapi jika membuka kamus KBBI, kata tersebut belum ada.

Dalam literatur/buku yang menggunakan bahasa ambilan penulisannya pun

masih ditulis miring dan harus ditransliterasikan terlebih dahulu untuk

menunjukkan apakah bahasa tersebut asing atau tidak. Meski sudah dikenal

paling tidak di kalangan tertentu yang akrab dan bagian dari wacana yang

berkembang di antara mereka.

Kata ambilan Arab yang dipakai dalam buku keislaman dan tindak

tutur pemakainya menunjukkan pola keagamaan, baik pola kegaman

fundamentalis dakwahis, politis, jihadis,maupun pola/tipologi

mainstream/moderat. Selain itu, jika kata ambilan Arab yang dipakai dalam teks

dianalisis lewat teori analisis semantik sintaktikal dan konotasi teks serta sosial

budaya, pola keagamaan ormas/kelompok sosial keagamaan menjadi lebih

tampak lagi. Bahkan, lewat cara ini juga ditemukan sejumlah akar problem yang

melahirkan pola keagamaan.[]

Page 14: MAKNA KONOTASI KATA AMBILAN BAHASA ARAB DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30680/1/IMAM...MAKNA KONOTASI KATA AMBILAN BAHASA ARAB DALAM BUKU MAFAHIM HIZBUT

1

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kata ambilan merupakan kata pinjaman dari bahasa lain, baik daerah maupun

asing. Biasanya masih dalam keadaan asli atau serupa dengan bahasa

asli/sumbernya. Ia diungkap dengan ditransliterasikan ke bahasa yang

terpengaruh/sasaran serta belum masuk kedalam kosakata resmi bahasa Indonesia.1

Berbeda dengan kata serapan, kata serapan adalah kata yang sudah diserap dalam

bahasa Indonesia yang dibuktikan dengan masuknya kata itu ke dalam kamus

besarbahasa Indonesia (KBBI).2

Kata ambilan yang merupakan kata asing yang sering dipakai dalam

literature/buku. Tetapi jika membuka kamus KBBI, kata tersebut belum ada. Dalam

literatur/buku yang menggunakan bahasa ambilan penulisannya pun masih ditulis

miring dan harus ditransliterasikan terlebih dahulu untuk menunjukkan apakah

bahasa tersebut asing atau tidak. Meski sudah dikenal paling tidak di kalangan

tertentu yang akrab dan bagian dari wacana yang berkembang di antara mereka.3

Kata ambilan Arab yang dipakai dalam buku keislaman dan tindak tutur

pemakainya menunjukkan pola keagamaan, baik pola keagamaan fundamentalis,

dakwahis, politis, jihadis, maupun pola/tipologi mainstream/moderat. Selain itu,

jika kata ambilan Arab yang dipakai dalam teks dianalisis melalui teorianalisis

1Sukron Kamil, dkk, Pola Keagamaan dan Bahasa: Studi Kontekstual Kata Serapan Arab

Dalam Teks-Teks Keislaman(Jakarta: UIN Jakarta,2013), h. 6 2Lihathttp://bahasakita.com/kata-serapan-arab-dalam-bahasa-indonesia. 3Sukron Kamil, dkk,Pola Keagamaan dan Bahasa: Studi Kontekstual Kata Serapan Arab

dalam Teks-Teks Keislaman(Jakarta: UIN Jakarta,2013),h. 26

Page 15: MAKNA KONOTASI KATA AMBILAN BAHASA ARAB DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30680/1/IMAM...MAKNA KONOTASI KATA AMBILAN BAHASA ARAB DALAM BUKU MAFAHIM HIZBUT

2

semantik sintaktikal, konotasi teks, sosial budaya, pola keagamaan

ormas/kelompok sosial keagamaan menjadi lebih tampak lagi. Bahkan, melalui cara

ini juga ditemukan sejumlah akar problem yang melahirkan pola keagamaan

mereka.4

Lahirnya penggunaan kata ambilan Arab yang belum menjadi bahasa

Indonesia lebih menunjukkan pola keagamaan. Salah satunya di kalangan Hizbut

Tahrir Indonesia yang umumnya berasal dari kelompok dakwahis dan politis

banyak menggunakan kata ambilan Arab. Misalnya kata Daulah Islâmiyah dan

Khilâfah Islâmiyah yang merupakan dua istilah/ambilan Arab yang menjadi

gagasan sentral HTI. Karenanya, dua istilah ini yang paling banyak digunakan oleh

HTI. Daulah Islâmiyah yang berarti negara Islam dan Khilâfah Islâmiyah yang

berarti kepemimpinan Islam merupakan dua istilah yang sangat melekat dengan

HTI. Cita-cita dari perjuangan HTI adalah menjadikan NKRI sebagai Daulah

Khilâfah Islâmiyah. Pemakaian kedua istilah tersebut tidak menggunakan

padanannya dalam bahasa Indonesia, karena konsep yang terdapat dalam kedua

istilah tersebut tidak akan sama ketika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.5

Selain kata Daulat Islamiyah yang tidak ditemukan padanannya dalam bahasa

Indonesia, Kata mabda yang secara etimologis adalah ism makan dari kata

‘bada’a-yabda’u-mabdaan’ yang berartipermulaan. Secara terminologis mabda

berartipemikiranmendasar yang dibangun di atas pemikiran-pemikiran (cabang).6

Dalam padanan bahasa Indonesia, mabda memiliki padanan dengan kata ideologi.

4SukronKamil, dkk, PolaKeagamaandan Bahasa: StudiKontekstual Kata Serapan Arab

dalamTeks-TeksKeislaman,(Jakarta: UIN, 2013), h. 6 5Sukron Kamil, h. 6

6http://hizbut-tahrir.or.id//category///2009/03/28/islam-ideologis/

Page 16: MAKNA KONOTASI KATA AMBILAN BAHASA ARAB DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30680/1/IMAM...MAKNA KONOTASI KATA AMBILAN BAHASA ARAB DALAM BUKU MAFAHIM HIZBUT

3

Walaupun mempunyai padanannya dalam bahasa Indonesia, HTI tetap

menggunakan kata mabda ketika menjelaskan tentang ideologi.

Pemerkayaan kosakata melalui pengambilan kata Arab atau istilah dari bahasa

lain adalah suatu keniscayaan. Tidak ada bahasa modern yang steril dari kata

ambilan. Bahasa Inggris yang merupakan bahasa terkemuka meminjam lebih dari

sepertiga dari bahasa lain. Hal demikian juga terjadi dalam bahasa Indonesia.

Bahasa Indonesia mengambil banyak sekali bahasa asing, seperti Sansakerta,

Arab, Belanda, Cina dan Inggris. Pengambilan kata ini karena kebutuhan pretise.

Perkembangan dan perubahan kebahasaan dapat terjadi baik dalam ranah

makna, tata bahasa, maupun kosakata. Kosakata merupakan bidang yang cepat

berkembang dan banyak mengalami perubahan. Hal ini dibuktikan dengan adanya

sejumlah pengambilan kata baru dalam pola keagamaan di Indonesia,

misalnyadalam bahasa Indonesia pada beberapa dekade terakhir, dalam kelompok

salafi dakwahis dan politis HTI. kata mabda (ideologiI), akhi (saudara), thâghût

(syetan), daulah (Negara), Qiyâdah (kepemimpinan), dan daulat (perjalanan

untuk dakwah) (harta rampasan perang).7 Kalangan yang hampir sama seperti

salafi dakwahis semisal Jama’ah Tabligh, PKS, MMI, juga melakukan hal yang

sama.

Dalam hal ini bahasa merupakan cerminan pola pikir dan pola rasa yang bisa

diteliti lewat teori kontekstual yang tercakup di dalamnya kajian atas fenomena

bahasa sintaktikal serta wacana dan juga konteks sosial budaya yang

melingkupinya, maka kajian atas pola keagamaan lewat teks-teks kebahasaan

7Taqiyuddin An-Nabhani, Mafahim Hizbut Tahrir, (Jakarta: Hizbut Tahrir Indonesia,

2001),h.10

Page 17: MAKNA KONOTASI KATA AMBILAN BAHASA ARAB DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30680/1/IMAM...MAKNA KONOTASI KATA AMBILAN BAHASA ARAB DALAM BUKU MAFAHIM HIZBUT

4

dalam literatur keislaman kontemporer di Indonesia bisa dipertanggungjawabkan

secara ilmiah. Pola keagamaan fundamentalisme (salafi dakwahis dan politis),

bahkan radikalisme (salafi jihadis) bisa diteliti lewat kajian atas fenomena

kebahasaan dalam buku pedomannya atau teks-teks keislaman yang dilahirkan

oleh kelompok-kelompok Islam tersebut.

Dengan pemaparan di atas agar fokus dalam penelitian, maka penelitian ini

akan mengkaji kata ambilan Arab yang dipakai dalam buku pedoman keislaman

kontemporer Mafahim Hizbut Tahrir. hal Ini terkait dengan keunggulan bahasa

Arab dalam menampung konsep-konsep keagamaan yang dalam bahasa Indonesia

sering kali tidak ditemukan padananya. Berdasarkan pemikiran di atas penulis

membahas skripsi ini dengan judul: Makna Konotasi Kata Ambilan Bahasa

Arab dalam Buku Mafahim Hizbut Tahrir Indonesia.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah.

Untuk dapat menemukan sebuah pembahasan secara lebih mendalam, penulis

membatasi objek penelitiannya dengan menggunakan 16 kosakata kata ambilan

Bahasa Arab dari 78 kosakata yang terdapat dalam buku Mafahim Hizbut Tahrir

Indonesia. Kosakata tersebut seperti pada kata mabda (ideologi), Qabih (tercela)

Hasan (Terpuji), daulah (Negara), Qiyâdah (kepemimpinan), dandaulat

(perjalananuntukdakwah).8 Kafir Harbi, Daulat Islamiyah, Khilafah Islamiyah,

Kharaj, Daarul Kufur, Daarul Islam, kafir Mua’ahad, Inqilabi,hirjuaz-zawiyah,

hizb

8 An-Nabhani, Taqiyuddin Mafahim Hizbut Tahrir, (Jakarta: Hizbut Tahrir Indonesia,

2001),h.10

Page 18: MAKNA KONOTASI KATA AMBILAN BAHASA ARAB DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30680/1/IMAM...MAKNA KONOTASI KATA AMBILAN BAHASA ARAB DALAM BUKU MAFAHIM HIZBUT

5

.

2. Perumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang dapat diurai adalah:

Bagaimana makna konotasi di balik penggunaan kata ambilan Arab dalam

buku Mafahim Hizbut Tahrir Indoneisa?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Sebagaimana rumusan yang sudah diidentifikasikan oleh penulis. Maka,

penelitian ini memiliki beberapa tujuan antara lain:

Untuk megetahui makna konotasi di balik penggunaan kata ambilan Arab

dalam Buku Mafahim Hizbut Tahrir Indonesia

D. Metodologi Penelitian

Dalam penelitian skripsi ini, penulis menggunakan metode deskriptif

kualitatif, dengan jalan mengumpulkan data yang terkait dengan masalah yang

akan diteliti berbentuk kata-kata, bukan angka-angka9 data yang penulis dapatkan

dalam hal ini merujuk sumber primer dan bahan sekunder.

Data yang diperoleh yaitu melalui, teori makna konotatif, teori konotatif

Roland Barthes, hermeneutik, dan juga akan diperkaya teori mutaradifat. teori

tersebut akan dibahas lebih dalam di (bab 2) kemudian wawancara langsung

kepada salah satu tokoh Ormas Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) guna mempertajam

analisa yang penulis paparkan.

9 Mahsun, Metodologi Penelitian Bahasa, (Jakarta: Grafindo, 2013), h. 79

Page 19: MAKNA KONOTASI KATA AMBILAN BAHASA ARAB DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30680/1/IMAM...MAKNA KONOTASI KATA AMBILAN BAHASA ARAB DALAM BUKU MAFAHIM HIZBUT

6

1. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini diambil dari buku Mafahim Hizbut Tahrir

Indonesia. Sesuai judulnya, kitab Mafahim Hizbut Tahrir Di dalam buku Mafâhim

Hizbut Tahrir’terdapat 78 kosakata yangditulis dalam bahasa Arab. Kosakata

tersebut ditulis miring sebagai tanda bahwa kosakata tersebut adalah kosakata

asing yang belum diserap ke dalam bahasa Indonesia. Akan tetapi, walaupun

belum menjadi bagian dalam bahasa Indonesia, penulisan kosakata tersebut

mengikuti bentuk kosakata bahasa Indonesia dan tidak menggunakan bentuk ejaan

dalam bahasa asalnya

Namun, di dalam buku ini tidak semua kosakata dan istilah Arab dipakai

karena alasan kebutuhan, yang jika tidak digunakan akan merusak cita rasa

makna yang dimaksud. Misalnya kata qabîh yang berarti buruk/jelek. Kata

tersebut apabila dituliskan terjemahannya dalam bahasa Indonesia tidak akan

mengurangi atau menghilangkan makna yang terkandung dalam bahasa asalnya.

Demikian pula dengan katahasan (terpuji) ‘syarah’ yang berarti penjelasan. Jika

tiga kata ditampilkan dalam bentuk terjemahannya dalam bahasa Indonesia

sesunguhnya lebih baik.

2. Teknik Pengumpulan Data

Data berupa kosakata yang terdapat dalam buku Mafahim HTI berupa

kosakata bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa Arab dicatat pada kartu.

Kemudian catatan itu dianalisis untuk menemukan bentuk-bentuk

pengambilannya yang tidak sesuai padananya dengan bahasa Arab.

Page 20: MAKNA KONOTASI KATA AMBILAN BAHASA ARAB DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30680/1/IMAM...MAKNA KONOTASI KATA AMBILAN BAHASA ARAB DALAM BUKU MAFAHIM HIZBUT

7

3. Teknik Analisis Data

Data yang berupa kosakata bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa Arab

dianalisis dengan mengacu pada perubahan konotasi yang terjadi pada proses

pengambilan. Analisis dilanjutkan dengan melihat perbedaan register dan makna

yang terjadi yaitu makna konotasi yang merupakan makna yang bukan sebenarnya

dan merujuk pada hal lain.Makna Konotasi tidak diketahui oleh semua orang,

dalam artian hanya digunakan oleh suatu komunitas tertentu, konotatif merupakan

makna lain yang ditambahkan pada makna denotatif tadi yang berhubungan

dengan nilai rasa dari orang atau kelompok orang yang menggunakan kata

tersebut10

E. SistematikaPenulisan

Dalam hal ini penulis akan memberikan penjelasan secara sistematika dengan

cara pandang masalah secara objektif, agar dapat dipahami secara baik. Penulisan

ini dibagi menjadi VI BAB.

BAB I, Pendahuluan: terdiri dari enam subbab yaitu; Pertama, Latar belakang

masalah; kedua pembatasan dan perumusan masalah; ketiga, tujuan dan kegunaan

penelitian; keempat metode pembahasan; kelima manfaat penelitian dan; keenam,

sistematika penulisan.

10

SalihenMoentaha,BahasadanTerjemahan; Language and Translation The New Millennium Publication,(Jakarta: Kesaint Blanc – Anggota IKAPI, 2008), h. 163

Page 21: MAKNA KONOTASI KATA AMBILAN BAHASA ARAB DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30680/1/IMAM...MAKNA KONOTASI KATA AMBILAN BAHASA ARAB DALAM BUKU MAFAHIM HIZBUT

8

Pada bab selanjutnya (bab 2), peneliti menjelaskan teori kata ambilan Arab,

Distingsi: kata ambilan dan serapan, teori penerjemahan, ideology penerjemahan

ormas fundamentalis, teori makna konotasi, denotasi, dan teori mutaradifat.

Kemudian pada bab berikutnya (bab 3) penulis akan menggambarkan profil

dan Gambaran Umum Hizbut Tahrir.

Selanjutnya, pada bab inti (bab 4), peneliti akan membahas analisis

Bagaimana makna konotasi di balik penggunaan kata ambilan Arab dalam buku

Mafahim Hizbut Tahrir Indoneisa.

Pada akhirnya peneliti mengakhiri di (bab 5) penelitian ini dengan beberapa

kesimpulan dari hasil penelitian mengenai kata ambilan Arab di dalam buku

Mafahim HTI

Page 22: MAKNA KONOTASI KATA AMBILAN BAHASA ARAB DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30680/1/IMAM...MAKNA KONOTASI KATA AMBILAN BAHASA ARAB DALAM BUKU MAFAHIM HIZBUT

9

BAB II

KERANGKA TEORI

A. Kata Ambilan

1. Definisi Kata Ambilan

Kata ambilan merupakan kata pinjaman dari bahasa lain, baik daerah maupun

asing. Biasanya masih dalam keadaan asli atau serupa dengan bahasa

asli/sumbernya.Ia diungkap dengan ditransliterasikan ke bahasa yang

terpengaruh/sasaran serta belum masuk kedalam kosakata resmi bahasa

Indonesia.Istilah kata ambilan, ia diambil dari bahasa asing, hanya saja tidak ada

padanannya di dalam bahasa Indonesia dan terjemahannya terlalu panjang.1

Kosakata bahasa asing yang dapat diambil menjadi istilah harus memenuhi syarat

sebagai berikut:

a. Lebih cocok karena konotasinya; misalnya oksigen lebih cocok daripada gas

asam,

b. Lebih singkat daripada terjemahan Indonesianya,

c. Memudahkan pengalihan antar bahasa karena corak keinternasionalannya

d. Dapat mempermudah tercapainya kesepakatan jika istilah Indonesia terlalu

banyak sinonimnya.

Secara garis besar, istilah dapat dibentuk dengan cara (1) mengambil

kata/gabungan kata umum dan memberinya makna atau definisi yang tetap, (2)

1Zuchridin Surya winata & Sugeng Hariyanto, Translation (Bahasa Teori& Penuntun Prakti

sMenerjemahkan), (Yogyakarta: Kanisius, 2003) h. 134

Page 23: MAKNA KONOTASI KATA AMBILAN BAHASA ARAB DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30680/1/IMAM...MAKNA KONOTASI KATA AMBILAN BAHASA ARAB DALAM BUKU MAFAHIM HIZBUT

10

mengambil istilah asing dengan cara (a) mengadopsi, (b) mengadaptasi, dan (c)

menerjemahkan.2

2. Perbedaan:Kata Serapan dan Kata Ambilan

Kata serapan merupakan sebuah fenomena linguistik yang dalam kajiannya

sejajar dengan sejarah pembentukan sebuah bahasa, tidak seperti proses

pembentukan kata lainnya (derivation, composition, abreviation, dan siglaison).

Kontak antarbahasa dapat terjadi apabila antarbahasa serumpun, sehingga kontak

tersebut menimbulkan kata serapan yang bermakna.

Salah satu ciri serapan ialah serapan kata yang bermakna sama dengan kata

bahasa penyerap. Bahasa Indonesia mengalami proses penyerapan dengan ciri

sinonimi.3 Misalnya kata serapan temperaturbersinonim suhu.Seperti halnya kata-

kata dalam bahasa Arab yang diserap ke dalam bahasa Indonesia melalui berbagai

macam bahasa daerah di kepulauan Indonesia, pun bahasa Jawa dan Sunda, serta

dialek Melayu. Bahasa Betawi juga mengalami perubahan menjadi suatu wujud

baru dalam bahasa Arab klasik yang kemudian mengalami proses re-arabisasi atau

telah hilang sama sekali. Jika kata-kata tersebut dituturkan oleh pedagang Arab,

maka masuk akal apabila kata serapan Arab dalam bahasa Indonesia atau Melayu

paling tidak mengandung unsur-unsur kolokial yang penting, karena pedagang

(seperti halnya orang awam lainnya) biasanya tidak menggunakan bahasa Arab

klasik jika berkomunikasi dengan orang lain.4Bahkan mereka biasanya tidak

menguasai bahasa Arab klasik dengan baik.

2Zuchridin Suryawinata & Sugeng Hariyanto, Translation (Bahasa Teori & Penuntun Praktis

Menerjemahkan), (Yogyakarta: Kanisius, 2003) h. 134 3J.D Parera, Teori Semantik, (Jakarta:Erlangga, 2004), h. 65

4Nikolaos van Dam, lihathttp://bahasakita.com/kata-serapan-arab-dalam-bahasa-indonesia.

Page 24: MAKNA KONOTASI KATA AMBILAN BAHASA ARAB DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30680/1/IMAM...MAKNA KONOTASI KATA AMBILAN BAHASA ARAB DALAM BUKU MAFAHIM HIZBUT

11

Sebagian besar kata serapan Arab tidak mengandung jejak kolokial apapun

yang bisa memberikan petunjuk daerah asal kata tersebut karena bentuknya yang

klasik. Namun Kees Versteegh yang dikutip oleh Nikolaos Van Dam (Arabic

Component Leksikon Indonesia) mengemukakan, ”Yang khususnya menarik

adalah kata-kata serapan itu memperlihatkan bersumber dari bahasa Mesir, di

mana j diucapkan sebagai g seperti dalam gamal `unta„ (Arab = jamal, Mesir =

gamal) dan kata-kata dengan pelafalan g untuk q dalam bahasa Arab seperti

dalam gamis `kemeja‟ (Arab = qamis), gereba (Arab = qirba).”5Namun tidak

seluruhnya dari Arab, hal ini juga dapat karena pengaruh Inggris

Sehubungan dengan penjelasan di atas, kata serapan Arab dalam bahasa

Indonesia dapat dibagi kedalam empat bagian yaitu: Pertama, lafal dan artinya

yang masih sesuai dengan aslinya dalam bahasa Arab.Walaupun sebagian dalam

penulisannya mengalami perubahan. Misalnya kata abad, adil, bakhil, bathil,

barakah, musyawarah, dan munkar. Kedua, lafalnya berubah namun artinya

tetapsama dengan bahasa Arab. Misalnya kataberkah, atau berkatyang merupakan

asal kata barakah; lalim dari kata zhalim; makalah dari kata maqalah; dan kata

resmi dari kata rasmiy. Ketiga, lafal dan arti berubah dari lafal dan arti semula

dalam bahasa Arab. Misalnya, keparat-- dalam bahasa Indonesia merupakan

sebuah kata makian (sepadan dengan kata sialan)—. Kemudian logat dalam

bahasa Indonesia bermakna dialek atau aksen berasal dari kata lughahyang dalam

bahasa Arab bermakna bahasa. Keempat, lafalnya sama tetapi artidalam bahasa

Indonesia berubah. Misalnya kata ahli dan kalimat. Dalam bahasa

5Nikolaos van Dam, lihathttp://bahasakita.com/kata-serapan-arab-dalam-bahasa-indonesia.

Page 25: MAKNA KONOTASI KATA AMBILAN BAHASA ARAB DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30680/1/IMAM...MAKNA KONOTASI KATA AMBILAN BAHASA ARAB DALAM BUKU MAFAHIM HIZBUT

12

Indonesiakalimat bermakna rangkaian kata-kata, kemudian dalam bahasa Arab

bermakna kata.6

Berbeda dengan kata ambilan Arab. merupakan kata pinjaman dari bahasa

lain, baik daerah maupun asing. Biasanya masih dalam keadaan asli atau serupa

dengan bahasa asli/sumbernya.Ia diungkap dengan ditransliterasikan ke bahasa

yang terpengaruh/sasaran serta belum masuk kedalam kosakata resmi bahasa

Indonesia.

Untuk membedakan kata serapan dan kata ambilan, kita dapat menggunakan

KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) produk Pusat bahasa Nasional. Kata

serapan merupakan kata asing yang sudah masuk kedalam entri kamus tersebut.

Kata serapan adalah kata yang sudah diserap dalam bahasaIndonesia yang

dibuktikan dengan masuknya kata itu ke dalam kamus. Berbeda dengan kata

ambilan yang merupakan kata asing yang sering dipakai dalam literature/buku,

tetapi jika membuka kamus KBBI, kata tersebut belum ada. Dalam literatur/buku

yang menggunakan bahasa ambilan penulisannya pun masih ditulis miring dan

harus ditransliterasikan terlebih dahulu untuk menunjukkan apakah bahasa tersebut

asing atau tidak. Meski sudah dikenal paling tidak di kalangan tertentu yang akrab

dan bagian dari wacana yang berkembang di antara mereka.7

Umumnya, kata ambilan Arabyang belum menjadi bahasa Indonesialebih

menunjukkan pola keagamaannya yang lebih kuat. Seperti kelompok dakwahis

atau ormas Islam. Menurut para penganut tersebut, upaya mempertahankan sesuatu

yang asing dan tidak lazim, unik, serta kekhasan dari budaya bahasa sumber yang

tetap mempertahankan gaya, cita rasa, dan cita rasa kultural bahasa sumber

6 Sukron Kamil, Pola Keagamaan dan Bahasa: Studi Kontekstual Kata Serapan Arab dalam

Teks-Teks Keislaman(Jakarta: UIN, 2013), h. 6 dan Lihat http://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_kata_serapan_dari_bahasa_Arab

7Sukron Kamil, dkk, Pola Keagamaan dan Bahasa: Studi Kontekstual Kata Serapan Arab

dalam Teks-Teks Keislaman(Jakarta: UIN Jakarta,2013), h. 26

Page 26: MAKNA KONOTASI KATA AMBILAN BAHASA ARAB DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30680/1/IMAM...MAKNA KONOTASI KATA AMBILAN BAHASA ARAB DALAM BUKU MAFAHIM HIZBUT

13

merupakan suatu keutamaan8. Contohnya di kalangan dakwahis Hizbut Tahrir

Indonesia yang pada umumnya berasal dari kelompok tarbiyyah (salafi ormas

fundamentalis Islam yang banyak menggunakan kata ambilan Arab. Misalnya kata

akhi (saudara), Fikrah(konsep), Ghanimah (Harta rampasan perang), qadla

(peradilan), kharaj (Pendapatan negara dari tanah/lahan di daerah taklukan),

Inqilâbi (revolusioner), kulliyat (umum), harakah Ishlahiyah (gerakan reformasi).9

Kemudian kalangan yang hampir sama seperti Salafi Dakwahis adalah

Jama‟ah Tabligh yang juga melakukan hal serupa. Selain itu kalangan dakwahis

politis Partai Keadilan Sejahtera (PKS)juga menggunakan Kata ambilan Arab

seperti thaghut (syetan), daulah(Negara), shibghah (bentuk/ajaran), qiyâdah

(kepemimpinan). Hal ini jika dianalisis melalui analisis kontekstualakan menjadi

lebih ilmiah lagi.10

Disamping itu, kata-kata serapan atau ambilan Arab dalam pesantren juga

mempunyai peran penting, karena pesantren mengajarkan bahasa Arab dan

berperan sebagai bahasa utama. Maka dari itu banyak kata-kata yang mengalami

perubahan. Unsur bahasa Arab kolokial (bahasa sehari-hari) dalam berbagai dialek

Melayu seperti bahasa Betawi atau lainnya, pada umumnya tidak dimasukkan ke

dalam bahasa resmi Indonesia.11

8UmiKulsum, “Doubletdalam kata serapan Arab: KajianPerbedaanMaknadan Register”

Makalah Seminar NasionalPenerjemahan “RevitalisasiPeranPenerjemahan di Era Global” yang diselenggarakanoleh Program StudiTarjamahFakultasAdabdanHumaniora UIN SyarifHidayatullah Jakarta, 2013, h. 278

9Taqiyudin an-Nabhani, MafahimHizbutTahrir,(Jakarta, HizbuTahriri Indonesia, 2004), h. 10

10SukronKamil, dkk, PolaKeagamaandan Bahasa: StudiKontekstual Kata Serapan Arab

dalamTeks-TeksKeislaman (Jakarta: UIN Jakarta 2014), h. 7. 11

Nikolaos van Dam, lihathttp://bahasakita.com/kata-serapan-arab-dalam-bahasa-indonesia.

Page 27: MAKNA KONOTASI KATA AMBILAN BAHASA ARAB DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30680/1/IMAM...MAKNA KONOTASI KATA AMBILAN BAHASA ARAB DALAM BUKU MAFAHIM HIZBUT

14

B. Teori Penerjemahan

1. Definisi Penerjemahan

Penerjemahan merupakan upaya mengalihkan amanat dari bahasa sumber ke

dalam bahasa target dengan cara menemukan ekuivalensi yang memiliki struktur

semantik yang sepadan. Bisa dikatakan penerjemahan merupakan dwitindak

komunikasi (dual act of communication) yang kompleks, maksudnya adalaha yang

mensyaratkan adanya dua kode yang berbeda (bahasa sumber dan bahasa target).

Ketika proses penerjemahan berlangsung, penerjemah harus terlebih dahulu

memahami rentetan kegiatan mulai dari memahami makna teks sumber sampai

mengungkapkan kembali makna tersebut dalam bahasa target.12

Lebih jelasnya

Nida dalam M. Zaka Alfarisi, mengemukakan bahwa proses penerjemahan

biasanya melewati tiga tahapan. Yaitu:

Pertama, tahapan analisis sebagai upaya memahami teks sumber melalui

telaah linguistik dan makna, memahami materi yang diterjemahkan, serta

memahami konteks budaya. Kedua, tahapan pengalihan makna atau pesan yang

termaktub dalam teks sumber. Ketiga, tahapan rekonstruksi sebagai upaya

menyusun kalimat-kalimat terjemahan sampai diperoleh hasil akhir terjemahan

dalam bahasa target.13

Selain itu, Moeliono dalam Syihabudin berpandangan bahwa pada hakikatnya

penerjemahan itu merupakan kegiatan memproduksi amanat atau pesan bahasa

sumber dengan padanan yang paling dekat dan wajar di dalam bahasa penerima,

baik dari segi arti maupun gaya. Idealnya, terjemahan tidak akan dirasakan sebagai

12

M. Zaka Al farisi,PedomanPenerjemahan Arab Indonesia, (Bandung: RemajaRosdakarya, 2011), h. 23

13SalihenMoentaha,BahasadanTerjemahan; BahasadanTerjemahan; Language and

Translation The New Millennium Publication, (Jakarta: Kesaint Blanc – Anggota IKAPI, 2008), h. 9

Page 28: MAKNA KONOTASI KATA AMBILAN BAHASA ARAB DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30680/1/IMAM...MAKNA KONOTASI KATA AMBILAN BAHASA ARAB DALAM BUKU MAFAHIM HIZBUT

15

terjemahan. Namun,untuk memproduksi amanat itu, mau tidak mau diperlukan

adanya penyesuaian gramatikal dan leksikal14

.

Jelas sudah peran penerjemah sangatlah sentral dalam kegiatan penerjemahan.

Sebab, ia berperan sebagai mediator yang menjadi jembatan penghubung antara

penulis teks sumber dan pembaca teks target. Jembatan penghubung inilah yang

menghadirkan pemikiran penulis teks sumber ke dalam teks target dalam bingkai

kesepadanan. Secara teoritis, sesungguhnya mengungkapkan pemikiran orang lain

dari bahasa sumber ke dalam bahasa target itu lebih sulit daripada mengungkapkan

pemikiran sendiri. Kesulitan ini timbul karena penerjemah mengemban tanggung

jawab besar.15

Ia harus menyampaikan amanat penulis teks sumber melalui bahasa

target dengan tingkat keakuratan, kejelasan, dan kewajaran yang memadai.

Kesulitan penerjemah juga bertambah lantaran adanya perbedaan bahasa, budaya,

dan konteks sosiologi yang dimiliki penulis teks sumber dan membaca terjemahan.

Di sinilah penerjemah berupaya mengatasi kesulitan-kesulitan tersebut dengan

menggunakan metode teknik penerjemahan sesuai dengan kebutuhan saat

berlangsungnya proses penerjemahan.16

Selain itu, Hoed dalam Zaka Al Farisi mengemukakan masalah pokok dalam

penerjemahanialah sulitnya menemukan ekuivalensi atau kesepadanan. Seandainya

ekuivalensi sudah ditemukan, maka setiap unsur bahasa yang dipadankan pun

masih akanterbuka untuk melahirkan aneka penafsiran. Maka dari itu pengertian

penerjemahan yang benar sangat bergantung pada faktor di luar teks itu sendiri.

Faktor di luar teks itu antara lain pertama penulis teks yang dalam menghasilkan

14

Syihabuddin, Penerjemahan Arab-Indonesia (TeoridanPraktek) (Bandung: Humaniora, 2005), h. 10

15M. ZakaAlfarisi, PedomanPenerjemahan Arab-Indonesia(Bandung: RemajaRosdakarya.

2011), h. 25 16

M. ZakaAlfarisi, PedomanPenerjemahan Arab-Indonesia(Bandung: RemajaRosdakarya. 2011), h. 26

Page 29: MAKNA KONOTASI KATA AMBILAN BAHASA ARAB DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30680/1/IMAM...MAKNA KONOTASI KATA AMBILAN BAHASA ARAB DALAM BUKU MAFAHIM HIZBUT

16

tulisannya tidak terlepas dari pengaruh pendidikan, lingkungan sosial, ideologi,

dan hal-hal lain yang memengaruhi tulisannya.Faktor kedua ialah penerjemahan

yang terikat dengan jaringan intertekstual dalam upaya mengalihkan pesan dari

bahasa sumber ke dalam bahasa target.Faktor ketiga ialah pembaca yang boleh jadi

mempunyai bermacam-macam tafsiran terhadap teks yang dibacanya.Faktor

keempatialah perbedaan kaidah yang berlaku dalam bahasa sumber dan bahasa

target.Faktor kelimaialah kebudayaan yang melatari bahasa target.Kemudian

terakhir ialah hal yang dibicarakan dalam suatu teks yang bisa dipahami secara

berbeda oleh penulis teks sumber, penerjemah, dan pembaca terjemahan.

2. Ideologi Penerjemahan Ormas Fundamentalis

Pengertian Fundamentalisme

Secara harfiah, fundamentalis berarti orang atau sekelompok orang yang taat

dan setia pada dasar-dasar ajaran agamanya. Dalam bahasa Arab, kaum

fundamentalis disebut dengan ushuli (yang berpegang pada dasar-dasar agama).

Namun, pengertian fundamentalis yang secara harfiah posistif, yaitu konsisten

dengan ajaran dasar agama, kemudian mengalami konotasi negatif. Dalam Kamus

besar bahasa Indonesia (KBBI), fundamentalisme diartikan dengan paham atau

gerakan keagamaan yang bersifat kolot atau reaksioner, yang selalu merasa perlu

kembali pada ajaran agama yang asli seperti tersurat dalam kitab suci, yang

sebagiannya cenderung memperjuangkan keyakinannya secara radikal. Kamus

webster menjelaskan kata fundamentalis dengan menunjuk pada dua arti: yaitu (1)

gerakan Protestanisme pada abad ke-20 yang menekankan penafsiran pada Alkitab

secara literal (harfiah) sebagai sesuatu yang mendasar bagi hidup dan pengajaran

Page 30: MAKNA KONOTASI KATA AMBILAN BAHASA ARAB DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30680/1/IMAM...MAKNA KONOTASI KATA AMBILAN BAHASA ARAB DALAM BUKU MAFAHIM HIZBUT

17

kristen. (2) sesuatu gerakan atau sikap yang menekankan ketelitian dan ketaatan

secara harfiah terhadap sejumlah prinsip dasar.17

Olivier Roy membedakan antara fundamentalisme Islam tradisional dan

modern. Fundamentalisme tradisional („ulama) dicirikan oleh kuatnya peran ulama

atau oligarki klerikal (clerical oligarchy) dalam membuat penafsiran terhadap

Islam, terutama Shi‟ah. Islam Shî„ah memberikan otoritas sangat besar kepada

„ulama untuk menafsirkan doktrin agama. Tafsir mereka pun bersifat absolut.

Akibatnya, kebebasan intelektual untuk menafsirkan teks-teks agama menjadi

sangat sempit dan terbatas. Dapat dinyatakan bahwa salah satu faktor yang

mendukung berkembangnya fundamentalisme (tradisional) adalah kuatnya otoritas

„ulama, termasuk dalam hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan sosial dan

politik. Dalam hal ini, tampak adanya kemiripan antara fundamentalisme di satu

pihak dan tradisionalisme di pihak lain.18

Fundamentalisme tradisional menganggap „ulama dan penguasa politik

merupakan dua entitas yang terpisah; masalah agama berada di tangan kaum

klerikal, sementara negara berada di tangan figur sekular -presiden, raja.

Karenanya, tidak ada teokrasi dalam Islam, kecuali dalam kasus wilâyat al-faqîh di

Iran.

Sedangkan fundamentalisme modern atau neo-fundamentalisme dicirikan

oleh orientasi yang kuat kepada politik dengan menjadikan Islam sebagai ideologi.

Islam tidak dipahami sebagai agama yang memuat doktrin tentang ritual, tetapi

ditafsirkan sebagai ideologi yang diperhadapkan dengan ideologi modern seperti

kapitalisme, liberalisme atau sosialisme. Roy mengidentifikasi Islamisme sebagai

17

Sukron Kamil, Islam dan Politik di Indonesia Terkini, (Jakarta: PSIA UIN Jakarta),h. 164 18

Ahmad Nur Fuad, Interrelasi Fundamentalisme dan Orientasi Ideologi Gerakan Islam Kontemporer, (Surabaya: Fakultas Adab IAIN Sunan Ampel Surabaya), h. 19

Page 31: MAKNA KONOTASI KATA AMBILAN BAHASA ARAB DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30680/1/IMAM...MAKNA KONOTASI KATA AMBILAN BAHASA ARAB DALAM BUKU MAFAHIM HIZBUT

18

bentuk lebih mutakhir dari neo-fundamentalisme. Fundamentalisme Islam modern

tidak dipimpin oleh ulama (kecuali di Iran), tetapi oleh “intelektual sekular” yang

secaraterbuka mengklaim sebagai pemikir religius.Mereka berpendapat bahwa

karena semua pengetahuan itu bersifat ilahi dan religius; maka ahli kimia, teknik,

insinyur, ekonomi, ahli hukum adalah ulama.12 Jadi, terdapat semacam anti-

clericalism di kalangan fundamentalisme Islam modern, meskipun

fundamentalisme dalam wajahnya yang lain juga dicirikan oleh adanya oligarki

klerikal seperti disebut terdahulu.

Fundamentalisme Islam adalah respons terhadap tantangan dan akibat yang

ditimbulkan oleh modernisasi, dan bertujuan untuk menawarkan ideologi Islam

terhadap dunia sekular- modern. Islam dijadikan sebagai alternatif pengganti

ideologi modern, seperti liberalisme, Marxisme dan nasionalisme. Karena

fundamentalisme bukanlah gerakan keagamaan per se, tetapi lebih dari itu adalah

gerakan politik yang memperjuangkan suatu sistem kenegaraan yang didasarkan

pada Islam (shari„>ah), dapat dipahami mengapa kebanyakan pemimpin

fundamentalis adalah kaum intelektual tanpa pendidikan sistematik dalam studi

Islam. Dengan ungkapan lain, mereka bukanlah teolog, tetapi pemikir sosial dan

aktifis politik.19

Ini sangat tampak terutama dalam tradisi fundamentalisme Sunni.

Meskipun dalam faktanya fundamentalisme Islam modern merupakan

kelompok minoritas di dunia Islam, mereka menikmati dan memainkan peranan

politik yang signifikan di banyak negara Muslim. Namun demikian, aktifitas

mereka tidak diorganisasikan dari satu pusat, sehingga tidak jarang program,

strategi dan taktik mereka berbeda dari satu negara ke negara lain. Dalam hal ini,

fundamentalisme dicirikan oleh proliferasi kepemimpinan dan polycentrisme.

19

Ahmad Nur Fuad, Interrelasi Fundamentalisme dan Orientasi Ideologi Gerakan Islam Kontemporer,(Surabaya: Fakultas Adab IAIN Sunan Ampel Surabaya), h. 3-4

Page 32: MAKNA KONOTASI KATA AMBILAN BAHASA ARAB DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30680/1/IMAM...MAKNA KONOTASI KATA AMBILAN BAHASA ARAB DALAM BUKU MAFAHIM HIZBUT

19

Namun, keragaman ini tidak menghilangkan adanya beberapa agenda, tema dan

kebijakan bersama yang didukung oleh kaum fundamentalis Islam modern. Bagi

fundamentalis Islam modern, negara Islam adalah negara ideologis yang

domainnya mencakup seluruh kehidupan manusia. Negara Islam mengontrol relasi

sosial, politik, ekonomi dan kultural, dan negara harus didasarkan pada hukum

atau shari„at Islam (ideologi Islam).

Meskipun kaum fundamentalis meyakini sifat religius mereka,

fundamentalisme sesungguhnya bukanlah sebuah pilihan untuk menjadi religius,

melainkan sebagai corak pemikiran yang menyimpang dari arus utama

(mainstream), anti-modernisme, anti-rasionalisme, anti-intelektualisme dan

karakter-karakter lain yang memiliki konotasi negatif. Dalam politik,

fundamentalisme dipandang sebagai ancaman bagi demokrasi, liberalisme dan

pluralisme.20

Meski begitu, gerakan kaum fundamentalis kontemporer, termasuk di

dalamnya fundamentalisme Islam, ada beberapa ciri fundamentalisme yang bisa

dijadikan ukuran, yaitu: (1) cenderung menafsirkan teks-teks keagamaan secara

kaku, literalis (tekstual), absolut, dan dogmatis; (2) cenderung memonopoli

kebenaran atas tafsir agama (menganggap dirinya sebagai pemegang otoritas tafsir

agama yang paling absah). Akibatnya, mereka menganggap dirinya sebagai orang

yang benar-benar percaya terhadap agama, sementara di luarnya tidak percaya atau

percaya setengah hati; agresif dalam merekrut anggota; represif, dan berupaya

mengeliminir kelompok-kelompok non-Muslim; (3) meyakini kesatuan agama dan

negara, di mana agama harus mengatur negara; (4) terutama di dunia Timur,

memiliki pandangan yang stigmatis terhadap Barat (baik sebagai ide seperti

20

Ahmad Nur Fuad, Interrelasi Fundamentalisme danOrientasi Ideologi Gerakan Islam Kontemporer, (Surabaya: Fakultas Adab IAIN Sunan Ampel Surabaya) h. 19

Page 33: MAKNA KONOTASI KATA AMBILAN BAHASA ARAB DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30680/1/IMAM...MAKNA KONOTASI KATA AMBILAN BAHASA ARAB DALAM BUKU MAFAHIM HIZBUT

20

pluralisme maupun sosial, khususnya politik), di mana Barat dipandang sebagai

monster imperialis yang sewaktu-waktu mengancam akidah dan eksistensi mereka;

(5) mendeklarasikan perang terhadap paham dan tindakan sekuler, yang karena itu

program utamanya antara lain kontrol seksual; dan terakhir (6) sebagiannya

cenderung radikal (menggunakan cara-cara kekerasan) dalam memperjuangkan

nilai-nilai yang diyakininya, khususnya dalam berhadapan dengan modernitas dan

sekularitas yang dinilainya menyimpang dan merusak keimanan.21

Diantara beragam corak gerakan keagamaan (khususnya Islam) yang

berkembang di Indonesia. Di Indonesia, yang termasuk fundamentalisme Islam

dakwahis adalah Jamaah Tabligh, sedangkan fundamentalisme Islam politis adalah

kelompok Islam seperti Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) dan Majelis Mujahidin

Indonesia (MMI), Adapun yang termasuk fundamentalis jihadis di Indonesia

adalah NII (Negara Islam Indonesia).

Jamaah Tablig ini adalah merupakan organisasi dakwah Islam yang menitik

beratkan kajiannya pada usaha menyebarkan benih-benih keislaman, sehingga ia

tidak memiliki sistem organisasi yang kuat dan bagus sebagaimana organisasi-

organisasi masyarakat lainnya. Dengan demikian, Jamaah Tablig bisa dijadikan

sebagai salah satu model dalam berdakwah dan dapat diterapkan dalam berbagai

kesempatan dan kepentingan.22

Hizbut Tahrir sebagai ormas alternatif dari ormas mainstream yang dalam

riset ini dikategorikan fundamentalis/salafi politis, diantara yang membedakan HTI

dengan kelompok Islam mainstream adalah dalam menafsirkan al-Qur‟an.HTI

mendahulukan penafsiran secara harfiah dibandingkan penafsiran secara

21

Sukron Kamil, Islam dan Politik di Indonesia Terkini, (Jakarta: PSIA UIN Jakarta),h. 166 22

Sukron Kamil, dkk, Pola Keagamaan dan Bahasa: Studi Kontekstual Kata Serapan Arab dalam Teks-Teks Keislaman, (Jakarta: UIN Jakarta, 2013), h. 36

Page 34: MAKNA KONOTASI KATA AMBILAN BAHASA ARAB DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30680/1/IMAM...MAKNA KONOTASI KATA AMBILAN BAHASA ARAB DALAM BUKU MAFAHIM HIZBUT

21

kontekstual. Namun, ini bukan berarti HTI mengharamkan sama sekali

penafsirkan secara kontekstual, karena mereka menyadari persoalan dalam

kehidupan terus berkembang. Sementara turunnya nash/teks al-Quran dan sunah

sudah berhenti. Untuk dapat menjawab persoalan hidup yang terus berkembang

itulah, diperlukan penafsiran secara kontekstual.

NII Jihadis bagi kelompok fundamentalis seperti Darul NII, ada keyakinan

bahwa agama harus menyatu dengan Negara, dimana Negara diatur atas dasar-

dasar agama. Konsep ini didasarkan pada kepentingan kehidupan manusia untuk

mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.

C. Makna Konotasi

1. Definisi Konotatif

Makna konotasi (evaluasi) ialah makna tambahan terhadap makna dasarnya

yang berupa nilai rasa atau gambar tertentu.Sebuah kata disebut mempunyai

makna konotatif apabila kata itu mempunyai “nilai rasa”, baik positif maupun

negatif. Jika tidak memiliki nilai rasa maka dikatakan tidak memiliki konotasi,

tetapi dapat juga disebut berkonotasi netral. Positif dan negatifnya nilai rasa

sebuah kata seringkali juga terjadi sebagai akibat digunakannya referen kata itu

sebagai sebuah perlambang. Jika digunakan sebagai lambang sesuatu yang positif

maka akan bernilai rasa yang positif; dan jika digunakan sebagai lambang sesuatu

yang negatif maka akan bernilai rasa negatif.

Misalnya, burung garuda karena dijadikan lambang negara republik Indonesia

maka menjadi bernilai rasa positif sedangkan makna konotasi yang bernilai rasa

negatif seperti buaya yang dijadikan lambang kejahatan. Padahal binatang buaya

Page 35: MAKNA KONOTASI KATA AMBILAN BAHASA ARAB DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30680/1/IMAM...MAKNA KONOTASI KATA AMBILAN BAHASA ARAB DALAM BUKU MAFAHIM HIZBUT

22

itu sendiri tidak tahu menahu kalau dunia manusia Indonesia menjadikan mereka

lambang yang tidak baik.23

Makna konotasi sebuah kata dapat berbeda dari satu kelompok masyarakat

yang satu dengan kelompok masyarakat yang lain, sesuai dengan pandangan hidup

dan norma-norma penilaian kelompok masyarakat tersebut. Misalnya kata babi, di

daerah-daerah yang penduduknya mayoritas beragama islam, memiliki konotasi

negatif karena binatang tersebut menurut hukum islam adalah haram dan najis.

Sedangkan di daerah-daerah yang penduduknya mayoritas bukan islam seperti di

pulau Bali atau pedalama Irian Jaya, kata babi tidak berkonotasi negatif.

Makna konotatif dapat juga berubah dari waktu ke waktu. Misalnya kata

ceramah dulu kata ini berkonotasi negatif karena berarti “cerewet” tetapi sekarang

konotasinya positif. Sebaliknya kata perempuan dulu sebelum zaman Jepang

berkonotasi netral, tetapi kini berkonotasi negatif.

Contoh kata bermakna konotasi:

A. Pandangan mataku melayang kearahnya, kutatap dia setajam silet

B. Desir angin yang menyapa wajahku, tak dapat menyembunyikan

kegelisahanku.

Konotasi dapat dibedakan atas dua macam, yaitu konotasi positif dan konotasi

negatif. Konotasi positif mengandung nilai rasa lebih tinggi, baik, halus, sopan,

dan menenangkan. Konotasi negatif mengandung nilai rasa rendah, jelek, kasar,

kotor, dan tidak sopan

23

Chris Barker, Cultural Studies,TeoridanPraktik, (Jogjakarta: KreasiWacana, 2009), h. 94-93.

Page 36: MAKNA KONOTASI KATA AMBILAN BAHASA ARAB DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30680/1/IMAM...MAKNA KONOTASI KATA AMBILAN BAHASA ARAB DALAM BUKU MAFAHIM HIZBUT

23

Contoh:Konotasi positif Konotasi negatif, suami istri laki bini, tunanetra buta,

pria laki-laki. kata-kata yang bermakna konotatif biasanya digunakan dalam karya

sastra.24

2. Perbedaan Konotatif dan Denotatif

Menurut Barthes, jika bahasa lebih banyak di produksi dan dipahami dalam

taraf denotasi maka karya sastra terutama puisi lebih banyak taraf konotasinya.

System tanda primer atau denotasi digunakan untuk berkomunikasi, berfikir, dan

menginterpretasikan segala sesuatu termasuk bahasa itu sendiri. Sedangkan system

tanda sekunder atau konotasi merupakan pemanfaatan bahasa oleh sastrawan untuk

merumuskan piikirannya dalam bentuk tanda bahasa secara artistic. Jika arti

bahasa ditentukan oleh konvensi masyarakat, maka arti karya sastra selain

ditentukan oleh konvensi masyarakat juga konvensi arti sastra itu sendiri. Dalam

penciptaan sastra, sastrawan pertama kali diikat oleh arti bahasa, kemudian

diolahnya menjadi sastra, sehingga acapkali tidak sama lagi dengan arti di luar

karya sastra. Dalam bahasa Inggris arti bahasa disebut dengan meaning, sedang arti

karya sastra disebut significance (meaning of meaning), dalam bahasa lain, makna

sastra ditentukan oleh konvensi tambahan (konotasi) atau semiotika tingkat kedua,

meskipun tidak lepas sama sekali dari arti bahasanya atau semiotic tingkat

pertama. Dalam bahasa Winfried North, semiotika tingkat pertama disebut cortex

(tingkat struktur makna permukaan) dan semiotic tingkat kedua disebut dengan

nucleus (struktur makna dalam).

24

Kushartanti,PesonaBahasa, LangkahAwalMemahamiLinguistik,(Jakarta, GramediaPustakaUtama, 2004,), h. 123

Page 37: MAKNA KONOTASI KATA AMBILAN BAHASA ARAB DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30680/1/IMAM...MAKNA KONOTASI KATA AMBILAN BAHASA ARAB DALAM BUKU MAFAHIM HIZBUT

24

Sebagaimana bahasa, karya sastra juga merupakan tindak komunikasi yang

melibatkan berbagai komponen. Hanya saja, jika dalam tindak komunikasi bahasa,

yang dominan terlibat hanya tiga: yaitu komunikator, komuniken, dan komunike,

maka dalam tindak komunikasi sastra, menurut pendekatan semiotic, yang terlibat

di dalamnya banyak. Paling tidak ada delapan komponen: pencipta, karya sastra,

pembaca, kenyataan atau semesta, system bahasa, konvensi sastra, variasi bentuk

karya sastra dan nilai keindahan25

Selain itu, Piliang,26

menjelaskan bahwa denotasi adalah tingkat pertandaan

yang menjelaskan hubungan antara penanda dan petanda, atau antara tanda dan

rujukannya pada realitas, yang menghasilkan makna yang eksplisit, langsung dan

pasti. Makna denotasi (denotative meaning), dalam hal ini adalah makna pada apa

yang tampak. Misalnya, foto wajah Soeharto berarti wajah Soeharto

sesungguhnya.Denotasi adalah tanda yang penandaannya mempunyai tingkat

konvensi atau kesepakatan yang tinggi.Sedangkan konotasi adalah tingkat

penandaan yang menjelaskan hubungan antara penanda dan petanda, yang di

dalamnya beroperasi sebuah makna yang tidak eksplisit, tidak langsung dan tidak

pasti (artinya terbuka terhadap berbagai kemungkinan).Ia menciptakan makna lapis

kedua, yang terbentuk ketika penanda dikaitkan dengan berbagai aspek psikologis,

seperti perasaan, emosi atau keyakinan. Misalnya, tanda “bunga” mengkonotasikan

“kasih sayang”.Konotasi dapat menghasilkan makna lapis kedua yang bersifat

implisit, tersembunyi, yang disebut makna konotatif (conotative meaning).

Selanjutnya, Chris Barker menjelaskan bahwa denotasi adalah level makna

deskriptif dan literal yang secara tampak dimiliki oleh semua anggota kebudayaan.

25Sukron Kamil, Najib Mahfuz Sastra, Islam dan Politik,(Jakarta: Dian Rakyat, 2013), h. 108-

109

26Chris Barker, Cultural Studies,TeoridanPraktik, (Jogjakarta: KreasiWacana, 2009), h. 94-95.

Page 38: MAKNA KONOTASI KATA AMBILAN BAHASA ARAB DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30680/1/IMAM...MAKNA KONOTASI KATA AMBILAN BAHASA ARAB DALAM BUKU MAFAHIM HIZBUT

25

Pada level kedua, yaitu konotasi, makna terbentuk dengan mengaitkan penanda

dengan aspek-aspek kultural yang lebih luas; keyakinan, sikap, kerangka kerja, dan

ideologi suatu formasi sosial.Makna sebuah tanda dapat dikatakan berlipat ganda

jika makna tunggal tersebut disarati dengan makna yang berlapis-lapis. Ketika

konotasi dinaturalkan sebagai sesuatu yang hegemonik, artinya diterima sebagai

sesuatu yang normal dan alami, maka ia bertindak sebagai mitos, yaitu konstruksi

kultural dan tampak sebagai kebenaran universal yang telah ada sebelumnya dan

melekat pada nalar awam.27

Konotasi yang mantap dapat berkembang menjadi mitos, yaitu makna

tersembunyi yang secara sadar disepakati oleh komunitas.Mitos yang mantap dapat

berkembang menjadi sebuah ideologi, yaitu sesuatu yang mendasari pemikiran

sebuah komunitas sehingga secara tidak sadar pandangan mereka dipengaruhi oleh

ideologi tersebut.28

Menurut Barthes, pada tingkat denotasi bahasa menghadirkan

konvensi atau kode-kode sosial yang bersifat eksplisit, yakni kode-kode yang

makna tandanya segera naik ke permukaan berdasarkan relasi penanda dan

petandanya. Sebaliknya, pada tingkat konotasi bahasa menghadirkan kode-kode

yang makna tandanya bersifat implisit, yaitu sistem kode yang tandanya bermuatan

makna-makna tersembunyi.Makna tersembunyi ini adalah makna yang menurut

Barthes, merupakan kawasan dari ideologi atau mitologi.29

Bagi Barthes, mitos

merupakan sistem semiologis urutan kedua atau metabahasa. Mitos adalah bahasa

kedua yang berbicara tentang bahasa tingkat pertama (penanda dan petanda) yang

membentuk makna denotatif menjadi penanda pada urutan kedua pada makna

mitologis konotatif.

27Chris Barker, Cultural Studies TeoridanPraktik, (Jogjakarta: KreasiWacana, 2009), h. 74.

28

Chris Barker, h.109

29Chris Barker, h. 94

Page 39: MAKNA KONOTASI KATA AMBILAN BAHASA ARAB DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30680/1/IMAM...MAKNA KONOTASI KATA AMBILAN BAHASA ARAB DALAM BUKU MAFAHIM HIZBUT

26

Kemudian Barker mengungkapkan, mitos menjadikan pandangan dunia

tertentu tampak tak terbantahkan karena alamiah atau ditakdirkan Tuhan.Mitos

bertugas memberikan justifikasi ilmiah kepada maksud-maksud historis, dan

menjadikan berbagai peristiwa yang tak terduga tampak abadi.30

Makna dan

terjemahan mempunyai hubungan yang sangat erat.

Menurut Newmark dalam Suryawinata, menerjemahkan berarti memindahkan

makna dari serangkaian atau satu unit linguistic dari satu bahasa ke bahasa yang

lain. Yang perlu dicermati adalah di dalam sebuah wacana terdapat lebih dari satu

macam makna.Suryawinata mengemukakan ada lima macam makna yaitu, makna

leksikal, gramatikal, tekstual, kontekstual, atau situasional, dan makna

sosiokultural. Leksikal adalah butir linguistik yang terdapat di dalam kamus.

Contoh kata handyang terdapat di dalam kamus longman berikut: the moveable

parts at the of the arms, including the fingers.31

Makna gramatikal adalah makna

yang diperoleh dari bentukan, susunan atau urutan kata dalam frase atau

kalimat.Lebih jelasnya makna tersebut dihasilkan oleh imbuhan atau makna yang

ditimbulkan oleh susunan antara satu kata dengan kata yang lainnya yang

menyusun kalimat.Perhatikan perbedaan makna dari beberapa pasang kata atau

kalimat ini, menidurkan, meniduri, dan tertidur.32

Sedangkan makna tekstual adalah

makna suatu kata yang ditentukan oleh hubungannya dengan kata-kata lain di

dalam suatu kalimat, makna kontekstual atau makna situasional adalah makna

yang timbul dari situasi atau konteks di mana frasa, kalimat, atau ungkapan

tersebut dipakai.33

Sebuah ungkapan good morning bisa mempunyai makna yang

30 Chris Barker,Culturalh. 75

31

ZuchridinSuryawinata, Translation, BahasaTeoridanPenuntunPraktisMenerjemahkan, (Yogyakarta, Kanisius, 2003), h. 118

32Kushartanti,PesonaBahasa, LangkahAwalMemahamiLinguistik,(Jakarta,

GramediaPustakaUtama, 2004,), h. 124

33J.D Parera, TeoriSemantik, (Jakarta: Erlangga, 2004,) h. 227

Page 40: MAKNA KONOTASI KATA AMBILAN BAHASA ARAB DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30680/1/IMAM...MAKNA KONOTASI KATA AMBILAN BAHASA ARAB DALAM BUKU MAFAHIM HIZBUT

27

berbeda meskipun sama-sama diucapkan oleh seseorang atasan kepada pegawainya

kalau waktunya berbeda good morning berarti sapaan yang ramah jika diucapkan

oleh seorang atasan kepada seorang pegawainya yang datang lebih dahulu,

mungkin sebelum pegawai-pegawai yang lain datang.Good Morning berarti sebuah

teguran yang sinis bila diucapkan oleh atasan yang sama beberapa menit kemudian

kepada seorang pegawai lain yang datang terlambat, dan yang terakhir adalah

makna sosiokulural makna kata yang sesuai dengan faktor-faktor budaya

masyarakat pemakai bahasa itu.34

Makna dan terjemahan mempunyai hubungan yang sangat erat dengan proses

pengambilan kata (kata ambilan) dalam menentukan bahasa sasaran. Pembahasan

tentang kata ambilan harus dihubungkan dengan makna konotasi dan denotasi,

konotasi mempunyai hak hidup yang sama dengan denotasi. Bahasa sebagai sarana

komunikasi bermakna tidak dapat melaksanakan fungsinya secara lengkap tanpa

adanya makna konotasi.Suatu studi yang lengkap tentang makna kata bukan hanya

berurusan dengan makna denotasi, tetapi juga harus berurusan pula dengan makna

konotasi.Bahasa yang hidup dan berkembang adalah bahasa yang memiliki makna

denotasi dan makna konotasi. Komunikasi antarsesama manusia akan lebih hidup

dan bermakna apabila dengan kehidupan dan penghidupan makna konotasi.

Berbahasa tanpa memanfaatkan konotasi seperti berbahasa tanpa garam, kecuali

berbahasa ilmu pengetahuan dan teknologi.35

Hubungan antara denotasi dan konotasi terletak pada notasi atau rujukannya.

Keduanya mempunyai notasi yang sama, tetapi yang satu menggunakan imbuhan

de-, dan yang satu menggunakan imbuhanko-. Imbuhan de berarti tetap dan wajar

34SugengHariyanto, Translation,

BahasaTeoridanPenuntunPraktisMenerjemahkan,(Yogyakarta:Kanisius, 2004), h. 98

35J. D. Parera,TeoriSemantik,(Jakarta, Erlangga, 2004), h. 97

Page 41: MAKNA KONOTASI KATA AMBILAN BAHASA ARAB DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30680/1/IMAM...MAKNA KONOTASI KATA AMBILAN BAHASA ARAB DALAM BUKU MAFAHIM HIZBUT

28

sebagai mana adanya dan imbuhan ko- berarti “bersama dengan yang lain, ada

tambahan yang lain” terhadap notasi yang bersangkutan. Jadi denotatif adalah

makna asli, makna asal atau makna sebenarnya yang dimiliki oleh sebuah leksem.

Makna denotatif ini sebenarnya sama dengan makna leksikal. Umpamanya, kata

babi bermakna denotatif yaitu sejenis binatang yang biasa diternakan untuk

dimanfaatkan dagingnya.Kata kurus bermakna denotatif yaitu keadaan tubuh

seseorang yang lebih kecil dari ukuran yang normal.

Jika makna denotatif mengacu pada makna asli atau makna sebenarnya dari

sebuah kata atau leksem, maka makna konotatif merupakan makna lain yang

ditambahkan pada makna denotatif tadi yang berhubungan dengan nilai rasa dari

orang atau kelompok orang yang menggunakan kata tersebut. Umpamanya kata

babi. Pada contoh diatas, orang yang beragama Islam atau didalam masyarakat

Islam mempunyai konotasi negatif, ada rasa perasaan tidak enak bila mendengar

kata itu.36

Berdasarkan uraian singkat di atas, kiranya makna denotasi lebih mudah

dicatat dan direkam oleh para semantikus, khususnya para penyusun kamus

leksikograf.Makna denotasi pula yang pertama kali dimasukkan dalam kamus

bahasa.Oleh karena itu makna denotasi dapat dikatakan sebagai makna kamus atau

makna yang sesuai dengan definisi dalam kamus.

Harimurti dalam buku Mansoer Pateda berpendapat “aspek makna sebuah

atau sekelompok kata yang didasarkan atas perasaan atau pikiran yang timbul atau

ditimbulkan pada pembicara (penulis) dan pendengar (pembaca).” Dengan kata

lain, makna konotatif merupakan makna leksikal, yakni makna yang ditentukan

36

ZaenalArifin, CermatBerbahas Indonesia, Jakarta, (Jakarta: AkademikaPressindo, h. 25-27

Page 42: MAKNA KONOTASI KATA AMBILAN BAHASA ARAB DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30680/1/IMAM...MAKNA KONOTASI KATA AMBILAN BAHASA ARAB DALAM BUKU MAFAHIM HIZBUT

29

oleh stilistis fungsional dan nuansa ekspresi pengungkapan bahasa.37

Misalnya,

kata amplop bermakna sampul yang berfungsi sebagai tempat menyimpansurat

yang akan disampaikan kepada orang lain, kantor, instansi, jabatan lain. Dalam hal

ini kata amplop ini merupakan makna denotasi. Tetapi pada kalimat “Berilah ia

amplop agar urusanmu segera selesai,” maka kata amplop tersebut bermakna

konotatif, yakni berilah ia uang.38

Sehubungan dengan contoh di atas konotasi

terdapat diantara makna kata-kata yang bersinonim dan konotasi pun dapat muncul

pada sebuah kata.

Terdapat makna kata-kata tertentu yang berbeda konotasi antara pribadi,

antarkelompok masyarakat, antaretnis, antargenerasi.Oleh karena itu, telaah

tentang konotasi terdapat pada sebuah makna harus dilakukan secara historis dan

deskriptif.Menelaah secara historis dan deskriptif bukanlah dua telaah yang berdiri

sendiri, satu mata rantai yang bergerak dari satu ujung ke ujung lain, kadang-

kadang masih berdekatan dan kadang-kadang perkembangan makna itu sudah

menjalani satu masa yang panjang sepanjang masa makna itu dipergunakan oleh

masyarakat pemakainya.39

Dalam masa yang singkat makna kata akan tetap atau tidak berubah, akan

tetapi dalam kurun waktu yang lama ada kemungkinan makna kata tersebut

mengalami perubahan ataupun pergeseran maknanya. Perubahan makna adalah

gejala pergantian rujukan dari simbol bunyi yang sama. Dalam perubahan makna

terjadi perubahan pada rujukan yang berbeda dengan rujukan awal.Sebagai contoh

37

SalihenMoentaha, BahasadanTerjemahan; Language and Translation The New Millennium Publication,(Jakarta: KesaintBlanc – Anggota IKAPI, 2008), h. 163

38R MansoerPateda,Semantikleksikal, (Jakarta, RinekaCipta), h. 112

39

J. D. Parera, TeoriSemantik,(Jakarta, Erlangga- Anggota IKAPI, 2008), h. 98

Page 43: MAKNA KONOTASI KATA AMBILAN BAHASA ARAB DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30680/1/IMAM...MAKNA KONOTASI KATA AMBILAN BAHASA ARAB DALAM BUKU MAFAHIM HIZBUT

30

adalah kata dalam bahasa Arab khayat (kehidupan).40Kata tersebut jika dalam

bahasa Indonesia menjadi hayati yang berarti hidup; kehidupan; nyawa.

Secara sinkronis, makna sebuah kata atau leksem mungkin tidak akan

berubah, tetapi secara diakronis ada kemungkinan berubah. Apalagi jika kata atau

leksem tersebut merupakan kata serapan, yakni kata yang diserap dari bahasa lain.

Perubahan itu sendiri muncul karena proses integrasi yang meliputi; (1)

Percampuradukan penggunaan kata-kata asing dengan kata baru; (2) Kata lama

terhapus oleh kata pinjaman; (3) Isi yang terkandung tercampur aduk antara kata

lama dengan kata pinjaman untuk tujuan khusus.41Suatu bahasa menyerap kata dari

bahasa lain karena didorong kebutuhan untuk mengungkapkan suatu konsep,

barang, atau tempat.

Di samping itu, menggunakan atau meminjam kata-kata yang sudah jadi lebih

mudah daripada membuat atau menciptakan kata-kata baru.Faktor penyebab

perbedaan atau perubahan makna meliputi hal-hal selain faktor kebahasaan, yakni

faktor kesejarahan, faktor sosial, faktor psikologis, dan faktor ormas tertentu yang

meliputi emotif, leksem tabu, dan faktor pengaruh bahasa asing, serta kebutuhan

kata.42

Fenomena linguistik yang benar-benar tidak teratur dan tidak

sistematis.Perubahan makna tidak terjadi pada semua kosakata, melainkan hanya

terjadi pada sejumlah kata saja. Perubahan atau pergeseran makna terjadi karena

berbagai sebab, antara lain karena perkembangan ilmu dan teknologi,

perkembangan sosial budaya, perkembangan bidang pemakaian, dan asosiasi.43

40J.D.Parera, TeoriSemantik, (Jakarta: Erlangga. 2004), h. 145

41

TadkiroatunMusfiroh, PerbedaanMakna Kata-Kata bahasa Indonesia SerapanBahasa Arab Dari MaknaSumbernya,(FBS UniversitasNegeri Yogyakarta 2004), h. 45

42Kushartati, dkk, PesonaBahasa; langkahAwalMemahamiLinguistik,(Jakarta:

PenerbitGarmediaPustakaUtama, 2005) h. 67

43Abdul Chaer, LinguistikUmum, (Jakarta: Rineka Cipta,2007), h. 89

Page 44: MAKNA KONOTASI KATA AMBILAN BAHASA ARAB DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30680/1/IMAM...MAKNA KONOTASI KATA AMBILAN BAHASA ARAB DALAM BUKU MAFAHIM HIZBUT

31

Missal keberadaan dua bentuk yang memiliki makna sama tetapi bentuk

berbeda disebabkan adanya perbedaan pemakaian. Salah satu bentuk merupakan

ragam resmi atau baku, sedangkan bentuk lain adalah ragam tidak resmi/baku atau

cakupan.44

Contohnya kata jemaat dan jamaah yang berasal dari bentuk yang sama dalam

bahasa Arab jama‟ah(جماعة).Dalam bahasa Indonesia kedua kata tersebut

bermakna umat suatu agama. Kata jemaat digunakan oleh umat kristiani,

sedangkan kata jamaah digunakan oleh umat Islam. Contoh kata tersebut

tercantum dalam KBBI edisi keempat: Jamaah dan Jemaat.

Kata jamaah dan jemaat berasal dari satu kosakata bahasa Arab yaitu

jama‟ah. Kata tersebut diserap menjadi dua kosakata yang berbeda. Dalam KBBI,

kata jamaah berarti sekolompok/sehimpunan orang. Tidak ada perbedaan antara

arti jamaah dan jemaat.Dalam kata tersebut yang membedakan adalah penggunaan

kedua kata.Kata jamaah digunakan dalam agama Islam, sedangkan jemaat

digunakan oleh umat kristiani.

Selain itu, pada pasangan kata lain yang berbeda ranah, yaitu kata Allah dan

Allah.Kata pertama berada di ranah agama Islam dan kata kedua dalam agama

Kristiani.Dalam ranah pertama kata Allah dilafalkan dengan konsonan /I/ rangkap

yang dibaca tebal hampir berbunyi /alloh/. Dalam ranah Kristiani kata

Allahdilafalkan /alah/ kedua kata tersebut berbeda dalam pelafalan, tetapi sama

etimonya dan maknanya.

Setiap kata asing yang masuk ke dalam bahasa asing lain selalu mengalami

salah satu dari dua hal. Pertama, kata tersebut tetap dalam satu bentuk asalnya atau

44UmiKulsum, “Doubletdalam kata serapan Arab: KajianPerbedaanMaknadan Register”

Makalah Seminar NasionalPenerjemahan “RevitalisasiPeranPenerjemahan di Era Global” yang diselenggarakanoleh Program StudiTarjamahFakultasAdabdanHumaniora UIN SyarifHidayatullah Jakarta, 2013, h. 304, 305

Page 45: MAKNA KONOTASI KATA AMBILAN BAHASA ARAB DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30680/1/IMAM...MAKNA KONOTASI KATA AMBILAN BAHASA ARAB DALAM BUKU MAFAHIM HIZBUT

32

tidak mengalami adaptasi yang signifikan.Kedua, kata asing tersebut mengalami

adaptasi atau penyesuaian bentuk sesuai dengan bahasa sasarannya. Adaptasi

bentuk atau tidaknya sangat berkaitan dengan waktu pungutnya kata tertentu

kedalam bahasa Indonesia pada waktu yang berbeda.45

Misalnya seperti kata fatwa dan petuah yang berasal dari bentuk yang sama,

kedua kata tersebut diserap ke dalam bahasa Indonesia dalam waktu yang berbeda.

Kata fatwa lebih awal di serap daripada petuah.Hal tersebut diketahui dari bentuk

makna yang tetap namun tidak berubah.Kata yang mengungkapkan konsep agamis

seperti fatwa, umumnya sangat dipelihara sehingga makna dan bentuk tidak

berubah.46 Berbeda dengan petuah yang artinya adalah „nasihat‟, „wejangan‟,

meskipun dapat juga berarti fatwa, tetapi kata petuah bentuknya berubah sesuai

dengan sistem fonetik bahasa Indonesia.

3. Sinonimi (Mutaradifat)

Secara etimologi sinonim berasal dari bahasa yunani kuno, yaitu syn yang

berarti „dengan‟ dan onoma yang berarti „nama‟, maka secara harfiah kata sinonim

berarti berarti „nama‟ lain untuk benda atau hal yang sama‟47

dengan kata lain

sinonim adalah hubungan semantik yang menyatakan adanya kesamaan makna

antara satu satuan dengan ujaran dengan satuan ujaran yang lainnya.48

Misalnya,

antara kata saya dengan kata aku, kata hamil dengan frase duduk perut.

45

UmiKulsum, “Doubletdalam kata serapan Arab: KajianPerbedaanMaknadan Register Makalah Seminar NasionalPenerjemahan “RevitalisasiPeranPenerjemahan di Era Global” yang diselenggarakanoleh Program StudiTarjamahFakultasAdabdanHumaniora UIN SyarifHidayatullah Jakarta, 2013, h. 306

46Ibid, h. 307

47J.D Parera Teori Semantik, (Jakarta: Erlangga, 2004), h.36

48 Abdul Chaer Pengantar Semantik Bahasa Indonesia, (Jakarta: Rinerka Cipta, 1995). Cet, ke-

5 h. 82

Page 46: MAKNA KONOTASI KATA AMBILAN BAHASA ARAB DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30680/1/IMAM...MAKNA KONOTASI KATA AMBILAN BAHASA ARAB DALAM BUKU MAFAHIM HIZBUT

33

Dalam bahasa Arab sinonim disebut Al-taraduf. Kata sinonim dalam bahasa

Indonesia adalah kata yang yang bentuknya berbeda, tetapi megandung satu makna

atau hampir sama. Oleh sebab itu, setiap pemakai bahasa harus tahu bagaimana

menggunakan kata-kata sinonim itu karena ada kata sinonim yang dapat saja saling

menggantikan (bersubstitusi), tetapi ada juga yang tidak. Ada yang dapat

bersubstitusi dalam kalimat tertentu, namun dalam kalimat lain tidak dapat

bersubstitusi. Karena ketidaktahuan pemakaian kata secara tepat.49

Kata-kata

tersebut mempunyai kesamaan yang makna, namun tetap memperlihatkan

perbedaan dalam hal pemakaian. Contoh kata orang dengan kata manusia

i. Tumpukan pakaian itu dari jauh nampak seperti orang

ii. Tumpukan pakaian itu dari jauh nampak seperti manusia

Kalimat pertama dan kedua sinonim, karena orang dapat mengganti manusia.

Namun kata orang dalam kalimat berikut tidak dapat digantikan dengan kata

manusia, seperti pada;

iii. Tuan Imam orang asing

iv. Tuan Imam manusia asing

Kalimat pertama tidak sama dengan kalimat kedua. Kalimat tersebut menunjukan

perbedaan semestaan sehingga jelas bahwa orang asing bukan sinonim dari

manusia asing.50

Dalam hal ini, untuk mendefisinikan sinonim, ada tiga batasan yang dapat

dikemukakan, pertama; kata-kata dengan acuan ekstra linguistik yang sama,

misalnya kata mati dan mampus, kedua; kata-kata yang mengandung makna sama,

misalnya kata, memberitahukan dan kata menyampaikan, ketiga; kata-kata yang

49

J.S Badudu, Inilah Bahasa Indonesia Yang Benar II, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama 1994), cet. Ke-5, h. 72

50Fatimah Djajasudarma, Semantik, Pengantar Arah Ilmu Makna 1, (Bandung: Refika

Aditama, 1999), cet. Ke-2, h. 38-39

Page 47: MAKNA KONOTASI KATA AMBILAN BAHASA ARAB DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30680/1/IMAM...MAKNA KONOTASI KATA AMBILAN BAHASA ARAB DALAM BUKU MAFAHIM HIZBUT

34

dapat disubtitusikan dalam konteks yang sama, misalnya “kami berusaha agar

pembangunan masjid berjalan terus”51

Dalam pola keagamaan, perbedaan sudut pandang kebahasaan ini memicu

perbedaan pandangan dalam memahami agama. Perbedaan yang paling menonjol

adalah pola pemahaman yang dilakukan oleh kelompok Islam fundamentalis dan

kelompok politis dakwahis. (kelompok yang di anggap mewakili pihak memahami

Islam dari teks-teks keagamaan secara harfiah).52

Begitupun sebaliknya kelompok

Islam Liberal mencoba memahami ajaran agama dari sisi lain teks untuk dapat

mencapai makna kontekstual teks-teks keagamaan. Meskipun begitu kedua

pemikiran tersebut memiliki keyakinan yang sama dalam kebenaran teks ayat-ayat

suci Alquran.53

Dalam hal ini posisi kebahasaan menunjukan pola keagamaan yang

fundamentalisme atau setia dengan keagamaanya.

51

Mansoer Pateda, Semantik Leksikal, (Jakarta; Rinerka Cipta, 2001), cet. Ke-2, h. 222-223 52

Mujibarahman, Menakar Fenomena Fundamentalisme Islam, Jurnal Tashwirul Afkar. Edisi no. 13,tahun 2003, (Jakarta; Lak Pes dam, 2003), h. 39

53Moch Mansyur Kurniawan, Pedoman Bagi Penerjemah: Arab Indonesia-Indonesia Arab,

(Jakarta: Moyo Segoro Agung 2002), h. 20

Page 48: MAKNA KONOTASI KATA AMBILAN BAHASA ARAB DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30680/1/IMAM...MAKNA KONOTASI KATA AMBILAN BAHASA ARAB DALAM BUKU MAFAHIM HIZBUT

35

BAB III

PROFIL HIZBUT TAHRIR DAN GAMBARAN UMUM HIZBUT TAHRIR

A. Profil Singkat

1. Perkembangan dan Sejarah Munculnya Hizbut Tahrir di Indonesia

Hizbut Tahrir berdiri pada tahun 1953 di Al-Quds (Baitul Maqdis), Palestina.

Gerakan yang menitik beratkan perjuangan membangkitkan umat di seluruh dunia

untuk mengembalikan kehidupan Islam melalui tegaknya kembali Khilafah

Islamiyah ini dipelopori oleh Syeikh Taqiyuddin An-Nabhani, seorang ulama

alumni Al-Azhar Mesir, dan pernah menjadi hakim di Mahkamah Syariah di

Palestina. Hizbut Tahrir kini telah berkembang ke seluruh negara Arab di Timur

Tengah, termasuk di Afrika seperti Mesir, Libya, Sudan dan Aljazair. Juga ke

Turki, Inggris, Perancis, Jerman, Austria, Belanda, dan negara-negara Eropah

lainnya hingga ke Amerika Serikat, Rusia, Uzbekistan, Tajikistan, Kirgistan,

Pakistan, Malaysia, Indonesia, dan Australia.1

Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) merupakan organisasi Islam yang menjadi

bagian dari Hizbut Tahrir yang berkembang di sejumlah Negara Arab dan

merupakan gerakan Islam yang bercorak transnasional yang berpusat di

Yerussalem dan Yordania.TransmisiHizbut Tahrir sebagai gerakan ke

1Haedar Nashir, Gerakan Islam Syariat (Reproduksi Salafiyah Ideologis di Indonesia),

Jakarta:PSAP (Pusat Studi Agama dan Peradaban) Muhammadiyah, 2007,Cet I, h.388

Page 49: MAKNA KONOTASI KATA AMBILAN BAHASA ARAB DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30680/1/IMAM...MAKNA KONOTASI KATA AMBILAN BAHASA ARAB DALAM BUKU MAFAHIM HIZBUT

36

Indonesia terjadi pertama kali pada tahun 1982-1983 melalui M.Mustofa dan

Abdurrahman al Baghdadi.

Hizbut Tahrir masuk ke Indonesia pada tahun 1980-an dengan merintis

dakwah di kampus-kampus besar di seluruh Indonesia. Pada era 1990-an ide-ide

dakwah Hizbut Tahrir merambah ke masyarakat, melalui berbagai aktivitas

dakwah di masjid, perkantoran, perusahaan, dan perumahan. Hizbut Tahrir adalah

sebuah partai politik yang berideologi Islam. Politik merupakan kegiatannya, dan

Islam adalah ideologinya. Hizbut Tahrir bergerak di tengah-tengah umat, dan

bersama-sama mereka berjuang untuk menjadikan Islam sebagai permasalahan

utamanya, serta membimbing mereka untuk mendirikan kembali sistem Khilafah

dan menegakkan hukum yang diturunkan Allah dalam realitas kehidupan.2 Namun

karena kurikulum yang diberlakukan di sekolah-sekolah dimana ia mengajar

dipengaruhi oleh pendidikan Barat, maka selanjutnya ia memutuskan untuk

menjadi seorang hakim. Menurut pandangannya, bahwa sistem pengadilan

Palestina masih berakar dari tradisi hukum Islam. Oleh sebab itulah, ia segera

memutuskan untuk beralih profesi dari seorang guru menjadi seorang hakim.

Ia diangkat menjadi seorang hakim pertama di Bissan, Taberrias dan Haifa,

tempat kelahirannya. Jabatan sebagai hakim terus ia pegang sampai terjadinya

pendudukan Israel atas Palestina pada 1948. Dan saat itulah ia akhirnya berpindah

ke Yordania. Kemudian tahun 1951, ia mengundurkandiri dari semua jabatan

2Lihat: http://hizbut-tahrir.or.id/category/seputar-khilafah.org

Page 50: MAKNA KONOTASI KATA AMBILAN BAHASA ARAB DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30680/1/IMAM...MAKNA KONOTASI KATA AMBILAN BAHASA ARAB DALAM BUKU MAFAHIM HIZBUT

37

formal yang dipegang. Dengan perjuangannya, akhirnya tahun 1952 Hizbut

Tahrir didirikan secara resmi di al Quds Palestina3

Gerakan Hizbut Tahrir di Indonesia pada tahun 2000-an secara terbuka

mengumumkan keberadaannya di tengah publikSecara terbuka, munculnya

organisasi ini dalam konteks Indonesia kemudian dikenal dengan nama Hizbut

Tahrir Indonesia (HTI).4 Namun keberadaannya hanya bisa diketahui melalui

juru bicaranya, terbitan-terbitan resminya5 dan lain sebagainya. Pada tanggal 5

Maret 2004, HTI meluncurkan buku Partai Politik Islam yang disusun oleh

HTI serta situs(www.hizbut-tahrir.or.id) bersamaan dengan Seminar Khilafah

yang diselenggarakan HTI dan Majelis Taklim Dharmala.6Dan pada tahun 2007

HT mengadakan konferensi besar tentang penegakan Khilafah di Indonesia,

sekitar 100.000 orang hadir.7Para tokoh HTI mayoritas berlatarbelakang

aktifis gerakan keagamaan di kampus-kampus. Terbukti, salah satu pimpinan

pusat HTI. Muhammad al Khattat adalah alumni sivitas akademika IPB

Bandung. Saat ini, HTI dipimpin oleh Rokhmat Es. Labib.8

Dalam lingkup nasional, Juru Bicara Hizbut Tahrir Indonesiatetap dipegang

oleh Ismail Yusanto sedangkan untuk wilayah Jateng dipimpin oleh Abdullah HT.

Hizbut Tahrir Indonesia sejak awal memang didesain sebagai organisasi politik.

3Jamhari, Jajang Jahroni, Gerakan Salafi Gerakan di Indonesia, (Jakarta:Grafindo

Persada,2004,CetI,h.165.

4Umi Sumbulah,Konfigurasi Fundamentalisme Islam,(Malang:UIN Malang Press) h. 96

5Salah satu media resminya adalah jurnal Khilafah, majalah al-Wa’ie baik yangditulis

oleh ideologimaupun para aktifis Hizbut Tahrir Indonesia maupun aktifis HTInternasional

6Dalam majalah Al Waie,Kaleidoskop Aktivitas Politik dan Dakwah Hizbut TahrirIndonesia

(HTI),oleh redaksi AlWaie

7HizbutTahrirIndonesia,Manifesto Hizbut Tahrir untuk Indonesia (Indonesia, Khilafah, dan

Penyatuan Kembali Dunia Islam),(Jakarta:HTI Press,2009), h. 72

8HizbutTahrirIndonesia h. 72

Page 51: MAKNA KONOTASI KATA AMBILAN BAHASA ARAB DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30680/1/IMAM...MAKNA KONOTASI KATA AMBILAN BAHASA ARAB DALAM BUKU MAFAHIM HIZBUT

38

Tetapi,berbeda dengan organisasi politik yang dikenal selama ini, HTI tidak

mendaftarkan diri secara formal sebagai parpol yang ikut dalam pemilihan umum

(pemilu). Dengan kata lain, HTI merupakanpartai politik yang bergerak di luar

parlemen.9HTI merupakan partai politik meskipun tidak secara resmi

mendaftarkan ke Departemen Kehakiman. HTI sebagai partai politik, memiliki

tiga karakteristik10

yaitu pertama; secara ideologis partai ini berdasarkan Islam

yang digunakan sebagai cara pandang dalam melakukan penilaian terhadap

berbagai hal. Kedua; ruang geraknya bersifat transnasional karena HTI adalah

bagian dari Hizbut Tahrir Internasional yang mempunyai perwakilan di berbagai

Negara, dan ketiga; aktifitas HTIbersifat ekstra parlementer.Prinsip dakwah

HTI didasarkan padapandangan-pandangan idelogis sebagai berikut11

:Pertama,

HTI mengemban dakwah dalam rangka memenuhi seruan Allah. Salah satu hal

penting yang merupakan seruan Allah adalah terwujudnya sistem khilafah dan

diterapkannya hukum-hukum Allah di muka bumi.

Kedua, HTI dalam dakwahnya selalu berpedoman pada basis hukum-

hukum syara‟ sebagai asas bagi keseluruhan tindakan dan aktifitasnya.

Karenanya, HTI bertekad kuat untuk bersikap terus terang, berani, tegas, serta

menentang setiap hal yang bertentangan dengan Islam. Lebih lanjut HTI tidak

mau berkompromi dengan para penguasa yang tidak menerapkan hukum Islam.

9Jamhari, Jajang Jahroni, Gerakan Salafi Gerakan di Indonesia, (Jakarta:Grafindo

Persada,2004),CetI,h. 180 10

EndangTurmudidanRizaSihbudi, Islam danRadikalisme di Indonesia, (Jakarta:LIPI Press, 2005), h. 265-267

11 Umi Sumbulah.Konfigurasi Fundamentalisme Islam.(Malang:UIN Malang Press h), 130

Page 52: MAKNA KONOTASI KATA AMBILAN BAHASA ARAB DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30680/1/IMAM...MAKNA KONOTASI KATA AMBILAN BAHASA ARAB DALAM BUKU MAFAHIM HIZBUT

39

Ketiga, HTI berjuang untuk menerapkan Islam secara sempurna yang

meliputi seluruh hukum syara‟.Bagi Hizbut Tahrir, pelembagaan syariat Islam

dalam kehidupan Negara bahkan melekat dengan tujuannya yaitu “untuk

membangun kembali Daulah Khilafah Islamiyah di muka bumi, sehingga urusan

pemerintahan dapat dijalankan sesuai dengan apa yang diturunkan

Allah.”

Hizbut Tahrir merupakan organisasi kemasyarakatan, bukan organisasi

kerohanian (seperti tarekat), bukan lembaga ilmiah (seperti lembaga studi agama

atau badan penelitian), bukan lembaga pendidikan (akademis), dan bukan pula

lembaga sosial (yang bergerak di bidang sosial kemasyarakatan). Ide-ide Islam

menjadi jiwa, inti, dan sekaligus rahasia kelangsungan kelompoknya.12

Hizbut Tahrir didirikan dalam rangka memenuhi seruan Allah Swt

:“(Dan) hendaklah ada di antara kalian segolongan umat (jamaah) yang menyeru

kepada kebaikan (mengajak memilih kebaikan, yaitu memeluk Islam),

memerintahkan kepada yang ma‟ruf dan melarang dari yang munkar. Merekalah

orang-orang yang beruntung.” (QS. Ali Imran: 104)13

Ayat al Quran tersebut bukan sekedar seruan dari Allah tetapi merupakan

qarinah (indikasi)14

yang bersifat kewajiban untuk amar ma‟ruf nahi munkar

melalui suatu jama‟ah/kelompok yang dibentuk.Dan jamaah yang dimaksud

menurut paham Hizbut Tahrir harus berbentuk partai politik dankegiatan amar

12

Haedar Nashir, Gerakan Islam Syariat (Reproduksi Salafiyah Ideologisdi Indonesia),(Jakarta:PSAP {Pusat Studi Agama dan Peradaban} Muhammadiyah,2007),Cet I, h 389

13DepartemenAgamaRI,Alqur’andanTerjemahannya,(Bandung:Syaamil

CiptaMedia,2005),h.63 14

Haedar Nashir, Gerakan IslamSyariat (Reproduksi Salafiyah Ideologis diIndonesia),(Jakarta:PSAP {Pusat Studi Agama dan Peradaban} Muhammadiyah), 2007,Cet I, h. 406– 407

Page 53: MAKNA KONOTASI KATA AMBILAN BAHASA ARAB DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30680/1/IMAM...MAKNA KONOTASI KATA AMBILAN BAHASA ARAB DALAM BUKU MAFAHIM HIZBUT

40

ma‟ruf nahi munkar itu dalam bentuk aktifitas politik daripartai yang telah

dibentuk.

Hizbut Tahrir selanjutnya disebut HT, secara etimologisHizbut Tahrir

berarti Partai Pembebasan. Hizbut Tahrir15

didirikan oleh Syaikh Taqiyuddin

al Nabhani (1909- 1979)pada tahun 1952 di Quds, Palestina.

Setelah an-Nabhani meninggal pada 20 Desember 1977 di Beirut,

kepemimpinan Hizbut Tahrir digantikan oleh Syaikh Abdul Qadir Zallum. Pada

saat kepemimpinannya, Hizbut Tahrir berkembang semakin pesat. Ia menyerukan

kepada para anggotanya untuk menyebar ke seluruh penjuru dunia.

Sepeninggal pemimpin keduanya pada tahun 2003 M/1424 H,

kepemimpinanHizbut Tahrir digantikan oleh Syaikh Atha Abu Rusythah secara

internasional.16

Abu Rusythah merupakan seorang insinyur, ahli elektro. Ia

merupakan salah satu aktivis Hizbut Tahrir sejak masih muda. Ia pernah menjadi

juru bicara Hizbut Tahrir di Yordania. Sekarang ialah sebagai top leader dalam

struktur kepemimpinan organisasi transnasional tersebut.

Organisasi ini diakui oleh pendirinya dan sekaligus para aktivisnya bukan

sebagai organisasi sosial keagamaan tetapi sebagai partai politik. Hizbut Tahrir

dinyatakan sebagai partai politik yang berideologi Islam. Ia mengusung ide yang

bertujuan mengembalikan supremasi Islam pada abadpertengahan dalam bentuk

15Umi Sumbulah. Konfigurasi Fundamentalisme Islam.(Malang:UIN Malang Press), 2009,

Cet I, h. 96.

16Hizbut Tahrir Indonesia, Manifesto Hizbut Tahrir untuk Indonesia(Indonesia, Khilafah, dan

Penyatuan Kembali Dunia Islam),(Jakarta:HTI Press,2009), h.72.

Page 54: MAKNA KONOTASI KATA AMBILAN BAHASA ARAB DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30680/1/IMAM...MAKNA KONOTASI KATA AMBILAN BAHASA ARAB DALAM BUKU MAFAHIM HIZBUT

41

mendirikan pemerintahan Islam (KhilafahIslamiyah) dan penegakan syariat

Islam secara internasional di seluruh dunia.

Hizbut Tahrir didirikan dengan membawa tujuan untuk membebaskan

umat manusia dari dominasi paham, pemikiran, sistem hukum, dan Negara

kufur menjadi paham Negara Islamdengan menerapkan syariah Islam secara

kaffah dan mengembandakwah ke seluruh penjuru dunia. Tujuan ini tidak lain

berarti membawa umat Islam kembali pada kehidupan Islam di dalam Darul

Islam, yakni Negara Islam dan masyarakat Islam, sehingga seluruh persoalan

kehidupan umat diaturdengan syariah Islam dalam sebuah Daulah

Khilafah.17

Dalam kitab MafahimTaqiyuddin an Nabhani menjelaskan:

“Hizbut Tahrirmenyerukan Islam kepada seluruh lapisan masyarakat,

agar mereka terikat dan mengambil mafahim (ide-ide) dan systemIslam.

HizbutTahrir memandang mereka dengan pandangan Islam, walaupun

mereka terdiri dari berbagai suku dan madzhab. HizbutTahrir melakukan

interaksi perjuangan bersama- sama umat untuk meraih apa yang dicita-

citakannya. Hizbut Tahrir menentang penjajahan dalam segala bentuk dan

istilahnya, untuk membebaskan umat dari qiyadah fikriyahpenjajah, dan

mencabut akar-akarnya; baik aspek budaya, politik, militer, ekonomi, dan

sebagainya dari tanah negeri kaum Muslim. Hizbut Tahrir berjuang

mengubah mafahim (ide-ide) yang telah tercemari oleh penjajah, yang

membatasi Islam hanya pada aspek ibadah dan akhlak semata.”18

Adapun landasan pemikiran HT adalah Kitabullah (al Qur‟an alKarim)

dan Sunnah Rasulullah, serta Ijma‟ dan Qiyas dengan prinsip bahwa semua

17

HizbutTahrirIndonesia,Manifesto HizbutTahriruntuk Indonesia (Indonesia, Khilafah, danPenyatuanKembaliDunia Islam),(Jakarta:HTI Press,2009), h 67-68.

18Taqiyuddin an-Nabhani, Mafahim Hizbut

Tahrir,(Jakarta:HizbutTahrirIndonesia,2001),h.128.

Page 55: MAKNA KONOTASI KATA AMBILAN BAHASA ARAB DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30680/1/IMAM...MAKNA KONOTASI KATA AMBILAN BAHASA ARAB DALAM BUKU MAFAHIM HIZBUT

42

ide, pendapat, dan hukum hanya bersumber dari Islam dan tidak satupun berasal

atau dipengaruhi oleh sesuatu yang tidak bersumber dari Islam.19

Hizbut Tahrir bermaksud membangkitkan kembali umat Islam dari

kemerosotan yang amat parah, membebaskan umat dari ide-ide, sistem

perundang-undangan, dan hukum-hukum kufur, serta membebaskan mereka dari

cengkeraman dominasi dan pengaruh negara-negara kafir. Hizbut Tahrir

bermaksud juga membangun kembali Daulah Khilafah Islamiyah di muka bumi,

sehingga hukum yang diturunkan Allah Swt dapat diberlakukan kembali.

2. Tujuan Hizbut Tahrir

Hizbut Tahrir bertujuan melanjutkan kehidupan Islam dan mengemban

dakwah Islam ke seluruh penjuru dunia. Tujuan ini berarti mengajak kaum

muslimin kembali hidup secara Islami dalam Darul Islam dan masyarakat Islam.

Di mana seluruh kegiatan kehidupannya diatur sesuai dengan hukum-hukum

syara‟. Pandangan hidup yang akan menjadi pedoman adalah halal dan haram, di

bawah naungan Daulah Islamiyah, yaitu Daulah Khilafah, yang dipimpin oleh

seorang Khalifah yang diangkat dan dibai‟at oleh kaum muslimin untuk didengar

dan ditaati agar menjalankan pemerintahan berdasarkan Kitabullah dan Sunnah

Rasul-Nya, serta mengemban risalah Islam ke seluruh penjuru dunia dengan

dakwah dan jihad. Di samping itu Hizbut Tahrir bertujuan membangkitkan

kembali umat Islam dengan kebangkitan yang benar, melalui pola pikir yang

19

Taqiyuddin an-Nabhani, Peraturan Hidup dalam Islam Terjemahan Nizham al-Islam,(Jakarta:HTI Press, 2007), h. 142.

Page 56: MAKNA KONOTASI KATA AMBILAN BAHASA ARAB DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30680/1/IMAM...MAKNA KONOTASI KATA AMBILAN BAHASA ARAB DALAM BUKU MAFAHIM HIZBUT

43

cemerlang. Hizbut Tahrir berusaha untuk mengembalikan posisi umat ke masa

kejayaan dan keemasannya seperti dulu, di mana umat akan mengambil alih

kendali negara-negara dan bangsa-bangsa di dunia ini. Dan negara Khilafah akan

kembali menjadi negara nomor satu di dunia—sebagaimana yang terjadi pada

masa silam—yakni memimpin dunia sesuai dengan hukum-hukum Islam.Hizbut

Tahrir bertujuan pula untuk menyampaikan hidayah (petunjuk syari‟at) bagi umat

manusia, memimpin umat Islam untuk menentang kekufuran beserta segala ide

dan peraturan kufur, sehingga Islam dapat menyelimuti bumi.

3. Kegiatan Hizbut Tahrir

Kegiatan Hizbut Tahrir adalah mengemban dakwah Islam untuk mengubah

kondisi masyarakat yang rusak menjadi masyarakat Islam. Hal ini dilakukan

dengan mengubah ide-ide rusak yang ada menjadi ide-ide Islam, sehingga ide-ide

ini menjadi opini umum di tengah masyarakat serta menjadi persepsi bagi mereka.

Selanjutnya persepsi ini akan mendorong mereka untuk merealisasikan dan

menerapkannya sesuai dengan tuntutan Islam. Juga dengan mengubah perasaan

yang dimiliki anggota masyarakat menjadi perasaan Islam—yakni ridla terhadap

apa yang diridlai Allah, marah dan benci terhadap apa yang dimurkai dan dibenci

oleh Allah—serta mengubah hubungan/interaksi yang ada dalam masyarakat

menjadi hubungan/interaksi yang Islami, yang berjalan sesuai dengan hukum-

hukum dan pemecahan- pemecahan Islam.20

20

Lihat:http://hizbut-tahrir.or.id/category/seputar-khilafah/

Page 57: MAKNA KONOTASI KATA AMBILAN BAHASA ARAB DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30680/1/IMAM...MAKNA KONOTASI KATA AMBILAN BAHASA ARAB DALAM BUKU MAFAHIM HIZBUT

44

Hizbut Tahrir telah muncul dan berkembang, kemudian menyebarluaskan

aktivfitas dakwahnya di negeri-negeri Arab, maupun sebagian besar negeri-negeri

Islam lainnya.

4. Strategi Dakwahis Polistis Hizbut Tahrir

Seluruh kegiatan yang dilakukan Hizbut Tahrir bersifat politik. Maksudnya

adalah bahwa Hizbut Tahrir memperhatikan urusan-urusan masyarakat sesuai

dengan hukum-hukum serta pemecahannya secara syar‟i. Karena yang dimaksud

politik adalah mengurus dan memelihara urusan-urusan masyarakat sesuai dengan

hukum-hukum Islam dan pemecahan-pemecahannya.

Kegiatan-kegiatan yang bersifat politik ini tampak jelas dalam aktifitasnya

dalam mendidik dan membina umat dengan tsaqafah Islam, meleburnya dengan

Islam, membebaskannya dari akidah-akidah yang rusak, pemikiran-pemikiran

yang salah, serta persepsi-persepsi yang keliru, sekaligus membebaskannya dari

pengaruh ide-ide dan pandangan-pandangan kufur.

Kegiatan politik ini tampak juga dalam aspek pertarungan pemikiran (ash

shiro‟ul fikri) dan dalam perjuangan politiknya (al kifahus siyasi). Pertarungan

pemikiran terlihat dalam penentangannya terhadap ide-ide dan aturan-aturan

kufur. Hal itu tampak pula dalam penentangannya terhadap ide-ide yang salah,

akidah-akidah yang rusak, atau persepsi-persepsi yang keliru, dengan cara

Page 58: MAKNA KONOTASI KATA AMBILAN BAHASA ARAB DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30680/1/IMAM...MAKNA KONOTASI KATA AMBILAN BAHASA ARAB DALAM BUKU MAFAHIM HIZBUT

45

menjelaskan kerusakannya, menampakkan kekeliruannya, dan menjelaskan

ketentuan hukum Islam dalam masalah tersebut.21

Adapun perjuangan politiknya, terlihat dari penentangannya terhadap kaum

kafir imperialis untuk memerdekakan umat dari belenggu dominasinya,

membebaskan umat dari cengkeraman pengaruhnya, serta mencabut akar-akarnya

yang berupa pemikiran, kebudayaan, politik, ekonomi, maupun militer dari

seluruh negeri-negeri Islam.

Perjuangan politik ini juga tampak jelas dalam kegiatannya menentang para

penguasa, mengungkap pengkhianatan dan persekongkolan mereka terhadap

umat, melancarkan kritik, kontrol, dan koreksi terhadap mereka serta berusaha

menggantinya tatkala mereka mengabaikan hak-hak umat, tidak menjalankan

kewajibannya terhadap umat, melalaikan salah satu urusan umat, atau menyalahi

hukum-hukum Islam.

Seluruh kegiatan politik itu dilakukan tanpa menggunakan cara-cara

kekerasan (fisik/senjata) (laa madiyah) sesuai dengan jejak dakwah yang

dicontohkan Rasulullah saw.Jadi kegiatan Hizbut Tahrir secara keseluruhan

adalah kegiatan yang bersifat politik, baik sebelum maupun sesudah proses

penerimaan pemerintahan (melalui umat).

Kegiatan Hizbut Tahrir bukan di bidang pendidikan, karena ia bukanlah

madrasah (sekolah). Begitu pula seruannya tidak hanya bersifat nasihat-nasihat

dan petunjuk-petunjuk. Kegiatan Hizbut Tahrir bersifat politik, (yaitu) dengan

21

Lihat:http://hizbut-tahrir.or.id/category/seputar-khilafah/

Page 59: MAKNA KONOTASI KATA AMBILAN BAHASA ARAB DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30680/1/IMAM...MAKNA KONOTASI KATA AMBILAN BAHASA ARAB DALAM BUKU MAFAHIM HIZBUT

46

cara mengemukakan ide-ide (konsep-konsep) Islam beserta hukum-hukumnya

untuk dilaksanakan, diemban, dan diwujudkan dalam kenyataan hidup dan

pemerintahan.

Hizbut Tahrir mengemban dakwah Islam agar Islam dapat diterapkan dalam

kehidupan dan agar Aqidah Islamiyah menjadi dasar negara, dasar konstitusi dan

undang-undang. Karena Aqidah Islamiyah adalah aqidah aqliyah (aqidah yang

menjadi dasar pemikiran) dan aqidah siyasiyah (aqidah yang menjadi dasar

politik) yang melahirkan aturan untuk memecahkan problematika manusia secara

keseluruhan, baik di bidang politik, ekonomi, budaya, sosial, dan lain-lain.

5. Metode Dakwah Hizbut Tahrir

Metode yang ditempuh Hizbut Tahrir dalam mengemban dakwah adalah

hukum-hukum syara‟, yang diambil dari thariqah (metode) dakwah Rasulullah

saw, sebab thariqah itu wajib diikuti. Sebagaimana firman Allah Swt:

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagi

kalian, (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan kedatangan Hari

Kiamat, dan dia banyak menyebut Allah (dengan membaca dzikir dan mengingat

Allah).” (QS. Al Ahzab : 21)

“Katakanlah: „Jika kalian (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya

Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosa kalian.” (QS. Ali Imran : 31)

“Apa saja yang dibawa Rasul untuk kalian, maka ambilah. Dan apa saja yang

dilarangnya bagi kalian, maka tinggalkanlah.” (QS. Al Hasyr : 7)

Dan banyak lagi ayat lain yang menunjukkan wajibnya mengikuti

perjalanan dakwah Rasulullah saw, menjadikan beliau suri teladan, dan

mengambil ketentuan hukum dari beliau.

Page 60: MAKNA KONOTASI KATA AMBILAN BAHASA ARAB DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30680/1/IMAM...MAKNA KONOTASI KATA AMBILAN BAHASA ARAB DALAM BUKU MAFAHIM HIZBUT

47

Berhubung kaum muslimin saat ini hidup di Darul Kufur—karena

diterapkan atas mereka hukum-hukum kufur yang tidak diturunkan Allah Swt—

maka keadaan negeri mereka serupa dengan Makkah ketika Rasulullah saw diutus

(menyampaikan risalah Islam). Untuk itu fase Makkah wajib dijadikan sebagai

tempat berpijak dalam mengemban dakwah dan meneladani Rasulullah saw.22

Dengan mendalami sirah Rasulullah saw di Makkah hingga beliau berhasil

mendirikan Daulah Islamiyah di Madinah, akan tampak jelas beliau menjalani

dakwahnya dengan beberapa tahapan yang sangat jelas ciri-cirinya. Beliau

melakukan kegiatan-kegiatan tertentu yang tampak dengan nyata tujuan-

tujuannya. Dari sirah Rasulullah saw inilah Hizbut Tahrir mengambil metode

dakwah dan tahapan-tahapannya, beserta kegiatan-kegiatan yang harus

dilakukannya pada seluruh tahapan ini, karena Hizbut Tahrir mensuriteladani

kegiatan-kegiatan yang dilakukan Rasululah saw dalam seluruh tahapan

perjalanan dakwahnya.

B. Ulasan Buku Mafahim Hizbut Tahrir

Sesuai judulnya, kitab Mafahim Hizbut Tahrir (selanjutnya disingkat

Mafahim) ini bermaksud mengenalkan dan menjelaskan berbagai pemahaman

(Mafahim) keislaman yang diadopsi Hizbut Tahrir (HT).

Kitab Mafahim ini pada dasarnya ingin menjawab 3 (tiga) pertanyaan

strategis menyangkut Hizbut Tahrir dan ide-idenya. Pertama, apa latar belakang

22

Lihat;http://hizbut-tahrir.or.id/category/seputar-khilafah//

Page 61: MAKNA KONOTASI KATA AMBILAN BAHASA ARAB DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30680/1/IMAM...MAKNA KONOTASI KATA AMBILAN BAHASA ARAB DALAM BUKU MAFAHIM HIZBUT

48

munculnya HT di tengah kancah berbagai gerakan Islam di Dunia Islam? Kedua,

mengapa Hizbut Tahrir perlu mengadopsi berbagai pemahaman (mafahim)

keislaman yang khas baginya? Ketiga, apa saja pemahaman-pemahaman Islam

yang telah diadopsi HT guna membangkitkan umat Islam?

Latar Belakang Eksistensi HT

Bagian awal kitab Mafahim (hal. 1-13) menjelaskan latar belakang lahirnya

HT. HT muncul dalam realitas dimaksudkan untuk menjadi gerakan alternatif

setelah gagalnya berbagai gerakan Islam untuk membangkitkan umat dari

kemerosotannya.Dalam kitab Mafahim diuraikan tiga sebab utama kegagalannya

(hal. 4), yaitu:

Pertama, adanya ketidakjelasan fikrah (pemikiran) Islami di benak para

aktivisnya. Misalnya, fikrah mereka campur aduk antara pemikiran Islami dan

filsafat Yunani. Kedua, adanya ketidakjelasan thariqah (metode) Islami untuk

menerapkan fikrahnya. Misalnya, ingin menegakkan syariah dalam kehidupan

masyarakat tapi thariqahnya non-politis (tanpa Daulah Islamiyah) seperti

mendirikan pesantren, sekolah, dan sebagainya. Ketiga, tidak adanya ikatan solid

antara fikrah dan thariqahnya sebagai satu kesatuan yang tak terpisahkan.

Misalnya, mengkaji hukum fikrah seperti hukum nikah, tapi melalaikan hukum

thariqah untuk menerapkan hukum nikah itu, yaitu hukum-hukum Khilafah. Ingat,

wali hakim dalam nikah itu seharusnya adalah khalifah atau yang mewakilinya.

Karena tiga sebab utama itu, dan sebab-sebab lainnya yang memperburuk

keadaan umat di abad ke-19 dan ke-20 M (hal. 6-13), gagallah upaya berbagai

Page 62: MAKNA KONOTASI KATA AMBILAN BAHASA ARAB DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30680/1/IMAM...MAKNA KONOTASI KATA AMBILAN BAHASA ARAB DALAM BUKU MAFAHIM HIZBUT

49

gerakan Islam untuk membangkitkan umat Islam. Benar bahwa gerakan-gerakan

tersebut telah meninggalkan pengaruh sampai batas tertentu, namun semuanya

tidak berhasil membangkitkan umat atau mencegah umat agar tidak terus

mengalami kemerosotan.

Berdasarkan kenyataan inilah, HT lahir dari rahim umat untuk menjadi

gerakan alternatif setelah kegagalan berbagai gerakan Islam untuk

mmembangkitkan umat dari kemerosotannya sejak abad ke-18 M.

Hizbut Tahrir dan Mafahim

Mengapa HT perlu mengadopsi berbagai pemahaman (mafahim)

keislaman yang khas baginya? Sebab kemerosotan itu tiada lain terjadi karena

benak umat mengalami kelemahan yang luar biasa (al-dha‟f asy-syadid) dalam

memahami Islam (hal. 3). Padahal, sebagaimana sudah dimaklumi, perilaku

manusia (suluk al-insan) itu dipengaruhi oleh pemahamannya. Kelemahan dalam

memahami Islam, dengan sendirinya, akan membuat sikap dan perilaku umat

menjadi lemah pula dalam menjalani kehidupan, yaitu merosot dari kondisinya

yang seharusnya. Umat Islam akhirnya hidup terjajah oleh negara-negara penjajah

yang kafir dalam sistem kehidupan sekuler.

Kelemahan pemahaman itu terjadi sejak lama, yaitu sejak abad ke-2 H

hingga detik ini, baik karena faktor internal maupun faktor eksternal. Faktor-

faktor ini yang menonjol adalah :

Page 63: MAKNA KONOTASI KATA AMBILAN BAHASA ARAB DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30680/1/IMAM...MAKNA KONOTASI KATA AMBILAN BAHASA ARAB DALAM BUKU MAFAHIM HIZBUT

50

(1) Transfer filsafat India, Persia, dan Yunani pada abad ke-2 H ke tubuh umat

Islam dan adanya upaya untuk mencari titik temunya dengan Islam, padahal

sebenarnya terdapat kontradiksi tajam antara Islam dan filsafat;

(2) Adanya manipulasi berbagai pemikiran dan hukum Islam oleh orang-orang

yang dengki terhadap Islam;

(3) Adanya pengabaian bahasa Arab yang sesungguhnya mutlak perlunya untuk

memahami dan mengamalkan Islam, termasuk untuk berijtihad guna mengatasi

masalah-masalah baru. Ini terjadi pada abad ke-7 H.

(4) Adanya invasi misionaris, kemudian invasi budaya dan politik dari negara-

negara Barat yang kafir sejak abad ke-17 M (Abdul Qadim Zallum, Hizbut Tahrir,

hal. 13).

Dampak berbagai faktor yang mengaburkan di atas, membuat benak kaum

muslimin bagaikan bejana yang penuh dengan aneka macam air yang campur

aduk, antara yang suci dan najis. Dalam benak umat ada pemahaman tauhid, tapi

mungkin tercampur paham tashawwuf wihdatul wujud dari Ibn Al-„Arabi (w. 638

H/1240 M), yang aslinya adalah filsafat emanasi dari Neoplatonisme Yunani.

Dalam benak umat ada pemahaman iman kepada al-Qur`an, tapi mungkin

mereka hanya mampu membacanya dan tak mampu mengistinbath hukum darinya

karena mereka mengabaikan bahasa Arab.

Dalam benak umat ada pemahaman wajibnya menerapkan syariah, tapi

mungkin itu bercampur aduk dengan paham sekularisme, demokrasi,

nasionalisme, dan liberalisme (kebebasan) dari Barat yang justru melemahkan

Page 64: MAKNA KONOTASI KATA AMBILAN BAHASA ARAB DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30680/1/IMAM...MAKNA KONOTASI KATA AMBILAN BAHASA ARAB DALAM BUKU MAFAHIM HIZBUT

51

atau memusnahkan syariah. Atau mungkin bercampur dengan konsep yang

mengatakan bolehnya perubahan hukum Islam disesuaikan waktu dan tempat.

kalau pemahaman diumpamakan air, berarti benak umat telah terisi dengan

campuran antara air yang suci dan menyucikan (pemahaman sahih) dengan air

yang suci tapi tidak menyucikan (pemahaman lemah) dan dengan air yang terkena

najis (pemahaman batil). Dengan pemahaman yang amburadul dan kacau balau

seperti ini, wajar jika umat Islam mengalami kemunduran yang drastis.

Maka dari itu, HT melihat adanya keharusan untuk memperbarui

pemahaman umat Islam itu guna membangkitkan kembali umat dari

kemerosotannya. Caranya ialah dengan mengadopsi sejumlah pemahaman Islam

yang murni, yang bebas dari unsur-unsur yang mengaburkan atau mengotorinya.

Pemahaman Islam yang murni ini bagaikan air yang suci lagi menyucikan.

Menyifati berbagai pemahaman mengenai hukum dan pemikiran Islam

yang diadopsi HT itu, Taqiyuddin an-Nabhani berkata,"Ini adalah berbagai

pendapat, pemikiran, dan hukum yang Islami, bukan yang lain. Tidak ada di

dalamnya sesuatu pun yang tidak Islami dan tidak terpengaruh pula oleh segala

sesuatu yang tidak Islami. Sebaliknya ia adalah Islami semata, tidak bersandar

kecuali kepada pokok-pokok ajaran Islam dan nash-nashnya." (Taqiyuddin An-

Nabhani, Mafahim, hal. 14).

Apa Saja Mafahim HT

Lalu, pemahaman Islami apa saja yang diadopsi HT dalam kitab ini?

Sebelum dijelaskan, perlu dipahami bahwa berbagai pemahaman HT ini benar-

Page 65: MAKNA KONOTASI KATA AMBILAN BAHASA ARAB DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30680/1/IMAM...MAKNA KONOTASI KATA AMBILAN BAHASA ARAB DALAM BUKU MAFAHIM HIZBUT

52

benar bernuansa tajdid yang amat kuat. Inilah kiranya ciri khas dan keunggulan

kitab Mafahim ini.

Jadi selalu ada upaya korektif terhadap pemikiran kontemporer yang batil

atau lemah dan pada saat yang sama ada tawaran pemikiran sahih yang lebih

unggul sebagai alternatifnya. Misalnya, HT telah menjelaskan bahwa hukum

Islam tidak berubah sesuai waktu dan tempat (hal. 42). Sebenarnya ini adalah

koreksi terhadap pemahaman batil yang salah kaprah pada waktu, yaitu adanya

"kaidah fiqih" berbunyi Laa yunkaru taghayyurul ahkaam bi-taghayyur az-zamaan

wa al-makaan (Tidak dapat diingkari adanya perubahan hukum sesuai perubahan

waktu dan tempat). Kaidah ini termuat dalam kodifikasi undang-undang negara

Khilafah Utsmaniyah bernama Majallah al-Ahkam al-„Adliyah (terbit tahun

1869).

Pada saat yang sama, HT memberi tawaran pemahaman baru yang benar,

bahwa yang berubah sebenarnya adalah urf (adat), bukan hukum Islamnya itu

sendiri. Sedangkan perubahan urf, tidak dapat mempengaruh status hukum, sebab

urf bukan dalil hukum dan bukan pula illat hukum. Bahkan urf itu sendiri benar

salahnya harus kembali distandarisasi dengan hukum syara‟(hal. 42-43).

Adapun pemahaman-pemahaman Islami yang dijelaskan HT dalam kitab

Mafahim ini, berfokus pada 3 (tiga) pemahaman, yaitu pemahaman yang terkait

dengan : (1) Aqidah Islam, (2) Syariah Islam, (3) Dakwah Islam. Berikut sekilas

uraiannya masing-masing.

Page 66: MAKNA KONOTASI KATA AMBILAN BAHASA ARAB DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30680/1/IMAM...MAKNA KONOTASI KATA AMBILAN BAHASA ARAB DALAM BUKU MAFAHIM HIZBUT

53

Aqidah Islam

Pembahasan Aqidah Islam nampak ketika Hizbut Tahrir meletakkan

Aqidah Islam sebagai jawaban terhadap Al-„Uqdatul Kubra (Masalah-Masalah

Besar Manusia) yang menyangkut manusia, alam semesta, dan kehidupan. Aqidah

Islam menjelaskan bahwa sebelum adanya manusia, alam semesta, dan kehidupan,

telah ada lebih dulu Allh SWT sebagai al-Khaliq bagi ketiganya. Aqidah Islam

juga menjelaskan bahwa setelah tiadanya manusia, alam semesta, dan kehidupan

nanti, akan ada Hari Kiamat yang sekaligus juga Hari Perhitungan (Yaumul

Hisab). Karena itu, manusia wajib menjalani kehidupan dunia ini sesuai perintah-

perintah Allah dan larangan-larangan-Nya. Sebab Allah sajalah yang

menciptakannya dan memberinya sejumlah perintah Allah dan larangan; dan pada

Hari Kiamat nanti manusia akan dihisab mengenai keterikatannya dengan segala

perintah dan larangan Allah itu (hal. 14-15).

Namun, sebagaimana kitab Nizham al-Islam, Aqidah Islam yang

diterangkan HT ini lalu dikaitkan dengan pemikiran kontemporer, tidak

diasingkan atau dijauhkan darinya. Maka, pembahasan Aqidah Islam ini segera

saja dilanjutkan dengan pembahasan integrasi aspek material dan spiritual (mazjul

maadah bi ar-ruh) (hal. 16-23).

Nampak jelas HT di sini berusaha keras memerangi aqidah ideologi

Kapitalisme, yakni sekularisme, atau fashlul maadah „an ar-ruh. Artinya,

memisahkan aspek material (perbuatan manusia) dengan aspek spiritual

(kesadaran manusia dalam beragama). Dalam realitasnya, aqidah sekularisme lalu

menghasilkan pemisahan agama dari negara, seperti yang terjadi saat ini.

Page 67: MAKNA KONOTASI KATA AMBILAN BAHASA ARAB DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30680/1/IMAM...MAKNA KONOTASI KATA AMBILAN BAHASA ARAB DALAM BUKU MAFAHIM HIZBUT

54

Pembahasan ini kemudian dilanjutkan dengan bahasan Qadha`-Qadar (hal.

24-26) dan bahasan sifat perbuatan manusia (konsep khair-syar dan hasan-qabih)

(hal.26-30), serta bahasan nilai (qimah) perbuatan manusia sebagai tujuan

perbuatan manusia yang mencakup nilai akhlaq, kemanusiaan, materi, dan

spiritual (hal. 30-34).

Syariah Islam

Pembahasan Syariah Islam dalam kitab Mafahim ini intinya, syariah itu

ada untuk diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat, bukan untuk kenikmatan

berpikir seperti filsafat. Maka harus ada formalisasi syariah dalam wadah Darul

Islam (hal. 35-36; 52-56).

Selain itu, kitab Mafahim ini juga menjelaskan pemahaman HT seputar

syariah. Misalnya bahwa hukum-hukum mengenai ibadah, makanan, minuman,

dan akhlaq tidak didasarkan pada illat (alasan hukum), tapi didasarkan pada nash

semata. (hal. 36 dst). Contoh lainnya adalah bahasan dalil-dalil syar‟i, ijtihad dan

taqlid yang penting untuk dipahami (hal. 46-49).

HT juga meluruskan banyak kesalahpahaman umat mengenai syariah.

Misalnya, kesalahpahaman mengenai prinsip kelayakan syariah untuk setiap

waktu dan tempat. Maknanya bukanlah syariah itu dapat berubah dan

menyesuaikan diri pada segala waktu dan tempat, melainkan syariah dapat

memberikan jawaban masalah manusia di setiap waktu dan tempat (hal. 43).

HT juga meluruskan kesalahpahaman umat yang memisahkan hukum

fikrah dan thariqah sebagaimana sudah dicontohkan di atas (hal. 52-60).

Page 68: MAKNA KONOTASI KATA AMBILAN BAHASA ARAB DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30680/1/IMAM...MAKNA KONOTASI KATA AMBILAN BAHASA ARAB DALAM BUKU MAFAHIM HIZBUT

55

Dakwah Islam

Pembahasan dakwah Islam di sini dimaksudkan untuk menjelaskan

metode mencapai kekuasaan untuk melanjutkan kehidupan Islam dan mengemban

dakwah Islam ke seluruh dunia. (hal. 62-68).

Dijelaskan juga perbedaan dakwah kepada Islam dan dakwah untuk

melanjutkan kehidupan Islam. Yang pertama, dijalankan oleh Daulah Islamiyah

melalui penerapan Islam secara nyata, mengacu kepada dakwah Rasulullah SAW

di Madinah.. Sedang yang kedua, dijalankan oleh kelompok dakwah melalui jalan

dakwah mengacu kepada aktivitas Rasulullah SAW di Makkah (hal. 72-76).

Pada bagian akhir (hal. 79-83) dijelaskan bahwa masyarakat di Dunia

Islam sebenarnya masih terjajah oleh negara-negara kafir baik dalam aspek

politik, ekonomi, budaya, maupun militer. Karena itu, HT berjuang untuk

membebaskan negeri-negeri Islam dari penjajahan dalam segala bentuknya,

hingga berhasil melanjutkan kehidupan Islam dengan mendirikan Khilafah yang

akan mengemban risalah Islam ke seluruh dunia dengan jalan jihad fi sabilillah.

Page 69: MAKNA KONOTASI KATA AMBILAN BAHASA ARAB DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30680/1/IMAM...MAKNA KONOTASI KATA AMBILAN BAHASA ARAB DALAM BUKU MAFAHIM HIZBUT

56

BAB IV

ANALISIS SEMANTIK KATA AMBILAN ARAB

DALAM BUKU MÂFAHIM HIZBUT TAHRIR

A. Pengantar

Menurut para aktivis HTI, bahasa Arab bagi seorang Muslim merupakan Din

(agama). Bahasa Arab tidak bisa dipisahkan dengan Islam, karena untuk

memahami Islam tidak mungkin bisa tanpa menggunakan bahasa Arab. Bahasa

Arab tidak boleh dan tidak bisa dipisahkan dengan bahasa keagamaan, karena

untuk memahami al-Quran dan Assunnah harus menggunakan bahasa Arab.1

Karenanya, dalam kesehariaannya, HTI cukup banyak menggunakan kata ambilan

Arab, khususnya untuk istilah-istilah syar‟i yang tidak ditemukanpadanannya

yang pas dalam bahasa Indonesia. Bahkan, sebagian kata ambilan Arab yang

digunakan HTI adalah kata ambilan Arab yang dalam bahasa Indonesia terdapat

padanannya.2

Dalam buku Mafâhim Hizbut Tahrir terdapat 78 kosakata yang ditulis dalam

bahasa Arab. Kosakata tersebut ditulis miring guna sebagai tanda bahwa

kosakata tersebut adalah kosakata asing yang belum diserap ke dalam bahasa

Indonesia. Akan tetapi, walaupun belum menjadi bagian dalam bahasa Indonesia,

penulisan kosakata tersebut mengikuti bentuk kosakata bahasa Indonesia dan tidak

menggunakan bentuk ejaan dalam bahasa asalnya.

1Sukron Kamil, dkk, Pola Keagamaan dan Bahasa: Studi Kontekstual Kata Serapan Arab

dalam Teks-Teks Keislaman,(Jakarta: UIN Jakarta, 2013), h. 70, dan hasil wawancara langsung dengan Junaidi Fahir seorang aktivis Hizbut tahrir dari Bekasi Timur.

2Sukron Kamil, h. 70

Page 70: MAKNA KONOTASI KATA AMBILAN BAHASA ARAB DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30680/1/IMAM...MAKNA KONOTASI KATA AMBILAN BAHASA ARAB DALAM BUKU MAFAHIM HIZBUT

57

B. Analisis Makna Konotasi Kata Ambilan Bahasa Arab dalam Buku

Mafahim

Di dalam Buku Mafahim Hizbut Tahrir ini, tidak semua kosakata dan

istilah Arab dipakai karena alasan kebutuhan, yang jika tidak digunakan akan

merusak cita rasa makna yang dimaksud. Misalnya kata qabîh yang berarti

buruk/tercela. Kata tersebut apabila dituliskan terjemahannya dalam bahasa

Indonesia tidak akan mengurangi atau menghilangkan makna yang terkandung

dalam bahasa asalnya. Demikian pula dengan kata hasan (terpuji) „syarah‟ yang

berarti penjelasan. Jika tiga kata ditampilkan dalam bentuk terjemahannya dalam

bahasa Indonesia sesunguhnya lebih baik.

Agaknya, di Hizbut Tahrir Indonesia ada semacam cara pandang bahwa

menggunakan kata ambilan Arab lebih memperlihatkanIslaminya. Di sini pula

problem keislaman Hizbut Tahrir yang kurang berwawasan ke-Indoensia-an,

tidak seperti para elite Muslim periode awal di Indonesia atauIslam mainstream,

Dan ini terjadi, karena pola pikir serba wahyu-nya yang diterjemahkan secara

harfiah yang berorientasi pada Islam dalam segi bentuk (luar), bukan substansi,

seperti terjadi juga di Jamaah Tabligh.Tentu saja harus dimaklumi dalam

penggunaan kosakata yang tidak ada padanannya dalam bahasa Indonesia, seperti

pada kata „kharaj‟ yang berarti pendapatan negara dari tanah/lahan daerah

taklukan. Sesuai dengan kaidah pembentukan istilah asing ke dalam bahasa

Indonesia, sebuah istilah asing yang akan diambil harus lebih ringkas, jika

dibandingkan dengan terjemahan Indonesianya. Dengan demikian kata

„kharaj‟ boleh ditampilkan dalam bentuk bahasa asalnya. Kosakata kharaj bisa

masuk ke dalam bahasa Indonesia menjadi salah satu istilah dalam agama Islam.

Page 71: MAKNA KONOTASI KATA AMBILAN BAHASA ARAB DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30680/1/IMAM...MAKNA KONOTASI KATA AMBILAN BAHASA ARAB DALAM BUKU MAFAHIM HIZBUT

58

Tentunya proses penyerapannya mengikuti kaidah yang sudah ditetapkan dalam

bahasa Indonesia.3

Dalam kesehariaannya, HizbutTahrir Indonesia cukup banyak menggunakan

kata ambilan Arab,yang tidak ditemukan padanannya yang sesuai dalam bahasa

Indonesia. Bahkan, sebagian kata ambilan Arab yang digunakan Hizbut Tahrir

Indonesia adalah kata ambilan Arab yang dalam bahasa Indonesia terdapat

padanannya. Seperti contoh teks terjemahan di bawah ini yang berisi sikap

manusia terhadap non muslim dan tafsir (QS, Albaqarah {2}: 216) yang

diambil dari buku terjemahan Mâfahim Hizbut Tahrîr karya Taqiyuddinan-

Nabhan:

Teks Pertama

ولرلك كان قتل المحازب . وكىوه خيسا اوشّسا اوما جاء مه وصف خازج عىه

.وقتل المىاطه او المعاهد اوالمستأمه شّسا خيسا4

“Adanya sifat baik atau buruk pada pembunuhan, tidak lain karena terdapatnya

unsur luar. Karena itu, membunuhkafir harbiadalah baik, sedangkan membunuh

warga Negara (yang menjadi warganegara Daulah Islamiyah), atau yang

negaranya mengadakan perjanjian dengan pemerintahan Islam (kafir

mu‟ahad)atau membunuh orang yang meminta perlindungan, adalah buruk.”5

3 Sukron Kamil, dkk, Pola Keagamaan dan Bahasa: Studi Kontekstual Kata Serapan Arab

dalam Teks-Teks Keislaman,(Jakarta: UIN Jakarta, 2013), h. 82 12م(، ص: 1002،) جاكستا ، حزب التحسيس إودوويسيا مفاهيم حزب التحسيس . الإلمام تقي الديه الىبهاوي،4

5Taqiyuddin an-Nabhan, Mafâhim Hizbut Tahrîr,(Jakarta: Hizbut Tahrir Indonesiah,

2001), h. 42

Page 72: MAKNA KONOTASI KATA AMBILAN BAHASA ARAB DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30680/1/IMAM...MAKNA KONOTASI KATA AMBILAN BAHASA ARAB DALAM BUKU MAFAHIM HIZBUT

59

Pada teks di atas, terdapat 3 kata ambilan Arab dari 43 kata yang dipakai

dalam teks. Ini berarti 5% kata yang dipakai dalam teks adalah kata ambilan

Arab. Teks yang berisi persoalan sosial, apalagi sosial politik, memang kata

ambilan Arab-nya cenderung lebih sedikit ketimbang teks ibadah. Namun, dalam

teks di atas terdapat 3 kata ambilan Arab yang takdikenal/popular di kalangan

Islam mainstream, kosakata tersebut ditulis miring sebagai tanda bahwa

kosakata tersebut adalah kosakata asing yang belum diserap ke dalam bahasa

Indonesia. Akan tetapi, walaupun belum menjadi bagian dalam bahasa Indonesia,

penulisan kosakata tersebut mengikuti bentuk kosakata bahasa Indonesia dan

tidak menggunakan bentuk ejaan dalam bahasa asalnya, dan memiliki makna

secara konotasi tersendiri, misal kafir harbi. Dalam bahasa Arab, kāfir (bahasa

Arab: كافس kāfir; Jamakكّفاز kuffār) secara harfiah berarti orang yang

menyembunyikanatau mengingkari kebenaran. Dalam terminologi kultural kata

ini digunakan dalam agama Islam untuk merujuk kepada orang-orang yang

mengingkari nikmat Allah (sebagai lawan dari kata syakir, yang berarti orang

yang bersyukur).

Teks tersebut jika dianalisis melalui konotasi sosial (pandangan sosial

keagamaaan HTI). Makna Kafir Harbi ialah semua orang kafir yang tidak masuk

dalam perlindungan umat Islam, dan Daulat Islamiyah yang berarti Negara

Islam. Namun, kalangan Hizbut Tahrir Daulat Islamiyah mempunyai makna

kedua yaitu Khilafah Islam. Jika hizbut tahrir menerjemahkan kafir harbi secara

harfiah dan daulat islamiyah, maka cita rasa terjemahan pada teks di atas akan

kabur.

Page 73: MAKNA KONOTASI KATA AMBILAN BAHASA ARAB DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30680/1/IMAM...MAKNA KONOTASI KATA AMBILAN BAHASA ARAB DALAM BUKU MAFAHIM HIZBUT

60

Teks Kedua

باعتباز ذاتها والىظسة العميقت المستىيسة ألعمال اإلوسان تسي اوها مادة فقط

, وكىوها مادة ال تىصف بالحسه اوالقبح لراتها. مجسدة عه كل مالبساتها واعتبازاتها

.واعتبازاث آتيت مه غيسها, واوما تىصف برلك مه قبل مالبساث خازجت عىها6

“Pandangan yang teliti, mendalam dan cemerlang terhadap perbuatan manusia

menunjukkan bahwa perbuatan manusia dilihat dari sisi zatnya, tanpa dilihat lagi

faktor-faktor dan pertimbangan lain adalah materi belaka. Keberadaanya sebagai

materi berarti tidak terpuji (hasan) atau tercela (qabih) karena zatnya, melainkan

didapat dari faktor-faktor luar atau pertimbangan-pertimbangan lain.” Tafsir

menurut pandangan HTI (QS, Albaqarah {2}: 216)7

Pada teks di atas terdapat 2 kata ambilan Arab dari 49 kata yang dipakai

diluar morfem terikat dan angka. Hal ini berarti ada 5 persen kata ambilan Arab

secara keseluruhan teks. Dalam teks ini juga terlihat ada kata ambilan Arab yang

dalam bahasa Indonesia terdapat padanannya. Misalnya kata terpuji (hasan) dan

tercela (qabih).

Kata hasan secara harfiah baik, dan qabih berarti jelek. Namun cara pandang

Hizbut Tahrir memiliki makna konotasi tersendiri yaitu Hasan (terpuji) dan qabih

(tercela).

Teks berikut yang terkait dengan persoalan sosial, dalam buku Mafâhim juga

memperlihatkan hal yang sama:

6

12م(، ص: 1002،) جاكستا ، حزب التحسيس إودوويسيا مفاهيم حزب التحسيس الىبهاوي،. الإلمام تقي الديه

7Taqiyuddin an-Nabhan, h. 46

Page 74: MAKNA KONOTASI KATA AMBILAN BAHASA ARAB DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30680/1/IMAM...MAKNA KONOTASI KATA AMBILAN BAHASA ARAB DALAM BUKU MAFAHIM HIZBUT

61

Teks Ketiga

8

“Padahal seharusnya, masyarakatlah yang harus diubah agar sesuai dengan

Islam, bukan sebaliknya. Jadi, bukan dengan membuat interpretasi baru

mengenai Islam agar sesuai dengan keadaan masyarakat. Cara pemahaman

seperti ini tidak dapat dibenarkan. Alasannya, karena yang menjadi masalah

adalah bahwa di sana terdapat satu masyarakat yang rusak dan hendak

diperbaiki dengan suatu mabda(ideologi). Mabda ini harus diterapkan sesuai

dengan apa yang dikandung oleh mabda itu sendiri, kemudian mengubah

masyarakat seluruhnya secara inqilabi(revolusioner) berdasarkan mabda

tersebut. Dengan kata lain, adalah suatu keharusan bagi para aktivis

pembaharuan untuk menerapkan hukum-hukum Islam sesuai dengan makna

ajaran yang sebenarnya, tanpa memperhatikan keadaan masyarakat, waktu,

maupun tempat.”9

Pada teks di atas, terdapat 5 kata ambilan Arab dari 104 kata yang dipakai

dalam teks. Hal ini berarti 5% kata yang dipakai dalam teks adalah kata ambilan

Arab. Sebagaimana dalam ormas Islam lain, teks yang berisi persoalan sosial,

8

2م(، ص: 1002،) جاكستا ، حزب التحسيس إودوويسيا مفاهيم حزب التحسيس . الإلمام تقي الديه الىبهاوي،

9Taqiyuddin an-Nabhan, h. 11-12

Page 75: MAKNA KONOTASI KATA AMBILAN BAHASA ARAB DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30680/1/IMAM...MAKNA KONOTASI KATA AMBILAN BAHASA ARAB DALAM BUKU MAFAHIM HIZBUT

62

apalagi sosial politik, memang kata ambilan Arab-nya cenderung lebih sedikit

ketimbang teks ibadah. Namun, dalam teks buku HTI ini terdapat banyak

kata ambilan Arab yang tak dikenal/popular di kalangan Islam mainstream,

yaitu mabda yang disebut lebih dari sekali dan kata inqilâbi. Ini menujukkan di

kalangan fundamentalsi Islam, paling tidak dalam teks buku yang dirujuk terkait

persoalan sosial politik, lebih banyak kata ambilan Arab.Artinya, ada hubungan

antara banyaknya kata ambilan Arab dengan pola keagamaan.Paling tidak, kata

ambilan Arab dalam teks sosial politik. Ini juga bisa dikatakan bahwa semakin

banyak kata ambilan Arab, terutama dalam teks sosial politik di buku keislaman

ormas Islam, makin cenderung fundamentalis. Paling tidak, kata ambilan Arab

yang dipakai ormas Islam menunjukkan sisi fundamentalis atau tidaknya ormas

Islam.

Teks di atas jika dianalisis lewat analisis mutaradifat (hubungan kata

ambilan Arab dalam membentuk kalimat yang sama tetapi memiliki makna

yang berbeda dan hubungan antar kalimat) dan juga analisis konotasi sosial

(pandangan sosial keagamaaan HTI). Makna mutaradifat dan konotasi teks di

atas memperlihatkan agenda utama HTI mengenai Islamic state dengan sistem

khilâfah-nya. Hal ini paling tampak pada penggalan teks di atas yang berbunyi:

“Adalah suatu keharusan bagi para aktivis pembaharuan untuk menerapkan

hukum-hukum Islam sesuai dengan makna ajaran yang sebenarnya, tanpa

memperhatikan keadaan masyarakat, waktu, maupun tempat”.10

10

Taqiyuddin an-Nabhani, MafâhimHizbutTahrîr,h. 11-12

Page 76: MAKNA KONOTASI KATA AMBILAN BAHASA ARAB DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30680/1/IMAM...MAKNA KONOTASI KATA AMBILAN BAHASA ARAB DALAM BUKU MAFAHIM HIZBUT

63

Keterbelengguan HTI oleh QS.5: 44,45,47 dan pemahaman harfiah atas

praktik sejarah Islam dalam penggalan teks ini sangat terlihat.11

Mereka bersikap

literal/skriptural dalam memahami kata yahkum (menghukum) dalam QS5:44

“Dan barangsiapa yang tidak menghukum menurut apa yang diturunkan Allah,

maka mereka itulah orang kafir”

QS 5: 45“Dan barangsiapa yang tidak menghukum menurut apa yang

diturunkan Allah, maka mereka itulah orang zalim”12

QS 5: 47 “Dan barangsiapa yang tidak menghukum menurut apa yang

diturunkan Allah, maka mereka itulah orang fasik”.13

Mereka memaknai ayat ini bahwa siapa yang “memutuskan” perkara atau

“memerintah” tidak dengan hukum yang diwahyukan Allah, adalah kafir,

dalam arti keluar dari Islam. Pembacaan ini sama dengan pembacaan Sayyid

Quthb.HTI tampaknya tidak mengenal/menolak penafsiran dari ulama semisal

Syeikh Nawawi yang memandang pengakuan terhadap hukum Islam hanya

dalam hati saja bisa dinilai cukup,karena misalnya ketidak mungkinan

diberlakukannya dalam konteks negara Indonesia yang nation state berdasarkan

Pancasila yang rakyatnya beragam. Mereka juga tampaknya terpaku oleh

literalitas QS.16: 89 “Dan kami turunkan Kitab (Al-quran) kepadamu untuk

menjelaskan segala sesuatu, sebagai petunjuk, serta rahmat dan kabar

gembira bagi orang yang berserah diri (muslim).14

yang mengungkap

kesempurnaan Qur‟an telah memuat segala hal serta bacaan literal terhadap

11

Sukron Kamil, dkk, Pola Keagamaan dan Bahasa: Studi Kontekstual Kata Serapan Arab dalam Teks-Teks Keislaman,(Jakarta: UIN Jakarta, 2013), h. 72

12 AlquranDepartemenAgamaRI,AlqurandanTerjemahannya, (Jakarta:Darus Sunah,2007),h. 116

13 AlquranDepartemenAgamaRI,h. 117 14 AlquranDepartemenAgamaRI,h. 278

Page 77: MAKNA KONOTASI KATA AMBILAN BAHASA ARAB DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30680/1/IMAM...MAKNA KONOTASI KATA AMBILAN BAHASA ARAB DALAM BUKU MAFAHIM HIZBUT

64

QS.2:208 “wahai orang-orang yang beriman! Masuklah islam secara

keseluruhan, dan janganlah kamu ikuti langkah-langkaah setan. Sungguh.Ia

musuh yang nyata bagimu”15

yang mengajak umat Islam untuk masuk ke dalam

Islam secarak âffah (menyeluruh). Padahal, dalam persoalan sosial, yang

dimaksud ajaran Islam telah memuat segala hal adalah memuat prinsip-prinsip

saja seperti dikatakan Qamaruddin Khan.

Teks selanjutkan menjelaskan tentang dakwahwahis politik HTI, yang

berpegang teguh untuk mendirikan sebuah Negara Islam atau yang biasa disebut

oleh Hizbut Tahrir Daulat Islamiyah.

Teks keempat

15 AlquranDepartemenAgamaRI,h. 33

Page 78: MAKNA KONOTASI KATA AMBILAN BAHASA ARAB DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30680/1/IMAM...MAKNA KONOTASI KATA AMBILAN BAHASA ARAB DALAM BUKU MAFAHIM HIZBUT

65

26

Adapun dakwah untuk melanjutkan kehidupan Islam wajib diemban oleh

kutlah, bukan individu. Dakwah untuk melanjutkan kehidupan Islam ditujukan

kepada masyarakat yang individu-individunya mayoritas muslim, tetapi menerapkan

hukum selain Islam. Masyarakat yang demikian ini digolongkan dalammasyarakat

tidak Islami, sehingga layak disebut Dârul Kufur. Dakwah di tengah-tengah

masyarakat seperti ini dilakukan dalam rangka mendirikan Dâulah Islam yang akan

menerapkan Islam di tengah-tengah masyarakat seperti ini dilakukan dala rangka

mendirikan Dâulah Islamyang akan menerapkan Islam di tengah-tengah masyarakat

tersebut, serta mengemban dakwah kepada masyarakat lainnya (non-Islam). Ini

dilakukan apabila tidak ada Dâulah Islam.Apabila di dunia ada Dâulah Islam yang

menerapkan Islam secara sempurna, maka dakwah dilakukan untuk menggabungkan

berbagai wilayah menjadi wilayahDâulah Islam, lalu diterapkan Islam di dalamnya,

serta dijadikan bagian Dâulah Islamiyah yang mengemban dakwah dakwah Islam,

sehingga menjadi masyarakat Islam. Dengan demikian wilayah tersebut layak

disebut Dârul Islam.Hal ini karena seseorang muslim tidak diperbolehkan hidup di

Dârul Kufur, bahkan wajib baginya bila negara tepmat dia tinggal yang semula

Dârul Islamtelahmenjadi darul Kufur, maka wajib berjuang untuk mengubahnya

menjadi Dârul Islam,17

26 27م(، ص: 1002،) جاكستا ، حزب التحسيس إودوويسيا مفاهيم حزب التحسيس . الإلمام تقي الديه الىبهاوي،

17 Taqiyuddin an-Nabhan, MafâhimHizbutTahrîr,h. 123

Page 79: MAKNA KONOTASI KATA AMBILAN BAHASA ARAB DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30680/1/IMAM...MAKNA KONOTASI KATA AMBILAN BAHASA ARAB DALAM BUKU MAFAHIM HIZBUT

66

28

Mengemban dakwah Islam dan berjuang secara politik di tengah-tengah

masyarakat, mengahruskan sebuah hizb menentukan wilayah gerakannya. Hizbut

Tahrir menganggap bahwa masyarakat di seluruh dunia Islam adalah masyarakat

yang satu. Karena masalah yang di hadapai sama, yaitu kembalinya Islam di tengah-

tengah umat. Masyarkat di negeri-negeri Islam sekarang berada pada keadaan politik

yang paling buruk, karena negara-negara Barat, walaupin pemerintahanya tampak

seakan-akan berdiri sendiri. Mereka tunduk di bawah Qiyâdah Fikriyah demokrasi

kapitalis, dengan ketundukan yang membabi-buta. Sistem demokrasi diterapkan di

tengah-tengah masyarakat, baik dalam aspek pemerintahan maupun politik. Dalam

bidang ekonomi diterapkan ekonomi kapitalis, sedangkan di bidang militer

28

80-27م(، ص: 1002،) جاكستا ، حزب التحسيس إودوويسيا مفاهيم حزب التحسيس . الإلمام تقي الديه الىبهاوي،

Page 80: MAKNA KONOTASI KATA AMBILAN BAHASA ARAB DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30680/1/IMAM...MAKNA KONOTASI KATA AMBILAN BAHASA ARAB DALAM BUKU MAFAHIM HIZBUT

67

bergantung pada negara asing (Barat)19

Mengemban dakwah secara benar dilakukan dengan melawan bahaya

kepemimpinan berfikir Barat. Karena itu dijadikan hirju az-zawiyahdalam

perjuangan politik. Perjuangan politik mengharuskan tidak adanya permintaan

bantuan kepada negara-negara asing maupun, dalam bentuk dan jenis apapun.

Berdasarkan 2 teks di atas terdapat 15 kata ambilan Arab yang kosakatanya

tersebut dicetak miring untuk menunjukan bahwa kata tersebut belum masuk ke

dalam entri Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), dan teks di atas menunjukan

HTI bersifat dakwahis politis, dan teks tersebut cenderung diterjemahkan secara

kaku, literalis (tekstual), absolut, dan dogmatis, dan memiliki makna konotasi

cara pandang sendiri atau yang biasa disebut Rolan Barthes, menciptakan makna

lapis kedua. Teks di atas Hizbut tahrir meyakini kesatuan agama dan negara, di

mana agama harus mengatur negara, sehingga memiliki pandangan yang

stigmatis terhadap Barat (baik sebagai ide seperti pluralisme maupun sosial,

khususnya politik), di mana Barat dipandang sebagai monster imperialis yang

sewaktu-waktu mengancam akidah dan eksistensi mereka.20

Berdasarkan teks di

atas karena pemahaman literal inilah HTI ingin mengubah secara damai sistem

sosial politik dan budaya yang saat ini berlaku dan menolak hingga ke akarnya.

Secara pemikiran, HTI bersifat radikal, dalam arti menolak hingga keakar sistem

politik yang berlaku, meski tidak secara tindakan. Dalam pandangan HTI, negara

Indonesia adalah negara kafir dan demokrasi adalah haram, menurut HTI, negara

ini tidak harus diperangi, tetapi didakwahi. Karena Indonesia tidak menerapkan

19Taqiyuddin an-Nabhani, MafâhimHizbutTahrîr,h. 133-134

20Sukron Kamil, Islam dan Politik di Indonesia Terkini, (Jakarta: PSIA UIN Jakarta),h. 166

Page 81: MAKNA KONOTASI KATA AMBILAN BAHASA ARAB DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30680/1/IMAM...MAKNA KONOTASI KATA AMBILAN BAHASA ARAB DALAM BUKU MAFAHIM HIZBUT

68

syari‟at maka Negara ini dalam pandangan anggota HTI Negara kafir secara

sistem politik. Bagi HTI, syari‟at yang dijelaskan dalam al-Qur‟an secara qath‟i

(pasti, jelas, tidak samar) tidak memerlukan pendekatan akal dan tafsir lagi.

Teks di atas Hizbut Tahrir menerjemahkan Kutlah, tidak diterjemahkan secara

secara harfiah namun secara konotasi yang berarti (Kelompok Muslim).Dan

Menurut Hizbut Tahrir jika kelompok muslim tidak menerapkan hukum selain

Islam,maka yang demikian ini digolongkan dalam masyarakat tidak Islami, sehingga

layak disebut Dârul Kufur. Dârul Kufur, secara harfiah yang berarti Negara kafir,

Hizbut Tahrir menerjemahkan Daarul kufur secara konotasi yaitu Negara/kelompok

yang tidak menerapkan hukum Islam.

Teks di atas terdapat kosakata hizb yang tulis miring menandakan kata tersebut

belum masuk ke entri Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Menurut Hizbut

Tahrir hizb di atas diartikan partai pembebasan.Dan Qiyâdah Fikriyah di artikan

kepemimpinan berpikir.hirju az-zawiyah di artikan sudut pandang perspektif.

Kosakata tersebut tidak memilikipadanan yang pas di dalam bahasa Indonesia.

Namun secara konotasi, arti kosakata tersebut adalah cara pandang ia agar terlihat

secara agamis. Dan hal ini menunjukan pola fikir Kelompok Hizbut Tahrir.

Selain temuan atas kajian teks, temuan hasil wawancara memperlihatkan

bahwa kata ambilan Arab juga banyak ditemukan dalam peristiwa tutur dan

konotasi dikalangan tersebut. Seperti khilâfah islâmiyyah, harakah, mabda,

manhaj, daulat islamiyah, jihad, halaqah, mabit, Iqamtul Ad-din.

Manhaj,21

secara etimologi Kata manhaj sering digunakan aktivis HTI,

khususnya dalam bahasa tulisan. Manhaj artinya jalan atau metode. Manhaj yang

21Taqiyuddin an-Nabhan, Mafâhim Hizbut Tahrîr, h. 11

Page 82: MAKNA KONOTASI KATA AMBILAN BAHASA ARAB DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30680/1/IMAM...MAKNA KONOTASI KATA AMBILAN BAHASA ARAB DALAM BUKU MAFAHIM HIZBUT

69

benar adalah jalan hidup yang lurus dan terang dalam beragama menurut

pemahaman para Shahabat. Syaikh Dr. Shalih bin Fauzan Hafiz hahullah

menjelaskan perbedaan antara „aqidah dan manhaj. Menurutnya, “Manhaj

lebih umum daripada „aqîdah. Manhaj diterapkan dalam „aqîdah, sulûk

tasawuf), akhlak, muamalah (interaksi sosial), dan dalam semua kehidupan

seorang Muslim. Setiap langkah yang dilakukan seorang Muslim dikatakan

manhaj. Adapun yang dimaksud dengan „aqîdah adalah pokok iman, makna

dua kalimat syahadat, dan konsekuensinya.22

Mabda, Mabda secara etimologis adalah mashdar mimi dari kata„bada‟a-

yabda‟u-mabdaan‟ yang berarti permulaan. Secara terminologis mabda berarti

pemikiran mendasar yang dibangun di atas pemikiran-pemikiran (cabang). Dalam

padanan bahasa Indonesia, mabda memiliki padanan dengan kata ideologi.

Walaupun mempunyai padanannya dalam bahasa Indonesia, HTI tetap menggunakan kata

mabda ketika menjelaskan tentang ideologi.23

Jihâd, Jihad adalah aktivitas memerangi pihak manapun yang berdiri

menentang dakwah Islam, baik yang menyerang Islam lebih dahulu. Dengan kata

lain, jihad adalah menyingkirkan segala bentuk rintangan yang menghambat

dakwah Islam. Jihad juga memiliki makna seruan dan dakwah kepada Islam serta

berperang demi tegaknya dakwah, yaitu jihad fî sabîlillah.

Halaqah secara bahasa bermakna lingkaran. Istilah ini biasa dipakai untuk

menyebut majelis-majelis kajian di Masjid Nabi. Sekarang, apa yang dilakukan

di Masjid Nabi itu berusaha dihidupkan lagi. Forum-forum kajian keislaman

dalam bentuk kelompok-kelompok kecilpun diadakan, dan disebut dengan

22

Sukron Kamil, dkk, Pola Keagamaan dan Bahasa: Studi Kontekstual Kata Serapan Arab dalam Teks-Teks Keislaman,(Jakarta: UIN Jakarta, 2013), h. 77

23http://hizbut-tahrir.or.id//category///2009/03/28/islam-ideologis/

Page 83: MAKNA KONOTASI KATA AMBILAN BAHASA ARAB DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30680/1/IMAM...MAKNA KONOTASI KATA AMBILAN BAHASA ARAB DALAM BUKU MAFAHIM HIZBUT

70

halaqah. Disamping meniru majelis-majelis kajian di Masjid Nabi, forum-forum

ini juga diilhami oleh forum pembinaan intensif yang dahulu dilakukan oleh

Nabi saw di rumah sahabat Arqam bin Abil Arqam. Dengan forum intensif inilah

Nabi telah berhasil mencetak para as-sabiqûnal Awwalûn (orang-orang pertama

masuk Islam) yang kemudian senantiasa mendampingi Nabi dalam dakwah.24

Halaqah Kata halaqah tidak asing lagi bagi kalangan aktivis HTI. Metode

ini dianggap cukup efektif, karena pembinaan langsung kepada para anggota

dalam jumlah kecil. Halaqah yang berarti lingkaran, lama kelamaan mengalami

pergeseran makna, menjadi pengajian dalam kelompok kecil.

Daulat Islamiyah secara etimologi daulat (Negara) Islâmiyah(berasal dari

islam, atau berdasarkan norma-norma islam)secara sinonimi sama dengan Daulat

Islamiyah, namun dalam pandangan HTI berbeda. Terkonotasikan radikal

fundamental.

Dâulah Islâmiyah dan Khilâfah Islâmiyah merupakan dua istilah/ambilan

Arab yang menjadi gagasan sentral HTI. Karenanya, dua istilah ini yang paling

banyak digunakan oleh HTI. Daulah Islâmiyah yang berarti negara Islam dan

Khilâfah Islâmiyah yang berarti kepemimpinan Islam merupakan dua istilah yang

sangat melekat dengan HTI.25

Cita-cita dari perjuangan HTI adalah menjadikan

NKRI sebagai Daulah Khilâfah Islâmiyah. Pemakaian kedua istilah tersebut

tidak menggunakan padanannya dalam bahasa Indonesia, karena konsep yang

terdapat dalam kedua istilah tersebut tidak akan sama ketika diterjemahkan ke

dalam bahasa Indonesia.

24

Sukron Kamil, dkk, Pola Keagamaan dan Bahasa: Studi Kontekstual Kata Serapan Arab dalam Teks-Teks Keislaman,(Jakarta: UIN Jakarta, 2013), h. 77

25Taqiyuddin an-Nabhan, Mafâhim Hizbut Tahrîr, h. 42

Page 84: MAKNA KONOTASI KATA AMBILAN BAHASA ARAB DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30680/1/IMAM...MAKNA KONOTASI KATA AMBILAN BAHASA ARAB DALAM BUKU MAFAHIM HIZBUT

71

Kata Harakah secara etimologi bahasa Arab berarti bergerak. Istilah

tersebut kemudian menjadi populer di kalangan HTI dengan arti “sekelompok

orang atau suatu gerakan yang mempunyai suatu target tertentu dan mereka

berusaha bergerak serta berupaya untuk mencapainya. Dikalangan aktivis HTI,

harakah merupakan satu kegiatan yang rutin mereka laksanakan dalam rangka

mencapai tujuan melanjutkan kehidupan Islam dan mengemban dakwah Islam

keseluruh penjuru dunia. Tujuan harakah berarti mengajak kaum Muslimin

kembali hidup secara Islami dalam Darul Islam (Negeri Islam) dan masyarakat

Islam.26

Harakah Kata harakah sudah menjadi ciri khas dari aktivitas HTI.

Keberterimaan kata tersebut menjadikannya tidak diterjemahkan ke dalam bahasa

Indonesia, baik dalam percakapan lisan maupun tulisan. Ketika diterjemahkan

menjadi gerakan, maka konsep konotasi harakah yang dimaksud dalam aktivitas

HTI menjadi kabur.27

Dari analisis di atas, bisa disimpulkan bahwa penggunaan kata ambilan

Arab dalam tindak tutur dan wacana di kalangan anggota HTI bukan saja menjadi

identitas mereka, melainkan juga, karena jika digunakan penerjemahannya tidak

mewakili makna yang dikehendaki. Penggunaan istilah-istilah tersebut

dimaksudkan supaya pesan yang terdapat di dalamnya tidak keluar dari maksud

yang dikehendaki oleh HTI sebagai sebuah gerakan yang bertujuan pada tegaknya

daulah khilâfah Islâmiyyah.

26

Hasil wawancara dengan Ridlo, korlap, HTI di wilayah Jawa Tengah, pada 4 september 2014

27 Hasil wawancara dengan Ridlo, aktivis HTI di wilayah Jawa Tengah, pada 4 september

2014

Page 85: MAKNA KONOTASI KATA AMBILAN BAHASA ARAB DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30680/1/IMAM...MAKNA KONOTASI KATA AMBILAN BAHASA ARAB DALAM BUKU MAFAHIM HIZBUT

72

Yang lebih penting lagi, sebagaimana analisis atas teks di dalam sub HTI di

atas, HTI jauh lebih banyak menggunakan kata ambilan Arab yang tidak

dikenal/popular di kalangan Islam mainstream. Semua kata ambilan Arab di atas

menunjukkan bahwa betapa kata atau bahasa menunjukan pola pikir, termasuk

pola keagamaan.28

Mabit Secara bahasa berarti bermalam.Istilah ini sangat terkenal kita dapati

pada salah satu rangkaian ibadah haji, yaitu bermalam di Mina.Dalam terminologi

dakwah dan pendidikan, mabit adalah salah satu sarana pendidikan untuk

membina ruhiyah, melembutkan hati, membersihkan jiwa, dan membiasakan fisik

untuk beribadah (khususnya shalat tahajud, dzikir, tadabbur (merenung), dan

tafakur (berfikir).

28

Sukron Kamil, dkk, Pola Keagamaan dan Bahasa: Studi Kontekstual Kata Serapan Arab dalam Teks-Teks Keislaman,(Jakarta: UIN Jakarta, 2013), h. 82

Page 86: MAKNA KONOTASI KATA AMBILAN BAHASA ARAB DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30680/1/IMAM...MAKNA KONOTASI KATA AMBILAN BAHASA ARAB DALAM BUKU MAFAHIM HIZBUT

73

No Sumber Makna Halaman

Page 87: MAKNA KONOTASI KATA AMBILAN BAHASA ARAB DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30680/1/IMAM...MAKNA KONOTASI KATA AMBILAN BAHASA ARAB DALAM BUKU MAFAHIM HIZBUT

74

1 Fikrah Konsep 9

2 Musytarak Ganda 38

3 Gharizah Naluri 73

4 Tharîqah Metode/Penerapan 9

5 Ghazwu ats-tsaqâfi Invasi budaya 8

6 Qiyas Analogi 70

7 Ghanîmah Harta Rampasan Perang 10

8 Mabda Ideologi 11

9 Inqilâbi Revolusioner 11

10 Kulliyyat Umum 12

11 Harakah Pergerakan 14

12 Ishlahiyah Reformasi 14

13 Jihad fi sabililla Perang di jalan Allah 9

14 Tafaqquh fiddîn Mempelajari hukum Islam 18

15 Qiyâdah fikriyyah

Kepemimpinan umat yang

didasarkan pada

pemikiran

25

16 Al-mustanîr Cemerlang 25

17 Al-amîq Mendalam 25

18 Al-fikrul amîq Pemikiran yang

mendalam 25

19 Al-fikrul mustanîr Pemeikiran yang

cemerlang 25

20 Yaumul hisâb Hari perhitungan 27

Page 88: MAKNA KONOTASI KATA AMBILAN BAHASA ARAB DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30680/1/IMAM...MAKNA KONOTASI KATA AMBILAN BAHASA ARAB DALAM BUKU MAFAHIM HIZBUT

75

21 Sirrul hayât Rahasia Hidup//nyawa 28

22 Lughawi Bahasa yang khusus 37

23 Qath‟i Pasti 12

24 Nizhâmul wujûd Sunnatullah/hukum alam 40

25 Musayyar Dikendalikan 40

26 Mukhayyar Diberi pilihan 40

27 Kâfir harbi Orang yang memerangi

muslim 42

28 Kâfir mu‟âhid Orang yang benar-benar

kafir 42

29 Hasan Terpuji 46

30 Mâfahim Ide-ide 140

31 Azali Tidak berawal/berakhir 27

32 Hadlârah Peradaban 58

33 Hirju az-Zawiyah Sudut pandang perspektif 136

34 Urf Tradisi 72

35 Hizb Partai 132

36 Maslahat Manfaat 70

37 Syarah Penjelasan 89

38 Kutlah Kelompok 123

39 Qadla Peradilan

49 Syakhsiyah Kepribadian 130

50 Tafa‟ul Berinteraksi 126

Page 89: MAKNA KONOTASI KATA AMBILAN BAHASA ARAB DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30680/1/IMAM...MAKNA KONOTASI KATA AMBILAN BAHASA ARAB DALAM BUKU MAFAHIM HIZBUT

76

51 Dha‟if Lemah 118

52 At-tabi‟atul Ketentuan-ketentuan 107

53 Qabîh Tercela 48

54 Tabanni Adopsi 93

55 Bayyinât Pembuktian 92

56 Huqûq Saksi 92

57 Uqûbat Sanksi/pidana 92

58 Aqliyah Pola pikir 58

59 Dalalah Penunjukan 70

60 Syarr Buruk 42

61 Amaliyah Praktis 126

62 Istinbath Pengambilan 70

63 Muttabi‟ Pengikut 88

64 Khair Baik 42

65 Muqallid Hasil ijtihad para muqalid 87

66 Musayithirin Menundukan 81

67 Millah Dasar 84

68 Mafsadat Kerugian 70

69 Syar‟i Pembuat hukum Allah 76

70 Qimatul amal Nilai perbuatan 51

71 Mu‟âwin Pembantu 76

72 Hadharah Peradaban 137

Page 90: MAKNA KONOTASI KATA AMBILAN BAHASA ARAB DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30680/1/IMAM...MAKNA KONOTASI KATA AMBILAN BAHASA ARAB DALAM BUKU MAFAHIM HIZBUT

77

73 Dârul Islâm Naungan orang-orang

Islam 58

74 Dârul Kufur Tempat orang kafir 58

75 Nafsiah Pola sikap 59

76 Syakhsiyah, Kepribadian 59

77 Daulah Islamiyah Negara Islam 123

78 Kharaj Pendapatan Negara tanah 10

Page 91: MAKNA KONOTASI KATA AMBILAN BAHASA ARAB DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30680/1/IMAM...MAKNA KONOTASI KATA AMBILAN BAHASA ARAB DALAM BUKU MAFAHIM HIZBUT

77

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kata ambilan Bahasa Arab yang merupakan kata asing yang sering dipakai dalam

literature/buku-buku Hizbut Tahrir, jika membuka kamus KBBI, kata tersebut belum

ada. Dalam literatur/bukuyang menggunakan bahasa ambilan penulisannya pun masih

ditulis miring dan harus ditransliterasikan terlebih dahulu untuk menunjukkan apakah

bahasa tersebut asing atau tidak. Meski sudah dikenal paling tidak di kalangan

tertentu yang akrab dan bagian dari wacana yang berkembang di antara mereka.

Selain itu, Makna konotasi penggunaan kata ambilan bahasa Arab di dalam buku

Mafahim Hizbut Tahrir ini menjadikan identitas mereka, selain itu kata ambilan

Bahasa Arab juga memperlihatkan pola pikir/keagamaan kelompok sosial keagamaan

Hizbut Tahrir, dan juga ideologi mereka.

Dari analisis di atas, bisa disimpulkan bahwa penggunaan kata ambilan Arab

dalam tindak tutur dan wacana di kalangan anggota HTI bukan saja menjadi identitas

mereka, melainkan juga, karena jika digunakan penerjemahannya tidak mewakili

makna yang dikehendaki. Penggunaan istilah-istilah tersebut dimaksudkan supaya

pesan yang terdapat di dalamnya tidak keluar dari maksud yang dikehendaki oleh

HTI sebagai sebuah gerakan yang bertujuan pada tegaknya Daulah Khilâfah

Islâmiyyah.

Page 92: MAKNA KONOTASI KATA AMBILAN BAHASA ARAB DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30680/1/IMAM...MAKNA KONOTASI KATA AMBILAN BAHASA ARAB DALAM BUKU MAFAHIM HIZBUT

78

Yang lebih penting lagi, sebagaimana analisis di dalam teks, HTI jauh lebih

banyak menggunakan kata ambilan Arab yang tidak dikenal/popular di kalangan

Islam mainstream. Semua kata ambilan Arab menunjukkan bahwa kata atau bahasa

menunjukan pola pikir, termasuk pola keagamaan.

Page 93: MAKNA KONOTASI KATA AMBILAN BAHASA ARAB DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30680/1/IMAM...MAKNA KONOTASI KATA AMBILAN BAHASA ARAB DALAM BUKU MAFAHIM HIZBUT

79

DAFTAR PUSTAKA

Alfarisi, M. Zaka.Pedoman Penerjemahan Arab-Indonesia; Bandung: Remaja

Rosdakarya. 2011

Aminuddin.Semantik, Pengantar Studi tentang makna, Sinar Baru Algensindo

Arifin,Zaenal Cermat Berbahas Indonesia, Jakarta: Akademika Pressindo, 2004

an-Nabhani,Taqiyudin.Mafahim Hizbut Tahrir, Jakarta, Hizbut Tahriri Indonesia,

2001

an-Nabhani,Taqiyuddin.Peraturan Hidup dalam Islam terjemahan Nizham al-

Islam, Jakarta:HTI Press, 2007

Badudu, J.S. Inilah Bahasa Indonesia Yang Benar IIJakarta: Gramedia Pustaka

Utama, 1994

Binder, Leonard. Islamic Liberalism Chicago: The University of Chicago Press, 1988

Barker,Chris.Cultural Studies,Teori dan Praktik, Jogjakarta: Kreasi Wacana, 2009

Barthes,Roland Mitologi, Jogjakarta: Kreasi wacana, 2009

Chaer, Abdul.Linguistik UmumJakarta: Rineka Cipta, 2008

Departemen Agama RI.Alqur’an dan Terjemahannya Bandung: Syaamil Cipta

Media, 2005

Fuad, Ahmad Nur.Interrelasi Fundamentalisme Dan Orientasi Ideologi Gerakan

Islam KontemporerSurabaya: Fakultas Adab IAIN Sunan Ampel Surabaya

Fatimah Djajasudarma.Semantik: Pengantar Arah Ilmu Makna 1, Bandung: Refika

Aditama, 1999

Hariyanto,Sugeng.Translation, Bahasa Teori dan Penuntun Praktis Menerjemahkan,

Yogyakarta, Kanisius, 2008

Page 94: MAKNA KONOTASI KATA AMBILAN BAHASA ARAB DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30680/1/IMAM...MAKNA KONOTASI KATA AMBILAN BAHASA ARAB DALAM BUKU MAFAHIM HIZBUT

80

Hizbut Tahrir Indonesia.Manifesto Hizbut Tahrir untuk Indonesia, Khilafah, dan

Penyatuan Kembali Dunia IslamJakarta:HTI Press

Ismail, Ahmad Satori, Sebab-Sebab Pengkhianatan Dalam Menerjemah, Makalah

Seminar Nasional Penerjemahan “Revitalisasi Peran Penerjemahan di Era

Global”yang diselenggarakan oleh Program Studi Tarjamah Fakultas Adab

dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Jahroni, JamhariJajang. Gerakan Salafi Gerakan di IndonesiaJakarta:Grafindo,

2010

Kushartanti.Pesona Bahasa, Langkah Awal Memahami LinguistikJakarta: Gramedia

Pustaka Utama, 2011

Kushartati, dkk. Pesona Bahasa; langkah Awal Memahami LinguistikJakarta:

Gramedia Pustaka Utama, 2011

Kurniawan,Moch Mansyur.Pedoman Bagi Penerjemah: Arab Indonesia-Indonesia

Arab, Jakarta: Moyo Segoro Agung 2002

Kamil,Sukron dkk.Pola Keagamaan Dan Bahasa: Studi Kontekstual Kata Serapan

Arab Dalam Teks-Teks Keislaman,Jakarta: UIN Jakarta, 2013

Kulsum,Umi.Doubletdalam kata serapan Arab: Kajian Perbedaan Makna dan

Register” Makalah Seminar Nasional Penerjemahan “Revitalisasi Peran

Penerjemahan di Era Global” yang diselenggarakan oleh Program Studi

Tarjamah Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,

2013

Kamil,Sukron.Islam dan Politik di Indonesia Terkini, Jakarta: Psia UIN Jakarta 2010)

Page 95: MAKNA KONOTASI KATA AMBILAN BAHASA ARAB DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30680/1/IMAM...MAKNA KONOTASI KATA AMBILAN BAHASA ARAB DALAM BUKU MAFAHIM HIZBUT

81

Moleong, Ley. Metodologi Penelitian KualitatifBandung: Remaja Rosda Karya, 2009

Mahsun, Metodologi Penelitian BahasaJakarta: Grafindo, 2008

Mujibarahman.Menakar Fenomena Fundamentalisme Islam, Jurnal Tashwirul Afkar.

Edisi no. 13, tahun 2003, Jakarta; Lak Pes dam, 2003

Musfiroh, Tadkiroatun. “Perbedaan Makna Kata-Kata bahasa Indonesia Serapan

Bahasa Arab Dari Makna Sumbernya” FBS Universitas Negeri Yogyakarta

2004.

Moentaha, Salihen.Bahasa dan Terjemahan; Bahasa dan Terjemahan; Language and

Translation The New Millennium Publication,Jakarta: Kesaint Blanc –

Anggota IKAPI, 2008

Nashir, Haedar. GerakanIslam Syariat Reproduksi Salafiyah Ideologis di

Indonesia, Jakarta:PSAPMuhammadiyah

Parera, J.D. Teori Semantik, Jakarta:Erlangga, 2004

Pateda,R Mansoer.Semantik leksikal, Jakarta, Rineka Cipta 2004

Rahman, Fazlur.IslamSecond EditionChicago: The University of Chicago Press,1979

Rahmat, M Imdadun.Arus Baru Islam Radikal (Transmisi Revivalisme Islam Timur

TengahkeIndonesia),Jakarta:Erlangga, 2001

Syihabuddin, Penerjemahan Arab-Indonesia (Teori dan Praktek); Bandung:

Humaniora, 2005

Suryawinata,Zuchridin Translation, Bahasa Teori dan Penuntun Praktis

Menerjemahkan, Yogyakarta: Kanisius, 2001

Sumbulah, Umi. Konfigurasi Fundamentalisme Islam. Malang:UIN Malang Press,

Page 96: MAKNA KONOTASI KATA AMBILAN BAHASA ARAB DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30680/1/IMAM...MAKNA KONOTASI KATA AMBILAN BAHASA ARAB DALAM BUKU MAFAHIM HIZBUT

82

2001

Turmudi, Endang, danRiza Sihbudi.Islam dan Radikalisme di Indonesia Jakarta:LIPI

Press

Website

http://bahasakita.com/kata-serapan-arab-dalam-bahasa-indonesia.

http://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_kata_serapan_dari_bahasa_Arab

http://www.al-khilafah.org//category//seputar-khliafah.org

http://hizbut-tahrir.org//category//seputar-khilafah.org

http://hizbut-tahrir.or.id/category/islamideologis,com

Media Cetak

Majalah Al Waie, Kaleidoskop Aktivitas Politik dan Dakwah Hizbut TahrirIndonesia

(HTI),oleh redaksi AlWaie.