makalh pmp viral-panleukopenia kucing
TRANSCRIPT
A. Panleukopenia kucing
Diduga bahwa semua hewan Felidae (keluarga kucing ), rentan terhadap infeksi
virus panleukopenia kucing, yang barangkali terpenting dari semua infeksi virus kucing
dan terdapat diseluruh dunia.
B. Gejala klinis.
Panleukopenia kucing paling umum terjangkit pada anak kucing sekitar saat
penyapihan , tetapi kucing ada semua tingkat umur adalah rentan. Infeksi biasanya
lewat mulut, tetapi juga dapat lewat inhalasi. Masa inkubasi rata-rata 5 jhari (kisaran 2-
10 hari). Mulai 2-5 hari setelah infeksi , leukopenia terjadi dan paling hebat pada hari
ke 5-6 setelah infeksi, ketika sel darah putihnya mulai mencapai kurang dari 100 per cc
darah. Tingkat kehebatan penyakit klinis dan kematian sejajar dengan tingkat kehebatan
panleukopenia. Gejala klinisnya meliputi demam (>400C) yang bertahan selama lebih
kurang 24 jam, dan selama periode ini , pada bentuk penyakit yang perakut terjadi
kematian. Temperatur kembali ke normal dan meningkat kembali pada hari ketiga atau
keempat, dan pada saat itu penyakit klinisnya tampak, berupa tidak bersemangat, tidak
ada nafsu makan, bulu kusam, muntah berulang. Mencret berdarah yang kerap dan
mentap, dan dalam jumlah yang banyak terjadi2-4 hari setelah mulainya demam.
Dehidrsi karena enteritis yang hebat merupakan faktor utma penyebab kematian.
Prognosis serius bila jumlah total sel darah putih berkurang sampai dibawah 1000 sel
per cc darah.
Anak kucing yang terinfeksi selama 2 minggu sebelum sampai 2 minggu setelah
lahir menderita hipoplasia serebellum. Anak kucing jelas tampak gontai ketika mulai
mampu berjalan pada umur 3 minggu; hewan itu mempunyai posisi dasar lebar dan
bergerak dengan langkah lebar, cenderung melangkahi sasaran dan berhenti berputar
sekitar sasaran yang ingin dicapai.
C. Patogenesis
Setelah poliferasi awal di jaringan limfoids pharings, virus menyebar ke seluruh
organ dan jaringan lewat aliran darah, dan terjadi infeksi dan kematian dari sel setelah
replikasi virus, sel tidak mampu bemitosis. Mungkin karena panleukopenia yang serius
disertai dengan penghancuran elemen sel darah putih – limfosit, granulosit, monosit,
dan trombosit, yang ada dalam sikulasi dan dalam organ limfoid, seperti thimus,
sumsum tulang, lymph node, lien. Leukosit perifer yang sedang istirahat dapat
dirangsang untuk berpoliferasi, dan sel yang sedang membelah itu dapat mendorong
replikasi virus. Selain itu adanya virus yang melekat pada permukaan sel itu menjadi
sasaran dari kematian sitotoksik. Leokosit polimorfonukleus menghilang menembus
diding usus.
Sel epitel usus yang membagi diri dengan cepat dalam kripta lieberkhun juga
sangat rentan. Sel epitel pada ujung jonjot usus secara terus-menerus runtuh ke dalam
lumen usus dan selalu diganti lewat pembelahan sel dalam kripta, dengan waktu siklus
sel 8-12 jam. Setelah infeksi parvovirus kucing, hilangnya sel dari ujung jonjoy
sebagaimana biasanya dan gagalnya penggantian oleh sel dari kripta menyebabkan
jonjkot sangat memendet dan tidak mempunyai kemampuan menyerap,dan karena itu
menyebabkan terjadinya akumulasi ingesta secara cepat ke dlam lumen usus dan
mencret. Bila keadaan klinis itu berlangsung lama, dehidrasi merupakan penyebab
utama kematian.
Pada nekropsi, lesi pada usus halus penyebarannya biasanya tidak merata; seluruh
bagian usus halus perlu diperiksa secara cermat untuk bukti adanya pembendungan dan
penebalan, yang kentara dari permukaan serosa dan lumennya. Bila enteritis telah
berlangsung selama beberapa hari sebelum mati, lesi usus biasanya jelas dan terdiri dari
segmen dengan diding sangat menebal seperti pipa-pipa dan kaku. Buku limfa dapat
membesar dan busung. Misalnya, sumsum tulang pada ujung proksimal femur, yang
biasanya berbentuk silinder merah, keras seperti selai, karena itu dapat di tuang kuluar
dari rongga tulang.
Secara histologi jonjot bisa sangat pendek dan turun , sel yang mati tetapi masih
melekat pada ujung jonjot. Kriptanya berdilatasi dan melar terisi lendir dan reruntuhan
sel. Kadang inklusi intranukleus dijumpai dalam sel dekat kkripta. Terdapat bukti atas
rusaknya sel limfoid secara luas dan penyusupan sel polimorfonukleus secara besar-
besaran.
Pada janin yang terinfeksi selama duan minggu terakhir masa kebuntingan dan
dua minggu pertama setelah lahir, lesi hanya dijumpai pada sel lapisan granuler
external dari cerebellum. Selama periode perkembangan ini, sel itu mengalami
pembelahan sel dengan cepat dan bermigrasi untuk membentuk lapisan sel purkinje dan
granuler internal dari cerebelum, yang menghasilkan fungsi motoris. Seperti bayi
sebagian besar spesies hewan, anak kucing yang baru lahir kejeng-kejang selamapaling
tidak satu minggu setelah lahir. Neuron motoris yang rusak oleh parvovirus kucing
tidak dapat diganti, karena itu anak kucing yang terinfeksi secara tetap menderita
kejang-kejang. Bila sel serebelum terinfeksi selama berlangsungnya infeksi umum,
organ ini seterusnya rusak sedang sel tubuh yang lain dapat diganti. Imunogenitas yang
tinggi dari virus menyebabkan terjadinya respon imun dengan cepat. Yang penting
dengan menekan tingkat kerusakan sel yang berhubugan dengan infeksi umum.
D. Diagnosa
Temuan penyakit secara klinis adalah menciri dan biasnya menetukan
diagnosisnya. Prosedur pemastian meliputi pemeriksaan hematologi untuk mengetahui
adanya leukopenia, hemaglutinasi langsung dari sel darah merah babi atau rhesus, atatu
pengisolasian virus dalam biakan sel. Pewrnaan antibodi flourosensi dapat digunakan
untuk mendeteksi antigen, dan elisa unutk deteksi antibodi atau antigen.
E. Epidemiologi
Panleukopenia kucing sangat menular. Virus dapat diperoleh lewat kontak
langsung dengan kucing atau peralatan (tempat tidur, tempat makan) lalat dan manusia
dapat bertindak sebagai vektor mekanis. Virus dikeluarkan bersama kotoran, muntah,
air kemih, dan air liur. Kejadian antibodi spesifik dapa populasi kucing jauh lebih tinggi
ketimbang gabungan kejadian penyakit klinis dan vaksinasi yang dilaporkan, yang
menunjukkan bahwa infeksi subklinis biasa terjadi. Kucing yang telah sembuh dapat
mengeluarkan virus dalam jumlah kecil selama berbulan-bulan. Periode pasti dari
pengeluaran itu dan penyebabinfeksi yang menetap itu keduanya belum dipahami.
F. Pengendalian
Vaksinasi diterapkan secara universal dengan menggunakan virus hidup yang
dieutanasi atau dengan vaksin tidak aktif. Pada kawanan kucing dalam jumlah besar,
higien dan karantina ketan untuk hewan yang dimasukkan sengat perlu. Kucing yang
sakit harus diisolasi, dan kucing yang dimasukkan dalam kawanan seyogyanya diisolasi
terlebih dulu selama beberapa minggu. Unutk penyucihamaan, 1 % natrium hipoklorit
yang deberikan pada daerah yang bersih dapat membunuh virus pencemar yang masih
tersisa tetapi perlakuan itu tidak efektif bila daerahnya kotor atau konsentrasi virusnya
tinggi. Desinfektan dari iodin dan fenol organik juga dipakai.