makalah urinaria

48
KATA PENGANTAR Segala puji syukur kehadirat Allah SWT, dimana atas segala rahmat dan izin-nya, kami dapat menyelesaikan makalah tentang system ginjal. Shalawat serta salam tak lupa penulis haturkan kepada junjungan kita Nabi semesta alam Muhammad SAW, keluarga, sahabat dan para pengikutnya hingga akhir zaman. Alhamdulillah, kami dapat menyelesaikan makalah ini, walaupun penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan kesalahan didalam makalah ini. Untuk itu kami berharap adanya kritik dan saran yang membangun guna keberhasilan penulisan yang akan datang. Akhir kata, kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu hingga terselesainya makalah ini semoga segala upaya yang telah dicurahkan mendapat berkah dari Allah SWT. Amin. Sukabumi, 14 April 2014 Kelompok 5 1

Upload: viliansyah-viliansyah

Post on 24-Jul-2015

200 views

Category:

Education


10 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Urinaria

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kehadirat Allah SWT, dimana atas segala rahmat dan izin-nya, kami

dapat menyelesaikan makalah tentang system ginjal.

Shalawat serta salam tak lupa penulis haturkan kepada junjungan kita Nabi semesta

alam Muhammad SAW, keluarga, sahabat dan para pengikutnya hingga akhir zaman.

Alhamdulillah, kami dapat menyelesaikan makalah ini, walaupun penulis menyadari

bahwa masih banyak kekurangan dan kesalahan didalam makalah ini. Untuk itu kami

berharap adanya kritik dan saran yang membangun guna keberhasilan penulisan yang akan

datang.

Akhir kata, kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah

membantu hingga terselesainya makalah ini semoga segala upaya yang telah dicurahkan

mendapat berkah dari Allah SWT. Amin.

Sukabumi, 14 April 2014

Kelompok 5

1

Page 2: Makalah Urinaria

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………….………………………………………………………..1

DAFTAR ISI…………….…………………………………………………………….………2

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang………………………………………………………………...3

1.2 Rumusan Masalah………….…………..……………………………………...3

1.3 Tujuan…………...……………..………………….…………………………..3

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Struktur dan fungsi urinaria…….………………………….…..……….……5

2.2 Mekanisme ginjal terhadap kalium ………………………………………...13

2.3 Pengaturan Keseimbangan Asam-Basa ………..…………………….….....19

2.4 Kompartemen Cairan Tubuh ……….………………………………….......20

2.5 Pembentukan Urine oleh Ginjal ………………...………………….……...22

2.6 Pengaturan Osmolaritas Cairan Ekstraselular dan Konsentrasi Natrium .....24

2.7 Miksi, Diuretic ………………………...…………………………………..24

2.8 Tanda-Tanda Urine Normal …………………………………………...…..28

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan…………………………………………………………….....31

3.2 Saran…………………..………………………………………………….31

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………...32

2

Page 3: Makalah Urinaria

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sistem perkemihan merupakan suatu sistem dimana terjdinya proses penyaringan

darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan

menyerap zat-zat yang masih dipergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang tidak dipergunakan lagi

oleh tubuh larut dlam air dan dikeluarkan berupa urin (air kemih).

Sistem urinaria (ginjal) terdiri dari organ-organ yang memproduksi urine dan

mengeluarkannya dari tubuh. Sistem ini merupakan salah satu sistem utama untuk

mempertahankan homeostatis (kekonstanan lingkungan internal).

Ginjal mengatur keseimbangan asam-basa dengan mengekresikan urine yang asam

atau basa. Pengeluaran urine asam akan mengurangi jumlah asam dalam cairan ekstrasel,

sedangkan pengeluaran urine basa berarti menghilangkan basa dari cairan ekstrasel.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana struktur dan fungsi dari urinarian?

2. Bagaimana mekanisme dari ginjal dalam pengaturan volume darah dan cairan

ekstraselular?

3. Bagaimana keseimbangan Asam-Basa?

4. Bagaimana cairan tubuh?

5. Bagaimana urin oleh ginjal

1.3 Tujuan Masalah

1. Menjelskan mengenai struktur dan fungsi urinaria

2. Menjelaskan mengenai mekanisme ginjal dalam pengaturan volume darah dan cairan

ekstraselular

3. Menjelskan tentang pengaturan keseimbangan asam-basa

4. Menjelaskan tentang kompartemen cairan tubuh

3

Page 4: Makalah Urinaria

5. Menjelaskan tentang urin oleh ginjal

6. Menjelskan mengenai pengaturan osmolaritas cairan ekstraselular dan konsentrasi

natrium

7. Menjelaskan mengenai miksi, diuretric

8. Menjelsakn mengenai tanda-tanda normal

4

Page 5: Makalah Urinaria

BAB II

PEMBAHASAN

ANATOMI DAN FISIOLOGI GINJAL

2.1 Struktur dan Fungsi Urinaria ( Ginjal, Ureter,Kandung Kemih, dan Uretra )

a. Pengertian

Sistem perkemihan merupakan suatu sistem dimana terjdinya proses penyaringan

darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan

menyerap zat-zat yang masih dipergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang tidak dipergunakan lagi

oleh tubuh larut dlam air dan dikeluarkan berupa urin (air kemih).

5

Page 6: Makalah Urinaria

b. Susunan Sistem Perkemihan

Sistem perkemihan terdiri dari: 1) dua ginjal (ren) yang menghasilkan urin, 2) dua

ureter yang membawa urin dari ginjal ke vesika urinaria (kandung kemih), 3) satu vesika

urinaria (VU), tempat urin dikumpulkan, dan 4) satu urethra, urin dikeluarkan dari vesika

urinaria.

A. Ginjal (Ren)

Manusia memiliki sepasang ginjal yang terletak di belakang perut atau abdomen.

Ginjal ini terletak di kanan dan kiri tulang belakang, di bawah hati dan limpa. Di bagian atas

(superior) ginjal terdapat kelenjar adrenal (juga disebut kelenjar suprarenal). Ginjal kanan

biasanya terletak sedikit di bawah ginjal kiri untuk memberi tempat untuk hati. Sebagian dari

bagian atas ginjal terlindungi oleh iga ke sebelas dan duabelas. Kedua ginjal dibungkus oleh

dua lapisan lemak (lemak perirenal dan lemak pararenal) yang membantu meredam

goncangan.

Pada orang dewasa, setiap ginjal memiliki ukuran panjang sekitar 11 cm dan

ketebalan 5 cm dengan berat sekitar 150 gram. Ginjal memiliki bentuk seperti kacang dengan

lekukan yang menghadap ke dalam. Di tiap ginjal terdapat bukan yang disebut hilus yang

menghubungkan arteri renal, vena renal, dan ureter.

Sistem urinaria (ginjal) terdiri dari organ-organ yang memproduksi urine dan

mengeluarkannya dari tubuh. Sistem ini merupakan salah satu sistem utama untuk

mempertahankan homeostatis (kekonstanan lingkungan internal).

1. Fungsi ginjal

Fungsi ginjal adalah a) memegang peranan penting dalam pengeluaran zat-zat toksis

atau racun, b) mempertahankan suasana keseimbangan cairan, c) mempertahankan

keseimbangan kadar asam dan basa dari cairan tubuh, dan d) mengeluarkan sisa-sisa

metabolisme akhir dari protein ureum, kreatinin dan amoniak.

6

Page 7: Makalah Urinaria

2. Struktur Ginjal

Setiap ginjal terbungkus oleh selaput tipis yang disebut kapsula fibrosa, terdapat

cortex renalis di bagian luar, yang berwarna cokelat gelap, dan medulla renalis di bagian

dalam yang berwarna cokelat lebih terang dibandingkan cortex. Bagian medulla berbentuk

kerucut yang disebut pyramides renalis, puncak kerucut tadi menghadap kaliks yang terdiri

dari lubang-lubang kecil disebut papilla renalis.

Hilum adalah pinggir medial ginjal berbentuk konkaf sebagai pintu masuknya

pembuluh darah, pembuluh limfe, ureter dan nervus.. Pelvis renalis berbentuk corong yang

menerima urin yang diproduksi ginjal. Terbagi menjadi dua atau tiga calices renalis majores

yang masing-masing akan bercabang menjadi dua atau tiga calices renalis minores.

Struktur halus ginjal terdiri dari banyak nefron yang merupakan unit fungsional ginjal.

Diperkirakan ada 1 sampai 4 juta nefron yang merupakan unit pembentuk urine nefron dalam

setiap ginjal. Nefron terdiri dari : Glomerulus, tubulus proximal, ansa henle, tubulus distal

dan tubulus urinarius.

1. Glomerulus adalah gulungan kapilar yang dikelilingin kapsul epitel berdinding

ganda disebut kapsul bowman. Glomelurus dan kapsul bowman bersama-sama

membentuk sebuah korpuskel ginjal.

2. Tubulus Kontortus Proksimal, panjangnya mencapai 15 mm dan sangant berliku.

Pada permukaan yang menghadap lumen tubulus ini terdapat sel-sel epithelial

kuboid yang kaya akan mikrovilus dan memperluas area permukaan lumen.

3. Ansa Henle. Tubulus kontortus proksimal mengarah ke tungkai desenden ansa

henle yang masuk ke dalam medulla, membentuk lengkungan jepit yang tajam

(lekukan), dan membalik ke atas membentuk tungkai asenden ansa henle.

4. Tubulus Kontostus Distal juga sangat berliku, panjangnya sekitar 5 mm dan

membentuk segmen terakhir nefron.

5. Tubulus dan Duktus Pengumpul. Karena setiap tubulus pengumpul bersedenden di

korteks, maka tubulus tersebut akan mengalir ke sejumlah tubulus kontortus distal.

Tubulus pengumpul membentuk duktus pengumpul besar yang lurus. Duktus

pengumpul membentuk tuba yang lebih besar yang mengalirkan urine ke dalam

kaliks mayor. Dari pelvis ginjal, urine dialirkan ke ureter yang mengarah ke

kandung kemih.

7

Page 8: Makalah Urinaria

3. Suplai Darah

1. Arteri renalis adalah percabangan aorta abdomen yang mensuplai masing-masing

ginjal dan masuk kr hilus melalui cabang anterior dan posterios.

2. Cabang anterior dan posterior arteri renalis membentuk arteri-arteri interlobaris

yang mengalir diantara piramida-piramida ginjal.

3. Arteri arkuata berasal dari arteri interlobaris pada area pertemuan antara korteks

dan medulla.

4. Arteri interlobularis merupakan percabangan arteri arkuata disudut kanan

melewati korteks.

5. Arteriol aferen berasal dari arteri interlobularis. Satu arteriol aferen membentuk

sekitar 50 kapilar yang membentuk glomelurus.

6. Arteriol eferen meninggalkan setiap glomelurus dan membentuk jarring-jaring

kapilar lain, kapilar peritubular yang mengelilingin tubulus proksimal dan distal

untuk member nutrient pada tubulus tersebut dan mengeluarkan zat-zat yang

direabsorpsi.

7. Kapilar peritubular mengalir ke dalam vena korteks yang kemudian menyatu dan

membentuk vena interlobularis.

8. Vena arkuata menerima darah dari vena interlobularis. Vena arkuata bermuara ke

dalam vena interlobaris yang bergabung untuk bermuara ke dalam vena renalis.

Vena ini meninggalkan ginjal untuk bersatu dengan vena kava inferior.

B. Ureter

Ureter adalah perpanjangan tubular berpasangan dan berotot dari pelvis ginjal yang

merentang sempai kandung kemih.

Setiap ureter panjangnya antara 25 cm – 30 cm dan berdiameter 4 mm - 6 mm.

saluran ini menyempit di tiga tempat : di titik asal ureter pada pelvis ginjal, di titik

saat melewati pinggiran pelvis, dan di titik pertemuannya dengan kandung kemih.

Batu ginjal dapat tersangkut dalam ureter di ketiga tempat ini, mengakibatkan

nyeri dan disebut kolik ginjal.

Dinding ureter terdiri dari tiga lapisan jaringan : lapisan terluar adalah lapisan

fibrosa, di tengah adalah muskularis longitudinal kea rah dalam dan otot polos

8

Page 9: Makalah Urinaria

sirkular kea rah luar, dan lapisan terdalam adalah epitelum mukosa yang

mengsekresi lapisan mucus pelindung.

Lapisan ottot memiliki aktifitas peristaltic intristik. Gelombang peristaltis

mengalirkan urine dari kandung kemih keluar tubuh.

C. Vesika Urinaria (Kandung Kemih)

Vesika urinaria bekerja sebagai penampung urin. Organ ini berbentuk seperti buah pir

(kendi). letaknya di belakang simfisis pubis di dalam rongga panggul. Vesika urinaria dapat

mengembang dan mengempis seperti balon karet.

Lokasi. Pada laki-laki, kandung kemih terletak tepat di belakang simpisis pubis dan di

depan rectum. Pada perempuan, organ ini terletak agak di bawah uterus di depan vagina.

Ukuran organ ini sebesar kacang kenari dan terletak di pelvis saat kosong : organ berbentuk

seperti buah pir dan dapat mencapai imbilikus dalam rongga abdominopelvis jika penuh

berisi urine.

Struktur. Kandung kemih ditopang dalam rongga pelvis dalam lipatan-lipatan

peritoneum dan kondensasi fasia.

a. Dinding kandung kemih terdiri dari empat lapisan :

Serosa adalah lapisan terluar. Lapisan ini merupakan perpanjangan lapisan

teritoneal rongga abdominopelvis dan hanya ada di bagian atas pelvis.

Otot detrusor adalah lapisan tengah. Lapisan ini tersusun dari berkas-berkas otot

polos yang satu sama lain saling membentuk sudut. Ini untuk memastikan bahwa

selama urinasi, kandung kemih akan berkontraksi dengan serempak ke segala

arah.

Submukosa adalah lapisan jaringan ikat yang terletak di bawah mukosa dan

menghubungkannya dengan muskularis.

Mukosa adalah lapisan terdalam. Lapisan ini merupakan lapisan epitel, yang

tersusun dari epithelium transisional. Pada kandung kemih yang relax, mukosa

9

Page 10: Makalah Urinaria

membentuk ruga (lipatan-lipatan), yang akan memipih dan mengembang saat

urine berakumulasi dalam kandung kemih.

b. Trigonum adalah area halus, triangular, dan relative tidak dapat berkembang yang

terletak secara internal di bagian dasar kandung kemih. Sudut-sudutnya terbentuk dari

tiga lubang. Di sudut atas trigonum, dua ureter bermuara ke kandung kemih. Uretra

keluar dari kandung kemih di bagian apeks trigonum.

c. Kandung kemih juga terdapat otot-otot polos yang bisa melakukan gerak-gerak

peristaltic untuk mendorong urine keluar.

d. Kapasitas kandung kemih adalah 900 cc / 900 ml. 300-350 kita masih sadar bisa

menahan jadi springter menutup, tapi sudah ada respons untuk pipis / BAK. 700 cc

kita tidak bisa menahan sfringter dengan sendirinya akan terbuka dan terjadinya

ngompol.

D. Uretra

Merupakan saluran sempit yang berpangkal pada vesika urinaria yang berfungsi

menyalurkan air kemih ke luar.Uretra mengalirkan urine dari kandung kemih ke bagian

eksterior tubuh.

Pada laki-laki uretra membawa cairan semen dan urine, tetapi tidak pada waktu

yang bersamaan. Uretra laki-laki panjangnya mencapai 20 cm dan melalui

kelenjar prostat dan penis. Terdiri dari :

a. Uretra prostatic dikelilingi oleh kelenjar prostat. Uretra ini menerima dua

duktus ejaculator yang masing-masing terbentuk dari penyatuan duktus

deferen dan duktus kelenjar vesikel seminal, serta menjadi tempat

bermuaranya sejumlah duktus dari kelenjar prostat.

b. Uretra membranosa adalah bagian yang terpendek (1 sampai 2 cm). Bagian ini

berdinding tipis dan dikelilingi otot rangka sflingter uretra eksternal.

c. Uretra cavernous (penile, bersepons) merupakan bagian yang terpanjang.

Bagian ini menerima duktus kelenjar bulbouretra dan merentang sampai

10

Page 11: Makalah Urinaria

orifisium uretra eksternal pada ujung penis. Tepat sebelum mulut penis, uretra

membesar untuk membentuk suatu dilatasi kecil, fosa navicularis. Uretra

kavernus dikelilingi korpus spongisum, yaitu suatu kerangka ruang vena yang

besar.

Uretra pada perempuan, berukuran pendek (3,75 cm). saluaran ini membuka

keluar tubuh melalui urivisiumuretra eksternal dalam vestibulum antara klitoris

dan mulut vagina. Kelenjar uretra yang homolog dengan kelenjar prostat pada

laki-laki, bermuara ke dalam uretra.

Panjangnya uretra laki-laki cenderung menghambat infasi bakteri ke dalam

kandung kemih (sistitits) yang lebih sering terjadi pada perempuan.

E. Perkemihan (urinasi)

Bergantung pada inervasi parasimpatis dan simpatis juga impuls saraf volunteer.

Pengeluaran urine membutuhkan kontraksi aktif otot detrusor.

1. Bagian dari otot trigonum yang mengelilingi jalan keluar uretra berfungsi

sebagai sfingter uretra internal yang menjaga saluran tetap tertututp. Otot ini di

inervasi oleh neuron parasimpatis.

2. Sfingter uretra eksternal terbentuk dari serabut otot rangka dan otot perineal

tranversa yang berada di bawah kendali volunteer. Bagian pibokoksigeus pada

otot levator ini juga berkontribusi dalam pembentukan sfingter.

3. Refleks perkemihan terjadi saat peregangan kandung kemih sampai sekitar

300 ml – 400 ml urine menstimulasi reseptor peregang pada dinding kemih.

a. Impuls pada medulla spinalis di kirim ke otak dan menghasilkan impuls

parasimpatis yang menjalar melalui saraf splanknik pelvis ke kandung

kemih.

b. Reflex perkemihan menyebabkan kontraksi otot detsuror : relaksasi

sfingter internal dan eksternal mengakibatkan pengosongan kandung

kemih.

11

Page 12: Makalah Urinaria

c. Pada laki-laki, serabut simpatis menginervasi jalan keluar uretra dan

mengkontraksi jalan tersebut untuk mencegah refluks semen ke dalam

kandung kemih saat orgasme.

4. Pencegahan refluks perkemihan melalui kendali volunteer sflingter eksternal

adalah respons yang dapat di pelajari.

a. Pencegahan volunteer tergantung pada integritas saraf terhadap kandung

kemih dan uretra, traktus, yang keluar dari medulla spinalis menuju dan

dari otak, dan area motorik seremrum. Cedera pada lokasi ini dapat

menyebabkan inkontenesia.

b. Kendali volunteer urinasi adalah respons yang dapat dipelajari. Hal ini

tidak dapat di latih pada SSP yang imatur yang sebaiknya ditunda sampai

paling tidak berusia 18 bulan.

a. Sifat fisis air kemih, terdiri dari :

1. Jumlah ekskresi dalam 24 jam ± 1.500 cc tergantung dari pemasukan (intake) cairan

dan faktor lainnya.

2. Warna, bening kuning muda dan bila dibiarkan akan menjadi keruh.

3. Warna, kuning tergantung dari kepekatan, diet obat-obatan dan sebagainya.

4. Bau, bau khas air kemih bila dibiarkan lama akan berbau amoniak.

5. Berat jenis 1,015-1,020.

6. Reaksi asam, bila lama-lama menjadi alkalis, juga tergantung dari pada diet (sayur

menyebabkan reaksi alkalis dan protein memberi reaksi asam).

b. Komposisi air kemih, terdiri dari :

1. Air kemih terdiri dari kira-kira 95% air.

2. Zat-zat sisa nitrogen dari hasil metabolisme protein, asam urea, amoniak dan

kreatinin.

12

Page 13: Makalah Urinaria

3. Elektrolit, natrium, kalsium, NH3, bikarbonat, fospat dan sulfat.

4. Pagmen (bilirubin dan urobilin).

5. Toksin.

6. Hormon.

c. Mikturisi

Mikturisi ialah proses pengosongan kandung kemih setelah terisi dengan urin. Karena

di buat di dalam, urine mengalir melalui ureter ke dalam kandung kencing. Keinginan

membuang air kecil disebabkan penambahan tekanan di dalam kandung kencing, dan tekanan

ini disebabkan isi urine di dalamnya. Hal ini terjadi bila tertimbun 170 samapi 230 ml.

mikturisi adalah gerak reflex yang dapat dikendalikan dan ditahan oleh pusat-pusat

persyarafan yang lebih tinggi pada manusia. Gerakannya di timbulkan otot abdominal yang

menambah tekanan di dalam rongga abdomen, dan berbagai organ yang menekan kandung

kemih membantu mengosongkannya. Kandung kemih dikendalikan oleh saraf pelvis dan

serabut saraf simpatis dari pleksus hipogastrik. Mikturisi melibatkan 2 tahap utama, yaitu:

1. Kandung kemih terisi secara progresif hingga tegangan pada dindingnya meningkat

melampaui nilai ambang batas (Hal ini terjadi bila telah tertimbun 170-230 ml urin),

keadaan ini akan mencetuskan tahap ke 2.

2. Adanya refleks saraf (disebut refleks mikturisi) yang akan mengosongkan kandung

kemih. Pusat saraf miksi berada pada otak dan spinal cord (tulang belakang) Sebagian

besar pengosongan di luar kendali tetapi pengontrolan dapat di pelajari “latih”. Sistem

saraf simpatis : impuls menghambat Vesika Urinaria dan gerak spinchter interna,

sehingga otot detrusor relax dan spinchter interna konstriksi. Sistem saraf

13

Page 14: Makalah Urinaria

parasimpatis: impuls menyebabkan otot detrusor berkontriksi, sebaliknya spinchter

relaksasi terjadi MIKTURISI (normal: tidak nyeri).

2.2 MEKANISME GINJAL TERHADAP KALIUM, KALSIUM, FOSFAT, DAN

MAGNESIUM INTEGRASI MEKANISME GINJAL UNTUK PENGATURAN

VOLUME DARAH DAN VOLUME CAIRAN EKSTRASEL

Pengaturan Ekskresi Kalium dan Konsentrasi Kalium dalam Cairan Ekstrasel

Konsentrasi kalium cairan ekstrasel normalnya diatur dengan tepat kira-kira 4,2 mEq/L,

jarang sekali naik atau turun lebih dari ± 0,3 mEq/L. pengaturan yang tepat ini perlu karena

banyak fungsi sel yang sangat sensitif terhadap perubahan konsentrasi kalium cairan

ekstrasel. Sebagai contoh, peningkatan konsentrasi kalium plasma hanya sebesar 3-4 mEq/L

dapat menyebabkan aritmia jantung, dan konsentrasi yang lebih tinggi lagi dapat

menimbulkan henti jantung atau fibrilasi jantung.

Kesulitan khusus dalam mengatur konsentrasi kalium ekstrasel adalah adanya kenyataan

bahwa lebih dari 98 % kalium tubuh total terkandung didalam sel dan hanya 2 % dalam

cairan ekstrasel. Untuk orang dewasa dengan berat 70 kg,yang memiliki sekitar 28 liter cairan

intrasel (40 % dari berat badakalium terdapat didalam seln), sekitar 3920 miliekuivalen dan

hanya sekitar 59 miliekuivalendi cairan ekstrasel juga, kalium yang terkandung dalam satu

kali makan seringkali sebanyak 50 miliekuivalen, dan asupan harian biasanya berkisar antara

50 dan 200 mEq/hari. Oleh karena itu, kegagalan untuk menghilangkan dengan cepat cairan

ekstrasel yang mengandung kalium yang dicerna dapat menyebabkan hiperkalemia

(peningkatan konsentrasi kalum plasma) yang membahayakan jiwa, demikian juga,

kehilangan sedikit kalium dari cairan ekstrasel dapat menyebabkan hikalemia (konsentrasi

kalium plasma yang terndah) yang berat bila tidak ada respons konpensasi yang cepat dan

tepat.

Faktor-faktor yang Dapat Mengubah Distribusi Kalium antara Cairan Intrasel dan Ekstrasel

Faktor yang Memindahkan K+ Masuk

ke dalam Sel (menurunkan K+

ekstrasel)

Faktor yang memindahkan K+ Keluar

dari Sel (meningkatkan K+ ekstrasel)

Insulin Defisiensi Insulin (DM)

Aldosteron Defisiensi Aldosteron (penyakit

14

Page 15: Makalah Urinaria

Addison)

Perangsangan β-adrenergik Penghambatan β-adrenergik

Alkalosis Asidosis

Lisis sel

Kerja berat

Kenaikan osmolaritas cairan ekstrasel

1. Insulin merangsang ambilan kalium kedalam sel

Salah satu faktor terpenting yang dapat meningkatkan ambilan kalium ke

dalam sel sesudah makan adalah insulin. Pada orang yang mengalami defisiensi

insulin akibat deabetes melitus, peningkatan konsentrasi kalium plasma sesudah

makan lebih besar daripada orang normal. Walaupun demikian, penyuntikan

insulin dapat membantu mengoreksi hiperkalemia.

2. Aldosteron meningkatkan ambilan kalium ke dalam sel

Peningkatan asupan kalium juga merangsang sekresi aldosteron, yang

meningkatkan ambilan kalium ke dalam sel. Sekresi aldosteron yang berlebihan

(sindrom conn)hampir selalu terkait dengan hipokalemia, sebagian berhubungan

dengan perpindahan kalium ekstrasel ke dalam sel. Sebaliknya, pasien yang

produksi aldosteronnya berkurang (penyakit addison) seringkali mengalami

hiperkalemia yang secara klinis signifikan akibat akumulasi kalium di ruang

ekstrasel dan juga retensi kalium oleh ginjal.

3. Rangsangan β-adrenergik meningkatkan ambilan kalium selular

Peningkatan sekresi katekolamin, khususnyaepinefrin, dapat menyebabkan

perpindahan kalium dari cairan ekstrasel ke intrasel, terutama oleh aktivasi

reseptor β-adregenik. `pengobatan hipertensi menggunakan penghambatan

reseptor β-adregenik, seperti propranolol, menyebabkan kalium keluar dari sel dan

menimbulkan kecenderungan terjadinya hiperkalemia.

4. Abnormalitas asam-basa dapat menyebabkan perubahan distribusi kalium

Asidosis metabolik meningkatkan konsentrasi kalium ekstrasel, sebagian

dengan cara menyebabkan kalium hilang dari sel, sedangkan alkalosis metabolik

menurunkan konsentrasi kalium dalam cairan ekstrasel. Walaupun mekanisme

yang bertanggung jawab atas efek konsentrasi ion hidrogen pada distribusi kalium

secara internal tidak sepenuhnya dipahami, salah satu efek akibat peningkatan

15

Page 16: Makalah Urinaria

konsentrasi ion hidrogen adalah menurunkan aktivitas pompa natrium-kalium

adenosin trofosfat (ATPase). Hal ini kemudian menurunkan ambilan kalium

selular dan meningkatkan konsentrasi kalium ekstrasel.

5. Lisis sel menyebabkan peningkatan konsentrasi kalium ekstrasel

Apabila sel rusak, sejumlah besar kalium yang terkandung di dalam sel,

dilepaskan kedalam kompartemen ekstrasel. Hal ini dapat menyebabkan

hiperkalemia yang signifikan bila sejumlah besar jaringan rusak, seperti yang

terjadi pada trauma otot berat atau pada lisis sel darah merah.

6. Kerja berat dapat menyebabkan hiperkalemia dengan melepaskan kalium dari otot

rangka

Selama kerja yang panjang, kalium dilepaskan dari otot rangka kedalam cairan

ekstrasel. Biasanya terjaadi hiperkalemia ringan, namun dapat menjadi signifikan

secara klinis setelah melakukan kerja berat pada pasien yang diobati dengan

penghambat β-adrenergik atau pada orang yang mengalami defisiensi insulin.

Hiperkalemia sesudah kerja dapat menjadi cukup berat untuk menyebabkan

aritmia jantung dan kematian yang mendadak ( sudden death), namun jarang

sekali terjadi.

7. Kenaikan osmolaritas cairan ekstrasel menyebabkan pendistribusian ulang kalium

dari sel ke cairan ekstrasel.

Ekskresi kalium ditentukan oleh jumlah dari ketiga proses ginjal berikut:

a. Laju filtrasi kalium (GFR dikali dengan konsentrasi kalium plasma )

b. Laju reabsorpsi kalium oleh tubulus

c. Laju reaksi kalium oleh tubulus.

Laju normal filtrasi kalium adalah sekitar 756 mEq/hari (GFR, 180 L/hari

dikali dengan kalium plasma, 4,2 mEq/L), laju filtrasi ini biasanya relatif konstan

disebabkan mekanisme autoregulasi untuk GFR yang sudah dibahas sebelumnya

dan ketepatan pengaturan konsentrasi kalium plasma. Namun, penurunan GFR

yang berat pada penyakit ginjal tertentu dapat menyebabkan akumulasi kalium

yang berbahaya dan terjadinya hiperkalemia.

b. Pengaturan Ekskresi Kalsium oleh Ginjal dan Konsentrasi Ion Kalsium

Ekstrasel

16

Page 17: Makalah Urinaria

Konsentrasi ion kalisium cairan ekstrasel normalnya diatur dengan ketat agar

tetap dalam beberapa persentase dari nilai normalnya, 2,4 mEq/L. bila konsentrasi ion

kalsium turun hingga kadar yang rendah (hipokalsemia), ambang rangsang sel-sel

saraf dan otot meningkat dengan nyata dan pada beberapa keadaan ekstrem, dapat

mengakibatkan tetani hipokalsemik. Keadaan ini ditandai oleh kekakuan kontraksi

otot rangka. Hiperkalsemia (peningkatan konsentrasi kalsium) menekan ambang

rangsang neuromuskular dan dapat mengakibatkan aritmia jantung.

Perubahan konsentrasi ion hidrogen plasma dapat memengaruhi derajat ikatan

kalsium terhadap protein plasma. Pada asidosis, lebih sedikit kalsium berikatan

dengan protein plasma. Sebaliknya, pada alkalosis, jumlah kalsium yang terikat pada

protein plasma lebih besar. Oleh karena itu, pasien dengan alkalosis lebih rentan

terhadap tetani hipokalsemik.

Hampir semua kalsium dalam tubuh (99 %) disimpan dalam tulang, dan hanya

1 % dalam cairan ekstrasel, dan 0.1 % dalam cairan intrasel. Oleh karena itu, tulang

berperan sebagai penampung yang besar untuk menyimpan kalsium bila konsentrasi

kalsium cairan ekstrasel cenderung menurun.

Salah satu pengatur ambilan dan pelepasan kalsium tulang yang paling penting

adalah PTH. Bila konsentrasi kalsium cairan ekstrasel turun di bawah normal,

kelenjar paratiroid langsung dirangsang oleh kadar kalsium yang rendah untuk

meningkatkan sekresi PTH. Hormon ini kemudian bekerja langsung pada tulang

untuk meningkatkan resorpsi garam-garam tulang (pelepasan garam dari tulang) dan

oleh karena itu, melepaskan sejumlah besar kalsium kedalam cairan ekstrasel,

sehingga mengembalikan kadar kalsium kembali normal. Bila konsentrasi ion

meningkat, sekresi PTH menurun, sehingga hampir tidak terjadi resorpsi tulang;

kalsium yang berlebiahn justru dideposit dalam tulang karena pembentukan tulang

baru. Jadi, pengaturan konsentrasi ion kalsium dari hari ke hari sebagian besar

diperantarai oleh pengaruh PTH pada resorpsi tulang.

c. Pengaturan Ekskresi Fosfat Ginjal

Ekskresi fosfat oleh ginjal terutama diatur oleh mekanisme luapan yang dapat

dijelaskan sebagai berikut: tubulus ginjal memiliki transpor maksimum normal

untukmereabsorpsi fosfat sekitar 0,1 mM/menit. Bila ditemukan jumlah fosfat yang

kurang dari nilai ini dalam filtrat glomerulus, pada dasarnya semua fosfat yang

difiltrasi akan direabsorpsi. Bila lebih banyak yang ditemukan, kelebihannya akan

17

Page 18: Makalah Urinaria

diekskresikan. Pleh karena itu, secara normal fosfat mulai masuk ke dalam urin saat

konsentrasinya dalam cairan ekstrasel meningkat di atas kadar ambang sekitar

0.8mM/L, dengan menganggap GFR sebesar 125 ml/menit. Karena kebanyakan orang

mencerna sejumlah besar fosfat dari produk susu dan daging, konsentrasi fosfat

biasanya dipertahankan di atas 1 mM/L, suatu kadar yang menyebabkan terjadi

ekskresi fosfat yang terus menerus ke dalam urin.

PTH dapat berperan penting dalam mengatur konsentrasi fosfat melalui dua

efek: (1) PTH meningkatkan resorpsi tulang, sehingga membuang sejumlah besar

ionfosfat ke dalam cairan ekstrasel dari garam-garam tulang, dan (2) PTH

menurunkan transpor maksimum untuk fosfat oleh tubulus ginjal, sehingga sebagian

besar fosfat tubulus terbuang dalam urin. Jadi, kapanpun PTH plasma meningkat,

reabsorpsi fosfat tubulus diturunkan dan lebih banyak fosfat diekskresikan.

d. Pengaturan Ekskresi Magnesium Ginjal

Lebih dari separuh magnesium tubuh disimpan dalam tulang, sebagian besar

dari sisanya tersimpan dalam sel, dengan kurang dari 1 persenya terletak dalam cairan

ekstrasel. Walaupun komsentrasi magnesium plasma total sekitar 1,8 mEq/L, lebih

dari separuhnya terikat pada protein plasma. Oleh karena itu, konsentrasi magnesium

terionisasi yang bebas hanya sekitar 0,8 mEq/liter.

Asupan harian normal dari magnesium adalah sekitar 250-300 mg/hari, tetapi

hanya sekitar separu dari asupan ini yang diabsorpsi oleh traktus gastrointestinalis.

Untuk mempertaahankan kesseimbangan magnesium, ginjal harus mengekskresikan

magnesium yang diabsorpsi ini, yaitu sekitar separuh dari asupan magnesium harian

atau 125-150 mg/hari. Normalnya ginjal mengekskresikan sekitar 10-15 %

magnesium dalm filtrat glomerulus.

Ekskresi magnesium oleh ginjal dapat meningkat dengan nyata selama

magnesium berlebihan, atau menurun sampai hampir nol selama kehilangan

magnesium. Karena magnesium terlibat dalam banyak proses biokimia dalam tubuh,

termasuk aktivasi berbagai enzim, konsentrasinya harus diatur secara ketat.

Pengaturan ekskresi magnesium terutama dicapai melalui pengubahan reabsorpsi

tubulus. Tubulus proksimal biasanya hanya mereabsorpsi sekitar 25 % dari

magnesium yang difiltrasi. Tempat utama reabsorpsi adalah ansa Henle, tempat

sekitar 65 % dari beban magnesium yang difiltrasi akan direabsorpsi. Hanya sejumlah

18

Page 19: Makalah Urinaria

kecil (biasanya kurang dari 5 %) dari magnesium yang difiltrasi akan direabsortpsi

dalam tubulus distal dan tubulus koligentes.

Mekanisme yang mengatur ekskresi magnesium tidak dipahami dengan baik,

tetapi gangguan-gangguan ini menimbulkan peningkatan ekskresi magnesium: (1)

peningkatan konsentrasi magnesium cairan ekstrasel, (2) perluasan volume ekstrasel,

dan (3) peningkatan konsentrasi kalsium cairan ekstrasel.

e. Umpan Balik Cairan Tubuh ginjal untuk Mengatur Volume Cairan Tubuh dan

Tekanan Arteri

Pengaruh tekanan darah untuk meningkatkan keluaran urin adalah bagian dari

sistem umpan balik yang bekerja untuk mempertahankan asupan dan keluaran cairan.

Volume cairan ekstrasel, volume darah, curah jantung, tekanan arteri, dan keluaran

urin semuanya dikontrol pada saat yang bersamaan sebagai bagian terpisah dari

mekanisme umpan balik dasar ini.

Selama terjadi perubahan, pada asupan natrium dan cairan, mekanisme umpan

balik ini membantu mempertahankan keseimbangan cairan dan memperkecil

perubahan volume darah, volume cairan ekstrasel, dan tekanan arteri sebagai berikut:

1. Peningkatan asupan cairan (dianggap bahwa natrium menyertai asupan cairan) di

atas batas keluaran urin menyebabkan pengumpulan cairan yang sementara di

dalam tubuh.

2. Selama asupan cairan melebihi keluaran urin, cairan berkumpul dalam darah dan

ruang intrastisial, menyebabkan peningkatan yang sama pada volume darah dan

volume cairan ekstrasel.

3. Peningkatan volume darah meningkat tekanan pengisian sirkulasi rata-rata

4. Tekanan sirkulasi rata-rata meningkatkan gradien tekanan untuk aliran balik vena.

5. Peningkatan gradien tekanan untuk aliran balik vena menoingkatkan curah

jantung

6. Peningkatan curah jantung meningkatkan tekanan arteri

7. Peningkatan tekanan arteri meningkatkan keluaran urin melalui diuresis tekanan.

8. Peningkatan ekskresi cairan mengimbangi peningkatan asupan, dan mencegah

pengumpulan cairan lebih jauh.

Jadi, mekanisme umpan balik cairan tubuh ginjal bekerja untuk mencegah

pengumpulan garam dan air yang terus menerus dalm tubuh selama terjadi peningkatan

19

Page 20: Makalah Urinaria

asupan makanan dan air. Selama ginjal berfungsi normal dan mekanisme diuresis tekanan

bekerja secara efektif, perubahan besar pada asupan garam dan air dapat disesuaikan hanya

dengan sedikit perubahan volume darah, volume cairan ekstrasel, curah jantung, dan tekanan

arteri. Bila asupan cairan di bawah normal, terjadi rangkaian kejadian yang berlawanan. Pada

kasus ini, ada kecenderungan terjadi penurunan volume darah dan volume cairan ekstrasel

juga penurunan arteri.

2.3 Pengaturan Keseimbangan Asam-Basa

Ginjal mengatur keseimbangan asam-basa dengan mengekresikan urine yang asam atau

basa. Pengeluaran urine asam akan mengurangi jumlah asam dalam cairan ekstrasel,

sedangkan pengeluaran urine basa berarti menghilangkan basa dari cairan ekstrasel.

Keseluruhan mekanisme eksresi urine asam atau basa oleh ginjal adalah sebagai berikut :

sejumlah besar HCO3- difiltrasi secara terus menerus ke dalam tubulus, dan bila HCO3

- ini

dieksresikan ke dalam urine, keadaan ini menghilangkan basa dari darah. Sejumlah besar H+

juga disekkresikan ke dalam lumen tubulus oleh sel epitel tubulus, sehingga menghilangkan

asam dari darah. Bila lebih banyak H+ yang disekresikan daripada HCO3- yang difiltrasi, akan

terjadi kehilangan asam dari cairan ektrasel. Sebaliknya, bila lebih banyak HCO3- yang

difiltrasi daripada H+ yang disekresikan, akan terjadi kehilangan basa.

2.4 Kompartemen Cairan Tubuh

Semua cairan tubuh didistribusikan terutama di antara dua kompartemen : cairan

ekstrasel dan intrasel. Cairan ekstrasel dibagi menjadi cairan interstisial dan plasma darah.

Ada juga cairan kompartemen lainnya yang kecil disebut sebagai cairan transeluler.

Kompartemen ini meliputi cairan dalam rongga sinovia, peritoneum, pericardium, dan

intraocular, serta cairan serebrospinal; cairan-cairan tersebut biasanya dianggap sebagai jenis

cairan ekstrasel khusus, walaupun pada beberapa kasus, komposisinya dapat sangat berbeda

dengan komposisi plasma atau cairan interstisial. Cairan transelular seluruhnya berjumlah

sekitar 1 sampai 2 liter.

Rata-rata orang dengan berat 70 kg, memiliki total cairan tubuh sekitar 60 persen

berat badan, atau sekitar 42 liter. Persentase ini dapat berubah, bergantung pada umur, jenis

kelamin, dan derajat obesitas. Seiring dengan pertumbuhan seseorang, persentase total cairan

20

Page 21: Makalah Urinaria

tubuh terhadap berat badan berangsur-angsur turun. Hal tersebut adalah sebagian akibat dari

penuaan yang biasanya berhubungan dengan peningkatan presentase lemak tubuh, sehingga

mengurangi persentase cairan dalam tubuh. Karena wanita pda normalnya mempunyai lemak

tubuh lebih banyak dari pria, wanita mempunyai lemih sedikit cairan daripada pria dengan

berat badan yang sebanding. Jadi, bila kita membahas kompartemen cairan tubuh “rata-rata”,

kita harus menyadari adanya variasi, bergantung pada umur, jenis kelamin, dan persentase

lemak tubuh.

a. Kompartemen Cairan Intrasel

Sekitar 28 dari 42 liter cairan tubuh ada di dalam 75 triliun sel dan secara keseluruhan

disebut cairan intrasel. Jadi, cairan intrasel merupakan 40 persen dari berat badan total pada

orang “rata-rata”.

Cairan masing-masing sel mengandung campurannya tersendiri dengan berbagai zat,

namun konsentrasi zat-zat ini mirip antara satu sel dengan sel lainnya. Sebenarnya, komposisi

cairan sel sangat mirip, bahkan pada hewan berbeda, mulai dari organism palingf primitive

sampai manusia. Oleh sebab itu, cairan intrasel dari seluruh sel yang berbeda-beda dianggap

sebagai satu kompartemen cairan yang besar.

b. Kompartemen Cairan Ekstrasel

Semua cairan di luar sel secara keseluruhan disebut cairan ekstrasel. Cairan ini

merupakan 20 persen dari berat badan, atau sekitar 14 liter pada orang dewasa normal dengan

berat badan 70kg. dua kompartemen terbesar dari cairan ekstrasel adalah cairan intersitisial,

yang berjumlah lebih dari tiga perempat bagian cairan ekstrasel, dan plasma, yang berjumlah

hamper seperempat cairan ekstrasel, atau sekitar 3 liter. Plasma adalah bagian darh yang tak

mengandung sel; plasma terus menerus menukar zat dengan cairan intersitisial melalui pori-

pori membrane kapiler. Pori-pori ini bersifat sangat permiabel untuk hamper semua zat

terlarut dalam cairan ekstrasel, kecuali protein. Oleh karena itu, cairan ektrasel secara konstan

terus tercambur, sehingga plasma dan cairan intersitisial mempunyai komposisi yang hamper

sama kecuali untuk protein, yang konsentrasinya lebuh tinggi di dalam plasma.

c. Edema : Kelebihan Cairan dalam Tubuh

21

Page 22: Makalah Urinaria

Edema menunjukan adanya cairan berlebihan di jaringan tubuh. Pada sebagian besar

keadaan, edema terutama terjadi pada kompertemen cairan ekstrasel, tapi dapat juga

melibatkan kompartemen intrasel.

1. Edema Intrasel

Dua kondisi yang memudahkan terjaidnya pembengkakan intrasel : (1) depresi

sistem metabolism jaringan dan (2) tidak adanya nutrisi sel yang adekuat. Contohnya,

bila aliran darah ke jaringan menurun, pengiriman oksigen dan nutrient berkurang.

Jika aliran darah menjadi sangat rendah untuk mempertahankan metabolism jaringan

normal, maka pompa ion membrane sel menjadi tertekan. Bila hal ini terjadi, ion

natrium yang biasanya masuk ke dalam sel tidak dapat lagi di pompa keluar dari sel,

dan kelebihan ion natrium dalam sel menimbulkan osmosis air ke dalam sel. Kadang-

kadang hal ini dapat meningkatkan volume intrasel suatu jaringan bahkan pada

seluruh tungkai yang iskemik, contohnya sampai dua atau tiga kali volume normal.

Bila hal ini terjadi, biasanya merupakan awal terjadinya kematian jaringan.

Edema intrasel juga dapat terjadi pada jaringan yang meradang. Peradangan

biasanya mempunyai efek langsung pda membrane sel yaitu meningkatnya

permeabilitas membrane, dan memungkinkan natrium dan ion-ion lain berdifusi

masuk ke dalam sel, yang diikuti dengan osmosis air ke dalam sel.

2. Edema Ekstrasel

Edema ekstrasel terjadi bila ada akumulasi cairan yang berlebihan dalam

ruang ektrasel. Ada dua penyebab edema ekstrasel yang sering dijumpai : (1)

kebocoran abnormal cairan dari plasma ke ruang intersitisial dengan melintasi kapiler

dan (2) kegagalan sistem limfatik untuk mengembalikan cairan dari interstisium ke

dalam darah. Penyebab klinis akumulasi cairan ekstrasel yang paling sering adalah

filtrasi cairan kapiler yang berlebihan.

2.5 Pembentukan Urine oleh Ginjal

Pembentukan Urin. Ginjal memproduksi urin yang mengandung zat sisa metabolik

dan mengatur komposisi caran tubuh melalui tiga proses utama: filtrasi glomerulus,

reabsorpsi tubulus, dan sekresi tubulus.

22

Page 23: Makalah Urinaria

1. Filtrasi glomerulus

a. Definisi

Filtrasi glomerulus adalah perpindahan cairan dan zat terlarut dari kapiler

glomerular, dalam gradient dari kapiler glomerular, dalam gradient tekanan tertentu

kedalam kapsul bowman. Filtrasi ini dibantu oleh factor sebagai berikut:

Membran kapilar glomerular lebih permeabel dibandingkan kapilar lain dalam

tubuh sehingga filtrasi berjalan dengan sangat cepat.

Tekanan darah dalam kapilar glomerular lebih tinggi dibandingkan tekanan

darah dalam kapilar lain karena diameter arteriol eferen lebih kecil

dibandingkan diameter arteriol eferen.

b. Mekanisme filtrasi glomerular

Terkanan hidrolistik (darah) glomerular mendorong cairan dan zat terlarut

keluar dari darah dan masuk keruang kapsul Bowman.

Dua tekanan yang berlawanan dengan tekanan hidrolistik glomerular.

Tekanan filtarasi efektif adalah tekanan dorong netto. Tekanan ini adalah

selisih antara tekanan yang cendrung mendorong cairan keluar glomerulus

menuju kapsul Bowman dan tekanan yang cendrung menggerakan cairan

kedalam glomelurus dari kapsul Bowman.

2. Reabsorpsi Tubulus

Sebagian besar filtrate (99%) secara selektif direabsorpsi dalam tubulus ginjal

melalui difusi pasif gradient kimia atau listrik, transport aktif terhadap gradient

tersebut, atau difusi terfasilitasi. Sekitar 85% natrium klorida dan air serta semua

glukosa dan asam amino pada filtrate glomelurus di absorpsi dalam tubulus kontortus

proksimal, walaupun reabsorpsi berlangsung pada semua bagian nefron.

3. Mekanisme sekresi tubular

23

Page 24: Makalah Urinaria

Mekanisme sekresi tubular adalah proses aktif yang memindahkan zat keluar

dari darah dalam kapiler peritubular melalui sel-sel tubular menuju cairan tubular

untuk dikeluarkan dalam urine.

Zat-zat seperti ion hydrogen, kalium, dan ammonium, produksi akhir

metabolic kreatinin dan asam hipulat serta obat-obatan tertentu (penisilin)

secara aktif di sekresi ke dalam tubulus.

Ion hidrogen dan amonium diganti dengan ion natrium dalam tubulus

kontrutus distal dan tubulus pengumpul. Sekresi tubulus yang selektif terhadap

ion hidrogen dan amonium membantu dalam pengaturan pH plasma dan

keseimbangan asam basa cairan tubuh.

Sekresi tubular merupakan suatu mekanisme yang penting untuk

mengeluarkan zat-zat kimia asing atau tidak diinginkan.

c. Persarafan Ginjal

Ginjal mendapatkan persarafan dari fleksus renalis(vasomotor). Saraf ini

berfungsi untuk mengatur jumlah darah yang masuk ke dalam ginjal, saraf ini berjalan

bersamaan dengan pembuluh darah yang masuk ke ginjal.

2.6 Pengaturan Osmolaritas Cairan Ekstraselular dan Konsentrasi Natrium

Agar sel-sel tubuh dapat berfungsi dengan baik, sel tersebut harus terendam dalam

cairan ekstrasel dengan konsentrasi elektrolit dan zat yang terlarut lainnya yang relative

konstan. Total konsentrasi zat terlarut dalam cairan ekstrasel dan karenanya, osmolaritas

ditentukan oleh jumlah zat terlarut dibagi dengan volume cairan ekstrasel. Jadi, konsentrasi

dan osmolaritas natrium cairan ekstrasel sangat di atur oleh jumlah air ekstrasel. Air dalam

tubuh kemudian diatur oleh (1) asupan cairan, yang di atur oleh factor-faktor yang

menentukan rasa haus, dan (2) eksresi oleh air ginjal, yang di atur oleh berbagai factor yang

mempengaruhi filtrasi glomelurus dan reabsorpsi tubulus.

Pengaturan osmolaritas cairan ekstrasel berhubungan erat dengan konsentrasi natrium

karena natrium merupakan ion terbanyak dalam ruang ekstrasel. Secara normal, konsentrasi

natrium plasma diatur dalam batas yang kecil 140 sampai 145 mEq/L dengan konsentrasi

rata-rata sekitar 142 mEq/L. osmolaritas rata-rata bernilai sekitar 300 mOsm/L (kira-kira 282

24

Page 25: Makalah Urinaria

mOsm/L bila terkoreksi akibat tarikan antar ion) dan jarang berubah melebihi ± 2 sampai 3

persen. Variable-variable ini harus dikontrol secara tepat karena variable tersebut

menentukan distribusi cairan antara ruang intrasel dan ekstrasel.

2.7 Miksi, Diuretic

a. Diuritik dan Mekanisme kerjanya

Diuritik adalah zat yang meningkatkan laju pengeluaran volume urin, seperti yang

ditunjukan oleh namanya. Sebagai diuritik juga meningkatkan ekskresi zat terlarut dalam

urin, khususnya natrium dan klorida. Bahkan, sebagian diuritik yang dipakai secara klinis

bekerja dengan menurunkan laju reabsorpsi natrium dari tubulus, yang menyebabkan

natriuresis (peningkatkan pengeluaran natrium), yang kemudian menimbulkan dieresis

(peningkatan pengeluaran air). Artinya, di sebagian besar kasus, peningkatan pengeluaran air

timbul secara sekunder akibat inhisi reabsorpsi natrium tubulus karena natrium yang tersisa di

tubulus bekerja secara osmotik untuk menueunkan reabsorpsi natrium, banyak deuritik yang

meningkatkan pengeluaran zat-zat terlarut tersebut melalui ginjal.

Deuritik paling sering digunakan dalam klinis untuk menurunkan volume cairan

ekstrasel, khususnya pada penyakit yang berhubungan dengan endema dan hipertensi.

Beberapa deuritik dapat meningkatkan pengeluaran urin lebih dari 20 kali lipat dalam

nbeberapa menit setelah pemberiannya.

b. Penyakit-penyakit Ginjal

Penyakit ginjal adalah salah satu penyebab terpenting dari kematian dan kecacatan di

banyak Negara di seluruh dunia. Contohnya, pada tahun 2004, lebih dari 20 juta orang

dewasa di Amerika Serikat diperkirakan mengidap penyakit ginjal kronik.

Penyakit ginjal yang berat dapat terbagi dalam dua kategori umum:

1. Gagal Ginjal Akut

Yaitu, seluruh atau hampir seluruh kerja ginjal tiba-tiba berhenti tetapi pada akhirnya

dapat membaik mendekati fungsi normal. Penyebab gagal ginjal akut dapat dibagi dalam tiga

kategori utama:

a. Gagal ginjal akut akibat penurunan suplai darah ke ginjal ke ginjal; keadaan ini

sering disebut sebagai gagal ginjal akut prerenal untuk menggambarkan bahwa

25

Page 26: Makalah Urinaria

kelainan ini terjaddi di suatu sistem sebelum ginjal. Kelainan ini bias diakibatkan

oleh gagal jantung dengan penurunan curah jantung dan tekanan darah rendah

atau keadaan yang berhubungan dengan penurunan volume darah dan tekanan

darah yang rendah, seperti pada perdarahan hebat.

Normalnya ginjal menerima suplai darah yang berlimpah, sekitar 1100 ml/menit,

atau sekitar 20 sampai 25 persen dari curah jantung. Tujuan utama dari tingginya

aliran darah ke ginjal ini adalah untuk menyediakan cukup plasma guna

mengimbangi laju filtrasi glomerulus yang tinggi yang dibutuhkan untuk

pengaturan volume cairan tubuh dan konsentrasi zat terlarut secara efektif. Oleh

karena itu penurunan aliran darah ke ginjal biasanya diikuti oleh penurunan GFR

dan penurunan keluaran air dan zat terlarut. Hal ini mengakibatkan terkumpulnya

air dan zat terlarut dalam cairan tubuh. Jika aliran darah ginjal sangat menurun,

dapat terjadi penghentian total keluaran urin, suatu keadaan yang disebut anuria.

Selama aliran darah ginjal tidak kurang dari 20-25 persen normal, gagal ginjal

akut biasanya dapat membaik jika penyebab iskemia dikoreksi sebelum terjadi

kerusakan sel-sel ginjal.

b. Gagal ginjal akut intrarenal yang diakibatkan kekainan di dalam ginjal itu sendiri,

meliputi kelainan yang memengaruhi pembuluh darah, glomerulus, atau tubulus.

Kelainan yang berasal dari dalam ginjal dan yang secara tiba-tiba menurunkan

keluaran urin, masuk dalam kategori umum gagal ginjal akut intrarenal. Kategori

gagal ginjal akut ini selanjutnya dapat dibagi menjadi:

Keadaan yang mencedrasi kapiler glomerulus atau pembuluh darah kecil

ginjal lainnya,

Keadaan yang merusak epitel tubulus ginjal,

Keadaan yang menyebabkan kerusakan insterstisium ginjal.

Jenis penggolongan ini merujuk pada lokasi cedra primer, tetapi karena rangkaian

pembuluh darah ginjal dapat menimbulkan kerusakan tubulus dan kerusakan

tubulus primer dapat menyebabkan kerusakan pembuluh darah ginjal.

c. Gagal ginjal akut postrenal, yang diakibatkan oleh sumbatan pada sistem

pengumpulan urin di mana saja mulai dari kaliks sampai aliran keluar dari

26

Page 27: Makalah Urinaria

kandung kemih. Penyebab sumbatan paling sering di traktus urinarius di luar

ginjal adalah batu ginjal, akibat sipitasi kalsium, urat, atau sistin.

Berbagai kelalainan pada traktus urinarius bagian bagian bawah dapat menyumbat

seluruh atau sebagian aliran urin dan oleh karena itu, menimbulkan gagal ginjal

akut bahkan bila suplai darah ginjal dan fungsi-fungsi lain normal pada awalnya.

Jika keluaran urin menurun hannya pada salah satu ginjal, tidak aka nada

perubahan yang berarti pada komposisi cairan tubuh karena ginjal konstralateral

dapat cukup meningkatkan keluaran urinnya untuk mempertahankan kadar yang

relatif normal dari elektrolit dan zat terlarut ekstrasel serta volume cairan cairan

ekstrasel normal. Pada jenis gagal ginjal seperti ini, fungsi normal ginjal dapat

dipulihkan jika penyebab dasar masalahnya dikoreksi dalam waktu beberapa jam.

Beberapa jenis gagal ginjal posternal antara lain; (1) sumbatan Bilateral pada

ureter atau pelvis renalis yang disebabkan oleh batu atau gumpalan darah tang

besar, (2) sumbata kandung kemih, dan (3) sumbatan di uretra.

2. Efek Fisiologis dari Gagal Ginjal Akut

Efek fisiologis yang pertama dari gagal ginjal akut adalah retensi air, produk buangan

dari metabolisme, dan elektrolit di darah dan cairan ekstrasel. Hal ini dapt menimbulkan efekl

penumpukan air dan garam yang berlebihan, yang kemudian dapat mengakibatkan edema dan

hipertensi. Namun, retensi kalium yang berlebihan sering menyebabkan ancaman yang lebih

serius terhadap pasien dengan gagal ginjal akut, karena peningkatan konsentrasi plasma

(hiperkalemia) kira-kira lebih dari 8 mEq/liter (hanya dua kali nilai normal) dapat menjadi

fatal. Karena ginjal juga tidak dapt mengekskresi cukup ion hydrogen, pasien dengan gagal

ginjal akut mengalami asedosis metabolik, yang bias menyebabkan kematian atau dapat

memperburuk hiperkalemia.

Pada kasus ginjal akut terparah, timbul anuria lengkap. Pasien akan meninggal dalam

waktu 8 sampai 14 hari jika fungsi ginjal tidak diperbaiki atau ginjal buatan tidak digunakan

untuk membersihkan tubuh dari kelebihan air, elektrolit, dan produk buangan metabolisme

yang tertahan.

3. Gagal Ginjal Kronis

27

Page 28: Makalah Urinaria

Yaitu ginjal secara progresif kehilangan fungsi nefronnya satu persatu yang secara

bertahap menurunkan kesekuruhan fungsi ginjal. Dalam kategori umum ini, terdapat banyak

penyakit ginjal spesifik yang dapat memengaruhi pembuluh darah ginjal, glomerulus, tublus,

interstisium ginjal, dan bagian traktus urinarius di luar ginjal, meliputi ureter dan kandung

kemih.

Gagal ginjal kronis disebabkan oleh hilangnya sejumlah besar fungsional yang

progresif dan ireversibel. Gejala-gejala klinis yang serius seringkali tidak muncul sampai

sampai jumalah nefron fungsional berkurang sedikitnya 70-75 persen dibawah normal.

Bahkan, konsentrasi kebanyakan elektrolit dalam darah dan volume cairan tubuh dapat

dipertahankan pada keadaan yang relatif normal sampai sejumlah nefron fungsional menurun

di bawah 20 sampai 25 persen jumlah normal.

1. Pengobatan Gagal Ginjal dengan Dialisis menggunaklan Ginjal Buatan

Hilangnya fungsi ginjal yang berat, baik secara akut maupun kronis, membahayakan

nyawa pasien dan membutuhkan pembersihan produk buangan yang toksis serta pengambilan

volume dan komposisi cairan tubuh ke keadaan normal. Hal ini dapat dicapai dengan dialisis

yang menggunakan ginjal buatan. Pada beberapa jenis ginjal akut, ginjal dapat digunakan

untuk membantu pasien melewati masa krisis sampai fungsi ginjal kembali normal. Jika

hilangnya fungsi ginjal secara imversibel, perlu dilakukan dialisis terus menerus untuk

mempertahankan hidup. Di Amerika saja, hampir 300.000 orang dengan gagal ginjal

ireversibel atau bahkan dengan pengangkatan ginjal total dapat bertahan dengan dialisis

menggunakan ginjal buatan. Karena dialisis tidak dapt mempertahankaan sepenuhnya

komposisi cairan tubuh normal dan tidak dapat menggantikan seluruh fungsi ginjal yang

beragam, kesehatan pasien yang dipertahankan dengan ginjal buatan biasanya cukup

terganggu. Pengobatan yang lebih baik untuk fungsi ginjal yang hilang permanen adalah

mengganti jariingan ginjal fungsional dengan cara transplantasi ginjal.

2. Prinsip-prinsip Dasar Diaslisis

Prinsip dasar ginjal buatan ialah mengalirkan darah melalui saluran darah kecil yang

dilapisi membrane tipis. Pada sisi lain dari membran tipis ini terdapat cairan dialisa tempat

zat-zat yang tidak diinginkan dalam darah masuk kedalamnya melalui difusi.

28

Page 29: Makalah Urinaria

Kecepatan pergerakan zat terlarut melalui membran dialisa bergantung pada:

a. Gradien konsentrasi zat terlarut antara dua cairan,

b. Permeabilitas membrane untuk zat terlarut,

c. Luas permukaan membran, dan

d. Lamanya darah dan cairan berkontak dengan membran.

Jadi, kecepatan maksimum transfer zat terlarut mula-mula terjadi bila gradien

konsentrasi mencapai maksimum (ketika dialisis dimulai) dan melambat begitu gradien

konsentrasi berkurang. Dalam sistem pengaliran, seperti pada kasus “hemodialisis”, yang

menyebakan darah dan cairan dialisis mengalir melalui ginjal buatan, pengurangan gradien

konsentrasi dapat diperkecil dan difusi zat terlarut melintasi membran dapat dioftimalkan

dengan meningkatkan kecepatan aliraqn daarah, cairan dialisa, atau keduanya.

Pada ginjal buatan yang berfungsi normal, darah mengalir secara terus menerus atau

secara intermiten kembaki ke dalam vena. Jumlah total darah dalam ginjal buatan pada satu

saat biasanya kurang dari 500 milimeter, kecepatan aliran mungkin beberapa ratus millimeter

per menit, dan total luas permukaan difusi antara 0,6 dan 2,5 meter prsegi. Untuk mencegah

pembekuan darah dalam ginjal buatan, sejumlah kecil heparin dimasukan kedalam darah saat

darah memasuki ginjal buatan. Selain difusi zat terlarut, transfer zat terlarut dan air dalam

jumlah besar dapat dihasilkan dengan member tekanan hidrolistik untuk mendorong cairan

dan zat terlarut melintasi membran dialisa, filtrasi semacam ini disebut aliran besar (bulk

flow).

3. Cairan Dialisa

Tabel dibawah membandingkan kandungan pada cairan dialisa yang khas dengan

kandungan dalam plasma normal dan plasma uremik. Perhatikan bahwa konsentrasi ion-ion

dan zat lain dalam cairan dialisa tidak sama dengan konsentrasi pada plasma normal atau

pada plasma uremik. Malahan, konsentrasi tersebut disesuaikan sampai kadar yang

dibutuhkan untuk menimbulkan pergerakan air dan zat terlarut yang sesuai melalui membran

selama dialisis.

Perhatikan tidak ada fosfat, ureum, urat, sulfat, atau kreatinin dalam cairan dialisa,

namun zat-zat tersebut ada dalam konsentrasi tinggi pada darah uremik. Karenanya, bila

29

Page 30: Makalah Urinaria

seorang pasien uremia menjalani dialisis, zat-zat ini kan hilang dalam jumlah besar ke dalam

cairan dialisa.

Efektifitas ginjal buatan dapat dinyatakan sebagai jumlah plasma yang dibersihkan

dari berbagai jenis zat per menit. Kebanyakan ginjal buatan dapat memberihkan ureum dari

plasma dengan kecepatan 100 sampai 225 ml/menit, yang menunjukan bahwa sedikitnya

untuk sekresi ureum, ginjal buatan dapat berfungsi dua kali lebih cepat daripada dua ginjal

normal bersama-sama, yang klirens ureumnya hanya 70 ml/menit. Namun ginjal bautan

hanya dapat digunakan 4 sampai 6 jam sehari, tiga kali seminggu. Karenanya, klirens plasma

masih sangat terbatas bila ginjal buatan menggantikan ginjal normal. Selainitu, penting juga

diingat bahwa ginjal buatan tidak dapat menggantikan beberapa fungsi ginjal lainnya, seperti

sekresi eritropoietin, yang diperlukan untuk mengahsilkan sel darah merah.

Tabel, Perbandingan cairan dialisa dengan plasma normal dan plasma uremik

Kandungan Plasma

Normal

Cairan

Dialisa

Plasma

Uremik

Elektrolit (mEq/liter)

Na+ 142 133 142

K+ 5 1,0 7

Ca++ 3 3,0 2

Mg++ 1,5 1,5 1,5

Cl- 107 105 107

HCO3- 24 35,7 14

Laktat- 1,2 1,2 1,2

HPO4= 3 0 9

Urat- 0,3 0 2

Sulfat= 0,5 0 3

Noneklorit

Glukosa 100 125 100

Urea 26 0 200

Kreatinin 1 0 6

2.8 Tanda-Tanda Urine Normal

30

Page 31: Makalah Urinaria

1. Rata-rata dalam satu hari 1-2 liter, tapi berbeda-beda sesuai dengan jumlah cairan

yang masuk.

2. Warnanya bening oranye tanpa ada endapan.

3 Baunya tajam.

4 Reaksinya sedikit asam terhadap lakmus dengan pH rata-rata 6.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Manusia memiliki sepasang ginjal yang terletak di belakang perut atau abdomen.

Ginjal ini terletak di kanan dan kiri tulang belakang, di bawah hati dan limpa. Di bagian atas

(superior) ginjal terdapat kelenjar adrenal (juga disebut kelenjar suprarenal). Ginjal kanan

biasanya terletak sedikit di bawah ginjal kiri untuk memberi tempat untuk hati. Sebagian dari

bagian atas ginjal terlindungi oleh iga ke sebelas dan duabelas. Kedua ginjal dibungkus oleh

dua lapisan lemak (lemak perirenal dan lemak pararenal) yang membantu meredam

goncangan.

Ginjal mengatur keseimbangan asam-basa dengan mengekresikan urine yang asam

atau basa. Pengeluaran urine asam akan mengurangi jumlah asam dalam cairan ekstrasel,

sedangkan pengeluaran urine basa berarti menghilangkan basa dari cairan ekstrasel.

Ginjal mengatur keseimbangan asam-basa dengan mengekresikan urine yang asam

atau basa. Pengeluaran urine asam akan mengurangi jumlah asam dalam cairan ekstrasel,

sedangkan pengeluaran urine basa berarti menghilangkan basa dari cairan ekstrasel.

31

Page 32: Makalah Urinaria

Penyakit ginjal adalah salah satu penyebab terpenting dari kematian dan kecacatan di

banyak Negara di seluruh dunia. Contohnya, pada tahun 2004, lebih dari 20 juta orang

dewasa di Amerika Serikat diperkirakan mengidap penyakit ginjal kronik.

3.2 Saran.

Bagi mahasiswa keperawatan dan umumnya bagi ahli medis diharapakan mampu

memahami dan menerapkan keilmuan mengenai sistem ginjal terutama dalam hal asuhan

keperawatan.

Daftar Pustaka

Arthur, C. Guyton, & John, E. hall, (2008). Fisiologi Kedokteran edisi, Jakarta EGC.

Evelyn C. Pearce, (Desember, 2009). Anatomi Dan Fisiologi Untuk Paramedis, Jakarta PT

Gramedia.

Sloane Ethel, (2003) Anatomi dan Fisiologi untuk pemula, Jakarta EGC.

http://totonrofiunsri.wordpress.com/2009/01/28/anatomi-dan-fisiologi-sistem-perkemihan/

Januari 28, 2009 12.45

32