makalah ukdw
DESCRIPTION
tugas ukdwTRANSCRIPT
BAB I
DASAR TEORI
1. MIKROBIOLOGI
A. MEDIA PERTUMBUHAN
Media pertumbuhan :
1. Pengertian dan Fungsi
Media pertumbuhan mikroorganisme adalah suatu bahan yang terdiri dari
campuran zat-zat makanan (nutrisi) yang diperlukan mikroorganisme untuk
pertumbuhannya. Mikroorganisme memanfaatkan nutrisi media berupa
molekul-molekul kecil yang dirakit untuk menyusun komponen sel. Dengan
mediapertumbuhan dapat dilakukan isolat mikroorganisme menjadi kultur
murni dan jugamemanipulasi komposisi media pertumbuhannya.
2. Bahan-bahan media pertumbuhan
a. Bahan dasar
Air (H2O) sebagai pelarut
Agar (dari rumput laut) yang berfungsi untuk pemadat media. Agar
sulit didegradasi oleh mikroorganisme pada umumnya dan mencair
pada suhu 45oC.
Gelatin juga memiliki fungsi yang sama seperti agar. Gelatin adalah
polimer asam amino yang diproduksi dari kolagen. Kekurangannnya
adalah lebih banyak jenis mikroba yang mampu menguraikannya
dibanding agar.
Silica gel, yaitu bahan yang mengandung natrium silikat. Fungsinya
juga sebagai pemadat media. Silica gel khusus digunakan untuk
memadatkan media bagi mikroorganisme autotrof obligat.
b. Nutrisi atau zat makanan
Media harus mengandung unsur-unsur yang diperlukan untuk
metabolisme sel yaitu berupa unsur makro seperti C, H, O, N, P; unsur
mikro seperti Fe, Mg dan unsur pelikan/trace element.
Sumber karbon dan energi yang dapat diperoleh berupa senyawa
organik atau anorganik esuai dengan sifat mikrobanya. Jasad
heterotrof memerlukan sumber karbon organik antara lain dari
karbohidrat, lemak, protein dan asam organik.
Sumber nitrogen mencakup asam amino, protein atau senyawa
bernitrogen lain. Sejumlah mikroba dapat menggunakan sumber N
anorganik seperti urea.
Vitamin-vitamin.
c. Bahan tambahan
Bahan-bahan tambahan yaitu bahan yang ditambahkan ke medium dengan
tujuan tertentu, misalnya phenol red (indikator asam basa) ditambahkan
untuk indikator perubahan pH akibat produksi asam organik hasil
metabolisme.
Antibiotik ditambahkan untuk menghambat pertumbuhan mikroba non-
target/kontaminan.
d. Bahan yang sering digunakan dalam pembuatan media
Agar, agar dapat diperoleh dalam bentuk batangan, granula atau
bubuk dan terbuat dari beberapa jenis rumput laut. Kegunaannya
adalah sebagai pemadat (gelling) yang pertama kali digunakan oleh
Fraw & Walther Hesseuntuk membuat media. Jika dicampur dengan
air dingin, agar tidak akan larut. Untuk melarutkannya harus diasuk
dan dipanasi, pencairan dan pemadatan berkali-kali atau sterilisasi
yang terlalu lama dapat menurunkankekuatan agar, terutama pada pH
yang asam.
Peptone, peptone adalah produk hidrolisis protein hewani atau
nabatiseperti otot, liver, darah, susu, casein, lactalbumin, gelatin dan
kedelai. Komposisinya tergantung pada bahan asalnya dan bagaimana
caramemperolehnya.
Meat extract. Meat extractmengandung basa organik terbuat dari
otak, limpa, plasenta dan daging sapi.
Yeast extract. Yeast extractterbuat dari ragi pengembang roti atau
pembuat alcohol. Yeast extract mengandung asam amino yang
lengkap & vitamin (B complex).
Karbohidrat. Karbohidrat ditambahkan untuk memperkaya
pembentukan asam amino dan gas dari karbohidrat. Jenis karbohidrat
yang umumnya digunkan dalam amilum, glukosa, fruktosa, galaktosa,
sukrosa, manitol, dll. Konsentrasi yang ditambahkan untuk analisis
fermentasi adalah 0,5-1%.
3. Macam-Macam Media Pertumbuhan
a. Medium berdasarkan sifat fisik
Medium padat yaitu media yang mengandung agar 15% sehingga
setelah dingin media menjadi padat.
Medium setengah padat yaitu media yang mengandung agar 0,3-0,4%
sehingga menjadi sedikit kenyal, tidak padat, tidak begitu cair. Media
semi solid dibuat dengan tujuan supaya pertumbuhan mikroba dapat
menyebar ke seluruh media tetapi tidak mengalami percampuran
sempurna jika tergoyang. Misalnya bakteri yang tumbuh pada media
NfB (Nitrogen freeBromthymol Blue) semisolid akan membentuk
cincin hijau kebiruan di bawah permukaan media, jika media ini cair
maka cincin ini dapat dengan mudah hancur. Semisolid juga
bertujuan untuk mencegah/menekan difusi oksigen, misalnya pada
media Nitrate Broth, kondisi anaerob atau sedikit oksigen
meningkatkan metabolisme nitrat tetapi bakteri ini juga diharuskan
tumbuh merata diseluruh media.
Medium cair yaitu media yang tidak mengandung agar, contohnya
adalah NB (Nutrient Broth), LB (Lactose Broth).
b. Medium berdasarkan komposisi
Medium sintesis yaitu media yang komposisi zat kimianya diketahui
jenisdan takarannya secara pasti, misalnya Glucose Agar, Mac
Conkey Agar.
Medium semi sintesis yaitu media yang sebagian komposisinya
diketahui secara pasti, misanya PDA (Potato Dextrose Agar) yang
mengandung agar, dekstrosa dan ekstrak kentang. Untuk bahan
ekstrak kentang, kita tidak dapat mengetahui secara detail tentang
komposisi senyawa penyusunnya.
Medium non sintesis yaitu media yang dibuat dengan komposisi yang
tidak dapat diketahui secara pasti dan biasanya langsung diekstrak
dari bahan dasarnya, misalnya Tomato Juice Agar, Brain Heart
Infusion Agar,Pancreatic Extract.
c. Medium berdasarkan tujuan
Media untuk isolasi, media ini mengandung semua senyawa esensial
untuk pertumbuhan mikroba, misalnya Nutrient Broth, Blood Agar.
Media selektif/penghambat, media yang selain mengandung nutrisi
juga ditambah suatu zat tertentu sehingga media tersebut dapat
menekan pertumbuhan mikroba lain dan merangsang pertumbuhan
mikroba yang diinginkan. Contohnya adalah Luria Bertani medium
yang ditambah Amphisilin untuk merangsang E.coli resisten antibotik
dan menghambat kontaminan yang peka, Ampiciline. Saltbroth yang
ditambah NaCl 4% untuk membunuh Streptococcus agalactiae yang
toleran terhadap garam.
Media diperkaya (enrichment). Media diperkaya adalah media yang
mengandung komponen dasar untuk pertumbuhan mikroba dan
ditambah komponen kompleks seperti darah, serum, kuning telur.
Media diperkaya juga bersifat selektif untuk mikroba tertentu. Bakteri
yang ditumbuhkan dalam media ini tidak hanya membutuhkan nutrisi
sederhana untuk berkembang biak, tetapi membutuhkan komponen
kompleks, misalnya Blood Tellurite Agar, BileAgar, Serum Agar, dll.
Media untuk peremajaan kultur
Media umum atau spesifik yang digunakan untuk peremajaan kultur.
Media untuk menentukan kebutuhan nutrisi spesifik.
Media ini digunakan unutk mendiagnosis atau menganalisis
metabolisme suatu mikroba. Contohnya adalah Koser’s Citrate
medium, yang digunakanuntuk menguji kemampuan menggunakan
asam sitrat sebagai sumber karbon.
Media untuk karakterisasi bakteri
Media yang digunakan untuk mengetahui kemempuan spesifik suatu
mikroba. Kadang-kadang indikator ditambahkan untuk menunjukkan
adanya perubahan kimia. Contohnya adalah Nitrate Broth, Lactose
Broth,Arginine Agar.
Media diferensial
Media ini bertujuan untuk mengidentifikasi mikroba dari
campurannya berdasar karakter spesifik yang ditunjukkan pada media
diferensial, misalnya TSIA (Triple Sugar Iron Agar) yang mampu
memilih Enterobacteria berdasarkan bentuk, warna, ukuran koloni
dan perubahan warna media di sekeliling koloni.
B. STERILISASI
Sterilisasi :
1. Pengertian
Sterilisasi yaitu proses atau kegiatan membebaskan suatu bahan atau benda
dari semua bentuk kehidupan.
2. Macam-macam sterilisasi
Pada prinsipnya sterilisasi dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu secara
mekanik, fisik dan kimiawi.
a. Sterilisai secara mekanik (filtrasi) menggunakan suatu saringan yang
berpori sangat kecil (0.22mikron atau 0.45 mikrob) sehingga mikroba
tertahan pada saringan tersebut. Proses ini ditujukan untuk sterilisasi
bahan yang peka panas, misal nya larutan enzim dan antibiotik.
b. Sterilisasi secara fisik dapat dilakukan dengan pemanasan & penyinaran.
1) Pemanasan
Pemijaran (dengan api langsung): membakar alat pada api secara
langsung, contoh alat : jarum inokulum, pinset, batang L, dll.
Panas kering: sterilisasi dengan oven kira-kira 60-1800C.
Sterilisasi panas kering cocok untuk alat yang terbuat dari kaca
misalnya erlenmeyer, tabung reaksi dan lain-lain.
Uap air panas: konsep ini mirip dengan mengukus. Bahan yang
mengandung air lebih tepat menggungakan metode ini supaya
tidak terjadi dehidrasi.
Uap air panas bertekanan : menggunalkan autoklaf
Autoklaf (Autoclave)
Menurut Morello et al. (2003:81) tekanan yang digunakan untuk
sterilisasi pada umumnya 15 Psi atau sekitar 1 atm dan dengan
suhu 121oC (250oF). Jadi tekanan yang bekerja ke seluruh
permukaan benda adalah 15 pon tiap inchi2 (15 Psi = 15 pounds
per square inch). Lama sterilisasi yang dilakukan adalah 15 menit
pada suhu 121oC. Dengan syarat suhu, tekanan dan waktu tersebut
maka segala bentuk mikroorganisme dapat dimatikan.
Autoklaf menggunakan uap air murni (lebih ringan dan lebih
panas dari udara) untuk sterilisasi sehingga udara yang terdapat
dalam wadah harus dikeluarkan. Pada saat sumber panas
dinyalakan, air dalam autoklaf lama kelamaan akan mendidih dan
uap air yang terbentuk mendesak udara yang mengisi autoklaf.
Setelah semua udara dalam autoklaf diganti dengan uap air, katup
uap/udara ditutup sehingga tekanan udara dalam autoklaf naik.
Pada saat tercapai tekanan dan suhu yang sesuai, maka proses
sterilisasi dimulai dan timer mulai menghitung waktu mundur.
Setelah proses sterilisasi selesai, sumber panas dimatikan dan
tekanan dibiarkan turun perlahan hingga sama dengan tekanan
atmosfer. Autoklaf tidak boleh dibuka sebelum tekanan turun
sampai nol. Hal yang sering keliru adalah dengan menutup semua
katup rapat-rapat sebelum udara dalam wadah digantikan oleh uap
air.
Collins et al. (2004:46-48) berpendapat bahwa secara umum
terdapat dua jenis autoklaf yaitu :
a) Pressure cooker autoclave
Alat ini memiliki wadah dan tutup (terbuat dari metal yang
dapat disatukan dan dikunci dengan perantara bahan karet),
katup pengeluaran udara/uap air, pengukur tekanan, elemen
pemanas (atau api) pada bagian bawah dan katup pengaman.
Perbedaan mendasar antara alat ini dengan autoklaf modern
adalah tidak adanya pengatur otomatis sehingga perhitungan
waktu sterilisasi atau pengeluaran udara dilakukan secara
manual. Katup pengaman secara permanen diatur pada
tekanan yang diinginkan sehingga jika tekanan melebihi
target, maka akan dibuang melewati katup ini.
b) Gravity displacement autoclave
Autoklaf ini dilengkapi dengan pengatur suhu dan tekanan
otomatis dan seluruh proses sterilisasi telah diprogram. Jaket
yang terdapat melingkupi seluruh wadah dapat diisi uap air
untuk menjaga dan mendistribusikan panas ke semua
permukaan wadah. Uap air memasuki jaket dari pipa suplai
uap bertekanan tinggi. Tekanan uap air ini kemudian
dikurangi kedalam kisaran tekanan yang diinginkan. Setelah
melewati jaket uap air bertekanan memasuki wadah autoklaf
yang berisi alat dan bahan yang akan disterilisasi. Uap air
bertekanan ini memasuki wadah dengan aliran dari atas ke
bawah sehingga menggantikan udara yang ada didalamnya.
Udara tergantikan dengan bantuan gravitasi (uap air lebih
ringan dari udara) kemudian dibuang meleati pipa di bagian
bawah wadah menuju pipa pembuangan. Pada pipa ini
terdapat alat pengatur uap air yang secara otomatis aka
tertutup jika udara telah dikeluarkan seluruhnya.
2) Penyinaran dengan UV
Sinar Ultra Violet juga dapat digunakan untuk proses sterilisasi,
misalnya untuk membunuh mikroba yang menempel pada permukaan
interior Safety Cabinet dengan disinari lampu UV
c. Sterilisasi secara kimiawi biasanya menggunakan senyawa desinfektan
antara lain alkohol.
3. Saran-saran kerja aseptis :
a. Sebelum membuka ruangan atau bagian steril di dalam
tabung/cawan/erlenmeyer sebaiknya bagian mulut (bagian yang
memungkinkan kontaminan masuk) dibakar/dilewatkan api terlebih
dahulu.
b. Pinset, batang L, dll dapat disemprot dengan alkohol terlebih dahulu lalu
dibakar.
c. Ujung jarum inokulum yang sudah dipijarkan harus ditunggu dingin
dahulu atau dapat ditempelkan tutup cawan bagian dalam untuk
mempercepat transfer panas yang terjadi.
d. Usahakan bagian alat yang diharapkan dalam kondisi steril didekatkan ke
bagian api.
e. Jika kerja di Safety Cabinet tidak perlu memakai pembakar bunsen tetapi
jika di luar Safety Cabinet maka semakin banyak sumber api maka
semakin terjamin kondisi aseptisnya.
4. Prinsip cara kerja autoklaf
Seperti yang telah dijelaskan sebagian pada bab pengenalan alat, autoklaf
adalah alat untuk memsterilkan berbagai macam alat & bahan yang
menggunakan tekanan 15 psi (2 atm) dan suhu 1210C. Untuk cara kerja
penggunaan autoklaf telah disampaikan di depan. Suhu dan tekanan tinggi
yang diberikan kepada alat dan media yang disterilisasi memberikan kekuatan
yang lebih besar untuk membunuh sel dibanding dengan udara panas.
Biasanya untuk mesterilkan media digunakan suhu 1210C dan tekanan 15
lb/in2(SI = 103,4 Kpa) selama 15 menit. Alasan digunakansuhu 1210C atau
249,80F adalah karena air mendidih pada suhu tersebut jika digunakan tekanan
15 psi. Untuk tekanan 0 psi pada ketinggian di permukaan laut (sea level) air
mendidih pada suhu 1000C, sedangkan untuk autoklaf yang diletakkandi
ketinggian sama, menggunakan tekanan 15 psi maka air akan memdididh pada
suhu 1210C. Ingat kejadian ini hanya berlaku untuk sea level, jika
dilaboratorium terletak pada ketinggian tertentu, maka pengaturan tekanan
perlu disetting ulang. Misalnya autoklaf diletakkan pada ketinggian 2700 kaki
dpl, maka tekanan dinaikkan menjadi 20 psi supaya tercapai suhu 1210C untuk
mendidihkan air. Semua bentuk kehidupan akan mati jika dididihkan pada
suhu 1210C dan tekanan 15 psi selama 15 menit.
Pada saat sumber panas dinyalakan, air dalam autoklaf lama kelamaan
akan mendidih dan uap air yang terbentuk mendesak udara yang mengisi
autoklaf. Setelah semua udara dalam autoklaf diganti dengan uap air, katup
uap/udara ditutup sehingga tekanan udara dalam autoklaf naik. Pada saat
tercapai tekanan dan suhu yang sesuai., maka proses sterilisasi dimulai dan
timer mulai menghitung waktu mundur. Setelah proses sterilisasi selesai,
sumber panas dimatikan dan tekanan dibiarkan turun perlahan hingga
mencapai 0 psi. Autoklaf tidak boleh dibuka sebelum tekanan mencapai 0 psi.
Untuk mendeteksi bahwa autoklaf bekerja dengan sempurna dapat digunakan
mikroba pengguji yang bersifat termofilik dan memiliki endospora yaitu
Bacillusstearothermophillus, lazimnya mikroba ini tersedia secara komersial
dalam bentuk spore strip. Kertas spore strip ini dimasukkan dalam autoklaf
dan disterilkan. Setelah proses sterilisai lalu ditumbuhkan pada media. Jika
media tetap bening maka menunjukkan autoklaf telah bekerja dengan baik.
Beberapa media atau bahan yang tidak disterilkan dengan autoklaf adalah :
a. Bahan tidak tahan panas seperti serum, vitamin, antibiotik, dan enzim
b. Paelarut organik, seperti fenol
c. Buffer engan kandungan detergen, seperti SDS
Untuk mencegah terjadinya presipitasi, pencoklatan (media menjadi coklat)
dan hancurnya substrat dapat dilakukan pencegahan sebagai berikut :
a. Glukosa disterilkan terpisah dengan asam amino (peptone) atau senyawa
fosfat
b. Senyawa fosfat disterilkan terpisah dengan asam amino (peptone) atau
senyawa garam mineral lain.
c. Senyawa garam mineral disterilkan terpisah dengan agar
d. Media yang memiliki pH > 7,5 jangan disterilkan dengan autoklaf
e. Jangan mensterilisasi larutan agar dengan pH < 6,0
Erlenmeyer hanya boleh diisi media maksimum ¾ dari total volumenya,
sisa ruang dibirkan kosong. Jika mensterilkan media 1L yang ditampung pada
erlenmeyer 2L maka sterilisasi diatur dengan waktu 30 menit.
5. Sterilisasi dengan penyaringan (filtrasi)
Sterilisasi dengan penyaringan dilakukan untuk mensterilisasi cairan yagn
mudah rusak jika terkena panas atu mudah menguap (volatile). Cairan yang
disterilisasi dilewatkan ke suatu saringan (ditekan dengan gaya sentrifugasi
atau pompa vakum) yang berpori dengan diameter yang cukup kecil untuk
menyaring bakteri. Virus tidak akan tersaring dengan metode ini. Sterilisasi
dengan penyaringan dapat dilakukan dengan berbagai cara:
Non-disposable filtration apparatus
- Disedot dengan pompa vakum
- Volume 20-1000 ml
Disposable filter cup unit
- Disedot dengan pompa vakum
- Volume 15-1000 ml
Disposable filtration unit dengan botol penyimpan
- Disedot dengan pompa vakum
- Volume 15-1000 ml
Syringe filters
- Ditekan seperti jarum suntik
- Volume 1-20 ml
Spin filters
- Ditekan dengan gaya setrifugasi
- Volume kurang dari 1 ml
6. Cara kerja menggunakan Non-disposable filtration apparatus
a. Sterilkan saringan (dapat menggunakan saringan Bekerfeld,
Chamberland Zeitz), membran penyaring (kertas saring) dan
erlenmeyer penampung.
b. Pasang atau rakit alat-alat tersebut secara aseptis (sesuai gambar), lalu
isi corong dengan larutan yang akan disterilkan.
c. Hubungkan katup erlenmeyer dengan pompa vakum kemudian
hidupkan pompa.
d. Setelah semua larutan melewati membran filter dan tertampung
dierlenmeyer, maka larutan dapat dipindahkan kedalam gelas
penampung lain yang sudah steril dan tutup dengan kapas atau
aluminium foil yang steril.
7. Tyndalisasi
Konsep kerja metode ini merip dengan mengukus.Bahan yang mengandung air
dan tidak tahan tekanan atau suhu tinggi lebih tepat disterilkan dengan metode
ini. Misalnya susu yang disterilkan dengan suhu tinggi akan mengalami
koagulasi dan bahan yang berpati disterilkan pada suhu bertekanan pada
kondisi pH asam akan terhidrolisis.
Cara kerja :
a. Bahan dimasukkan kedalam erlenmeyer atau botol dan ditutup rapat dengan
sumbat atau aluminium foil.
b. Erlenmeyer/botol lalu dimasukkan kedalam alat sterilisasi (alat standar
menggunakan Arnold Steam Sterilizen atau dandang).
c. Nyalakan sumber panas dan tunggu hingga termometer menunjukkan
suhu 1000C kemudian hitung waktu mundur hingga 30 menit (uap panas
yang terbentuk akan mematikan mikroba).
d. Setelah selesai alat sterilisasi dimatikan dan bahan yang steril dikeluarkan.
e. Setelah 24 jam, bahan tersebut di sterilkan lagi dengan cara yang sama,
sedang waktu ini dimaksudkan untuk memberi kesempatan spora atau
selvegetatif yang belum mati untuk tumbuh sehingga mudah dibunuh.
8. Sterilisasi dengan udara panas (Dry heat sterilization)
Sterilisasi dengan metode ini biasanya digunakan untuk peralatan gelas seperti
cawan petri, pipet ukur dan labu erlenmyer. Alat gelas yang disterilisasi
dengan udara panas tidak akan timbul kondensasi sehingga tidak ada tetes air
(embun) di dalam alat gelas.
1. Bungkus alat-alat gelas dengan kertas payung atau aluminium foil
2. Atur pengatur suhu oven menjadi 1800C dan alat disterilkan selama 2-3
jam.
9. Prinsip kerja Biological Saferty Cabinet
Biological Safety Cabinet merupakan kabinet kerja yang sterilkan untuk kerja
mikrobiologi.BSC memiliki suatu pengatur aliran udara yang menciptakan
aliran udara kotor (dimungkinkan ada kontaminan) untuk disaring dan
diresirkulasi melalui filter.
BSC juga disebut biosafety hood, dan juga dikenal dengan Laminar flowhood
atau Class II vertical flow cabinet yang menyediakan alat filtrasi dan aliran
udara yang bersirkulasi didalam ruang kerja. Aliran udara diatur untuk
menghambat udara luar masuk dan udara di dalam keluar, untuk mencegah
kontaminasi dari luar dan pencemaran bakteri dari ruang BSC. Udara yang
keluar disaring melewati penyaring sehingga sel-sel yang berbahaya tidak
lepas keluar ke ruangan lain.
C. PEWARNAAN SEDERHANA
1. Mengamati Morfologi Bakteri
Sel bakteri dapat teramati dengan jelas jika digunakan mikroskop dengan
perbesaran 100x10 yang ditambah minyak imersi. Jika dibuat preparat ulas
tanpapewarnaan, sel bakteri sulit terlihat.Pewarnaan bertujuan untuk
memperjelas sel bakteri dengan menempelkan zat warna ke permukaan sel
bakteri.Zat warna dapat mengabsorbsi dan membiaskan cahaya, sehingga
kontras sel bakteri dengan sekelilingnya ditingkatkan.
Zat warna yang digunakan bersifat asam atau basa.Pada zat warna basa,
bagianyang berperan dalam memberikan warna disebut kromofor dan
mempunyai muatan positif. Sebaliknya pada zat warna asam bagian yang
berperan memberikan zat warna memiliki muatan negatif. Zat warna basa
lebih banyak digunakan karena muatan negatif banyak banyak ditemukan pada
permukaan sel. Contoh zat warna asam antara lain Crystal Violet, Methylene
Blue, Safranin, Base Fuchsin, MalachiteGreen dll. Sedangkan zat warna basa
antara lain Eosin, Congo Reddll.
2. Pewarnaan
a. Pewarnaan sederhana
pewarnaan positif
pewarnaan negative
b. Pewarnaan diferensial
pewarnaan gram
pewarnaan acid fast dll.
c. Pewarnaan khusus
pewarnaan endospora
pewarnaan flagella dll.
Pewarnaan Sederhana (Pewarnaan Positif)
Sebelum dilakukan pewarnaan dibuat ulasan bakteri di atas object glass yang
kemudian difiksasi. Jangan menggunakan suspensi bakteri yang terlalu padat,
tapi jika suspensi bakteri terlalu encer, maka akan diperoleh kesulitan saat
mencari bakteri dengan mikroskop. Fiksasi bertujuan untuk mematikan bakteri
dan melekatkan sel bakteri pada object glass tanpa merusak struktur selnya.
Cara Kerja :
1. Bersihkan object glass dengan kapas
2. Jika perlu tulislah kode atau nama bakteri pada sudut object glass
3. Bila menggunakan biakan cair maka pindahkan setetes biakan dengan
pipet tetes atau dapat juga dipindahkan dengan jarum inokulum. Jangan
lupa biakan dikocok terlebih dahulu. Jika digunakan biakan padat, maka
biakan dipindahkan dengan jarum inokulum, satu ulasan saja kemudian
diberi akuades dan disebarkan supaya sel merata.
4. Keringkan ulasan tersebut sambil memfiksasinya dengan api Bunsen
(lewatkan di atas api 2-3 kali)
5. Setelah benar-benar kering dan tersebar selanjutnya ditetesi dengan
pewarna (dapat digunakan Methylen blue, Safranin, Crystal Violet) dan
tunggu kurang lebih 30 detik.
6. Cuci dengan akuades kemudian keringkan dengan kertas tissue
7. Periksa dengan mikroskop (perbesaran 100 x 10).
Pewarnaan Negatif
Beberapa bakteri sulit diwarnai dengan zat warna basa.Tapi mudah dilihat
dengan pewarnaan negatif. Zat warna tidak akan mewarnai sel melainkan
mewarnai lingkungan sekitarnya, sehingga sel tampak transparan dengan latar
belakang hitam.
Cara Kerja :
1. Ambil dua object glass, teteskan nigrosin atau tinta cina di ujung kanan
salah satu object glass
2. Biakan diambil lalu diulaskan atau diteteskan dalam tetesan nigrosin tadi,
lalu dicampurkan
3. Tempelkan sisi object glass yang lain kemudian gesekkan ke samping kiri
4. Biarkan preparat mengering di udara, jangan difiksasi atau dipanaskan di
atas api.
5. Setelah dilihat di mikroskop, maka akan tampak bentuk sel bakteri.
Pewarnaan Gram
Adalah pewarnaan diferensial yang sangat berguna dan paling banyak
digunakan dalam laboratorium mikrobiologi, karena merupakan tahapan
penting dalam langkah awal identifikasi.Pewarnaan ini didasarkan pada tebal
atau tipisnya lapisan peptidoglikan di dinding sel dan banyak sedikitnya
lapisan lemak pada membran sel bakteri.Jenis bakteri berdasarkan pewarnaan
gram dibagi menjadi dua yaitu gram positif dan gram negatif.Bakteri gram
positif memiliki dinding sel yang tebal dan membran sel selapis.Sedangkan
baktri gram negatif mempunyai dinding sel tipis yang berada di antara dua
lapis membran sel.
Cara Kerja :
1. Buat preparat ulas (smear) yang telah difiksasi dari bakteri gram positif
misal Bacillus subtilis dan gram negatif misal Escherichia coli
2. Teteskan kristal violet sebagai pewarna utama pada kedua preparat,
usahakan semua ulasan terwarnai dan tunggu selama ± 1 menit. Kristal
ungu akan mewarnai seluruh permukaan sel bakteri gram positif dan
negatif
3. Cuci dengan akuades mengalir
4. Teteskan mordant (lugol,s iodine) lalu tunggu ± 1 menit. Adanya lugol’s
iodine menyebabkan adanya ikatan CV dengan iodine yang akan
meningkatkan afinitas pengikatan zat warna oleh bakteri. Pada gram
positif dapat terbentuk CV iodin-ribonukleat pada dinding sel
5. Cuci dengan akuades mengalir
6. Beri larutan pemucat (ethanol 96%/aseton) setetes demi setetes hingga
etanol yang jatuh berwarna jernih. Jangan sampai terlalu banyak
(overdecolorize). Penetesan etanol absolut menyebabkan terbentuknya
pori-pori pada gram negatif yang memiliki banyak lapisan lemak (lipid
larut dalam etanol), sehingga komplek CV-iodine akan lepas dari
permukaan sel gram negatif, sedangkan pada gram positif CV-iodine tetap
menempel di dinding sel, sel gram negatif menjadi bening
7. Cuci dengan akuades mengalir
8. Teteskan counterstain (safranin) dan tunggu selama ± 45 detik. Safranin
akan mewarnai sel gram negatif menjadi berwarna merah, sedangkan
gram positif tidak terpengaruh. Counterstain hanya berfungsi sebagai
pengontras saja
9. Cuci dengan akuades mengalir
10. Keringkan preparat dengan kertas tissue yang ditempelkan di sisi ulasan
(jangan sampai merusak ulasan) lalu biarkan mengering di udara.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pewarnaan gram adalah sebagai berikut
:
1) Fase yang paling kritis dari prosedur di atas adalah tahap dekolorisasi
yang mengakibatkan CV-iodine lepas dari sel. Pemberian ethanol jangan
sampai berlebih yang akan menyebabkan overdecolorization sehingga sel
gram positif tampak seperti gram negatif. Namun juga jangan sampai
terlalu sedikit dalam penetesan etanol (underdecolorization) yang tidak
akan melarutkan CV-iodine secara sempurna sehingga sel gram negatif
seperti gram positif.
2) Preparasi pewarnaan gram terbaik adalah menggunakan kultur muda yang
tidak lebih lama dari 24 jam. Umur kultur akan berpengaruh pada
kemampuan sel menyerap warna utama (CV), khususnya pada gram
positif. Mungkin akan menampakkan gram variabel yaitu satu jenis sel,
sebagian berwarna ungu dan sebagian merah karena pengaruh umur.
Walaupun ada beberapa species yang memang bersifat gram variabel
seperti pada genus Acinetobacter dan Arthrobacter.
Pewarnaan Endospora
Anggota dari genus Clostridium, Desulfomaculatum dan Bacillus adalah
bakteri yang memproduksi endospora dalam siklus hidupnya.Endospora
merupakan bentuk dorman dari sel vegetatif, sehingga metabolismenya
bersifat inaktif dan mampu bertahan dalam tekanan fisik dan kimia seperti
panas, kering, dingin, radiasi dan bahan kimia.Tujuan dilakukannya
pewarnaan endospora adalah membedakan endospora dengan sel vegetatif,
sehingga pembedaannya tampak jelas.
Endospora tetap dapat dilihat di bawah mikroskop meskipun tanpa pewarnaan
dan tampak sebagai bulatan transparan dan sangat refraktil.Namun jika dengan
pewarnaan sederhana, endospora sulit dibedakan dengan badan inklusi (kedua-
duanya transparan, sel vegetatif berwarna), sehingga diperlukan teknik
pewarnaan endospora.Berikut merupakan prosedur pewarnaan endospora
dengan metode Schaeffer-Fulton.
Cara Kerja :
1. Buat preparat ulas dari Bacillussubtilis lalu tutup dengan kertas merang.
Sel bakteri menempel pada permukaan object glass
2. Tetesi ulasan pada object glass dengan Malachite green di atas kertas
merang. Letakan di atas air yang mendidih. Biarkan 5 menit. Dijaga
jangan sampai kering. Jika bagian pinggir mulai mengering, tambahkan
lagi Malachite Green. Malachite green akan mewarnai sel vegetatif
bakteri. Endospora sukar menyerap zat warna, sekali diberi zat warna,
warna tersebut sulit dilunturkan. Untuk mewarnainya dilakukan
pemanasan untuk mempermudah penetrasi Malachite green ke dinding
endospora.
3. Setelah dingin, bilas object glass dengan akuades mengalir Air digunakan
sebagai agen dekolorasi sel. Setelah perlakuan di atas Malachitegreen
tidak melekat kuat dengan sel vegetatif. Pembilasan dengan akuades akan
melunturkan Malachite green pada sel vegetative
4. Tetesi dengan safranin sebagai counter stain, diamkan selama + 45 detik
Safranin akan mewarnai sel vegetatif menjadi merah, warna ini tidak
mempengaruhi warna hijau endospora.
5. Cuci kering anginkan
D. ISOLASI MIKROORGANISME
1. Isolasi Mikroorganisme:
Pengertian
Di alam populasi mikroba tidak terpisah sendiri menurut jenisnya, tetapi terdiri
dari campuran berbagai macam sel. Di dalam laboratorium populasi bakteri ini
dapat diisolasi menjadi kultur murni yang terdiri dari satu jenis yang dapat
dipelajari morfologi, sifat dan kemampuan biokimiawinya.
2. Isolasi Dengan Cara Pengenceran (Dilution)
a. Teknik Preparasi Suspensi
Sampel yang telah diambil kemudian disuspensikan dalam akuades
steril.Tujuan dari teknik ini pada prinsipnya adalah melarutkan atau
melepaskan mikroba dari substratnya ke dalam air sehingga lebih mudah
penanganannya. Macam-macam preparsi bergantung kepada bentuk
sampel :
1) Swab (ulas), dilakukan menggunakan cotton bud steril pada sampel
yang memiliki permukaan luas dan pada umumnya sulit dipindahkan
atau sesuatu pada benda tersebut. Contohnya adalah meja, batu,
batang kayu dll. Caranya dengan mengusapkan cotton bud memutar
sehingga seluruh permukaan kapas dari cotton bud kontak dengan
permukaan sampel. Swab akan lebih baik jika cotton bud dicelupkan
terlebih dahulu ke dalam larutan atraktan semisal pepton water.
2) Rinse (bilas) ditujukan untuk melarutkan sel-sel mikroba yang
menempel pada permukaan substrat yang luas tapi relative berukuran
kecil, misalnya daun bunga dll. Rinse merupakan prosedur kerja
dengan mencelupkan sampel ke dalam akuades dengan perbandingan
1 : 9 (w/v). Contohnya sampel daun diambil dan ditimbang 5 g
kemudian dibilas dengan akuades 45 ml yang terdapat dalam beaker
glass.
3) Maseration (pengancuran), sampel yang berbentuk padat dapat
ditumbuk dengan mortar dan pestle sehingga mikroba yang ada
dipermukaan atau di dalam dapat terlepas kemudian dilarutkan ke
dalam air. Contoh sampelnya antar alain bakso, biji, buah dll.
Perbandingan antar berat sampel dengan pengenceran pertama adalah
1 : 9 (w/v). Unutk sampel dari tanh tak perlu dimaserasi
b. Teknik Pengenceran Bertingkat
Tujuan dari pengenceran bertingkat yaitu memperkecil atau mengurangi
jumlah mikroba yang tersuspensi dalam cairan. Penentuan besarnya atau
banyaknya tingkat pengenceran tergantung kepada perkiraan jumlah
mikroba dalam sampel. Digunakan perbandingan 1 : 9 untuk sampel dan
pengenceran pertama dan selanjutnya, sehingga pengenceran berikutnya
mengandung 1/10 sel mikroorganisma dari pengenceran sebelumnya.
Cara Kerja :
a. Sampel yang mengandung bakteri dimasukan ke dalam tabung
pengenceran pertama (1/10 atau 10-1) secara aseptis (dari preparasi
suspensi). Perbandingan berat sampel dengan volume tabung pertama
adalah 1 : 9 dan ingat akuades yang digunakan jika memakai teknik
rinse dan swab sudah termasuk pengencer 10-1. Setelah sampel
masuk lalu dilarutkan dengan mengocoknya (pengocokan yang benar
dapat dilihat pada gambar disamping)
b. Diambil 1 ml dari tabung 10-1 dengan pipet ukur kemudian
dipindahkan ke tabung 10-2 secara aseptis kemudian dikocok dengan
membenturkan tabung ke telapak tangan sampai homogen.
Pemindahan dilanjutkan hingga tabung pengenceran terakhir dengan
cara yang sama, hal yang perlu diingat bahwa pipet ukur yang
digunakan harus selalu diganti, artinya setiap tingkat pengenceran
digunakan pipet ukur steril yang berbeda/baru. Prinsipnya bahwa
pipet tidak perlu diganti jika memindahkan cairan dari sumber yang
sama.
c. Teknik Penanaman
1) Teknik penanaman dari suspensi
Teknik penanaman ini merupakan lajutan dari pengenceran
bertingkat. Pengambilan suspensi dapat diambil dari pengenceran
mana saja tapi biasanya untuk tujuan isolasi (mendapatkan koloni
tunggal) diambil beberapa tabung pengenceran terakhir.
a) Spread Plate (agar tabur ulas)
Spread plate adalah teknik menanam dengan menyebarkan
suspensi bakteri di permukaan agar diperoleh kultur murni.
Adapun prosedur kerja yang dapat dilakukan adalah sebagai
berikut :
1. Ambil suspensi cairan senamyak 0,1 ml dengan pipet
ukur kemudian teteskan diatas permukaan agar yang
telah memadat.
2. Batang L atau batang drugal diambil kemudian
disemprot alcohol dan dibakar diatas bunsen beberapa
saat, kemudian didinginkan dan ditunggu beberapa
detik.
3. Kemudian disebarkan dengan menggosokannya pada
permukaan agar supaya tetesan suspensi merata,
penyebaran akan lebih efektif bila cawan ikut diputar.
4. Hal yang perlu diingat bahwa batang L yang terlalu
panas dapat menyebabkan sel-sel mikroorganisme dapat
mati karena panas.
b) Pour Plate (agar tuang)
Teknik ini memerlukan agar yang belum padat (>45oC)
untuk dituang bersama suspensi bakteri ke dalam cawan petri
lalu kemudian dihomogenkan dan Hal ini akan menyebarkan
sel-sel bakteri tidak hanya pada permukaan agar saja
melainkan sel terendam agar (di dalam agar) sehingga
terdapat sel yang tumbuh dipermukaan agar yang kaya O2
dan ada yang tumbuh di dalam agar yang tidak banyak
begitu banyak mengandung oksigen. Adapun prosedur kerja
yang dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Siapkan cawan steril, tabung pengenceran yang akan
ditanam dan media padat yang masih cair (>45oC)
2. Teteskan 1 ml secara aseptis.suspensi sel kedalam cawan
kosong
3. Tuangkan media yang masih cair ke cawan kemudian
putar cawan untuk menghomogenkan suspensi bakteri
dan media, kemudian diinkubasi.
Alasan diteteskannya bakteri sebanyak 0,1 ml untuk spread
plate dan 1 ml untuk pour plate karena spread plate ditujukan
untuk menumbuhkan dipermukaanya saja, sedangkan pour
plate membutuhkan ruang yang lebih luas untuk
penyebarannya sehingga diberikan lebih banyak dari pada
spread plate.
2) Teknik Penanaman dengan Goresan (Streak)
Bertujuan untuk mengisolasi mikroorganisme dari campurannya
atau meremajakan kultur ke dalam medium baru.
a) Goresan Sinambung
Cara kerja :
1. Sentuhkan inokulum loop pada koloni dan gores secara
kontinue sampai setengah permukaan agar.
2. Jangan pijarkan loop, lalu putar cawan 180oC lanjutkan
goresan sampai habis. Goresan sinambung umumnya
digunakan bukan untuk mendapatkan koloni tunggal,
melainkan untuk peremajaan ke cawan atau medium
baru.
b) Goresan T
Cara kerja :
1. Bagi cawan menjadi 3 bagian menggunakan spidol
marker
2. Inokulasi daerah 1 dengan streak zig-zag
3. Panaskan jarum inokulan dan tunggu dingin, kemudian
lanjutkan streak zig-zag pada daerah 2. Cawan diputar
untuk memperoleh goresanyang sempurna
4. Lakukan hal yang sama pada daerah 3
c) Goresan Kuadran (Streak quadrant)
Cara kerja :
Hampir sama dengan goresan T, namun berpola goresan
yang berbeda yaitu dibagi empat. Daerah 1 merupakan
goresan awal sehingga masih mengandung banyak sel
mikroorganisma. Goresan selanjutnya dipotongkan atau
disilangkan dari goresan pertama sehingga jumlah semakin
sedikit dan akhirnya terpisah-pisah menjadi koloni tunggal.
2. PARASITOLOGI
a. Trichuris trichiura (cacing cambuk)
Cacing betina panjangnya kira-kira 5 cm, sedangkan jantan 4 cm.
Bagiananterior langsung seperti cambuk.Bagian posterior bentuknya lebih
gemuk, pada cacing betina bentuknya membulat tumpul dan cacing jantan
melingkar dan terdapat suatu spikulum.
Telur berbentuk oval lonjong sepertitempayan dengan semacam penonjolan
yang jernih/opperkulum pada kedua kutub. Kulit telur bagian luar berwarna
kekuning-kuningan dan bagian dalamnya jernih.
Epidemiologi
Faktor lingkungan mempunyai pengaruh yang penting dalam proses transmisi,
iklim tropis Indonesia sangat menguntungkan terhadap perkembangan T.
trichiura. Indonesia mempunyai empat area ekologi utama terhadap transmisi
T. trichiura yaitu dataran tinggi, dataran rendah, kering, dan hujan.Data dari
berbagai survei di berbagai tempat di Indonesia menunjukkan bahwa infeksi T.
trichiura merupakan masalah di semua daerah di Indonesia dengan prevalensi
35% sampai 75%.Infeksi T. trichiura didasari dengan sanitasi yang inadekuat
dan populasi yang padat, umumnya ini dijumpai di daerah kumuh dengan
tingkat sosioekonomi yang rendah.Perbedaan prevalensi T. trichiura di daerah
perkotaan dan pedesaan menggambarkan perbedaan sanitasi atau densitas
populasi, tingkat pendidikan, serta perbedaan sosioekonomi yang juga
berperan penting.5,8. Anak usia sekolah mempunyai prevalensi yang tinggi
terhadap infeksi T. trichiura. Berdasarkan data epidemiologi, anak dengan
tempat tinggal dan sanitasi yang buruk dan higienitas yang rendah mempunyai
risiko terinfeksi yang lebih tinggi.Pendidikan higienitas yang rendah juga
mendukung tingginya infeksi tersebut. Tumpukan sampah dan penyediaan
makanan jajanan di lingkungan sekolah juga menjelaskan tingginya prevalensi
b. Enterobiusvermicularis /(Oxyurisvermicularis )The Pinworm (cacing
kremi)
Cacing kremi atau Enterobius vermicularis (Oxyuris vermicularis)
diklasifikasikan dalam Kingdom Metazoa, Phylum Nemathelminthes, class
Nematoda, Sub class plasmodia, Ordo Oxyurida, Sub family Oxyuroidae,
family Oxyuridae, Genus Enterobius, Spesies Oxyuris vermicularis atau
Enterobius vermicularis.
Morfologi
a. Morfologi cacing Enterobius vermicularis
Cacing betina berukuran 8 – 13 mm x 0,4 mm. pada ujung anterior
pelebaran kutikulum seperti sayap yang disebut alae. Bulbususofagus jelas
sekali, ekornya panjang dan runcing. Uterus cacing yang gravid melebar
dan penuh telur.Cacing betina yang gravid mengandung 11.000-15.000
butir telur, berimigrasi ke daerah perianal untuk bertelur dengan cara
kontraksi uterus. Cacing jantan berukuran 2-5 mm, juga mempunyai sayap
dan ekornya melingkar sehingga bentuknya seperti tanda Tanya (?);
spikulum pada ekor jarang ditemukan.Habitat cacing dewasa biasanya di
rongga sekum, usus besar dan di usus halus yang berdekatan dengan
rongga sekum.
b. Morfologi Telur cacing kremi ( Enterobius vermicularis).
Telur berbentuk lonjong dan lebih datar pada satu sisi(asimetrik).
Mempunyai ukuran 50 -60 mikron x 20 – 32 mikron. Dinding telur bening
dan agak lebih tebal dari dinding telur cacing tambang. Terdapat 3 lapisan
dinding telur, lapisan pertama (lapisan luar) berupa lapisan albuminous,
tranclusent, bersifat sebagai mekanikal protection, lapisan kedua berupa
membran terdiri darilemak, berfungsi sebagai chemical protection, lapisan
ketiga adalah lapisan dalam telur yang berisi larva.Telur menjadi matang
dalamwaktu 6 jam setelah dikeluarkan. Telur resisten terhadap desinfektan
dan udara dingin.Dalam keadaan lembab telur dapat hidup dalam 13 hari.
Siklus Hidup Cacing Enterobius vermicularis
Siklus hidup dimulai dengan keluarnya cacing betina yang grafid bermigrasi
kedaerah perianal /anus pada waktu malam harikemudian bertelur dengan cara
kotraksi uterus dan melekat pada daerah tersebut (migrasi ini disebut “
Nocturnal migration”) Telur tersebut bisa menjadi larva infektif terutama pada
suhu 23º – 46 º C. Telur cacing kremi dalam waktu 6 jam setelah dikeluarkan
akan menjadi telur yang infektif dapat menetas menjadi larva dan masuk
kembali kedalam usus besar (retrofeksi). Telur cacing yang infektif dapat
bertahan lama, dapat mengkontaminasi lewat makanan, pakaian, tangan karena
telur Enterobius vermicularis yang infektif dapat diterbangkan bersama debu
kemana-mana.Telur yang masukke mulut, di dalam duodenum akan menetas
menjadi larva kemudiandewasa di usus besar. Infeksi cacing kremi terjadi bila
menelan telur matang atau bila larva dari telur yang menetas di daerah perianal
berimigrasi kembali ke usus besar.Bila telur matang yang tertelan, telur
menetas di duodenum dan larva rabditiform berubah dua kali setelah menjadi
dewasa di yeyunum dan bagian atas ileum.Waktu yang diperlukan untuk daur
hidupnya, mulai dari tertelannya telur matang sampai menjadi cacing dewasa
gravid yang berimigrasi ke daerah perianal berlangsung 2 minggu sampai 2
bulan. Mungkin daurnya hanya berlangsung 1 bulan karena telur cacing dapat
ditemukan kembali pada anus paling cepat 5 minggu sesudah
pengobatan.Infeksi cacing kremi dapat sembuh sendiri (self limited). Bila tidak
ada reinfeksi, tanpa pengobatanpun infeksi dapat berakhir
Enterobiasis
Enterobiasis atau penyakit cacing kremi adalah infeksi usus pada manusia
yang disebabkan oleh cacing E. vermicularis.Enterobiasis merupakan infeksi
cacing yang terbesar dan sangat luas dibandingkan dengan infeksi cacing
lainnya.Hal ini disebabkan karena adanya hubungan yang erat antara parasit
ini dengan manusia dan lingkungan sekitarnya.Parasit lebih banyak didapatkan
diantara kelompok dengan tingkat social yang rendah, tetapi tidak jarang
ditemukan pada orang- orang dengan tingkatsosial yang tinggi.
1) Patologi dan gejala klinis
Enterobiasis relatif tidak berbahaya, jarang menimbulkan lesi yang
berarti.Gejala klinis yang menonjol disebabkan iritasi di sekitar anus,
perineum dan vagina oleh cacing betina gravid yang berimigrasi ke
daerah anus dan vagina sehingga menyebabkaan pruritus lokal.Karena
cacing berimigrasi ke daerah anus dan menyebabkan pruritus ani, maka
penderita menggaruk daerah sekitar anus sehingga timbul luka garuk di
sekitar anus.Keadaan ini sering terjadi pada waktu malam hari
hinggapenderita terganggu tidurnya dan menjadi lemah.Kadang kadang
cacingdewasa mudah dapat bergerak ke usus halus bagian proksimal
sampai kelambung, esofagus dan hidung sehingga menyebabkan
gangguan didaerah tersebut.cacing betina gravid mengembara dan
dapat bersarangdi vagina dan di tuba fallopii sehingga menyebabkan
radang di salurantelur. Cacing sering di temukan di apendiks tetapi
jarang menyebabkaanapendisitis.Beberapa gejala infeksi Enterobius
vermikularis yaitu kurang nafsumakan, berat badan turun, aktivitas
meninggi, cepat marah, gigimenggeretak, insomnia dan masturbasi.
2) Epidemiologi
Penyebaran penyakit cacing kremi lebih luas dari pada penyakitcacing
lain. Penularan dapat terjadi pada keluarga atau kelompok yanghidup
dalam satu lingkungan yang sama (asrama, rumah piatu). Telur cacing
dapat diisolasi dari debu di ruangan sekolah atau kafetariasekolah dan
menjadi sumber infeksi bagi anak-anak sekolah. Diberbagai rumah
tangga dengan beberapa anggota keluarga yang mengandung cacing
kremi, telur cacing dapat ditemukan dilantai, meja ,kursi, bak mandi,
alas kasur dan pakaian. Hasil penelitian menunjukkan angka prevalensi
pada berbagai golongan manusia 3% - 80%. Penelitian didaerah Jakarta
Timur melaporkan bahwa kelompok usia terbanyak yang menderita
enterobiasis adalah kelompok usia 5 – 12 tahun yaitu pada 46 anak
(54,1%) dari 85 anak yang diperiksa.
Penularan dapat dipengaruhi oleh :
a. Penularan dari tangan ke mulut sesudah menggaruk daerah
perianal(autoinfeksi) atau tangan dapat menyebarkan telur kepada
orang lainmaupun pada diri sendiri karena memegang benda-benda
atau pakaian yang terkontaminasi.
b. Debu merupakan sumber infeksi karena mudah diterbangkan
olehangin sehingga telur melalui debu dapat tertelan.
c. Retrofeksi melalui anus, larva dari telur yang menetas disekitar
anus kembali masuk ke usus. Anjing dan kucing tidak
mengandung cacing kremi tetapi dapat menjadi sumber infeksi
oleh karena telur dapat menempel pada bulunya.
c. Ascaris lumbricoides The Large Intestinal Roundworm
Pada cacing betina bagian posteriornya berbentuk lurus, sedangkan cacing
jantan bagian posteriornya melengkung dan terdapat spikula.Ascaris
lumbricoides (cacing gelang) telur fertilememiliki dinding 3 lapis:
1. Albuminoid : tebal dan bersifat impermiable
2. Lapisan Hialine : memberi bentuk telur, impermiable
3. Viteline : mengelilingi sel telur sangat impermiable
Ascaris lumbricoides (cacing gelang) telur infertile hanya mempunyai 2
lapisan Viteline dan Hialin, Lapisan Albuminoid tidak ada. Telur tidak di
buahi sehingga tidak terbentuk sempurna.
d. The Hookworm/ Ancylostoma duodenale /Cacing tambang
Pada betina bagian mulut terdapat capsula bukalis dan gigi bentuk
segitiga.Pada jantan, bagian posterior mempunyai bursa kopulotriks dan
spikulum.Telurnya berbentuk lonjong, bagian dalam warna kuning.
Ciri ciri telur cacing tambang, telur berbentuk lonjong, dinding tipis bening,
permukaan dinding halus, bagian dalam berwarna kuning.
e. Brugia malayi- Malayan Filariasis
Cacing ini menyebabkan penyakit yang disebut kaki gajah/
elephantiasis.Cacing ini disebut jugadengan mikrofilaria.Penyakitnya
ditularkan melalui nyamuk Culex sp. Beredar di dalam pembuluh darah/system
vascular.Dalam siklus hidupnya mempunyai larva.
f. Cacing Pita Cestoda/ Taenia sp
Semua anggota cestoda memiliki struktur pipih dan tertutup oleh kutikula.
Cacing pita (Cestoda) memiliki tubuh bentuk pipih, panjang antara 2 - 3m dan
terdiri dari bagian kepala (skoleks) dan tubuh (strobila). Kepala (skoleks)
dilengkapi dengan lebih dari dua alat pengisap. Sedangkan setiap segmen yang
menyusun strobila mengandung alat perkembangbiakan. Makin ke posterior
segmen makin melebar dan setiap segmen (proglotid) merupakan satu individu
dan bersifat hermafrodit.Cacing ini biasanya hidup sebagai parasit dalam usus
vertebrata dan tanpa alat pencernaan.
Ciri ciri cacing pita,pada skoleks terdapat alat pengisap.Skoleks pada jenis
Cestoda tertentu (Taenia solium ) selain memiliki alat pengisap, juga memiliki
kait (rostelum). Rostellum berfungsi untuk melekat pada organ tubuh
inangnya.Dibelakang skoleks pada bagian leher terbentuk proglotid.Setiap
proglotid mengandung organ kelamin jantan (testis) dan organ kelamin betina
(ovarium).Tiap proglotid dapat terjadi fertilisasi sendiri.dan mempunyai rumah
tangga sendiri ( metameri). Makin ke posterior segmen makin melebar dan
setiap segmen (proglotid) merupakan satu individu dan bersifat hermafrodit.
g. Malaria
1) Malaria Tropika
Ciri-cirinya eritrosit tidak membesar (terdapat titik maurer), dalam satu
eritrosit terdapat lebih dari 1 bentuk tropozoit. Terdapat mikrogametosit
dan makrogametosit berbentuk pisang agak lonjong atau seperti sosis,
plasma biru ataumerah muda, inti padat (kalau mikrogametosit tdk
padat), pigmen di sekitar inti atau tersebar (mikrogametosit).
2) Malaria Tertiana
Disebabkan oleh plasmodium vivax, eritrosit membesar, dalam satu
eritrosit hanya terdapat satu parasite, terdapat titik2 schufner, gametosit :
makrogamet dan mikrogamet
BAB II
METODOLOGI
1. Media Pertumbuhan
Tujuan :
a. Mengetahui jenis media pertumbuhan mikroba
b. Mengetahui fungsi dari setiap jenis media
c. Mengetahui factor-faktor yang dapat menunjang pertumbuhan mikroba
Alat :
- Cawan petri
- Gelas ukur
- Labu erlenmayer
- Buncen burner
- Kertas perkamen
- Pengikat
- Kapas sebagai penutup erlenmayer
- Autoclave
Bahan :
- Agar
- Aquades diganti menjadi air
Cara kerja :
1. Masukkan air 200 ml ke dalam erlenmayer yang berisi nutrient agar secara
bertahap. Setiap memasukkan 50 ml air kocok labu erlenmayer supaya nutrient
agar lebih mudah larut.
2. Tutup labu erlenmayer dengan kapas lalu lapisi denggan kertas perkamen dan
ikat dengan pengikat. Pengikat tidak boleh mengenai kapas.
3. Masukkan erlenmayer ke dalam autoclave dalam waktu 15 menit dengan suhu
121oC
4. Ambil erlemayer dalam autoclave, setelah autoclave berbunyi dan jarumnya
sudah menunjukkan 0 atm.
5. Nyalakan Bunsen
6. Buka tutup labu erlenmayer, usahakan tetep berada dekat Bunsen agar tetap
steril.
7. Fiksasi cawan petri lalu tuangkan nutrient agar ke dalam cawan petri. Cawan
petri dibuka seperlunya agar menghindari kontaminasi udara.
8. Tutup cawan petri dan tunggu hingga agar membeku.
2. Isolasi Mikrorganisme
Tujuan :
a. Untuk memisahkan mikroba dari campurannya sehingga di dapat kultur murni.
Alat :
- 4 tabung reaksi
- Mikropipet
- Tip mikropipet
- Bunsen
- Fortex
- Drugailsky
- Cawan petri berisi media
- Gelas ukur berisi alcohol
- Kapas untuk menutup tabung reaksi
- Inkubator
- Kertas perkamen
- Label untuk tabung dan cawan petri
Bahan :’
- Sampel air teh
- Aquades dalm tabung reaksi
Cara kerja
1. Masukkan air teh ke dalam tabung reaksi pertama dengan menggunakan
mikropipet lalu di fortex. Usahakan berada di dekat Bunsen agar mengurangi
kontaminasi
2. Ambil cairan dalam tabung 1 dengan mikropipet lalu campur dengan tabung
2. Fortex tabung kedua. Ganti tip mikropipet setiap ganti cairan.
3. Ambil cairan dalam tabung 2 dengan mikropipet lalu campur dengan tabung
3. Fortex tabung ketiga
4. Ambil cairan dalam tabung 3 dengan mikropipet lalu campur dengan tabung
4. Fortex tabung keempat.
5. Fiksasi cawan petri yang berisi media pertumbuhan. Ambil cairan dari
tabung 4, setelah menfiksasi tabung 4 dengan mikropipet 0,1 ml.
6. Masukkan cairan tersebut ke dalam cawan petri lalu ratakan dengan batang L
yang sudah dibasahi dengan alcohol dan difiksasi. Sebelum meratakan cairan
dengan batang L pastikan batang L tidak lagi panas. Karena panas dapat
merusak media.
7. Tutup cawan petri lau difiksasi kembali.
8. Lakukan hal yang sama pada tabung yang lain dengan cawan petri yang lain.
9. Bungkus cawan petri dengan kertas perkamen lalu masukkan dalam
incubator
3. Pewarnaan gram
Tujuan :
a. Untuk mengenali bentuk morfologi sel dan koloni mikroorganisme serta
sifatnya
Alat :
- Cawan petri berisi mikrobia yang sudah diisolasi
- Jarum inokulum/ ose
- Pinset
- Tabung reaksi berisi gram A,B,C,D
- Objek glass
- Tissue
- Bunsen
- Mikroskop cahaya
- Tabung berisi aquades steril
Bahan :
- Pewarna A,B,C,D
- Aquades steril
- Alcohol
Cara kerja:
1. Bersihkan objek glass dengan alcohol lalu lap dengan tissue, usahan supaya
tangan hanya memegang bagian pinggir objek glass.
2. Fiksasi tabung yang berisi aquades streril, panaskan ose, fiksasi kembali
tabung aqauades steril sambil menunggu ose dingin.
3. Ambil aquades steril dengan ose ke dalam bagian tengah objek glass
secukupnya.
4. Fiksasi cawan petri lalu panaskan ose lalu fikasi kembali cawan petri yang
berisi mikrobia yang sudah diisolasi sambil menunggu ose dingin.
5. Ambil koloni dalam cawan petri lalu campur dengan aquades yang berada di
objek glass kemudian ratakan.
6. Fiksasi objek glass hingga objek glass kering.
7. Teteskan gram A ke dalam objek glass lau tunggu hingga 1 menit kemudian
buang gram A.
8. Teteskan gram B ke dalam objek glass yang sama lalu tunggu hingga 1 menit
kemudian buang gram B lalu bersihkan dengan aquades.
9. Teteskan gram C ke dalam objek glass yang sama lalu tunggu hingga 30 detik
kemudian buang gram C dan bersihkan dengan aquades.
10. Teteskan gram D kedalam objek glass yang sama lalu tunggu hingga 45 detik.
Kemudian buang gram D. bersihkan kembali dengan aquades. Keringkan
preparat.
11. Amati objek glass dengan mikroskop dan tentukan bentuk, susunan, warna dan
sifat.
4. Pengecatan bakteri tahan asam
Tujuan : Untuk mengenali bentuk morfologi sel dan koloni mikroorganisme serta
sifatnya
Alat :
- Cawan petri yang berisi mikrobia yang sudah diisolasi
- Objek glass
- Mikroskop cahaya
- Pipet
- Ose
- Tissue
- Tabung rekasi yang berisi aquades steril
- Pinset
- Bunsen
Bahan :
- Aquades steril
- ZN A,B,C
- Alcohol
Cara kerja :
1. Bersihkan objek glass dengan alcohol lalu bersihkan dengan tissue
2. Fiksasi tabung yang berisi aquades streril, panaskan ose, fiksasi kembali tabung
aqauades steril sambil menunggu ose dingin.
3. Ambil aquades steril dengan ose ke dalam bagian tengah objek glass
secukupnya.
4. Fiksasi cawan petri lalu panaskan ose lalu fikasi kembali cawan petri yang
berisi mikrobia yang sudah diisolasi sambil menunggu ose dingin.
5. Ambil koloni dalam cawan petri lalu campur dengan aquades yang berada di
objek glass kemudian ratakan.
6. Fiksasi objek glass hingga objek glass kering.
7. Teteskan Zn A lalu panaskan objek glass di atas bunsen sampai menguap,
diamkan selama 5 menit. Bersihkan objek glass dengan aquades.
8. Teteskan Zn B sampai warna luntur. Diamkan selama 30 detik. Bersihkan
objek glass dengan aquades.
9. Teteskan Zn C lalu diamkan selama 2 menit. Kemudian bersihkan dengan
aquades.
10. Amati objek glass dengan mikroskop. Tentukan bentuk, susunan, warna dan
sifat. Dan hasil digambarkan.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. MIKROBIOLOGI
HASIL PENGAMATAN
Kode Sampel D : Es Teh
Pengenceran 1 2
10‾2 SPR SPR
10‾3 182 162
10‾4 31 11
Pengenceran : 10-3
182+1622
= 17,2 x 10 4
Pengenceran : 10 -4
31 x 104
Rasio : 31 x104 / 7,2 x 104 = 1,8 ( <2 )
17,2 x 10 + 31 : 2 = 24 x 10 4
Pewarnaan
Gram A
Warna : Violet
Bentuk : Bulat
Susunan : Bergerombol
Sifat : Positif +
Pewarnaan BTA (Bakteri Tahan Asam)
Warna : Merah
Bentuk : Bulat
Susunan : -
Sifat : Zn Tahan Asam
PEMBAHASAN
Gram A
Bakteri gram positif adalah bakteri yang memiliki dinding sel dengan lapisan
peptidoglikan yang tebal. Bakteri ini akan berwarna ungu jika diwarnai dengan
pewarnaan gram.
Gram B
Bakteri gram negatif adalah bakteri yang memiliki dinding sel dengan
peptidoglikan yang tipis. Bakteri ini akan berwarna merah muda, jika diwarnai
dengan perwarnaan gram.
BTA (Bakteri Tahan Asam)
Pewarnaan tahan asam yang umum digunakan adalah pewarnaan Zieh – Neelson.
Sekali sitoplasma terwarnai, maka sel-sel organisme seperti mikrobakteri
menahan zat warna tersebut dengan erat, artinya tidak terpucatkan sekalipun oleh
zat yang bersifat keras seperti asam alkohol (yaitu 3% HCL dalam etanol 95%).
Alkohol asam ini merupakan pemucat yang sangat intensif dan jangan
dikelirukan dengan alkohol-aseton yang banyak digunakan dalam prosedur
pewarnaan Gram. Organisme yang dapat menahan zat warna itu dikatakan tahan
asam dan tampak merah. Bakteri biasa yang dindingnya tidak bersifat terlampau
lipoidal, pewarna karbol fuksin yang mewarnai sel dapat dengan mudah
dipucatkan oleh alkohol-asam dan karenanya dikatakan tak tahan asam.
Tercucinya karbol fuksin dapat diperagakan oleh terserapnya pewarna tandingan
biru metilen oleh sel, sehingga bakteri tersebut tampak biru.
2. PARASITOLOGI
HASIL PENGAMATAN
LARVA CACING TAMBANG
ERITROSIT PASIEN TERINFEKSI MALARIA TROPIKA
GAMETOSIT MALARIA TROPIKA
TROPOZOIT MALARIA VIVAX
PEMBAHASAN
1. Larva Cacing Tambang
Dalam waktu 1-1,5 hari, telur akan menetas menjadi larva, yang disebut larva
rhabditiform. Tiga hari kemudian larva berubah lagi menjadi larva filarifom
dimana larva ini dapat menembus kulit kaki dan masuk ke dalam tubuh
manusia.Di tubuh manusia, cacing tambang bergerak mengikuti aliran darah,
menuju jantung, paru-paru, tenggorokan, kemudian tertelan dan masuk ke dalam
usus.Di dalam usus, larva menjadi cacing dewasa yang siap menghisap darah.
Setiap ekor cacing N. americanus akan menghilangkan 0,005-1 cc darah per hari
sedangkan setiap ekor cacing A. duodenale akan menyebabkan manusia
kehilangan 0,08-0,34 cc per hari. Oleh karena itulah, cacing tambang menjadi
berbahaya karena dapat menyebabkan anemia pada manusia.
2. Eritrosit Pasien Terinfeksi Malaria Tropika
Malaria tropika menyerang semua bentuk eritrosit.Disebabkan oleh Plasmodium
falciparum.Plasmodium ini berupa Ring/ cincin kecil yang berdiameter 1/3
diameter eritrosit normal dan merupakan satu-satunya spesies yang memiliki 2
kromatin inti (Double Chromatin).
3. Gametosit Malaria Tropika
Gametosit yang muda mempunyai bentuk lonjong sehingga memanjang dinding
sel darah merah, setelah mencapai perkembangan akhir parasit ini menjadi
bentuk pisang yang khas, yang disebut dengan bentuk sabit.
4. Tropozoit Malaria Vivax
a) Trofozoit muda Pl. falciparum
Bentuk cincin kecil,sitoplasma halusS
Eritrosit (bentuk accole)
Inti warna merah 1 / 2 buah
b) Trofozoit tua Pl. falciparum
Sitoplasma mulai menebal/ lebih padat/ bentuk amuboidlebih teratur
Inti, belum membelah kadang sudah menjadi 2
Pigmen malaria mulai tampak
BAB IV
KESIMPULAN
1. Sterilisasi merupakan cara membuat suatu alat atau bahan menjadi bebas
daripertumbuhan mikroba beserta sporanya. Dari pertimbangan tersebut tak ada
kondisi yangmenyamai mensterilkan preparat.
2. Media merupakan salah satu bahan yang terdiri dari canpuran nutrisi zat makanan
yangdipakai untuk menumbuhkan mikroba.
3. Proses penghitungan suatu bakteri dilakukan dengan menggunakan rumus jumlah
kolonidikalikan dengan 1/faktor pengenceran
4. Setiap mikroba memiliki bentuk, ukuran, komponen sel, gerak dan alat gerak
yangberbeda.
5. Kultur Mikroba merupakan cara untuk memperbanyak bakteri
6. Untuk memperjelas ukuran dan Bentuk morfologi bakteri maka dilakukan
pengecatan.
Daftar Pustaka
APHA. 1999. Standard Methods For The Examination Of Water And
Wastewater, Membrane Filter Technique For Members Of The Coliform. American
Public Health Association, American Water Works Association, and Water
Environment Federation.
Barrow, G.I. and R.K.A. Feltham. 1993. Cowan and Steel’s, Manual for the
Identification of Medical Bacteria. New York : Cambridge University Press.
Collins, C.H., P.M. Lyne, J.M. Grange, J.O. Falkinham III. 2004. Collin and
Lyne’s, Microbiological Methods. 8th Edition. Arnold Publishers, London.
Hogg, Stuart. 2005. Essential Microbiology. John Wiley and Sons, Ltd.
ISO/TS 11133-1 : 2009. Microbiology of food and animal feeding stuffs —
Guidelines on preparation and production of culture media — Part 1: General
guidelines on quality assurance for the preparation of culture media in the
laboratory, 2nd edition
Morello, J.A., P.A. Granato, H.E. Mizer, 2003. Laboratory Manual and Workbook in
Microbiology, Application to Patient Care. 7th Edition. Mc Graw Hill Companies.
Talaro, K.P. and Arthur Talaro. 2002. Foundation in Microbiology, 4th Edition. Mc
Graw Hill Companies.
LAPORAN
PRATIKUM MIKROBIOLOGI
Disusun Oleh :
Nama : Indri Krisyelita
Nim : 1202065
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
STIKES BETHESDA YAKKUM YOGYAKARTA
BEKERJA SAMA DENGAN :
FAKULTAS BIOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN DUTA WACANA
YOGYAKARTA
2012/2013