makalah ukdw

61
BAB I DASAR TEORI 1. MIKROBIOLOGI A.MEDIA PERTUMBUHAN Media pertumbuhan : 1. Pengertian dan Fungsi Media pertumbuhan mikroorganisme adalah suatu bahan yang terdiri dari campuran zat-zat makanan (nutrisi) yang diperlukan mikroorganisme untuk pertumbuhannya. Mikroorganisme memanfaatkan nutrisi media berupa molekul-molekul kecil yang dirakit untuk menyusun komponen sel. Dengan mediapertumbuhan dapat dilakukan isolat mikroorganisme menjadi kultur murni dan jugamemanipulasi komposisi media pertumbuhannya. 2. Bahan-bahan media pertumbuhan a. Bahan dasar Air (H2O) sebagai pelarut Agar (dari rumput laut) yang berfungsi untuk pemadat media. Agar sulit didegradasi oleh mikroorganisme pada umumnya dan mencair pada suhu 45 o C. Gelatin juga memiliki fungsi yang sama seperti agar. Gelatin adalah polimer asam amino yang diproduksi dari kolagen. Kekurangannnya adalah lebih banyak jenis mikroba yang mampu menguraikannya dibanding agar.

Upload: petrus-asmara

Post on 26-Oct-2015

142 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

tugas ukdw

TRANSCRIPT

Page 1: MAKALAH UKDW

BAB I

DASAR TEORI

1. MIKROBIOLOGI

A. MEDIA PERTUMBUHAN

Media pertumbuhan :

1. Pengertian dan Fungsi

Media pertumbuhan mikroorganisme adalah suatu bahan yang terdiri dari

campuran zat-zat makanan (nutrisi) yang diperlukan mikroorganisme untuk

pertumbuhannya. Mikroorganisme memanfaatkan nutrisi media berupa

molekul-molekul kecil yang dirakit untuk menyusun komponen sel. Dengan

mediapertumbuhan dapat dilakukan isolat mikroorganisme menjadi kultur

murni dan jugamemanipulasi komposisi media pertumbuhannya.

2. Bahan-bahan media pertumbuhan

a. Bahan dasar

Air (H2O) sebagai pelarut

Agar (dari rumput laut) yang berfungsi untuk pemadat media. Agar

sulit didegradasi oleh mikroorganisme pada umumnya dan mencair

pada suhu 45oC.

Gelatin juga memiliki fungsi yang sama seperti agar. Gelatin adalah

polimer asam amino yang diproduksi dari kolagen. Kekurangannnya

adalah lebih banyak jenis mikroba yang mampu menguraikannya

dibanding agar.

Silica gel, yaitu bahan yang mengandung natrium silikat. Fungsinya

juga sebagai pemadat media. Silica gel khusus digunakan untuk

memadatkan media bagi mikroorganisme autotrof obligat.

b. Nutrisi atau zat makanan

Media harus mengandung unsur-unsur yang diperlukan untuk

metabolisme sel yaitu berupa unsur makro seperti C, H, O, N, P; unsur

mikro seperti Fe, Mg dan unsur pelikan/trace element.

Page 2: MAKALAH UKDW

Sumber karbon dan energi yang dapat diperoleh berupa senyawa

organik atau anorganik esuai dengan sifat mikrobanya. Jasad

heterotrof memerlukan sumber karbon organik antara lain dari

karbohidrat, lemak, protein dan asam organik.

Sumber nitrogen mencakup asam amino, protein atau senyawa

bernitrogen lain. Sejumlah mikroba dapat menggunakan sumber N

anorganik seperti urea.

Vitamin-vitamin.

c. Bahan tambahan

Bahan-bahan tambahan yaitu bahan yang ditambahkan ke medium dengan

tujuan tertentu, misalnya phenol red (indikator asam basa) ditambahkan

untuk indikator perubahan pH akibat produksi asam organik hasil

metabolisme.

Antibiotik ditambahkan untuk menghambat pertumbuhan mikroba non-

target/kontaminan.

d. Bahan yang sering digunakan dalam pembuatan media

Agar, agar dapat diperoleh dalam bentuk batangan, granula atau

bubuk dan terbuat dari beberapa jenis rumput laut. Kegunaannya

adalah sebagai pemadat (gelling) yang pertama kali digunakan oleh

Fraw & Walther Hesseuntuk membuat media. Jika dicampur dengan

air dingin, agar tidak akan larut. Untuk melarutkannya harus diasuk

dan dipanasi, pencairan dan pemadatan berkali-kali atau sterilisasi

yang terlalu lama dapat menurunkankekuatan agar, terutama pada pH

yang asam.

Peptone, peptone adalah produk hidrolisis protein hewani atau

nabatiseperti otot, liver, darah, susu, casein, lactalbumin, gelatin dan

kedelai. Komposisinya tergantung pada bahan asalnya dan bagaimana

caramemperolehnya.

Meat extract. Meat extractmengandung basa organik terbuat dari

otak, limpa, plasenta dan daging sapi.

Yeast extract. Yeast extractterbuat dari ragi pengembang roti atau

pembuat alcohol. Yeast extract mengandung asam amino yang

lengkap & vitamin (B complex).

Page 3: MAKALAH UKDW

Karbohidrat. Karbohidrat ditambahkan untuk memperkaya

pembentukan asam amino dan gas dari karbohidrat. Jenis karbohidrat

yang umumnya digunkan dalam amilum, glukosa, fruktosa, galaktosa,

sukrosa, manitol, dll. Konsentrasi yang ditambahkan untuk analisis

fermentasi adalah 0,5-1%.

3. Macam-Macam Media Pertumbuhan

a. Medium berdasarkan sifat fisik

Medium padat yaitu media yang mengandung agar 15% sehingga

setelah dingin media menjadi padat.

Medium setengah padat yaitu media yang mengandung agar 0,3-0,4%

sehingga menjadi sedikit kenyal, tidak padat, tidak begitu cair. Media

semi solid dibuat dengan tujuan supaya pertumbuhan mikroba dapat

menyebar ke seluruh media tetapi tidak mengalami percampuran

sempurna jika tergoyang. Misalnya bakteri yang tumbuh pada media

NfB (Nitrogen freeBromthymol Blue) semisolid akan membentuk

cincin hijau kebiruan di bawah permukaan media, jika media ini cair

maka cincin ini dapat dengan mudah hancur. Semisolid juga

bertujuan untuk mencegah/menekan difusi oksigen, misalnya pada

media Nitrate Broth, kondisi anaerob atau sedikit oksigen

meningkatkan metabolisme nitrat tetapi bakteri ini juga diharuskan

tumbuh merata diseluruh media.

Medium cair yaitu media yang tidak mengandung agar, contohnya

adalah NB (Nutrient Broth), LB (Lactose Broth).

b. Medium berdasarkan komposisi

Medium sintesis yaitu media yang komposisi zat kimianya diketahui

jenisdan takarannya secara pasti, misalnya Glucose Agar, Mac

Conkey Agar.

Medium semi sintesis yaitu media yang sebagian komposisinya

diketahui secara pasti, misanya PDA (Potato Dextrose Agar) yang

mengandung agar, dekstrosa dan ekstrak kentang. Untuk bahan

ekstrak kentang, kita tidak dapat mengetahui secara detail tentang

komposisi senyawa penyusunnya.

Page 4: MAKALAH UKDW

Medium non sintesis yaitu media yang dibuat dengan komposisi yang

tidak dapat diketahui secara pasti dan biasanya langsung diekstrak

dari bahan dasarnya, misalnya Tomato Juice Agar, Brain Heart

Infusion Agar,Pancreatic Extract.

c. Medium berdasarkan tujuan

Media untuk isolasi, media ini mengandung semua senyawa esensial

untuk pertumbuhan mikroba, misalnya Nutrient Broth, Blood Agar.

Media selektif/penghambat, media yang selain mengandung nutrisi

juga ditambah suatu zat tertentu sehingga media tersebut dapat

menekan pertumbuhan mikroba lain dan merangsang pertumbuhan

mikroba yang diinginkan. Contohnya adalah Luria Bertani medium

yang ditambah Amphisilin untuk merangsang E.coli resisten antibotik

dan menghambat kontaminan yang peka, Ampiciline. Saltbroth yang

ditambah NaCl 4% untuk membunuh Streptococcus agalactiae yang

toleran terhadap garam.

Media diperkaya (enrichment). Media diperkaya adalah media yang

mengandung komponen dasar untuk pertumbuhan mikroba dan

ditambah komponen kompleks seperti darah, serum, kuning telur.

Media diperkaya juga bersifat selektif untuk mikroba tertentu. Bakteri

yang ditumbuhkan dalam media ini tidak hanya membutuhkan nutrisi

sederhana untuk berkembang biak, tetapi membutuhkan komponen

kompleks, misalnya Blood Tellurite Agar, BileAgar, Serum Agar, dll.

Media untuk peremajaan kultur

Media umum atau spesifik yang digunakan untuk peremajaan kultur.

Media untuk menentukan kebutuhan nutrisi spesifik.

Media ini digunakan unutk mendiagnosis atau menganalisis

metabolisme suatu mikroba. Contohnya adalah Koser’s Citrate

medium, yang digunakanuntuk menguji kemampuan menggunakan

asam sitrat sebagai sumber karbon.

Media untuk karakterisasi bakteri

Media yang digunakan untuk mengetahui kemempuan spesifik suatu

mikroba. Kadang-kadang indikator ditambahkan untuk menunjukkan

Page 5: MAKALAH UKDW

adanya perubahan kimia. Contohnya adalah Nitrate Broth, Lactose

Broth,Arginine Agar.

Media diferensial

Media ini bertujuan untuk mengidentifikasi mikroba dari

campurannya berdasar karakter spesifik yang ditunjukkan pada media

diferensial, misalnya TSIA (Triple Sugar Iron Agar) yang mampu

memilih Enterobacteria berdasarkan bentuk, warna, ukuran koloni

dan perubahan warna media di sekeliling koloni.

B. STERILISASI

Sterilisasi :

1. Pengertian

Sterilisasi yaitu proses atau kegiatan membebaskan suatu bahan atau benda

dari semua bentuk kehidupan.

2. Macam-macam sterilisasi

Pada prinsipnya sterilisasi dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu secara

mekanik, fisik dan kimiawi.

a. Sterilisai secara mekanik (filtrasi) menggunakan suatu saringan yang

berpori sangat kecil (0.22mikron atau 0.45 mikrob) sehingga mikroba

tertahan pada saringan tersebut. Proses ini ditujukan untuk sterilisasi

bahan yang peka panas, misal nya larutan enzim dan antibiotik.

b. Sterilisasi secara fisik dapat dilakukan dengan pemanasan & penyinaran.

1) Pemanasan

Pemijaran (dengan api langsung): membakar alat pada api secara

langsung, contoh alat : jarum inokulum, pinset, batang L, dll.

Panas kering: sterilisasi dengan oven kira-kira 60-1800C.

Sterilisasi panas kering cocok untuk alat yang terbuat dari kaca

misalnya erlenmeyer, tabung reaksi dan lain-lain.

Uap air panas: konsep ini mirip dengan mengukus. Bahan yang

mengandung air lebih tepat menggungakan metode ini supaya

tidak terjadi dehidrasi.

Uap air panas bertekanan : menggunalkan autoklaf

Autoklaf (Autoclave)

Page 6: MAKALAH UKDW

Menurut Morello et al. (2003:81) tekanan yang digunakan untuk

sterilisasi pada umumnya 15 Psi atau sekitar 1 atm dan dengan

suhu 121oC (250oF). Jadi tekanan yang bekerja ke seluruh

permukaan benda adalah 15 pon tiap inchi2 (15 Psi = 15 pounds

per square inch). Lama sterilisasi yang dilakukan adalah 15 menit

pada suhu 121oC. Dengan syarat suhu, tekanan dan waktu tersebut

maka segala bentuk mikroorganisme dapat dimatikan.

Autoklaf menggunakan uap air murni (lebih ringan dan lebih

panas dari udara) untuk sterilisasi sehingga udara yang terdapat

dalam wadah harus dikeluarkan. Pada saat sumber panas

dinyalakan, air dalam autoklaf  lama kelamaan akan mendidih dan

uap air yang terbentuk mendesak udara yang mengisi autoklaf.

Setelah semua udara dalam autoklaf diganti dengan uap air, katup

uap/udara ditutup sehingga tekanan udara dalam autoklaf naik.

Pada saat tercapai tekanan dan suhu yang sesuai, maka proses

sterilisasi dimulai dan timer mulai menghitung waktu mundur.

Setelah proses sterilisasi selesai, sumber panas dimatikan dan

tekanan dibiarkan turun perlahan hingga sama dengan tekanan

atmosfer. Autoklaf tidak boleh dibuka sebelum tekanan turun

sampai nol. Hal yang sering keliru adalah dengan menutup semua

katup rapat-rapat sebelum udara dalam wadah digantikan oleh uap

air.

Collins et al. (2004:46-48) berpendapat bahwa secara umum

terdapat dua jenis autoklaf yaitu :

a) Pressure cooker autoclave

Alat ini memiliki wadah dan tutup (terbuat dari metal yang

dapat disatukan dan dikunci dengan perantara bahan karet),

katup pengeluaran udara/uap air, pengukur tekanan, elemen

pemanas (atau api) pada bagian bawah dan katup pengaman.

Perbedaan mendasar antara alat ini dengan autoklaf modern

adalah tidak adanya pengatur otomatis sehingga perhitungan

waktu sterilisasi atau pengeluaran udara dilakukan secara

manual. Katup pengaman secara permanen diatur pada

Page 7: MAKALAH UKDW

tekanan yang diinginkan sehingga jika tekanan melebihi

target, maka akan dibuang melewati katup ini.

b) Gravity displacement autoclave

Autoklaf ini dilengkapi dengan pengatur suhu dan tekanan

otomatis dan seluruh proses sterilisasi telah diprogram. Jaket

yang terdapat melingkupi seluruh wadah dapat diisi uap air

untuk menjaga dan mendistribusikan panas ke semua

permukaan wadah. Uap air memasuki jaket dari pipa suplai

uap bertekanan tinggi. Tekanan uap air ini kemudian

dikurangi kedalam kisaran tekanan yang diinginkan. Setelah

melewati jaket uap air bertekanan memasuki wadah autoklaf

yang berisi alat dan bahan yang akan disterilisasi. Uap air

bertekanan ini memasuki wadah dengan aliran dari atas ke

bawah sehingga menggantikan udara yang ada didalamnya.

Udara tergantikan dengan bantuan gravitasi (uap air lebih

ringan dari udara) kemudian dibuang meleati pipa di bagian

bawah wadah menuju pipa pembuangan. Pada pipa ini

terdapat alat pengatur uap air yang secara otomatis aka

tertutup jika udara telah dikeluarkan seluruhnya.

2) Penyinaran dengan UV

Sinar Ultra Violet juga dapat digunakan untuk proses sterilisasi,

misalnya untuk membunuh mikroba yang menempel pada permukaan

interior Safety Cabinet dengan disinari lampu UV

Page 8: MAKALAH UKDW

c. Sterilisasi secara kimiawi biasanya menggunakan senyawa desinfektan

antara lain alkohol.

3. Saran-saran kerja aseptis :

a. Sebelum membuka ruangan atau bagian steril di dalam

tabung/cawan/erlenmeyer sebaiknya bagian mulut (bagian yang

memungkinkan kontaminan masuk) dibakar/dilewatkan api terlebih

dahulu.

b. Pinset, batang L, dll dapat disemprot dengan alkohol terlebih dahulu lalu

dibakar.

c. Ujung jarum inokulum yang sudah dipijarkan harus ditunggu dingin

dahulu atau dapat ditempelkan tutup cawan bagian dalam untuk

mempercepat transfer panas yang terjadi.

d. Usahakan bagian alat yang diharapkan dalam kondisi steril didekatkan ke

bagian api.

e. Jika kerja di Safety Cabinet tidak perlu memakai pembakar bunsen tetapi

jika di luar Safety Cabinet maka semakin banyak sumber api maka

semakin terjamin kondisi aseptisnya.

4. Prinsip cara kerja autoklaf

Seperti yang telah dijelaskan sebagian pada bab pengenalan alat, autoklaf

adalah alat untuk memsterilkan berbagai macam alat & bahan yang

menggunakan tekanan 15 psi (2 atm) dan suhu 1210C. Untuk cara kerja

penggunaan autoklaf telah disampaikan di depan. Suhu dan tekanan tinggi

yang diberikan kepada alat dan media yang disterilisasi memberikan kekuatan

yang lebih besar untuk membunuh sel dibanding dengan udara panas.

Biasanya untuk mesterilkan media digunakan suhu 1210C dan tekanan 15

lb/in2(SI = 103,4 Kpa) selama 15 menit. Alasan digunakansuhu 1210C atau

249,80F adalah karena air mendidih pada suhu tersebut jika digunakan tekanan

15 psi. Untuk tekanan 0 psi pada ketinggian di permukaan laut (sea level) air

mendidih pada suhu 1000C, sedangkan untuk autoklaf yang diletakkandi

ketinggian sama, menggunakan tekanan 15 psi maka air akan memdididh pada

suhu 1210C. Ingat kejadian ini hanya berlaku untuk sea level, jika

dilaboratorium terletak pada ketinggian tertentu, maka pengaturan tekanan

Page 9: MAKALAH UKDW

perlu disetting ulang. Misalnya autoklaf diletakkan pada ketinggian 2700 kaki

dpl, maka tekanan dinaikkan menjadi 20 psi supaya tercapai suhu 1210C untuk

mendidihkan air. Semua bentuk kehidupan akan mati jika dididihkan pada

suhu 1210C dan tekanan 15 psi selama 15 menit.

Pada saat sumber panas dinyalakan, air dalam autoklaf lama kelamaan

akan mendidih dan uap air yang terbentuk mendesak udara yang mengisi

autoklaf. Setelah semua udara dalam autoklaf diganti dengan uap air, katup

uap/udara ditutup sehingga tekanan udara dalam autoklaf naik. Pada saat

tercapai tekanan dan suhu yang sesuai., maka proses sterilisasi dimulai dan

timer mulai menghitung waktu mundur. Setelah proses sterilisasi selesai,

sumber panas dimatikan dan tekanan dibiarkan turun perlahan hingga

mencapai 0 psi. Autoklaf tidak boleh dibuka sebelum tekanan mencapai 0 psi.

Untuk mendeteksi bahwa autoklaf bekerja dengan sempurna dapat digunakan

mikroba pengguji yang bersifat termofilik dan memiliki endospora yaitu

Bacillusstearothermophillus, lazimnya mikroba ini tersedia secara komersial

dalam bentuk spore strip. Kertas spore strip ini dimasukkan dalam autoklaf

dan disterilkan. Setelah proses sterilisai lalu ditumbuhkan pada media. Jika

media tetap bening maka menunjukkan autoklaf telah bekerja dengan baik.

Beberapa media atau bahan yang tidak disterilkan dengan autoklaf adalah :

a. Bahan tidak tahan panas seperti serum, vitamin, antibiotik, dan enzim

b. Paelarut organik, seperti fenol

c. Buffer engan kandungan detergen, seperti SDS

Untuk mencegah terjadinya presipitasi, pencoklatan (media menjadi coklat)

dan hancurnya substrat dapat dilakukan pencegahan sebagai berikut :

a. Glukosa disterilkan terpisah dengan asam amino (peptone) atau senyawa

fosfat

b. Senyawa fosfat disterilkan terpisah dengan asam amino (peptone) atau

senyawa garam mineral lain.

c. Senyawa garam mineral disterilkan terpisah dengan agar

d. Media yang memiliki pH > 7,5 jangan disterilkan dengan autoklaf

e. Jangan mensterilisasi larutan agar dengan pH < 6,0

Page 10: MAKALAH UKDW

Erlenmeyer hanya boleh diisi media maksimum ¾ dari total volumenya,

sisa ruang dibirkan kosong. Jika mensterilkan media 1L yang ditampung pada

erlenmeyer 2L maka sterilisasi diatur dengan waktu 30 menit.

5. Sterilisasi dengan penyaringan (filtrasi)

Sterilisasi dengan penyaringan dilakukan untuk mensterilisasi cairan yagn

mudah rusak jika terkena panas atu mudah menguap (volatile). Cairan yang

disterilisasi dilewatkan ke suatu saringan (ditekan dengan gaya sentrifugasi

atau pompa vakum) yang berpori dengan diameter yang cukup kecil untuk

menyaring bakteri. Virus tidak akan tersaring dengan metode ini. Sterilisasi

dengan penyaringan dapat dilakukan dengan berbagai cara:

Non-disposable filtration apparatus

- Disedot dengan pompa vakum

- Volume 20-1000 ml

Disposable filter cup unit

- Disedot dengan pompa vakum

- Volume 15-1000 ml

Disposable filtration unit dengan botol penyimpan

- Disedot dengan pompa vakum

- Volume 15-1000 ml

Syringe filters

- Ditekan seperti jarum suntik

- Volume 1-20 ml

Spin filters

- Ditekan dengan gaya setrifugasi

- Volume kurang dari 1 ml

6. Cara kerja menggunakan Non-disposable filtration apparatus

a. Sterilkan saringan (dapat menggunakan saringan Bekerfeld,

Chamberland Zeitz), membran penyaring (kertas saring) dan

erlenmeyer penampung.

b. Pasang atau rakit alat-alat tersebut secara aseptis (sesuai gambar), lalu

isi corong dengan larutan yang akan disterilkan.

c. Hubungkan katup erlenmeyer dengan pompa vakum kemudian

hidupkan pompa.

Page 11: MAKALAH UKDW

d. Setelah semua larutan melewati membran filter dan tertampung

dierlenmeyer, maka larutan dapat dipindahkan kedalam gelas

penampung lain yang sudah steril dan tutup dengan kapas atau

aluminium foil yang steril.

7. Tyndalisasi

Konsep kerja metode ini merip dengan mengukus.Bahan yang mengandung air

dan tidak tahan tekanan atau suhu tinggi lebih tepat disterilkan dengan metode

ini. Misalnya susu yang disterilkan dengan suhu tinggi akan mengalami

koagulasi dan bahan yang berpati disterilkan pada suhu bertekanan pada

kondisi pH asam akan terhidrolisis.

Cara kerja :

a. Bahan dimasukkan kedalam erlenmeyer atau botol dan ditutup rapat dengan

sumbat atau aluminium foil.

b. Erlenmeyer/botol lalu dimasukkan kedalam alat sterilisasi (alat standar

menggunakan Arnold Steam Sterilizen atau dandang).

c. Nyalakan sumber panas dan tunggu hingga termometer menunjukkan

suhu 1000C kemudian hitung waktu mundur hingga 30 menit (uap panas

yang terbentuk akan mematikan mikroba).

d. Setelah selesai alat sterilisasi dimatikan dan bahan yang steril dikeluarkan.

e. Setelah 24 jam, bahan tersebut di sterilkan lagi dengan cara yang sama,

sedang waktu ini dimaksudkan untuk memberi kesempatan spora atau

selvegetatif yang belum mati untuk tumbuh sehingga mudah dibunuh.

8. Sterilisasi dengan udara panas (Dry heat sterilization)

Sterilisasi dengan metode ini biasanya digunakan untuk peralatan gelas seperti

cawan petri, pipet ukur dan labu erlenmyer. Alat gelas yang disterilisasi

dengan udara panas tidak akan timbul kondensasi sehingga tidak ada tetes air

(embun) di dalam alat gelas.

1. Bungkus alat-alat gelas dengan kertas payung atau aluminium foil

2. Atur pengatur suhu oven menjadi 1800C dan alat disterilkan selama 2-3

jam.

9. Prinsip kerja Biological Saferty Cabinet

Page 12: MAKALAH UKDW

Biological Safety Cabinet merupakan kabinet kerja yang sterilkan untuk kerja

mikrobiologi.BSC memiliki suatu pengatur aliran udara yang menciptakan

aliran udara kotor (dimungkinkan ada kontaminan) untuk disaring dan

diresirkulasi melalui filter.

BSC juga disebut biosafety hood, dan juga dikenal dengan Laminar flowhood

atau Class II vertical flow cabinet yang menyediakan alat filtrasi dan aliran

udara yang bersirkulasi didalam ruang kerja. Aliran udara diatur untuk

menghambat udara luar masuk dan udara di dalam keluar, untuk mencegah

kontaminasi dari luar dan pencemaran bakteri dari ruang BSC. Udara yang

keluar disaring melewati penyaring sehingga sel-sel yang berbahaya tidak

lepas keluar ke ruangan lain.

C. PEWARNAAN SEDERHANA

1. Mengamati Morfologi Bakteri

Sel bakteri dapat teramati dengan jelas jika digunakan mikroskop dengan

perbesaran 100x10 yang ditambah minyak imersi. Jika dibuat preparat ulas

tanpapewarnaan, sel bakteri sulit terlihat.Pewarnaan bertujuan untuk

memperjelas sel bakteri dengan menempelkan zat warna ke permukaan sel

bakteri.Zat warna dapat mengabsorbsi dan membiaskan cahaya, sehingga

kontras sel bakteri dengan sekelilingnya ditingkatkan.

Zat warna yang digunakan bersifat asam atau basa.Pada zat warna basa,

bagianyang berperan dalam memberikan warna disebut kromofor dan

mempunyai muatan positif. Sebaliknya pada zat warna asam bagian yang

berperan memberikan zat warna memiliki muatan negatif. Zat warna basa

lebih banyak digunakan karena muatan negatif banyak banyak ditemukan pada

permukaan sel. Contoh zat warna asam antara lain Crystal Violet, Methylene

Blue, Safranin, Base Fuchsin, MalachiteGreen dll. Sedangkan zat warna basa

antara lain Eosin, Congo Reddll.

2. Pewarnaan

a. Pewarnaan sederhana

pewarnaan positif

Page 13: MAKALAH UKDW

pewarnaan negative

b. Pewarnaan diferensial

pewarnaan gram

pewarnaan acid fast dll.

c. Pewarnaan khusus

pewarnaan endospora

pewarnaan flagella dll.

Pewarnaan Sederhana (Pewarnaan Positif)

Sebelum dilakukan pewarnaan dibuat ulasan bakteri di atas object glass yang

kemudian difiksasi. Jangan menggunakan suspensi bakteri yang terlalu padat,

tapi jika suspensi bakteri terlalu encer, maka akan diperoleh kesulitan saat

mencari bakteri dengan mikroskop. Fiksasi bertujuan untuk mematikan bakteri

dan melekatkan sel bakteri pada object glass tanpa merusak struktur selnya.

Cara Kerja :

1. Bersihkan object glass dengan kapas

2. Jika perlu tulislah kode atau nama bakteri pada sudut object glass

3. Bila menggunakan biakan cair maka pindahkan setetes biakan dengan

pipet tetes atau dapat juga dipindahkan dengan jarum inokulum. Jangan

lupa biakan dikocok terlebih dahulu. Jika digunakan biakan padat, maka

biakan dipindahkan dengan jarum inokulum, satu ulasan saja kemudian

diberi akuades dan disebarkan supaya sel merata.

4. Keringkan ulasan tersebut sambil memfiksasinya dengan api Bunsen

(lewatkan di atas api 2-3 kali)

5. Setelah benar-benar kering dan tersebar selanjutnya ditetesi dengan

pewarna (dapat digunakan Methylen blue, Safranin, Crystal Violet) dan

tunggu kurang lebih 30 detik.

6. Cuci dengan akuades kemudian keringkan dengan kertas tissue

7. Periksa dengan mikroskop (perbesaran 100 x 10).

Pewarnaan Negatif

Beberapa bakteri sulit diwarnai dengan zat warna basa.Tapi mudah dilihat

dengan pewarnaan negatif. Zat warna tidak akan mewarnai sel melainkan

Page 14: MAKALAH UKDW

mewarnai lingkungan sekitarnya, sehingga sel tampak transparan dengan latar

belakang hitam.

Cara Kerja :

1. Ambil dua object glass, teteskan nigrosin atau tinta cina di ujung kanan

salah satu object glass

2. Biakan diambil lalu diulaskan atau diteteskan dalam tetesan nigrosin tadi,

lalu dicampurkan

3. Tempelkan sisi object glass yang lain kemudian gesekkan ke samping kiri

4. Biarkan preparat mengering di udara, jangan difiksasi atau dipanaskan di

atas api.

5. Setelah dilihat di mikroskop, maka akan tampak bentuk sel bakteri.

Pewarnaan Gram

Adalah pewarnaan diferensial yang sangat berguna dan paling banyak

digunakan dalam laboratorium mikrobiologi, karena merupakan tahapan

penting dalam langkah awal identifikasi.Pewarnaan ini didasarkan pada tebal

atau tipisnya lapisan peptidoglikan di dinding sel dan banyak sedikitnya

lapisan lemak pada membran sel bakteri.Jenis bakteri berdasarkan pewarnaan

gram dibagi menjadi dua yaitu gram positif dan gram negatif.Bakteri gram

positif memiliki dinding sel yang tebal dan membran sel selapis.Sedangkan

baktri gram negatif mempunyai dinding sel tipis yang berada di antara dua

lapis membran sel.

Cara Kerja :

1. Buat preparat ulas (smear) yang telah difiksasi dari bakteri gram positif

misal Bacillus subtilis dan gram negatif misal Escherichia coli

2. Teteskan kristal violet sebagai pewarna utama pada kedua preparat,

usahakan semua ulasan terwarnai dan tunggu selama ± 1 menit. Kristal

ungu akan mewarnai seluruh permukaan sel bakteri gram positif dan

negatif

3. Cuci dengan akuades mengalir

4. Teteskan mordant (lugol,s iodine) lalu tunggu ± 1 menit. Adanya lugol’s

iodine menyebabkan adanya ikatan CV dengan iodine yang akan

Page 15: MAKALAH UKDW

meningkatkan afinitas pengikatan zat warna oleh bakteri. Pada gram

positif dapat terbentuk CV iodin-ribonukleat pada dinding sel

5. Cuci dengan akuades mengalir

6. Beri larutan pemucat (ethanol 96%/aseton) setetes demi setetes hingga

etanol yang jatuh berwarna jernih. Jangan sampai terlalu banyak

(overdecolorize). Penetesan etanol absolut menyebabkan terbentuknya

pori-pori pada gram negatif yang memiliki banyak lapisan lemak (lipid

larut dalam etanol), sehingga komplek CV-iodine akan lepas dari

permukaan sel gram negatif, sedangkan pada gram positif CV-iodine tetap

menempel di dinding sel, sel gram negatif menjadi bening

7. Cuci dengan akuades mengalir

8. Teteskan counterstain (safranin) dan tunggu selama ± 45 detik. Safranin

akan mewarnai sel gram negatif menjadi berwarna merah, sedangkan

gram positif tidak terpengaruh. Counterstain hanya berfungsi sebagai

pengontras saja

9. Cuci dengan akuades mengalir

10. Keringkan preparat dengan kertas tissue yang ditempelkan di sisi ulasan

(jangan sampai merusak ulasan) lalu biarkan mengering di udara.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pewarnaan gram adalah sebagai berikut

:

1) Fase yang paling kritis dari prosedur di atas adalah tahap dekolorisasi

yang mengakibatkan CV-iodine lepas dari sel. Pemberian ethanol jangan

sampai berlebih yang akan menyebabkan overdecolorization sehingga sel

gram positif tampak seperti gram negatif. Namun juga jangan sampai

terlalu sedikit dalam penetesan etanol (underdecolorization) yang tidak

akan melarutkan CV-iodine secara sempurna sehingga sel gram negatif

seperti gram positif.

2) Preparasi pewarnaan gram terbaik adalah menggunakan kultur muda yang

tidak lebih lama dari 24 jam. Umur kultur akan berpengaruh pada

kemampuan sel menyerap warna utama (CV), khususnya pada gram

positif. Mungkin akan menampakkan gram variabel yaitu satu jenis sel,

sebagian berwarna ungu dan sebagian merah karena pengaruh umur.

Page 16: MAKALAH UKDW

Walaupun ada beberapa species yang memang bersifat gram variabel

seperti pada genus Acinetobacter dan Arthrobacter.

Pewarnaan Endospora

Anggota dari genus Clostridium, Desulfomaculatum dan Bacillus adalah

bakteri yang memproduksi endospora dalam siklus hidupnya.Endospora

merupakan bentuk dorman dari sel vegetatif, sehingga metabolismenya

bersifat inaktif dan mampu bertahan dalam tekanan fisik dan kimia seperti

panas, kering, dingin, radiasi dan bahan kimia.Tujuan dilakukannya

pewarnaan endospora adalah membedakan endospora dengan sel vegetatif,

sehingga pembedaannya tampak jelas.

Endospora tetap dapat dilihat di bawah mikroskop meskipun tanpa pewarnaan

dan tampak sebagai bulatan transparan dan sangat refraktil.Namun jika dengan

pewarnaan sederhana, endospora sulit dibedakan dengan badan inklusi (kedua-

duanya transparan, sel vegetatif berwarna), sehingga diperlukan teknik

pewarnaan endospora.Berikut merupakan prosedur pewarnaan endospora

dengan metode Schaeffer-Fulton.

Cara Kerja :

1. Buat preparat ulas dari Bacillussubtilis lalu tutup dengan kertas merang.

Sel bakteri menempel pada permukaan object glass

2. Tetesi ulasan pada object glass dengan Malachite green di atas kertas

merang. Letakan di atas air yang mendidih. Biarkan 5 menit. Dijaga

jangan sampai kering. Jika bagian pinggir mulai mengering, tambahkan

lagi Malachite Green. Malachite green akan mewarnai sel vegetatif

bakteri. Endospora sukar menyerap zat warna, sekali diberi zat warna,

warna tersebut sulit dilunturkan. Untuk mewarnainya dilakukan

pemanasan untuk mempermudah penetrasi Malachite green ke dinding

endospora.

3. Setelah dingin, bilas object glass dengan akuades mengalir Air digunakan

sebagai agen dekolorasi sel. Setelah perlakuan di atas Malachitegreen

tidak melekat kuat dengan sel vegetatif. Pembilasan dengan akuades akan

melunturkan Malachite green pada sel vegetative

Page 17: MAKALAH UKDW

4. Tetesi dengan safranin sebagai counter stain, diamkan selama + 45 detik

Safranin akan mewarnai sel vegetatif menjadi merah, warna ini tidak

mempengaruhi warna hijau endospora.

5. Cuci kering anginkan

D. ISOLASI MIKROORGANISME

1. Isolasi Mikroorganisme:

Pengertian

Di alam populasi mikroba tidak terpisah sendiri menurut jenisnya, tetapi terdiri

dari campuran berbagai macam sel. Di dalam laboratorium populasi bakteri ini

dapat diisolasi menjadi kultur murni yang terdiri dari satu jenis yang dapat

dipelajari morfologi, sifat dan kemampuan biokimiawinya.

2. Isolasi Dengan Cara Pengenceran (Dilution)

a. Teknik Preparasi Suspensi

Sampel yang telah diambil kemudian disuspensikan dalam akuades

steril.Tujuan dari teknik ini pada prinsipnya adalah melarutkan atau

melepaskan mikroba dari substratnya ke dalam air sehingga lebih mudah

penanganannya. Macam-macam preparsi bergantung kepada bentuk

sampel :

1) Swab (ulas), dilakukan menggunakan cotton bud steril pada sampel

yang memiliki permukaan luas dan pada umumnya sulit dipindahkan

atau sesuatu pada benda tersebut. Contohnya adalah meja, batu,

batang kayu dll. Caranya dengan mengusapkan cotton bud memutar

sehingga seluruh permukaan kapas dari cotton bud kontak dengan

permukaan sampel. Swab akan lebih baik jika cotton bud dicelupkan

terlebih dahulu ke dalam larutan atraktan semisal pepton water.

2) Rinse (bilas) ditujukan untuk melarutkan sel-sel mikroba yang

menempel pada permukaan substrat yang luas tapi relative berukuran

kecil, misalnya daun bunga dll. Rinse merupakan prosedur kerja

dengan mencelupkan sampel ke dalam akuades dengan perbandingan

1 : 9 (w/v). Contohnya sampel daun diambil dan ditimbang 5 g

Page 18: MAKALAH UKDW

kemudian dibilas dengan akuades 45 ml yang terdapat dalam beaker

glass.

3) Maseration (pengancuran), sampel yang berbentuk padat dapat

ditumbuk dengan mortar dan pestle sehingga mikroba yang ada

dipermukaan atau di dalam dapat terlepas kemudian dilarutkan ke

dalam air. Contoh sampelnya antar alain bakso, biji, buah dll.

Perbandingan antar berat sampel dengan pengenceran pertama adalah

1 : 9 (w/v). Unutk sampel dari tanh tak perlu dimaserasi

b. Teknik Pengenceran Bertingkat

Tujuan dari pengenceran bertingkat yaitu memperkecil atau mengurangi

jumlah mikroba yang tersuspensi dalam cairan. Penentuan besarnya atau

banyaknya tingkat pengenceran tergantung kepada perkiraan jumlah

mikroba dalam sampel. Digunakan perbandingan 1 : 9 untuk sampel dan

pengenceran pertama dan selanjutnya, sehingga pengenceran berikutnya

mengandung 1/10 sel mikroorganisma dari pengenceran sebelumnya.

Cara Kerja :

a. Sampel yang mengandung bakteri dimasukan ke dalam tabung

pengenceran pertama (1/10 atau 10-1) secara aseptis (dari preparasi

suspensi). Perbandingan berat sampel dengan volume tabung pertama

adalah 1 : 9 dan ingat akuades yang digunakan jika memakai teknik

rinse dan swab sudah termasuk pengencer 10-1. Setelah sampel

masuk lalu dilarutkan dengan mengocoknya (pengocokan yang benar

dapat dilihat pada gambar disamping)

b. Diambil 1 ml dari tabung 10-1 dengan pipet ukur kemudian

dipindahkan ke tabung 10-2 secara aseptis kemudian dikocok dengan

membenturkan tabung ke telapak tangan sampai homogen.

Pemindahan dilanjutkan hingga tabung pengenceran terakhir dengan

cara yang sama, hal yang perlu diingat bahwa pipet ukur yang

digunakan harus selalu diganti, artinya setiap tingkat pengenceran

digunakan pipet ukur steril yang berbeda/baru. Prinsipnya bahwa

pipet tidak perlu diganti jika memindahkan cairan dari sumber yang

sama.

Page 19: MAKALAH UKDW

c. Teknik Penanaman

1) Teknik penanaman dari suspensi

Teknik penanaman ini merupakan lajutan dari pengenceran

bertingkat. Pengambilan suspensi dapat diambil dari pengenceran

mana saja tapi biasanya untuk tujuan isolasi (mendapatkan koloni

tunggal) diambil beberapa tabung pengenceran terakhir.

a) Spread Plate (agar tabur ulas)

Spread plate adalah teknik menanam dengan menyebarkan

suspensi bakteri di permukaan agar diperoleh kultur murni.

Adapun prosedur kerja yang dapat dilakukan adalah sebagai

berikut :

1. Ambil suspensi cairan senamyak 0,1 ml dengan pipet

ukur kemudian teteskan diatas permukaan agar yang

telah memadat.

2. Batang L atau batang drugal diambil kemudian

disemprot alcohol dan dibakar diatas bunsen beberapa

saat, kemudian didinginkan dan ditunggu beberapa

detik.

3. Kemudian disebarkan dengan menggosokannya pada

permukaan agar supaya tetesan suspensi merata,

penyebaran akan lebih efektif bila cawan ikut diputar.

4. Hal yang perlu diingat bahwa batang L yang terlalu

panas dapat menyebabkan sel-sel mikroorganisme dapat

mati karena panas.

b) Pour Plate (agar tuang)

Teknik ini memerlukan agar yang belum padat (>45oC)

untuk dituang bersama suspensi bakteri ke dalam cawan petri

lalu kemudian dihomogenkan dan Hal ini akan menyebarkan

sel-sel bakteri tidak hanya pada permukaan agar saja

melainkan sel terendam agar (di dalam agar) sehingga

terdapat sel yang tumbuh dipermukaan agar yang kaya O2

dan ada yang tumbuh di dalam agar yang tidak banyak

Page 20: MAKALAH UKDW

begitu banyak mengandung oksigen. Adapun prosedur kerja

yang dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Siapkan cawan steril, tabung pengenceran yang akan

ditanam dan media padat yang masih cair (>45oC)

2. Teteskan 1 ml secara aseptis.suspensi sel kedalam cawan

kosong

3. Tuangkan media yang masih cair ke cawan kemudian

putar cawan untuk menghomogenkan suspensi bakteri

dan media, kemudian diinkubasi.

Alasan diteteskannya bakteri sebanyak 0,1 ml untuk spread

plate dan 1 ml untuk pour plate karena spread plate ditujukan

untuk menumbuhkan dipermukaanya saja, sedangkan pour

plate membutuhkan ruang yang lebih luas untuk

penyebarannya sehingga diberikan lebih banyak dari pada

spread plate.

2) Teknik Penanaman dengan Goresan (Streak)

Bertujuan untuk mengisolasi mikroorganisme dari campurannya

atau meremajakan kultur ke dalam medium baru.

a) Goresan Sinambung

Cara kerja :

1. Sentuhkan inokulum loop pada koloni dan gores secara

kontinue sampai setengah permukaan agar.

2. Jangan pijarkan loop, lalu putar cawan 180oC lanjutkan

goresan sampai habis. Goresan sinambung umumnya

digunakan bukan untuk mendapatkan koloni tunggal,

melainkan untuk peremajaan ke cawan atau medium

baru.

b) Goresan T

Cara kerja :

Page 21: MAKALAH UKDW

1. Bagi cawan menjadi 3 bagian menggunakan spidol

marker

2. Inokulasi daerah 1 dengan streak zig-zag

3. Panaskan jarum inokulan dan tunggu dingin, kemudian

lanjutkan streak zig-zag pada daerah 2. Cawan diputar

untuk memperoleh goresanyang sempurna

4. Lakukan hal yang sama pada daerah 3

c) Goresan Kuadran (Streak quadrant)

Cara kerja :

Hampir sama dengan goresan T, namun berpola goresan

yang berbeda yaitu dibagi empat. Daerah 1 merupakan

goresan awal sehingga masih mengandung banyak sel

mikroorganisma. Goresan selanjutnya dipotongkan atau

disilangkan dari goresan pertama sehingga jumlah semakin

sedikit dan akhirnya terpisah-pisah menjadi koloni tunggal.

2. PARASITOLOGI

a. Trichuris trichiura (cacing cambuk)

Cacing betina panjangnya kira-kira 5 cm, sedangkan jantan 4 cm.

Bagiananterior langsung seperti cambuk.Bagian posterior bentuknya lebih

gemuk, pada cacing betina bentuknya membulat tumpul dan cacing jantan

melingkar dan terdapat suatu spikulum.

Telur berbentuk oval lonjong sepertitempayan dengan semacam penonjolan

yang jernih/opperkulum pada kedua kutub. Kulit telur bagian luar berwarna

kekuning-kuningan dan bagian dalamnya jernih.

Epidemiologi

Page 22: MAKALAH UKDW

Faktor lingkungan mempunyai pengaruh yang penting dalam proses transmisi,

iklim tropis Indonesia sangat menguntungkan terhadap perkembangan T.

trichiura. Indonesia mempunyai empat area ekologi utama terhadap transmisi

T. trichiura yaitu dataran tinggi, dataran rendah, kering, dan hujan.Data dari

berbagai survei di berbagai tempat di Indonesia menunjukkan bahwa infeksi T.

trichiura merupakan masalah di semua daerah di Indonesia dengan prevalensi

35% sampai 75%.Infeksi T. trichiura didasari dengan sanitasi yang inadekuat

dan populasi yang padat, umumnya ini dijumpai di daerah kumuh dengan

tingkat sosioekonomi yang rendah.Perbedaan prevalensi T. trichiura di daerah

perkotaan dan pedesaan menggambarkan perbedaan sanitasi atau densitas

populasi, tingkat pendidikan, serta perbedaan sosioekonomi yang juga

berperan penting.5,8. Anak usia sekolah mempunyai prevalensi yang tinggi

terhadap infeksi T. trichiura. Berdasarkan data epidemiologi, anak dengan

tempat tinggal dan sanitasi yang buruk dan higienitas yang rendah mempunyai

risiko terinfeksi yang lebih tinggi.Pendidikan higienitas yang rendah juga

mendukung tingginya infeksi tersebut. Tumpukan sampah dan penyediaan

makanan jajanan di lingkungan sekolah juga menjelaskan tingginya prevalensi

b.  Enterobiusvermicularis /(Oxyurisvermicularis )The Pinworm (cacing

kremi)

Cacing kremi atau Enterobius vermicularis (Oxyuris vermicularis)

diklasifikasikan dalam Kingdom Metazoa, Phylum Nemathelminthes, class

Nematoda, Sub class plasmodia, Ordo Oxyurida, Sub family Oxyuroidae,

family Oxyuridae, Genus Enterobius, Spesies Oxyuris vermicularis atau

Enterobius vermicularis.

Morfologi

a. Morfologi cacing Enterobius vermicularis

Cacing betina berukuran 8 – 13 mm x 0,4 mm. pada ujung anterior

pelebaran kutikulum seperti sayap yang disebut alae. Bulbususofagus jelas

sekali, ekornya panjang dan runcing. Uterus cacing yang gravid melebar

dan penuh telur.Cacing betina yang gravid mengandung 11.000-15.000

butir telur, berimigrasi ke daerah perianal untuk bertelur dengan cara

Page 23: MAKALAH UKDW

kontraksi uterus. Cacing jantan berukuran 2-5 mm, juga mempunyai sayap

dan ekornya melingkar sehingga bentuknya seperti tanda Tanya (?);

spikulum pada ekor jarang ditemukan.Habitat cacing dewasa biasanya di

rongga sekum, usus besar dan di usus halus yang berdekatan dengan

rongga sekum.

b. Morfologi Telur cacing kremi ( Enterobius vermicularis).

Telur berbentuk lonjong dan lebih datar pada satu sisi(asimetrik).

Mempunyai ukuran 50 -60 mikron x 20 – 32 mikron. Dinding telur bening

dan agak lebih tebal dari dinding telur cacing tambang. Terdapat 3 lapisan

dinding telur, lapisan pertama (lapisan luar) berupa lapisan albuminous,

tranclusent, bersifat sebagai mekanikal protection, lapisan kedua berupa

membran terdiri darilemak, berfungsi sebagai chemical protection, lapisan

ketiga adalah lapisan dalam telur yang berisi larva.Telur menjadi matang

dalamwaktu 6 jam setelah dikeluarkan. Telur resisten terhadap desinfektan

dan udara dingin.Dalam keadaan lembab telur dapat hidup dalam 13 hari.

Siklus Hidup Cacing Enterobius vermicularis

Siklus hidup dimulai dengan keluarnya cacing betina yang grafid bermigrasi

kedaerah perianal /anus pada waktu malam harikemudian bertelur dengan cara

kotraksi uterus dan melekat pada daerah tersebut (migrasi ini disebut “

Nocturnal migration”) Telur tersebut bisa menjadi larva infektif terutama pada

suhu 23º – 46 º C. Telur cacing kremi dalam waktu 6 jam setelah dikeluarkan

akan menjadi telur yang infektif dapat menetas menjadi larva dan masuk

kembali kedalam usus besar (retrofeksi). Telur cacing yang infektif dapat

bertahan lama, dapat mengkontaminasi lewat makanan, pakaian, tangan karena

telur Enterobius vermicularis yang infektif dapat diterbangkan bersama debu

kemana-mana.Telur yang masukke mulut, di dalam duodenum akan menetas

menjadi larva kemudiandewasa di usus besar. Infeksi cacing kremi terjadi bila

menelan telur matang atau bila larva dari telur yang menetas di daerah perianal

berimigrasi kembali ke usus besar.Bila telur matang yang tertelan, telur

menetas di duodenum dan larva rabditiform berubah dua kali setelah menjadi

dewasa di yeyunum dan bagian atas ileum.Waktu yang diperlukan untuk daur

hidupnya, mulai dari tertelannya telur matang sampai menjadi cacing dewasa

Page 24: MAKALAH UKDW

gravid yang berimigrasi ke daerah perianal berlangsung 2 minggu sampai 2

bulan. Mungkin daurnya hanya berlangsung 1 bulan karena telur cacing dapat

ditemukan kembali pada anus paling cepat 5 minggu sesudah

pengobatan.Infeksi cacing kremi dapat sembuh sendiri (self limited). Bila tidak

ada reinfeksi, tanpa pengobatanpun infeksi dapat berakhir

Enterobiasis

Enterobiasis atau penyakit cacing kremi adalah infeksi usus pada manusia

yang disebabkan oleh cacing E. vermicularis.Enterobiasis merupakan infeksi

cacing yang terbesar dan sangat luas dibandingkan dengan infeksi cacing

lainnya.Hal ini disebabkan karena adanya hubungan yang erat antara parasit

ini dengan manusia dan lingkungan sekitarnya.Parasit lebih banyak didapatkan

diantara kelompok dengan tingkat social yang rendah, tetapi tidak jarang

ditemukan pada orang- orang dengan tingkatsosial yang tinggi.

1) Patologi dan gejala klinis

Enterobiasis relatif tidak berbahaya, jarang menimbulkan lesi yang

berarti.Gejala klinis yang menonjol disebabkan iritasi di sekitar anus,

perineum dan vagina oleh cacing betina gravid yang berimigrasi ke

daerah anus dan vagina sehingga menyebabkaan pruritus lokal.Karena

cacing berimigrasi ke daerah anus dan menyebabkan pruritus ani, maka

penderita menggaruk daerah sekitar anus sehingga timbul luka garuk di

sekitar anus.Keadaan ini sering terjadi pada waktu malam hari

hinggapenderita terganggu tidurnya dan menjadi lemah.Kadang kadang

cacingdewasa mudah dapat bergerak ke usus halus bagian proksimal

sampai kelambung, esofagus dan hidung sehingga menyebabkan

gangguan didaerah tersebut.cacing betina gravid mengembara dan

dapat bersarangdi vagina dan di tuba fallopii sehingga menyebabkan

radang di salurantelur. Cacing sering di temukan di apendiks tetapi

jarang menyebabkaanapendisitis.Beberapa gejala infeksi Enterobius

vermikularis yaitu kurang nafsumakan, berat badan turun, aktivitas

meninggi, cepat marah, gigimenggeretak, insomnia dan masturbasi.

2) Epidemiologi

Page 25: MAKALAH UKDW

Penyebaran penyakit cacing kremi lebih luas dari pada penyakitcacing

lain. Penularan dapat terjadi pada keluarga atau kelompok yanghidup

dalam satu lingkungan yang sama (asrama, rumah piatu). Telur cacing

dapat diisolasi dari debu di ruangan sekolah atau kafetariasekolah dan

menjadi sumber infeksi bagi anak-anak sekolah. Diberbagai rumah

tangga dengan beberapa anggota keluarga yang mengandung cacing

kremi, telur cacing dapat ditemukan dilantai, meja ,kursi, bak mandi,

alas kasur dan pakaian. Hasil penelitian menunjukkan angka prevalensi

pada berbagai golongan manusia 3% - 80%. Penelitian didaerah Jakarta

Timur melaporkan bahwa kelompok usia terbanyak yang menderita

enterobiasis adalah kelompok usia 5 – 12 tahun yaitu pada 46 anak

(54,1%) dari 85 anak yang diperiksa.

Penularan dapat dipengaruhi oleh :

a. Penularan dari tangan ke mulut sesudah menggaruk daerah

perianal(autoinfeksi) atau tangan dapat menyebarkan telur kepada

orang lainmaupun pada diri sendiri karena memegang benda-benda

atau pakaian yang terkontaminasi.

b. Debu merupakan sumber infeksi karena mudah diterbangkan

olehangin sehingga telur melalui debu dapat tertelan.

c. Retrofeksi melalui anus, larva dari telur yang menetas disekitar

anus kembali masuk ke usus. Anjing dan kucing tidak

mengandung cacing kremi tetapi dapat menjadi sumber infeksi

oleh karena telur dapat menempel pada bulunya.

c. Ascaris lumbricoides The Large Intestinal Roundworm

Pada cacing betina bagian posteriornya berbentuk lurus, sedangkan cacing

jantan bagian posteriornya melengkung dan terdapat spikula.Ascaris

lumbricoides (cacing gelang) telur fertilememiliki dinding 3 lapis:

1.  Albuminoid : tebal dan bersifat  impermiable

2. Lapisan Hialine : memberi bentuk telur, impermiable

Page 26: MAKALAH UKDW

3.  Viteline : mengelilingi sel telur sangat impermiable

Ascaris lumbricoides (cacing gelang) telur infertile hanya mempunyai 2

lapisan Viteline dan Hialin, Lapisan Albuminoid tidak ada. Telur tidak di

buahi sehingga tidak terbentuk sempurna.

d. The Hookworm/ Ancylostoma duodenale /Cacing tambang

Pada betina bagian mulut terdapat capsula bukalis dan gigi bentuk

segitiga.Pada jantan, bagian posterior mempunyai bursa kopulotriks dan

spikulum.Telurnya berbentuk lonjong, bagian dalam warna kuning.

Ciri ciri telur cacing tambang, telur berbentuk lonjong, dinding tipis bening,

permukaan dinding halus, bagian dalam berwarna kuning.

e. Brugia malayi- Malayan Filariasis

Cacing ini menyebabkan penyakit yang disebut kaki gajah/

elephantiasis.Cacing ini disebut jugadengan mikrofilaria.Penyakitnya

ditularkan melalui nyamuk Culex sp. Beredar di dalam pembuluh darah/system

vascular.Dalam siklus hidupnya mempunyai larva.

f. Cacing Pita Cestoda/ Taenia sp

Semua anggota cestoda memiliki struktur pipih dan tertutup oleh kutikula.

Cacing pita (Cestoda) memiliki tubuh bentuk pipih, panjang antara 2 - 3m dan

terdiri dari bagian kepala (skoleks) dan tubuh (strobila). Kepala (skoleks)

dilengkapi dengan lebih dari dua alat pengisap. Sedangkan setiap segmen yang

menyusun strobila mengandung alat perkembangbiakan. Makin ke posterior

segmen makin melebar dan setiap segmen (proglotid) merupakan satu individu

dan bersifat hermafrodit.Cacing ini biasanya hidup sebagai parasit dalam usus

vertebrata dan tanpa alat pencernaan.

Ciri ciri cacing pita,pada skoleks terdapat alat pengisap.Skoleks pada jenis

Cestoda tertentu (Taenia solium ) selain memiliki alat pengisap, juga memiliki

kait (rostelum). Rostellum berfungsi untuk melekat pada organ tubuh

inangnya.Dibelakang skoleks pada bagian leher terbentuk proglotid.Setiap

proglotid mengandung organ kelamin jantan (testis) dan organ kelamin betina

Page 27: MAKALAH UKDW

(ovarium).Tiap proglotid dapat terjadi fertilisasi sendiri.dan mempunyai rumah

tangga sendiri ( metameri). Makin ke posterior segmen makin melebar dan

setiap segmen (proglotid) merupakan satu individu dan bersifat hermafrodit.

g. Malaria

1) Malaria Tropika

Ciri-cirinya eritrosit tidak membesar (terdapat titik maurer), dalam satu

eritrosit terdapat lebih dari 1 bentuk tropozoit. Terdapat mikrogametosit

dan makrogametosit berbentuk pisang agak lonjong atau seperti sosis,

plasma biru ataumerah muda, inti padat (kalau mikrogametosit tdk

padat), pigmen di sekitar inti atau tersebar (mikrogametosit).

2) Malaria Tertiana

Disebabkan oleh plasmodium vivax, eritrosit membesar, dalam satu

eritrosit hanya terdapat satu parasite, terdapat titik2 schufner, gametosit :

makrogamet dan mikrogamet

Page 28: MAKALAH UKDW

BAB II

METODOLOGI

1. Media Pertumbuhan

Tujuan :

a. Mengetahui jenis media pertumbuhan mikroba

b. Mengetahui fungsi dari setiap jenis media

c. Mengetahui factor-faktor yang dapat menunjang pertumbuhan mikroba

Alat :

- Cawan petri

- Gelas ukur

- Labu erlenmayer

- Buncen burner

- Kertas perkamen

- Pengikat

- Kapas sebagai penutup erlenmayer

- Autoclave

Bahan :

- Agar

- Aquades diganti menjadi air

Cara kerja :

1. Masukkan air 200 ml ke dalam erlenmayer yang berisi nutrient agar secara

bertahap. Setiap memasukkan 50 ml air kocok labu erlenmayer supaya nutrient

agar lebih mudah larut.

2. Tutup labu erlenmayer dengan kapas lalu lapisi denggan kertas perkamen dan

ikat dengan pengikat. Pengikat tidak boleh mengenai kapas.

3. Masukkan erlenmayer ke dalam autoclave dalam waktu 15 menit dengan suhu

121oC

4. Ambil erlemayer dalam autoclave, setelah autoclave berbunyi dan jarumnya

sudah menunjukkan 0 atm.

5. Nyalakan Bunsen

Page 29: MAKALAH UKDW

6. Buka tutup labu erlenmayer, usahakan tetep berada dekat Bunsen agar tetap

steril.

7. Fiksasi cawan petri lalu tuangkan nutrient agar ke dalam cawan petri. Cawan

petri dibuka seperlunya agar menghindari kontaminasi udara.

8. Tutup cawan petri dan tunggu hingga agar membeku.

2. Isolasi Mikrorganisme

Tujuan :

a. Untuk memisahkan mikroba dari campurannya sehingga di dapat kultur murni.

Alat :

- 4 tabung reaksi

- Mikropipet

- Tip mikropipet

- Bunsen

- Fortex

- Drugailsky

- Cawan petri berisi media

- Gelas ukur berisi alcohol

- Kapas untuk menutup tabung reaksi

- Inkubator

- Kertas perkamen

- Label untuk tabung dan cawan petri

Bahan :’

- Sampel air teh

- Aquades dalm tabung reaksi

Cara kerja

1. Masukkan air teh ke dalam tabung reaksi pertama dengan menggunakan

mikropipet lalu di fortex. Usahakan berada di dekat Bunsen agar mengurangi

kontaminasi

2. Ambil cairan dalam tabung 1 dengan mikropipet lalu campur dengan tabung

2. Fortex tabung kedua. Ganti tip mikropipet setiap ganti cairan.

3. Ambil cairan dalam tabung 2 dengan mikropipet lalu campur dengan tabung

3. Fortex tabung ketiga

Page 30: MAKALAH UKDW

4. Ambil cairan dalam tabung 3 dengan mikropipet lalu campur dengan tabung

4. Fortex tabung keempat.

5. Fiksasi cawan petri yang berisi media pertumbuhan. Ambil cairan dari

tabung 4, setelah menfiksasi tabung 4 dengan mikropipet 0,1 ml.

6. Masukkan cairan tersebut ke dalam cawan petri lalu ratakan dengan batang L

yang sudah dibasahi dengan alcohol dan difiksasi. Sebelum meratakan cairan

dengan batang L pastikan batang L tidak lagi panas. Karena panas dapat

merusak media.

7. Tutup cawan petri lau difiksasi kembali.

8. Lakukan hal yang sama pada tabung yang lain dengan cawan petri yang lain.

9. Bungkus cawan petri dengan kertas perkamen lalu masukkan dalam

incubator

3. Pewarnaan gram

Tujuan :

a. Untuk mengenali bentuk morfologi sel dan koloni mikroorganisme serta

sifatnya

Alat :

- Cawan petri berisi mikrobia yang sudah diisolasi

- Jarum inokulum/ ose

- Pinset

- Tabung reaksi berisi gram A,B,C,D

- Objek glass

- Tissue

- Bunsen

- Mikroskop cahaya

- Tabung berisi aquades steril

Bahan :

- Pewarna A,B,C,D

- Aquades steril

- Alcohol

Page 31: MAKALAH UKDW

Cara kerja:

1. Bersihkan objek glass dengan alcohol lalu lap dengan tissue, usahan supaya

tangan hanya memegang bagian pinggir objek glass.

2. Fiksasi tabung yang berisi aquades streril, panaskan ose, fiksasi kembali

tabung aqauades steril sambil menunggu ose dingin.

3. Ambil aquades steril dengan ose ke dalam bagian tengah objek glass

secukupnya.

4. Fiksasi cawan petri lalu panaskan ose lalu fikasi kembali cawan petri yang

berisi mikrobia yang sudah diisolasi sambil menunggu ose dingin.

5. Ambil koloni dalam cawan petri lalu campur dengan aquades yang berada di

objek glass kemudian ratakan.

6. Fiksasi objek glass hingga objek glass kering.

7. Teteskan gram A ke dalam objek glass lau tunggu hingga 1 menit kemudian

buang gram A.

8. Teteskan gram B ke dalam objek glass yang sama lalu tunggu hingga 1 menit

kemudian buang gram B lalu bersihkan dengan aquades.

9. Teteskan gram C ke dalam objek glass yang sama lalu tunggu hingga 30 detik

kemudian buang gram C dan bersihkan dengan aquades.

10. Teteskan gram D kedalam objek glass yang sama lalu tunggu hingga 45 detik.

Kemudian buang gram D. bersihkan kembali dengan aquades. Keringkan

preparat.

11. Amati objek glass dengan mikroskop dan tentukan bentuk, susunan, warna dan

sifat.

4. Pengecatan bakteri tahan asam

Tujuan : Untuk mengenali bentuk morfologi sel dan koloni mikroorganisme serta

sifatnya

Alat :

- Cawan petri yang berisi mikrobia yang sudah diisolasi

- Objek glass

- Mikroskop cahaya

- Pipet

- Ose

Page 32: MAKALAH UKDW

- Tissue

- Tabung rekasi yang berisi aquades steril

- Pinset

- Bunsen

Bahan :

- Aquades steril

- ZN A,B,C

- Alcohol

Cara kerja :

1. Bersihkan objek glass dengan alcohol lalu bersihkan dengan tissue

2. Fiksasi tabung yang berisi aquades streril, panaskan ose, fiksasi kembali tabung

aqauades steril sambil menunggu ose dingin.

3. Ambil aquades steril dengan ose ke dalam bagian tengah objek glass

secukupnya.

4. Fiksasi cawan petri lalu panaskan ose lalu fikasi kembali cawan petri yang

berisi mikrobia yang sudah diisolasi sambil menunggu ose dingin.

5. Ambil koloni dalam cawan petri lalu campur dengan aquades yang berada di

objek glass kemudian ratakan.

6. Fiksasi objek glass hingga objek glass kering.

7. Teteskan Zn A lalu panaskan objek glass di atas bunsen sampai menguap,

diamkan selama 5 menit. Bersihkan objek glass dengan aquades.

8. Teteskan Zn B sampai warna luntur. Diamkan selama 30 detik. Bersihkan

objek glass dengan aquades.

9. Teteskan Zn C lalu diamkan selama 2 menit. Kemudian bersihkan dengan

aquades.

10. Amati objek glass dengan mikroskop. Tentukan bentuk, susunan, warna dan

sifat. Dan hasil digambarkan.

Page 33: MAKALAH UKDW

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. MIKROBIOLOGI

HASIL PENGAMATAN

Kode Sampel D : Es Teh

Pengenceran 1 2

10‾2 SPR SPR

10‾3 182 162

10‾4 31 11

Pengenceran : 10-3

182+1622

= 17,2 x 10 4

Pengenceran : 10 -4

31 x 104

Rasio : 31 x104 / 7,2 x 104 = 1,8 ( <2 )

17,2 x 10 + 31 : 2 = 24 x 10 4

Pewarnaan

Gram A

Warna : Violet

Bentuk : Bulat

Susunan : Bergerombol

Sifat : Positif +

Pewarnaan BTA (Bakteri Tahan Asam)

Warna : Merah

Bentuk : Bulat

Susunan : -

Sifat : Zn Tahan Asam

Page 34: MAKALAH UKDW

PEMBAHASAN

Gram A

Bakteri gram positif adalah bakteri yang memiliki dinding sel dengan lapisan

peptidoglikan yang tebal. Bakteri ini akan berwarna ungu jika diwarnai dengan

pewarnaan gram.

Gram B

Bakteri gram negatif adalah bakteri yang memiliki dinding sel dengan

peptidoglikan yang tipis. Bakteri ini akan berwarna merah muda, jika diwarnai

dengan perwarnaan gram.

BTA (Bakteri Tahan Asam)

Pewarnaan tahan asam yang umum digunakan adalah pewarnaan Zieh – Neelson.

Sekali sitoplasma terwarnai, maka sel-sel organisme seperti mikrobakteri

menahan zat warna tersebut dengan erat, artinya tidak terpucatkan sekalipun oleh

zat yang bersifat keras seperti asam alkohol (yaitu 3% HCL dalam etanol 95%).

Alkohol asam ini merupakan pemucat yang sangat intensif dan jangan

dikelirukan dengan alkohol-aseton yang banyak digunakan dalam prosedur

pewarnaan Gram. Organisme yang dapat menahan zat warna itu dikatakan tahan

asam dan tampak merah. Bakteri biasa yang dindingnya tidak bersifat terlampau

lipoidal, pewarna karbol fuksin yang mewarnai sel dapat dengan mudah

dipucatkan oleh alkohol-asam dan karenanya dikatakan tak tahan asam.

Tercucinya karbol fuksin dapat diperagakan oleh terserapnya pewarna tandingan

biru metilen oleh sel, sehingga bakteri tersebut tampak biru.

Page 35: MAKALAH UKDW

2. PARASITOLOGI

HASIL PENGAMATAN

LARVA CACING TAMBANG

ERITROSIT PASIEN TERINFEKSI MALARIA TROPIKA

Page 36: MAKALAH UKDW

GAMETOSIT MALARIA TROPIKA

TROPOZOIT MALARIA VIVAX

Page 37: MAKALAH UKDW

PEMBAHASAN

1. Larva Cacing Tambang

Dalam waktu 1-1,5 hari, telur akan menetas menjadi larva, yang disebut larva

rhabditiform. Tiga hari kemudian larva berubah lagi menjadi larva filarifom

dimana larva ini dapat menembus kulit kaki dan masuk ke dalam tubuh

manusia.Di tubuh manusia, cacing tambang bergerak mengikuti aliran darah,

menuju jantung, paru-paru, tenggorokan, kemudian tertelan dan masuk ke dalam

usus.Di dalam usus, larva menjadi cacing dewasa yang siap menghisap darah.

Setiap ekor cacing N. americanus akan menghilangkan 0,005-1 cc darah per hari

sedangkan setiap ekor cacing A. duodenale akan menyebabkan manusia

kehilangan 0,08-0,34 cc per hari. Oleh karena itulah, cacing tambang menjadi

berbahaya karena dapat menyebabkan anemia pada manusia.

2. Eritrosit Pasien Terinfeksi Malaria Tropika

Malaria tropika menyerang semua bentuk eritrosit.Disebabkan oleh Plasmodium

falciparum.Plasmodium ini berupa Ring/ cincin kecil yang berdiameter 1/3

diameter eritrosit normal dan merupakan satu-satunya spesies yang memiliki 2

kromatin inti (Double Chromatin).

3. Gametosit Malaria Tropika

Gametosit yang muda mempunyai bentuk lonjong sehingga memanjang dinding

sel darah merah, setelah mencapai perkembangan akhir parasit ini menjadi

bentuk pisang yang khas, yang disebut dengan bentuk sabit.

4. Tropozoit Malaria Vivax

a) Trofozoit muda Pl. falciparum

Bentuk cincin kecil,sitoplasma halusS

Eritrosit (bentuk accole)

Inti warna merah 1 / 2 buah

b) Trofozoit tua Pl. falciparum

Sitoplasma mulai menebal/ lebih padat/ bentuk amuboidlebih teratur

Inti, belum membelah kadang sudah menjadi 2

Pigmen malaria mulai tampak

Page 38: MAKALAH UKDW
Page 39: MAKALAH UKDW

BAB IV

KESIMPULAN

1. Sterilisasi merupakan cara membuat suatu alat atau bahan menjadi bebas

daripertumbuhan mikroba beserta sporanya. Dari pertimbangan tersebut tak ada

kondisi yangmenyamai mensterilkan preparat.

2. Media merupakan salah satu bahan yang terdiri dari canpuran nutrisi zat makanan

yangdipakai untuk menumbuhkan mikroba.

3. Proses penghitungan suatu bakteri dilakukan dengan menggunakan rumus jumlah

kolonidikalikan dengan 1/faktor pengenceran

4. Setiap mikroba memiliki bentuk, ukuran, komponen sel, gerak dan alat gerak

yangberbeda.

5. Kultur Mikroba merupakan cara untuk memperbanyak bakteri

6. Untuk memperjelas ukuran dan Bentuk morfologi bakteri maka dilakukan

pengecatan.

Page 40: MAKALAH UKDW

Daftar Pustaka

APHA. 1999. Standard Methods For The Examination Of Water And

Wastewater, Membrane Filter Technique For Members Of The Coliform. American

Public Health Association, American Water Works Association, and Water

Environment Federation.

Barrow, G.I. and R.K.A. Feltham. 1993. Cowan and Steel’s, Manual for the

Identification of Medical Bacteria. New York : Cambridge University Press.

Collins, C.H., P.M. Lyne, J.M. Grange, J.O. Falkinham III. 2004. Collin and

Lyne’s, Microbiological  Methods. 8th Edition. Arnold Publishers, London.

Hogg, Stuart. 2005. Essential Microbiology. John Wiley and Sons, Ltd.

ISO/TS 11133-1 : 2009. Microbiology of food and animal feeding stuffs —

Guidelines on preparation and production of culture media — Part 1: General

guidelines on quality assurance for the preparation of culture media in the

laboratory, 2nd edition

Morello, J.A., P.A. Granato, H.E. Mizer, 2003. Laboratory Manual and Workbook in

Microbiology, Application to Patient Care. 7th Edition. Mc Graw Hill Companies.

Talaro, K.P. and Arthur Talaro. 2002. Foundation in Microbiology, 4th Edition. Mc

Graw Hill Companies.

Page 41: MAKALAH UKDW

LAPORAN

PRATIKUM MIKROBIOLOGI

Disusun Oleh :

Nama : Indri Krisyelita

Nim : 1202065

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

STIKES BETHESDA YAKKUM YOGYAKARTA

BEKERJA SAMA DENGAN :

FAKULTAS BIOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN DUTA WACANA

YOGYAKARTA

2012/2013