makalah ujian forklin

27
MAKALAH UJIAN KASUS FORENSIK KLINIK Oleh : Angelin Rittho Papayungan 112014053 Penguji : Dr. dr. Yuli Budiningsih, Sp.F DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL RUMAH SAKIT UMUM NASIONAL CIPTO MANGUNKUSUMO FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA JAKARTA

Upload: fellyvalerie

Post on 27-Jan-2016

239 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

forensik patologi

TRANSCRIPT

Page 1: MAKALAH UJIAN FORKLIN

MAKALAH UJIAN KASUS

FORENSIK KLINIK

Oleh :

Angelin Rittho Papayungan 112014053

Penguji :

Dr. dr. Yuli Budiningsih, Sp.F

DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL

RUMAH SAKIT UMUM NASIONAL CIPTO MANGUNKUSUMO

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA

JAKARTA

19 November 2015

Page 2: MAKALAH UJIAN FORKLIN

DAF TAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................................................ 1

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................ 2

BAB II RINGKASAN KASUS............................................................................................... 3

2.1 Identitas Korban........................................................................................................ 3

2.2 Anamnesis................................................................................................................. 3

2.3 Pemeriksaan Fisik Umum......................................................................................... 4

2.4 Diagnosis................................................................................................................... 4

2.5 Tatalaksana............................................................................................................... 4

2.6 Kesimpulan............................................................................................................... 4

BAB III PEMBAHASAN KASUS.......................................................................................... 7

4.1 Prosedur Medikolegal............................................................................................... 6

4.1.1 Pihak yang Berwenang Meminta VeR............................................................ 6

4.1.2 Visum et Repertum......................................................................................... 7

4.2 Aspek Medikolegal pada Penganiayaan................................................................... 8

4.3 Traumatologi………………………………………………………………………...11

BAB IV VISUM ET REPERTUM.......................................................................................... 14

BAB V DAFTAR PUSTAKA................................................................................................. 16

1

Page 3: MAKALAH UJIAN FORKLIN

BAB I

PENDAHULUAN

Ilmu kedokteran forensik (Legal Medicine), merupakan salah satu cabang dari ilmu

kedokteran. Ilmu kedokteran forensik didefinisikan sebagai pemanfaatan/penerapan ilmu

kedokteran untuk peradilan/penegakan hukum dan keadilan.

Kita ketahui sendiri, bahwa peristiwa yang melanggar hukum banyak terjadi di masyarakat.

Hal ini sangat merugikan dan membuat resah masyarakat yang lain karena pelanggaran hukum

ini sering sekali menyangkut tubuh dan nyawa manusia, sehingga korban yang ditimbulkannya

ada yang masih hidup, namun ada pula yang sudah meninggal. Untuk menyelesaikan masalah

hukum ini, diperlukan penyidikan dan pengusutan dengan bantuan berbagai ahli sesuai bidang

yang terkait dengan peristiwa tersebut. Oleh karena seorang dokter merupakan seorang yang

dianggap ahli atas tubuh manusia, diharapkan dokter dapat membantu mengungkapkan kasus

pelanggaran hukum yang berhubungan dengan manusia dengan memanfaatkan ilmu

kedokteran yang dimilikinya seoptimal mungkin dan dengan sejujur-jujurnya karena hal ini

telah diatur dalam undang-undang. Oleh karena ketentuan ini diatur oleh undang-undang,

sehingga apabila seorang dokter lalai memberikan bantuan, maka ia dapat diancam dengan

pidana penjara.

Bantuan yang diberikan oleh dokter dapat berupa pemeriksaan pada korban hidup, mati,

atau bagian tubuh/benda yang diduga berasal dari tubuh manusia untuk dapat menemukan

kelainan. Jika kelainan ditemukan, misalnya pada korban hidup, lalu dicari kemungkinan

penyebabnya dan dampak kelainan tersebut terhadap kesehatan korban. Jika korban mati,

menentukan perkiraan saat kematian, cara, sebab, dan mekanisme kematian. Selain itu,

kewajiban dokter juga membuat keterangan ahli yang telah diatur dalam pasal 133 KUHAP.

2

Page 4: MAKALAH UJIAN FORKLIN

BAB II

RINGKASAN KASUS

No. Polisi : 70/ VER/ XI/ 2015/ Sek Mtr

Instansi : Kepolisian Sektor Matraman, Resort Metro Jakarta Timur

Tanggal : 04 November 2015

Permintaan : Permintaan Visum et Repertum

Identitas Korban

No. Rekam Medis : 408-90-97

Nama : Ny. SW

Tempat tanggal lahir : Indramayu, 01 Desember 1983

Agama : Islam

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Kewarganegaraan : Indonesia

Alamat : Jl. Pisangan baru RT/RW 002/008 Kel. Pisangan, Jakarta Timur

Waktu pelaporan : 5 November 2015

2.2 Anamnesis

Anamnesis dilakukan terhadap korban (autoanamnesis).

Korban mengaku pada tanggal 4 November 2015, pukul dua puluh tiga lebih tiga puluh

menit Waktu Indonesia Barat, wajahnya ditampar oleh pelaku dengan tangan kosong sebanyak

empat kali, kemudian korban ditendang pada daerah dada sebanyak satu kali, dan korban

dicekik serta dibenturkan kepalanya ketembok satu kali oleh pelaku yang sama. Pelaku

merupakan pacar korban.

Kejadian bermula saat korban kembali ke rumah, sudah ada pacar yang duduk dalam

keadaan mabuk sambil menelfon. Kemudian korban keluar tetapi pelaku menarik korban dan

mengancam akan bunuh diri dengan pisau. Korban berusaha merebut pisau dan membujuk

pelaku masuk ke dalam rumah. Saat akan tidur pelaku menuduh korban bersama lelaki lain.

Korban dan pelaku bertengkar dan terjadi penganiayaan yang dilakukan pelaku.

3

Page 5: MAKALAH UJIAN FORKLIN

Pemeriksaan Fisik Umum

Status generalis

- Keadaan umum : tampak sakit sedang

- Kesadaran : sadar penuh

- Tekanan darah : 110/70 mmHg

- Nadi : 84X/menit

- Pernapasan : 20 X/menit

- Suhu : 36°C

Status lokalis luka/cedera

1. Pada dahi sisi kiri, 0.5 cm dari garis pertengahan depan, 3 cm diatas alis, terdapat

memar berwarna keunguan berukuran 2 cm x 3 cm.

2. Pada dahi sisi kanan, 4 cm dari garis pertengahan depan, 4 cm di atas sudut luar mata,

terdapat beberapa memar berwarna merah keunguan dengan ukuran terbesar 0.5 cm x

0.8cm dan ukuran terkecil berbentuk titik meliputi area 4 cm x 3.5 cm.

3. Pada pipi kiri, 8.5 cm dari garis pertengahan depan, 3 cm di bawah liang telinga,

terdapat memar keunguan berbentuk garis melintang yang berjalan sejajar dengan jarak

diantaranya 1.5 cm, panjang garis diatas 1 cm dan panjang garis dibawah 2 cm, disertai

memar berwarna biru kehitaman dengan ukuran terbesar 1.5 cm x 0.5 cm dan ukuran

terkecil berbentuk titik meliputi area 8 cm x 6 cm.

4. Pada bibir bawah sisi kanan bagian dalam, 1 cm dari garis pertengahan depan, terdapat

luka lecet berukuran 0.5 cm x 0.3 cm.

5. Pada kepala bagian belakang tepat garis pertengahan belakang, 11 cm di atas batas

tumbuh rambut belakang terdapat benjolan sewarna kulit berukuran 1 cm x 1 cm.

6. Pada dada tepat garis pertengahan depan, 5 cm dibawah tepi atas tulang dada terdapat

memar berwarna hijau kehitaman dengan ukuran 4 cm x 1.5 cm.

7. Pada lengan bawah kiri sisi belakang, 12 cm di bawah lipat siku terdapat luka lecet

geser sepanjang 3 cm dengan arah depan kanan bawah ke arah belakang kiri atas.

8. Pada ruas ujung jari tengah tangan kiri sisi telapak, terdapat luka lecet gores sebesar 0.8

cm.

4

Page 6: MAKALAH UJIAN FORKLIN

Diagnosis

Hematoma at regio facial

Soft tissue swelling at regio parietal

Vulnus excoriatum at regio ante brachii dextra

Tatalaksana

Pembuatan visum et repertum

Kesimpulan

Pada pemeriksaan korban perempuan usia tiga puluh dua tahun ini ditemukan luka memar

pada wajah dan dada serta luka lecet pada tangan kiri akibat kekerasan tumpul. Luka-luka

tersebut tidak menimbulkan penyakit atau halangan dalam menjalankan pekerjaan jabatan

atau pencaharian untuk sementara waktu.

5

Page 7: MAKALAH UJIAN FORKLIN

BAB III

PEMBAHASAN KASUS

Prosedur Medikolegal

Munurut KUHAP pasal 133 ayat (1) yang berwenang mengajukan permintaan

keterangan ahli adalah penyidik. Penyidik pembantu juga mempunyai wewenang tersebut

sesuai dengan pasal 11 KUHAP.1

Mengenai kepangkatan pembuat surat permintaan visum et repertum telah diatur dalam

Peraturan Pemerintah no 27 tahun 1983 yang menyatakan penyidik Polri berpangkat serendah-

rendahnya Pembantu Letnan Dua, sedangkan pada wilayah kepolisian tertentu yang

komandannya adalah seorang bintara (Sersan), maka ia adalah penyidik karena jabatannya

tersebut. Kepangkatan bagi Penyidik pembantu adalah bintara serendah-rendahnya sersan dua.

Untuk mengetahui apakah suatu Surat permintaan pemeriksaan telah ditanda tangani oleh yang

berwenang, maka yang penting adalah bahwa si penandatang menandatangani surat tersebut

selaku penyidik.1

Menurut KUHP pasal 133 ayat (1) , yang berwenang melakukan pemeriksaan forensik

yang menyangkut tubuh manusia dan membuat Keterangan Ahli adalah dokter ahli kedokteran

kehakiman (forensik), dokter dan ahli lainnya. sedangkan dalam penjelasan KUHAP tentang

pasal tersebut dikatakan bahwa yang dibuat oleh dokter ahli kedokteran kehakiman disebut

keterangan ahli sedangkan yang dibuat oleh selain ahli kedokteran kehakiman disebut

keterangan.1

Permintaan Keterangan Ahli oleh penyidik harus dilakukan secara tertulis, dan hal ini

secara tegas telah diatur dalam KUHAP pasal 133 ayat (2), terutama untuk korban mati.

Korban yang masih hidup sebaiknya diantar oleh petugas kepolisian guna pemastian

identitasnya. Surat permintaan keterangan ahli ditujukan kepada instansi kesehatan atau

instansi khusus untuk itu, bukan kepada individu dokter yang bekerja di dalam instansi

tersebut.1

Temuan Pada Kasus:

Pada kasus ini, permintaan pembuatan visum et repertum disampaikan dalam bentuk

tertulis melalui surat permintaan visum. Keterangan surat permintaan visum adalah sebagai

berikut:

6

Page 8: MAKALAH UJIAN FORKLIN

No polisi : 70/VER/XI/2015/SEK Mtr

Instansi : Kepolisian Resort Metropolitan Jakarta Timur Sektor Matraman

Tanggal : 5 November 2015

Permintaan : Permohonan Visum et Repertum Luka

Pihak yang Berwenang Meminta VeR

Pihak yang berwenang meminta visum et repertum adalah penyidik. Yang dapat menjadi

penyidik adalah pihak pejabat polisi negara Republik Indonesia atau pejabat pegawai negeri

sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh undang – undang. Hal ini tercantum dalam

pasal 1 KUHAP ayat 1.2

Berdasarkan Peraturan Pemerintah no.27 tahun 1983, disebutkan bahwa terdapat aturan

mengenai kepangkatan untuk pejabat polri yang dapat membuat surat permintaan visum.

Berdasarkan PP tersebut, yang berhak untuk meminta visum adalah penyidik Polri berpangkat

serendah – rendahnya Pembantu Letnan Dua, sedangkan pada wilayah kepolisian tertentu

yang komandannya adalah seorang bintara (Sersan), maka ia adalah penyidik karena

jabatannya tersebut.2

Temuan Pada Kasus Di Atas:

Surat permintaan visum untuk kasus di atas ditandatangani oleh Kapolsek Matraman Jakarta

Timur. Hal ini berarti surat permintaan visum sudah memenuhi Peraturan Pemerintah No. 27

tahun 1983).

Visum et Repertum

Visum et Repertum (VeR) adalah keterangan yang di buat oleh dokter atas permintaan

penyidik yang berwenang mengenai hasil pemeriksaan medik terhadap manusia, baik hidup

atau mati, ataupun bagian atau diduga bagian tubuh manusia, berdasarkan keilmuannya dan

dibawah sumpah untuk kepentingan peradilan. Pembuatan VeR pada manusia sebagai korban

atau diduga korban tindak pidana memiliki dasar hokum yaitu pasal 133 ayat (1) KUHAP,

yaitu : “Dalam hal ini penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban baik

luka, keracunan, maupun mati yang di duga karena peristiwa yang merupakan tindak pidana, ia

berwenang mengajukan permintaan keterangan ahli kepada ahli kedokteran kehakiman atau

dokter dan atau ahli lainnya.”2

7

Page 9: MAKALAH UJIAN FORKLIN

Hal ini sesuai dengan ketentuan dari pasal 133 ayat (2) KUHAP yang berbunyi,

“Permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan secara tertulis,

yang dalam surat itu disebutkan dengan tegas untuk pemeriksaan luka atau pemeriksaan mayat

dan atau pemeriksaan bedah mayat” pada kasus ini, permintaan visum dilakukan secara

tertulis.2

Sebagai pihak yang diminta bantuannya oleh pihak berwenang, dokter wajib membantu

untuk memberikan keterangan berupa VeR sesuai pasal 179 KUHAP, “Setiap orang yang

diminta pendapatnya sebagai ahli kedokteran kehakiman atau dokter atau ahli lainnya wajib

memberikan keterangan ahli demi keadilan”. Jika dokter menolak untuk melakukan keterangan

ahli dapat dikenakan sanksi sesuai pasal 216 ayat (1) KUHP, “Barang siapa dengan sengaja

tidak menuruti perintah atau permintaan yang dilakukan menurut undang-undang oleh pejabat

yang tugasnya mengawasi sesuatu, atau oleh pejabat berdasarkan tugasnya, demikian pula yang

diberi kuasa untuk mengusut atau memeriksa tindak pidana; demikian pula barang siapa

dengan sengaja mencegah, menghalang-halangi atau menggagalkan tindakan guna

menjalankan ketentuan, diancam dengan pidana penjara paling lama empat bulan dua minggu

atau denda paling banyak sembilan ribu rupiah”. Keterangan ahli dalam surat pada pasal 184

KUHAP ayat (1) tersebut sepadan dengan yang dimaksud dengan Visum et Repertum dalam

Statsbald 350 tahun 1937.2

Temuan Pada Kasus Di Atas

Dengan jelas disebutkan pada perihal bahwa dimintakan visum et repertum luka dalam perkara

kebenaran adanya luka yang dialami korban tersebut. Berdasarkan isi surat permintaan sudah

memenuhi pasal 133 KUHAP ayat 1 dan ayat 2.

Aspek Medikolegal Pada Penganiayaan

Untuk mengetahui peyebab luka/sakit dan derajat parahnya luka atau sakit pada korban

hidup maka diperlukan pemeriksaan kedokteran forensik. Hal ini dimaksudkan utuk memenuhi

rumusan delik dalam KUHP. Oleh karena itu, catatan medik pada setiap pasien harus lengkap

hasil pemeriksaannya, terutama korban yang diduga tindak pidana. Hal ini diperlukan untuk

pembuatan visum et repertum.2

Korban dengan luka ringan dapat merupakan hasil dari tindak pidana penganiayaan

ringan, seperti yang tertuang dalam Pasal 352 KUHP yang berbunyi:2

8

Page 10: MAKALAH UJIAN FORKLIN

(1) Kecuali yang tersebut dalam pasal 353 dan 356, maka penganiayaan yang tidak

menimbulkan penyakit atau halangan untuk menjalankan pekerjaan jabatan atau pencarian,

diancam sebagai penganiayaan ringan, dengan pidana penjara paling lama tiga bulan atau

pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah. Pidana dapat ditambah sepertiga

bagi orang yang melakukan kejahatan itu terhadap orang yang bekerja padanya atau menjadi

bawahannya.

(2) Percobaan untuk melakukan kejahatan ini tidak dipidana.

Pada korban dengan luka sedang, dapat pula merupakan hasil dari tindak penganiayaan,

seperti yang disebutkan pada Pasal 351 KUHP ayat (1) yang berbunyi “Penganiayaan

diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun delapan bulan atau pidana denda

paling banyak 4500 rupiah” dan Pasal 353 KUHP ayat (1) yaitu: “Penganiayaan dengan

rencana lebih dahulu, diancam dengan pidana pejara palig lama 4 tahun.”2

Hasil dari tindak penganiayaan tersebut dengan akibat luka berat diatur dalam pasal 351

ayat (2) yang berbunyi: “Jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat, yang bersalah

diancam dengan pidana pejara paling lama 5 tahun” atau Pasal 353 ayat (2) yaitu “Jika

perbuatan mengakibatkan luka-luka berat, yang bersalah dikarenakan pidana pejara palig

lama tujuh tahun”. Sementara, jika korban dengan luka berat merupakan akibat penganiayaan

berat, undang-undang mengaturnya dalam Pasal 354 ayat (1) yang berbunyi “Barang siapa

dengan sengaja melukai berat orang lain, diancam, karena melakukan penganiayaan berat,

dengan pidana penjara paling lama delapan tahun” atau Pasal 355 ayat (1) yaitu

“Penganiayaan berat yang dilakukan dengan rencaa lebih dahulu, diancam degan pidana

penjara paling lama dua belas tahun.”2

Sementara dalam KUHP, yang dimaksud penganiayaan ringan adalah penganiayaan

yang tidak menimbulkan penyakit atau halangan untuk menjalankan jabatan atau halangan

pekerjaan, seperti bunyi Pasal 352 KUHP. Umumnya, korban datang tanpa luka, atau dengan

luka lecet atau memar kecil di lokasi yang tidak berbahaya atau tidak menurunkan fungsi alat

tubuh tertentu. Luka-luka ini dimasukkan ke kategori luka ringan atau luka derajat satu.2

Hoge Road pada tanggal 25 Juni 1894 menjelaskan pengertian penganiayaan yang tidak

disebutkan di KUHP, bahwa menganiaya adalah dengan sengaja menimbulkan sakit atau luka.

Dalam hal ini, semua keadaan yang “lebih berat” dari luka ringan dimasukkan ke dalam

kategori luka sedang (luka derajat dua) dan luka berat (luka derajat tiga). Luka sedang adalah

keadaan yang terletak di antara luka ringan dan luka berat.2

9

Page 11: MAKALAH UJIAN FORKLIN

Penentuan derajat luka ini penting utuk membuat visum et repertum, sehingga dokter

harus memeriksa dengan teliti korban yang datang. Uraian yang dibuat meliputi keadaan umum

sewaktu datang, letak, jenis dan sifat luka serta ukuran, pemeriksaan khusus/penunjang,

tindakan medik yang dilakukan, riwayat perjalanan penyakit, dan keadaan akhir saat

perawatan. Secara objektif, dapat dimasukkan gejala yang ditemukan pada korban.2

PASAL-PASAL YANG BERHUBUNGAN DENGAN KASUS LUKA2

Pasal 89 KUHP

Membuat orang pingsan atau tidak berdaya disamakan dengan menggunakan kekerasan.

Pasal 90 KUHP

Korban dengan luka berat seperti yang disebutkan pada pasal 90 KUHP adalah sebagai berikut:

Luka berat berarti:

1) Jatuh sakit atau mendapat luka yang tidak member harapan akan sembuh sama sekali,

atau yang menimbulkan bahaya maut;

2) Tidak mampu terus-menerus untuk menjalankan tugas jabatan atau pekerjaan

pencarian;

3) Kehilangan salah satu pancaindra;

4) Mendapat cacat berat;

5) Menderita sakit lumpuh;

6) Terganggunya daya piker selama empat minggu lebih;

7) Gugur atau matinya kandungan seorang perempuan.

Pasal 351 KUHP

Penganiayaan ini diatur dalam KUHP pasal 351, yaitu sebagai berikut:

1. Penganiayaan diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun delapan bulan

atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah,

2. Jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat, yang bersalah diancam dengan pidana

penjara paling lama lima tahun.

3. Jika mengakibatkan mati, diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun.

4. Dengan penganiayaan disamakan sengaja merusak kesehatan.

5. Percobaan untuk melakukan kejahatan ini tidak dipidana.

10

Page 12: MAKALAH UJIAN FORKLIN

Temuan pada Kasus

Berdasarkan penganiayaan pada kasus, secara pasal sesuai dengan penganiayaan ringan, karena

luka tersebut tidak membutuhkan perawatan dan menimbulkan penyakit dan halangan dalam

menjalankan pekerjaan jabatan atau pencaharian untuk sementara waktu.

Traumatologi

Traumatologi adalah ilmu yang mempelajari tentang luka dan cedera serta

hubungannya dengan berbagai kekerasan (rudapaksa). Sementara luka adalah suatu keadaan

ketidaksinambungan jaringan tubuh akibat kekerasan. Kekerasan dapat dibedakan berdasarkan

sifatnya, yaitu mekanik (kekerasan oleh benda tajam, kekerasan oleh benda tumpul, dan

tembakan senjata api), fisika (suhu, listrik dan petir, perubahan tekanan udara, akustik, dan

radiasi), dan kimia (asam atau basa kuat).3

Luka Akibat Kekerasan Benda Tajam

Benda-benda yang dapat mengakibatkan luka dengan sifat luka seperti ini adalah benda

yang memiliki sisi tajam, baik berupa garis maupun runcing, yang bervariasi dari alat-alat

seperti pisau, golok, dan sebagainya hingga keping kaca, gelas, logam, sembilu bahkan tepi

kertas atau rumput.3

Gambaran umum luka yang diakibatkannya adalah tepi dinding luka yang rata,

berbentuk garis, tidak terdapat jembatan ringan dan dasar luka berbentuk garis atau titik. 3

Luka akibat kekerasan benda tajam dapat berupa luka iris atau sayat, luka tusuk dan

luka bacok. 3

Selain gambaran umum luka tersebut diatas, luka iris atau sayat dan luka bacok

mempunyai kedua sudut luka lancip dan dalam luka tidak melebihi panjang luka. Sudut luka

yang lancip dapat terjadi dua kali pada tempat yang berdekatan akibat pergeseran senjata

sewaktu ditarik atau akibat bergeraknya korban. Bila dibarengi gerak memutar, dapat

menghasilkan luka yang tidak selalu berupa garis.

Pada luka tusuk, sudut luka menunjukkan perkiraan benda penyebabnya, apakah berupa

pisau bermata satu atau bermata dua. Bila satu sudut luka lancip dan yang lain tumpul, berarti

benda penyebabnya adalah benda benda tajam bermata satu. Bila kedua sudut luka lancip, luka

tersebut dapat diakibatkan oleh benda tajam bermata dua. Benda tajam bermata satu dapat

11

Page 13: MAKALAH UJIAN FORKLIN

menimbulkan luka tusuk dengan kedua sudut luka lancip apabila hanya bagian ujung benda

saja yang menyentuh kulit, sehingga sudut luka sibentuk oleh ujung dan sisi tajamnya.

Kulit di sekitar luka akibat kekerasan benda tajam biasanya tidak menunjukkan adanya

luka lecet atau luka memar, kecuali bila bagian gagang turut membentur kult.

Pada luka tusuk, panjang luka biasanya tidak mencerminkan lebar benda tajam

penyebabnya demikian pula panjang saluran luka biasanya tidak menunjukkan panjang benda

tajam bersebut. Hal ini disebabkan oleh faktor elastisitas jaringan dan gerakan korban. 3

Luka Akibat Kekerasan Benda Tumpul

Luka jenis ini disebabkan benda yang memiliki permukaan tumpul.3

a. Memar

Memar adalah suatu perdarahan pada jaringan bawah kulit karena pecahnya kapiler dan

vena. Luka memar sering kali member petujuk tentang bentuk benda penyebab lukanya, misal

jejas ban (marginal haemorrhage). Faktor yang mempegaruhi letak, bentuk, dan luas luka

memar yaitu besarnya kekerasan, jenis benda penyebab, kondisi dan jenis jaringan, usia, jenis

kelamin, corak dan warna kulit, kerapuhan pembuluh darah, dan penyakit. Perubahan warna

pada luka memar dapat secara kasar digunakan untuk memperkirakan usianya. Saat

timbul,memar berwarna merah, kemudian berubah menjadi ugu atau hitam, setelah 4 sampai 5

hari akan berwarna hijau kemudian berubah menjadi kuning dalam 7 sampai 10 hari, dan

menghilang dalam 14 sampai 15 hari. Dalam medikolegal, interpretasi luka memar merupakan

hal penting.3

b. Luka Lecet

Luka lecet terjadi akibat cedera pada epidermis yang bersentuhan dengan benda yang

memiliki permukaan kasar atau runcing, contohnya pada kejadian kecelakaan lalu lintas, tubuh

terbentur aspal jalan, atau sebaliknya benda tersebut yang bergerak dan bersentuhan dengan

kulit. Luka lecet dapat diklasifikasi sebagai luka lecet gores (scratch), luka lecet serut (graze),

luka lecet tekan (impression, impact abrasion), dan luka lecet geser (friction abrasion)

berdasarkan mekanisme terjadinya luka.3

Luka lecet gores

Luka lecet gores disebabkan benda runcing yang menggores epidermis di depannya

sehingga lapisan kulit ini terangkat. Luka lecet ini biasanya berbentuk garis sehingga

12

Page 14: MAKALAH UJIAN FORKLIN

pada deskripsi luka hanya disebutkan ukuran panjang luka.Terkadang arah pergerakan

luka dapat ditentukan, yaitu dari ujung luka yang tidak terangkat ke ujung luka yang

terangkat.3

Luka lecet serut

Luka ini serupa dengan luka lecet gores, tetapi penampangnya lebih luas, sehingga

deskripsi luka meliputi ukuran panjang dan lebar luka. Arah luka ditentukan dengan

melihat letak tumpukan kulit ari.3

Luka lecet tekan

Luka lecet tekan terbentuk karena penekanan benda tumpul pada kulit dengan

gambaran kulit yang kaku, keras, dan warnanya lebih gelap dari sekitarnya karena

jaringan yang tertekan menjadi lebih padat dan mengering. Benda penyebab luka

kemungkinan dapat diketahui berdasarkan pola yang terdapat pada kulit.3

Luka lecet geser

Luka lecet geser timbul karena adanya gerakan bergeser disertai dengan tekanan linier pada

kulit.3

Kesimpulan

Pada pemeriksaan korban perempuan usia tiga puluh dua tahun ini ditemukan luka memar

pada wajah dan dada serta luka lecet pada tangan kiri akibat kekerasan tumpul. Luka-luka

tersebut tidak menimbulkan penyakit atau halangan dalam menjalankan pekerjaan jabatan

atau pencaharian untuk sementara waktu.

13

Page 15: MAKALAH UJIAN FORKLIN

BAB IV

Visum et Repertum

DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL

RUMAH SAKIT DR. CIPTO MANGUNKUSUMOJalan Diponegoro no 71 Jakarta Pusat 10430

Kotak Pos 1086Telp. 3918301, 31930808 (Hunting), Fax 3148991

Yang bertanda tangan di bawah ini dr. Angelin Rittho Papayungan, dokter pada Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal Rumah Sakit Umum Pusat Nasional dr. Cipto Mangunkusumo, atas permintaan tertulis dari Kepolisian Resort Metropolitan Jakarta Timur Sektor Matraman, dengan nomor surat 70/ VER/ XI/ 2015/ Sek Mtr, tanggal lima November dua ribu lima belas, dengan ini menerangkan bahwa pada tanggal lima november dua ribu lima belas, pukul dua belas lebih tiga puluh menit Waktu Indonesia Barat bertempat di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional dr. Cipto Mangunkusumo, telah melakukan pemeriksaan atas korban dengan nomor registrasi: 4089097 yang menurut surat tersebut adalah:------------------------------Nama : Ny. SW---------------------------------------------------------------------------------Umur : 32 tahun--------------------------------------------------------------------------------Jenis Kelamin : Perempuan ----------------------------------------------------------------------------Agama : Islam -----------------------------------------------------------------------------------Kebangsaan : Indonesia ------------------------------------------------------------------------------Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga ------------------------------------------------------------------Alamat : Pisangan baru RT/RW 002/008 Kel. Pisangan, Jakarta Timur----------------------------------------------------------HASIL PEMERIKSAAN-----------------------------------------1. Korban datang dalam keadaan sadar, dengan keadaan umum tampak sakit ringan.-----------2. Korban mengaku pada tanggal empat November dua ribu lima belas, pukul dua puluh tiga

lebih tiga puluh menit Waktu Indonesia Barat, wajahnya ditampar oleh pelaku dengan tangan kosong sebanyak empat kali, kemudian korban ditendang pada daerah dada sebanyak satu kali, dan korban dicekik serta dibenturkan kepalanya ketembok satu kali oleh pelaku yang sama. Pelaku merupakan pacar korban------------------------------------------------

Korban mengaku sebelum korban ditampar, pelaku hendak melakukan percobaan bunuh diri menggunakan pisau tetapi korban merebut pisau dari tangan korban sehingga melukai tangan kiri korban.---------------------------------------------------------------------------------------Setelah kejadian, korban tidak mengeluhkan adanya pusing, gangguan pendengaran, mual dan muntah.-----------------------------------------------------------------------------------------------

3. Pada korban ditemukan :--------------------------------------------------------------------------------1. Korban dalam keadaan sadar penuh; tekanan darah seratus sepuluh per tujuh puluh

milimeter air raksa; denyut nadi delapan puluh empat kali per menit; frekuensi nafas dua puluh kali per menit.---------------------------------------------------------------------------

2. Pada dahi sisi kiri, nol koma lima sentimeter dari garis pertengahan depan, tiga sentimeter di atas alis, terdapat memar berwarna keunguan berukuran dua sentimeter kali tiga sentimeter.----------------------------------------------------------------------------------

3,Pada dahi sisi............

14

Page 16: MAKALAH UJIAN FORKLIN

Lanjutan Visum et Repertum Nomor: 088/ VER/ XI/ 2015 Halaman ke 2 dari 2 halaman.

3. Pada dahi sisi kanan, empat sentimeter dari garis pertengahan depan, empat sentimeter di atas sudut luar mata, terdapat beberapa memar berwarna merah keunguan dengan ukuran terbesar nol koma lima sentimeter kali nol koma delapan sentimeter dan ukuran terkecil berbentuk titik meliputi area empat sentimeter kali tiga koma lima sentimeter.--

4. Pada pipi kiri, delapan koma lima sentimeter dari garis pertengahan depan, tiga sentimeter di bawah liang telinga, terdapat memar keunguan berbentuk garis melintang yang berjalan sejajar dengan jarak diantaranya satu koma lima sentimeter, panjang garis diatas satu sentimeter dan panjang garis dibawah dua sentimeter, disertai memar berwarna biru kehitaman dengan ukuran terbesar satu koma lima sentimeter kali nol koma lima sentimeter dan ukuran terkecil berbentuk titik meliputi area delapan sentimeter kali enam sentimeter.------------------------------------------------------------------

5. Pada bibir bawah sisi kanan bagian dalam, satu sentimeter dari garis pertengahan depan, terdapat luka lecet berukuran nol koma lima sentimeter kali nol koma tiga sentimeter.-----------------------------------------------------------------------------------------

6. Pada kepala bagian belakang tepat garis pertengahan belakang, sebelas sentimeter di atas batas tumbuh rambut belakang terdapat benjolan sewarna kulit berukuran satu sentimeter kali satu sentimeter.--------------------------------------------------------------------

7. Pada dada tepat garis pertengahan depan, lima sentimeter dibawah tepi atas tulang dada terdapat memar berwarna hijau kehitaman dengan ukuran empat sentimeter kali satu koma lima sentimeter.-------------------------------------------------------------------------------

8. Pada lengan bawah kiri sisi belakang, dua belas sentimeter di bawah lipat siku terdapat luka lecet geser sepanjang tiga sentimeter dengan arah depan kanan bawah ke arah belakang kiri atas.-----------------------------------------------------------------------------------

9. Pada ruas ujung jari tengah tangan kiri sisi telapak, terdapat luka lecet gores sebesar nol koma delapan sentimeter.---------------------------------------------------------------------------

4. Terhadap korban tidak dilakukan pemeriksaan penunjang.------------------------------------------5. Korban dipulangkan.--------------------------------------------------------------------------------------

Kesimpulan --------------------------------------------------------------------------------------------------Pada pemeriksaan korban perempuan usia tiga puluh dua tahun ini ditemukan luka memar pada wajah dan dada serta luka lecet pada tangan kiri akibat kekerasan tumpul. Luka-luka tersebut tidak menimbulkan penyakit atau halangan dalam menjalankan pekerjaan jabatan atau pencaharian untuk sementara waktu.---------------------------------------------------------------------Demikianlah visum et repertum ini dibuat dengan sebenarnya dengan menggunakan keilmuan saya yang sebaik-baiknya, mengingat sumpah sesuai dengan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP).------------------------------------------------------------------------------------

Dokter tersebut diatas,

Dr. Angelin Rittho Papayungan

112014053

15

Page 17: MAKALAH UJIAN FORKLIN

BAB V

DAFTAR PUSTAKA

1. Budiyanto A, Widiatmaka W, Sudiono S, Mun’im TWA, Sidhi, Hertian S, et al. Ilmu

kedokteran forensik. Jakarta: Bagian Kedokteran Forensik FKUI; 1997.

2. Safitry O. Kompilasi Peraturan Perundang-undangan terkait praktik kedokteran.Jakarta:

Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal FKUI; 2014.

3. Arif B. Traumatologi, dalam Ilmu Kedokteran Forensik. Bagian Kedokteran Forensik

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta 1997.

16