makalah tanaman jagung.docx

426
PENDAHULUAN Potensi lahan kering di Indonesia sangat besar, terhampar dari mulai dataran rendah sampai dataran tinggi. Lahan kering seringkali identik dengan lahan marjinal, karena lahan tersebut memiliki ketersediaan air yang terbatas, miskin unsur hara, dan rentan akan terjadinya erosi. Salah satu faktor pembatas yang sangat spesifik terdapat pada lahan kering adalah rendahnya ketersediaan air, baik yang terikat dalam partikel tanah maupun yang terdapat disekitar perakaran (rhizosfer). Seperti dilaporkan EFFENDI dan AZRAI (2008), stres kekeringan merupakan salah satu faktor abiotik yang paling mendominasi lahan kering, sehingga kondisi ini sangat memengaruhi dan membatasi pertumbuhan dan produksi tanaman di areal pertanian tersebut. Sejalan dengan itu YULISTYARINI dan SUPRAPTO (2001), menyatakan bahwa selain ketersediaan air yang terbatas, permasalahan yang muncul pada lahan kering adalah erosi dan kondisi tanah yang miskin unsur hara, oleh karena itu pengelolaan lahan harus memperhatikan upaya konservasi tanah dan air. Salah satu teknik HERDIAWAN et al. Karakteristik morfologi tanaman Indigofera zollingeriana pada berbagai taraf stress kekeringan konservasi tanah dan air adalah melalui penanaman

Upload: ahmadfauzaanhabiib

Post on 24-Dec-2015

87 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx

PENDAHULUAN

Potensi lahan kering di Indonesia sangat besar,

terhampar dari mulai dataran rendah sampai dataran

tinggi. Lahan kering seringkali identik dengan lahan

marjinal, karena lahan tersebut memiliki ketersediaan

air yang terbatas, miskin unsur hara, dan rentan akan

terjadinya erosi. Salah satu faktor pembatas yang sangat

spesifik terdapat pada lahan kering adalah rendahnya

ketersediaan air, baik yang terikat dalam partikel tanah

maupun yang terdapat disekitar perakaran (rhizosfer).

Seperti dilaporkan EFFENDI dan AZRAI (2008), stres

kekeringan merupakan salah satu faktor abiotik yang

paling mendominasi lahan kering, sehingga kondisi ini

sangat memengaruhi dan membatasi pertumbuhan dan

produksi tanaman di areal pertanian tersebut. Sejalan

dengan itu YULISTYARINI dan SUPRAPTO (2001),

menyatakan bahwa selain ketersediaan air yang

terbatas, permasalahan yang muncul pada lahan kering

adalah erosi dan kondisi tanah yang miskin unsur hara,

oleh karena itu pengelolaan lahan harus memperhatikan

upaya konservasi tanah dan air. Salah satu teknik

HERDIAWAN et al. Karakteristik morfologi tanaman Indigofera zollingeriana pada berbagai taraf stress kekeringan

konservasi tanah dan air adalah melalui penanaman

tanaman penutup tanah dan penguat teras yang berasal

dari tanaman jenis leguminosa dan rumput-rumputan,

Page 2: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx

sehingga dapat dimanfaatkan secara optimal oleh

manusia dan ternsk sebagai pakan bermutu tinggi.

Budidaya tanaman pakan pada lahan kering sudah sejak

dahulu dilakukan dengan tujuan untuk memenuhi

kebutuhan pakan ternak, juga dimanfaatkan sebagai

tanaman pelindung dan pencegah erosi. Pada kondisi

agroekosistem lahan kering diperlukan tanaman pakan

yang toleran terhadap cekaman kekeringan, kandungan

unsur hara yang rendah, dan dapat mencegah terjadinya

erosi, sehinga sumber daya pakan ternak dapat terjamin

sepanjang tahun, disamping sumber daya lahan dan air

dapat terjaga. Menurut HASSEN et al. (2007), salah satu

jenis hijauan pakan ternak yang memiliki kandungan

nutrisi, dan produksi tinggi, serta toleran terhadap

kondisi kekeringan, tanah berkadar garam tinggi

(saline), tanah asam, serta logam berat adalah

Indigofera. Selanjutnya dikatakan bahwa species

tanaman Indigofera memiliki bentuk perakaran yang

dalam dan kuat, sehingga mampu beradaptasi pada

daerah yang memiliki curah hujan yang rendah,

disamping tahan akan pemangkasan atau

penggembalaan berat. Menurut SINAGA (2007),

tanaman yang mengalami stres kekeringan pada waktu

yang cukup lama akan mengalami perubahan-perubahan morfologi, anatomi, fisiologi dan biokimia

yang tidak dapat kembali pulih sehingga dapat

Page 3: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx

menyebabkan kematian. Selanjutnya perubahan-perubahan morfologi pada tanaman yang mengalami stres kekeringan antara lain terhambatnya pertumbuhan

akar, tinggi tanaman, diameter batang, luas daun dan

jumlah daun. Sedangkan pengaruh fisiologi dan

biokimia adalah, penurunann hasil atau bahan kering,

perubahan alokasi asimilat, penurunan laju fotosintesis,

penurunan diameter hidraulik xilem akar dan laju

pertumbuhan tanaman. Perubahan morfologi dan

fisiologis pada tanaman merupakan respons tanaman

terhadap faktor cekaman biotik maupun abiotik dalam

upaya mempertahankan diri atau adaptasi terhadap

lingkungan ekstrim. VALLEJO dan KELLY (1998),

menyatakan bahwa karakter morfologi atau fenotipik

yang umum digunakan untuk menduga tingkat toleransi

tanaman terhadap stres kekeringan adalah dengan

mengamati perkembangan perakaran dan tajuk yang

dapat membedakan tanaman yang toleran atau peka.

Menurut WATERS dan GIVENS (1992), perlakuan

interval dan intensitas pemangkasan mempengaruhi

komposisi anatomi dan morfologi tanaman, antara lain

adalah rasio daun/batang. Demikian pula halnya KABI

dan BAREEBA. (2008), melaporkan bahwa frekuensi

pemangkasan tanaman legum yang tinggi dapat

menurunkan produksi bahan kering sehingga dapat

mempengaruhi produksi biomasa tanaman, komposisi

morfologi, komposisi nutrisi dan kecernaan pakan.

Page 4: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx

Penelitian bertujuan untuk mengetahui interaksi antara

stres kekeringan dan interval pemangkasan terhadap

perubahan morfologi tanaman I. zollingeriana.

MATERI DAN METODE

Penelitian dilakukan di rumah kaca Agrostologi,

Balai Penelitian Ternak, Ciawi dengan materi penelitian

tanaman I. zollingeriana Kegiatan penelitian ini

meliputi pengecambahan, persemaian, pemindahan

tanaman dari persemaian ke polybag, pemindahan

tanaman dari polybag ke pot plastik, penentuan

kapasitas lapang (KL) dan kadar air tanah tersedia

(KAT).

Penanaman I. zollingeriana diawali dengan proses

perendaman biji dalam air panas bersuhu 70oC, selama

2 jam, kemudian biji ditiriskan dan ditempatkan pada

beberapa cawan petridis beralas kertas merang yang

diberi aquadest. Cawan-cawan tersebut dimasukan

kedalam inkubator selama 1 minggu dan setelah biji-biji

tersebut membentuk kecambah, dipindahkan ke nampan

persemaian (seeding tray) yang berisi tanah dan

kompos dengan perbandingan 1 : 1 sampai umur 4

minggu, selanjutnya tanaman dipindahkan ke polybag

ukuran 0,5 kg, masing-masing diisi satu tanam I.

zollingeriana sampai umur 8 minggu. Selanjutnya

tanaman dipindahkan pada pot plastik berdiameter 50

Page 5: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx

cm dan tinggi 50 cm, yang telah diisi media tanam

sebanyak 40 kg, berupa 2 bagian tanah podzolik merah

kuning (PMK) dan 1 bagian kompos. Masing-masing

pot diisi satu tanaman I. zollingeriana yang dipelihara

sampai umur 2 bulan masa periode adaptasi.

Penentuan kapasitas lapang

Penentuan kapasitas lapang (KL) dilakukan untuk

mengetahui volume penyiraman yaitu dengan cara

menimbang 2 bagian tanah podzolik merah kuning

(PMK) dan 1 bagian kompos dicampur sampai

homogen. Sebanyak 5 buah pot/polybag ukuran 1 kg

disiapkan, masing-masing diisi media tanam tadi

sebanyak 500 g, kemudian disiram sampai keadaan

jenuh dan biarkan selama 3 x 24 jam, sampai air tidak

menetes lagi, ditimbang sebagai berat basah (Tb) (Tabel

1). Selanjutnya tanah dimasukan ke dalam oven selama

24 jam pada suhu 100oC, didinginkan dalam desikator

dan ditimbang sebagai berat kering (Tk). Percobaan

dilakukan secara berulang selama 2 bulan masa adaptasi

tanaman untuk mendapatkan rataan, kemudian dihitung

kapasitas lapang (W) tanah menggunakan rumus

sebagai berikut: (ISLAMI dan UTOMO, 1995)

Kapasitas lapang (W) = (Tb – Tk) x 100% Tk

I. PENDAHULUAN

 

Page 6: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx

1.1 Latar Belakang

Jagung atau biasa disebut dengan Maize adalah makanan serta pakan terpentingdi belahan bumi bagian barat. Jagung dapat tumbuh di berbagai kondisi iklim. Sejak zaman prasejarah, jagung telah menjadi makanan pokok bangsa Meksiko dan Amerika Latin. Dalam perdagang global, kata maize lebih sering digunakan dari pada jagung. Meksiko merupakan negara tempat jagung berasal. Meksiko memiliki banyak varietas jagung yaitu sebanyak 65 . Tanaman jagung merupakan tanaman biji-bijian yang jumlah produksi setiap tahunnya terbesar dibanding  tanaman biji-bijian yang lain.  (Malti et al., 2011).

Jagung adalah tanaman rerumputan tropis yang sangat adaptif terhadap perubahan iklim dan memiliki masa hidup 70-210 hari. Jagung dapat tumbuh hingga ketinggian 3 meter. Jagung memiliki nama latin Zea mays. Tidak seperti tanaman biji-bijian lain, tanamn jagung merupakan satu satunya tanaman yang bunga jantan dan betinanya terpisah (Belfield dan Brown, 2008).

Temperatur maksimal dari  tanaman jagung mulai dari fase pertumbuhan dan perkembangan adalah 18-32 derajat Celcius. Temperatur 35 derajat Celcius akan menyebabkan kematian pada tanaman jagung.  Suhu udara atau temperatur yang baik untuk perkecambahan adalah 12 derajat Celcius, dan fase pertumbuhan adalah 21-30 derajat Celcius. Di daerah Asia Tenggara, fase kekeringan yang terjadi pada April-Mei akan menjadi faktor pembatas pertumbuhan tanaman jagung (Belfield dan Brown, 2008).

Jagung dapat menghasilkan hasil panen melimpah dengan curah hujan 300 mm perbulan. Jikakurang dari 300 mm perbulan akan mengakibatkan kerusakan pada tanaman jagung, namun demikian, faktor dari kelembapan tanah juga berdampak pada berkurangnya hasil panen (Belfield dan Brown, 2008).

Biji jagung  digunakan untuk berbagai macam kebutuhan diseluruh dunia. Jagung digunakan sebagai makanan pokok bagi beberapa negara didunia. Jagung juga digunakan sebagai tepung gandum untuk membuat roti (Malti et al., 2011).

Jagung manis (sweet corn) adalah varietas yang secara genetis tinggi aakan gula dan rendah akan zat tepung dan sering dimakan pada saat kondisinya belum matang. Beberapa varietas jagung telah dikembangbiakkan menjadi berbagai macam penambahan fase pada pertumbuhan bunga betina, yang sekarang kita kenal sebagai baby corn. Zat tepung atau starch dari tanaman jagung juga dapat dibentuk menjadi plastik, bahan perekat, dan berbagai macam produk kimia lainnya (Malti et al., 2011).

Jagung adalah tanaman yang sensitif terhadap cekaman banjir. Akibat dari banjir, tanaman jagung  tidak dapat dipanen. Ini dikarenakan banjir mengurangi kadar oksigen dalam tanah dan menggantikannya dengan air. Akibatdari banjir, metabolisme tanaman akan terganggu dari bersifat aerob menjadi unaerob. Hal ini menyebabkan kerusakan pada pertumbuhan tanaman jagung (Souza, 2009).

Untuk mengetahui lebih dalam tentang tanaman jagung, perlu adanya pemahaman morfologi, anatomi, dan hal-hal yang berkaitan dengan tanaman jagung, mulai dari kondisi iklim, lahan tanam, cara penanaman serta pertumbuhannya.

 

Page 7: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx

1.2 Tujuan

1. Mengetahui morfologi tanaman jagung.

2. Mengetahui anatomi tanaman jagung.

3. Mengetahui fase pertumbuhan  dan  perkembangan tanaman jagung

4. Mengtahui hal hal yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman jagung.

II. TINJAUAN PUSTAKA

           

2.1 Taksonomi Tanaman Jagung

Dalam sistematika tumbuhan, kedudukan tanaman jagung diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom          : Plantae

Divisio              : Spermatophyta

Subdivisi           : Angiospermae

Kelas               : Monocotiledon

Ordo                : Poales

Famili               : Poaceae

Genus               : Zea

Spesies : Zea mays L.

2.2 Morfologi Tanaman Jagung

2.2.1 Biji

Biji tanaman jagung dikenal sebagai kernel terdiri dari 3 bagian utama, yaitu dinding sel, endosperma, dan embrio. Bagian biji ini merupakan bagian yang terpenting dari hasil pemaneman (Belfield dan Brown, 2008).

2.2.2 Daun.

Daun terbentuk dari pelepah dan daun (leaf blade & sheath). Daun muncul dari ruas-ruas batang. Pelepah daun muncul sejajar dengan batang. Pelepah daun bewarna kecoklatan yang menutupi hampir semua batang jagung(Belfield dan Brown, 2008).

2.2.3 Batang

Page 8: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx

Batang tanaman jagung beruas-ruas dengan jumlah 10-40 ruas. Tanaman jagung umumnya tidak bercabang.

2.2.4 Akar

Sistem perakaran tanaman jagung terdiri atas akar-akar seminal, koronal, dan akar udara.

2.2.5 Bunga

Tanaman jagung memiliki bunga jantan dan betina yang letaknya terpisah. Bunga jantan terdapat pada malai bunga di ujung tanaman, sedangkan bunga betina  terdapat pada tongkol jagung.

2.3 Anatomi Tanaman Jagung

2.3.1 Akar

Akar pada tanaman jagung terdiri dari epidermis, ground tissue, endodermisyang mengelilingi sistem vaskular akar. Sistem vaskular terdiri dari xilem dan floem. Epidermis tersusun atas sel-sel eliptik dan perhadapan dengan 2 lapis hypodermis.

2.3.2 Batang

Pada potongan melintang tanaman jagung terdapat jaringan epidermis, sklerenkim,  parenkim, dan sistem vaskular.

2.3.3 Daun

Anatomi dari daun tanaman jagung adalah berkarakter sama dengan rerumputan yang hidup didaerah iklim sedang (mesophytic grass). Jaringan paling luar disebut epidermis yang memiliki kutikula sehingga bersifat kasar. Pada tanaman monokotil seperti jagung, daun tidak memiliki jaringan palisade.

2.3.4 Biji

Embrio pada tanaman jagung terletak dibawah endosperma. Jaringan endosperma bersifat padat. Embrio terdiri dari radicula dan plumula. Radikula pada embrio dilindungi oleh sel-sel colerorhiza. Plumula dilindungi oleh sel-sel aleuron sel. Sel aleuron bertipe kecil, padat dan berbentuk persegi.Lapisan pelindung paling luar yang menutupi seluruh biji adalah pericarp (Malti et al., 2011).

III. PEMBAHASAN

 

3.1 Morfologi Tanaman Jagung

3.1.1 Biji

Page 9: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx

            Biji tanaman jagung dikenal sebagai kernel terdiri dari 3 bagian utama, yaitu dinding sel, endosperma, dan embrio. Bagian biji ini merupakan bagian yang terpenting dari hasil pemaneman. Bagian biji rata-rata terdiri dari 10% protein, 70% karbohidrat, 2.3% serat. Biji jagung juga merupakan sumber dari vitamin A dan E. (Belfield dan Brown, 2008).

3.1.2 Daun.

Pada awal fase pertumbuhan, batang dan daun tidak bisa dibedakan secara jelas. Ini dikarenakan titik tumbuh masih dibawah tanah. Daun baru dapat dibedakan dengan batang ketika 5 daun pertama dalam fase pertumbuhan muncul dari tanah.

Daun terbentuk dari pelepah dan daun (leaf blade & sheath). Daun muncul dari ruas-ruas batang. Pelepah daun muncul sejajar dengan batang. Pelepah daun bewarna kecoklatan yang menutupi hampir semua batang jagung(Belfield dan Brown, 2008).

Daun baru akan muncul  pada titik tumbuhnya. Titik tumbuh daun jagung berada pada ruas batang. Daun jagung berjumlah sekitar 20 helai tergantung  dari varietasnya. Sejalan dengan pertumbuhan jagung, diameter batang akan meningkat. Pertumbuhan diameter pada tanaman jagung menyebabkan 7-8 daun pada bagian bawah tanaman jagung mengalami kerontokan (Belfield dan Brown, 2008).

3.1.3 Batang

Jagung berbentuk ruas. Ruas-ruas berjajat secara vertikal pada batang jagung. Pada tanaman jagung yang sudah tua, jarak antar ruas semakin berkurang (Belfield dan Brown, 2008). Batang tanaman jagung beruas-ruas dengan jumlah 10-40 ruas. Tanaman jagung umumnya tidak bercabang. Batang memiliki dua fungsi yaitu sebagai tempat daun dan sebagai tempat pertukaran unsur hara. Unsur hara dibawa oleh pembuluh bernama  xilem  dan  floem. Floem bergerak dua arah dari atas kebawah dan dari bawah ke atas. Floem membawa sukrose menuju seluruh bagian tanaman  dengan bentuk cairan.

3.1.4 Akar

Pada tanaman jagung, akar utama yang terluar berjumlah antara 20-30 buah. Akar lateral yang tumbuh dari akar utama mencapai ratusan dengan panjang 2,5-25 cm. Botani tanaman jagung termasuk tanaman monokotil (Tim Kerja Laboratorium Fisiologi Tumbuhan, 2011). Sistem perakaran tanaman jagung terdiri atas akar-akar seminal, koronal, dan akar udara. Akar utama muncul dan berkembang kedalam tanah saat benih ditanam. Pertumbuhan akar melambat ketika batang mulai muncul keluar tanah dan kemudian berhenti ketika tanaman jagung telah memiliki 3 daun.

Pertumbuhan akar kemudian dilanjutkan dengan pertumbuhan akar adventif yang berkembang pada ruas pertama tanaman jagung. Akar adventif yang tidak tumbuh dari radikula tersebut kemudian melebar dan menebal. Akar adventif kemudian berperan penting sebagai penegak tanaman dan penyerap unsur hara. Akar adventif juga ditemukan tumbuh pada bagian ruas ke 2 dan ke 3 batang, namun fungsi utamanya belum diketahui secara pasti (Belfield dan Brown, 2008).

3.1.5 Bunga

Page 10: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx

Tanaman jagung memiliki bunga jantan dan betina yang letaknya terpisah. Bunga jantan terdapat pada malai bunga di ujung tanaman, sedangkan bunga betina  terdapat pada tongkol jagung. Tangkai kepala putik merupakan rambut yang terjumbai di ujung tongkol yang selalu dibungkus kelobot yang jumlahnya 6-14 helai. Pada bunga betina, terdapat sejumlah rambut yang ujungnya membelah dan jumlahnya cukup banyak (Tim Kerja Laboratorium Fisiologi Tumbuhan, 2011).

3.2 Anatomi Tanaman Jagung

3.2.1 Akar

Akar pada tanaman jagung terdiri dari epidermis, ground tissue, endodermisyang mengelilingi sistem vaskular akar. Sistem vaskular terdiri dari xilem dan floem. Epidermis tersusun atas sel-sel eliptik dan perhadapan dengan 2 lapis hypodermis.

3.2.2 Batang

Pada potongan melintang, jaringan epidermis berbentuk persegi. Sel epidermal mengandung bagian kristal yang  memanjang. Di dalam setelah jaringan epidermis, terdapat jaringan sklerenkim yang tebal. Sklerenkim pada batang saling berselang-seling dengan jaringan klorenkim.  Sklerenkim sebagian mengandung kumpulan sistem vaskular yang melingkari batang. Terdapat 3-5 sistem vaskular yang mengitari batang.  Bagian sistem vaskular yang terluar merupakan yang terkecil. Bagian utama sistem vaskular yangterdiri dari xilem dan floem menyebar di bagian  dalam tengah pada batang. Sistem vaskular yang berada di tengah tidak seluas sistem vaskular yang berada pada bagian periferal (pinggir). Sistem vaskular yang terletak pada bagian tengah batang tidak memiliki jaringan sklerenkim. Pada bagian tengah batang. Sklerenkim digantikan oleh jaringan keran bernama parenkim (Malti et al., 2011).

3.2.3 Daun

Anatomi dari daun tanaman jagung adalah berkarakter sama dengan rerumputan yang hidup didaerah iklim sedang (mesophytic grass). Jaringan paling luar disebut epidermis yang memiliki kutikula sehingga bersifat kasar. Bentuk selnya adalah batang. Jaringan epidermis selalu berada di luar. Silika kristal terdapat pada beberapa tipe daun yang bervarietas berbeda. Silika kristal bersebelahan dengan jaringan epidermis yang berfungsi sebagai pengikat. Pada tanaman monokotil seperti jagung, daun tidak memiliki jaringan palisade. Setiap sistem vaskular, dikelilingi oleh jaringan parenkim yang keras namun tipis. Sistem vaskular dikelilingi bundle sheath.  Jagung adalah tipe tanaman C4. Tanaman C4 memiliki sel  kloroplas yang besar dan tersebar secara kaku. Kloroplas terletak didaerah mesofil daun yang terletak pada bagian tengah jaringan daun. (Malti et al., 2011).

3.2.4 Biji

Embrio pada tanaman jagung terletak dibawah endosperma. Jaringan endosperma bersifat padat. Embrio terdiri dari radicula dan plumula. Radikula pada embrio dilindungi oleh sel-sel colerorhiza. Plumula dilindungi oleh sel-sel aleuron sel. Sel aleuron bertipe kecil, padat dan berbentuk persegi. Lapisan pelindung paling luar yang menutupi seluruh biji adalah pericarp (Malti et al., 2011).

Page 11: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx

3.3 Struktur Reproduksi Tanaman Jagung

Jagung merupakan tanaman monoecious dimana setiap individu tanaman  memiliki  bunga jantan  dan  betina. Bunga jantan terletak  pada  titik tumbuh tanaman  jagung.  Ketika fase pertumbuhan  terhenti, bentuk untuh  dari bunga betina  akan terlihat jelas. Bunga  betina terletak pada bagian tengah tanaman. Penyerbukan terjadu pada bagian kelobot yang  kemudian akan berkembang menjadi jagung.

Bunga jantan memiliki central spike dan beberapa cabang lateral. Setiap spike memiliki banyak bunga. Bunga tersebut disebut spikelet. Spikelet membawa serbuk sari. Serbuk sari mulai berterbangan selama 2 hari sebelum bunga  betina siap untuk  menerima. Lepasnya serbuk sari dari bunga jantan  akan terus berlangsung selama 8 hari dimana bunga betina sudah siap  menerimanya.

Bagian bunga betina muncul pada daerah sumbu daun (leaf axis). Tidak semua sumbu daun dapat mengeluarkan bunga  betina,  hanya 1 atau 2 sumbu daun yang dapat  menjadi tempat tumbuhnya bunga betina.

Pada tanaman jagung, bunga betina muncul pada bagian tengah batang. Bunga betina mirip dengan bunga jantan dalam bentuk berambut.

Serbuk sari dari dari bunga  jantan  tertambat  oleh silk atau bagian  utama  bunga betinayang b erbentuk seperti  rambut. Serbuk  sari kemudian membuahi telur.

3.4.1. Perkecambahan

Biji jagung akan tumbuh optimum jika ditanam pada tanah yang berkelembapan 21 derajat Celcius. Dengan suhu tersebut. Biji akan berkecambah dalam waktu 2-3 hari. Jika temperatur tanahnya rendah yaitu kurang dari 18 derajat Celcius, tanaman jagung akan sulit untuk berkecambah. Secara keseluruhan jika suhu tinggi dan kelembapan kurang, dimungkinkan dapat menghambat atau membunuh biji yang akan ditanam (Belfield dan Brown, 2008).

3.4.2 Pertumbuhan Vegetatif Awal

Akar yang tumbuh awal (akar adventif) akan tumbuh dari ruas batang bertama yang berada di bawah permukaan tanah,dan akan menjadi akar utama setelah 10 hari setelah muncul. Daun akan muncul dalam jumlah sedikit dan berbentuk kecil. Dikarenakan titik tumbuhnya masih berada di bawah tanah, daun yang muncul pada minggu ke 2 dan ke 3 ini masih rentan terhadap banjir. Pada 3 minggu awal ini, tanaman jagung  telah memunculkan lebih dari 5 daun dan mulai nampak  bakal tempat bunga jantan dan bakal tempat bunga betina (Belfield dan Brown, 2008).

3.4.3 Pertumbuhan Vegetatif Lanjutan

Pada minggu ke 5 sampai ke 7, merupakan fase paling kritis pada tanaman jagung. Batang dan akar tumbuh secara cepat, dengan kebutuhan akan zat hara dan air cukup tinggil. Pada minggu ke 5, pertumbuhan daun sudah sempurna dan sistem perakaran telah kompleks.  Pada vase ini, bunga jantan mulai berkembang  diikuti oleh perkembangan bunga betina. Satu atau dua bauh bunga betina akan tumbuh. Sikitar minggu ke 7, bunga betina akan berada pada ukuran penuh. Serangan kekeringan dan hama penyakit akan berdampak besar pada hasil

Page 12: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx

panen. Pada fase ini, tanaman jagung sangat membutuhkan air untuk tumbuh (Belfield dan Brown, 2008).

3.4.4 Fase Pembungaan

Fase pembungaan dapat diindikasi apabila daun telah berjumlah lebih dari 20 helai. Fase ini juga diindikasikan dengan bunga jantan yang berkembang penuh. pada masa ini, tanaman tidak membutuhkan unsur Kalium, namun masih membutuhkan unsur hara lain serta jumlah pengairan yang banyak. Jumlah panen yang sedikit sebenarnya dikarenakan pada masa pembungaan tanaman kekurangan air. Penyerbukan sering terjadi pada sore hari. Hal ini dikarenakan pada terik matahari yang terlalu panas, dapat merusak serbuk sari yang akan menuju bunga betina (Belfield dan Brown, 2008).

3.4.5 Fase Pertumbuhan Buah

Biji atau buah jagung akan tumbuh 7 hari setelah pembungaan. Tanaman kini menggunakan energinya untuk memperbesar buah. Pada masa ini, biji pada buah jagung terasa berair seperti susu bila ditekan. Pada masa ini unsur hara N dan P sangat dibutuhkan. Pengerasan pada biji akan terjadi sekitar 20 hari setelah penyerbukan (Belfield dan Brown, 2008).

3.4.6 Fase Pematangan Buah

Sekitar 30 hari setelah penyerbukan, tanaman telah mencapai berat kering maksimum. fase ini disebut fase kematangan fisiologis. Pada fase ini, biji telah berwarna kuning, dan garis berwarna  putih yang membatasi tiap biji  telah  tertutup oleh biji jagung yng masak.  Kelembapan kernel (biji)  pada masa ini  adalah 30%. Masa siap panen ditandai dengan daun yang telah kering dan kelembapan biji kurang dari 20% (Belfield dan Brown, 2008).

3.5 Penanaman Tanaman Jagung

            Jagung tidak tahan dengan cekaman kekeringan, sama halnya dengan wijen dantanaman panen dataran tinggi lain. Kelembapan tanah yang baik sangat dibutuhkan pada tanaman jagung. Tanaman jagung minimal membutuhkan sekitar 30cm profil tanah yang bersifat lembab. Tanah alluvial merupakan tanah yang baikuntuk menanam jagung.

Jagung butuh penanaman yang hati-hati dan akurat akar perkecambahan terjadi. Tempat penanaman biji sekurang-kurangnya  harus bebas  dari rerumputan dan gulma dengan kedalaman tanah 5-7 cm. Agar tempat penamanan (seedbed) baik, pembajakan harus dilakukan.

Jagung dapat tumbuh subur pada tanah yang tidak diolah khusus untuk pertanian. Sisa-sisa tumbuhan mati yang tidak dibersihkan akan berfungsi sebagai mulsa alami dan dapat mengurungi temperatur tanah, sehingga berkorelasi positif terhadap perkecambahan jagung.

Saat penanaman, biji harus ditanam pada kedalaman 3-5 cm untuk memungkinkan air terserap oleh biji sebagai syarat mutlak perkecambahan. Jika penanaman biji atau benih lebih dangkal dari yang ditentukan, pasitikan bahwa suhu tidak terlalu tinggi sehingga merusak fisiologi benih. Jarak penanaman yang ideal adalah dengan panjang 70 cm dan leber 50 cm. Untuk setiap lubang benih, minimal diberi 2 buah benih.

Page 13: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx

Jagung merupakan tanaman dengan satu batang. Hal itu berarti tidak dapat toleran terhadap kondisi yang tidak mendukung, karena batang  yang tipis dan pendek tidak akan mampu menopang daun dan akan terjadi penurunan produksi panen. Maka dari itu, pembagian yang seimbang antara jumlah biji yang ditanam pada setiap lubang harus menjadi pertimbangan.

3.6 Pupuk  dan Nutrisi

            Nutrisi sangat penting bagi pertumbuhan tanaman jagung, sehingga pupuk sering digunakan untuk menyediakan unsur hara yang tidak dapat diberikan oleh tanah. Kekurangan unsur hara biasanya dikarenakan oleh sifat kesuburan tanah yang kurang baik atau  penggunaan lahan yang terus menerus di  bidang pertanian.

3.6.1 pH Tanah

Tanaman jagung akan tumbuh subur pada kisaran pH 5,5-7,8. Jika tanah terlalu asam, bisa ditambahkan kapur pada tanah. Namun yang perlu diperhatikan adalah pengaplikasian kapur sebaiknya dilakukan 3 bulan sebelumnya agar kapur dapat mengubah pH profil tanah secara lebih merata. Pengolahan tanah juga dapat menambahkan kadar pH tanah menjadi tidak terlalu asam. Jika tanah terlalu asam, kapur bisa di aplikasikan di setiap 2/3 tanaman.

Jika tanah terlalu basa (pH >7), tanah akan kekurangan unsur mangan (Mn), besi (fe), seng (Zn), dan boron (B). Namun demikian, tanah basa memiliki kandungan P (fosfor) yang tinggi karena tanah basa mampu manahan unsur P dengan baik.

3.6.2 Hara Makro

N merupakan hara yang penting bagi tumbuhan, termasuk jagung. Nitrogen berpengaruh besar pada kuantitas jumlah helaipada tanaman jagung, yang secara tidak langsung berhubungan dengan kuantitas hasil panen. Dalam 1 hektar, tanaman jagung  membutuhkan 115 kg/ha. N dapat diperoleh dari pupuk organik atau  urea. Kekurangan N pada jagung  terlihat pada saat fase pertumbuhan awal. Tanaman yang kekurangan unsur tersebut akan akan bewarna kuning, dan ketika tanaman telah dewasa. Bagian daun yang tidak terkena sinar matahari akan menguning dan nampak terbakar.

P (phosporus) merupakan unsur hara makro yang penting bagi jagung. Pada tanaman Jagung, P harus diberkan  langsung pada saat penanaman benih ditanah. P merunpakan unsur hara yang diambil oleh  tanaman pada saat  muda (pertumbuhan). Hal itu disebabkan oleh  P sangat  berperan  penting bagi pertumbuhan akar. P dapat ditingkatkan pengambilannya oleh tanaman jagung secara organik jika terdapat mikoriza pada tanaman jagung. Kekuranan P diindikasikan dengan akar yang tidak kuat danpendek, serta daunnya melengkung tidak beraturan.

K adalah unsur yang sangat berperan penting dalam  pembungaan tanaman jagung. Sekitar 86% Kalium diserap oleh bunga. Dalam 1 hektar wilayah, jagung membutuhkan 75 kg. Kekurangan unsur K akan berdampak buruk pada biji jagung yang akan dipanen.

3.6.3 Hara Mikro

Unsur mikro perlu ditambahkan ketika menanam tanaman jagung. Jika tanah terlalu basa, unsur Mg, Zn, B akan kurang. Maka dari itu, perlu menambahkan unsur hara ini. Namun jika

Page 14: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx

tanah bersifat asam, unsur Mo (Molibdenum) akan bersifat kurang. Penambahan kapur akan menambah kadar Mo  yang ada dalam tanah dengan durasi waktu yang lama.

3.7 Pemanenan

Masa pemanenan ditandai dengan daun tanaman jagung yang telah menguning dan bonggol terlihat kering. Jika pemanenan pada saat musim hujan, masa panen dilakukan saat hujan tidak turun selama 2 hari guna menjaga tanaman agar tetapkering ketika dipanen dan memudahkan penyimpanan.

IV. KESIMPULAN

          Tanaman jagung merupakan tanaman tropis yang bijinya dimanfaatkan sebagai makanan pokok. Termasuk tanaman C4 dimana bercirikan tidak  memiliki jaringan palisade pada daun. Fase tumbuh dan berkembang kurang lebih selama 120 hari. Termasuk tanaman yang bunga jantan dan bunga betina berpisah namun masih dalam 1 tanaman.

DAFTAR PUSTAKA

Malti, Ghosh, Kaushik, Ramasamy, Rajkumar, Vidyasagar. 2011. Comparative Anatomy of Maize and its Application.Intrnational Journal of Bio-resorces and Stress Management, 2(3):250-256

Souza, Castro, Pereira, Parentoni, Magelhaes. 2009. Morpho-anatomical Characterization of root in Recurrent Selection Cycles for Food tolerance of Maize (Zea mays L.). Plant Soil Environ, 55(11):504-510.

Belfield, Stephanie & Brown, Christine. 2008. Field Crop Manual: Maize (A Guide to Upland Production in Cambodia). Canberra

BUDIDAYA JAGUNG

I. PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Jagung (Zea mays. L.) merupakan kebutuhan yang cukup penting bagi kehidupan manusia dan hewan. Jagung mempunyai kandungan gizi dan serat kasar yang cukup memadai sebagai bahan makanan pokok pengganti beras. Selain sebagai makanan pokok, jagung juga merupakan bahan baku makanan ternak. Kebutuhan akan konsumsi jagung di Indonesia terus meningkat. Hal ini didasarkan pada makin meningkatnya tingkat konsumsi perkapita per tahun dan semakin meningkatnya jumlah penduduk Indonesia.

Jagung merupakan bahan dasar / bahan olahan untuk minyak goreng, tepung maizena, ethanol, asam organic, makanan kecil dan industri pakan ternak. Pakan ternak untuk unggas membutuhkan jagung sebagai komponen utama sebanyak 51, 4 %.

Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang terpenting, selain gandum dan padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di Amerika Tengah dan Selatan, jagung

Page 15: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx

juga menjadi alternatif sumber pangan di Amerika Serikat. Penduduk beberapa daerah di Indonesia (misalnya di Madura dan Nusa Tenggara) juga menggunakan jagung sebagai pangan pokok. Selain sebagai sumber karbohidrat, jagung juga ditanam sebagai pakan ternak (hijauan maupun tongkolnya), diambil minyaknya (dari biji), dibuat tepung (dari biji, dikenal dengan istilah tepung jagung atau maizena), dan bahan baku industri (dari tepung biji dan tepung tongkolnya). Tongkol jagung kaya akan pentosa, yang dipakai sebagai bahan baku pembuatan furfural. Jagung yang telah direkayasa genetika juga sekarang ditanam sebagai penghasil bahan farmasi.

Deskripsi

Jagung merupakan tanaman semusim (annual). Satu siklus hidupnya diselesaikan dalam 80-150 hari. Paruh pertama dari siklus merupakan tahap pertumbuhan vegetatif dan paruh kedua untuk tahap pertumbuhan generatif.

Tinggi tanaman jagung sangat bervariasi. Meskipun tanaman jagung umumnya berketinggian antara 1m sampai 3m, ada varietas yang dapat mencapai tinggi 6m. Tinggi tanaman biasa diukur dari permukaan tanah hingga ruas teratas sebelum bunga jantan. Meskipun beberapa varietas dapat menghasilkan anakan (seperti padi), pada umumnya jagung tidak memiliki kemampuan ini.

Akar jagung tergolong akar serabut yang dapat mencapai kedalaman 8 m meskipun sebagian besar berada pada kisaran 2 m. Pada tanaman yang sudah cukup dewasa muncul akar adventif dari buku-buku batang bagian bawah yang membantu menyangga tegaknya tanaman.

Batang jagung tegak dan mudah terlihat, sebagaimana sorgum dan tebu, namun tidak seperti padi atau gandum. Terdapat mutan yang batangnya tidak tumbuh pesat sehingga tanaman berbentuk roset. Batang beruas-ruas. Ruas terbungkus pelepah daun yang muncul dari buku. Batang jagung cukup kokoh namun tidak banyak mengandung lignin.

Daun jagung adalah daun sempurna. Bentuknya memanjang. Antara pelepah dan helai daun terdapat ligula. Tulang daun sejajar dengan ibu tulang daun. Permukaan daun ada yang licin dan ada yang berambut. Stoma pada daun jagung berbentuk halter, yang khas dimiliki familia Poaceae. Setiap stoma dikelilingi sel-sel epidermis berbentuk kipas. Struktur ini berperan penting dalam respon tanaman menanggapi defisit air pada sel-sel daun.

Jagung memiliki bunga jantan dan bunga betina yang terpisah (diklin) dalam satu tanaman (monoecious). Tiap kuntum bunga memiliki struktur khas bunga dari suku Poaceae, yang disebut floret. Pada jagung, dua floret dibatasi oleh sepasang glumae (tunggal: gluma). Bunga jantan tumbuh di bagian puncak tanaman, berupa karangan bunga (inflorescence). Serbuk sari berwarna kuning dan beraroma khas. Bunga betina tersusun dalam tongkol. Tongkol tumbuh dari buku, di antara batang dan pelepah daun. Pada umumnya, satu tanaman hanya dapat menghasilkan satu tongkol produktif meskipun memiliki sejumlah bunga betina. Beberapa varietas unggul dapat menghasilkan lebih dari satu tongkol produktif, dan disebut sebagai varietas prolifik. Bunga jantan jagung cenderung siap untuk penyerbukan 2-5 hari lebih dini daripada bunga betinanya (protandri).

Klasifikasi ilmiahKerajaan : PlantaeDivisio : Angiospermae

Page 16: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx

Kelas : MonocotyledoneaeOrdo : PoalesFamilia : PoaceaeGenus : ZeaSpesies : Zea mays L.Nama binomial

ZeamaysL.

B. SYARAT TUMBUH

Tanaman jagung mempunyai kemampuan beradaptasi terhadap tanah, baik jenis tanah lempung berpasir maupun tanah lempung dengan pH tanah 6 -8. Temperatur untuk pertumbuhan optimal jagung antara 24-30 °C. Tanaman jagung pacta masa pertumbuhan membutuhkan 45-60 cm air. Ketersediaan air dapat ditingkatkan dengan pemberian pupuk buatan yang cukup untuk meningkatkan pertumbuhan akar, kerapatan tanaman serta untuk melindungi dari rumput liar dan serangan hama.

Curah hujan ideal sekitar 85-200 mm/bulan dan harus merata. Pada fase pembungaan dan pengisian biji perlu mendapatkan cukup air. Sebaiknya ditanam awal musim hujan atau menjelang musim kemarau. Membutuhkan sinar matahari, tanaman yang ternaungi, pertumbuhannya akan terhambat dan memberikan hasil biji yang tidak optimal. Suhu optimum antara 23º C – 30º C. Jagung tidak memerlukan persyaratan tanah khusus, namun tanah yang gembur, subur dan kaya humus akan berproduksi optimal. pH tanah antara 5,6-7,5. Aerasi dan ketersediaan air baik, kemiringan tanah kurang dari 8 %. Daerah dengan tingkat kemiringan lebih dari 8 %, sebaiknya dilakukan pembentukan teras dahulu. Ketinggian antara 1000 m -1800 m dpl dengan ketinggian optimum antara 50-600 m dpl

BAB II. TEKNIK BUDIDAYA

A. BENIH

1. Selalu mempergunakan benih segar yang berkualitas dengan tingkat berkecambahnya 85 %.

2. Gunakan varietas benih yang telah mengalami perbaikan clan diakui oleh Pemerintah, belilah benih dari perusahaan benih.

3. Benih harus dari varietas yang cocok dengan kondisi setempat.

4. Jumlah benih yang dianjurkan untuk setiap ha adalah 25 kg.

5. Hindari terjadinya kecambah yang jelek, serangan serangga, penyakit, burung dan hewan pengerat.

Syarat benih

Benih sebaiknya bermutu tinggi baik genetik, fisik dan fisiologi (benih hibryda). Daya tumbuh benih lebih dari 90%. Kebutuhan benih ± 20-30 kg/ha. Sebelum benih ditanam, sebaiknya direndam dalam POC NASA (dosis 2-4 cc/lt air semalam).

Page 17: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx

B. Pengolahan Lahan

Lahan dibersihkan dari sisa tanaman sebelumnya, sisa tanaman yang cukup banyak dibakar, abunya dikembalikan ke dalam tanah, kemudian dicangkul dan diolah dengan bajak. Tanah yang akan ditanami dicangkul sedalam 15-20 cm, kemudian diratakan. Setiap 3 m dibuat saluran drainase sepanjang barisan tanaman. Lebar saluran 25-30 cm, kedalaman 20 cm. Saluran ini dibuat terutama pada tanah yang drainasenya jelek. Di daerah dengan pH kurang dari 5, tanah dikapur (dosis 300 kg/ha) dengan cara menyebar kapur merata/pada barisan tanaman, ± 1 bulan sebelum tanam. Sebelum tanam sebaiknya lahan disebari GLIO yang sudah dicampur dengan pupuk kandang matang untuk mencegah penyakit layu pada tanaman jagung.

C. JARAK TANAM

1. Jarak antar bedengan 75 -80 cm

2. Jarak antar tanaman pada bedengan 20 -25 cm

3. Kerapatan yang dianjurkan 53.333 tanaman / ha.

D. PELAKSANAAN PENANAMAN

1. Persiapan Lahan

a. Pemberian pupuk alami dan kompos pada lahan

b. Buat bedengan rendah dengan jarak antar bedeng 75 cm

2. Waktu tanam dan kedalaman tanam

a. Waktu tanam pada saat musim hujan tiba

b. Masukan 1 benih pada tiap lubang

c. Kedalaman tanam tergantung pada jenis tanah, kelembapan dan suhu. Pada kondisi penanaman yang baik kedalaman ideal adalah 5 cm. Agar dapat berkecambah dengan baik, setelah benih ditaburkan, benih ditekan -tekan dengan kaki. Benih dapat masuk lebih dalam pada tanah berpasir dari pada tanah berlempung

d. Tentukan lubang untuk pupuk dasar dengan menggunakan cangkir pupuk setelah benih ditaburkan. Pada kondisi suhu udara 24 -34 °C dan tanah berkelembaban ideal, maka benih jagung akan dapat berkecambah 4 -5 hari setelah ditaburkan.

F. Teknik Penanaman

1. Penentuan Pola Tanaman

Beberapa pola tanam yang biasa diterapkan :

Page 18: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx

a. Tumpang sari ( intercropping ), melakukan penanaman lebih dari 1 tanaman (umur sama atau berbeda). Contoh: tumpang sari sama umur seperti jagung dan kedelai; tumpang sari beda umur seperti jagung, ketela pohon, padi gogo.

b. Tumpang gilir ( Multiple Cropping ), dilakukan secara beruntun sepanjang tahun dengan mempertimbangkan faktor-faktor lain untuk mendapat keuntungan maksimum. Contoh: jagung muda, padi gogo, kedelai, kacang tanah, dll.

c. Tanaman Bersisipan ( Relay Cropping ): pola tanam dengan menyisipkan satu atau beberapa jenis tanaman selain tanaman pokok (dalam waktu tanam yang bersamaan atau waktu yang berbeda). Contoh: jagung disisipkan kacang tanah, waktu jagung menjelang panen disisipkan kacang panjang.

d. Tanaman Campuran ( Mixed Cropping ) : penanaman terdiri beberapa tanaman dan tumbuh tanpa diatur jarak tanam maupun larikannya, semua tercampur jadi satu. Lahan efisien, tetapi riskan terhadap ancaman hama dan penyakit. Contoh: tanaman campuran seperti jagung, kedelai, ubi kayu.

2. Lubang Tanam dan Cara Tanam

Lubang tanam ditugal, kedalaman 3-5 cm, dan tiap lubang hanya diisi 1 butir benih. Jarak tanam jagung disesuaikan dengan umur panennya, semakin panjang umurnya jarak tanam semakin lebar. Jagung berumur panen lebih 100 hari sejak penanaman, jarak tanamnya 40×100 cm (2 tanaman /lubang). Jagung berumur panen 80-100 hari, jarak tanamnya 25×75 cm (1 tanaman/lubang).

G. Pengelolaan Tanaman

1. Penjarangan dan Penyulaman

Tanaman yang tumbuhnya paling tidak baik, dipotong dengan pisau atau gunting tajam tepat di atas permukaan tanah. Pencabutan tanaman secara langsung tidak boleh dilakukan, karena akan melukai akar tanaman lain yang akan dibiarkan tumbuh. Penyulaman bertujuan untuk mengganti benih yang tidak tumbuh/mati, dilakukan 7-10 hari sesudah tanam (hst). Jumlah dan jenis benih serta perlakuan dalam penyulaman sama dengan sewaktu penanaman.

1. Penyiangan

Penyiangan dilakukan 2 minggu sekali. Penyiangan pada tanaman jagung yang masih muda dapat dengan tangan atau cangkul kecil, garpu dll. Penyiangan jangan sampai mengganggu perakaran tanaman yang pada umur tersebut masih belum cukup kuat mencengkeram tanah maka dilakukan setelah tanaman berumur 15 hari.

1. Pembumbunan

Pembumbunan dilakukan bersamaan dengan penyiangan untuk memperkokoh posisi batang agar tanaman tidak mudah rebah dan menutup akar yang bermunculan di atas permukaan tanah karena adanya aerasi. Dilakukan saat tanaman berumur 6 minggu, bersamaan dengan waktu pemupukan. Tanah di sebelah kanan dan kiri barisan tanaman diuruk dengan cangkul,

Page 19: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx

kemudian ditimbun di barisan tanaman. Dengan cara ini akan terbentuk guludan yang memanjang.

1. Pengairan dan Penyiraman

Setelah benih ditanam, dilakukan penyiraman secukupnya, kecuali bila tanah telah lembab, tujuannya menjaga agar tanaman tidak layu. Namun menjelang tanaman berbunga, air yang diperlukan lebih besar sehingga perlu dialirkan air pada parit-parit di antara bumbunan tanaman jagung.

G. Hama dan Penyakit

1. Hama

a. Lalat bibit (Atherigona exigua Stein) Gejala: daun berubah warna menjadi kekuningan, bagian yang terserang mengalami pembusukan, akhirnya tanaman menjadi layu, pertumbuhan tanaman menjadi kerdil atau mati. Penyebab: lalat bibit dengan ciri-ciri warna lalat abu-abu, warna punggung kuning kehijauan bergaris, warna perut coklat kekuningan, warna telur putih mutiara, dan panjang lalat 3-3,5 mm. Pengendalian: (1) penanaman serentak dan penerapan pergiliran tanaman. (2) tanaman yang terserang segera dicabut dan dimusnahkan. (3) Sanitasi kebun. (4) semprot dengan PESTONA

b. Ulat Pemotong

Gejala: tanaman terpotong beberapa cm diatas permukaan tanah, ditandai dengan bekas gigitan pada batangnya, akibatnya tanaman yang masih muda roboh. Penyebab: beberapa jenis ulat pemotong: Agrotis ipsilon; Spodoptera litura, penggerek batang jagung (Ostrinia furnacalis), dan penggerek buah jagung (Helicoverpa armigera). Pengendalian: (1) Tanam serentak atau pergiliran tanaman; (2) cari dan bunuh ulat-ulat tersebut (biasanya terdapat di dalam tanah); (3) Semprot PESTONA, VITURA atau VIREXI.

E. PEMUPUKAN DAN PEMELIHARAAN

1. Pemupukan yang dianjurkan, untuk pupuk organic ( pupuk kandang / kompos ) 20 ton / ha. Sedangkan untuk pupuk an organik : Urea 300 kg / ha, TSP 100 kg / ha, KCI 50 kg / ha. Pupuk dasar diberikan sebelum tanam atau bersamaan tanam sejumlah 20 ton / ha pupuk organic, 100 kg / ha Urea, 100 kg TSP, daD 50 kg / ha KCl dengan membuat larikan atau ditugalkan kemudian ditutup kembali dengan tanah dengan jarak 10 cm dari garis tanam / lubang tanam. Pupuk susulan diberikan 3 minggu setelah tanam berupa Urea 100 kg / ha, diteruskan pupuk susulan kedua pada tanaman berumur 5 minggu sejumlah 100 kg Urea / ha.

2. Penyiangan pertama dilakukan segera setelah rumput / gulma mulai tumbuh dengan cara pengerjaan tanah secara dangkal pada tanaman berumur 2 minggu. Penyiangan kedua dilakukan setelah tanaman berumur 3-4 minggu sekaligus dilakukan pembumbunan pada barisan tanaman jagung.

1. PENYAKIT

a. Penyakit bulai (Downy mildew)

Page 20: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx

Penyebab: cendawan Peronosclerospora maydis dan P. javanica serta P. philippinensis, merajalela pada suhu udara 270 C ke atas serta keadaan udara lembab. Gejala: (1) umur 2-3 minggu daun runcing, kecil, kaku, pertumbuhan batang terhambat, warna menguning, sisi bawah daun terdapat lapisan spora cendawan warna putih; (2) umur 3-5 minggu mengalami gangguan pertumbuhan, daun berubah warna dari bagian pangkal daun, tongkol berubah bentuk dan isi; (3) pada tanaman dewasa, terdapat garis-garis kecoklatan pada daun tua. Pengendalian: (1) penanaman menjelang atau awal musim penghujan; (2) pola tanam dan pola pergiliran tanaman, penanaman varietas tahan; (3) cabut tanaman terserang dan musnahkan; (4) Preventif diawal tanam dengan GLIO.

b. Penyakit bercak daun (Leaf bligh) Penyebab: cendawan Helminthosporium turcicum. Gejala: pada daun tampak bercak memanjang dan teratur berwarna kuning dan dikelilingi warna coklat, bercak berkembang dan meluas dari ujung daun hingga ke pangkal daun, semula bercak tampak basah, kemudian berubah warna menjadi coklat kekuning-kuningan, kemudian berubah menjadi coklat tua. Akhirnya seluruh permukaan daun berwarna coklat. Pengendalian: (1) pergiliran tanaman. (2) mengatur kondisi lahan tidak lembab; (3) Prenventif diawal dengan GLIO.

c. Penyakit karat (Rust)

Penyebab: cendawan Puccinia sorghi Schw dan P.polypora Underw. Gejala: pada tanaman dewasa, daun tua terdapat titik-titik noda berwarna merah kecoklatan seperti karat serta terdapat serbuk berwarna kuning kecoklatan, serbuk cendawan ini berkembang dan memanjang. Pengendalian: (1) mengatur kelembaban; (2) menanam varietas tahan terhadap penyakit; (3) sanitasi kebun; (4) semprot dengan GLIO.d. Penyakit gosong bengkak (Corn smut/boil smut)

Penyebab: cendawan Ustilago maydis (DC) Cda, Ustilago zeae (Schw) Ung, Uredo zeae Schw, Uredo maydis DC. Gejala: masuknya cendawan ini ke dalam biji pada tongkol sehingga terjadi pembengkakan dan mengeluarkan kelenjar (gall), pembengkakan ini menyebabkan pembungkus rusak dan spora tersebar. Pengendalian: (1) mengatur kelembaban; (2) memotong bagian tanaman dan dibakar; (3) benih yang akan ditanam dicampur GLIO dan POC NASA .

e. Penyakit busuk tongkol dan busuk biji

Penyebab: cendawan Fusarium atau Gibberella antara lain Gibberella zeae (Schw), Gibberella fujikuroi (Schw), Gibberella moniliforme. Gejala: dapat diketahui setelah membuka pembungkus tongkol, biji-biji jagung berwarna merah jambu atau merah kecoklatan kemudian berubah menjadi warna coklat sawo matang. Pengendalian: (1) menanam jagung varietas tahan, pergiliran tanam, mengatur jarak tanam, perlakuan benih; (2) GLIO di awal tanam.

Catatan : Jika pengendalian hama penyakit dengan menggunakan pestisida alami belum mengatasi dapat dipergunakan pestisida kimia yang dianjurkan. Agar penyemprotan pestisida kimia lebih merata dan tidak mudah hilang oleh air hujan tambahkan Perekat Perata AERO 810, dosis + 5 ml (1/2 tutup)/tangki.

Pengelolaan Air Tanaman Jagung

Page 21: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx

Salah satu upaya peningkatan produktivitas guna mendukung program pengembangan agribisnis jagung adalah penyediaan air yang cukup untuk pertumbuhan tanaman (Ditjen Tanaman Pangan 2005). Hal ini didasarkan atas kenyataan bahwa hampir 79% areal pertanaman jagung di Indonesia terdapat di lahan kering, dan sisanya 11% dan 10% masing-masing pada lahan sawah beririgasi dan lahan sawah tadah hujan (Mink et al . 1987). Data tahun 2002 menunjukkan adanya peningkatan luas penggunaan lahan untuk tanaman jagung menjadi 10-15% pada lahan sawah irigasi dan 20-30% pada lahan sawah tadah hujan (Kasryno 2002). Kegiatan budi daya jagung di Indonesia hingga saat ini masih bergantung pada air hujan. Menyiasati hal tersebut, pengelolaan air harus diusahakan secara optimal, yaitu tepat waktu, tepat jumlah, dan tepat sasaran, sehingga efisien dalam upaya peningkatan produktivitas maupun perluasan areal tanam dan peningkatan intensitas pertanaman. Selain itu, antisipasi kekeringan tanaman akibat ketidakcukupan pasokan air hujan perlu disiati dengan berbagai upaya antara lain pompanasi.

Jagung merupakan tanaman dengan tingkat penggunaan air sedang, berkisar antara 400-500 mm (FAO 2001). Namun demikian, budi daya jagung terkendala oleh tidak tersedianya air dalam jumlah dan waktu yang tepat.Khusus pada lahan sawah tadah hujan dataran rendah, masih tersisanya lengas tanah dalam jumlah yang berlebihan akan mengganggu pertumbuhan tanaman. Sementara itu, penundaaan waktu tanam akan menyebabkan terjadinya cekaman kekurangan air pada fase pertumbuhan sampai pembentukan biji. Oleh karena itu, dibutuhkan teknologi pengelolaan air bagi tanaman jagung. Pengelolaan air perlu disesuaikan dengan sumber daya fisik alam (tanah, iklim, sumber air) dan biologi dengan memanfaatkan berbagai disiplin ilmu untuk membawa air ke perakaran tanaman sehingga mampu meningkatkan produksi (Nobe and Sampath 1986). Sasaran dari pengelolaan air adalah tercapainya empat tujuan pokok, yaitu: (1) efisiensi penggunaan air dan produksi tanaman yang tinggi, (2) efisiensi biaya penggunaan air, (3) pemerataan penggunaan air atas dasar sifat keberadaan air yang selalu ada tapi terbatas dan tidak menentu kejadian serta jumlahnya, dan (4) tercapainya keberlanjutan sistem penggunaan sumber daya air yang hemat lingkungan. Dalam hubungannya dengan pengelolaan air untuk tanaman jagung yang banyak dibudidayakan di lahan kering dan tadah hujan, pengelolaan air penting untuk diperhatikan.

G. Panen dan Pasca Panen

1. Ciri dan Umur Panen

Umur panen ± 86-96 hari setelah tanam. Jagung untuk sayur (jagung muda, baby corn) dipanen sebelum bijinya terisi penuh (diameter tongkol 1-2 cm), jagung rebus/bakar, dipanen ketika matang susu dan jagung untuk beras jagung, pakan ternak, benih, tepung dll dipanen jika sudah matang fisiologis.

2. Cara Panen

Putar tongkol berikut kelobotnya/patahkan tangkai buah jagung.

3. Pengupasan

Dikupas saat masih menempel pada batang atau setelah pemetikan selesai, agar kadar air dalam tongkol dapat diturunkan sehingga cendawan tidak tumbuh.

4. Pengeringan

Page 22: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx

Pengeringan jagung dengan sinar matahari (± 7-8 hari) hingga kadar air ± 9% -11 % atau dengan mesin pengering.

Pemipilan

Setelah kering dipipil dengan tangan atau alat pemipil jagung.

Penyortiran dan Penggolongan

Biji-biji jagung dipisahkan dari kotoran atau apa saja yang tidak dikehendaki (sisa-sisa tongkol, biji kecil, biji pecah, biji hampa, dll). Penyortiran untuk menghindari serangan jamur, hama selama dalam penyimpanan dan menaikkan kualitas panenan.

laporan_praktikum

METODE PEMULIAAN TANAMAN JAGUNG (MENYERBUK SILANG)

A. Pendahuluan

Di Indonesia, jagung dibudidayakan pada lingkungan yang beragam. Luas areal panen jagung sekitar 3,3 juta ha/tahun. Sekitar 80% dari areal pertanaman jagung di Indonesia ditanami varietas unggul yang terdiri atas jagung bersari bebas (komposit) dan hibrida masing-masing 56% dan 24%, sedang sisanya 20% varietas lokal (Pingali, 2001). Berdasarkan data Nugraha et al. (2002), jagung varietas unggul yang ditanam petani di Indonesia telah mencapai 75% (48% besari bebas dan 27% hibrida). Dari data tersebut, nampak bahwa sebagian besar petani jagung masih menggunakan benih jagung bersari bebas. Hal ini dilakukan oleh petani dengan luas lahan terbatas dan pada daerah marjinal (kurang subur) karena harga benih jagung bersari bebas yang lebih murah daripada harga benih hibrida, atau karena benih hibrida sukar diperoleh terutama pada daerah-daerah terpencil.

Varietas unggul yang dihasilkan dari kegiatan perbaikan populasi akan berdampak pada peningkatan produksi dan nilai tambah usahatani jagung karena daerah produksi jagung di Indonesia sangat beragam sifat agroklimatnya yang masing-masing membutuhkan varietas yang sesuai. Varietas yang toleran terhadap cekaman lingkungan (penyakit, hama dan kekeringan) merupakan komponen penting stabilitas hasil.

Penanaman satu jenis varietas dalam skala luas dan secara terus menerus menyebabkan penurunan hasil. Program pemuliaan diarahkan untuk menghasilkan varietas yang beradaptasi spesifik untuk iklim dan lahan tertentu. Di samping itu, pergiliran varietas perlu dilakukan untuk melestarikan efektifitas ketahanan varietas terhadap hama/penyakit tertentu.

Varietas jagung yang dihasilkan dari perbaikan populasi perlu diuji di

Page 23: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx

daerah-daerah pertanaman jagung yang mempunyai agroklimat yang berbeda untuk mengetahui tanggapannya pada berbagai lingkungan. Adanya interaksi genotipe dengan lingkungan akan memperkecil kemajuan seleksi (Hallauer dan Miranda, 1981). Untuk memperkecil pengaruh interaksi ini, evaluasi genotipe perlu dilakukan pada dua lingkungan atau lebih.

Program pemuliaan tanaman mencakup tiga tahap, yaitu : (a) pembentukan populasi dasar, (b) perbaikan berulang populasi dasar, dan (c) pembuatan galur untuk induk pembuatan hibrida, sintetik dari populasi dasar yang telah diperbaiki.

B. Konstitusi Genetik Tanaman Menyerbuk Silang

Konstitusi genetik tanaman menyerbuk silang berada dalam keadaan heterosigot dan heterogenus, sebab terjadi persilangan antara anggota populasi, sehingga populasi merupakan pool hibrida. Pada populasi terjadi kumpulan gen, yang merupakan total informasi genetik yang dimiliki oleh anggota populasi dari suatu organisme yang berproduksi secara seksual. Kumpulan gen ini akan terjadi rekombinasi antar gamet, masing-masing gamet mempunyai peluang yang sama untuk bersatu dengan gamet yang lainnya. Persilangan demikian disebut kawin acak (random mating). Dalam Individu tanaman populasi menyerbuk silang ini terdapat kemungkinan adanya suatu lokus yang homosigot tetapi pada lokus lainnya heterosigot. Hal ini terjadi karena jumlah rekombinasi gen hampir tidak terbatas sehingga tiap-tiap individu tanaman dalam suatu populasi memiliki genotipe yang berbeda. Pembentukan rekombinasi gen ini akan sama dari suatu generasi ke generasi berikutnya sebagaimana kaidah Hardy – Weinberg yang dikenal dengan prinsip ”Keseimbangan Hardy – Weinberg” sebagai berikut: ”Frekuensi gen-gen dalam suatu populasi kawin acak yang jumlah anggotanya tidak terhingga akan tetap konstan dari generasi ke generasi”. Keseimbangan ini dapat berubah apabila terdapat seleksi, tidak terjadi kawin acak, migrasi, ada mutasi dan jumlah tanaman sedikit.

Penyerbukan sendiri atau silang dalam pada tanaman menyerbuk silang akan mengakibatkan terjadinya segregasi pada lokus yang heterosigot, frekuensi genotipe yang homosigot bertambah dan genotipe heterosigot berkurang, hal ini akan menyebabkan penurunan vigor dan produktivitas tanaman, atau disebut juga depresi silang dalam. Homosigositas paling cepat didapat dengan melalui silang diri (selfing).

Tanaman jagung adalah tanaman yang menyerbuk silang, terjadi persilangan antara tanaman, terjadinya silangdiri sangat kecil dengan persentase <5 -="" 0.="" 0="" 10="" 1="" 2="" 2pq="" 59049.="" 6="" 9="" a="" aa.="" aa="" acak="" ada="" adalah="" akan="" allel="" antara="" apabila="" asal="" belum="" berasal="" berkurang.="" berkurang="" bertambah="" besar="" besarnya="" dalam.="" dalam=""

Page 24: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx

dan="" dapat="" dari="" demikian="" dengan="" diatas="" dikatakan="" dipastikan="" diperoleh="" diri="" disebut="" dua="" f="" frekuensi="" gen-gen="" gen="" genotipe="" genotipenya="" hasil="" heterozigot="" homozigot.="" homzigot="" ialah="" inbreedingnya="0,5.</span" ini="" jadi="" jagung="" jika="" juga="" jumlah="" kali="" katakanlah="" kawin="" kedua="" kemungkinan="" keturunan="" keturunannya="" koefisien="" lokus="" maka="" mating="" memberikan="" memperbesar="" mengakibatkan="" mengalami="" mengandung="" menjadi="" multiplikasi="" p2="" p="q" pada="" padahal="" peluang="" perbedaan="" populasi.="" populasi="" pula="" q2.="" random="" ribuan="" sama.="" sama="" sangat="" satu="" sebaran="" sedang="" segregasi="" sehingga="" sempurna="" sendiri="" setelah="" setengahnya="" silang="" silangdalam="" silangdiri="" suatu="" sudah="" tanaman="" terdapat="" terfiksasi="" terjadi="" terjadinya="" tersebut="" tetapi="" tidak="" tinggal="" umumnya="" yang="">

Gambar 1 memperlihatkan bahwa persentase homosigositas dari 4 generasi silangdiri (selfing) hampir sama dengan 10 generasi silang saudara tiri (half sib). Progeni tanaman yang diserbuk sendiri ditandai dengan simbol S1, sedangkan S2 adalah progeni S1 yang diserbuk sendiri, dan seterusnya. Simbol x kadang-kadang digunakan untuk menunjukkan biji hasil penyerbukan sendiri. Pada gambar 1. dapat terlihat bahwa melalui penyerbukan sendiri, pada generasi 8 telah tercapai keadaan homosigositas 100 persen (dengan peluang 99,6%), yang berarti telah terbentuk galur murni. Namun ada kalanya terjadi apa yang disebut segregasi lambat, sehingga karakter yang ditentukan oleh gen resesif baru nampak pada generasi lanjut. Hal ini terlihat pada penurunan hasil biji dengan silang diri yang masih terus berlangsung walaupun sudah mencapai generasi lanjut. Pada hasil biji, penurunan hasil terus berlanjut dengan silang diri terus menerus. Pada generasi 6 - 10 penurunan hasil 53% dan pada generasi 25 - 30 penurunan mencapai 79% (Hallauer dan Miranda, 1987). Galur-galur murni tersebut pada umumnya telah stabil dalam karakter morfologi dan fisiologi, sehingga tidak akan terjadi lagi kehilangan vigor, dengan demikian dapat dikatakan genotipenya dapat dipertahankan sampai waktu yang tidak terbatas.

Page 25: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx

Gambar 1. Persentase homosigositas pada generasi berurutan melalui penyerbukan sendiri dan perkawinan sedarah (Sumber: Poehlman dan Sleper (1995).

Efek dari silang dalam (inbreeding) pada tanaman yaitu:

1. Timbul keragaman fenotipe, penampilan tanaman kurang baik dibandingkan tanaman asalnya seperti hasil yang lebih rendah, tanaman lebih pendek, defisiensi klorofil yang nampak dengan timbulnya noda-noda pada daun sampai pada keseluruhan tanaman. Sifat lain yang jarang terjadi yaitu timbulnya endosperm yang tidak berguna dan resistensi terhadap beberapa penyakit seperti karat, hawar dan bercak daun Helminthosporium dan sebagainya. Adanya keragaman sangat berguna untuk memilih tanaman yang dikehendaki. 

2. Silang dalam beberapa generasi akan mengakibatkan adanya perbedaan antara galur, dan antara tanaman dalam galur makin seragam.

3. Ciri utama akibat silang dalam adalah berkurangnya vigor tanaman yang diikuti dengan pengurangan hasil, dan ini berhubungan erat dengan pengurangan tinggi tanaman, panjang tongkol, dan beberapa karakter lain. Pengurangan hasil akan berlangsung terus meskipun pengurangan ukuran tanaman sudah tidak nampak.

4. Adanya perbaikan dalam populasi dan perbaikan galur (recycle breeding) penampilan galur semakin baik, dapat diperoleh galur

Page 26: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx

yang hasilnya dapat mencapai 2 - 4 t ha-1. Tanaman tegap, daun hijau, toleran rebah, tahan hama dan penyakit.

C. Sumber Genetik

Plasmanutfah merupakan sumber gen yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan keragaman tanaman, sehingga ada peluang untuk memperbaiki karakter suatu populasi dan untuk membentuk varietas jagung. Indonesia miskin plasmanutfah jagung sehingga dalam pemuliaan jagung perlu menjalin kerjasama internasional untuk memperluas plasmanutfah kita. Tanpa adanya plasmanutfah yang mengandung gen-gen baik, pemuliaan tanaman tidak dapat maju. Untuk memperbesar keragaman genetik perlu adanya introduksi varietas/galur dari luar negeri dan koleksi dari pusat-pusat produksi di dalam negeri. Koleksi ini harus tetap dilestarikan dan dilakukan karakterisasi sehingga sewaktu-waktu dapat digunakan dalam program pemuliaan. CIMMYT (Mexico) merupakan sumber utama plasma nutfah dengan potensi hasil yang tinggi dan tahan terhadap beberapa penyakit daun.

Dari koleksi plasma nutfah yang merupakan sumber gen karakter tertentu, dikembangkan pool gen (gen pool) yang merupakan campuran/komposit dari varietas-varietas bersari bebas, sintetik, komposit, dan hibirida. Pool gen ini mengandung gen-gen yang diinginkan yang mungkin frekuensinya masih rendah. Varietas atau hibrida hasil suatu program dapat dimasukkan ke dalam pool yang telah ada (Subandi et al., 1988). Sebagai bahan untuk pembentukan varietas sintetik diperlukan galur-galur inbrida yang memiliki daya gabung baik sedangkan untuk varietas komposit diperlukan galur yang berdaya gabung umum yang baik dan atau varietas yang memiliki variabilitas genetik yang luas. D. Pembentukan dan Perbaikan Populasi Dasar

Pembentukan populasi dasar didahului dengan pemilihan plasma nutfah untuk menentukan potensi perbaikan genetik secara maksimum sesuai dengan yang diharapkan dari program pemuliaan, sedangkan cara atau prosedur pemuliaan yang dipakai menentukan berapa dari potensi maksimum ini bisa dicapai. Populasi dasar jagung yang digunakan di Balittan Malang pada seleksi untuk hasil tinggi yaitu MC.B, MC.C, dan MC.D; seleksi untuk ketahanan terhadap penyakit busuk pelepah yaitu Arjuna, Rama dan Pop.28; seleksi untuk umur genjah yaitu MC.A, MC.F, ACER, dan Pop.31; dan seleksi untuk toleran terhadap kekeringan yaitu Pool-2 dan Malang Komposit-9.

Untuk mendapatkan populasi superior, perbaikan populasi dilakukan secara kontinyu melalui perbaikan dalam populasi (Intra population improvement) dan perbaikan antar poopulasi (interpopulation improvement). Seleksi dalam populasi bertujuan memperbaiki populasi secara langsung, sedangkan seleksi antar populasi bertujuan memperbaiki persilangan antar populasi atau memperbaiki galur hibrida yang berasal dari dua populasi terpilih secara resiprok. Prinsip dasar dalam perbaikan populasi, yaitu meningkatkan frekuensi gen baik

Page 27: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx

(desirable genes) sehingga akan meningkatkan rerata populasi untuk karakter yang ditentukan. Seleksi berulang (Recurrent selection) digunakan dalam perbaikan populasi, yang juga melibatkan seleksi generasi silang diri (selfing) akan membantu meningkatkan toleransi terhadap inbreeding dan meningkatkan kapasitas populasi untuk menghasilkan galur-galur yang lebih vigor dan unggul. Beberapa peneliti telah melaporkan kemajuan seleksi pada jagung menggunakan seleksi berulang bolak balik (resiprocal recurrent selection). Dari seleksi berulang bolak balik ini Badan Litbang Pertanian telah menghasilkan tiga varietas unggul jagung bersari bebas dan delapan hibirida.

E. Pembentukan Inbrida

Inbrida calon hibrida memiliki tingkat homozigositas tinggi. Inbrida jagung biasanya diperoleh melalui penyerbukan sendiri (selfing) tetapi bisa juga diperoleh melalui persilangan antar saudara. Dalam pembentukan inbrida perlu dipertimbangkan antara kemajuan seleksi dengan pencapaian homozigositas. Persilangan antar saudara dalam pembentukan inbrida akan memperlambat fiksasi alel yang merusak dan memberi kesempatan seleksi lebih luas. Keuntungan sendiri untuk membuat inbrida yang relatif homozigot dapat dilihat dari laju inbriding, yaitu bahwa untuk memperoleh tingkat inbriding yang sama dengan satu generasi penyerbukan sendiri diperlukan tiga generasi persilangan sekandung (fullsib) atau enam generasi persilangan saudara tiri (halfsib).

Inbrida dapat dibentuk melalui varietas bersari bebas atau hibrida dan inbrida lain. Pembuatan inbrida dari varietas bersari bebas atau hibrida pada dasarnya berupa seleksi tanaman dan tongkol selama selfing. Seleksi dilakukan berdasarkan bentuk tanaman yang baik dan ketahanan terhadap hama dan penyakit utama. Pembentukan inbrida dari inbrida lain dibuat dengan jalan menyilangkan dua inbrida dan disebut seleksi kumulatif. Seleksi selama pembentukan galur berikutnya lebih terbatas, yaitu dalam batas-batas genotip tanaman S0 yang diserbukkan sendiri (Moentono, 1988). Seleksi selama pembentukan galur sangat efektif dalam memperbaiki sifat-sifat galur inbrida, dan berfungsi memusnahkan galur-galur yang sulit diperbanyak serta menghambat pembentukan benih.

F. Pembentukan Varietas Unggul Jagung Bersari Bebas

Varietas komposit pada dasarnya merupakan campuran berbagai macam bahan pemuliaan yang telah diketahui potensi produksinya, umurnya, ketahanannya terhadap cekaman biotic dan abiotik serta sifat-sifat lainnya. Dalam pembentukannya, biji dari berbagai galur dan hibrida dicampur jadi satu dan ditanam beberapa generasi agar penyerbukan silang terjadi dengan baik. Setelah 4-5 generasi seleksi dapat dilakukan yakni setelah banyak kombinasi-kombinasi baru. Seleksi ini dilakukan untuk peningkatan sifat populasi tersebut yang disebabkan peningkatan frekwensi gen yang dikehendaki.

Page 28: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx

Oleh karena terdiri dari campuran galur, varietas bersari bebas dan hibrida, maka melalui kawin acak akan terjadi banyak kombinasi-kombinasi baru. Dengan demikian varietas ini dapat bertindak sebagai kumpulan gen (gene pool) yang amat bermanfaat bagi pemuliaan tanaman menyerbuk silang, khususnya jagung

G. Pembentukan Varietas Unggul Jagung Hibrida

Varietas hibrida adalah merupakan generasi pertama hasil persilangan sepasang atau lebih tetua berupa galur inbrida, klon atau varietas bersari bebas yang memiliki sifat unggul. Namun yang lebih banyak adalah persilangan antara galur murni. Varietas hibrida dapat dibentuk baik pada tanaman menyerbuk sendiri, maupun tanaman menyerbuk silang. Tanaman jagung merupakan tanaman pertama yang menggunakan varietas hibrida secara komersial, yang telah berkembang di Amerika Serikat sejak tahun 1930an (Hallauer 1987).

Pada awalnya hibrida yang dilepas ialah hibrida silang puncak ganda, namun sekarang lebih banyak hibrida silang tunggal dan modifikasi silang tunggal yang dilepas. Hibrida silang tunggal mempunyai potensi hasil tinggi dan tanaman lebih seragam dari hibrida yang lain. Materi populasi dasar pembentukan galur inbrida dapat berupa varietas bersari bebas, varietas hibrida, varietas lokal, dan plasmanutfah introduksi.

H. Pembentukan Varietas Unggul Jagung Khusus (speciality Corn)

Jagung khusus adalah jagung yang memiliki sifat-sifat khusus seperti jagung yang memiliki mutu protein tinggi (QPM = Quality Protein Maize), jagung yang berkadar tepung, minyak dan bioetanol tinggi, jagung manis, jagung pulut, jagung biomas, dan jagung umur genjah. Jagung dengan sifat khusus tersebut dapat dibentuk melalui program pemuliaan tanaman yang berulang dan terprogram. Metode pemuliaan silang balik dapat diterapkan untuk mengintrograsikan gen-gen donor dari jagung khusus yang yang berproduktivitas rendah ke jagung normal yang berproduktivitas tinggi. Dengan demikian, akan diperoleh jagung yang memiliki sifat khusus yang diinginkan dengan produktivitas tinggi.

Jagung mutu protein tinggi (QPM) merupakan jagung yang memiliki kandungan protein tinggi, khususnya lisin dan triptofan tinggi. Awal dari perbaikan genetik terhadap mutu protein dipicu oleh penemuan gen-gen opaque dan floury yang dilaporkan dapat mengubah kandungan lisin dan triptofan pada endosperma biji (Zuber, et al., 1975). Dari sejumlah gen yang telah berhasil diidentifikasi, hanya gen opaque-2 (o2) dan floury2 (fl2) yang sering dimanfaatkan dalam memperbaiki sifat endosperma jagung (Mertz et al., 1964; Nelson et al., 1965). Pada awalnya, CIMMYT menggunakan kedua gen tersebut, namun dalam perkembangan berikutnya lebih memfokuskan kepada pemanfaatan gen o2 (Vasal, 2000).

Page 29: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx

Jagung pulut (waxy corn) di beberapa daerah sering digunakan sebagai jagung rebus karena rasanya yang enak dan gurih. Hal ini disebabkan oleh kandungan amilopektin pada jagung pulut yang hampir mencapai 100%. Endosperm jagung biasa terdiri atas campuran 72% amilopektin dan 28 % amilosa (Jugenheimer, 1985), sedangkan menurut Bates et el. (1943) dalam: Alexander dan Creech (1977 ) kandungan endosperm jagung pulut hampir semuanya amilopektin. Pada jagung pulut terdapat gen resesif wx dalam keadaan homosigot (wxwx) yang mempengaruhi komposisi kimia pati sehingga menyebabkan rasa yang enak dan gurih.

Jagung pulut potensi hasilnya rendah hanya mencapai 2-2,5 ton/ha dan secara umum tidak tahan penyakit bulai. Sampai saat ini varietas pulut belum banyak mendapat perhatian, terutama dalam peningkatan potensi hasilnya padahal permintaan jagung pulut terus meningkat terutama untuk industri jagung marning. Untuk pembuatan jagung marning dibutuhkan biji jagung pulut yang ukurannya lebih besar karena kualitasnya lebih bagus, lebih baik dibanding dengan menggunakan biji kecil. Untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan mengintrogresikan gen pulut ke jagung putih yang bijinya lebih besar, produktivitasnya lebih tinggi dan memiliki nilai biologis yang tinggi atau dengan membentuk jagung pulut hibrida yang berdaya hasil tinggi dan berbiji lebih besar.

Jagung manis (sweet corn) sudah umum terdapat di kota-kota besar. Jagung ini dikonsumsi dalam bentuk jagung muda, mempunyai rasa manis dan enak. Rasa manis disebabkan oleh kandungan gula yang tinggi, bahkan ada beberapa varietas yang dapat dibuat sirup. Jagung manis mempunyai biji-biji yang berisi endosperm manis, mengkilap dan tembus pandang ketika belum masak, dan bila kering berkerut.

Pada varietas jagung manis terdapat suatu gen resesif yang mencegah perubahan gula menjadi pati (Purseglove, 1992). Gen yang sudah umum digunakan adalah su2 (standard sugary) dan sh2 (shrunken). Gen su2 merupakan gen standar sedangkan gen sh2 menyebabkan rasa lebih manis dan dapat bertahan lebih lama disebut supersweet. Apabila kedua gen berada dalam satu genotype maka disebut sugary supersweet. Menurut Straughn (1907) dalam: Alexander dan Creech (1977) kandungan gula pada biji yang masak berbeda pada setiap kultivar jagung manis, tergantung pada derajat kerutannya. Kerutan yang dalam lebih banyak mengandung gula dibandingkan kerutan yang dangkal.

I. Metode Seleksi Dalam Pemuliaan Tanaman Jagung Seleksi Massa (Mass Selection)

Seleksi massa adalah pemilihan individu secara visual yang mempunyai karakter-karakter yang diinginkan dan hasil biji tanaman terpilih dicampur untuk generasi berikutnya. Seleksi massa tanpa ada evaluasi famili. Prosedur seleksi massa tidak berbeda dengan seleksi massa untuk tanaman menyerbuk sendiri. Seleksi massa merupakan prosedur yang sederhana dan mudah, sudah dipraktekkan petani sejak dimulainya

Page 30: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx

pembudidayaan tanaman. Seleksi massa kemungkinan dapat dijadikan dasar untuk domestikasi tanaman menyerbuk silang dan seleksi massa adalah dasar pemeliharaan bentuk asal (true type) dari spesies tanaman menyerbuk silang, sebelum dikembangkan program perbaikan tanaman.

Musim ITanam populasi dasar dalam petak terisolasi yaitu tidak ada populasi lain yang berbunga bersamaan pada jarak tertentu sehingga tidak terjadi kontaminasi tepungsari. Gunakan kerapatan tanaman yang lebih rendah dari cara anjuran agar genotipe dapat menunjukkan potensi yang maksimum, terutama untuk seleksi hasil biji.

Pilih tanaman yang mempunyai karakter yang diinginkan. Pemilihan dapat dilakukan bertahap, yaitu sebelum berbunga, setelah berbunga dan akhirnya pada waktu panen hanya dipilih dari tanaman yang terpilih sebelumnya dan masih menunjukkan karakter yang diinginkan. Biji hasil tanaman terpilih dicampur menjadi satu untuk generasi berikutnya. Pencampuran dapat dilakukan dengan mengambil jumlah yang sama untuk masing-masing tanaman terpilih agar semua tanaman terpilih menyumbangkan frekuensi gamit yang sama.

Musim IIProsedur pada musim I dilakukan kembali sampai beberapa musim, sampai populasi mempunyai karakter pada tingkat yang diinginkan. Seleksi massa efektif untuk karakter yang mempunyai heritabilitas tinggi artinya tidak banyak dipengaruhi oleh faktor lingkungan, karena pemilihan hanya berdasarkan satu individu pada satu lokasi dan satu musim.

Seleksi massa dilakukan berdasarkan satu tetua. Pada tanaman jagung dipilih berdasarkan tetua betina, karena asal tetua betinanya diketahui d engan pasti yaitu tanaman yang terpilih, sedang tetua jantan yaitu asal tepungsari yang menyerbuki tanaman terpilih tidak diketahui. Untuk karakter yang dapat dipilih sebelum berbunga, seleksi dapat dilakukan untuk kedua tetua, baik tetua jantan maupun tetua betina. Tanaman yang tidak terpilih dibuang sehingga penyerbukan terjadi antara tanaman terpilih atau dibuat persilangan buatan antara tanaman terpilih. Seleksi berdasarkan kedua tetua akan memberikan kemajuan seleksi yang lebih besar daripada seleksi berdasarkan satu tetua saja.

Pada seleksi ini pemilihan berdasarkan individu tanaman, sehingga apabila lahannya mempunyai kesuburan yang tidak merata (heterogen) maka tanaman yang terpilih belum tentu karena pengaruh genetik, sehingga salah pilih. Untuk mengurangi faktor lingkungan ini Gardner et al. (1981) telah berhasil menaikkan hasil biji jagung varietas Hays-Golden dengan total respon kenaikan 23% dari populasi asal selama 10 generasi seleksi massa (di atas 10 tahun), dan respon tiap generasi adalah 2.8%. Keberhasilan Gardner dengan menggunakan seleksi massa terhadap hasil

Page 31: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx

biji jagng tersebut, karena digunakannya beberapa tehnik untuk memperbaiki efisiensi seleksi individu tanaman, yakni dengan cara:

Seleksi dibatasi pada hasil saja, pengukuran yang lebih teliti pada biji-biji yang telah dikeringkan sampai kadar air konstan.

Lahan pertanaman berukuran 0.2 – 0.3 ha dipelihara dengan pemberian pupuk, irigasi dan pengendalian gulma yang seragam untuk memperkecil keragaman lingkungan. 

Lahan percobaan dibagi menjadi petak-petak yang lebih kecil dengan ukuran ± 4 x 5 m.  

Petak-petak seleksi terdiri dari 4 baris masing-masing 10 tanaman.  Tekanan seleksi 10% dilakukan secara seragam pada 4000 – 5000

tanaman, yakni 4 tanaman unggul dipilih dari masing-masing petak kecil yang terdiri dari 40 tanaman.

Seleksi Satu Tongkol Satu Baris (Ear-to-Row) Seleksi satu tongkol satu baris pada jagung, sedang pada tanaman lain disebut head-to-row, yakni satu malai satu baris. Merupakan “halfsib selection” Bagan pemuliaan ini awalnya dirancang oleh Hopkins (1899) dalam Dahlan, (1994) di Universitas Illinois untuk menyeleksi persentase kandungan minyak dan protein yang tinggi maupun yang rendah pada jagung. Bagan seleksi ini merupakan modifikasi dari seleksi massa yang menggunakan pengujian keturunan (progeny test) dari tanaman yang terseleksi, untuk membantu/memperlancar seleksi yang didasarkan atas keadaan fenotip individu tanaman.

Langkah-langkah pelaksanaan seleksi ear-to-row:Musim I: Seleksi individu-individu tanaman berdasarkan fenotipnya dari populasi yang beragam dan mengadakan persilangan secara acak. Setiap tanaman bijinya dipanen terpisah. Musim II: Sebagian biji dari masing-masing tongkol ditanam dalam barisan-barisan keturunan yang terisolasi, dan sisanya disimpan. Seleksi setiap individu fenotip tanaman yang terbaik pada baris keturunan dengan membandingkan baris-baris keturunan. Musim III: Biji-biji sisa dari tetua yang keturunannya superior dicampur untuk ditanam di tempat yang terisolasi dan terjadi perkawinan acak.

Dalam pencampuran tersebut diseleksi lagi fenotip-fenotip individu tanaman yang baik untuk diteruskan ke siklus berikutnya. Tanaman di dalam baris-baris keturunan adalah saudara tiri (half sibs), dengan demikian metode ini memasukkan pengujian tanpa ulangan dari keturunan-keturunan bersari bebas dari tanaman terpilih. Karena kita memilih satu tongkol satu baris, maka kelemahannya adalah kemungkinan terjadinya inbreeding cukup besar. Karena satu tongkol menjadi satu baris yang dalam baris itu merupakan satu famili. Timbulnya inbreeding ini mengurangi kemajuan genetik pada proses seleksinya.

Seleksi Pedigri (Pedigree Selection)Musim 1Tanam populasi dasar sekitar 3000 – 5000 tanaman. Pilih 300 – 400 tanaman yang mempunyai karakter yang dikehendaki dan buat silangdiri

Page 32: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx

untuk menghasilkan galur S1. Panen terpisah tanaman hasil silangdiri yang masih mempunyai karakter yang diinginkan.

Musim 2Biji yang diperoleh pada musim 1 (S1) dari tiap tongkol ditanam satu baris dengan ±25 tanaman. Seleksi secara fisual dilakukan antara famili dan dalam famili (baris) yang tanamannya tegap, tidak rebah, bebas hama penyakit dan sebagainya, dan pilih 3 - 5 tanaman dari baris yang terpilih untuk silangdiri. Panen terpisah masing-masing tongkol, pilih 1 - 3 tongkol hasil silangdiri tiap baris terpilih dan diperoleh biji S2.

Musim 3 Biji yang diperoleh pada musim 2 ditanam lagi biji dari tongkol hasil silangdiri (S2) satu tongkol satu baris dengan 15-25 tanaman. Seleksi diteruskan antara baris dan dalam baris. Pilih 3 - 5 tanaman dari baris yang terpilih untuk dibuat silangdiri. Panen terpisah masing-masing tongkol dan diperoleh biji S3.

Musim 4 Biji yang diperoleh pada musim 3 hasil silangdiri (S3) yang terpilih tanaman lagi seperti pada musim 3. Silangdiri dilakukan lagi sampai generasi keenam (S6) untuk memperoleh galur yang mendekati homozigot.

Pada pembuatan galur dapat dilakukan seleksi terhadap hama dan penyakit utama dengan inokulasi/investasi buatan.

Seleksi Curah (Bulk Selection)

Seleksi metode curah adalah prosedur dengan mencampur biji dengan jumlah yang sama dari tongkol hasil silangdiri. Apabila dilakukan silang diri 300 tanaman ambil 4 biji dari tiap tongkol untuk ditanam lagi. Lakukan silangdiri lagi 300 tanaman yang dikehendaki dan ambil lagi 4 biji dari tiap tongkol dan pekerjaan ini dilakukan 4 generasi dan galur S4 ini dievaluasi daya gabungnya. Modifikasi dapat dilakukan dengan mengevaluasi daya gabung pada S1 dan galur terpilih dilanjutkan silangdiri tetapi biji dari 1-3 tongkol dari hasil silangdiri masing-masing galur terpilih dicampur dan silangdiri dilanjutkan sampai mencapai homozigot. Seleksi curah dapat menghemat biaya dan dapat dilakukan dengan banyak populasi sekaligus.

Seleksi Fenotip Berulang (Phenotypic Recurrent Selection)

Seleksi fenotip berulang adalah seleksi dari generasi ke generasi dengan diselingi oleh persilangan antara tanaman-tanaman terseleksi agar terjadi rekombinasi. Sparague and Brimhall (1952) telah menggunakan prosedur seleksi ini dalam menaikkan kadar minyak yang tinggi pada varietas jagung ”Stiff Stalk Synthetic”. Langkah-langkah pelaksanaan seleksi fenotip berulang adalah:

Musim I : Tanam ±100 tanaman S0 dan dilakukan persilangan sendiri

Page 33: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx

(selfing) bijinya diuji kandungan minyaknya.

Musim II : Seleksi 10% tongkol S1 dengan persentase minyak tertinggi ditanam satu tongkol satu baris dan saling silang (Intercrossing). Biji-biji dengan jumlah yang sama dari tiap tongkol dicampur untuk diseleksi pada generasi berikutnya.

Seleksi Berulang untuk Daya gabung Umum (Recurrent Selection for General Combining Ability)

Seleksi ini awalnya disarankan oleh Jenkins dengan anggapan bahwa daya gabung dapat ditentukan sejak dini. Prosedur seleksi sebagai berikut:

Musim I : Tanam populasi dasar dan pilih tanaman-tanaman yang mempunyai karakter yang diinginkan. Lakukan persilangan sendiri (selfing) tanaman terpilih tersebut untuk memperoleh galur S1. Saat panen hanya dipilih tanaman-tanaman yang masih menunjukkan karakter yang diinginkan.

Musim II: Sebagian benih S1 digunakan untuk membuat persilangan antara galur S1 dengan populasi asal. Populasi itu sendiri digunakan sebagai tetua penguji. Sisa benih S1 disimpan untuk digunakan dalam rekombinasi.

Musim III: Evaluasi famili saudara tiri (silang puncak) yang diperoleh pada musim kedua. Evaluasi dalam rancangan acak kelompok atau rancangan latis umum (generalized lattice) dengan 2 – 4 ulangan pada 1 – 3 lokasi. Berdasarkan evaluasi ini pilih famili superior.

Musim IV: Rekombinasi famili terpilih dengan menggunakan biji S1 hasil pada musim pertama dengan cara perbandingan jantan betina untuk membentuk populasi baru.

Musim V: Tanam populasi hasil rekombinasi pada musim 4 dan buat persilangan sendiri seperti ada musim I untuk daur kedua.

Seleksi Silang Balik (Backcross)

Prosedur seleksi ini digunakan untuk memperbaiki galur yang sudah ada tetapi perlu ditambah karakter yang lain seperti ketahanan terhadap hama penyakit. Galur yang hendak diperbaiki yaitu tetua pengulang (recurrent parent) karakter-karakternya tetap dipertahankan kecuali karakter yang hendak diintrogressikan dari tetua donor. Galur A (tetua pengulang) disilangkan dengan galur donor X, selanjutnya F1 atau F2 disilangkan kembali dengan galur A. Dengan beberapa silang balik dengan galur A akan diperoleh galur A’ yang karakternya sama dengan galur tetapi mengandung gen yang diinginkan yang berasal dari galur X. Dalam silang balik harus jelas karakter yang diinginkan sehingga dapat diikuti selama proses seleksi. Pada tanaman F1 mengandung 50% gen-gen galur A, silang balik 1 (BC1) peluangnya 75%, bc2 meningkat menjadi 87,5%, bc3 peluangnya menjadi 93,75% dan bc4 meningkat peluangnya

Page 34: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx

menjadi 96,875%. Namun harus diikuti daya gabungnya jangan sampai berubah dari galur pasangannya dalam pembuatan hibrida.

Gambar 2. Metode penyerbukan silang tanaman jagung

Daftar Pustaka

Alexander,D.E. dan Creech. 1977. Breeding special nutritional and industrial types. In Corn and Corn Improvement. The American Society of Agronomy Inc.

Hallauer, A. R. and J.B. Miranda Fo. 1981. Quantitative genetics in Maize Breeding. Iowa State Univ. Press, Ames.

Nugraha, U.S., Subandi, A. Hasanuddin dan Subandi. 2002. Perkembangan teknologi budidaya dan industri benih jagung. Dalam: Kasryno et al., (eds.) Ekonomi Jagung Indonesia. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Deptan. P. 37-72.

Pingali, P. 2001. World Maize Facts and Trends. Meeting World Maize Needs: Technological Opportunities and Priorities for the Public Sector 1999/2000. Mexico, D.F. : CIMMYT.

Subandi, M. Ibrahim, dan A. Blumenshein. 1988. Koordinasi Program Penelitian Nasional : JAGUNG. Puslitbangtan, Bogor.

Moentono, M.D. 1988. Pembentukan dan produksi benih varietas hibrida. Jagung. Pustlitbangtan, Bogor.

Zuber, M.S., W.H. Skrdla, and B.H. Choe. 1975. Survey of maize selections for endosperm lysine content. Crop Sci. 15: 93-94.

Page 35: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx

Vasal, S.K. 2000. The Quality Protein Maize story. Food and Nutrition Bulletin. 21 ( 4): 445-450.

Mertz ET., L.S. Bates, and O.E. Nelson. 1964. Mutant gene that changes protein composition and increases lysine content of maize endosperm. Science 145: 279-280.

Nelson, O.E., E.T. Mertz, and L.S. Bates. 1965. Second mutant gene affecting the amino acid pattern of maize endosperm proteins. Science. 150: 1469-1470.

Purseglove. 1992. Tropicals Crops, Monocotyledons. Longmann. London.

Gardner, E.J. and D.P. Snusta. 1981. Principles of Genetic. Six Edition. John Wiley and Sons. New York.

Dahlan, M.M., 1994. Pemuliaan tanaman. Diktat Bahan Kuliah Pemuliaan Tanaman. Fakultas pertanian. Universitas Putra Bangsa Surabaya. 95p. 

Teknik Persilangan

I. PENDAHULUANI.1. Tujuan PraktikumAdapun tujuan praktikum pada acara ini adalah:a. Mempelajari taknik persilangan pada tanamann menyerbuk sendiri dan tanaman menyerbuk silang.b. Menhitung persentasi keberhasilan persilangan.I.2. Latar BelakangSalah satu upaya yang perli kita lakukan untuk meningkatkan hasil pertanian adalah dengan penggunaan bibit unggul. Sifat bibit unggul pada tanaman dapat timbul secara alami karena adanya seleksi alam dan dapat juga timbul karena adanya campur tangan manusia melalui kegiatan pemuliaan tanaman.Pemuliaan tanaman pada dasarnya adalah kegiatan memilih atau menyeleksi dari suatu populasi untuk mendapatkan genotipe tanaman yang memiliki sifat-sifat unggul yang selanjutnya akan dikembangkan dan diperbanyak sebagai benih atau bibit unggul. Namun demikian, kegiatan seleksi tersebut seringkali tidak dapat langsung diterapkan, karena sifat-sifat keunggulan yang dimaksud tidak seluruhnya terdapat pada satu genotipe saja, melainkan terpisah pada genotipe yang lainnya. Misalnya, suatu genotipe mempunyai daya hasil yang tinggi tapi rentan terhadap penyakit, sedangkan genotipe lainnya memiliki sifat-sifat lainnya (sebaliknya). Jika seleksi diterapkan secara langsung maka kedua sifat unggul tersebut akan selalu terpisah pada genotipe yang berbeda. Oleh sebab itu untuk mendapatkan genotipe yang baru yang memiliki kedua sifat unggul tersebut perlu dilakukan penggabungan melalui rekombinasi gen.Persilangan merupakan salah satu cara untuk menghasilkan rekombinasi gen. Secara teknis, persilangan dilakukan dengan cara memindahklan tepung sari kekepala putik pada tanaman yang diinginkan sebagai tetua, baik pada tanaman yang menyerbuk sendiri (self polination crop) maupun pada tanaman yang menmyerbuk silang (cross polination crop).Keberhasilan persilangan sangat ditentukan oleh pemulia tanaman mengenai tehnik

Page 36: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx

persilangan itu sendiri maupun pada pengetahuan akan bunga, misalnya:*. Stuktur bunga.*. Waktu berbunga.*. Saat bunga mekar.*. Kapan bunga betina siap menerima bunga jantan (tepung sari).*. Tipe penyerbukan.

II. TINJAUAN PUSTAKAReproduksi merupakan kemampuan mahluk hidup untuk memperbanyak diri. Reproduksi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu reproduksi seksual (reproduksi melalui peleburan gamet tetua) dan reproduksi aseksual (reproduksi tanpa peleburan gamet tetua).Penyerbukan adalah jatuhnya serbuk sari kekepala putik. Sedangkan pembuahan adalah bergabungnya gamet jantan dan gamet betina. (Anonim, …). Kriteria klasifikasi yang dipergunakan hanya berdasarkan tingkat penyerbkan sendiri dan penyerbukan silang. Polonasi sendiri sudah barang tentu hanya merupakan salah satu system perbanyakan tanaman dan hanya sebagai salah satu jalan dimana populasi dapat dikawinkan. Didalam group penyerbukan silang jumlah persilangan dari luar adalah sangat penting karena ia memepengaruhi dalam kontaminasi stok pemuliaan. Ada perbedaan yang besar antara jumlah persilangan dengan luar didalam species dari suatu kelompok. Jumlah persilangan dari varietas yang diberikan juga dipengaruhi oleh keadaan lingkungan yang berubah. (R.W. Allard, 1992)Penyerbukan dapat dibedan atas dua cara yaitu:1. Penyerbukan sendiriPenyerbukan sendiri adalah jatuhnya serbuk sari dari anter ke stigma pada bunga yang sama atau stigma dari bunga yang lain pada tanaman yang sama atau klon yang sama. Prinsipyang memungkinkan terjadinya penyerbukan penyerbukan sendiri adalah kleistogami yaitu pada waktu terjadi penyerbukan bunga yang belum mekar atau tidak terbuka, misalnya pada kedelai, padi, tembakau dan lain-lain. Jumlah penyerbukan silang yang munkin terjadi pada 5tanaman-tanaman tersebut berkisar antara 0% sampai 4 atau 5%.Terjadinya penyerbukan sendiri disababkan oleh :a. Bunga tidak membuka.b. Serbuk sari sudah matang dan jatuh sebelum bunga terbuka.c. Stigma dan stamen tersembunyi oleh organ bung yang sudah terbuka.d. Stigma memanjang melalui tabung staminal segera sesudah anter membuka.e. Bunga matang serempak.Penyerbukan diawali oleh pembungaan proses ini disebut anthesis.(Anonim, …)Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan pada kegiatan persilangan buatan, yaitu:1. Periode bunga tertua jantan dan betinaPengaturan waktu tanam yang perlu dilakukan sedemikian rupa sehingga saat keluarnya bunga hampir serentak antara kedua tetua yang disilangkan.

2. Waktu emaskulasi dan persilangan. (M. Nasir, 2001)Metode pemuliaan yang terbukti telah berhasil terhadap species perbanyakan sendiri berada pada kategori sebagai berikut :1. Seleksi galur murniSeleksi ini digunakan untk memilih varietas baru dari varietas yang dahulu telah melewati petani dari generasi ke generasi. Sebagian besar tanaman diseleksi dari varietas tersebut dan dapat diharapkan bersifat homozigot dan inilah titik awal dari perkembangan pemuliaan.2. Seleksi massalSeleksi ini berbeda dengan seleksi galur murni dalanjumlah tanaman dimana tidak hanya

Page 37: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx

sebatang yang diseleksi untuk mendapatkan varietas baru. Varietas yang dikembangkan dengan cara ini mencakup beberapa genotipe yang lebih banyak dibandingkan populasi induknya.

3. Metode hibridisasi, dengan pemisahan secara :3a. Metode catatan terhadap galur asal usulMetode silsilah digunakan secara luas oleh pemuliaan tanaman saat ini. Ia menurunkan namanya dari catatan yang disimpan oleh pendahulunya. Seleksi ini keungulanya didasarkan pada keadaan fisik dan sifat yang lain dari individu.3.b. Metode curahMetode ini digunakan jika seleksi buatan dilakukan selama perbanyakan massal, pemilihan iini biasanya didasarkan atas tabiat dari individu tanaman.3.c. Metode persilangan kembaliDalam metode ini diulang manjadi induk yang dikehendaki selama seleksi di kerjakan terhadap sifat karakteristik yang sedangdipindahkan dari dari satu donor induknya.(R.W. Allard, 1992)

2. Penyerbukan silangPenyerbukan silang adalah jatuhnya serbuk sari dari anter ke stigma bunga yang berbeda. Contoh dari persilangan ini adalah ubi kayu, alfalfa, jagung, padi liar ,dan lain-lain.Terjadinya penyerbukan silang disebabkan oleh:a. Gangguan mekanis terhadap penyerbukan sendiri.b. Perbedaan periode matang sebuk sari dan kepala putik.c. Sterilitas dan inkompatibilitasd. Adanya bunga monocious dan diocious.Jagung adalah tipe monocious, staminate terdapat diujung batang dan pistilate pada batang. Serbuk sari mudah diterbangkan angin sehingga penyerbukan lebih dominan meskipun penyerbukan sendiri bisa terjadi 5% atau lebih. (Anonim,…)Ada perbedaan besar dalam hal penyerbukan pengontrolan polinasi silang dan juga kemudahan pengontrolan polinasi silang oleh pemulia tanaman. Beberapa species mempunyai sifat tidak serasi dan dapat dikawinkan tanpa adanya kesulitan terhadap sifat yang tidak cocok.

Metode penting yang sesuai dengan penyerbukan silang antara lain:1. Seleksi massalSeleksi ini merupakan cara yang penting dalam pengembanan macam-macamvarietas yang disilangkan.Dalam seleksi ini jumlah yang dipilih banyak untuk memperbanyak generasi berikutnya .2. Pemuliaan persilangan kembaliMetode ini digunakan dengan species persilangan luar yang nilainya sama baiknya dengan species yang berpolinasi sendiri.3. Hibridisasi dari galur yang dikawinkanVarietas hibrida tergantung dari keunggulan keragamanyang mencirikan hibrid F1 diantara genotipe tertentu.Tipe genotipe yantg disilangkan melahirkan galur-galur, klon, strain, dan varietas.4. Seleksi berulangSeleksi yang diulang, genotip[e yang diinginkan dipilih dari genotipe ini atau turunan sejenisnya disilangkan dengan luar semua kombinasi yang menghasilkan populasi untuk disilangkan.5. Pengembangan varietas buatan. (R. W. Allard, 1992).

Page 38: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx

III. BAHAN DAN METODE.III.1. BAHAN DAN ALATAdapun bahan yang kami gunakan pada acara praktikum ini adalah:

a. Benih kedelaib. Benih cabaic. Pupuk jagungd. Pupuk kandange. Pupuk NPKf. Pestisida

Adapun alat yang kami gunakan selama praktikum ini adalah:

a. Pinsetb. Guntingc. Kaca pembesard. Kertas labele. Benangf. Spidol permaneng. Kantong kertas 40 x 50h. Klipi. Staples

III.2. METODE PELAKSANAANA. Tanaman Menyerbuk Sendiri (Kedelai)A.1. Pelaksanaan Tanam1. Menyiapkan lahan petakan ukuran 1,6 x 2 m untuk setiap mahasiswa.2. Memberi pupuk kandang pada lahan sekitar 5 kg untuk setiap petakan3. Membuat jarak tanam kedelai 40 x 20 cm, sehingga setiap petak terdapat 4 baris, 10 tanaman per baris, 2 baris tanaman ditengah untuk pengamatan keragaman genotipe, 2 baris tanaman pinggir untuk persilangan.4. Menugal tanah yang telah disiapkan dengan jkarak tanam tersebut. Benih dimasukkan 2 biji perlubang dan diberi furadan 3 G +/- 10 butir sebelumnya.5. Lebih kurang 5 cn dari lubang tanam, buat alur pupul urea, SP 36,dan KCl.6. Memberikan urea 2 gr/tanaman, SP 36 3 gr/tanaman, dan KCl 3 gr/ tanaman, pemupukan urea diulang pada saat 4 mst dengan dosis 2 gr/ tanaman.7. Jika ada gejala serangan hama dan penyakit lakukan pengendalian.8. Melakuakn penyiraman setiap hari, jika tidak turun hujan.A.2. Pelaksanaan PersilanganSetelah berumur 4 minggu setelah tanam sudah mulai berbunga, penyilangan dapat dil;akukan setiap hari pada pukul 07.30 – 10.00 WIB.1. Memilih bunga yang diperkirakan mekar esok harinya dengan ciri-ciri kuncup bunga membengkak dan corolla mulai kelihatan muncul sedikit pada kelopaknya. Kelopak bunga dibuang dengan pinset. Kemudian buang bunga mahkota dengan cara menarik perlahan – lahan mahkota (sepal). Sampai kelima sepal habis.2. Membuang seluruh stamen dengan menggunakan pinset sehingga hanya tertinggal kepala putik.3. Memilih bunga yang mekar sebagai sumber serbuk sari (pejantan), lalu buka mahkotanya dan ambil anter yang sudah siap untuk diserbukkan kekepala putik atau stigma.4. Melakukan pemindahan serbuk sari kekepala putik.

Page 39: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx

5. Setelah menyilangkan diberi label yang neggantung pada tangkai atau cabang bunga tersebut dengan menulis tetua yang disilangkan (betina dan jantan), tanggal persilangan, nama penyilang (pemulia).6. Apabila kira-kira satu minggu bunga yang disilangkan masih segar dan hijau berarti hibridisasi berhasil.

B. TANAMAN MENYERBUK SILANG (JAGUNG)A.1. PELAKSANAAN TANAM1. Menyiapkan lahan petakan ukuran 1,6 x 2 m untuk setiap mahasiswa.2. Memberi pupuk kandang pada lahan sekitar 5 kg untuk setiap petakan.3. Jarak tanam jagung 80 x 20 cm, sehingga setiap petakan terdapat 2 baris, setiap baris 10 tanaman, masing-masing baris dengan varietas berbeda.4. Menugal tanah yang telah disiapkan dengan jarak tanam tersebut. Benih dimasukkan 2 biji per lubang dan diberi furadan 3 G +/- 10 butir sebelumnya.5. Lebih kurang 5 cn dari lubang tanam, buat alur pupul urea, SP 36,dan KCl.6. Memberikan urea 2 gr/tanaman, SP 36 3 gr/tanaman, dan KCl 3 gr/ tanaman, pemupukan urea diulang pada saat 4 mst dengan dosis 2 gr/ tanaman.7. Jika ada gejala serangan hama dan penyakit lakukan pengendalian.8. Melakuakn penyiraman setiap hari, jika tidak turun hujan.

B.2. PELAKSANAAN PERSILANGAN JAGUNGSetelah berumur 5 mst,bunga jantan mulai keluar, penutupan bunga yang dilakukan setiap hari.1. Memilih bunga betina (tongkol) yang akan diserbuki sebelum rambut pada ujung tongkol keluar, dibungkus dengan kantong kertas yang sudah disiapkan.2. Memilih tanaman yang akan dipakai sebagai pejantan (sumber serbuk sari) dengan tanda-tanda bunga jantan sudah mekar, kemudian bungkus bunga jantan tersebut sampai rapatdengan kantong kertas, jangan sampai serbuk sari jatuh beterbangan3. Setelah satu atau dua hari bunga jantan tersebut telah siap untuk disilangkan. Untuk memastikan dipeolehnya tepung sari yang cukup, maka tepuklah bunga jantan yang terbungkus tersebut.4. Ap[abila bunga betina yang dipilih telah siap diserbuki, yaitu pada tongkolyang telah keluar rambut diujungnya, maka persilangan telah siap dilaksanakan.5. Persilangan dilakukan dengan cara memindahkanbunga jantan (serbuk sari) ke bunga betina(putik) dengan meletakkan serbuk sari pada rambut tongkol.6. Menutup kembali tongkol yang telah disebuki. Tulis dan gantungkan label persilangan pada tongkol tersebut.

C. PENGAMATANPengamatan dilakukan pada saat panen, pada kedelai ditandai dengan perubahan warna polong dari hijau menjadi kecoklatan, peubah yang diamati sebagai berikut:1. Persentase keberhasilan persilangan dihitung dengan: jumlah bunga yang berhasil disilangkan dibagi jumlah polong bunga yang disilangkan dikali 100%.2. Jumlah biji per polong

Pengamatan tanaman jagung dilakukan saat panen meliputi:1. Jumlah tongkol yang jadi (buah)2. Panjang tongkol (cm), diukur setelah tongkol dikupas.3. Diameter tongkol (cm), diukur pada bagian tengah tongkol.4. Jumlah biji per tongkol

Page 40: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx

IV. HASIL DAN PEMBAHASANIV. 1. HASIL PERCOBAANA. Tingkat Keberhasilan Persilangan Tanaman JagungNo Tetua Persilangan Jml bunga yg disilangkan Jml persilangan yg menghasilakan polong Persentase keberhasilan1 Bisi2xpioner 5 4 80%Pioner x bisi 2 4 2 50%

B. Tingkat Keberhasilan Persilangan Kanaman KedelaiNo. Tetua Persilangan Jml bunga yg disilangkan Jml persilangan yg menghasilakan polong Persentase keberhasilan Jml biji per polong1 Var.Kipas putih x Kipas putih 6 4 66,6%22 Var.Kipas putih x Var.Unib 5 2 40%3 Var. Unibx Var. Kipas putih 3 1 33%

V.2. PembahasanPada pembahasan ini kami akan menguraikan hasil percobaan kami menjadi dua (2) bagian yaitu:1. persilangan kedelai (persilangan sendiri)Dari hasil persilangan yang kami lakukan pada tanaman kedelai, ternyata persen keberhasilan yang didapat adalah sebesar nilai yang tertera dalam tabel, dimana, untuk persilangan antara kedelai varietas kipas putih dengan kedelai varietas kipas putih didapatkan persentase keberhasilan sebesar 66,6% dimana jumlah biji perpolong antara 1-2 biji kedelai. Untuk persilangan antara kedelai varietas Kipas Putih dengan kedelai varietas Unib, didapatkan persentase keberhasilan sebesar 40% dimana jumlah biji perpolong juga antara 1-2 biji kedelai. untuk persilangan antara kedelai varietas Unib dengan kedelai varietas Kipas putih didapatkan persentase keberhasilan sebesar 33% dimana jumlah biji perpolong juga antara 1-2 biji kedelai.Hasil persilangan tersebut kemungkinan tidak 100% dihasilkan dari persilangan silang. Hal ini disebabkan oleh adanya kesalahan penerimaan informasi, yaitu bunga yang kami silangkan ternyata telah hampir mekar sehingga kemungkinan ada serbuk sari yang sudah jatuh pada stigma dan telah terjadi pembuahan. Namun tidak semua hasil silang tersebut berasal dari bunga yang hampir mekar, namun ada juga bunga yang disilangkan tersebut berasal dari bunga yang disilangkan sewaktu kuncup dan hampir mekar.Sebenarnya cukup banyak bunga yang kami silangkan yaitu sekitar 14 bunga. Namun dari sebanyak itu hanya 7 bunga yang jadi dan sisanya tidak jadi, atau tingkat keberhasilan adalah sekitar 50% , memang pada awalnya bunga itu telah hampir jadi pentil/buah polong. Namun setelah beberapa hari kemudian bakal polong tersebut tidak berhasil menjadi polong melainkan gugur. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh kondisi lingkungan yang tidak mendukung misalnya pada saat persilangan ada banyak turun hujan, akibatnya banyak pentil/polong kedelai yang gugur karena kadar air yang banyak, kemungkinan ada juga pengaruh penyakit, sebab pada saat persilangan ada juga miselia-miselia jamur. Namun kondisi itu tidak berlangsung lama, karena pada saat itu kondisi cuaca mudah berubah-ubah.Mungkin juga bisa disebabkan karena tiap varietas kedelai juga memiliki tingkat jadinya penyerbukan yang berbeda-beda, dan kecocokan dalam persilangan, hal ini terlihat ada Ada kegagalan yang begitu besar dari penyerbukan silang ini, mungkin lebih disebabkan oleh pengaruh tingkat ketelitian oleh pemulia sendiri, sebab struktur bunga yang begitu kecil dan kondisi lingkungan yang tidak stabil serta adanya faktor dalam misalnya perbedaan tingkat persilangan antara varietas yang berbeda.

Page 41: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx

2. Persilangan pada jagung

Pada tanaman jagung keberhasilan persilangan keseluruhan didapatkan sebesar 66.67% dari 9 kali persilangan yang dilakukan. Yaitu bpada ntanaman jagung bisi 2 yang disilangkan dengan pioner menghasilkan sekitar 80 % tingkat keberhasilan dari 5 kali persilangan. Dan pada tanaman pioner yang disilangkan dengan bisi 2 menghasilkan sekitar 66.67% dari 6 kali persilangan.

Hasil persilangan jagung terlihat jumlah biji yang dihasilkan tidak rata atau tongkol yang bernas sedikit, hal ini menunjukkan serbuk sari pejantannya sedikit yang berhasil membuahi putik. Hal ini disebabkan oleh kesalahan pemulia dan faktor lingkungan yang mempengaruhi.Dan dari yang praktikan ketahui tentang persilangan jagung dengan varietas berbeda maka biasanya tongkolnya tidak akan berbentuk atau berbiji sempurna Mengapa tongkol yang disilangkan tidak berbiji sempurna dan mengapa tongkol tumbuh tidak besar dan panjang? praktikan kira ada beberapa hal yang berpengaruh terhadap perbedaan tersebut, antara lain:a. Akibat dari persilangan, artinya akibat adanya persilangan maka tongkol tidak dapat menghasilkan biji dengan sempurna. Hal ini terjadi karena pada saat penyerbukan belum semua rambut jagung (stigma) keluar sehingga sewaktu penyerbukan ada stigma yang tidak kena tepung sari.b. Pengaruh organisme hidup, hal ini bisa terjadi karena pada saat penyerbukan banyak sekali semut yang bersarang pada tongkol dan anter yang dibngkus oleh penutup.c. Pengaruh iklin , sebab pada saat penyerbukan, kondisi cuaca tidak baik (ada hujan dan angin) sehingga ada kemungkinan tepung sari jatuh dan tidak sampai ke ovule karena tebawa air atau angin.d. Kurangnya unsur hara, hal ini terjadi sebab kondisi yang kurang baik, mungkin tanaman ini kekurangan unsur Phosfor untuk pengisian biji jagung.

V. KESIMPULANAda beberapa hal yang perlu kami simpulkan disini antara lain:1. Setiap tumbuhan memiliki tehnik persilangan yang tidak sama.2. Tehnik persilangan menyerbuk sendiri dilakukan pada tanaman yang dapat melakukan penyerbukan dalam satu bunga.3. Tehnik persilangan menyerbuk sendiri dilakukan pada tanaman yang dapat melakukan penyerbukan pada bunga lain.4. Banyak hal yang mempengaruhi pada tanaman menyerbuk sendiri antara lain kondisi lingkungan, stuktur bunga, jenis varietas dan ketelitian si pemulia.5. Demikian pula pada tanaman yang menyerbuk silang, ada beberapa faktor yang juga berpengaruh pada persilangannya, antara lain pengaruh organisme hidup, iklim dan keterampilan pemulia.6. Persilangan pada tanaman menyerbuk silang lebih mudah dilakukan dari tanaman yang menyerbuk sendiri.7. Tingkat keberhasilan pada tanaman yang menyerbuk silang ternyata lebih besar dari tanaman yang menyerbuk sendiri.

 Jagung (Zea mays ssp. mays) adalah salah satu tanaman pangan penghasil karbohidrat yang terpenting di dunia, selain gandum dan padi. Bagi penduduk Amerika Tengah dan Selatan, bulir jagung adalah pangan pokok, sebagaimana bagi sebagian penduduk Afrika dan beberapa daerah di Indonesia. Di masa kini, jagung juga sudah menjadi komponen penting pakan ternak. Penggunaan lainnya adalah sebagai sumber minyak pangan dan bahan dasar tepung

Page 42: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx

maizena. Berbagai produk turunan hasil jagung menjadi bahan baku berbagai produk industri. Beberapa di antaranya adalah bioenergi, industri kimia, kosmetika, dan farmasi.

Dari sisi botani dan agronomi, jagung merupakan tanaman model yang menarik[1][2], khususnya di bidang genetika, fisiologi, dan pemupukan. Sejak awal abad ke-20, tanaman ini menjadi objek penelitian genetika yang intensif. Secara fisiologi, tanaman ini tergolong tanaman C4 sehingga sangat efisien memanfaatkan sinar matahari. Sebagian jagung juga merupakan tanaman hari pendek yang pembungaannya terjadi jika mendapat penyinaran di bawah panjang penyinaran matahari tertentu, biasanya 12,5 jam[3]

   Statistik dan Informasi Tahun 2009 Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian  1 A. Perkembangan Ekspor Impor Nasional (Volume(ton) dan Nilai (000 US$)) 1. Perkembangan Ekspor Impor Nasional Komoditi Tanaman Pangan Volume Ekspor Beberapa Komoditas Tanaman Pangan Indonesia, 2004 - 2008 (Ton) No. Komoditas Tahun Pertbhn 2008 2004 2005 2006 2007 2008 Thd 2007 (%) 1 Beras 904 42,286 959 1,604 865 -46.04 2 Beras Olahan 3,588 2,628 218 2,555 356 -86.06 3 Gandum 13,423 13,406 16,121 73,834 39,549 -46.44 4 Gandum Olahan 563,493 558,647 610,384 551,972 461,147 -16.45 5 Jagung 32,679 54,009 28,074 101,739 107,001 5.17 6 Jagung Olahan 18,800 8,739 1,091 312 1,168 274.47 7 Kacang Tanah Segar 8,118 5,102 2,520 5,363 8,196 52.83 8 Kacang Tanah Olahan 1,932 9,112 9,273 4,324 2,438 -43.61 9 Kedelai Segar 1,300 876 1,732 2,389 1,775 -25.70 10 Kedelai Olahan 17,080 8,276 7,057 7,334 7,239 -1.30 11 Ubi Jalar Segar 11,822 11,113 11,216 8,389 8,443 0.64 12 Ubi Kayu Segar 234,169 229,789 132,005 209,669 129,696 -38.14 13 Ubi Kayu Olahan 214,427 82,851 7,091 22,897 36,990 61.55 14 Tananam Pangan Lainnya 48,511 96,597 33,477 7,079 7,466 5.47 Jumlah 1,170,247 1,123,431 861,219 999,460 812,330 -18.72 Sumber : BPS diolah Pusdatin Keterangan : Tahun 2007 menggunakan kode HS 10 digit, tahun-tahun sebelumnya menggunakan kode HS 9 digit Nilai Ekspor Beberapa Komoditas Tanaman Pangan Indonesia, 2004 - 2008 (US$ 000) No. Komoditas Tahun Pert 08 2004 2005 2006 2007 2008 Thd 07 (%) 1 Beras 457 8,658 531 466 858 84.17 2 Beras Olahan 1,006 430 94 75 77 2.49 3 Gandum 3,294 2,972 3,315 13,730 17,841 29.94 4 Gandum Olahan 163,825 174,923 184,486 190,227 234,132 23.08 5 Jagung 9,074 9,048 4,306 18,503 28,906 56.22 6 Jagung Olahan 4,672 2,846 369 123 419 240.34 7 Kacang Tanah Segar 5,352 3,298 2,579 4,569 8,994 96.84 8 Kacang Tanah Olahan 2,304 7,494 8,164 4,957 5,077 2.41 9 Kedelai Segar 501 485 2,891 2,466 1,594 -35.37 10 Kedelai Olahan 6,202 6,080 5,515 6,147 6,658 8.32 11 Ubi Jalar Segar 5,209 4,581 6,259 6,197 6,594 6.41 12 Ubi Kayu Segar 20,400 25,441 14,836 6,197 20,770 235.17 13 Ubi Kayu Olahan 36,946 15,588 1,847 7,991 15,101 88.98 14 Tananam Pangan Lainnya 15,256 24,900 28,962 27,401 1,893 -93.09 Jumlah 274,497 286,744 264,155 289,049 348,914 20.71 Sumber : BPS diolah Pusdatin Keterangan : Tahun 2007 menggunakan kode HS 10 digit, tahun-tahun sebelumnya menggunakan kode HS 9 digit

Page 43: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx

2008:Jagung pada 2008 telah tercapai swasembada dengan produksi 16,32 juta ton.

2009: target produksi ditargetkan mencapai 17,04 juta ton.2010: target produksi menjadi 19,8 juta ton. Total produksi tercapai sebesar 18.327 ribu ton, produktivitas 44,35 ku/ha, dan luas panen 4,13 juta hektar.

2011: Berdasarkan Angka Ramalan III BPS produksi jagung tahun 2011 mencapai 17.230 ribu ton pipilan kering atau 1.097 ribu ton (5,99%) lebih rendah dari produksi tahun 2010. Produktivitas jagung ratarata nasional sebesar 44,52 ku/ha. Luas panen 3,87 juta hektar. Luas panen menurun dari tahun 2010.

Lalu, menurut angka ATAP, produksi sebesar 17,64 juta ton pipilan kering atau turun sebesar 684,39 ribu ton (3,73 persen) dibandingkan 2010. 2012: menurut ARAM I diperkirakan produksi tahun 2012 sebesar 18,95 juta ton pipilan kering atau naik sebesar 1,30 juta ton (7,38 persen) dibandingkan 2011. Kenaikan produksi tersebut terjadi karena adanya perkiraan peningkatan luas panen seluas 132,78 ribu hektar (3,44 persen) dan produktivitas sebesar 1,74 kuintal/hektar (3,81 persen). Pada tahun 2011 ini produksi jagung AS diperkirakan hanya 10,8 miliar gantang. Angka ini terendah sejak tahun 2006.Perkiraan baru ini juga turun 17 persen daripada perkiraan bulan lalu sebesar 13 miliar gantang.Menurut perhitungan USDA, harga jagung akan melonjak hingga 8,90 dollar AS (Rp 84.327) per gantang dari harga Juli yang sebelumnya hanya diproyeksikan 6,40 dollar AS (Rp 60.640). Satu gantang jagung setara dengan 31,5 kilogram.

B. Jagung Harga jagung di Indonesia bersifat fluktuatif dengan adanya pengaruh dari harga jagung di pasar internasional. Penggunaan jagung sebagai pakan ternak di Indonesia memaksa perlu adanya impor jagung. Saat ini pasar jagung di dunia internasional cenderung mengalami penurunan volume sehingga dipastikan adanya kenaikan harga (Kariyasa dan Sinaga, 2004) di pasar internasional. Penggunaan bahan baku jagung sebagai bahan energi ikut mempengaruhi harga jagung di pasar internasional. Akibat dari impor jagung yang besar di Indonesia maka harga komoditas akan mengikuti sifat harga di pasar internasional. Tabel Rata-Rata Harga Jagung Nasional 2005-2009 (Rp/kg) Tahun Harga Komoditas Jagung 2005 850 2006 926 2007 1153 2008 1748 2009 1330 Sumber:BAPPEBTI.go.id Rata- Rata Harga Komoditas Jagung Nasional 2005-2009 Harga 2000 1800 1600 1400 1200 1000 Harga Komoditas Jagung 800 600 400 200 0 2005 2006 2007 2008 2009 Tahun

Indonesia bukan negara penghasil komoditas jagung terbesar di dunia. Pasar jagung dikuasai oleh dua negara adikuasa, Amerika Serikat dan China.

Dua negara ini mampu mengekspor jagung setelah berhasil dalam mendorong produksi yang tinggi dan mampu memenuhi kebutuhan dalam negerinya. AS mengolah 79,3 juta hektar lahan untuk tanaman jagung. China menanam jagung di atas lahan seluas 74,3 juta hektar.

Dalam kurun waktu lima tahun terakhir, sekitar 60 persen dari total 786 juta ton produksi jagung dunia dihasilkan oleh AS dan China. Dalam periode yang sama, ekspor jagung AS rata-rata mencapai 52 juta ton per tahun. Ekspor jagung di AS sudah dimulai tahun 1989-1990. China pun sudah mengalami ekspor jagung yang tinggi tahun 2002, dengan volume mencapai 15,2 juta ton.

Kedua negara ini mampu memanfaatkan produksi jagung untuk pengembangan perekonomiannya. AS dan China memanfaatkan paling tidak 6 juta ton produksi jagung mereka untuk keperluan industri pakan ternak. Sebagian besar sisanya untuk pengembangan bahan bakar nabati etanol. Tahun lalu, AS dan China merupakan negara yang masuk dalam lima besar negara produsen terbesar etanol dunia.

Page 44: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx

Keberhasilan AS dan China mengembangkan komoditas jagung mereka tidak lepas dari catatan sejarah yang cukup panjang dan alokasi lahan yang luar biasa luas. Kondisi ini sangat berbeda dengan Indonesia.

Meski produksi jagung Indonesia terus meningkat dalam beberapa tahun terakhir dan ada sedikit ekspor, kita melakukan impor jagung dalam waktu bersamaan. Data Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA) menyebutkan, antara tahun 2005 dan 2011 Indonesia mengimpor jagung sedikitnya 1 juta ton per tahun. Impor jagung lebih banyak digunakan untuk kebutuhan pakan ternak.

Pada era 1990-an, produksi jagung Indonesia baru sekitar 8,2 juta ton. Jumlah itu masih terbatas untuk mencukupi konsumsi langsung di dalam negeri. Baru pada tahun 2000, Indonesia mengekspor jagung hingga 3 juta ton. Namun, jumlah ekspor itu pun menurun pada tahun-tahun berikutnya.

Data USDA mencatat, luasan lahan jagung Indonesia dalam lima tahun terakhir sekitar 7,7 juta hektar. Sempitnya lahan jagung dalam negeri juga diikuti dengan produktivitasnya yang rendah. China dan AS sudah berbicara produktivitas jagung pada kisaran 8 ton per hektar. Sementara produktivitas jagung Indonesia hanya sekitar 3,7 ton per hektar.

Setidaknya ada dua hal yang menjadi penyebab Indonesia tertinggal jauh dari AS dan China dalam mengembangkan komoditas jagung.

Pertama, komoditas jagung belum menjadi komoditas utama untuk dikembangkan. Sistem pola tanam jagung bergantian dengan tanaman padi. Petani akan menanam jagung jika mereka memiliki waktu, biaya, dan tenaga yang lebih setelah mereka menanam padi. Data Badan Pusat Statistik menunjukkan, separuh dari total areal produksi jagung 3,87 juta hektar di Pulau Jawa menggunakan pola sistem tanam bergantian ini.

Kedua, sistem manajemen stok jagung kita juga belum tertata. Kemampuan petani dalam pengadaan sarana produksi juga disertai penerapan teknologi budi daya masih rendah. Demikian pula dalam penanganan pascapanen yang berpengaruh pada kualitas jagung, penyimpanan, hingga pemasaran.

Kendala pola tanam, keterbatasan lahan dan produktivitas, hingga lemahnya pengelolaan pascaproduksi inilah yang berujung pada lemahnya pengembangan komoditas jagung nasional. (BIMA BASKARA/ Litbang Kompas)(Sumber: Kompas.com 25 Mei 2012)

Wacana mengenai perubahan iklim merupakan bagian dari isu lingkungan hidup yang menjadi isu global sejak periode 1980-an. Kecepatan pembangunan ekonomi dan kemajuan teknologi telah melahirkan lingkungan buatan manusia, seperti kota dan industri. Pertimbangan ekonomi untuk mengejar kebutuhan manusia yang tumbuh secara eksponential dengan menggunakan bantuan teknologi dan zat kimia telah menyebabkan perubahan fisik di alam raya, yang dikhawatirkan dapat mengganggu kesejahteraan dan kenyamanan hidup manusia. Dalam perkembangannya, wacana mengenai perubahan iklim telah menjadi isu utama melampaui permasalahan lingkungan hidup lainnya, seperti: penipisan lapisan ozon, hujan asam, limbah bahan berbahaya dan beracun (B3), serta degradasi keanekaragaman hayati.

Hasil kajian para ilmuwan yang tergabung dalam Inter-governmental Panel on Climate Change (IPCC) menyimpulkan bahwa perubahan iklim yang semakin sering terjadi dalam 150 tahun terakhir bukan hanya disebabkan karena proses alamiah, melainkan karena dipicu oleh pengaruh kegiatan atau intervensi manusia (anthropogenic intervention), terutama aktivitas produksi dan pemanfaatan energi dari bahan bakar fosil, serta aktivitas penebangan hutan dan alih guna lahan (land use change and forestry/LUCF). Kegiatan industri dan transportasi modern yang dimulai sejak akhir abad ke-18 telah menimbulkan emisi gas buang -seperti karbon dioksida (CO2), metana (CH4), nitrat oksida (N2) dan klorofluorokarbon (CFC)- yang terakumulasi membentuk selimut gas rumah kaca (GRK) di atmosfer.

Page 45: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx

Selimut GRK inilah yang menghalangi energi berupa gelombang sinar infra merah yang akan dilepaskan kembali oleh bumi ke ruang angkasa. Akibatnya bumi selain tetap menerima radiasi dari sinar matahari juga mengalami pemanasan dari sinar infra merah yang terperangkap dan tidak dapat keluar menembus atmosfir bumi. Pertambahan suhu bumi tersebut menyebabkan pencairan es di kutub dan kenaikan permukaan air laut, yang akhirnya berujung pada variabilitas iklim alamiah dan perubahan iklim global, sehingga berdampak pada berbagai sektor kehidupan manusia, flora dan fauna, seperti: kekeringan, kegagalan produksi pangan, kerusakan ekosistem, kelangkaan air bersih, degradasi aneka ragam hayati, kebakaran hutan, penyebaran hama/penyakit, hingga ancaman pulau tenggelam.

Wacana perubahan iklim sebagai bagian dari masalah ekonomi semakin menguat dengan kehadiran laporan Sir Nicholas Herbert Stern yang berjudul The Economics of Climate Change: The Stern Review (2007). Laporan Stern tersebut memperkirakan bahwa dalam situasi business as usual (dimana negara maju tidak menurunkan emisi GRK dan negara yang terkena dampak tidak melakukan upaya adaptasi) maka kerugian akibat perubahan iklim akan mencapai 14% PDB global pada pertengahan abad ke-21. Laporan Stern juga mengajukan hipotesis bahwa jumlah biaya bagi pencegahan kerusakan dengan menurunkan emisi GRK (upaya mitigasi) berkisar antara -2% (surplus) hingga 5% dari PDB global, serta jumlah biaya bagi pengurangan dampak dan penyesuaian terhadap perubahan iklim (upaya adaptasi) berkisar 0,5% dari PDB negara-negara maju. Dengan kata lain hipotesa tersebut menunjukkan bahwa biaya yang harus dikeluarkan untuk mengatasi perubahan iklim jauh lebih murah dibandingkan biaya kerusakan yang akan ditimbulkan apabila masing-masing negara tidak melakukan tindakan apa pun.

Untuk itulah maka Stern merekomendasikan agar masing-masing negara menyikapi masalah perubahan iklim sebagai masalah ekonomi dan mulai mengambil langkah-langkah investasi secara serius untuk mengurangi tingkat kerugian ekonomi. Namun pertanyaan selanjutnya yang selalu muncul dan menimbulkan perdebatan yang berkepanjangan adalah bagaimana menghitung beban biaya mitigasi dan adaptasi bagi masing-masing negara?

BUMI ADALAH MILIK BERSAMA

Perubahan iklim merupakan proses panjang yang tidak dibatasi oleh ruang dan waktu. Konsentrasi emisi GRK naik drastis sejak Revolusi Industri yang diikuti oleh industrialisasi besar-besar di berbagai negara maju di Eropa dan Amerika. Konsentrasi emisi GRK terutama gas CO2 dalam 50 tahun terakhir semakin meningkat seiring dengan gelombang industrialisasi di negara berkembang dan relokasi pabrik manufaktur dari negara maju ke negara berkembang.

Hasil kajian IPCC memperlihatkan bahwa konsentrasi CO2 ketika Revolusi Industri dimulai pada tahun 1850 baru sebesar 280 parts per million (ppm). Namun konsentrasi CO2 kemudian meningkat rata-rata 1,4 ppm/tahun dan mencapai 380 ppm pada tahun 2005 dengan suhu bumi turut meningkat sebesar 0,70 Celcius. Apabila pola produksi, konsumsi, gaya hidup dan pertumbuhan penduduk dibiarkan seperti sekarang (skenario BAU = business as usual), maka dalam 100 tahun ke depan diperkirakan konsentrasi CO2 akan menjadi 580 ppm dan suhu global akan meningkat hingga sebesar 40 Celcius. Untuk mencegah kenaikan suhu global secara ekstrim yang akan mengakibatkan kerugian ekonomi dan ekologi secara luas, maka United Nation Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) terus berupaya mendapatkan kesepakatan global untuk menstabilkan konsentrasi CO2 pada level 450 ppm agar kenaikan suhu global tidak melebihi 20 Celcius.

Upaya mencapai kesepakatan global yang dilaksanakan secara konsisten oleh masing-masing negara bukanlah merupakan hal yang mudah. Kelompok negara berkembang selalu menuntut agar negara-negara maju yang sejak lama telah menikmati keuntungan dari industrialisasi agar bertanggung jawab memberikan kontribusi yang besar dalam mengatasi permasalahan perubahan iklim. Di sisi lain, kelompok maju berargumen bahwa proses perkembangan industri dan peningkatan intensitas penggunaan energi berbasis bahan bakar fosil yang sangat pesat di negara berkembang telah banyak memperburuk keadaan. Bahkan negara-negara berkembang dipersalahkan karena melakukan kegiatan alih guna lahan dan penebangan hutan yang melepaskan kandungan CO2, sesuatu aktivitas yang sebelumnya justru telah dilakukan bertahun-tahun lamanya oleh negara maju.

Page 46: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx

Dari data United Nations Statistic Division mengenai jumlah emisi CO2 yang dihasilkan oleh 231 negara pada tahun 2007, terlihat bahwa China (22,3%) merupakan negara yang paling banyak menghasilkan emisi CO2 dan telah melampaui negara industri maju seperti AS (19,91%), Rusia (5,24%), Jepang (4,28%) dan Jerman (2,69%). Sebagaimana terlihat dalam tabel 1, total emisi CO2 dari 40 negara maju yang termasuk kategori Annex 1 dari Protocol Kyoto berjumlah 48,95%, sedangkan negara non-Annex 1 menghasilkan total emisi sebanyak 51,05%.

Meskipun masih terdapat polemik mengenai siapa harus berbuat apa, namun telah terdapat kesadaran bahwa atmosfer tempat terkosentrasinya GRK adalah milik bersama secara global (global common), sehingga urusan pengalokasian beban penanggulangannya tidak dapat ditimpakan kepada salah satu kelompok negara saja. Sebagai institusi PBB yang khusus menangani mengenai masalah perubahan iklim, UNFCCC yang terbentuk berdasarkan mandat KTT Bumi (Earth Summit) di Rio de Janeiro tahun 1992 telah mengadopsi prinsip “common but differentiated responsibility and respected capabilities” sebagai cerminan pengakuan bahwa atmosfer adalah milik bersama secara global dan terdapat perbedaan kemampuan ekonomi antar negara dalam upaya menanggulangi perubahan iklim. Dalam Conference of the Parties (COP) UNFCCC ke-3 yang diadakan di Kyoto tahun 1997 telah dihasilkan suatu kesepakatan yang bersifat mengikat bagi negara peserta untuk meratifikasinya. Kesepakatan yang dikenal sebagai Protokol Kyoto tersebut mengatur kewajiban dan komitmen negara-negara industri maju yang memiliki kemampuan teknologi dan sumber daya ekonomi (yang dikenal sebagai Kelompok negara Annex 1) untuk mengurangi emisi GRK secara kolektif paling sedikit 5% dari tingkat emisi tahun 1990, yang harus dicapai hingga periode 2012 melalui 3 instrumen pelaksanaan yang bersifat fleksibel, yaitu: Joint Implementation, Clean Development Mechanism dan Emission Trading Scheme.

Meskipun tenggat waktu yang diamanatkan oleh Protokol Kyoto hampr mendekati babak akhir, namun sayangnya kemajuan penurunan emisi GRK global tidaklah seperti yang diharapkan. Keengganan AS (dan sebelumnya Australia) untuk meratifikasi Protokol Kyoto, kegagalan negara-negara Annex 1 dalam memenuhi kewajiban penurunan emisinya, serta pertumbuhan ekonomi dan pembangunan industri manufaktur yang sangat pesat di beberapa negara berkembang (seperti China, India, Korea Selatan dan Mexico) menyebabkan jumlah emisi GRK global dipercaya justru bertambah besar.

Fenomena ini pulalah yang menyebabkan perundingan COP UNFCCC ke-15 di Copenhagen, Denmark pada bulan Desember 2009 tidak dapat menjalankan rekomendasi COP ke-13 Bali (Bali road map dan Bali action plan) untuk melahirkan suatu kesepakatan global baru yang bersifat mengikat secara hukum (binding) sebagai pembaharuan dari Protokol Kyoto yang akan berakhir pada tahun 2012. Dalam COP tersebut setidaknya telah menghasilkan 12 butir catatan kesepakatan yang dikenal sebagai Copenhagen Accord, yaitu antara lain:

Membatasi kenaikan suhu global menjadi 20C yang akan dikaji ulang pada tahun 2015, termasuk mempertimbangkan penurunan batas kenaikan menjadi 1,50C sesuai permintaan kelompok negara-negara kepulauan kecil di Samudera Pacific (alliance of small island developing states, OASIS).

Negara-negara maju harus menentukan target penurunan secara kuantitatif (quantified economy-wide emission target) untuk tahun 2020 dan negara-negara berkembang

Page 47: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx

mendaftarkan kegiatan mitigasi di negara masing-masing (nationally appropriate mitigation action, NAMAs) yang dapat diukur, dilaporkan dan diverifikasi (measurable, reportable, verifiable, MRV).

Negara-negara maju akan memberikan komitmen pendanaan sebesar US$ 30 milliar dalam periode 2010-2012 bagi kegiatan adaptasi dan mitigasi negara berkembang di bawah supervisi COP UNFCCC, melalui mekanisme Copenhagen Green Climate Fund.

Bercermin dari hasil COP ke-15 tersebut, dunia tetap berharap dan menggantungkan asa yang tinggi kepada perundingan berikutnya (COP ke-16) di Cancun, Mexico pada bulan Desember 2010 akan dapat mengembalikan jalannya perundingan sesuai dengan roadmap yang telah disepakati sebelumnya dan mencapai konsensus bulat dari semua negara peserta untuk menyempurnakan tindak lanjut Copenhagen Accord menjadi suatu perjanjian kesepakatan yang terukur dan bersifat mengikat secara hukum.

TANTANGAN BAGI INDONESIA

Sebagai negara kepulauan yang diapit oleh 2 samudera luas, Indonesia sangat rentan terhadap dampak perubahan iklim. Peristiwa kenaikan suhu permukaan Samudera Pasific akan membawa gelombang panas (warm pool) menuju Samudera Hindia sehingga terjadi fenomena El Nino yang mengakibatkan kemarau panjang dan kekeringan, sebagaimana yang sering terjadi di wilayah Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat dan sebelah timur Pulau Jawa dan berimplikasi terhadap ketersediaan air dan ketahanan pangan. Di sisi lain, apabila terjadi penurunan suhu permukaan Samudera Pacific maka akan menyebabkan fenomena La Nina yang membawa angin kencang dan awan hujan ke arah selatan, sehingga terjadi curah hujan ekstrim yang akan menimbulkan bencana banjir dan tanah longsor.

Apabila berbicara mengenai profil emisi GRK di Indonesia, sebagaimana terlihat dalam tabel 2, emisi GRK terutama disebabkan oleh pelepasan simpanan karbon akibat tingginya penebangan pohon dan alih guna ruang di sektor kehutanan. Dan seiring dengan pertumbuhan ekonomi dan pertambahan penduduk, maka emisi yang berasal dari pembakaran bahan bakar fosil sebagai sumber energi (terutama pembangkit listrik, industri dan transportasi) telah menunjukkan trend kenaikan yang cukup signifikan.

Meskipun tidak termasuk dalam kelompok negara Annex 1 yang diwajibkan untuk menurunkan emisi GRK sesuai Protokol Kyoto, namun Indonesia memiliki komitmen yang besar untuk berkontribusi dalam mengatasi permasalahan perubahan iklim. Komitmen Pemerintah Indonesia berpuncak pada pernyataan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam KTT G-20 di Pittsburgh bulan September 2009 dan disampaikan kembali dalam COP ke-15 UNFCCC di Copenhagen bulan Desember 2009 bahwa Indonesia akan menurunkan emisi GRK sebesar 26% dari prakiraan emisi pada tahun 2020 dengan memanfaatkan sumber daya sendiri, dan siap menurunkan hingga 41% apabila mendapatkan bantuan dan kerjasama dari pihak internasional.

Dalam rangka mencapai komitmen penurunan emisi GRK tersebut, Pemerintah Indonesia telah melakukan identifikasi sektor-sektor dan aktivitas yang berpotensi untuk menyumbangkan penurunan emisi, yang secara resmi akan diformalkan dalam bentuk Peraturan Presiden mengenai Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi. Secara garis besar strategi penurunan emisi GRK tersebut akan dilakukan melalui:

Page 48: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx

1. Pengelolaan lahan gambut secara lestari. 2. Pengurangan laju deforestasi dan degradasi hutan. 3. Pengembangan penyerapan karbon di sektor kehutanan dan pertanian.4. Pengurangan limbah padar dan cair. 5. Mendorong efisiensi energi dan penggunaan teknologi rendah karbon. 6. Pengembangan alternatif sumber energi terbarukan. 7. Perubahan menuju moda transportasi rendah emisi.

Berdasarkan sumber emisi GRK yang dominan di Indonesia, maka sektor kehutanan dan pengelolaan lahan gambut merupakan sektor yang potensial untuk menurunkan tingkat emisi degan ditunjang oleh 5 sektor lainnya (pengelolaan limbah, energi, pertanian, industri dan transportasi). Sebagai negara yang memiliki wilayah hutan seluas 132,4 juta hektar, Indonesia merupakan salah satu paru-paru utama dunia yang berfungsi mengikat, menyerap dan menyimpan CO2 (carbon sink). Diharapkan sektor kehutanan bersama-sama pengelolaan lahan gambut dapat menyumbangkan hingga 85% dari komitmen penurunan emisi GRK terhadap perkiraan net emission pada skenario BAU di tahun 2020. Untuk itu maka penghijauan lahan dan penanaman pohon secara massive di seluruh wilayah Indonesia dengan melibatkan berbagai pihak pemangku kepentingan harus terus digalakkan, termasuk melalui Program Penanaman 1 Milyar Pohon Untuk Dunia (one billion Indonesia trees for world) yang telah dicanangkan secara resmi oleh Presiden pada peringatan Hari Menanam Pohon tanggal 28 November 2010.

Tantangan berikutnya dari kerjasama pelestarian hutan ini adalah bagaimana memastikan keterlibatan semua pemangku kepentingan dalam mengurangi emisi karbon dari deforestasi dan degradasi hutan, termasuk peran dan partisipasi dari pemerintah daerah, masyarakat madani dan penduduk lokal di sekitar hutan. Sejak COP ke-15 di Bali, UNFCCC telah mengakui konsep pengurangan emisi dari penanggulangan penebangan dan degradasi hutan (reducing emissions from deforestation and degradation, REDD) yang kemudian berkembang menjadi REDD+ (ditambah dengan peran konservasi, pengelolaan hutan secara lestari dan peningkatan stok karbon hutan). Melalui konsep REDD+ ini negara berkembang yang memiliki hutan tropis dimungkinkan untuk mendapatkan bantuan pendanaan dari negara industri maju, sebagaimana pelaksanaan rintisan kerjasama antara Indonesia dengan Norwegia senilai US$ 1 Milyar yang telah ditandatangani pada bulan Mei 2010, maupun kemungkinan kerjasama serupa dengan negara industri maju lainnya, seperti: Kanada, AS, Jerman, Inggris dan Australia.

Dalam upaya mempertahankan kelestarian hutan tersebut, Pemerintah bukan hanya dituntut untuk mempertimbangkan pendanaan yang dibutuhkan dan didapatkan, namun pada saat yang sama juga harus mempertimbangkan nilai keekonomian dari hutan sebagai pengatur tata air, konservasi keanekaragaman hayati, kandungan sumber daya alam (mineral dan panas bumi) yang bernilai tinggi, serta tempat sandaran masyarakat lokal dalam mencari sumber penghidupan. Potensi kesempatan ekonomi yang hilang haruslah mampu disubsitusi dengan penciptaan lapangan kerja baru agar masyarakat tetap terjamin kesejahteraannya dan memiliki keperdulian terhadap kelestarian hutan. Untuk itu maka diperlukan penyusunan perencanaan yang partisipatif dan pelaksanaan yang inklusif dengan indikator MRV (measurable, reportable, and verifiable) yang jelas dan realistis untuk dicapai, sehingga kerjasama REDD+ tidak menimbulkan kondisionalitas yang menciptakan pembatasan terhadap ruang gerak masyarakat di sekitar hutan, maupun aktivitas perekonomian nasional yang lebih luas.

MENUJU EKONOMI HIJAU

Kesiapan Pemerintah Indonesia untuk memberikan kontribusi yang besar dalam mengatasi permasalahan perubahan iklim merupakan pengejawantahan dari potensi dan resiko yang dimiliki oleh negara Indonesia. Sebagai negara yang terus membangun, Indonesia memerlukan pembangunan yang berkelanjutan untuk membawa seluruh rakyat Indonesia menuju masyarakat yang sejahtera dalam situasi yang harmonis dan kondisi ekologi yang lestari. Pembangunan yang berorientasi untuk mengejar pertumbuhan ekonomi yang setinggi-tingginya terbukti dalam jangka panjang justru akan menghambat keberlanjutan dari pembangunan itu sendiri. Untuk itu maka kinerja pertumbuhan ekonomi tidak hanya selalu diukur bardasarkan nominal Produk Domestik Bruto (PDB), tetapi juga harus dilihat dari tingkat penurunan emisi karbon dalam mencapai besaran dan

Page 49: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx

pertumbuhan PDB tersebut (green growth).

Ekonomi Hijau telah menjadi salah satu paradigma penting dalam pembangunan. Paradigma ekonomi hijau merupakan manifestasi dari konsep Pembangunan Berkelanjutan (sustainable development) yang bertujuan meninggalkan praktek ekonomi yang hanya mementingkan keuntungan jangka pendek dan berdampak negatif pada lingkungan, menjadi praktek ekonomi yang ramah lingkungan dan dapat memenuhi kebutuhan generasi sekarang tanpa harus mengorbankan kemampuan generasi mendatang. Pengembangan ekonomi hijau bukan hanya sekedar mengkonversi energi dan mengurangi emisi karbon, tetapi juga mengektifkan penggunaan sumber daya, memperluas permintaan pasar dan menciptakan lapangan pertumbuhan ekonomi baru. Paradigma ekonomi hijau ini akan semakin banyak didiskusikan dan mencapai kulminasi pada saat pelaksanaan UN Conference on Sustainable Development pada tahun 2012 di Rio de Janeiro, Brasil (atau dikenal sebagai Rio+20) yang sekaligus merupakan peringatan 20 tahun penyelenggaraan KTT Bumi/Earth Summit di tempat yang sama tahun 1992.

Dalam menyusun kebijakan ekonomi hijau, setiap negara memiliki fleksibilitas untuk menentukan langkah menuju pembangunan berkelanjutan berdasarkan kepentingan nasional dan kearifan lokal. Keperdulian Pemerintah Indonesia akan keseimbangan dalam pembanguan dapat terlihat jelas dalam 10 direktif Presiden dalam rapat kerja (retreat) Pemerintah Pusat dan Pemerintah Provinsi di Istana Tampak Siring, Bali bulan April 2010, yaitu:

1. Pertumbuhan pembangunan ekonomi harus lebih tinggi.2. Pengangguran harus menurun dengan menciptakan lapangan kerja lebih banyak.3. Tingkat kemiskinan harus semakin menurun. 4. Pendapatan per kapita harus meningkat. 5. Stabilitas ekonomi harus terjaga. 6. Pembiayaan dari dalam negeri harus kuat dan meningkat. 7. Ketahanan pangan dan air meningkat.8. Ketahanan energi meningkat. 9. Daya saing ekonomi harus semakin menguat. 10. Memperkuat green economy atau ekonomi ramah lingkungan.

Dari kesepuluh direktif Presiden tersebut terlihat bahwa kebijakan ekonomi hijau (pro environment) dapat selaras dan saling mendukung dengan strategi pertumbuhan ekonomi (pro growth), penciptaan lapangan kerja (pro job), dan pemberantasan kemiskinan (pro poor). Langkah selanjutnya pengarus-utamaan ekonomi hijau perlu semakin mendapat perhatian serius dari setiap instansi Pemerintah Pusat maupun Daerah. Masing-masing Kepala Daerah perlu mempertimbangkan ulang orientasi jangka pendek untuk mengejar peningkatan pendapatan asli daerah (PAD) melalui eksploitasi hutan dan energi yang tak terbarukan (tambang mineral). Setiap daerah harus mampu mengarahkan pola produksi dan konsumsi menuju penurunan resiko lingkungan dan kerusakan ekologi dalam rangka menjamin ketahanan pangan, ketersediaan air dan energi, seperti melalui program pengembangan lahan bagi energi terbarukan, moda angkutan rendah karbon, bangunan efisien energi, teknologi produksi bersih, manajemen limbah (reduce, reuse, recycle), pelestarian hutan, pola pertanian dan perikanan hijau, serta konservasi air bersih.

Pada tingkat lokal konsep ekonomi hijau harus dilaksanakan dengan selalu mempertimbangkan prinsip common but differentiated responsibility and respected capabilities. Negara industri maju harus menyadari keterbatasan anggaran dan sumber daya di negara berkembang yang tentunya harus diprioritaskan untuk mengentaskan kemiskinan dan meningkatkan taraf pendidikan, kesehatan, serta pencapaian sasaran MDGs (millennium development goals). Karenanya negara industri maju harus membantu negara berkembang dalam melaksanakan kebijakan ekonomi hijau dengan cara memfasilitasi pendanaan, investasi, akses pasar dan menyediakan alih teknologi yang sesuai dan ramah lingkungan. Dan akhirnya komunitas internasional perlu menciptakan sistem yang kondusif bagi ekonomi hijau dengan menghilangkan praktek proteksionisme dagang yang dibungkus dengan dalih perlindungan lingkungan dan kriteria hambatan hijau yang sulit untuk dapat dipenuhi oleh negara berkembang yang masih dalam berada dalam periode transisi menuju produksi hijau (green product).

Page 50: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx

(chairil abdini/adyawarman).

Daftar Pustaka

1. Ahmad, Mubariq (2010) : Ekonomi Perubahan Iklim, Jurnal Prisma vol. 29, April 2010. 2. Hadad, Ismid (2010) : Perubahan Iklim dan Pembangunan Berkelanjutan, Jurnal Prisma vol.

29, April 2010. 3. Ling, Chee Yoke and Saradha Iyer (2010), The Green Economy Debate Unfolds in the UN,

Third World Network Update on Sustainable Development Conference 2012, http://www. twnside.org.sg/title2/sdc2012/sdc2012.100502.htm

4. Pelangi Energi Abadi Citra Enviro (PEACE), 2007, Indonesia and Climate Change: Current Status and Policies.

5. Salim, Emil (2010) : Walk the Talk of Climate Change, bahan presentasi Seminar di Lembaga Ketahanan Nasional, 6 Oktober 2010.

6. Stern, Nicholas (2006) : What is the Economics of Climate Change?, World Economics, Vol. 7 No. 2, April – June 2006.

7. Susandi, Armi (2009) : Emisi Karbon dan Potensi CDM Dari Sektor Energi dan Kehutanan Indonesia, Prodi Meteorologi, Institut Teknologi Bandung.

8. United Nations (2007) : The International Development Agenda and the Climate Change Challenge, htpp://www.un.org/esa/policy/devplan/2007%20docs/climate.pdf

  PENGARUH COUNTRY RISK INDEX TERHADAP FOREIGN DIRECT INVESTMENT DI INDONESIARabu, 29 September 2010 Indonesia sebagai negara kepulauan dengan jumlah penduduk yang besar dan wilayah yang membentang luas memiliki potensi sumber daya yang sangat besar dan pada saat yang sama membutuhkan dana yang sangat besar pula untuk melaksanakan pembangunan nasional. Untuk menyediakan dana pembangunan dan menggerakan perekonomian nasional, maka Pemerintah harus berupaya menggali sumber pembiayaan dalam negeri dan juga mencari sumber pembiayaan luar negeri sebagai pelengkap, salah satunya adalah Penanaman Modal Asing secara langsung atau foreign direct invest (FDI).

Secara sederhana yang dimaksud dengan FDI adalah arus modal internasional dimana perusahaan dari suatu negara mendirikan atau memperluas perusahaannya di negara lain. Sumber pembiayaan FDI memiliki banyak keunggulan bagi negara penerima dibandingkan dengan sumber pembiayaan luar negeri lainnya, seperti aliran portofolio dalam pasar modal. FDI sangat penting dalam menjamin kelangsungan pembangunan di negara penerima, mengingat aktivitas FDI akan diikuti dengan transfer of technology, know-how, management skill, serta menghasilkan lapangan pekerjaan dan multiplier effect yang luas di sektor riil. Selain itu umumnya investor asing mempunyai akses dan jaringan dengan pasar global, sehingga dapat lebih mudah menghimpun dana kredit dari lembaga keuangan global serta memiliki akses pemasaran bagi kegiatan ekspor.

Pilihan untuk menanamkan modal di suatu negara bagi investor asing sangat dipengaruhi oleh pertimbangan ekonomi untuk meningkatkan pendapatan (profit), yaitu agar mendapatkan sumber bahan baku dan faktor produksi lainnya (termasuk tenaga kerja) yang lebih baik atau lebih murah, penetrasi pasar dan mengurangi resiko hambatan tariff perdagangan, serta memberikan pelayanan yang lebih baik kepada konsumen. Namun faktor pertimbangan ekonomi bukanlah satu-satunya yang menentukan.

Faktor lain yang diperhitungkan oleh investor asing adalah lingkungan atau kerangka kebijakan (policy framework), khususnya yang berkaitan dengan regulasi yang mendukung keterbukaan pasar, stabilitasi politik dan sosial, standarisasi kesepakatan internasional, perlindungan kepemilikan, serta kebijakan perdagangan dan perpajakan. Untuk itulah maka setiap negara harus mempersiapkan strategi, kebijakan, infrastruktur dan fasilitas yang baik agar dapat menciptakan iklim yang kondusif dan memenangkan kompetisi atas negara lainnya dalam menarik minat investor asing, tanpa

Page 51: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx

meminggirkan keberadaan entrepreneur dan tenaga kerja domestik, serta nilai-nilai sosial, budaya dan lingkungan ekologis.

Perkembangan FDI di Indonesia

Kehadiran penanaman modal asing telah banyak berperan dalam proses pembangunan di Indonesia. Pemerintah sangat berkepentingan untuk menarik investasi asing dan tercermin dari diterbitkannya Undang-Undang No. 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing, serta pembentukan Panitia Teknis Penanaman Modal pada tahun 1968 yang kemudian berubah menjadi Badan Kordinasi Penanaman Modal (BKPM) pada tahun 1973. Selanjutnya serangkaian kebijakan untuk memperbaiki iklim investasi telah diterapkan, termasuk penerbitan Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal.

Dari nilai nomimal, jumlah realisasi FDI di Indonesia mengalami fluktuasi yang tidak dapat dilepaskan dari kondisi ekonomi global. Seperti tampak dalam grafik 1, krisis ekonomi dunia yang terjadi pada era tahun 1997 menyebabkan arus masuk FDI ke Indonesia mengalami penurunan yang kurang menggembirakan, meskipun kemudian dapat meningkat kembali sehingga mencapai angka US$ 9,8 milyar pada tahun 2000 dan kembali menurun hingga di bawah US$ 4 milyar pada periode tahun 2001-2002. Dalam 3 tahun terakhir terlihat bahwa nilai realisasi FDI selalu berada di atas angka US$ 10 milyar, bahkan nilai realisasi tahun 2008 dapat mencapai angka US$ 14,8 milyar.

Lebih lanjut data BPKM menunjukan bahwa sektor usaha transportasi, gudang dan komunikasi menempati peringkat pertama yang diminati oleh investor asing pada tahun 2009 (US$ 4,1 milyar), diikuti oleh sektor industri kimia dan farmasi (US$ 1,1 milyar), perdagangan dan reparasi (US$ 706 juta), industri logam, mesin dan elektronika (US$ 654 juta), industri kendaraan bermotor dan transportasi (US$ 583 juta), industri makanan (US$ 552 juta) dan konstruksi (US$ 349 juta). Sedangkan negara asal investor asing yang banyak menanamkan modal di Indonesia adalah berturut-turut: Singapura (189 proyek senilai US$ 4,3 milyar), Belanda (32 proyek senilai US$ 1,1 milyar), Jepang (124 proyek senilai US$ 678 juta), Korea Selatan (186 proyek senilai US$ 624 juta), Inggris (61 proyek senilai US$ 587 juta), Seychel - Afrika (4 proyek senilai US$ 322 juta), Amerika Serikat (27 proyek senilai US$ 171 juta) dan Mauritius (6 proyek senilai US$ 159 juta).

Untuk melihat lebih jauh kinerja penyerapan FDI dari suatu negara, salah satu indikator yang sering dipakai adalah hasil Matrix of Inward FDI Performance and Potential yang dikeluarkan oleh United Nation Conference on Trade and Development (UNCTAD). UNCTAD secara periodik telah melakukan penelitian terhadap kinerja realisasi FDI (yaitu perhitungan share FDI suatu negara terhadap total FDI global dibandingkan dengan share PDB suatu negara terhadap PDB global) dan potensi untuk menarik FDI (seperti kualitas infrastruktur dan ketrampilan, kapasitas teknologi, stabilitas ekonomi dan politik).

Berdasarkan hasil penelitian terhadap 141 negara pada tahun 2006, UNCTAD menempatkan Indonesia pada peringkat 104 untuk Inward FDI Performance dan peringkat 100 untuk Inward FDI Potential. Sebagaimana tabel 3 terlihat bahwa untuk negara di kawasan ASEAN yang turut diteliti, tampak Singapura dan Thailand termasuk dalam kategori front runner (high performance, high potential), serta Vietnam termasuk dalam kategori above potential (high performance, low potential). Sedangkan 2 negara lainnya (Brunei Darussalam dan malaysia) termasuk dalam kategori below potential (low performance, high potential) dan 3 negara (Indonesia, Philipina dan Myammar)

Page 52: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx

termasuk dalam kategori u

Page 53: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 54: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 55: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 56: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 57: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 58: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 59: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 60: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 61: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 62: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 63: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 64: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 65: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 66: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 67: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 68: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 69: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 70: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 71: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 72: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 73: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 74: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 75: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 76: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 77: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 78: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 79: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 80: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 81: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 82: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 83: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 84: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 85: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 86: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 87: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 88: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 89: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 90: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 91: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 92: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 93: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 94: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 95: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 96: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 97: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 98: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 99: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 100: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 101: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 102: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 103: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 104: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 105: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 106: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 107: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 108: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 109: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 110: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 111: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 112: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 113: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 114: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 115: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 116: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 117: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 118: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 119: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 120: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 121: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 122: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 123: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 124: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 125: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 126: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 127: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 128: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 129: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 130: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 131: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 132: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 133: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 134: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 135: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 136: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 137: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 138: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 139: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 140: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 141: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 142: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 143: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 144: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 145: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 146: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 147: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 148: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 149: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 150: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 151: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 152: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 153: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 154: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 155: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 156: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 157: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 158: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 159: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 160: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 161: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 162: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 163: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 164: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 165: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 166: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 167: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 168: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 169: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 170: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 171: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 172: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 173: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 174: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 175: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 176: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 177: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 178: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 179: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 180: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 181: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 182: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 183: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 184: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 185: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 186: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 187: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 188: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 189: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 190: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 191: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 192: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 193: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 194: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 195: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 196: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 197: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 198: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 199: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 200: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 201: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 202: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 203: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 204: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 205: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 206: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 207: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 208: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 209: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 210: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 211: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 212: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 213: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 214: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 215: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 216: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 217: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 218: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 219: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 220: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 221: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 222: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 223: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 224: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 225: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 226: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 227: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 228: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 229: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 230: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 231: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 232: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 233: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 234: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 235: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 236: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 237: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 238: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 239: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 240: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 241: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 242: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 243: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 244: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 245: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 246: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 247: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 248: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 249: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 250: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 251: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 252: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 253: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 254: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 255: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 256: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 257: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 258: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 259: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 260: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 261: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 262: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 263: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 264: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 265: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 266: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 267: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 268: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 269: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 270: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 271: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 272: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 273: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 274: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 275: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 276: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 277: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 278: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 279: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 280: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 281: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 282: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 283: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 284: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 285: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 286: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 287: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 288: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 289: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 290: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 291: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 292: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 293: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 294: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 295: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 296: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 297: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 298: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 299: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 300: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 301: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 302: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 303: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 304: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 305: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 306: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 307: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 308: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 309: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 310: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 311: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 312: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 313: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 314: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 315: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 316: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 317: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 318: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 319: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 320: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 321: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 322: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 323: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 324: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 325: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 326: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 327: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 328: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 329: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 330: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 331: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 332: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 333: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 334: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 335: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 336: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 337: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 338: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 339: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 340: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 341: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 342: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 343: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 344: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 345: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 346: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 347: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 348: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 349: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 350: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 351: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 352: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 353: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 354: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 355: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 356: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 357: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 358: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 359: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 360: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 361: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 362: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 363: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 364: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 365: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 366: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 367: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 368: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 369: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 370: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 371: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 372: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 373: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 374: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 375: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 376: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 377: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 378: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 379: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 380: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 381: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 382: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 383: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 384: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 385: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 386: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 387: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 388: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 389: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 390: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 391: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 392: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 393: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 394: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx

   Statistik dan Informasi Tahun 2009 Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian  2 Volume Impor Beberapa Komoditas Tanaman Pangan Indonesia, 2004 - 2008 (Ton) No. Komoditas Tahun Pert 08 2004 2005 2006 2007 2008 Thd 07 (%) 1 Beras 236,867 189,617 438,109 1,396,447 289,260 -79.29 2 Beras Olahan 9,390 5,398 1,673 151 14 -90.74 3 Gandum 4,555,706 4,440,360 4,492,921 4,626,939 4,514,852 -2.42 4 Gandum Olahan 406,794 588,533 644,456 676,625 644,486 -4.75 5 Jagung 1,088,928 185,597 1,775,321 701,953 264,665 -62.30 6 Jagung Olahan 26,166 49,109 67,636 69,753 128,639 84.42 7 Kacang Tanah Segar 90,016 121,644 169,111 173,359 205,332 18.44 8 Kacang Tanah Olahan 69,764 10,257 10,534 1,649

Page 395: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx

1,555 -5.70 9 Kedelai Segar 1,115,793 1,086,178 1,132,144 1,420,255 1,176,863 -17.14 10 Kedelai Olahan 1,765,943 1,896,808 2,147,114 20,670 26,172 26.62 11 Ubi Jalar Segar 3 14 75 95 5 -95.03 12 Ubi Kayu Segar 1,812 53 39 44 23 -47.73 13 Ubi Kayu Olahan 56,269 102,994 305,204 306,303 158,077 -48.39 14 Tanaman Pangan Lainnya 247,156 259,875 272,174 4,277 4,352 1.75 Jumlah 9,670,604 8,936,436 11,456,509 9,398,520 7,414,295 -21.11 Sumber : BPS diolah Pusdatin Keterangan : Tahun 2007 menggunakan kode HS 10 digit, tahun-tahun sebelumnya menggunakan kode HS 9 digit Nilai Impor Beberapa Komoditas Tanaman Pangan Indonesia, 2004 - 2008 (US$ 000) No. Komoditas Tahun Pert 08 2004 2005 2006 2007 2008 Thd 07 (%) 1 Beras 61,753 51,499 132,621 464,391 123,771 -73.35 2 Beras Olahan 3,195 2,254 1,285 49 12 -76.07 3 Gandum 841,286 802,037 819,032 1,185,165 1,981,757 67.21 4 Gandum Olahan 149,452 192,449 222,355 259,619 389,942 50.20 5 Jagung 177,675 30,850 277,498 151,613 87,395 -42.36 6 Jagung Olahan 11,464 14,784 21,615 22,995 48,464 110.76 7 Kacang Tanah Segar 28,875 39,613 54,161 62,191 99,640 60.22 8 Kacang Tanah Olahan 16,833 4,474 5,366 2,348 2,889 23.05 9 Kedelai Segar 416,930 308,009 299,578 482,889 698,489 44.65 10 Kedelai Olahan 551,027 493,770 509,477 17,989 34,233 90.30 11 Ubi Jalar Segar 3 16 98 123 7 -94.09 12 Ubi Kayu Segar 398 67 47 49 19 -60.82 13 Ubi Kayu Olahan 10,048 24,565 70,237 77,751 57,929 -25.49 14 Tanaman Pangan Lainnya 154,479 150,751 155,084 1,975 2,413 22.17 Jumlah 2,423,418 2,115,140 2,568,453 2,729,147 3,526,961 29.23 Sumber : BPS diolah Pusdatin Keterangan : Tahun 2007 menggunakan kode HS 10 digit, tahun-tahun sebelumnya menggunakan kode HS 9 digi

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN4.1 HasilTabel Pengamatan Tinggi Tanaman (cm)PerlakuanUlanganRata-Rata123J a g u n g 1 4 6 , 3 4 6, 8 4 5 4 6 ,0 3 J a g u ng 2 9 0 8 8 99 , 5 9 2 ,0 5 K e de l a i 1 1 3 1 91 7 1 7 Ke d e l a i 2 1 8 , 4 2 0 ,5 1 9 , 8 1 9 ,8 K e d e la i 3 1 8 1 9 ,8 1 7 1 7Jumlah DaunPerlakuanUlanganRata-Rata123J a gu n g 1 7 67 7 Ja g un g 2 9 88 8 K ed e l a i

Page 396: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx

1 2 1 2 32 7 2 4 K e d e l a i 2 2 3 2 0 2 6 2 3 K e d e l a i 3 3 2 2 8 2 0 2 7Jumlah AkarPerlakuanUlanganRata-Rata123Ja g u n g 1 2 2 1 22 1 1 8 Ja g u n g 2 1 8 1 51 2 1 5 Ke d e la i 1 7 8 12 9 K ed e l ai 2 1 0 10 6 9 Ke d e la i 3 8 9 13 1 3

Page 397: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 398: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 399: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx

  Panjang Akar (Rata-Rata 5 Terpanjang)PerlakuanUlanganRata-Rata123J a g u n g 1 5 2 , 2 5 9 ,5 7 2 , 8 6 1 ,6 3 J a g u n g 2 4 7 , 1 5 5 ,5 4 9 , 2 3 0 ,3 6 K e d e la i 1 1 9 , 5 3 43 5 , 5 3 4K e d e l ai

Page 400: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx

2 5 2 , 8 33 4 5 4 3 ,6 K e d el a i 3 2 7 1 73 0 2 5InternoodPerlakuanUlanganRata-Rata123K e d el a i 1 7 9 98 K e de l a i 2 9 8 11 9 K ed e l ai 3 9 1 28 1 04.2 [embahasan grafik jumlah daun0123456789100 1 2 3 4minggugrafik tinggi tanaman01020304050607080J 1 J 2 K 1 K 2 K 3minggu

Page 401: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 402: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 403: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 404: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 405: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx

  Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan pada praktikum sebelumnyadi peroleh grafik pertumbuhan tanaman kedelai dan jagung yang menunjukan  pertumbuhan yang terus meningkat. Pertumbuhan tinggi tanaman yang palingcepat terjadi pada minggu ke-2 dan minggu ke-3. Pada minggu ke-3 menjelangminggu ke-4 pertumbuhan tinggi tanaman mulai melamban. Pada perkembangan jumlah dau yang paling cepat terjadi pada minggu ke-2 dan ke-3.D a r i t a b e l j u m l a h a k a r p a d a t a n a m a n K 2 m e m i l k i j u m l a h a k a r y a n g   b a n y a k d a n s u b u r d a r i p a d a t a n a m a n y a n g l a i n p a d a t i a p - t i a p p o l i b a g y a i t u dengan rata-rata 18,6. Dibandingkan dengan panjang akar J1 memiliki rata-ratayang paling tinggi dibandingkan dengan tanaman yang lainnya. Internodid yang paling banyak adalah K2 dengan rata-rata 6. Jadi Dari hasil yang di dapat grafik  pertumbuhan tanaman kedelai dan jagung mengalami pertumbuhan yang terusmeningkat yaitu dari proses penanam hingga tumbuh daun,akar, dan batang. Yaitud i k a r e n a k a n k a r e n a d e n g a n a d a n y a p e r a w a t a n d a n p e m b e r i a n p u p u k m a k a  pertumbuhan tanaman kedelai dan menjadi baik.Dari pengamatan yang telah dilakukan pada tanaman jagung dan kedelai tanaman yang paling cocok dan layak di aplikasikan kelahan atau kesawah adalahtanaman kedelai. Pada lahan sawah, kedelai bisa ditanam setelah tanaman padi pada pola tanam padi-padi-palawija atau padi-palawija-palawija. Tanaman kedelaiyang ditanam langsung setelah padi bisa mendapatkan manfaat dari residu harad a r i p e m u p u k a n p a d i . O l e h k a r e n a n y a , k e d e l a i y a n g d i t a n a m s e t e l a h p a d i memerlukan lebih sedikit pupuk dibandingkan ditanam setelah palawija lainnya.Dosis pemupukan NPK spesifik lokasi ditetapkan berdasarkan hasil uji tanah dilaboratorium atau uji cepat menggunakan PUTS (perangkat uji tanah sawah).Tanaman kedelai dapat diusahakan di dataran rendah mulai dari 0 – 500 md.p.l. dengan curah hujan relatif rendah (suhu tinggi), tetapi membutuhkan air  y a n g c u k u p u n t u k p e r t u m b u h a n t a n a m a n n y a . S e b a g a i b a r o m e t e r u n t u k   m e n g e t a h u i a p a k a h k e a d a a n i k l i m d i s u a t u d a e r a h , c o c o k a t a u t i d a k u n t u k   tanaman kedelai, dapat dibandingkan dengan tanaman jagung yang tumbuh diaderah tersebut.Apabila tanaman jagung dapat tumbuh baik dan hasilnya juga   b a i k , b e r a r t i i k l i m d i d a e r a h s e s u a i u n t u k t a n a m a n k e d e l a i . N a m u n k e d e l a i  mempunyai daya tahan yang lebih baik daripada jagung.Dalam hal pemupukan,sebagian besar petani belum melakukannya secara intensif atau semi intensif.Tidak menggunakan pupuk sama sekali atau minim sekali jumlahnya. Dari datayang diperoleh pemupukan yang paling baik adalah pemupukan yang dilakukan  pada tanaman K2 dan J1 dengan komposisi sebagai berikut:Oldeman membagi lima zona iklim dan lima sub zona iklim. Zona iklimmerupakan pembagian dari banyaknya jumlah bulan basah berturut-turut yangterjadi dalam setahun. Sedangkan sub zona iklim merupakan banyaknya jumlah bulan kering berturut-turut dalam setahun. Kaitan pertumbuhan saat ini yaitu awal  b u l a n b a s a h , P o t e n s i l a h a n y a n g s e s u a i u n t u k t a n a m a n k e d e l a i , b a i k u n t u k     p r o g r a m p e n i n g k a t a n p r o d u k t i v i t a s m a u p u n p e r l u a s a n a r e a l . N a m u n u n t u k     p e n g e m b a n g a n t a n a m a n k e d e l a i m a s i h b a n y a k k e n d a l a n y a a n t a r a l a i n n i l a i komparatif dan kompetitif kedelai paling rendah di antara komoditas lainnya.P e n g e m b a n g a n a r e a l t a n a m k e d e l a i d a p a t d i l a k u k a n p a d a l a h a n s a w a h , l a h a n k e r i n g ( t e g a l a n ) , l a h a n b u k a a n b a r u d a n l a h a n p a s a n g s u r u t y a n g t e l a h direklamasi. Secara rinci peluang penambahan areal panen dapat dilakukan padalahan. Lahan sawah MK II (Juli – Oktober) yang biasanya diberokan seperti: jalur   p a n t u r a J a w a B a r a t , J a w a T e n g a h , J a w a T i m u r , S u l a w e s i S e l a t a n , L a m p u n g , Sumatera Utara, NTB, dan Kalimantan Selatan. Lahan sawah tadah hujan (MK IMaret – Juni) awal musim hujan sebelum ditanami padi sawah seperti Jawa dan  N T B . D a n k e a d a a n i k l i m u n t u k t a n a m a n k e d e l a i y a i t u K l a s i f i k a s i i k l i m y a n g dilakukan oleh Oldeman didasarkan kepada jumlah kebutuhan air oleh tanaman,t e r u t a m a p a d a t a n a m a n p a d i . P a d a p r a k t i k u m y a n g d i l a k u k a n p a d a s a a t   p e n a n a m a n b e n i h i k l i m s e s u a i y a n g d i b t u h k a n o l e h t a n a m a n k e d e l a i u n t u k   mengoptimalkan pertumbuhannya.

Page 406: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx
Page 407: MAKALAH TANAMAN JAGUNG.docx