makalah surfaktan

13
MAKALAH SURFAKTAN A. Latar Belakang Zat-zat yang ada dalam kehidupan kita sehari-hari kebanyakan tidak dalam keadaan murni, melainkan bercampur dengan dua atau lebih zat lainnya.Campuran suatu zat akan tetap mempertahankan sifat-sifat unsurnya. Oleh karena itu, suatu bahan kimia akan dipengaruhi oleh sifat, kegunaan, atau efek dari zat- zat yang menyusunnya. Kekuatan pengaruh sifat masing-masing zat bergantung pada kandungan zat dalam bahan yang bersangkutan. Banyak ragam bahan kimia yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Namun, pada makalah ini hanya akan dibahas beberapa kelompok bahan kimia saja diantaranya Pewangi,ditergen dan sabun. Polusi atau pencemaran adalah keadaan dimana suatu lingkungan sudah tidak alami lagi karena telah tercemar oleh polutan. Misalnya air sungai yang tidak tercemar airnya masih murni dan alami, tidak ada zat-zat kimia yang berbahaya, sedangkan air sungai yang telah tercemar oleh detergen misalnya, mengandung zat kimia yang berbahaya, baik bagi organisme yang hidup di sungai tersebut maupun bagi makhluk hidup lain yang tinggal di sekitar sungai tersebut.Polutan adalah zat atau substansi yang mencemari lingkungan. Lingkungan perairan yang tercemar limbah deterjen kategori keras dalam konsentrasi tinggi akan mengancam dan membahayakan kehidupan biota air dan manusia yang mengkonsumsi biota tersebut.Selain itu banyak dari kita yang belum tahu bahaya atau dampak yang ditimbulkan dari bahan-bahan kimia yang sering kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari. A. Detergen 1. Pengertian produk deterjen dan manfaatnya Detergen adalah pembersih sintetis campuran berbagai bahan, yang digunakan untuk membantu pembersihan dan terbuat dari bahan- bahan turunan minyak bumi . Dibanding dengan sabun , detergen mempunyai keunggulan antara lain mempunyai daya cuci yang lebih baik serta tidak terpengaruh oleh kesadahan air.Kebersihan

Upload: sondang-simamora

Post on 31-Jul-2015

750 views

Category:

Documents


9 download

TRANSCRIPT

Page 1: MAKALAH SURFAKTAN

MAKALAH SURFAKTAN

A.  Latar Belakang

   Zat-zat yang ada dalam kehidupan kita sehari-hari kebanyakan tidak dalam keadaan murni,

melainkan bercampur dengan dua atau lebih zat lainnya.Campuran suatu zat akan tetap

mempertahankan sifat-sifat unsurnya. Oleh karena itu, suatu bahan kimia akan dipengaruhi oleh

sifat, kegunaan, atau efek dari zat-zat yang menyusunnya. Kekuatan pengaruh sifat masing-

masing zat bergantung pada kandungan zat dalam bahan yang bersangkutan. Banyak ragam

bahan kimia yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Namun, pada makalah ini hanya akan

dibahas beberapa kelompok bahan kimia saja diantaranya Pewangi,ditergen dan sabun.

   Polusi atau pencemaran adalah keadaan dimana suatu lingkungan sudah tidak alami lagi

karena telah tercemar oleh polutan. Misalnya air sungai yang tidak tercemar airnya masih murni

dan alami, tidak ada zat-zat kimia yang berbahaya, sedangkan air sungai yang telah tercemar

oleh detergen misalnya, mengandung zat kimia yang berbahaya, baik bagi organisme yang hidup

di sungai tersebut maupun bagi makhluk hidup lain yang tinggal di sekitar sungai

tersebut.Polutan adalah zat atau substansi yang mencemari lingkungan. Lingkungan perairan

yang tercemar limbah deterjen kategori keras dalam konsentrasi tinggi akan mengancam dan

membahayakan kehidupan biota air dan manusia yang mengkonsumsi biota tersebut.Selain itu

banyak dari kita yang belum tahu bahaya atau dampak yang ditimbulkan dari bahan-bahan kimia

yang sering kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari.

A. Detergen

1.      Pengertian produk deterjen dan manfaatnya

Detergen adalah pembersih sintetis campuran berbagai bahan, yang digunakan untuk

membantu pembersihan dan terbuat dari bahan-bahan turunan minyak bumi. Dibanding dengan

sabun, detergen mempunyai keunggulan antara lain mempunyai daya cuci yang lebih baik serta

tidak terpengaruh oleh kesadahan air.Kebersihan merupakan salah satu faktor penting bagi

kesehatan masyarakat. Untuk menjaga kebersihan badan, pakaian, tempat tinggal serta tempat

umum dibutuhkan produk pembersih atau sabun cuci yang dapat diandalkan. Ibu rumah tangga,

rumah sakit, sarana umum lain hingga hotel berbintang lima pasti menjadikan produk yang satu

ini sebagai bagian kehidupan sehari-hari untuk mencuci pakaian maupun peralatan rumah

tangga.

2.      Bahan-bahan ditergen

Pada umumnya, detergen mengandung bahan-bahan berikut:

1)      Surfaktan

Surfaktan (surface active agent) merupakan zat aktif permukaan yang mempunyai ujung berbeda

yaitu hidrofil (suka air) dan hidrofob (suka lemak). Bahan aktif ini berfungsi menurunkan

tegangan permukaan air sehingga dapat melepaskan kotoran yang menempel pada permukaan

bahan. Secara garis besar, terdapat empat kategori surfaktan yaitu:

a. Anionik :

-Alkyl Benzene Sulfonate (ABS)

-Linier Alkyl Benzene Sulfonate (LAS)

Page 2: MAKALAH SURFAKTAN

-Alpha Olein Sulfonate (AOS)

b. Kationik : Garam Ammonium

c. Non ionik : Nonyl phenol polyethoxyle

d. Amphoterik : Acyl Ethylenediamines

2)      Builder

Builder (pembentuk) berfungsi meningkatkan efisiensi pencuci dari surfaktan dengan cara

menon-aktifkan mineral penyebab kesadahan air.

a. Fosfat : Sodium Tri Poly Phosphate (STPP)

b. Asetat :

- Nitril Tri Acetate (NTA)

- Ethylene Diamine Tetra Acetate (EDTA)

c. Silikat : Zeolit

d. Sitrat : Asam Sitrat

3)      Filler

Filler (pengisi) adalah bahan tambahan deterjen yang tidak mempunyai kemampuan

meningkatkan daya cuci, tetapi menambah kuantitas. Contoh Sodium sulfat.

4)      Aditif

Aditif adalah bahan suplemen / tambahan untuk membuat produk lebih menarik,

misalnya pewangi, pelarut, pemutih, pewarna dst, tidak berhubungan langsung dengan daya cuci

deterjen. Additives ditambahkan lebih untuk maksud komersialisasi produk. Contoh : Enzim,

Boraks, Sodium klorida, Carboxy Methyl Cellulose (CMC).

3.                Jenis-Jenis Ditergen

   Kita tentu sudah akrab dengan detergen, selama ini kita mengenal detergent sebagai bubuk

pembersih pakaian. Sebenarnya deterjen adalah senyawa organik, yang memiliki dua kutub dan

bersifat non-polar karakteristik. Ada tiga jenis deterjen yaitu anionic, kationik, dan non-ionik.

Anionic dan permanen kationik memiliki muatan negatif dan positif yang melekat pada non-

polar (hidrofobik) CC rantai. Detergen non-ionik tidak mempunyai muatan ion tetap, hal ini

terjadi karena mereka memiliki jumlah atom yang lemah elektropositif dan elektronegatif yang

disebabkan oleh kekuatan menarik elektron atom oksigen.

   Ada dua jenis karakteristik detergent yang berbeda yaitu fosfat deterjen dan surfaktan

deterjen. Pada umumnya deterjen yang mengandung fosfat akan terasa panas ditangan,

sedangkan surfaktan adalah jenis deterjen yang sangat beracun. Perbedaan kedua jenis detergen

itu adalah deterjen surfaktan lebih berbusa dan bersifat emulsifying deterjen. Disisi lain fosfat

detergent adalah deterjent yang membantu menghentikan kotoran dalam air.Zat yang terkandng

didalam detergent juga digunakan dalam formulasi dalam pestisida. Degradasi alkylphenol

polyethoxylates (non-ion) dapat menyebabkan pembentukan alkylphenols (terutama

nonylphenols) yang bertindak sebagai endokrin pengganggu jika limbah detergent bercampur

dengan air limbah lain di saluran air.Awalnya deterjen mesin cuci dikenal sebagai produk cuci

pembersih pakaian, namun kini meluas dalam bentuk produk-produk sabun cuci seperti:

1)      Personal cleaning product, sebagai produk pembersih diri seperti sampo, sabun cuci tangan, dll.

2)      Laundry, sebagai sabun deterjen pencuci pakaian, merupakan produk deterjen yang paling

populer di masyarakat.

Page 3: MAKALAH SURFAKTAN

3)      Dishwashing product, sebagai sabun cuci piring alat-alat rumah tangga baik untuk penggunaan

cuci piring manual maupun produk sabun mesin pencuci piring.

4)      Household cleaner, sebagai produk cuci rumah seperti produk sabun cuci pembersih lantai,

pembersih bahan-bahan porselen, plastik, metal, gelas, dll.

4.                        Bahaya Ditergen

   Tanpa mengurangi makna manfaat deterjen dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari, harus

diakui bahwa bahan kimia yang digunakan pada deterjen dapat menimbulkan dampak negatif

baik terhadap kesehatan maupun lingkungan. Dua bahan terpenting dari pembentuk deterjen

yakni surfaktan dan builders, diidentifikasi mempunyai pengaruh langsung dan tidak langsung

terhadap manusia dan lingkungannya.

   Surfaktan dapat menyebabkan permukaan kulit kasar, hilangnya kelembaban alami yamg

ada pada permukan kulit dan meningkatkan permeabilitas permukaan luar. Hasil pengujian

memperlihatkan bahwa kulit manusia hanya mampu memiliki toleransi kontak dengan bahan

kima dengan kandungan 1 % LAS dan AOS dengan akibat iritasi ‘sedang’ pada kulit. Surfaktan

kationik bersifat toksik jika tertelan dibandingkan dengan surfaktan anionik dan non-ionik. Sisa

bahan surfaktan yang terdapat dalam deterjen dapat membentuk chlorbenzene pada proses

klorinisasi pengolahan air minum PDAM. Chlorbenzene merupakan senyawa kimia yang bersifat

racun dan berbahaya bagi kesehatan.Pada awalnya surfaktan jenis ABS banyak digunakan oleh

industri deterjen. Namun karena ditemukan bukti-bukti bahwa ABS mempunyai risiko tinggi

terhadap lingkungan, bahan ini sekarang telah digantikan dengan bahan lain yaitu LAS.

   Builders, salah satu yang paling banyak dimanfaatkan di dalam deterjen adalah phosphate.

Phosphate memegang peranan penting dalam produk deterjen, sebagai softener air. Bahan ini

mampu menurunkan kesadahan air dengan cara mengikat ion kalsium dan magnesium. Berkat

aksi softenernya, efektivitas dari daya cuci deterjen meningkat. Phosphate yang biasa dijumpai

pada umumnya berbentuk Sodium Tri Poly Phosphate (STPP). Phosphate tidak memiliki daya

racun, bahkan sebaliknya merupakan salah satu nutrisi penting yang dibutuhkan mahluk hidup.

Tetapi dalam jumlah yang terlalu banyak, phosphate dapat menyebabkan pengkayaan unsur hara

(eutrofikasi) yang berlebihan di badan air, sehingga badan air kekurangan oksigen akibat dari

pertumbuhan algae (phytoplankton) yang berlebihan yang merupakan makanan bakteri.

Efek paling nyata yang disebabkan oleh limbah deterjen rumah tangga adalah terjadinya

eutrofikasi (pesatnya pertumbuhan ganggang dan enceng gondok). Limbah deterjen yang

dibuang ke kolam ataupun rawa akan memicu ledakan pertumbuhan ganggang dan enceng

gondok sehingga dasar air tidak mampu ditembus oleh sinar matahari, kadar oksigen berkurang

secara drastis, kehidupan biota air mengalami degradasi, dan unsur hara meningkat sangat pesat.

Jika hal seperti ini tidak segera diatasi, ekosistem akan terganggu dan berakibat merugikan

manusia itu sendiri, sebagai contoh saja lingkungan tempat pembuangan saluran selokan. Secara

tidak langsung rumah tangga pasti membuang limbah deterjennya melalui saluran selokan ini,

dan coba kita lihat, di penghujung saluran selokan begitu banyak eceng gondok yang hidup

dengan kepadatan populasi yang sangat besar.

Selain merusak lingkungan alam, efek buruk deterjen yang dirasakan tentu tak lepas dari para

konsumennya. Dampaknya juga dapat mengakibatkan gangguan pada lingkungan kesehatan

Page 4: MAKALAH SURFAKTAN

manusia. Saat seusai kita mencuci baju, kulit tangan kita terasa kering, panas, melepuh, retak-

retak, gampang mengelupas hingga mengakibatkan gatal dan kadang menjadi alergi.

Deterjen sangat berbahaya bagi lingkungan karena dari beberapa kajian menyebutkan bahwa

deterjen memiliki kemampuan untuk melarutkan bahan bersifat karsinogen, misalnya 3,4

Benzonpyrene, selain gangguan terhadap masalah kesehatan, kandungan detergen dalam air

minum akan menimbulkan bau dan rasa tidak enak. Sedangkan tinja merupakan jenis vektor

pembawa berbagai macam penyakit bagi manusia. Bagian yang paling berbahaya dari limbah

domestik adalah mikroorganisme patogen yang terkandung dalam tinja, karena dapat menularkan

beragam penyakit bila masuk tubuh manusia, dalam 1 gram tinja mengandung 1 milyar partikel

virus infektif, yang mampu bertahan hidup selama beberapa minggu pada suhu dibawah 10

derajat Celcius.

   Dalam jangka panjang, air minum yang telah terkontaminasi limbah deterjen berpotensi

sebagai salah satu penyebab penyakit kanker (karsinogenik). Proses penguraian deterjen akan

menghasilkan sisa benzena yang apabila bereaksi dengan klor akan membentuk senyawa

klorobenzena yang sangat berbahaya. Kontak benzena dan klor sangat mungkin terjadi pada

pengolahan air minum, mengingat digunakannya kaporit (dimana di dalamnya terkandung klor)

sebagai pembunuh kuman pada proses klorinasi.

   Pada percobaan tersebut dapat dianalisa bahwa deterjen itu memang mempunyai dampak

buruk terhadap berbagai lingkungan kehidupan kita. Baik itu lingkungan terrestrial dimana kita

hidup, kemudian lingkungan perairan termasuk organisme yang hidup di dalamnya, atau bahkan

juga lingkungan kesehatan manusia sendiri yang sebenarnya tanpa kita sadari mulai perlahan-

lahan menyerang kesehatan kita.

   Deterjen fosfat tinggi seperti tri-natrium fosfat (TSP) dapat dibeli di beberapa toko cat dan

perangkat keras. Pembersihan secara teratur dengan deterjen fosfat tinggi telah terbukti efektif

dalam mengurangi debu di yang terdapat di jendela dan di sekitar pintu.Apa yang terjadi jika

limbah deterjent bercampur dengan air?Deterjent memiliki efek beracun dalam air. Semua

deterjent menghancurkan lapisan eksternal lendir yang melindungi ikan dari bakteri dan parasit,

selain itu detergent dapat menyebabkan kerusakan pada insang. Kebanyakan ikan akan mati bila

konsentrasi deterjent 15 bagian per juta. Detergent dengan konsentrasi rendah pun sebanyak 5

ppm tetap dapat membunuh telur ikan. Surfaktan deterjen pun tak kalah berbahaya karena jenis

detergent ini terbukti mengurangi kemampuan perkembangbiakan organisme perairan.

Deterjen juga memiliki andil besar dalam menurunkan kualitas air. Bahan kimia organik

seperti pestisida dan fenol akan mudah diserap oleh ikan, dengan konsentrasi deterjen hanya 2

ppm dapat diserap ikan dua kali lipat dari jumlah bahan kimia lainnya.Detergent juga memberi

efek negatif bagi biota air. Fosfat dalam deterjen dapat memicu ganggang air tawar bunga untuk

melepaskan racun dan menguras oksigen di perairan. Ketika ganggang membusuk, mereka

menggunakan oksigen yang tersedia untuk mempertahankan hidupnya.

5.                Pencegahan Bahaya Detergen

Kesadaran masyarakat pengguna deterjen mesin akan dampak dibalik manfaat deterjen mesin

cuci perlu ditingkatkan. Peran serta masyarakat dalam mengurangi dampak negatif yang

ditimbulkan oleh penggunaan deterjen sangat diharapkan. Banyaknya pilihan produk yang

diinformasikan melalui iklan memang bisa menguntungkan konsumen. Tetapi konsumen tetap

Page 5: MAKALAH SURFAKTAN

perlu berhati-hati, karena kesalahan memilih produk akan merugikan konsumen sendiri.

Sebaiknya konsumen memilih deterjen yang pada kemasannya mencantumkan penandaan nama

dagang, isi / netto, nama bahan aktif, nama dan alamat pabrik, nomor ijin edar, nomor kode

produksi, kegunaan dan petunjuk penggunaan, juga tanda peringatan serta cara penanggulangan

bila terjadi kecelakaan. Selain itu dianjurkan bagi konsumen untuk memilih produk yang

mencantumkan bahan aktif yang lebih aman dan ramah lingkungan. Informasi mengenai produk

ramah lingkungan dapat dilihat pada label baik berupa logo hijau maupun klaim ramah

lingkungan. Selain itu produsen sebaiknya memberikan informasi yang lebih lengkap mengenai

produknya.

   Hal lain yang perlu diperhatikan oleh konsumen dalam menggunakan deterjen adalah cara

penggunaan yang benar. Pada beberapa deterjen bubuk ternyata terdapat petunjuk yang tidak

tepat. Yaitu ketika konsumen dianjurkan menggunakan takaran genggam. Hal ini sungguh

berisiko karena deterjen bersifat basa yang berarti korosif terhadap kulit. Apalagi jika kulit

pengguna bersifat sensitif, maka takaran deterjen yang menggunakan istilah ‘genggam’ tersebut

akan langsung memberikan reaksi pada kulit berupa gatal, mengering dan pecah-pecah. Selain

itu, takaran genggam bukan ukuran yang bersifat pasti, karena hanya berupa kira-kira yang

sangat tergantung kepada ukuran tangan seseorang. Jadi kecenderungan konsumen untuk

menggunakan berlebihan memang besar. Disamping itu, karena slogan-slogan pada iklan produk

deterjen baik di media elektronik maupun media cetak, timbul persepsi konsumen bahwa busa

banyak bisa mencuci lebih bersih. Padahal busa yang terlalu banyak bukan berarti deterjen

menjadi lebih efektif, malah sebaliknya, daya cucinya terhambat. Selain itu keberadaan busa-

busa di permukaan badan air menjadi salah satu penyebab kontak udara dan air terbatas sehingga

menurunkan oksigen terlarut. Dengan demikian akan menyebabkan organisme air kekurangan

oksigen dan dapat menyebabkan kematian. Oleh karena itu sebaiknya konsumen menggunakan

takaran khusus untuk deterjen dan produsen menyediakan alat takar tersebut di dalam kemasan

produknya.

      Air yang tercemari detergen dapat mengancam kehidupan organisme yang hidup di

dalamnya, salah satunya adalah ikan. Selain ikan masih banyak organisme lain, seperti

fitoplankton, zooplankton/protozoa, cyanobacteria, dan lain-lain. Jika organisme-organisme

seperti fitoplankton mati, maka zooplankton akan mati karena tidak ada makanan, ikan-ikan pun

akan mati karena zooplankton yang biasa dimakan tidak ada. Dengan kata lain detergen dan

polutan lainnya yang mencemari air dapat memusnahkan seluruh organisme yang hidup di

dalamnya.Besar tidaknya pengaruh detergen dan polutan lainnya pada ikan dan makhluk hidup

lain tergantung pada konsentrasi polutan tersebut. Semakin tinggi konsentrasi polutan, semakin

besar pengaruhnya.

Kita perlu hati-hati dalam memilih bahan pembersih, bahan tersebut jangan sampai

menimbulkan pengaruh yang buruk terhadap lingkungan. Beberapa jenis detergen sukar

diuraikan oleh pengurai. Jika detergen ini bercampur dengan air tanah yang dijadikan sumber air

minum manusia atau binatang ternak maka air tanah tersebut akan membahayakan kesehatan.

Oleh karena itu, kita sebaiknya memilih detergen yang limbahnya dapat diuraikan oleh

mikrorganisme (biodegradable). Pengaruh buruk yang dapat ditimbulkan oleh pemakaian

detergen yang tidak selektif atau tidak hati-hati adalah:

Page 6: MAKALAH SURFAKTAN

a.       rusaknya keindahan lingkungan perairan;

b.      terancamnya kehidupan hewan-hewan yang hidup di air; dan

c.       merugikan kesehatan manusia.

B. Sabun

Sabun adalah surfaktan yang digunakan dengan air untuk mencuci dan membersihkan.

Sabun biasanya berbentuk padatan tercetak yang disebut batang karena sejarah dan bentuk

umumnya. Penggunaan sabun cair juga telah meluas, terutama pada sarana-sarana publik. Jika

diterapkan pada suatu permukaan, air bersabun secara efektif mengikat partikel dalam suspensi

mudah dibawa oleh air bersih. Di negara berkembang, deterjen sintetik telah menggantikan

sabun sebagai alat bantu mencuci atau membersihkan.

Sabun merupakan campuran garam natrium atau kalium dari asam lemak yang dapat

diturunkan dari minyak atau lemak dengan direaksikan dengan alkali (seperti natrium atau

kalium hidroksida) pada suhu 80–100 °C melalui suatu proses yang dikenal dengan saponifikasi.

Lemak akan terhidrolisis oleh basa, menghasilkan gliserol dan sabun mentah. Secara tradisional,

alkali yang digunakan adalah kalium yang dihasilkan dari pembakaran tumbuhan, atau dari arang

kayu. Sabun dapat dibuat pula dari minyak tumbuhan, seperti minyak zaitun.

Sabun adalah salah satu senyawa kimia tertua yang pernah dikenal. Sabun sendiri tidak

pernah secara aktual ditemukan, namun berasal dari pengembangan campuran antara senyawa

alkali dan lemak/minyak.Bahan pembuatan sabun terdiri dari dua jenis, yaitu bahan baku dan

bahan pendukung. Bahan baku dalam pembuatan sabun adalah minyak atau lemak dan senyawa

alkali (basa). Bahan pendukung dalam pembuatan sabun digunakan untuk menambah kualitas

produk sabun, baik dari nilai guna maupun dari daya tarik. Bahan pendukung yang umum

dipakai dalam proses pembuatan sabun di antaranya natrium klorida, natrium karbonat, natrium

fosfat, parfum, dan pewarna.

1. Reaksi Kimia Pada Sabun

Sabun dibuat dengan reaksi penyabunan sebagai berikut:

Reaksi penyabunan (saponifikasi) dengan menggunakan alkali adalah adalah reaksi

trigliserida dengan alkali (NaOH atau KOH) yang menghasilkan sabun dan gliserin. Reaksi

penyabunan dapat ditulis sebagai berikut :

C3H5(OOCR)3 + 3 NaOH -> C3H5(OH)3 + 3 NaOOCR

Reaksi pembuatan sabun atau saponifikasi menghasilkan sabun sebagai produk utama

dan gliserin sebagai produk samping. Gliserin sebagai produk samping juga memiliki nilai jual.

Sabun merupakan garam yang terbentuk dari asam lemak dan alkali. Sabun dengan berat

molekul rendah akan lebih mudah larut dan memiliki struktur sabun yang lebih keras. Sabun

memiliki kelarutan yang tinggi dalam air, tetapi sabun tidak larut menjadi partikel yang lebih

kecil, melainkan larut dalam bentuk ion.

Sabun pada umumnya dikenal dalam dua wujud, sabun cair dan sabun padat. Perbedaan

utama dari kedua wujud sabun ini adalah alkali yang digunakan dalam reaksi pembuatan sabun.

Sabun padat menggunakan natrium hidroksida/soda kaustik (NaOH), sedangkan sabun cair

menggunakan kalium hidroksida (KOH) sebagai alkali. Selain itu, jenis minyak yang digunakan

Page 7: MAKALAH SURFAKTAN

juga mempengaruhi wujud sabun yang dihasilkan. Minyak kelapa akan menghasilkan sabun

yang lebih keras daripada minyak kedelai, minyak kacang, dan minyak biji katun.

1.      Bahan Baku: Alkali

Jenis alkali yang umum digunakan dalam proses saponifikasi adalah NaOH, KOH,

Na2CO3, NH4OH, dan ethanolamines. NaOH, atau yang biasa dikenal dengan soda kaustik

dalam industri sabun, merupakan alkali yang paling banyak digunakan dalam pembuatan sabun

keras. KOH banyak digunakan dalam pembuatan sabun cair karena sifatnya yang mudah larut

dalam air. Na2CO3 (abu soda/natrium karbonat) merupakan alkali yang murah dan dapat

menyabunkan asam lemak, tetapi tidak dapat menyabunkan trigliserida (minyak atau lemak).

Ethanolamines merupakan golongan senyawa amin alkohol. Senyawa tersebut dapat

digunakan untuk membuat sabun dari asam lemak. Sabun yang dihasilkan sangat mudah larut

dalam air, mudah berbusa, dan mampu menurunkan kesadahan air. Sabun yang terbuat dari

ethanolamines dan minyak kelapa menunjukkan sifat mudah berbusa tetapi sabun tersebut lebih

umum digunakan sebagai sabun industri dan deterjen, bukan sebagai sabun rumah tangga.

Pencampuran alkali yang berbeda sering dilakukan oleh industri sabun dengan tujuan untuk

mendapatkan sabun dengan keunggulan tertentu.

2.      Bahan Pendukung

Bahan baku pendukung digunakan untuk membantu proses penyempurnaan sabun hasil

saponifikasi (pegendapan sabun dan pengambilan gliserin) sampai sabun menjadi produk yang

siap dipasarkan. Bahan-bahan tersebut adalah NaCl (garam) dan bahan-bahan aditif.

1)      NaCl. NaCl merupakan komponen kunci dalam proses pembuatan sabun. Kandungan NaCl pada

produk akhir sangat kecil karena kandungan NaCl yang terlalu tinggi di dalam sabun dapat

memperkeras struktur sabun. NaCl yang digunakan umumnya berbentuk air garam (brine) atau

padatan (kristal). NaCl digunakan untuk memisahkan produk sabun dan gliserin. Gliserin tidak

mengalami pengendapan dalam brine karena kelarutannya yang tinggi, sedangkan sabun akan

mengendap. NaCl harus bebas dari besi, kalsium, dan magnesium agar diperoleh sabun yang

berkualitas.

2)      Bahan aditif. Bahan aditif merupakan bahan-bahan yang ditambahkan ke dalam sabun yang

bertujuan untuk mempertinggi kualitas produk sabun sehingga menarik konsumen. Bahan-bahan

aditif tersebut antara lain : Builders, Fillers inert, Anti oksidan, Pewarna,dan parfum.

3. Dampak Limbah Sabun dan Pencegahannya

Sabun antibakteri yang menjanjikan dapat membunuh kuman tampaknya sudah tidak

asing lagi di masyarakat. Tetapi sudah banyak pula penelitian yang menyatakan bahwa sabun

antibakteri yang mengandung triclosan dan triclocarban dapat membahayakan kesehatan

manusia dan juga lingkungan terutama menyebabkan polusi air dan tanah. Sebuah sisi lain dari

keuntungan penggunaan sabun yang menjanjikan dapat membunuh kuman tersebut.limbah

triclosan dan triclocarban yang terbawa oleh air akan bercampur dengan tanah dan lingkungan

air alami. Limbah triclosan dan triclocarban ini berbahaya karena tidak dapat terurai selama

berbulan-bulan bahkan hingga tahunan. Bahan kimia dari senyawa ini terdiri dari struktur cincin

benzena yang terklorinasi, sehingga membuatnya sangat sulit untuk dipecah atau terurai. Selain

Page 8: MAKALAH SURFAKTAN

itu, kedua senyawa ini juga menolak air atau hidrofobik, cenderung menempel pada partikel,

sehingga mengakibatkan penurunan ketersediaan proses dan merusak fasilitasi transportasi

jangka panjang dalam air dan udara.

Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa sabun antibakteri yang mengandung triclosan

dan triclocarban diduga dapat merusak organ reproduksi, menurunkan kualitas sperma, serta

produksi tiroid dan hormon seks.Triclosan dan triclocarban telah dikaitkan dengan gangguan

endokrin, dengan dampak potensial yang merugikan perkembangan seksual dan saraf.Selain

dalam sabun antibakteri, triclosan juga sering dipakai dalam pasta gigi dan kosmetik. Bahkan

saat pertama kali ditemukan 50 tahun lalu, senyawa ini juga digunakan untuk membersihkan

permukaan kulit saat operasi.

Penelitian lain menemukan bahwa kandungan triclosan pada pasta gigi yang seharusnya

dapat mencegah pertumbuhan bakteri, malah dapat menyebabkan kuman-kuman makin kebal

terhadap antibiotik.Penelitian laboratorium menunjukkan senyawa Triclosan dapat menyebabkan

mutasi gen pada beberapa jenis bakteri, di antaranya E coli, salmonella dan listeria.

Dikhawatirkan mutasi itu akan membuat pengobatan infeksi menjadi tidak efektif.Tak hanya itu,

penelitian terbaru juga menemukan bahwa triclosan dan triclocarban dapat merusak lingkungan,

terutama menyebabkan polusi air dan tanah.Bahkan sebuah studi menemukan bahwa akumulasi

triclosan di air menyebabkan pencemaran di pantai yang akhirnya mengancam kehidupan lumba-

lumba.

Harga (Rupiah per ton)

Kuantitas (ribu ton bahan kimia per bulan)

10.000 (Pm)

15.000 (P*)

3,2(Q*) 4,4 (Qm)

KeseimbanganEfisien

KeseimbanganYang Tidak Efisien